A. ADANYA BAHAYA dari AHWA
Seperti telah kita
ketahui bersama bahwa setiap DZAT atau UNSUR memiliki SIFAT, PERBUATAN, dan
KEMAMPUAN. Hal yang sama juga berlaku kepada RUHANI dan JASMANI yang merupakan
bagian dari diri kita sebagai KHALIFAH di muka bumi. RUHANI akan disebut dengan
NASS jika ditinjau dari sisi sifatnya sedangkan jika ditinjau dari sisi
perbuatannya RUHANI akan disebut dengan NAFS atau ANFUSS serta
RUHANI jika ditinjau dari sisi kemampuannya disebut dengan RUH. Selanjutnya
bagaimana dengan JASMANI? JASMANI akan disebut INSAN bila ditinjau dari sisi
sifatnya sedangkan JASMANI bila ditinjau dari sisi perbuatannya akan disebut
dengan AHWA dan JASMANI jika ditinjau dari sisi kemampuannya akan disebut
dengan BASYAR.
Selanjutnya JASMANI
yang berasal dari TANAH atau ALAM maka JASMANI akan merefleksikan SIFAT dan
PERBUATAN dari ALAM sebagai unsur pembuatnya sedangkan RUHANI yang berasal dari
ALLAH SWT akan merefleksikan SIFAT dan PERBUATAN dari ALLAH SWT sebagai unsur
pembuatnya. Timbul pertanyaan bedakah SIFAT dan PERBUATAN JASMANI dibandingkan
dengan SIFAT dan PERBUATAN RUHANI? JASMANI dan RUHANI yang berlainan asal
usulnya tentu mempunyai SIFAT dan PERBUATAN yang berbeda pula. Di dalam
Al-Qur'an sifat dan perbuatan JASMANI disebut dengan INSAN dimana INSAN selalu
mencerminkan NILAI-NILAI KEBURUKAN seperti BAKHIL, KIKIR, KELUH KESAH, BURUK
SANGKA dan lain sebagianya.
Sedangkan sifat dan
perbuatan RUHANI di dalam Al-Qur'an disebut dengan NASS dimana NASS selalu
mencerminkan NILAI-NILAI KEBAIKAN seperti SABAR, BERBUAT BAIK, dan lain
sebagainya. Adanya kondisi seperti ini
memperlihatkan kepada kita bahwa antara
RUHANI dan JASMANI mempunyai SIFAT dan PERBUATAN yang tidak sama
dan/atau saling bertolak belakang dan/atau saling tidak berkesesuaian di antara
ke duanya sehingga pada saat RUHANI dan JASMANI bersatu di dalam diri manusia
atau pada saat kita HIDUP maka keduanya akan saling pengaruh mempengaruhi. Jika
RUHANI yang menang terhadap JASMANI maka ia akan mempengaruhi kehidupan manusia
sehingga tindakan yang dilakukan oleh manusia
memenuhi unsur-unsur NILAI-NILAI KEBAIKAN dan jika JASMANI yang menang terhadap
RUHANI maka ia akan mempengaruhi kehidupan manusia sehingga tindakan manusia
akan memenuhi unsur-unsur NILAI-NILAI KEBURUKAN. Selanjutnya untuk mempermudah
pemahaman tentang SIFAT dan PERBUATAN dari JASMANI ataupun RUHANI, lihatlah
GARAM. GARAM mempunyai sifat ASIN. Perbuatan GARAM adalah mengasinkan apa-apa
yang ada disekelilingnya atau akan mengasinkan apa-apa yang diliputinya.
Berdasarkan ilustrasi tentang GARAM ini dapat dikatakan bahwa sifat ASIN dari
GARAM disebut juga dengan INSAN sedangkan perbuatan GARAM yang MENGASINKAN adalah istilah untuk AHWA dari GARAM sedangkan kemampuan mengasinkan
dari garam adalah BASYAR dari GARAM.
Selanjutnya
berdasarkan ilustrasi tentang GARAM yang
kami kemukakan di atas, sekarang keadaan itu kami aplikasikan dengan kehidupan
manusia, yaitu dengan memberikan contoh sebagai berikut: Salah satu sifat
JASMANI manusia adalah BAKHIL (lihat surat
Al Ma'aarij (70) ayat 19-20-21) maka apa bila sifat ini mempengaruhi
perbuatan MANUSIA dan/atau JASMANI dapat menguasai RUHANI maka akan timbul dan
tumbuh dalam diri manusia perbuatan
kikir, pelit, selalu mementingkan diri sendiri, tidak mempunyai rasa kesetiakawanan
sosial, sehingga secara keseluruhan apa yang dilakukan manusia akan
mencerminkan NILAI-NILAI KEBURUKAN. Apabila kita termasuk orang yang kikir,
bakhil, selalu mementingkan diri sendiri serta tidak mempunyai rasa
kesetiakawanan sosial, itulah contoh manusia yang telah memperturutkan AHWAnya yaitu melalui
perbuatan JASMANI yang mengalahkan perbuatan RUHANI. Sebagai perbandingan
lihatlah orang yang RUHANInya menang terhadap JASMANI atau RUHANInya menguasai
JASMANInya maka tindakan dan perbuatan orang tersebut sesuai dengan NILAI-NILAI
KEBAIKAN seperti dermawan, murah hati, selalu tolong menolong, menjadikan harta
yang dimilikinya sebagai modal awal menuju kehidupan akhirat dan/atau melakukan
jihad melalui harta yang dimilikinya di jalan ALLAH SWT.
Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya
sebagai Tuhannya. Maka Apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?,
(surat Al Furqaan
(25) ayat 43)
Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai
Tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya[1384] dan Allah telah
mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas
penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah
(membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?
(surat Al Jaatsiyah (45) ayat 23)
[1384]
Maksudnya Tuhan membiarkan orang itu sesat, karena Allah telah mengetahui bahwa
Dia tidak menerima petunjuk-petunjuk yang diberikan kepadanya.
Berikut ini kami
berikan contoh lainnya tentang bahayanya
AHWA kepada diri manusia, jika RUHANI kami asumsikan dengan AIR yang putih,
murni, jernih dan bersih serta tidak terkontaminasi dengan apapun juga.
Kemudian kita masukkan ke dalam AIR tersebut KOPI selanjutnya apa yang terjadi?
AIR PUTIH akan berubah menjadi AIR KOPI yang berwarna hitam pekat, timbul
pertanyaan kemana perginya AIR yang putih,
jernih dan bersih itu? AIR secara phisik tetap ada dan utuh namun
kemurniannya, kejernihannya, kebersihannya, sudah tidak ada lagi pada AIR yang
ada kini hanyalah KOPI dengan segala yang menyertainya atau dengan kata lain
perbuatan KOPI telah menggantikan putih, murni, jernih dan bersihnya AIR. Hal
yang sama juga berlaku kepada RUHANI diri kita jika AHWA telah menempati
dan/atau mengalahkan perbuatan-perbuatan RUH atau NASS sehingga yang
keluar dari diri kita adalah perbuatan-perbuatan yang memenuhi koridor
NILAI-NILAI KEBURUKAN atau dengan kata lain RUHANI tetap ada dan utuh akan
tetapi NILAI-NILAI KEBAIKAN yang berasal dari NILAI-NILAI ILAHIAH telah
tergantikan oleh NILAI-NILAI KEBURUKAN yang berasal dari ALAM.
Itulah kondisi dan
keadaan yang terjadi di dalam diri setiap manusia, dimana keadaan seperti ini
sudah di dalam ILMUNYA ALLAH SWT dan/atau sudah di dalam KEHENDAK ALLAH SWT
sewaktu merencanakan KEKHALIFAHAN di muka bumi. Di satu sisi ALLAH SWT
menciptakan jalan menuju KEBAIKAN dan di lain sisi ALLAH SWT juga menciptakan
jalan menuju KEBURUKAN. Adanya jalan KEBAIKAN dan jalan KEBURUKAN yang telah
dibuat oleh ALLAH SWT maka hal ini juga merupakan jembatan bagi ALLAH SWT untuk
menseleksi siapa yang berhak menempati SYURGA dan siapa yang berhak menempati
NERAKA JAHANNAM dengan cara yang seadil-adilnya.
andaikata
kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini,
dan semua yang ada di dalamnya. sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada
mereka kebanggaan (Al Quran) mereka tetapi mereka berpaling dari kebanggaan
itu.
(surat
Al Mu'minuun (23) ayat 71)
Sekarang ke dua
keadaan yang kami contohkan di atas sudah ada pada diri setiap orang termasuk
diri kita sendiri, selanjutnya bagaimana kita menyikapi hal ini? Jika kita termasuk orang yang TAHU DIRI, maka
kondisi tersebut wajib kita jadikan sebagai RAMBU-RAMBU yang harus kita patuhi
dalam rangka untuk pulang kampung ke SYURGA. Setelah mengetahui hal ini, timbul
pertanyaan siapakah yang membutuhkan RAMBU-RAMBU di atas, manusiakah atau ALLAH SWT kah? ALLAH SWT sebagai PEMILIK
yang sekaligus PENCIPTA, PEMELIHARA, PENJAGA, PENGAYOM, PENGAWAS dari langit
dan bumi beserta isinya tidak membutuhkan itu semua sebab ALLAH SWT itu sendiri juga merangkap INISIATOR adanya SYURGA dan
NERAKA.
dan jika Kami merasakan kepadanya sesuatu rahmat
dari Kami sesudah Dia ditimpa kesusahan, pastilah Dia berkata: "Ini adalah
hakku, dan aku tidak yakin bahwa hari kiamat itu akan datang. dan jika aku
dikembalikan kepada Tuhanku Maka Sesungguhnya aku akan memperoleh kebaikan pada
sisiNya." Maka Kami benar-benar akan memberitakan kepada orang-orang kafir
apa yang telah mereka kerjakan dan akan Kami rasakan kepada mereka azab yang keras.
(surat
Fushshilat (41) ayat 50)
SYURGA
dan NERAKA adalah dua buah tempat kembali yang sangat berbeda fasilitasnya
sehingga orang yang akan menempatinya pasti sangat berbeda pula. Adanya
perbedaan antara SYURGA dan NERAKA maka aturan main yang berlaku bagi SYURGA
dan bagi NERAKA pasti berlainan juga.
Sekarang jika ALLAH SWT melarang tindakan manusia memperturutkan AHWAnya atau
mempertuhankan AHWAnya dikarenakan hal ini akan membuat manusia keluar atau
tidak sesuai lagi dengan KONSEP AWAL penciptaan manusia dimana manusia
diciptakan oleh ALLAH SWT berdasarkan Fitrah-Nya serta telah pula dimuliakan
oleh ALLAH SWT. Apabila kita melakukan hal-hal yang kami contohkan di atas,
maka tindakan tersebut berada di luar gelombang dan siaran ALLAH SWT dan/atau
malah sudah menjauh dari SYARAT dan KETENTUAN yang telah ALLAH SWT tentukan
terutama tentang FITRAH dan KEMULIAAN. Akibat dari itu semua maka akan
mengakibatkan perbedaan tempat kembali bagi manusia. Untuk menambah pengetahuan
tentang AHWA, berikut ini akan kami kemukakan ciri-ciri atau sifat-sifat dari
pengikut AHWA dan/atau manusia yang memperturutkan hawa nafsunya, yaitu:
1)
Pengikut
hawa nafsu suka menolak yang haq atau suka menolak kebenaran.
orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang
kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya
petunjuk Allah Itulah petunjuk (yang benar)". dan Sesungguhnya jika kamu
mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, Maka Allah tidak
lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.
(surat
Al Baqarah (2) ayat 120)
2)
Pengikut
hawa nafsu sulit di atur, atau sulit di urus, atau sulit dikendalikan.
Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan
hawa nafsunya sebagai Tuhannya. Maka Apakah kamu dapat menjadi pemelihara
atasnya?,
(surat
Al Furqaan (25) ayat 43)
3)
Pengikut
hawa nafsu suka meendustakan ayat-ayat ALLAH SWT.
dan mereka mendustakan (Nabi) dan mengikuti hawa
nafsu mereka, sedang tiap-tiap urusan telah ada ketetapannya[1435]
(surat
Al Qamar (54) ayat 3)
[1435] Maksudnya bahwa segala urusan itu pasti
berjalan sampai waktu yang telah ditetapkan terjadinya, seperti: urusan
Rasulullah dalam meninggikan kalimat Allah pasti sampai pada akhirnya Yaitu
kemenangan di dunia dan kebahagiaan di akhirat. sedang urusan orang yang
mendustakannya pasti sampai pula pada akhirnya, Yaitu kekalahan di dunia dan
siksaan di akhirat.
4)
Pengikut
hawa nafsu suka melalaikan/menyianyiakan shalat atau malah sering tidak shalat.
Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang
jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, Maka mereka
kelak akan menemui kesesatan,
(surat
Maryam (19) ayat 59)
5)
Pengikut
hawa nafsu suka membikin-bikin syariat, suka menambah atau mengurangi ketentuan
syariat tanpa tuntunan yang berasal dari ALLAH SWT.
kemudian Kami
jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama itu),
Maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang
tidak mengetahui.
Sesungguhnya
mereka sekali-kali tidak akan dapat menolak dari kamu sedikitpun dari siksaan
Allah. dan Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu sebagian mereka menjadi
penolong bagi sebagian yang lain, dan Allah adalah pelindung orang-orang yang
bertakwa.
Al Quran ini
adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini.
(surat Al Jaatsiyah (45) ayat 18-19-20)
6)
Pengikut
hawa nafsu suka berlebih-lebihan atau suka melampaui batas kepantasan atau
batas kepatutan yang berlaku.
Katakanlah:
"Hai ahli Kitab, janganlah kamu berlebih-lebihan (melampaui batas) dengan
cara tidak benar dalam agamamu. dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu
orang-orang yang telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka
telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang
lurus".
(surat Al Maaidah (5) ayat 77)
7)
Pengikut
hawa nafsu dikunci hatinya.
dan di antara
mereka ada orang yang mendengarkan perkataanmu sehingga apabila mereka keluar
dari sisimu orang-orang berkata kepada orang yang telah diberi ilmu pengetahuan
(sahabat-sahabat Nabi): "Apakah yang dikatakannya tadi?" mereka
Itulah orang-orang yang dikunci mati hati mereka oleh Allah dan mengikuti hawa
nafsu mereka.
(surat Muhammad (47) ayat 16)
8)
Pengikut
hawa nafsu suka memutar balikkan fakta
Maka Apakah
orang yang berpegang pada keterangan yang datang dari Rabbnya sama dengan orang
yang (shaitan) menjadikan Dia memandang baik perbuatannya yang buruk itu dan
mengikuti hawa nafsunya?
(surat Muhammad (47) ayat 14)
Hal
lain yang harus kita perhatikan sebagai seorang KHALIFAH di muka bumi yaitu
jika sampai diri kita memperturutkan AHWA dan/atau menjadikan AHWA sebagai
TUHAN pengganti selain ALLAH SWT dan/atau diri kita menyerahkan pengelolaan
diri hanya untuk kepentingan JASMANI semata dan/atau RUHANI dikalahkan oleh
JASMANI berarti kita telah mendzalimi diri sendiri.
tetapi orang-orang yang zalim, mengikuti hawa
nafsunya tanpa ilmu pengetahuan; Maka siapakah yang akan menunjuki orang yang
telah disesatkan Allah? dan Tiadalah bagi mereka seorang penolongpun.
(surat
Ar Ruum (30) ayat 29)
dan Sesungguhnya jika kamu mendatangkan kepada
orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al kitab (Taurat dan Injil), semua
ayat (keterangan), mereka tidak akan mengikuti kiblatmu, dan kamupun tidak akan
mengikuti kiblat mereka, dan sebahagian merekapun tidak akan mengikuti kiblat
sebahagian yang lain. dan Sesungguhnya jika kamu mengikuti keinginan mereka
setelah datang ilmu kepadamu, Sesungguhnya kamu -kalau begitu- Termasuk
golongan orang-orang yang zalim.
(surat
Al Baqarah (2) ayat 145)
Selanjutnya
sebagai KHALIFAH ALLAH SWT di muka bumi yang telah tahu dan mengerti tentang
diri sendiri, berhati-hatilah dengan peringatan, ancaman, pemberitahuan
dari ALLAH SWT yang tertuang di dalam
surat Al A'raaf (7) ayat 176 di bawah ini, apakah peringatan ALLAH SWT itu?
dan kalau
Kami menghendaki, Sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat
itu, tetapi Dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang
rendah, Maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya
dan jika kamu membiarkannya Dia mengulurkan lidahnya (juga). demikian Itulah
perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami. Maka Ceritakanlah
(kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir.
(surat Al A'raaf (7) ayat 176)
ALLAH
SWT melalui surat Al A'raaf (7) ayat 176 menegaskan bahwa Pengikut AHWA
dan/atau orang yang telah mempertuhankan AHWANYA sebagai TUHAN pengganti selain
ALLAH SWT mereka semua dipersamakan dengan ANJING oleh ALLAH SWT. Sekarang
maukah kita disamakan dengan ANJING oleh pencipta diri kita, dalam hal ini
ALLAH SWT? Untuk itu:
1)
Lihatlah
Anjing, dihalau dan dibiarkan menjulurkan lidah.
2)
Lihatlah
Anjing, diberi makanan yang enak menjulurkan lidah (dimakan), diberi makanan jorokpun menjulurkan lidah
(dimakan juga) sebab bagi Anjing makanan enak dan makanan yang jorok sama saja.
3)
Lihatlah
Anjing semua digonggong, yang baik digonggong, yang rusak dan jelek digonggong
pula, semuanya tidak ada yang baik atau semuanya sama saja sebab yang baik
adalah dirinya sendiri.
Itulah
dunia Anjing yang dikemukakan oleh ALLAH SWT dalam surat Al A'raaf (7) ayat 176, sekarang tinggal
bagaimana kita menyikapinya? Kami berharap kepada pembaca buku ini, jangan
sampai diri kita dipersamakan dengan Anjing oleh ALLAH SWT akibat kita selalu
memperturutkan AHWA dan/atau menjadikan AHWA menjadi TUHAN pengganti ALLAH SWT
sewaktu melaksanakan tugas sebagai KHALIFAH di muka bumi. Jika sampai titel
Anjing kita peroleh berarti diri kita telah turun pangkat dari makhluk yang
terhormat menjadi makhluk yang hina.
B. ADANYA BAHAYA dari SYAITAN
Seperti kita ketahui
bersama bahwa IBLIS/JIN/SYAITAN pada awalnya adalah juga MALAIKAT ALLAH SWT
yang selalu tunduk dan patuh kepada ALLAH SWT. Namun setelah adanya Perintah Sujud kepada NABI ADAM as, maka
terjadilah pengelompokkan MALAIKAT ALLAH SWT menjadi 2(dua) kelompok yaitu MALAIKAT yang PATUH dan TAAT yang dalam
hal ini diwakili oleh MALAIKAT yang berasal dari NUUR sedangkan MALAIKAT yang
tidak patuh dan tidak taat kepada ALLAH SWT diwakili oleh MALAIKAT yang berasal
dari NAAR/API. Selanjutnya setelah
adanya peristiwa pembangkangan yang dilakukan oleh IBLIS maka MALAIKAT
yang berasal dari NAAR/API tidak diperkenankan kembali menyandang gelar
MALAIKAT yang dikemudian hari dikenal dengan nama IBLIS/JIN/SYAITAN.
Perbedaan nama antara
IBLIS, JIN, SYAITAN dikarenakan perbedaan aktivitas perbuatan mereka
masing-masing. Mereka dikatakan atau dinamakan dengan IBLIS dikarenakan
KENEKATANNYA membangkang perintah ALLAH SWT sedangkan SYAITAN dikatakan
demikian karena perbuatannya yang selalu menyuruh orang melakukan tindakan
negatif melalui cara-cara halus, baik melalui bisikan ataupun hasutan. Untuk
menambah pemahaman tentang MALAIKAT maupun IBLIS/SYAITAN, perhatikanlah CAHAYA
senter, bengkokkah atau berbelok-belokkah CAHAYA yang keluar dari senter atau
LURUS sesuai arahan? CAHAYA akan selalu LURUS tanpa ada kebengkokan sama sekali
dan sekarang jika MALAIKAT patuh dan taat kepada ALLAH SWT, hal ini sangat sesuai dengan sifat CAHAYA sebagai
unsur pembentuk MALAIKAT, sekarang bagaimana dengan IBLIS/JIN/SYAITAN yang
diciptakan dari API atau NAAR oleh ALLAH SWT?
iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau
telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang
baik (perbuatan ma'siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya,
(surat
Al Hijr (15) ayat 39)
Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan
yang Maha Pemurah (Al Quran), Kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan)
Maka syaitan Itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya.
(surat
Az Zukhruf (43) ayat 36)
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
mengikuti langkah- langkah syaitan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah
syaitan, Maka Sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji
dan yang mungkar. Sekiranya tidaklah karena kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada
kamu sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari
perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah
membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. dan Allah Maha mendengar lagi Maha
mengetahui.
(surat
An Nuur (24) ayat 21)
Lihatlah API yang sedang berkobar, ia selalu ingin
menang sendiri, tidak mau kalah dan mengalah, apapun akan di babat habis tanpa pandang bulu,
apapun dihajar, selalu merasa jagoan dan jika IBLIS/JIN/SYAITAN berani membangkang
perintah ALLAH SWT tentunya hal ini
sudah sesuai dengan sifat dasar dari api sebagai dzat pembentuk dari
IBLIS/JIN/SYAITAN.
iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum
saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau
yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang
mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. dan Engkau tidak akan mendapati
kebanyakan mereka bersyukur (taat).
(surat
Al A'raaf (7) ayat 16-17)
Sekarang MALAIKAT
ataupun IBLIS/JIN/SYAITAN sudah diciptakan ALLAH SWT dan saat ini pun mereka
semua sedang melaksanakan apa-apa yang telah DIKEHENDAKI oleh ALLAH SWT dalam
ILMUNYA sewaktu menciptakan KEKHALIFAHAN di muka bumi, selanjutnya apa yang
harus kita sikapi? Sebagai MAKHLUK yang sama-sama diciptakan oleh ALLAH SWT
maka kitapun harus tahu tentang keberadaan mereka semua sehingga kita dapat
meletakkan diri secara pantas dan patut dihadapan mereka semua. Sekarang
bagaimanakah caranya kita menghadapi MALAIKAT dan juga JIN/IBLIS/ SYAITAN?
Untuk menghadapi MALAIKAT dengan perilaku dan perbuatan yang selalu lurus
sehingga ia patuh dan taat kepada ALLAH SWT maka sepanjang kitapun melakukan
hal yang sama dengan perbuatan MALAIKAT tentunya MALAIKATpun akan memberikan
penghormatan kepada kita dikarenakan antara kita dengan MALAIKAT sudah ada di
dalam KORIDOR NILAI-NILAI KEBAIKAN yang sama yaitu TAAT dan PATUH kepada ALLAH SWT. Sekarang bagaimana jika kita
justru melakukan perbuatan yang berlawanan dan bertentangan dengan apa-apa yang
diperbuat oleh MALAIKAT, maka secara otomatis MALAIKATpun akan memberikan
celaan, cemoohan, mungkin juga malah memberikan laknat kepada kita dikarenakan
kita TIDAK TAHU DIRI.
Selanjutnya bagaimana
dengan SYAITAN, jika kita melakukan amal perbuatan yang sama dengan perbuatan
MALAIKAT yaitu TAAT dan PATUH kepada
ALLAH SWT? SYAITAN sebagai makhluk yang telah dilaknat dan telah dikutuk
oleh ALLAH SWT sangat MEMBENCI apa yang kita lakukan, SYAITAN akan MERCERCA perbuatan yang kita
lakukan tersebut. SYAITAN yang telah memiliki LISENSI KHUSUS dari ALLAH SWT
sebagai MAKHLUK yang akan MENCELAKAKAN dan MENJERUMUSKAN MANUSIA tentunya tidak akan tinggal diam dengan
profesinya tersebut. Segala daya dan upaya akan terus dilakukan oleh SYAITAN
untuk memperdayai MANUSIA sampai MANUSIA dapat dibawanya pulang ke NERAKA
JAHANNAM. SYAITAN sejak di usir dan dilaknat oleh ALLAH SWT hanya mempunyai SATU KEAHLIAN dan
SATU PEKERJAAN yang telah diOTORISASI oleh ALLAH SWT yaitu MENYESATKAN dan
MENJERUMUSKAN manusia atau dapat dikatakan SYAITAN adalah SPESIALIS di bidang
MENYESATKAN dan MENJERUMUSKAN MANUSIA. Untuk menjalankan dan mensukseskan
PROFESINYA tersebut maka SYAITAN membuat dan menempuh jalan melalui hal-hal
sebagai berikut:
1. Menghiasi
kebathilan dengan cara memandang baik perbuatan-perbuatan yang membahayakan
atau perbuatan–perbuatan yang salah.
2. Menampakkan
syirik atapun musyrik sebagai pengagungan dan pengingkaran sifat-sifat ALLAH
SWT.
3. Menamakan
kemaksiatan, kekejian, keburukan dengan nama yang menyenangkan agar keburukan
dan kekejian tersamar.
4. Menamakan
ketaatan dengan yang tidak disukai orang.
5. Syaitan
memasuki manusia melalui pintu yang paling disukai oleh jiwa manusia.
6. Syaitan
menyesatkan manusia tidak secara sekaligus akan tetapi secara bertahap.
7. Meminta
bantuan kepada syaitan-syaitan dari kalangan manusia.
Adanya
kondisi di atas, maka kita diharuskan waspada dan berhati-hati dengan SYAITAN
sebab SYAITAN masih mempunyai banyak ajaran atau masukan atau perbuatan yang
paling disukainya dalam rangka menjerumuskan manusia, seperti:
1. Selalu
menipu manusia ke jalan yang sesat dan/atau menipu dengan kepalsuan;
2. Menghalangi
manusia dari jalan Islam;
3. Musyrik
dan selalu menyimpang dari Islam;
4. Anti
shalat;
5. Anti
Islam;
6. Paling
suka permusuhan judi dan mabok;
7. Suka
menandingi Al-Qur'an dengan syair dan lagu-lagu;
8. Makanannya
yang haram dan yang buruk serta yang tidak disebut nama ALLAH SWT.
Manusia
sebagai makhluk yang diciptakan lebih baik dari SYAITAN maka sudah sepantasnya
dan seharusnya manusia dapat mengalahkan
ajakan, pengaruh, hasutan, iming-iming dari SYAITAN. Selain itu sudah
sepantasnya pula manusia dapat memenangkan
pertandingan melawan SYAITAN. Selanjutnya JIN/IBLIS/SYAITAN sebagai makhluk
ALLAH SWT yang hanya TAHU dan MENGERTI bahwa MANUSIA itu hanya terdiri dari
JASMANI saja dan beranggapan bahwa API lebih baik dari TANAH serta tidak
mempunyai ilmu dan pengetahuan tentang RUH dan AMANAH7, pantaskah jika SYAITAN
yang menjadi pemenang dan/atau manusia malah jadi pecundang di dalam
melaksanakan KEKHALIFAHAN di muka bumi sedangkan ALLAH SWT di dalam KEHENDAKNYA
sewaktu menciptakan manusia mempunyai skenario manusia adalah pemenangnya?
Jika
kita adalah MANUSIA yang TAHU tentang DIRI SENDIRI tentunya KEHENDAK ALLAH SWT
itulah yang menjadi PANDUAN dan PEDOMAN kita di dalam melaksanakan KEKHALIFAHAN
di muka bumi. Selanjutnya samakah atau bedakah perlakuan ALLAH SWT kepada
MALAIKAT atau kepada SYAITAN? ALLAH SWT pasti membedakan perlakuan baik kepada
MALAIKAT maupun SYAITAN sebab ALLAH SWT juga ingin menunjukkan keadilan-NYA
kepada seluruh makhluk-Nya dan jika hal ini kita jadikan patokan maka kepada
manusiapun ALLAH SWT akan memberikan
perlakuan yang berbeda antara MANUSIA yang PATUH dan TAAT kepada perintah ALLAH
SWT dengan yang tidak patuh dan tidak taat kepada perintah ALLAH SWT.
Untuk
itu jangan pernah sekalipun atau terpikirkan untuk menjadikan SYAITAN sebagai
PENUNJUK JALAN, sebagai KONSULTAN, sebagai PENASEHAT, sebagai PEMIMPIN, sebagai
ATASAN, sebagai TUHAN, sebagai TEMAN, sebagai TELADAN, termasuk di dalamnya
SYAITAN yang berbentuk MANUSIA, sehingga kita tidak disesatkan dan tidak
dijerumuskan melalui BUJUKAN, RAYUAN, HASUTAN, IMING-IMING, yang dilakukan oleh
SYAITAN beserta antek-anteknya.Selanjutnya akan kami kemukakan sisi lain dari
SYAITAN yang terdapat di dalam surat Ibrahim (14) ayat 22 di bawah ini: Inilah
pengakuan jujur dari SYAITAN sebagai salah satu makhluk ALLAH SWT yang
pekerjaannya menghasut dan menipu manusia melalui bisikan, rayuan serta
iming-iming kepada manusia. Selanjutnya masih maukah dan/atau masih mau
percayakah kita kepada bujukan dan rayuan SYAITAN sang LAKNATULLAH? Jawablah
dengan jujur pertanyaan ini sebab hal ini merupakan cerminan diri kita sendiri.
dan berkatalah syaitan tatkala perkara (hisab)
telah diselesaikan: "Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji
yang benar, dan akupun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya.
sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekedar) aku
menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu
mencerca aku akan tetapi cercalah dirimu sendiri. aku sekali-kali tidak dapat
menolongmu dan kamupun sekali-kali tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku
tidak membenarkan perbuatanmu mempersekutukan aku (dengan Allah) sejak
dahulu". Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu mendapat siksaan yang
pedih.
(surat
Ibrahim (14) ayat 22)
Jika
saat ini kita masih hidup di dunia, ini berarti kita sedang berhadapan dengan
IBLIS/JIN/SYAITAN dan juga berhadapan dengan MALAIKAT, timbul pertanyaan
siapakah yang akan kita tiru perbuatannya? Jika IBLIS/JIN/SYAITAN yang kita
jadikan sebagai panutan dan suri teladan di dalam melaksanakan PROGRAM
KEKHALIFAHAN di muka bumi terimalah hadiah dan penghormatan berupa tempat
kembali berupa KAMPUNG KESENGSARAAN dan KEBINASAAN. Akan tetapi jika
MALAIKAT sebagai makhluk yang taat dan
patuh yang kita jadikan panutan dan suri teladan maka ALLAH SWT akan memberikan
tempat kembali berupa KAMPUNG KEBAHAGIAAN. Sekarang tinggal pilih yang mana?
Hal yang harus kita perhatikan adalah pilihan hanya ada satu, SYURGA atau
NERAKA sebab ALLAH SWT tidak mempunyai tempat kembali yang bersifat ABU-ABU
yaitu bisa SYURGA dan bisa NERAKA.
Pembaca, di satu sisi
MANUSIA atau diri kita telah DITEMPATKAN dan telah DILETAKKAN oleh ALLAH SWT sebagai KHALIFAHNYA di muka bumi,
sehingga posisi kita sejak awal sudah ditempatkan LEBIH BAIK serta sudah
diletakkan LEBIH TINGGI dari MAKHLUK
LAINNYA akan tetapi KITA JUGA DIHADAPKAN dengan 2(dua) MUSUH ABADI yaitu AHWA
dan SYAITAN. Sekarang sebagai MAKHLUK yang diciptakan dengan cara TERHORMAT
tentu kita wajib dan harus dapat juga MEMELIHARA KEHORMATAN tersebut dan juga
KEMBALI dengan cara TERHORMAT pula serta HARUS DAPAT MENGALAHKAN SYAITAN maupun
AHWA secara TERHORMAT pula.
Selanjutnya jika
keberadaan MANUSIA termasuk keberadaan diri kita saat ini di muka bumi
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari KEHENDAK ALLAH SWT di dalam
melaksanakan KEKHALIFAHAN di muka bumi, timbul pertanyaan apakah yang ALLAH SWT berikan kepada MANUSIA di dalam
memudahkan pelaksanaan atau di dalam mensukseskan KEKHALIFAHAN di muka bumi?
Dalam rangka mensukseskan program KEKHALIFAHAN di muka bumi ALLAH SWT telah
memberikan kepada setiap KHALIFAHNYA berupa :
1.
JASMANI dengan segala kecanggihan
jaringan yang terdapat di dalamnya.
2.
RUHANI dengan segala fasilitas
pendukungnya dan/atau yang menyertainya seperti AMANAH 7, HUBBUL, AKAL, HATI
RUHANI serta PERASAAN.
3.
AD DIIN atau DIINUL ISLAM yang
berisi TUNTUNAN dan PEDOMAN yang dibuat berdasarkan KEFITRAHAN dan KEMURNIAN
yang dimiliki oleh ALLAH SWT untuk kepentingan dan kelancaran proses
KEKHALIFAHAN di muka bumi sehingga apa-apa yang dikehendaki oleh ALLAH SWT berjalan lancar atau sesuai dengan
apa-apa yang telah dikonsepkan di dalam ILMUNYA yang MAHA HEBAT.
Adanya tiga hal yang
kami sebutkan di atas, seharusnya dapat menghantarkan kesuksesan diri kita di
dalam menjalankan tugas sebagai KHALIFAH di muka bumi. Akan tetapi bukannya
kesuksesan yang kita peroleh namun kemunduran, kejahiliyahan yang kita peroleh.
Adakah yang salah dari apa-apa yang telah diberikan oleh ALLAH SWT kepada
manusia? ALLAH SWT tidak mungkin salah
di dalam memberikan sesuatu kepada manusia yang akan dijadikannya KHALIFAH di
muka bumi. Namun akibat pengaruh AHWA dan SYAITAN dan/atau akibat kurangnya
PENGETAHUAN tentang DIRI SENDIRI dan juga PENGETAHUAN tentang ALLAH SWT,
apa-apa yang seharusnya baik dan bagus yang berasal dari ALLAH SWT malah
tidak berfungsi dan tidak berguna lagi sesuai dengan KEHENDAK ALLAH SWT. Adanya
kondisi seperti ini, seharusnya kita mengetahui betapa pentingnya kita memiliki
PENGETAHUAN tentang ALLAH SWT dan/atau betapa pentingnya kita BERIMAN kepada
ALLAH SWT dan/atau betapa pentingnya AD DIIN atau DIINUL ISLAM bagi diri,
keluarga serta anak dan keturunan kita.
Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama
Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut
fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus;
tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui[1168],
(surat
Ar Ruum (30) ayat 30)
[1168] Fitrah Allah: Maksudnya ciptaan Allah.
manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama Yaitu agama tauhid. kalau
ada manusia tidak beragama tauhid, Maka hal itu tidaklah wajar. mereka tidak
beragama tauhid itu hanyalah lantara pengaruh lingkungan.
Selanjutnya ALLAH SWT melalui firman-Nya yang terdapat di dalam surat
Ar Ruum (30) ayat 30 di atas ini, menerangkan kepada diri kita tentang FITRAH
yang dimiliki-Nya sebagai berikut:
1.
ALLAH
SWT adalah DZAT yang MAHA FITRAH sehingga dengan kemahafitrahan yang
dimiliki-Nya diciptakanlah MANUSIA (dalam hal ini adalah RUHANI dan AMANAH 7
manusia serta AKAL/HATI RUHANI MANUSIA).
2.
FITRAH
ALLAH SWT tidak akan pernah mengalami perubahan sedikitpun oleh sebab apapun
juga, dengan demikian maka RUHANI dan AMANAH 7 serta AKAL yang dimiliki oleh
manusiapun merupakan FITRAH ALLAH SWT juga yang tidak akan mengalami perubahan.
3. MANUSIA diperintah oleh ALLAH SWT untuk
menghadapkan wajahnya kepada AGAMA ALLAH SWT, agar manusia selalu berada di dalam FITRAH ALLAH SWT atau selalu
mengacu dan berpedoman kepada FITRAH ALLAH SWT.
Berdasarkan apa-apa yang kami kemukakan di atas ini
tentang FITRAH ALLAH SWT, maka AD-DIIN atau DIINUL ISLAM dapat dikatakan
sebagai KONSEP FITRAH yang berisi tentang TUNTUNAN dan PEDOMAN yang harus
dilaksanakan oleh MANUSIA jika ia ingin tetap berada di dalam KEFITRAHANNYA
atau selalu berada di dalam gelombang dan siaran ALLAH SWT yang berlaku. Jika
sekarang ALLAH SWT memerintahkan kepada
MANUSIA untuk selalu menghadapkan wajahnya menuju AGAMA yang LURUS, ini berarti
bahwa FITRAH yang dimiliki MANUSIA (dalam hal ini adalah RUHANI dan AMANAH 7
manusia) di hadapkan atau dipertemukan atau disambungkan dengan FITRAH yang
dimiliki oleh ALLAH SWT, selanjutnya apa yang terjadi?
Jika FITRAH bertemu dengan FITRAH maka terjadilah
kesesuaian, terjadilah keserasian, dan terjadilah keselarasan antara FITRAH
yang dimiliki MANUSIA dengan FITRAH yang dimiliki ALLAH SWT melalui jalan AGAMA
YANG FITRAH (dalam hal ini adalah AD DIIN atau DIINUL ISLAM). Sekarang jika
MANUSIA diciptakan oleh ALLAH SWT dari FITRAHNYA (dalam hal ini adalah RUHANI
dan AMANAH 7 manusia) maka FITRAH yang dimiliki manusia sudah pasti lebih
sedikit atau bahkan jika dibandingkan dengan FITRAH ALLAH SWT mungkin FITRAH
yang dimiliki manusia laksana setetes air yang menempel di ujung jari setelah
dicelupkan di tengah lautan luas.
Selanjutnya MANUSIA di suruh ALLAH SWT menghadapkan wajahnya ke FITRAH
tersebut, siapakah yang paling diuntungkan dengan keadaan tersebut? Dalam hukum
alam yang berlaku, yang kecil pasti dikalahkan oleh yang besar, akan tetapi dalam ILMU ALLAH SWT
tentang AD DIIN hal ini tidak berlaku
sebab jika FITRAH YANG KECIL bertemu dengan FITRAH YANG MAHA BESAR maka YANG
KECIL akan terbantu dan/atau akan tertolong dan/atau akan ditolong oleh yang
Maha Besar. Agar FITRAH YANG BESAR yang dimiliki oleh ALLAH SWT dapat membantu
dan menolong FITRAH YANG KECIL yang dimiliki manusia, maka :
1.
FITRAH
yang kecil wajib menyelaraskan, menyerasikan, dan menyeimbangkan dengan kondisi
dan keadaan FITRAH yang besar.
2.
FITRAH
yang kecil harus berada di dalam ketentuan FITRAH yang besar.
3.
FITRAH
yang kecil harus sesuai dengan SYARAT dan KETENTUAN yang diinginkan oleh FITRAH
yang besar.
4.
FITRAH
yang kecil jangan sampai meninggalkan FITRAH yang besar.
5.
FITRAH
yang kecil jangan mencoba mengalahkan FITRAH yang besar.
6.
FITRAH
yang kecil jangan melecehkan FITRAH yang
besar.
7.
FITRAH
yang kecil harus selalu berada di dalam gelombang dan siaran yang sama dengan
FITRAH YANG BESAR.
Untuk itu maka kita harus dapat selaras, serasi dan seimbang dengan
ALLAH SWT dengan cara menyamakan SYARAT dan KETENTUAN yang telah ditetapkan
maka FITRAH yang telah ALLAH SWT janjikan dapat kita peroleh. Yang menjadi
persoalan adalah KITA YANG KECIL berusaha ingin SELAMAT tetapi jalan yang
ditempuh justru melawan dan menentang YANG BESAR dengan menambah, mengurangi
apa-apa yang telah ditetapkan sebagai SYARAT dan KETENTUAN dari YANG BESAR. Jika kita termasuk orang-orang
yang TAHU DIRI atau jika kita termasuk orang-orang yang menyatakan bahwa diri
kita adalah bagian yang tidak terpisahkan dari KEHENDAK ALLAH SWT atau jika
keberadaan diri kita di muka bumi ini bukanlah
sebuah kebetulan belaka, maka kita harus dan wajib memerlukan dan membutuhkan
AD DIIN atau DIINUL ISLAM dan/atau yang wajib melaksanakan RUKUN IMAN, RUKUN
ISLAM dan IKHSAN dalam satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
Sekarang kita telah
memiliki RUKUN IMAN, RUKUN ISLAM dan IKHSAN yang merupakan bagian dari KEHENDAK
ALLAH SWT, selanjutnya apa yang harus kita lakukan dengan hal ini? Untuk itu
kita harus dapat melaksanakan ketentuan RUKUN IMAN, RUKUN ISLAM dan IKHSAN
dalam satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan antara yang satu dengan yang
lainnya, seperti:
1.
kita tidak diperkenankan untuk
melaksanakan hanya RUKUN IMAN saja dengan mengabaikan RUKUN ISLAM dan IKHSAN.
2.
kita tidak diperkenankan untuk
melaksanakan hanya RUKUN ISLAM saja dengan mengabaikan RUKUN IMAN dan IKHSAN.
3.
kita tidak diperkenankan untuk
melaksanakan hanya IKHSAN saja dengan mengabaikan RUKUN IMAN dan RUKUN ISLAM.
4.
kita tidak diperkenankan dan
tidak diperbolehkan merubah, menambah, mengurangi atau menghilangkan ketentuan
RUKUN IMAN, RUKUN ISLAM dan IKHSAN baik sebahagian atau seluruhnya.
5.
Di dalam melaksanakan sebuah
RUKUN apakah ketentuan RUKUN IMAN dan RUKUN ISLAM ataupun IKHSAN, kita tidak
diperbolehkan dan tidak diperkenankan untuk melaksanakan satu ketentuan rukun
saja sebab yang dinamakan dengan RUKUN merupakan satu kesatuan perbuatan.
Misalnya kita hanya melaksanakan SHALAT saja tetapi tidak melakukan puasa ataupun
zakat atau hanya percaya kepada kitab saja dengan mengabaikan iman kepada ALLAH
SWT, iman kepada RASUL maupun iman kepada MALAIKAT ALLAH SWT.
Jika ini adalah
ketentuan dari RUKUN IMAN, RUKUN ISLAM dan IKHSAN yang merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari KONSEP ILAHIAH yang tertuang dalam AD DIIN atau DIINUL
ISLAM, selanjutnya siapakah yang memerlukan dan membutuhkan itu semua, ALLAH
SWTkah atau kita sebagai KHALIFAH di muka bumi? Jika kita termasuk orang yang
TAHU DIRI dan/atau TELAH MENGENAL DIRI SENDIRI dimana kita telah diciptakan
oleh ALLAH SWT dengan kondisi dasar sebagai berikut:
1.
Manusia atau diri kita telah
dimuliakan oleh ALLAH SWT
2.
Manusia atau diri kita telah
diberi RUH (JIWA) yang suci oleh ALLAH SWT
3.
Manusia atau diri kita telah berAqidah
sejak dalam rahim ibu
4.
Manusia atau diri kita telah
diberi Akal oleh ALLAH SWT sehingga ia dicintai ALLAH SWT
5.
Manusia atau diri kita telah
diciptakan dalam bentuk sebaik-baiknya.
6.
Manusia atau diri kita diciptakan
sesuai dengan FITRAH ALLAH SWT.
7.
Manusia atau diri kita mempunyai
2(dua) musuh abadi yaitu AHWA dan SYAITAN
Adanya kondisi yang
kami sebutkan di atas, lalu adakah selain dari ALLAH SWT yang mampu memberikan,
menciptakan, memelihara, menambah, mengurangi, itu semua dan/atau membantu mengalahkan
AHWA dan SYAITAN? Sampai dengan saat ini belum ada pabrikan atau makhluk selain
ALLAH SWT yang mampu membuat, memberikan, menciptakan, memelihara, atau bahkan
menambah, mengurangi, apa-apa yang kami kemukakan di atas serta mampu membantu
di dalam mengalahkan AHWA dan SYAITAN. Jika sudah demikian, siapakah yang
membutuhkan dan yang memerlukan AD DIIN atau DIINUL ISLAM? Seperti halnya kita
membeli sebuah MOBIL BARU, siapakah yang membutuhkan perawatan dan pemeliharaan dari mobil dimaksud setelah sampai
di rumah?
KONSUMEN dan/atau
pemakai mobillah yang membutuhkan perawatan dan pemeliharaan dimaksud dalam
rangka menjaga keutuhan dan kesempurnaan mobil sewaktu dikendarai. Ini berarti
bahwa PABRIKAN mobil tidak memerlukan dan membutuhkan perawatan dan pemeliharan
dari mobil yang kita beli akan tetapi PABRIKAN bertanggung jawab kepada
konsumennya di dalam merawat dan memelihara mobil yang kita beli. Apakah kondisi ini juga diterapkan oleh ALLAH
SWT? Jika PABRIKAN saja memberlakukan hal tersebut maka ALLAH SWT juga memberlakukan hal tersebut melebihi apa-apa
yang dilakukan oleh PABRIKAN, kepada
MANUSIA atau kepada DIRI KITA. ALLAH SWT dengan kemampuannya yang MAHA sanggup
memberikan, menciptakan, memelihara,
menambah dan mengurangi itu semua serta membantu manusia mengalahkan AHWA dan
SYAITAN sehingga dengan demikian yang membutuhkan dan memerlukan AD DIIN adalah
MANUSIA atau DIRI KITA. Jika sekarang yang membutuhkan dan memerlukan AD DIIN adalah MANUSIA atau DIRI KITA, maka
kita diharuskan dan diwajibkan oleh ALLAH SWT selaku PEMILIK sekaligus
PENCIPTA, PEMELIHARA, PENGAWAS, PENGAYOM langit dan bumi beserta segala isinya,
untuk :
1. MELAKSANAKAN AD DIIN atau DIINUL
ISLAM dalam kerangka menjalankan KEKHALIFAHAN di muka bumi yang sesuai dengan
kehendak ALLAH SWT atau;
2. MELAKSANAKAN RUKUN IMAN, RUKUN
ISLAM dan IKHSAN dalam satu kesatuan yang tidak terpisahkan antara satu
ketentuan dengan ketentuan yang lainnya.
Selain daripada itu
dalam rangka menghadapi AHWA dan juga menghadapi SYAITAN sang laknatullah, kita
juga dapat melakukan hal-hal sebagai berikut:
1) Jadikan diri menjadi hamba yang
MUKHLIS dan/atau jadi diri sendiri sebagai pemenang dalam pertarungan melawan
AHWA dan SYAITAN.
kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka[1304].
(surat Shaad (38)
ayat 83)
[1304] Yang dimaksud dengan mukhlis ialah
orang-orang yang telah diberi taufiq untuk mentaati segala petunjuk dan
perintah Allah s.w.t.
kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis[799] di
antara mereka".
(surat Al Hijr (15)
ayat 40)
[799] Yang dimaksud dengan mukhlis ialah orang-orang
yang telah diberi taufiq untuk mentaati segala petunjuk dan perintah Allah
s.w.t.
2) Akuilah dan Imanilah bahwa semua
yang ada di alam ini adalah DICIPTAKAN DAN DIMILIKI HANYA OLEH ALLAH SWT
Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah)
melainkan Dia yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak
mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada
yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui
apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak
mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya.
Kursi[161] Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat
memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi
lagi Maha besar.
(surat
Al Baqarah (2) ayat 255)
[161] Kursi dalam ayat ini oleh sebagian mufassirin
diartikan dengan ilmu Allah dan ada pula yang mengartikan dengan kekuasaan-Nya.
3) IMAN yang TEGUH dengan DZIKRULLAH
sebanyak-banyaknya dimanapun, kapanpun dan dalam keadaan apapun juga.
Hai orang-orang yang beriman. Apabila kamu
memerangi pasukan (musuh), Maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah
sebanyak-banyaknya[620] agar kamu beruntung.
(surat
Al Anfaal (8) ayat 45)
[620] Maksudnya Ialah: memperbanyak zikir dan doa.
Yang menjadi
persoalan saat ini adalah sudahkah kita melaksanakan itu semua sesuai dengan
KEHENDAK ALLAH SWT? Kami berharap pembaca buku ini termasuk orang-orang yang
telah melaksanakan IMAN sesuai dengan KEHENDAK ALLAH SWT. Selanjutnya jika kita
tidak mau melaksanakan dan menjalankan
AD DIIN dan/atau kita melaksanakan atau
menjalankan AD DIIN tetapi dengan cara menambah, mengurangi, meniadakan,
disesuaikan dengan kebutuhan diri atau kelompok, bagaimanakah hal ini ditinjau
dari KEHENDAK ALLAH SWT? ALLAH SWT sebagai PEMLIK yang sekaligus PENCIPTA,
PEMELIHARA, PENGAWAS, PENGAYOM dari langit dan bumi beserta isinya sangat tidak
menyukai tindakan dan perbuatan tersebut dikarenakan orang yang melakukan hal
tersebut telah mengambil alih kedudukan dan kebesaran ALLAH SWT terkecuali
orang tersebut memang mampu menggantikan dan mengalahkan kebesaran dan
kehebatan yang dimiliki ALLAH SWT. Untuk itu jangan pernah melakukan hal-hal
yang kami kemukakan di atas, jika kita ingin tetap berada di dalam koridor
KEHENDAK ALLAH SWT atau jika memang kita ingin pulang kampung ke SYURGA
terkecuali jika kita ingin pulang ke KAMPUNG KESENGSARAAN dan KEBINASAAN
bersama IBLIS/JIN/SYAITAN.
6. HUBUNGAN ALLAH SWT dengan
ORANG BERIMAN
Menurut Pengetahuan yang kita miliki bahwa CABAI itu PEDAS rasanya dan
berdasarkan Pengetahuan yang kita miliki pula selain PEDAS rasanya, CABAI jika
di olah dengan benar akan menghasilkan SAMBAL LADO dengan berbagai macam
variasi seperti SAMBAL LADO MACO, SAMBAL TERASI, SAMBAL LADO HIJAU dan lain
sebagainya. Adanya kondisi ini menandakan bahwa CABAI dan SAMBAL LADO dengan
berbagai macam variasinya merupakan hal
yang berbeda walaupun ke duanya rasanya PEDAS.Timbul pertanyaan manakah yang
lebih baik dan yang lebih tinggi kedudukannya antara PEDASNYA CABAI yang
dimakan langsung tanpa di olah dibandingkan dengan nikmatnya SAMBAL LADO MACO,
nikmatnya SAMBAL TERASI, nikmatnya SAMBAL LADO HIJAU? Jika kita termasuk orang
yang telah memiliki PENGETAHUAN tentang CABAI secara sempurna, maka kenikmatan
merasakan nikmatnya SAMBAL LADO dengan berbagai macam variasinya adalah lebih
tinggi kedudukannya dibandingkan dengan memakan cabai secara langsung tanpa di
olah. Ini berarti untuk merasakan pedasnya CABAI berbeda dengan merasakan
nikmatnya SAMBAL LADO dan/atau dibalik PEDASNYA CABAI yang dimakan langsung
terdapat sesuatu yang melebihi itu semua yaitu masih terdapat NIKMATNYA SAMBAL
LADO MACO, NIKMATNYA SAMBAL TERASI dan NIKMATNYA SAMBAL LADO HIJAU. Pembaca
itulah PENGETAHUAN yang kita miliki tentang CABAI dalam kehidupan kita
sehari-hari, selanjutnya bagaimana dengan KEIMANAN kepada ALLAH SWT, apakah
kita hanya sebatas kenal dan tahu saja kepada ALLAH SWT ataukah sampai
merasakan NIKMATNYA bertuhankan kepada ALLAH SWT?
Jika kepada CABAI saja kita merasa tidak cukup dengan rasa pedasnya saja,
tentu kepada ALLAH SWT juga kita tidak
cukup hanya sebatas tahu dan mengenal ALLAH SWT saja. Akan tetapi kita juga harus sampai merasakan
nikmatnya bertuhankan kepada ALLAH SWT barulah kita di anggap telah sukses
BERIMAN kepada ALLAH SWT. Agar diri kita tidak hanya sebatas tahu dan mengenal
ALLAH SWT saja dan/atau agar diri kita sampai mendapatkan dan merasakan
kenikmatan dari bertuhankan kepada ALLAH SWT sangat penting bagi diri kita,
bagi keluarga anak dan keturunan kita, bagi REGENERASI KEKHALIFAHAN di muka bumi untuk memiliki
PENGETAHUAN tentang ALLAH SWT yang sesuai dengan KEHENDAK ALLAH SWT itu sendiri. Jika sekarang kita
hanya tahu dan mengerti sebatas PAHALA dan DOSA saja sewaktu beriman kepada
ALLAH SWT dan/atau kita hanya memperoleh PAHALA dan DOSA semata dari beriman
kepada ALLAH SWT, ini berarti diri kita tidak ubahnya hanya merasakan pedasnya
CABAI tetapi belum dapat merasakan nikmatnya SAMBAL LADO. Hal yang harus kita jadikan
pedoman di dalam melaksanakan KEIMANAN kepada ALLAH SWT adalah kita harus dapat
menempatkan dan meletakkan ALLAH SWT sesuai dengan KEHENDAK ALLAH SWT itu
sendiri.
Sebagai KHALIFAH yang sedang melaksanakan
tugas di muka bumi, jadikan Hadits yang kami kemukakan di bawah ini
sebagai pedoman di dalam mendapatkan dan memperoleh kenikmatan dari bertuhankan
kepada ALLAH SWT, yaitu KEHENDAK ALLAH SWT kepada manusia sangat tergantung sejauh mana manusia
mempersepsikan ALLAH SWT.
Watsilah bin Al Asqa' ra berkata:Nabi SAW bersabda:
ALLAH ta'ala berfirman: Aku selalu
menurutkan sangkaan hamba-Ku terhadap diri-Ku, jika ia baik sangka kepada-Ku
maka ia dapat dari pada-Ku apa yang ia sangka. Dan apabila ia jahat (jelek/buruk)
sangka kepada-Ku maka ia dapat apa yang ia sangka dari pada-Ku.
(HQR Aththabarani dan
Ibnu Hibban, 272:71)
Sekarang apa yang dapat kita peroleh dari kenikmatan bertuhankan kepada
ALLAH SWT? Berikut ini akan kami
kemukakan indikator yang dapat kita jadikan pedoman bahwa diri kita telah
memperoleh kenikmatan dari bertuhankan kepada
ALLAH SWT dan/atau buah yang dapat kita peroleh dari melaksanakan IMAN
kepada ALLAH SWT dan/atau
hasil dari kenikmatan bertuhankan kepada ALLAH SWT yang dapat kita rasakan selama diri kita menjadi
KHALIFAH di muka bumi ini.
A. DITUNJUKI ALLAH SWT
ALLAH SWT akan memberikan PETUNJUK atau akan
memberikan BIMBINGAN atau akan memberikan ARAHAN bagi setiap KHALIFAHNYA tanpa terkecuali
sepanjang KHALIFAHNYA mau melaksanakan dan/atau memenuhi SYARAT dan
KETENTUAN yang dikehendaki oleh ALLAH SWT. Apakah SYARAT dan KETENTUAN yang
dikehendaki ALLAH SWT tersebut? Menurut surat Yunus (10) ayat 9 dikemukakan
bahwa untuk mendapatkan PETUNJUK, BIMBINGAN, ARAHAN dari ALLAH SWT maka setiap
KHALIFAHNYA harus BERIMAN dan BERAMAL SHALEH. Ini berarti BERIMAN dan BERAMAL
SHALEH adalah KEHENDAK ALLAH SWT yang harus dipenuhi oleh setiap KHALIFAH yang
ingin memperoleh BIMBINGAN, PETUNJUK dan ARAHAN dari ALLAH SWT.
Pernahkah kita merasakan PETUNJUK, ARAHAN, BIMBINGAN yang berasal dari
ALLAH SWT sewaktu kita melaksanakan tugas sebagai KHALIFAH di muka bumi
dan/atau pernahkah kita mendapatkan sebuah IDE, sebuah PETUNJUK setelah kita
melaksanakan SHALAT? Kami yakin pembaca buku ini pernah dan sering mengalami
hal yang kami kemukakan di atas ini, selanjutnya apa yang anda rasakan setelah menerima PETUNJUK, ARAHAN dan
BIMBINGAN dari ALLAH SWT tersebut? Adanya PETUNJUK, ARAHAN, BIMBINGAN yang kita
peroleh dari ALLAH SWT akan membuat diri menjadi TENANG, akan membuat diri kita
mantap menatap masa depan, akan membuat diri kita semangat untuk menyelesaikan
tugas, akan membuat diri kita terbebas dari rasa bersalah atau rasa tertekan.
Selanjutnya pernahkah kita semua menghitung berapa nilai dari PETUNJUK,
BIMBINGAN dan ARAHAN yang berasal dari ALLAH SWT? Kenikmatan dari bertuhankan kepada
ALLAH SWT yang kita peroleh tidak dapat dikuantifikasi dalam bentuk hitungan
sebab disanalah letak dari kehebatan dan kebesaran ALLAH SWT. Jika sampai kehebatan dan
kebesaran ALLAH SWT mampu dihitung dan diungkap maka kehebatan dan kebesaran ALLAH
SWT menjadi batal.
Sekarang bagaimana jika kita BERIMAN kepada ALLAH SWT tetapi hanya
sebatas kepada PAHALA dan DOSA semata,
apakah hasilnya sama jika kita merasakan nikmatnya bertuhankan kepada ALLAH SWT? Hasil yang akan kita peroleh pasti
sangat berbeda sesuai dengan apa yang kita persepsikan kepada ALLAH SWT, jika
kita mempersepsikan IMAN kepada ALLAH SWT sebatas PAHALA dan DOSA semata maka
hasilnyapun akan berupa PAHALA dan DOSA. Akan tetapi jika kita mempersepsikan
kita akan memperoleh kenikmatan dari bertuhankan kepada ALLAH SWT maka
hasilnyapun kita akan menerima kenikmatan dari bertuhankan kepada ALLAH SWT pula.
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh,
mereka diberi petunjuk oleh Tuhan mereka karena keimanannya[670], di bawah
mereka mengalir sungai- sungai di dalam syurga yang penuh kenikmatan.
(surat Yunus (10)
ayat 9)
[670]
Maksudnya: diberi petunjuk oleh Allah untuk mengerjakan amal-amal yang
menyampaikan surga.
Hal yang harus kita perhatikan jika kita ingin merasakan nikmatnya
bertuhankan kepada ALLAH SWT adalah penuhi SYARAT dan KETENTUAN yang
dikehendaki ALLAH SWT secara UTUH yaitu
TIDAK CUKUP HANYA BERIMAN kepada ALLAH SWT semata. Akan tetapi IMAN kepada ALLAH
SWT yang disertai dengan berbuat AMAL SHALEH. Ini berarti IMAN dan AMAL SHALEH
adalah dua perbuatan yang saling kait mengkait yang tidak dapat dipisahkan jika
kita ingin merasakan nikmatnya bertuhankan kepada ALLAH SWT. Selanjutnya adakah
resiko jika kita tidak mau BERIMAN dan BERAMAL SHALEH? Seperti halnya kita
sewaktu mengendarai kendaraan, Polisi akan MENILANG diri kita jika kita
melanggar dan/atau tidak mau mematuhi ketentuan RAMBU-RAMBU LALU LINTAS. Hal
yang sama juga ALLAH SWT berlakukan yaitu jangan pernah berharap untuk
mendapatkan serta memperoleh PETUNJUK,
BIMBINGAN, ARAHAN dari ALLAH SWT apalagi ingin pulang kampung ke SYURGA.
B. DIKELUARKAN dari GELAP
kepada TERANG
ALLAH SWT berdasarkan surat Al
Baqarah (2) ayat 257 akan memberikan kepada orang-orang yang beriman dan/atau
orang-orang yang selalu memenuhi apa-apa yang dikehendaki oleh ALLAH SWT berupa
kenikmatan dan/atau suatu keadaan yang dinamakan dengan :
1.
Dikeluarkannya
diri kita dari KEGELAPAN atau KEKAFIRAN menuju CAHAYA atau KEIMANAN dan/atau,
2.
Dikeluarkannya
diri kita dari KESUSAHAN atau KEMUNDURAN menuju KESUKSESAN dan/atau
3.
Dikeluarkannya
diri kita dari MASALAH yang membelenggu menuju PERUBAHAN yang lebih BAIK
menurut ALLAH SWT.
4.
Diberikannya
KELELUASAAN REZEKI dari sempit menuju kecukupan.
5.
Dilindunginya
diri kita dari gangguan dan godaan SYAITAN yang terkutuk.
Inilah sebahagian dari apa-apa yang akan ALLAH SWT
berikan kepada hamba-Nya dan yang harus kita perhatikan adalah pengertian dari
KEGELAPAN, KEKAFIRAN, CAHAYA, KEIMANAN, KESUSAHAN, KESUKSESAN, MASALAH yang
kita hadapi, KELELUASAAN REZEKI bukan merupakan pengertian dari sisi MANUSIA
akan tetapi pengertian atau STANDARD yang berasal dari sisi ALLAH SWT. ALLAH SWT mempunyai ukuran tersendiri
yang tidak akan mungkin sama dengan ukuran atau standard manusia. Adanya ukuran
tersendiri dari ALLAH SWT tentu bukan untuk mencelakakan hamba-Nya akan tetapi
justru untuk menyelamatkan hamba-Nya sebab Hamba-Nya memperoleh sesuatu yang
terbaik dari SISI ALLAH SWT.
Allah pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari
kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). dan orang-orang yang kafir,
pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya
kepada kegelapan (kekafiran). mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal
di dalamnya.
(surat Al Baqarah (2) ayat 257)
Selanjutnya bagaimana dengan orang yang KAFIR atau
orang yang tidak mau beriman kepada ALLAH SWT, apakah mereka akan sama menerima
penghargaan dari ALLAH SWT? Kepada orang
KAFIR dan/atau kepada orang yang tidak mau beriman kepada ALLAH SWT mereka akan
menerima, hal-hal sebagai berikut:
1. SYAITAN
dijadikan sebagai Pelindung dan juga Komandan bagi mereka.
2. Dikeluarkannya
mereka dari IMAN menjadi KAFIR.
3. Dijadikannya
NERAKA JAHANNAM sebagai tempat kembali.
Adanya perbedaan FASILITAS serta PENGHARGAAN yang
ALLAH SWT berikan kepada orang yang BERIMAN dengan orang yang KAFIR, apa yang
harus kita lakukan? Jika kita beranggapan atau merasa FASILITAS dan PENGHARGAAN
kepada orang yang KAFIR lebih BAIK dan lebih TERHORMAT dibandingkan dengan
FASILITAS dan PENGHARGAAN kepada orang yang BERIMAN, maka lakukanlah secara
MANTAP, TERKENDALI, tidak putus-putus dari waktu ke waktu tanpa kenal lelah
yaitu Jangan pernah beriman kepada ALLAH SWT atau jangan pernah memenuhi segala
yang dikehendaki oleh ALLAH SWT. Cara
dan methode yang kami kemukakan di atas ini merupakan cara yang paling MUDAH,
MURAH, SEDERHANA dan yang sangat di idam-idam oleh SYAITAN serta yang dapat
menghantarkan diri kita NERAKA JAHANNAM. Akan tetapi jika kita ingin pulang
kampung ke SYURGA untuk bertemu dengan ALLAH SWT caranya juga MUDAH dan MURAH
yaitu lakukanlah KEIMANAN kepada ALLAH
SWT sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh
ALLAH SWT melalui DIINUL ISLAM secara KAFFAH. Cara yang kami kemukakan
di atas ini merupakan cara yang dikehendaki oleh ALLAH SWT namun sangat dibenci
oleh SYAITAN.
C. PENDIRIANNYA DITEGUHKAN
Salah satu keuntungan atau kemudahan yang akan diberikan oleh ALLAH SWT kepada orang yang beriman adalah
diberikannya KETEGUHAN HATI dan/atau diberikannya DORONGAN yang kuat dan/atau
diberikannya SEMANGAT di dalam DADA dan/atau diberikannya PENDIRIAN yang
TEGUH di saat mereka melaksanakan tugas
sebagai KHALIFAH di muka bumi. Hal ini ALLAH SWT sampaikan melalui firman-Nya
yang terdapat di dalam surat Al Anfaal (8) ayat 12 di bawah ini. Adanya
KETEGUHAN, DORONGAN, SEMANGAT, PENDIRIAN yang keluar dari dalam diri yang
kelaur dari HATI RUHANI akan sangat membantu dan meringankan diri kita untuk
melaksanakan tugas sebagai KHALIFAH di muka bumi.
(ingatlah), ketika Tuhanmu mewahyukan kepada Para Malaikat:
"Sesungguhnya aku bersama kamu, Maka teguhkan (pendirian) orang-orang yang
telah beriman". kelak akan aku jatuhkan rasa ketakutan ke dalam hati
orang-orang kafir, Maka penggallah kepala mereka dan pancunglah tiap-tiap ujung
jari mereka[599].
(surat Al Anfaal (8)
ayat 12)
[599] Maksudnya: ujung jari disini ialah
anggota tangan dan kaki.
Untuk apakah ALLAH SWT memberikan hal itu semua kepada orang-orang yang
BERIMAN kepada-Nya? Di dalam ILMU ALLAH SWT sewaktu menciptakan KEKHALIFAHAN di
muka bumi tentu ALLAH SWT sangat mengetahui dan sangat paham bahwa untuk dapat melaksanakan TUGAS sebagai KHALIFAH di muka
bumi yang sesuai dengan KEHENDAKNYA
bukanlah sebuah perkara mudah. Kita harus bekerja dan kita harus
berkarya serta beribadah atau melaksanakan AD DIIN secara KAFFAHserta di muka bumipun kita harus tetap waspada dengan musuh utama
kita yaitu dorongan AHWA dan gangguan
SYAITAN. Adanya kondisi ini sewaktu menjalankan tugas sebagai KHALIFAH di muka
bumi, sering membuat diri kita mengalami kewalahan atau diri kita mengalami kebingungan atau diri
kita mengalami gangguan di dalam menjalankan pekerjaan atau di saat mengayomi keluarga, di lain sisi kita harus
selalu berada di dalam KEHENDAK ALLAH SWT.
ALLAH SWT selaku INISIATOR yang juga PENCIPTA dan PEMILIK dari
KEKHALIFAHAN di muka bumi tentu bertanggung jawab terhadap apa yang diciptakannya
tersebut. Untuk itu melalui KETEGUHAN HATI, DORONGAN, SEMANGAT, PENDIRIAN yang
ALLAH SWT berikan kepada setiap orang yang BERIMAN kepada-Nya merupakan bukti
bahwa ALLAH SWT sangat perhatian kepada KEKHALIFAHAN yang diciptakan-Nya
tersebut. Jika saat ini kita sedang melaksanakan tugas sebagai KHALIFAH di muka
bumi, tahukah anda bahwa ALLAH SWT memberikan fasilitas ini kepada orang-orang
yang beriman atau sudahkah anda merasakan adanya KETEGUHAN HATI, DORONGAN,
SEMANGAT, PENDIRIAN yang ALLAH SWT berikan? Apabila diri kita merasa tidak
butuh, merasa tidak memerlukan, tidak mau ditolong oleh ALLAH SWT melalui
apa-apa yang kami sebutkan di atas ini, yang jelas ALLAH SWT tidak akan pernah berkurang
kekuasaan-Nya, ALLAH SWT tidak akan pernah RUGI sedikitpun dengan sikap kita.
Jika hal ini yang menjadi pilihan hidup kita sewaktu menjadi KHALIFAH di muka
bumi, bersiap-siaplah menerima bantuan dan sokongan dari SYAITAN karena hal
inilah yang sangat dinanti-nantikan oleh SYAITAN.
D. HIDUPNYA SUBUR MAKMUR
ALLAH SWT tidak akan pernah menyianyiakan atau ALLAH SWT tidak akan pernah menelantarkan
KHALIFAHNYA yang telah BERIMAN dan BERAMAL SHALEH dan/atau WALI-WALI ALLAH SWT
akan digembirakan oleh ALLAH SWT dan/atau WALI-WALI ALLAH SWT tidak akan diberi kesempatan oleh
ALLAH SWT untuk bersedih hati. Adanya kondisi seperti ini kepada orang yang
BERIMAN dan yang BERAMAL SHALEH dan/atau kepada WALI-WALI ALLAH SWT tentu akan
memudahkan, memuluskan, melancarkan, dan menjadikan KEKHALIFAHAN yang kita
jalankan sesuai dengan KEHENDAK ALLAH
SWT dan/atau diri kita sukses menjadi KHALIFAH yang juga MAKHLUK PILIHAN. Jika
semua orang BERIMAN dan BERAMAL SHALEH dan/atau jika semua orang telah menjadi
WALI-WALI ALLAH SWT akan terjadi
KEMAKMURAN di muka bumi ini dan/atau terciptalah MASYARAKAT MADANI di muka
bumi.
Ingatlah, Sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran
terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
(surat Yunus (10)
ayat 62)
bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan}
di akhirat. tidak ada perobahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. yang
demikian itu adalah kemenangan yang besar.
(surat Yunus (10)
ayat 64)
Untuk dapat memperoleh apa yang dinamakan itu semua, tidak ada jalan lain
kecuali IMAN kepada ALLAH SWT, sekarang apa yang dapat kita peroleh jika kita
tidak mau BERIMAN kepada ALLAH SWT? Ada banyak MANFAAT yang akan kita peroleh
jika kita tidak mau BERIMAN kepada ALLAH SWT, yaitu:
1. Akan menjadi BUDAK AHWA sehingga
diri kita disamakan dengan ANJING oleh ALLAH SWT.
2. Akan menjadi BUDAK SYAITAN
sehingga diri kita jauh dari jalan yang LURUS.
3. Akan diberikan penghargaan oleh
ALLAH SWT berupa tempat kembali di NERAKA JAHANNAM.
4. Akan menjadi TETANGGA yang BAIK
bagi SYAITAN di NERAKA JAHANNAM.
Untuk itu pilihlah dengan sesuka hati diri kita
sendiri, sebab pilihan jalan sangat tergantung kepada pilihan yang kita
lakukan. ALLAH SWT hanya mengemukakan ini jalan yang menuju ke SYURGA dan ini
jalan yang menuju ke NERAKA JAHANNAM. Sekarang tergantung diri kita sendiri
mana jalan yang akan kita tempuh, jika ingin ke SYURGA maka jalannya adalah
BERIMAN kepada ALLAH SWT dan jika ingin ke NERAKA JAHANNAM jangan pernah
beriman kepada ALLAH SWT. Selamat MEMILIH JALAN yang paling sesuai dengan
KARAKTER dan CITA-CITA masing-masing. Yang pasti dalam hal ini adalah TIDAK
AKAN ADA SATUPUN ORANG YANG WARAS yang mau MEMILIH NERAKA JAHANNAM untuk
dijadikan tempat kembali sebab semua orang akan memilih SYURGA untuk dijadikan
tempat kembali. Untuk itu jangan pernah berharap dan juga tidak akan mungkin
pernah terjadi serta tidak akan mungkin ALLAH SWT memberikan SYURGA kepada
orang KAFIR, kepada orang MUSYRIK dan SYIRIK, kepada BUDAK SYAITAN dan BUDAK
AHWA atau kepada orang-orang yang tidak sesuai dengan kehendak-Nya.
Sebagai KHALIFAH yang sedang menjalankan tugas di
muka bumi tentu tidak akan luput dari gangguan, rayuan, bujukan, tipuan dari
SYAITAN. SYAITAN sejak di usir dari
SYURGA sampai dengan hari kiamat hanya memiliki satu pekerjaan tetap
yaitu MENJERUMUSKAN MANUSIA menuju jalan
yang SESAT melalui bujukan, rayuan, serta tipu daya. Dan jika SYAITAN itu LIHAI
serta PROFESIONAL di dalam menjalankan aksinya serta tidak mudah untuk
mengatakan kalah, hal ini memang sudah sewajarnya terjadi serta memang hal ini
sudah direstui oleh ALLAH SWT. Agar diri
kita terhindar dari segala bujukan,
rayuan, tipu daya, gangguan yang berasal dari SYAITAN tentu kita harus
memiliki PENGETAHUAN tentang SYAITAN sebagai modal dasar untuk mengalahkan dan/atau
terhindar dari aksi teror SYAITAN. Adanya PENGETAHUAN tentang SYAITAN maka kita
akan mengetahui KELEMAHAN dan KEKUATAN yang dimiliki oleh SYAITAN di dalam
mengalahkan dan mempengaruhi musuhnya. Selain itu dengan adanya PENGETAHUAN
tentang SYAITAN kita dapat menempatkan
dan meletakkan SYAITAN pada tempat yang seharusnya dan jangan pernah menjadikan
SYAITAN sebagai TEMAN apalagi menjadikan SYAITAN sebagai KOMANDAN ataupun
sebagai PENASEHAT ataupun sebagai
PIMPINAN.
Timbul pertanyaan kepada siapakah kita harus belajar tentang SYAITAN?
Seperti kita ketahui bersama bahwa untuk menciptakan segala sesuatu yang ada
alam semesta ini baik yang NYATA maupun yang GHAIB harus di mulai dari adanya
KEHENDAK ALLAH SWT yang dibarengi dengan KEMAMPUAN ALLAH SWT yang kondisinya
wajib ada secara bersamaan serta kualitasnya juga sama-sama MAHA . Jika saat
ini ada makhluk ghaib yang bernama SYAITAN berarti keberadaan SYAITAN tidak
terlepas dari adanya KEHENDAK dan KEMAMPUAN
ALLAH SWT secara bersamaan. Jika ini adalah kondisi dasar dari
keberadaan SYAITAN berarti hanya ALLAH
SWTlah yang MAHA AHLI, yang MAHA TAHU, yang MAHA MENGERTI tentang KEBERADAAN
SYAITAN termasuk di dalamnya tentang KELEMAHAN-KELEMAHAN SYAITAN. Adanya kondisi
seperti ini berarti :
1. Hanya kepada ALLAH SWT sajalah
kita mempelajari tentang keberadaan SYAITAN
2. Hanya ALLAH SWT yang mampu
mengalahkan dan menghancurkan SYAITAN.
3. Hanya kepada ALLAH SWT sajalah
kita berlindung dari gangguan
SYAITAN.
Selanjutnya SYAITAN sebagai MUSUH utama dari diri kita tentu tidak akan
tinggal diam untuk mengalahkan musuhnya. SYAITAN sebagai MUSUH tidak akan
mungkin senang jika musuhnya BAHAGIA, SENANG, PULANG ke SYURGA. SYAITAN sebagai
MUSUH akan terus berusaha untuk mengalahkan musuhnya sampai musuhnya CELAKA, SUSAH, keluar dari jalan yang lurus,
PULANG ke NERAKA JAHANNAM. Kondisi inilah yang akan kita hadapi sewaktu
menjalankan tugas sebagai KHALIFAH di muka bumi. Agar diri kita dapat terhindar
dari pengaruh, bujukan, rayuan, tipu daya SYAITAN, apa yang harus kita
lakukan?
Sesungguhnya syaitan itu tidak ada kekuasaanNya
atas orang-orang yang beriman dan bertawakkal kepada Tuhannya.
Sesungguhnya kekuasaanNya (syaitan) hanyalah atas
orang-orang yang mengambilnya Jadi pemimpin dan atas orang-orang yang
mempersekutukannya dengan Allah.
(surat
An Nahl (16) ayat 99-100)
ALLAH SWT melalui surat An Nahl (16) ayat 99-100 di atas ini menerangkan
bahwa SYAITAN tidak memiliki KEMAMPUAN apapun dan/atau SYAITAN akan mati kutu
kepada orang yang BERIMAN kepada ALLAH SWT dan juga kepada orang yang
BERTAWAKKAL kepada ALLAH SWT. IMAN dan TAWAKKAL kepada ALLAH SWT merupakan
SENJATA AMPUH yang mengakibatkan SYAITAN tidak dapat menjalankan aksinya untuk
menggoda, merayu, menipu manusia ke jalan yang sesat. Yang menjadi persoalan
saat ini adalah sudahkah kita BERIMAN kepada ALLAH SWT dan sudahkah kita
BERTAWAKKAL kepada ALLAH SWT yang sesuai dengan KEHENDAK ALLAH SWT? Kami
berharap pembaca buku ini BUKAN termasuk
orang-orang yang ingin terhindar dari gangguan SYAITAN namun mempergunakan methode dan jalan yang paling
disukai oleh SYAITAN dan/atau jangan sampai diri kita bermaksud terhindar dari
gangguan SYAITAN namun jalannya justru yang
paling dibenci oleh ALLAH SWT.
F. AMALNYA pasti DIBALAS
Sewaktu diri kita menjadi KHALIFAH di muka bumi tentu diri kita berusaha
untuk melaksanakan dan menjalankan AD
DIIN atau DIINUL ISLAM secara KAFFAH. Dengan melaksanakan DIINUL ISLAM secara
KAFFAH , pasti diri kita melaksanakan Rukun IMAN, Rukun ISLAM dan IKHSAN secara
satu kesatuan sehingga diri kita pasti
mendirikan SHALAT lima waktu, PUASA RAMADHAN, menunaikan ZAKAT, MELAKSANAKAN HAJI dan mungkin juga
melaksanakan UMRAH, membayar SHADAQAH
ZARIAH, BEKERJA dan MENAFKAHI keluarga serta merawat dan membesarkan serta
mendidik anak. Inilah usaha-usaha yang telah kita lakukan saat ini di dalam
rangka menjadikan diri kita menjadi KHALIFAH yang juga MAKHLUK PILIHAN.
Selanjutnya atas dasar apakah kita melakukan itu semua sehingga kita mau
melakukannya dengan bersusah payah? Diri
kita melakukan itu semua dalam rangka BERIBADAH kepada ALLAH SWT dan mengharap
ALLAH SWT menerima dan memberikan BALASAN terhadap apa-apa yang kita lakukan.
Sekarang adakah SYARAT dan KETENTUAN yang ALLAH SWT kehendaki agar apa-apa yang
kita perbuat diterima ALLAH SWT dan/atau
diberikan PAHALA oleh ALLAH SWT? ALLAH
SWT melalui surat Ali Imran (3) ayat 57 dan surat Al Kahfi (18) ayat 30
menunjukkan kepada diri kita SYARAT dan KETENTUAN yang DIKEHENDAKI ALLAH SWT
agar amal dan perbuatan diri kita diterima yaitu kita harus BERIMAN dan BERAMAL
SHALEH.
Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan
amalan-amalan yang saleh, Maka Allah akan memberikan kepada mereka dengan
sempurna pahala amalan-amalan mereka; dan Allah tidak menyukai orang-orang yang
zalim.
(surat Ali Imran (3)
ayat 57)
Sesunggunya mereka yang beriman dan beramal saleh,
tentulah Kami tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengerjakan
amalan(nya) dengan yang baik.
(surat Al Kahfi (18) ayat 30)
Tanpa adanya IMAN kepada ALLAH SWT di dalam DIRI
MANUSIA dan juga tanpa dibarengi dengan PERBUATAN kepada sesama manusia melalui
AMAL SHALEH maka apa-apa yang telah kita perbuat tidak akan pernah diterima
oleh ALLAH SWT. Berikut ini akan kami kemukakan beberapa hal yang telah kita
lakukan dan kemudian tolong anda bayangkan dengan seksama, yaitu:
1.
Sebagai
seorang ibu yang berjuang melahirkan anak dan juga merawat dan membesarkan anak
tetapi perjuangan yang mempertaruhkan
nyawanya sendiri justru tidak dinilai oleh ALLAH SWT.
2.
Sebagai
seorang ayah yang berjuang menafkahi keluarga, berangkat pagi pulang malam,
tetapi perjuangan yang dilakukakannya tidak dinilai oleh ALLAH SWT.
3.
Sebagai
seorang KHALIFAH di muka bumi yang melaksanakan Shalat, Puasa, Zakat, Haji, Ibadah
Qurban, Shadaqah Jariah, mengamalkan ILMU tetapi apa yang kita lakukan tidak
dinilai oleh ALLAH SWT.
Jika ini yang terjadi pada diri kita maka sia-sia
lah perjuangan yang kita lakukan dan/atau tidak ada guna dan manfaat jerih
payah yang kita lakukan. Agar jerih payah, perjuangan, yang kita lakukan
diterima oleh ALLAH SWT tidak ada jalan lain kita harus memenuhi SYARAT dan
KETENTUAN yang ALLAH SWT kehendaki. Untuk itu sudahkah segala perbuatan yang
kita lakukan berlandaskan KEIMANAN kepada ALLAH SWT serta sudahkah KEIMANAN
tersebut dibuktikan dengan BERBUAT AMAL SHALEH? Hal yang harus kita perhatikan
dalam permasalahan ini adalah kita harus melaksanakan IMAN dan AMAL SHALEH
secara berbarengen sebab itu yang dikehendaki oleh ALLAH SWT sesuai dengan surat Ali Imran (3)
ayat 57 dan surat Al Kahfi (18)
ayat 30 di atas. Jika saat ini kita merasa apa yang kita perbuat belum memenuhi
SYARAT dan KETENTUAN yang dikehendaki ALLAH SWT maka perbaikilah itu semua di
saat NYAWA belum sampai di kerongkongan. Apabila kita melakukan perbaikan
setelah NYAWA tiba dikerongkongan maka tidak ada guna dan manfaat lagi. TIME
WITH NO RETURN, untuk itu manfaatkanlah sisa waktu yang ada saat ini dengan
sebaik-baiknya.
G.
DOSA di ampunkan ALLAH SWT
Sewaktu menjalankan tugas sebagai KHALIFAH di muka
bumi, yakinkah diri kita apa yang kita perbuat sudah sesuai dengan kehendak
ALLAH SWT? Sepanjang diri kita terdiri dari RUHANI dan JASMANI serta SYAITAN
masih menjadi MUSUH kita, tidak akan mungkin diri kita mampu memenuhi segala
SYARAT dan KETENTUAN yang ALLAH SWT kehendaki. Akan tetapi kita harus selalu
berupaya dengan kesungguhan hati untuk selalu memenuhi apa-apa yang dikehendaki
ALLAH SWT. Selanjutnya adanya Syarat dan Ketentuan yang tidak dapat kita penuhi
tentu akan mengakibatkan dan menimbulkan DOSA dan KESALAHAN pada diri kita
dengan segala RESIKO yang terdapat di dalamnya.
Adanya
DOSA dan KESALAHAN yang kita lakukan baik sengaja maupun tidak sengaja tentu
akan dapat mengurangi, menggagalkan tugas kita sebagai KHALIFAH di muka bumi
yang sekaligus MAKHLUK PILIHAN. Akibat dosa dan kesalahan yang kita perbuat
akan menjauhkan diri kita dengan ALLAH
SWT. Agar diri terhindar dari DOSA dan KESALAHAN dan/atau diberikannya
FASILITAS penghapusan DOSA serta apa yang kita perbuat diberi BALASAN oleh
ALLAH SWT lebih baik dari apa-apa yang
telah kita perbuat maka kita diwajibkan oleh ALLAH SWT untuk selalu BERIMAN dan
BERAMAL SHALEH seperti yang di amanatkan dalam surat Al Ankabuut (29) ayat 7 di
bawah ini.
dan orang-orang yang beriman dan beramal saleh, benar-benar akan Kami
hapuskan dari mereka dosa-dosa mereka dan benar-benar akan Kami beri mereka
Balasan yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan.
(surat Al Ankabuut
(29) ayat 7)
ALLAH SWT mengamanatkan untuk IMAN dan BERAMAL SHALEH secara berbarengan
maka barulah apa-apa yang dijanjikan oleh ALLAH SWT dalam surat Al Ankabuut
(29) ayat 7 dapat kita peroleh. Selanjutnya sudahkah kita BERIMAN dan
BERAMAL SHALEH yang sesuai dengan KEHENDAK ALLAH SWT? INGAT, IMAN dan AMAL SHALEH bukan IMAN saja
atau AMAL SHALEH saja melainkan kedua-duanya secara berbarengan.
H. DIJADIKAN PENGUASA di muka bumi
ALLAH SWT menjadikan diri kita sebagai KHALIFAH di muka bumi berarti diri
kita sudah diletakkan dan ditempatkan oleh ALLAH SWT lebih tinggi dari apa-apa
yang dapat di atur oleh diri kita,
apa-apa yang dapat di ayomi oleh diri kita, apa-apa yang dapat dipelihara dan dirawat oleh diri
kita, dalam hal ini adalah BUMI. Selanjutnya apakah itu BUMI? BUMI adalah CIPTAAN ALLAH SWT, BUMI adalah TANDA-TANDA KEBESARAN
ALLAH SWT dan BUMI adalah KEBESARAN ALLAH SWT. Kemudian samakah kedudukan BUMI
dengan DIRI KITA? BUMI dan DIRI KITA
tidak sama kedudukannya dengan DIRI KITA. BUMI dan DIRI KITA hanya sama
jika ditinjau dari sisi CIPTAAN, dari sisi TANDA-TANDA KEBESARAN ALLAH SWT dan
KEBESARAN ALLAH SWT. Perbedaan utama yang membedakan DIRI KITA dengan BUMI
sehingga DIRI KITA lebih tinggi kedudukannya terletak pada adanya RUHANI,
adanya AMANAH 7 yang lengkap, adanya AKAL, adanya PERASAAN, adanya HUBBUL yang
terdapat di dalam diri kita. Setelah memiliki RUHANI, AMANAH 7, AKAL, PERASAAN,
serta HUBBUL apakah serta merta diri kita dapat sesuai dengan KEHENDAK ALLAH
SWT? Sepanjang diri manusia terdiri dari
RUHANI dan JASMANI yang mengakibatkan adanya tarik menarik antara RUHANI
dan JASMANI di dalam mempengaruhi aktivitas dan perbuatan manusia serta SYAITAN masih tetap menjadi
MUSUH MANUSIA maka diri kita tidak akan serta merta selalu sesuai dengan
KEHENDAK ALLAH SWT. Adanya ketidaksesuaian diri kita dengan KEHENDAK ALLAH SWT
dapat mengakibatkan diri kita sulit melaksanakan KEKHALIFAHAN di muka bumi yang
sesuai dengan KEHENDAK ALLAH SWT.
dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh- sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan aku. dan Barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, Maka mereka Itulah orang-orang yang fasik.
(surat
An Nuur (24) ayat 55)
Agar diri kita selalu di dalam KEHENDAK ALLAH SWT maka ALLAH SWT dan/atau diri kita menjadi KHALIFAH
di muka yang sesuai dengan RENCANA AWAL ALLAH SWT sewaktu menciptakan MANUSIA
pertama kali, tidak ada jalan lain kecuali mengikuti apa yang di amanatkan
ALLAH SWT melalui surat An Nuur (24) ayat 55
di atas ini yaitu JADILAH ORANG YANG BERIMAN dan yang selalu mengerjakan
AMAL SHALEH. Melalui Jalan IMAN dan AMAL SHALEH akan menghantarkan diri kita
sebagai KHALIFAH ALLAH SWT di muka bumi yang sesuai dengan KEHENDAK ALLAH
SWT.
Sebagai KHALIFAH yang sedang melaksanakan tugas di muka bumi kita juga telah
di anugerahkan oleh ALLAH SWT berupa RUH, AMANAH 7, AKAL, PERASAAN, serta
HUBBUL dalam rangka memudahkan dan
memuluskan diri kita menjadi KHALIFAH yang juga MAKHLUK PILIHAN. Akan tetapi
jika kita tidak mampu mempergunakan RUH, AMANAH7, AKAL, PERASAAN dan HUBBUL
sesuai dengan KEHENDAK ALLAH SWT maka kegagalan menjadi KHALIFAH atau PENGUASA
di muka bumi akan menjadi kenyataan dan/atau menjadi pecundang. Agar diri kita
jangan sampai mengalami hal tersebut maka jadikanlah AD DIIN atau DIINUL ISLAM
sebagai satu-satunya AGAMA yang HAQ. Dimana jika kita mampu melaksanakan DIINUL
ISLAM secara KAFFAH apa yang dikehendaki oleh ALLAH SWT menjadi kenyataan yaitu
MANUSIA atau DIRI KITA sesuai dengan RENCANA ALLAH SWT yaitu menjadi PENGUASA
di muka bumi. Setelah menjadi KHALIFAH di muka bumi, sudahkah diri kita sesuai
dengan KEHENDAK ALLAH SWT yaitu menjadi PENGUASA di muka bumi seperti yang
dikemukakan ALLAH SWT dalam surat
An Nuur (24) ayat 55 di atas? Jika diri kita merasa belum sesuai dengan
apa yang dikemukakan ALLAH SWT dalam
surat An Nuur (24) ayat 55 berarti ada yang salah sewaktu kita menjalankan
tugas sebagai KHALIFAH di muka bumi. Untuk itu INTROSPEKSILAH diri dengan
BERKACA kepada DIRI sendiri (dalam hal ini siapa yang dapat mengenal dirinya
pasti dapat mengenal Tuhannya dan barangsiapa yang dapat mengenal Tuhannya maka
ia dapat mengenal dirinya sendiri) serta bertaubatlah dengan TAUBATAN
NASUHA sebelum NYAWA tiba dikerongkongan jika kita merasa salah dalam berbuat.
Jangan sampai waktu yang tersisa dalam HIDUP ini tidak dapat mengembalikan diri
kita sesuai dengan RENCANA AWAL ALLAH SWT yaitu menjadikan DIRI KITA sebagai
KHALIFAH yang dikehendaki ALLAH SWT.
Pembaca, itulah delapan kenikmatan dari bertuhankan kepada ALLAH SWT yang
dapat kita peroleh sepanjang diri kita mau memenuhi KEHENDAK ALLAH SWT.
Selanjutnya apakah hanya point A sampai dengan point H saja yang dapat kita
peroleh dari ALLAH SWT setelah kita
melaksanakan IMAN kepada ALLAH SWT? Berikut ini akan kami kemukakan hal-hal
lainnya yang dapat kita peroleh dari hasil kita melaksanakan KEIMANAN kepada
ALLAH SWT, yaitu:
1)
Dimasukkan ke dalam SYURGA yang di bawahnya mengalir
sungai-sungai dan/atau sebagai makhluk yang terhormat akan pulang ke tempat
terhormat dengan cara yang terhormat sepanjang diri kita mau secara terhormat
mengakui, menerima dan menjadikan ALLAH SWT sebagai satu-satunya Tuhan yang
berhak di sembah dan/atau mau menjadikan DIINUL ISLAM sebagai satu-satunya
agama yang HAQ yang diturunkan oleh
ALLAH SWT ke muka bumi.
Sesungguhnya
orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka adalah surga Firdaus
menjadi tempat tinggal,
(surat Al Kahfi (18) ayat
107)
2)
Tidak Takut dan GELISAH lagi dan/atau dihilangkannya
penyakit yang ada di dalam rongga dada manusia serta diberikannya KEBAIKAN oleh
ALLAH SWT (lihat kembali buku Jilid 1 buku Let'sKnow AD DIIN:Kajian Aqidah
Islam tentang DIINUL ISLAM Agamaku Jilid 1
hal 168 dan hal 218).
Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh,
mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi
Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka
bersedih hati.
(surat Al Baqarah (2)
ayat 277)
3)
Dipimpin dengan Al-Qur'an dan/atau Al-Qur'an menjadi
acuan di dalam bertindak dan berbuat sehingga kita selalu berjalan di jalan
yang lurus.
Hai orang-orang yang beriman (kepada Para rasul), bertakwalah kepada
Allah dan berimanlah kepada Rasul-Nya, niscaya Allah memberikan rahmat-Nya
kepadamu dua bagian, dan menjadikan untukmu cahaya yang dengan cahaya itu kamu
dapat berjalan dan Dia mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.
(surat Al Hadiid (57)
ayat 28)
dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini bahwasanya Al
Quran Itulah yang hak dari Tuhan-mu lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka
kepadanya dan Sesungguhnya Allah adalah pemberi petunjuk bagi orang-orang yang
beriman kepada jalan yang lurus.
(surat Al Hajj (22)
ayat 54)
4)
Diselamatkan dari KEJAHATAN termasuk di dalamnya
kita akan dilindungi dari NIAT JAHAT maupun NIAT BUSUK yang dapat merugikan dan
membahayakan diri dan keluarga serta anak dan keturunan.
Hai orang-orang yang beriman, ingatlah kamu akan nikmat Allah (yang
diberikan-Nya) kepadamu, di waktu suatu kaum bermaksud hendak menggerakkan
tangannya kepadamu (untuk berbuat jahat), Maka Allah menahan tangan mereka dari
kamu. Dan bertakwalah kepada Allah, dan hanya kepada Allah sajalah orang-orang
mukmin itu harus bertawakkal.
(surat Al Maaidah (5)
ayat 11)
5)
Selalu MENANG dalam JIHAD dan/atau selalu dimudahkan
sewaktu menjalankan tugas dan/atau selalu diberi jalan keluar di saat mengalami
hambatan dalam bertugas.
tetapi Rasul dan orang-orang yang beriman bersama Dia, mereka berjihad
dengan harta dan diri mereka. Dan mereka Itulah orang-orang yang memperoleh
kebaikan, dan mereka Itulah orang-orang yang beruntung.
(surat At Taubah (9)
ayat 88)
6) Dimuliakan oleh ALLAH SWT di hari akhir dan/atau akan diberikan rezeki tanpa batas
oleh ALLAH SWT pada saat menjalankan tugas di muka bumi.
kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir, dan
mereka memandang hina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang
bertakwa itu lebih mulia daripada mereka di hari kiamat. dan Allah memberi
rezki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas.
(surat Al Baqarah (2)
ayat 212)
7) Dinaungi RAHMAT ALLAH SWT dan/atau ALLAH SWT menjadi
PENOLONG PERTAMA dalam setiap kesempatan yang kita mintakan kepada ALLAH SWT.
dan betapa banyaknya negeri yang (penduduknya)
lebih kuat dari pada (penduduk) negerimu (Muhammad) yang telah mengusirmu itu.
Kami telah membinasakan mereka, Maka tidak ada seorang penolongpun bagi mereka.
(surat
Muhammad (47) ayat 13)
Selanjutnya sebagai KHALIFAH yang telah merasakan NIKMATNYA bertuhankan
kepada ALLAH SWT seperti diri kita merasakan nikmatnya SAMBAL LADO, timbul
pertanyaan apakah seluruh KHALIFAH yang ada di muka bumi ini mampu merasakan
hal yang sama dengan diri kita? Sepanjang KHALIFAH yang ada di muka bumi ini
mau melaksanakan apa-apa yang DIKEHENDAKI oleh ALLAH SWT maka mereka pun dapat
menikmati hal yang sama dengan diri kita. Hal yang harus di ingat adalah
KENIKMATAN dari bertuhankan kepada ALLAH SWT yang kita peroleh :
1. Tidak dapat DIWARISKAN kepada
siapapun juga termasuk kepada ANAK dan KETURUNAN kita sendiri.
2. Tidak dapat dipindahtangankan
atau ditransfer kepada siapapun juga termasuk kepada ANAK dan KETURUNAN kita
sendiri.
3. Kenikmatan bertuhankan kepada
ALLAH SWT (seperti maunah atau karomah)akan di bawa pulang ke alam barzah oleh pemiliknya
sehingga tidak akan mungkin berkeliaran di muka bumi.
MANUSIA atau diri kita yang telah memperoleh kenikmatan dari bertuhankan
kepada ALLAH SWT hanya dapat memberitahukan, hanya dapat menginformasikan,
kepada sesama manusia jika ia ingin memperoleh dan mendapatkan kenikmatan dari
bertuhankan kepada ALLAH SWT lakukanlah apa-apa yang dikehendaki oleh ALLAH
SWT. Sepanjang orang yang telah diberitahu mau melaksanakan hal yang sama
dengan diri kita maka iapun akan dapat merasakan kenikmatan bertuhankan kepada
ALLAH SWT. Akan tetapi jika yang diberitahu tidak mau melaksanakan apa yang
dikehendaki oleh ALLAH SWT jangan pernah berharap merasakan nikmatnya
bertuhankan kepada ALLAH SWT.
Selanjutnya apakah cukup hanya sekali saja atau hanya sesekali saja kita
memperoleh kenikmatan bertuhankan kepada ALLAH SWT? Kenikmatan dari bertuhankan
kepada ALLAH SWT dapat kita nikmati berulang-ulang dari waktu ke waktu selama
HAYAT di kandung BADAN selama diri kita terus bersesuaian dengan KEHENDAK ALLAH SWT. Jika diri kita hanya
menginginkan hanya sekali saja atau hanya sesekali saja ingin merasakan
nikmatnya bertuhankan kepada ALLAH SWT berarti ada yang salah di dalam diri
kita. Untuk lihatlah diri kita yang begitu sering memakan SAMBAL LADO tanpa ada
KAPOKNYA walaupun SAMBAL LADO itu pedas rasanya. Jika kepada SAMBAL LADO saja
kita mampu berulang-ulang menikmatinya kenapa merasakan nikmatnya bertuhankan
kepada ALLAH SWT justru kita batasi hanya sekali atau sesekali saja? Sebagai
KHALIFAH di muka bumi tentu membutuhkan ALLAH SWT dari waktu ke waktu dan jika
ini keadaannya maka merasakan nikmatnya bertuhankan kepada ALLAH SWT harus
dapat kita peroleh dari waktu ke waktu pula selama RUHANI belum berpisah dengan
JASMANI.
Jika diri kita termasuk orang yang telah merasakan nikmatnya bertuhankan
kepada ALLAH SWT bolehkah diri kita merasa LEBIH TINGGI atau MERASA PALING BAIK
dibandingkan dengan KHALIFAH ALLAH SWT yang lainnya? Jika diri kita termasuk
orang yang TELAH TAHU DIRI yaitu TAHU SIAPA diri kita dan SIAPA ALLAH SWT maka
dengan kenikmatan yang telah kita peroleh TIDAK AKAN MENJADIKAN diri kita
BERUBAH menjadi INISIATOR, PENCIPTA,
PEMILIK, PEMELIHARA dari langit dan bumi beserta isinya. Dengan merasakan
nikmatnya bertuhankan kepada ALLAH SWT
akan tetap menjadikan DIRI KITA sebagai :
1. MAKHLUK yang keberadaannya tetap
dikarenakan adanya KEHENDAK ALLAH SWT di dalam menciptakan KEKHALIFAHAN di muka
bumi.
2. MAKHLUK yang diciptakan oleh
ALLAH SWT yang tidak memiliki apapun juga dibandingkan ALLAH SWT.
3. MAKHLUK yang tidak akan mungkin
dapat menciptakan RUH, AMANAH 7, AKAL, PERASAAN
dan HUBBUL untuk kepentingan dirinya sendiri, apalagi untuk orang lain.
dan selamanya diri kita hanyalah PENGGUNA yang akan dimintakan pertanggung
jawabannya kelak dikemudian hari.
4. MAKHLUK yang tidak memiliki
kemampuan untuk menciptakan langit dan bumi, air, udara,gunung, hujan dan organ
tubuh dirinya sendiri.
5. MAKHLUK yang sudah seharusnya
tetap bertasbih dan tetap bermunajat kepada ALLAH SWT dari waktu ke waktu
seperti bertasbih dan bermunajatnya langit, bumi, gunung, hewan, tumbuhan
kepada ALLAH SWT. Jika sampai kita tidak mau bertasbih dan bermunajat kepada
ALLAH SWT maka yang lebih baik di mata ALLAH SWT bukanlah diri kita melainkan
hewan ataupun tumbuhan.
Sekarang bagaimana kondisi orang yang KAFIR, apakah
kondisinya sama dengan orang yang beriman ataukah berbeda dengan orang yang
beriman jika ditinjau dari 5 (lima) hal yang kami kemukakan di atas ini?
Kondisi ORANG yang KAFIR tidak ada bedanya dengan kondisi dengan kondisi ORANG
yang BERIMAN yaitu :
1. Semuanya MAKHLUK yang
keberadaannya tetap dikarenakan adanya KEHENDAK ALLAH SWT di dalam menciptakan
KEKHALIFAHAN di muka bumi.
2. Semuanya MAKHLUK yang diciptakan
oleh ALLAH SWT yang tidak memiliki apapun juga dibandingkan ALLAH SWT
3. Semuanya MAKHLUK yang tidak dapat
menciptakan RUH, AMANAH 7, AKAL, PERASAAN
dan HUBBUL dan selamanya DIRI KITA hanyalah PENGGUNA yang akan
dimintakan pertanggungjawabannya kelah dikemudian hari.
4. Semuanya MAKHLUK yang tidak
memiliki kemampuan untuk menciptakan langit dan bumi, air, udara,gunung, hujan
dan organ tubuh dirinya sendiri.
5. Semuanya MAKHLUK yang harusnya
tetap bertasbih dan bermunajat kepada ALLAH SWT dari waktu ke waktu seperti bertasbih
dan bermunajatnya langit, bumi, gunung, hewan, tumbuhan kepada ALLAH SWT.
Adanya kondisi seperti yang kami kemukakan di atas
ini, PATUTKAH dan PANTASKAH kita yang telah merasakan kenikmatan bertuhankan
kepada ALLAH SWT dan/atau telah menyatakan BERIMAN kepada ALLAH SWT lalu
melecehkan sesama MAKHLUK yang kondisinya sama dengan DIRI KITA dengan
mengatakan hanya diri kitalah yang TERBAIK dan orang lain itu TERBURUK dan/atau
hanya diri kitalah yang berhak atas SYURGANYA ALLAH SWT sedangkan orang lain
tidak berhak menempati SYURGANYA ALLAH SWT dan/atau diri kitalah yang paling
sesuai dengan KEHENDAK ALLAH SWT sedangkan orang lain itu adalah KAFIR? Jika
kita termasuk orang yang telah TAHU DIRI yaitu siapa diri kita sebenarnya dan
siapa itu ALLAH SWT sebenarnya maka janganlah kita mengambil HAK ALLAH SWT
untuk memberikan penilaian kepada sesama KHALIFAH di muka bumi sebab ALLAH SWT
lah yang memiliki HAK untuk menilai dan memberikan pahala kepada siapa yang
dikehendakinya dan ingat apa yang kita perbuatpun bukan diri kita sendiri yang
menilainya, akan tetapi ALLAH SWT lah
yang berhak menilai apa yang kita lakukan dan/atau jika kekhalifahan di muka
bumi adalah sebuah permainan seorang PEMAIN tetap menjadi PEMAIN. PEMAIN tidak
bisa merangkap menjadi WASIT yang dapat menilai dirinya sendiri dan juga pemain
lainnya sebab hal itu merupakan kewenangan WASIT. Untuk itu ALLAH SWT selaku WASIT di dalam permainan
KEKHALIFAHAN di muka bumi sudah memiliki METHODE dan STANDARD tersendiri di
dalam melakukan penilaian kepada KHALIFAHNYA yang ada di muka bumi.
Selanjutnya tahukah diri kita bahwa apa yang telah
kita perbuat dan apa yang telah kita lakukan itu PASTI DITERIMA oleh ALLAH SWT?
Kita tidak mempunyai HAK dan TIDAK MEMILIKI PENGETAHUAN sedikitpun apakah yang
telah kita perbuat dan lakukan sudah sesuai dengan KEHENDAK ALLAH SWT kecuali
ALLAH SWT itu sendiri. Jika ini kondisinya maka apakah santun, apakah patut dan
apakah pantas jika kita berani menilai orang lain, berani mengatakan orang
lain, berani menentukan hanya diri kita sajalah yang benar dan orang lain
salah, timbul pertanyaan siapakah yang lebih berkuasa di bumi yang
dimiliki dan diciptakan oleh ALLAH SWT,
apakah diri kita ataukah ALLAH SWT?
(yaitu) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar
dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil. Sesungguhnya
Tuhanmu Maha Luas ampunanNya. dan Dia lebih mengetahui (tentang keadaan)mu
ketika Dia menjadikan kamu dari tanah dan ketika kamu masih janin dalam perut
ibumu; Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling
mengetahui tentang orang yang bertakwa.
(surat
An Najm (53) ayat 32)
Jika sampai kita melakukan hal-hal yang bukan
semestinya kita lakukan berarti kita telah menempatkan ALLAH SWT bukan pada
posisi dan kedudukan yang sebenarnya. ALLAH SWT telah kita tempatkan di bawah
diri kita sendiri, apakah hal ini mungkin terjadi sedangkan diri kita ada
karena KEHENDAK ALLAH SWT? Jika kita telah mengaku BERIMAN kepada ALLAH SWT dan
juga telah merasakan nikmatnya bertuhankan kepada ALLAH SWT, jangan pernah
lakukan hal-hal yang bukan semestinya kita lakukan. CIPTAAN tetaplah CIPTAAN,
untuk itu sesama CIPTAAN wajib saling hormat menghormati kepada sesama CIPTAAN
dan jika kita melihat CIPTAAN membutuhkan pertolongan bantulah dengan dasar
keimanan kepada ALLAH SWT.
7. HUBUNGAN Orang BERIMAN dengan ALLAH SWT
Agar diri kita selalu berkesesuaian dengan ALLAH SWT; agar diri kita selalu berada di dalam Siaran
dan Gelombang ALLAH SWT; agar diri kita selalu memenuhi apa-apa yang
dikehendaki oleh ALLAH SWT tentu diri
kita harus bersikap, berbuat, melaksanakan, menjalankan apa-apa yang telah diperintahkan-Nya
atau melaksanakan apa-apa yang dikehendaki oleh ALLAH SWT. Adanya kesesuaian,
adanya keserasian, adanya keselarasan antara DIRI KITA dengan KEHENDAK ALLAH
SWT maka terciptalah hubungan yang baik antara diri kita sebagai ciptaan dengan ALLAH SWT selaku pencipta. Seperti halnya
diri kita ingin memperoleh SIARAN RADIO maka antara RADIO yang kita miliki
harus terlebih dahulu menyesuaikan diri terlebih dahulu dengan GELOMBANG RADIO
barulah siaran radio dapat kita nikmati. Jika di RADIO saja berlaku ketentuan
seperti itu maka DIRI KITA pun harus seperti RADIO pula jika ingin terus berada
di dalam KEHENDAK ALLAH SWT. Selanjutnya apakah yang harus kita lakukan jika
kita ingin tetap merasakan nikmatnya bertuhankan kepada ALLAH SWT dan/atau jika kita ingin memperoleh
janji-janji ALLAH SWT dan/atau jika kita
ingin selalu berada di dalam KEHENDAK ALLAH SWT? Berikut ini akan kami
kemukakan hal-hal yang dapat menjadikan diri kita sesuai dengan KEHENDAK ALLAH
SWT, yaitu:
A. MENTAATI SEGALA KETENTUAN ALLAH
SWT
Dalam kehidupan sehari-hari untuk memperoleh dan mendapatkan fasilitas
selular, seperti SLI, SLJJ, SMS, MMS,
atau GPRS, apakah akan begitu saja diberikan oleh Operator Selular kepada
pengguna selular? Operator selular tidak akan begitu saja memberikan fasilitas
selular yang dimilikinya kepada pengguna selular. Untuk itu pengguna selular
harus terlebih dahulu memenuhi SYARAT dan KETENTUAN yang telah ditetapkan
Operator selular seperti:
1.
Mengaktivasi Kartu Perdana dengan mengisi daftar
isian yang telah dipersyaratkan.
2.
Mengisi SALDO PULSA dalam jumlah tertentu dan/atau
membayar tagihan dalam jumlah tertentu sebelum jatuh tempo pembayaran.
Selanjutnya setelah kita memenuhi 2(dua) syarat di atas masih terdapat
hal lainnya yang harus kita lakukan agar kita dapat memanfaatkan segala
fasilitas selular, apakah itu? Walaupun Kartu Perdana telah kita aktivasi serta
saldo pulsa telah pula mencukupi hal itu belumlah cukup apabila BATERRY
Handphone dalam kondisi soak. Ini berarti untuk dapat memperoleh dan
mempergunakan segala fasilitas selular kita harus melaksanakan 3(tiga) buah
ketentuan secara sekaligus barulah kita dapat menikmati layanan selular.
Jika untuk mendapatkan layanan
selular saja kita harus memenuhi 3(tiga)buah syarat secara sekaligus, selanjutnya
bagaimana dengan ALLAH SWT, apakah kita harus memenuhi segala apa yang
dikehendaki ALLAH SWT terlebih dahulu
baru kita dapat merasakan nikmatnya bertuhankan kepada ALLAH SWT? Jika kita ingin memperoleh KENIKMATAN dari
BERTUHANKAN kepada ALLAH SWT maka kita
harus pula memenuhi segala syarat dan ketentuan yang dikehendaki oleh ALLAH SWT
seperti halnya diri kita memenuhi syarat dan ketentuan Operator Selular.
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak
mengerjakan shalat, Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan
sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika
kamu junub Maka mandilah, dan jika kamu sakit[403] atau dalam perjalanan atau
kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh[404] perempuan, lalu kamu
tidak memperoleh air, Maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih);
sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan
kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu,
supaya kamu bersyukur.
(surat
Al Maaidah (5) ayat 6)
[403]
Maksudnya: sakit yang tidak boleh kena air.
[404]
Artinya: menyentuh. menurut jumhur Ialah: menyentuh sedang sebagian mufassirin
Ialah: menyetubuhi.
ALLAH SWT dalam surat Al Maaidah
(5) ayat 6, menerangkan jika kita ingin memperoleh manfaat dari SHALAT dan/atau
jika kita ingin merasakan manfaat dari berhubungan dengan ALLAH SWT melalui
SHALAT maka penuhilah apa-apa yang diperintahkan ALLAH SWT terlebih dahulu maka
barulah ALLAH SWT akan memberikan manfaat dari berhubungan dengan ALLAH SWT
melalui SHALAT. Tanpa kita memenuhi segala ATURAN yang telah ALLAH SWT tentukan
maka ALLAH SWT pun tidak akan pernah memberikan kenikmatan dari SHALAT itu
selain berupa PAHALA.
Hal yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari
adalah kita berharap dapat melakukan SLI, SLJJ, SMS, MMS dan GPRS akan tetapi
kita hanya memiliki KARTU PERDANA yang telah di aktivasi serta terjaganya
BATTERY namun kita tidak mau mengisi PULSA. Jika ini adalah kondisinya tentu
operator selular tidak akan mau memberikan layanan selularnya secara gratis.
Jika hal yang sama juga kita berlakukan kepada ALLAH SWT yaitu kita berharap
ALLAH SWT memberikan LINDUNGAN dan REZEKI yang melimpah, akan tetapi kita tidak
mau melaksanakan apa-apa yang dikehendaki
ALLAH SWT maka ALLAH SWT tidak akan mau memberikan segala FASILITAS yang
telah dijanjikan-Nya kepada diri kita. Sebagai bahan renungan bagi diri kita,
apa yang dapat kita lakukan dengan handphone yang kita miliki jika kita hanya
memiliki SALDO PULSA sebesar Rp.50,- (lima puluh rupiah)?
Dengan jumlah pulsa sebesar itu kita tidak dapat
melakukan miscall sekalipun, kita hanya dapat menunggu dan menunggu siapa tahu
ada yang mengirim SMS dan MMS, siapa tahu ada yang menelepon dan ingat kondisi
inipun masih dibatasi yaitu hanya dapat kita lakukan sebatas kartu yang kita
miliki masih aktif. Agar diri kita selalu mendapatkan layanan selular yang
prima maka kita harus selalu melaksanakan apa yang dikehendaki oleh operator
selular secara maksimal (dalam hal ini selalu mengisi pulsa dan/atau membayar
tagihan tepat waktu). Jika operator selular saja menerapkan hal itu kepada
pengguna telephone, ALLAH SWT juga menerapkan hal yang sama kepada KHALIFAHNYA
yang ingin memperoleh SYURGA dan/atau memperoleh KESUKSESAN HIDUP di dunia dan
akhirat dan/atau memperoleh KETENANGAN HIDUP di muka bumi yaitu semakin
maksimal kita memenuhi KEHENDAK ALLAH
SWT dan/atau semakin maksimal kita BERIMAN dan BERAMAL SHALEH, apa-apa yang
dijanjikan oleh ALLAH SWT dapat kita peroleh. Adanya kondisi seperti ini
berarti untuk memperoleh dan mendapatkan
SYURGA, KESUKSESAN dan KETENANGAN HIDUP tidak cukup hanya mengandalkan SALDO
AMAL SHALEH sebesar Rp.50,- (lima puluh rupiah) dan ingat apakah hanya dengan
MISCALL yang kita lakukan kepada ALLAH SWT lalu ALLAH SWT dengan serta merta
memberikan janji-janji-Nya kepada diri kita?
ALLAH SWT adalah MAHA KAYA yang tidak membutuhkan apapun dari makhluknya
dan ini berarti ALLAH SWT pun tidak butuh dengan MISCALL yang kita lakukan
dan/atau ALLAH SWT tidak akan pernah memberikan janji-janjinya jika kita hanya
melakukan aktivitas MISCALL kepada ALLAH SWT.
B. SELALU SABAR dan PATUH
ALLAH SWT melalui surat Ali Imran (3) ayat 200 di bawah ini menerangkan
kepada orang-orang yang beriman agar selalu bersabar, menguatkan kesabaran,
selalu siap siaga, dan tetap dalam ketaqwaan kepada ALLAH SWT jika ingin selalu
beruntung dari sudut pandang ALLAH SWT. Untuk apa ALLAH SWT harus mengatakan seperti ini kepada
orang yang beriman? Seperti telah kita ketahui bersama, bahwa ALLAH SWT
mempunyai kriteria tersendiri untuk mengukur tingkat keimanan seseorang. Adanya
ukuran tertentu dari keimanan seseorang akan menentukan kemanakah tempat
kembalinya orang tersebut.
Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan
kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan
bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.
(surat
Ali Imran (3) ayat 200)
Hal ini dimungkinkan sebab baik SYURGA maupun NERAKA
mempunyai tingkatan-tingkatan yang berjumlah 8 (delapan) buah yang berbeda-beda
KAVELING dan FASILITASNYA. Inilah
tingkatan-tingkatan atau keveling yang ada di dalam SYURGA, yaitu Syurga
Firdaus; Syurga 'adn; Syurga Na'iim; Syurga Na'wa; Syurga Darussalaam; Syurga
Daarul Muaqaamah; Syurga Al-Muqqamul Amin dan Syurga Khuldi. Adapun tingkatan atau kaveling yang ada di dalam
NERAKA yaitu Neraka Jahannam; Neraka Jahiim; Neraka Hawiyah; Neraka Wail;
Neraka Sa'iir; Neraka Ladhaa; Neraka Saqar dan Neraka Hutomah. Selanjutnya,
sudahkah kita semua memesan tempat atau memesan kaveling SYURGA atau memesan
keveling NERAKA? Untuk itu kami persilahkan anda memilih sendiri-sendiri
kaveling yang paling cocok dengan apa yang sedang dan telah anda lakukan
saat ini. INGAT, jika anda telah menjual SAPI, maka jangan pernah
berharap mendapatkan dan memperoleh AIR SUSUNYA KEMBALI dan/atau jika anda telah
keluar dari KEHENDAK ALLAH SWT maka jangan pernah berharap mendapatkan SYURGA
dengan segala fasilitasnya dan/atau jika anda telah menjadikan diri sendiri
dikelompokkan masuk dalam NAFS FUJUR
maka NERAKALAH tempat kembalinya.
Hai orang-orang mukmin, Sesungguhnya di antara
isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu[1479] Maka
berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi
serta mengampuni (mereka) Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.
Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah
cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar.
Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut
kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah dan nafkahkanlah nafkah yang baik
untuk dirimu[1480]. dan Barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya,
Maka mereka Itulah orang-orang yang beruntung.
(surat
At Taghaabun (64) ayat 14-15-16)
[1479] Maksudnya: kadang-kadang isteri atau anak dapat
menjerumuskan suami atau Ayahnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak
dibenarkan agama.
[1480] Maksudnya: nafkahkanlah nafkah yang bermanfaat
bagi dunia dan akhirat.
Selanjutnya ALLAH SWT adalah DZAT yang MAHA ADIL dan
dalam rangka menunjukkan KEMAHAADILAN yang dimilikinya terutama dalam rangka
ALLAH SWT mengisi SYURGA dan NERAKA dengan cara yang adil maka ALLAH SWT perlu
untuk menguji, akan memberikan cobaan kepada seluruh KHALIFAHNYA yang telah
mengaku beriman kepada-Nya melalui TAHTA, HARTA, WANITA, ANAK dan ISTRI
ditambah gangguan yang berasal dari AHWA dan SYAITAN. Adanya ujian, cobaan yang
diberikan oleh ALLAH SWT maka ALLAH SWT akan mengetahui secara pasti seberapa
baik atau seberapa tinggi
kualitas keimanan manusia yang ada di muka bumi.
Agar maksud dan tujuan ALLAH SWT berjalan secara
Fair Play maka ALLAH SWT tidak serta merta melakukan ujian dan cobaan kepada
KHALIFAHNYA. Akan tetapi ALLAH SWT juga memberikan pertolongan, wejangan,
kepada KHALIFAHNYA yang ada di muka bumi pada saat mengalami UJIAN dan COBAAN
agar tetap beruntung dan/atau menjadi PEMENANG maka kita diwajibkan untuk tetap
bersabar, menguatkan kesabaran, selalu siap siaga, dan tetap dalam ketaqwaan
kepada ALLAH SWT. ALLAH SWT melakukan hal ini karena hal ini sejalan dengan
KEHENDAK ALLAH SWT untuk tetap menjadikan MANUSIA atau DIRI KITA yang sudah
ditempatkan dan diciptakan sebagai MAKHLUK yang terhormat untuk kembali ke
tempat yang TERHORMAT pula dan/atau ALLAH SWT masih memberikan kesempatan ke
dua bagi manusia.
C. MENTAATI RASULNYA
Sewaktu kita membeli mobil TOYOTA di JAKARTA tentu kita tidak harus pergi
ke JEPANG jika mobil yang kita beli mengalami kerusakan. Kita cukup berhubungan
dengan ATPM yang ada di JAKARTA saja maka kerusakan mobil dapat kita perbaiki.
Hal ini bisa terjadi sebab ATPM yang ada
di JAKARTA merupakan perpanjangan tangan pabrikan TOYOTA yang ada di
JEPANG. Adanya hubungan antara ATPM yang
ada di JAKARTA dengan pabrikan TOYOTA yang ada di JEPANG dapat memudahkan
konsumen mobil TOYOTA yang ada di JAKARTA untuk merawat, memperbaiki ataupun
meminta informasi tentang mobil-mobil yang di produksi oleh TOYOTA. Hubungan
seperti ini telah terjalin lama dan dapat berlangsung dengan baik dikarenakan
PABRIKAN telah memberikan mandat kepada ATPM untuk melakukan apa-apa yang menjadi
kewajiban PABRIKAN kepada konsumen mobil TOYOTA. Tanpa adanya MANDAT dari
PABRIKAN secara SYAH maka ATPM tidak mampu melaksanakan apa-apa yang telah
diwajibkan kepadanya.
Hal yang sama juga berlaku antara diri kita dengan ALLAH SWT, dimana kita
tidak perlu pergi ARSY untuk menemui ALLAH SWT jika kita mengalami sesuatu hal
di dalam melaksanakan tugas sebagai KHALIFAH di muka bumi. Hal yang dapat kita
lakukan pertama kali adalah bagaimana kita berhubungan dengan PERWAKILAN TETAP ALLAH SWT di muka bumi yaitu kepada NABI dan
RASUL. Melalui NABI dan RASUL yang di utus oleh ALLAH SWT maka apa-apa yang
telah diprogramkan oleh ALLAH SWT baik itu mengenai ALLAH SWT itu sendiri
maupun tentang KEKHALIFAHAN di muka bumi dapat terlaksana dengan baik. Ini
berarti NABI dan RASUL berfungsi sebagai JURU PENERANG ALLAH SWT di muka bumi.
Seperti halnya kita berhubungan dengan ATPM jika mobil kita mengalami gangguan,
maka kita harus berhubungan pula dengan NABI dan RASUL. Dan jika kita
mempercayai ATPM sebagai perpanjangan pabrikan maka kepada NABI dan RASUL pun
kita harus mempercayainya sebagai PERWAKILAN TETAP ALLAH SWT di muka bumi yang
juga adalah JURU PENERANG ALLAH SWT di muka bumi.
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya),
dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang
sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah
(Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada
Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya.
(surat An Nisaa' (4)
ayat 59)
Selanjutnya dapatkah ATPM melaksanakan fungsi yang telah diperintahkan
oleh pabrikan, jika konsumen MOBIL tidak mau mempercayai apa-apa yang
dikemukakan ATPM? Sepanjang konsumen tidak mau mempercayai apa-apa yang
dikemukakan oleh ATPM maka apa-apa yang telah menjadi kewajiban pabrikan kepada
konsumen tidak dapat dilaksanakan dengan baik dan benar. Kondisi ini juga
berlaku antara ALLAH SWT dengan diri kita jika kita sendiri tidak mau mengakui
apa-apa yang telah dikemukakan oleh NABI
dan RASUL baik mengenai ALLAH SWT maupun tentang DIINUL ISLAM atau tentang
KEKHALIFAHAN di muka bumi.
Sebagai KHALIFAH di muka bumi, tidak patut dan tidak pantas jika kita
sampai tidak mau mengakui NABI dan RASUL yang telah dikirim oleh ALLAH SWT ke
muka bumi. NABI dan RASUL di utus oleh ALLAH SWT agar apa-apa yang telah
diprogramkan oleh ALLAH SWT diketahui secara pasti oleh KHALIFAH yang ada di
muka bumi. Jika sekarang ALLAH SWT mengemukakan tentang hal ini kepada
KHALIFAHNYA yang ada di muka bumi melalui surat
An Nisaa' (4) ayat 59, apakah hal ini menjadi sebuah kenistayaan? Inilah
salah bukti bahwa ALLAH SWT telah merencanakan dengan baik tentang KEKHALIFAHAN
di muka bumi dan juga agar KHALIFAH yang ada di muka bumi berjalan sesuai
dengan apa-apa yang DIKEHENDAKI oleh ALLAH SWT itu sendiri selaku PENCIPTA dan
PEMILIK.
Selanjutnya NABI dan RASUL (dalam hal ini NABI MUHAMMAD SAW) telah tiada,
lalu kepada siapakah lagi kita bertanya tentang KEKHALIFAHAN yang sedang kita
laksanakan dan/atau kepada siapakah lagi kita bertanya tentang AD DIIN atau
DIINUL ISLAM dan/atau kepada siapakah lagi kita bertanya jika kita mengalami
gangguan dan hambatan di dalam menjalankan tugas sebagai KHALIFAH di muka bumi
ini? Jika kita telah menyatakan BERIMAN
kepada ALLAH SWT dan juga telah menyatakan bahwa ALLAH SWT adalah INISIATOR
yang juga PENCIPTA dan PEMILIK dari segala apa yang di alam semesta ini
termasuk KEKHALIFAHAN dan AD DIIN
berarti ALLAH SWT sajalah yang MAHA TAHU dan MAHA AHLI tentang itu semua. Di
lain sisi ALLAH SWT adalah DZAT yang MAHA
KEKAL yang tidak akan BINASA oleh sebab APAPUN juga sehingga ALLAH SWT akan ada
selamanya. Jika hal ini adalah kondisi dari ALLAH SWT maka :
1.
Hanya kepada ALLAH SWT sajalah kita bertanya tentang
KEKHALIFAHAN di muka bumi,
2.
Hanya kepada ALLAH SWT sajalah kita mempelajari AD DIIN atau DIINUL ISLAM,
3.
Hanya kepada ALLAH SWT sajalah kita meminta
pertolongan dan bantuan jika kita mengalami gangguan dan hambatan sewaktu
menjalankan tugas sebagai KHALIFAH di muka bumi.
Hal yang harus kita jadikan pedoman di dalam menerapkan ke tiga hal di
atas, walaupun kedudukan ALLAH SWT di ARSY akan tetapi KEKUASAAN, KEMAHAAN,
KEHEBATAN, PENGAWASAN ALLAH SWT sangat dekat dengan diri kita sehingga diri
kita sebenarnya sudah tidak terpisahkan dengan itu semua. Yang menjadi
persoalan adalah antara diri kita dengan kekuasaan, kemahaan ALLAH SWT belum tersambung.
Selain daripada itu, dalam rangka menghilangkan standard ganda yang
mungkin terjadi di antara pabrikan, ATPM
serta konsumen dalam memberikan PELAYANAN PURNA JUAL maka pabrikan membuat BUKU
MANUAL. Adanya BUKU MANUAL yang dikeluarkan oleh PABRIKAN akan terjadi
keseimbangan informasi yang sesuai dengan konsep awal dari mobil yang kita
beli. ALLAH SWT selalu INISIATOR dan juga PENCIPTA dan PEMILIK dari ini semua
juga menerapkan hal yang sama yaitu dengan membuat BUKU MANUAL, dalam hal ini
adalah AL-QUR'AN. Adanya BUKU MANUAL yang dikeluarkan oleh pabrikan akan
mendekatkan diri konsumen kepada pabrikan walaupun pabrikan adanya di JEPANG.
Hal yang sama juga berlaku dengan AL-QUR'AN yang telah diturunkan oleh ALLAH
SWT untuk diri kita walaupun ALLAH SWT itu jauh di ARSY melalui
AL-QUR'AN pula ALLAH SWT
seolah-olah dekat dengan diri kita.
A. BERUSAHA MENDEKATKAN DIRI
kepada ALLAH SWT
Sebagai Konsumen mobil TOYOTA dapatkah kita
menikmati Pelayanan Purna Jual jika kita menjauhkan diri dengan ATPM selaku
perwakilan TOYOTA di Jakarta? Pabrikan mobil yang ada di JEPANG tidak akan
dapat melakukan dan memberikan secara PRIMA LAYANAN PURNA JUAL jika konsumen
malah menjauhkan diri dan/atau konsumen justru meninggalkan ATPM walaupun
garansi yang kita terima masih berlaku. Jika Pabrikan atau ATPM saja tidak bisa
berbuat apapun dengan konsumen yang menjauhkan diri atau yang meninggalkan
mereka. Walaupun jelas-jelas pabrikan melalui ATPM ingin bertanggung jawab
sesuai dengan garansi yang telah dikeluarkannya.
Sekarang bagaimana dengan ALLAH SWT selaku PENCIPTA
dan PEMILIK alam semesta ini termasuk di dalamnya pemilik dan pencipta
KEKHALIFAHAN di muka bumi serta AD DIIN jika kita tinggalkan walaupun ALLAH SWT
telah berjanji untuk memberikan KEMUDAHAN, KESUKSESAN serta KETENANGAN HIDUP
kepada KHALIFAHNYA yang telah mengakui beriman kepada-Nya? Sekarang bagaimana
mungkin ALLAH SWT akan memberikan janji-janjinya seperti KEMUDAHAN, KESUKSESAN
dan KETENANGAN HIDUP jika KHALIFAHNYA sendiri tidak mau menerima itu semua
dan/atau KHALIFAHNYA justru menampik dengan jalan meninggalkan ALLAH SWT? Untuk itu jika kita ingin memperoleh
KEMUDAHAN, KESUKSESAN, serta KETENANGAN dan KEBAHAGIAN HIDUP baik di dunia
maupun di akhirat yang telah dijanjikan oleh ALLAH SWT tidak ada jalan lain
kecuali kita harus terlebih dahulu mendekatkan diri kepada ALLAH SWT dengan
cara memenuhi segala apa-apa yang dikehendaki ALLAH SWT.
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada
Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada
jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan.
(surat
Al Maaidah (5) ayat 35)
Untuk itu lihatlah apa yang dikemukakan oleh ALLAH
SWT dalam surat Al Maaidah (5) ayat 35 di atas ini yaitu apabila kita ingin
memperoleh dan mendapatkan keberuntungan dan/atau janji-janji ALLAH SWT maka
yang pertama-tama harus kita lakukan adalah mendekatkan diri kepada ALLAH SWT
seperti diri kita mendekatkan diri kepada ATPM untuk mendapatkan layanan purna
jual. Ini berarti agar diri kita selalu berada di dalam kehendak ALLAH SWT
mutlak diperlukan adanya HUBUNGAN, adanya
KOMUNIKASI AKTIF yang selalu terjaga dari waktu ke waktu dengan ALLAH
SWT barulah KEBERUNTUNGAN dapat kita peroleh dari ALLAH SWT.
E. HATINYA
SELALU INGAT ALLAH SWT
HATI RUHANI yang dimiliki oleh setiap manusia
merupakan tempat diletakkannya AKAL, PERASAAN, KEHENDAK oleh ALLAH SWT. HATI
RUHANI merupakan sarana bagi manusia untuk melakukan KOMUNIKASI dengan ALLAH
SWT. Adanya kondisi demikian berarti HATI RUHANI dapat diumpamakan sebagai
ANTENA bagi diri kita untuk memperoleh dan mendapatkan SIARAN dan GELOMBANG dari SIFAT MA'ANI dan
ASMA ALLAH SWT yang dipancarkan ke seluruh alam semesta ini. Untuk itu
perhatikanlah RADIO dimana RADIO tidak akan dapat menangkap siaran jika tidak
memiliki ANTENA. Hal yang sama juga berlaku pada diri kita sewaktu berhubungan
dan/atau sewaktu berkomunikasi dengan
ALLAH SWT. Sekarang coba kita bayangkan jika sampai ALLAH SWT tidak pernah
menciptakan HATI RUHANI bagi manusia, apa yang dapat kita lakukan? Sebagai KHALIFAH yang sedang menjalankan
tugas di muka bumi, sadarkah diri kita bahwa ALLAH SWT telah memberikan sarana
dan alat bantu bagi diri kita untuk berhubungan dan berkomunikasi dengan ALLAH SWT?
Jika kita termasuk orang TAHU DIRI
maka tidak sepantasnya dan tidak sepatutnya apa yang telah diberikan oleh ALLAH
SWT kita sia-siakan. ALLAH SWT dengan kemahaan yang ada pada dirinya sendiri,
jelas tidak akan membutuhkan sesuatu apapun dari makhluk-Nya. Akan tetapi
makhluknya lah yang membutuhkan ALLAH
SWT. Jika ini adalah keadaannya, apa yang harus kita perbuat? Untuk itu
lakukanlah sesering mungkin dari waktu ke waktu untuk selalu berkomunikasi dengan
ALLAH SWT dan/atau untuk selalu mengingat ALLAH SWT di manapun dan kapanpun
melalui HATI RUHANI. Adanya hubungan dan komunikasi yang kita lakukan
kepada ALLAH SWT akan memberikan dampak
positif bagi diri kita yaitu terjadinya KETENTRAMAN HATI dan/atau adanya
KETENANGAN BATHIN yang tumbuh di dalam diri sebagai buah dari komunikasi yang
kita lakukan dan/atau terjadinya sinergi antara yang kecil dengan yang MAHA
BESAR atau RUH tersambung dengan ALLAH SWT.
Sekarang adakah resiko yang timbul bagi diri kita jika kita tidak mau
berkomunikasi dan/atau jika kita tidak mau berhubungan dengan ALLAH SWT?
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka
manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati
Allah-lah hati menjadi tenteram.
(surat
Ar Ra'd (13) ayat 28)
Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang
beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang
telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang
sebelumnya telah diturunkan Al kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang
panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara
mereka adalah orang-orang yang fasik.
(surat
Al Hadiid (57) ayat 16)
Jawabannya ada pada surat Al Hadiid (57) ayat 16 di atas ini yaitu HATI
RUHANI mereka dijadikan KERAS oleh ALLAH SWT sehingga mereka menjadi orang
BEBAL untuk menerima masukan dari siapapun sehingga mereka digolongkan menjadi
orang yang fasik. Jika kita ingin menjadikan HATI RUHANI menjadi KERAS dan/atau
kita bersedia digolongkan menjadi orang fasik, caranya sangat mudah yaitu
jangan pernah beriman kepada ALLAH SWT dan/atau jangan pernah berkomunikasi
dengan ALLAH SWT mulai detik ini sampai dengan NYAWA tiba dikerongkongan.
F. MEMASUKI dan MEMELUK DIINUL ISLAM SECARA KAFFAH
Untuk memperoleh Layanan Purna Jual dari pabrikan,
yang harus kita lakukan adalah kita harus mempercayai bahwa pabrikan mampu
memberikan apa-apa yang tertuang dalam buku manual dan/atau apa-apa yang
tertuang dalam kartu garansi yang telah diberikan kepada kita. Tanpa kita mau
mempercayai atau tanpa kita bersedia memenuhi apa-apa yang dikehendaki pabrikan
maka Layanan Purna Jual yang profesioanl tidak akan dapat dipenuhi oleh
pabrikan. Selanjutnya bagaimana dengan ALLAH SWT yang akan memberikan
janji-janjinya kepada diri kita sebagai KHALIFAH yang di utusnya di muka bumi?
Untuk itu ALLAH SWT mewajibkan terlebih dahulu kepada seluruh KHALIFAHNYA yang
ada di muka bumi termasuk kepada diri kita untuk :
1. Mempercayai adanya ALLAH SWT dan/atau
2. Menerima ALLAH SWT sebagai
satu-satunya yang berhak disembah dan/atau
3. Menjadikan dan melaksanakan
DIINUL ISLAM sebagai AGAMA yang HAQ
secara TOTALITAS, secara MENYELURUH, secara KAFFAH
tanpa dipotong-potong, tanpa dirubah-rubah, tanpa ditambah, tanpa dikurangi
ataupun disesuaikan dengan kebutuhan diri dan kelompok tertentu. Kondisi ini
sesuai dengan perintah ALLAH SWT yang tertuang di dalam surat Al Baqarah (2)
ayat 208 di bawah ini yang menyatakan bahwa jika kita ingin memperoleh dan
mendapatkan janji-janji ALLAH SWT
dan/atau untuk dapat menikmati kenikmatan dari bertuhankan kepada ALLAH SWT dari waktu ke waktu maka lakukanlah
apa-apa yang dikehendaki oleh secara TOTALITAS, MENYELURUH dan KAFFAH.
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke
dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan.
Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.
(surat
Al Baqarah (2) ayat 208)
Di dalam kehidupan sehari-hari, jika terjadi
hubungan saling percaya-mempercayai yang terjadi di antara dua belah pihak maka
akan terjalinlah suatu hubungan yang baik di antara keduanya. Para pihak yang
saling percaya akan memberikan sesuatu yang terbaik kepada pihak yang
dipercayainya demikian pula sebaliknya. Selanjutnya bagaimana dengan hubungan
diri kita kepada ALLAH SWT jika kita menerapkan ketidakpercayaan kepada ALLAH
SWT? Di dalam melakukan hubungan dan
komunikasi dengan ALLAH SWT dan/atau melaksanakan DIINUL ISLAM jika
tanpa dilandasi kepercayaan kepada ALLAH SWT secara KAFFAH, maka ALLAH SWT pun
akan melakukan hal yang sama pula kepada hambanya yang melakukan tindakan itu.
Sebagai KHALIFAH yang sedang menjalankan tugas di muka bumi ini sudahkah diri
kita mempercayai ALLAH SWT secara KAFFAH dan/atau memenuhi segala yang
dikehendaki ALLAH SWT secara TOTALITAS? Jika kita ingin memperoleh kenikmatan
dari bertuhankan kepada ALLAH SWT dari waktu ke waktu maka jalan yang harus
kita tempuh adalah akui, percayai, laksanakan apa-apa yang dikehendaki oleh
ALLAH SWT secara TOTALITAS atau secara KAFFAH mulai saat ini sampai NYAWA tiba
dikerongkongan. Terkecuali jika kita ingin menjadi TETANGGA yang baik bagi
SYAITAN di NERAKA JAHANNAM jangan pernah mempercayai ALLAH SWT secara TOTALITAS
dan jangan pernah melaksanakan DIINUL ISLAM secara KAFFAH.
G. BERSYUKUR
ALLAH SWT melalui surat Al Ahzab (33) ayat 9
mengingatkan kepada orang-orang yang beriman akan nikmat-nikmat yang telah
ALLAH SWT berikan atau telah ALLAH SWT karuniakan kepada mereka. Timbul
pertanyaan nikmat dan karunia apa saja yang telah ALLAH SWT berikan kepada
orang-orang yang beriman? Kepada setiap orang yang beriman ALLAH SWT banyak
memberikan nikmat dan karunia kepada mereka seperti dilindungi dari syaitan dan
juga dari mara bahaya, amal di balas baik di dunia dan di akhirat, hidup dalam
kecukupan serta dosa di ampunkan oleh ALLAH SWT. Selanjutnya jika kita telah
mengetahui tentang nikmat dan karunia yang telah diberikan oleh ALLAH SWT,
apakah cukup dengan mengucapkan TERIMA KASIH kepada ALLAH SWT maka kita sudah
sesuai dengan yang dikehendaki ALLAH SWT? Kepada ALLAH SWT yang telah
memberikan nikmat dan kurnia tidak cukup kita mengucapkan TERIMA KASIH sebab UCAPAN TERIMA KASIH
merupakan salah satu ADAB dan SOPAN SANTUN jika kita telah menerima sesuatu
dari orang lain. Selanjutnya jika demikian keadaannya, apa yang harus kita
lakukan?
Hai orang-orang yang beriman, ingatlah akan nikmat Allah (yang telah
dikurniakan) kepadamu ketika datang kepadamu tentara-tentara, lalu Kami
kirimkan kepada mereka angin topan dan tentara yang tidak dapat kamu melihatnya[1204].
dan adalah Allah Maha melihat akan apa yang kamu kerjakan.
(surat Al Ahzab (33)
ayat 9)
[1204]
Ayat ini menerangkan kisah AHZAB Yaitu golongan-golongan yang dihancurkan pada
peperangan Khandaq karena menentang Allah dan Rasul-Nya. yang dimaksud dengan
tentara yang tidak dapat kamu Lihat adalah Para Malaikat yang sengaja
didatangkan Tuhan untuk menghancurkan musuh-musuh Allah itu.
Menurut
surat Al Ahzab (33) ayat 9 di bawah ini, hal yang harus kita lakukan jika kita
telah memperoleh dan merasakan nikmat dan karunia dari ALLAH SWT kita harus
BERSYUKUR atau MENSYUKURI apa-apa yang telah diberikan oleh ALLAH SWT kepada
diri kita. Hal yang harus kita perhatikan adalah bahwa SYUKUR dan ucapan TERIMA KASIH merupakan hal yang sangat
berbeda.TERIMA KASIH adalah bagian dari ADAB dan SOPAN SANTUN sedangkan SYUKUR
merupakan tindakan atau bukti nyata yang harus kita lakukan setelah menerima
sesuatu dari orang lain. Jika kita menerima hadiah berupa kain sarung dari
seseorang, lalu kain sarung itu kita pergunakan sebagaimana mestinya barulah
kita dikatakan bersyukur atas kain sarung yang telah dihadiahkan kepada kita.
Selanjutnya jika kain sarung yang di dapat dari hadiah tadi kita pergunakan
sebagai alat untuk mengepel lantai itulah bentuk dari ketidaksyukuran diri kita
akan hadiah kain sarung. Jika
sekarang kita telah diberikan oleh ALLAH SWT hal-hal sebagai berikut:
1. ALLAH SWT telah memberikan kepada
kita nikmat dan karunia kesehatan, sudahkah kesehatan yang diberikan oleh ALLAH
SWT untuk melakukan ibadah kepada-Nya?
2. ALLAH SWT telah memberikan kepada
kita nikmat dan karunia rezeki yang berlebih, sudahkah hak ALLAH SWT yang terdapat di dalam rezeki dikeluarkan
sebagai zakat, infaq dan sedekah?
3. ALLAH SWT telah memberikan kepada
kita ILMU, sudahkah ILMU yang diberikan oleh ALLAH SWT di ajarkan dan di
amalkan?
4. ALLAH SWT telah memberikan RUH, AMANAH 7 (dalam hal ini adalah Qudrat,
Iradat, Sami' Bashir, Kalam, Hayat dan Ilmu), AKAL, PERASAAN, HUBBUL (dalam hal ini Hubbul Maal, Hubbul Maadah,
Hubbul Riasah, Hubbul Istitlaq, Hubbul Jam'i, Hubbul Syahwat, Hubbul Hurriyah) sudahkah hal itu semua kita SYUKURI sesuai
dengan kehendak ALLAH SWT?
Sebagai
makhluk yang sejak awal diciptakan sebagai MAKHLUK yang terhormat, jika hanya
ucapan TERIMA KASIH yang kita ucapkan kepada ALLAH SWT atas nikmat dan karunia
yang telah diberikannya kepada diri kita berarti diri kita bukanlah makhluk
terhormat yang dikehendaki oleh ALLAH SWT sebab diri kita tidak mencerminkan
dan/atau tidak dapat menunjukkan perilaku terhormat kepada ALLAH SWT. Jika demikian kondisi dan keadaan diri kita kepada ALLAH SWT, tentu tempat yang bukan terhormat (maksudnya
NERAKA JAHANNAM) merupakan hal yang pantas sebagai balasannya.
H. SESUAI KATA dengan PERBUATAN
Dalam kehidupan sehari-hari, jika kita hanya mengaku-ngaku JUJUR tanpa
pernah dibuktikan tentu hal ini tidak dapat dijadikan patokan bahwa diri kita
adalah seorang yang JUJUR.Untuk itu kejujuran yang ada pada diri kita harus
dibuktikan terlebih dahulu di tengah masyarakat barulah timbul kepercayaan
orang terhadap kejujuran yang kita miliki. Adanya kondisi seperti ini
menunjukkan bahwa apa yang kita katakan baru dapat dipercayai oleh orang lain
sepanjang apa yang kita katakan tersebut suadah sesuai dengan apa yang kita
perbuat. Tanpa ada kesesuaian KATA dengan PERBUATAN maka apa-apa yang telah
kita katakan tidak akan dapat memberikan dampak positif di masyarakat tentang
apa yang kita katakan tersebut. Untuk itulah pengakuan JUJUR harus
diperoleh/didapat dari orang lain atau harus berasal dari pihak ke tiga.Setelah
memiliki predikat JUJUR lalu selamanyakah kita akan JUJUR? JUJUR yang ada di
dalam diri tidak selamanya bisa bertahan dari waktu ke waktu, untuk itu
KEJUJURAN harus terus di bina dan dipertahankan dari waktu ke waktu. Tanpa ada
perawatan dan tanpa ada pembinaan tentang kejujuran yang kita miliki maka
kejujuran yang ada pada diri kita kemungkinan akan luntur atau bahkan hilang.
Selanjutnya bagaimana dengan KEIMANAN yang ada pada diri kita sendiri, apakah
KEIMANAN juga kondisinya sama dengan KEJUJURAN?
Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf
seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka,
mensucikan mereka dan mengajarkan mereka kitab dan Hikmah (As Sunnah). dan
Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata,
dan (juga) kepada kaum yang lain dari mereka yang
belum berhubungan dengan mereka. dan Dia-lah yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.
(surat
Al Jumu'ah (62) ayat 2-3)
Kualitas keimanan yang ada dalam diri bukanlah diri kita sendiri yang
menilainya. Untuk itu jika kita telah
menyatakan BERIMAN kepada ALLAH SWT maka ALLAH SWTlah yang akan menilai KEIMANAN yang ada di dalam diri kita.
Selanjutnya untuk membuktikan adanya KEIMANAN dalam diri tidak bisa hanya
dikatakan dengan ucapan secara lisan semata, akan tetapi KEIMANAN harus
ditunjukkan dan harus dibuktikan dalam perbuatan seperti halnya diri kita
membuktikan adanya KEJUJURAN. Selanjutnya jika IMAN yang kita miliki tidak bisa
dibuktikan kepada apa yang kita imani, dalam hal ini ALLAH SWT,
lalu bagaimana ALLAH SWT akan tahu bahwa diri kita telah beriman
kepada-Nya dan/atau bagaimana ALLAH SWT akan memberikan penilaian atas keimanan
yang kita lakukan? Untuk menunjukkan bahwa diri kita telah beriman kepada ALLAH
SWT dan/atau orang yang telah merasakan nikmatnya bertuhankan kepada ALLAH SWT
maka kita diharuskan untuk menunjukkan bukti dari apa yang kita kemukakan
tersebut. Tanpa adanya BUKTI yang tercermin dari PERBUATAN dan TINGKAH LAKU
kita kepada ALLAH SWT yang kita IMANI maka diri kita belum dapat dikatakan
telah BERIMAN kepada ALLAH SWT.
Hal yang harus kita perhatikan, jika kita telah mengaku BERIMAN kepada
ALLAH SWT maka antara KATA dan PERBUATAN haruslah seiring dan sejalan. Jangan
sampai KATA yang kita ucapkan adalah BERIMAN kepada ALLAH SWT namun PERBUATAN
yang kita lakukan tidak mencerminkan apa-apa yang telah kita KATAKAN. Untuk itu
kita harus dapat membuktikan KEIMANAN yang telah kita ikrarkan dengan melakukan
perbuatan-perbuatan yang mendukung apa-apa yang telah kita KATAKAN. ALLAH SWT
MAHA TAHU dengan apa yang kita ucapkan dan ALLAH SWT juga MAHA TAHU dengan apa
yang kita perbuat. Adanya kemampuan ALLAH SWT yang mengetahui itu semua maka
ALLAH SWT tidak akan pernah mampu dibohongi, atau ALLAH SWT tidak akan pernah mampu ditipu
jika kita hanya berpura-pura beriman kepada-Nya. Di dalam melaksanan
KEIMANAN kepada ALLAH SWT hanya ada
2(dua) kondisi yaitu IMAN ataukah KAFIR sebab tidak ada ISTILAH ABU-ABU di
dalam melaksanakan keimanan kepada ALLAH SWT dan/atau ALLAH SWT tidak mengenal
istilah STANDARD GANDA di dalam pelaksanaan RUKUN IMAN. Hal yang sering terjadi di dalam kehidupan
sehari-hari atau di tengah masyarakat adalah kita hanya mau telah menyatakan
beriman kepada ALLAH SWT akan tetapi konsekuensi untuk menunjukkan keimanan
kepada ALLAH SWT tidak mau kita lakukan, akan tetapi hasil akhir dari keimanan
tetap ingin kita peroleh. Jika kita menerapkan prinsip ini kepada ALLAH SWT
jangan pernah berharap kenikmatan bertuhankan kepada ALLAH SWT dapat kita
rasakan dan/atau jangan pernah berharap kita berada di dalam KEHENDAK ALLAH SWT
dan/atau jangan pernah berharap dapat pulang kampung ke SYURGA.
Pembaca, sebagai KHALIFAH yang sudah menyatakan BERIMAN kepada ALLAH SWT
dengan sebenar-benarnya BERIMAN dan/atau KHALIFAH dari waktu ke waktu selalu
memperoleh KENIKMATAN bertuhankan kepada ALLAH SWT dan/atau KHALIFAH yang
sesuai dengan KEHENDAK ALLAH SWT peliharalah dan jagalah selalu hubungan kita
dengan ALLAH SWT agar kenikmatan dari bertuhankan kepada ALLAH SWT dapat kita nikmati terus dari waktu
ke waktu terkecuali kita hanya membutuhkan sekali saja atau hanya sesekali saja
kenikmatan dari bertuhankan kepada ALLAH SWT.