Ketika kita terbang dengan pesawat first class atau economy class, maka saat pesawat terbang jatuh atau sampai ke tempat tujuan maka kita pun ikut jatuh atau sampai pula ke tempat tujuan.
AYO KITA NGOPI "NGOLAH PIKIR ISLAMI" DALAM KERANGKA MELAKUKAN PEMURNIAN, PEMANTAPAN dan PENINGKATAN AKIDAH ISLAM. TULISAN INI MERUPAKAN KAJIAN KETAUHIDAN YANG KAMI PEROLEH DARI H. NURDIN HAKAMI (alm) dan H. BACHTIAR MA'ANI (alm). prepared by : H. BUDI RACHMAT BACHTIAR. SE,MM.
Label
Minggu, 28 Februari 2016
SURAT TERBUKA untuk TEMAN dan SAHABAT
Ketika kita terbang dengan pesawat first class atau economy class, maka saat pesawat terbang jatuh atau sampai ke tempat tujuan maka kita pun ikut jatuh atau sampai pula ke tempat tujuan.
Rabu, 03 Februari 2016
KUMPULAN NASEHAT NASEHAT LUKMANUL HAKIM KEPADA ANAKNYA
DENGAN NAMA ALLAH
YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG
Dan inilah kumpulan dari nasihat nasihat Lukman Al Hakim sebagaimana
kami kemukakan berikut ini:
1. Wahai anakku! Janganlan
ayam jantan lebih cerdas darimu. Ia berkokok di akhir malam. Sementara engkau
masih tertidur pulas.
2. Wahai anakku! Aku telah memikul batu karang dan besi, dan semua yang berat berat, tetapi tidak ada seberat tetangga yang jahat.
3. Wahai anakku! Diam itu hikmah. Akan tetapi sangat sedikit orang yang melaku-kannya.
4. Anakku! Waspadai kemalasan dalam menuntut ilmu. Tentukanlah bagian tertentu dari siang dan malam serta waktu luangmu untuk menuntutnya. Tidak ada pengabaian yang lebih buruk daripada mengabaikan hal ini.
5. Wahai anakku! Beradablah sejak kecil karena itu akan membawa manfaat bagimu dikala tua. Siapa mengarahkan diri pada sesuatu, maka ia akan memperhatikannya. Siapa yang memperhatikannya, maka ia akan bersungguh sungguh untuk mengetahuinya. Siapa yang bersungguh sungguh, maka ia akan mencurahkan tenaga untuk meraih manfaatnya. Dan siapa meraih manfaatnya, ia akan selalu bersamanya.
6. Wahai anakku! Ada tiga hal yang tidak diketahui keculai pada tiga
hal. (1) orang yang sabar tidak diketahui kecuali ketika marah. (2) Orang yang
berani tidak diketahui ketika perang. (3) Saudara tidak diketahui kecuali
ketika ada kepentingan.
7. Wahai anakku! Seseorang akan tetap menjadi ahli ilmu yang sejati selama ia masih menuntutnya. Namun apabila suatu ketika ia berkata, “Aku sudah pintar” sesungguhnya ia sudah menjadi bodoh dengan sendirinya.
8. Wahai anakku! Pilihlah majelis majelis. Jika engkau melihat majelis dzikir du-duklah bersama mereka. Jika engkau seorang alim, ilmumu akan bermanfaat bagi mereka. Jika engkau bodoh, mereka akan mengajarimu. Dan jika Allah berkehendak mencurahkan rahmat atas mereka, engkau akan terkena rahmatNya bersama mereka.
9. Wahai anakku! janganlah engkau
mempersekutukan Allah SWT (dengan
sesuatu yang lain), sesungguhnya perbuatan syirik itu
adalah satu kezaliman yang besar.”
10. Wahai anakku! Ambillah dari dunia apa yang memenuhi kebutuhanmu. Jangan menampiknya, agar engkau tidak menjadi beban bagi orang lain. Wahai anakku! Hendaknya kata katamu baik lagi benar. Hendaknya wajahmu ceria dan tulus. Niscaya engkau akan lebih disenangi daripada orang yang memberi aneka macam hadiah.
11. Wahai anakku! Jika ada sesuatu yang tak bisa kau pastikan apabila ia datang, persiapkan dirimu untuk menghadapinya sebelum ia mendatangimu sedangkan engkau dalam keadaan lengah.
12. Wahai anakku! Dunia itu bagaikan lautan yang dalam, telah banyak manusia tenggelam di dalamnya. Kalau engkau sanggup, jadikanlah keimanan kepada Allah sebagai bahteramu. Hendaklah muatannya adalah amal kepada Allah, dan layarnya adalah tawakkal kepadaNya, semoga engkau dapat berlayar dengan selamat.
13. Wahai anakku!
Barangsiapa mengatakan bahwa kejahatan bisa memadamkan kejahatan, suruhlah ia
menyalakan dua api, kemudian suruhlah ia melihat apakah api yang satu dapat
memadamkan api yang lain. Sesungguhnya kebaikan itu akan memadamkan kejahatan
seperti halnya air memadamkan api.
14. Wahai anakku!
Berbuat baiklah kepada siapa yang berbuat buruk kepadamu. Tanamlah perbuatan
baik, niscaya engkau menikmati hasilnya. Ingatlah barangsiapa yang menghunus
pedang kedzaliman, ia sendiri yang akan terbunuh dengannya. Dan barangsiapa
menggali lubang kejahatan untuk menjerumuskan saudaranya, ia sendiri yang akan
terjerumus ke dalamnya.
15. Wahai
anakku! Allah SWT memperhatikan dirimu
dalam kepekatan malam, semasa engkau bershalat atau tidur terlena di belakang
tabir di dalam istana. Dirikan shalat dan jangan engkau berasa ragu untuk
meninggalkan perkara makruh dan melempar jauh segala kejahatan dan kekejian.
16. Wahai
anakku! Selalulah
berharap kepada Allah SWT tentang sesuatu yang menyebabkan untuk tidak
mendurhakai Allah SWT. Takutlah kepada Allah SWT dengan sebenar-benar
takut (taqwa), tentulah engkau akan terlepas dari sifat berputus asa dari
rahmat Allah SWT.”
17. Wahai
anakku, bersyukurlah kepada
Tuhanmu karena karuniaNya. Orang yang mulia tidak mengingkari Penciptanya
kecuali orang yang kufur.”
18. Wahai
anakku! Selalulah
baik tutur kata dan halus budi
bahasamu serta manis wajahmu, dengan
demikian engkau akan disukai orang melebihi sukanya seseorang terhadap orang
lain yang pernah memberikan barang yang berharga.”
19. Wahai
anakku! Bukanlah
satu kebaikan namanya bilamana engkau selalu mencari ilmu tetapi
engkau tidak pernah mengamalkannya. Hal itu tidak ubah seperti orang yang
mencari kayu api, maka setelah banyak ia tidak mampu memikulnya, padahal ia
masih mau menambahkannya.”
20. Wahai anakku! Orang-orang yang sentiasa menyediakan dirinya untuk menerima nasihat, maka dirinya akan mendapat penjagaan dari Allah SWT. Orang yang insyaf dan sedar setelah menerima nasihat orang lain, maka dia akan sentiasa menerima kemulian dari Allah SWT juga.”
21. Wahai anakku! Jangan
engkau berjalan sombong serta takabur, Allah SWT tidak
meridhai orang yang sombong dan takabur.”
22. Wahai
anakku! Ketahuilah,
sesungguhnya dunia ini bagaikan lautan yang dalam, banyak manusia yang karam ke
dalamnya. Jika engkau ingin selamat, agar jangan karam, layarilah lautan itu
dengan sampan/perahu yang bernama takwa, isinya
ialah iman dan
Layarnya adalah tawakkal kepada Allah SWT.”
23. Wahai
anakku! Jadikanlah
dirimu dalam segala tingkahlaku sebagai orang yang tidak ingin menerima pujian
atau mengharap sanjungan orang lain kerana itu adalah sifat riya’ yang akan
mendatangkan cela pada dirimu.”
