IMAN yang ada di
dalam DIRI harus MANTAP dan UTUH seperti
MANTAP dan UTUHNYA diri kita menyatakan bahwa CABAI itu PEDAS. Mantap dan
Utuhnya IMAN dalam diri kita harus dapat dirasakan kembali dan dirasakan
kembali dari waktu ke waktu seperti kita yang tidak kapok-kapoknya makan SAMBAL
LADO walaupun rasanya PEDAS. Jika sampai kita tidak dapat MerasakanNikmatnya
IMAN kepada ALLAH SWT seperti kita merasakan Nikmatnya SAMBAL LADO, maka
INTROSPEKSILAH diri kita sebab di dalam diri kita telah terjadi sesuatu hal
yaitu apa yang dinamakan dengan STANDARD GANDA. STANDARD GANDA yang kita
lakukan adalah dengan menempatkan dan meletakkan CABAI melebihi IMAN
kepada LLAH SWT dan/atau kepada CABAI
kita berani menyatakan bahwa CABAI itu PEDAS selama HAYAT di kandung BADAN
sedangkan kepada ALLAH SWT kita tidak bisa melakukan itu.
ALLAH SWT selaku
INISIATOR, PENCIPTA dan PEMILIK dari langit dan bumi beserta isinya Paling
Tidak Suka, Sangat membenci jika
ditempatkan dan diletakkan oleh makhluk yang diciptakannya sendiri dengan
mempergunakan STANDARD GANDA. ALLAH SWT adalah DZAT yang bersifat MUTLAK, TIDAK
ADA DUANYA, TUNGGAL, ESA, TIDAK BERBILANG, HANYA ALLAH SWT yang MAHA, sehingga
ALLAH SWT harus diakui, harus
diletakkan dan harus ditempatkan sesuai dengan kemahaan yang dimiliki-Nya. Agar
diri kita jangan sampai melakukan, bertindak, berbuat sehingga ALLAH SWT
diposisikan dengan mempergunakan STANDARD GANDA, mari kita lanjutkan kembali
pembahasan buku ini dengan memperdalam tentang IMAN kepada ALLAH SWT sebagai
pelaksanaan dari RUKUN IMAN yang ENAM dalam satu kesatuan yang tidak
terpisahkan dengan ketentuan RUKUN ISLAM dan IKHSAN.
Sebelum membahas tentang IMAN kepada ALLAH SWT lebih lanjut, perkenankan
kami untuk mengemukakan kembali beberapa PENDEKATAN yang kami pergunakan untuk mengenal dan berkenalan
dengan ALLAH SWT. Seperti telah kita ketahui bersama bahwa untuk dapat mengenal
dan berkenalan dengan ALLAH SWT secara
UTUH kita dapat mempergunakan 3(tiga) buah PENDEKATAN, yaitu PENDEKATAN melalui
DZAT, PENDEKATAN melalui SIFAT serta PENDEKATAN melalui ASMA atau PERBUATAN
atau PEKERJAAN ALLAH SWT yang tercermin
dalam NAMA-NAMA ALLAH SWT YANG INDAH. Dengan catatan kita tidak dapat
memilah-milah ketiga PENDEKATAN itu secara sendiri-sendiri atau
mengkotak-kotakkan ketiga PENDEKATAN itu secara terpisah, akan tetapi
keseluruhan PENDEKATAN yang kita lakukan harus dalam satu kesatuan PEMAHAMAN
dan satu kesatuan PENGERTIAN. Adapun masing-masing pendekatan itu dapat kami
uraikan sebagai berikut:
1. PENDEKATAN
melalui DZAT
ALLAH SWT adalah DZAT yang
menamakan diri-Nya sendiri ALLAH seperti
yang tertuang dalam surat Thahaa (20) ayat 14 di bawah ini. ALLAH SWT ada tanpa
ada yang mengadakannya. ALLAH SWT ada tanpa ada yang menyertainya. ALLAH SWT
ada dengan sendirinya. Selanjutnya seperti apakah adanya DZAT ALLAH SWT?
Sesungguhnya aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain
Aku, Maka sembahlah aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat aku.
(surat Thahaa (20)
ayat 14)
DZAT ALLAH SWT adalah DZAT yang tidak dapat ditelusuri, DZATyang tidak dapat di analisa, DZAT yang
tidak dapat di ukur, DZAT yang tidak dapat analogikan dengan sesuatu dan dengan
mempergunakan apapun juga. DZAT yang menamakan dirinya ALLAH adalah DZAT yang MAHA, DZAT yang tidak
mungkin dapat di ukur, DZAT yang tidak mungkin dapat di analisa , DZAT yang
tidak mungkin dapat di analogikan dengan sesuatu. Jika sampai DZAT
ALLAH SWT dapat di analisa, dapat di ukur, dapat di analogikan, dapat
ditelusuri, maka KEMAHAAN yang dimiliki oleh DZAT ALLAH SWT telah tercoreng
dikarenakan lebih rendah dari orang yang dapat menganalisa, mengukur dan
menganalogikan DZAT ALLAH SWT.
Selanjutnya untuk dapat menjadikan PENDEKATAN melalui DZAT menjadi sebuah
PENGETAHUAN yang melekat dalam diri kita, berikut ini akan kami kemukakan
KEMAHAAN yang dimiliki oleh DZAT ALLAH
SWT, yang terdapat dalam Al-Qur'an dan
Hadits, yaitu:
a.
DZAT
ALLAH SWT Tidak Bisa Dilihat dikarenakan kemahaan dari CAHAYA yang dimiliki
oleh ALLAH SWT
Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat
segala yang kelihatan; dan Dialah yang Maha Halus lagi Maha mengetahui.
(surat Al An'am (6) ayat 103)
b.
Gunung
Hancur terpecah belah karena KEKUATAN, KEHEBATAN, dan KEMAHAAN dari DZAT ALLAH
SWT
kalau Sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini kepada sebuah gunung, pasti
kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada
Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka
berfikir.
(surat Al Hasyr (59) ayat 21)
c.
Manusia tidak akan mungkin dapat
berbicara langsung dengan ALLAH SWT
dan tidak mungkin bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata
dengan Dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau dibelakang tabir[1347] atau
dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan
seizin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha
Bijaksana.
(surat Asy Syuura
(42) ayat 51)
[1347]
Di belakang tabir artinya ialah seorang dapat mendengar kalam Ilahi akan tetapi
Dia tidak dapat melihat-Nya seperti yang terjadi kepada Nabi Musa a.s.
d. Binasa, hancur, mati, alam dengan segala isinya karena melihat ALLAH SWT
Ibnu Abbas ra, berkata: Nabi SAW bersabda:ALLAH ta'ala berfirman:
"Wahai Musa. Engkau tidak dapat melihat-Ku. Sesungguhnya tidaklah melihat-Ku
suatu makhluk hidup melainkan ia mati dan suatu makhluk yang kering melainkan
ia tergelincir dan makhluk yang basah melainkan ia bercerai-berai. Sesungguhnya
hanyalah ahli syurga yang tidak kehilangan pandangan dan tidak rusak/hancur
jasadnya dapat melihat-Ku'
(HQR Al Hakim,
272:202)
e. Nabi Musa as, pingsan karena tidak mampu melihat kebesaran ALLAH
SWT
dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami)
pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung)
kepadanya, berkatalah Musa: "Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau)
kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau". Tuhan berfirman:
"Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu,
Maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku".
tatkala Tuhannya Menampakkan diri kepada gunung itu[565], dijadikannya gunung
itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali,
Dia berkata: "Maha suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang
yang pertama-tama beriman".
(surat
Al A'raaf (7) ayat 143)
[565]
Para mufassirin ada yang mengartikan yang
nampak oleh gunung itu ialah kebesaran dan kekuasaan Allah, dan ada pula yang
menafsirkan bahwa yang nampak itu hanyalah cahaya Allah. Bagaimanapun juga
nampaknya Tuhan itu bukanlah nampak makhluk, hanyalah nampak yang sesuai
sifat-sifat Tuhan yang tidak dapat diukur dengan ukuran manusia.
ALLAH SWT selanjutnya melarang umat-Nya untuk
mempelajari DZATNYA ALLAH SWT, bukan karena ALLAH SWT takut kehilangan atau
takut ketahuan DZATNYA atau takut rahasia ALLAH SWT terbongkar. Akan tetapi
upaya yang dilakukan oleh umat-Nya itu akan sia-sia dan akan buang-buang waktu
dan energi saja. Selain daripada itu jika sampai DZAT ALLAH SWT dapat
dipelajari maka kedudukan ALLAH SWT lebih rendah dibandingkan dengan orang yang
mampu mempelajarinya. Ini berarti gugurlah penilaian atas KEMAHAAN yang
dimiliki ALLAH SWT sebab orang yang mampu mempelajarinya telah lebih tinggi
dari ALLAH SWT. Untuk itu jadikan URUSAN DZATNYA ALLAH SWT adalah sebuah
ketetapan yang wajib kita terima dan kita akui dalam KEIMANAN tanpa perlu disanggah lagi. Adanya kondisi
ini harus kita jadikan PENGETAHUAN yang melekat di dalam diri kita tentang
ALLAH SWT seperti melekatnya PENGETAHUAN tentang CABAI yang pedas rasanya, yang
ada di dalam diri kita.
2. PENDEKATAN
melalui SIFAT
Untuk memudahkan pemahaman tentang SIFAT, perlu kami kemukakan bahwa yang
dimaksud dengan SIFAT ini, bukanlah SIFAT ALLAH SWT sebab ALLAH adalah nama
dari DZAT. Akan tetapi yang dimaksudkan dalam dalam pembahasan ini adalah SIFAT
dari DZAT ALLAH SWT. Selanjutnya DZAT yang menamakan dirinya sendiri ALLAH mempunyai dua buah sifat, yaitu:
a. SIFAT SALBIYAH adalah sifat yang hanya berlaku KHUSUS untuk DZATNYA
ALLAH SWT sehingga tidak akan mungkin dimiliki oleh selain ALLAH SWT. Adapun
SIFAT SALBIYAH yang dimiliki oleh DZATNYA ALLAH SWT terdiri dari 6(enam) buah
sifat atau biasa disebut dengan SIFAT yang ENAM, yaitu:
1)
WUJUD artinya ada; ALLAH SWT wajib ada-Nya, ALLAH
SWT pasti ada-Nya, Mustahil kalau ALLAH SWT itu tidak ada.
Allah lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa
yang ada di antara keduanya dalam enam masa kemudian Dia bersemayam di atas
'Arsy[1188]. tidak ada bagi kamu selain dari padanya seorang penolongpun dan
tidak (pula) seorang pemberi syafa'at[1189]. Maka Apakah kamu tidak
memperhatikan?
(surat
As Sajdah (32) ayat 4)
[1188] Bersemayam di atas
'Arsy ialah satu sifat Allah yang wajib kita imani, sesuai dengan kebesaran
Allah dsan kesucian-Nya.
[1189] Syafa'at: usaha
perantaraan dalam memberikan sesuatu manfaat bagi orang lain atau mengelakkan
sesuatu mudharat bagi orang lain. syafa'at yang tidak diterima di sisi Allah
adalah syafa'at bagi orang-orang kafir.
2)
QIDAM artinya sedia ada, tidak berawal dan tidak
berakhir, adanya ALLAH SWT pasti sedia ada,
tidak ada pangkal dan tidak ada ujungnya.
semua yang ada di bumi itu akan binasa. dan tetap kekal Dzat Tuhanmu
yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.
(surat Ar Rahman (55)
ayat 26-27)
3)
BAQA artinya kekal abadi selamanya, ALLAH SWT yang
Maha Ada itu pasti kekal abadi. Hal yang mustahil terjadi jika ALLAH SWT bisa
berubah-ubah atau satu waktu bisa punah.
janganlah kamu sembah di samping (menyembah) Allah,
Tuhan apapun yang lain. tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia.
tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. bagi-Nyalah segala penentuan,
dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan.
(surat
Al Qashash (28) ayat 88)
4)
MUKHALAFAH LIL HAWADISH artinya tidak ada yang
serupa (menandinginya), berbeda atau tidak sama, dengan sesuatu yang baru.
(dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi
kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak
pasangan- pasangan (pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu.
tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha mendengar
dan melihat.
(surat
Asy Syuura (42) ayat 11)
5)
QIYAMUHU BINAFSIH artinya ALLAH SWT berdiri dengan
sendirinya, ALLAH SWT berdiri sendiri tidak memerlukan kawan berunding dan
bermusyawarah dan tidak pula memerlukan
bantuan kepada siapapun atau apapun juga.
Hai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan Allah Dialah
yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji.
(surat Fathir (35)
ayat 15)
6)
WAHDANIYAH artinya esa, tunggal, tidak berbilang,
ALLAH SWT tunggal tidak ada sekutu baginya, yang Maha Ada itu pasti tunggal
atau esa. Kalau sampai ALLAH SWT lebih
dari satu berarti ada saingannya dan pasti akan ada konsekuensinya, hal ini
tidak bisa terjadi.
Allah berfirman: "Janganlah kamu menyembah dua Tuhan; Sesungguhnya
Dialah Tuhan yang Maha Esa, Maka hendaklah kepada-Ku saja kamu takut".
dan kepunyaan-Nya-lah segala apa yang ada di langit dan di bumi, dan
untuk-Nya-lah ketaatan itu selama-lamanya. Maka mengapa kamu bertakwa kepada selain
Allah?
dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, Maka dari Allah-lah
(datangnya), dan bila kamu ditimpa oleh kemudharatan, Maka hanya kepada-Nya-lah
kamu meminta pertolongan.
(surat An Nahl (16)
ayat 51-52-53)
ALLAH SWT melalui SIFAT
SALBIYAH yang dimiliki DZATNYA berkehendak untuk menyampaikan informasi,
berita, pelajaran kepada umatnya bahwa kemampuan DZATNYA ALLAH SWT sangat
hebat, sangat dasyat, sangat agung, sangat kuat, kekal abadi selamanya.
Sehingga tak satupun makhluknya yang sanggup mengalahkannya. Selanjutnya jika makhluknya telah mengetahuinya maka diharapkan makhluknya tersebut dapat mengakui
dan mengimani keberadaan SIFAT SALBIYAH yang dimiliki ALLAH SWT.
b. SIFAT MA'ANI adalah sifat yang dimiliki oleh DZATNYA ALLAH SWT dalam rangka ALLAH SWT melaksanakan
tugas dan tanggungjawabnya kepada langit dan bumi atau kepada seluruh
ciptaannya seperti memelihara, mengawasi, dan mencegah hal-hal yang akan
merusak ciptaan-Nya. Adapun SIFAT MA'ANI
yang dimiliki oleh DZATNYA ALLAH SWT yang juga tedapat di dalam diri
setiap manusia, terdiri dari sifat :
1) QUDRAT artinya Kuasa, ALLAH SWT memiliki kekuasaan
yang tidak terbatas, Kekuasaan yang dimiliki ALLAH SWT adalah mutlak. Jika
ALLAH SWT tidak kuasa, bagaimana mungkin ALLAH SWT bisa berbuat, mencipta,
mengatur, memelihara apa-apa yang telah diciptakannya.
dan Dialah yang membiarkan dua laut yang mengalir
(berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan
Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi.
dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air
lalu Dia jadikan manusia itu (punya) keturunan dan mushaharah[1070] dan adalah
Tuhanmu Maha Kuasa.
(surat
Al Furqaan (25) ayat 53-54)
[1070] Mushaharah artinya
hubungan kekeluargaan yang berasal dari perkawinan, seperti menantu, ipar,
mertua dan sebagainya.
2)
IRADAT artinya Kehendak, tanpa ada
paksaan, Kehendak ALLAH SWT pasti
terjadi. Makhluk juga memiliki kehendak, akan tetapi tapi belum tentu semua
kehendaknya dapat terjadi.
Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah
berkata kepadanya: "Jadilah!" Maka terjadilah ia.
(surat Yaasin (36)
ayat 82)
3)
ILMU artinya Ilmu, Maha Mengetahui,
Ilmu ALLAH SWT sangat luas dan tidak terbatas. Jika ALLAH SWT tidak berilmu,
mungkinkah terjadi segala sesuatu ini?
Sesungguhnya Allah mengetahui yang tersembunyi di langit dan di bumi.
Sesungguhnya Dia Maha mengetahui segala isi hati.
(surat Faathir (35)
ayat 38)
4)
SAMA' artinya mendengar, Maha
Mendengar, Pendengaran ALLAH SWT sangat nyata, Pendengaran ALLAH SWT tidak
terpengaruh oleh ruang, jarak dan waktu sedangkan pendengaran manusia terbatas.
Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh
mereka, akan tetapi Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar
ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar. (Allah berbuat demikian
untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang
mukmin, dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi
Maha mengetahui.
(surat
Al Anfaal (7) ayat 17)
5)
BASHAR artinya melihat, Maha Melihat,
Penglihatan ALLAH SWT adalah terang dan
jelas, tidak ada satupun yang tersembunyi dari penglihatannya.
(Kedudukan)
mereka itu bertingkat-tingkat di sisi Allah, dan Allah Maha melihat apa yang
mereka kerjakan.
(surat Ali Imran (3) ayat
163)
6)
KALAM artinya berkata-kata, Maha
Berkata-kata, pembicaraan/perkataan ALLAH SWT tidak terpengaruh oleh susunan
huruf dan bunyi.Pembicaraan dan perkataan ALLAH SWT tidak berupa huruf dan
bunyi, karena bila berupa huruf dan bunyi berarti ALLAH SWT dipengaruhi oleh
susunan huruf dan nada. Mustahil ALLAH SWT akan bisa terpengaruh oleh apapun
juga.
dan (kami telah mengutus) Rasul-rasul yang sungguh
telah Kami kisahkan tentang mereka kepadamu dahulu, dan Rasul-rasul yang tidak
Kami kisahkan tentang mereka kepadamu. dan Allah telah berbicara kepada Musa
dengan langsung[381].
(surat
An Nisaa' (4) ayat 164)
[381] Allah berbicara
langsung dengan Nabi Musa a.s. merupakan keistimewaan Nabi Musa a.s., dan
karena Nabi Musa a.s. disebut: Kalimullah sedang Rasul-rasul yang lain mendapat
wahyu dari Allah dengan perantaraan Jibril. dalam pada itu Nabi Muhammad s.a.w.
pernah berbicara secara langsung dengan Allah pada malam hari di waktu mi'raj.
7)
HAYAT
artinya
hidup, Maha Hidup, kehidupan ALLAH SWT
adalah abadi, yaitu hidup yang tidak pernah dan tidak akan mati. Jika ALLAH SWT
bisa mati/binasa berarti ALLAH SWT sama dengan makhluk yang diciptakannya, hal
ini mustahil adanya.
Allah-lah yang menjadikan bumi bagi kamu tempat
menetap dan langit sebagai atap, dan membentuk kamu lalu membaguskan rupamu
serta memberi kamu rezki dengan sebahagian yang baik-baik. yang demikian itu
adalah Allah Tuhanmu, Maha Agung Allah, Tuhan semesta alam.
Dialah yang hidup kekal, tiada Tuhan (yang berhak
disembah) melainkan dia; Maka sembahlah Dia dengan memurnikan ibadat
kepada-Nya. segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.
(surat
Al Mu'min (40) ayat 64-65)
ALLAH SWT melalui SIFAT MA'ANI yang dimiliki-Nya berkehendak untuk
menunjukkan kepada makhluknya bahwa ALLAH SWT selain PENCIPTA, ALLAH SWT juga
pemelihara, pengawas, pengayom, pencegah, kerusakan atas segala yang
diciptakannya. Untuk itu ALLAH SWT memberikan kepada manusia yang dijadikannya
KHALIFAH , suatu celupan atau bagian dari Sifat Ma'ani yang dimilikinya
sehingga manusiapun turut memiliki dan/atau turut mempunyai sebahagian dari
Sifat Ma'ani DZATNYA ALLAH SWT. SIFAT
MA'ANI yang dimiliki manusia biasanya disebut juga dengan sifat-sifat ilahiah.
Hal yang harus kita perhatikan adalah bahwa sifat-sifat ilahiah yang merupakan
celupan dari SIFAT MA'ANI DZATNYA ALLAH SWT akan dimintakan
pertanggung-jawabannya oleh ALLAH SWT. Sehingga sifat-sifat ilahiah yang dimiliki manusia bukanlah
sesuatu yang gratis bisa seenak-enaknya dipergunakan tanpa pertanggung jawaban.
3. PENDEKATAN
melalui ASMA atau NAMA-NAMA ALLAH
SWT YANG INDAH
ASMAUL HUSNA adalah NAMA-NAMA ALLAH SWT yang berhubungan erat dengan perbuatan-perbuatan atau tindakan-tindakan yang dilakukan oleh ALLAH SWT untuk menunjukkan kebesarannya, untuk menunjukkan kehebatan yang dimilikinya,untuk memperlihatkan jati dirinya, untuk menunjukkan kekuasaannya, yang dimiliki-Nya kepada seluruh makhluknya tanpa terkecuali. Secara keseluruhan ASMA ALLAH SWT yang tertuang dalam ASMAUL HUSNA ada 99 (Sembilan puluh Sembilan) perbuatan, yang kesemuanya diperuntukkan untuk KHALIFAHNYA yang ada di muka bumi.
Untuk
memudahkan pemahaman tentang ASMA ALLAH SWT akan kami ilustrasikan sebagai
berikut: ALLAH SWT adalah NAMA suatu DZAT, akan tetapi ALLAH SWT akan
bernama AN NUUR pada saat ALLAH SWT menjadi YANG MAHA BERCAHAYA atau
ALLAH SWT akan bernama AL BARR pada saat ALLAH SWT menjadi YANG MAHA DERMAWAN
atau ALLAH SWT akan bernama AL BAQQI
pada saat ALLAH SWT menjadi YANG MAHA KEKAL, demikian seterusnya. Selanjutnya
apakah ALLAH SWT berubah?
Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, yang
mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Dia-lah yang Maha Pemurah lagi Maha
Penyayang.
Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, Raja,
yang Maha Suci, yang Maha Sejahtera, yang Mengaruniakan Keamanan, yang Maha
Memelihara, yang Maha perkasa, yang Maha Kuasa, yang memiliki segala Keagungan,
Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.
Dialah Allah yang Menciptakan, yang Mengadakan,
yang membentuk Rupa, yang mempunyai asmaaul Husna. bertasbih kepadanya apa yang
di langit dan bumi. dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
(surat
Al Hasyr (59) ayat 22-23-24)
ALLAH SWT tidak sedikitpun berubah, hanya namanya saja yang berubah
sesuai dengan AKTIVITAS dan PERBUATAN ALLAH SWT atau yang dikenal dengan ASMAUL
HUSNA. Melalui ASMAUL HUSNA yang
dimiliki-Nya, ALLAH SWT berkehendak untuk mempertontonkan, berkehendak untuk
memperlihatkan dan juga berkehendak untuk menunjukkan kehebatan, kekusaaan,
kemampuan yang dimiliki-Nya kepada seluruh ciptaannya tanpa terkecuali.
1.
HUBUNGAN
antara DZAT, SIFAT dan ASMA
Selanjutnya, setelah adanya ke tiga PENDEKATAN ini, apa yang harus kita
lakukan? Jika kita berbicara, menyebut, mengemukakan, menyatakan, serta
mengimani ALLAH SWT, maka kita HARUS dan WAJIB menyatakannya dalam satu
kesatuan yang tidak terpisahkan antara DZATNYA ALLAH SWT, SIFAT DZATNYA ALLAH
SWT serta ASMA ALLAH SWT. Hubungan DZAT, SIFAT dan ASMA yang dimiliki ALLAH SWT adalah satu kesatuan
PEMAHAMAN, satu kesatuan PEMIKIRAN, satu kesatuan PERNYATAAN , satu kesatuan
yang harus kita IMANI secara utuh. Ini berarti DZAT, SIFAT dan ASMA ALLAH SWT tidak boleh
dipisah-pisahkan, tidak boleh dikotak-kotakkan. Misalnya Dzat berdiri sendiri,
SIFAT berdiri sendiri, ASMA berdiri sendiri. Contohnya adalah jika ALLAH SWT
mempunyai nama AR RAKHMAN maka kita wajib dan harus menyatakan bahwa ALLAH SWT adalah DZAT yang mempunyai ASMA
yang MAHA PENGASIH dimana MAHA PENGASIH ALLAH SWT tersebut bersifat BAQA, bersifat
MUKHALAFAH LIL HAWADISH, bersifat QIYAMUHU BINAFSIH, bersifat WAHDANIAH dan
seterusnya saling berhubungan dengan SIFAT dan AF'AL lainnya. Pembaca inilah
salah satu hal yang terpenting yang harus kita IMANI dari ALLAH SWT ditinjau
dari sudut keberadaan ALLAH SWT.
