Label

MEMANUSIAKAN MANUSIA: INILAH JATIDIRI MANUSIA YANG SESUNGGUHNYA (79) SETAN HARUS JADI PECUNDANG: DIRI PEMENANG (68) SEBUAH PENGALAMAN PRIBADI MENGAJAR KETAUHIDAN DI LAPAS CIPINANG (65) INILAH ALQURAN YANG SESUNGGUHNYA (60) ROUTE TO 1.6.799 JALAN MENUJU MAKRIFATULLAH (59) MUTIARA-MUTIARA KEHIDUPAN: JALAN MENUJU KERIDHAAN ALLAH SWT (54) PUASA SEBAGAI KEBUTUHAN ORANG BERIMAN (50) ENERGI UNTUK MEMOTIVASI DIRI & MENJAGA KEFITRAHAN JIWA (44) RUMUS KEHIDUPAN: TAHU DIRI TAHU ATURAN MAIN DAN TAHU TUJUAN AKHIR (38) TAUHID ILMU YANG WAJIB KITA MILIKI (36) THE ART OF DYING: DATANG FITRAH KEMBALI FITRAH (33) JIWA YANG TENANG LAGI BAHAGIA (27) BUKU PANDUAN UMROH (26) SHALAT ADALAH KEBUTUHAN DIRI (25) HAJI DAN UMROH : JADIKAN DIRI TAMU YANG SUDAH DINANTIKAN KEDATANGANNYA OLEH TUAN RUMAH (24) IKHSAN: INILAH CERMINAN DIRI KITA (24) RUKUN IMAN ADALAH PONDASI DASAR DIINUL ISLAM (23) ZAKAT ADALAH HAK ALLAH SWT YANG HARUS DITUNAIKAN (20) KUMPULAN NASEHAT UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK (19) MUTIARA HIKMAH DARI GENERASI TABI'IN DAN TABI'UT TABIIN (18) INSPRIRASI KESEHATAN DIRI (15) SYAHADAT SEBAGAI SEBUAH PERNYATAAN SIKAP (14) DIINUL ISLAM ADALAH AGAMA FITRAH (13) KUMPULAN DOA-DOA (10) BEBERAPA MUKJIZAT RASULULLAH SAW (5) DOSA DAN JUGA KEJAHATAN (5) DZIKIR UNTUK KEBAIKAN DIRI (4) INSPIRASI DARI PARA SAHABAT NABI (4) INILAH IBADAH YANG DISUKAI NABI MUHAMMAD SAW (3) PEMIMPIN DA KEPEMIMPINAN (3) TAHU NABI MUHAMMAD SAW (3) DIALOQ TOKOH ISLAM (2) SABAR ILMU TINGKAT TINGGI (2) SURAT TERBUKA UNTUK PEROKOK dan KORUPTOR (2) IKHLAS DAN SYUKUR (1)

Sabtu, 09 Juli 2016

IMAN KEPADA ALLAH SWT - part 1 of 3




IMAN yang ada di dalam DIRI harus MANTAP dan  UTUH seperti MANTAP dan UTUHNYA diri kita menyatakan bahwa CABAI itu PEDAS. Mantap dan Utuhnya IMAN dalam diri kita harus dapat dirasakan kembali dan dirasakan kembali dari waktu ke waktu seperti kita yang tidak kapok-kapoknya makan SAMBAL LADO walaupun rasanya PEDAS. Jika sampai kita tidak dapat MerasakanNikmatnya IMAN kepada ALLAH SWT seperti kita merasakan Nikmatnya SAMBAL LADO, maka INTROSPEKSILAH diri kita sebab di dalam diri kita telah terjadi sesuatu hal yaitu apa yang dinamakan dengan STANDARD GANDA. STANDARD GANDA yang kita lakukan adalah dengan menempatkan dan meletakkan CABAI melebihi IMAN kepada LLAH SWT dan/atau kepada CABAI kita berani menyatakan bahwa CABAI itu PEDAS selama HAYAT di kandung BADAN sedangkan kepada ALLAH SWT kita tidak bisa melakukan itu. 


ALLAH SWT selaku INISIATOR, PENCIPTA dan PEMILIK dari langit dan bumi beserta isinya Paling Tidak Suka, Sangat membenci jika  ditempatkan dan diletakkan oleh makhluk yang diciptakannya sendiri dengan mempergunakan STANDARD GANDA. ALLAH SWT adalah DZAT yang bersifat MUTLAK, TIDAK ADA DUANYA, TUNGGAL, ESA, TIDAK BERBILANG, HANYA ALLAH SWT yang MAHA, sehingga ALLAH SWT  harus diakui, harus diletakkan dan harus ditempatkan sesuai dengan kemahaan yang dimiliki-Nya. Agar diri kita jangan sampai melakukan, bertindak, berbuat sehingga ALLAH SWT diposisikan dengan mempergunakan STANDARD GANDA, mari kita lanjutkan kembali pembahasan buku ini dengan memperdalam tentang IMAN kepada ALLAH SWT sebagai pelaksanaan dari RUKUN IMAN yang ENAM dalam satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan ketentuan RUKUN ISLAM dan IKHSAN.


Sebelum membahas tentang IMAN kepada ALLAH SWT lebih lanjut, perkenankan kami untuk mengemukakan kembali beberapa PENDEKATAN yang kami  pergunakan untuk mengenal dan berkenalan dengan ALLAH SWT. Seperti telah kita ketahui bersama bahwa untuk dapat mengenal dan berkenalan dengan  ALLAH SWT secara UTUH kita dapat mempergunakan 3(tiga) buah PENDEKATAN, yaitu PENDEKATAN melalui DZAT, PENDEKATAN melalui SIFAT serta PENDEKATAN melalui ASMA atau PERBUATAN atau PEKERJAAN  ALLAH SWT yang tercermin dalam NAMA-NAMA ALLAH SWT YANG INDAH. Dengan catatan kita tidak dapat memilah-milah ketiga PENDEKATAN itu secara sendiri-sendiri atau mengkotak-kotakkan ketiga PENDEKATAN itu secara terpisah, akan tetapi keseluruhan PENDEKATAN yang kita lakukan harus dalam satu kesatuan PEMAHAMAN dan satu kesatuan PENGERTIAN. Adapun masing-masing pendekatan itu dapat kami uraikan sebagai berikut: 


1.  PENDEKATAN melalui DZAT


ALLAH SWT  adalah DZAT yang menamakan diri-Nya sendiri  ALLAH seperti yang tertuang dalam surat Thahaa (20) ayat 14 di bawah ini. ALLAH SWT ada tanpa ada yang mengadakannya. ALLAH SWT ada tanpa ada yang menyertainya. ALLAH SWT ada dengan sendirinya. Selanjutnya seperti apakah adanya DZAT  ALLAH SWT?


Sesungguhnya aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, Maka sembahlah aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat aku.
(surat Thahaa (20) ayat 14)


DZAT ALLAH SWT adalah DZAT yang tidak dapat ditelusuri,  DZATyang tidak dapat di analisa, DZAT yang tidak dapat di ukur, DZAT yang tidak dapat analogikan dengan sesuatu dan dengan mempergunakan apapun juga. DZAT yang menamakan dirinya  ALLAH adalah DZAT yang MAHA, DZAT yang tidak mungkin dapat di ukur, DZAT yang tidak mungkin dapat di analisa , DZAT yang tidak mungkin dapat di analogikan dengan sesuatu. Jika sampai  DZAT  ALLAH SWT dapat di analisa, dapat di ukur, dapat di analogikan, dapat ditelusuri, maka KEMAHAAN yang dimiliki oleh DZAT ALLAH SWT telah tercoreng dikarenakan lebih rendah dari orang yang dapat menganalisa, mengukur dan menganalogikan DZAT  ALLAH SWT. Selanjutnya untuk dapat menjadikan PENDEKATAN melalui DZAT menjadi sebuah PENGETAHUAN yang melekat dalam diri kita, berikut ini akan kami kemukakan KEMAHAAN  yang dimiliki oleh DZAT ALLAH SWT, yang terdapat dalam  Al-Qur'an dan Hadits, yaitu:

a.      DZAT ALLAH SWT Tidak Bisa Dilihat dikarenakan kemahaan dari CAHAYA yang dimiliki oleh ALLAH SWT


Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan; dan Dialah yang Maha Halus lagi Maha mengetahui.
(surat Al An'am (6) ayat 103)

b.      Gunung Hancur terpecah belah karena KEKUATAN, KEHEBATAN, dan KEMAHAAN dari DZAT ALLAH SWT


kalau Sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir.
(surat Al Hasyr (59) ayat 21)


c.   Manusia tidak akan mungkin dapat berbicara langsung dengan ALLAH SWT


dan tidak mungkin bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata dengan Dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau dibelakang tabir[1347] atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana.
(surat Asy Syuura (42) ayat 51)

[1347] Di belakang tabir artinya ialah seorang dapat mendengar kalam Ilahi akan tetapi Dia tidak dapat melihat-Nya seperti yang terjadi kepada Nabi Musa a.s.

d.   Binasa, hancur, mati, alam dengan segala isinya  karena melihat ALLAH SWT


Ibnu Abbas ra, berkata: Nabi SAW bersabda:ALLAH ta'ala berfirman: "Wahai Musa. Engkau tidak dapat melihat-Ku. Sesungguhnya tidaklah melihat-Ku suatu makhluk hidup melainkan ia mati dan suatu makhluk yang kering melainkan ia tergelincir dan makhluk yang basah melainkan ia bercerai-berai. Sesungguhnya hanyalah ahli syurga yang tidak kehilangan pandangan dan tidak rusak/hancur jasadnya dapat melihat-Ku'
(HQR Al Hakim, 272:202)


e.   Nabi Musa as, pingsan karena tidak mampu melihat kebesaran ALLAH SWT


dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa: "Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau". Tuhan berfirman: "Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, Maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku". tatkala Tuhannya Menampakkan diri kepada gunung itu[565], dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, Dia berkata: "Maha suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman".
(surat Al A'raaf (7) ayat 143)

[565] Para mufassirin ada yang mengartikan yang nampak oleh gunung itu ialah kebesaran dan kekuasaan Allah, dan ada pula yang menafsirkan bahwa yang nampak itu hanyalah cahaya Allah. Bagaimanapun juga nampaknya Tuhan itu bukanlah nampak makhluk, hanyalah nampak yang sesuai sifat-sifat Tuhan yang tidak dapat diukur dengan ukuran manusia.


ALLAH SWT selanjutnya melarang umat-Nya untuk mempelajari DZATNYA ALLAH SWT, bukan karena ALLAH SWT takut kehilangan atau takut ketahuan DZATNYA atau takut rahasia ALLAH SWT terbongkar. Akan tetapi upaya yang dilakukan oleh umat-Nya itu akan sia-sia dan akan buang-buang waktu dan energi saja. Selain daripada itu jika sampai DZAT ALLAH SWT dapat dipelajari maka kedudukan ALLAH SWT lebih rendah dibandingkan dengan orang yang mampu mempelajarinya. Ini berarti gugurlah penilaian atas KEMAHAAN yang dimiliki ALLAH SWT sebab orang yang mampu mempelajarinya telah lebih tinggi dari ALLAH SWT. Untuk itu jadikan URUSAN DZATNYA ALLAH SWT adalah sebuah ketetapan yang wajib kita terima dan kita akui dalam KEIMANAN  tanpa perlu disanggah lagi. Adanya kondisi ini harus kita jadikan PENGETAHUAN yang melekat di dalam diri kita tentang ALLAH SWT seperti melekatnya PENGETAHUAN tentang CABAI yang pedas rasanya, yang ada di dalam diri kita. 


2.   PENDEKATAN melalui SIFAT


Untuk memudahkan pemahaman tentang SIFAT, perlu kami kemukakan bahwa yang dimaksud dengan SIFAT ini, bukanlah SIFAT ALLAH SWT sebab ALLAH adalah nama dari DZAT. Akan tetapi yang dimaksudkan dalam dalam pembahasan ini adalah SIFAT dari DZAT ALLAH SWT. Selanjutnya DZAT yang menamakan dirinya sendiri  ALLAH mempunyai dua buah sifat, yaitu:


a.   SIFAT SALBIYAH adalah sifat yang hanya berlaku KHUSUS untuk DZATNYA ALLAH SWT sehingga tidak akan mungkin dimiliki oleh selain ALLAH SWT. Adapun SIFAT SALBIYAH yang dimiliki oleh DZATNYA ALLAH SWT terdiri dari 6(enam) buah sifat atau biasa disebut dengan SIFAT yang ENAM, yaitu:

1)      WUJUD artinya ada; ALLAH SWT wajib ada-Nya, ALLAH SWT pasti ada-Nya, Mustahil kalau ALLAH SWT itu tidak ada.


Allah lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy[1188]. tidak ada bagi kamu selain dari padanya seorang penolongpun dan tidak (pula) seorang pemberi syafa'at[1189]. Maka Apakah kamu tidak memperhatikan?
(surat As Sajdah (32) ayat 4)

[1188] Bersemayam di atas 'Arsy ialah satu sifat Allah yang wajib kita imani, sesuai dengan kebesaran Allah dsan kesucian-Nya.
[1189] Syafa'at: usaha perantaraan dalam memberikan sesuatu manfaat bagi orang lain atau mengelakkan sesuatu mudharat bagi orang lain. syafa'at yang tidak diterima di sisi Allah adalah syafa'at bagi orang-orang kafir.


2)      QIDAM artinya sedia ada, tidak berawal dan tidak berakhir, adanya ALLAH SWT pasti sedia ada,  tidak ada pangkal dan tidak ada ujungnya.


semua yang ada di bumi itu akan binasa. dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.
(surat Ar Rahman (55) ayat 26-27)


3)      BAQA artinya kekal abadi selamanya, ALLAH SWT yang Maha Ada itu pasti kekal abadi. Hal yang mustahil terjadi jika ALLAH SWT bisa berubah-ubah atau satu waktu bisa punah.

janganlah kamu sembah di samping (menyembah) Allah, Tuhan apapun yang lain. tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. bagi-Nyalah segala penentuan, dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan.
(surat Al Qashash (28) ayat 88)


4)      MUKHALAFAH LIL HAWADISH artinya tidak ada yang serupa (menandinginya), berbeda atau tidak sama, dengan sesuatu yang baru.


(dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan- pasangan (pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha mendengar dan melihat.
(surat Asy Syuura (42) ayat 11)


5)      QIYAMUHU BINAFSIH artinya ALLAH SWT berdiri dengan sendirinya, ALLAH SWT berdiri sendiri tidak memerlukan kawan berunding dan bermusyawarah  dan tidak pula memerlukan bantuan kepada siapapun atau apapun juga.

Hai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan Allah Dialah yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji.
(surat Fathir (35) ayat 15)

6)      WAHDANIYAH artinya esa, tunggal, tidak berbilang, ALLAH SWT tunggal tidak ada sekutu baginya, yang Maha Ada itu pasti tunggal atau esa. Kalau sampai  ALLAH SWT lebih dari satu berarti ada saingannya dan pasti akan ada konsekuensinya, hal ini tidak bisa terjadi.

Allah berfirman: "Janganlah kamu menyembah dua Tuhan; Sesungguhnya Dialah Tuhan yang Maha Esa, Maka hendaklah kepada-Ku saja kamu takut".
dan kepunyaan-Nya-lah segala apa yang ada di langit dan di bumi, dan untuk-Nya-lah ketaatan itu selama-lamanya. Maka mengapa kamu bertakwa kepada selain Allah?
dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, Maka dari Allah-lah (datangnya), dan bila kamu ditimpa oleh kemudharatan, Maka hanya kepada-Nya-lah kamu meminta pertolongan.
(surat An Nahl (16) ayat 51-52-53)


ALLAH SWT melalui SIFAT SALBIYAH yang dimiliki DZATNYA berkehendak untuk menyampaikan informasi, berita, pelajaran kepada umatnya bahwa kemampuan DZATNYA ALLAH SWT sangat hebat, sangat dasyat, sangat agung, sangat kuat, kekal abadi selamanya. Sehingga tak satupun makhluknya yang sanggup mengalahkannya. Selanjutnya  jika makhluknya telah mengetahuinya maka  diharapkan makhluknya tersebut dapat mengakui dan mengimani keberadaan SIFAT SALBIYAH yang dimiliki ALLAH SWT.


b.   SIFAT MA'ANI adalah sifat yang dimiliki oleh DZATNYA  ALLAH SWT dalam rangka ALLAH SWT melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya kepada langit dan bumi atau kepada seluruh ciptaannya seperti memelihara, mengawasi, dan mencegah hal-hal yang akan merusak ciptaan-Nya.  Adapun SIFAT MA'ANI yang dimiliki oleh  DZATNYA  ALLAH SWT yang juga tedapat di dalam diri setiap manusia, terdiri dari sifat :


1)    QUDRAT artinya Kuasa, ALLAH SWT memiliki kekuasaan yang tidak terbatas, Kekuasaan yang dimiliki ALLAH SWT adalah mutlak. Jika ALLAH SWT tidak kuasa, bagaimana mungkin ALLAH SWT bisa berbuat, mencipta, mengatur, memelihara apa-apa yang telah diciptakannya.


dan Dialah yang membiarkan dua laut yang mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi.
dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air lalu Dia jadikan manusia itu (punya) keturunan dan mushaharah[1070] dan adalah Tuhanmu Maha Kuasa.
(surat Al Furqaan (25) ayat 53-54)

[1070] Mushaharah artinya hubungan kekeluargaan yang berasal dari perkawinan, seperti menantu, ipar, mertua dan sebagainya.


2)     IRADAT artinya Kehendak, tanpa ada paksaan, Kehendak  ALLAH SWT pasti terjadi. Makhluk juga memiliki kehendak, akan tetapi tapi belum tentu semua kehendaknya dapat terjadi.


Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: "Jadilah!" Maka terjadilah ia.
(surat Yaasin (36) ayat 82)


3)     ILMU artinya Ilmu, Maha Mengetahui, Ilmu ALLAH SWT sangat luas dan tidak terbatas. Jika ALLAH SWT tidak berilmu, mungkinkah terjadi segala sesuatu ini?


Sesungguhnya Allah mengetahui yang tersembunyi di langit dan di bumi. Sesungguhnya Dia Maha mengetahui segala isi hati.
(surat Faathir (35) ayat 38)
 
4)     SAMA' artinya mendengar, Maha Mendengar, Pendengaran ALLAH SWT sangat nyata, Pendengaran ALLAH SWT tidak terpengaruh oleh ruang, jarak dan waktu sedangkan pendengaran manusia terbatas.


Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mukmin, dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.
(surat Al Anfaal (7) ayat 17)


5)     BASHAR artinya melihat, Maha Melihat, Penglihatan  ALLAH SWT adalah terang dan jelas, tidak ada satupun yang tersembunyi dari penglihatannya.


(Kedudukan) mereka itu bertingkat-tingkat di sisi Allah, dan Allah Maha melihat apa yang mereka kerjakan.
(surat Ali Imran (3) ayat 163)


6)     KALAM artinya berkata-kata, Maha Berkata-kata, pembicaraan/perkataan ALLAH SWT tidak terpengaruh oleh susunan huruf dan bunyi.Pembicaraan dan perkataan ALLAH SWT tidak berupa huruf dan bunyi, karena bila berupa huruf dan bunyi berarti ALLAH SWT dipengaruhi oleh susunan huruf dan nada. Mustahil ALLAH SWT akan bisa terpengaruh oleh apapun juga.


dan (kami telah mengutus) Rasul-rasul yang sungguh telah Kami kisahkan tentang mereka kepadamu dahulu, dan Rasul-rasul yang tidak Kami kisahkan tentang mereka kepadamu. dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung[381].
(surat An Nisaa' (4) ayat 164)

[381] Allah berbicara langsung dengan Nabi Musa a.s. merupakan keistimewaan Nabi Musa a.s., dan karena Nabi Musa a.s. disebut: Kalimullah sedang Rasul-rasul yang lain mendapat wahyu dari Allah dengan perantaraan Jibril. dalam pada itu Nabi Muhammad s.a.w. pernah berbicara secara langsung dengan Allah pada malam hari di waktu mi'raj.


7)     HAYAT artinya hidup, Maha Hidup, kehidupan  ALLAH SWT adalah abadi, yaitu hidup yang tidak pernah dan tidak akan mati. Jika ALLAH SWT bisa mati/binasa berarti ALLAH SWT sama dengan makhluk yang diciptakannya, hal ini mustahil adanya. 


Allah-lah yang menjadikan bumi bagi kamu tempat menetap dan langit sebagai atap, dan membentuk kamu lalu membaguskan rupamu serta memberi kamu rezki dengan sebahagian yang baik-baik. yang demikian itu adalah Allah Tuhanmu, Maha Agung Allah, Tuhan semesta alam.
Dialah yang hidup kekal, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan dia; Maka sembahlah Dia dengan memurnikan ibadat kepada-Nya. segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.
(surat Al Mu'min (40) ayat 64-65)


ALLAH SWT melalui SIFAT MA'ANI yang dimiliki-Nya berkehendak untuk menunjukkan kepada makhluknya bahwa ALLAH SWT selain PENCIPTA, ALLAH SWT juga pemelihara, pengawas, pengayom, pencegah, kerusakan atas segala yang diciptakannya. Untuk itu ALLAH SWT memberikan kepada manusia yang dijadikannya KHALIFAH , suatu celupan atau bagian dari Sifat Ma'ani yang dimilikinya sehingga manusiapun turut memiliki dan/atau turut mempunyai sebahagian dari Sifat Ma'ani DZATNYA  ALLAH SWT. SIFAT MA'ANI yang dimiliki manusia biasanya disebut juga dengan sifat-sifat ilahiah. Hal yang harus kita perhatikan adalah bahwa sifat-sifat ilahiah yang merupakan celupan dari SIFAT MA'ANI DZATNYA ALLAH SWT akan dimintakan pertanggung-jawabannya oleh ALLAH SWT. Sehingga sifat-sifat  ilahiah yang dimiliki manusia bukanlah sesuatu yang gratis bisa seenak-enaknya dipergunakan tanpa pertanggung jawaban.




3.   PENDEKATAN melalui ASMA atau NAMA-NAMA  ALLAH SWT  YANG INDAH


ASMAUL HUSNA adalah NAMA-NAMA ALLAH SWT  yang berhubungan erat dengan perbuatan-perbuatan atau tindakan-tindakan yang dilakukan oleh ALLAH SWT untuk menunjukkan kebesarannya, untuk menunjukkan kehebatan yang dimilikinya,untuk memperlihatkan jati dirinya, untuk menunjukkan kekuasaannya, yang dimiliki-Nya kepada seluruh makhluknya tanpa terkecuali. Secara keseluruhan ASMA ALLAH SWT yang tertuang dalam ASMAUL HUSNA ada 99 (Sembilan puluh Sembilan) perbuatan, yang kesemuanya diperuntukkan untuk KHALIFAHNYA yang ada di muka bumi.

Untuk memudahkan pemahaman tentang ASMA ALLAH SWT akan kami ilustrasikan sebagai berikut: ALLAH SWT adalah NAMA suatu DZAT, akan tetapi ALLAH SWT akan bernama  AN NUUR pada saat  ALLAH SWT menjadi YANG MAHA BERCAHAYA atau ALLAH SWT akan bernama AL BARR pada saat ALLAH SWT menjadi YANG MAHA DERMAWAN atau ALLAH SWT akan bernama  AL BAQQI pada saat ALLAH SWT menjadi YANG MAHA KEKAL, demikian seterusnya. Selanjutnya apakah ALLAH SWT berubah?


Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Dia-lah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, yang Maha Suci, yang Maha Sejahtera, yang Mengaruniakan Keamanan, yang Maha Memelihara, yang Maha perkasa, yang Maha Kuasa, yang memiliki segala Keagungan, Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.
Dialah Allah yang Menciptakan, yang Mengadakan, yang membentuk Rupa, yang mempunyai asmaaul Husna. bertasbih kepadanya apa yang di langit dan bumi. dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
(surat Al Hasyr (59) ayat 22-23-24)


ALLAH SWT tidak sedikitpun berubah, hanya namanya saja yang berubah sesuai dengan AKTIVITAS dan PERBUATAN ALLAH SWT atau yang dikenal dengan ASMAUL HUSNA. Melalui  ASMAUL HUSNA yang dimiliki-Nya, ALLAH SWT berkehendak untuk mempertontonkan, berkehendak untuk memperlihatkan dan juga berkehendak untuk menunjukkan kehebatan, kekusaaan, kemampuan yang dimiliki-Nya kepada seluruh ciptaannya tanpa terkecuali.