24. Wahai
anakku! Bilamana
engkau mau mencari kawan
sejati, maka ujilah dia terlebih dahulu dengan berpura-pura membuat dia
marah. Bilamana dalam kemarahan itu dia masih berusaha menginsafkan kamu, maka
bolehlah engkau mengambil dia sebagai kawan. Bila tidak demikian, maka
berhati-hatilah.”
25. Wahai
anakku! Apabila
engkau berteman, tempatkanlah dirimu padanya sebagai orang
yang tidak mengharapkan sesuatu daripadanya. Namun biarkanlah dia yang mengharapkan
sesuatu darimu.”
26. Wahai
anakku! Sesesiapa
yang penyayang tentu
akan disayangi, sesiapa yang pendiam akan selamat daripada berkata yang
mengandungi racun dan barangsiapa yang tidak dapat menahan lidahnya dari
berkata kotor tentu akan menyesal.”
27. Wahai
anakku! Bergaul
rapatlah dengan orang yang alim
lagi berilmu. Perhatikanlah kata nasihatnya karena sesungguhnya sejuklah hati
ini mendengarkan nasihatnya, hiduplah hati ini dengan cahaya hikmah dari
mutiara kata-katanya bagaikan tanah yang subur lalu disirami air hujan.”
28. Wahai
anakku! Janganlah
engkau mudah ketawa kalau
bukan karena sesuatu yang menggelikan hati, janganlah engkau berjalan tanpa tujuan yang
pasti, janganlah engkau bertanya sesuatu yang tidak ada guna bagimu, dan
janganlah mensia-siakan hartamu.”
29. Wahai
anakku! Sekiranya kamu di dalam shalat, jagalah hatimu, sekiranya kamu makan,
jagalah kerongkonganmu,
sekiranya kamu berada di rumah orang lain, jagalah kedua matamu dan sekiranya kamu berada
di kalangan manusia, jagalah lidahmu.”
30. Wahai
anakku! Usahakanlah
agar mulutmu jangan mengeluarkan kata-kata yang busuk dan kotor serta kasar,
karena engkau akan lebih selamat bila berdiam diri. Kalau berbicara,
berusahalah agar bicaramu mendatangkan
manfaat bagi orang lain.”
31. Wahai anakku! Berdiam diri itu adalah hikmah (perbuatan yang bijak) sedangkan sangat sedikit orang yang melakukannya.
32. Wahai
anakku! Janganlah
engkau menghantarkan orang yang tidak cerdik sebagai utusan. Maka bila tidak
ada orang yang cerdik, sebaiknya dirimulah saja
yang layak menjadi utusan.”
33. Wahai
anakku! Janganlah
engkau bertemankan dengan orang yang bersifat talam dua muka, kelak
akan membinasakan dirimu.”
34. Wahai anakku! Sesungguhnya orang bertalam/berwajah dua muka bukan seorang yang jujur di sisi Allah SWT.
35. Wahai anakku! Siapa
yang berbohong hilanglah
air mukanya dan siapa yang buruk akhlaknya banyaklah dukacitanya.”
36. Wahai
anakku! Jauhilah bersifat dusta, sebab berbohong itu
mudah dilakukan, bagaikan memakan daging burung, padahal sedikit sahaja
berdusta itu telah memberikan akibat yang berbahaya.”
37. Wahai anakku! Bersabarlah di atas
apa yang menimpa dirimu karena yang demikian itu menuntut kepastian yang kukuh
daripadamu dalam setiap kejadian dan urusan.”
38. Wahai
anakku! Apabila
engkau mempunyai dua
pilihan di antara takziah orang
mati atau hadir majelis/undanga perkawinan, pilihlah untuk menziarahi orang
mati, sebab ia akan mengingatkanmu kepada kampung akhirat sedangkan menghadiri
pesta undangan perkawinan hanya mengingatkan dirimu kepada kesenangan duniawi
saja.”
39. Wahai
anakku! Janganlah
engkau makan sampai kenyang yang berlebihan, karena sesungguhnya makan yang
terlalu kenyang itu
adalah lebih baiknya bila makanan itu diberikan kepada anjing saja.”
40. Wahai
anakku! Aku
pernah makan makanan yang baik dan memeluk yang terbaik tetapi aku tidak pernah
melihat sesuatu yang lebih lazat daripada kesehatan.
41. Wahai
anakku! Janganlah
engkau terus menelan saja
karena manisnya barang dan janganlah terus memuntahkan saja pahitnya sesuatu
barang itu, karena manis belum tentu menimbulkan kesegaran dan pahit itu belum
tentu menimbulkan kesengsaraan.
42. Wahai
anakku! Seandainya perut dipenuhi
makanan, akan tidurlah akal fikiran, terkendala segala hikmah dan lumpuhlah
anggota badan untuk beribadat.
43. Wahai
anakku! Apabila perutmu telah penuh
sesak dengan
makanan, maka akan tidurlah fikiranmu, menjadi lemah hikmahmu dan berhentilah
(malas) seluruh anggota tubuhmu daripada beribadat kepada Allah SWT dan
hilanglah kebersihan hati (jiwa) dan kehalusan pengertian, yang dengan sebab
keduanyalah dapat diperoleh lezatnya munajat dan berkesannya dzikir pada jiwa.
44. Wahai
anakku! Makanlah
makananmu bersama sama dengan orang orang yang taqwa dan musyawarahlah urusanmu
dengan para alim ulama dengan cara meminta nasihat dari mereka.
45. Wahai
anakku! Jangan
engkau berlaku durhaka terhadap
ibu dan ayahmu dengan apa juga sekalipun, melainkan apabila mereka menyuruhmu
durhaka kepada Yang Maha Berkuasa.”
46. Wahai
anakku! Allah
mewasiatkan dirimu; berbuat
baiklah dengan ibu dan ayahmu.
Justru, jangan engkau menghardik mereka dengan perkataan maupun perbuatan
dibenci.”
47. Wahai
anakku! Seandainya ibu bapakmu marah
kepadamu karena kesalahan yang kamu lakukan, maka marahnya ibu bapakmu adalah
bagaikan baja bagi tanam-tanaman.”
48. Wahai
anakku! Orang
yang merasa dirinya hina dan rendah diri dalam beribadat dan taat kepada Allah
SWT, maka dia tawaddu kepada
Allah SWT, dia akan lebih dekat kepada Allah SWT dan selalu berusaha
menghindarkan maksiat kepada Allah SWT.”
49. Wahai
anakku! Seorang pendusta akan
lekas hilang air mukanya karena tidak dipercayai orang dan seorang yang telah
rusak akhlaknya akan sentiasa banyak mengelamunkan dan memikirkan hal-hal yang
tidak benar.”
50. Wahai
anakku! Aku
pernah memindahkan batu-bata dan memikul besi, tetapi aku tidak pernah melihat
sesuatu yang lebih
berat daripada
hutang.
51. Wahai
anakku! Jauhkan
dirimu dari berhutang, kerana
sesungguhnya berhutang itu boleh menjadikan dirimu hina di waktu siang dan
gelisah di waktu malam.
52. Wahai
anakku! Andainya
ada sebutir biji sawi terpendam di dalam batu, pasti ketahuan juga oleh Tuhanmu
Yang Maha Melihat, Allah
Amat Mengetahui segala
sesuatu, zahir mahupun bathin atau apa yang engkau sembunyikan di dalam dadamu.
53. Wahai
anakku! Ketahuilah,
memindahkan batu
besar dari
tempatnya semula itu lebih mudah daripada memberi pengertian kepada orang yang
tidak mau mengerti.
54. Wahai
anakku! Engkau
telah merasakan betapa beratnya mengangkat batu besar dan besi yang amat berat,
tetapi akan lebih lagi daripada semua itu adalah bilamana engkau mempunyai
perbuatan yang jahat.”
55. Wahai
anakku! Apakah
tidak engkau perhatikan, apa yang Allah bentangkan bagimu apa-apa yang ada di
langit dan di bumi daripada kebaikan
yang amat banyak?
56. Wahai
anakku! Apa yang
engkau menikmati di kehidupan ini lantaran karuniaNya yang
penuh keamanan, keimanan dan kebaikan yang melimpah ruah, di taman dunia yang
subur mekar dengan bunga-bungaan serta tumbuhan yang berseri-seri.”
57. Wahai
anakku! Ambillah
harta dunia sekadar
keperluanmu saja dan nafkahkanlah yang
selebihnya untuk bekal akhiratmu.”
58. Wahai
anakku! Janganlah
engkau condong kepada urusan dunia dan
hatimu selalu disusahkan oleh dunia saja karena engkau diciptakan Allah SWT
bukanlah untuk dunia saja. Sesungguhnya tiada makhluk yang lebih hina daripada
orang yang terpedaya dengan dunianya.
59. Wahai
anakku! Jangan
engkau buang dunia ini ke bakul sampah karena nanti engkau akan menjadi pengemis yang
membuat beban orang lain. Sebaliknya janganlah engkau peluk dunia ini serta
meneguk habis airnya kerana sesungguhnya yang engkau makan dan pakai itu adalah
tanah belaka.
60. Wahai anakku! Tidak ada
kebaikan bagimu untuk mempelajari apa yang
belum kamu tahu sedangkan kamu belum beramal dengan apa yang kamu
tahu.”
61. Wahai
anakku! Ingatlah
dua perkara yaitu Allah SWT dan mati,
lupakan dua perkara lain yaitu kebaikanmu terhadap hak dirimu dan kebaikanmu
terhadap orang lain.”
62. Wahai anakku! Sesungguhnya
lama bersendirian itu dapat memahami untuk berfikir dan lama
berfikir itu adalah petunjuk jalan ke syurga.”
63.
(Luqman berkata): "Hai anakku, Sesungguhnya jika ada
(sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit
atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya).
Sesungguhnya Allah Maha Halus[1181] lagi Maha mengetahui. (surat Luqman (31)
ayat 16)
[1181] Yang dimaksud dengan Allah Maha Halus ialah ilmu Allah itu
meliputi segala sesuatu bagaimana kecilnya.
64. Wahai anakku! Kehinaan
dalam melakukan ketaatan
kepada Allah SWT lebih
mendekatkan diri daripada mulia dengan maksiat (perkara menyebabkan dosa)
kepada-Nya. Janganlah anakku undurkan melakukan taubat, sebab kematian datangnya
tiba-tiba, sedang malaikat maut tidak memberitahukannya terlebih dulu.”
65. Hai
anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan
cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang
menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan
(oleh Allah).
dan janganlah kamu memalingkan
mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi
dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi
membanggakan diri. dan sederhanalah kamu dalam berjalan[1182] dan lunakkanlah
suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai. (surat Luqman
(31) ayat 17)
[1182] Maksudnya: ketika kamu berjalan, janganlah terlampau cepat
dan jangan pula terlalu lambat.
66. Putra
Lukman al Hakim as, bertanya kepada ayahnya: “Apakah yang terbaik dimiliki
manusia? Agama. Kalau dua hal? Agama dan Ilmu; Kalau tiga hal? Agama, Ilmu dan
Harta; Kalau empat hal? Agama, Ilmu, Harta dan Rasa Malu; Kalau lima hal?
Agama, Ilmu, Harta, Rasa Malu dan kedermawanan; Kalau enam hal? Kalau yang lima
itu telah dimilikinya, maka dia adalah orang bertaqwa. Allah akan menolongnya
dalam menghadapi semua rayuan syaitan.
Daftar Pustaka:
1. AlQuran al Karim.
2. Emsoe Abdurrahman, 700+ Lisan Emas Para Nabi, Rasulullah, Sahabat dan Orang orang Saleh, Pustaka Aksara, Jakarta, 2012.