Selain daripada itu, ada dua buah
PENGETAHUAN yang harus kita jadikan
KEIMANAN menyangkut SIFAT dan ASMA ALLAH SWT, yaitu WAJIBKAH DZATNYA ALLAH SWT mempunyai SIFAT
dan ASMA? ALLAH SWT tidak wajib
mempunyai SIFAT dan ASMA jika hanya ada
ALLAH SWT saja dijagat semesta ini. Akan tetapi setelah ALLAH SWT menciptakan langit dan bumi beserta isinya
maka ALLAH SWT wajib memiliki SIFAT dan ASMA. Sekarang jika ALLAH SWT tidak
memiliki SIFAT dan ASMA, bagaimana ALLAH SWT dapat melakukan kegiatannya untuk
menunjukkan keberadaan ALLAH SWT itu sendiri, melalui kegiatan mengawasi,
melindungi, memelihari seluruh alam beserta isinya? Melalui SIFAT dan AF'AL
yang dimiliki oleh DZATNYA ALLAH SWT
maka KEMAHAAN ALLAH SWT akan dapat
nampak secara NYATA dan UTUH. Selanjutnya untuk siapakah SIFAT dan ASMA yang
dimiliki oleh DZATNYA ALLAH SWT itu,
apakah untuk ALLAH SWT ataukah untuk seluruh makhluk yang diciptakannya? ALLAH
SWT setelah menjadi MAHA PENCIPTA maka
ALLAH SWT telah mewajibkan bagi dirinya memiliki SIFAT dan ASMA. Akan tetapi
kepemilikan SIFAT dan ASMA tersebut
bukan untuk kepentingan ALLAH SWT sebab ALLAH SWT memang tidak
membutuhkan itu semua. Ini berarti SIFAT dan ASMA yang dimiliki DZATNYA ALLAH SWT ditujukan dan diperuntukkan
hanya untuk makhluk yang dicipatakan ALLAH SWT termasuk untuk diri kita.
Sudahkah kita semua menyadari ini semua sewaktu menyatakan telah BERIMAN kepada
ALLAH SWT? Untuk jadikan hal ini sebagai salah satu PENGETAHUAN kita tentang
ALLAH SWT.
Nabi SAW mendengar seorang laki-laki berkata dalam doanya: Ya ALLAH
sesungguhnya hamba memohon kepada-Mu, dengan sesungguhnya aku naik saksi bahwa
Engkau adalah ALLAH yang tidak ada Tuhan yang patut disembah kecuali Engkau,
Yang Maha Esa. Tempat bergantung, yang tidak beranak dan tidak diperanakkan dan
tidak pula yang dapat menyamai-Nya. Buraidah berkata selanjutnya, lalu
Rasulullah bersabda: Demi Dzat yang jiwaku berada di dalam genggaman-Nya,
sesungguhnya orang itu telah meminta kepada ALLAH dengan nama-Nya yang agung,
yang apabila dipanjatkan doa dengan nama itu, ALLAH kabulkan dan apabila
dimintai dengan ismul 'azhom (nama yang agung atau nama yang satu) itu
diberinya.
(HR Imam Abu Daud,
dari Buraidah)
Selanjutnya akan kami kemukakan lagi beberapa hal
yang sangat penting tentang ALLAH SWT yang wajib kita jadikan PENGETAHUAN yang melekat dalam
diri sewaktu menjalankan tugas sebagai KHALIFAH di muka bumi, yaitu:
1. ALLAH SWT hanya SATU sebab tidak
ada tuhan-tuhan lain selain ALLAH SWT di alam semesta ini.
2. Jauh dekatnya ALLAH SWT dengan
diri kita sangat tergantung sejauh mana
kita menyambungkan diri atau
menghubungkan diri kita kepada ALLAH SWT. Hal ini disebabkan YANG JAUH
dari ALLAH SWT hanyalah DZAT beserta SIFAT SALBIYAH yang dimiliki ALLAH SWT
karena berada dan berkedudukan tetap di ARSY sedangkan SIFAT MA'ANI dan
ASMA ALLAH SWT itu sangat DEKAT sehingga
tidak terpisahkan dengan diri kita.
3. Kita diperbolehkan oleh ALLAH SWT
untuk berdoa dengan mempergunakan nama-Nya yang indah (Asmaul Husna) akan
tetapi tidak dengan ukuran-ukuran tertentu atau dengan jumlah tertentu sebab
hal ini tidak sesuai dengan kebesaran dan kemahaan ALLAH SWT. Jika sampai
kemahaan dan kebesaran dapat dihitung maka kebesaran dan kemahaan ALLAH SWT
menjadi batal sebab ada yang mampu menghitungnya.
Selanjutnya ada beberapa hal yang harus kita perhatikan sewaktu menyebut
atau sewaktu memanggil atau sewaktu menyeru atau sewaktu berdoa kepada ALLAH SWT dengan mempergunakan Asmaul Husna,
yaitu:
1.
KEESAAN ALLAH SWT, KEMAHAAN ALLAH SWT, KEBESARAN
ALLAH SWT yang termaktub di dalam ASMAUL HUSNA tidak ada hubungannya baik
langsung maupun tidak langsung dengan JUMLAH atau BILANGAN TERTENTU yang kita
baca.
2.
KEESAAN, KEMAHAAN, KEBESARAN ALLAH SWT yang
termaktub di dalam ASMAUL HUSNA harus
ditempatkan, harus diletakkan, harus didudukkan sesuai dengan KEESAAN ALLAH
SWT, KEMAHAAN ALLAH SWT dan KEBESARAN
ALLAH SWT itu sendiri.
3.
Tidak ada guna dan manfaatnya jika ALLAH SWT yang
kita seru, ALLAH SWT yang kita panggil dan ALLAH SWT yang kita sebut dengan
mempergunakan nama-Nya yang indah (Asmaul Husna) jika yang dipanggil, yang
diseru, yang disebut HANYA diam saja, tidak mau menengok, tidak mau mendengar
atau bahkan ALLAH SWT menganggap angin
lalu saja seluruh seruan dan seluruh panggilan yang kita lakukan.
4.
Agar seruan, panggilan, yang kita lakukan kepada
ALLAH SWT melalui ASMAUL HUSNA di dengar dan di jawab kita harus terlebih
dahulu menyamakan gelombang, menyamakan saluran, menyamakan persepsi,
menyamakan kriteria antara penyeru atau pemanggil dengan yang diseru atau yang
dipanggil. Tanpa adanya pemenuhan SYARAT dan KETENTUAN yang kita penuhi
terlebih dahulu maka usaha kita untuk memanggil, menyeru, menyebut tidak akan
pernah berhasil.
Setelah mengetahui hal-hal tersebut di atas, mari kita kembangkan lagi
IMAN kepada ALLAH SWT dengan lebih terperinci lagi.
1.
APA YANG HARUS DI IMANI DARI ALLAH SWT
Anda mungkin heran dengan pokok bahasan ini, dan mungkin bertanya apa maksud dari
pembahasan ini. Apakah tidak cukup IMAN kepada ALLAH SWT yang telah kita
lakukan, sehingga kita harus mempertanyakan kembali apa yang harus di imani
dari ALLAH SWT? Hal ini sangat penting dikemukakan dan dibahas sebab untuk
dapat mempercayai dan merasakan nikmat dari bertuhankan kepada ALLAH SWT harus di mulai dari MENGENAL ALLAH
SWT secara UTUH. Selain daripada itu IMAN merupakan hasil dari suatu PROSES jangka panjang yang harus dilakukan
secara terus menerus selama HAYAT di
kandung BADAN. IMAN tidak bisa dilakukan secara
INSIDENTAL atau sewaktu-waktu saja. IMAN tidak boleh dilakukan pada saat
kita membutuhkan pertolongan dan bantuan
ALLAH SWT saja atau pada saat kita sedang SUSAH saja. IMAN harus
KONSISTEN dilakukan dari waktu ke waktu,
sehingga IMAN tidak mengenal situasi apakah di saat senang ataupun di saat
susah. Agar kita dapat menempatkan dan meletakkan IMAN sesuai dengan ketentuan
yang dikehendaki ALLAH SWT, maka kita
harus mempunyai PENGETAHUAN tentang ALLAH SWT terlebih dahulu secara utuh
sehingga dengan PENGETAHUAN itu pula kita dapat meletakkan dan menempatkan
ALLAH SWT sesuai dengan kemahaan dan kebesaran yang dimilikinya sehingga kita
memperoleh kenikmatan bertuhankan kepada ALLAH SWT secara terus menerus.
Selanjutnya jika kita kembali kepada
pokok pembahasan pada sub bab ini, yaitu APA YANG HARUS KITA IMANI DARI
ALLAH SWT, maka hal yang paling pertama dan paling utama yang harus kita IMANI
dari ALLAH SWT adalah KEBERADAAN ALLAH SWT itu sendiri. Kita harus dan wajib
menyatakan dalam diri kita yang ditunjang dengan PENGETAHUAN kita tentang ALLAH SWT
bahwa ALLAH SWT itu ADA atau ALLAH SWT itu WUJUD. Timbul pertanyaan,
apakah hanya cukup dengan mempercayai bahwa ALLAH SWT itu ADA maka kita sudah
cukup memiliki PENGETAHUAN tentang ALLAH
SWT? Memberikan pernyataan bahwa ALLAH SWT itu ADA tidak lah cukup memberikan
PENGETAHUAN tentang ALLAH SWT kepada diri kita. Inilah yang mendasari kami
mengemukakan kembali apa-apa saja yang
harus di imani dari ALLAH SWT.
A. IMANI ALLAH SWT saja sebagai MAHA PENCIPTA dan juga MAHA PEMILIK
Untuk menciptakan sesuatu pasti harus ada KEHENDAK (dalam hal ini IRADAT)
yang di iringi dengan KEMAMPUAN (dalam hal ini QUDRAT) sebab jika tanpa ada ke
duanya secara seimbang dan juga berbarengan maka akan sulit menciptakan sesuatu
dan/atau KEHENDAK jika tanpa ada
KEMAMPUAN artinya ANGAN-ANGAN BELAKA. Sesuatu yang diciptakan pasti ia ada
setelah diciptakan oleh penciptanya. Ini berarti bahwa PENCIPTA wajib hukumnya
ADA TERLEBIH DAHULU dibandingkan dengan CIPTAANNYA. Jika sekarang ALLAH SWT
adalah PENCIPTA maka ALLAH SWT pasti memiliki KEHENDAK dan KEMAMPUAN yang
sama-sama HEBAT. ALLAH SWT juga pasti telah ADA sebelum apa-apa yang
diciptakan-Nya ada. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan ALLAH SWT dalam
surat Thaha (20) ayat 14 di bawah ini yang menyatakan bahwa ALLAH SWT adalah
DZAT yang menamakan dirinya ALLAH, dimana keberadaan ALLAH SWT ada dengan
sendirinya tanpa ada yang menyertainya.
Sesungguhnya aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain
Aku, Maka sembahlah aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat aku.
(surat Thahaa (20)
ayat 14)
tidakkah kamu perhatikan, bahwa Sesungguhnya Allah telah menciptakan
langit dan bumi dengan hak[784]? jika Dia menghendaki, niscaya Dia membinasakan
kamu dan mengganti(mu) dengan makhluk yang baru,
(surat Ibrahim (14)
ayat 19)
[784] Maksudnya: Allah
menjadikan semua yang disebutkan itu bukanlah dengan percuma, melainkan dengan
penuh hikmah.
Selanjutnya ALLAH SWT melalui
surat Ibrahim (14) ayat 19 di atas ini, menyatakan bahwa ALLAH SWT lah yang menciptakan langit dan juga bumi
dengan HAK atau dengan HIKMAH atau untuk suatu tujuan tertentu yang benar. Ini
berarti bahwa :
1.
ALLAH
SWT sudah ADA sebelum langit dan bumi diciptakan.
2.
ALLAH
SWT pasti memiliki KEHENDAK dan KEMAMPUAN yang sama-sama MAHA.
3.
ALLAH
SWT menciptakan langit dan bumi dilandasi maksud dan tujuan yang baik dan/atau
ALLAH SWT menciptakan bukan dalam rangka menyusahkan makhluk-Nya.
Timbul pertanyaan, dimanakah letak dari KEHENDAK dan KEMAMPUAN ALLAH SWT
yang sama-sama MAHA sebelum langit dan bumi diciptakan? KEHENDAK dan KEMAMPUAN yang sama-sama MAHA berada
atau pada atau melekat pada DZATNYA ALLAH SWT. Adanya kondisi seperti ini,
dapat dikatakan bahwa ALLAH SWT juga
INISIATOR yang sekaligus PENCIPTA dari langit dan bumi. Selanjutnya apakah
langit dan bumi yang ada saat ini, diciptakan oleh ALLAH SWT hanya sekedar
CIPTAAN ALLAH SWT belaka, atau adakah hal-hal lainnya selain itu? ALLAH SWT
di dalam setiap menciptakan sesuatu termasuk langit dan bumi, tidak hanya
sebatas menciptakan saja akan tetapi masih ada 2(dua) dimensi lainnya di balik
penciptaan langit dan bumi, yaitu:
1. ALLAH SWT berkehendak untuk
menunjukkan dan memperlihatkan kepada seluruh makhluknya tentang TANDA-TANDA KEBESARAN yang dimiliki-Nya
melalui langit dan bumi.
2. ALLAH SWT juga berkehendak untuk
menunjukkan KEBESARAN dari DZAT ALLAH SWT melalui langit dan bumi.
Jika saat ini kita sedang melaksanakan tugas sebagai KHALIFAH di muka
bumi, sudah sejauh mana kita melihat dan menilai atas apa-apa yang ada di muka
bumi ini :
1. Jika kita hanya dapat melihat dan
menilai bahwa apa-apa yang ada di muka bumi ini sebatas CIPTAAN ALLAH SWT semata, berarti diri kita masuk
dalam kriteria tahap pertama yaitu masuk tahap baru MENGENAL ALLAH SWT.
2. Jika kita sudah dapat melihat
bahwa di balik CIPTAAN ada TANDA-TANDA KEBESARAN ALLAH SWT, berarti diri kita
telah meningkat ke tahap ke dua atau memasuk tahap MENGERTI tentang ALLAH SWT.
3. Jika kita dapat melihat KEBESARAN
ALLAH SWT di balik CIPTAAN ALLAH SWT, berarti diri kita telah meningkat ke
tahap ke tiga atau memasuki tahap IMAN kepada ALLAH SWT.
Pertanyaan berikutnya adalah, sudah sampai tahap yang manakah diri kita
di dalam menyikapi CIPTAAN ALLAH SWT?
Kami yakin pembaca buku ini sudah mencapai tahap IMAN kepada ALLAH SWT.
Sekarang jika kita adalah pemilik ide untuk menciptakan sesuatu, kemudian
kita sendiri pula yang menciptakan sesuatu itu yang kita idekan, timbul
pertanyaan siapakah pemilik dari sesuatu itu yang kita ciptakan? Dalam
kehidupan sehari-hari, selama seseorang adalah pemilik ide, pelaksana ide untuk
menciptakan sesuatu, maka ialah pemilik dari sesuatu itu secara keseluruhan.
Sekarang bagaimana dengan ALLAH SWT? Hal
yang sama berlaku juga untuk ALLAH SWT, ALLAH SWT selaku INISIATOR yang sekaligus juga PENCIPTA
dari langit dan bumi maka dapat dikatakan bahwa
ALLAH SWT adalah juga PEMILIK dari langit dan bumi. Dan jika sekarang
ALLAH SWT menyatakan dalam surat Al Hajj (22) ayat 64 di bawah ini, maka
pernyataan ALLAH SWT ini sudah sesuai dengan ketentuan umum yang berlaku.
kepunyaan Allah-lah segala
yang ada di langit dan segala yang ada di bumi. dan Sesungguhnya Allah
benar-benar Maha Kaya lagi Maha Terpuji.
(surat Al Hajj (22)
ayat 64)
Setelah langit dan bumi diciptakan oleh ALLAH SWT, ada apakah saja di
antara langit dan bumi? Ternyata di antara langit dan bumi terdapat manusia,
tumbuhan, hewan, binatang, air, udara, besi, minyak, timbul pertanyaan,
siapakah yang menciptakan itu semua, atau apakah semuanya itu ada dengan
sendirinya? Menurut akal sehat, tidak mungkin ada sesuatu dengan sendirinya
tanpa ada yang mengadakan. Jika demikian siapakah menciptakan segala sesuatu
yang ada di antara langit dan bumi, ALLAH SWT kah ataukah ada MAKHLUK selain
ALLAH SWT yang menciptakan? Sampai dengan saat ini hanya ALLAH SWT sajalah yang mampu menciptakan
segala apa-apa yang ada di antara langit dan bumi. Selanjutnya jika pernyataan
ini kita hubungkan dengan pernyataan bahwa ALLAH SWT adalah INISIATOR yang
sekaligus PENCIPTA maka dapat dikatakan bahwa ALLAH SWT adalah juga PEMILIK
dari langit dan bumi beserta yang ada di antara keduanya. Adanya kondisi ini
berarti ALLAH SWT adalah juga INISIATOR, PENCIPTA dan sekaligus PEMILIK dari
MANUSIA dalam kerangka dijadikan KHALIFAH di muka bumi, termasuk di dalamnya
DIRI KITA SENDIRI. Selanjutnya jika ALLAH
SWT adalah INISIATOR yang sekaligus PENCIPTA dan PEMILIK dari langit dan bumi
beserta segala apa yang ada di antara ke duanya maka :
1.
ALLAH SWT adalah DZAT yang MAHA TAHU dan MAHA AHLI
atas segala apa-apa yang diciptakan-NYA dan atas apa-apa yang dimiliki-Nya.
2.
ALLAH SWT adalah DZAT yang memiliki KEMAHAAN,
KEKUASAAN, KEKUATAN, KEMAMPUAN yang lebih besar dari apa apa yang
diciptakan-Nya.
3.
ALLAH SWT selaku
INISIATOR dan juga sekaligus PENCIPTA dan PEMILIK pasti mempunyai
hubungan personal yang sangat mendalam dan/atau yang tidak terpisahkan dengan ciptaan-Nya yang dimiliki-Nya sehingga
ALLAH SWT pasti akan merawat, menjaga, memelihara, mengayomi, atas apa-apa yang
diciptakan-Nya.
4.
ALLAH SWT selaku INISIATOR yang juga PENCIPTA dan
PEMILIK dapat dipastikan sudah memikirkan dan mempersiapkan segala kebutuhan
untuk kepentingan seluruh apa-apa yang diciptakan-Nya dan yang dimiliki-Nya.
5.
ALLAH SWT selaku INISIATOR yang juga PENCIPTA dan
PEMILIK akan sangat senang jika apa-apa yang diciptakan dan yang dimiliki-Nya
di jaga, dipelihara, di rawat, sesuai dengan KEHENDAKNYA.
Selanjutnya,
jika hal yang kami sebutkan di atas ini adalah merupakan KONDISI DASAR dari
ALLAH SWT kepada seluruh ciptaan-Nya tanpa terkecuali termasuk kepada diri
kita. Sekarang jika ALLAH SWT melakukan, membuat, menetapkan, serta memberlakukan,
hal-hal yang akan kami kemukakan di bawah ini, seperti :
1. ALLAH
SWT menetapkan dan memberlakukan adanya KETENTUAN-KETENTUAN atau adanya
UNDANG-UNDANG mengenai QADHA, QADAR dan TAQDIR harus berlaku di alam semesta
ini dan/atau
2. ALLAH
SWT membuat GARIS-GARIS BESAR HALUAN ILAHIAH dengan menetapkan DIINUL ISLAM
menjadi AGAMA yang HAQ sehingga harus dipatuhi atau di taati oleh seluruh
khalifah-Nya yang ada di muka bumi dan/atau
3. ALLAH
SWT menunjukkan eksistensi-Nya kepada seluruh ciptaan-Nya dengan menetapkan
LARANGAN, PERINTAH, JANJI, ANCAMAN, kepada seluruh ciptaannya dan/atau
4. ALLAH
SWT membuat, menetapkan dan menjalankan sebuah MANAGEMENT SYSTEM yang sangat
terintegrasi di LAUH MAHFUZH di dalam mengelola, menjaga, mengawasi, merawat
seluruh ciptaannya dan/atau
5. ALLAH
SWT mempunyai KEKUASAAN MUTLAK atas seluruh ciptaan-Nya yang ada di langit dan
di bumi.
Selanjutnya berdasarkan apa-apa yang kami kemukakan
dalam point 1 sampai dengan point 5 di atas ini, timbul pertanyaan sebagai
berikut:
1.
Patut dan pantaskah ALLAH SWT menerapkan itu semua
di langit dan di bumi, atau
2.
pantas dan patutkah ALLAH SWT memberlakukan itu
semua di langit dan di bumi, atau wajarkah ALLAH SWT melakukan hal-hal yang
kami kemukakan di atas ini, atau
3.
apakah memang harus itu yang dilakukan oleh ALLAH SWT selaku INISIATOR, PENCIPTA dan
PEMILIK dari langit dan bumi beserta
isinya?
ALLAH SWT selaku INISIATOR, PENCIPTA dan PEMILIK tentu WAJIB dan HARUS
melakukan, memiliki, membuat, menetapkan, mempunyai, memperlihatkan, menunjukkan
apapun juga dalam rangka menunjukkan bahwa
ALLAH SWT adalah segala-galanya, sehingga apa-apa yang kami sebutkan
dalam point a sampai dengan point e di atas MUTLAK MILIK ALLAH SWT semata.
Selanjutnya sampai kapankah KEMUTLAKAN yang DIMILIKI oleh ALLAH SWT
kepada seluruh ciptaan-Nya itu atau sampai kapankah masa berlakunya hubungan
ALLAH SWT dengan seluruh ciptaan-Nya yang ada di langit dan di bumi? Di dalam
kehidupan sehari-hari, biasanya kita akan melindungi, merawat, memelihara,
menjaga apa-apa yang kita miliki dengan sekuat tenaga sampai hayat di kandung
badan. Ini berarti kemampuan untuk melindungi dan menjaga hak kepemilikan dari
seorang manusia mempunyai batas tertentu yaitu hanya sampai dengan HAYAT DI
KANDUNG BADAN.
Sekarang bagaimana dengan ALLAH SWT yang akan KEKAL SELAMANYA dan yang
tidak akan mungkin musnah oleh sebab apapun juga? Jika ini adalah kondisi ALLAH SWT maka KEMUTLAKAN yang DIMILIKI
oleh ALLAH SWT kepada seluruh
ciptaan-Nya itu akan tetap KEKAL SELAMANYA sesuai dengan kondisi ALLAH SWT atau
berlaku hubungan ALLAH SWT dengan seluruh ciptaan-Nya yang ada di langit dan di
bumi sesuai dengan KEKEKALAN yang dimiliki-Nya. Yang sering menjadi persoalan
saat ini adalah TAHUKAH, YAKINKAH, kita semua dengan KEMUTLAKAN yang dimiliki oleh
ALLAH SWT tersebut? Mudah-mudahan pembaca buku ini termasuk orang yang telah
mengetahui dan memahami akan adanya KEMUTLAKAN ALLAH SWT. Sekarang
bagaimana dengan DIRI KITA sendiri, yang juga diciptakan ALLAH SWT, apakah yang
harus kita perbuat dengan KEMUTLAKAN yang dimiliki ALLAH SWT dan/atau apa yang harus kita
laksanakan sebagai KHALIFAH di muka bumi dengan kondisi ALLAH SWT yang telah
kami sebutkan di atas? Jika kita mengacu atau berkaca dengan KONDISI
DASAR ALLAH SWT kepada apa-apa yang diciptakan dan yang dimiliki-Nya, maka
dapat dikatakan bahwa :
1.
Ciptaan
itu adalah sesuatu yang hanya ada jika ia diciptakan dan jika ia tidak pernah
diciptakan maka ia tidak akan pernah ada selamanya.
2.
Ciptaan
itu adalah sesuatu yang tidak memiliki dan tidak mempunyai apapun juga
dibandingkan dengan PENCIPTA, dan jika ciptaan itu memiliki dan mempunyai
sesuatu itu (dalam hal ini RUH, AMANAH7, HUBBUL, HATI RUHANI, PERASAAN) karena
diberikan oleh ALLAH SWT selaku PENCIPTA.
3.
Ciptaan
itu adalah sesuatu yang tidak mempunyai kekuasaan apapun juga dibandingkan
dengan PENCIPTA dan jika ciptaan memiliki kekuasaan itu karena diberikan oleh
ALLAH SWT selaku PENCIPTA.
4.
Ciptaan
itu adalah sesuatu yang tidak akan sanggup melawan dan/atau tidak memiliki
kemampuan untuk dapat mengalahkan PENCIPTA dalam hal ini adalah ALLAH SWT.
5.
Ciptaan
itu adalah sesuatu yang keberadaannya hanya dijadikan sebagai obyek atau hanya
sebagai mainan bagi PENCIPTANYA dalam hal ini adalah mainan atau permaian ALLAH
SWT. Dan jika ciptaan ini adalah MAINAN bagi PENCIPTANYA maka MAINAN tidak akan
mungkin membuat sendiri aturan permainan untuk dirinya sendiri atau mainan
tidak akan mungkin pula menjadi WASIT di dalam permainan yang dilakoninya
sendiri.
6.
Ciptaan
itu adalah sesuatu atau obyek yang tidak bisa berbuat sekehendak hatinya saja
apalagi berbuat di tempat yang tidak dimilikinya sendiri sebab ia dan tempat
itu juga sama-sama diciptakan oleh ALLAH SWT.
Jika
apa-apa yang kami kemukakan di atas ini adalah Kondisi Dasar dari suatu
hubungan antara Ciptaan dengan Penciptanya, dalam hal ini hubungan MANUSIA
dengan ALLAH SWT. Dan apabila Kondisi Dasar Ciptaan ini kita bandingkan dengan
Kondisi Dasar ALLAH SWT yang telah kami kemukakan juga di atas, selanjutnya apa
yang harus diperbuat oleh Manusia kepada ALLAH SWT? IMANI ALLAH SWT dengan
sebenar-benarnya KEIMANAN bahwa HANYA ALLAH SWTlah DZAT yang Maha Pencipta dan
Maha Pemilik. Dengan adanya Pernyataan Sikap Keimanan yang kita lakukan kepada
ALLAH SWT maka akan terciptalah hubungan yang langgeng dan serasi antara
ciptaan dengan penciptanya.
B. IMANI bahwa SUJUD SELURUH ISI
ALAM kepada ALLAH SWT
ALLAH SWT selain menciptakan langit dan bumi serta
manusia yang akan dijadikannya KHALIFAH di muka bumi, juga menciptakan
tumbuhan, binatang, udara, air, angin, sungai, matahari, bulan, bintang, besi,
gunung, danau dan lain sebagainya. Selanjutnya tahukah pembaca apa yang
tumbuhan, binatang, udara, air, angin, sungai, matahari, bulan, bintang, besi,
gunung, danau perbuat dan yang selalu mereka lakukan kepada ALLAH SWT selaku
Inisiator yang sekaligus Pencipta dan Pemilik dari itu semua? Jawaban dari
pertanyaan dari pertanyaan ini ada pada Surat Al Hadiid (57) ayat 1 dan surat
Al Hajj (22) ayat 18 yang kami kemukakan di bawah ini.
semua yang berada di langit dan yang
berada di bumi bertasbih kepada Allah (menyatakan kebesaran Allah). Dan Dialah
yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
(surat Al
Hadiid (57) ayat 1)
Apakah kamu tiada mengetahui, bahwa
kepada Allah bersujud apa yang ada di langit, di bumi, matahari, bulan, bintang,
gunung, pohon-pohonan, binatang-binatang yang melata dan sebagian besar
daripada manusia? Dan banyak di antara manusia yang telah ditetapkan azab
atasnya. Dan Barangsiapa yang dihinakan Allah Maka tidak seorangpun yang
memuliakannya. Sesungguhnya Allah berbuat apa yang Dia kehendaki.
(surat Al
Hajj (22) ayat 18)
Berdasarkan
surat Al Hadiid (57) ayat 1 dan surat Al
Hajj (22) ayat 18 yang kami kemukakan di atas ini, bahwa seluruh apa-apa yang
ada di langit dan seluruh apa-apa yang ada di muka bumi, yang terdiri dari
matahari, bulan, bintang, gunung, binatang, tumbuhan, tanpa terkecuali
melakukan SUJUD kepada ALLAH SWT dan BERTASBIH kepada ALLAH SWT, dengan
menyatakan dan mengakui akan kebesaran ALLAH SWT; menyatakan dan mengakui akan
kekuasan ALLAH SWT, menyatakan dan mengakui kemahaan ALLAH SWT. Selanjutnya
bagaimana dengan Manusia atau dengan Diri Kita yang saat ini sama-sama berada
di antara langit dan bumi seperti halnya matahari, bulan, bintang, gunung,
binatang, dan tumbuhan? Manusia atau Diri Kita sebagai Makhluk yang diciptakan
oleh ALLAH SWT sama seperti halnya matahari, bulan, bintang, gunung, binatang,
tumbuhan, apakah Diri Kita juga telah
melaksanakan seperti yang
dilaksanakan oleh matahari, bulan, bintang, gunung, binatang, tumbuhan kepada
ALLAH SWT? Selanjutnya jika Diri Kita tidak mau melaksanakan seperti yang
dilaksanakan oleh matahari, bulan, bintang, gunung, binatang, tumbuhan
kepada ALLAH SWT, lalu apa bedanya Diri
Kita yang telah dijadikan KHALIFAH di muka bumi dibandingkan dengan matahari,
bulan, bintang, gunung, binatang, tumbuhan sedangkan KHALIFAH itu sendiri dapat
di artikan sebagai MAKHLUK yang TERHORMAT dibandingkan dengan makhluk ALLAH SWT
lainnya? Yang jelas jika kita mengacu kepada isi surat Al Hajj (22) ayat 18,
hanya sebahagian saja MANUSIA yang melaksanakan seperti yang dilaksanakan oleh
matahari, bulan, bintang, gunung, binatang, tumbuhan kepada ALLAH SWT.
Selanjutnya
termasuk di dalam kelompok manakah Diri Kita ini, apakah kelompok yang sujud
dan bertasbih kepada ALLAH SWT atau apakah kelompok yang tidak mau sujud dan
bertasbih kepada ALLAH SWT? Kami senantiasa berharap PEMBACA buku ini termasuk
kelompok MANUSIA yang selalu SUJUD dan BERTASBIH kepada ALLAH SWT. Sekarang
bagaimana jika kita tidak mau sujud dan tidak mau bertasbih seperti sujud dan
bertasbihnya matahari, bulan, bintang, gunung, binatang, tumbuhan kepada ALLAH SWT, apakah ada sanksinya atau
konsekuensinya? Jika kita tidak mau sujud dan bertasbih dengan menyatakan dan
mengakui akan kebesaran ALLAH SWT, berarti
Manusia atau Diri Kita termasuk orang-orang yang TIDAK TAHU DIRI atau orang
yang berani menantang ALLAH SWT seperti halnya IBLIS yang membangkang perintah
ALLAH SWT untuk bersujud kepada NABI ADAM as. Sekarang terserah kepada kita,
apakah mau beriman kepada ALLAH SWT ataukah tidak, yang jelas ALLAH SWT tidak
akan rugi sedikitpun dengan apa yang kita perbuat.
C. IMANI ALLAH SWT saja yang
MENGABULKAN DOA
Di dalam melaksanakan KEKHALIFAHAN di muka bumi, tentu bukanlah sebuah
perkara mudah bagi manusia. Hal ini dikarenakan sewaktu kita melaksanakannya,
ada dua musuh yang selalu menghalangi, mengintai, dan selalu berusaha
menggagalkan usaha KEKHALIFAHAN yang kita laksanakan, yaitu AHWA dan SYAITAN.
AHWA adalah perbuatan dari sifat-sifat JASMANI yang dapat mempengaruhi
perbuatan dan perilaku manusia, dimana sifat-sifat alamiah JASMANI memiliki
SIFAT yang bertentangan dengan NILAI-NILAI ILAHIAH dan ini sudah merupakan
SUNNATULLAH. Selanjutnya pada saat manusia hidup, antara JASMANI dan RUHANI
akan saling pengaruh mempengaruhi atau saling bertarung untuk mempengaruhi
perilaku manusia. Di saat adanya pertarungan antara RUHANI dengan JASMANI akan
semakin seru dengan hadirnya SYAITAN. Dimana SYAITAN lebih suka dan lebih
senang kepada NILAI-NILAI KEBURUKAN yang dibawa oleh JASMANI serta SYAITAN
sangat membenci kepada NILAI-NILAI KEBAIKAN yang dibawa RUHANI. Jika kita ingin
memenangkan RUHANI atas JASMANI yang dibantu oleh SYAITAN, maka ALLAH SWT
memberikan jalan keluarnya yaitu jadikan
AD DIIN atau DIINUL ISLAM sebagai satu-satunya TUNTUNAN dan PEDOMAN
hidup sewaktu menjalankan tugas di muka bumi.
Adanya DIINUL ISLAM yang diturunkan ALLAH SWT untuk
kepentingan KHALIFAHNYA di muka bumi termasuk untuk diri kita, akan dapat menuntun diri kita selalu berada di dalam
Kehendak-Nya dan/atau dapat menjadikan diri kita selalu merasa dekat dengan
ALLAH SWT. Selanjutnya apakah hanya cukup dengan selalu berada di dalam
Kehendak-Nya dan/atau selalu dekat dengan ALLAH SWT maka tugas KEKHALIFAHAN di
muka bumi dapat dengan mudah kita jalankan? Kesuksesan di dalam menjalankan
KEKHALIFAHAN tidak serta merta mudah kita jalankan, akan tetapi halangan dan
rintangan pasti terus menghadang, sebab selama HAYAT masih di kandung BADAN,
AHWA dan SYAITAN akan terus berusaha untuk mempengaruhi MANUSIA sampai
kapanpun, dimanapun kita berada. Untuk itu ALLAH SWT selaku INISIATOR yang juga
PENCIPTA dan PEMILIK KEKHALIFAHAN memberikan sebuah fasilitas kemudahan bagi
seluruh KHALIFAHNYA yang mengalami hambatan, mengalami gangguan, mengalami hadangan
dari AHWA dan SYAITAN dan/atau yang dapat menggagalkan diri kita menjadi
MAKHLUK PILIHAN yaitu kita dapat memanjatkan dan memohon DOA kepada ALLAH SWT
agar tugas KEKHALIFAHAN yang kita emban dapat berhasil sesuai dengan KEHENDAK ALLAH SWT. Jika sekarang ALLAH SWT memberikan kesempatan bagi diri
kita untuk BERDOA, sudahkah kita memanfaatkan hal itu atau tahukah kita
bagaimanakah caranya agar DOA yang kita panjatkan dipenuhi oleh ALLAH SWT?
dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka
(jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang
berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala
perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada
dalam kebenaran.
(surat Al Baqarah (2)
ayat 186)
Agar Doa kita dikabulkan oleh ALLAH SWT maka sebelum
berdoa kepada ALLAH SWT, sudahkah kita melaksanakan apa-apa yang dikemukakan
oleh ALLAH SWT dalam surat Al Baqarah (2) ayat 186 di atas ini, yaitu:
1.
Sudahkah
kita AKUI, kita YAKINI, kita IMANI bahwa ALLAH SWT itu DEKAT sehingga antara
diri kita dengan ALLAH SWT (maksudnya
bukan dekat dengan DZATNYA ALLAH SWT melainkan dekat dengan SIFAT MA'ANI
DZATNYA ALLAH SWT dan ASMA ALLAH SWT) sudah tidak terpisahkan dan/atau sehingga
diri kita sudah ada di dalam KEBESARAN
ALLAH SWT?
2.
Sudahkah
kita AKUI, YAKINI, IMANI bahwa hanya ALLAH SWT saja yang akan mengabulkan DOA
yang kita panjatkan dan kita mohonkan?
3.
Sudahkah
kita PENUHI apa-apa yang telah DIPERINTAHKAN oleh ALLAH SWT yaitu dengan
mematuhi segala SYARAT dan KETENTUAN yang ALLAH SWT kehendaki, dalam hal ini
adalah melaksanakan DIINUL ISLAM secara KAFFAH?
Hal yang harus diyakini bahwa ALLAH SWT pasti akan
mengabulkan DOA yang kita panjatkan, akan tetapi WAKTU dikabulkannya DOA tidak
kita ketahui kapan persisnya, MATERI yang dikabulkan oleh ALLAH SWT juga kita
tidak tahu apa persisnya. Untuk itu kita harus AKUI, kita harus YAKINI dan kita
harus IMANI bahwa ALLAH SWT pasti akan memberikan kepada diri kita sesuatu yang
TERBAIK untuk diri kita. Selanjutnya, setelah DOA dikabulkan oleh ALLAH SWT,
apakah setelah itu kita seolah-olah tidak ada hubungan lagi dengan ALLAH SWT
atau putus hubungan dengan ALLAH SWT? Apabila kita termasuk orang yang telah
TAHU DIRI yaitu SIAPA DIRI KITA dan SIAPA ALLAH SWT, maka tidak sepantasnya dan
tidak sepatutnya setelah DOA dikabulkan lalu ALLAH SWT dikebelangkan. Untuk itu
kita harus MENSYUKURI atas dikabulkannya DOA yang kita mohonkan dengan berbuat
sesuatu yang baik kepada ALLAH SWT dan/atau mengeluarkan SHADAQAH untuk fakir
miskin. Timbul pertanyaan, apakah hanya sekali saja kita berharap ALLAH SWT
memenuhi permohonan DOA kita? Jika kita mengacu dengan SAMBAL LADO, dimana kita
tidak pernah kapok-kapoknya merasakan nikmatnya SAMBAL LADO walaupun PEDAS.
Maka berdoa kepada ALLAH SWT pun kita harus tetap kita lakukan terus menerus
seperti kita yang tidak kapok-kapoknya merasakan SAMBAL LADO. Pembaca, dalam
kehidupan sehari-hari, sering kita melihat atau bahkan mungkin kita sendiri
yang mengalaminya atau yang melakukannya atau yang melaksanakan hal-hal sebagai
berikut yang berhubungan dengan DOA, seperti :
1.
Kita
berdoa kepada ALLAH SWT dengan suara yang keras, seolah-olah ALLAH SWT masih
JAUH.
2.
Kita
berdoa kepada ALLAH SWT hanya pada saat kepepet, pada saat ada butuhnya, pada
saat ada masalah, seolah-olah ALLAH SWT hanya dibutuhkan sewaktu-waktu
saja.
3.
Kita
melakukan hubungan kepada ALLAH SWT secara putus sambung, saat membutuhkan
sesuatu ingat ALLAH SWT dan pada saat senang lupa dengan ALLAH SWT.
4.
Kita
berdoa kepada ALLAH SWT tetapi tidak YAKIN dengan ALLAH SWT sehingga kalaupun
kita berdoa hanya setengah hati saja.
5.
Kita
berdoa kepada ALLAH SWT akan tetapi sering tidak mau memenuhi SYARAT dan
KETENTUAN yang diberlakukan oleh ALLAH SWT.
6.
Kita
berdoa kepada ALLAH SWT akan tetapi diri kita sendiri masih berlumur dengan
dosa dan/atau sifat munafik kepada ALLAH SWT masih berkembang di dalam
diri.
Pembaca,
jika hal-hal di atas ini kita perbandingkan dengan KEHENDAK ALLAH SWT yang
tertuang di dalam surat Al Baqarah (2) ayat 186 di atas, dapatkah DOA yang kita
panjatkan dipenuhi oleh ALLAH SWT jika posisi dan keadaan point 1 sampai dengan
point 6 masih tetap kita lakukan? Kami yakin pembaca buku ini, tidak akan
melakukan hal-hal yang kami sebutkan di atas ini sewaktu berdoa kepada ALLAH
SWT. Selanjutnya bagaimana jika kita telah berdoa kepada ALLAH SWT namun apa
yang kita panjatkan/mohonkan kepada ALLAH SWT belum juga di ijabah, apa yang
harus kita lakukan?
ALLAH SWT berfirman dalam hadits Qudsi:
Barangsiapa yang tidak berdoa kepada-Ku, niscaya
Aku murka kepadanya.
(HQR
Askari dalam kitab Mawaa'idl yang bersumber dari Abu Hurairah dengan sanad
Hasan)
dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku,
niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan
diri dari menyembah-Ku[1326] akan masuk neraka Jahannam dalam Keadaan hina
dina".
(surat
Al Mu'min (40) ayat 60)
[1326]
Yang dimaksud dengan menyembah-Ku di sini ialah berdoa kepada-Ku.
Jika kondisi ini terjadi pada diri kita, untuk itu
mari kita bercermin kepada apa-apa yang dikemukakan oleh IBRAHIM bin ADAM
ra, tentang firman ALLAH SWT yang
terdapat dalam surat Al Mu'min (40) ayat 60 di atas ini: Kita merasa sudah melakukan itu semua kepada
ALLAH SWT, tetapi mengapa tidak dikabulkan? Lalu Ibrahim bin Adam ra,
menjawab:
1.
Kalian
telah mengerti ALLAH SWT, mengapa kalian tidak mentaatinya?
2.
Kalian
telah mengetahui DIINUL ISLAM, mengapa kalian tidak mau mengakuinya?
3.
Kalian
membaca AL-QUR'AN, tetapi mengapa kalian
tidak mengamalkan isinya?
4.
Kalian
mengerti tentang SYAITAN tetapi mengapa selalu mengikutinya?
5.
Kalian
mengaku cinta kepada RASULULLAH, tetapi mengapa kalian meninggalkan sunnahnya?
6.
Kalian
mengaku cinta kepada SYURGA, tetapi mengapa kalian tidak beramal untuknya?
7.
Kalian
takuk kepada NERAKA, tetapi mengapa kalian selalu melakukan DOSA?
8.
Kalian
mengatakan bahwa MATI itu pasti terjadi, tetapi mengapa kalian tidak
mempersiapkan bekalnya?
9.
Kalian
sibuk mengurus cela orang lain, tetapi mengapa kalian tidak mau memperhatikan
cela diri kalian sendiri?
10.
Kalian
telah memakan rezeki dan nikmat ALLAH SWT, tetapi mengapa kalian tidak mau
BERSYUKUR?
11.
Kalian
menguburkan mayat, tetapi mengapa kalian tidak mengambilnya sebagai ibarat?
Untuk itu introspeksilah diri sendiri sebelum kita
berdoa kepada ALLAH SWT dengan
memperhatikan kondisi diri kita sendiri dan juga kita harus tahu dan mengerti
dengan jelas apa yang kita mohonkan kepada ALLAH SWT.
ALLAH SWT
berfirman dalam Hadits Qudsi:
Tidaklah Aku
akan memperhatikan hak hamba-Ku sebelum ia menunaikan hak-Ku.
(HQR Thabarani dalam kitabnya: Al Kabiir
yang bersumber dari Ibnu Abbas ra)
Allah berfirman: "Hai Nuh, Sesungguhnya Dia bukanlah Termasuk
keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan), Sesungguhnya
(perbuatan)nya[722] perbuatan yang tidak baik. Sebab itu janganlah kamu memohon
kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahui (hakekat)nya. Sesungguhnya aku
memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan Termasuk orang-orang yang tidak
berpengetahuan."
(surat Huud (11) ayat
46)
[722] Menurut
Pendapat sebagian ahli tafsir bahwa yang dimaksud dengan perbuatannya, ialah
permohonan Nabi Nuh a.s. agar anaknya dilepaskan dari bahaya.
ALLAH SWT pasti
mendengar seluruh DOA dari hamba-hambannya yang beriman dan bertaqwa
tanpa terkecuali termasuk juga doa yang kita lakukan. Adapun hasilnya akan
disesuaikan ALLAH SWT dan/atau ALLAH SWT akan memberikan yang terbaik bagi
orang tersebut, yaitu: ALLAH SWT dapat saja langsung mengabulkan DOA tersebut,
atau ALLAH SWT dapat menunda waktunya atau ALLAH SWT dapat saja mengganti
dengan REZEKI atau nikmat dan karunia lainnya. Jadi sebagai orang yang telah
beriman dan bertaqwa jangan pernah takut doa kita tidak di dengarkan oleh ALLAH
SWT dan juga jangan pernah takut doa kita tidak di ijabah oleh ALLAH SWT.
Lakukanlah DOA hanya kepada ALLAH SWT sebab ALLAH SWT akan murka jika kita
berdoa kepada selain ALLAH SWT.
D. IMANI ALLAH SWT saja yang
MENURUNKAN AIR dan MENYUBURKAN BUMI
AIR yang ada di muka bumi ini tidak mungkin ada dengan sendirinya. AIR
pasti ada yang menciptakan. AIR diciptakan oleh penciptanya, pasti ada maksud
dan tujuan yang melatarbelakanginya. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya
manfaat dari adanya AIR. AIR adalah salah satu kebutuhan pokok yang utama bagi
hidup dan kehidupan, baik untuk MANUSIA, HEWAN maupun untuk TUMBUHAN. Tahukah
kita berapa banyak AIR yang telah diciptakan oleh ALLAH SWT? Kita tidak akan
pernah TAHU berapa jumlah AIR yang telah diciptakan oleh ALLAH SWT. Sekarang
lihatlah AIR yang ada di lautan, yang ada di sungai, yang ada di danau,
selanjutnya siapakah yang mampu menciptakan AIR dengan segala kehebatan yang
terkandung di dalamnya serta dengan jumlah yang sebanyak itu? Jika kita
termasuk orang yang mempunyai AKAL seperti yang dikemukakan oleh ALLAH SWT
dalam surat Az Zumar (39) ayat 21, maka
AIR pasti diciptakan oleh selain MANUSIA, selain langit dan bumi, selain
TUMBUHAN dan HEWAN, selain JIN/IBLIS/SYAITAN dan selain MALAIKAT, lalu siapakah
yang menciptakan? Jika kita mengacu kepada surat surat Ibrahim (14) ayat 19 dan
surat Al Hajj (22) ayat 64, bahwa segala sesuatu yang ada di antara langit dan
bumi termasuk di dalamnya AIR diciptakan dan dimiliki oleh ALLAH SWT. Selanjutnya apakah AIR yang
diciptakan dan yang dimiliki oleh
ALLAH SWT, hanya sekedar ciptaan belaka, ataukah ada sesuatu di balik
AIR itu? Setiap penciptaan sesuatu, pasti ada sesuatu yang tampil di balik
suatu ciptaan. Hal yang sama berlaku juga pada AIR, dibalik AIR akan terdapat
dua hal yaitu TANDA-TANDA KEBESARAN
ALLAH SWT dan juga KEBESARAN ALLAH SWT. Sekarang lihatlah SIKLUS AIR
yang terdapat di muka bumi ini, AIR dari bawah bergerak ke atas dalam bentuk
UAP AIR karena adanya sinar MATAHARI dan setelah terkumpul di atas maka AIR
akan kembali lagi ke bawah melalui HUJAN.
Timbul pertanyaan siapakah yang mampu mengatur, membuat
proses AIR seperti itu atau apakah terjadinya HUJAN hanya akibat proses alam
semata? ALLAH SWT sebagai INISIATOR yang juga PENCIPTA dan PEMILIK dari langit
dan bumi beserta segala isinya termasuk di dalamnya AIR, maka ALLAH SWT pasti berkuasa terhadap
AIR yang diciptakannya. Ini berarti jika AIR yang ada di bawah bergerak ke atas
lalu kembali ke bawah menjadi hujan merupakan KEHENDAK ALLAH SWT yang berlaku
bagi AIR. Jika kita hanya memandang terjadinya HUJAN akibat PROSES ALAM semata,
secara kasat mata memang seperti itulah
keadaanya, akan tetapi jika kita mempunyai AKAL seperti yang dikemukakan oleh
ALLAH SWT melalui surat Az
Zumar (39) ayat 21, maka sebenarnya ALLAH SWT lah yang mengatur dan membuat
pergerakan AIR yang ada di bawah naik ke atas kembali lagi ke bawah menjadi
HUJAN. ALLAH SWT menciptakan HUJAN, dalam rangka menyuburkan tanah-tanah,
men-sirkulasi kelebihan AIR dari suatu tempat ke tempat lainnya. Sehingga
dengan proses itulah akan terjadi pemerataan kesuburan TANAH di muka bumi.
Suburnya tanah di muka akan memberikan banyak manfaat bagi manusia dan/atau
akan memudahkan manusia menjadi KHALIFAH di muka bumi. Selanjutnya bagaimana
jika seandainya ALLAH SWT tidak menciptakan AIR dan/atau ALLAH SWT tidak
mempunyai KETENTUAN yang mengatur SIKLUS AIR menjadi HUJAN? Pembaca pasti sudah
tahu jawabannya.
Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwa Sesungguhnya
Allah menurunkan air dari langit, Maka diaturnya menjadi sumber-sumber air di
bumi kemudian ditumbuhkan-Nya dengan air itu tanam-tanaman yang bermacam-macam
warnanya, lalu menjadi kering lalu kamu melihatnya kekuning-kuningan, kemudian
dijadikan-Nya hancur berderai-derai. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal.
(surat
Az Zumar (39) ayat 21)
Ibn Mas'ud ra, berkata: Nabi SAW bersabda; ALLAH
ta'ala berfirman:"Sesungguhnya barangsiapa berkata: Hujan telah turun
kepada kami karena bintang anu atau bintang anu, maka ia telah kufur kepada-Ku
dan beriman kepada bintang itu dan barangsiapa berkata: ALLAH telah menurunkan
hujan kepada kami, maka ia telah beriman kepada-Ku dan kufur kepada bintang
itu".
(HQR
Atthabarani, 272:33)
ALLAH SWT melalui hadits qudsi di atas ini,
memberikan peringatan kepada seluruh umat-Nya mengenai terjadinya HUJAN. HUJAN
dalam KEHENDAK ALLAH SWT bukan merupakan hasil dari suatu PROSES ALAM, HUJAN
merupakan bagian dari KEHENDAK ALLAH SWT untuk kepentingan KHALIFAHNYA di muka
bumi. Apabila kita sebagai umat-Nya sampai salah di dalam menyikapi terjadinya
HUJAN, ALLAH SWT akan memberikan sanksi kepada umatnya yang berani mengatakan
bahwa HUJAN karena proses alam semata, atau karena adanya bintang anu dan
bintang anu, sebagai MANUSIA KUFUR. ALLAH SWT memberikan predikat seperti ini
dikarenakan umatnya telah menyepelekan ALLAH SWT,seolah-olah ALLAH SWT tidak
ada, seolah-olah ALLAH SWT bukanlah PENCIPTA dan PEMILIK dari AIR, dan/atau
proses alamlah yang lebih tinggi dari pada ALLAH SWT.
Selanjutnya, sewaktu kita merasa HAUS dan DAHAGA,
lalu kita meminum AIR, maka hilanglah HAUS dan DAHAGA tersebut.Timbul
pertanyaan AIR kah yang mampu menghilangkan HAUS dan DAHAGA ataukah sesuatu
yang di balik AIR yang menghilangkan HAUS dan DAHAGA? Jika kita berpedoman
kepada ILMU KESEHATAN, terjadinya HAUS dan DAHAGA akibat terjadinya kekurangan
CAIRAN dalam tubuh manusia. Dengan meminum AIR maka kekurangan CAIRAN dalam
tubuh manusia dapat terpenuhi kembali. Sekarang dimana letaknya hilangnya HAUS
dan DAHAGA dalam tubuh manusia jika dihubungkan dengan ILMU KESEHATAN? Menurut
ILMU KESEHATAN minum AIR hanya dapat menggantikan kekurangan cairan akibat
proses alamiah badani dan/atau karena adanya faktor eksternal berupa cuaca
panas.
Akan tetapi untuk menghilangkan HAUS dan DAHAGA yang
terjadi tidak mampu dilakukan oleh ILMU KESEHATAN. Lalu siapakah yang mampu?
AIR diciptakan oleh ALLAH SWT, sebagai
sebuah CIPTAAN, tentu di dalam AIR pasti terdapat TANDA-TANDA KEBESARAN ALLAH
SWT dan juga KEBESARAN ALLAH SWT. Jika ini yang terdapat di dalam AIR maka yang
manakah yang dapat menghilangkan HAUS dan DAHAGA, apakah TANDA-TANDA KEBESARAN
ALLAH SWT ataukah KEBESARAN ALLAH SWT yang terdapat pada AIR? TANDA-TANDA
KEBESARAN ALLAH SWT tidak akan bisa menghilangkan HAUS dan DAHAGA sebab
TANDA-TANDA KEBESARAN ALLAH SWT hanyalah sebuah petunjuk dari yang menciptakan
AIR bahwa di dalam AIR terdapat sesuatu hal yang mencerminkan KEMAMPUAN
pencipta AIR itu sendiri dalam hal ini ALLAH SWT. Sekarang jika bukan
TANDA-TANDA KEBESARAN ALLAH SWT yang mampu
menghilangkan Haus dan Dahaga maka yang mampu menghilangkannya adalah KEBESARAN
ALLAH SWT yang melekat pada AIR. Sekarang adakah AIR di muka bumi ini yang
tidak diciptakan oleh ALLAH SWT? Anda tidak percaya, silahkan anda mencari
adakah AIR lain selain AIR yang telah diciptakan oleh ALLAH SWT atau adakah
TUHAN-TUHAN BARU selain ALLAH SWT yang mampu menciptakan AIR selain AIR yang
telah diciptakan ALLAH SWT?
E. IMANI ALLAH SWT saja yang
MENJADIKAN MANUSIA dari SETETES MANI
Keberadaan manusia di muka bumi dimulai dari
bertemunya SPERMA dengan SEL TELUR dalam RAHIM seorang ibu, demikian pula
dengan diri kita. Selanjutnya pernahkah kita memperhatikan, atau merenungi apa
yang terjadi dalam RAHIM seorang ibu?
Jika kita pernah memperhatikan dan merenungi itu semua, pernahkah
terbayangkan oleh kita apakah yang sebenarnya terjadi di dalam RAHIM selama 9
bulan 10 hari, apakah hanya dengan
bertemunya SPERMA dengan SEL TELUR yang terjadi di dalam RAHIM, lalu
dapat menjadi cikal bakal manusia termasuk juga diri kita? Apakah RAHIM seorang
IBU begitu HEBAT sehingga ia mampu memproses SPERMA dan SEL TELUR menjadi se
orang ANAK MANUSIA ataukah pencipta dari RAHIM ibu yang HEBAT?
Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian
dari setetes mani, sesudah itu dari segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu
sebagai seorang anak, kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada
masa (dewasa), kemudian (dibiarkan kamu hidup lagi) sampai tua, di antara kamu
ada yang diwafatkan sebelum itu. (kami perbuat demikian) supaya kamu sampai
kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu memahami(nya).
Dia-lah yang menghidupkan dan mematikan, Maka
apabila Dia menetapkan sesuatu urusan, Dia hanya bekata kepadanya:
"Jadilah", Maka jadilah ia.
Apakah kamu tidak melihat kepada orang-orang yang
membantah ayat-ayat Allah? Bagaimanakah mereka dapat dipalingkan?
(surat
Al Mu'min (40) ayat 67-68-69)
ALLAH SWT berdasarkan surat Al Baqarah (2) ayat 30
adalah INISIATOR yang juga sekaligus PENCIPTA dan PEMILIK dari KEKHALIFAHAN di
muka bumi. Dan jika kita keterangan dalam surat Al Baqarah (2) ayat 30 kita
padukan dengan adanya proses kelahiran anak melalui RAHIM seorang ibu, ini
berarti dengan lahirnya anak ke muka
bumi maka akan terjadi apa yang dinamakan dengan REGENERASI KEKHALIFAHAN di
muka bumi. Adanya kondisi seperti ini,
dapat dikatakan apa yang terjadi di dalam RAHIM seorang IBU merupakan bagian
dari KEHENDAK ALLAH SWT untuk mengadakan proses REGENERASI KEKHALIFAHAN.
Selanjutnya dengan adanya kehendak ALLAH SWT untuk melakukan REGENERASI
KEKHALIFAHAN di muka bumi, maka proses yang terjadi di dalam RAHIM seorang IBU
tidak terlepas dari peran ALLAH SWT di dalam proses kelahiran seorang manusia
ke muka bumi. Untuk itu mari kita renungkan hal-hal sebagai berikut sebagai
sarana untuk meningkatkan KEIMANAN kita kepada ALLAH SWT dari waktu ke waktu
berdasarkan proses kelahiran manusia, termasuk kelahiran diri kita?
1. Adakah ILMU ALLAH SWT di dalam rahim seorang ibu, jika tidak ada
bagaimana mungkin rahim bisa begitu hebat sehingga mampu memproses SPERMA dan SEL TELUR?
2. Adakah Qudrat dan Iradat ALLAH
SWT di dalam rahim seorang ibu, jika ALLAH SWT tidak memiliki Qudrat dan Iradat
yang sama-sama HEBAT bagaimana mungkin
ALLAH SWT sanggup menciptakan segala sesuatu termasuk RAHIM seorang Ibu?
3. Adakah Kasih Sayang ALLAH SWT di
dalam rahim seorang ibu, jika tidak bagaimana mungkin seorang ibu mau mengorbankan jiwanya untuk melahirkan
anak?
4. Adakah di dalam rahim seorang ibu
kehidupan yang berasal dari ALLAH SWT, jika tidak ada kehidupan yang berasal
dari ALLAH SWT tidak akan ada manusia,
sebab yang ada hanya JASMANI saja, sebab RUHANInya tidak ada.
5. Adakah di dalam rahim seorang ibu
keajaiban yang dipertontonkan atau diperlihatkan ALLAH SWT, jika tidak
bagaimana mungkin seorang ibu dapat merasakan adanya suatu gerakan yang dilakukan
oleh bayinya?
Selanjutnya jika sampai RAHIM tidak pernah diciptakan dan tidak pernah diletakkan pada seorang IBU
oleh penciptanya, dapatkah SPERMA dan SEL TELUR berproses menjadi segumpal
MANI, menjadi segumpal DARAH, menjadi segumpal DAGING yang kemudian menjadi
JANIN? ALLAH SWT melalui proses
terjadinya MANUSIA melalui RAHIM seorang IBU, pada dasarnya telah
mempertontonkan KEMAHAAN yang dimiliki oleh
ALLAH SWT kepada manusia termasuk kepada diri kita. Tanpa ada KEMAHAAN
ALLAH SWT, tanpa ada ILMU ALLAH SWT,
tanpa ada QUDRAT dan IRADAT, tidak akan
mungkin hanya RAHIM seorang IBU mampu berbuat, mampu memproses SPERMA dan SEL
TELUR menjadi cikal bakal JASMANI MANUSIA. Timbul pertanyaan, apa jadinya jika
tidak ada kemahaan dan kebesaran ALLAH SWT di dalam RAHIM seorang ibu? Yang
pasti tidak akan pernah ada REGENERASI KEKHALIFAHAN di muka bumi. Adanya proses kejadian manusia yang dimulai
dari setetes mani, ALLAH SWT berkehendak untuk menunjukkan kepada seluruh umat
manusia termasuk keapda diri kita bahwa hanya
ALLAH SWTlah yang mampu melakukan itu semua. Selanjutnya jadikan hal ini
menjadi sebuah KEIMANAN yang tidak tergoyahkan bahwa hanya ALLAH SWT lah yang
mampu menciptakan MANUSIA dari setetes MANI.
F. IMANI ALLAH SWT saja yang MEMPERGANTIKAN SIANG dan MALAM.
Perhatikanlah alam di sekitar kita, ada siang ada malam, siapakah yang mengadakan siang dan malam itu
dan/atau apakah siang dan malam ada dengan sendirinya dan/atau dapatkah
terjadinya siang dan malam jika ALLAH
SWT tidak menciptakan matahari dan bulan? Terjadinya siang dan malam merupakan
akibat dari matahari dan juga bulan yang selalu berjalan di dalam orbitnya
masing-masing untuk mengelilingi bumi secara teratur dan/atau matahari dan
bulan selalu berada di dalam garis edarnya masing-masing. Adanya keteraturan
peredaran bulan dan matahari mengitari orbitnya masing-masing untuk
mengelilingi bumi, apakah keteraturan itu ada dengan sendirinya? Keteraturan
tidak datang dengan sendirinya, keteraturan pasti ada yang mengaturnya,
siapakah yang sanggup mengatur bulan dan matahari dan bumi? Yang sanggup
mengatur bulan dan matahari dan bumi adalah pencipta dan pemilik dari bulan dan
matahari serta bumi itu sendiri, dalam hal ini adalah ALLAH SWT.
tidakkah kamu memperhatikan, bahwa Sesungguhnya Allah memasukkan malam
ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan Dia tundukkan matahari
dan bulan masing-masing berjalan sampai kepada waktu yang ditentukan, dan
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
(surat Luqman (31)
ayat 29)
Allah-lah yang meninggikan langit tanpa tiang
(sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arasy, dan
menundukkan matahari dan bulan. masing-masing beredar hingga waktu yang
ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda
(kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini Pertemuan (mu) dengan Tuhanmu.
(surat
Ar Ra'd (13) ayat 2)
Selanjutnya
untuk apakah keteraturan bulan dan matahari berjalan sesuai dengan orbitnya
mengelilingi bumi, apakah hanya sekedar terlihat indah ataukah ada sesuatu di
balik itu? Dengan teraturnya peredaran bulan dan peredaran matahari tetap pada
orbitnya mengelilingi bumi maka akan memudahkan MANUSIA untuk menilai,
mengukur, dan menetapkan adanya WAKTU. Adanya penetapan WAKTU maka akan
memudahkan kita membedakan antara siang
dengan malam, yang dilanjutkan dengan penetapan-penetapan waktu lainnya seperti
detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun dan abad. Sekiranya ALLAH SWT
tidak mengatur peredaran bulan dan peredaran matahari sesuai dengan orbitnya
mengelilingi bumi, apakah yang terjadi? Semuanya akan sama, tidak ada yang
berbeda, kita tidak pernah mengetahui dengan pasti mana yang detik, mana yang
menit, mana yang jam, mana yang hari, mana yang minggu, mana yang bulan dan
mana yang tahun. Jika sampai siang, malam, detik, menit, jam, hari, minggu,
bulan, tahun tidak ada, maka akan terjadi kebingungan, kebimbangan, akibat
tidak adanya petunjuk tentang waktu yang jelas, kapan kita melakukan aktivitas.
Apakah itu tidur, apakah itu bekerja, kapan memulai puasa, kapan mengakhiri
puasa, kapan melaksanakan shalat, kapan melaksanakan wukuf di ARAFAH atau kapan
akan melaksanakan SHALAT IED. ALLAH SWT dengan KEMAHAAN yang dimiliki-Nya telah
mengatur itu semua dengan sebaik-baiknya. Selanjutnya jika ALLAH SWT telah
melakukan itu semua, apakah kita akan tetap tidak mau beriman kepada ALLAH
SWT?
Sekarang
apa yang akan terjadi jika sampai di alam semesta ini tidak ada CAHAYA sama
sekali? Semuanya akan gelap gulita, antara siang dan malam tidak ada bedanya,
sama gelap gulitanya. ALLAH SWT MAHA BESAR, maka di adakannya alam itu
bercahaya, lalu dengan cahaya itu manusia, hewan, tumbuhan dapat melakukan
aktivitasnya sehari-hari. Sekarang jika alam dan sekitarnya sudah mempunyai
cahaya, dan dengan cahaya itu telah pula memberikan manfaat yang tidak
terhingga bagi manusia, hewan, dan tumbuhan. Selanjutnya jika cahaya yang ada
di alam ini sudah sebaik dan sebagus ini, maka seberapa hebatkah cahaya yang
dimiliki ALLAH SWT selalu sumber dari segala sumber cahaya? Anda semua dapat
menelaahnya sendiri, membayangkannya sendiri cahaya ALLAH SWT seperti yang tertuang di dalam
surat An Nuur (24) ayat 35 yang kami kemukakan di bawah ini.
Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi.
perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus[1039],
yang di dalamnya ada pelita besar. pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu
seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan
minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di
sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya)[1040], yang
minyaknya (saja) Hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. cahaya
di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang
Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan
Allah Maha mengetahui segala sesuatu.
(surat
An Nuur (24) ayat 35)
[1039] Yang dimaksud lubang yang tidak
tembus (misykat) ialah suatu lobang di dinding rumah yang tidak tembus sampai
kesebelahnya, biasanya digunakan untuk tempat lampu, atau barang-barang lain.
[1040] Maksudnya: pohon zaitun itu tumbuh di
puncak bukit ia dapat sinar matahari baik di waktu matahari terbit maupun di
waktu matahari akan terbenam, sehingga pohonnya subur dan buahnya menghasilkan
minyak yang baik.
Untuk dapat membayangkan cahaya ALLAH SWT yang
tertuang dalam surat An Nuur (24) ayat 35 saja sudah pasti kita tidak mampu,
apalagi melihatnya secara langsung. Sebagai perbandingan, manusia untuk menatap matahari secara langsung saja
tidak mampu, apalagi mau melihat ALLAH SWT? Inilah kondisi dasar ALLAH SWT,
masih tidak cukupkah hal ini membuat diri kita beriman kepada ALLAH SWT.
Pembaca, selain dari apa-apa yang telah kami kemukakan di atas tentang apa yang harus kita IMANI dari ALLAH
SWT, masih terdapat hal-hal lainnya yang harus kita IMANI dari ALLAH SWT dengan
TINGKAT KEIMANAN yang sama baiknya dengan KEIMANAN yang telah kami kemukakan
dalam point A sampai dengan F di atas, yaitu :
1) IMANI
ALLAH SWT saja yang sanggup mengetahui segala rahasia hati manusia atau rahasia
yang masih tersimpan di dalam hati manusia, selain ALLAH SWT tidak akan mampu
melakukannya.
tidakkah kamu perhatikan, bahwa Sesungguhnya Allah
mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi? tiada pembicaraan rahasia antara
tiga orang, melainkan Dia-lah keempatnya. dan tiada (pembicaraan antara) lima
orang, melainkan Dia-lah keenamnya. dan tiada (pula) pembicaraan antara jumlah
yang kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan Dia berada bersama mereka di
manapun mereka berada. kemudian Dia akan memberitahukan kepada mereka pada hari
kiamat apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.
(surat Al Mujaadilah (58) ayat 7)
2) IMANI
ALLAH SWT saja yang mampu menghidupkan dan mematikan manusia, tanpa terkecuali
lalu menghidupkannya kembali saat hari KIAMAT.
dan Dialah Allah yang telah menghidupkan kamu,
kemudian mematikan kamu, kemudian menghidupkan kamu (lagi), Sesungguhnya
manusia itu, benar-benar sangat mengingkari nikmat.
(surat
Al Hajj (22) ayat 66)
3) IMANI
ALLAH SWT saja yang mampu menurunkan Azab atau memberikan siksa yang pedih bagi
seluruh Manusia yang durhaka dan/atau kepada manusia yang KAFIR.
Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu
berbuat terhadap kaum 'Aad?
(surat
Al Fajr (89) ayat 6)
4) IMANI
ALLAH SWT saja yang mampu MENUNTUN MANUSIA dengan DIINUL ISLAM dan/atau yang
mampu menjadikan manusia sebagai makhluk yang terhormat.
Maka Apakah orang-orang yang dibukakan Allah
hatinya untuk (menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya
(sama dengan orang yang membatu hatinya)? Maka kecelakaan yang besarlah bagi
mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. mereka itu dalam
kesesatan yang nyata.
(surat
Az Zumar (39) ayat 22)
Pembaca, inilah sebahagian dari apa-apa yang harus
DIIMANI dari ALLAH SWT yang terdapat dalam Al-Qur'an, dan jika kita
berkeinginan untuk selalu sesuai dengan KEHENDAK ALLAH SWT jangan pernah keluar atau jangan
pernah mengingkari KEMAHAAN dan KEBESARAN ALLAH SWT sebagai TUHAN yang berhak
disembah dan/atau jangan pernah mengingkari ALLAH SWT selaku INISIATOR yang
sekaligus PENCIPTA dan PEMILIK dari langit dan bumi beserta isinya serta
laksanakan DIINUL ISLAM secara KAFFAH.
2. BAHAYA yang DITIMBULKAN JIKA
KITA TIDAK MAU BERIMAN kepada ALLAH SWT
Setelah mengetahui apa-apa yang harus diimani
dari ALLAH SWT sebagai pelaksanaan dari
RUKUN IMAN, RUKUN ISLAM dan IKHSAN. Selanjutnya adakah resiko yang akan kita
peroleh jika sampai kita tidak mau mengakui bahwa ALLAH SWT adalah satu-satunya
TUHAN yang berhak disembah atau kita tidak mau beriman kepada ALLAH SWT atau
kita tidak mau mengakui bahwa ALLAH SWT adalah INISIATOR yang sekaligus
PENCIPTA dan PEMILIK langit dan bumi? ALLAH SWT tidak akan RUGI sedikitpun dengan tindakan kita dan
juga KEMAHAAN dan KEMULIAN ALLAH SWT tidak akan berkurang sedikitpun,
akibat manusia atau diri kita tidak mau beriman kepada ALLAH SWT. Jika kita
termasuk orang yang telah TAHU DIRI, yaitu TAHU siapa diri kita dan TAHU
siapa ALLAH SWT, maka lakukanlah IMAN
kepada ALLAH SWT dengan sebenarnya IMAN, sebab ALLAH SWT akan memberikan
sanksi, hukuman, ancaman, kepada siapapun juga yang tidak mau beriman
kepada-Nya berupa:
A. DIMASUKKAN ke DALAM NERAKA
Jika anda telah berketetapan HATI untuk pulang kampung ke NERAKA
JAHANNAM, dan/atau merasa mampu untuk menetralisir panasnya API NERAKA JAHANNAM
yang panasnya 70 kali panasnya api dunia, lakukanlah secara teratur, lakukanlah
secara konsisten, lakukanlah secara
berkesinambungan dari waktu ke waktu tindakan dan perbuatan tidak mengakui ALLAH SWT sebagai SATU-SATUNYA TUHAN yang
berhak di sembah dan/atau jangan berimanlah kepada ALLAH SWT dan/atau jangan akui DIINUL ISLAM
sebagai AGAMA yang HAQ dan/atau jangan akui bahwa ALLAH SWT adalah INISIATOR,
PENCIPTA dan PEMILIK langit dan bumi ini. Jika hal-hal di atas mampu kita
laksanakan dengan baik maka hal ini sudah cukup menghantarkan diri kita
menempati salah satu KAVELING KHUSUS yang terdapat di KAMPUNG KESENGSARAAN dan
KEBINASAAN. Dan jika sampai kita pulang kampung ke KAMPUNG KESENGSARAAN dan
KEBINASAAN berarti kita akan mempunyai tetangga atau akan bertetangga dengan
JIN/IBLIS/SYAITAN dan/atau kita akan mengarungi bahtera kehidupan yang baru
dengan JIN/IBLIS/SYAITAN di NERAKA JAHANNAM.
Maka di antara mereka (orang-orang yang dengki itu), ada orang-orang
yang beriman kepadanya, dan di antara mereka ada orang-orang yang menghalangi
(manusia) dari beriman kepadanya. dan cukuplah (bagi mereka) Jahannam yang
menyala-nyala apinya.
(surat An Nisaa' (4)
ayat 55)
Adanya kondisi yang kami kemukakan di atas, berarti ALLAH SWT akan membedakan tempat kembali bagi
KHALIFAHNYA yang BERIMAN kepada ALLAH SWT dengan KHALIFAHNYA yang tidak mau
BERIMAN kepada ALLAH SWT. Untuk itu jangan pernah berfikir bahwa ALLAH SWT akan
salah menempatkan siapa yang berhak menempati SYURGA dan siapa yang berhak menempati NERAKA JAHANNAM. ALLAH SWT dengan
KEMAHAAN yang dimilikinya sudah memiliki alat pembeda yang baku bagi seluruh
KHALIFAHNYA yang ada di muka bumi, yaitu melalui DIINUL ISLAM. Jika saat ini
kita sedang melaksanakan tugas sebagai KHALIFAH di muka bumi, sudahkah kita
berbuat dan bertindak sesuai dengan KAVELING mana yang telah kita pesan atau
kita pilih nantinya? Jika KAVELING SYURGA yang kita pilih maka berbuatlah
sesuai dengan KEHENDAK ALLAH SWT dan
jika KAVELING NERAKA JAHANNAM yang kita pilih maka berbuatlah dan
berkehendaklah sesuai dengan perilaku AHWA dan SYAITAN yang mencerminkan
NILAI-NILAI KEBURUKAN.
B. BUDAK AHWA
MANUSIA terdiri dari RUHANI dan JASMANI. RUHANI
berasal dan diciptakan hanya oleh ALLAH SWT semata sedangkan JASMANI asalnya
dari SARIPATI TANAH. RUHANI mempunyai
sifat yang mencerminkan NILAI-NILAI KEBAIKAN yang berasal dari NILAI-NILAI
ILAHIAH sedangkan JASMANI mempunyai SIFAT ALAMIAH yang berasal dari ALAM,
dimana sifat yang di bawanya mencerminkan NILAI-NILAI KEBURUKAN seperti LEMAH,
BAKHIL, KIKIR, LOBA, TAMAK AKAN HARTA, BURUK SANGKA dan lain sebagainya. Saat
MANUSIA hidup terjadilah peperangan atau proses saling pengaruh mempengaruhi
antara Ruhani dengan Jasmani untuk mempengaruhi perilaku MANUSIA. Apabila
RUHANI yang menang terhadap JASMANI maka perilaku manusia akan sesuai dengan
NILAI-NILAI ILAHIAH sedangkan apabila JASMANI yang menang terhadap RUHANI maka
perilaku manusia akan memperturutkan atau melakukan hal-hal yang mencerminkan
NILAI-NILAI KEBURUKAN. Jika kondisi ini terjadi berarti MANUSIA yang telah
memperturutkan dan/atau mempertuhankan AHWA sebagai Tuhan pengganti selain
ALLAH SWT. Contoh manusia yang memperturutkan salah satu sifat JASMANI yaitu
BAKHIL, maka akibat dari perbuatan itu
di dalam diri kita akan timbul sikap dan perilaku mementingkan diri sendiri,
atau hanya mementingkan kelompok tertentu saja atau sukar untuk berbagi
dengan sesama atau semuanya untuk kita
yang lain biarkan saja.
Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang
jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, Maka mereka
kelak akan menemui kesesatan,
(surat
Maryam (19) ayat 59)
Sebagai KHALIFAH yang sedang melaksanakan tugas di muka bumi, jika sampai
kita memperturutkan sifat-sifat alamiah jasmani
atau mempertuhankan AHWA menjadi perbuatan diri kita berarti kita telah
menyerahkan penguasaan RUHANI diri kita kepada JASMANI.Adanya keadaan seperti
ini maka RUHANI yang mempunyai SIFAT-SIFAT KEBAIKAN yang berasal dari
NILAI-NILAI ILAHIAH telah digantikan atau telah kita tukar dengan SIFAT-SIFAT
KEBURUKAN yang di bawa oleh JASMANI. Hal ini seperti AIR yang PUTIH bersih dan
jernih yang telah dikalahkan oleh KOPI. Kondisi AIR tetap ada di dalam gelas
namun PUTIH, BERSIH dan JERNIHNYA AIR telah hilang diganti oleh perbuatan KOPI.
Apabila hal ini terjadi pada diri kita berarti di dalam diri kita telah terjadi
hal-hal sebagai berikut, yaitu:
1. DIINUL ISLAM sebagai AGAMA yang
HAQ sudah kita tinggalkan.
2. KEHENDAK ALLAH SWT sudah jauh
dari diri kita dan/atau diri kita sudah tidak sesuai lagi dengan KEHENDAK ALLAH SWT.
3. ALLAH SWT sebagai satu-satunya
TUHAN yang berhak di sembah sudah tidak berlaku lagi sebab sudah digantikan
dengan AHWA (AHWA telah menjadi TUHAN).
4. KEHENDAK SYAITAN merupakan ciri
dan cerminan yang paling sesuai dengan diri kita, jika hal ini yang terjadi
berarti kampung halaman kita telah sama dengan SYAITAN yaitu di NERAKA
JAHANNAM.
5. KEHIDUPAN DUNIA lebih dipentingkan
daripada KEHIDUPAN AKHIRAT (kehidupan DUNIA segala-galanya, sedangkan kehidupan
AKHIRAT nomor sepatu).
Selanjutnya apakah manfaat yang akan kita peroleh dari diperturutkannya
AHWA atau dijadikannya AHWA sebagai TUHAN pengganti selain ALLAH SWT, bagi diri
kita dan juga bagi masyarakat, yaitu:
1. SYAITAN menjadi KOMANDAN bagi
diri kita untuk melaksanakan tugas sebagai KHALIFAH di muka bumi.
2. Banyaknya aliran sesat di
masyarakat dan/atau karena telah
disesatkan oleh SYAITAN.
3. Mementingkan kelompok lebih
dominan di masyarakat daripada
mementingkan kepentingan umum.
4. Dusta, mendustakan ayat-ayat
ALLAH SWT sering terjadi.
5. Sulitnya keteraturan di wujudkan
dalam masyarakat, hal ini ditunjukkan dengan rendahnya tingkat kedisiplinan di
tengah masyarakat .
6. Sifat konsumerisme tumbuh kembang
di dalam masyarakat.
7. Alam semakin hancur, bencana di
mana-mana.
8. Pemutarbalikkan fakta menjadi
kebiasaan umum dan/atau menjadi kebohongan publik tumbuh di mana-mana.
9. Sulitnya kebenaran diterima
masyarakat, mudahnya kemungkaran diterima masyarakat serta hukum sulit
ditegakkan.
Pembaca, Inilah buah dan hasil dari mempertuhankan AHWA sebagai pengganti
selain ALLAH SWT yang berkembang di
dalam diri dan masyarakat.Selama diri dan masyarakat berperilaku seperti ini
maka akan selama itu pula NILAI-NILAI KEBURUKAN yang dibawa JASMANI menjadi
hiasan dalam kehidupan kita sehari-hari maupun di tengah masyarakat bangsa dan
negara.
C. KENA
AZAB DUNIA dan AZAB AKHIRAT
ALLAH SWT selaku INISIATOR yang juga PENCIPTA dan
PEMILIK langit dan bumi, akan memberikan hadiah ataupun penghargaan baik kepada
yang KHALIFAHNYA yang TAAT dan PATUH maupun kepada KHALIFAHNYA yang TIDAK MAU
BERIMAN kepada-Nya. HADIAH dan PENGHARGAAN dari ALLAH SWT dapat diberikan di
saat menjalankan tugas maupun setelah selesai menjalankan tugas di muka bumi.
Hadiah dan penghargaan bagi yang TAAT dan PATUH tentu saja sangat berbeda
dengan yang TIDAK MAU BERIMAN kepada ALLAH SWT. Bagi yang TAAT dan PATUH akan
diberikan oleh ALLAH SWT hal-hal sebagai berikut di dunia yaitu:
1. Dilapangkan dan dimurahkan REZEKI
oleh ALLAH SWT serta dipanjangkan UMUR.
2. MAUNAH atau PERTOLONGAN yang tidak di duga-duga dari
ALLAH SWT.
3. KARUNIA, HIDAYAH dan FIRASAT yang baik melalui HATI RUHANI.
4. Dibukanya pintu ILHAM atau
IDE-IDE brilian.
5. Diberikannya PEMAHAMAN dan
KEMANTAPAN HATI dalam mempelajari DIINUL ISLAM dan Diberikannya KETENANGAN
BATHIN.
6. Dimudahkannya SAKRATUL MAUT serta
wafat dalam HUSNUL KHATIMAH.
7. Dianugerahkannya KELUARGA SAKINAH
serta ANAK-ANAK yang SHALEH dan
SHALEHAH.
sedangkan di AKHIRAT akan diberikan SYURGA yang dibawahnya mengalir
sungai-sungai, dimudahkan proses HISAB serta dapat bertemu langsung dengan
ALLAH SWT. Selanjutnya bagaimana dengan orang yang tidak mau beriman kepada
ALLAH SWT? Bagi yang tidak mau beriman kepada ALLAH SWT juga akan diberikan
HADIAH dan PENGHARGAAN yaitu berupa AZAB
dunia yang terdiri dari Sulitnya Sakratul Maut yang disusul dengan Suul
Khatimah, Anak yang tidak berbakti kepada orang tua, Resah dan Gelisah,
Penyakit Takut dan Was-Was melanda, gontok-gontokkan dalam keluarga sepeninggal
orang tua, Stress, Sedih Hati, dan lain sebagainya. Sedangkan HADIAH dan
PENGHARGAAN dari ALLAH SWT bagi manusia yang tidak taat dan patuh, akan menjadi PENGHUNI TETAP NERAKA JAHANNAM sehingga ia akan hidup bertetangga
dengan JIN/IBLIS/SYAITAN di sana.
dan jadilah orang-orang yang kemarin
mencita-citakan kedudukan Karun itu, berkata: "Aduhai, benarlah Allah
melapangkan rezki bagi siapa yang Dia kehendaki dari hamba-hambanya dan
menyempitkannya; kalau Allah tidak melimpahkan karunia-Nya atas kita
benar-benar Dia telah membenamkan kita (pula). Aduhai benarlah, tidak beruntung
orang- orang yang mengingkari (nikmat Allah)".
negeri akhirat[1140] itu, Kami jadikan untuk
orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka)
bumi. dan kesudahan (yang baik)[1141] itu adalah bagi orang-orang yang
bertakwa.
(surat
Al Qashash (28) ayat 82-83)
[1140] Yang dimaksud kampung akhirat di sini
ialah kebahagiaan dan kenikmatan di akhirat.
[1141] Maksudnya: syurga.
Sebagai KHALIFAH yang sedang menjalankan tugas di muka bumi dan/atau
beranikah anda yang membaca buku ini menyatakan bahwa HADIAH dan PENGHARGAAN
dari ALLAH SWT kepada orang yang tidak mau beriman LEBIH BAIK dan LEBIH ENAK
serta LEBIH BERMUTU dibandingkan dengan HADIAH dan PENGHARGAAN yang
diberikan ALLAH SWT kepada orang yang
TAAT dan PATUH? Hanya orang yang tidak waraslah yang berani mengatakan bahwa
NERAKA lebih baik daripada SYURGA.
D. BUDAK SYAITAN
Untuk menjadi BUDAK SYAITAN, untuk menjadi SAHABAT SYAITAN, untuk menjadi
TETANGGA yang baik bagi JIN/IBLIS/SYAITAN di
Neraka Jahannam, caranya sangat MUDAH, caranya sangat MURAH, cukup dengan
berpaling secara MANTAP,
KONSISTEN dari WAKTU ke WAKTU dari
pengajaran ALLAH SWT melalui DIINUL ISLAM dan/atau jangan pernah beriman kepada
ALLAH SWT dan/atau jangan akui Al-Qur'an sebagai BUKU MANUAL yang diturunkan
oleh ALLAH SWT dan/atau jadikanlah AHWA sebagai TUHAN pengganti ALLAH SWT
dan/atau JADIKAN SYAITAN sebagai KOMANDAN di saat kita melaksanakan tugas
sebagai KHALIFAH di muka bumi. Jika ini adalah pilihan HIDUP anda, berarti anda
telah KEBAL terhadap PANASNYA API NERAKA JAHANNAM yang panasnya 70 (tujuh
puluh) kali api dunia.
Rasulullah bersabda: "Api kalian di dunia yang dinyalakan oleh
anak keturunan Adam adalah satu bagian dari tujuh puluh bagian dari neraka
Jahannam". Para sahabat berkata:"Jika api itu mencukupi ya
Rasulullah, maka api itu terpisah dengan selisih enam puluh Sembilan bagian
yang kesemuanya itu adalah perumpamaan panasnya".
(HR Bukhari, Muslim)
Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan
yang Maha Pemurah (Al Quran), Kami
adakan baginya syaitan (yang menyesatkan) Maka syaitan Itulah yang menjadi
teman yang selalu menyertainya.
(surat
Az Zukhruf (43) ayat 36)
Akan tetapi jika kita ingin pulang ke SYURGA atau
ingin bertemu dengan ALLAH SWT, jangan pernah lakukan itu semua, lakukanlah dan
laksanakanlah DIINUL ISLAM secara KAFFAH dengan melaksananakan Rukun IMAN,
Rukun ISLAM dan IKHSAN dalam satu kesatuan yang tidak terpisahkan sehingga diri
kita akan selalu sesuai dengan KEHENDAK ALLAH SWT.
Pembaca, untuk menambah pengetahuan tentang
IBLIS, berikut ini akan kami kemukakan
sebuah cerita tentang IBLIS yang datang menemui NABI MUHAMMAD SAW, yang dapat
kita jadikan pembelajaran dalam rangka melaksanakan tugas sebagai KHALIFAH di
muka bumi: "Telah
diceritakan bahwa ALLAH SWT menyuruh iblis datang kepada Nabi Muhammad SAW agar
menjawab segala pertanyaan yang Baginda tanyakan padanya. Pada suatu hari Iblis
pun datang kepada Baginda Rasulullah SAW dengan menyerupai orang tua yang baik
lagi bersih, sedang di tangannya memegang tongkat. Bertanya Rasulullah SAW,
"Siapakah kamu ini ?" Orang tua itu menjawab, "Aku adalah
Iblis." "Apa maksudmu datang menemuiku?" Orang tua itu
menjawab, "ALLAH SWT menyuruhku datang kepadamu agar Engkau bertanya
kepadaku." Baginda Rasulullah SAW lalu bertanya, "Hai iblis, berapa
banyakkah musuhmu dari kalangan umat-umat ku ?" Iblis
menjawab, "Lima belas." yaitu:
1. Engkau sendiri Hai Muhammad.
2. Imam dan pemimpin yang adil.
3. Orang kaya yang merendah diri.
4. Pedagang yang jujur dan amanah.
5. Orang alim yang mengerjakan shalat dengan
khusyuk.
6. Orang Mukmin yang memberi nasehat.
7. Orang yang Mukmin yang berkasih-sayang.
8. Orang yang tetap dan cepat bertaubat.
9. Orang yang menjauhkan diri dari segala
yang haram.
10. Orang Mukmin yang selalu dalam keadaan suci.
11. Orang Mukmin yang banyak bersedekah dan
berderma.
12. Orang Mukmin yang baik budi dan akhlaknya.
13. Orang Mukmin yang bermanfaat kepada orang
lain.
14. Orang yang hafal al-Qur'an serta selalu
membacanya dan juga mengamalkannya.
15. Orang yang berdiri melakukan shalat di waktu
malam sedang orang-orang lain semuanya tidur.
Kemudian Baginda Rasulullah SAW
bertanya lagi, "Berapa banyakkah temanmu di kalangan umatku ?" Jawab
iblis, "Sepuluh golongan " yaitu:
1. Hakim yang tidak adil.
2. Orang kaya yang sombong.
3. Pedagang yang khianat.
4. Orang pemabuk/peminum arak.
5. Orang yang memutuskan tali persaudaraan.
6. Pemilik harta riba'.
7. Pemakan harta anak yatim.
8. Orang yang selalu lengah dalam mengerjakan
shalat/sering meninggalkan shalat.
9. Orang yang enggan memberikan
zakat/shadaqah/ jariah.
10. Orang yang selalu berangan-angan dan
berkhayal dengan tidak ada faedah.
Mereka semua itu
adalah sahabat-sahabatku yang setia." Itulah perbincangan antara Nabi
Muhammad SAW dengan Iblis. Untuk itu kita harus waspada dan berhati-hati jangan
sampai kita menjadi kawan Iblis, karena
yang menjadi kawan Iblis berarti
menjadi musuh ALLAH SWT. Demikian sebaliknya, barangsiapa yang menjadi musuh Iblis berarti menjadi kekasih ALLAH SWT". Berdasarkan cerita di atas, yang manakah diri
kita, apakah yang menjadi teman Iblis ataukah yang menjadi musuh Iblis? Kami
berharap pembaca buku ini adalah musuh-musuh Iblis yang berarti adalah KEKASIH
ALLAH SWT.
E. PUTUS HUBUNGAN dengan ALLAH SWT
RADIO jika ANTENAnya tidak berfungsi maka hubungan
RADIO dengan STASIUN PEMANCAR akan terputus sehingga SIARAN RADIO tidak dapat
dinikmati. Jika hubungan RADIO dengan STASIUN PEMANCAR akan terputus akibat
rusaknya ANTENA RADIO, selanjutnya bagaimana dengan hubungan MANUSIA
dengan ALLAH SWT jika ANTENA yang
terdapat pada diri manusia mengalami kerusakan atau gangguan?
Wahab bin Munabbih berkata: ALLAH ta'ala berfirman: Sesunguhnya
langit-langit dan bumi tidak berdaya menjangkau-Ku, Aku telah dijangkau oleh
hati seorang mukmin.
(HQR Ahmad dari Wahab
bin Munabbih, 272:32)
sekali-kali
tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati
mereka.
(surat Al Muthaffiffin (83)
ayat 14)
Hal yang sama juga berlaku sewaktu manusia atau saat diri kita
berhubungan dengan ALLAH SWT. Jika ANTENA kita (dalam hal ini HATI RUHANI
tempat diletakkannya AKAL dan PERASAAN) RUSAK atau mengalami GANGGUAN maka kitapun tidak akan dapat menerima
dan/atau tidak dapat menjangkau PANCARAN atau tidak dapat menerima
GELOMBANG atau tidak dapat menerima
SIARAN dari SIFAT MA'ANI dan ASMA ALLAH SWT yang dipancarkan ke alam semesta ini. Ini berarti rusaknya ANTENA dalam diri manusia akan mengakibatkan
PUTUSNYA HUBUNGAN antara diri
manusia dengan ALLAH SWT selaku
INISIATOR yang juga PENCIPTA dan PEMILIK dari langit dan bumi sehingga manusia
termasuk diri kita berada di luar KEHENDAK ALLAH SWT.
Nabi SAW bersabda: Sesungguhnya bila seorang hamba melakukan dosa satu
kali, maka di dalam hatinya timbul satu titik noda hitam. Apabila ia berhenti
dari perbuatan dosanya dan memohon ampun serta bertaubat, maka bersihlah
hatinya. Jika ia kembali berbuat dosa, maka bertambahlah hitamnya titik nodanya
itu sampai memenuhi hatinya.
(HR Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah, Nasa'i;
Ibnu Hibban dan Hakim)
Timbul pertanyaan, kenapa sampai ANTENA yang ada di dalam diri manusia
mengalami kerusakan atau mengalami gangguan? Rusaknya atau terganggunya ANTENA
yang ada pada diri manusia (dalam hal
ini adalah rusaknya HATI RUHANI manusia) dapat di sebabkan oleh:
1. MANUSIA tidak melaksanakan DIINUL
ISLAM secara KAFFAH.
2. MANUSIA tidak menempatkan dan
meletakkan ALLAH SWT sesuai dengan
KEMAHAAN yang dimiliki-Nya dan/atau kedudukan ALLAH SWT sudah diganti dengan
TUHAN-TUHAN baru selain ALLAH SWT.
3. Akibat perbuatan DOSA atau
sengaja berbuat DOSA dengan harapan dosanya nanti di ampuni ALLAH SWT.
4. Memiliki ILMU, tetapi tidak
pernah dan tidak mau mengamalkan.
5. Beramal tetapi tidak IKHLAS atau
beramal karena RIYA.
6. Memakan REZEKI ALLAH SWT tetapi
tidak pernah mau bersyukur.
7. Tidak RIDHA dengan pemberian
ALLAH SWT.
8. Sering mengubur orang mati, namun
tidak mau mengambil pelajaran dari kematian tersebut.
9. Dan lain sebagainya.
Akibat dari RUSAKNYA ANTENA yang ada di dalam diri manusia (dalam hal ini
RUSAKNYA HATI RUHANI manusia) akan mengakibatkan diri manusia berada di
luar KEHENDAK ALLAH SWT yang berarti
manusia termasuk diri kita akan mengalami, hal-hal sebagai berikut:
1. Hilangnya FASILITAS dan
JANJI-JANJI ALLAH SWT yang telah dipersiapkan oleh ALLAH SWT untuk manusia.
2. Ketenangan dan Ketentraman BATHIN
menjadi sesuatu yang mahal dan sulit diperoleh.
3. Cinta ALLAH SWT kepada AKAL yang
diletakkan di dalam hati ruhani bertepuk sebelah tangan akibat putusnya
hubungan cinta.
4. Pemahaman akan Agama sulit masuk
ke dalam diri manusia.
5. Petunjuk ALLAH SWT tidak akan
pernah di dapatkan akibat rusaknya HATI RUHANI.
6. CAHAYA atau AURA dalam diri tidak
akan pernah terpancar keluar.
7. Penyakit di dalam rongga dada
sangat sulit disembuhkan.
Untuk dapat menjaga dan memelihara HATI RUHANI dan/atau untuk selalu
menjaga kebersihan HATI RUHANI sehingga kita selalu sesuai dengan KEHENDAKNYA,
maka:
1. Perbanyaklah Istighfar, meminta
ampun, dimanapun, kapanpun.
2. Perbanyaklah Dzikir, mengingat
ALLAH SWT dimanapun, kapanpun.
3. Perbanyak pergaulan dengan
orang-orang shalih dengan sering menghadiri majelis dan mendengarkan nasehat
mereka.
4. Pelajari Al-Qur'an dan amalkan.
5. Perbanyak Qiyamul Lail, melalui
shalat Tahajud.
6. Sedikit makan, perbanyak puasa
sunat.
7. Bermunajat kepada ALLAH SWT pada
waktu malam hari.
Selanjutnya jika kita telah mengetahui bahwa keberadaan ALLAH SWT di alam ini hanya dapat dirasakan
dan dijangkau oleh HATI RUHANI dan/atau keberadaan ALLAH SWT terhijab dengan HATI RUHANI, maka
apakah kita akan terus memperlakukan HATI RUHANI dengan semena-mena? Anda
sendirilah yang tahu jawabannya. Selanjutnya
setelah mengetahui sanksi dan penghargaan dari ALLAH SWT kepada orang-orang yang tidak mau
beriman kepada ALLAH SWT sebagai pelaksanaan dari AD DIIN atau DIINUL ISLAM
secara KAFFAH, sudahkah hal ini membuat diri kita menjadi lebih sadar ataukah
malah menjadi-jadi untuk melawan ALLAH SWT? Kami yakin pembaca buku ini, adalah
orang-orang yang selalu berada di dalam kesesuaian dengan KEHENDAK ALLAH SWT.
3. KARANG-KARANG PENGHANCUR IMAN
Selama ini kita berani dengan tegas menyatakan bahwa CABAI itu PEDAS
rasanya selama HAYAT di kandung BADAN, hal ini dikarenakan kita telah memiliki
PENGETAHUAN tentang CABAI. Sekarang beranikah kita menyatakan bahwa CABAI itu
MANIS RASANYA? Sepanjang kita telah memiliki PENGETAHUAN tentang CABAI tidak
akan mungkin kita berani menyatakan bahwa CABAI itu MANIS dan/atau sampai dengan kapanpun kita akan menyatakan
bahwa CABAI PEDAS RASANYA. Selanjutnya bagaimana dengan KEIMANAN yang ada di dalam diri kita? Apabila kita
juga memiliki PENGETAHUAN tentang ALLAH SWT, maka selama HAYAT di kandung BADAN
kitapun harus menyatakan IMAN kepada
ALLAH SWT dan/atau menyatakan selama HAYAT di kandung BADAN bahwa ALLAH SWT adalah Tuhan yang berhak di sembah.
Ini berarti jika kita memiliki PENGETAHUAN yang baik tentang ALLAH SWT,
maka KUALITAS KEIMANAN di dalam diri
seharusnya kondisinya sama baiknya dan sama utuhnya dengan pernyataan diri kita
tentang CABAI itu PEDAS RASANYA.
Akan tetapi kenyataannya adalah
kondisi kualitas KEIMANAN yang
ada di dalam diri kita kualitasnya tidak pernah bisa sama tingginya, tidak bisa
sama baiknya, dengan pernyataan diri kita tentang CABAI itu PEDAS RASANYA. Jika
kondisi ini terjadi pada diri kita berarti di dalam diri kita telah terjadi
sesuatu yang salah, yaitu kita telah menerapkan STANDARD GANDA, yaitu kita
lebih mempercayai CIPTAAN beserta TANDA-TANDA KEBESARAN yang melekat pada
CIPTAAN dibandingkan dengan PENCIPTANYA sendiri. Kepada CABAI kita mampu
mempercayainya dengan baik sepanjang HAYAT di kandung BADAN akan tetapi untuk mempercayai ALLAH SWT sepanjang HAYAT di kandung BADAN
kita tidak bisa. Dalam rangka untuk dapat mempertahankan kondisi dan kualitas
KEIMANAN kepada ALLAH SWT seperti kita mempercayai CABAI itu PEDAS RASANYA,
berikut ini akan kami kemukakan KARANG-KARANG PENGHANCUR IMAN sebagai bagian
dari PENGETAHUAN kita tentang ALLAH SWT.
A. SYIRIK dan MUSYRIK
Banyak orang yang mengira dan juga
menyangka bahwa jika kita telah
melakukan dan melaksanakan DIINUL ISLAM
dengan melaksanakan Rukun Islam secara baik dan benar, yang terdiri
mengucapkan SYAHADAT, mendirikan SHALAT, menunaikan ZAKAT, PUASA RAMADHAN,
melaksanakan HAJI, jika mampu, sudah cukup baik dan sempurna kita beragama
ISLAM. Kemudian ALLAH SWT akan memberikan Ridha-Nya kepada kita,
selanjutnya kita akan menerima
kebahagiaan di SYURGA dengan segala keindahannya dan kita pun merasa aman dari
siksa api NERAKA JAHANNAM. Namun kita lupa, walaupun kita telah melakukan dan
melaksanakan Rukun Islam, akan tetapi jika kita melakukan setitik saja
aktivitas MUSYRIK dan SYIRIK maka semua yang telah kita lakukan akan menjadi
batal. Untuk itu jangan pernah mencampur DIINUL ISLAM dengan KEMUSYRIKAN atau
mencampur DIINUL ISLAM dengan perbuatan SYIRIK sebab tindakan ini akan
membatalkan IMAN, ISLAM dan IKHSAN seseorang.
Selanjutnya apakah itu MUSYRIK dan
SYIRIK? MUSYRIK dan SYIRIK dapat di artikan suatu tindakan, apakah itu
dalam bentuk perbuatan, apakah itu sesuatu perkataan, atau dorongan hati untuk
mempercayai sesuatu ghaib yang ditujukan kepada selain ALLAH SWT atau adanya
kepatuhan jiwa raga kepada selain ALLAH SWT, melalui :
1. Tindakan mensyerikatkan ALLAH SWT
dengan sesuatu, atau
2. Tindakan menduakan ALLAH SWT
dengan sesuatu, atau
3. Upaya membanding-bandingkan ALLAH
SWT dengan sesuatu, atau
4. Upaya meniadakan ALLAH SWT, atau
5. Upaya menganggap ALLAH SWT tidak
ada, atau
6. Upaya menghilangkan KEMAHAAN dan
KEBESARAN ALLAH SWT dengan sesuatu.
Selanjutnya, ALLAH SWT melalui surat
An Nisaa' (4) ayat 48 di bawah ini, menerangkan bahwa MUSYRIK dan SYIRIK
adalah DOSA BESAR yang tidak akan pernah di ampuni oleh ALLAH SWT. Timbul
pertanyaan, kenapa ALLAH SWT bersikap seperti itu kepada perbuatan MUSYRIK dan
SYIRIK? ALLAH SWT bersikap keras tanpa ampun kepada siapapun juga yang
melakukan perbuatan MUSYRIK dan SYIRIK sekalipun orang tersebut telah melakukan
IBADAH dan AMAL SHALEH baik yang besar maupun kecil, dikarenakan ALLAH SWT
tersinggung, ALLAH SWT telah dihina,
ALLAH SWT di anggap tidak ada, ALLAH SWT
di anggap tidak mampu oleh orang tersebut padahal ALLAH SWT adalah INISIATOR
yang sekaligus PENCIPTA, PEMILIK, PENGAWAS, PEMELIHARA, dari langit dan bumi.
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa
syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi
siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka
sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.
(surat
An Nisaa' (4) ayat 48)
Untuk itu berhati-hatilah dengan perbuatan MUSYRIK
dan SYIRIK, sebab MUSYRIK dan SYIRIK merupakan AMUNISI bagi KEHANCURAN diri dan
KEIMANAN kita di hadapan ALLAH SWT. Berikut ini akan kami kemukakan 4(empat)
buah bentuk SYIRIK yang harus kita waspadai dan jangan pernah kita lakukan
dimanapun, kapanpun oleh sebab apapun juga, yaitu:
1) Syirik Du'a, yang dimaksud dengan Syirik Du'a
adalah berdoa atau minta-minta atau memohon yang di dorong kepercayaan ghaib
kepada selain ALLAH SWT. Misalnya memohon kepada wali-wali atau orang-orang
yang shaleh yang telah dikubur, supaya dapat kelapangan rezeki, jodoh, pangkat.
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa
syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi
siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka
sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.
(surat
An Nisaa' (4) ayat 48)
2) Syirik
Roja', yang dimaksud dengan Syirik Roja' adalah diri kita berpengharapan kepada
selain ALLAH SWT yang di dorong kepercayaan ghaib. Misalnya mengharap selamat
dari bahaya perkelahian atau pertempuran dengan batu badar besi. Orang yang
membawa batu badar besi tidak berdoa kepada batu itu supaya diberi keselamatan
tetapi percaya dan berpengharapan bahwa selama batu ini tetap melekat pada
tubuhnya maka ia akan selamat dari bahaya.
Mereka mengambil
sembahan-sembahan selain Allah, agar mereka mendapat pertolongan.
(surat Yaasin (36) ayat 74)
3) Syirik
Khouf, yang dimaksud dengan Syirik Khouf adalah takut yang didorong kepercayaan
ghaib kepada selain ALLAH SWT. Misalnya takut akan mendapat malapetaka, kalau
tidak mengadakan pertunjukan wayang kulit pada bulan Apitm taku ditimpa mara
bahaya bila tidak selamatan pada bulan Syurom takut akan mendapatkan kesusahan
bila tidak merangkat dihadapan kubur yang dikeramatkan dan sebagainya.
Allah berfirman: "Janganlah kamu menyembah dua
Tuhan; Sesungguhnya Dialah Tuhan yang Maha Esa, Maka hendaklah kepada-Ku saja
kamu takut".
(surat
An Nahl (16) ayat 51)
4) Syirik
Tho'at, yang dimaksud dengan Syirik Tho'at adalah kepatuhan jiwa raga dalam
melakukan perbuatan-perbuatan yang berlawanan dengan petunjuk ALLAH SWT dan RASUL-Nya, baik kepada
undang-undang, peraturan-peraturan atau orang yang memerintahkannya. Misalnya menggali lubang dan menanam kepala
Kerbau di bawah tempat-tempat yang akan di bangun, karena tunduk kepada
perintah pimpinannya dan hatinyapun membenarkannya, membaca doa pada peresmian
komplek pelacuran karena menuruti perintah atasannya dan hatinya juga
membenarkan dan seterusnya.
Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai
Tuhan selain Allah[639] dan (juga mereka mempertuhankan) Al masih putera
Maryam, Padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan
(yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka
persekutukan.
(surat At Taubah (9)
ayat 31)
[639] Maksudnya: mereka
mematuhi ajaran-ajaran orang-orang alim dan rahib-rahib mereka dengan membabi
buta, biarpun orang-orang alim dan rahib-rahib itu menyuruh membuat maksiat
atau mengharamkan yang halal.
Pembaca,
selain harus waspada kepada empat bentuk SYIRIK yang telah kami kemukakan di
atas ini, kita pun harus pula mewaspadai bentuk-bentuk KEMUSYRIKAN yang ada dan
yang mungkin telah menjadi darah daging ditengah-tengah kehidupan kita, yaitu:
1)
Kepercayaan Kepada Benda-Benda Bertuah.
Di sekitar kita, banyak benda-benda yang dipercayai
oleh sebahagian kalangan mempunyai kemampuan ghaib. Banyak orang membeli
batu-batu, bukan karena indahnya tetapi karena kepercayaan mereka bahwa
batu-batu ini ada keampuhannya. Jika kita memakai batu akik tirus maka kita
akan selamat kemanapun pergi atau jika
memakau batu akik sulaiman maka akan memudahkan mendapatkan rezeki. Demikian
juga dengan keris, banyak yang menyimpannya atau membanggakannya dengan
disertai bermacam-macam kepercayaan, misalnya keris singkir geni dipercayai
dapat menyelamatkan dari bahaya kebakaran. Orang yang mau menggunakan akalnya
secara rasional, serta menjernihkan fikirannya dari bisikan syaitan dan tidak
menurutkan hawa nafsunya yang telah dipengaruhi godaan-godaan iblis, maka
mereka pasti akan berpendirian dan berkeyakinan bahwa benda-benda yang
dikeramatkan ini, tidak mampu mendatangkan kemanfaatan, dan tidak dapat
menimpakan malapetaka.
Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: "Siapakah yang
menciptakan langit dan bumi?", niscaya mereka menjawab: "Allah".
Katakanlah: "Maka Terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu seru selain
Allah, jika Allah hendak mendatangkan kemudharatan kepadaKu, Apakah berhala-berhalamu
itu dapat menghilangkan kemudharatan itu, atau jika Allah hendak memberi rahmat
kepadaKu, Apakah mereka dapat menahan rahmatNya?. Katakanlah: "Cukuplah
Allah bagiku". Kepada- Nyalah bertawakkal orang-orang yang berserah diri.
(surat Az Zumar (39)
ayat 38)
Mereka berani mengatakan bahwa bila benda-benda ini
boleh dihancurkan pastilah akan hancur dan tidak mendatangkan mala petaka.
Dalam surat Az Zumar (39) ayat 38 diterangkan bahwa apa saja yang dipercayai
oleh orang yang dapat mendatangkan kemanfaatan, iyu hanya khayalan belaka.
Benda-benda yang dikeramatkan itu tidak akan mendatangkan apa-apa bagi manusia.
Orang yang percaya kepada keampuhan benda-benda ini, mereka termasuk orang yang
musyrik.
2) Kepercayaan
kepada Azimah.
Azimah adalah mantera-mantera yang ditulis pada
kertas, kulit binatang ataupu kain. Mantera ini biasanya ditulis dengan huruf
Arab, dan berbahasa Arab, yang dicampur dengan bahasa Ibrani gambar-gambar,
garis-garis dan titik-titik. Ada juga mantera yang ditulis pada sepotong kain
kecil, kemudian dibungkus dengan kuat supaya tidak rusak.
dan janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi manfaat dan
tidak (pula) memberi mudharat kepadamu selain Allah; sebab jika kamu berbuat
(yang demikian), itu, Maka Sesungguhnya kamu kalau begitu Termasuk orang-orang
yang zalim".
Jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, Maka tidak ada
yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan
bagi kamu, Maka tak ada yang dapat menolak kurniaNya. Dia memberikan kebaikan
itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dia-lah
yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(surat Yunus (10)
ayat 106-107)
Azimah ini dipercaya dapat menghindarkan dari macam-macam penyakit, selamat dalam perjalanan
dan ada juha azimah yang dimasukkan dalam dompet, jika ke kamar kecil tidak
boleh ditaruh dalam saku tetapi harus diletakkan di luar dan jika dilanggar
maka Azimah tersebut tidak lagi bertuah. Orang yang telah beriman kepada ALLAH
SWT tidak boleh percaya kepada Azimah-Azimah dan tidak boleh mengharapkan
pertolongan kepadanya, sekalipun yang ditulis adalah nama-nama ALLAH SWT yang
indah atau di ambil dari ayat-ayat Al Qur'an. Untuk itu ALLAH SWT telah memberi
petunjuk kepada hamba-Nya bilamana mereka dalam kesulitan haruslah berdoa mohon
pertolongan kepada ALLAH SWT serta menyandarkan segala persoalan kepada ALLAH SWT. Adapun orang-orang yang
masih percaya dan mengharapkan pertolongan dari Azimah, mereka termasuk
orang-orang yang terbelenggu kepercayaan syirik.
3)
Kepercayaan kepada Dukun, Paranormal.
Dalam masyarakat kita masih banyak orang yang percaya kepada dukun,
paranormal, orang pintar. Mereka percaya bahwa dukun, paranormal, orang pintar,
itu mengerti sesuatu yang tidak terlihat, karena ia mempunyai kemampuan ghaib
yang tidak dimiliki oleh orang-orang biasa. Itulah anggapan mereka, oleh karena
itu kalau mereka kehilangan, mereka datang kepada dukun, paranormal, orang
pintar, untuk menanyakan siapa yang mencuri barangnya, dimana barang-barang itu
sekarang dan bagaimana supaya barang-barang itu dapat kembali. Sebenarnya
dukun, paranormal, orang pintar itu adalah orang biasa yang tidak mengetahui
perkara yang ghaib, tidak mengetahui sesuatu yang belum terjadi, juga tidak
mengerti nasib seseorang di masa akan datang. Kalau terbukti bahwa apa yang
dikatakan dukun itu benar, maka itu hanyalah suatu yang kebetulan, atau dia
dibisiki oleh JIN yang mendengar dari pembicaraan MALAIKAT, akan tetapi JIN ini
menambahnya dengan seratus atau bahkan jutaan kebohongan.
(dia adalah Tuhan) yang
mengetahui yang ghaib, Maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang
yang ghaib itu.
Kecuali kepada Rasul yang diridhai-Nya, Maka Sesungguhnya Dia
Mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya.
(surat Al Jin (72)
ayat 26-27)
Orang yang masih percaya kepada dukun, percaya
kepada paranormal, percaya orang pintar atau bahkan percaya kepada ulama,
jelaslah di dalam hatinya masih bercokol kepercayaan SYIRIK karena mereka
menyamakan sifat dukun, paranormal, orang pintar dan juga ulama dengan ASMA
ALLAH SWT yaitu mengetahui yang Ghaib.
4)
Takut dan berlindung kepada selain ALLAH SWT.
Orang-orang yang hidup di selatan Pulau Jawa
mempunyai kepercayaan bahwa laut selatan dikuasai oleh Nyi Roro Kidul. Jika ada
kecelakaan di laut selatan mereka yakin itu adalah gangguan dari anak buah Nyi
Roro Kidul, sehingga mereka merasa takut kepada makhluk-makhluk halus itu serta
berlindung kepadanya. Untuk itulah mereka mengadakan selamatan sesaji laut dengan
tata cara yang sederhana sampai yang besar-besaran, dengan tujuan minta
perlindungan kepada RATU JIN yang berkuasa di laut selatan, supaya mereka
diselamatkan dari bahaya laut dan keluarganya pun selamat dari macam-macam
penyakit.
(Kuasa Allah) yang demikian itu, adalah karena
Sesungguhnya Allah, Dialah (tuhan) yang haq dan Sesungguhnya apa saja yang
mereka seru selain dari Allah, Itulah yang batil, dan Sesungguhnya Allah,
Dialah yang Maha Tinggi lagi Maha besar.
(surat
Al Hajj (22) ayat 62)
Takut kepada Jin, roh leluhur atau Roh yang lain,
kemudian berlindung kepadanya adalah kepercayaan yang bertentangan dengan
petunjuk ALLAH SWT dan berlawanan dengan tuntunan Rasulullah. Kepercayaan ini
termasuk SYIRIK AKBAR, yang tidak terampuni sampai kapanpun oleh ALLAH SWT.
5)
Wasilah.
Wasilah dalam arti bahasa ialah sesuatu untuk
mendekatkan kepada orang lain, atau amal shaleh untuk mendekatkan diri kepada
ALLAH SWT atau jalan untuk mencapai tujuan. Akan tetapi saat ini istilah
Wasilah yang sekarang tersebar luas dalam masyarakat, terutama di kalangan umat
Islam adalah perantara manusia dengan ALLAH SWT. Mereka berkeyakinan bahwa
wali-wali dan orang-orang shaleh yang telah meninggal dunia itu dapat
menyampaikan permohonan manusia kepada ALLAH SWT. Dan ALLAH SWT akan
mengabulkan permohonan setiap orang yang
disampaikan oleh roh para wali dan sholikhin, yang tidak mungkin dikabulkan
jika dimohon sendiri langsung kepada
ALLAH SWT. Wasilah menurut pengertian mereka adalah ROH para wali dan
orang-orang yang shaleh dan sekarang pengertian Wasilah seperti ini sudah
menjadi kepercayaan yang diyakini oleh sebagian umat Islam.
6)
Ziarah Kubur.
Rasulullah membimbing umatnya agar mereka selalu
mendoakan kepada sesama mukmin baik yang masih hidup maupun kepada yang telah
meninggal dunia. Salah satu bentuk penghornatan kepada yang sudah meninggal,
selain mendoakan kita juga melaksanakan ziarah kubur. Dalam melakukan ziarah
kubur harus dilandasi dengan niat yang ikhlas kepada ALLAH SWT, sehingga tidak
dicampur dengan harapan-harapan yang lain. Bila kita berziarah kubur kepada
kedua orang tua, kepada keluarga dekat, sudah pasti kita akan mendoakan mereka
dengan ikhlas. Akan tetapi dalam masyarakat kita banyak orang yang sengaja
menempuh perjalanan dengan jarak ratusan kilo meter, hanya untuk menziarahi
kuburan-kuburan wali dan solikhin. Mereka merasa doanya akan terkabul bila
berdoa dihadapan kubur wali dan solikhin dan merasa hampa bila dibaca di masjid
atau dirumah masing-masing. Adapun yang merangsang orang-orang simpang siur
bepergian ratusan kilometer untuk memuja wali-wali dan solikhin yang telah
meninggal, karena di atas kubur-kubur dibangun kubah-kubah, rumah-rumah, dan
ada juga yang dibangun masjid. Bangunan-bangunan di atas kubur itu banyak yang
kelihatan indah dan mencolok, sedangkan batu nisannya ditutup kiswah yang
dihiasi dengan tulisan-tulisan bagus, Kiswah-kiswah ini setiap tahun diganti
dengan upacara-upacara peribadatan yang sangat meriah dan kasih bekas kiswah
dilelang dengan harga mahal karena mereka percaya dapat mendatangkan
kemanfaatan dan menolak bahaya.
SYIRIK dan MUSYRIK adalah sumber yang Kotor,
mula-mula ia muncul dalam HATI dengan memercikkan tetesan, dan lama kelamaan
berubah menjadi air bah yang mendobrak segala-galanya sehingga HATI kita tidak
ada tempat untuk BERIMAN kepada ALLAH SWT. SYRIK dan MUSYRIK dapat pula
diibaratkan sebagai virus yang membahayakan kesehatan diri kita, virus akan
terus berkembang sampai menggerogoti diri kita dan pada akhirnya terkaparlah
kita dengan gelimangan dosa yang tidak terampuni. JIN/IBLIS/SYAITAN beserta
bala tentaranya sangat senang dan sangat bergembira dengan keadaan ini, sebab
mereka telah mendapatkan teman, konco, sahabat, tetangga yang baik untuk
mengarungi bahtera kehidupan di NERAKA JAHANNAM. Selanjutnya sebagai KHALIFAH
yang sedang melaksanakan tugas di muka bumi, kita harus tahu TITEL, PENGHARGAAN
dan PENILAIAN apakah yang akan ALLAH SWT berikan kepada orang yang MUSYRIK,
apakah itu? Jawaban dari pertanyaan ini ada pada surat At Taubah (9) ayat 28 di bawah ini.
Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya
orang-orang yang musyrik itu najis[634], Maka janganlah mereka mendekati
Masjidilharam[635] sesudah tahun ini[636]. dan jika kamu khawatir menjadi
miskin[637], Maka Allah nanti akan memberimu kekayaan kepadamu dari karuniaNya,
jika Dia menghendaki. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.
(surat
At Taubah (9) ayat 28)
[634] Maksudnya: jiwa musyrikin itu dianggap kotor,
karena menyekutukan Allah.
[635] Maksudnya: tidak dibenarkan mengerjakan haji dan
umrah. menurut Pendapat sebagian mufassirin yang lain, ialah kaum musyrikin itu
tidak boleh masuk daerah Haram baik untuk keperluan haji dan umrah atau untuk
keperluan yang lain.
[636] Maksudnya setelah tahun 9 Hijrah.
[637] Karena tidak membenarkan orang musyrikin
mengerjakan haji dan umrah, karena pencaharian orang-orang Muslim boleh Jadi
berkurang.
ALLAH SWT selaku INISIATOR yang sekaligus PENCIPTA
dan PEMILIK langit dan bumi beserta isinya, dengan TEGAS memberikan TITEL,
PREDIKAT, PENGHARGAAN kepada orang MUSYRIK sebagai NAJIS. Sekarang coba anda
bayangkan PEMILIK dan PENCIPTA alam semesta ini memberikan PENILAIAN yang
sangat BURUK dan sangat MENJIJIKKAN atau NAJIS kepada ciptaannya sendiri?
Sungguh jika ini terjadi kepada diri kita sendiri merupakan sebuah hadiah dan
penghargaan atau TITEL yang sangat menakutkan serta mengerikan. MANUSIA atau
DIRI KITA yang sejak awal sudah ditempatkan dan diletakkan ditempat yang
terhormat oleh penciptanya dalam hal ini adalah ALLAH SWT, justru oleh penciptanya
sendiri malah diberikan PREDIKAT dan TITEL NAJIS. Kondisi ini sangat
bertentangan dengan KEHENDAK ALLAH SWT sewaktu pertama kali menciptakan
MANUSIA. Timbul pertanyaan atas dasar apa
ALLAH SWT memberikan penilaian NAJIS kepada orang MUSYRIK? MUSYRIK
adalah TINDAKAN yang dilakukan oleh MANUSIA untuk meniadakan ALLAH SWT selaku
TUHAN semesta ALAM, meniadakan ALLAH SWT selaku PENCIPTA, meniadakan ALLAH SWT
selaku PEMILIK, PENJAGA dan PEMELIHARA dengan menggantinya dengan benda
bertuah, azimah, dukun, paranormal, berlindung kepada selain ALLAH SWT, wasilah
dan lain sebagainya.
ALLAH SWT selaku INISIATOR, PENCIPTA dan PEMILIK
dari alam semesta ini di anggap sudah tidak ada atau sudah digantikan dengan
sesuatu melalui tindakan MUSYRIK tentunya sangat marah dan sangat tidak senang
dengan orang yang melakukan tindakan MUSYRIK. Jika pelaku MUSYRIK dikatakan
NAJIS oleh ALLAH SWT memang sudah
seharusnya ia menerima penghargaan tersebut. Sebagai bahan perbandingan, lihatlah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, seorang yang menjadi mata-mata
bagi bangsa lain di negaranya dikatakan pengkhianat bangsa. Negara memberikan
predikat itu memang sudah sepantasnya ia menerima hal tersebut. Jika ALLAH SWT
memberikan PREDIKAT NAJIS kepada pelaku MUSYRIK memang sepantasnya ia menerima
hal itu sebab ALLAH SWT di anggap sudah tidak ada lagi sehingga ia berbuat
semena-mena di bumi yang dimiliki oleh ALLAH SWT. Jika PREDIKAT NAJIS bagi
pelaku MUSYRIK ini sudah menjadi KEPUTUSAN ALLAH SWT, apakah kita tidak mempercayai KEPUTUSAN
ini? Kita wajib menerima dan mempercayai KEPUTUSAN ALLAH SWT tentang NAJIS.
ALLAH SWT melakukan ini untuk membedakan secara TEGAS antara orang yang beriman
dengan orang yang musyrik. Sebagai KHALIFAH yang sedang menjalankan tugas di
muka bumi, jika PREDIKAT dan TITEL NAJIS sudah diberikan kepada orang MUSYRIK
maka jadikan hal ini sebagai dorongan bagi kita untuk jangan sampai diberikan
PREDIKAT dan TITEL NAJIS pula kepada diri kita, terkecuali kita sendiri memang
ingin memiliki PREDIKAT dan TITEL NAJIS dari ALLAH SWT.
Sekarang, apa yang harus kita lakukan jika saat diri
kita melaksanakan tugas sebagai KHALIFAH di muka bumi, diri kita secara sengaja
ataupun secara tidak sengaja akibat tidak memiliki PENGETAHUAN tentang ALLAH
SWT, melakukan perbuatan SYIRIK dan MUSYRIK? Sepanjang RUH belum sampai di
kerongkongan atau selama HAYAT masih di kandung BADAN, hanya satu jalan
keluarnya yaitu TAUBATAN NASUHA. Tanpa melalui proses TAUBATAN NASUHA, maka
ALLAH SWT tidak akan pernah memaafkan perbuatan SYIRIK dan MUSYRIK yang pernah
kita lakukan walaupun kita telah melaksanakan IBADAH HAII dan UMROH ribuan
kali, telah membangun masjid jutaan buah, menyantuni anak yatim milyaran orang.
Adanya kesempatan TAUBATAN NASUHA yang ALLAH SWT berikan, berarti ALLAH SWT memberikan
kesempatan ke dua bagi makhluknya yang ingin kembali ke jalan yang lurus atau
memberikan kesempatan bagi makhluknya sesuai dengan KEHENDAK ALLAH SWT. Untuk
itu manfaatkanlah WAKTU yang masih tersisa atau manfaatkan sisa masa aktif diri
kita di muka bumi ini, agar waktu yang tersisa ini dapat mengembalikan diri
kita sesuai dengan KEHENDAK ALLAH SWT dan/atau dapat menghantarkan diri kita ke
SYURGA.
B. TERLENA akan KEHIDUPAN DUNIA
Pada saat RUHANI dan JASMANI masih bersatu dalam diri
manusia maka saat itulah HIDUP terjadi dan pada saat HIDUP terjadi maka antara
JASMANI maupun RUHANI akan saling pengaruh-mempengaruhi dan/atau baik JASMANI
atau RUHANI akan saling berebut kekuasaan atau berebut pengaruh atas diri
manusia. Apabila JASMANI dapat mengalahkan RUHANI maka diri manusia mempunyai
kecenderungan kepada sifat-sifat ALAM yang dibawa oleh JASMANI sehingga manusia
akan lebih cenderung mementingkan dan memuaskan baik kehidupan DUNIA maupun
kebutuhan JASMANI. Jika ini adalah pilihan hidup manusia maka jalan itu adalah jalan yang mengandung
NILAI-NILAI KEBURUKAN. Untuk itu lihatlah sifat-sifat JASMANI yang KIKIR, yang BAKHIL, yang mementingkan
diri sendiri, yang selalu buruk sangka, yang lemah, yang selalu tergesa-gesa,
apakah mungkin sesuai dengan KEHENDAK ALLAH SWT dan/atau apakah sesuai dengan
NILAI-NILAI ILAHIAH? KIKIR, BAKHIL, EGOIS, selalu mementingkan diri sendiri,
buruk sangka, lemah, tergesa-gesa adalah sifat yang paling disukai oleh SYAITAN
dan/atau kita memberikan kesempatan bagi
SYAITAN untuk melaksanakan AKSINYA merayu dan menggoda manusia. Apabila kondisi ini terjadi pada manusia
berarti manusia telah menjadikan AHWAnya sebagai TUHAN pengganti ALLAH SWT.
Selanjutnya apakah hanya sekedar itu saja dampak dari mementingkan kehidupan
DUNIA? Jika kita mengacu kepada isi surat
Al A'raaf (7) ayat 179 di bawah ini, banyak hal yang akan terjadi pada
diri manusia yang hanya mementingkan kehidupan DUNIA semata, yaitu:
1. Dikunci mati HATINYA oleh ALLAH
SWT sehingga tidak mampu memahami ayat-ayat ALLAH SWT.
2. Dibutakan matanya sehingga tidak
mampu melihat tanda-tanda kekuasaan dan
kebesaran ALLAH SWT.
3. Ditulikan telinganya sehingga
tidak mampu mendengar ayat-ayat ALLAH
SWT.
4. Statusnya disamakan dengan
binatang ternak.
5. Tempat kembalinya ke NERAKA JAHANNAM.
Jika sudah
demikian keadaannya, apakah mungkin kondisi keimanan seseorang akan tetap utuh
kualitasnya?
dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka
Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak
dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata
(tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan
mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar
(ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih
sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai.
(surat
Al A'raaf (7) ayat 179)
Selanjutnya bagaimana jika RUHANI mampu mengalahkan JASMANI? Apabila
RUHANI mampu mengalahkan JASMANI maka diri manusia mempunyai kecenderungan kepada
NILAI-NILAI KEBAIKAN yang berasal dari SIFAT-SIFAT ILAHIAH yang dibawa oleh
RUHANI sehingga manusia akan lebih cenderung memperhatikan dan menjadikan
kehidupan AKHIRAT sebagai tujuan akhir
hidupnya dengan tidak menelantarkan atau menghilangkan sama sekali kehidupan
DUNIA dan/atau manusia sewaktu menjalankan tugas di muka bumi berada di dalam
keseimbangan antara kehidupan DUNIA dengan
kehidupan AKHIRAT seperti yang di nasehatkan oleh KHALIFAH UTSMAN bin
AFFAN ra, di bawah ini.
"Barangsiapa
hidupnya dalam keseimbangan dunia dan akhirat, dia disenangi ALLAH SWT.
Barangsiapa meninggalkan perbuatan Dosa, dia dicintai para Malaikat.
Barangsiapa meninggalkan keserakahan terhadap hak kaum muslimin, dia dicintai
mereka".
(Utsman
bin Affan ra.)
Sebagai KHALIFAH yang saat ini sedang menjalankan tugas di muka bumi yang
manakah keadaan diri kita, apakah yang mementingkan kehidupan DUNIA ataukah
yang menjadikan kehidupan AKHIRAT menjadi tujuan hidupnya? Kami berharap
pembaca buku ini adalah KHALIFAH yang selalu berada di dalam keseimbangan
antara kehidupan DUNIA dengan kehidupan
AKHIRAT seperti yang dinasehatkan oleh Khalifah Utsman bin Affan ra. Untuk itu
jika kita ingin kehidupan yang sedang kita jalani berada di dalam keseimbangan
antara kehidupan dunia dengan kehidupan akhirat hidup jadikan kehidupan dunia
sebagai modal dasar untuk menjalani kehidupan akhirat.
Ibnu Mas'ud ra, berkata: Nabi SAW bersabda: ALLAH ta'ala berfirman:
Wahai Dunia! Berkhidmatlah kepada orang yang telah berkhidmat kepada-Ku dan perbudaklah
orang yang berkhidmat kepadamu.
(HQR Al Qudha'ie,
272:194)
Jika sampai diri kita hanya mementingkan kehidupan dunia yang di arahkan oleh JASMANI dan/atau
kehidupan dunia yang kita laksanakan tidak dapat menjadi modal dasar bagi
kehidupan akhirat maka diri kita sendirilah yang telah menjadikan kehidupan
yang sedang dijalankannya menjadi kehidupan yang paling disukai, yang paling
diminati, yang paling di inginkan oleh SYAITAN sang LAKNATULLAH. Selain
daripada itu, masih ada resiko lain apabila kita lebih mementingkan kehidupan
DUNIA, yaitu diri kita akan menjadi BUDAK
ALAM atau menjadi BUDAK DUNIA sehingga kedudukan diri kita sebagai
KHALIFAH di muka bumi telah tergantikan posisinya oleh ALAM atau oleh DUNIA
atau DIRI KITA telah turun pangkat dari SUBYEK menjadi OBYEK KEKHALIFAHAN di
muka bumi. Selanjutnya apa yang terjadi jika kehidupan AKHIRAT yang menjadi
pilihan kita dan/atau jalan yang kita tempuh berada di dalam keseimbangan hidup
antara dunia dengan akhirat? Jika kehidupan
AKHIRAT yang di arahkan oleh RUHANI menjadi pilihan kita maka pilihan
ini adalah pilihan sangat dibenci oleh SYAITAN akan tetapi sesuai dengan
KEHENDAK ALLAH SWT. Jika kita termasuk orang yang telah TAHU DIRI yaitu TAHU
siapa diri kita dan TAHU siapa ALLAH SWT, maka jalan hidup yang kita tempuh
adalah jalan menuju kehidupan AKHIRAT atau jalan menuju kampung KEBAHAGIAAN
hidup di dunia dan di akhirat dan/atau kita selalu berada di dalam kesesuaian
dengan KEHENDAK ALLAH SWT.
Hal yang harus kita perhatikan sewaktu kita hidup di dunia adalah kita
tidak bisa melepaskan diri dari tugas
dan tanggung jawab seperti bekerja, berkarya, bermuamalah, melaksanakan
profesi, sewaktu hidup di dunia sehingga demi untuk kehidupan akhirat ia tidak
mau melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang melekat pada diri manusia. Jika
sampai tugas dan pekerjaan dunia kita hilangkan dan/atau kita tidak mau bekerja
dan berkarya lalu hanya mengejar kehidupan akhirat, berarti diri kita telah
meninggalkan tanggung jawab untuk menafkahi keluarga, anak dan keturunan,
sedangkan hal itu adalah ibadah dan tugas mulia yang di amanatkan oleh ALLAH SWT dalam rangka mensukseskan
regenerasi kekhalifahan di muka bumi. Untuk jangan pernah sia-siakan kehidupan
dunia yang saat ini kita jalankan karena
kehidupan akhirat yang sesuai dengan kehendak ALLAH SWT tidak akan dapat
kita raih jika kita tidak
mempersiapkannya sendiri-sendiri sewaktu melaksanakan kehidupan dunia.
C. MURTAD
Perbuatan MURTAD yang dilakukan manusia, termasuk oleh diri kita, akan
langsung menurunkan derajat kualitas keimanan seseorang. Timbulnya perbuatan
MURTAD dalam diri manusia merupakan cerminan dari rendahnya pemahaman dan/atau
minimnya PENGETAHUAN manusia tentang
ALLAH SWT maupun tentang DIINUL ISLAM dan/atau akibat dari manusia hanya
setengah-setengah atau hanya sepotong-potong di dalam mempelajari DIINUL ISLAM. Akibat dari
kurangnya PENGETAHUAN dan minimnya
PEMAHAMAN yang kita miliki maka diri kita akan mudah di ombang-ambing
atau mudah digoyah oleh SYAITAN maupun oleh manusia yang memang berniat untuk
menghancurkan keimanan yang ada di dalam diri kita. Selanjutnya jika diri kita
sampai melakukan perbuatan MURTAD maka :
1. Diri kita telah melakukan sebuah
pengingkaran setelah mengakui keberadaan ALLAH SWT dengan mengakui adanya TUHAN-TUHAN
BARU selain ALLAH SWT, atau
2. Diri kita telah melakukan sebuah
pengingkaran setelah mengakui dan memeluk
DIINUL ISLAM sebagai AGAMA yang HAQ lalu
mengingkarinya dengan memeluk AGAMA yang BARU selain DIINUL ISLAM, atau
3. Diri kita telah melakukan pengingkaran
terhadap JANJI yang di ucapkan sewaktu masih di dalam RAHIM ibu dengan mengakui
bahwa ALLAH SWTlah TUHANKU namun setelah dewasa tidak mengakui atau mengingkari
JANJI tersebut.
Pembaca, apabila kemurtadan telah terjadi pada diri kita, berarti keimanan
yang ada di dalam diri kita telah mengalami gangguan atau belum memenuhi
KEHENDAK ALLAH SWT, sehingga dapat dikatakan bahwa:
1. Kualitas keimanan diri kita belum
sampai tahap Yakin atau Menyakini, akan tetapi keimanan diri kita masih dalam
taraf percaya atau baru sampai mempercayai sehingga mudah goyah atau mudah di
goyah.
2. Kualitas keimanan diri kita baru
sampai di mulut saja belum sampai ditancapkan ke dalam HATI apalagi diwujudkan
dalam perbuatan.
3. Kualitas keimanan diri kita tidak
lebih dari UCAPAN belaka atau keimanan kita baru sampai masuk kuping kiri
keluar kuping kanan.
ALLAH SWT selaku INISIATOR yang sekaligus Pencipta
dan Pemilik dari langit dan bumi termasuk pemilik DIINUL ISLAM sangat membenci
orang yang melakukan perbuatan MURTAD baik sengaja maupun tidak. Apabila
perbuatan MURTAD dengan sengaja kita lakukan berarti diri kita :
1.
Telah
mempermainkan ALLAH SWT
2.
Telah
menghina ALLAH SWT
3.
Telah
menyepelekan ALLAH SWT
4.
Memiliki
STANDARD GANDA kepada ALLAH SWT.
Selanjutnya tahukah pembaca HADIAH dan PENGHARGAAN apakah yang akan
diberikan ALLAH SWT kepada KHALIFAHNYA yang melakukan perbuatan MURTAD?
Berdasarkan surat Al Baqarah (2) ayat 217 di bawah ini, ALLAH SWT akan
memberikan HADIAH dan PENGHARGAAN kepada orang-orang yang MURTAD sampai akhir
hayatnya berupa tempat kembali yang bernama NERAKA JAHANNAM sehingga diri kita
akan menjadi TETANGGA yang baik bagi JIN/IBLIS/SYAITAN.
mereka bertanya kepadamu
tentang berperang pada bulan Haram. Katakanlah: "Berperang dalam bulan itu
adalah dosa besar; tetapi menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kafir kepada
Allah, (menghalangi masuk) Masjidilharam dan mengusir penduduknya dari
sekitarnya, lebih besar (dosanya) di sisi Allah[134]. Dan berbuat fitnah[135]
lebih besar (dosanya) daripada membunuh. Mereka tidak henti-hentinya memerangi
kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran),
seandainya mereka sanggup. Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari
agamanya, lalu Dia mati dalam kekafiran, Maka mereka Itulah yang sia-sia
amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka Itulah penghuni neraka, mereka
kekal di dalamnya.
(surat Al Baqarah (2)
ayat 217)
[134]
Jika kita ikuti Pendapat Ar Razy, Maka terjemah ayat di atas sebagai berikut:
Katakanlah: "Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar, dan (adalah
berarti) menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kafir kepada Allah dan
(menghalangi manusia dari) Masjidilharam. Tetapi mengusir penduduknya dari
Masjidilharam (Mekah) lebih besar lagi (dosanya) di sisi Allah." Pendapat
Ar Razy ini mungkin berdasarkan pertimbangan, bahwa mengusir Nabi dan
sahabat-sahabatnya dari Masjidilharam sama dengan menumpas agama Islam.
[135]
Fitnah di sini berarti penganiayaan dan segala perbuatan yang dimaksudkan untuk
menindas Islam dan muslimin.
Sekarang apa yang harus kita perbuat jika kita telah melakukan perbuatan
MURTAD? Jika kita ingin tetap mempertahankan KEMURTADAN yang kita miliki, yang
pasti ALLAH SWT tidak akan pernah merasa
RUGI sedikitpun dengan tindakan kita, untuk itu terimalah HADIAH dan
PENGHARGAAN ALLAH SWT berupa NERAKA JAHANNAM. Akan tetapi jika kita ingin
melenyapkan KEMURTADAN yang telah kita lakukan, tidak ada jalan keluar yang
TERBAIK kecuali TAUBATAN NASUHA. Hal yang harus kita ingat adalah TAUBATAN
NASUHA memiliki keterbatasan WAKTU yaitu
hanya berlaku sebelum RUH tiba dikerongkongan. Jika kita merasa telah MURTAD
atau telah berbuat sesuatu yang dapat dikategorikan perbuatan MURTAD, sudahkah kita memanfaatkan sisa usia kita
untuk melakukan TAUBATAN NASUHA atau apakah KEMUDAHAN ALLAH SWT yang telah
ALLAH SWT berikan ini akan kita sia-siakan?
D. MUNAFIQ
MUNAFIQ berdasarkan surat An Nisaa' (4) ayat 142 yang kami kemukakan di bawah ini, diartikan sebagai TINDAKAN MENIPU ALLAH SWT melalui tindakan yang seolah-olah untuk mencari dan mendapatkan keridhaan ALLAH SWT akan tetapi untuk mencari pujian atau popularitas di dalam masyarakat. Selain daripada itu, menurut surat Az Zumar (39) ayat 8, ALLAH SWT mengemukakan contoh lainnya dari perbuatan MUNAFIQ, yaitu apabila manusia ditimpa kemudharatan, maka dia memohon pertolongan kepada ALLAH SWT dengan kembali kepada-Nya; kemudian apabila ALLAH SWT memberikan nikmat-Nya kepadanya lupalah dia akan kemudharatan yang pernah ia doakan kepada ALLAH SWT untuk menghilangkannya sebelum itu.
Untuk menambah pengertian tentang orang yang MUNAFIQ, berikut ini akan
kami kemukakan beberapa ciri-ciri atau
sifat-sifat orang munafiq yaitu tidak
berpendirian tetap dan jelas; tidak dapat dipercaya sama sekali;
ucapan-ucapannya bohong, dusta; sumpah dan janjinya tidak ditepati; amal
ibadahnya riya' (mencari pujian); suka bergaul dengan orang yang memusuhi
Islam; selalu curiga terhadap kegiatan Islam; suka berbuat kerusakan; enggan
berdakwah dan berjihad; lebih takut kepada manusia daripada takut kepada ALLAH SWT; tidak suka berhukum
kepada Al-Qur'an; mencari keuntungan
pribadi saja. Selanjutnya sebagai KHALIFAH yang sedang melaksanakan tugas di
muka bumi, jangan sampai kita menjadi orang MUNAFIQ baik ditinjau dari sisi
hubungan kita kepada ALLAH SWT ataupun kepada sesama KHALIFAH. Jika sampai
perbuatan MUNAFIQ terjadi pada diri kita, berarti :
1. PENGETAHUAN dan PEMAHAMAN kita
tentang ALLAH SWT sudah tidak sesuai
lagi dengan KEHENDAK ALLAH SWT.
2. PENGETAHUAN dan PEMAHAMAN kita tentang DIINUL ISLAM sudah
tidak sesuai lagi dengan KEHENDAK ALLAH SWT.
3. KEIMANAN dan PEMAHAMAN yang ada
di dalam diri baik tentang ALLAH SWT maupun tentang DIINUL ISLAM baru sebatas UCAPAN BELAKA atau baru sampai
di bibir saja sehingga keimanan yang kita lakukan belum dapat merasakan
nikmatnya bertuhankan kepada ALLAH SWT.
Jika ke tiga kondisi di atas ini terjadi pada diri kita, berarti di dalam diri kita telah terjadi GANGGUAN
atau KETIDAKNORMALAN di dalam menyikapi sesuatu, yaitu mampu menempatkan dan
meletakkan bahwa PEDASNYA itu CABAI lebih tinggi dari pada IMAN kepada ALLAH
SWT. Padahal jika kita termasuk orang yang telah TAHU DIRI, kedudukan ALLAH SWT
harus diletakkan dan ditempatkan di atas segala-galanya.
Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan
membalas tipuan mereka[364]. dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka
berdiri dengan malas. mereka bermaksud riya[365] (dengan shalat) di hadapan
manusia. dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali[366]. [0]
(surat An Nisaa' (4)
ayat 142)
[364]
Maksudnya: Alah membiarkan mereka dalam pengakuan beriman, sebab itu mereka
dilayani sebagai melayani Para mukmin. dalam pada itu Allah telah menyediakan
neraka buat mereka sebagai pembalasan tipuan mereka itu.
[365]
Riya Ialah: melakukan sesuatu amal tidak untuk keridhaan Allah tetapi untuk
mencari pujian atau popularitas di masyarakat.
[366]
Maksudnya: mereka sembahyang hanyalah sekali-sekali saja, Yaitu bila mereka
berada di hadapan orang.
dan apabila manusia itu ditimpa kemudharatan, Dia memohon (pertolongan)
kepada Tuhannya dengan kembali kepada-Nya; kemudian apabila Tuhan memberikan
nikmat-Nya kepadanya lupalah Dia akan kemudharatan yang pernah Dia berdoa
(kepada Allah) untuk (menghilangkannya) sebelum itu, dan Dia mengada-adakan
sekutu-sekutu bagi Allah untuk menyesatkan (manusia) dari jalan-Nya.
Katakanlah: "Bersenang-senanglah dengan kekafiranmu itu Sementara waktu;
Sesungguhnya kamu Termasuk penghuni neraka".
(surat Az Zumar (39)
ayat 8)
Jika sekarang ALLAH SWT memberikan PENGHARGAAN berupa status PERMANENT RESIDENCE di NERAKA JAHANNAM kepada KHALIFAH yang berbuat dan berperilaku MUNAFIQ, apakah ini memang sebuah kepantasan dan kepatutan yang memang seharusnya berlaku demikian? ALLAH SWT memberikan PENGHARGAAN seperti ini memang sudah selayaknya dan memang sudah sepantasnya serta memang sudah sepatutnya diberikan kepada orang yang mempermain-mainkan ALLAH SWT melalui sikap yang diperbuatnya. ALLAH SWT bukanlah sesuatu yang pantas dan patut untuk dipermainkan melalui sikap dan perbuatan manusia, seperti yang dikemukakan dalam surat Az Zumar (39) ayat 38 dan surat An Nisaa' (4) ayat 142 di atas, akan tetapi ALLAH SWT harus di imani sesuai dengan KEHENDAK ALLAH SWT itu sendiri.
Sebagai KHALIFAH ALLAH SWT yang sedang menjalankan
tugas di muka bumi, ada beberapa pertanyaan yang akan kami ajukan yaitu:
1. Dapatkah
kita menjalankan tugas sebagai KHALIFAH
jika kita tidak pernah di lahirkan ke muka bumi?
2. Dapatkah
kita merasakan enaknya menjadi seorang Pengusaha, merasakan menjadi Orang Kaya,
merasakan menjadi Eksekutif, Yudikatif, Legislatif atau merasakan menimang cucu
atau menikmati kesenangan hidup, jika kita tidak pernah dilahirkan ke muka
bumi?
3. Dapatkah
proses RENEGERASI KEKHALIFAHAN di muka bumi yang saat ini kita jalankan
terjadi, sedangkan diri kita tidak pernah dilahirkan ke muka bumi?
Tanpa pernah dilahirkan ke muka bumi, maka diri kita
tidak akan pernah dan juga tidak akan mungkin bisa melaksanakan tugas sebagai
KHALIFAH atau tidak akan mungkin melaksanakan proses REGENERASI KEKHALIFAHAN
serta tidak akan dapat merasakan apa-apa yang ada di dunia ini.
Dia menciptakan kamu dari
seorang diri kemudian Dia jadikan daripadanya isterinya dan Dia menurunkan
untuk kamu delapan ekor yang berpasangan dari binatang ternak. Dia menjadikan
kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan[1306]. yang
(berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan yang mempunyai kerajaan.
tidak ada Tuhan selain dia; Maka bagaimana kamu dapat dipalingkan?
(surat Az Zumar (39) ayat 6)
[1306] Tiga kegelapan itu ialah kegelapan dalam perut,
kegelapan dalam rahim, dan kegelapan dalam selaput yang menutup anak dalam
rahim.
Selanjutnya untuk dapat lahir ke dunia ini, tentu kita harus dilahirkan terlebih dahulu, siapakah yang melahirkan diri kita? Berdasarkan surat Az Zumar (39) ayat 6 di atas ini, keberadaan diri kita bermula dari dalam RAHIM seorang IBU melalui tahap demi tahap atau kejadian demi kejadian yang kemudian lahirlah diri kita ke dunia dalam keadaan tidak mampu berbuat apapun juga kecuali dengan TANGISAN. TANGISAN adalah SENJATA utama diri kita untuk segala maksud dan tujuan yang ingin kita peroleh, apakah itu lapar, apakah itu buang air, apakah itu sakit. Jika sekarang ALLAH SWT selaku Inisiator yang sekaligus Pencipta dan Pemilik dari KEKHALIFAHAN di muka bumi, menyuruh KHALIFAHNYA untuk berbakti kepada orang tua, apakah seruan, perintah ALLAH SWT ini berlebihan atau apakah memang sudah seharusnya ini yang harus kita lakukan?
Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu Yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar[518]". demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya kamu memahami(nya).
(surat Al An'am (6)
ayat 151)
[518]
Maksudnya yang dibenarkan oleh syara' seperti qishash membunuh orang murtad,
rajam dan sebagainya.
dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan
menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan
sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai
berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan
kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka
dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia[850].
(surat
Al Israa' (17) ayat 23)
[850]
Mengucapkan kata Ah kepada orang tua tidak dlbolehkan oleh agama apalagi
mengucapkan kata-kata atau memperlakukan mereka dengan lebih kasar daripada
itu.
Jika kita termasuk orang yang telah TAHU DIRI, yaitu
TAHU siapa diri kita dan TAHU siapa ALLAH SWT, sudah sepantasnya dan sudah
memang seharusnya kita memenuhi PERINTAH ALLAH SWT untuk berbakti kepada orang
tua atau berbuat baik kepada orang tua sebab keberadaan diri kita di muka bumi
ini tidak akan mungkin terjadi jika
tanpa ada orang tua yang melahirkan kita. Adanya keterkaitan yang begitu KENTAL
dan begitu HEBAT antara diri kita dengan orang tua kita, lihatlah hadits yang
kami kemukakan di bawah ini.
Keridhaan ALLAH SWT tergantung kepada keridhaan kedua orang tua dan
murka ALLAH SWT pun terletak pada murka kedua orang tua.
(HR Al Hakim)
ALLAH SWT selaku INISIATOR yang sekaligus PENCIPTA
dan PEMILIK dari langit dan bumi, sampai-sampai meletakkan dan menempatkan baik
Ridha-Nya maupun Murka-Nya di bawah KERIDHAAN dan KEMURKAAN orang tua. Begitu
tinggi, begitu mulia, begitu hebat, posisi orang tua diletakkan oleh ALLAH SWT
dalam struktur keluarga dan/atau di dalam kerangka rencana besar ALLAH SWT
tentang KEKHALIFAHAN di muka bumi. Jika ALLAH SWT saja meletakkan dan
menempatkan setiap orang tua pada posisi yang begitu tinggi dan mulia, apakah
kita sebagai orang yang dilahirkan, di asuh, dibesarkan oleh orang tua justru
akan merendahkan orang tua dengan berbuat durhaka kepada mereka atau berkata
kasar kepada mereka atau bahkan menelantarkan mereka? Jika sampai diri kita
BERANI berbuat DURHAKA kepada orang tua, berarti kita telah MENANTANG ALLAH SWT dan siap untuk memperoleh PENGHARGAAN ALLAH SWT berupa TIKET PERMANENT RESIDENCE
untuk menempati NERAKA JAHANNAM.
F. BURUK SANGKA kepada ALLAH SWT.
ALLAH SWT dengan KEMAHAAN yang dimiliki-Nya tidak wajib bagi diri-Nya
untuk mempunyai SIFAT dan ASMA, sebab ALLAH
SWT dengan KEMAHAAN yang dimilikinya tidak membutuhkan sesuatu apapun juga dan dari siapun juga. Akan tetapi setelah ALLAH SWT menciptakan
langit dan bumi beserta isinya termasuk KEKHALIFAHAN di muka bumi, maka ALLAH
SWT mewajibkan bagi diri-Nya untuk memiliki SIFAT dan ASMA. Adanya SIFAT dan
ASMA yang berlaku bagi ALLAH SWT dalam rangka ALLAH SWT menunjukkan keberadaan
ALLAH SWT di alam semesta ini, mengawasi, melindungi, memelihara seluruh alam
beserta isinya. Sehingga melalui SIFAT dan ASMA yang dimiliki ALLAH SWT maka
KEMAHAAN ALLAH SWT akan ditampilkan,
diperlihatkan, baik secara nyata maupun secara tersirat. Timbul pertanyaan,
untuk siapakah SIFAT dan ASMA yang dimiliki ALLAH SWT sedangkan ALLAH SWT tidak membutuhkan itu semua? Adanya
CIPTAAN atau MAKHLUK yang diciptakan ALLAH SWT maka SIFAT (dalam hal ini
adalah SIFAT MA'ANI) dan ASMA yang
dimiliki ALLAH SWT adalah UNTUK CIPTAAN atau untuk MAKHLUK yang diciptakan
ALLAH SWT termasuk di dalamnya SIFAT MA'ANI dan ASMA yang dimiliki ALLAH SWT untuk
DIRI KITA sendiri. Untuk itu jika kita merasa sebagai KHALIFAH yang sedang
melaksanakan tugas di muka bumi, jadikanlah
hal ini sebagai PENGETAHUAN yang melekat dengan diri kita sehingga akan
memudahkan dan menjadikan diri kita sebagai KHALIFAH yang sekaligus MAKHLUK
PILIHAN.
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka
(kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah
mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain.
Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah
mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.
(surat Al Hujuraat
(49) ayat 12)
Selanjutnya, jika SIFAT MA'ANI dan ASMA yang dimiliki ALLAH SWT ditujukan
untuk diri kita, timbul pertanyaan bagaimanakah agar kita memperoleh tambahan
SIFAT MA'ANI dan ASMA yang telah ada di dalam diri kita? Untuk memperoleh
sesuatu dari ALLAH SWT yang MAHA BESAR tentu tidak semudah membalikkan telapak
tangan. ALLAH SWT melalui surat Al Hujuraat (49) ayat 12 di atas ini memberikan
pedoman kepada KHALIFAHNYA yang ingin memperoleh tambahan SIFAT MA'ANI dan ASMA
yang sudah ada di dalam diri, haruslah BERPRASANGKA BAIK kepada ALLAH SWT
terlebih dahulu dengan menempatkan dan meletakkan KEMAHAAN yang dimiliki oleh
ALLAH SWT sesuai dengan yang dikehendaki-Nya. Adanya PRASANGKA BAIK kepada
ALLAH SWT maka ALLAH SWT pun akan memberikan Prasanka Baik itu kepada yang
mempersangkakannya. Demikian pula kepada yang berprasangka buruk maka ALLAH SWT
akan memberikan prasangka buruk itu kepada yang mempersangkakannya.
Watsilah bin Al-Asqa' ra, berkata: Nabi SAW bersabda: ALLAH ta'ala
berfirman: Aku selalu menurutkan sangkaan hamba-Ku terhadap diri-Ku, jika ia
baik sangka kepada-Ku maka ia dapat dari padaku apa yang ia sangka. Dan bila ia
jahat (jelek) sangka kepada-Ku, maka ia dapat apa yang ia sangka dari pada-Ku.
(HQR At Thabarani dan
Ibn Hibban, 272:71)
Setelah berprasangka baik kepada ALLAH SWT apakah sudah cukup untuk
memperoleh tambahan SIFAT MA'ANI dan ASMA ALLAH SWT? Langkah yang harus kita
lakukan berikutnya adalah memenuhi
syarat dan ketentuan yang dikehendaki oleh ALLAH SWT. Jika
di dalam hukum alam berlaku ketentuan
yang kecil dikalahkan oleh yang
besar, akan tetapi dalam ILMU ALLAH SWT
tentang PRASANGKA BAIK yang dilakukan
oleh hambanya, hal ini tidak berlaku
sebab jika YANG KECIL bertemu dan
tersambung dengan YANG MAHA BESAR maka YANG KECIL akan terbantu
dan/atau akan tertolong dan/atau yang
kecil akan memperoleh SINERGI dari yang BESAR.
Agar ALLAH SWT yang MAHA BESAR
dapat membantu dan dapat menolong YANG KECIL, maka :
1.
Kita
yang kecil wajib menyelaraskan, menyerasikan, dan menyeimbangkan dengan kondisi
dan keadaan ALLAH SWT yang MAHA BESAR.
2.
Kita
yang kecil harus berada di dalam ketentuan ALLAH SWT yang MAHA BESAR.
3.
Kita
yang kecil harus sesuai dengan SYARAT dan KETENTUAN yang diinginkan oleh ALLAH
SWT yang MAHA BESAR.
4.
Kita
yang kecil jangan sampai meninggalkan ALLAH SWT yang MAHA BESAR.
5.
Kita
yang kecil jangan mencoba mengalahkan ALLAH SWT yang MAHA BESAR.
6.
Kita
yang kecil jangan melecehkan ALLAH SWT
yang MAHA BESAR.
7.
Kita
yang kecil harus selalu berada di dalam gelombang dan siaran yang sama dengan
ALLAH SWT yang MAHA BESAR.
Untuk itu, maka kita harus dapat selalu selaras,
harus selalu serasi dan harus selalu seimbang dengan ALLAH SWT dengan cara
menyamakan SYARAT dan KETENTUAN yang telah ditetapkan maka prasangka baik yang
kita sangkakan akan kita peroleh dari
ALLAH SWT. Yang menjadi persoalan adalah KITA YANG KECIL berusaha untuk
memperoleh tambahan SIFAT MA'ANI dan tambahan ASMA yang diperuntukkan untuk
diri kita, tetapi jalan yang kita tempuh untuk memperoleh prasangka baik dengan
mempergunakan prasangka buruk kepada ALLAH SWT sehingga diri kita bukannya
memenuhi syarat dan ketentuan yang ALLAH SWT KEHENDAKI akan tetapi kita justru
melawan dan menentang ALLAH SWT yang MAHA BESAR, bagaimana mungkin akan kita
dapatkan kenikmatan bertuhankan kepada ALLAH SWT? ALLAH SWT hanya akan
memberikan tambahan SIFAT MA'ANI dan tambahan ASMA yang dimiliki-Nya kepada
makhluknya sepanjang makhluknya sesuai dengan apa-apa yang dikehendaki-Nya.
Akan tetapi jika kita selalu berprasangka buruk kepada ALLAH SWT, maka
manfaatkanlah sisa waktu usia yang ada atau sebelum RUH tiba dikerongkongan
dengan TAUBATAN NASUHA, sebab ALLAH SWT adalah MAHA PENERIMA TAUBAT lagi MAHA
PENYAYANG.
G.
LAHMUL HARAM
HALAL dan HARAM adalah suatu KETENTUAN ALLAH SWT atau suatu KETETAPAN ALLAH SWT yang
bersifat KHUSUS yang harus kita laksanakan. HALAL akan menghantarkan diri kita
kepada KEBAIKAN sedangkan HARAM akan menghantarkan diri kita
kepada KEBURUKAN. Setelah ketentuan HALAL dan HARAM di tetapkan oleh ALLAH SWT
selanjutnya maka diri kitalah yang akan menjadikan KETENTUAN dan/atau
KETETAPAN tentang HALAL dan juga tentang
HARAM berlaku pada kehidupan kita. Jika sampai diri kita yang menjadikan
ketentuan HALAL berlaku pada kehidupan kita maka KEBAIKANlah yang akan kita peroleh
sedangkan jika ketentuan HARAM berlaku pada kehidupan kita maka KEBURUKANlah
yang akan kita peroleh. Selanjutnya jika ketentuan HALAL dan HARAM di atas kita
hubungkan dengan surat Al Abasa (80) ayat 24; surat Al Baqarah (2) ayat 168 serta Hadits Qudsi
Riwayat Abussyekh, 272:259, dan juga
surat Al Maaidah (5) ayat 3, maka ketentuan HALAL dan HARAM sangat
berhubungan erat dengan MAKANAN dan MINUMAN yang kita konsumsi.
diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah[394],
daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang
tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas,
kecuali yang sempat kamu menyembelihnya[395], dan (diharamkan bagimu) yang
disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak
panah[396], (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari
ini[397] orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab
itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini
telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu
nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu. Maka barang siapa
terpaksa[398] karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, Sesungguhnya Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(surat
Al Maaidah (5) ayat 3)
[394]
Ialah: darah yang keluar dari tubuh, sebagaimana tersebut dalam surat Al An-aam
ayat 145.
[395]
Maksudnya Ialah: binatang yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang
ditanduk dan yang diterkam binatang buas adalah halal kalau sempat disembelih
sebelum mati.
[396]
Al Azlaam artinya: anak panah yang belum pakai bulu. Orang Arab Jahiliyah
menggunakan anak panah yang belum pakai bulu untuk menentukan Apakah mereka
akan melakukan suatu perbuatan atau tidak. Caranya Ialah: mereka ambil tiga
buah anak panah yang belum pakai bulu. Setelah ditulis masing-masing Yaitu
dengan: lakukanlah, jangan lakukan, sedang yang ketiga tidak ditulis apa-apa,
diletakkan dalam sebuah tempat dan disimpan dalam Ka'bah. Bila mereka hendak
melakukan sesuatu Maka mereka meminta supaya juru kunci ka'bah mengambil sebuah
anak panah itu. Terserahlah nanti Apakah mereka akan melakukan atau tidak
melakukan sesuatu, sesuai dengan tulisan anak panah yang diambil itu. Kalau
yang terambil anak panah yang tidak ada tulisannya, Maka undian diulang sekali
lagi.
[397]
Yang dimaksud dengan hari Ialah: masa, Yaitu: masa haji wada', haji terakhir
yang dilakukan oleh Nabi Muhammad s.a.w.
[398]
Maksudnya: dibolehkan memakan makanan yang diharamkan oleh ayat ini jika
terpaksa.
Ibnu Abbas ra, berkata: Nabi SAW bersabda: ALLAH
ta'ala berfirman: Berkata Iblis: Ya Tuhan: Semua makhluk-Mu telah engkau
tentukan rezkinya, maka manakah rizkiku? ALLAH berfirman: Rizkimu adalah
makanan yang tidak disebut nama-Ku padanya.
(HQR
Abussyekh, 272:259)
Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik
dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah
syaitan; karena Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.
(surat
Al Baqarah (2) ayat 168)
Maka hendaklah manusia itu
memperhatikan makanannya.
(surat Abasa (80) ayat 24)
Sebagai KHALIFAH yang juga MAKHLUK
PILIHAN kita tidak bisa hanya mengartikan bahwa pengertian HALAL dan HARAM
hanya sebatas berhubungan erat dengan MAKANAN dan MINUMAN semata. Akan tetapi
termasuk di dalamnya bagaimana cara memperoleh MAKANAN dan MINUMAN yang akan
kita konsumsi dan/atau bagaimana cara mengkonsumsi MAKANAN dan MINUMAN yang
sesuai dengan KEHENDAK ALLAH SWT dan/atau termasuk di dalamnya jenis-jenis
pekerjaan untuk memperoleh PENGHASILAN
atau Pendapatan keluarga.
Selanjutnya mari kita hubungkan antara JASMANI dan
RUHANI dengan makanan dan minuman yang kita konsumsi. JASMANI asalnya dari ALAM
maka JASMANI akan dipengaruhi oleh sifat-sifat alam yang mencerminkan
nilai-nilai keburukan sedangkan RUHANI asalnya dari ALLAH SWT maka RUHANI akan
dipengaruhi dan menjadikan NILAI-NILAI ILAHIAH sebagai sifat dasarnya. Jika ini
adalah kondisi dasar dari sifat alamiah JASMANI dan sifat alamiah RUHANI, maka
dapat dikatakan bahwa antara JASMANI dan RUHANI mempunyai sifat yang saling
bertolak belakang.
Sekarang apa jadinya jika JASMANI yang sejak awal
sudah memiliki sifat alamiah yang mencerminkan NILAI-NILAI KEBURUKAN, lalu kita
berikan MAKANAN dan MINUMAN yang HARAM sewaktu pembentukannya di dalam rahim
dan/atau kita berikan MAKANAN dan MINUMAN yang HARAM pada saat kita merawatnya,
adakah dampak bagi JASMANI dan RUHANI manusia? Jika makanan dan minuman yang
haram merupakan cikal bakal zat pembentuk jasmani, berarti bibit-bibit dari
NILAI-NILAI KEBURUKAN sudah kita tanam di dalam diri manusia dan jika perawatan
jasmani dilakukan juga dengan makanan dan minuman yang haram maka NILAI-NILAI
KEBURUKAN yang sudah ada di dalam diri manusia akan semakin PARAH dan semakin
GAWAT NILAI-NILAI KEBURUKANNYA dan/atau akan menjadi DOUBLE NILAI-NILAI
KEBURUKANNYA. Jika ini yang terjadi maka tarikan JASMANI untuk menguasai dan
mengendalikan RUHANI menjadi lebih kuat dan/atau akan adanya tarikan yang cukup
kencang di dalam diri manusia yaitu NILAI-NILAI ILAHIAH yang di bawa oleh RUHANI
dicoba diganti dengan NILAI-NILAI KEBURUKAN yang di bawa oleh JASMANI.
Jika kondisi manusia sudah seperti ini, akibat
pengaruh makanan dan minuman yang haram. Timbul pertanyaan dapatkah hubungan
manusia dengan ALLAH SWT terwujud atau dapatkah kualitas keimanan manusia
terjaga secara utuh? Untuk mendapatkan siaran radio saja harus terjadi
kesesuaian frekuensi dan gelombang. Hal yang sama juga berlaku dengan ALLAH
SWT, dimana hubungan MANUSIA akan terputus atau akan mengalami gangguan jika
diri manusia tidak dapat menyesuaikan
dengan frekuensi dan gelombang yang dimiliki atau yang dikehendaki ALLAH SWT.
ALLAH SWT sebagai DZAT yang MAHA FITRAH; ALLAH SWT DZAT yang MAHA SUCI, tentu hanya dapat disambungkan atau hanya
dapat dihubungi oleh dzat yang tidak terkontaminasi dengan yang HARAM (dalam
hal ini oleh HATI RUHANI yang FITRAH) dan/atau yang sama Frekuensi dan
Gelombangnya dengan KEFITRAHAN ALLAH
SWT. Sebagai KHALIFAH yang sedang melaksanakan tugas di muka bumi, diri kita
tidak boleh sembarangan atau sembrono mengkonsumsi Makanan dan Minuman dan/atau
tidak boleh sembarangan memperoleh Penghasilan. Untuk mendapatkan dan/atau
mengkonsumsi Makanan dan Minuman yang sesuai dengan KEHENDAK ALLAH SWT,
penuhilah syarat dan ketentuan sebagai berikut:
1.
MAKANLAH
MAKANAN dan MINUMAN yang memenuhi prinsip HALAL dan THAIB.
2.
Jangan
pernah memakan dan meminum atau mengkonsumsi makanan dan minuman yang memenuhi
prinsip HARAM dan SYAIT.
3.
BACAKAN
BISMILLAH sebelum mengkonsumsi setiap MAKANAN dan MINUMAN, jangan sampai kita
yang makan dan minum akan tetapi IBLIS yang kenyang.
4.
BERDOALAH
sebelum makan dan minum, semoga keberkahan atas makanan dan minuman yang kita
konsumsi sesuai dengan kebutuhan JASMANI kita dan/atau jika terdapat
kekurangan, kelebihan, kesalahan yang tidak memenuhi prinsip HALAL dan THAIB
semoga ALLAH SWT menyempurnakannya.
Adanya ketentuan ini, tidak cukup bagi kita jika
hanya mengandalkan HALAL dan THAIB, BASMALAH dan DOA semata sewaktu
mengkonsumsi makanan dan minuman. Akan tetapi cara memperoleh makanan dan
minumanpun harus kita perhatikan dan/atau termasuk di dalamnya cara memperoleh
penghasilan juga harus kita perhatikan. ALLAH SWT tidak akan pernah salah dan
tidak akan pernah lengah dengan hal ini semua, ALLAH SWT sangat mengetahui
apapun yang kita perbuat. Untuk itu berhati-hatilah sewaktu bekerja, sewaktu
makan dan minum karena dampak HALAL dan HARAM akan dapat mempengaruhi kualitas
keimanan diri kita.
Pembaca, selain 7(tujuh) buah KARANG-KARANG
PENGHANCUR KEIMANAN yang telah kami kemukakan di atas, masih terdapat beberapa karang-karang penghancur
iman lainnya, yang juga harus kita waspadai sewaktu melaksanakan tugas sebagai
KHALIFAH di muka bumi, yaitu:
1)
Bersikap
Takabur dan/atau Merasa diri Hebat yang lainnya Lemah dan/atau merasa diri
suci.
Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan
janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.
(surat Luqman (31)
ayat 18)
(yaitu) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji
yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Luas
ampunanNya. dan Dia lebih mengetahui (tentang keadaan)mu ketika Dia menjadikan
kamu dari tanah dan ketika kamu masih janin dalam perut ibumu; Maka janganlah
kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang
bertakwa.
(surat An Najm (53)
ayat 32)
2) Perbuatan Zina, Berselingkuh, Lesbian,
Homoseks.
dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu
perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.
(surat Al Israa' (17)
ayat 32)
3) Sihir, Tenung, Nujum, Pelet,
Guna-Guna.
dan lemparkanlah apa yang ada ditangan kananmu,
niscaya ia akan menelan apa yang mereka perbuat. "Sesungguhnya apa yang
mereka perbuat itu adalah tipu daya tukang sihir (belaka). dan tidak akan
menang tukang sihir itu, dari mana saja ia datang".
(surat
Thaahaa (20) ayat 69)
4) Zhalim, Kejam, Bersikap
Aniaya.
dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang membuat-buat suatu
kedustaan terhadap Allah, atau mendustakan ayat-ayat-Nya? Sesungguhnya
orang-orang yang aniaya itu tidak mendapat keberuntungan.
(surat Al An'am (6)
ayat 21)
5.
Ghadap/Pemarah/Emosional/Temperamental.
dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia
pergi dalam Keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan
mempersempitnya (menyulitkannya), Maka ia menyeru dalam Keadaan yang sangat
gelap[967]: "Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha suci Engkau,
Sesungguhnya aku adalah Termasuk orang-orang yang zalim."
(surat Al Anbiyaa' (21) ayat
87)
[967] Yang dimaksud dengan Keadaan yang sangat
gelap ialah didalam perut ikan, di dalam laut dan di malam hari.
6)
Bakhil, Pelit, Kikir, Mementingkan Diri sendiri
sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil
dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karuniaNya menyangka, bahwa
kebakhilan itu baik bagi mereka. sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi
mereka. harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di
hari kiamat. dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di
bumi. dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.
(surat
Ali Imran (3) ayat 180)
7) Riya, Ujub, Sum'ah
dan (juga) orang-orang yang menafkahkan harta-harta
mereka karena riya[297] kepada manusia, dan orang-orang yang tidak beriman
kepada Allah dan kepada hari kemudian. Barangsiapa yang mengambil syaitan itu
menjadi temannya, Maka syaitan itu adalah teman yang seburuk-buruknya.
(surat
An Nisaa' (4) ayat 38)
[297]
Riya ialah melakukan sesuatu karena ingin dilihat dan dipuji orang.
8)_Putus Asa
Hai anak-anakku, Pergilah kamu, Maka carilah berita
tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah.
Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir".
(surat
Yusuf (12) ayat 87)
9) Pemalas/Kasal
bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu
mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas
perintah Allah[767]. Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum
sehingga mereka merobah keadaan[768] yang ada pada diri mereka sendiri. dan
apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang
dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.
(surat
Ar Ra'd (13) ayat 11)
[767]
Bagi tiap-tiap manusia ada beberapa Malaikat yang tetap menjaganya secara
bergiliran dan ada pula beberapa Malaikat yang mencatat amalan-amalannya. dan
yang dikehendaki dalam ayat ini ialah Malaikat yang menjaga secara bergiliran
itu, disebut Malaikat Hafazhah.
[768]
Tuhan tidak akan merobah Keadaan mereka, selama mereka tidak merobah
sebab-sebab kemunduran mereka.
Pembaca, inilah sebagian dari KARANG-KARANG yang
dapat menghancurkan KEIMANAN yang harus kita ketahui dan jadikan PENGETAHYAN
yang dikemukakan ALLAH SWT di dalam Al-Qur'an, dan masih banyak lagi. Setelah
mengetahui hal itu semua, kami berharap
jangan pernah lakukan hal-hal tersebut di atas, jangan pernah berkenalan dengan
hal-hal tersebut di atas, jangan pernah mendekati ha-hal tersebut di atas,
jauhkan dan hindarkan itu semua, agar kita selalu berada di dalam KEHENDAK
ALLAH SWT terkecuali kita ingin pulang kampung ke NERAKA JAHANNAM.
Selanjutnya jika KARANG-KARANG PENHANCUR IMAN yang
kami kemukakan di atas melekat di dalam diri kita, dapat dikatakan bahwa diri
kita dikelompokkan atau masuk dalam kriteria NAFS FUJUR yang terdiri dari NAFSU
HEWANI, NAFSU AMARAH atau NAFSU MUSAWWILAH. Jika ini yang terjadi dapat
dikatakan bahwa manajemen diri kita telah
diserahkan kepada JASMANI dan/atau RUHANI telah patuh dan tunduk kepada
keinginan JASMANI. Untuk itu jika sampai diri kita melakukan hal-hal yang
termasuk di dalam KARANG-KARANG PENGHANCUR IMAN kepada ALLAH SWT yang telah
kami kemukakan di atas, ketahuilah bahwa:
1)
Orang yang BERAMAL BAIK tidak akan pernah
disamakan dengan orang yang BERAMAL JAHAT
Sebagai KHALIFAH di muka bumi, kita harus meyakini dengan
seyakin-yakinnya bahwa AMAL BAIK atau orang yang BERAMAL BAIK tidak akan
mungkin disamakan dengan AMAL JAHAT atau dengan orang yang BERAMAL JAHAT oleh
ALLAH SWT baik di dunia maupun di akhirat. Hal ini termuat di dalam surat Al Jaatsiyah (45) ayat 21 di bawah ini.
Apakah orang-orang yang membuat kejahatan itu
menyangka bahwa Kami akan menjadikan mereka seperti orang-orang yang beriman
dan mengerjakan amal saleh, Yaitu sama antara kehidupan dan kematian mereka?
Amat buruklah apa yang mereka sangka itu.
(surat
Al Jaatsiyah (45) ayat 21)
Adanya kondisi seperti ini ALLAH SWT menerangkan kepada kita bahwa
apa-apa yang BAIK akan memberikan dampak yang baik pula bagi diri kita
sedangkan apa-apa yang buruk akan memberikan dampak yang buruk pula bagi diri
kita. Jika sekarang kita berharap melakukan perbuatan yang buruk atau perbuatan
yang tidak dikehendaki ALLAH SWT lalu kita berharap memperoleh kebaikan, maka
hal itu tidak akan mungkin pernah terjadi. BURUK tetaplah BURUK sedangkan yang
BAIK tetap akan menjadi yang BAIK pula. Hal ini sudah menjadi KEPUTUSAN ALLAH
SWT. Adanya KETEGASAN yang dikemukakan oleh ALLAH SWT hal ini menunjukkan
kepada kita bahwa ALLAH SWT tidak menerapkan STANDARD GANDA untuk mengisi
SYURGA maupun NERAKA.ALLAH SWT juga tidak mengenal istilah ABU-ABU sebab yang
ada hanya dua yaitu yang BAIK ke SYURGA dan yang BURUK ke NERAKA. Adanya hal
ini juga menandakan bahwa ALLAH SWT akan
mengisi NERAKA dan SYURGA secara
ADIL sesuai dengan ASMA ALLAH SWT
yaitu AL 'ADLU, yaitu DZAT
yang MAHA ADIL.
2) AMAL dan DOSA untuk diri sendiri
Seperti halnya kita memakan CABAI maka kita
sendirilah yang akan merasakan PEDASNYA CABAI. Hal yang sama juga berlaku
sewaktu kita merasakan nikmatnya beriman kepada ALLAH SWT. PEDASNYA CABAI
dan/atau NIKMATNYA IMAN hanya dapat dirasakan oleh orang yang merasakan sendiri
CABAI dan IMAN. Tidak akan mungkin orang yang tidak memakan CABAI atau orang
yang tidak beriman akan merasakan PEDASNYA CABAI atau NIKMATNYA IMAN. Sekarang
bagaimana dengan perbuatan DOSA, apakah perbuatan DOSA akan disamakan
perlakuannya dengan IMAN dan AMAL SHALEH oleh ALLAH SWT?
dan
berkatalah orang-orang kafir kepada orang-orang yang beriman: "Ikutilah
jalan Kami, dan nanti Kami akan memikul dosa-dosamu", dan mereka (sendiri)
sedikitpun tidak (sanggup), memikul dosa-dosa mereka. Sesungguhnya mereka
adalah benar-benar orang pendusta.
dan Sesungguhnya mereka akan memikul beban (dosa)
mereka, dan beban- beban (dosa yang lain) di samping beban-beban mereka
sendiri, dan Sesungguhnya mereka akan ditanya pada hari kiamat tentang apa yang
selalu mereka ada-adakan.
(surat
Al Ankaabut (29) ayat 12-13)
Seperti halnya kita merasakan pedasnya CABAI, barangsiapa yang BERBUAT
DOSA maka dia sendiri yang akan
menanggung DOSA tersebut. DOSA merupakan PERBUATAN INDIVIDUAL sehingga yang
bertanggung jawab juga secara INDIVIDUAL. DOSA tidak mengenal kelompok atau
secara berjamaah, sebab masing-masing diri akan bertanggung jawab atas dirinya
sendiri. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan ALLAH SWT dalam surat Al
Ankaabut (29) ayat 12-13 di atas ini.
Sebagai KHALIFAH di muka bumi
jangan pernah berharap jika kita melakukan perbuatan DOSA maka hasilnya
adalah PAHALA atau AMAL KEBAIKAN dan/atau tidak akan mungkin perbuatan DOSA
akan sesuai dengan NILAI-NILAI ILAHIAH sebab
DOSA akan memberikan dampak dan konsekuensi keburukan bagi diri sendiri.
DOSA tidak akan mungkin menghantarkan kita ke SYURGA sebab PENDOSA kampungnya
di NERAKA JAHANNAM. Selanjutnya, mungkinkah kita menanggung DOSA dari apa yang
tidak kita perbuat dan/atau menanggung dosa orang lain? Apa yang kita perbuat
akan dimintakan pertanggungjawaban oleh ALLAH SWT. Jika kita berbuat DOSA maka
kita sendirilah yang akan memikul
DOSA yang kita lakukan. DOSA
orang lain tidak akan menjadi beban DOSA kita sepanjang perbuatan kita tidak
ada sangkut pautnya dengan orang tersebut. Namun apabila perbuatan kita
menyebabkan orang lain celaka atau menjadi berdosa dimana orang tersebut tidak
rela maka perbuatan dosanya tidak dilimpahkan kepada kita namun amal baik yang
masih tersisa menjadi taruhannya dan/atau amal baik yang masih tersisa diminta
untuk diserahkan kepada orang tersebut.
Pembaca, jika saat ini anda merasa bahwa KARANG-KARANG PENGHANCUR IMAN
masih juga bercokol di dalam diri. Tidak ada jalan lain kecuali kita hilangkan
dan hancurkan melalui jalan TAUBATAN NASUHA. Untuk itu manfaatkanlah fasilitas
SUNSET POLICY yang ALLAH SWT berikan
yaitu sebelum RUH tiba dikerongkongan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar