Label

MEMANUSIAKAN MANUSIA: INILAH JATIDIRI MANUSIA YANG SESUNGGUHNYA (79) SETAN HARUS JADI PECUNDANG: DIRI PEMENANG (68) SEBUAH PENGALAMAN PRIBADI MENGAJAR KETAUHIDAN DI LAPAS CIPINANG (65) INILAH ALQURAN YANG SESUNGGUHNYA (60) ROUTE TO 1.6.799 JALAN MENUJU MAKRIFATULLAH (59) MUTIARA-MUTIARA KEHIDUPAN: JALAN MENUJU KERIDHAAN ALLAH SWT (54) PUASA SEBAGAI KEBUTUHAN ORANG BERIMAN (50) ENERGI UNTUK MEMOTIVASI DIRI & MENJAGA KEFITRAHAN JIWA (44) RUMUS KEHIDUPAN: TAHU DIRI TAHU ATURAN MAIN DAN TAHU TUJUAN AKHIR (38) TAUHID ILMU YANG WAJIB KITA MILIKI (36) THE ART OF DYING: DATANG FITRAH KEMBALI FITRAH (33) JIWA YANG TENANG LAGI BAHAGIA (27) BUKU PANDUAN UMROH (26) SHALAT ADALAH KEBUTUHAN DIRI (25) HAJI DAN UMROH : JADIKAN DIRI TAMU YANG SUDAH DINANTIKAN KEDATANGANNYA OLEH TUAN RUMAH (24) IKHSAN: INILAH CERMINAN DIRI KITA (24) RUKUN IMAN ADALAH PONDASI DASAR DIINUL ISLAM (23) ZAKAT ADALAH HAK ALLAH SWT YANG HARUS DITUNAIKAN (20) KUMPULAN NASEHAT UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK (19) MUTIARA HIKMAH DARI GENERASI TABI'IN DAN TABI'UT TABIIN (18) INSPRIRASI KESEHATAN DIRI (15) SYAHADAT SEBAGAI SEBUAH PERNYATAAN SIKAP (14) DIINUL ISLAM ADALAH AGAMA FITRAH (13) KUMPULAN DOA-DOA (10) BEBERAPA MUKJIZAT RASULULLAH SAW (5) DOSA DAN JUGA KEJAHATAN (5) DZIKIR UNTUK KEBAIKAN DIRI (4) INSPIRASI DARI PARA SAHABAT NABI (4) INILAH IBADAH YANG DISUKAI NABI MUHAMMAD SAW (3) PEMIMPIN DA KEPEMIMPINAN (3) TAHU NABI MUHAMMAD SAW (3) DIALOQ TOKOH ISLAM (2) SABAR ILMU TINGKAT TINGGI (2) SURAT TERBUKA UNTUK PEROKOK dan KORUPTOR (2) IKHLAS DAN SYUKUR (1)

Kamis, 21 Juli 2016

IMAN KEPADA ALLAH SWT - part 3 of 3


  
A. ADANYA BAHAYA dari AHWA


Seperti telah kita ketahui bersama bahwa setiap DZAT atau UNSUR memiliki SIFAT, PERBUATAN, dan KEMAMPUAN. Hal yang sama juga berlaku kepada RUHANI dan JASMANI yang merupakan bagian dari diri kita sebagai KHALIFAH di muka bumi. RUHANI akan disebut dengan NASS jika ditinjau dari sisi sifatnya sedangkan jika ditinjau dari sisi perbuatannya RUHANI akan disebut dengan NAFS atau ANFUSS serta RUHANI jika ditinjau dari sisi kemampuannya disebut dengan RUH. Selanjutnya bagaimana dengan JASMANI? JASMANI akan disebut INSAN bila ditinjau dari sisi sifatnya sedangkan JASMANI bila ditinjau dari sisi perbuatannya akan disebut dengan AHWA dan JASMANI jika ditinjau dari sisi kemampuannya akan disebut dengan BASYAR.

Selanjutnya JASMANI yang berasal dari TANAH atau ALAM maka JASMANI akan merefleksikan SIFAT dan PERBUATAN dari ALAM sebagai unsur pembuatnya sedangkan RUHANI yang berasal dari ALLAH SWT akan merefleksikan SIFAT dan PERBUATAN dari ALLAH SWT sebagai unsur pembuatnya. Timbul pertanyaan bedakah SIFAT dan PERBUATAN JASMANI dibandingkan dengan SIFAT dan PERBUATAN RUHANI? JASMANI dan RUHANI yang berlainan asal usulnya tentu mempunyai SIFAT dan PERBUATAN yang berbeda pula. Di dalam Al-Qur'an sifat dan perbuatan JASMANI disebut dengan INSAN dimana INSAN selalu mencerminkan NILAI-NILAI KEBURUKAN seperti BAKHIL, KIKIR, KELUH KESAH, BURUK SANGKA dan lain sebagianya.


Sedangkan sifat dan perbuatan RUHANI di dalam Al-Qur'an disebut dengan NASS dimana NASS selalu mencerminkan NILAI-NILAI KEBAIKAN seperti SABAR, BERBUAT BAIK, dan lain sebagainya.  Adanya kondisi seperti ini memperlihatkan kepada kita bahwa antara  RUHANI dan JASMANI mempunyai SIFAT dan PERBUATAN yang tidak sama dan/atau saling bertolak belakang dan/atau saling tidak berkesesuaian di antara ke duanya sehingga pada saat RUHANI dan JASMANI bersatu di dalam diri manusia atau pada saat kita HIDUP maka keduanya akan saling pengaruh mempengaruhi. Jika RUHANI yang menang terhadap JASMANI maka ia akan mempengaruhi kehidupan manusia sehingga tindakan  yang dilakukan oleh manusia memenuhi unsur-unsur NILAI-NILAI KEBAIKAN dan jika JASMANI yang menang terhadap RUHANI maka ia akan mempengaruhi kehidupan manusia sehingga tindakan manusia akan memenuhi unsur-unsur NILAI-NILAI KEBURUKAN. Selanjutnya untuk mempermudah pemahaman tentang SIFAT dan PERBUATAN dari JASMANI ataupun RUHANI, lihatlah GARAM. GARAM mempunyai sifat ASIN. Perbuatan GARAM adalah mengasinkan apa-apa yang ada disekelilingnya atau akan mengasinkan apa-apa yang diliputinya. Berdasarkan ilustrasi tentang GARAM ini dapat dikatakan bahwa sifat ASIN dari GARAM disebut juga dengan INSAN sedangkan perbuatan GARAM yang  MENGASINKAN adalah istilah untuk  AHWA dari GARAM sedangkan kemampuan mengasinkan dari garam adalah BASYAR dari GARAM.


Selanjutnya berdasarkan ilustrasi tentang GARAM  yang kami kemukakan di atas, sekarang keadaan itu kami aplikasikan dengan kehidupan manusia, yaitu dengan memberikan contoh sebagai berikut: Salah satu sifat JASMANI manusia adalah BAKHIL (lihat surat  Al Ma'aarij (70) ayat 19-20-21) maka apa bila sifat ini mempengaruhi perbuatan MANUSIA dan/atau JASMANI dapat menguasai RUHANI maka akan timbul dan tumbuh dalam diri manusia perbuatan  kikir, pelit, selalu mementingkan diri sendiri, tidak mempunyai rasa kesetiakawanan sosial, sehingga secara keseluruhan apa yang dilakukan manusia akan mencerminkan NILAI-NILAI KEBURUKAN. Apabila kita termasuk orang yang kikir, bakhil, selalu mementingkan diri sendiri serta tidak mempunyai rasa kesetiakawanan sosial, itulah contoh manusia yang telah  memperturutkan AHWAnya yaitu melalui perbuatan JASMANI yang mengalahkan perbuatan RUHANI. Sebagai perbandingan lihatlah orang yang RUHANInya menang terhadap JASMANI atau RUHANInya menguasai JASMANInya maka tindakan dan perbuatan orang tersebut sesuai dengan NILAI-NILAI KEBAIKAN seperti dermawan, murah hati, selalu tolong menolong, menjadikan harta yang dimilikinya sebagai modal awal menuju kehidupan akhirat dan/atau melakukan jihad melalui harta yang dimilikinya di jalan ALLAH SWT.

 
Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya. Maka Apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?,
(surat Al Furqaan (25) ayat 43)

Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya[1384] dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?
 (surat Al Jaatsiyah (45) ayat 23)

[1384] Maksudnya Tuhan membiarkan orang itu sesat, karena Allah telah mengetahui bahwa Dia tidak menerima petunjuk-petunjuk yang diberikan kepadanya.

Berikut ini kami berikan contoh lainnya  tentang bahayanya AHWA kepada diri manusia, jika RUHANI kami asumsikan dengan AIR yang putih, murni, jernih dan bersih serta tidak terkontaminasi dengan apapun juga. Kemudian kita masukkan ke dalam AIR tersebut KOPI selanjutnya apa yang terjadi? AIR PUTIH akan berubah menjadi AIR KOPI yang berwarna hitam pekat, timbul pertanyaan kemana perginya AIR yang putih,  jernih dan bersih itu? AIR secara phisik tetap ada dan utuh namun kemurniannya, kejernihannya, kebersihannya, sudah tidak ada lagi pada AIR yang ada kini hanyalah KOPI dengan segala yang menyertainya atau dengan kata lain perbuatan KOPI telah menggantikan putih, murni, jernih dan bersihnya AIR. Hal yang sama juga berlaku kepada RUHANI diri kita jika AHWA telah menempati dan/atau mengalahkan perbuatan-perbuatan RUH atau NASS sehingga yang keluar dari diri kita adalah perbuatan-perbuatan yang memenuhi koridor NILAI-NILAI KEBURUKAN atau dengan kata lain RUHANI tetap ada dan utuh akan tetapi NILAI-NILAI KEBAIKAN yang berasal dari NILAI-NILAI ILAHIAH telah tergantikan oleh NILAI-NILAI KEBURUKAN yang berasal dari ALAM. 

Itulah kondisi dan keadaan yang terjadi di dalam diri setiap manusia, dimana keadaan seperti ini sudah di dalam ILMUNYA ALLAH SWT dan/atau sudah di dalam KEHENDAK ALLAH SWT sewaktu merencanakan KEKHALIFAHAN di muka bumi. Di satu sisi ALLAH SWT menciptakan jalan menuju KEBAIKAN dan di lain sisi ALLAH SWT juga menciptakan jalan menuju KEBURUKAN. Adanya jalan KEBAIKAN dan jalan KEBURUKAN yang telah dibuat oleh ALLAH SWT maka hal ini juga merupakan jembatan bagi ALLAH SWT untuk menseleksi siapa yang berhak menempati SYURGA dan siapa yang berhak menempati NERAKA JAHANNAM dengan cara yang seadil-adilnya.

andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya. sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada mereka kebanggaan (Al Quran) mereka tetapi mereka berpaling dari kebanggaan itu.
(surat Al Mu'minuun (23) ayat 71)

Sekarang ke dua keadaan yang kami contohkan di atas sudah ada pada diri setiap orang termasuk diri kita sendiri, selanjutnya bagaimana kita menyikapi hal ini?  Jika kita termasuk orang yang TAHU DIRI, maka kondisi tersebut wajib kita jadikan sebagai RAMBU-RAMBU yang harus kita patuhi dalam rangka untuk pulang kampung ke SYURGA. Setelah mengetahui hal ini, timbul pertanyaan siapakah yang membutuhkan RAMBU-RAMBU di atas, manusiakah atau   ALLAH SWT kah? ALLAH SWT sebagai PEMILIK yang sekaligus PENCIPTA, PEMELIHARA, PENJAGA, PENGAYOM, PENGAWAS dari langit dan bumi beserta isinya tidak membutuhkan itu semua sebab  ALLAH SWT itu sendiri   juga merangkap INISIATOR adanya SYURGA dan NERAKA.

  
dan jika Kami merasakan kepadanya sesuatu rahmat dari Kami sesudah Dia ditimpa kesusahan, pastilah Dia berkata: "Ini adalah hakku, dan aku tidak yakin bahwa hari kiamat itu akan datang. dan jika aku dikembalikan kepada Tuhanku Maka Sesungguhnya aku akan memperoleh kebaikan pada sisiNya." Maka Kami benar-benar akan memberitakan kepada orang-orang kafir apa yang telah mereka kerjakan dan akan Kami rasakan kepada mereka azab yang keras.
(surat Fushshilat (41) ayat 50)

SYURGA dan NERAKA adalah dua buah tempat kembali yang sangat berbeda fasilitasnya sehingga orang yang akan menempatinya pasti sangat berbeda pula. Adanya perbedaan antara SYURGA dan NERAKA maka aturan main yang berlaku bagi SYURGA dan bagi NERAKA pasti  berlainan juga. Sekarang jika ALLAH SWT melarang tindakan manusia memperturutkan AHWAnya atau mempertuhankan AHWAnya dikarenakan hal ini akan membuat manusia keluar atau tidak sesuai lagi dengan KONSEP AWAL penciptaan manusia dimana manusia diciptakan oleh ALLAH SWT berdasarkan Fitrah-Nya serta telah pula dimuliakan oleh ALLAH SWT. Apabila kita melakukan hal-hal yang kami contohkan di atas, maka tindakan tersebut berada di luar gelombang dan siaran ALLAH SWT dan/atau malah sudah menjauh dari SYARAT dan KETENTUAN yang telah ALLAH SWT tentukan terutama tentang FITRAH dan KEMULIAAN. Akibat dari itu semua maka akan mengakibatkan perbedaan tempat kembali bagi manusia. Untuk menambah pengetahuan tentang AHWA, berikut ini akan kami kemukakan ciri-ciri atau sifat-sifat dari pengikut AHWA dan/atau manusia yang memperturutkan hawa nafsunya, yaitu:

1)     Pengikut hawa nafsu suka menolak yang haq atau suka menolak kebenaran.

orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah Itulah petunjuk (yang benar)". dan Sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, Maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.
(surat Al Baqarah (2) ayat 120)

2)     Pengikut hawa nafsu sulit di atur, atau sulit di urus, atau sulit dikendalikan.

Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya. Maka Apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?,
(surat Al Furqaan (25) ayat 43)

3)     Pengikut hawa nafsu suka meendustakan ayat-ayat ALLAH SWT.

dan mereka mendustakan (Nabi) dan mengikuti hawa nafsu mereka, sedang tiap-tiap urusan telah ada ketetapannya[1435]
(surat Al Qamar (54) ayat 3)

[1435] Maksudnya bahwa segala urusan itu pasti berjalan sampai waktu yang telah ditetapkan terjadinya, seperti: urusan Rasulullah dalam meninggikan kalimat Allah pasti sampai pada akhirnya Yaitu kemenangan di dunia dan kebahagiaan di akhirat. sedang urusan orang yang mendustakannya pasti sampai pula pada akhirnya, Yaitu kekalahan di dunia dan siksaan di akhirat.

4)     Pengikut hawa nafsu suka melalaikan/menyianyiakan shalat atau  malah sering tidak shalat.

Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, Maka mereka kelak akan menemui kesesatan,
(surat Maryam (19) ayat 59)

5)     Pengikut hawa nafsu suka membikin-bikin syariat, suka menambah atau mengurangi ketentuan syariat tanpa tuntunan yang berasal dari ALLAH SWT.


kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama itu), Maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui.
Sesungguhnya mereka sekali-kali tidak akan dapat menolak dari kamu sedikitpun dari siksaan Allah. dan Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain, dan Allah adalah pelindung orang-orang yang bertakwa.
Al Quran ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini.
(surat Al Jaatsiyah (45) ayat 18-19-20)

6)     Pengikut hawa nafsu suka berlebih-lebihan atau suka melampaui batas kepantasan atau batas kepatutan yang berlaku.

Katakanlah: "Hai ahli Kitab, janganlah kamu berlebih-lebihan (melampaui batas) dengan cara tidak benar dalam agamamu. dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus".
(surat Al Maaidah (5) ayat 77)

7)     Pengikut hawa nafsu dikunci hatinya.

dan di antara mereka ada orang yang mendengarkan perkataanmu sehingga apabila mereka keluar dari sisimu orang-orang berkata kepada orang yang telah diberi ilmu pengetahuan (sahabat-sahabat Nabi): "Apakah yang dikatakannya tadi?" mereka Itulah orang-orang yang dikunci mati hati mereka oleh Allah dan mengikuti hawa nafsu mereka.
(surat Muhammad (47) ayat 16)

8)     Pengikut hawa nafsu suka memutar balikkan fakta

Maka Apakah orang yang berpegang pada keterangan yang datang dari Rabbnya sama dengan orang yang (shaitan) menjadikan Dia memandang baik perbuatannya yang buruk itu dan mengikuti hawa nafsunya?
(surat Muhammad (47) ayat 14)

Hal lain yang harus kita perhatikan sebagai seorang KHALIFAH di muka bumi yaitu jika sampai diri kita memperturutkan AHWA dan/atau menjadikan AHWA sebagai TUHAN pengganti selain ALLAH SWT dan/atau diri kita menyerahkan pengelolaan diri hanya untuk kepentingan JASMANI semata dan/atau RUHANI dikalahkan oleh JASMANI berarti kita telah mendzalimi diri sendiri.

tetapi orang-orang yang zalim, mengikuti hawa nafsunya tanpa ilmu pengetahuan; Maka siapakah yang akan menunjuki orang yang telah disesatkan Allah? dan Tiadalah bagi mereka seorang penolongpun.
(surat Ar Ruum (30) ayat 29)


dan Sesungguhnya jika kamu mendatangkan kepada orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al kitab (Taurat dan Injil), semua ayat (keterangan), mereka tidak akan mengikuti kiblatmu, dan kamupun tidak akan mengikuti kiblat mereka, dan sebahagian merekapun tidak akan mengikuti kiblat sebahagian yang lain. dan Sesungguhnya jika kamu mengikuti keinginan mereka setelah datang ilmu kepadamu, Sesungguhnya kamu -kalau begitu- Termasuk golongan orang-orang yang zalim.
(surat Al Baqarah (2) ayat 145)

Selanjutnya sebagai KHALIFAH ALLAH SWT di muka bumi yang telah tahu dan mengerti tentang diri sendiri, berhati-hatilah dengan peringatan, ancaman, pemberitahuan dari  ALLAH SWT yang tertuang di dalam surat Al A'raaf (7) ayat 176 di bawah ini, apakah peringatan ALLAH SWT itu?

dan kalau Kami menghendaki, Sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi Dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, Maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya Dia mengulurkan lidahnya (juga). demikian Itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami. Maka Ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir.
(surat Al A'raaf (7) ayat 176)

ALLAH SWT melalui surat Al A'raaf (7) ayat 176 menegaskan bahwa Pengikut AHWA dan/atau orang yang telah mempertuhankan AHWANYA sebagai TUHAN pengganti selain ALLAH SWT mereka semua dipersamakan dengan ANJING oleh ALLAH SWT. Sekarang maukah kita disamakan dengan ANJING oleh pencipta diri kita, dalam hal ini ALLAH SWT? Untuk itu:

1)      Lihatlah Anjing, dihalau dan dibiarkan menjulurkan lidah.
2)      Lihatlah Anjing, diberi makanan yang enak menjulurkan lidah (dimakan),  diberi makanan jorokpun menjulurkan lidah (dimakan juga) sebab bagi Anjing makanan enak dan makanan yang jorok sama saja.
3)      Lihatlah Anjing semua digonggong, yang baik digonggong, yang rusak dan jelek digonggong pula, semuanya tidak ada yang baik atau semuanya sama saja sebab yang baik adalah dirinya sendiri. 

Itulah dunia Anjing yang dikemukakan oleh ALLAH SWT dalam surat  Al A'raaf (7) ayat 176, sekarang tinggal bagaimana kita menyikapinya? Kami berharap kepada pembaca buku ini, jangan sampai diri kita dipersamakan dengan Anjing oleh ALLAH SWT akibat kita selalu memperturutkan AHWA dan/atau menjadikan AHWA menjadi TUHAN pengganti ALLAH SWT sewaktu melaksanakan tugas sebagai KHALIFAH di muka bumi. Jika sampai titel Anjing kita peroleh berarti diri kita telah turun pangkat dari makhluk yang terhormat menjadi makhluk yang hina.  

B. ADANYA BAHAYA dari SYAITAN

Seperti kita ketahui bersama bahwa IBLIS/JIN/SYAITAN pada awalnya adalah juga MALAIKAT ALLAH SWT yang selalu tunduk dan patuh kepada ALLAH SWT. Namun setelah adanya  Perintah Sujud kepada NABI ADAM as, maka terjadilah pengelompokkan MALAIKAT ALLAH SWT menjadi 2(dua) kelompok  yaitu MALAIKAT yang PATUH dan TAAT yang dalam hal ini diwakili oleh MALAIKAT yang berasal dari NUUR sedangkan MALAIKAT yang tidak patuh dan tidak taat kepada ALLAH SWT diwakili oleh MALAIKAT yang berasal dari NAAR/API. Selanjutnya setelah  adanya peristiwa pembangkangan yang dilakukan oleh IBLIS maka MALAIKAT yang berasal dari NAAR/API tidak diperkenankan kembali menyandang gelar MALAIKAT yang dikemudian hari dikenal dengan nama IBLIS/JIN/SYAITAN.

Perbedaan nama antara IBLIS, JIN, SYAITAN dikarenakan perbedaan aktivitas perbuatan mereka masing-masing. Mereka dikatakan atau dinamakan dengan IBLIS dikarenakan KENEKATANNYA membangkang perintah ALLAH SWT sedangkan SYAITAN dikatakan demikian karena perbuatannya yang selalu menyuruh orang melakukan tindakan negatif melalui cara-cara halus, baik melalui bisikan ataupun hasutan. Untuk menambah pemahaman tentang MALAIKAT maupun IBLIS/SYAITAN, perhatikanlah CAHAYA senter, bengkokkah atau berbelok-belokkah CAHAYA yang keluar dari senter atau LURUS sesuai arahan? CAHAYA akan selalu LURUS tanpa ada kebengkokan sama sekali dan sekarang jika MALAIKAT patuh dan taat kepada ALLAH SWT, hal ini  sangat sesuai dengan sifat CAHAYA sebagai unsur pembentuk MALAIKAT, sekarang bagaimana dengan IBLIS/JIN/SYAITAN yang diciptakan dari API atau NAAR oleh ALLAH SWT?

iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma'siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya,
(surat Al Hijr (15) ayat 39)

Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan yang Maha Pemurah (Al Quran), Kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan) Maka syaitan Itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya.
(surat Az Zukhruf (43) ayat 36)

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah- langkah syaitan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan, Maka Sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar. Sekiranya tidaklah karena kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.
(surat An Nuur (24) ayat 21)

Lihatlah   API yang sedang berkobar, ia selalu ingin menang sendiri, tidak mau kalah dan mengalah, apapun  akan di babat habis tanpa pandang bulu, apapun dihajar, selalu merasa jagoan dan jika IBLIS/JIN/SYAITAN berani membangkang perintah  ALLAH SWT tentunya hal ini sudah sesuai dengan sifat dasar dari api sebagai dzat pembentuk dari IBLIS/JIN/SYAITAN.


iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).
(surat Al A'raaf (7) ayat 16-17)

Sekarang MALAIKAT ataupun IBLIS/JIN/SYAITAN sudah diciptakan ALLAH SWT dan saat ini pun mereka semua sedang melaksanakan apa-apa yang telah DIKEHENDAKI oleh ALLAH SWT dalam ILMUNYA sewaktu menciptakan KEKHALIFAHAN di muka bumi, selanjutnya apa yang harus kita sikapi? Sebagai MAKHLUK yang sama-sama diciptakan oleh ALLAH SWT maka kitapun harus tahu tentang keberadaan mereka semua sehingga kita dapat meletakkan diri secara pantas dan patut dihadapan mereka semua. Sekarang bagaimanakah caranya kita menghadapi MALAIKAT dan juga JIN/IBLIS/ SYAITAN? Untuk menghadapi MALAIKAT dengan perilaku dan perbuatan yang selalu lurus sehingga ia patuh dan taat kepada ALLAH SWT maka sepanjang kitapun melakukan hal yang sama dengan perbuatan MALAIKAT tentunya MALAIKATpun akan memberikan penghormatan kepada kita dikarenakan antara kita dengan MALAIKAT sudah ada di dalam KORIDOR NILAI-NILAI KEBAIKAN yang sama yaitu TAAT dan PATUH kepada  ALLAH SWT. Sekarang bagaimana jika kita justru melakukan perbuatan yang berlawanan dan bertentangan dengan apa-apa yang diperbuat oleh MALAIKAT, maka secara otomatis MALAIKATpun akan memberikan celaan, cemoohan, mungkin juga malah memberikan laknat kepada kita dikarenakan kita TIDAK TAHU DIRI.


Selanjutnya bagaimana dengan SYAITAN, jika kita melakukan amal perbuatan yang sama dengan perbuatan MALAIKAT yaitu TAAT dan PATUH kepada  ALLAH SWT? SYAITAN sebagai makhluk yang telah dilaknat dan telah dikutuk oleh ALLAH SWT sangat MEMBENCI apa yang kita lakukan,  SYAITAN akan MERCERCA perbuatan yang kita lakukan tersebut. SYAITAN yang telah memiliki LISENSI KHUSUS dari ALLAH SWT sebagai MAKHLUK yang akan MENCELAKAKAN dan MENJERUMUSKAN MANUSIA  tentunya tidak akan tinggal diam dengan profesinya tersebut. Segala daya dan upaya akan terus dilakukan oleh SYAITAN untuk memperdayai MANUSIA sampai MANUSIA dapat dibawanya pulang ke NERAKA JAHANNAM. SYAITAN sejak di usir dan dilaknat oleh  ALLAH SWT hanya mempunyai SATU KEAHLIAN dan SATU PEKERJAAN yang telah diOTORISASI oleh ALLAH SWT yaitu MENYESATKAN dan MENJERUMUSKAN manusia atau dapat dikatakan SYAITAN adalah SPESIALIS di bidang MENYESATKAN dan MENJERUMUSKAN MANUSIA. Untuk menjalankan dan mensukseskan PROFESINYA tersebut maka SYAITAN membuat dan menempuh jalan melalui hal-hal sebagai berikut:

1.      Menghiasi kebathilan dengan cara memandang baik perbuatan-perbuatan yang membahayakan atau perbuatan–perbuatan yang salah.
2.      Menampakkan syirik atapun musyrik sebagai pengagungan dan pengingkaran sifat-sifat ALLAH SWT.
3.      Menamakan kemaksiatan, kekejian, keburukan dengan nama yang menyenangkan agar keburukan dan kekejian tersamar.
4.      Menamakan ketaatan dengan yang tidak disukai orang.
5.      Syaitan memasuki manusia melalui pintu yang paling disukai oleh jiwa manusia.
6.      Syaitan menyesatkan manusia tidak secara sekaligus akan   tetapi secara bertahap.
7.      Meminta bantuan kepada syaitan-syaitan dari kalangan manusia.

Adanya kondisi di atas, maka kita diharuskan waspada dan berhati-hati dengan SYAITAN sebab SYAITAN masih mempunyai banyak ajaran atau masukan atau perbuatan yang paling disukainya dalam rangka menjerumuskan manusia, seperti:

1.      Selalu menipu manusia ke jalan yang sesat dan/atau menipu dengan kepalsuan;
2.      Menghalangi manusia dari jalan Islam;
3.      Musyrik dan selalu menyimpang dari Islam;
4.      Anti shalat; 
5.      Anti Islam;
6.      Paling suka permusuhan judi dan mabok;
7.      Suka menandingi Al-Qur'an dengan syair dan lagu-lagu;
8.      Makanannya yang haram dan yang buruk serta yang tidak disebut nama ALLAH SWT.


Manusia sebagai makhluk yang diciptakan lebih baik dari SYAITAN maka sudah sepantasnya dan seharusnya  manusia dapat mengalahkan ajakan, pengaruh, hasutan, iming-iming dari SYAITAN. Selain itu sudah sepantasnya pula manusia  dapat memenangkan pertandingan melawan SYAITAN. Selanjutnya JIN/IBLIS/SYAITAN sebagai makhluk ALLAH SWT yang hanya TAHU dan MENGERTI bahwa MANUSIA itu hanya terdiri dari JASMANI saja dan beranggapan bahwa API lebih baik dari TANAH serta tidak mempunyai ilmu dan pengetahuan tentang RUH dan AMANAH7, pantaskah jika SYAITAN yang menjadi pemenang dan/atau manusia malah jadi pecundang di dalam melaksanakan KEKHALIFAHAN di muka bumi sedangkan ALLAH SWT di dalam KEHENDAKNYA sewaktu menciptakan manusia mempunyai skenario manusia adalah pemenangnya?

Jika kita adalah MANUSIA yang TAHU tentang DIRI SENDIRI tentunya KEHENDAK ALLAH SWT itulah yang menjadi PANDUAN dan PEDOMAN kita di dalam melaksanakan KEKHALIFAHAN di muka bumi. Selanjutnya samakah atau bedakah perlakuan ALLAH SWT kepada MALAIKAT atau kepada SYAITAN? ALLAH SWT pasti membedakan perlakuan baik kepada MALAIKAT maupun SYAITAN sebab ALLAH SWT juga ingin menunjukkan keadilan-NYA kepada seluruh makhluk-Nya dan jika hal ini kita jadikan patokan maka kepada manusiapun  ALLAH SWT akan memberikan perlakuan yang berbeda antara MANUSIA yang PATUH dan TAAT kepada perintah ALLAH SWT dengan yang tidak patuh dan tidak taat kepada perintah ALLAH SWT.

Untuk itu jangan pernah sekalipun atau terpikirkan untuk menjadikan SYAITAN sebagai PENUNJUK JALAN, sebagai KONSULTAN, sebagai PENASEHAT, sebagai PEMIMPIN, sebagai ATASAN, sebagai TUHAN, sebagai TEMAN, sebagai TELADAN, termasuk di dalamnya SYAITAN yang berbentuk MANUSIA, sehingga kita tidak disesatkan dan tidak dijerumuskan melalui BUJUKAN, RAYUAN, HASUTAN, IMING-IMING, yang dilakukan oleh SYAITAN beserta antek-anteknya.Selanjutnya akan kami kemukakan sisi lain dari SYAITAN yang terdapat di dalam surat Ibrahim (14) ayat 22 di bawah ini: Inilah pengakuan jujur dari SYAITAN sebagai salah satu makhluk ALLAH SWT yang pekerjaannya menghasut dan menipu manusia melalui bisikan, rayuan serta iming-iming kepada manusia. Selanjutnya masih maukah dan/atau masih mau percayakah kita kepada bujukan dan rayuan SYAITAN sang LAKNATULLAH? Jawablah dengan jujur pertanyaan ini sebab hal ini merupakan cerminan diri kita sendiri.

dan berkatalah syaitan tatkala perkara (hisab) telah diselesaikan: "Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan akupun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya. sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekedar) aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu mencerca aku akan tetapi cercalah dirimu sendiri. aku sekali-kali tidak dapat menolongmu dan kamupun sekali-kali tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatanmu mempersekutukan aku (dengan Allah) sejak dahulu". Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu mendapat siksaan yang pedih.
(surat Ibrahim (14) ayat 22)

Jika saat ini kita masih hidup di dunia, ini berarti kita sedang berhadapan dengan IBLIS/JIN/SYAITAN dan juga berhadapan dengan MALAIKAT, timbul pertanyaan siapakah yang akan kita tiru perbuatannya? Jika IBLIS/JIN/SYAITAN yang kita jadikan sebagai panutan dan suri teladan di dalam melaksanakan PROGRAM KEKHALIFAHAN di muka bumi terimalah hadiah dan penghormatan berupa tempat kembali berupa KAMPUNG KESENGSARAAN dan KEBINASAAN. Akan tetapi jika MALAIKAT  sebagai makhluk yang taat dan patuh yang kita jadikan panutan dan suri teladan maka ALLAH SWT akan memberikan tempat kembali berupa KAMPUNG KEBAHAGIAAN. Sekarang tinggal pilih yang mana? Hal yang harus kita perhatikan adalah pilihan hanya ada satu, SYURGA atau NERAKA sebab ALLAH SWT tidak mempunyai tempat kembali yang bersifat ABU-ABU yaitu bisa SYURGA dan bisa NERAKA.   

Pembaca, di satu sisi MANUSIA atau diri kita  telah  DITEMPATKAN dan telah DILETAKKAN oleh  ALLAH SWT sebagai KHALIFAHNYA di muka bumi, sehingga posisi kita sejak awal sudah ditempatkan LEBIH BAIK serta sudah diletakkan LEBIH TINGGI  dari MAKHLUK LAINNYA akan tetapi KITA JUGA DIHADAPKAN dengan 2(dua) MUSUH ABADI yaitu AHWA dan SYAITAN. Sekarang sebagai MAKHLUK yang diciptakan dengan cara TERHORMAT tentu kita wajib dan harus dapat juga MEMELIHARA KEHORMATAN tersebut dan juga KEMBALI dengan cara TERHORMAT pula serta HARUS DAPAT MENGALAHKAN SYAITAN maupun AHWA secara TERHORMAT pula.

Selanjutnya jika keberadaan MANUSIA termasuk keberadaan diri kita saat ini di muka bumi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari KEHENDAK ALLAH SWT di dalam melaksanakan KEKHALIFAHAN di muka bumi, timbul pertanyaan apakah yang  ALLAH SWT berikan kepada MANUSIA di dalam memudahkan pelaksanaan atau di dalam mensukseskan KEKHALIFAHAN di muka bumi? Dalam rangka mensukseskan program KEKHALIFAHAN di muka bumi ALLAH SWT telah memberikan kepada setiap KHALIFAHNYA berupa :

1.      JASMANI dengan segala kecanggihan jaringan yang terdapat di dalamnya.
2.      RUHANI dengan segala fasilitas pendukungnya dan/atau yang menyertainya seperti AMANAH 7, HUBBUL, AKAL, HATI RUHANI serta PERASAAN.
3.      AD DIIN atau DIINUL ISLAM yang berisi TUNTUNAN dan PEDOMAN yang dibuat berdasarkan KEFITRAHAN dan KEMURNIAN yang dimiliki oleh ALLAH SWT untuk kepentingan dan kelancaran proses KEKHALIFAHAN di muka bumi sehingga apa-apa yang dikehendaki oleh  ALLAH SWT berjalan lancar atau sesuai dengan apa-apa yang telah dikonsepkan di dalam ILMUNYA yang MAHA HEBAT.


Adanya tiga hal yang kami sebutkan di atas, seharusnya dapat menghantarkan kesuksesan diri kita di dalam menjalankan tugas sebagai KHALIFAH di muka bumi. Akan tetapi bukannya kesuksesan yang kita peroleh namun kemunduran, kejahiliyahan yang kita peroleh. Adakah yang salah dari apa-apa yang telah diberikan oleh ALLAH SWT kepada manusia?  ALLAH SWT tidak mungkin salah di dalam memberikan sesuatu kepada manusia yang akan dijadikannya KHALIFAH di muka bumi. Namun akibat pengaruh AHWA dan SYAITAN dan/atau akibat kurangnya PENGETAHUAN tentang DIRI SENDIRI dan juga PENGETAHUAN tentang   ALLAH SWT,  apa-apa yang seharusnya baik dan bagus yang berasal dari ALLAH SWT malah tidak berfungsi dan tidak berguna lagi sesuai dengan KEHENDAK ALLAH SWT. Adanya kondisi seperti ini, seharusnya kita mengetahui betapa pentingnya kita memiliki PENGETAHUAN tentang ALLAH SWT dan/atau betapa pentingnya kita BERIMAN kepada ALLAH SWT dan/atau betapa pentingnya AD DIIN atau DIINUL ISLAM bagi diri, keluarga serta anak dan keturunan kita.

Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui[1168],
(surat Ar Ruum (30) ayat 30)

[1168] Fitrah Allah: Maksudnya ciptaan Allah. manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama Yaitu agama tauhid. kalau ada manusia tidak beragama tauhid, Maka hal itu tidaklah wajar. mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantara pengaruh lingkungan.

Selanjutnya ALLAH SWT melalui firman-Nya yang terdapat di dalam surat Ar Ruum (30) ayat 30 di atas ini, menerangkan kepada diri kita tentang FITRAH yang dimiliki-Nya sebagai berikut:

1.      ALLAH SWT adalah DZAT yang MAHA FITRAH sehingga dengan kemahafitrahan yang dimiliki-Nya diciptakanlah MANUSIA (dalam hal ini adalah RUHANI dan AMANAH 7 manusia serta AKAL/HATI RUHANI MANUSIA).
2.      FITRAH ALLAH SWT tidak akan pernah mengalami perubahan sedikitpun oleh sebab apapun juga, dengan demikian maka RUHANI dan AMANAH 7 serta AKAL yang dimiliki oleh manusiapun merupakan FITRAH ALLAH SWT juga yang tidak akan mengalami perubahan.
3.      MANUSIA diperintah oleh ALLAH SWT untuk menghadapkan wajahnya kepada AGAMA ALLAH SWT, agar manusia selalu  berada di dalam FITRAH ALLAH SWT atau selalu mengacu dan berpedoman kepada FITRAH ALLAH SWT.

Berdasarkan apa-apa yang kami kemukakan di atas ini tentang FITRAH ALLAH SWT, maka AD-DIIN atau DIINUL ISLAM dapat dikatakan sebagai KONSEP FITRAH yang berisi tentang TUNTUNAN dan PEDOMAN yang harus dilaksanakan oleh MANUSIA jika ia ingin tetap berada di dalam KEFITRAHANNYA atau selalu berada di dalam gelombang dan siaran ALLAH SWT yang berlaku. Jika sekarang  ALLAH SWT memerintahkan kepada MANUSIA untuk selalu menghadapkan wajahnya menuju AGAMA yang LURUS, ini berarti bahwa FITRAH yang dimiliki MANUSIA (dalam hal ini adalah RUHANI dan AMANAH 7 manusia) di hadapkan atau dipertemukan atau disambungkan dengan FITRAH yang dimiliki oleh ALLAH SWT, selanjutnya apa yang terjadi?

Jika FITRAH bertemu dengan FITRAH maka terjadilah kesesuaian, terjadilah keserasian, dan terjadilah keselarasan antara FITRAH yang dimiliki MANUSIA dengan FITRAH yang dimiliki ALLAH SWT melalui jalan AGAMA YANG FITRAH (dalam hal ini adalah AD DIIN atau DIINUL ISLAM). Sekarang jika MANUSIA diciptakan oleh ALLAH SWT dari FITRAHNYA (dalam hal ini adalah RUHANI dan AMANAH 7 manusia) maka FITRAH yang dimiliki manusia sudah pasti lebih sedikit atau bahkan jika dibandingkan dengan FITRAH ALLAH SWT mungkin FITRAH yang dimiliki manusia laksana setetes air yang menempel di ujung jari setelah dicelupkan di tengah lautan luas.

Selanjutnya MANUSIA di suruh  ALLAH SWT menghadapkan wajahnya ke FITRAH tersebut, siapakah yang paling diuntungkan dengan keadaan tersebut? Dalam hukum alam yang berlaku, yang kecil pasti dikalahkan oleh  yang besar, akan tetapi dalam ILMU ALLAH SWT tentang AD DIIN hal ini  tidak berlaku sebab jika FITRAH YANG KECIL bertemu dengan FITRAH YANG MAHA BESAR maka YANG KECIL akan terbantu dan/atau akan tertolong dan/atau akan ditolong oleh yang Maha Besar. Agar FITRAH YANG BESAR yang dimiliki oleh ALLAH SWT dapat membantu dan menolong FITRAH YANG KECIL yang dimiliki manusia, maka :

1.      FITRAH yang kecil wajib menyelaraskan, menyerasikan, dan menyeimbangkan dengan kondisi dan keadaan FITRAH yang besar.
2.      FITRAH yang kecil harus berada di dalam ketentuan FITRAH yang besar.
3.      FITRAH yang kecil harus sesuai dengan SYARAT dan KETENTUAN yang diinginkan oleh FITRAH yang besar.
4.      FITRAH yang kecil jangan sampai meninggalkan FITRAH yang besar.
5.      FITRAH yang kecil jangan mencoba mengalahkan FITRAH yang besar.
6.      FITRAH yang kecil jangan  melecehkan FITRAH yang besar.
7.      FITRAH yang kecil harus selalu berada di dalam gelombang dan siaran yang sama dengan FITRAH YANG BESAR.

Untuk itu maka kita harus dapat selaras, serasi dan seimbang dengan ALLAH SWT dengan cara menyamakan SYARAT dan KETENTUAN yang telah ditetapkan maka FITRAH yang telah ALLAH SWT janjikan dapat kita peroleh. Yang menjadi persoalan adalah KITA YANG KECIL berusaha ingin SELAMAT tetapi jalan yang ditempuh justru melawan dan menentang YANG BESAR dengan menambah, mengurangi apa-apa yang telah ditetapkan sebagai SYARAT dan KETENTUAN dari YANG BESAR. Jika kita termasuk orang-orang yang TAHU DIRI atau jika kita termasuk orang-orang yang menyatakan bahwa diri kita adalah bagian yang tidak terpisahkan dari KEHENDAK ALLAH SWT atau jika keberadaan diri  kita di muka bumi ini bukanlah sebuah kebetulan belaka, maka kita harus dan wajib memerlukan dan membutuhkan AD DIIN atau DIINUL ISLAM dan/atau yang wajib melaksanakan RUKUN IMAN, RUKUN ISLAM dan IKHSAN dalam satu kesatuan yang tidak terpisahkan.

Sekarang kita telah memiliki RUKUN IMAN, RUKUN ISLAM dan IKHSAN yang merupakan bagian dari KEHENDAK ALLAH SWT, selanjutnya apa yang harus kita lakukan dengan hal ini? Untuk itu kita harus dapat melaksanakan ketentuan RUKUN IMAN, RUKUN ISLAM dan IKHSAN dalam satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan antara yang satu dengan yang lainnya, seperti:

1.      kita tidak diperkenankan untuk melaksanakan hanya RUKUN IMAN saja dengan mengabaikan RUKUN ISLAM dan IKHSAN.

2.      kita tidak diperkenankan untuk melaksanakan hanya RUKUN ISLAM saja dengan mengabaikan RUKUN IMAN dan IKHSAN.

3.      kita tidak diperkenankan untuk melaksanakan hanya IKHSAN saja dengan mengabaikan RUKUN IMAN dan RUKUN ISLAM.

4.      kita tidak diperkenankan dan tidak diperbolehkan merubah, menambah, mengurangi atau menghilangkan ketentuan RUKUN IMAN, RUKUN ISLAM dan IKHSAN baik sebahagian atau seluruhnya.

5.      Di dalam melaksanakan sebuah RUKUN apakah ketentuan RUKUN IMAN dan RUKUN ISLAM ataupun IKHSAN, kita tidak diperbolehkan dan tidak diperkenankan untuk melaksanakan satu ketentuan rukun saja sebab yang dinamakan dengan RUKUN merupakan satu kesatuan perbuatan. Misalnya kita hanya melaksanakan SHALAT saja tetapi tidak melakukan puasa ataupun zakat atau hanya percaya kepada kitab saja dengan mengabaikan iman kepada ALLAH SWT, iman kepada RASUL maupun iman kepada MALAIKAT ALLAH SWT. 


Jika ini adalah ketentuan dari RUKUN IMAN, RUKUN ISLAM dan IKHSAN yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari KONSEP ILAHIAH yang tertuang dalam AD DIIN atau DIINUL ISLAM, selanjutnya siapakah yang memerlukan dan membutuhkan itu semua, ALLAH SWTkah atau kita sebagai KHALIFAH di muka bumi? Jika kita termasuk orang yang TAHU DIRI dan/atau TELAH MENGENAL DIRI SENDIRI dimana kita telah diciptakan oleh ALLAH SWT dengan kondisi dasar sebagai berikut:

1.      Manusia atau diri kita telah dimuliakan oleh ALLAH SWT
2.      Manusia atau diri kita telah diberi RUH (JIWA) yang suci oleh ALLAH SWT
3.      Manusia atau diri kita telah berAqidah sejak dalam rahim ibu
4.      Manusia atau diri kita telah diberi Akal oleh ALLAH SWT sehingga ia dicintai ALLAH SWT
5.      Manusia atau diri kita telah diciptakan dalam bentuk sebaik-baiknya.
6.      Manusia atau diri kita diciptakan sesuai dengan FITRAH  ALLAH SWT.
7.      Manusia atau diri kita mempunyai 2(dua) musuh abadi yaitu AHWA dan SYAITAN


Adanya kondisi yang kami sebutkan di atas, lalu adakah selain dari ALLAH SWT yang mampu memberikan, menciptakan, memelihara, menambah, mengurangi, itu semua dan/atau membantu mengalahkan AHWA dan SYAITAN? Sampai dengan saat ini belum ada pabrikan atau makhluk selain ALLAH SWT yang mampu membuat, memberikan, menciptakan, memelihara, atau bahkan menambah, mengurangi, apa-apa yang kami kemukakan di atas serta mampu membantu di dalam mengalahkan AHWA dan SYAITAN. Jika sudah demikian, siapakah yang membutuhkan dan yang memerlukan AD DIIN atau DIINUL ISLAM? Seperti halnya kita membeli sebuah MOBIL BARU, siapakah yang membutuhkan perawatan dan  pemeliharaan dari mobil dimaksud setelah sampai di rumah?

KONSUMEN dan/atau pemakai mobillah yang membutuhkan perawatan dan pemeliharaan dimaksud dalam rangka menjaga keutuhan dan kesempurnaan mobil sewaktu dikendarai. Ini berarti bahwa PABRIKAN mobil tidak memerlukan dan membutuhkan perawatan dan pemeliharan dari mobil yang kita beli akan tetapi PABRIKAN bertanggung jawab kepada konsumennya di dalam merawat dan memelihara mobil yang kita beli.  Apakah kondisi ini juga diterapkan oleh ALLAH SWT? Jika PABRIKAN saja memberlakukan hal tersebut maka ALLAH SWT juga  memberlakukan hal tersebut melebihi apa-apa yang dilakukan oleh PABRIKAN,  kepada MANUSIA atau kepada DIRI KITA. ALLAH SWT dengan kemampuannya yang MAHA sanggup memberikan,  menciptakan, memelihara, menambah dan mengurangi itu semua serta membantu manusia mengalahkan AHWA dan SYAITAN sehingga dengan demikian yang membutuhkan dan memerlukan AD DIIN adalah MANUSIA atau DIRI KITA. Jika sekarang yang membutuhkan dan memerlukan  AD DIIN adalah MANUSIA atau DIRI KITA, maka kita diharuskan dan diwajibkan oleh ALLAH SWT selaku PEMILIK sekaligus PENCIPTA, PEMELIHARA, PENGAWAS, PENGAYOM langit dan bumi beserta segala isinya, untuk :

1.      MELAKSANAKAN AD DIIN atau DIINUL ISLAM dalam kerangka menjalankan KEKHALIFAHAN di muka bumi yang sesuai dengan kehendak ALLAH SWT atau;
2.      MELAKSANAKAN RUKUN IMAN, RUKUN ISLAM dan IKHSAN dalam satu kesatuan yang tidak terpisahkan antara satu ketentuan dengan ketentuan yang lainnya.

Selain daripada itu dalam rangka menghadapi AHWA dan juga menghadapi SYAITAN sang laknatullah, kita juga dapat melakukan hal-hal sebagai berikut:

1)      Jadikan diri menjadi hamba yang MUKHLIS dan/atau jadi diri sendiri sebagai pemenang dalam pertarungan melawan AHWA dan SYAITAN.

kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka[1304].
(surat Shaad (38) ayat 83)

[1304] Yang dimaksud dengan mukhlis ialah orang-orang yang telah diberi taufiq untuk mentaati segala petunjuk dan perintah Allah s.w.t.

kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis[799] di antara mereka".
(surat Al Hijr (15) ayat 40)

[799] Yang dimaksud dengan mukhlis ialah orang-orang yang telah diberi taufiq untuk mentaati segala petunjuk dan perintah Allah s.w.t.

2)      Akuilah dan Imanilah bahwa semua yang ada di alam ini adalah DICIPTAKAN DAN DIMILIKI HANYA OLEH ALLAH SWT

Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi[161] Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi  lagi Maha besar.
(surat Al Baqarah (2) ayat 255)

[161] Kursi dalam ayat ini oleh sebagian mufassirin diartikan dengan ilmu Allah dan ada pula yang mengartikan dengan kekuasaan-Nya.


3)      IMAN yang TEGUH dengan DZIKRULLAH sebanyak-banyaknya dimanapun, kapanpun dan dalam keadaan apapun juga.

Hai orang-orang yang beriman. Apabila kamu memerangi pasukan (musuh), Maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya[620] agar kamu beruntung.
(surat Al Anfaal (8) ayat 45)

[620] Maksudnya Ialah: memperbanyak zikir dan doa.

Yang menjadi persoalan saat ini adalah sudahkah kita melaksanakan itu semua sesuai dengan KEHENDAK ALLAH SWT? Kami berharap pembaca buku ini termasuk orang-orang yang telah melaksanakan IMAN sesuai dengan KEHENDAK ALLAH SWT. Selanjutnya jika kita tidak mau melaksanakan  dan menjalankan AD DIIN dan/atau  kita melaksanakan atau menjalankan AD DIIN tetapi dengan cara menambah, mengurangi, meniadakan, disesuaikan dengan kebutuhan diri atau kelompok, bagaimanakah hal ini ditinjau dari KEHENDAK ALLAH SWT? ALLAH SWT sebagai PEMLIK yang sekaligus PENCIPTA, PEMELIHARA, PENGAWAS, PENGAYOM dari langit dan bumi beserta isinya sangat tidak menyukai tindakan dan perbuatan tersebut dikarenakan orang yang melakukan hal tersebut telah mengambil alih kedudukan dan kebesaran ALLAH SWT terkecuali orang tersebut memang mampu menggantikan dan mengalahkan kebesaran dan kehebatan yang dimiliki ALLAH SWT. Untuk itu jangan pernah melakukan hal-hal yang kami kemukakan di atas, jika kita ingin tetap berada di dalam koridor KEHENDAK ALLAH SWT atau jika memang kita ingin pulang kampung ke SYURGA terkecuali jika kita ingin pulang ke KAMPUNG KESENGSARAAN dan KEBINASAAN bersama IBLIS/JIN/SYAITAN.

6. HUBUNGAN ALLAH SWT dengan ORANG BERIMAN

Menurut Pengetahuan yang kita miliki bahwa CABAI itu PEDAS rasanya dan berdasarkan Pengetahuan yang kita miliki pula selain PEDAS rasanya, CABAI jika di olah dengan benar akan menghasilkan SAMBAL LADO dengan berbagai macam variasi seperti SAMBAL LADO MACO, SAMBAL TERASI, SAMBAL LADO HIJAU dan lain sebagainya. Adanya kondisi ini menandakan bahwa CABAI dan SAMBAL LADO dengan berbagai macam variasinya  merupakan hal yang berbeda walaupun ke duanya rasanya PEDAS.Timbul pertanyaan manakah yang lebih baik dan yang lebih tinggi kedudukannya antara PEDASNYA CABAI yang dimakan langsung tanpa di olah dibandingkan dengan nikmatnya SAMBAL LADO MACO, nikmatnya SAMBAL TERASI, nikmatnya SAMBAL LADO HIJAU? Jika kita termasuk orang yang telah memiliki PENGETAHUAN tentang CABAI secara sempurna, maka kenikmatan merasakan nikmatnya SAMBAL LADO dengan berbagai macam variasinya adalah lebih tinggi kedudukannya dibandingkan dengan memakan cabai secara langsung tanpa di olah. Ini berarti untuk merasakan pedasnya CABAI berbeda dengan merasakan nikmatnya SAMBAL LADO dan/atau dibalik PEDASNYA CABAI yang dimakan langsung terdapat sesuatu yang melebihi itu semua yaitu masih terdapat NIKMATNYA SAMBAL LADO MACO, NIKMATNYA SAMBAL TERASI dan NIKMATNYA SAMBAL LADO HIJAU. Pembaca itulah PENGETAHUAN yang kita miliki tentang CABAI dalam kehidupan kita sehari-hari, selanjutnya bagaimana dengan KEIMANAN kepada ALLAH SWT, apakah kita hanya sebatas kenal dan tahu saja kepada ALLAH SWT ataukah sampai merasakan NIKMATNYA bertuhankan kepada ALLAH SWT?

Jika kepada CABAI saja kita merasa tidak cukup dengan rasa pedasnya saja, tentu kepada  ALLAH SWT juga kita tidak cukup hanya sebatas tahu dan mengenal ALLAH SWT saja.  Akan tetapi kita juga harus sampai merasakan nikmatnya bertuhankan kepada ALLAH SWT barulah kita di anggap telah sukses BERIMAN kepada ALLAH SWT. Agar diri kita tidak hanya sebatas tahu dan mengenal ALLAH SWT saja dan/atau agar diri kita sampai mendapatkan dan merasakan kenikmatan dari bertuhankan kepada ALLAH SWT sangat penting bagi diri kita, bagi keluarga anak dan keturunan kita, bagi REGENERASI  KEKHALIFAHAN di muka bumi untuk memiliki PENGETAHUAN tentang ALLAH SWT yang sesuai dengan KEHENDAK  ALLAH SWT itu sendiri. Jika sekarang kita hanya tahu dan mengerti sebatas PAHALA dan DOSA saja sewaktu beriman kepada ALLAH SWT dan/atau kita hanya memperoleh PAHALA dan DOSA semata dari beriman kepada ALLAH SWT, ini berarti diri kita tidak ubahnya hanya merasakan pedasnya CABAI tetapi belum dapat merasakan nikmatnya SAMBAL LADO. Hal yang harus kita jadikan pedoman di dalam melaksanakan KEIMANAN kepada ALLAH SWT adalah kita harus dapat menempatkan dan meletakkan ALLAH SWT sesuai dengan KEHENDAK ALLAH SWT itu sendiri.

Sebagai KHALIFAH yang sedang melaksanakan  tugas di muka bumi, jadikan Hadits yang kami kemukakan di bawah ini sebagai pedoman di dalam mendapatkan dan memperoleh kenikmatan dari bertuhankan kepada ALLAH SWT, yaitu KEHENDAK ALLAH SWT kepada manusia  sangat tergantung sejauh mana manusia mempersepsikan ALLAH SWT.  

Watsilah bin Al Asqa' ra berkata:Nabi SAW bersabda: ALLAH  ta'ala berfirman: Aku selalu menurutkan sangkaan hamba-Ku terhadap diri-Ku, jika ia baik sangka kepada-Ku maka ia dapat dari pada-Ku apa yang ia sangka. Dan apabila ia jahat (jelek/buruk) sangka kepada-Ku maka ia dapat apa yang ia sangka dari pada-Ku.
(HQR Aththabarani dan Ibnu Hibban, 272:71)

Sekarang apa yang dapat kita peroleh dari kenikmatan bertuhankan kepada ALLAH SWT?  Berikut ini akan kami kemukakan indikator yang dapat kita jadikan pedoman bahwa diri kita telah memperoleh kenikmatan dari bertuhankan kepada  ALLAH SWT dan/atau buah yang dapat kita peroleh dari melaksanakan IMAN kepada            ALLAH SWT dan/atau hasil dari kenikmatan bertuhankan kepada ALLAH SWT yang dapat  kita rasakan selama diri kita menjadi KHALIFAH di muka bumi ini.


A. DITUNJUKI ALLAH SWT

ALLAH SWT akan memberikan PETUNJUK atau akan memberikan BIMBINGAN atau akan memberikan ARAHAN  bagi setiap KHALIFAHNYA tanpa terkecuali sepanjang KHALIFAHNYA  mau  melaksanakan dan/atau memenuhi SYARAT dan KETENTUAN yang dikehendaki oleh ALLAH SWT. Apakah SYARAT dan KETENTUAN yang dikehendaki ALLAH SWT tersebut? Menurut surat Yunus (10) ayat 9 dikemukakan bahwa untuk mendapatkan PETUNJUK, BIMBINGAN, ARAHAN dari ALLAH SWT maka setiap KHALIFAHNYA harus BERIMAN dan BERAMAL SHALEH. Ini berarti BERIMAN dan BERAMAL SHALEH adalah KEHENDAK ALLAH SWT yang harus dipenuhi oleh setiap KHALIFAH yang ingin memperoleh BIMBINGAN, PETUNJUK dan ARAHAN dari ALLAH SWT.

Pernahkah kita merasakan PETUNJUK, ARAHAN, BIMBINGAN yang berasal dari ALLAH SWT sewaktu kita melaksanakan tugas sebagai KHALIFAH di muka bumi dan/atau pernahkah kita mendapatkan sebuah IDE, sebuah PETUNJUK setelah kita melaksanakan SHALAT? Kami yakin pembaca buku ini pernah dan sering mengalami hal yang kami kemukakan di atas ini, selanjutnya apa yang anda  rasakan setelah menerima PETUNJUK, ARAHAN dan BIMBINGAN dari ALLAH SWT tersebut? Adanya PETUNJUK, ARAHAN, BIMBINGAN yang kita peroleh dari ALLAH SWT akan membuat diri menjadi TENANG, akan membuat diri kita mantap menatap masa depan, akan membuat diri kita semangat untuk menyelesaikan tugas, akan membuat diri kita terbebas dari rasa bersalah atau rasa tertekan. Selanjutnya pernahkah kita semua menghitung berapa nilai dari PETUNJUK, BIMBINGAN dan ARAHAN yang berasal dari ALLAH SWT? Kenikmatan dari bertuhankan kepada ALLAH SWT yang kita peroleh tidak dapat dikuantifikasi dalam bentuk hitungan sebab disanalah letak dari kehebatan dan kebesaran         ALLAH SWT. Jika sampai kehebatan dan kebesaran ALLAH SWT mampu dihitung dan diungkap maka kehebatan dan kebesaran ALLAH SWT menjadi batal.

Sekarang bagaimana jika kita BERIMAN kepada ALLAH SWT tetapi hanya sebatas kepada  PAHALA dan DOSA semata, apakah hasilnya sama jika kita merasakan nikmatnya bertuhankan kepada  ALLAH SWT? Hasil yang akan kita peroleh pasti sangat berbeda sesuai dengan apa yang kita persepsikan kepada ALLAH SWT, jika kita mempersepsikan IMAN kepada ALLAH SWT sebatas PAHALA dan DOSA semata maka hasilnyapun akan berupa PAHALA dan DOSA. Akan tetapi jika kita mempersepsikan kita akan memperoleh kenikmatan dari bertuhankan kepada ALLAH SWT maka hasilnyapun kita akan menerima kenikmatan dari bertuhankan kepada            ALLAH SWT pula. 

Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, mereka diberi petunjuk oleh Tuhan mereka karena keimanannya[670], di bawah mereka mengalir sungai- sungai di dalam syurga yang penuh kenikmatan.
(surat Yunus (10) ayat 9)

[670] Maksudnya: diberi petunjuk oleh Allah untuk mengerjakan amal-amal yang menyampaikan surga.

Hal yang harus kita perhatikan jika kita ingin merasakan nikmatnya bertuhankan kepada ALLAH SWT adalah penuhi SYARAT dan KETENTUAN yang dikehendaki   ALLAH SWT secara UTUH yaitu TIDAK CUKUP HANYA BERIMAN kepada ALLAH SWT semata. Akan tetapi IMAN kepada ALLAH SWT yang disertai dengan berbuat AMAL SHALEH. Ini berarti IMAN dan AMAL SHALEH adalah dua perbuatan yang saling kait mengkait yang tidak dapat dipisahkan jika kita ingin merasakan nikmatnya bertuhankan kepada ALLAH SWT. Selanjutnya adakah resiko jika kita tidak mau BERIMAN dan BERAMAL SHALEH? Seperti halnya kita sewaktu mengendarai kendaraan, Polisi akan MENILANG diri kita jika kita melanggar dan/atau tidak mau mematuhi ketentuan RAMBU-RAMBU LALU LINTAS. Hal yang sama juga ALLAH SWT berlakukan yaitu jangan pernah berharap untuk mendapatkan serta memperoleh  PETUNJUK, BIMBINGAN, ARAHAN dari ALLAH SWT apalagi ingin pulang kampung ke SYURGA. 

B. DIKELUARKAN dari GELAP kepada TERANG

ALLAH SWT berdasarkan surat  Al Baqarah (2) ayat 257 akan memberikan kepada orang-orang yang beriman dan/atau orang-orang yang selalu memenuhi apa-apa yang dikehendaki oleh ALLAH SWT berupa kenikmatan dan/atau suatu keadaan yang dinamakan dengan :

1.      Dikeluarkannya diri kita dari KEGELAPAN atau KEKAFIRAN menuju CAHAYA atau KEIMANAN dan/atau,
2.      Dikeluarkannya diri kita dari KESUSAHAN atau KEMUNDURAN menuju KESUKSESAN dan/atau
3.      Dikeluarkannya diri kita dari MASALAH yang membelenggu menuju PERUBAHAN yang lebih BAIK menurut ALLAH SWT.
4.      Diberikannya KELELUASAAN REZEKI dari sempit menuju kecukupan.
5.      Dilindunginya diri kita dari gangguan dan godaan SYAITAN yang terkutuk.

Inilah sebahagian dari apa-apa yang akan ALLAH SWT berikan kepada hamba-Nya dan yang harus kita perhatikan adalah pengertian dari KEGELAPAN, KEKAFIRAN, CAHAYA, KEIMANAN, KESUSAHAN, KESUKSESAN, MASALAH yang kita hadapi, KELELUASAAN REZEKI bukan merupakan pengertian dari sisi MANUSIA akan tetapi pengertian atau STANDARD yang berasal dari sisi ALLAH SWT.          ALLAH SWT mempunyai ukuran tersendiri yang tidak akan mungkin sama dengan ukuran atau standard manusia. Adanya ukuran tersendiri dari ALLAH SWT tentu bukan untuk mencelakakan hamba-Nya akan tetapi justru untuk menyelamatkan hamba-Nya sebab Hamba-Nya memperoleh sesuatu yang terbaik dari SISI  ALLAH SWT.

Allah pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.
 (surat Al Baqarah (2) ayat 257)

Selanjutnya bagaimana dengan orang yang KAFIR atau orang yang tidak mau beriman kepada ALLAH SWT, apakah mereka akan sama menerima penghargaan dari  ALLAH SWT? Kepada orang KAFIR dan/atau kepada orang yang tidak mau beriman kepada ALLAH SWT mereka akan menerima, hal-hal sebagai berikut:

1.      SYAITAN dijadikan sebagai Pelindung dan juga Komandan bagi mereka.
2.      Dikeluarkannya mereka dari IMAN menjadi KAFIR.
3.      Dijadikannya NERAKA JAHANNAM sebagai tempat kembali.

Adanya perbedaan FASILITAS serta PENGHARGAAN yang ALLAH SWT berikan kepada orang yang BERIMAN dengan orang yang KAFIR, apa yang harus kita lakukan? Jika kita beranggapan atau merasa FASILITAS dan PENGHARGAAN kepada orang yang KAFIR lebih BAIK dan lebih TERHORMAT dibandingkan dengan FASILITAS dan PENGHARGAAN kepada orang yang BERIMAN, maka lakukanlah secara MANTAP, TERKENDALI, tidak putus-putus dari waktu ke waktu tanpa kenal lelah yaitu Jangan pernah beriman kepada ALLAH SWT atau jangan pernah memenuhi segala yang dikehendaki oleh  ALLAH SWT. Cara dan methode yang kami kemukakan di atas ini merupakan cara yang paling MUDAH, MURAH, SEDERHANA dan yang sangat di idam-idam oleh SYAITAN serta yang dapat menghantarkan diri kita NERAKA JAHANNAM. Akan tetapi jika kita ingin pulang kampung ke SYURGA untuk bertemu dengan ALLAH SWT caranya juga MUDAH dan MURAH yaitu lakukanlah KEIMANAN kepada  ALLAH SWT sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh  ALLAH SWT melalui DIINUL ISLAM secara KAFFAH. Cara yang kami kemukakan di atas ini merupakan cara yang dikehendaki oleh ALLAH SWT namun sangat dibenci oleh SYAITAN.    

C.   PENDIRIANNYA DITEGUHKAN

Salah satu keuntungan atau kemudahan yang akan diberikan oleh  ALLAH SWT kepada orang yang beriman adalah diberikannya KETEGUHAN HATI dan/atau diberikannya DORONGAN yang kuat dan/atau diberikannya SEMANGAT di dalam DADA dan/atau diberikannya PENDIRIAN yang TEGUH  di saat mereka melaksanakan tugas sebagai KHALIFAH di muka bumi. Hal ini ALLAH SWT sampaikan melalui firman-Nya yang terdapat di dalam surat Al Anfaal (8) ayat 12 di bawah ini. Adanya KETEGUHAN, DORONGAN, SEMANGAT, PENDIRIAN yang keluar dari dalam diri yang kelaur dari HATI RUHANI akan sangat membantu dan meringankan diri kita untuk melaksanakan tugas sebagai KHALIFAH di muka bumi.

(ingatlah), ketika Tuhanmu mewahyukan kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku bersama kamu, Maka teguhkan (pendirian) orang-orang yang telah beriman". kelak akan aku jatuhkan rasa ketakutan ke dalam hati orang-orang kafir, Maka penggallah kepala mereka dan pancunglah tiap-tiap ujung jari mereka[599].
(surat Al Anfaal (8) ayat 12)

[599] Maksudnya: ujung jari disini ialah anggota tangan dan kaki.

Untuk apakah ALLAH SWT memberikan hal itu semua kepada orang-orang yang BERIMAN kepada-Nya? Di dalam ILMU ALLAH SWT sewaktu menciptakan KEKHALIFAHAN di muka bumi tentu ALLAH SWT sangat mengetahui dan sangat paham bahwa untuk dapat  melaksanakan TUGAS sebagai KHALIFAH di muka bumi yang sesuai dengan KEHENDAKNYA  bukanlah sebuah perkara mudah. Kita harus bekerja dan kita harus berkarya serta beribadah atau melaksanakan AD DIIN secara KAFFAHserta  di muka bumipun  kita harus tetap waspada dengan musuh utama kita yaitu  dorongan AHWA dan gangguan SYAITAN. Adanya kondisi ini sewaktu menjalankan tugas sebagai KHALIFAH di muka bumi, sering membuat diri kita mengalami kewalahan atau  diri kita mengalami kebingungan atau diri kita mengalami gangguan di dalam menjalankan pekerjaan atau di saat  mengayomi keluarga, di lain sisi kita harus selalu berada di dalam KEHENDAK ALLAH SWT.

ALLAH SWT selaku INISIATOR yang juga PENCIPTA dan PEMILIK dari KEKHALIFAHAN di muka bumi tentu bertanggung jawab terhadap apa yang diciptakannya tersebut. Untuk itu melalui KETEGUHAN HATI, DORONGAN, SEMANGAT, PENDIRIAN yang ALLAH SWT berikan kepada setiap orang yang BERIMAN kepada-Nya merupakan bukti bahwa ALLAH SWT sangat perhatian kepada KEKHALIFAHAN yang diciptakan-Nya tersebut. Jika saat ini kita sedang melaksanakan tugas sebagai KHALIFAH di muka bumi, tahukah anda bahwa ALLAH SWT memberikan fasilitas ini kepada orang-orang yang beriman atau sudahkah anda merasakan adanya KETEGUHAN HATI, DORONGAN, SEMANGAT, PENDIRIAN yang ALLAH SWT berikan? Apabila diri kita merasa tidak butuh, merasa tidak memerlukan, tidak mau ditolong oleh ALLAH SWT melalui apa-apa yang kami sebutkan di atas ini, yang jelas  ALLAH SWT tidak akan pernah berkurang kekuasaan-Nya, ALLAH SWT tidak akan pernah RUGI sedikitpun dengan sikap kita. Jika hal ini yang menjadi pilihan hidup kita sewaktu menjadi KHALIFAH di muka bumi, bersiap-siaplah menerima bantuan dan sokongan dari SYAITAN karena hal inilah yang sangat dinanti-nantikan oleh SYAITAN.

D. HIDUPNYA SUBUR MAKMUR

ALLAH SWT tidak akan pernah menyianyiakan atau  ALLAH SWT tidak akan pernah menelantarkan KHALIFAHNYA yang telah BERIMAN dan BERAMAL SHALEH dan/atau WALI-WALI ALLAH SWT akan digembirakan oleh ALLAH SWT dan/atau WALI-WALI  ALLAH SWT tidak akan diberi kesempatan oleh ALLAH SWT untuk bersedih hati. Adanya kondisi seperti ini kepada orang yang BERIMAN dan yang BERAMAL SHALEH dan/atau kepada WALI-WALI ALLAH SWT tentu akan memudahkan, memuluskan, melancarkan, dan menjadikan KEKHALIFAHAN yang kita jalankan sesuai dengan KEHENDAK  ALLAH SWT dan/atau diri kita sukses menjadi KHALIFAH yang juga MAKHLUK PILIHAN. Jika semua orang BERIMAN dan BERAMAL SHALEH dan/atau jika semua orang telah menjadi WALI-WALI  ALLAH SWT akan terjadi KEMAKMURAN di muka bumi ini dan/atau terciptalah MASYARAKAT MADANI di muka bumi. 

Ingatlah, Sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
(surat Yunus (10) ayat 62)

bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan} di akhirat. tidak ada perobahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. yang demikian itu adalah kemenangan yang besar.
(surat Yunus (10) ayat 64)

Untuk dapat memperoleh apa yang dinamakan itu semua, tidak ada jalan lain kecuali IMAN kepada ALLAH SWT, sekarang apa yang dapat kita peroleh jika kita tidak mau BERIMAN kepada ALLAH SWT? Ada banyak MANFAAT yang akan kita peroleh jika kita tidak mau BERIMAN kepada ALLAH SWT, yaitu:

1.      Akan menjadi BUDAK AHWA sehingga diri kita disamakan dengan ANJING oleh ALLAH SWT.
2.      Akan menjadi BUDAK SYAITAN sehingga diri kita jauh dari jalan yang LURUS.
3.      Akan diberikan penghargaan oleh ALLAH SWT berupa tempat kembali di NERAKA JAHANNAM.
4.      Akan menjadi TETANGGA yang BAIK bagi SYAITAN di NERAKA JAHANNAM.

Untuk itu pilihlah dengan sesuka hati diri kita sendiri, sebab pilihan jalan sangat tergantung kepada pilihan yang kita lakukan. ALLAH SWT hanya mengemukakan ini jalan yang menuju ke SYURGA dan ini jalan yang menuju ke NERAKA JAHANNAM. Sekarang tergantung diri kita sendiri mana jalan yang akan kita tempuh, jika ingin ke SYURGA maka jalannya adalah BERIMAN kepada ALLAH SWT dan jika ingin ke NERAKA JAHANNAM jangan pernah beriman kepada ALLAH SWT. Selamat MEMILIH JALAN yang paling sesuai dengan KARAKTER dan CITA-CITA masing-masing. Yang pasti dalam hal ini adalah TIDAK AKAN ADA SATUPUN ORANG YANG WARAS yang mau MEMILIH NERAKA JAHANNAM untuk dijadikan tempat kembali sebab semua orang akan memilih SYURGA untuk dijadikan tempat kembali. Untuk itu jangan pernah berharap dan juga tidak akan mungkin pernah terjadi serta tidak akan mungkin ALLAH SWT memberikan SYURGA kepada orang KAFIR, kepada orang MUSYRIK dan SYIRIK, kepada BUDAK SYAITAN dan BUDAK AHWA atau kepada orang-orang yang tidak sesuai dengan kehendak-Nya.

E.  DILINDUNGI dari GANGGUAN SYAITAN

Sebagai KHALIFAH yang sedang menjalankan tugas di muka bumi tentu tidak akan luput dari gangguan, rayuan, bujukan, tipuan dari SYAITAN. SYAITAN sejak di usir dari  SYURGA sampai dengan hari kiamat hanya memiliki satu pekerjaan tetap yaitu MENJERUMUSKAN MANUSIA menuju  jalan yang SESAT melalui bujukan, rayuan, serta tipu daya. Dan jika SYAITAN itu LIHAI serta PROFESIONAL di dalam menjalankan aksinya serta tidak mudah untuk mengatakan kalah, hal ini memang sudah sewajarnya terjadi serta memang hal ini sudah direstui oleh ALLAH SWT.  Agar diri kita terhindar dari segala bujukan,  rayuan, tipu daya, gangguan yang berasal dari SYAITAN tentu kita harus memiliki PENGETAHUAN tentang SYAITAN sebagai modal dasar untuk mengalahkan dan/atau terhindar dari aksi teror SYAITAN. Adanya PENGETAHUAN tentang SYAITAN maka kita akan mengetahui KELEMAHAN dan KEKUATAN yang dimiliki oleh SYAITAN di dalam mengalahkan dan mempengaruhi musuhnya. Selain itu dengan adanya PENGETAHUAN tentang SYAITAN kita dapat  menempatkan dan meletakkan SYAITAN pada tempat yang seharusnya dan jangan pernah menjadikan SYAITAN sebagai TEMAN apalagi menjadikan SYAITAN sebagai KOMANDAN ataupun sebagai   PENASEHAT ataupun sebagai PIMPINAN.

Timbul pertanyaan kepada siapakah kita harus belajar tentang SYAITAN? Seperti kita ketahui bersama bahwa untuk menciptakan segala sesuatu yang ada alam semesta ini baik yang NYATA maupun yang GHAIB harus di mulai dari adanya KEHENDAK ALLAH SWT yang dibarengi dengan KEMAMPUAN ALLAH SWT yang kondisinya wajib ada secara bersamaan serta kualitasnya juga sama-sama MAHA . Jika saat ini ada makhluk ghaib yang bernama SYAITAN berarti keberadaan SYAITAN tidak terlepas dari adanya KEHENDAK dan KEMAMPUAN   ALLAH SWT secara bersamaan. Jika ini adalah kondisi dasar dari keberadaan SYAITAN berarti hanya  ALLAH SWTlah yang MAHA AHLI, yang MAHA TAHU, yang MAHA MENGERTI tentang KEBERADAAN SYAITAN termasuk di dalamnya tentang KELEMAHAN-KELEMAHAN SYAITAN. Adanya kondisi seperti ini berarti :

1.      Hanya kepada ALLAH SWT sajalah kita mempelajari tentang keberadaan SYAITAN
2.      Hanya ALLAH SWT yang mampu mengalahkan dan menghancurkan SYAITAN.
3.      Hanya kepada ALLAH SWT sajalah kita  berlindung dari gangguan SYAITAN.  


Selanjutnya SYAITAN sebagai MUSUH utama dari diri kita tentu tidak akan tinggal diam untuk mengalahkan musuhnya. SYAITAN sebagai MUSUH tidak akan mungkin senang jika musuhnya BAHAGIA, SENANG, PULANG ke SYURGA. SYAITAN sebagai MUSUH akan terus berusaha untuk mengalahkan musuhnya sampai musuhnya  CELAKA, SUSAH, keluar dari jalan yang lurus, PULANG ke NERAKA JAHANNAM. Kondisi inilah yang akan kita hadapi sewaktu menjalankan tugas sebagai KHALIFAH di muka bumi. Agar diri kita dapat terhindar dari pengaruh, bujukan, rayuan, tipu daya SYAITAN, apa yang harus kita lakukan? 

Sesungguhnya syaitan itu tidak ada kekuasaanNya atas orang-orang yang beriman dan bertawakkal kepada Tuhannya.
Sesungguhnya kekuasaanNya (syaitan) hanyalah atas orang-orang yang mengambilnya Jadi pemimpin dan atas orang-orang yang mempersekutukannya dengan Allah.
(surat An Nahl (16) ayat 99-100)


ALLAH SWT melalui surat An Nahl (16) ayat 99-100 di atas ini menerangkan bahwa SYAITAN tidak memiliki KEMAMPUAN apapun dan/atau SYAITAN akan mati kutu kepada orang yang BERIMAN kepada ALLAH SWT dan juga kepada orang yang BERTAWAKKAL kepada ALLAH SWT. IMAN dan TAWAKKAL kepada ALLAH SWT merupakan SENJATA AMPUH yang mengakibatkan SYAITAN tidak dapat menjalankan aksinya untuk menggoda, merayu, menipu manusia ke jalan yang sesat. Yang menjadi persoalan saat ini adalah sudahkah kita BERIMAN kepada ALLAH SWT dan sudahkah kita BERTAWAKKAL kepada ALLAH SWT yang sesuai dengan KEHENDAK ALLAH SWT? Kami berharap pembaca buku ini BUKAN  termasuk orang-orang yang ingin terhindar dari gangguan SYAITAN namun  mempergunakan methode dan jalan yang paling disukai oleh SYAITAN dan/atau jangan sampai diri kita bermaksud terhindar dari gangguan SYAITAN namun jalannya justru yang  paling dibenci oleh ALLAH SWT.

F.  AMALNYA pasti DIBALAS

Sewaktu diri kita menjadi KHALIFAH di muka bumi tentu diri kita berusaha untuk melaksanakan dan menjalankan   AD DIIN atau DIINUL ISLAM secara KAFFAH. Dengan melaksanakan DIINUL ISLAM secara KAFFAH , pasti diri kita melaksanakan Rukun IMAN, Rukun ISLAM dan IKHSAN secara satu kesatuan sehingga diri kita pasti  mendirikan SHALAT lima waktu, PUASA RAMADHAN, menunaikan  ZAKAT, MELAKSANAKAN HAJI dan mungkin juga melaksanakan  UMRAH, membayar SHADAQAH ZARIAH, BEKERJA dan MENAFKAHI keluarga serta merawat dan membesarkan serta mendidik anak. Inilah usaha-usaha yang telah kita lakukan saat ini di dalam rangka menjadikan diri kita menjadi KHALIFAH yang juga MAKHLUK PILIHAN. Selanjutnya atas dasar apakah kita melakukan itu semua sehingga kita mau melakukannya dengan bersusah payah?  Diri kita melakukan itu semua dalam rangka BERIBADAH kepada ALLAH SWT dan mengharap ALLAH SWT menerima dan memberikan BALASAN terhadap apa-apa yang kita lakukan. Sekarang adakah SYARAT dan KETENTUAN yang ALLAH SWT kehendaki agar apa-apa yang kita perbuat diterima  ALLAH SWT dan/atau diberikan PAHALA oleh  ALLAH SWT? ALLAH SWT melalui surat Ali Imran (3) ayat 57 dan surat Al Kahfi (18) ayat 30 menunjukkan kepada diri kita SYARAT dan KETENTUAN yang DIKEHENDAKI ALLAH SWT agar amal dan perbuatan diri kita diterima yaitu kita harus BERIMAN dan BERAMAL SHALEH.
 
Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan-amalan yang saleh, Maka Allah akan memberikan kepada mereka dengan sempurna pahala amalan-amalan mereka; dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim.
(surat Ali Imran (3) ayat 57)

Sesunggunya mereka yang beriman dan beramal saleh, tentulah Kami tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengerjakan amalan(nya) dengan yang baik.
 (surat Al Kahfi (18) ayat 30)

Tanpa adanya IMAN kepada ALLAH SWT di dalam DIRI MANUSIA dan juga tanpa dibarengi dengan PERBUATAN kepada sesama manusia melalui AMAL SHALEH maka apa-apa yang telah kita perbuat tidak akan pernah diterima oleh ALLAH SWT. Berikut ini akan kami kemukakan beberapa hal yang telah kita lakukan dan kemudian tolong anda bayangkan dengan seksama, yaitu:

1.      Sebagai seorang ibu yang berjuang melahirkan anak dan juga merawat dan membesarkan anak tetapi perjuangan yang mempertaruhkan  nyawanya sendiri justru tidak dinilai oleh ALLAH SWT.
2.      Sebagai seorang ayah yang berjuang menafkahi keluarga, berangkat pagi pulang malam, tetapi perjuangan yang dilakukakannya tidak dinilai oleh ALLAH SWT.
3.      Sebagai seorang KHALIFAH di muka bumi yang melaksanakan Shalat, Puasa, Zakat, Haji, Ibadah Qurban, Shadaqah Jariah, mengamalkan ILMU tetapi apa yang kita lakukan tidak dinilai oleh ALLAH SWT.

Jika ini yang terjadi pada diri kita maka sia-sia lah perjuangan yang kita lakukan dan/atau tidak ada guna dan manfaat jerih payah yang kita lakukan. Agar jerih payah, perjuangan, yang kita lakukan diterima oleh ALLAH SWT tidak ada jalan lain kita harus memenuhi SYARAT dan KETENTUAN yang ALLAH SWT kehendaki. Untuk itu sudahkah segala perbuatan yang kita lakukan berlandaskan KEIMANAN kepada ALLAH SWT serta sudahkah KEIMANAN tersebut dibuktikan dengan BERBUAT AMAL SHALEH? Hal yang harus kita perhatikan dalam permasalahan ini adalah kita harus melaksanakan IMAN dan AMAL SHALEH secara berbarengen sebab itu yang dikehendaki oleh  ALLAH SWT sesuai dengan surat Ali Imran (3) ayat 57 dan surat         Al Kahfi (18) ayat 30 di atas. Jika saat ini kita merasa apa yang kita perbuat belum memenuhi SYARAT dan KETENTUAN yang dikehendaki ALLAH SWT maka perbaikilah itu semua di saat NYAWA belum sampai di kerongkongan. Apabila kita melakukan perbaikan setelah NYAWA tiba dikerongkongan maka tidak ada guna dan manfaat lagi. TIME WITH NO RETURN, untuk itu manfaatkanlah sisa waktu yang ada saat ini dengan sebaik-baiknya. 

G. DOSA di ampunkan ALLAH SWT

Sewaktu menjalankan tugas sebagai KHALIFAH di muka bumi, yakinkah diri kita apa yang kita perbuat sudah sesuai dengan kehendak ALLAH SWT? Sepanjang diri kita terdiri dari RUHANI dan JASMANI serta SYAITAN masih menjadi MUSUH kita, tidak akan mungkin diri kita mampu memenuhi segala SYARAT dan KETENTUAN yang ALLAH SWT kehendaki. Akan tetapi kita harus selalu berupaya dengan kesungguhan hati untuk selalu memenuhi apa-apa yang dikehendaki ALLAH SWT. Selanjutnya adanya Syarat dan Ketentuan yang tidak dapat kita penuhi tentu akan mengakibatkan dan menimbulkan DOSA dan KESALAHAN pada diri kita dengan segala RESIKO yang terdapat di dalamnya.

Adanya DOSA dan KESALAHAN yang kita lakukan baik sengaja maupun tidak sengaja tentu akan dapat mengurangi, menggagalkan tugas kita sebagai KHALIFAH di muka bumi yang sekaligus MAKHLUK PILIHAN. Akibat dosa dan kesalahan yang kita perbuat akan menjauhkan diri kita dengan   ALLAH SWT. Agar diri terhindar dari DOSA dan KESALAHAN dan/atau diberikannya FASILITAS penghapusan DOSA serta apa yang kita perbuat diberi BALASAN oleh ALLAH SWT  lebih baik dari apa-apa yang telah kita perbuat maka kita diwajibkan oleh ALLAH SWT untuk selalu BERIMAN dan BERAMAL SHALEH seperti yang di amanatkan dalam surat Al Ankabuut (29) ayat 7 di bawah ini.

dan orang-orang yang beriman dan beramal saleh, benar-benar akan Kami hapuskan dari mereka dosa-dosa mereka dan benar-benar akan Kami beri mereka Balasan yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan.
(surat Al Ankabuut (29) ayat 7)

ALLAH SWT mengamanatkan untuk IMAN dan BERAMAL SHALEH secara berbarengan maka barulah apa-apa yang dijanjikan oleh ALLAH SWT dalam surat  Al Ankabuut  (29) ayat 7 dapat kita peroleh. Selanjutnya sudahkah kita BERIMAN dan BERAMAL SHALEH yang sesuai dengan KEHENDAK ALLAH SWT?  INGAT, IMAN dan AMAL SHALEH bukan IMAN saja atau AMAL SHALEH saja melainkan kedua-duanya secara berbarengan.

H. DIJADIKAN PENGUASA di muka bumi

ALLAH SWT menjadikan diri kita sebagai KHALIFAH di muka bumi berarti diri kita sudah diletakkan dan ditempatkan oleh ALLAH SWT lebih tinggi dari apa-apa yang dapat di atur  oleh diri kita, apa-apa yang dapat di ayomi oleh diri kita, apa-apa  yang dapat dipelihara dan dirawat oleh diri kita,  dalam hal ini adalah BUMI.  Selanjutnya apakah itu BUMI? BUMI  adalah CIPTAAN  ALLAH SWT, BUMI adalah TANDA-TANDA KEBESARAN ALLAH SWT dan BUMI adalah KEBESARAN ALLAH SWT. Kemudian samakah kedudukan BUMI dengan DIRI KITA? BUMI dan DIRI KITA  tidak sama kedudukannya dengan DIRI KITA. BUMI dan DIRI KITA hanya sama jika ditinjau dari sisi CIPTAAN, dari sisi TANDA-TANDA KEBESARAN ALLAH SWT dan KEBESARAN ALLAH SWT. Perbedaan utama yang membedakan DIRI KITA dengan BUMI sehingga DIRI KITA lebih tinggi kedudukannya terletak pada adanya RUHANI, adanya AMANAH 7 yang lengkap, adanya AKAL, adanya PERASAAN, adanya HUBBUL yang terdapat di dalam diri kita. Setelah memiliki RUHANI, AMANAH 7, AKAL, PERASAAN, serta HUBBUL apakah serta merta diri kita dapat sesuai dengan KEHENDAK ALLAH SWT? Sepanjang diri manusia terdiri dari  RUHANI dan JASMANI yang mengakibatkan adanya tarik menarik antara RUHANI dan JASMANI di dalam mempengaruhi aktivitas dan perbuatan  manusia serta SYAITAN masih tetap menjadi MUSUH MANUSIA maka diri kita tidak akan serta merta selalu sesuai dengan KEHENDAK ALLAH SWT. Adanya ketidaksesuaian diri kita dengan KEHENDAK ALLAH SWT dapat mengakibatkan diri kita sulit melaksanakan KEKHALIFAHAN di muka bumi yang sesuai dengan KEHENDAK ALLAH SWT. 

dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh- sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan aku. dan Barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, Maka mereka Itulah orang-orang yang fasik.
(surat An Nuur (24) ayat 55)

Agar diri kita selalu di dalam KEHENDAK ALLAH SWT maka  ALLAH SWT dan/atau diri kita menjadi KHALIFAH di muka yang sesuai dengan RENCANA AWAL ALLAH SWT sewaktu menciptakan MANUSIA pertama kali, tidak ada jalan lain kecuali mengikuti apa yang di amanatkan ALLAH SWT melalui surat An Nuur (24) ayat 55  di atas ini yaitu JADILAH ORANG YANG BERIMAN dan yang selalu mengerjakan AMAL SHALEH. Melalui Jalan IMAN dan AMAL SHALEH akan menghantarkan diri kita sebagai KHALIFAH ALLAH SWT di muka bumi yang sesuai dengan KEHENDAK ALLAH SWT. 

Sebagai KHALIFAH yang sedang melaksanakan tugas di muka bumi kita juga telah di anugerahkan oleh ALLAH SWT berupa RUH, AMANAH 7, AKAL, PERASAAN, serta HUBBUL  dalam rangka memudahkan dan memuluskan diri kita menjadi KHALIFAH yang juga MAKHLUK PILIHAN. Akan tetapi jika kita tidak mampu mempergunakan RUH, AMANAH7, AKAL, PERASAAN dan HUBBUL sesuai dengan KEHENDAK ALLAH SWT maka kegagalan menjadi KHALIFAH atau PENGUASA di muka bumi akan menjadi kenyataan dan/atau menjadi pecundang. Agar diri kita jangan sampai mengalami hal tersebut maka jadikanlah AD DIIN atau DIINUL ISLAM sebagai satu-satunya AGAMA yang HAQ. Dimana jika kita mampu melaksanakan DIINUL ISLAM secara KAFFAH apa yang dikehendaki oleh ALLAH SWT menjadi kenyataan yaitu MANUSIA atau DIRI KITA sesuai dengan RENCANA ALLAH SWT yaitu menjadi PENGUASA di muka bumi. Setelah menjadi KHALIFAH di muka bumi, sudahkah diri kita sesuai dengan KEHENDAK ALLAH SWT yaitu menjadi PENGUASA di muka bumi seperti yang dikemukakan ALLAH SWT dalam surat        An Nuur (24) ayat 55 di atas? Jika diri kita merasa belum sesuai dengan apa yang dikemukakan  ALLAH SWT dalam surat An Nuur (24) ayat 55 berarti ada yang salah sewaktu kita menjalankan tugas sebagai KHALIFAH di muka bumi. Untuk itu INTROSPEKSILAH diri dengan BERKACA kepada DIRI sendiri (dalam hal ini siapa yang dapat mengenal dirinya pasti dapat mengenal Tuhannya dan barangsiapa yang dapat mengenal Tuhannya maka ia dapat mengenal dirinya sendiri) serta bertaubatlah dengan TAUBATAN NASUHA sebelum NYAWA tiba dikerongkongan jika kita merasa salah dalam berbuat. Jangan sampai waktu yang tersisa dalam HIDUP ini tidak dapat mengembalikan diri kita sesuai dengan RENCANA AWAL ALLAH SWT yaitu menjadikan DIRI KITA sebagai KHALIFAH yang dikehendaki ALLAH SWT. 

Pembaca, itulah delapan kenikmatan dari bertuhankan kepada ALLAH SWT yang dapat kita peroleh sepanjang diri kita mau memenuhi KEHENDAK ALLAH SWT. Selanjutnya apakah hanya point A sampai dengan point H saja yang dapat kita peroleh dari  ALLAH SWT setelah kita melaksanakan IMAN kepada ALLAH SWT? Berikut ini akan kami kemukakan hal-hal lainnya yang dapat kita peroleh dari hasil kita melaksanakan KEIMANAN kepada ALLAH SWT, yaitu:  


1)      Dimasukkan ke dalam SYURGA yang di bawahnya mengalir sungai-sungai dan/atau sebagai makhluk yang terhormat akan pulang ke tempat terhormat dengan cara yang terhormat sepanjang diri kita mau secara terhormat mengakui, menerima dan menjadikan ALLAH SWT sebagai satu-satunya Tuhan yang berhak di sembah dan/atau mau menjadikan DIINUL ISLAM sebagai satu-satunya agama yang HAQ yang diturunkan oleh  ALLAH SWT ke muka bumi. 

Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal,
(surat Al Kahfi (18) ayat 107)

2)      Tidak Takut dan GELISAH lagi dan/atau dihilangkannya penyakit yang ada di dalam rongga dada manusia serta diberikannya KEBAIKAN oleh ALLAH SWT (lihat kembali buku Jilid 1 buku Let'sKnow AD DIIN:Kajian Aqidah Islam tentang DIINUL ISLAM Agamaku Jilid 1  hal 168 dan hal 218).

Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
(surat Al Baqarah (2) ayat 277)

3)      Dipimpin dengan Al-Qur'an dan/atau Al-Qur'an menjadi acuan di dalam bertindak dan berbuat sehingga kita selalu berjalan di jalan yang lurus.

Hai orang-orang yang beriman (kepada Para rasul), bertakwalah kepada Allah dan berimanlah kepada Rasul-Nya, niscaya Allah memberikan rahmat-Nya kepadamu dua bagian, dan menjadikan untukmu cahaya yang dengan cahaya itu kamu dapat berjalan dan Dia mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(surat Al Hadiid (57) ayat 28)

dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini bahwasanya Al Quran Itulah yang hak dari Tuhan-mu lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepadanya dan Sesungguhnya Allah adalah pemberi petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus.
(surat Al Hajj (22) ayat 54)

4)      Diselamatkan dari KEJAHATAN termasuk di dalamnya kita akan dilindungi dari NIAT JAHAT maupun NIAT BUSUK yang dapat merugikan dan membahayakan diri dan keluarga serta anak dan keturunan.

Hai orang-orang yang beriman, ingatlah kamu akan nikmat Allah (yang diberikan-Nya) kepadamu, di waktu suatu kaum bermaksud hendak menggerakkan tangannya kepadamu (untuk berbuat jahat), Maka Allah menahan tangan mereka dari kamu. Dan bertakwalah kepada Allah, dan hanya kepada Allah sajalah orang-orang mukmin itu harus bertawakkal.
(surat Al Maaidah (5) ayat 11)

5)      Selalu MENANG dalam JIHAD dan/atau selalu dimudahkan sewaktu menjalankan tugas dan/atau selalu diberi jalan keluar di saat mengalami hambatan dalam bertugas.

tetapi Rasul dan orang-orang yang beriman bersama Dia, mereka berjihad dengan harta dan diri mereka. Dan mereka Itulah orang-orang yang memperoleh kebaikan, dan mereka Itulah orang-orang yang beruntung.
(surat At Taubah (9) ayat 88)

6)   Dimuliakan oleh ALLAH SWT di hari akhir  dan/atau akan diberikan rezeki tanpa batas oleh ALLAH SWT pada saat menjalankan tugas di muka bumi.

kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir, dan mereka memandang hina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang bertakwa itu lebih mulia daripada mereka di hari kiamat. dan Allah memberi rezki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas.
(surat Al Baqarah (2) ayat 212)

7)   Dinaungi RAHMAT ALLAH SWT dan/atau ALLAH SWT menjadi PENOLONG PERTAMA dalam setiap kesempatan yang kita mintakan kepada ALLAH SWT.

dan betapa banyaknya negeri yang (penduduknya) lebih kuat dari pada (penduduk) negerimu (Muhammad) yang telah mengusirmu itu. Kami telah membinasakan mereka, Maka tidak ada seorang penolongpun bagi mereka.
(surat Muhammad (47) ayat 13)

Selanjutnya sebagai KHALIFAH yang telah merasakan NIKMATNYA bertuhankan kepada ALLAH SWT seperti diri kita merasakan nikmatnya SAMBAL LADO, timbul pertanyaan apakah seluruh KHALIFAH yang ada di muka bumi ini mampu merasakan hal yang sama dengan diri kita? Sepanjang KHALIFAH yang ada di muka bumi ini mau melaksanakan apa-apa yang DIKEHENDAKI oleh ALLAH SWT maka mereka pun dapat menikmati hal yang sama dengan diri kita. Hal yang harus di ingat adalah KENIKMATAN dari bertuhankan kepada ALLAH SWT yang kita peroleh :

1.      Tidak dapat DIWARISKAN kepada siapapun juga termasuk kepada ANAK dan KETURUNAN kita sendiri.
2.      Tidak dapat dipindahtangankan atau ditransfer kepada siapapun juga termasuk kepada ANAK dan KETURUNAN kita sendiri.
3.      Kenikmatan bertuhankan kepada ALLAH SWT (seperti maunah atau karomah)akan di bawa  pulang ke alam barzah oleh pemiliknya sehingga tidak akan mungkin berkeliaran di muka bumi.

MANUSIA atau diri kita yang telah memperoleh kenikmatan dari bertuhankan kepada ALLAH SWT hanya dapat memberitahukan, hanya dapat menginformasikan, kepada sesama manusia jika ia ingin memperoleh dan mendapatkan kenikmatan dari bertuhankan kepada ALLAH SWT lakukanlah apa-apa yang dikehendaki oleh ALLAH SWT. Sepanjang orang yang telah diberitahu mau melaksanakan hal yang sama dengan diri kita maka iapun akan dapat merasakan kenikmatan bertuhankan kepada ALLAH SWT. Akan tetapi jika yang diberitahu tidak mau melaksanakan apa yang dikehendaki oleh ALLAH SWT jangan pernah berharap merasakan nikmatnya bertuhankan kepada ALLAH SWT.

Selanjutnya apakah cukup hanya sekali saja atau hanya sesekali saja kita memperoleh kenikmatan bertuhankan kepada ALLAH SWT? Kenikmatan dari bertuhankan kepada ALLAH SWT dapat kita nikmati berulang-ulang dari waktu ke waktu selama HAYAT di kandung BADAN selama diri kita terus bersesuaian dengan KEHENDAK      ALLAH SWT. Jika diri kita hanya menginginkan hanya sekali saja atau hanya sesekali saja ingin merasakan nikmatnya bertuhankan kepada ALLAH SWT berarti ada yang salah di dalam diri kita. Untuk lihatlah diri kita yang begitu sering memakan SAMBAL LADO tanpa ada KAPOKNYA walaupun SAMBAL LADO itu pedas rasanya. Jika kepada SAMBAL LADO saja kita mampu berulang-ulang menikmatinya kenapa merasakan nikmatnya bertuhankan kepada ALLAH SWT justru kita batasi hanya sekali atau sesekali saja? Sebagai KHALIFAH di muka bumi tentu membutuhkan ALLAH SWT dari waktu ke waktu dan jika ini keadaannya maka merasakan nikmatnya bertuhankan kepada ALLAH SWT harus dapat kita peroleh dari waktu ke waktu pula selama RUHANI belum berpisah dengan JASMANI.  
     
Jika diri kita termasuk orang yang telah merasakan nikmatnya bertuhankan kepada ALLAH SWT bolehkah diri kita merasa LEBIH TINGGI atau MERASA PALING BAIK dibandingkan dengan KHALIFAH ALLAH SWT yang lainnya? Jika diri kita termasuk orang yang TELAH TAHU DIRI yaitu TAHU SIAPA diri kita dan SIAPA ALLAH SWT maka dengan kenikmatan yang telah kita peroleh TIDAK AKAN MENJADIKAN diri kita BERUBAH  menjadi INISIATOR, PENCIPTA, PEMILIK, PEMELIHARA dari langit dan bumi beserta isinya. Dengan merasakan nikmatnya bertuhankan kepada  ALLAH SWT akan tetap menjadikan DIRI KITA sebagai :

1.      MAKHLUK yang keberadaannya tetap dikarenakan adanya KEHENDAK ALLAH SWT di dalam menciptakan KEKHALIFAHAN di muka bumi.
2.      MAKHLUK yang diciptakan oleh ALLAH SWT yang tidak memiliki apapun juga dibandingkan ALLAH SWT.
3.      MAKHLUK yang tidak akan mungkin dapat menciptakan RUH, AMANAH 7, AKAL, PERASAAN  dan HUBBUL untuk kepentingan dirinya sendiri, apalagi untuk orang lain. dan selamanya diri kita hanyalah PENGGUNA yang akan dimintakan pertanggung jawabannya kelak dikemudian hari.
4.      MAKHLUK yang tidak memiliki kemampuan untuk menciptakan langit dan bumi, air, udara,gunung, hujan dan organ tubuh dirinya sendiri.
5.      MAKHLUK yang sudah seharusnya tetap bertasbih dan tetap bermunajat kepada ALLAH SWT dari waktu ke waktu seperti bertasbih dan bermunajatnya langit, bumi, gunung, hewan, tumbuhan kepada ALLAH SWT. Jika sampai kita tidak mau bertasbih dan bermunajat kepada ALLAH SWT maka yang lebih baik di mata ALLAH SWT bukanlah diri kita melainkan hewan ataupun tumbuhan.

Sekarang bagaimana kondisi orang yang KAFIR, apakah kondisinya sama dengan orang yang beriman ataukah berbeda dengan orang yang beriman jika ditinjau dari 5 (lima) hal yang kami kemukakan di atas ini? Kondisi ORANG yang KAFIR tidak ada bedanya dengan kondisi dengan kondisi ORANG yang BERIMAN yaitu :

1.      Semuanya MAKHLUK yang keberadaannya tetap dikarenakan adanya KEHENDAK ALLAH SWT di dalam menciptakan KEKHALIFAHAN di muka bumi.
2.      Semuanya MAKHLUK yang diciptakan oleh ALLAH SWT yang tidak memiliki apapun juga dibandingkan ALLAH SWT
3.      Semuanya MAKHLUK yang tidak dapat menciptakan RUH, AMANAH 7, AKAL, PERASAAN  dan HUBBUL dan selamanya DIRI KITA hanyalah PENGGUNA yang akan dimintakan pertanggungjawabannya kelah dikemudian hari.
4.      Semuanya MAKHLUK yang tidak memiliki kemampuan untuk menciptakan langit dan bumi, air, udara,gunung, hujan dan organ tubuh dirinya sendiri.
5.      Semuanya MAKHLUK yang harusnya tetap bertasbih dan bermunajat kepada ALLAH SWT dari waktu ke waktu seperti bertasbih dan bermunajatnya langit, bumi, gunung, hewan, tumbuhan kepada ALLAH SWT.

Adanya kondisi seperti yang kami kemukakan di atas ini, PATUTKAH dan PANTASKAH kita yang telah merasakan kenikmatan bertuhankan kepada ALLAH SWT dan/atau telah menyatakan BERIMAN kepada ALLAH SWT lalu melecehkan sesama MAKHLUK yang kondisinya sama dengan DIRI KITA dengan mengatakan hanya diri kitalah yang TERBAIK dan orang lain itu TERBURUK dan/atau hanya diri kitalah yang berhak atas SYURGANYA ALLAH SWT sedangkan orang lain tidak berhak menempati SYURGANYA ALLAH SWT dan/atau diri kitalah yang paling sesuai dengan KEHENDAK ALLAH SWT sedangkan orang lain itu adalah KAFIR? Jika kita termasuk orang yang telah TAHU DIRI yaitu siapa diri kita sebenarnya dan siapa itu ALLAH SWT sebenarnya maka janganlah kita mengambil HAK ALLAH SWT untuk memberikan penilaian kepada sesama KHALIFAH di muka bumi sebab ALLAH SWT lah yang memiliki HAK untuk menilai dan memberikan pahala kepada siapa yang dikehendakinya dan ingat apa yang kita perbuatpun bukan diri kita sendiri yang menilainya, akan tetapi  ALLAH SWT lah yang berhak menilai apa yang kita lakukan dan/atau jika kekhalifahan di muka bumi adalah sebuah permainan seorang PEMAIN tetap menjadi PEMAIN. PEMAIN tidak bisa merangkap menjadi WASIT yang dapat menilai dirinya sendiri dan juga pemain lainnya sebab hal itu merupakan kewenangan WASIT. Untuk itu  ALLAH SWT selaku WASIT di dalam permainan KEKHALIFAHAN di muka bumi sudah memiliki METHODE dan STANDARD tersendiri di dalam melakukan penilaian kepada KHALIFAHNYA yang ada di muka bumi.
 
Selanjutnya tahukah diri kita bahwa apa yang telah kita perbuat dan apa yang telah kita lakukan itu PASTI DITERIMA oleh ALLAH SWT? Kita tidak mempunyai HAK dan TIDAK MEMILIKI PENGETAHUAN sedikitpun apakah yang telah kita perbuat dan lakukan sudah sesuai dengan KEHENDAK ALLAH SWT kecuali ALLAH SWT itu sendiri. Jika ini kondisinya maka apakah santun, apakah patut dan apakah pantas jika kita berani menilai orang lain, berani mengatakan orang lain, berani menentukan hanya diri kita sajalah yang benar dan orang lain salah, timbul pertanyaan siapakah yang lebih berkuasa di bumi yang dimiliki  dan diciptakan oleh ALLAH SWT, apakah diri kita ataukah ALLAH SWT?

(yaitu) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Luas ampunanNya. dan Dia lebih mengetahui (tentang keadaan)mu ketika Dia menjadikan kamu dari tanah dan ketika kamu masih janin dalam perut ibumu; Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa.
(surat An Najm (53) ayat 32)

Jika sampai kita melakukan hal-hal yang bukan semestinya kita lakukan berarti kita telah menempatkan ALLAH SWT bukan pada posisi dan kedudukan yang sebenarnya. ALLAH SWT telah kita tempatkan di bawah diri kita sendiri, apakah hal ini mungkin terjadi sedangkan diri kita ada karena KEHENDAK ALLAH SWT? Jika kita telah mengaku BERIMAN kepada ALLAH SWT dan juga telah merasakan nikmatnya bertuhankan kepada ALLAH SWT, jangan pernah lakukan hal-hal yang bukan semestinya kita lakukan. CIPTAAN tetaplah CIPTAAN, untuk itu sesama CIPTAAN wajib saling hormat menghormati kepada sesama CIPTAAN dan jika kita melihat CIPTAAN membutuhkan pertolongan bantulah dengan dasar keimanan kepada ALLAH SWT.    

7. HUBUNGAN Orang BERIMAN dengan ALLAH SWT

 

Agar diri kita selalu berkesesuaian dengan ALLAH SWT;  agar diri kita selalu berada di dalam Siaran dan Gelombang  ALLAH SWT;  agar diri kita selalu memenuhi apa-apa yang dikehendaki oleh  ALLAH SWT tentu diri kita harus bersikap, berbuat, melaksanakan, menjalankan apa-apa yang telah diperintahkan-Nya atau melaksanakan apa-apa yang dikehendaki oleh ALLAH SWT. Adanya kesesuaian, adanya keserasian, adanya keselarasan antara DIRI KITA dengan KEHENDAK ALLAH SWT maka terciptalah hubungan yang baik antara diri kita sebagai ciptaan dengan  ALLAH SWT selaku pencipta. Seperti halnya diri kita ingin memperoleh SIARAN RADIO maka antara RADIO yang kita miliki harus terlebih dahulu menyesuaikan diri terlebih dahulu dengan GELOMBANG RADIO barulah siaran radio dapat kita nikmati. Jika di RADIO saja berlaku ketentuan seperti itu maka DIRI KITA pun harus seperti RADIO pula jika ingin terus berada di dalam KEHENDAK ALLAH SWT. Selanjutnya apakah yang harus kita lakukan jika kita ingin tetap merasakan nikmatnya bertuhankan kepada  ALLAH SWT dan/atau jika kita ingin memperoleh janji-janji  ALLAH SWT dan/atau jika kita ingin selalu berada di dalam KEHENDAK ALLAH SWT? Berikut ini akan kami kemukakan hal-hal yang dapat menjadikan diri kita sesuai dengan KEHENDAK ALLAH SWT, yaitu:


A. MENTAATI SEGALA KETENTUAN ALLAH SWT

Dalam kehidupan sehari-hari untuk memperoleh dan mendapatkan fasilitas selular, seperti  SLI, SLJJ, SMS, MMS, atau GPRS, apakah akan begitu saja diberikan oleh Operator Selular kepada pengguna selular? Operator selular tidak akan begitu saja memberikan fasilitas selular yang dimilikinya kepada pengguna selular. Untuk itu pengguna selular harus terlebih dahulu memenuhi SYARAT dan KETENTUAN yang telah ditetapkan Operator selular seperti:

1.      Mengaktivasi Kartu Perdana dengan mengisi daftar isian yang telah dipersyaratkan.
2.      Mengisi SALDO PULSA dalam jumlah tertentu dan/atau membayar tagihan dalam jumlah tertentu sebelum jatuh tempo pembayaran.

Selanjutnya setelah kita memenuhi 2(dua) syarat di atas masih terdapat hal lainnya yang harus kita lakukan agar kita dapat memanfaatkan segala fasilitas selular, apakah itu? Walaupun Kartu Perdana telah kita aktivasi serta saldo pulsa telah pula mencukupi hal itu belumlah cukup apabila BATERRY Handphone dalam kondisi soak. Ini berarti untuk dapat memperoleh dan mempergunakan segala fasilitas selular kita harus melaksanakan 3(tiga) buah ketentuan secara sekaligus barulah kita dapat menikmati layanan selular.

 Jika untuk mendapatkan layanan selular saja kita harus memenuhi 3(tiga)buah syarat secara sekaligus, selanjutnya bagaimana dengan ALLAH SWT, apakah kita harus memenuhi segala apa yang dikehendaki  ALLAH SWT terlebih dahulu baru kita dapat merasakan nikmatnya bertuhankan kepada ALLAH SWT?  Jika kita ingin memperoleh KENIKMATAN dari BERTUHANKAN kepada  ALLAH SWT maka kita harus pula memenuhi segala syarat dan ketentuan yang dikehendaki oleh ALLAH SWT seperti halnya diri kita memenuhi syarat dan ketentuan Operator Selular. 

Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub Maka mandilah, dan jika kamu sakit[403] atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh[404] perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, Maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.
(surat Al Maaidah (5) ayat 6)

[403] Maksudnya: sakit yang tidak boleh kena air.
[404] Artinya: menyentuh. menurut jumhur Ialah: menyentuh sedang sebagian mufassirin Ialah: menyetubuhi.

ALLAH SWT  dalam surat Al Maaidah (5) ayat 6, menerangkan jika kita ingin memperoleh manfaat dari SHALAT dan/atau jika kita ingin merasakan manfaat dari berhubungan dengan ALLAH SWT melalui SHALAT maka penuhilah apa-apa yang diperintahkan ALLAH SWT terlebih dahulu maka barulah ALLAH SWT akan memberikan manfaat dari berhubungan dengan ALLAH SWT melalui SHALAT. Tanpa kita memenuhi segala ATURAN yang telah ALLAH SWT tentukan maka ALLAH SWT pun tidak akan pernah memberikan kenikmatan dari SHALAT itu selain berupa PAHALA.  

Hal yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari adalah kita berharap dapat melakukan SLI, SLJJ, SMS, MMS dan GPRS akan tetapi kita hanya memiliki KARTU PERDANA yang telah di aktivasi serta terjaganya BATTERY namun kita tidak mau mengisi PULSA. Jika ini adalah kondisinya tentu operator selular tidak akan mau memberikan layanan selularnya secara gratis. Jika hal yang sama juga kita berlakukan kepada ALLAH SWT yaitu kita berharap ALLAH SWT memberikan LINDUNGAN dan REZEKI yang melimpah, akan tetapi kita tidak mau melaksanakan apa-apa yang dikehendaki  ALLAH SWT maka ALLAH SWT tidak akan mau memberikan segala FASILITAS yang telah dijanjikan-Nya kepada diri kita. Sebagai bahan renungan bagi diri kita, apa yang dapat kita lakukan dengan handphone yang kita miliki jika kita hanya memiliki SALDO PULSA sebesar Rp.50,- (lima puluh rupiah)?

Dengan jumlah pulsa sebesar itu kita tidak dapat melakukan miscall sekalipun, kita hanya dapat menunggu dan menunggu siapa tahu ada yang mengirim SMS dan MMS, siapa tahu ada yang menelepon dan ingat kondisi inipun masih dibatasi yaitu hanya dapat kita lakukan sebatas kartu yang kita miliki masih aktif. Agar diri kita selalu mendapatkan layanan selular yang prima maka kita harus selalu melaksanakan apa yang dikehendaki oleh operator selular secara maksimal (dalam hal ini selalu mengisi pulsa dan/atau membayar tagihan tepat waktu). Jika operator selular saja menerapkan hal itu kepada pengguna telephone, ALLAH SWT juga menerapkan hal yang sama kepada KHALIFAHNYA yang ingin memperoleh SYURGA dan/atau memperoleh KESUKSESAN HIDUP di dunia dan akhirat dan/atau memperoleh KETENANGAN HIDUP di muka bumi yaitu semakin maksimal kita memenuhi KEHENDAK  ALLAH SWT dan/atau semakin maksimal kita BERIMAN dan BERAMAL SHALEH, apa-apa yang dijanjikan oleh ALLAH SWT dapat kita peroleh. Adanya kondisi seperti ini berarti untuk  memperoleh dan mendapatkan SYURGA, KESUKSESAN dan KETENANGAN HIDUP tidak cukup hanya mengandalkan SALDO AMAL SHALEH sebesar Rp.50,- (lima puluh rupiah) dan ingat apakah hanya dengan MISCALL yang kita lakukan kepada ALLAH SWT lalu ALLAH SWT dengan serta merta memberikan janji-janji-Nya kepada diri kita?  ALLAH SWT adalah MAHA KAYA yang tidak membutuhkan apapun dari makhluknya dan ini berarti ALLAH SWT pun tidak butuh dengan MISCALL yang kita lakukan dan/atau ALLAH SWT tidak akan pernah memberikan janji-janjinya jika kita hanya melakukan aktivitas MISCALL kepada ALLAH SWT.

B. SELALU SABAR dan PATUH

ALLAH SWT melalui surat Ali Imran (3) ayat 200 di bawah ini menerangkan kepada orang-orang yang beriman agar selalu bersabar, menguatkan kesabaran, selalu siap siaga, dan tetap dalam ketaqwaan kepada ALLAH SWT jika ingin selalu beruntung dari sudut pandang ALLAH SWT. Untuk apa  ALLAH SWT harus mengatakan seperti ini kepada orang yang beriman? Seperti telah kita ketahui bersama, bahwa ALLAH SWT mempunyai kriteria tersendiri untuk mengukur tingkat keimanan seseorang. Adanya ukuran tertentu dari keimanan seseorang akan menentukan kemanakah tempat kembalinya orang tersebut.

Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.
(surat Ali Imran (3) ayat 200)

Hal ini dimungkinkan sebab baik SYURGA maupun NERAKA mempunyai tingkatan-tingkatan yang berjumlah 8 (delapan) buah yang berbeda-beda KAVELING dan FASILITASNYA. Inilah tingkatan-tingkatan atau keveling yang ada di dalam SYURGA, yaitu Syurga Firdaus; Syurga 'adn; Syurga Na'iim; Syurga Na'wa; Syurga Darussalaam; Syurga Daarul Muaqaamah; Syurga Al-Muqqamul Amin dan Syurga Khuldi. Adapun  tingkatan atau kaveling yang ada di dalam NERAKA yaitu Neraka Jahannam; Neraka Jahiim; Neraka Hawiyah; Neraka Wail; Neraka Sa'iir; Neraka Ladhaa; Neraka Saqar dan Neraka Hutomah. Selanjutnya, sudahkah kita semua memesan tempat atau memesan kaveling SYURGA atau memesan keveling NERAKA? Untuk itu kami persilahkan anda memilih sendiri-sendiri kaveling yang paling cocok dengan apa yang sedang dan telah anda  lakukan  saat ini. INGAT, jika anda telah menjual SAPI, maka jangan pernah berharap mendapatkan dan memperoleh AIR SUSUNYA KEMBALI dan/atau jika anda telah keluar dari KEHENDAK ALLAH SWT maka jangan pernah berharap mendapatkan SYURGA dengan segala fasilitasnya dan/atau jika anda telah menjadikan diri sendiri dikelompokkan masuk dalam NAFS FUJUR maka NERAKALAH tempat kembalinya.

Hai orang-orang mukmin, Sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu[1479] Maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar.
Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu[1480]. dan Barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, Maka mereka Itulah orang-orang yang beruntung.
(surat At Taghaabun (64) ayat 14-15-16)


[1479] Maksudnya: kadang-kadang isteri atau anak dapat menjerumuskan suami atau Ayahnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak dibenarkan agama.
[1480] Maksudnya: nafkahkanlah nafkah yang bermanfaat bagi dunia dan akhirat.

Selanjutnya ALLAH SWT adalah DZAT yang MAHA ADIL dan dalam rangka menunjukkan KEMAHAADILAN yang dimilikinya terutama dalam rangka ALLAH SWT mengisi SYURGA dan NERAKA dengan cara yang adil maka ALLAH SWT perlu untuk menguji, akan memberikan cobaan kepada seluruh KHALIFAHNYA yang telah mengaku beriman kepada-Nya melalui TAHTA, HARTA, WANITA, ANAK dan ISTRI ditambah gangguan yang berasal dari AHWA dan SYAITAN. Adanya ujian, cobaan yang diberikan oleh ALLAH SWT maka ALLAH SWT akan mengetahui secara pasti seberapa baik atau seberapa tinggi kualitas keimanan manusia yang ada di muka bumi.

Agar maksud dan tujuan ALLAH SWT berjalan secara Fair Play maka ALLAH SWT tidak serta merta melakukan ujian dan cobaan kepada KHALIFAHNYA. Akan tetapi ALLAH SWT juga memberikan pertolongan, wejangan, kepada KHALIFAHNYA yang ada di muka bumi pada saat mengalami UJIAN dan COBAAN agar tetap beruntung dan/atau menjadi PEMENANG maka kita diwajibkan untuk tetap bersabar, menguatkan kesabaran, selalu siap siaga, dan tetap dalam ketaqwaan kepada ALLAH SWT. ALLAH SWT melakukan hal ini karena hal ini sejalan dengan KEHENDAK ALLAH SWT untuk tetap menjadikan MANUSIA atau DIRI KITA yang sudah ditempatkan dan diciptakan sebagai MAKHLUK yang terhormat untuk kembali ke tempat yang TERHORMAT pula dan/atau ALLAH SWT masih memberikan kesempatan ke dua bagi manusia.

C.     MENTAATI RASULNYA

Sewaktu kita membeli mobil TOYOTA di JAKARTA tentu kita tidak harus pergi ke JEPANG jika mobil yang kita beli mengalami kerusakan. Kita cukup berhubungan dengan ATPM yang ada di JAKARTA saja maka kerusakan mobil dapat kita perbaiki. Hal ini bisa terjadi sebab ATPM  yang ada di JAKARTA merupakan perpanjangan tangan pabrikan TOYOTA yang ada di JEPANG.  Adanya hubungan antara ATPM yang ada di JAKARTA dengan pabrikan TOYOTA yang ada di JEPANG dapat memudahkan konsumen mobil TOYOTA yang ada di JAKARTA untuk merawat, memperbaiki ataupun meminta informasi tentang mobil-mobil yang di produksi oleh TOYOTA. Hubungan seperti ini telah terjalin lama dan dapat berlangsung dengan baik dikarenakan PABRIKAN telah memberikan mandat kepada ATPM untuk melakukan apa-apa yang menjadi kewajiban PABRIKAN kepada konsumen mobil TOYOTA. Tanpa adanya MANDAT dari PABRIKAN secara SYAH maka ATPM tidak mampu melaksanakan apa-apa yang telah diwajibkan kepadanya.

Hal yang sama juga berlaku antara diri kita dengan ALLAH SWT, dimana kita tidak perlu pergi ARSY untuk menemui ALLAH SWT jika kita mengalami sesuatu hal di dalam melaksanakan tugas sebagai KHALIFAH di muka bumi. Hal yang dapat kita lakukan pertama kali adalah bagaimana kita berhubungan dengan PERWAKILAN TETAP  ALLAH SWT di muka bumi yaitu kepada NABI dan RASUL. Melalui NABI dan RASUL yang di utus oleh ALLAH SWT maka apa-apa yang telah diprogramkan oleh ALLAH SWT baik itu mengenai ALLAH SWT itu sendiri maupun tentang KEKHALIFAHAN di muka bumi dapat terlaksana dengan baik. Ini berarti NABI dan RASUL berfungsi sebagai JURU PENERANG ALLAH SWT di muka bumi. Seperti halnya kita berhubungan dengan ATPM jika mobil kita mengalami gangguan, maka kita harus berhubungan pula dengan NABI dan RASUL. Dan jika kita mempercayai ATPM sebagai perpanjangan pabrikan maka kepada NABI dan RASUL pun kita harus mempercayainya sebagai PERWAKILAN TETAP ALLAH SWT di muka bumi yang juga adalah JURU PENERANG ALLAH SWT di muka bumi. 

Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah   (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.
(surat An Nisaa' (4) ayat 59)

Selanjutnya dapatkah ATPM melaksanakan fungsi yang telah diperintahkan oleh pabrikan, jika konsumen MOBIL tidak mau mempercayai apa-apa yang dikemukakan ATPM? Sepanjang konsumen tidak mau mempercayai apa-apa yang dikemukakan oleh ATPM maka apa-apa yang telah menjadi kewajiban pabrikan kepada konsumen tidak dapat dilaksanakan dengan baik dan benar. Kondisi ini juga berlaku antara ALLAH SWT dengan diri kita jika kita sendiri tidak mau mengakui apa-apa yang telah dikemukakan oleh  NABI dan RASUL baik mengenai ALLAH SWT maupun tentang DIINUL ISLAM atau tentang KEKHALIFAHAN di muka bumi.

Sebagai KHALIFAH di muka bumi, tidak patut dan tidak pantas jika kita sampai tidak mau mengakui NABI dan RASUL yang telah dikirim oleh ALLAH SWT ke muka bumi. NABI dan RASUL di utus oleh ALLAH SWT agar apa-apa yang telah diprogramkan oleh ALLAH SWT diketahui secara pasti oleh KHALIFAH yang ada di muka bumi. Jika sekarang ALLAH SWT mengemukakan tentang hal ini kepada KHALIFAHNYA yang ada di muka bumi melalui surat  An Nisaa' (4) ayat 59, apakah hal ini menjadi sebuah kenistayaan? Inilah salah bukti bahwa ALLAH SWT telah merencanakan dengan baik tentang KEKHALIFAHAN di muka bumi dan juga agar KHALIFAH yang ada di muka bumi berjalan sesuai dengan apa-apa yang DIKEHENDAKI oleh ALLAH SWT itu sendiri selaku PENCIPTA dan PEMILIK.

Selanjutnya NABI dan RASUL (dalam hal ini NABI MUHAMMAD SAW) telah tiada, lalu kepada siapakah lagi kita bertanya tentang KEKHALIFAHAN yang sedang kita laksanakan dan/atau kepada siapakah lagi kita bertanya tentang AD DIIN atau DIINUL ISLAM dan/atau kepada siapakah lagi kita bertanya jika kita mengalami gangguan dan hambatan di dalam menjalankan tugas sebagai KHALIFAH di muka bumi ini? Jika kita telah menyatakan  BERIMAN kepada ALLAH SWT dan juga telah menyatakan bahwa ALLAH SWT adalah INISIATOR yang juga PENCIPTA dan PEMILIK dari segala apa yang di alam semesta ini termasuk KEKHALIFAHAN dan  AD DIIN berarti ALLAH SWT sajalah yang MAHA TAHU dan MAHA AHLI tentang itu semua. Di lain sisi  ALLAH SWT adalah DZAT yang MAHA KEKAL yang tidak akan BINASA oleh sebab APAPUN juga sehingga ALLAH SWT akan ada selamanya. Jika hal ini adalah kondisi dari ALLAH SWT maka :

1.      Hanya kepada ALLAH SWT sajalah kita bertanya tentang KEKHALIFAHAN di muka bumi,
2.      Hanya kepada ALLAH SWT sajalah kita mempelajari  AD DIIN atau DIINUL ISLAM,
3.      Hanya kepada ALLAH SWT sajalah kita meminta pertolongan dan bantuan jika kita mengalami gangguan dan hambatan sewaktu menjalankan tugas sebagai KHALIFAH di muka bumi.

Hal yang harus kita jadikan pedoman di dalam menerapkan ke tiga hal di atas, walaupun kedudukan ALLAH SWT di ARSY akan tetapi KEKUASAAN, KEMAHAAN, KEHEBATAN, PENGAWASAN ALLAH SWT sangat dekat dengan diri kita sehingga diri kita sebenarnya sudah tidak terpisahkan dengan itu semua. Yang menjadi persoalan adalah antara diri kita dengan kekuasaan, kemahaan ALLAH SWT belum tersambung.

Selain daripada itu, dalam rangka menghilangkan standard ganda yang mungkin terjadi di antara  pabrikan, ATPM serta konsumen dalam memberikan PELAYANAN PURNA JUAL maka pabrikan membuat BUKU MANUAL. Adanya BUKU MANUAL yang dikeluarkan oleh PABRIKAN akan terjadi keseimbangan informasi yang sesuai dengan konsep awal dari mobil yang kita beli. ALLAH SWT selalu INISIATOR dan juga PENCIPTA dan PEMILIK dari ini semua juga menerapkan hal yang sama yaitu dengan membuat BUKU MANUAL, dalam hal ini adalah AL-QUR'AN. Adanya BUKU MANUAL yang dikeluarkan oleh pabrikan akan mendekatkan diri konsumen kepada pabrikan walaupun pabrikan adanya di JEPANG. Hal yang sama juga berlaku dengan AL-QUR'AN yang telah diturunkan oleh ALLAH SWT untuk diri kita walaupun ALLAH SWT itu jauh di ARSY  melalui  AL-QUR'AN pula  ALLAH SWT seolah-olah dekat dengan diri kita.

A.  BERUSAHA MENDEKATKAN DIRI kepada ALLAH SWT

Sebagai Konsumen mobil TOYOTA dapatkah kita menikmati Pelayanan Purna Jual jika kita menjauhkan diri dengan ATPM selaku perwakilan TOYOTA di Jakarta? Pabrikan mobil yang ada di JEPANG tidak akan dapat melakukan dan memberikan secara PRIMA LAYANAN PURNA JUAL jika konsumen malah menjauhkan diri dan/atau konsumen justru meninggalkan ATPM walaupun garansi yang kita terima masih berlaku. Jika Pabrikan atau ATPM saja tidak bisa berbuat apapun dengan konsumen yang menjauhkan diri atau yang meninggalkan mereka. Walaupun jelas-jelas pabrikan melalui ATPM ingin bertanggung jawab sesuai dengan garansi yang telah dikeluarkannya.
Sekarang bagaimana dengan ALLAH SWT selaku PENCIPTA dan PEMILIK alam semesta ini termasuk di dalamnya pemilik dan pencipta KEKHALIFAHAN di muka bumi serta AD DIIN jika kita tinggalkan walaupun ALLAH SWT telah berjanji untuk memberikan KEMUDAHAN, KESUKSESAN serta KETENANGAN HIDUP kepada KHALIFAHNYA yang telah mengakui beriman kepada-Nya? Sekarang bagaimana mungkin ALLAH SWT akan memberikan janji-janjinya seperti KEMUDAHAN, KESUKSESAN dan KETENANGAN HIDUP jika KHALIFAHNYA sendiri tidak mau menerima itu semua dan/atau KHALIFAHNYA justru menampik dengan jalan meninggalkan  ALLAH SWT? Untuk itu jika kita ingin memperoleh KEMUDAHAN, KESUKSESAN, serta KETENANGAN dan KEBAHAGIAN HIDUP baik di dunia maupun di akhirat yang telah dijanjikan oleh ALLAH SWT tidak ada jalan lain kecuali kita harus terlebih dahulu mendekatkan diri kepada ALLAH SWT dengan cara memenuhi segala apa-apa yang dikehendaki ALLAH SWT.

  
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan.
(surat Al Maaidah (5) ayat 35)


Untuk itu lihatlah apa yang dikemukakan oleh ALLAH SWT dalam surat Al Maaidah (5) ayat 35 di atas ini yaitu apabila kita ingin memperoleh dan mendapatkan keberuntungan dan/atau janji-janji ALLAH SWT maka yang pertama-tama harus kita lakukan adalah mendekatkan diri kepada ALLAH SWT seperti diri kita mendekatkan diri kepada ATPM untuk mendapatkan layanan purna jual. Ini berarti agar diri kita selalu berada di dalam kehendak ALLAH SWT mutlak diperlukan adanya HUBUNGAN, adanya  KOMUNIKASI AKTIF yang selalu terjaga dari waktu ke waktu dengan ALLAH SWT barulah KEBERUNTUNGAN dapat kita peroleh dari ALLAH SWT.

E.      HATINYA SELALU INGAT ALLAH SWT

HATI RUHANI yang dimiliki oleh setiap manusia merupakan tempat diletakkannya AKAL, PERASAAN, KEHENDAK oleh ALLAH SWT. HATI RUHANI merupakan sarana bagi manusia untuk melakukan KOMUNIKASI dengan ALLAH SWT. Adanya kondisi demikian berarti HATI RUHANI dapat diumpamakan sebagai ANTENA bagi diri kita untuk memperoleh dan mendapatkan  SIARAN dan GELOMBANG dari SIFAT MA'ANI dan ASMA ALLAH SWT yang dipancarkan ke seluruh alam semesta ini. Untuk itu perhatikanlah RADIO dimana RADIO tidak akan dapat menangkap siaran jika tidak memiliki ANTENA. Hal yang sama juga berlaku pada diri kita sewaktu berhubungan dan/atau sewaktu  berkomunikasi dengan ALLAH SWT. Sekarang coba kita bayangkan jika sampai ALLAH SWT tidak pernah menciptakan HATI RUHANI bagi manusia, apa yang dapat kita lakukan?  Sebagai KHALIFAH yang sedang menjalankan tugas di muka bumi, sadarkah diri kita bahwa ALLAH SWT telah memberikan sarana dan alat bantu bagi diri kita untuk berhubungan dan berkomunikasi dengan  ALLAH SWT?

 Jika kita termasuk orang TAHU DIRI maka tidak sepantasnya dan tidak sepatutnya apa yang telah diberikan oleh ALLAH SWT kita sia-siakan. ALLAH SWT dengan kemahaan yang ada pada dirinya sendiri, jelas tidak akan membutuhkan sesuatu apapun dari makhluk-Nya. Akan tetapi makhluknya lah  yang membutuhkan ALLAH SWT. Jika ini adalah keadaannya, apa yang harus kita perbuat? Untuk itu lakukanlah sesering mungkin dari waktu ke waktu untuk selalu berkomunikasi dengan ALLAH SWT dan/atau untuk selalu mengingat ALLAH SWT di manapun dan kapanpun melalui HATI RUHANI. Adanya hubungan dan komunikasi yang kita lakukan kepada  ALLAH SWT akan memberikan dampak positif bagi diri kita yaitu terjadinya KETENTRAMAN HATI dan/atau adanya KETENANGAN BATHIN yang tumbuh di dalam diri sebagai buah dari komunikasi yang kita lakukan dan/atau terjadinya sinergi antara yang kecil dengan yang MAHA BESAR atau RUH tersambung dengan ALLAH SWT.

Sekarang adakah resiko yang timbul bagi diri kita jika kita tidak mau berkomunikasi dan/atau jika kita tidak mau berhubungan dengan ALLAH SWT?

(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.
(surat Ar Ra'd (13) ayat 28)

  
Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.
(surat Al Hadiid (57) ayat 16)

Jawabannya ada pada surat Al Hadiid (57) ayat 16 di atas ini yaitu HATI RUHANI mereka dijadikan KERAS oleh ALLAH SWT sehingga mereka menjadi orang BEBAL untuk menerima masukan dari siapapun sehingga mereka digolongkan menjadi orang yang fasik. Jika kita ingin menjadikan HATI RUHANI menjadi KERAS dan/atau kita bersedia digolongkan menjadi orang fasik, caranya sangat mudah yaitu jangan pernah beriman kepada ALLAH SWT dan/atau jangan pernah berkomunikasi dengan ALLAH SWT mulai detik ini sampai dengan NYAWA tiba dikerongkongan.

F. MEMASUKI dan MEMELUK DIINUL ISLAM SECARA KAFFAH

Untuk memperoleh Layanan Purna Jual dari pabrikan, yang harus kita lakukan adalah kita harus mempercayai bahwa pabrikan mampu memberikan apa-apa yang tertuang dalam buku manual dan/atau apa-apa yang tertuang dalam kartu garansi yang telah diberikan kepada kita. Tanpa kita mau mempercayai atau tanpa kita bersedia memenuhi apa-apa yang dikehendaki pabrikan maka Layanan Purna Jual yang profesioanl tidak akan dapat dipenuhi oleh pabrikan. Selanjutnya bagaimana dengan ALLAH SWT yang akan memberikan janji-janjinya kepada diri kita sebagai KHALIFAH yang di utusnya di muka bumi? Untuk itu ALLAH SWT mewajibkan terlebih dahulu kepada seluruh KHALIFAHNYA yang ada di muka bumi termasuk kepada diri kita untuk :

1.      Mempercayai adanya ALLAH SWT dan/atau
2.      Menerima ALLAH SWT sebagai satu-satunya yang berhak disembah dan/atau
3.      Menjadikan dan melaksanakan DIINUL ISLAM sebagai AGAMA yang HAQ

secara TOTALITAS, secara MENYELURUH, secara KAFFAH tanpa dipotong-potong, tanpa dirubah-rubah, tanpa ditambah, tanpa dikurangi ataupun disesuaikan dengan kebutuhan diri dan kelompok tertentu. Kondisi ini sesuai dengan perintah ALLAH SWT yang tertuang di dalam surat Al Baqarah (2) ayat 208 di bawah ini yang menyatakan bahwa jika kita ingin memperoleh dan mendapatkan janji-janji         ALLAH SWT dan/atau untuk dapat menikmati kenikmatan dari bertuhankan kepada  ALLAH SWT dari waktu ke waktu maka lakukanlah apa-apa yang dikehendaki oleh secara TOTALITAS, MENYELURUH dan KAFFAH.

Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.
(surat Al Baqarah (2) ayat 208)

Di dalam kehidupan sehari-hari, jika terjadi hubungan saling percaya-mempercayai yang terjadi di antara dua belah pihak maka akan terjalinlah suatu hubungan yang baik di antara keduanya. Para pihak yang saling percaya akan memberikan sesuatu yang terbaik kepada pihak yang dipercayainya demikian pula sebaliknya. Selanjutnya bagaimana dengan hubungan diri kita kepada ALLAH SWT jika kita menerapkan ketidakpercayaan kepada ALLAH SWT? Di dalam melakukan hubungan dan  komunikasi dengan ALLAH SWT dan/atau melaksanakan DIINUL ISLAM jika tanpa dilandasi kepercayaan kepada ALLAH SWT secara KAFFAH, maka ALLAH SWT pun akan melakukan hal yang sama pula kepada hambanya yang melakukan tindakan itu. Sebagai KHALIFAH yang sedang menjalankan tugas di muka bumi ini sudahkah diri kita mempercayai ALLAH SWT secara KAFFAH dan/atau memenuhi segala yang dikehendaki ALLAH SWT secara TOTALITAS? Jika kita ingin memperoleh kenikmatan dari bertuhankan kepada ALLAH SWT dari waktu ke waktu maka jalan yang harus kita tempuh adalah akui, percayai, laksanakan apa-apa yang dikehendaki oleh ALLAH SWT secara TOTALITAS atau secara KAFFAH mulai saat ini sampai NYAWA tiba dikerongkongan. Terkecuali jika kita ingin menjadi TETANGGA yang baik bagi SYAITAN di NERAKA JAHANNAM jangan pernah mempercayai ALLAH SWT secara TOTALITAS dan jangan pernah melaksanakan DIINUL ISLAM secara KAFFAH. 

G. BERSYUKUR

ALLAH SWT melalui surat Al Ahzab (33) ayat 9 mengingatkan kepada orang-orang yang beriman akan nikmat-nikmat yang telah ALLAH SWT berikan atau telah ALLAH SWT karuniakan kepada mereka. Timbul pertanyaan nikmat dan karunia apa saja yang telah ALLAH SWT berikan kepada orang-orang yang beriman? Kepada setiap orang yang beriman ALLAH SWT banyak memberikan nikmat dan karunia kepada mereka seperti dilindungi dari syaitan dan juga dari mara bahaya, amal di balas baik di dunia dan di akhirat, hidup dalam kecukupan serta dosa di ampunkan oleh ALLAH SWT. Selanjutnya jika kita telah mengetahui tentang nikmat dan karunia yang telah diberikan oleh ALLAH SWT, apakah cukup dengan mengucapkan TERIMA KASIH kepada ALLAH SWT maka kita sudah sesuai dengan yang dikehendaki ALLAH SWT? Kepada ALLAH SWT yang telah memberikan nikmat dan kurnia tidak cukup kita mengucapkan  TERIMA KASIH sebab UCAPAN TERIMA KASIH merupakan salah satu ADAB dan SOPAN SANTUN jika kita telah menerima sesuatu dari orang lain. Selanjutnya jika demikian keadaannya, apa yang harus kita lakukan?

Hai orang-orang yang beriman, ingatlah akan nikmat Allah (yang telah dikurniakan) kepadamu ketika datang kepadamu tentara-tentara, lalu Kami kirimkan kepada mereka angin topan dan tentara yang tidak dapat kamu melihatnya[1204]. dan adalah Allah Maha melihat akan apa yang kamu kerjakan.
(surat Al Ahzab (33) ayat 9)

[1204] Ayat ini menerangkan kisah AHZAB Yaitu golongan-golongan yang dihancurkan pada peperangan Khandaq karena menentang Allah dan Rasul-Nya. yang dimaksud dengan tentara yang tidak dapat kamu Lihat adalah Para Malaikat yang sengaja didatangkan Tuhan untuk menghancurkan musuh-musuh Allah itu.

Menurut surat Al Ahzab (33) ayat 9 di bawah ini, hal yang harus kita lakukan jika kita telah memperoleh dan merasakan nikmat dan karunia dari ALLAH SWT kita harus BERSYUKUR atau MENSYUKURI apa-apa yang telah diberikan oleh ALLAH SWT kepada diri kita. Hal yang harus kita perhatikan adalah bahwa SYUKUR dan  ucapan TERIMA KASIH merupakan hal yang sangat berbeda.TERIMA KASIH adalah bagian dari ADAB dan SOPAN SANTUN sedangkan SYUKUR merupakan tindakan atau bukti nyata yang harus kita lakukan setelah menerima sesuatu dari orang lain. Jika kita menerima hadiah berupa kain sarung dari seseorang, lalu kain sarung itu kita pergunakan sebagaimana mestinya barulah kita dikatakan bersyukur atas kain sarung yang telah dihadiahkan kepada kita. Selanjutnya jika kain sarung yang di dapat dari hadiah tadi kita pergunakan sebagai alat untuk mengepel lantai itulah bentuk dari ketidaksyukuran diri kita akan hadiah kain sarung. Jika sekarang kita telah diberikan oleh ALLAH SWT hal-hal sebagai berikut:

1.      ALLAH SWT telah memberikan kepada kita nikmat dan karunia kesehatan, sudahkah kesehatan yang diberikan oleh ALLAH SWT untuk melakukan ibadah kepada-Nya?
2.      ALLAH SWT telah memberikan kepada kita nikmat dan karunia rezeki yang berlebih, sudahkah hak ALLAH SWT  yang terdapat di dalam rezeki dikeluarkan sebagai zakat, infaq dan sedekah?
3.      ALLAH SWT telah memberikan kepada kita ILMU, sudahkah ILMU yang diberikan oleh ALLAH SWT di ajarkan dan di amalkan?
4.      ALLAH SWT telah memberikan  RUH, AMANAH 7 (dalam hal ini adalah Qudrat, Iradat, Sami' Bashir, Kalam, Hayat dan Ilmu), AKAL, PERASAAN, HUBBUL  (dalam hal ini Hubbul Maal, Hubbul Maadah, Hubbul Riasah, Hubbul Istitlaq, Hubbul Jam'i, Hubbul Syahwat, Hubbul Hurriyah)  sudahkah hal itu semua kita SYUKURI sesuai dengan kehendak ALLAH SWT?

Sebagai makhluk yang sejak awal diciptakan sebagai MAKHLUK yang terhormat, jika hanya ucapan TERIMA KASIH yang kita ucapkan kepada ALLAH SWT atas nikmat dan karunia yang telah diberikannya kepada diri kita berarti diri kita bukanlah makhluk terhormat yang dikehendaki oleh ALLAH SWT sebab diri kita tidak mencerminkan dan/atau tidak dapat menunjukkan perilaku terhormat kepada        ALLAH SWT. Jika demikian kondisi dan  keadaan diri kita  kepada ALLAH SWT,  tentu tempat yang bukan terhormat (maksudnya NERAKA JAHANNAM) merupakan hal yang pantas sebagai balasannya.

H. SESUAI KATA dengan PERBUATAN

Dalam kehidupan sehari-hari, jika kita hanya mengaku-ngaku JUJUR tanpa pernah dibuktikan tentu hal ini tidak dapat dijadikan patokan bahwa diri kita adalah seorang yang JUJUR.Untuk itu kejujuran yang ada pada diri kita harus dibuktikan terlebih dahulu di tengah masyarakat barulah timbul kepercayaan orang terhadap kejujuran yang kita miliki. Adanya kondisi seperti ini menunjukkan bahwa apa yang kita katakan baru dapat dipercayai oleh orang lain sepanjang apa yang kita katakan tersebut suadah sesuai dengan apa yang kita perbuat. Tanpa ada kesesuaian KATA dengan PERBUATAN maka apa-apa yang telah kita katakan tidak akan dapat memberikan dampak positif di masyarakat tentang apa yang kita katakan tersebut. Untuk itulah pengakuan JUJUR harus diperoleh/didapat dari orang lain atau harus berasal dari pihak ke tiga.Setelah memiliki predikat JUJUR lalu selamanyakah kita akan JUJUR? JUJUR yang ada di dalam diri tidak selamanya bisa bertahan dari waktu ke waktu, untuk itu KEJUJURAN harus terus di bina dan dipertahankan dari waktu ke waktu. Tanpa ada perawatan dan tanpa ada pembinaan tentang kejujuran yang kita miliki maka kejujuran yang ada pada diri kita kemungkinan akan luntur atau bahkan hilang. Selanjutnya bagaimana dengan KEIMANAN yang ada pada diri kita sendiri, apakah KEIMANAN juga kondisinya sama dengan KEJUJURAN? 

 
Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka kitab dan Hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata,
dan (juga) kepada kaum yang lain dari mereka yang belum berhubungan dengan mereka. dan Dia-lah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
(surat Al Jumu'ah (62) ayat 2-3)

Kualitas keimanan yang ada dalam diri bukanlah diri kita sendiri yang menilainya.  Untuk itu jika kita telah menyatakan BERIMAN kepada ALLAH SWT maka ALLAH SWTlah  yang akan menilai  KEIMANAN yang ada di dalam diri kita. Selanjutnya untuk membuktikan adanya KEIMANAN dalam diri tidak bisa hanya dikatakan dengan ucapan secara lisan semata, akan tetapi KEIMANAN harus ditunjukkan dan harus dibuktikan dalam perbuatan seperti halnya diri kita membuktikan adanya KEJUJURAN. Selanjutnya jika IMAN yang kita miliki tidak bisa dibuktikan kepada apa yang kita imani, dalam hal ini  ALLAH SWT,  lalu bagaimana ALLAH SWT akan tahu bahwa diri kita telah beriman kepada-Nya dan/atau bagaimana ALLAH SWT akan memberikan penilaian atas keimanan yang kita lakukan? Untuk menunjukkan bahwa diri kita telah beriman kepada ALLAH SWT dan/atau orang yang telah merasakan nikmatnya bertuhankan kepada ALLAH SWT maka kita diharuskan untuk menunjukkan bukti dari apa yang kita kemukakan tersebut. Tanpa adanya BUKTI yang tercermin dari PERBUATAN dan TINGKAH LAKU kita kepada ALLAH SWT yang kita IMANI maka diri kita belum dapat dikatakan telah BERIMAN kepada ALLAH SWT.


Hal yang harus kita perhatikan, jika kita telah mengaku BERIMAN kepada ALLAH SWT maka antara KATA dan PERBUATAN haruslah seiring dan sejalan. Jangan sampai KATA yang kita ucapkan adalah BERIMAN kepada ALLAH SWT namun PERBUATAN yang kita lakukan tidak mencerminkan apa-apa yang telah kita KATAKAN. Untuk itu kita harus dapat membuktikan KEIMANAN yang telah kita ikrarkan dengan melakukan perbuatan-perbuatan yang mendukung apa-apa yang telah kita KATAKAN. ALLAH SWT MAHA TAHU dengan apa yang kita ucapkan dan ALLAH SWT juga MAHA TAHU dengan apa yang kita perbuat. Adanya kemampuan ALLAH SWT yang mengetahui itu semua maka ALLAH SWT tidak akan pernah mampu dibohongi, atau       ALLAH SWT tidak akan pernah mampu ditipu jika kita hanya berpura-pura beriman kepada-Nya. Di dalam melaksanan KEIMANAN  kepada ALLAH SWT hanya ada 2(dua) kondisi yaitu IMAN ataukah KAFIR sebab tidak ada ISTILAH ABU-ABU di dalam melaksanakan keimanan kepada ALLAH SWT dan/atau ALLAH SWT tidak mengenal istilah STANDARD GANDA di dalam pelaksanaan RUKUN IMAN.  Hal yang sering terjadi di dalam kehidupan sehari-hari atau di tengah masyarakat adalah kita hanya mau telah menyatakan beriman kepada ALLAH SWT akan tetapi konsekuensi untuk menunjukkan keimanan kepada ALLAH SWT tidak mau kita lakukan, akan tetapi hasil akhir dari keimanan tetap ingin kita peroleh. Jika kita menerapkan prinsip ini kepada ALLAH SWT jangan pernah berharap kenikmatan bertuhankan kepada ALLAH SWT dapat kita rasakan dan/atau jangan pernah berharap kita berada di dalam KEHENDAK ALLAH SWT dan/atau jangan pernah berharap dapat pulang kampung ke SYURGA. 


Pembaca, sebagai KHALIFAH yang sudah menyatakan BERIMAN kepada ALLAH SWT dengan sebenar-benarnya BERIMAN dan/atau KHALIFAH dari waktu ke waktu selalu memperoleh KENIKMATAN bertuhankan kepada ALLAH SWT dan/atau KHALIFAH yang sesuai dengan KEHENDAK ALLAH SWT peliharalah dan jagalah selalu hubungan kita dengan ALLAH SWT agar kenikmatan dari bertuhankan kepada  ALLAH SWT dapat kita nikmati terus dari waktu ke waktu terkecuali kita hanya membutuhkan sekali saja atau hanya sesekali saja kenikmatan dari bertuhankan kepada ALLAH SWT.