     
1.      HUBUNGAN antara DZAT, SIFAT dan ASMA

Selanjutnya, setelah adanya ke tiga PENDEKATAN ini, apa yang harus kita lakukan? Jika kita berbicara, menyebut, mengemukakan, menyatakan, serta mengimani ALLAH SWT, maka kita HARUS dan WAJIB menyatakannya dalam satu kesatuan yang tidak terpisahkan antara DZATNYA ALLAH SWT, SIFAT DZATNYA ALLAH SWT serta ASMA ALLAH SWT. Hubungan DZAT, SIFAT dan ASMA yang dimiliki  ALLAH SWT adalah satu kesatuan PEMAHAMAN, satu kesatuan PEMIKIRAN, satu kesatuan PERNYATAAN , satu kesatuan yang harus kita IMANI secara utuh. Ini berarti DZAT, SIFAT dan ASMA         ALLAH SWT tidak boleh dipisah-pisahkan, tidak boleh dikotak-kotakkan. Misalnya Dzat berdiri sendiri, SIFAT berdiri sendiri, ASMA berdiri sendiri. Contohnya adalah jika ALLAH SWT mempunyai nama AR RAKHMAN maka kita wajib dan harus menyatakan bahwa  ALLAH SWT adalah DZAT yang mempunyai ASMA yang MAHA PENGASIH dimana MAHA PENGASIH ALLAH SWT tersebut bersifat BAQA, bersifat MUKHALAFAH LIL HAWADISH, bersifat QIYAMUHU BINAFSIH, bersifat WAHDANIAH dan seterusnya saling berhubungan dengan SIFAT dan AF'AL lainnya. Pembaca inilah salah satu hal yang terpenting yang harus kita IMANI dari ALLAH SWT ditinjau dari sudut keberadaan ALLAH SWT.


Selain daripada itu,  ada dua buah PENGETAHUAN  yang harus kita jadikan KEIMANAN menyangkut SIFAT dan ASMA ALLAH SWT, yaitu  WAJIBKAH DZATNYA ALLAH SWT mempunyai SIFAT dan ASMA?  ALLAH SWT tidak wajib mempunyai SIFAT dan ASMA jika  hanya ada ALLAH SWT saja dijagat semesta ini. Akan tetapi setelah ALLAH SWT  menciptakan langit dan bumi beserta isinya maka ALLAH SWT wajib memiliki SIFAT dan ASMA. Sekarang jika ALLAH SWT tidak memiliki SIFAT dan ASMA, bagaimana ALLAH SWT dapat melakukan kegiatannya untuk menunjukkan keberadaan ALLAH SWT itu sendiri, melalui kegiatan mengawasi, melindungi, memelihari seluruh alam beserta isinya? Melalui SIFAT dan AF'AL yang dimiliki oleh DZATNYA  ALLAH SWT maka KEMAHAAN  ALLAH SWT akan dapat nampak secara NYATA dan UTUH. Selanjutnya untuk siapakah SIFAT dan ASMA yang dimiliki oleh DZATNYA  ALLAH SWT itu, apakah untuk ALLAH SWT ataukah untuk seluruh makhluk yang diciptakannya? ALLAH SWT setelah menjadi MAHA PENCIPTA  maka ALLAH SWT telah mewajibkan bagi dirinya memiliki SIFAT dan ASMA. Akan tetapi kepemilikan SIFAT dan ASMA tersebut  bukan untuk kepentingan ALLAH SWT sebab ALLAH SWT memang tidak membutuhkan itu semua. Ini berarti SIFAT dan ASMA yang dimiliki DZATNYA          ALLAH SWT ditujukan dan diperuntukkan hanya untuk makhluk yang dicipatakan ALLAH SWT termasuk untuk diri kita. Sudahkah kita semua menyadari ini semua sewaktu menyatakan telah BERIMAN kepada ALLAH SWT? Untuk jadikan hal ini sebagai salah satu PENGETAHUAN kita tentang ALLAH SWT.

Nabi SAW mendengar seorang laki-laki berkata dalam doanya: Ya ALLAH sesungguhnya hamba memohon kepada-Mu, dengan sesungguhnya aku naik saksi bahwa Engkau adalah ALLAH yang tidak ada Tuhan yang patut disembah kecuali Engkau, Yang Maha Esa. Tempat bergantung, yang tidak beranak dan tidak diperanakkan dan tidak pula yang dapat menyamai-Nya. Buraidah berkata selanjutnya, lalu Rasulullah bersabda: Demi Dzat yang jiwaku berada di dalam genggaman-Nya, sesungguhnya orang itu telah meminta kepada ALLAH dengan nama-Nya yang agung, yang apabila dipanjatkan doa dengan nama itu, ALLAH kabulkan dan apabila dimintai dengan ismul 'azhom (nama yang agung atau nama yang satu) itu diberinya.
(HR Imam Abu Daud, dari Buraidah)


Selanjutnya akan kami kemukakan lagi beberapa  hal  yang sangat penting tentang ALLAH SWT yang wajib  kita jadikan PENGETAHUAN yang melekat dalam diri sewaktu menjalankan tugas sebagai KHALIFAH di muka bumi, yaitu:

1.      ALLAH SWT hanya SATU sebab tidak ada tuhan-tuhan lain selain ALLAH SWT di alam semesta ini.
2.      Jauh dekatnya ALLAH SWT dengan diri kita sangat  tergantung sejauh mana kita menyambungkan diri atau  menghubungkan diri kita kepada ALLAH SWT. Hal ini disebabkan YANG JAUH dari ALLAH SWT hanyalah DZAT beserta SIFAT SALBIYAH yang dimiliki ALLAH SWT karena berada dan berkedudukan tetap di ARSY sedangkan SIFAT MA'ANI dan ASMA  ALLAH SWT itu sangat DEKAT sehingga tidak terpisahkan dengan diri kita.
3.      Kita diperbolehkan oleh ALLAH SWT untuk berdoa dengan mempergunakan nama-Nya yang indah (Asmaul Husna) akan tetapi tidak dengan ukuran-ukuran tertentu atau dengan jumlah tertentu sebab hal ini tidak sesuai dengan kebesaran dan kemahaan ALLAH SWT. Jika sampai kemahaan dan kebesaran dapat dihitung maka kebesaran dan kemahaan ALLAH SWT menjadi batal sebab ada yang mampu menghitungnya.  


Selanjutnya  ada beberapa hal  yang harus kita perhatikan sewaktu menyebut atau sewaktu memanggil atau sewaktu menyeru atau sewaktu berdoa kepada  ALLAH SWT dengan mempergunakan Asmaul Husna, yaitu:


1.      KEESAAN ALLAH SWT, KEMAHAAN ALLAH SWT, KEBESARAN ALLAH SWT yang termaktub di dalam ASMAUL HUSNA tidak ada hubungannya baik langsung maupun tidak langsung dengan JUMLAH atau BILANGAN TERTENTU yang kita baca.
2.      KEESAAN, KEMAHAAN, KEBESARAN ALLAH SWT yang termaktub di dalam ASMAUL HUSNA  harus ditempatkan, harus diletakkan, harus didudukkan sesuai dengan KEESAAN ALLAH SWT,  KEMAHAAN ALLAH SWT dan KEBESARAN ALLAH SWT itu sendiri.
3.      Tidak ada guna dan manfaatnya jika ALLAH SWT yang kita seru, ALLAH SWT yang kita panggil dan ALLAH SWT yang kita sebut dengan mempergunakan nama-Nya yang indah (Asmaul Husna) jika yang dipanggil, yang diseru, yang disebut HANYA diam saja, tidak mau menengok, tidak mau mendengar atau bahkan  ALLAH SWT menganggap angin lalu saja seluruh seruan dan seluruh panggilan yang kita lakukan.
4.      Agar seruan, panggilan, yang kita lakukan kepada ALLAH SWT melalui ASMAUL HUSNA di dengar dan di jawab kita harus terlebih dahulu menyamakan gelombang, menyamakan saluran, menyamakan persepsi, menyamakan kriteria antara penyeru atau pemanggil dengan yang diseru atau yang dipanggil. Tanpa adanya pemenuhan SYARAT dan KETENTUAN yang kita penuhi terlebih dahulu maka usaha kita untuk memanggil, menyeru, menyebut tidak akan pernah berhasil.  


Setelah mengetahui hal-hal tersebut di atas, mari kita kembangkan lagi IMAN kepada ALLAH SWT dengan lebih terperinci lagi.   

1. APA YANG HARUS DI IMANI DARI ALLAH SWT

Anda mungkin heran dengan pokok bahasan ini,  dan mungkin bertanya apa maksud dari pembahasan ini. Apakah tidak cukup IMAN kepada ALLAH SWT yang telah kita lakukan, sehingga kita harus mempertanyakan kembali apa yang harus di imani dari ALLAH SWT? Hal ini sangat penting dikemukakan dan dibahas sebab untuk dapat mempercayai dan merasakan nikmat dari bertuhankan kepada  ALLAH SWT harus di mulai dari MENGENAL ALLAH SWT secara UTUH. Selain daripada itu IMAN merupakan hasil dari suatu  PROSES jangka panjang yang harus dilakukan secara  terus menerus selama HAYAT di kandung BADAN. IMAN tidak bisa dilakukan secara  INSIDENTAL atau sewaktu-waktu saja. IMAN tidak boleh dilakukan pada saat kita membutuhkan pertolongan dan bantuan  ALLAH SWT saja atau pada saat kita sedang SUSAH saja. IMAN harus KONSISTEN  dilakukan dari waktu ke waktu, sehingga IMAN tidak mengenal situasi apakah di saat senang ataupun di saat susah. Agar kita dapat menempatkan dan meletakkan IMAN sesuai dengan ketentuan yang dikehendaki  ALLAH SWT, maka kita harus mempunyai PENGETAHUAN tentang ALLAH SWT terlebih dahulu secara utuh sehingga dengan PENGETAHUAN itu pula kita dapat meletakkan dan menempatkan ALLAH SWT sesuai dengan kemahaan dan kebesaran yang dimilikinya sehingga kita memperoleh kenikmatan bertuhankan kepada ALLAH SWT secara terus menerus.

Selanjutnya jika kita kembali kepada  pokok pembahasan pada sub bab ini, yaitu APA YANG HARUS KITA IMANI DARI ALLAH SWT, maka hal yang paling pertama dan paling utama yang harus kita IMANI dari ALLAH SWT adalah KEBERADAAN ALLAH SWT itu sendiri. Kita harus dan wajib menyatakan dalam diri kita yang ditunjang dengan PENGETAHUAN kita tentang  ALLAH SWT  bahwa ALLAH SWT itu ADA atau ALLAH SWT itu WUJUD. Timbul pertanyaan, apakah hanya cukup dengan mempercayai bahwa ALLAH SWT itu ADA maka kita sudah cukup memiliki PENGETAHUAN tentang  ALLAH SWT? Memberikan pernyataan bahwa ALLAH SWT itu ADA tidak lah cukup memberikan PENGETAHUAN tentang ALLAH SWT kepada diri kita. Inilah yang mendasari kami mengemukakan kembali  apa-apa saja yang harus di imani dari ALLAH SWT.


A. IMANI ALLAH SWT saja sebagai MAHA PENCIPTA dan juga MAHA PEMILIK

Untuk menciptakan sesuatu pasti harus ada KEHENDAK (dalam hal ini IRADAT) yang di iringi dengan KEMAMPUAN (dalam hal ini QUDRAT) sebab jika tanpa ada ke duanya secara seimbang dan juga berbarengan maka akan sulit menciptakan sesuatu dan/atau  KEHENDAK jika tanpa ada KEMAMPUAN artinya ANGAN-ANGAN BELAKA. Sesuatu yang diciptakan pasti ia ada setelah diciptakan oleh penciptanya. Ini berarti bahwa PENCIPTA wajib hukumnya ADA TERLEBIH DAHULU dibandingkan dengan CIPTAANNYA. Jika sekarang ALLAH SWT adalah PENCIPTA maka ALLAH SWT pasti memiliki KEHENDAK dan KEMAMPUAN yang sama-sama HEBAT. ALLAH SWT juga pasti telah ADA sebelum apa-apa yang diciptakan-Nya ada. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan ALLAH SWT dalam surat Thaha (20) ayat 14 di bawah ini yang menyatakan bahwa ALLAH SWT adalah DZAT yang menamakan dirinya ALLAH, dimana keberadaan ALLAH SWT ada dengan sendirinya tanpa ada yang menyertainya.

Sesungguhnya aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, Maka sembahlah aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat aku.
(surat Thahaa (20) ayat 14)

tidakkah kamu perhatikan, bahwa Sesungguhnya Allah telah menciptakan langit dan bumi dengan hak[784]? jika Dia menghendaki, niscaya Dia membinasakan kamu dan mengganti(mu) dengan makhluk yang baru,
(surat Ibrahim (14) ayat 19)

[784] Maksudnya: Allah menjadikan semua yang disebutkan itu bukanlah dengan percuma, melainkan dengan penuh hikmah.

Selanjutnya ALLAH SWT  melalui surat Ibrahim (14) ayat 19 di atas ini, menyatakan bahwa ALLAH SWT  lah yang menciptakan langit dan juga bumi dengan HAK atau dengan HIKMAH atau untuk suatu tujuan tertentu yang benar. Ini berarti  bahwa :

1.      ALLAH SWT sudah ADA sebelum langit dan bumi diciptakan.
2.      ALLAH SWT pasti memiliki KEHENDAK dan KEMAMPUAN yang sama-sama MAHA.
3.      ALLAH SWT menciptakan langit dan bumi dilandasi maksud dan tujuan yang baik dan/atau ALLAH SWT menciptakan bukan dalam rangka menyusahkan makhluk-Nya.


Timbul pertanyaan, dimanakah letak dari KEHENDAK dan KEMAMPUAN ALLAH SWT yang sama-sama MAHA sebelum langit dan bumi diciptakan?  KEHENDAK dan KEMAMPUAN yang sama-sama MAHA berada atau pada  atau melekat pada DZATNYA      ALLAH SWT. Adanya kondisi seperti ini, dapat dikatakan bahwa  ALLAH SWT juga INISIATOR yang sekaligus PENCIPTA dari langit dan bumi. Selanjutnya apakah langit dan bumi yang ada saat ini, diciptakan oleh ALLAH SWT hanya sekedar CIPTAAN  ALLAH SWT belaka, atau  adakah hal-hal lainnya selain itu? ALLAH SWT di dalam setiap menciptakan sesuatu termasuk langit dan bumi, tidak hanya sebatas menciptakan saja akan tetapi masih ada 2(dua) dimensi lainnya di balik penciptaan langit dan bumi, yaitu:

1.      ALLAH SWT berkehendak untuk menunjukkan dan memperlihatkan kepada seluruh makhluknya tentang  TANDA-TANDA KEBESARAN yang dimiliki-Nya melalui langit dan bumi.
2.      ALLAH SWT juga berkehendak untuk menunjukkan KEBESARAN dari DZAT ALLAH SWT melalui langit dan bumi. 

Jika saat ini kita sedang melaksanakan tugas sebagai KHALIFAH di muka bumi, sudah sejauh mana kita melihat dan menilai atas apa-apa yang ada di muka bumi ini : 

1.      Jika kita hanya dapat melihat dan menilai bahwa apa-apa yang ada di muka bumi ini sebatas CIPTAAN  ALLAH SWT semata, berarti diri kita masuk dalam kriteria tahap pertama yaitu masuk tahap baru MENGENAL ALLAH SWT.
2.      Jika kita sudah dapat melihat bahwa di balik CIPTAAN ada TANDA-TANDA KEBESARAN ALLAH SWT, berarti diri kita telah meningkat ke tahap ke dua atau memasuk tahap MENGERTI tentang ALLAH SWT.
3.      Jika kita dapat melihat KEBESARAN ALLAH SWT di balik CIPTAAN ALLAH SWT, berarti diri kita telah meningkat ke tahap ke tiga atau memasuki tahap IMAN kepada ALLAH SWT.  


Pertanyaan berikutnya adalah, sudah sampai tahap yang manakah diri kita di dalam menyikapi CIPTAAN  ALLAH SWT? Kami yakin pembaca buku ini sudah mencapai tahap IMAN kepada ALLAH SWT.  


Sekarang jika kita adalah pemilik ide untuk menciptakan sesuatu, kemudian kita sendiri pula yang menciptakan sesuatu itu yang kita idekan, timbul pertanyaan siapakah pemilik dari sesuatu itu yang kita ciptakan? Dalam kehidupan sehari-hari, selama seseorang adalah pemilik ide, pelaksana ide untuk menciptakan sesuatu, maka ialah pemilik dari sesuatu itu secara keseluruhan. Sekarang bagaimana dengan  ALLAH SWT? Hal yang sama berlaku juga untuk ALLAH SWT, ALLAH SWT  selaku INISIATOR yang sekaligus juga PENCIPTA dari langit dan bumi maka dapat dikatakan bahwa  ALLAH SWT adalah juga PEMILIK dari langit dan bumi. Dan jika sekarang ALLAH SWT menyatakan dalam surat Al Hajj (22) ayat 64 di bawah ini, maka pernyataan ALLAH SWT ini sudah sesuai dengan ketentuan umum yang berlaku.  
  
kepunyaan Allah-lah segala yang ada di langit dan segala yang ada di bumi. dan Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya lagi Maha Terpuji.
(surat Al Hajj (22) ayat 64)


Setelah langit dan bumi diciptakan oleh ALLAH SWT, ada apakah saja di antara langit dan bumi? Ternyata di antara langit dan bumi terdapat manusia, tumbuhan, hewan, binatang, air, udara, besi, minyak, timbul pertanyaan, siapakah yang menciptakan itu semua, atau apakah semuanya itu ada dengan sendirinya? Menurut akal sehat, tidak mungkin ada sesuatu dengan sendirinya tanpa ada yang mengadakan. Jika demikian siapakah menciptakan segala sesuatu yang ada di antara langit dan bumi, ALLAH SWT kah ataukah ada MAKHLUK selain ALLAH SWT yang menciptakan? Sampai dengan saat ini hanya  ALLAH SWT sajalah yang mampu menciptakan segala apa-apa yang ada di antara langit dan bumi. Selanjutnya jika pernyataan ini kita hubungkan dengan pernyataan bahwa ALLAH SWT adalah INISIATOR yang sekaligus PENCIPTA maka dapat dikatakan bahwa ALLAH SWT adalah juga PEMILIK dari langit dan bumi beserta yang ada di antara keduanya. Adanya kondisi ini berarti ALLAH SWT adalah juga INISIATOR, PENCIPTA dan sekaligus PEMILIK dari MANUSIA dalam kerangka dijadikan KHALIFAH di muka bumi, termasuk di dalamnya DIRI KITA SENDIRI. Selanjutnya jika  ALLAH SWT adalah INISIATOR yang sekaligus PENCIPTA dan PEMILIK dari langit dan bumi beserta segala apa yang ada di antara ke duanya maka :

1.      ALLAH SWT adalah DZAT yang MAHA TAHU dan MAHA AHLI atas segala apa-apa yang diciptakan-NYA dan atas  apa-apa yang dimiliki-Nya.
2.      ALLAH SWT adalah DZAT yang memiliki KEMAHAAN, KEKUASAAN, KEKUATAN, KEMAMPUAN yang lebih besar dari apa apa yang diciptakan-Nya.
3.      ALLAH SWT selaku  INISIATOR dan juga sekaligus PENCIPTA dan PEMILIK pasti mempunyai hubungan personal yang sangat mendalam dan/atau yang tidak terpisahkan  dengan ciptaan-Nya yang dimiliki-Nya sehingga ALLAH SWT pasti akan merawat, menjaga, memelihara, mengayomi, atas apa-apa yang diciptakan-Nya.
4.      ALLAH SWT selaku INISIATOR yang juga PENCIPTA dan PEMILIK dapat dipastikan sudah memikirkan dan mempersiapkan segala kebutuhan untuk kepentingan seluruh apa-apa yang diciptakan-Nya dan yang dimiliki-Nya.
5.      ALLAH SWT selaku INISIATOR yang juga PENCIPTA dan PEMILIK akan sangat senang jika apa-apa yang diciptakan dan yang dimiliki-Nya di jaga, dipelihara, di rawat, sesuai dengan KEHENDAKNYA. 

Selanjutnya, jika hal yang kami sebutkan di atas ini adalah merupakan KONDISI DASAR dari ALLAH SWT kepada seluruh ciptaan-Nya tanpa terkecuali termasuk kepada diri kita. Sekarang jika ALLAH SWT melakukan, membuat, menetapkan, serta memberlakukan, hal-hal yang akan kami kemukakan di bawah ini, seperti :


1.      ALLAH SWT menetapkan dan memberlakukan adanya KETENTUAN-KETENTUAN atau adanya UNDANG-UNDANG mengenai QADHA, QADAR dan TAQDIR harus berlaku di alam semesta ini dan/atau
2.      ALLAH SWT membuat GARIS-GARIS BESAR HALUAN ILAHIAH dengan menetapkan DIINUL ISLAM menjadi AGAMA yang HAQ sehingga harus dipatuhi atau di taati oleh seluruh khalifah-Nya yang ada di muka bumi dan/atau
3.      ALLAH SWT menunjukkan eksistensi-Nya kepada seluruh ciptaan-Nya dengan menetapkan LARANGAN, PERINTAH, JANJI, ANCAMAN, kepada seluruh ciptaannya dan/atau
4.      ALLAH SWT membuat, menetapkan dan menjalankan sebuah MANAGEMENT SYSTEM yang sangat terintegrasi di LAUH MAHFUZH di dalam mengelola, menjaga, mengawasi, merawat seluruh ciptaannya dan/atau 
5.      ALLAH SWT mempunyai KEKUASAAN MUTLAK atas seluruh ciptaan-Nya yang ada di langit dan di bumi.

Selanjutnya berdasarkan apa-apa yang kami kemukakan dalam point 1 sampai dengan point 5 di atas ini, timbul pertanyaan sebagai berikut:

1.      Patut dan pantaskah ALLAH SWT menerapkan itu semua di langit dan di bumi, atau
2.      pantas dan patutkah ALLAH SWT memberlakukan itu semua di langit dan di bumi, atau wajarkah ALLAH SWT melakukan hal-hal yang kami kemukakan di atas ini, atau
3.      apakah memang harus itu yang dilakukan oleh  ALLAH SWT selaku INISIATOR, PENCIPTA dan PEMILIK  dari langit dan bumi beserta isinya?


ALLAH SWT selaku INISIATOR, PENCIPTA dan PEMILIK tentu WAJIB dan HARUS melakukan, memiliki, membuat, menetapkan, mempunyai, memperlihatkan, menunjukkan apapun juga dalam rangka menunjukkan bahwa  ALLAH SWT adalah segala-galanya, sehingga apa-apa yang kami sebutkan dalam point a sampai dengan point e di atas MUTLAK MILIK ALLAH SWT semata.


Selanjutnya sampai kapankah KEMUTLAKAN yang DIMILIKI oleh ALLAH SWT kepada seluruh ciptaan-Nya itu atau sampai kapankah masa berlakunya hubungan ALLAH SWT dengan seluruh ciptaan-Nya yang ada di langit dan di bumi? Di dalam kehidupan sehari-hari, biasanya kita akan melindungi, merawat, memelihara, menjaga apa-apa yang kita miliki dengan sekuat tenaga sampai hayat di kandung badan. Ini berarti kemampuan untuk melindungi dan menjaga hak kepemilikan dari seorang manusia mempunyai batas tertentu yaitu hanya sampai dengan HAYAT DI KANDUNG BADAN.


Sekarang bagaimana dengan ALLAH SWT yang akan KEKAL SELAMANYA dan yang tidak akan mungkin musnah oleh sebab apapun juga? Jika ini adalah kondisi  ALLAH SWT maka KEMUTLAKAN yang DIMILIKI oleh  ALLAH SWT kepada seluruh ciptaan-Nya itu akan tetap KEKAL SELAMANYA sesuai dengan kondisi ALLAH SWT atau berlaku hubungan ALLAH SWT dengan seluruh ciptaan-Nya yang ada di langit dan di bumi sesuai dengan KEKEKALAN yang dimiliki-Nya. Yang sering menjadi persoalan saat ini adalah TAHUKAH, YAKINKAH, kita semua dengan KEMUTLAKAN yang dimiliki oleh ALLAH SWT tersebut? Mudah-mudahan pembaca buku ini termasuk orang yang telah mengetahui dan memahami akan adanya KEMUTLAKAN ALLAH SWT. Sekarang bagaimana dengan DIRI KITA sendiri, yang juga diciptakan ALLAH SWT, apakah yang harus kita perbuat dengan KEMUTLAKAN yang dimiliki  ALLAH SWT dan/atau apa yang harus kita laksanakan sebagai KHALIFAH di muka bumi dengan kondisi ALLAH SWT yang telah kami sebutkan di atas? Jika kita mengacu atau berkaca dengan KONDISI DASAR ALLAH SWT kepada apa-apa yang diciptakan dan yang dimiliki-Nya, maka dapat dikatakan bahwa :

1.      Ciptaan itu adalah sesuatu yang hanya ada jika ia diciptakan dan jika ia tidak pernah diciptakan maka ia tidak akan pernah ada selamanya.
2.      Ciptaan itu adalah sesuatu yang tidak memiliki dan tidak mempunyai apapun juga dibandingkan dengan PENCIPTA, dan jika ciptaan itu memiliki dan mempunyai sesuatu itu (dalam hal ini RUH, AMANAH7, HUBBUL, HATI RUHANI, PERASAAN) karena diberikan oleh ALLAH SWT selaku PENCIPTA.   
3.      Ciptaan itu adalah sesuatu yang tidak mempunyai kekuasaan apapun juga dibandingkan dengan PENCIPTA dan jika ciptaan memiliki kekuasaan itu karena diberikan oleh ALLAH SWT selaku PENCIPTA.
4.      Ciptaan itu adalah sesuatu yang tidak akan sanggup melawan dan/atau tidak memiliki kemampuan untuk dapat mengalahkan PENCIPTA dalam hal ini adalah ALLAH SWT.
5.      Ciptaan itu adalah sesuatu yang keberadaannya hanya dijadikan sebagai obyek atau hanya sebagai mainan bagi PENCIPTANYA dalam hal ini adalah mainan atau permaian ALLAH SWT. Dan jika ciptaan ini adalah MAINAN bagi PENCIPTANYA maka MAINAN tidak akan mungkin membuat sendiri aturan permainan untuk dirinya sendiri atau mainan tidak akan mungkin pula menjadi WASIT di dalam permainan yang dilakoninya sendiri.
6.      Ciptaan itu adalah sesuatu atau obyek yang tidak bisa berbuat sekehendak hatinya saja apalagi berbuat di tempat yang tidak dimilikinya sendiri sebab ia dan tempat itu juga sama-sama diciptakan oleh ALLAH SWT.


Jika apa-apa yang kami kemukakan di atas ini adalah Kondisi Dasar dari suatu hubungan antara Ciptaan dengan Penciptanya, dalam hal ini hubungan MANUSIA dengan ALLAH SWT. Dan apabila Kondisi Dasar Ciptaan ini kita bandingkan dengan Kondisi Dasar ALLAH SWT yang telah kami kemukakan juga di atas, selanjutnya apa yang harus diperbuat oleh Manusia kepada ALLAH SWT? IMANI ALLAH SWT dengan sebenar-benarnya KEIMANAN bahwa HANYA ALLAH SWTlah DZAT yang Maha Pencipta dan Maha Pemilik. Dengan adanya Pernyataan Sikap Keimanan yang kita lakukan kepada ALLAH SWT maka akan terciptalah hubungan yang langgeng dan serasi antara ciptaan dengan penciptanya.

B.  IMANI bahwa SUJUD SELURUH ISI ALAM kepada ALLAH SWT

ALLAH SWT selain menciptakan langit dan bumi serta manusia yang akan dijadikannya KHALIFAH di muka bumi, juga menciptakan tumbuhan, binatang, udara, air, angin, sungai, matahari, bulan, bintang, besi, gunung, danau dan lain sebagainya. Selanjutnya tahukah pembaca apa yang tumbuhan, binatang, udara, air, angin, sungai, matahari, bulan, bintang, besi, gunung, danau perbuat dan yang selalu mereka lakukan kepada ALLAH SWT selaku Inisiator yang sekaligus Pencipta dan Pemilik dari itu semua? Jawaban dari pertanyaan dari pertanyaan ini ada pada Surat Al Hadiid (57) ayat 1 dan surat Al Hajj (22) ayat 18 yang kami kemukakan di bawah ini.

semua yang berada di langit dan yang berada di bumi bertasbih kepada Allah (menyatakan kebesaran Allah). Dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
(surat Al Hadiid (57) ayat 1)


Apakah kamu tiada mengetahui, bahwa kepada Allah bersujud apa yang ada di langit, di bumi, matahari, bulan, bintang, gunung, pohon-pohonan, binatang-binatang yang melata dan sebagian besar daripada manusia? Dan banyak di antara manusia yang telah ditetapkan azab atasnya. Dan Barangsiapa yang dihinakan Allah Maka tidak seorangpun yang memuliakannya. Sesungguhnya Allah berbuat apa yang Dia kehendaki.
(surat Al Hajj (22) ayat 18)


Berdasarkan surat  Al Hadiid (57) ayat 1 dan surat Al Hajj (22) ayat 18 yang kami kemukakan di atas ini, bahwa seluruh apa-apa yang ada di langit dan seluruh apa-apa yang ada di muka bumi, yang terdiri dari matahari, bulan, bintang, gunung, binatang, tumbuhan, tanpa terkecuali melakukan SUJUD kepada ALLAH SWT dan BERTASBIH kepada ALLAH SWT, dengan menyatakan dan mengakui akan kebesaran ALLAH SWT; menyatakan dan mengakui akan kekuasan ALLAH SWT, menyatakan dan mengakui kemahaan ALLAH SWT. Selanjutnya bagaimana dengan Manusia atau dengan Diri Kita yang saat ini sama-sama berada di antara langit dan bumi seperti halnya matahari, bulan, bintang, gunung, binatang, dan tumbuhan? Manusia atau Diri Kita sebagai Makhluk yang diciptakan oleh ALLAH SWT sama seperti halnya matahari, bulan, bintang, gunung, binatang, tumbuhan, apakah Diri Kita juga telah  melaksanakan seperti  yang dilaksanakan oleh matahari, bulan, bintang, gunung, binatang, tumbuhan kepada ALLAH SWT? Selanjutnya jika Diri Kita tidak mau melaksanakan seperti yang dilaksanakan oleh matahari, bulan, bintang, gunung, binatang, tumbuhan kepada  ALLAH SWT, lalu apa bedanya Diri Kita yang telah dijadikan KHALIFAH di muka bumi dibandingkan dengan matahari, bulan, bintang, gunung, binatang, tumbuhan sedangkan KHALIFAH itu sendiri dapat di artikan sebagai MAKHLUK yang TERHORMAT dibandingkan dengan makhluk ALLAH SWT lainnya? Yang jelas jika kita mengacu kepada isi surat Al Hajj (22) ayat 18, hanya sebahagian saja MANUSIA yang melaksanakan seperti yang dilaksanakan oleh matahari, bulan, bintang, gunung, binatang, tumbuhan kepada  ALLAH SWT.


Selanjutnya termasuk di dalam kelompok manakah Diri Kita ini, apakah kelompok yang sujud dan bertasbih kepada ALLAH SWT atau apakah kelompok yang tidak mau sujud dan bertasbih kepada ALLAH SWT? Kami senantiasa berharap PEMBACA buku ini termasuk kelompok MANUSIA yang selalu SUJUD dan BERTASBIH kepada ALLAH SWT. Sekarang bagaimana jika kita tidak mau sujud dan tidak mau bertasbih seperti sujud dan bertasbihnya matahari, bulan, bintang, gunung, binatang, tumbuhan kepada  ALLAH SWT, apakah ada sanksinya atau konsekuensinya? Jika kita tidak mau sujud dan bertasbih dengan menyatakan dan mengakui akan kebesaran  ALLAH SWT, berarti Manusia atau Diri Kita termasuk orang-orang yang TIDAK TAHU DIRI atau orang yang berani menantang ALLAH SWT seperti halnya IBLIS yang membangkang perintah ALLAH SWT untuk bersujud kepada NABI ADAM as. Sekarang terserah kepada kita, apakah mau beriman kepada ALLAH SWT ataukah tidak, yang jelas ALLAH SWT tidak akan rugi sedikitpun dengan apa yang kita perbuat.

C.  IMANI ALLAH SWT saja yang MENGABULKAN DOA

Di dalam melaksanakan KEKHALIFAHAN di muka bumi, tentu bukanlah sebuah perkara mudah bagi manusia. Hal ini dikarenakan sewaktu kita melaksanakannya, ada dua musuh yang selalu menghalangi, mengintai, dan selalu berusaha menggagalkan usaha KEKHALIFAHAN yang kita laksanakan, yaitu AHWA dan SYAITAN. AHWA adalah perbuatan dari sifat-sifat JASMANI yang dapat mempengaruhi perbuatan dan perilaku manusia, dimana sifat-sifat alamiah JASMANI memiliki SIFAT yang bertentangan dengan NILAI-NILAI ILAHIAH dan ini sudah merupakan SUNNATULLAH. Selanjutnya pada saat manusia hidup, antara JASMANI dan RUHANI akan saling pengaruh mempengaruhi atau saling bertarung untuk mempengaruhi perilaku manusia. Di saat adanya pertarungan antara RUHANI dengan JASMANI akan semakin seru dengan hadirnya SYAITAN. Dimana SYAITAN lebih suka dan lebih senang kepada NILAI-NILAI KEBURUKAN yang dibawa oleh JASMANI serta SYAITAN sangat membenci kepada NILAI-NILAI KEBAIKAN yang dibawa RUHANI. Jika kita ingin memenangkan RUHANI atas JASMANI yang dibantu oleh SYAITAN, maka ALLAH SWT memberikan jalan keluarnya yaitu jadikan  AD DIIN atau DIINUL ISLAM sebagai satu-satunya TUNTUNAN dan PEDOMAN hidup sewaktu menjalankan tugas di muka bumi.   

Adanya DIINUL ISLAM yang diturunkan ALLAH SWT untuk kepentingan KHALIFAHNYA di muka bumi termasuk untuk diri kita, akan dapat  menuntun diri kita selalu berada di dalam Kehendak-Nya dan/atau dapat menjadikan diri kita selalu merasa dekat dengan ALLAH SWT. Selanjutnya apakah hanya cukup dengan selalu berada di dalam Kehendak-Nya dan/atau selalu dekat dengan ALLAH SWT maka tugas KEKHALIFAHAN di muka bumi dapat dengan mudah kita jalankan? Kesuksesan di dalam menjalankan KEKHALIFAHAN tidak serta merta mudah kita jalankan, akan tetapi halangan dan rintangan pasti terus menghadang, sebab selama HAYAT masih di kandung BADAN, AHWA dan SYAITAN akan terus berusaha untuk mempengaruhi MANUSIA sampai kapanpun, dimanapun kita berada. Untuk itu ALLAH SWT selaku INISIATOR yang juga PENCIPTA dan PEMILIK KEKHALIFAHAN memberikan sebuah fasilitas kemudahan bagi seluruh KHALIFAHNYA yang mengalami hambatan, mengalami gangguan, mengalami hadangan dari AHWA dan SYAITAN dan/atau yang dapat menggagalkan diri kita menjadi MAKHLUK PILIHAN yaitu kita dapat memanjatkan dan memohon DOA kepada ALLAH SWT agar tugas KEKHALIFAHAN yang kita emban dapat berhasil sesuai dengan KEHENDAK  ALLAH SWT. Jika sekarang  ALLAH SWT memberikan kesempatan bagi diri kita untuk BERDOA, sudahkah kita memanfaatkan hal itu atau tahukah kita bagaimanakah caranya agar DOA yang kita panjatkan dipenuhi oleh ALLAH SWT?

dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.
(surat Al Baqarah (2) ayat 186)


Agar Doa kita dikabulkan oleh ALLAH SWT maka sebelum berdoa kepada ALLAH SWT, sudahkah kita melaksanakan apa-apa yang dikemukakan oleh ALLAH SWT dalam surat Al Baqarah (2) ayat 186 di atas ini, yaitu:

1.      Sudahkah kita AKUI, kita YAKINI, kita IMANI bahwa ALLAH SWT itu DEKAT sehingga antara diri kita dengan ALLAH SWT (maksudnya  bukan dekat dengan DZATNYA ALLAH SWT melainkan dekat dengan SIFAT MA'ANI DZATNYA ALLAH SWT dan ASMA ALLAH SWT) sudah tidak terpisahkan dan/atau sehingga diri kita sudah ada di dalam KEBESARAN  ALLAH SWT?
2.      Sudahkah kita AKUI, YAKINI, IMANI bahwa hanya ALLAH SWT saja yang akan mengabulkan DOA yang kita panjatkan dan kita mohonkan?  
3.      Sudahkah kita PENUHI apa-apa yang telah DIPERINTAHKAN oleh ALLAH SWT yaitu dengan mematuhi segala SYARAT dan KETENTUAN yang ALLAH SWT kehendaki, dalam hal ini adalah melaksanakan DIINUL ISLAM secara KAFFAH? 


Hal yang harus diyakini bahwa ALLAH SWT pasti akan mengabulkan DOA yang kita panjatkan, akan tetapi WAKTU dikabulkannya DOA tidak kita ketahui kapan persisnya, MATERI yang dikabulkan oleh ALLAH SWT juga kita tidak tahu apa persisnya. Untuk itu kita harus AKUI, kita harus YAKINI dan kita harus IMANI bahwa ALLAH SWT pasti akan memberikan kepada diri kita sesuatu yang TERBAIK untuk diri kita. Selanjutnya, setelah DOA dikabulkan oleh ALLAH SWT, apakah setelah itu kita seolah-olah tidak ada hubungan lagi dengan ALLAH SWT atau putus hubungan dengan ALLAH SWT? Apabila kita termasuk orang yang telah TAHU DIRI yaitu SIAPA DIRI KITA dan SIAPA ALLAH SWT, maka tidak sepantasnya dan tidak sepatutnya setelah DOA dikabulkan lalu ALLAH SWT dikebelangkan. Untuk itu kita harus MENSYUKURI atas dikabulkannya DOA yang kita mohonkan dengan berbuat sesuatu yang baik kepada ALLAH SWT dan/atau mengeluarkan SHADAQAH untuk fakir miskin. Timbul pertanyaan, apakah hanya sekali saja kita berharap ALLAH SWT memenuhi permohonan DOA kita? Jika kita mengacu dengan SAMBAL LADO, dimana kita tidak pernah kapok-kapoknya merasakan nikmatnya SAMBAL LADO walaupun PEDAS. Maka berdoa kepada ALLAH SWT pun kita harus tetap kita lakukan terus menerus seperti kita yang tidak kapok-kapoknya merasakan SAMBAL LADO. Pembaca, dalam kehidupan sehari-hari, sering kita melihat atau bahkan mungkin kita sendiri yang mengalaminya atau yang melakukannya atau yang melaksanakan hal-hal sebagai berikut yang berhubungan dengan DOA, seperti :

1.      Kita berdoa kepada ALLAH SWT dengan suara yang keras, seolah-olah ALLAH SWT masih JAUH.
2.      Kita berdoa kepada ALLAH SWT hanya pada saat kepepet, pada saat ada butuhnya, pada saat ada masalah, seolah-olah ALLAH SWT hanya dibutuhkan sewaktu-waktu saja. 
3.      Kita melakukan hubungan kepada ALLAH SWT secara putus sambung, saat membutuhkan sesuatu ingat ALLAH SWT dan  pada  saat senang lupa dengan  ALLAH SWT.
4.      Kita berdoa kepada ALLAH SWT tetapi tidak YAKIN dengan ALLAH SWT sehingga kalaupun kita berdoa hanya setengah hati saja.
5.      Kita berdoa kepada ALLAH SWT akan tetapi sering tidak mau memenuhi SYARAT dan KETENTUAN yang diberlakukan oleh ALLAH SWT.
6.      Kita berdoa kepada ALLAH SWT akan tetapi diri kita sendiri masih berlumur dengan dosa dan/atau sifat munafik kepada ALLAH SWT masih berkembang di dalam diri. 


Pembaca, jika hal-hal di atas ini kita perbandingkan dengan KEHENDAK ALLAH SWT yang tertuang di dalam surat Al Baqarah (2) ayat 186 di atas, dapatkah DOA yang kita panjatkan dipenuhi oleh ALLAH SWT jika posisi dan keadaan point 1 sampai dengan point 6 masih tetap kita lakukan? Kami yakin pembaca buku ini, tidak akan melakukan hal-hal yang kami sebutkan di atas ini sewaktu berdoa kepada ALLAH SWT. Selanjutnya bagaimana jika kita telah berdoa kepada ALLAH SWT namun apa yang kita panjatkan/mohonkan kepada ALLAH SWT belum juga di ijabah, apa yang harus kita lakukan?

ALLAH SWT berfirman dalam hadits Qudsi:
Barangsiapa yang tidak berdoa kepada-Ku, niscaya Aku murka kepadanya.
(HQR Askari dalam kitab Mawaa'idl yang bersumber dari Abu Hurairah dengan sanad Hasan)


dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku[1326] akan masuk neraka Jahannam dalam Keadaan hina dina".
(surat Al Mu'min (40) ayat 60)

[1326] Yang dimaksud dengan menyembah-Ku di sini ialah berdoa kepada-Ku.

Jika kondisi ini terjadi pada diri kita, untuk itu mari kita bercermin kepada apa-apa yang dikemukakan oleh IBRAHIM bin ADAM ra,  tentang firman ALLAH SWT yang terdapat dalam surat Al Mu'min (40) ayat 60 di atas ini:  Kita merasa sudah melakukan itu semua kepada ALLAH SWT, tetapi mengapa tidak dikabulkan? Lalu Ibrahim bin Adam ra, menjawab: 

1.            Kalian telah mengerti ALLAH SWT, mengapa kalian tidak mentaatinya?
2.            Kalian telah mengetahui DIINUL ISLAM, mengapa kalian tidak mau mengakuinya?
3.            Kalian membaca AL-QUR'AN,  tetapi mengapa kalian tidak mengamalkan isinya?
4.            Kalian mengerti tentang SYAITAN tetapi mengapa selalu mengikutinya?
5.            Kalian mengaku cinta kepada RASULULLAH, tetapi mengapa kalian meninggalkan sunnahnya?
6.            Kalian mengaku cinta kepada SYURGA, tetapi mengapa kalian tidak beramal untuknya?
7.            Kalian takuk kepada NERAKA, tetapi mengapa kalian selalu melakukan DOSA?
8.            Kalian mengatakan bahwa MATI itu pasti terjadi, tetapi mengapa kalian tidak mempersiapkan bekalnya?
9.            Kalian sibuk mengurus cela orang lain, tetapi mengapa kalian tidak mau memperhatikan cela diri kalian sendiri?
10.        Kalian telah memakan rezeki dan nikmat ALLAH SWT, tetapi mengapa kalian tidak mau BERSYUKUR?
11.        Kalian menguburkan mayat, tetapi mengapa kalian tidak mengambilnya sebagai ibarat?
Untuk itu introspeksilah diri sendiri sebelum kita berdoa kepada  ALLAH SWT dengan memperhatikan kondisi diri kita sendiri dan juga kita harus tahu dan mengerti dengan jelas apa yang kita mohonkan kepada ALLAH SWT.

ALLAH SWT berfirman dalam Hadits Qudsi:
Tidaklah Aku akan memperhatikan hak hamba-Ku sebelum ia menunaikan hak-Ku.
(HQR Thabarani dalam kitabnya: Al Kabiir yang bersumber dari Ibnu Abbas ra)


Allah berfirman: "Hai Nuh, Sesungguhnya Dia bukanlah Termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan), Sesungguhnya (perbuatan)nya[722] perbuatan yang tidak baik. Sebab itu janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahui (hakekat)nya. Sesungguhnya aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan Termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan."
(surat Huud (11) ayat 46)

[722] Menurut Pendapat sebagian ahli tafsir bahwa yang dimaksud dengan perbuatannya, ialah permohonan Nabi Nuh a.s. agar anaknya dilepaskan dari bahaya.

ALLAH SWT pasti  mendengar seluruh DOA dari hamba-hambannya yang beriman dan bertaqwa tanpa terkecuali termasuk juga doa yang kita lakukan. Adapun hasilnya akan disesuaikan ALLAH SWT dan/atau ALLAH SWT akan memberikan yang terbaik bagi orang tersebut, yaitu: ALLAH SWT dapat saja langsung mengabulkan DOA tersebut, atau ALLAH SWT dapat menunda waktunya atau ALLAH SWT dapat saja mengganti dengan REZEKI atau nikmat dan karunia lainnya. Jadi sebagai orang yang telah beriman dan bertaqwa jangan pernah takut doa kita tidak di dengarkan oleh ALLAH SWT dan juga jangan pernah takut doa kita tidak di ijabah oleh ALLAH SWT. Lakukanlah DOA hanya kepada ALLAH SWT sebab ALLAH SWT akan murka jika kita berdoa kepada selain ALLAH SWT.

D.  IMANI ALLAH SWT saja yang MENURUNKAN AIR dan MENYUBURKAN BUMI

AIR yang ada di muka bumi ini tidak mungkin ada dengan sendirinya. AIR pasti ada yang menciptakan. AIR diciptakan oleh penciptanya, pasti ada maksud dan tujuan yang melatarbelakanginya. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya manfaat dari adanya AIR. AIR adalah salah satu kebutuhan pokok yang utama bagi hidup dan kehidupan, baik untuk MANUSIA, HEWAN maupun untuk TUMBUHAN. Tahukah kita berapa banyak AIR yang telah diciptakan oleh ALLAH SWT? Kita tidak akan pernah TAHU berapa jumlah AIR yang telah diciptakan oleh ALLAH SWT. Sekarang lihatlah AIR yang ada di lautan, yang ada di sungai, yang ada di danau, selanjutnya siapakah yang mampu menciptakan AIR dengan segala kehebatan yang terkandung di dalamnya serta dengan jumlah yang sebanyak itu? Jika kita termasuk orang yang mempunyai AKAL seperti yang dikemukakan oleh ALLAH SWT dalam surat  Az Zumar (39) ayat 21, maka AIR pasti diciptakan oleh selain MANUSIA, selain langit dan bumi, selain TUMBUHAN dan HEWAN, selain JIN/IBLIS/SYAITAN dan selain MALAIKAT, lalu siapakah yang menciptakan? Jika kita mengacu kepada surat surat Ibrahim (14) ayat 19 dan surat Al Hajj (22) ayat 64, bahwa segala sesuatu yang ada di antara langit dan bumi termasuk di dalamnya AIR diciptakan dan dimiliki oleh  ALLAH SWT. Selanjutnya apakah AIR yang diciptakan dan yang dimiliki oleh         ALLAH SWT, hanya sekedar ciptaan belaka, ataukah ada sesuatu di balik AIR itu? Setiap penciptaan sesuatu, pasti ada sesuatu yang tampil di balik suatu ciptaan. Hal yang sama berlaku juga pada AIR, dibalik AIR akan terdapat dua hal yaitu TANDA-TANDA KEBESARAN  ALLAH SWT dan juga KEBESARAN ALLAH SWT. Sekarang lihatlah SIKLUS AIR yang terdapat di muka bumi ini, AIR dari bawah bergerak ke atas dalam bentuk UAP AIR karena adanya sinar MATAHARI dan setelah terkumpul di atas maka AIR akan kembali lagi ke bawah melalui HUJAN.

Timbul pertanyaan siapakah yang mampu mengatur, membuat proses AIR seperti itu atau apakah terjadinya HUJAN hanya akibat proses alam semata? ALLAH SWT sebagai INISIATOR yang juga PENCIPTA dan PEMILIK dari langit dan bumi beserta segala isinya termasuk di dalamnya  AIR, maka ALLAH SWT pasti berkuasa terhadap AIR yang diciptakannya. Ini berarti jika AIR yang ada di bawah bergerak ke atas lalu kembali ke bawah menjadi hujan merupakan KEHENDAK ALLAH SWT yang berlaku bagi AIR. Jika kita hanya memandang terjadinya HUJAN akibat PROSES ALAM semata, secara kasat mata  memang seperti itulah keadaanya, akan tetapi jika kita mempunyai AKAL seperti yang dikemukakan oleh ALLAH SWT melalui surat              Az Zumar (39) ayat 21, maka sebenarnya ALLAH SWT lah yang mengatur dan membuat pergerakan AIR yang ada di bawah naik ke atas kembali lagi ke bawah menjadi HUJAN. ALLAH SWT menciptakan HUJAN, dalam rangka menyuburkan tanah-tanah, men-sirkulasi kelebihan AIR dari suatu tempat ke tempat lainnya. Sehingga dengan proses itulah akan terjadi pemerataan kesuburan TANAH di muka bumi. Suburnya tanah di muka akan memberikan banyak manfaat bagi manusia dan/atau akan memudahkan manusia menjadi KHALIFAH di muka bumi. Selanjutnya bagaimana jika seandainya ALLAH SWT tidak menciptakan AIR dan/atau ALLAH SWT tidak mempunyai KETENTUAN yang mengatur SIKLUS AIR menjadi HUJAN? Pembaca pasti sudah tahu jawabannya.    

Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwa Sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit, Maka diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi kemudian ditumbuhkan-Nya dengan air itu tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu menjadi kering lalu kamu melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal.
(surat Az Zumar (39) ayat 21)


Ibn Mas'ud ra, berkata: Nabi SAW bersabda; ALLAH ta'ala berfirman:"Sesungguhnya barangsiapa berkata: Hujan telah turun kepada kami karena bintang anu atau bintang anu, maka ia telah kufur kepada-Ku dan beriman kepada bintang itu dan barangsiapa berkata: ALLAH telah menurunkan hujan kepada kami, maka ia telah beriman kepada-Ku dan kufur kepada bintang itu".
(HQR Atthabarani, 272:33)


ALLAH SWT melalui hadits qudsi di atas ini, memberikan peringatan kepada seluruh umat-Nya mengenai terjadinya HUJAN. HUJAN dalam KEHENDAK ALLAH SWT bukan merupakan hasil dari suatu PROSES ALAM, HUJAN merupakan bagian dari KEHENDAK ALLAH SWT untuk kepentingan KHALIFAHNYA di muka bumi. Apabila kita sebagai umat-Nya sampai salah di dalam menyikapi terjadinya HUJAN, ALLAH SWT akan memberikan sanksi kepada umatnya yang berani mengatakan bahwa HUJAN karena proses alam semata, atau karena adanya bintang anu dan bintang anu, sebagai MANUSIA KUFUR. ALLAH SWT memberikan predikat seperti ini dikarenakan umatnya telah menyepelekan ALLAH SWT,seolah-olah ALLAH SWT tidak ada, seolah-olah ALLAH SWT bukanlah PENCIPTA dan PEMILIK dari AIR, dan/atau proses alamlah yang lebih tinggi dari pada ALLAH SWT.


Selanjutnya, sewaktu kita merasa HAUS dan DAHAGA, lalu kita meminum AIR, maka hilanglah HAUS dan DAHAGA tersebut.Timbul pertanyaan AIR kah yang mampu menghilangkan HAUS dan DAHAGA ataukah sesuatu yang di balik AIR yang menghilangkan HAUS dan DAHAGA? Jika kita berpedoman kepada ILMU KESEHATAN, terjadinya HAUS dan DAHAGA akibat terjadinya kekurangan CAIRAN dalam tubuh manusia. Dengan meminum AIR maka kekurangan CAIRAN dalam tubuh manusia dapat terpenuhi kembali. Sekarang dimana letaknya hilangnya HAUS dan DAHAGA dalam tubuh manusia jika dihubungkan dengan ILMU KESEHATAN? Menurut ILMU KESEHATAN minum AIR hanya dapat menggantikan kekurangan cairan akibat proses alamiah badani dan/atau karena adanya faktor eksternal berupa cuaca panas.


Akan tetapi untuk menghilangkan HAUS dan DAHAGA yang terjadi tidak mampu dilakukan oleh ILMU KESEHATAN. Lalu siapakah yang mampu? AIR diciptakan oleh  ALLAH SWT, sebagai sebuah CIPTAAN, tentu di dalam AIR pasti terdapat TANDA-TANDA KEBESARAN ALLAH SWT dan juga KEBESARAN ALLAH SWT. Jika ini yang terdapat di dalam AIR maka yang manakah yang dapat menghilangkan HAUS dan DAHAGA, apakah TANDA-TANDA KEBESARAN ALLAH SWT ataukah KEBESARAN ALLAH SWT yang terdapat pada AIR? TANDA-TANDA KEBESARAN ALLAH SWT tidak akan bisa menghilangkan HAUS dan DAHAGA sebab TANDA-TANDA KEBESARAN ALLAH SWT hanyalah sebuah petunjuk dari yang menciptakan AIR bahwa di dalam AIR terdapat sesuatu hal yang mencerminkan KEMAMPUAN pencipta AIR itu sendiri dalam hal ini ALLAH SWT. Sekarang jika bukan TANDA-TANDA KEBESARAN  ALLAH SWT yang mampu menghilangkan Haus dan Dahaga maka yang mampu menghilangkannya adalah KEBESARAN ALLAH SWT yang melekat pada AIR. Sekarang adakah AIR di muka bumi ini yang tidak diciptakan oleh ALLAH SWT? Anda tidak percaya, silahkan anda mencari adakah AIR lain selain AIR yang telah diciptakan oleh ALLAH SWT atau adakah TUHAN-TUHAN BARU selain ALLAH SWT yang mampu menciptakan AIR selain AIR yang telah diciptakan ALLAH SWT?    

E.  IMANI ALLAH SWT saja yang MENJADIKAN MANUSIA dari SETETES MANI

Keberadaan manusia di muka bumi dimulai dari bertemunya SPERMA dengan SEL TELUR dalam RAHIM seorang ibu, demikian pula dengan diri kita. Selanjutnya pernahkah kita memperhatikan, atau merenungi apa yang terjadi dalam RAHIM seorang ibu?  Jika kita pernah memperhatikan dan merenungi itu semua, pernahkah terbayangkan oleh kita apakah yang sebenarnya terjadi di dalam RAHIM selama 9 bulan 10 hari, apakah hanya dengan  bertemunya SPERMA dengan SEL TELUR yang terjadi di dalam RAHIM, lalu dapat menjadi cikal bakal manusia termasuk juga diri kita? Apakah RAHIM seorang IBU begitu HEBAT sehingga ia mampu memproses SPERMA dan SEL TELUR menjadi se orang ANAK MANUSIA ataukah pencipta dari RAHIM ibu yang HEBAT?

  
Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes mani, sesudah itu dari segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak, kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa), kemudian (dibiarkan kamu hidup lagi) sampai tua, di antara kamu ada yang diwafatkan sebelum itu. (kami perbuat demikian) supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu memahami(nya).
Dia-lah yang menghidupkan dan mematikan, Maka apabila Dia menetapkan sesuatu urusan, Dia hanya bekata kepadanya: "Jadilah", Maka jadilah ia.
Apakah kamu tidak melihat kepada orang-orang yang membantah ayat-ayat Allah? Bagaimanakah mereka dapat dipalingkan?
(surat Al Mu'min (40) ayat 67-68-69)

ALLAH SWT berdasarkan surat Al Baqarah (2) ayat 30 adalah INISIATOR yang juga sekaligus PENCIPTA dan PEMILIK dari KEKHALIFAHAN di muka bumi. Dan jika kita keterangan dalam surat Al Baqarah (2) ayat 30 kita padukan dengan adanya proses kelahiran anak melalui RAHIM seorang ibu, ini berarti dengan lahirnya anak ke  muka bumi maka akan terjadi apa yang dinamakan dengan REGENERASI KEKHALIFAHAN di muka bumi. Adanya kondisi seperti  ini, dapat dikatakan apa yang terjadi di dalam RAHIM seorang IBU merupakan bagian dari KEHENDAK ALLAH SWT untuk mengadakan proses REGENERASI KEKHALIFAHAN. Selanjutnya dengan adanya kehendak ALLAH SWT untuk melakukan REGENERASI KEKHALIFAHAN di muka bumi, maka proses yang terjadi di dalam RAHIM seorang IBU tidak terlepas dari peran ALLAH SWT di dalam proses kelahiran seorang manusia ke muka bumi. Untuk itu mari kita renungkan hal-hal sebagai berikut sebagai sarana untuk meningkatkan KEIMANAN kita kepada ALLAH SWT dari waktu ke waktu berdasarkan proses kelahiran manusia, termasuk kelahiran diri kita?


1.      Adakah ILMU ALLAH SWT  di dalam rahim seorang ibu, jika tidak ada bagaimana mungkin rahim bisa begitu hebat sehingga mampu  memproses SPERMA dan SEL TELUR?
2.      Adakah Qudrat dan Iradat ALLAH SWT di dalam rahim seorang ibu, jika ALLAH SWT tidak memiliki Qudrat dan Iradat yang sama-sama HEBAT bagaimana mungkin  ALLAH SWT sanggup menciptakan segala sesuatu termasuk RAHIM seorang Ibu?
3.      Adakah Kasih Sayang ALLAH SWT di dalam rahim seorang ibu, jika tidak bagaimana mungkin seorang ibu  mau mengorbankan jiwanya untuk melahirkan anak?
4.      Adakah di dalam rahim seorang ibu kehidupan yang berasal dari ALLAH SWT, jika tidak ada kehidupan yang berasal dari ALLAH SWT tidak akan  ada manusia, sebab yang ada hanya JASMANI saja, sebab RUHANInya tidak ada.
5.      Adakah di dalam rahim seorang ibu keajaiban yang dipertontonkan atau diperlihatkan ALLAH SWT, jika tidak bagaimana mungkin seorang ibu dapat merasakan adanya suatu gerakan yang dilakukan oleh bayinya?

Selanjutnya jika sampai RAHIM tidak pernah diciptakan  dan tidak pernah diletakkan pada seorang IBU oleh penciptanya, dapatkah SPERMA dan SEL TELUR berproses menjadi segumpal MANI, menjadi segumpal DARAH, menjadi segumpal DAGING yang kemudian menjadi JANIN?  ALLAH SWT melalui proses terjadinya MANUSIA melalui RAHIM seorang IBU, pada dasarnya telah mempertontonkan KEMAHAAN yang dimiliki oleh  ALLAH SWT kepada manusia termasuk kepada diri kita. Tanpa ada KEMAHAAN ALLAH SWT, tanpa ada ILMU  ALLAH SWT, tanpa ada QUDRAT dan IRADAT,  tidak akan mungkin hanya RAHIM seorang IBU mampu berbuat, mampu memproses SPERMA dan SEL TELUR menjadi cikal bakal JASMANI MANUSIA. Timbul pertanyaan, apa jadinya jika tidak ada kemahaan dan kebesaran ALLAH SWT di dalam RAHIM seorang ibu? Yang pasti tidak akan pernah ada REGENERASI KEKHALIFAHAN di muka bumi.  Adanya proses kejadian manusia yang dimulai dari setetes mani, ALLAH SWT berkehendak untuk menunjukkan kepada seluruh umat manusia termasuk keapda diri kita bahwa hanya  ALLAH SWTlah yang mampu melakukan itu semua. Selanjutnya jadikan hal ini menjadi sebuah KEIMANAN yang tidak tergoyahkan bahwa hanya ALLAH SWT lah yang mampu menciptakan MANUSIA dari setetes MANI.

F.  IMANI ALLAH SWT saja yang MEMPERGANTIKAN SIANG dan MALAM.

Perhatikanlah alam di sekitar kita, ada siang ada malam,  siapakah yang mengadakan siang dan malam itu dan/atau apakah siang dan malam ada dengan sendirinya dan/atau dapatkah terjadinya  siang dan malam jika ALLAH SWT tidak menciptakan matahari dan bulan? Terjadinya siang dan malam merupakan akibat dari matahari dan juga bulan yang selalu berjalan di dalam orbitnya masing-masing untuk mengelilingi bumi secara teratur dan/atau matahari dan bulan selalu berada di dalam garis edarnya masing-masing. Adanya keteraturan peredaran bulan dan matahari mengitari orbitnya masing-masing untuk mengelilingi bumi, apakah keteraturan itu ada dengan sendirinya? Keteraturan tidak datang dengan sendirinya, keteraturan pasti ada yang mengaturnya, siapakah yang sanggup mengatur bulan dan matahari dan bumi? Yang sanggup mengatur bulan dan matahari dan bumi adalah pencipta dan pemilik dari bulan dan matahari serta bumi itu sendiri, dalam hal ini adalah ALLAH SWT.


tidakkah kamu memperhatikan, bahwa Sesungguhnya Allah memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan Dia tundukkan matahari dan bulan masing-masing berjalan sampai kepada waktu yang ditentukan, dan Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
(surat Luqman (31) ayat 29)

Allah-lah yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arasy, dan menundukkan matahari dan bulan. masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini Pertemuan (mu) dengan Tuhanmu.
(surat Ar Ra'd (13) ayat 2)

Selanjutnya untuk apakah keteraturan bulan dan matahari berjalan sesuai dengan orbitnya mengelilingi bumi, apakah hanya sekedar terlihat indah ataukah ada sesuatu di balik itu? Dengan teraturnya peredaran bulan dan peredaran matahari tetap pada orbitnya mengelilingi bumi maka akan memudahkan MANUSIA untuk menilai, mengukur, dan menetapkan adanya WAKTU. Adanya penetapan WAKTU maka akan memudahkan kita membedakan  antara siang dengan malam, yang dilanjutkan dengan penetapan-penetapan waktu lainnya seperti detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun dan abad. Sekiranya ALLAH SWT tidak mengatur peredaran bulan dan peredaran matahari sesuai dengan orbitnya mengelilingi bumi, apakah yang terjadi? Semuanya akan sama, tidak ada yang berbeda, kita tidak pernah mengetahui dengan pasti mana yang detik, mana yang menit, mana yang jam, mana yang hari, mana yang minggu, mana yang bulan dan mana yang tahun. Jika sampai siang, malam, detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun tidak ada, maka akan terjadi kebingungan, kebimbangan, akibat tidak adanya petunjuk tentang waktu yang jelas, kapan kita melakukan aktivitas. Apakah itu tidur, apakah itu bekerja, kapan memulai puasa, kapan mengakhiri puasa, kapan melaksanakan shalat, kapan melaksanakan wukuf di ARAFAH atau kapan akan melaksanakan SHALAT IED. ALLAH SWT dengan KEMAHAAN yang dimiliki-Nya telah mengatur itu semua dengan sebaik-baiknya. Selanjutnya jika ALLAH SWT telah melakukan itu semua, apakah kita akan tetap tidak mau beriman kepada ALLAH SWT?    


Sekarang apa yang akan terjadi jika sampai di alam semesta ini tidak ada CAHAYA sama sekali? Semuanya akan gelap gulita, antara siang dan malam tidak ada bedanya, sama gelap gulitanya. ALLAH SWT MAHA BESAR, maka di adakannya alam itu bercahaya, lalu dengan cahaya itu manusia, hewan, tumbuhan dapat melakukan aktivitasnya sehari-hari. Sekarang jika alam dan sekitarnya sudah mempunyai cahaya, dan dengan cahaya itu telah pula memberikan manfaat yang tidak terhingga bagi manusia, hewan, dan tumbuhan. Selanjutnya jika cahaya yang ada di alam ini sudah sebaik dan sebagus ini, maka seberapa hebatkah cahaya yang dimiliki ALLAH SWT selalu sumber dari segala sumber cahaya? Anda semua dapat menelaahnya sendiri, membayangkannya sendiri cahaya  ALLAH SWT seperti yang tertuang di dalam surat An Nuur (24) ayat 35 yang kami kemukakan di bawah ini.

Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus[1039], yang di dalamnya ada pelita besar. pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya)[1040], yang minyaknya (saja) Hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.
(surat An Nuur (24) ayat 35)


[1039] Yang dimaksud lubang yang tidak tembus (misykat) ialah suatu lobang di dinding rumah yang tidak tembus sampai kesebelahnya, biasanya digunakan untuk tempat lampu, atau barang-barang lain.
[1040] Maksudnya: pohon zaitun itu tumbuh di puncak bukit ia dapat sinar matahari baik di waktu matahari terbit maupun di waktu matahari akan terbenam, sehingga pohonnya subur dan buahnya menghasilkan minyak yang baik.

Untuk dapat membayangkan cahaya ALLAH SWT yang tertuang dalam surat An Nuur (24) ayat 35 saja sudah pasti kita tidak mampu, apalagi melihatnya secara langsung. Sebagai perbandingan, manusia  untuk menatap matahari secara langsung saja tidak mampu, apalagi mau melihat ALLAH SWT? Inilah kondisi dasar ALLAH SWT, masih tidak cukupkah hal ini membuat diri kita beriman kepada ALLAH SWT. Pembaca, selain dari apa-apa yang telah kami kemukakan di atas  tentang apa yang harus kita IMANI dari ALLAH SWT, masih terdapat hal-hal lainnya yang harus kita IMANI dari ALLAH SWT dengan TINGKAT KEIMANAN yang sama baiknya dengan KEIMANAN yang telah kami kemukakan dalam point A sampai dengan F di atas, yaitu :


1)   IMANI ALLAH SWT saja yang sanggup mengetahui segala rahasia hati manusia atau rahasia yang masih tersimpan di dalam hati manusia, selain ALLAH SWT tidak akan mampu melakukannya.

tidakkah kamu perhatikan, bahwa Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi? tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dia-lah keempatnya. dan tiada (pembicaraan antara) lima orang, melainkan Dia-lah keenamnya. dan tiada (pula) pembicaraan antara jumlah yang kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan Dia berada bersama mereka di manapun mereka berada. kemudian Dia akan memberitahukan kepada mereka pada hari kiamat apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui                  segala sesuatu.
 (surat Al Mujaadilah (58) ayat 7)

2)   IMANI ALLAH SWT saja yang mampu menghidupkan dan mematikan manusia, tanpa terkecuali lalu menghidupkannya kembali saat hari KIAMAT.

dan Dialah Allah yang telah menghidupkan kamu, kemudian mematikan kamu, kemudian menghidupkan kamu (lagi), Sesungguhnya manusia itu, benar-benar sangat mengingkari nikmat.
(surat Al Hajj (22) ayat 66)


3)   IMANI ALLAH SWT saja yang mampu menurunkan Azab atau memberikan siksa yang pedih bagi seluruh Manusia yang durhaka dan/atau kepada manusia yang KAFIR.

Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap kaum 'Aad?
(surat Al Fajr (89) ayat 6)

4)   IMANI ALLAH SWT saja yang mampu MENUNTUN MANUSIA dengan DIINUL ISLAM dan/atau yang mampu menjadikan manusia sebagai makhluk yang terhormat. 

Maka Apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya)? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. mereka itu dalam kesesatan yang nyata.
(surat Az Zumar (39) ayat 22)

Pembaca, inilah sebahagian dari apa-apa yang harus DIIMANI dari ALLAH SWT yang terdapat dalam Al-Qur'an, dan jika kita berkeinginan untuk selalu sesuai dengan KEHENDAK  ALLAH SWT jangan pernah keluar atau jangan pernah mengingkari KEMAHAAN dan KEBESARAN ALLAH SWT sebagai TUHAN yang berhak disembah dan/atau jangan pernah mengingkari ALLAH SWT selaku INISIATOR yang sekaligus PENCIPTA dan PEMILIK dari langit dan bumi beserta isinya serta laksanakan DIINUL ISLAM secara KAFFAH.

2. BAHAYA yang DITIMBULKAN JIKA KITA TIDAK MAU BERIMAN kepada ALLAH SWT

Setelah mengetahui apa-apa yang harus diimani dari  ALLAH SWT sebagai pelaksanaan dari RUKUN IMAN, RUKUN ISLAM dan IKHSAN. Selanjutnya adakah resiko yang akan kita peroleh jika sampai kita tidak mau mengakui bahwa ALLAH SWT adalah satu-satunya TUHAN yang berhak disembah atau kita tidak mau beriman kepada ALLAH SWT atau kita tidak mau mengakui bahwa ALLAH SWT adalah INISIATOR yang sekaligus PENCIPTA dan PEMILIK langit dan bumi? ALLAH SWT tidak akan  RUGI sedikitpun dengan tindakan kita dan juga  KEMAHAAN dan KEMULIAN  ALLAH SWT tidak akan berkurang sedikitpun, akibat manusia atau diri kita tidak mau beriman kepada ALLAH SWT. Jika kita termasuk orang yang telah TAHU DIRI, yaitu TAHU siapa diri kita dan TAHU siapa  ALLAH SWT, maka lakukanlah IMAN kepada ALLAH SWT dengan sebenarnya IMAN, sebab ALLAH SWT akan memberikan sanksi, hukuman, ancaman, kepada siapapun juga yang tidak mau beriman kepada-Nya berupa:

A.  DIMASUKKAN ke DALAM NERAKA

Jika anda telah berketetapan HATI untuk pulang kampung ke NERAKA JAHANNAM, dan/atau merasa mampu untuk menetralisir panasnya API NERAKA JAHANNAM yang panasnya 70 kali panasnya api dunia, lakukanlah secara teratur, lakukanlah secara konsisten,  lakukanlah secara berkesinambungan dari waktu ke waktu tindakan dan perbuatan tidak mengakui  ALLAH SWT sebagai SATU-SATUNYA TUHAN yang berhak di sembah dan/atau jangan berimanlah kepada  ALLAH SWT dan/atau jangan akui DIINUL ISLAM sebagai AGAMA yang HAQ dan/atau jangan akui bahwa ALLAH SWT adalah INISIATOR, PENCIPTA dan PEMILIK langit dan bumi ini. Jika hal-hal di atas mampu kita laksanakan dengan baik maka hal ini sudah cukup menghantarkan diri kita menempati salah satu KAVELING KHUSUS yang terdapat di KAMPUNG KESENGSARAAN dan KEBINASAAN. Dan jika sampai kita pulang kampung ke KAMPUNG KESENGSARAAN dan KEBINASAAN berarti kita akan mempunyai tetangga atau akan bertetangga dengan JIN/IBLIS/SYAITAN dan/atau kita akan mengarungi bahtera kehidupan yang baru dengan JIN/IBLIS/SYAITAN di NERAKA JAHANNAM.

Maka di antara mereka (orang-orang yang dengki itu), ada orang-orang yang beriman kepadanya, dan di antara mereka ada orang-orang yang menghalangi (manusia) dari beriman kepadanya. dan cukuplah (bagi mereka) Jahannam yang menyala-nyala apinya.
(surat An Nisaa' (4) ayat 55)


Adanya kondisi yang kami kemukakan di atas, berarti ALLAH SWT  akan membedakan tempat kembali bagi KHALIFAHNYA yang BERIMAN kepada ALLAH SWT dengan KHALIFAHNYA yang tidak mau BERIMAN kepada ALLAH SWT. Untuk itu jangan pernah berfikir bahwa ALLAH SWT akan salah menempatkan siapa yang berhak menempati SYURGA dan siapa yang berhak  menempati NERAKA JAHANNAM. ALLAH SWT dengan KEMAHAAN yang dimilikinya sudah memiliki alat pembeda yang baku bagi seluruh KHALIFAHNYA yang ada di muka bumi, yaitu melalui DIINUL ISLAM. Jika saat ini kita sedang melaksanakan tugas sebagai KHALIFAH di muka bumi, sudahkah kita berbuat dan bertindak sesuai dengan KAVELING mana yang telah kita pesan atau kita pilih nantinya? Jika KAVELING SYURGA yang kita pilih maka berbuatlah sesuai dengan KEHENDAK  ALLAH SWT dan jika KAVELING NERAKA JAHANNAM yang kita pilih maka berbuatlah dan berkehendaklah sesuai dengan perilaku AHWA dan SYAITAN yang mencerminkan NILAI-NILAI KEBURUKAN.

B.  BUDAK AHWA

MANUSIA terdiri dari RUHANI dan JASMANI. RUHANI berasal dan diciptakan hanya oleh ALLAH SWT semata sedangkan JASMANI asalnya dari SARIPATI TANAH.  RUHANI mempunyai sifat yang mencerminkan NILAI-NILAI KEBAIKAN yang berasal dari NILAI-NILAI ILAHIAH sedangkan JASMANI mempunyai SIFAT ALAMIAH yang berasal dari ALAM, dimana sifat yang di bawanya mencerminkan NILAI-NILAI KEBURUKAN seperti LEMAH, BAKHIL, KIKIR, LOBA, TAMAK AKAN HARTA, BURUK SANGKA dan lain sebagainya. Saat MANUSIA hidup terjadilah peperangan atau proses saling pengaruh mempengaruhi antara Ruhani dengan Jasmani untuk mempengaruhi perilaku MANUSIA. Apabila RUHANI yang menang terhadap JASMANI maka perilaku manusia akan sesuai dengan NILAI-NILAI ILAHIAH sedangkan apabila JASMANI yang menang terhadap RUHANI maka perilaku manusia akan memperturutkan atau melakukan hal-hal yang mencerminkan NILAI-NILAI KEBURUKAN. Jika kondisi ini terjadi berarti MANUSIA yang telah memperturutkan dan/atau mempertuhankan AHWA sebagai Tuhan pengganti selain ALLAH SWT. Contoh manusia yang memperturutkan salah satu sifat JASMANI yaitu BAKHIL, maka akibat dari  perbuatan itu di dalam diri kita akan timbul sikap dan perilaku mementingkan diri sendiri, atau hanya mementingkan kelompok tertentu saja atau sukar untuk berbagi dengan  sesama atau semuanya untuk kita yang lain biarkan saja. 

Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, Maka mereka kelak akan menemui kesesatan,
(surat Maryam (19) ayat 59)

Sebagai KHALIFAH yang sedang melaksanakan tugas di muka bumi, jika sampai kita memperturutkan sifat-sifat alamiah jasmani  atau mempertuhankan AHWA menjadi perbuatan diri kita berarti kita telah menyerahkan penguasaan RUHANI diri kita kepada JASMANI.Adanya keadaan seperti ini maka RUHANI yang mempunyai SIFAT-SIFAT KEBAIKAN yang berasal dari NILAI-NILAI ILAHIAH telah digantikan atau telah kita tukar dengan SIFAT-SIFAT KEBURUKAN yang di bawa oleh JASMANI. Hal ini seperti AIR yang PUTIH bersih dan jernih yang telah dikalahkan oleh KOPI. Kondisi AIR tetap ada di dalam gelas namun PUTIH, BERSIH dan JERNIHNYA AIR telah hilang diganti oleh perbuatan KOPI. Apabila hal ini terjadi pada diri kita berarti di dalam diri kita telah terjadi hal-hal sebagai berikut, yaitu:

1.      DIINUL ISLAM sebagai AGAMA yang HAQ sudah kita tinggalkan.
2.      KEHENDAK ALLAH SWT sudah jauh dari diri kita dan/atau diri kita sudah tidak sesuai lagi dengan KEHENDAK  ALLAH SWT.
3.      ALLAH SWT sebagai satu-satunya TUHAN yang berhak di sembah sudah tidak berlaku lagi sebab sudah digantikan dengan AHWA (AHWA telah menjadi TUHAN).
4.      KEHENDAK SYAITAN merupakan ciri dan cerminan yang paling sesuai dengan diri kita, jika hal ini yang terjadi berarti kampung halaman kita telah sama dengan SYAITAN yaitu di NERAKA JAHANNAM.
5.      KEHIDUPAN DUNIA lebih dipentingkan daripada KEHIDUPAN AKHIRAT (kehidupan DUNIA segala-galanya, sedangkan kehidupan AKHIRAT nomor sepatu).

Selanjutnya apakah manfaat yang akan kita peroleh dari diperturutkannya AHWA atau dijadikannya AHWA sebagai TUHAN pengganti selain ALLAH SWT, bagi diri kita dan juga bagi masyarakat, yaitu:

1.      SYAITAN menjadi KOMANDAN bagi diri kita untuk melaksanakan tugas sebagai KHALIFAH di muka bumi.
2.      Banyaknya aliran sesat di masyarakat dan/atau  karena telah disesatkan oleh SYAITAN.
3.      Mementingkan kelompok lebih dominan di masyarakat  daripada mementingkan kepentingan umum.
4.      Dusta, mendustakan ayat-ayat ALLAH SWT sering terjadi.
5.      Sulitnya keteraturan di wujudkan dalam masyarakat, hal ini ditunjukkan dengan rendahnya tingkat kedisiplinan di tengah masyarakat .
6.      Sifat konsumerisme tumbuh kembang di dalam masyarakat.
7.      Alam semakin hancur, bencana di mana-mana.
8.      Pemutarbalikkan fakta menjadi kebiasaan umum dan/atau menjadi kebohongan publik tumbuh di mana-mana.
9.      Sulitnya kebenaran diterima masyarakat, mudahnya kemungkaran diterima masyarakat serta hukum sulit ditegakkan.

Pembaca, Inilah buah dan hasil dari mempertuhankan AHWA sebagai pengganti selain ALLAH SWT yang  berkembang di dalam diri dan masyarakat.Selama diri dan masyarakat berperilaku seperti ini maka akan selama itu pula NILAI-NILAI KEBURUKAN yang dibawa JASMANI menjadi hiasan dalam kehidupan kita sehari-hari maupun di tengah masyarakat bangsa dan negara. 

C.  KENA AZAB DUNIA dan AZAB AKHIRAT

ALLAH SWT selaku INISIATOR yang juga PENCIPTA dan PEMILIK langit dan bumi, akan memberikan hadiah ataupun penghargaan baik kepada yang KHALIFAHNYA yang TAAT dan PATUH maupun kepada KHALIFAHNYA yang TIDAK MAU BERIMAN kepada-Nya. HADIAH dan PENGHARGAAN dari ALLAH SWT dapat diberikan di saat menjalankan tugas maupun setelah selesai menjalankan tugas di muka bumi. Hadiah dan penghargaan bagi yang TAAT dan PATUH tentu saja sangat berbeda dengan yang TIDAK MAU BERIMAN kepada ALLAH SWT. Bagi yang TAAT dan PATUH akan diberikan oleh ALLAH SWT hal-hal sebagai berikut di dunia yaitu:


1.      Dilapangkan dan dimurahkan REZEKI oleh ALLAH SWT serta dipanjangkan UMUR.
2.      MAUNAH atau  PERTOLONGAN yang tidak di duga-duga dari ALLAH SWT.
3.      KARUNIA, HIDAYAH dan  FIRASAT yang baik melalui HATI RUHANI.
4.      Dibukanya pintu ILHAM atau IDE-IDE brilian.
5.      Diberikannya PEMAHAMAN dan KEMANTAPAN HATI dalam mempelajari DIINUL ISLAM dan Diberikannya KETENANGAN BATHIN.
6.      Dimudahkannya SAKRATUL MAUT serta wafat dalam HUSNUL KHATIMAH.
7.      Dianugerahkannya KELUARGA SAKINAH serta  ANAK-ANAK yang SHALEH dan SHALEHAH.


sedangkan di AKHIRAT akan diberikan SYURGA yang dibawahnya mengalir sungai-sungai, dimudahkan proses HISAB serta dapat bertemu langsung dengan ALLAH SWT. Selanjutnya bagaimana dengan orang yang tidak mau beriman kepada ALLAH SWT? Bagi yang tidak mau beriman kepada ALLAH SWT juga akan diberikan HADIAH dan PENGHARGAAN  yaitu berupa AZAB dunia yang terdiri dari Sulitnya Sakratul Maut yang disusul dengan Suul Khatimah, Anak yang tidak berbakti kepada orang tua, Resah dan Gelisah, Penyakit Takut dan Was-Was melanda, gontok-gontokkan dalam keluarga sepeninggal orang tua, Stress, Sedih Hati, dan lain sebagainya. Sedangkan HADIAH dan PENGHARGAAN dari ALLAH SWT bagi manusia yang tidak taat dan patuh, akan  menjadi PENGHUNI TETAP  NERAKA JAHANNAM sehingga ia akan hidup bertetangga dengan JIN/IBLIS/SYAITAN di sana.

dan jadilah orang-orang yang kemarin mencita-citakan kedudukan Karun itu, berkata: "Aduhai, benarlah Allah melapangkan rezki bagi siapa yang Dia kehendaki dari hamba-hambanya dan menyempitkannya; kalau Allah tidak melimpahkan karunia-Nya atas kita benar-benar Dia telah membenamkan kita (pula). Aduhai benarlah, tidak beruntung orang- orang yang mengingkari (nikmat Allah)".
negeri akhirat[1140] itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. dan kesudahan (yang baik)[1141] itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa.
(surat Al Qashash (28) ayat 82-83)



[1140] Yang dimaksud kampung akhirat di sini ialah kebahagiaan dan kenikmatan di akhirat.
[1141] Maksudnya: syurga.

Sebagai KHALIFAH yang sedang menjalankan tugas di muka bumi dan/atau beranikah anda yang membaca buku ini menyatakan bahwa HADIAH dan PENGHARGAAN dari ALLAH SWT kepada orang yang tidak mau beriman LEBIH BAIK dan LEBIH ENAK serta LEBIH BERMUTU dibandingkan dengan HADIAH dan PENGHARGAAN yang diberikan  ALLAH SWT kepada orang yang TAAT dan PATUH? Hanya orang yang tidak waraslah yang berani mengatakan bahwa NERAKA lebih baik daripada SYURGA.
 
D. BUDAK SYAITAN

Untuk menjadi BUDAK SYAITAN, untuk menjadi SAHABAT SYAITAN, untuk menjadi TETANGGA yang baik bagi JIN/IBLIS/SYAITAN di  Neraka Jahannam, caranya sangat MUDAH, caranya sangat MURAH,  cukup dengan  berpaling  secara MANTAP, KONSISTEN dari WAKTU ke WAKTU  dari pengajaran ALLAH SWT melalui DIINUL ISLAM dan/atau jangan pernah beriman kepada ALLAH SWT dan/atau jangan akui Al-Qur'an sebagai BUKU MANUAL yang diturunkan oleh ALLAH SWT dan/atau jadikanlah AHWA sebagai TUHAN pengganti ALLAH SWT dan/atau JADIKAN SYAITAN sebagai KOMANDAN di saat kita melaksanakan tugas sebagai KHALIFAH di muka bumi. Jika ini adalah pilihan HIDUP anda, berarti anda telah KEBAL terhadap PANASNYA API NERAKA JAHANNAM yang panasnya 70 (tujuh puluh) kali api dunia.


Rasulullah bersabda: "Api kalian di dunia yang dinyalakan oleh anak keturunan Adam adalah satu bagian dari tujuh puluh bagian dari neraka Jahannam". Para sahabat berkata:"Jika api itu mencukupi ya Rasulullah, maka api itu terpisah dengan selisih enam puluh Sembilan bagian yang kesemuanya itu adalah perumpamaan panasnya".
(HR Bukhari, Muslim)


Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan yang Maha Pemurah   (Al Quran), Kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan) Maka syaitan Itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya.
(surat Az Zukhruf (43) ayat 36)


Akan tetapi jika kita ingin pulang ke SYURGA atau ingin bertemu dengan ALLAH SWT, jangan pernah lakukan itu semua, lakukanlah dan laksanakanlah DIINUL ISLAM secara KAFFAH dengan melaksananakan Rukun IMAN, Rukun ISLAM dan IKHSAN dalam satu kesatuan yang tidak terpisahkan sehingga diri kita akan selalu sesuai dengan KEHENDAK ALLAH SWT.


Pembaca, untuk menambah pengetahuan tentang IBLIS,  berikut ini akan kami kemukakan sebuah cerita tentang IBLIS yang datang menemui NABI MUHAMMAD SAW, yang dapat kita jadikan pembelajaran dalam rangka melaksanakan tugas sebagai KHALIFAH di muka bumi: "Telah diceritakan bahwa ALLAH SWT menyuruh iblis datang kepada Nabi Muhammad SAW agar menjawab segala pertanyaan yang Baginda tanyakan padanya. Pada suatu hari Iblis pun datang kepada Baginda Rasulullah SAW dengan menyerupai orang tua yang baik lagi bersih, sedang di tangannya memegang tongkat. Bertanya Rasulullah SAW, "Siapakah kamu ini ?" Orang tua itu menjawab, "Aku adalah Iblis." "Apa  maksudmu  datang menemuiku?" Orang tua itu menjawab, "ALLAH SWT menyuruhku datang kepadamu agar Engkau bertanya kepadaku." Baginda Rasulullah SAW lalu bertanya, "Hai iblis, berapa banyakkah  musuhmu  dari kalangan umat-umat ku ?" Iblis menjawab, "Lima belas." yaitu:

1.      Engkau sendiri Hai Muhammad.
2.      Imam dan pemimpin yang adil.
3.      Orang kaya yang merendah diri.
4.      Pedagang yang jujur dan amanah.
5.      Orang alim yang mengerjakan shalat dengan khusyuk.
6.      Orang Mukmin yang memberi nasehat.
7.      Orang yang Mukmin yang berkasih-sayang.
8.      Orang yang tetap dan cepat bertaubat.
9.      Orang yang menjauhkan diri dari segala yang haram.
10.    Orang Mukmin yang selalu dalam keadaan suci.
11.    Orang Mukmin yang banyak bersedekah dan berderma.
12.    Orang Mukmin yang baik budi dan akhlaknya.
13.    Orang Mukmin yang bermanfaat kepada orang lain.
14.    Orang yang hafal al-Qur'an serta selalu membacanya dan juga mengamalkannya.
15.    Orang yang berdiri melakukan shalat di waktu malam sedang orang-orang lain semuanya tidur.

Kemudian Baginda Rasulullah SAW bertanya lagi, "Berapa banyakkah temanmu di kalangan umatku ?" Jawab iblis, "Sepuluh golongan " yaitu:

1.      Hakim yang tidak adil.
2.      Orang kaya yang sombong.
3.      Pedagang yang khianat.
4.      Orang pemabuk/peminum arak.
5.      Orang yang memutuskan tali persaudaraan.
6.      Pemilik harta riba'.
7.      Pemakan harta anak yatim.
8.      Orang yang selalu lengah dalam mengerjakan shalat/sering meninggalkan shalat.
9.      Orang yang enggan memberikan zakat/shadaqah/ jariah.
10.    Orang yang selalu berangan-angan dan berkhayal dengan tidak ada faedah.


Mereka semua itu adalah sahabat-sahabatku yang setia." Itulah perbincangan antara Nabi Muhammad SAW dengan Iblis. Untuk itu kita harus waspada dan berhati-hati jangan sampai kita menjadi kawan Iblis, karena  yang menjadi kawan Iblis berarti  menjadi musuh ALLAH SWT. Demikian sebaliknya, barangsiapa  yang menjadi musuh Iblis berarti menjadi  kekasih ALLAH SWT". Berdasarkan cerita di atas, yang manakah diri kita, apakah yang menjadi teman Iblis ataukah yang menjadi musuh Iblis? Kami berharap pembaca buku ini adalah musuh-musuh Iblis yang berarti adalah KEKASIH ALLAH SWT.

E. PUTUS HUBUNGAN dengan ALLAH SWT

RADIO jika ANTENAnya tidak berfungsi maka hubungan RADIO dengan STASIUN PEMANCAR akan terputus sehingga SIARAN RADIO tidak dapat dinikmati. Jika hubungan RADIO dengan STASIUN PEMANCAR akan terputus akibat rusaknya ANTENA RADIO, selanjutnya bagaimana dengan hubungan MANUSIA dengan  ALLAH SWT jika ANTENA yang terdapat pada diri manusia mengalami kerusakan atau gangguan?

Wahab bin Munabbih berkata: ALLAH ta'ala berfirman: Sesunguhnya langit-langit dan bumi tidak berdaya menjangkau-Ku, Aku telah dijangkau oleh hati seorang mukmin.
(HQR Ahmad dari Wahab bin Munabbih, 272:32)


sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka.
(surat Al Muthaffiffin (83) ayat 14)


Hal yang sama juga berlaku sewaktu manusia atau saat diri kita berhubungan dengan ALLAH SWT. Jika ANTENA kita (dalam hal ini HATI RUHANI tempat diletakkannya AKAL dan PERASAAN) RUSAK atau mengalami GANGGUAN  maka kitapun tidak akan dapat menerima dan/atau tidak dapat menjangkau PANCARAN atau tidak dapat menerima GELOMBANG  atau tidak dapat menerima SIARAN dari SIFAT MA'ANI dan ASMA ALLAH SWT yang dipancarkan ke  alam semesta ini. Ini berarti rusaknya  ANTENA dalam diri manusia akan mengakibatkan PUTUSNYA  HUBUNGAN antara diri manusia  dengan ALLAH SWT selaku INISIATOR yang juga PENCIPTA dan PEMILIK dari langit dan bumi sehingga manusia termasuk diri kita berada di luar KEHENDAK ALLAH SWT.

Nabi SAW bersabda: Sesungguhnya bila seorang hamba melakukan dosa satu kali, maka di dalam hatinya timbul satu titik noda hitam. Apabila ia berhenti dari perbuatan dosanya dan memohon ampun serta bertaubat, maka bersihlah hatinya. Jika ia kembali berbuat dosa, maka bertambahlah hitamnya titik nodanya itu sampai memenuhi hatinya.
(HR Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah, Nasa'i; Ibnu Hibban dan Hakim)


Timbul pertanyaan, kenapa sampai ANTENA yang ada di dalam diri manusia mengalami kerusakan atau mengalami gangguan? Rusaknya atau terganggunya ANTENA yang ada pada diri manusia  (dalam hal ini adalah rusaknya HATI RUHANI manusia) dapat di sebabkan oleh:

1.      MANUSIA tidak melaksanakan DIINUL ISLAM secara KAFFAH.
2.      MANUSIA tidak menempatkan dan meletakkan  ALLAH SWT sesuai dengan KEMAHAAN yang dimiliki-Nya dan/atau kedudukan ALLAH SWT sudah diganti dengan TUHAN-TUHAN baru selain ALLAH SWT.
3.      Akibat perbuatan DOSA atau sengaja berbuat DOSA dengan harapan dosanya nanti di ampuni  ALLAH SWT.
4.      Memiliki ILMU, tetapi tidak pernah dan tidak mau mengamalkan.
5.      Beramal tetapi tidak IKHLAS atau beramal karena RIYA.
6.      Memakan REZEKI ALLAH SWT tetapi tidak pernah mau bersyukur.
7.      Tidak RIDHA dengan pemberian ALLAH SWT.
8.      Sering mengubur orang mati, namun tidak mau mengambil pelajaran dari kematian tersebut.
9.      Dan lain sebagainya.


Akibat dari RUSAKNYA ANTENA yang ada di dalam diri manusia (dalam hal ini RUSAKNYA HATI RUHANI manusia) akan mengakibatkan diri manusia berada di luar  KEHENDAK ALLAH SWT yang berarti manusia termasuk diri kita akan mengalami, hal-hal sebagai berikut:

1.      Hilangnya FASILITAS dan JANJI-JANJI ALLAH SWT yang telah dipersiapkan oleh ALLAH SWT untuk manusia.
2.      Ketenangan dan Ketentraman BATHIN menjadi sesuatu yang mahal dan sulit diperoleh.
3.      Cinta ALLAH SWT kepada AKAL yang diletakkan di dalam hati ruhani bertepuk sebelah tangan akibat putusnya hubungan cinta.
4.      Pemahaman akan Agama sulit masuk ke dalam diri manusia.
5.      Petunjuk ALLAH SWT tidak akan pernah di dapatkan akibat rusaknya HATI RUHANI.
6.      CAHAYA atau AURA dalam diri tidak akan pernah terpancar keluar.
7.      Penyakit di dalam rongga dada sangat sulit disembuhkan.      

Untuk dapat menjaga dan memelihara HATI RUHANI dan/atau untuk selalu menjaga kebersihan HATI RUHANI sehingga kita selalu sesuai dengan KEHENDAKNYA, maka:

1.      Perbanyaklah Istighfar, meminta ampun, dimanapun, kapanpun.
2.      Perbanyaklah Dzikir, mengingat ALLAH SWT dimanapun, kapanpun.
3.      Perbanyak pergaulan dengan orang-orang shalih dengan sering menghadiri majelis dan mendengarkan nasehat mereka.
4.      Pelajari Al-Qur'an dan amalkan.
5.      Perbanyak Qiyamul Lail, melalui shalat Tahajud.
6.      Sedikit makan, perbanyak puasa sunat.
7.      Bermunajat kepada ALLAH SWT pada waktu malam hari.


Selanjutnya jika kita telah mengetahui bahwa keberadaan  ALLAH SWT di alam ini hanya dapat dirasakan dan dijangkau oleh HATI RUHANI dan/atau keberadaan  ALLAH SWT terhijab dengan HATI RUHANI, maka apakah kita akan terus memperlakukan HATI RUHANI dengan semena-mena? Anda sendirilah yang tahu jawabannya. Selanjutnya  setelah mengetahui sanksi dan penghargaan dari  ALLAH SWT kepada orang-orang yang tidak mau beriman kepada ALLAH SWT sebagai pelaksanaan dari AD DIIN atau DIINUL ISLAM secara KAFFAH, sudahkah hal ini membuat diri kita menjadi lebih sadar ataukah malah menjadi-jadi untuk melawan ALLAH SWT? Kami yakin pembaca buku ini, adalah orang-orang yang selalu berada di dalam kesesuaian dengan KEHENDAK ALLAH SWT.

3.     KARANG-KARANG PENGHANCUR IMAN

Selama ini kita berani dengan tegas menyatakan bahwa CABAI itu PEDAS rasanya selama HAYAT di kandung BADAN, hal ini dikarenakan kita telah memiliki PENGETAHUAN tentang CABAI. Sekarang beranikah kita menyatakan bahwa CABAI itu MANIS RASANYA? Sepanjang kita telah memiliki PENGETAHUAN tentang CABAI tidak akan mungkin kita berani menyatakan bahwa CABAI itu MANIS dan/atau  sampai dengan kapanpun kita akan menyatakan bahwa CABAI PEDAS RASANYA. Selanjutnya bagaimana dengan KEIMANAN   yang ada di dalam diri kita? Apabila kita juga memiliki PENGETAHUAN tentang ALLAH SWT, maka selama HAYAT di kandung BADAN kitapun harus menyatakan IMAN kepada         ALLAH SWT dan/atau menyatakan selama HAYAT di kandung BADAN bahwa  ALLAH SWT adalah Tuhan yang berhak di sembah. Ini berarti jika kita memiliki PENGETAHUAN yang baik tentang ALLAH SWT, maka  KUALITAS KEIMANAN di dalam diri seharusnya kondisinya sama baiknya dan sama utuhnya dengan pernyataan diri kita tentang CABAI itu PEDAS RASANYA.

Akan tetapi kenyataannya adalah  kondisi kualitas  KEIMANAN yang ada di dalam diri kita kualitasnya tidak pernah bisa sama tingginya, tidak bisa sama baiknya, dengan pernyataan diri kita tentang CABAI itu PEDAS RASANYA. Jika kondisi ini terjadi pada diri kita berarti di dalam diri kita telah terjadi sesuatu yang salah, yaitu kita telah menerapkan STANDARD GANDA, yaitu kita lebih mempercayai CIPTAAN beserta TANDA-TANDA KEBESARAN yang melekat pada CIPTAAN dibandingkan dengan PENCIPTANYA sendiri. Kepada CABAI kita mampu mempercayainya dengan baik sepanjang HAYAT di kandung BADAN  akan tetapi untuk mempercayai   ALLAH SWT sepanjang HAYAT di kandung BADAN kita tidak bisa. Dalam rangka untuk dapat mempertahankan kondisi dan kualitas KEIMANAN kepada ALLAH SWT seperti kita mempercayai CABAI itu PEDAS RASANYA, berikut ini akan kami kemukakan KARANG-KARANG PENGHANCUR IMAN sebagai bagian dari PENGETAHUAN kita tentang ALLAH SWT.

A.     SYIRIK dan MUSYRIK

Banyak orang yang mengira dan juga  menyangka  bahwa jika kita telah melakukan dan melaksanakan DIINUL ISLAM  dengan melaksanakan Rukun Islam secara baik dan benar, yang terdiri mengucapkan SYAHADAT, mendirikan SHALAT, menunaikan ZAKAT, PUASA RAMADHAN, melaksanakan HAJI, jika mampu, sudah cukup baik dan sempurna kita beragama ISLAM. Kemudian ALLAH SWT akan memberikan Ridha-Nya kepada kita, selanjutnya  kita akan menerima kebahagiaan di SYURGA dengan segala keindahannya dan kita pun merasa aman dari siksa api NERAKA JAHANNAM. Namun kita lupa, walaupun kita telah melakukan dan melaksanakan Rukun Islam, akan tetapi jika kita melakukan setitik saja aktivitas MUSYRIK dan SYIRIK maka semua yang telah kita lakukan akan menjadi batal. Untuk itu jangan pernah mencampur DIINUL ISLAM dengan KEMUSYRIKAN atau mencampur DIINUL ISLAM dengan perbuatan SYIRIK sebab tindakan ini akan membatalkan IMAN, ISLAM dan IKHSAN seseorang.


Selanjutnya apakah itu MUSYRIK dan  SYIRIK? MUSYRIK dan SYIRIK dapat di artikan suatu tindakan, apakah itu dalam bentuk perbuatan, apakah itu sesuatu perkataan, atau dorongan hati untuk mempercayai sesuatu ghaib yang ditujukan kepada selain ALLAH SWT atau adanya kepatuhan jiwa raga kepada selain ALLAH SWT, melalui : 

1.      Tindakan mensyerikatkan ALLAH SWT dengan sesuatu, atau 
2.      Tindakan menduakan ALLAH SWT dengan sesuatu, atau
3.      Upaya membanding-bandingkan ALLAH SWT dengan sesuatu, atau
4.      Upaya meniadakan ALLAH SWT, atau
5.      Upaya menganggap ALLAH SWT tidak ada, atau
6.      Upaya menghilangkan KEMAHAAN dan KEBESARAN  ALLAH SWT dengan sesuatu.

Selanjutnya, ALLAH SWT melalui surat  An Nisaa' (4) ayat 48 di bawah ini, menerangkan bahwa MUSYRIK dan SYIRIK adalah DOSA BESAR yang tidak akan pernah di ampuni oleh ALLAH SWT. Timbul pertanyaan, kenapa ALLAH SWT bersikap seperti itu kepada perbuatan MUSYRIK dan SYIRIK? ALLAH SWT bersikap keras tanpa ampun kepada siapapun juga yang melakukan perbuatan MUSYRIK dan SYIRIK sekalipun orang tersebut telah melakukan IBADAH dan AMAL SHALEH baik yang besar maupun kecil, dikarenakan ALLAH SWT tersinggung,  ALLAH SWT telah dihina, ALLAH SWT di anggap tidak ada,  ALLAH SWT di anggap tidak mampu oleh orang tersebut padahal ALLAH SWT adalah INISIATOR yang sekaligus PENCIPTA, PEMILIK, PENGAWAS, PEMELIHARA, dari langit dan bumi.

Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.
(surat An Nisaa' (4) ayat 48)

Untuk itu berhati-hatilah dengan perbuatan MUSYRIK dan SYIRIK, sebab MUSYRIK dan SYIRIK merupakan AMUNISI bagi KEHANCURAN diri dan KEIMANAN kita di hadapan ALLAH SWT. Berikut ini akan kami kemukakan 4(empat) buah bentuk SYIRIK yang harus kita waspadai dan jangan pernah kita lakukan dimanapun, kapanpun oleh sebab apapun juga, yaitu:

1)   Syirik Du'a, yang dimaksud dengan Syirik Du'a adalah berdoa atau minta-minta atau memohon yang di dorong kepercayaan ghaib kepada selain ALLAH SWT. Misalnya memohon kepada wali-wali atau orang-orang yang shaleh yang telah dikubur, supaya dapat kelapangan rezeki, jodoh, pangkat.

Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.
(surat An Nisaa' (4) ayat 48)


2) Syirik Roja', yang dimaksud dengan Syirik Roja' adalah diri kita berpengharapan kepada selain ALLAH SWT yang di dorong kepercayaan ghaib. Misalnya mengharap selamat dari bahaya perkelahian atau pertempuran dengan batu badar besi. Orang yang membawa batu badar besi tidak berdoa kepada batu itu supaya diberi keselamatan tetapi percaya dan berpengharapan bahwa selama batu ini tetap melekat pada tubuhnya maka ia akan selamat dari bahaya.

Mereka mengambil sembahan-sembahan selain Allah, agar mereka mendapat pertolongan.
(surat Yaasin (36) ayat 74)

3)  Syirik Khouf, yang dimaksud dengan Syirik Khouf adalah takut yang didorong kepercayaan ghaib kepada selain ALLAH SWT. Misalnya takut akan mendapat malapetaka, kalau tidak mengadakan pertunjukan wayang kulit pada bulan Apitm taku ditimpa mara bahaya bila tidak selamatan pada bulan Syurom takut akan mendapatkan kesusahan bila tidak merangkat dihadapan kubur yang dikeramatkan dan sebagainya.


Allah berfirman: "Janganlah kamu menyembah dua Tuhan; Sesungguhnya Dialah Tuhan yang Maha Esa, Maka hendaklah kepada-Ku saja kamu takut".
(surat An Nahl (16) ayat 51)

4) Syirik Tho'at, yang dimaksud dengan Syirik Tho'at adalah kepatuhan jiwa raga dalam melakukan perbuatan-perbuatan yang berlawanan dengan petunjuk  ALLAH SWT dan RASUL-Nya, baik kepada undang-undang, peraturan-peraturan atau orang yang memerintahkannya.  Misalnya menggali lubang dan menanam kepala Kerbau di bawah tempat-tempat yang akan di bangun, karena tunduk kepada perintah pimpinannya dan hatinyapun membenarkannya, membaca doa pada peresmian komplek pelacuran karena menuruti perintah atasannya dan hatinya juga membenarkan dan seterusnya.   

Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan selain Allah[639] dan (juga mereka mempertuhankan) Al masih putera Maryam, Padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.
(surat At Taubah (9) ayat 31)

[639] Maksudnya: mereka mematuhi ajaran-ajaran orang-orang alim dan rahib-rahib mereka dengan membabi buta, biarpun orang-orang alim dan rahib-rahib itu menyuruh membuat maksiat atau mengharamkan yang halal.

Pembaca, selain harus waspada kepada empat bentuk SYIRIK yang telah kami kemukakan di atas ini, kita pun harus pula mewaspadai bentuk-bentuk KEMUSYRIKAN yang ada dan yang mungkin telah menjadi darah daging ditengah-tengah kehidupan kita, yaitu:

1) Kepercayaan Kepada Benda-Benda Bertuah.

Di sekitar kita, banyak benda-benda yang dipercayai oleh sebahagian kalangan mempunyai kemampuan ghaib. Banyak orang membeli batu-batu, bukan karena indahnya tetapi karena kepercayaan mereka bahwa batu-batu ini ada keampuhannya. Jika kita memakai batu akik tirus maka kita akan selamat kemanapun pergi  atau jika memakau batu akik sulaiman maka akan memudahkan mendapatkan rezeki. Demikian juga dengan keris, banyak yang menyimpannya atau membanggakannya dengan disertai bermacam-macam kepercayaan, misalnya keris singkir geni dipercayai dapat menyelamatkan dari bahaya kebakaran. Orang yang mau menggunakan akalnya secara rasional, serta menjernihkan fikirannya dari bisikan syaitan dan tidak menurutkan hawa nafsunya yang telah dipengaruhi godaan-godaan iblis, maka mereka pasti akan berpendirian dan berkeyakinan bahwa benda-benda yang dikeramatkan ini, tidak mampu mendatangkan kemanfaatan, dan tidak dapat menimpakan malapetaka.

Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?", niscaya mereka menjawab: "Allah". Katakanlah: "Maka Terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu seru selain Allah, jika Allah hendak mendatangkan kemudharatan kepadaKu, Apakah berhala-berhalamu itu dapat menghilangkan kemudharatan itu, atau jika Allah hendak memberi rahmat kepadaKu, Apakah mereka dapat menahan rahmatNya?. Katakanlah: "Cukuplah Allah bagiku". Kepada- Nyalah bertawakkal orang-orang yang berserah diri.
(surat Az Zumar (39) ayat 38)

Mereka berani mengatakan bahwa bila benda-benda ini boleh dihancurkan pastilah akan hancur dan tidak mendatangkan mala petaka. Dalam surat Az Zumar (39) ayat 38 diterangkan bahwa apa saja yang dipercayai oleh orang yang dapat mendatangkan kemanfaatan, iyu hanya khayalan belaka. Benda-benda yang dikeramatkan itu tidak akan mendatangkan apa-apa bagi manusia. Orang yang percaya kepada keampuhan benda-benda ini, mereka termasuk orang yang musyrik.

2)  Kepercayaan kepada Azimah.

Azimah adalah mantera-mantera yang ditulis pada kertas, kulit binatang ataupu kain. Mantera ini biasanya ditulis dengan huruf Arab, dan berbahasa Arab, yang dicampur dengan bahasa Ibrani gambar-gambar, garis-garis dan titik-titik. Ada juga mantera yang ditulis pada sepotong kain kecil, kemudian dibungkus dengan kuat supaya tidak rusak.

dan janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi mudharat kepadamu selain Allah; sebab jika kamu berbuat (yang demikian), itu, Maka Sesungguhnya kamu kalau begitu Termasuk orang-orang yang zalim".
Jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, Maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, Maka tak ada yang dapat menolak kurniaNya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(surat Yunus (10) ayat 106-107)

Azimah ini dipercaya dapat menghindarkan  dari macam-macam penyakit, selamat dalam perjalanan dan ada juha azimah yang dimasukkan dalam dompet, jika ke kamar kecil tidak boleh ditaruh dalam saku tetapi harus diletakkan di luar dan jika dilanggar maka Azimah tersebut tidak lagi bertuah. Orang yang telah beriman kepada ALLAH SWT tidak boleh percaya kepada Azimah-Azimah dan tidak boleh mengharapkan pertolongan kepadanya, sekalipun yang ditulis adalah nama-nama ALLAH SWT yang indah atau di ambil dari ayat-ayat Al Qur'an. Untuk itu ALLAH SWT telah memberi petunjuk kepada hamba-Nya bilamana mereka dalam kesulitan haruslah berdoa mohon pertolongan kepada ALLAH SWT serta menyandarkan segala persoalan kepada          ALLAH SWT. Adapun orang-orang yang masih percaya dan mengharapkan pertolongan dari Azimah, mereka termasuk orang-orang yang terbelenggu kepercayaan syirik.

3) Kepercayaan kepada Dukun, Paranormal.

Dalam masyarakat kita masih banyak orang yang percaya kepada dukun, paranormal, orang pintar. Mereka percaya bahwa dukun, paranormal, orang pintar, itu mengerti sesuatu yang tidak terlihat, karena ia mempunyai kemampuan ghaib yang tidak dimiliki oleh orang-orang biasa. Itulah anggapan mereka, oleh karena itu kalau mereka kehilangan, mereka datang kepada dukun, paranormal, orang pintar, untuk menanyakan siapa yang mencuri barangnya, dimana barang-barang itu sekarang dan bagaimana supaya barang-barang itu dapat kembali. Sebenarnya dukun, paranormal, orang pintar itu adalah orang biasa yang tidak mengetahui perkara yang ghaib, tidak mengetahui sesuatu yang belum terjadi, juga tidak mengerti nasib seseorang di masa akan datang. Kalau terbukti bahwa apa yang dikatakan dukun itu benar, maka itu hanyalah suatu yang kebetulan, atau dia dibisiki oleh JIN yang mendengar dari pembicaraan MALAIKAT, akan tetapi JIN ini menambahnya dengan seratus atau bahkan jutaan kebohongan.

 (dia adalah Tuhan) yang mengetahui yang ghaib, Maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu.
Kecuali kepada Rasul yang diridhai-Nya, Maka Sesungguhnya Dia Mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya.
(surat Al Jin (72) ayat 26-27)

Orang yang masih percaya kepada dukun, percaya kepada paranormal, percaya orang pintar atau bahkan percaya kepada ulama, jelaslah di dalam hatinya masih bercokol kepercayaan SYIRIK karena mereka menyamakan sifat dukun, paranormal, orang pintar dan juga ulama dengan ASMA ALLAH SWT yaitu mengetahui yang Ghaib.

4) Takut dan berlindung kepada selain ALLAH SWT.

Orang-orang yang hidup di selatan Pulau Jawa mempunyai kepercayaan bahwa laut selatan dikuasai oleh Nyi Roro Kidul. Jika ada kecelakaan di laut selatan mereka yakin itu adalah gangguan dari anak buah Nyi Roro Kidul, sehingga mereka merasa takut kepada makhluk-makhluk halus itu serta berlindung kepadanya. Untuk itulah mereka mengadakan selamatan sesaji laut dengan tata cara yang sederhana sampai yang besar-besaran, dengan tujuan minta perlindungan kepada RATU JIN yang berkuasa di laut selatan, supaya mereka diselamatkan dari bahaya laut dan keluarganya pun selamat dari macam-macam penyakit.

 (Kuasa Allah) yang demikian itu, adalah karena Sesungguhnya Allah, Dialah (tuhan) yang haq dan Sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah, Itulah yang batil, dan Sesungguhnya Allah, Dialah yang Maha Tinggi lagi Maha besar.
(surat Al Hajj (22) ayat 62)

Takut kepada Jin, roh leluhur atau Roh yang lain, kemudian berlindung kepadanya adalah kepercayaan yang bertentangan dengan petunjuk ALLAH SWT dan berlawanan dengan tuntunan Rasulullah. Kepercayaan ini termasuk SYIRIK AKBAR, yang tidak terampuni sampai kapanpun oleh ALLAH SWT.

5) Wasilah.

Wasilah dalam arti bahasa ialah sesuatu untuk mendekatkan kepada orang lain, atau amal shaleh untuk mendekatkan diri kepada ALLAH SWT atau jalan untuk mencapai tujuan. Akan tetapi saat ini istilah Wasilah yang sekarang tersebar luas dalam masyarakat, terutama di kalangan umat Islam adalah perantara manusia dengan ALLAH SWT. Mereka berkeyakinan bahwa wali-wali dan orang-orang shaleh yang telah meninggal dunia itu dapat menyampaikan permohonan manusia kepada ALLAH SWT. Dan ALLAH SWT akan mengabulkan  permohonan setiap orang yang disampaikan oleh roh para wali dan sholikhin, yang tidak mungkin dikabulkan jika dimohon sendiri langsung kepada  ALLAH SWT. Wasilah menurut pengertian mereka adalah ROH para wali dan orang-orang yang shaleh dan sekarang pengertian Wasilah seperti ini sudah menjadi kepercayaan yang diyakini oleh sebagian umat Islam.

6) Ziarah Kubur.

Rasulullah membimbing umatnya agar mereka selalu mendoakan kepada sesama mukmin baik yang masih hidup maupun kepada yang telah meninggal dunia. Salah satu bentuk penghornatan kepada yang sudah meninggal, selain mendoakan kita juga melaksanakan ziarah kubur. Dalam melakukan ziarah kubur harus dilandasi dengan niat yang ikhlas kepada ALLAH SWT, sehingga tidak dicampur dengan harapan-harapan yang lain. Bila kita berziarah kubur kepada kedua orang tua, kepada keluarga dekat, sudah pasti kita akan mendoakan mereka dengan ikhlas. Akan tetapi dalam masyarakat kita banyak orang yang sengaja menempuh perjalanan dengan jarak ratusan kilo meter, hanya untuk menziarahi kuburan-kuburan wali dan solikhin. Mereka merasa doanya akan terkabul bila berdoa dihadapan kubur wali dan solikhin dan merasa hampa bila dibaca di masjid atau dirumah masing-masing. Adapun yang merangsang orang-orang simpang siur bepergian ratusan kilometer untuk memuja wali-wali dan solikhin yang telah meninggal, karena di atas kubur-kubur dibangun kubah-kubah, rumah-rumah, dan ada juga yang dibangun masjid. Bangunan-bangunan di atas kubur itu banyak yang kelihatan indah dan mencolok, sedangkan batu nisannya ditutup kiswah yang dihiasi dengan tulisan-tulisan bagus, Kiswah-kiswah ini setiap tahun diganti dengan upacara-upacara peribadatan yang sangat meriah dan kasih bekas kiswah dilelang dengan harga mahal karena mereka percaya dapat mendatangkan kemanfaatan dan menolak bahaya.


SYIRIK dan MUSYRIK adalah sumber yang Kotor, mula-mula ia muncul dalam HATI dengan memercikkan tetesan, dan lama kelamaan berubah menjadi air bah yang mendobrak segala-galanya sehingga HATI kita tidak ada tempat untuk BERIMAN kepada ALLAH SWT. SYRIK dan MUSYRIK dapat pula diibaratkan sebagai virus yang membahayakan kesehatan diri kita, virus akan terus berkembang sampai menggerogoti diri kita dan pada akhirnya terkaparlah kita dengan gelimangan dosa yang tidak terampuni. JIN/IBLIS/SYAITAN beserta bala tentaranya sangat senang dan sangat bergembira dengan keadaan ini, sebab mereka telah mendapatkan teman, konco, sahabat, tetangga yang baik untuk mengarungi bahtera kehidupan di NERAKA JAHANNAM. Selanjutnya sebagai KHALIFAH yang sedang melaksanakan tugas di muka bumi, kita harus tahu TITEL, PENGHARGAAN dan PENILAIAN apakah yang akan ALLAH SWT berikan kepada orang yang MUSYRIK, apakah itu? Jawaban dari pertanyaan ini ada pada surat  At Taubah (9) ayat 28 di bawah ini.

Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis[634], Maka janganlah mereka mendekati Masjidilharam[635] sesudah tahun ini[636]. dan jika kamu khawatir menjadi miskin[637], Maka Allah nanti akan memberimu kekayaan kepadamu dari karuniaNya, jika Dia menghendaki. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.
(surat At Taubah (9) ayat 28)

[634] Maksudnya: jiwa musyrikin itu dianggap kotor, karena menyekutukan Allah.
[635] Maksudnya: tidak dibenarkan mengerjakan haji dan umrah. menurut Pendapat sebagian mufassirin yang lain, ialah kaum musyrikin itu tidak boleh masuk daerah Haram baik untuk keperluan haji dan umrah atau untuk keperluan yang lain.
[636] Maksudnya setelah tahun 9 Hijrah.
[637] Karena tidak membenarkan orang musyrikin mengerjakan haji dan umrah, karena pencaharian orang-orang Muslim boleh Jadi berkurang.


ALLAH SWT selaku INISIATOR yang sekaligus PENCIPTA dan PEMILIK langit dan bumi beserta isinya, dengan TEGAS memberikan TITEL, PREDIKAT, PENGHARGAAN kepada orang MUSYRIK sebagai NAJIS. Sekarang coba anda bayangkan PEMILIK dan PENCIPTA alam semesta ini memberikan PENILAIAN yang sangat BURUK dan sangat MENJIJIKKAN atau NAJIS kepada ciptaannya sendiri? Sungguh jika ini terjadi kepada diri kita sendiri merupakan sebuah hadiah dan penghargaan atau TITEL yang sangat menakutkan serta mengerikan. MANUSIA atau DIRI KITA yang sejak awal sudah ditempatkan dan diletakkan ditempat yang terhormat oleh penciptanya dalam hal ini adalah ALLAH SWT, justru oleh penciptanya sendiri malah diberikan PREDIKAT dan TITEL NAJIS. Kondisi ini sangat bertentangan dengan KEHENDAK ALLAH SWT sewaktu pertama kali menciptakan MANUSIA. Timbul pertanyaan atas dasar apa  ALLAH SWT memberikan penilaian NAJIS kepada orang MUSYRIK? MUSYRIK adalah TINDAKAN yang dilakukan oleh MANUSIA untuk meniadakan ALLAH SWT selaku TUHAN semesta ALAM, meniadakan ALLAH SWT selaku PENCIPTA, meniadakan ALLAH SWT selaku PEMILIK, PENJAGA dan PEMELIHARA dengan menggantinya dengan benda bertuah, azimah, dukun, paranormal, berlindung kepada selain ALLAH SWT, wasilah dan lain sebagainya.


ALLAH SWT selaku INISIATOR, PENCIPTA dan PEMILIK dari alam semesta ini di anggap sudah tidak ada atau sudah digantikan dengan sesuatu melalui tindakan MUSYRIK tentunya sangat marah dan sangat tidak senang dengan orang yang melakukan tindakan MUSYRIK. Jika pelaku MUSYRIK dikatakan NAJIS oleh  ALLAH SWT memang sudah seharusnya ia menerima penghargaan tersebut. Sebagai bahan perbandingan,  lihatlah dalam kehidupan berbangsa dan  bernegara, seorang yang menjadi mata-mata bagi bangsa lain di negaranya dikatakan pengkhianat bangsa. Negara memberikan predikat itu memang sudah sepantasnya ia menerima hal tersebut. Jika ALLAH SWT memberikan PREDIKAT NAJIS kepada pelaku MUSYRIK memang sepantasnya ia menerima hal itu sebab ALLAH SWT di anggap sudah tidak ada lagi sehingga ia berbuat semena-mena di bumi yang dimiliki oleh ALLAH SWT. Jika PREDIKAT NAJIS bagi pelaku MUSYRIK ini sudah menjadi KEPUTUSAN  ALLAH SWT, apakah kita tidak mempercayai KEPUTUSAN ini? Kita wajib menerima dan mempercayai KEPUTUSAN ALLAH SWT tentang NAJIS. ALLAH SWT melakukan ini untuk membedakan secara TEGAS antara orang yang beriman dengan orang yang musyrik. Sebagai KHALIFAH yang sedang menjalankan tugas di muka bumi, jika PREDIKAT dan TITEL NAJIS sudah diberikan kepada orang MUSYRIK maka jadikan hal ini sebagai dorongan bagi kita untuk jangan sampai diberikan PREDIKAT dan TITEL NAJIS pula kepada diri kita, terkecuali kita sendiri memang ingin memiliki PREDIKAT dan TITEL NAJIS dari ALLAH SWT.


Sekarang, apa yang harus kita lakukan jika saat diri kita melaksanakan tugas sebagai KHALIFAH di muka bumi, diri kita secara sengaja ataupun secara tidak sengaja akibat tidak memiliki PENGETAHUAN tentang ALLAH SWT, melakukan perbuatan SYIRIK dan MUSYRIK? Sepanjang RUH belum sampai di kerongkongan atau selama HAYAT masih di kandung BADAN, hanya satu jalan keluarnya yaitu TAUBATAN NASUHA. Tanpa melalui proses TAUBATAN NASUHA, maka ALLAH SWT tidak akan pernah memaafkan perbuatan SYIRIK dan MUSYRIK yang pernah kita lakukan walaupun kita telah melaksanakan IBADAH HAII dan UMROH ribuan kali, telah membangun masjid jutaan buah, menyantuni anak yatim milyaran orang. Adanya kesempatan TAUBATAN NASUHA yang ALLAH SWT berikan, berarti ALLAH SWT memberikan kesempatan ke dua bagi makhluknya yang ingin kembali ke jalan yang lurus atau memberikan kesempatan bagi makhluknya sesuai dengan KEHENDAK ALLAH SWT. Untuk itu manfaatkanlah WAKTU yang masih tersisa atau manfaatkan sisa masa aktif diri kita di muka bumi ini, agar waktu yang tersisa ini dapat mengembalikan diri kita sesuai dengan KEHENDAK ALLAH SWT dan/atau dapat menghantarkan diri kita ke SYURGA. 

B. TERLENA akan KEHIDUPAN DUNIA

Pada saat RUHANI dan JASMANI masih bersatu dalam diri manusia maka saat itulah HIDUP terjadi dan pada saat HIDUP terjadi maka antara JASMANI maupun RUHANI akan saling pengaruh-mempengaruhi dan/atau baik JASMANI atau RUHANI akan saling berebut kekuasaan atau berebut pengaruh atas diri manusia. Apabila JASMANI dapat mengalahkan RUHANI maka diri manusia mempunyai kecenderungan kepada sifat-sifat ALAM yang dibawa oleh JASMANI sehingga manusia akan lebih cenderung mementingkan dan memuaskan baik kehidupan DUNIA maupun kebutuhan JASMANI. Jika ini adalah pilihan hidup manusia maka  jalan itu adalah jalan yang mengandung NILAI-NILAI KEBURUKAN. Untuk itu lihatlah sifat-sifat JASMANI  yang KIKIR, yang BAKHIL, yang mementingkan diri sendiri, yang selalu buruk sangka, yang lemah, yang selalu tergesa-gesa, apakah mungkin sesuai dengan KEHENDAK ALLAH SWT dan/atau apakah sesuai dengan NILAI-NILAI ILAHIAH? KIKIR, BAKHIL, EGOIS, selalu mementingkan diri sendiri, buruk sangka, lemah, tergesa-gesa adalah sifat yang paling disukai oleh SYAITAN dan/atau kita memberikan kesempatan  bagi SYAITAN untuk melaksanakan AKSINYA merayu dan menggoda manusia.  Apabila kondisi ini terjadi pada manusia berarti manusia telah menjadikan AHWAnya sebagai TUHAN pengganti ALLAH SWT. Selanjutnya apakah hanya sekedar itu saja dampak dari mementingkan kehidupan DUNIA? Jika kita mengacu kepada isi surat  Al A'raaf (7) ayat 179 di bawah ini, banyak hal yang akan terjadi pada diri manusia yang hanya mementingkan kehidupan DUNIA semata, yaitu: 

1.      Dikunci mati HATINYA oleh ALLAH SWT sehingga tidak mampu memahami ayat-ayat ALLAH SWT.
2.      Dibutakan matanya sehingga tidak mampu  melihat tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran ALLAH SWT.
3.      Ditulikan telinganya sehingga tidak mampu  mendengar ayat-ayat ALLAH SWT.
4.      Statusnya disamakan dengan binatang ternak.
5.      Tempat kembalinya ke NERAKA JAHANNAM.

Jika sudah demikian keadaannya, apakah mungkin kondisi keimanan seseorang akan tetap utuh kualitasnya?
   
dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai.
(surat Al A'raaf (7) ayat 179)

Selanjutnya bagaimana jika RUHANI mampu mengalahkan JASMANI? Apabila RUHANI mampu mengalahkan JASMANI maka diri manusia mempunyai kecenderungan kepada NILAI-NILAI KEBAIKAN yang berasal dari SIFAT-SIFAT ILAHIAH yang dibawa oleh RUHANI sehingga manusia akan lebih cenderung memperhatikan dan menjadikan kehidupan  AKHIRAT sebagai tujuan akhir hidupnya dengan tidak menelantarkan atau menghilangkan sama sekali kehidupan DUNIA dan/atau manusia sewaktu menjalankan tugas di muka bumi berada di dalam keseimbangan antara kehidupan DUNIA dengan  kehidupan AKHIRAT seperti yang di nasehatkan oleh KHALIFAH UTSMAN bin AFFAN ra, di bawah ini.  

"Barangsiapa hidupnya dalam keseimbangan dunia dan akhirat, dia disenangi ALLAH SWT. Barangsiapa meninggalkan perbuatan Dosa, dia dicintai para Malaikat. Barangsiapa meninggalkan keserakahan terhadap hak kaum muslimin, dia dicintai mereka".
(Utsman bin Affan ra.)

Sebagai KHALIFAH yang saat ini sedang menjalankan tugas di muka bumi yang manakah keadaan diri kita, apakah yang mementingkan kehidupan DUNIA ataukah yang menjadikan kehidupan AKHIRAT menjadi tujuan hidupnya? Kami berharap pembaca buku ini adalah KHALIFAH yang selalu berada di dalam keseimbangan antara kehidupan DUNIA dengan  kehidupan AKHIRAT seperti yang dinasehatkan oleh Khalifah Utsman bin Affan ra. Untuk itu jika kita ingin kehidupan yang sedang kita jalani berada di dalam keseimbangan antara kehidupan dunia dengan kehidupan akhirat hidup jadikan kehidupan dunia sebagai modal dasar untuk menjalani kehidupan akhirat. 

Ibnu Mas'ud ra, berkata: Nabi SAW bersabda: ALLAH ta'ala berfirman: Wahai Dunia! Berkhidmatlah kepada orang yang telah berkhidmat kepada-Ku dan perbudaklah orang yang berkhidmat kepadamu.
(HQR Al Qudha'ie, 272:194)


Jika sampai diri kita hanya mementingkan kehidupan dunia  yang di arahkan oleh JASMANI dan/atau kehidupan dunia yang kita laksanakan tidak dapat menjadi modal dasar bagi kehidupan akhirat maka diri kita sendirilah yang telah menjadikan kehidupan yang sedang dijalankannya menjadi kehidupan yang paling disukai, yang paling diminati, yang paling di inginkan oleh SYAITAN sang LAKNATULLAH. Selain daripada itu, masih ada resiko lain apabila kita lebih mementingkan kehidupan DUNIA, yaitu diri kita akan menjadi BUDAK  ALAM atau menjadi BUDAK DUNIA sehingga kedudukan diri kita sebagai KHALIFAH di muka bumi telah tergantikan posisinya oleh ALAM atau oleh DUNIA atau DIRI KITA telah turun pangkat dari SUBYEK menjadi OBYEK KEKHALIFAHAN di muka bumi. Selanjutnya apa yang terjadi jika kehidupan AKHIRAT yang menjadi pilihan kita dan/atau jalan yang kita tempuh berada di dalam keseimbangan hidup antara dunia dengan akhirat? Jika kehidupan  AKHIRAT yang di arahkan oleh RUHANI menjadi pilihan kita maka pilihan ini adalah pilihan sangat dibenci oleh SYAITAN akan tetapi sesuai dengan KEHENDAK ALLAH SWT. Jika kita termasuk orang yang telah TAHU DIRI yaitu TAHU siapa diri kita dan TAHU siapa ALLAH SWT, maka jalan hidup yang kita tempuh adalah jalan menuju kehidupan AKHIRAT atau jalan menuju kampung KEBAHAGIAAN hidup di dunia dan di akhirat dan/atau kita selalu berada di dalam kesesuaian dengan KEHENDAK ALLAH SWT.


Hal yang harus kita perhatikan sewaktu kita hidup di dunia adalah kita tidak bisa melepaskan diri  dari tugas dan tanggung jawab seperti bekerja, berkarya, bermuamalah, melaksanakan profesi, sewaktu hidup di dunia sehingga demi untuk kehidupan akhirat ia tidak mau melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang melekat pada diri manusia. Jika sampai tugas dan pekerjaan dunia kita hilangkan dan/atau kita tidak mau bekerja dan berkarya lalu hanya mengejar kehidupan akhirat, berarti diri kita telah meninggalkan tanggung jawab untuk menafkahi keluarga, anak dan keturunan, sedangkan hal itu adalah ibadah dan tugas mulia yang di amanatkan oleh            ALLAH SWT dalam rangka mensukseskan regenerasi kekhalifahan di muka bumi. Untuk jangan pernah sia-siakan kehidupan dunia yang saat ini kita jalankan karena  kehidupan akhirat yang sesuai dengan kehendak ALLAH SWT tidak akan dapat kita raih  jika kita tidak mempersiapkannya sendiri-sendiri sewaktu melaksanakan kehidupan dunia.

C.     MURTAD

Perbuatan MURTAD yang dilakukan manusia, termasuk oleh diri kita, akan langsung menurunkan derajat kualitas keimanan seseorang. Timbulnya perbuatan MURTAD dalam diri manusia merupakan cerminan dari rendahnya pemahaman dan/atau minimnya PENGETAHUAN manusia tentang  ALLAH SWT maupun tentang DIINUL ISLAM dan/atau akibat dari manusia hanya setengah-setengah atau hanya sepotong-potong di dalam  mempelajari DIINUL ISLAM. Akibat dari kurangnya PENGETAHUAN dan minimnya  PEMAHAMAN yang kita miliki maka diri kita akan mudah di ombang-ambing atau mudah digoyah oleh SYAITAN maupun oleh manusia yang memang berniat untuk menghancurkan keimanan yang ada di dalam diri kita. Selanjutnya jika diri kita sampai melakukan perbuatan MURTAD  maka :

1.      Diri kita telah melakukan sebuah pengingkaran setelah mengakui keberadaan ALLAH SWT dengan mengakui adanya TUHAN-TUHAN BARU selain ALLAH SWT, atau
2.      Diri kita telah melakukan sebuah pengingkaran setelah mengakui dan memeluk  DIINUL ISLAM sebagai AGAMA yang HAQ lalu  mengingkarinya dengan memeluk AGAMA yang BARU selain DIINUL ISLAM, atau
3.      Diri kita telah melakukan pengingkaran terhadap JANJI yang di ucapkan sewaktu masih di dalam RAHIM ibu dengan mengakui bahwa ALLAH SWTlah TUHANKU namun setelah dewasa tidak mengakui atau mengingkari JANJI tersebut.

Pembaca, apabila kemurtadan telah terjadi pada diri kita, berarti keimanan yang ada di dalam diri kita telah mengalami gangguan atau belum memenuhi KEHENDAK ALLAH SWT, sehingga dapat dikatakan bahwa: 

1.      Kualitas keimanan diri kita belum sampai tahap Yakin atau Menyakini, akan tetapi keimanan diri kita masih dalam taraf percaya atau baru sampai mempercayai sehingga mudah goyah atau mudah di goyah.
2.      Kualitas keimanan diri kita baru sampai di mulut saja belum sampai ditancapkan ke dalam HATI apalagi diwujudkan dalam perbuatan.
3.      Kualitas keimanan diri kita tidak lebih dari UCAPAN belaka atau keimanan kita baru sampai masuk kuping kiri keluar kuping kanan. 

ALLAH SWT selaku INISIATOR yang sekaligus Pencipta dan Pemilik dari langit dan bumi termasuk pemilik DIINUL ISLAM sangat membenci orang yang melakukan perbuatan MURTAD baik sengaja maupun tidak. Apabila perbuatan MURTAD dengan sengaja kita lakukan berarti diri kita :

1.      Telah mempermainkan ALLAH SWT
2.      Telah menghina ALLAH SWT
3.      Telah menyepelekan ALLAH SWT
4.      Memiliki STANDARD GANDA kepada ALLAH SWT.

Selanjutnya tahukah pembaca HADIAH dan PENGHARGAAN apakah yang akan diberikan ALLAH SWT kepada KHALIFAHNYA yang melakukan perbuatan MURTAD? Berdasarkan surat Al Baqarah (2) ayat 217 di bawah ini, ALLAH SWT akan memberikan HADIAH dan PENGHARGAAN kepada orang-orang yang MURTAD sampai akhir hayatnya berupa tempat kembali yang bernama NERAKA JAHANNAM sehingga diri kita akan menjadi TETANGGA yang baik bagi JIN/IBLIS/SYAITAN.
  
mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram. Katakanlah: "Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar; tetapi menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kafir kepada Allah, (menghalangi masuk) Masjidilharam dan mengusir penduduknya dari sekitarnya, lebih besar (dosanya) di sisi Allah[134]. Dan berbuat fitnah[135] lebih besar (dosanya) daripada membunuh. Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu Dia mati dalam kekafiran, Maka mereka Itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka Itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.
(surat Al Baqarah (2) ayat 217)

[134] Jika kita ikuti Pendapat Ar Razy, Maka terjemah ayat di atas sebagai berikut: Katakanlah: "Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar, dan (adalah berarti) menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kafir kepada Allah dan (menghalangi manusia dari) Masjidilharam. Tetapi mengusir penduduknya dari Masjidilharam (Mekah) lebih besar lagi (dosanya) di sisi Allah." Pendapat Ar Razy ini mungkin berdasarkan pertimbangan, bahwa mengusir Nabi dan sahabat-sahabatnya dari Masjidilharam sama dengan menumpas agama Islam.
[135] Fitnah di sini berarti penganiayaan dan segala perbuatan yang dimaksudkan untuk menindas Islam dan muslimin.

Sekarang apa yang harus kita perbuat jika kita telah melakukan perbuatan MURTAD? Jika kita ingin tetap mempertahankan KEMURTADAN yang kita miliki, yang pasti  ALLAH SWT tidak akan pernah merasa RUGI sedikitpun dengan tindakan kita, untuk itu terimalah HADIAH dan PENGHARGAAN ALLAH SWT berupa NERAKA JAHANNAM. Akan tetapi jika kita ingin melenyapkan KEMURTADAN yang telah kita lakukan, tidak ada jalan keluar yang TERBAIK kecuali TAUBATAN NASUHA. Hal yang harus kita ingat adalah TAUBATAN NASUHA memiliki  keterbatasan WAKTU yaitu hanya berlaku sebelum RUH tiba dikerongkongan. Jika kita merasa telah MURTAD atau telah berbuat sesuatu yang dapat dikategorikan perbuatan MURTAD,  sudahkah kita memanfaatkan sisa usia kita untuk melakukan TAUBATAN NASUHA atau apakah KEMUDAHAN ALLAH SWT yang telah ALLAH SWT berikan ini akan kita sia-siakan?   

D.     MUNAFIQ


MUNAFIQ berdasarkan surat An Nisaa' (4) ayat 142 yang kami kemukakan di bawah ini,   diartikan sebagai TINDAKAN MENIPU ALLAH SWT melalui tindakan yang seolah-olah untuk mencari dan mendapatkan keridhaan ALLAH SWT akan tetapi untuk mencari pujian atau popularitas di dalam masyarakat. Selain daripada itu, menurut surat  Az Zumar (39) ayat 8,  ALLAH SWT mengemukakan contoh lainnya dari perbuatan MUNAFIQ, yaitu apabila manusia ditimpa kemudharatan, maka  dia memohon pertolongan kepada ALLAH SWT dengan kembali kepada-Nya; kemudian apabila ALLAH SWT memberikan nikmat-Nya kepadanya lupalah dia akan kemudharatan yang pernah ia doakan  kepada ALLAH SWT untuk menghilangkannya sebelum itu.


Untuk menambah pengertian tentang orang yang MUNAFIQ, berikut ini akan kami kemukakan beberapa  ciri-ciri atau sifat-sifat orang munafiq  yaitu tidak berpendirian tetap dan jelas; tidak dapat dipercaya sama sekali; ucapan-ucapannya bohong, dusta; sumpah dan janjinya tidak ditepati; amal ibadahnya riya' (mencari pujian); suka bergaul dengan orang yang memusuhi Islam; selalu curiga terhadap kegiatan Islam; suka berbuat kerusakan; enggan berdakwah dan berjihad; lebih takut kepada manusia daripada takut kepada       ALLAH SWT; tidak suka berhukum kepada  Al-Qur'an; mencari keuntungan pribadi saja. Selanjutnya sebagai KHALIFAH yang sedang melaksanakan tugas di muka bumi, jangan sampai kita menjadi orang MUNAFIQ baik ditinjau dari sisi hubungan kita kepada ALLAH SWT ataupun kepada sesama KHALIFAH. Jika sampai perbuatan MUNAFIQ terjadi pada diri kita, berarti :

1.      PENGETAHUAN dan PEMAHAMAN kita tentang  ALLAH SWT sudah tidak sesuai lagi dengan KEHENDAK ALLAH SWT.
2.      PENGETAHUAN dan  PEMAHAMAN kita tentang DIINUL ISLAM sudah tidak sesuai lagi dengan KEHENDAK ALLAH SWT.
3.      KEIMANAN dan PEMAHAMAN yang ada di dalam diri baik tentang ALLAH SWT maupun tentang DIINUL ISLAM  baru sebatas UCAPAN BELAKA atau baru sampai di bibir saja sehingga keimanan yang kita lakukan belum dapat merasakan nikmatnya bertuhankan kepada ALLAH SWT.  


Jika ke tiga kondisi di atas ini terjadi pada diri kita, berarti  di dalam diri kita telah terjadi GANGGUAN atau KETIDAKNORMALAN di dalam menyikapi sesuatu, yaitu mampu menempatkan dan meletakkan bahwa PEDASNYA itu CABAI lebih tinggi dari pada IMAN kepada ALLAH SWT. Padahal jika kita termasuk orang yang telah TAHU DIRI, kedudukan ALLAH SWT harus diletakkan dan ditempatkan di atas segala-galanya.

Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka[364]. dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. mereka bermaksud riya[365] (dengan shalat) di hadapan manusia. dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali[366]. [0]
(surat An Nisaa' (4) ayat 142)

[364] Maksudnya: Alah membiarkan mereka dalam pengakuan beriman, sebab itu mereka dilayani sebagai melayani Para mukmin. dalam pada itu Allah telah menyediakan neraka buat mereka sebagai pembalasan tipuan mereka itu.
[365] Riya Ialah: melakukan sesuatu amal tidak untuk keridhaan Allah tetapi untuk mencari pujian atau popularitas di masyarakat.
[366] Maksudnya: mereka sembahyang hanyalah sekali-sekali saja, Yaitu bila mereka berada di hadapan orang.

dan apabila manusia itu ditimpa kemudharatan, Dia memohon (pertolongan) kepada Tuhannya dengan kembali kepada-Nya; kemudian apabila Tuhan memberikan nikmat-Nya kepadanya lupalah Dia akan kemudharatan yang pernah Dia berdoa (kepada Allah) untuk (menghilangkannya) sebelum itu, dan Dia mengada-adakan sekutu-sekutu bagi Allah untuk menyesatkan (manusia) dari jalan-Nya. Katakanlah: "Bersenang-senanglah dengan kekafiranmu itu Sementara waktu; Sesungguhnya kamu Termasuk penghuni neraka".
(surat Az Zumar (39) ayat 8)


Jika sekarang ALLAH SWT memberikan PENGHARGAAN berupa status PERMANENT RESIDENCE di NERAKA JAHANNAM kepada KHALIFAH yang berbuat dan berperilaku MUNAFIQ, apakah ini memang sebuah kepantasan dan kepatutan yang memang seharusnya berlaku demikian? ALLAH SWT memberikan PENGHARGAAN seperti ini memang sudah selayaknya dan memang sudah sepantasnya serta memang sudah sepatutnya diberikan kepada orang yang mempermain-mainkan ALLAH SWT  melalui sikap yang diperbuatnya. ALLAH SWT bukanlah sesuatu yang pantas dan patut untuk dipermainkan melalui sikap dan perbuatan manusia, seperti yang dikemukakan dalam surat Az Zumar (39) ayat 38 dan surat An Nisaa' (4) ayat 142 di atas, akan tetapi ALLAH SWT harus di imani sesuai dengan KEHENDAK ALLAH SWT itu sendiri.


E. DURHAKA kepada ORANG TUA


Sebagai KHALIFAH ALLAH SWT yang sedang menjalankan tugas di muka bumi, ada beberapa pertanyaan yang akan kami ajukan yaitu:

1.      Dapatkah kita menjalankan tugas sebagai KHALIFAH  jika kita tidak pernah di lahirkan ke muka bumi? 
2.      Dapatkah kita merasakan enaknya menjadi seorang Pengusaha, merasakan menjadi Orang Kaya, merasakan menjadi Eksekutif, Yudikatif, Legislatif atau merasakan menimang cucu atau menikmati kesenangan hidup, jika kita tidak pernah dilahirkan ke muka bumi?
3.  Dapatkah proses RENEGERASI KEKHALIFAHAN di muka bumi yang saat ini kita jalankan terjadi, sedangkan diri kita tidak pernah dilahirkan ke muka bumi?

Tanpa pernah dilahirkan ke muka bumi, maka diri kita tidak akan pernah dan juga tidak akan mungkin bisa melaksanakan tugas sebagai KHALIFAH atau tidak akan mungkin melaksanakan proses REGENERASI KEKHALIFAHAN serta tidak akan dapat merasakan apa-apa yang ada di dunia ini.

Dia menciptakan kamu dari seorang diri kemudian Dia jadikan daripadanya isterinya dan Dia menurunkan untuk kamu delapan ekor yang berpasangan dari binatang ternak. Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan[1306]. yang (berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan yang mempunyai kerajaan. tidak ada Tuhan selain dia; Maka bagaimana kamu dapat dipalingkan?
(surat Az Zumar (39) ayat 6)


[1306] Tiga kegelapan itu ialah kegelapan dalam perut, kegelapan dalam rahim, dan kegelapan dalam selaput yang menutup anak dalam rahim.


Selanjutnya untuk dapat lahir ke dunia ini, tentu kita harus dilahirkan terlebih dahulu, siapakah yang melahirkan diri kita? Berdasarkan surat Az Zumar (39) ayat 6 di atas ini, keberadaan diri kita bermula dari dalam RAHIM seorang IBU melalui tahap demi tahap atau kejadian demi kejadian yang kemudian lahirlah diri kita ke dunia dalam keadaan tidak mampu berbuat apapun juga kecuali dengan TANGISAN. TANGISAN adalah SENJATA utama diri kita untuk segala maksud dan tujuan yang ingin kita peroleh, apakah itu lapar, apakah itu buang air, apakah itu sakit. Jika sekarang ALLAH SWT selaku Inisiator yang sekaligus Pencipta dan Pemilik dari KEKHALIFAHAN di muka bumi, menyuruh KHALIFAHNYA untuk berbakti kepada orang tua, apakah seruan, perintah ALLAH SWT ini berlebihan atau apakah memang sudah seharusnya ini yang harus kita lakukan?


Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu Yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar[518]". demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya kamu memahami(nya).
(surat Al An'am (6) ayat 151)

[518] Maksudnya yang dibenarkan oleh syara' seperti qishash membunuh orang murtad, rajam dan sebagainya.



dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia[850].
(surat Al Israa' (17) ayat 23)

[850] Mengucapkan kata Ah kepada orang tua tidak dlbolehkan oleh agama apalagi mengucapkan kata-kata atau memperlakukan mereka dengan lebih kasar daripada itu.

Jika kita termasuk orang yang telah TAHU DIRI, yaitu TAHU siapa diri kita dan TAHU siapa ALLAH SWT, sudah sepantasnya dan sudah memang seharusnya kita memenuhi PERINTAH ALLAH SWT untuk berbakti kepada orang tua atau berbuat baik kepada orang tua sebab keberadaan diri kita di muka bumi ini tidak akan mungkin terjadi  jika tanpa ada orang tua yang melahirkan kita. Adanya keterkaitan yang begitu KENTAL dan begitu HEBAT antara diri kita dengan orang tua kita, lihatlah hadits yang kami kemukakan di bawah ini.  

Keridhaan ALLAH SWT tergantung kepada keridhaan kedua orang tua dan murka ALLAH SWT pun terletak pada murka kedua orang tua.
(HR Al Hakim)

ALLAH SWT selaku INISIATOR yang sekaligus PENCIPTA dan PEMILIK dari langit dan bumi, sampai-sampai meletakkan dan menempatkan baik Ridha-Nya maupun Murka-Nya di bawah KERIDHAAN dan KEMURKAAN orang tua. Begitu tinggi, begitu mulia, begitu hebat, posisi orang tua diletakkan oleh ALLAH SWT dalam struktur keluarga dan/atau di dalam kerangka rencana besar ALLAH SWT tentang KEKHALIFAHAN di muka bumi. Jika ALLAH SWT saja meletakkan dan menempatkan setiap orang tua pada posisi yang begitu tinggi dan mulia, apakah kita sebagai orang yang dilahirkan, di asuh, dibesarkan oleh orang tua justru akan merendahkan orang tua dengan berbuat durhaka kepada mereka atau berkata kasar kepada mereka atau bahkan menelantarkan mereka? Jika sampai diri kita BERANI berbuat DURHAKA kepada orang tua, berarti kita telah MENANTANG  ALLAH SWT dan siap untuk  memperoleh PENGHARGAAN  ALLAH SWT berupa TIKET PERMANENT RESIDENCE untuk menempati NERAKA JAHANNAM.


F. BURUK SANGKA kepada ALLAH SWT.


ALLAH SWT dengan KEMAHAAN yang dimiliki-Nya tidak wajib bagi diri-Nya untuk mempunyai SIFAT dan ASMA, sebab  ALLAH SWT dengan KEMAHAAN yang dimilikinya tidak membutuhkan sesuatu apapun juga  dan dari siapun juga.  Akan tetapi setelah ALLAH SWT menciptakan langit dan bumi beserta isinya termasuk KEKHALIFAHAN di muka bumi, maka ALLAH SWT mewajibkan bagi diri-Nya untuk memiliki SIFAT dan ASMA. Adanya SIFAT dan ASMA yang berlaku bagi ALLAH SWT dalam rangka ALLAH SWT menunjukkan keberadaan ALLAH SWT di alam semesta ini, mengawasi, melindungi, memelihara seluruh alam beserta isinya. Sehingga melalui SIFAT dan ASMA yang dimiliki ALLAH SWT maka KEMAHAAN  ALLAH SWT akan ditampilkan, diperlihatkan, baik secara nyata maupun secara tersirat. Timbul pertanyaan, untuk siapakah SIFAT dan ASMA yang dimiliki ALLAH SWT sedangkan  ALLAH SWT tidak membutuhkan itu semua? Adanya CIPTAAN atau MAKHLUK yang diciptakan ALLAH SWT maka SIFAT (dalam hal ini adalah SIFAT MA'ANI)  dan ASMA yang dimiliki ALLAH SWT adalah UNTUK CIPTAAN atau untuk MAKHLUK yang diciptakan ALLAH SWT termasuk di dalamnya SIFAT MA'ANI dan ASMA yang dimiliki ALLAH SWT untuk DIRI KITA sendiri. Untuk itu jika kita merasa sebagai KHALIFAH yang sedang melaksanakan tugas di muka bumi, jadikanlah  hal ini sebagai PENGETAHUAN yang melekat dengan diri kita sehingga akan memudahkan dan menjadikan diri kita sebagai KHALIFAH yang sekaligus MAKHLUK PILIHAN.

Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.
(surat Al Hujuraat (49) ayat 12)


Selanjutnya, jika SIFAT MA'ANI dan ASMA yang dimiliki ALLAH SWT ditujukan untuk diri kita, timbul pertanyaan bagaimanakah agar kita memperoleh tambahan SIFAT MA'ANI dan ASMA yang telah ada di dalam diri kita? Untuk memperoleh sesuatu dari ALLAH SWT yang MAHA BESAR tentu tidak semudah membalikkan telapak tangan. ALLAH SWT melalui surat Al Hujuraat (49) ayat 12 di atas ini memberikan pedoman kepada KHALIFAHNYA yang ingin memperoleh tambahan SIFAT MA'ANI dan ASMA yang sudah ada di dalam diri, haruslah BERPRASANGKA BAIK kepada ALLAH SWT terlebih dahulu dengan menempatkan dan meletakkan KEMAHAAN yang dimiliki oleh ALLAH SWT sesuai dengan yang dikehendaki-Nya. Adanya PRASANGKA BAIK kepada ALLAH SWT maka ALLAH SWT pun akan memberikan Prasanka Baik itu kepada yang mempersangkakannya. Demikian pula kepada yang berprasangka buruk maka ALLAH SWT akan memberikan prasangka buruk itu kepada yang mempersangkakannya.
 
Watsilah bin Al-Asqa' ra, berkata: Nabi SAW bersabda: ALLAH ta'ala berfirman: Aku selalu menurutkan sangkaan hamba-Ku terhadap diri-Ku, jika ia baik sangka kepada-Ku maka ia dapat dari padaku apa yang ia sangka. Dan bila ia jahat (jelek) sangka kepada-Ku, maka ia dapat apa yang ia sangka dari pada-Ku.
(HQR At Thabarani dan Ibn Hibban, 272:71)

Setelah berprasangka baik kepada ALLAH SWT apakah sudah cukup untuk memperoleh tambahan SIFAT MA'ANI dan ASMA ALLAH SWT? Langkah yang harus kita lakukan berikutnya adalah  memenuhi syarat dan ketentuan yang dikehendaki oleh ALLAH SWT. Jika di dalam hukum alam berlaku ketentuan  yang kecil dikalahkan oleh  yang besar, akan tetapi dalam ILMU  ALLAH SWT tentang PRASANGKA BAIK  yang dilakukan oleh hambanya, hal ini  tidak berlaku sebab jika YANG KECIL bertemu dan  tersambung dengan YANG MAHA BESAR maka YANG KECIL akan terbantu dan/atau  akan tertolong dan/atau yang kecil akan memperoleh SINERGI dari yang BESAR.  Agar  ALLAH SWT yang MAHA BESAR dapat membantu dan dapat menolong YANG KECIL, maka :

1.      Kita yang kecil wajib menyelaraskan, menyerasikan, dan menyeimbangkan dengan kondisi dan keadaan ALLAH SWT yang MAHA BESAR.
2.      Kita yang kecil harus berada di dalam ketentuan ALLAH SWT yang MAHA BESAR.
3.      Kita yang kecil harus sesuai dengan SYARAT dan KETENTUAN yang diinginkan oleh ALLAH SWT yang MAHA BESAR.
4.      Kita yang kecil jangan sampai meninggalkan ALLAH SWT yang MAHA BESAR.
5.      Kita yang kecil jangan mencoba mengalahkan ALLAH SWT yang MAHA BESAR.
6.      Kita yang kecil jangan  melecehkan ALLAH SWT yang MAHA BESAR.
7.      Kita yang kecil harus selalu berada di dalam gelombang dan siaran yang sama dengan ALLAH SWT yang MAHA BESAR.


Untuk itu, maka kita harus dapat selalu selaras, harus selalu serasi dan harus selalu seimbang dengan ALLAH SWT dengan cara menyamakan SYARAT dan KETENTUAN yang telah ditetapkan maka prasangka baik yang kita sangkakan akan kita peroleh dari  ALLAH SWT. Yang menjadi persoalan adalah KITA YANG KECIL berusaha untuk memperoleh tambahan SIFAT MA'ANI dan tambahan ASMA yang diperuntukkan untuk diri kita, tetapi jalan yang kita tempuh untuk memperoleh prasangka baik dengan mempergunakan prasangka buruk kepada ALLAH SWT sehingga diri kita bukannya memenuhi syarat dan ketentuan yang ALLAH SWT KEHENDAKI akan tetapi kita justru melawan dan menentang ALLAH SWT yang MAHA BESAR, bagaimana mungkin akan kita dapatkan kenikmatan bertuhankan kepada ALLAH SWT? ALLAH SWT hanya akan memberikan tambahan SIFAT MA'ANI dan tambahan ASMA yang dimiliki-Nya kepada makhluknya sepanjang makhluknya sesuai dengan apa-apa yang dikehendaki-Nya. Akan tetapi jika kita selalu berprasangka buruk kepada ALLAH SWT, maka manfaatkanlah sisa waktu usia yang ada atau sebelum RUH tiba dikerongkongan dengan TAUBATAN NASUHA, sebab ALLAH SWT adalah MAHA PENERIMA TAUBAT lagi MAHA PENYAYANG.


  G. LAHMUL HARAM

HALAL dan HARAM adalah suatu KETENTUAN  ALLAH SWT atau suatu KETETAPAN ALLAH SWT yang bersifat KHUSUS yang harus kita laksanakan. HALAL akan menghantarkan diri kita kepada  KEBAIKAN  sedangkan HARAM akan menghantarkan diri kita kepada KEBURUKAN. Setelah ketentuan HALAL dan HARAM di tetapkan oleh ALLAH SWT selanjutnya maka diri kitalah yang akan menjadikan KETENTUAN dan/atau KETETAPAN  tentang HALAL dan juga tentang HARAM berlaku pada kehidupan kita. Jika sampai diri kita yang menjadikan ketentuan HALAL berlaku pada kehidupan kita maka KEBAIKANlah yang akan kita peroleh sedangkan jika ketentuan HARAM berlaku pada kehidupan kita maka KEBURUKANlah yang akan kita peroleh. Selanjutnya jika ketentuan HALAL dan HARAM di atas kita hubungkan dengan surat Al Abasa (80) ayat 24; surat  Al Baqarah (2) ayat 168 serta Hadits Qudsi Riwayat Abussyekh, 272:259, dan juga surat  Al Maaidah (5) ayat 3,  maka ketentuan HALAL dan HARAM sangat berhubungan erat dengan MAKANAN dan MINUMAN yang kita konsumsi.

diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah[394], daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya[395], dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah[396], (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini[397] orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa[398] karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(surat Al Maaidah (5) ayat 3)


[394] Ialah: darah yang keluar dari tubuh, sebagaimana tersebut dalam surat Al An-aam ayat 145.
[395] Maksudnya Ialah: binatang yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk dan yang diterkam binatang buas adalah halal kalau sempat disembelih sebelum mati.
[396] Al Azlaam artinya: anak panah yang belum pakai bulu. Orang Arab Jahiliyah menggunakan anak panah yang belum pakai bulu untuk menentukan Apakah mereka akan melakukan suatu perbuatan atau tidak. Caranya Ialah: mereka ambil tiga buah anak panah yang belum pakai bulu. Setelah ditulis masing-masing Yaitu dengan: lakukanlah, jangan lakukan, sedang yang ketiga tidak ditulis apa-apa, diletakkan dalam sebuah tempat dan disimpan dalam Ka'bah. Bila mereka hendak melakukan sesuatu Maka mereka meminta supaya juru kunci ka'bah mengambil sebuah anak panah itu. Terserahlah nanti Apakah mereka akan melakukan atau tidak melakukan sesuatu, sesuai dengan tulisan anak panah yang diambil itu. Kalau yang terambil anak panah yang tidak ada tulisannya, Maka undian diulang sekali lagi.
[397] Yang dimaksud dengan hari Ialah: masa, Yaitu: masa haji wada', haji terakhir yang dilakukan oleh Nabi Muhammad s.a.w.
[398] Maksudnya: dibolehkan memakan makanan yang diharamkan oleh ayat ini jika terpaksa.

Ibnu Abbas ra, berkata: Nabi SAW bersabda: ALLAH ta'ala berfirman: Berkata Iblis: Ya Tuhan: Semua makhluk-Mu telah engkau tentukan rezkinya, maka manakah rizkiku? ALLAH berfirman: Rizkimu adalah makanan yang tidak disebut nama-Ku padanya.
(HQR Abussyekh, 272:259)


Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.
(surat Al Baqarah (2) ayat 168)

Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya.
(surat Abasa (80) ayat 24)

Sebagai KHALIFAH  yang juga MAKHLUK PILIHAN kita tidak bisa hanya mengartikan bahwa pengertian HALAL dan HARAM hanya sebatas berhubungan erat dengan MAKANAN dan MINUMAN semata. Akan tetapi termasuk di dalamnya bagaimana cara memperoleh MAKANAN dan MINUMAN yang akan kita konsumsi dan/atau bagaimana cara mengkonsumsi MAKANAN dan MINUMAN yang sesuai dengan KEHENDAK ALLAH SWT dan/atau termasuk di dalamnya jenis-jenis pekerjaan untuk memperoleh PENGHASILAN  atau Pendapatan keluarga.

Selanjutnya mari kita hubungkan antara JASMANI dan RUHANI dengan makanan dan minuman yang kita konsumsi. JASMANI asalnya dari ALAM maka JASMANI akan dipengaruhi oleh sifat-sifat alam yang mencerminkan nilai-nilai keburukan sedangkan RUHANI asalnya dari ALLAH SWT maka RUHANI akan dipengaruhi dan menjadikan NILAI-NILAI ILAHIAH sebagai sifat dasarnya. Jika ini adalah kondisi dasar dari sifat alamiah JASMANI dan sifat alamiah RUHANI, maka dapat dikatakan bahwa antara JASMANI dan RUHANI mempunyai sifat yang saling bertolak belakang.


Sekarang apa jadinya jika JASMANI yang sejak awal sudah memiliki sifat alamiah yang mencerminkan NILAI-NILAI KEBURUKAN, lalu kita berikan MAKANAN dan MINUMAN yang HARAM sewaktu pembentukannya di dalam rahim dan/atau kita berikan MAKANAN dan MINUMAN yang HARAM pada saat kita merawatnya, adakah dampak bagi JASMANI dan RUHANI manusia? Jika makanan dan minuman yang haram merupakan cikal bakal zat pembentuk jasmani, berarti bibit-bibit dari NILAI-NILAI KEBURUKAN sudah kita tanam di dalam diri manusia dan jika perawatan jasmani dilakukan juga dengan makanan dan minuman yang haram maka NILAI-NILAI KEBURUKAN yang sudah ada di dalam diri manusia akan semakin PARAH dan semakin GAWAT NILAI-NILAI KEBURUKANNYA dan/atau akan menjadi DOUBLE NILAI-NILAI KEBURUKANNYA. Jika ini yang terjadi maka tarikan JASMANI untuk menguasai dan mengendalikan RUHANI menjadi lebih kuat dan/atau akan adanya tarikan yang cukup kencang di dalam diri manusia yaitu NILAI-NILAI ILAHIAH yang di bawa oleh RUHANI dicoba diganti dengan NILAI-NILAI KEBURUKAN yang di bawa oleh JASMANI.


Jika kondisi manusia sudah seperti ini, akibat pengaruh makanan dan minuman yang haram. Timbul pertanyaan dapatkah hubungan manusia dengan ALLAH SWT terwujud atau dapatkah kualitas keimanan manusia terjaga secara utuh? Untuk mendapatkan siaran radio saja harus terjadi kesesuaian frekuensi dan gelombang. Hal yang sama juga berlaku dengan ALLAH SWT, dimana hubungan MANUSIA akan terputus atau akan mengalami gangguan jika diri  manusia tidak dapat menyesuaikan dengan frekuensi dan gelombang yang dimiliki atau yang dikehendaki ALLAH SWT. ALLAH SWT sebagai DZAT yang MAHA FITRAH; ALLAH SWT DZAT yang MAHA SUCI,  tentu hanya dapat disambungkan atau hanya dapat dihubungi oleh dzat yang tidak terkontaminasi dengan yang HARAM (dalam hal ini oleh HATI RUHANI yang FITRAH) dan/atau yang sama Frekuensi dan Gelombangnya  dengan KEFITRAHAN ALLAH SWT. Sebagai KHALIFAH yang sedang melaksanakan tugas di muka bumi, diri kita tidak boleh sembarangan atau sembrono mengkonsumsi Makanan dan Minuman dan/atau tidak boleh sembarangan memperoleh Penghasilan. Untuk mendapatkan dan/atau mengkonsumsi Makanan dan Minuman yang sesuai dengan KEHENDAK ALLAH SWT, penuhilah syarat dan ketentuan sebagai berikut:

1.      MAKANLAH MAKANAN dan MINUMAN yang memenuhi prinsip HALAL dan THAIB.
2.      Jangan pernah memakan dan meminum atau mengkonsumsi makanan dan minuman yang memenuhi prinsip HARAM dan SYAIT.
3.      BACAKAN BISMILLAH sebelum mengkonsumsi setiap MAKANAN dan MINUMAN, jangan sampai kita yang makan dan minum akan tetapi IBLIS yang kenyang.
4.      BERDOALAH sebelum makan dan minum, semoga keberkahan atas makanan dan minuman yang kita konsumsi sesuai dengan kebutuhan JASMANI kita dan/atau jika terdapat kekurangan, kelebihan, kesalahan yang tidak memenuhi prinsip HALAL dan THAIB semoga ALLAH SWT menyempurnakannya.  


Adanya ketentuan ini, tidak cukup bagi kita jika hanya mengandalkan HALAL dan THAIB, BASMALAH dan DOA semata sewaktu mengkonsumsi makanan dan minuman. Akan tetapi cara memperoleh makanan dan minumanpun harus kita perhatikan dan/atau termasuk di dalamnya cara memperoleh penghasilan juga harus kita perhatikan. ALLAH SWT tidak akan pernah salah dan tidak akan pernah lengah dengan hal ini semua, ALLAH SWT sangat mengetahui apapun yang kita perbuat. Untuk itu berhati-hatilah sewaktu bekerja, sewaktu makan dan minum karena dampak HALAL dan HARAM akan dapat mempengaruhi kualitas keimanan diri kita.


Pembaca, selain 7(tujuh) buah KARANG-KARANG PENGHANCUR KEIMANAN yang telah kami kemukakan di atas, masih  terdapat beberapa karang-karang penghancur iman lainnya, yang juga harus kita waspadai sewaktu melaksanakan tugas sebagai KHALIFAH di muka bumi, yaitu: 

1)      Bersikap Takabur dan/atau Merasa diri Hebat yang lainnya Lemah dan/atau merasa diri suci.


Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.
(surat Luqman (31) ayat 18)

(yaitu) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Luas ampunanNya. dan Dia lebih mengetahui (tentang keadaan)mu ketika Dia menjadikan kamu dari tanah dan ketika kamu masih janin dalam perut ibumu; Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa.
(surat An Najm (53) ayat 32)
                                                                                        
2) Perbuatan Zina, Berselingkuh, Lesbian, Homoseks.

dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.
(surat Al Israa' (17) ayat 32)

3) Sihir, Tenung, Nujum, Pelet, Guna-Guna.

dan lemparkanlah apa yang ada ditangan kananmu, niscaya ia akan menelan apa yang mereka perbuat. "Sesungguhnya apa yang mereka perbuat itu adalah tipu daya tukang sihir (belaka). dan tidak akan menang tukang sihir itu, dari mana saja ia datang".
(surat Thaahaa (20) ayat 69)

4) Zhalim, Kejam, Bersikap Aniaya.

dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang membuat-buat suatu kedustaan terhadap Allah, atau mendustakan ayat-ayat-Nya? Sesungguhnya orang-orang yang aniaya itu tidak mendapat keberuntungan.
(surat Al An'am (6) ayat 21)

5.      Ghadap/Pemarah/Emosional/Temperamental.

dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam Keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), Maka ia menyeru dalam Keadaan yang sangat gelap[967]: "Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha suci Engkau, Sesungguhnya aku adalah Termasuk orang-orang yang zalim."
(surat Al Anbiyaa' (21) ayat 87)


 [967] Yang dimaksud dengan Keadaan yang sangat gelap ialah didalam perut ikan, di dalam laut dan di malam hari.

6) Bakhil, Pelit, Kikir, Mementingkan Diri sendiri

sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karuniaNya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.
(surat Ali Imran (3) ayat 180)

7) Riya, Ujub, Sum'ah

dan (juga) orang-orang yang menafkahkan harta-harta mereka karena riya[297] kepada manusia, dan orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan kepada hari kemudian. Barangsiapa yang mengambil syaitan itu menjadi temannya, Maka syaitan itu adalah teman yang seburuk-buruknya.
(surat An Nisaa' (4) ayat 38)

[297] Riya ialah melakukan sesuatu karena ingin dilihat dan dipuji orang.

8)_Putus Asa

Hai anak-anakku, Pergilah kamu, Maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir".
(surat Yusuf (12) ayat 87)

9) Pemalas/Kasal

bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah[767]. Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan[768] yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.
(surat Ar Ra'd (13) ayat 11)

[767] Bagi tiap-tiap manusia ada beberapa Malaikat yang tetap menjaganya secara bergiliran dan ada pula beberapa Malaikat yang mencatat amalan-amalannya. dan yang dikehendaki dalam ayat ini ialah Malaikat yang menjaga secara bergiliran itu, disebut Malaikat Hafazhah.
[768] Tuhan tidak akan merobah Keadaan mereka, selama mereka tidak merobah sebab-sebab kemunduran mereka.

Pembaca, inilah sebagian dari KARANG-KARANG yang dapat menghancurkan KEIMANAN yang harus kita ketahui dan jadikan PENGETAHYAN yang dikemukakan ALLAH SWT di dalam Al-Qur'an, dan masih banyak lagi. Setelah mengetahui hal itu semua,  kami berharap jangan pernah lakukan hal-hal tersebut di atas, jangan pernah berkenalan dengan hal-hal tersebut di atas, jangan pernah mendekati ha-hal tersebut di atas, jauhkan dan hindarkan itu semua, agar kita selalu berada di dalam KEHENDAK ALLAH SWT terkecuali kita ingin pulang kampung ke NERAKA JAHANNAM.


Selanjutnya jika KARANG-KARANG PENHANCUR IMAN yang kami kemukakan di atas melekat di dalam diri kita, dapat dikatakan bahwa diri kita dikelompokkan atau masuk dalam kriteria NAFS FUJUR yang terdiri dari NAFSU HEWANI, NAFSU AMARAH atau NAFSU MUSAWWILAH. Jika ini yang terjadi dapat dikatakan bahwa  manajemen diri kita telah diserahkan kepada JASMANI dan/atau RUHANI telah patuh dan tunduk kepada keinginan JASMANI. Untuk itu jika sampai diri kita melakukan hal-hal yang termasuk di dalam KARANG-KARANG PENGHANCUR IMAN kepada ALLAH SWT yang telah kami kemukakan di atas, ketahuilah bahwa:

1) Orang yang BERAMAL BAIK tidak akan pernah disamakan dengan orang yang BERAMAL JAHAT

Sebagai KHALIFAH di muka bumi, kita harus meyakini dengan seyakin-yakinnya bahwa AMAL BAIK atau orang yang BERAMAL BAIK tidak akan mungkin disamakan dengan AMAL JAHAT atau dengan orang yang BERAMAL JAHAT oleh ALLAH SWT baik di dunia maupun di akhirat. Hal ini termuat di dalam surat  Al Jaatsiyah (45) ayat 21 di bawah ini.

  
Apakah orang-orang yang membuat kejahatan itu menyangka bahwa Kami akan menjadikan mereka seperti orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, Yaitu sama antara kehidupan dan kematian mereka? Amat buruklah apa yang mereka sangka itu.
(surat Al Jaatsiyah (45) ayat 21)

Adanya kondisi seperti ini ALLAH SWT menerangkan kepada kita bahwa apa-apa yang BAIK akan memberikan dampak yang baik pula bagi diri kita sedangkan apa-apa yang buruk akan memberikan dampak yang buruk pula bagi diri kita. Jika sekarang kita berharap melakukan perbuatan yang buruk atau perbuatan yang tidak dikehendaki ALLAH SWT lalu kita berharap memperoleh kebaikan, maka hal itu tidak akan mungkin pernah terjadi. BURUK tetaplah BURUK sedangkan yang BAIK tetap akan menjadi yang BAIK pula. Hal ini sudah menjadi KEPUTUSAN ALLAH SWT. Adanya KETEGASAN yang dikemukakan oleh ALLAH SWT hal ini menunjukkan kepada kita bahwa ALLAH SWT tidak menerapkan STANDARD GANDA untuk mengisi SYURGA maupun NERAKA.ALLAH SWT juga tidak mengenal istilah ABU-ABU sebab yang ada hanya dua yaitu yang BAIK ke SYURGA dan yang BURUK ke NERAKA. Adanya hal ini juga menandakan bahwa ALLAH SWT  akan mengisi  NERAKA dan SYURGA secara ADIL  sesuai dengan ASMA ALLAH SWT yaitu             AL 'ADLU, yaitu DZAT yang MAHA ADIL.

 2) AMAL dan DOSA untuk diri sendiri

Seperti halnya kita memakan CABAI maka kita sendirilah yang akan merasakan PEDASNYA CABAI. Hal yang sama juga berlaku sewaktu kita merasakan nikmatnya beriman kepada ALLAH SWT. PEDASNYA CABAI dan/atau NIKMATNYA IMAN hanya dapat dirasakan oleh orang yang merasakan sendiri CABAI dan IMAN. Tidak akan mungkin orang yang tidak memakan CABAI atau orang yang tidak beriman akan merasakan PEDASNYA CABAI atau NIKMATNYA IMAN. Sekarang bagaimana dengan perbuatan DOSA, apakah perbuatan DOSA akan disamakan perlakuannya dengan IMAN dan AMAL SHALEH oleh ALLAH SWT?
  
dan berkatalah orang-orang kafir kepada orang-orang yang beriman: "Ikutilah jalan Kami, dan nanti Kami akan memikul dosa-dosamu", dan mereka (sendiri) sedikitpun tidak (sanggup), memikul dosa-dosa mereka. Sesungguhnya mereka adalah benar-benar orang pendusta.
dan Sesungguhnya mereka akan memikul beban (dosa) mereka, dan beban- beban (dosa yang lain) di samping beban-beban mereka sendiri, dan Sesungguhnya mereka akan ditanya pada hari kiamat tentang apa yang selalu mereka ada-adakan.
(surat Al Ankaabut (29) ayat 12-13)

Seperti halnya kita merasakan pedasnya CABAI, barangsiapa yang BERBUAT DOSA maka dia sendiri  yang akan menanggung DOSA tersebut. DOSA merupakan PERBUATAN INDIVIDUAL sehingga yang bertanggung jawab juga secara INDIVIDUAL. DOSA tidak mengenal kelompok atau secara berjamaah, sebab masing-masing diri akan bertanggung jawab atas dirinya sendiri. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan ALLAH SWT dalam surat Al Ankaabut (29) ayat 12-13 di atas ini.

Sebagai KHALIFAH di muka bumi  jangan pernah berharap jika kita melakukan perbuatan DOSA maka hasilnya adalah PAHALA atau AMAL KEBAIKAN dan/atau tidak akan mungkin perbuatan DOSA akan sesuai dengan NILAI-NILAI ILAHIAH sebab  DOSA akan memberikan dampak dan konsekuensi keburukan bagi diri sendiri. DOSA tidak akan mungkin menghantarkan kita ke SYURGA sebab PENDOSA kampungnya di NERAKA JAHANNAM. Selanjutnya, mungkinkah kita menanggung DOSA dari apa yang tidak kita perbuat dan/atau menanggung dosa orang lain? Apa yang kita perbuat akan dimintakan pertanggungjawaban oleh ALLAH SWT. Jika kita berbuat DOSA maka kita sendirilah yang akan memikul  DOSA  yang kita lakukan. DOSA orang lain tidak akan menjadi beban DOSA kita sepanjang perbuatan kita tidak ada sangkut pautnya dengan orang tersebut. Namun apabila perbuatan kita menyebabkan orang lain celaka atau menjadi berdosa dimana orang tersebut tidak rela maka perbuatan dosanya tidak dilimpahkan kepada kita namun amal baik yang masih tersisa menjadi taruhannya dan/atau amal baik yang masih tersisa diminta untuk diserahkan kepada orang tersebut.   


Pembaca, jika saat ini anda merasa bahwa KARANG-KARANG PENGHANCUR IMAN masih juga bercokol di dalam diri. Tidak ada jalan lain kecuali kita hilangkan dan hancurkan melalui jalan TAUBATAN NASUHA. Untuk itu manfaatkanlah fasilitas SUNSET POLICY yang  ALLAH SWT berikan yaitu sebelum RUH tiba dikerongkongan.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar