Label

MEMANUSIAKAN MANUSIA: INILAH JATIDIRI MANUSIA YANG SESUNGGUHNYA (79) SETAN HARUS JADI PECUNDANG: DIRI PEMENANG (68) SEBUAH PENGALAMAN PRIBADI MENGAJAR KETAUHIDAN DI LAPAS CIPINANG (65) INILAH ALQURAN YANG SESUNGGUHNYA (60) ROUTE TO 1.6.799 JALAN MENUJU MAKRIFATULLAH (59) MUTIARA-MUTIARA KEHIDUPAN: JALAN MENUJU KERIDHAAN ALLAH SWT (54) PUASA SEBAGAI KEBUTUHAN ORANG BERIMAN (50) ENERGI UNTUK MEMOTIVASI DIRI & MENJAGA KEFITRAHAN JIWA (44) RUMUS KEHIDUPAN: TAHU DIRI TAHU ATURAN MAIN DAN TAHU TUJUAN AKHIR (38) TAUHID ILMU YANG WAJIB KITA MILIKI (36) THE ART OF DYING: DATANG FITRAH KEMBALI FITRAH (33) JIWA YANG TENANG LAGI BAHAGIA (27) BUKU PANDUAN UMROH (26) SHALAT ADALAH KEBUTUHAN DIRI (25) HAJI DAN UMROH : JADIKAN DIRI TAMU YANG SUDAH DINANTIKAN KEDATANGANNYA OLEH TUAN RUMAH (24) IKHSAN: INILAH CERMINAN DIRI KITA (24) RUKUN IMAN ADALAH PONDASI DASAR DIINUL ISLAM (23) ZAKAT ADALAH HAK ALLAH SWT YANG HARUS DITUNAIKAN (20) KUMPULAN NASEHAT UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK (19) MUTIARA HIKMAH DARI GENERASI TABI'IN DAN TABI'UT TABIIN (18) INSPRIRASI KESEHATAN DIRI (15) SYAHADAT SEBAGAI SEBUAH PERNYATAAN SIKAP (14) DIINUL ISLAM ADALAH AGAMA FITRAH (13) KUMPULAN DOA-DOA (10) BEBERAPA MUKJIZAT RASULULLAH SAW (5) DOSA DAN JUGA KEJAHATAN (5) DZIKIR UNTUK KEBAIKAN DIRI (4) INSPIRASI DARI PARA SAHABAT NABI (4) INILAH IBADAH YANG DISUKAI NABI MUHAMMAD SAW (3) PEMIMPIN DA KEPEMIMPINAN (3) TAHU NABI MUHAMMAD SAW (3) DIALOQ TOKOH ISLAM (2) SABAR ILMU TINGKAT TINGGI (2) SURAT TERBUKA UNTUK PEROKOK dan KORUPTOR (2) IKHLAS DAN SYUKUR (1)

Rabu, 26 April 2017

DOA WUKUF di ARAFAH

DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG



Ya Allah, jadikanlah cahaya terang di kalbuku, 
di pendengaranku, 
di penglihatanku, 
di lidahku, 
di sisi kanan dan di sisi kiriku, di atas dan di bawahku, di hadapan dan di belakangku.


Ya Allah, lapangkanlah dadaku dan mudahkanlah segala urusanku. 

Ya Allah hanya milik-Mu lah segala puji, seperti yang Kau ucapkan, dan sebaik-baiknya apa yang kami katakan.


Ya Allah, hanya untuk-Mu shalatku, ibadahku, hidupku, matiku, dan kepada Engkaulah kepulanganku dan kepada Engkau pulalah tumpuan harapanku.


Ya Allah, aku berlindung pada-Mu dari segala godaan-godaan bisikan, dalam hati kekacau balauan segala urusan dan dari siksa kubur.


Ya Allah, aku berlindung pada-Mu dari kejahatan yang menyelinap di gelap malam, dari kejahatan di waktu siang hari dan kejahatan yang dihembuskan angin serta dari kejahatan bencana masa.


Ya Allah, aku berlindung pada-Mu dari berubahnya kesehatan pemberian-Mu dan dari bencana yang datang tiba-tiba dan dari segala murka-Mu.


Ya Allah, tunjukilah aku dengan petunjuk Al-Qur’an. Ampunilah dosaku di dunia dan di akhirat. Wahai Tuhan yang sebaik-baik yang dimaksud dan sebaik-baik yang memberi tempat semurah-murah yang memenuhi permintaan. Anugerahkanlah kepadaku di sore hari ini sebaik-baiknya yang telah Engkau anugerahkan kepada salah seorang makhuk-Mu dan pengunjung rumah-Mu (jamaah haji),


Ya Allah, Tuhan Yang Maha Pengasih, lebih dari segala yang pengasih.


Ya Allah, Maha Pengangkat derajat serta yang menurunkan berkah, Ya Allah Pencipta bumi dan langit gemuruhlah suara-suara aduan kepada Engkau dengan aneka ragam bahasa. Mereka memohon kepada-Mu berbagai keperluan, dan keperluanku


Ya Allah kiranya Engkau tidak melupakanku di tempat tujuan ketika penduduk dunia melupakanku.


Ya Allah, Engkau pasti mendengar perkataanku dan Engkau melihat tempatku, Engkau mengetahui apa yang aku rahasiakan dan apa yang aku lahirkan, tiada sesuatu yang rahasia bagi Engkau dari urusanku, aku ini seorang yang menderita dan memerlukan bantuan, yang gemetar minta dilindungi, yang mengakui dosanya.


Aku mohon kepada Engkau dengan permohonan orang-orang yang minta dikasihani, mengharap kepada Engkau dengan harapan orang-orang yang berdosa lagi hina. Aku mohon kepada Engkau, dengan permohonan orang yang sangat takut dan khawatir, ialah orang yang menuduhkkan kepala di hadapan Engkau, berlinang air matanya, lunglai  jasadnya, dan dipasrahkan seluruh tubuhnya.


Ya Allah, janganlah Engkau jadikan do’aku kepada-Mu menjadikan aku sial dan celaka, dan jadikanlah do’aku sebagai harapan agar Engkau tetap sayang kepadaku, wahai Tuhan yang sebaik-baik tempat meminta dan semurah-murah pemberi.


Ya Allah, Engkau telah menetapkan memberi anugerah penghormatan untuk para tamu, kami ini tamu-Mu maka tetapkanlah surga itu anugerah penghormatan buat kami.


Ya Allah, Engkau sesungguhnya bagi setiap tamu berhak mendapatkan penghormatan dan setiap pengunjung mendapatkan kemuliaan (karomah) dan setiap pemohon mendapatkan pemberian dan setiap pengharap mendapatkan pahala dan setiap orang yang mengharapkan sesutau pada-Mu mendapatkan balasan dan setiap pemohon kasih mendapatkan rahmat, dan setiap orang yang mempunyai keinginan ke hadapan-Mu mendapatkan kedekatan dan setiap orang yang bertawasul kepada-Mu mendapatkan ampunan. Sekarang kami ini telah datang ziarah ke Baitullah, kami wukuf di tempat yang agung dan kami telah menyaksikan pemandangan-pemandangan yang mulia karena mengharapkan sesuatu pada-Mu, maka janganlah menghampakan harapan kami wahai Tuhan Yang Maha Pengasih.


Ya Allah, ampunilah dosa muslimin dan muslimat, mukminin dan mukminat, baik yang masih hidup atau yang sudah wafat, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar; Maha dekat lagi mengabulkan permintaan wahai Zat yang mencukupi kebutuhan.


Ya Allah tolonglah kami, seperti pertolongan yang Engkau berikan kepada orang-orang yang Engkau cintai untuk mengalahkan musuh-Mu.


Ya Allah janganlah musuh-musuh kami baik yang di luar maupun yang di dalam diberi kesempatan untuk menguasai kami dengan sebab dosa-dosa kami.


Ya Allah, stabilkanlah keamanan negeri kami, damaikanlah para pemimpin negara kami jadikanlah mereka golongan orang yang takut dan takwa kepada-Mu wahai Tuhan alam semesta.


Ya Allah rukunkanlah dan damaikanlah semua pemimpin umat Islam, tolonglah Islam dan kaum muslimin dan tinggikanlah kalimat-Mu sampai hari kiamat. Jadikanlah negara kami Indonesia negara yang aman sentosa dan penuh berkah demikian pula negara-negara Islam lainnya.


Ya Allah, jauhkanlah kami dari kesulitan ekonomi, bencana dan wabah, perbuatan keji dan mungkar, kezaliman, serangan dan ancaman yang beraneka ragam, keganasan dan segala ujian baik yang nampak maupun yang tersembunyi dari negara kami Indonesia khususnya dan negara-negara Islam pada umumnya. Sesungguhnya Engkau berkuasa atas segala sesuatu.


Wahai Tuhan kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman menjadikan dengki dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman.


Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.


Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri dan sekiranya Engkau tidak mengampuni dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang merugi.


Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami dari istri/suami dan keturunan kami sebagai buah hati dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.


Ya Allah ya Tuhan kami, berikanlah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan hindarkan kami dari api neraka. Semoga salam dan sejahtera tercurah pada junjungan kami Nabi Muhammad Saw, keluarga dan para sahabatnya.

Amien.

DOA THAWAF WADHA

DENGAN NAMA ALLAH  YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG



Sesungguhnya Tuhan yang menurunkan al-Qur’an kepadamu niscaya memulangkanmu ke tempat kembali, 
wahai Tuhan yang Berkuasa mengembalikan, kembalikan aku ke tempatku,
wahai Tuhan yang Maha Mendengar, dengarlah (kabulkanlah) permohonanku.
wahai Tuhan Yang Maha Memperbaiki, perbaikilah aku.
wahai Tuhan Yang Maha Pelindung, tutupilah aibku,
wahai Tuhan Yang Maha Kasih Sayang, sayangilah aku,


wahai Tuhan Yang Maha Kuasa Mengembalikan, kembalikanlah aku, keluargaku, anak keturunanku ke Ka’bah ini dan berilah aku rezeqi untuk mengulanginya berkali-kali, dalam keadaan bertaubat dan beribadat, berlayar menuju Tuhan kami sambil memuji, Allah Maha menepati janji-Nya membantu hamba-hamba-Nya, yang menghancurkan sendiri musuh-musuh-Nya.


Ya Allah, peliharalah aku dari kanan, kiri, depan dan belakang, dari sebelah atas dan bawah sampai Engkau mengembalikan aku kepada keluarga dan tanah airku.


Ya Allah, mundahkanlah perjalanan kami, lipatkan bumi untuk kami.
Ya Allah sertailah kami dalam perjalanan, dan gantilah kedudukan kami dalam keluarga yang ditinggal, wahai Tuhan Yang Maha Pengasih melebihi segala pengasih, wahai Tuhan Yang Memelihara seluruh alam.
Perkenankan doa kami Ya Allah. Amien.




Kamis, 06 April 2017

APA ITU KEBURUKAN (part 2 of 2)


G.   MUNAFIQ

Berdasarkan surat At Taubah (9) ayat 107 di bawah ini, salah satu bentuk keburukan yang bertentangan dengan ibadah Ikhsan adalah berbuat munafiq atau berperilaku munafiq.  Munafik adalah orang yang memiliki sifat nifak. Nifak artinya menampakkan yang baik dan menyembunyikan yang buruk. Nifak sangat dibenci oleh Allah SWT sehingga orang yang munafik diancam dengan siksa yang pedih yaitu ditempatkan di Neraka Jahannam kelak.

Allah SWT memberi ancaman sangat keras karena nifak merupakan sifat yang sangat berbahaya. Dalam peribahasa, kita sering mendengar istilah ”ular berkepala dua”, ”bermuka dua” dan ”lain di mulut lain di hati”. Semuanya itu menggambarkan sifat nifak yang sangat dibenci oleh semua orang. Seorang munafik bisa sangat berbahaya karena kepandaiannya menyembunyikan kebenaran. Ia sangat pandai bermuka manis, bahkan kepada orang yang ia musuhi atau orang yang hendak ia tipu atau celakai.

dan (di antara orang-orang munafik itu) ada orang-orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan kemudharatan (pada orang-orang mukmin), untuk kekafiran dan untuk memecah belah antara orang-orang mukmin serta menunggu kedatangan orang-orang yang telah memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu[660]. mereka Sesungguhnya bersumpah: "Kami tidak menghendaki selain kebaikan." dan Allah menjadi saksi bahwa Sesungguhnya mereka itu adalah pendusta (dalam sumpahnya).
(surat At Taubah (9) ayat 107)

[660] Yang dimaksudkan dengan orang yang telah memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu ialah seorang pendeta Nasrani bernama Abu 'Amir, yang mereka tunggu-tunggu kedatangannya dari Syiria untuk bersembahyang di masjid yang mereka dirikan itu, serta membawa tentara Romawi yang akan memerangi kaum muslimin. akan tetapi kedatangan Abu 'Amir ini tidak Jadi karena ia mati di Syiria. dan masjid yang didirikan kaum munafik itu diruntuhkan atas perintah Rasulullah s.a.w. berkenaan dengan wahyu yang diterimanya sesudah kembali dari perang Tabuk.

Dalam sejarah Islam, kelihaian orang munafik telah menyebabkan Nabi Muhammad saw. dan pasukan muslimin menderita kerugian. Gara-gara tindakan munafik, sebagian tentara Islam membelot sehingga kaum muslimin mengalami kekalahan dalam Perang Uhud. Banyak sekali ayat Al-Qur’an yang berbicara tentang sifat munafik. Di antaranya terdapat dalam empat ayat Al-Qur’an sebagai berikut. Orang munafik merasa berhasil dengan tipuannya, tetapi dibantah oleh Allah. Oleh karena itu, kita dianjurkan untuk bersikap hati-hati tehadap orang munafik. Kita harus mengecek kebenaran berita yang mereka sampaikan secara baik dan benar.

Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka[364]. dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. mereka bermaksud riya[365] (dengan shalat) di hadapan manusia. dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali[366]. [0]
(Surat An-Nisaa’(4) ayat 142)

[364] Maksudnya: Alah membiarkan mereka dalam pengakuan beriman, sebab itu mereka dilayani sebagai melayani Para mukmin. dalam pada itu Allah telah menyediakan neraka buat mereka sebagai pembalasan tipuan mereka itu.
[365] Riya Ialah: melakukan sesuatu amal tidak untuk keridhaan Allah tetapi untuk mencari pujian atau popularitas di masyarakat.
[366] Maksudnya: mereka sembahyang hanyalah sekali-sekali saja, Yaitu bila mereka berada di hadapan orang.

Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka.
(surat An Nisaa’ (4) ayat 15)

(ingatlah), ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya berkata: "Mereka itu (orang-orang mukmin) ditipu oleh agamanya". (Allah berfirman): "Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, Maka Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana".
(surat Al Anfaal (8) ayat 49)


      Sekarang bagaimana perasaan kita jika dikhianati oleh orang lain? Pasti kita sedih, kecewa, dongkol, marah campur aduk menjadi satu. Apalagi jika kita dikhianati oleh teman sendiri. Oleh karena itu, kita perlu mengetahui ciri-ciri orang munafik. Ciri-ciri orang munafik dapat kita  temukan dalam hadits yang disampaikan Abu Hurairah berikut ini : “Tanda-tanda orang munafik ada tiga, yaitu: 1) jika berbicara ia berdusta, 2) jika berjanji ia ingkar, dan 3) jika dipercaya ia berkhianat. (Hadits Riwayat Bukhari). Sifat nifak akan mendatangkan akibat-akibat negatif yang sangat membahayakan, baik bagi pelakunya maupun orang lain. Di antara akibat-akibat negatif tersebut dapat kami kemukakan di  bawah ini:

a.      Perilaku nifak sangat merugikan orang lain, masyarakat bahkan bangsa dan negara baik secara moril maupun materiil.
b.      Orang yang berlaku nifak telah merugikan dirinya sendiri. Ia tidak akan lagi dipercaya karena kebiasaannya berbohong,berkhianat, dan ingkar janji.
c.      Perilaku nifak dapat merusak tatanan kehidupan masyarakat karena setiap individu menaruh curiga terhadap individu lain.
d.     Perilaku nifak dapat menyeret pelakunya ke dasar neraka yang paling dalam.
     
Dengan kita mengingat bahaya dan sifat nifak, sudah sepantasnya jika kita berusaha untuk menghindari sifat tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Perilaku munafik tersebut harus kita hindari saat menjalin hubungan dengan orang lain di tengah masyarakat. Dengan menjauhi perilaku munafik, hubungan silaturahmi bersama masyarakat akan terjalin kukuh. Kita akan terhindar dari kesalahpahaman yang bisa menyebabkan kesatuan dan persatuan di antara kita terganggu.


H.   DURHAKA KEPADA ORANG TUA

Berdasarkan surat Al Ahqaaf (46) ayat 17 dan 18 di bawah ini, salah satu bentuk keburukan yang bertentangan dengan ibadah Ikhsan adalah durhaka kepada orang tua yang melahirkan diri kita. Inilah salah satu keburukan yang sangat dibenci oleh Allah SWT namun sangat dikehendaki oleh Syaitan sang laknatullah.

dan orang yang berkata kepada dua orang ibu bapaknya: "Cis bagi kamu keduanya, Apakah kamu keduanya memperingatkan kepadaku bahwa aku akan dibangkitkan, Padahal sungguh telah berlalu beberapa umat sebelumku? lalu kedua ibu bapaknya itu memohon pertolongan kepada Allah seraya mengatakan: "Celaka kamu, berimanlah! Sesungguhnya janji Allah adalah benar". lalu Dia berkata: "Ini tidak lain hanyalah dongengan orang-orang dahulu belaka".
mereka Itulah orang-orang yang telah pasti ketetapan (azab) atas mereka bersama umat-umat yang telah berlalu sebelum mereka dari jin dan manusia. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang merugi.
(surat Al Ahqaaf (46) ayat 17 dan 18)

Sebagai Khalifah  yang sedang menjalankan tugas di muka bumi yang diciptakan oleh Allah SWT, ada beberapa pertanyaan yang akan kami ajukan, yaitu: (a) dapatkah kita menjalankan tugas sebagai Khalifah di muka bumi jika kita tidak pernah dilahirkan ke muka bumi? ; (b) Dapatkah kita merasakan enaknya menjadi seorang Pengusaha, merasakan enaknya menjadi Orang Kaya, merasakan enaknya menjadi Eksekutif, Yudikatif, Legislatif, atau merasakan enaknya menimang cucu, atau menikmati kesenangan hidup, jika kita tidak pernah dilahirkan ke muka bumi? ; (c) Dapatkah proses Regenerasi kekhalifahan di muka bumi yang saat ini kita jalankan terjadi, sedangkan diri kita tidak pernah dilahirkan ke muka bumi?

Jawaban dari pertanyaan di atas adalah tegas yaitu tanpa pernah dilahirkan ke muka bumi, maka diri kita tidak akan pernah bisa melaksanakan tugas sebagai Khalifah di muka bumi, atau kita juga tidak akan mungkin melaksanakan proses Regenerasi kekhalifahan serta tidak akan pernah merasakan kesenangan yang ada di dunia ini.

Dia menciptakan kamu dari seorang diri kemudian Dia jadikan daripadanya isterinya dan Dia menurunkan untuk kamu delapan ekor yang berpasangan dari binatang ternak. Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan[1306]. yang (berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan yang mempunyai kerajaan. tidak ada Tuhan selain dia; Maka bagaimana kamu dapat dipalingkan?
(surat Az Zumar (39) ayat 6)

[1306] Tiga kegelapan itu ialah kegelapan dalam perut, kegelapan dalam rahim, dan kegelapan dalam selaput yang menutup anak dalam rahim.

Selanjutnya untuk dapat lahir ke dunia ini, tentu kita tidak bisa ada dengan sendirinya sehingga kita harus dilahirkan terlebih dahulu, lalu siapakah yang melahirkan diri kita? Berdasarkan surat Az Zumar (39) ayat 6 di atas, keberadaan diri kita bermula dari dalam Rahim seorang ibu melalui tahap demi tahap, kejadian demi kejadian, yang kemudian lahirlah diri kita ke dunia dalam keadaan tidak mampu berbuat apapun juga kecuali dengan Tangisan. Tangisan adalah senjata utama diri kita untuk segala maksud dan tujuan yang ingin kita peroleh, apakah itu lapar, apakah itu buang air, apakah itu sakit. Jika sekarang Allah SWT selaku Inisiator yang sekaligus Pencipta dan Pemilik dari kekhalifahan di muka bumi, memerintahkan kepada diri kita untuk berbakti kepada orang tua, apakah seruan, perintah Allah SWT ini berlebihan atau apakah memang sudah seharusnya ini kita lakukan dengan baik.

Jika kita termasuk orang yang telah beriman maka kita pasti tahu siapa diri kita yang sesungguhnya dan tahu siapa Allah SWT yang sesungguhnya, maka sudah sepatutnya dan memang sudah seharusnya kita memenuhi perintah Allah SWT untuk berbakti kepada orang tua dan juga mertua, atau berbuat baik kepada orang tua dan juga mertua sebab keberadaan diri kita, istri dan suami kita, di muka bumi ini tidak akan mungkin pernah terjadi jika tanpa ada ke dua orang tua dan kedua orang mertua, yang melahirkan kita ke muka bumi ini, yang kemudian mendidik dan membesarkan kita.


Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu Yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar[518]". demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya kamu memahami(nya).
(surat Al An'am (6) ayat 151)

[518] Maksudnya yang dibenarkan oleh syara' seperti qishash membunuh orang murtad, rajam dan sebagainya.

dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia[850].
(surat Al Israa' (17) ayat 23)

[850] Mengucapkan kata Ah kepada orang tua tidak dlbolehkan oleh agama apalagi mengucapkan kata-kata atau memperlakukan mereka dengan lebih kasar daripada itu.


Selanjutnya dengan adanya keterkaitan yang begitu kental dan begitu hebat antara diri kita dengan orang tua kita, lihatlah hadits yang kami kemukakan di bawah ini.  Allah SWT sampai-sampai meletakkan dan menempatkan baik Ridha-Nya maupun Murka-Nya di bawah Keridhaan dan Kemurkaan orang tua. Begitu tinggi, begitu mulia, begitu hebat, posisi orang tua diletakkan oleh Allah SWT dalam struktur keluarga, atau di dalam kerangka rencana besar kekhalifahan di muka bumi yang diciptakan oleh Allah SWT.


Keridhaan Allah SWT tergantung kepada keridhaan kedua orang tua dan murka Allah SWT pun terletak pada murka kedua orang tua.
(Hadits Riwayat Al Hakim)


Jika Allah SWT saja meletakkan dan menempatkan setiap orang tua pada posisi yang begitu tinggi dan mulia, apakah kita sebagai orang yang dilahirkan, diasuh, dididik, dibesarkan oleh orang tua, justru akan merendahkan orang tua dengan berbuat durhaka kepada mereka atau berkata kasar kepada mereka atau bahkan menelantarkan mereka? Jika sampai diri kita berani berbuat durhaka kepada  kepada orang tua, berarti kita telah menantang Allah SWT dan siap untuk  memperoleh hadiah dari Allah SWT berupa Tiket masuk ke Kampung Kebinasaan dan Kesengsaraan yaitu Neraka Jahannam.

Anas ra, berkata: Nabi Saw bersabda: Allah ta’ala berfirman: Allah SWT telah mewahyukan kepada Nabi Musa! Coba tidak karena mereka yang mengucapkan Syahadat “Lailaha illa Allah” niscaya kutimpakan Jahannam di atas dunia. Wahai Musa! Coba tidak karena mereka yang bersembah kepadaKu tidaklah Aku lepaskan mereka yang bermaksiat sekejap matapun. Wahai Musa! Sesungguhnya barangsiapa beriman kepadaKu adalah makhluk yang termulia dalam pandanganKu. Wahai Musa! Sesungguhnya sepatah kata dari seorang yang durhaka  (terhadap ke dua orang tuanya) adalah sama beratnya dengan seluruh pasir bumi. Bertanya Nabi Musa: “Siapakah orang yang durhaka itu, ya TuhanKu?” Ialah orang yang berkata kepada kedua orang tuanya : “Tidak Tidak” ketika dipanggil.
(Hadits Qudsi Riwayat Abu Nu’aim; 272:225)

Selain daripada itu, berfikirlah seribu kali atau bahkan jutaan kali sebelum diri kita durhaka kepada ke dua orang tua karena resikonya sangat luar biasa yaitu sama beratnya dengan seluruh pasir di bumi. Sekarang tahukah kita berapa jumlah pasir yang ada di bumi seperti yang dikemukakan dalam hadits qudsi yang kami kemukakan di atas. Semoga diri kita, anak keturunan kita mampu berbakti kepada kedua orang tua saat hidup di muka bumi ini.

I.   INGKAR JANJI

Berdasarkan surat Al Maaidah (5) ayat 13 di bawah ini, salah satu bentuk keburukan yang bertentangan dengan ibadah Ikhsan adalah melanggar janji atau ingkar dengan janji yang telah disepakati. Sebagai orang yang terikat dengan janji tentu kita akan kecewa jika janji dari seseorang yang telah terikat dengan perjanjian melanggar ketentuan yang telah disepakati. Hal yang sama pun berlaku antara diri kita dengan Allah SWT dimana kita telah membuat sebuah perjanjian sesaat Ruh/Ruhani dipersatukan dengan Jasmani.   

(tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuki mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. mereka suka merobah Perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya[407], dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad) Senantiasa akan melihat kekhianatan dari mereka kecuali sedikit diantara mereka (yang tidak berkhianat), Maka maafkanlah mereka dan biarkan mereka, Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.
(surat Al Maaidah (5) ayat 13)

[407] Maksudnya: merobah arti kata-kata, tempat atau menambah dan mengurangi.

Salah satu janji manusia kepada Allah SWT ada pada surat Al A’raaf (7) ayat 172 dimana setiap Ruh/Ruhani yang merupakan jati diri manusia yang sesungguhnya telah menyatakan bertuhankan kepada Allah SWT. Janji yang telah kita nyatakan saat masih dalam rahim seorang ibu masih berlaku akan terus berlaku sampai dengan hari kiamat kelak. Janji yang telah kita nyatakan wajib kita tunjukkan, pertahankan yang pada akhirnya harus kita pertanggungjawabkan kepada Allah SWT.

dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",
(surat Al A’raaf (7) ayat 172)

Adapun resiko dari melanggar janji yang telah kita nyatakan ada pada surat Al Maaidah (5) ayat 13 di atas, yaitu pelakunya dikutuk oleh Allah SWT dan juga hati orang yang melanggar janji menjadi keras seperti batu. Adanya dua buah resiko yang telah kami kemukakan lalu sudahkah kita merenungi kedua resiko tersebut lalu atau sanggupkah kita hidup di muka bumi ini di tengah kutukan Allah SWT dan hati yang keras seperti batu. Jika kita tidak sanggup menghadapi kutukan Allah SWT dan kerasnya hati yang seperti batu maka segeralah penuhi janji yang pernah kita lakukan kepada Allah SWT saat ini juga. 

J.   BERHUKUM KEPADA HUKUM SELAIN HUKUM ALLAH SWT

Berdasarkan surat Al Maaidah (5) ayat 55 dan surat Al An’am (6) ayat 151 sampai 153 dibawah ini, salah satu bentuk keburukan yang bertentangan dengan ibadah Ikhsan adalah berhukum kepada hukum selain hukum Allah SWT. Ingat, langit dan bumi beserta isinya adalah ciptaan Allah SWT dan juga dimiliki Allah SWT dan jika ini kondisinya maka segala hukum dan ketentuan yang wajib berlaku di muka bumi ini adalah ketentuan dan hukum Allah SWT. Alangkah tidak tahu diri jika kita yang sedang menumpang di langit dan di bumi Allah SWT justru kita tidak mau berhukum dengan hukum yang telah ditetapkan Allah SWT, dalam hal ini adalah Al Qur’an.

Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah)
(surat Al Maaidah (5) ayat 55)

Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu Yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar[518]". demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya kamu memahami(nya).
dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada sesorang melainkan sekedar kesanggupannya. dan apabila kamu berkata, Maka hendaklah kamu Berlaku adil, Kendatipun ia adalah kerabat(mu)[519], dan penuhilah janji Allah[520]. yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat.
dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, Maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain)[152], karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya. yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.
(surat Al An’am (6) ayat 150 s/d 153)

[518] Maksudnya yang dibenarkan oleh syara' seperti qishash membunuh orang murtad, rajam dan sebagainya.
[519] Maksudnya mengatakan yang sebenarnya meskipun merugikan Kerabat sendiri.
[520] Maksudnya penuhilah segala perintah-perintah-Nya.
[152] Shalat wusthaa ialah shalat yang di tengah-tengah dan yang paling utama. ada yang berpendapat, bahwa yang dimaksud dengan shalat wusthaa ialah shalat Ashar. menurut kebanyakan ahli hadits, ayat ini menekankan agar semua shalat itu dikerjakan dengan sebaik-baiknya.

Untuk itu mari kita perhatikan apa yang dikemukakan Allah SWT dalam surat Al Maaidah (5) ayat 55 di atas hukum yang berlaku di langit dan di bumi Allah SWT adalah hanya Allah SWT sajalah penolong seluruh umat manusia, sepanjang memenuhi syarat dan ketentuan yang berlaku. Sedangkan berdasarkan surat Al An’am (6) ayat 150 sampai 153 di atas, terdapat sepuluh ketentuan hukum yang sudah diberlakukan oleh Allah SWT yaitu : (1) janganlah kamu mempersekutukan Allah SWT; (2) berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapak;  (3) janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan; (4) janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi; (5) janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah SWT; (6) janganlah kamu dekati harta anak yatim; (7) sempurnakanlah takaran dan timbangan (8) berlaku adil; (9) penuhilah janji Allah; (10) menempuh jalan yang lurus.

Hal yang harus kita pahami dengan benar adalah Allah SWT menetapkan ketentuan dan hukum di alam semesta ini bukanlah untuk kepentingan Allah SWT namun untuk kepentingan diri kita sendiri, yaitu agar sukses melaksanakan tugas kekhalifahan di muka bumi yang sesuai dengan kehendak Allah SWT. Sekarang sudahkah sepuluh ketentuan dan hukum yang kami kemukakan di atas sudah  kita laksanakan dengan sebaik mungkin sebagai bentuk kebaikan dalam kerangka melaksanakan ibadah Ikhsan? Jika belum berarti kita yang telah menjadi penumpang atau tamu di muka bumi yang tidak tahu diri, sudahlah menumpang atau sudahlah menjadi tamu lalu “Tuan Rumah” kita lawan dengan tidak melaksanakan ketentuan dan hukum yang telah ditetapkan Allah SWT selaku tuan rumah.

Alangkah murkanya Allah SWT selaku tuan rumah kepada orang yang menumpang atau kepada orang yang menjadi tamu, dimana keduanya mengabaikan segala hukum dan ketentuan tuan rumah. Sekarang bayangkan tamu mengatur tuan rumah di rumah tuan rumah, sedangkan tamu tersebut sedang menumpang di rumah tuan rumah. Jika tuan rumah marah, tidak suka lalu memasukkan tamu tersebut ke neraka, memang seharusnya itu terjadi. Semoga kita tidak termasuk orang yang seperti itu.  


K.   MENGIKUTI SYAITAN dan MENYEMBAH BERHALA


Berdasarkan surat Al Israa’ (17) ayat 53 di bawah ini, salah satu bentuk keburukan yang bertentangan dengan ibadah Ikhsan adalah mengikuti langkah langkah syaitan. Langkah langkah syaitan merupakan jalan yang berlawanan dengan apa apa yang dikehendaki Allah SWT. Hasil akhir dari pelaksanaan mengikuti langkah langkah syaitan akan membawa kita menuju kampung kesengsaraan dan kebinasaan, yaitu Neraka. Di lain sisi, Allah SWT sudah menetapkan diri kita untuk bermusuhan dengan Syaitan, namun alangkah ruginya jika kita yang sudah ditetapkan oleh Allah SWT untuk bermusuhan dengan Syaitan justru menjadikan Syaitan sebagai teman, sebagai pelindung, sebagai pemimpin diri kita. Jangan sampai diri kita merubah ketentuan yang sudah diberlakukan oleh Allah SWT karena resiko yang kita hadapi sangatlah berat

dan Katakanlah kepada hamha-hamba-Ku: "Hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.
(surat Al Israa’ (17) ayat 53)

Hal yang harus kita ketahui dengan seksama adalah Syaitan sebagai musuh tentu tidak akan senang jika musuhnya menang. Syaitan akan terus dan terus berusaha untuk mengalahkan musuhnya sampai kalah. Syaitan sebagai musuh akan tetap konsisten menjadi musuh bagi manusia. Sekarang bagaimana dengan diri kita yang telah ditetapkan untuk bermusuhan dengan Syaitan oleh Allah SWT. Untuk mengalahkan musuh maka kita harus memiliki ilmu tentang musuh. Kita harus tahu apa kelemahan musuh  dan harus tahu pula kekuatan musuh. Ingat, musuh hanya bisa dikalahkan melalui kelemahan yang dimilikinya. Sekarang sudahkah kita memiliki ilmu tentang musuh diri kita, dalam hal ini Syaitan?

Prinsip perang adalah jangan pernah berasumsi musuh tidak akan datang, melainkan  bersiaplah menyambut kedatangannya. Jangan pernah menduga musuh (syaitan) tidak akan menyerang, melainkan buatlah agar posisi anda tidak bisa diserang”.
(Sun Tzu)

Untuk menambah wawasan tentang Syaitan sang musuh abadi diri kita, mari kita pelajari apa yang dikemukakan oleh Allah SWT dalam surat Al An’am (6) ayat 112 di bawah ini. Syaitan ada dua jenis yaitu syaitan dalam bentuk makhluk halus yang tidak terlihat (maksudnya jenis jin)  dan juga manusia yang telah berubah menjadi syaitan.

dan Demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap Nabi itu musuh, Yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia)[499]. Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, Maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.
(surat Al An’am (6) ayat 112)

[499] Maksudnya syaitan-syaitan jenis jin dan manusia berupaya menipu manusia agar tidak beriman kepada Nabi.

Kedua jenis syaitan ini sulit diketahui, jika tanpa adanya petunjuk Al Qur’an. Agar diri kita tidak mudah digoda dan disesatkan oleh Syaitan tersebut maka kita harus bisa mengenal sifat sifatnya dan jalan atau caranya untuk menyesatkan manusia. Adapun ciri ciri yang terdapat di dalam Al Qur’an dapat kami kemukakan sebagai berikut:

a.      Membisik bisikan perkataan perkataan indah dan menarik untuk memperdaya manusia seperti apa yang dikemukakan dalam surat Al An’am (6) ayat 112 di atas. Apabila ada manusia yang juga membisik bisikan kata kata yang indah dan menarik untuk mempengaruhi manusia melanggar hukum Allah SWT maka orang itu bisa termasuk kepada manusia tetapi berhati syaitan.

b.      Suka membujuk bujuk manusia untuk berbuat maksiat, sehingga mereka menganggap baik segala perbuatan keji dan mungkar di muka bumi ini.

iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma'siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya,
(surat Al Hijr (15) ayat 39)

Jika ada orang yang berusaha untuk mempengaruhi orang lain meninggalkan perintah perintah Allah SWT dan mengerjakan sesuatu yang dilarangNya, maka itulah manusia syaitan.

c.      Berusaha mencegah orang yang ingin berjalan di jalan Allah SWT dan jika terdapat manusia yang berusaha menghalangi orang yang ingin menegakkan agama Allah SWT di muka bumi ini maka itulah manusia syaitan.

iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus,
(surat Al A’raf (7) ayat 16)


d.     Berusaha menimbulkan pertentangan dalam masyarakat, sehingga terjadi perselisihan, tuduh menuduh, saling memfitnah dan melemparkan isu isu beracun, sehingga mengakibatkan permusuhan dan kekacauan dalam masyarakat.

dan Katakanlah kepada hamha-hamba-Ku: "Hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.
(surat Al Israa’ (17) ayat 53)

Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan peri omusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; Maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).
(surat Al Maaidah (5) ayat 91)

e.      Mencegah orang mengingat Allah SWT (mendirikan shalat) baik secara langsung maupun secara tidak langsung.

f.       Suka menakut nakuti orang orang Islam dengan berbagai macam ancaman, jika tidak mau mengikuti kehendaknya.

Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaitan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepadaKu, jika kamu benar-benar orang yang beriman.
(surat Ali Imran (3) ayat 175)

g.      Metakut takuti orang Islam dengan kefakiran dan kemiskinan, bila orang Islam menginfakkan harta bendanya ke jalan Allah SWT sehingga akhirnya mereka mencari cari alasan untuk tidak membelanjakan hartanya di jalan Allah SWT.

syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjadikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia[170]. dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengatahui.
(surat Al Baqarah (2) ayat 268)

[170] Balasan yang lebih baik dari apa yang dikerjakan sewaktu di dunia.

h.     Berusaha menjerumuskan orang Islam dalam kesesatan, dengan berpura pura menampakkan niat baik berjuang untuk kepentingan umat Islam, padahal sebenarnya tidak.

Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu ? mereka hendak berhakim kepada thaghut[312], Padahal mereka telah diperintah mengingkari Thaghut itu. dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya.
(surat An Nisaa’ (4) ayat 60)

[312] Yang selalu memusuhi Nabi dan kaum muslimin dan ada yang mengatakan Abu Barzah seorang tukang tenung di masa Nabi. Termasuk Thaghut juga: 1. orang yang menetapkan hukum secara curang menurut hawa nafsu. 2. berhala-berhala.

Itulah sebahagian dari ciri ciri atau sifat sifat syaitan yang terdapat di dalam Al Qur’an. Apabila ada orang yang mengaku muslim atau mengaku dirinya mukmin atau nampaknya manusia, tetapi dirinya terdapat sifat dan ciri tersebut, maka itulah syaitan dari jenis manusia. Hanya mukanya seperti manusia, tetapi hatinya seperti syaitan. Kita harus berhati hati dengan type manusia yang seperti ini, yang nyata nyata semakin hari semakin banyak jumlah.

Selanjutnya berdasarkan surat As Shaaffat (37) ayat 125 di bawah ini, terdapat bentuk lain dari keburukan yang bertentangan dengan ibadah Ikhsan yaitu menyembah berhala sehingga meniadakan Allah SWT  di langit dan di bumi yang diciptakan dan di miliki oleh Allah SWT. Adanya berhala yang kita sembah menjadi Tuhan lain selain Allah SWT sungguh tindakan yang tidak bisa ditolerir oleh Allah SWT selaku tuan rumah.


Patutkah kamu menyembah Ba'l[1286] dan kamu tinggalkan Sebaik-baik Pencipta,
(surat Ash Shaaffat (37) ayat 125)

[1286] Ba'l adalah nama salah satu berhala dari orang Phunicia.


Berikutnya berdasarkan surat Al Israa’ (17) ayat 26 di bawah ini, bentuk dari keburukan yang juga bertentangan dengan ibadah Ikhsan adalah menghambur hamburkan harta secara boros  untuk kesenangan dunia semata. Tidak mau memberikan hak hak keluarga dekat. Tidak mau berbagi kepada orang yang miskin dan juga kepada orang orang yang dalam perjalanan.

dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.
(surat Al Israa’ (17) ayat 26)


Selain daripada itu, masih ada lagi bentuk dari keburukan yang bertentangan dengan ibadah Ikhsan yaitu terdapat di dalam surat Al Israa’ (17) ayat 37 di bawah ini yaitu berperilaku sombong. Jika kita sombong di rumah kita sendiri merupakan hal yang biasa biasa saja. Namun apabila kita sombong di langit dan di muka bumi yang tidak pernah kita ciptakan bukanlah sesuatu yang biasa biasa saja namun sesuatu tindakan yang konyol lagi tidak tahu diri. 


dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung.
(surat Al Israa’ (17) ayat 37)

Bisa kita bayangkan betapa marahnya Allah SWT kepada orang yang berlaku sombong di tempat yang tidak pernah diciptakan dan dimilikinya sedangkan orang yang sombong itu juga diciptakan oleh Allah SWT. Lalu menumpang disana. Lalu memanfaatkan segala sesuatu yang diciptakan dan yang dimiliki Allah SWT. Hasil akhir dari perilaku sombong tentulah menjadi tetangga syaitan di neraka jahannam.

Sebagai penutup bab ini, perkenankan kami mengemukakan sebuah ilustrasi sebagai berikut: Apa yang bisa diperbuat oleh kesebelasan sekelas Persib Bandung atau sekelas Barcelona jika yang ada hanya Persib Bandung atau Barcelona saja. Atau apa jadinya kesebelasan Persib Bandung tanpa kesebelasan Persipura Jayapura atau Barcelona tanpa Real Madrid? Kehebatan sebuah kesebelasan tidak akan bisa terlihat jika hanya ada satu kesebelasan sepak bola.

Untuk menentukan suatu kesebelasan hebat maka diperlukan adanya suatu kompetisi atau sebuah liga sehingga hasil akhir dari kompetisilah atau liga yang menentukan siapa yang berhak menyandang juara. Hal yang samapun terjadi di dalam diri kita, dimana setiap manusia sedang melaksanakan suatu kompetisi melawan Ahwa yang dibelakangnya ada Syaitan. Adanya kompetisi melawan Ahwa dan Syaitan maka akan diketahuilah siapakah yang menjadi pemenang dan juga pecundang. Agar diri kita mampu menjadi pemenang lagi beruntung maka kita harus memiliki ilmu dan pengetahuan tentang musuh diri kita yang dilanjutkan harus memenuhi kriteria yang terdapat di dalam surat Al Ashr (103) ayat 1 sampai 3 di bawah ini.

demi masa.
Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.
(surat Al Ashr (103) ayat 1 sampai 3)

Berdasarkan ketentuan surat Al Ashr (103) ayat 1 sampai 3 di atas,  jika kita berkeinginan menjadi pemenang lagi beruntung di dunia dan akhirat kelak, maka kita harus memenuhi 4(empat) buah ketentuan, yaitu beriman; mengerjakan amal saleh; nasehat menasehati dalam kebenaran serta nasehat menasehati dalam kesabaran. Inilah 4 (empat) ketentuan yang harus kita laksanakan saat hidup di muka bumi secara keseluruhan, apabila ada salah satu ketentuan tidak kita laksanakan maka menjadikan diri kita pecundang lagi yang merugi sedangkan Allah SWT menghendaki diri kita menjadi pemenang lagi yang beruntung.  


Alangkah ruginya jika kita yang sudah mampu mengerjakan amal shaleh berupa kebaikan bagi masyarakat luas serta mampu pula nasehat menasehati dalam kebenaran dan kesabaran namun kriteria utama yang dipersyaratkan Allah SWT tidak bisa kita penuhi yaitu beriman kepada Allah SWT. Jika ini kondisinya maka inilah keburukan yang paling merugikan diri kita yang mengakibatkan seluruh apa apa yang telah kita lakukan hilang atau sirna begitu. Untuk itu mulai saat ini juga segeralah laksanakan beriman kepada Allah SWT sebelum semuanya terlambat. Ingat, janji janji Allah SWT yang siap diberikan kepada diri kita hanya akan diberikan jika kita beriman kepada Allah SWT.  

Rabu, 05 April 2017

APA ITU KEBURUKAN (part 1 of 2)


Keburukan adalah lawan daripada Kebaikan. Keburukan adalah pembanding dari adanya Kebaikan sehingga terlihatlah perbedaan diantara keduanya. Kebaikan membawa ke jalan yang dikehendaki Allah SWT sedangkan Keburukan membawa ke jalan yang dikehendaki oleh Syaitan. Kebaikan akan membawa ke Syurga sedangkan Keburukan akan membawa ke Neraka. Allah SWT melalui surat Al Mu’min (40) ayat 31 yang kami kemukakan di atas telah menyatakan bahwa Allah SWT tidak menghendaki berbuat kezaliman terhadap hamba hambaNya. Adanya pernyataan Allah SWT seperti ini menunjukkan bahwa Allah SWT berkehendak kepada diri kita agar selalu berbuat kebaikan dari waktu ke waktu. Untuk itu jangan sampai pernyataan Allah SWT menjadi tidak berlaku lagi karena ulah diri kita yang berbuat keburukan saat hidup di dunia. Jadi jangan salahkan siapapun juga jika Allah SWT akhirnya memberikan azab/siksa kepada diri kita yang telah keluar dari kehendak Allah SWT.

(yakni) seperti Keadaan kaum Nuh, 'Aad, Tsamud dan orang-orang yang datang sesudah mereka. dan Allah tidak menghendaki berbuat kezaliman terhadap hamba-hamba-Nya.
(surat Al Mu’min (40) ayat 31)

Jangan pernah berniat untuk berbuat keburukan kapanpun juga. Jangan pernah berfikir tidak mengapa melakukan keburukan pada saat berusia muda karena masih ada kesempatan untuk taubat saat usia tua. Jangan pernah pula berbuat keburukan (korupsi, kolusi, nepotisme) untuk menjadi kaya sehingga setelah kaya kita bisa menebus keburukan dengan banyak bersedekah. Buang jauh jauh konsep ini, karena kita tidak tahu sampai kapan kita hidup di muka bumi ini.

Selanjutnya agar diri kita tidak salah jalan, agar diri kita selalu berada di dalam kehendak Allah SWT, berikut ini akan kami kemukakan apa apa saja yang termasuk dengan Keburukan itu, yaitu :

A.   MENGIKUTI AHWA (HAWA NAFSU)

 Setiap dzat memiliki sifat. Dimana sifat yang dimiliki dzat akan menjadi perbuatan dari dzat itu sendiri. Sebagai contoh garam memiliki sifat asin, jika sifat garam asin maka perbuatan garam adalah mengasinkan apa apa yang diliputinya sesuai dengan kemampuan garam. Hal yang samapun berlaku kepada diri kita yang sesungguhnya adalah Ruh, dimana Ruh telah disifatkan Asmaul Husna oleh Allah SWT. Jika Ruh telah memiliki sifat Asmaul Husna maka perilaku Ruh yang tidak lain adalah Asmaul Husna maka perbuatan Ruhpun harus sesuai dengan Asmaul Husna. 

Rasulullah SAW bersabda: “Maukah kalian aku tunjukkan orang yang haram (tersentuh) api neraka? Para sahabat berkata, iya, wahai Rasulullah. ‘Beliau menjawab (haram tersentuh api neraka) adalah Hayyin (orang yang memiliki ketenangan dan keteduhan lahir bathin); Layyin (orang yang lembut berkata dan berbuat); Qarib (orang yang ramah dan menyenangkan) dan Sahl (orang yang gemar mempermudah orang lain)”.
(Hadits Riwayat Ath Thirmidzi, Ibnu Hibban)

Berdasarkan hadits yang kami kemukakan di atas, kebaikan yang utama bagi diri kita yang telah diangkat oleh Allah SWT sebagai Khalifah di muka bumi adalah kita wajib berperilaku yang sesuai dengan Asmaul Husna yang telah menjadi sifat Ruh/Ruhani diri kita. Jika Ruh/Ruhani diri kita telah disifati oleh Allah SWT dengan Ar Rachman (Yang Maha Pengasih) dan Ar Rahiem (Yang Maha Penyayang) berarti perbuatan dan perilaku diri kita harus pula mencerminkan perilaku Pengasih dan Penyayang pula. Jika ini kita laksanakan berarti kita sudah bertindak apa yang dinamakan dengan Layyin (sesuai kata dengan perbuatan).  

Sekarang bagaimana jika Ruh/Ruhani diri kita telah disifati dengan Asmaul Husna Ar Razaaq berarti perilaku kita setelah memperoleh Rezeki dari Allah SWT maka rezeki itu tidak untuk kepentingan diri sendiri, melainkan harus pula dibelanjakan di jalan Allah melalui infaq, shadaqah ataupun wakaf. Jika tidak berarti perilaku diri kita seperti garam yang sudah tidak asin lagi. Demikian seterusnya dengan sifat sifat Ruh/Ruhani yang lainnya yang telah disifati dengan Asmaul Husna.

 Untuk itu mari kita renungkan apa yang dinamakan dengan sambal lado, dimana sambal lado merupakan gabungan dari bumbu bumbu yang disatukan seperti cabai, garam, tomat, terasi, gula dan lain sebagainya. Setiap dzat yang dipersatukan semuanya mempertontonkan dan mempertunjukkan sifat sifat yang dimilikinya, seperti cabai dengan pedasnya, garam dengan asinnya, tomat dengan rasa tomatnya, gula dengan rasa manisnya. Hasil akhir dari itu semua adalah sambal lado yang enak dan lezat.

Sekarang apa jadinya jika garam yang memiliki sifat asin menahan rasa asinnya? Kurang asin atau kurang garam akan menyebabkan sambal lado menjadi kurang enak.  Hal yang samapun berlaku dalam kehidupan manusia, jika sampai sifat Ruh/Ruhani ditahan dalam pergaulan sehari hari atau jika sampai sifat pengasih dan penyayang tidak ada di dalam kehidupan bermasyarakat maka hidup terasa hambar dan terjadilah apa yang dinamakan kebencian, kecurigaan serta tindas menindas karena hilangnya rasa welas asih di antara sesama manusia. Demikian seterusnya dengan Asmaul Husna yang lain yang harus menjadi perilaku diri kita saat hidup di muka bumi ini. 

Inilah salah satu bentuk kebaikan dalam kerangka ibadah Ikhsan yang utama dalam kehidupan kita. Ingat, kondisi ini baru bisa kita lakukan jika kita tahu dan mengerti bahwa Ruh/Ruhani adalah jati diri manusia yang sesungguhnya yang telah disifati oleh Allah SWT dengan Asmaul Husna. Sekarang semuanya tergantung kepada diri kita sendiri, maukah menjadikan sifat alamiah Ruh/Ruhani menjadi perbuatan diri kita seperti garam yang mampu yang berperilaku mengasinkan apa apa yang diliputinya. Jika kita tidak mampu berarti diri kita sama dengan garam yang sudah tidak asin lagi. Garam yang sudah tidak asin lagi berarti ia tidak bisa menyandang gelar garam atau bahkan bisa menyandang gelar jadam.  

Sekarang mari kita lihat sambal lado, sambal lado merupakan campuran dari berbagai bahan baku yang kesemuanya wajib mempertunjukkan sifat dan perbuatannya masing masing. Cabai harus menunjukkan pedasnya, garam harus menunjukkan asinnnya, bawang, tomat harus pula menunjukkan sifat dan perbuatannya masing masing. Akan tetapi melalui sebuah olahan yang baik dan benar maka lahirlah sambal lado yang enak.

Sekarang apa jadinya jika garam tidak mau menunjukkan sifat dan perbuatannya dalam hal ini asin yang mengasinkan, maka hambarlah sambal lado dimaksud karena kurang garam. Hal yang samapun berlaku dalam kehidupan sehari hari, dimana setiap orang wajib mempertunjukkan perilaku Asmaul Husna yang dimilikinya. Jika semua orang melakukan apa yang kami kemukakan maka terjadilah suasana aman tentram saling mengasihi di tengah masyarakat. Akan tetapi jika orang yang telah memiliki perilaku Asmaul Husna menahan perilakunya dengan tidak berbuat yang sesuai dengan Asmaul Husna terjadilah kehidupan yang mementingkan diri sendiri. Kondisi inilah yang dikehendaki Syaitan namun dibenci Allah SWT.  

B.   MENSIASIAKAN JANJI JANJI ALLAH SWT

Berdasarkan surat Al Baqarah (2) ayat 186 di bawah ini, mengajukan permohonan doa kepada Allah SWT merupakan hak dari diri kepada Allah SWT dan Allah SWT berjanji kepada diri kita akan mengabulkan permohonan diri kita sepanjang syarat dan ketentuan yang dikehendaki Allah SWT kita penuhi, dalam hal ini memenuhi segala perintah dan larangan Allah SWT yang dilanjutkan dengan beriman kepada Allah SWT. Jika sampai doa yang kita ajukan kepada Allah SWT tidak dikabulkan oleh Allah SWT ini berarti kita telah berbuat keburukan karena telah membuang kesempatan yang telah diberikan oleh Allah SWT.

dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.
(surat Al Baqarah (2) ayat 186)

Agar diri kita tidak berbuat keburukan karena mensiasiakan hak diri kita yaitu diperbolehkan untuk mengajukan permohonan melalui doa kepada Allah SWT. Kiranya inspirasi di bawah ini dapat kita jadikan pedoman agar diri kita mampu memperoleh apa apa yang telah dijanjikan oleh Allah SWT atau agar diri kita berbuat keburukan karena telah mensiasiakan kesempatan untuk berdoa namun hasilnya sia sia belaka. Setelah mengetahui hal hal yang mengakibatkan doa kita tidak dikabulkan oleh Allah SWT selanjutnya jadikan kesempatan untuk berdoa kepada Allah SWT merupakan hak diri kita yang patut kita jadikan modal dasar di dalam mengarungi hidup dan kehidupan. 

Seseorang bertanya kepada Ali bin Abi Thalib ra, bukankah  Allah berfirman ‘Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu” (Q.S. al-Mukmin: 60), lalu mengapa ketika kami berdoa, tetapi tidak dikabulkan? Sayidina Ali menjawab, “Sebab hati kamu keliru dalam delapan hal: (1). Engkau mengenal Allah, tetapi tidak memenuhi hak-Nya; (2). Engkau beriman kepada Rasul-Nya, tetapi menentang sunnahnya; (3). Engkau membaca kitab-Nya, tetapi tidak beramal dengannya; (4). Engkau takut kepada neraka, tetapi selalu berbuat dosa yang mendekatkanmu kepadanya; (5). Engkau ingin masuk surga, tetapi banyak berbuat maksiat yang menjauhkanmu darinya; (6). Engkau makan rezeki-Nya, tetapi tidak mensyukurinya; (7). Engkau menyatakan memusuhi setan, tetapi menjadi temannya; (8). Engkau melihat kesalahan orang lain, dan melupakan dosamu sendiri. Maka bagaimana mungkin Allah mengabulkan doamu, sementara engkau sendiri menutup pintu pegabulannya. Karenanya, berkatakwalah kepada Allah dan tingkatkan amal ibadah, sucikan niat dan laksanakan amar ma’ruf nahi munkar, barulah Allah mengabulkan doa-doa kita.

Selanjutnya berikut ini akan kami kemukakan beberapa hak diri kita yang siap diberikan oleh Allah SWT sepanjang diri kita beriman kepada Allah SWT. Akan tetapi hal hal yang akan kami kemukakan akan menjadi keburukan jika kita tidak mampu menjadikan sesuatu yang menjadi hak diri kita menjadi sesuatu yang kita siasiakan saat kita  hidup di muka bumi ini.

Berdasarkan surat Al Mu’minun (23) ayat 1 dikemukakan hak orang yang beriman adalah menjadi orang yang beruntung. Namun jika kemalangan atau keburukan yang kita raih dan rasakan berarti kita telah berbuat keburukan yang dikehendaki Syaitan.


Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman,
(surat Al Mu’minun (23) ayat 1)

dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini bahwasanya Al Quran Itulah yang hak dari Tuhan-mu lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepadanya dan Sesungguhnya Allah adalah pemberi petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus.
(surat Al Hajj (22) ayat 54)

dan Sesungguhnya Kami telah mengutus sebelum kamu beberapa orang Rasul kepada kaumnya, mereka datang kepadanya dengan membawa keterangan-keterangan (yang cukup), lalu Kami melakukan pembalasan terhadap orang-orang yang berdosa[1175]. dan Kami selalu berkewajiban menolong orang-orang yang beriman.
(surat Ar Ruum (30) ayat 47)

[1175] Dengan kedatangan Rasul-rasul yang cukup membawa keterangan-keterangan kepada kaumnya itu, Maka sebahagian mereka mempercayainya dan sebahagian lagi mendustakannya bahkan sampai ada yang menyakitinya. Maka terhadap orang yang berdosa seperti itu Allah menyiksa mereka.

Sedangkan berdasarkan surat Al Hajj (22) ayat 54 di atas dikemukakan bahwa hak orang yang beriman selalu diberi petunjuk oleh Allah SWT sehingga orang yang beriman tidak akan sesat lagi menyesatkan orang lain. Di lain sisi berdasarkan surat Ar Ruum (30) ayat 47 di atas dikemukakan bahwa hak orang yang beriman adalah selalu ditolong oleh Allah SWT sehingga segala urusannya selalu dilancarkan dan dibantu. Dan masih banyak lagi hak orang yang beriman yang siap diberikan oleh Allah SWT. Hal yang harus kita jadikan pedoman adalah jangan sampai karena kebodohan kita sendiri sesuatu yang sudah menjadi hak diri kita tidak bisa kita nikmati karena kita berbuat keburukan.

C.   BERBUAT  ZHALIM

Berdasarkan surat An Naml (27) ayat 11 di bawah ini, salah satu bentuk keburukan yang bertentangan dengan ibadah Ikhsan adalah berbuat Zhalim atau berperilaku Zhalim saat hidup di muka bumi. Zhalim atau kezhaliman mempunyai beragam bentuk, salah satunya yaitu syirik. Sementara kalimat zhalim dapat digunakan sebagai bentuk dari sifat yang tak berperikemanusiaan, bengis, kemungkaran, gemar melihat kesengsaraan dan penderitaan orang lain, ketidakadilan, dan lain sebagainya berdasarkan pengertian zhalim itu sendiri.

tetapi orang yang Berlaku zalim, kemudian ditukarnya kezalimannya dengan kebaikan (Allah akan mengampuninya); Maka seaungguhnya aku Maha Pangampun lagi Maha Penyayang.
(surat An Naml (27) ayat 11)

Perbuatan zhalim termasuk sifat yang hina dan keji serta bertentangan dengan fitrah dan akhlak manusia, dimana seharusnya melakukan kebaikan. Berdasarkan Al-Quran sendiri, pengertian zhalim sendiri terdiri dari beberapa jenis, yaitu diantaranya menurut beberapa surat di bawah ini:

a.      Menurut surat Huud (11) ayat 101, makna zhalim yaitu manusia yang menyembah selain kepada Allah.

dan Kami tidaklah Menganiaya mereka tetapi merekalah yang Menganiaya diri mereka sendiri, karena itu Tiadalah bermanfaat sedikitpun kepada mereka sembahan-sembahan yang mereka seru selain Allah, di waktu azab Tuhanmu datang. dan sembahan-sembahan itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali kebinasaan belaka.
(surat Huud (11) ayat 101)

b.      Menurut surat Al-Kahfi (18) ayat 35, makna zhalim menurut surat ini berarti merupakan sifat keangkuhan maupun perbuatan dari kekafirannya.

dan Dia memasuki kebunnya sedang Dia zalim terhadap dirinya sendiri[882]; ia berkata: "Aku kira kebun ini tidak akan binasa selama-lamanya,
(surat Al Kahfi (18) ayat 35.

[882] Yaitu: dengan keangkuhan dan kekafirannya.

c.      Menurut surat Al-Maaidah (5) ayat 47, makna kata zhalim menurut surat ini berarti  merugikan orang dan menuruti amarah atau hawa nafsu.

dan hendaklah orang-orang pengikut Injil, memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah didalamnya[419]. Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik[420].
(surat Al Maaidah (5) ayat 47)

[419] Pengikut pengikut Injil itu diharuskan memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah didalam Injil itu, sampai pada masa diturunkan Al Quran.
[420] Orang yang tidak memutuskan perkara menurut hukum Allah, ada tiga macam: a. karena benci dan ingkarnya kepada hukum Allah, orang yang semacam ini kafir (surat Al Maa-idah ayat 44). b. karena menurut hawa nafsu dan merugikan orang lain dinamakan zalim (surat Al Maa-idah ayat 45). c. karena Fasik sebagaimana ditunjuk oleh ayat 47 surat ini.

d.     Menurut surat Al-Ankabuut (29) ayat 46, orang zhalim menurut surat ini yaitu orang yang masih tetap membantah meskipun sudah diberikan penjelasan dan keterangan kepadanya melalui cara paling baik, serta tetap mengutamakan permusuhan.

dan janganlah kamu berdebat denganAhli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim di antara mereka[1154], dan Katakanlah: "Kami telah beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada Kami dan yang diturunkan kepadamu; Tuhan Kami dan Tuhanmu adalah satu; dan Kami hanya kepada-Nya berserah diri".
(surat Al Ankabuut (29) ayat 46)

[1154] Yang dimaksud dengan orang-orang yang zalim Ialah: orang-orang yang setelah diberikan kepadanya keterangan-keterangan dan penjelasan-penjelasan dengan cara yang paling baik, mereka tetap membantah dan membangkang dan tetap menyatakan permusuhan.

e.      Menurut surat Al-Anbiyaa (21) ayat 13, orang zhalim itu ketika merasakan azab dari Allah akan melarikan diri, kemudian orang yang beriman pun mengatakan pada orang zhalim secara mencemooh supaya mereka pun di tempat yang semula serta menikmati semua kelezatan hidup seperti biasanya dengan menjawab semua pertanyaan yang dihadapkan untuk mereka.

janganlah kamu lari tergesa-gesa; Kembalilah kamu kepada nikmat yang telah kamu rasakan dan kepada tempat-tempat kediamanmu (yang baik), supaya kamu ditanya[953].
(surat Al Anbiyaa (21) ayat 13)

[953] Maksudnya: orang yang zalim itu di waktu merasakan azab Allah melarikan diri, lalu orang-orang yang beriman mengatakan kepada mereka dengan secara cemooh agar mereka tetap ditempat semula dengan menikmati kelezatan-kelezatan hidup sebagaimana biasa untuk Menjawab pertanyaan-pertanyaan yang akan dihadapkan kepada mereka.

Sedangkan menurut hadist shahih yang diriwayatkan Ibnu Sirin, dimana Nabi Muhammad SAW mengatakan ”diantara jenis atau bentuk kezhaliman dari seseorang kepada saudaraya yaitu jika ia telah menyebutkan suatu keburukan yang diketahui oleh saudaranya serta menyembunyikan semua kebaikannya.” Berdasarkan kisah dari Abu Dzar Al-Ghifari dimana ketika Rasulullah memperoleh wahyu Allah, dan Allah pun berfirman, “Wahai hamba-Ku, aku sesungguhnya telah mengharamkan suatu kezhaliman terhadap diri-Ku, Aku pun telah menetapkan kezhaliman itu haram bagi kalian, untuk itu janganlah kalian berlaku zhalim.

Berdasarkan hadist yang lainnya, dimana Rasulullah SAW pun menyatakan dimana setiap orang harus takut akan kezhamilan sebab yang namanya kezhaliman merupakan kegelapan yang akan terjadi di hari kiamat. Berdasarkan penjelasan diatas, kita bisa memahami apa pengertian zhalim agama Islam, baik menurut Al-Quran maupun hadist. Perbuatan zhalim adalah perbuatan yang sangat dikehendaki oleh syaitan sang laknatullah.



Maka Apakah orang yang dijadikan (syaitan) menganggap baik pekerjaannya yang buruk lalu Dia meyakini pekerjaan itu baik, (sama dengan orang yang tidak ditipu oleh syaitan)? Maka Sesungguhnya Allah karena Kesedihan terhadap mereka. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat.
(surat Faathir (35) ayat 8)

Untuk itu perhatikanlah apa yang dikemukakan Allah SWT dalam surat Faathir (35) ayat 8 di atas, dikatakan bahwa orang yang telah dipengaruhi oleh syaitan, orang yang telah menjadikan syaitan sebagai pemimpinnya, akan memandang baik segala perbuatan buruk yang telah dilakukannya. Adanya kondisi ini bukan tidak mungkin orang yang telah berlaku zhalim tidak sadar bahwa ia telah melakukan perbuatan yang tidak disukai Allah SWT akibat pengaruh syaitan. Hasil akhir dari itu semua adalah Allah SWT lepas tangan kepada diri kita lalu bersiaplah merasakan panasnya api neraka yang panasnya 70 (tujuh puluh) kali api dunia. 

D.   MELANGGAR BATAS

Berdasarkan surat Al Ahjzab (33) ayat 52 di bawah ini, salah satu bentuk keburukan yang bertentangan dengan ibadah Ikhsan adalah berbuat sesuatu yang melanggar batas atau tidak sesuai apa yang telah ditetapkan berlaku. Salah satu contohnya adalah seorang lelaki bisa menikah lebih dari satu kali dengan catatan ia tidak boleh menikah lebih dari empat kali atau ia tidak bisa mengganti istrinya yang sah dengan wanita lain karena kecantikannya lebih menarik dibandingkan dengan istrinya yang sah. Jika ini terjadi maka terjadilah apa yang dinamakan dengan melanggar batas. Kondisi ini tidak dikehendaki oleh Allah SWT namun dikehendaki oleh Syaitan.

tidak halal bagimu mengawini perempuan-perempuan sesudah itu dan tidak boleh (pula) mengganti mereka dengan isteri-isteri (yang lain), meskipun kecantikannya menarik hatimu kecuali perempuan- perempuan (hamba sahaya) yang kamu miliki. dan adalah Allah Maha mengawasi segala sesuatu[1227].
(surat Al Ahzab (33) ayat 52)

[1227] Nabi tidak dibolehkan kawin sesudah mempunyai isteri-isteri sebanyak yang telah ada itu dan tidak pula dibolehkan mengganti isteri-isterinya yang telah ada itu dengan menikahi perempuan lain.

Selain daripada itu, berdoa kepada Allah SWT adalah hak diri kita yang diperkenankan oleh Allah SWT. Namun hak yang diperkenankan oleh Allah SWT akan melampaui batas jika kita melakukannya dengan suara yang keras lagi memekakkan telinga. Padahal yang dikehendaki oleh Allah SWT adalah lakukan berdoa dengan berendah diri dihadapan Allah SWT serta bersuara lemah lembut.

Alangkah ruginya kita yang telah diberi hak untuk berdoa kepada Allah SWT justru kita sendiri yang mensiasiakannya dengan meminta sesuatu yang melebihi batas serta cara meminta dengan yang tidak pantas seperti bersuara keras saat berdoa seolah olah Allah SWT jauh dan juga seolah olah Allah SWT tidak mendengar apa yang kita minta. Ingat, Allah SWT pasti akan mengabulkan doa yang kita panjatkan sepanjang syarat dan ketentuan berlaku telah mampu kita penuhi.
  

Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas[549].
dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah Amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.
(surat Al A’raaf (7) ayat 55 dan 56)

[549] Maksudnya: melampaui batas tentang yang diminta dan cara meminta.

Di lain sisi jika saat kita berdoa kepada Allah SWT menunjukkan bahwa diri kita lemah, diri kita tidak mampu, diri kita butuh pertolongan, diri kita butuh perlindungan dan lain sebagainya, yang kesemuanya menunjukkan bahwa yang butuh dengan Allah SWT adalah diri kita. Lalu alangkah naifnya jika kita yang butuh dengan Allah SWT justru berbuat dan bertindak yang berseberangan dengan kehendak Allah SWT? 

mereka tidak memelihara (hubungan) Kerabat terhadap orang-orang mukmin dan tidak (pula mengindahkan) perjanjian. dan mereka Itulah orang-orang yang melampaui batas.
(surat At Taubah (9) ayat 10)

Selanjutnya berdasarkan surat At Taubah (9) ayat 10 di bawah ini, termasuk perbuatan  melampaui batas adalah tindakan memutuskan hubungan kekerabatan dalam persaudaraan mukmin serta melanggar perjanjian apa yang telah menjadi sebuah kesepakatan bersama tanpa memandang suku, agama, warna kulit dan ras. Kita tidak bisa melanggar kesepakatan hanya karena ada perbedaan agama, perbedaan suku, perbedaan warna kulit dan juga ras. Kesepakatan harus tetap dilaksanakan sepanjang perjanjian belum dibatalkan oleh para pihak.

E.   IRI, DENGKI, HASAD

Berdasarkan surat Ali Imran (3) ayat 120 dan surat At Taubah (9) ayat 50 dan 51 di bawah ini, salah satu bentuk keburukan yang bertentangan dengan ibadah Ikhsan adalah berbuat iri, berbuat dengki, hasad kepada orang lain, Hal ini ditunjukkan saat orang lain memperoleh kebaikan kita justru bersedih hati atau saat orang mendapat bencana kita justru bergembira atau senang melihat orang susah atau susah melihat orang senang. Kondisi inilah yang disebut dengan keburukan, sesuatu yang sangat dikehendaki Syaitan. Bayangkan yang seharusnya kita turut prihatin atas musibah atau bencana yang dialami orang lain lalu turut membantu orang tersebut. Namun perbuatan kita justru bergembira di atas musibah orang lain atau justru lari meninggalkan mereka. Lalu kemanakah perginya rasa kasih sayang yang ada di dalam diri padahal Ruh/Ruhani telah disifati dengan sifat pengasih dan penyayang?


jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan.
(surat Ali Imran (3) ayat 120)

jika kamu mendapat suatu kebaikan, mereka menjadi tidak senang karenanya; dan jika kamu ditimpa oleh sesuatu bencana, mereka berkata: "Sesungguhnya Kami sebelumnya telah memperhatikan urusan Kami (tidak pergi perang)" dan mereka berpaling dengan rasa gembira.
Katakanlah: "Sekali-kali tidak akan menimpa Kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah pelindung Kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal."
(surat At Taubah (9) ayat 50 dan 51)

Sebagai makhluk yang telah diciptakan oleh Allah SWT sebagai makhluk yang terhormat maka sudah sepatutnya kita berperilaku terhormat sesuai dengan kehormatan yang kita miliki. Jika kita telah disifati oleh Allah SWT dengan sifat kasih sayang maka sudah sepatutnya kita berkasih sayang pula kepada sesama. Jika tidak maka kita tidak pantas lagi menyandang gelar makhluk yang terhomat. Perbuatan iri, dengki dan hasad bukanlah ciri dari orang yang beriman, melainkan ciri orang yang paling disukai oleh Syaitan. Selanjutnya jika iri, dengki dan hasad bukan menjadi ciri orang yang beriman, maka jangan pernah menjadikan perbuatan menjadi perbuatan diri kita karena resiko yang harus kita tanggung sangatlah berat.

F.    TIDAK MAU BERSYUKUR

Berdasarkan surat Al A’raaf (7) ayat 94 sampai 96 di bawah ini, salah satu bentuk keburukan yang bertentangan dengan ibadah Ikhsan adalah tidak mau bersyukur. Syukur mudah diucapkan, tetapi sulit untuk dilaksanakan sebab ungkapan rasa Syukur tidak cukup hanya dengan mengucapkan Terima Kasih. Untuk dapat dikatakan kita telah bersyukur, tentu harus ada parameter lainnya selain Terima Kasih. Sebagai contoh, jika kita diberi Hadiah berupa Baju Koko kemudian Baju Koko tersebut dipakai untuk membersihkan mobil, apakah hal ini sudah dikatakan bersyukur walaupun kita sudah mengucapkan terima kasih?

Kami tidaklah mengutus seseorang nabipun kepada sesuatu negeri, (lalu penduduknya mendustakan Nabi itu), melainkan Kami timpakan kepada penduduknya kesempitan dan penderitaan supaya mereka tunduk dengan merendahkan diri.
kemudian Kami ganti kesusahan itu dengan kesenangan hingga keturunan dan harta mereka bertambah banyak, dan mereka berkata: "Sesungguhnya nenek moyang Kamipun telah merasai penderitaan dan kesenangan", Maka Kami timpakan siksaan atas mereka dengan sekonyong-konyong sedang mereka tidak menyadarinya.
Jikalau Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, Maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.
(surat Al A’raaf (7) ayat 94 s/d 96)

Terima Kasih bukanlah ungkapan syukur, melainkan adab dan sopan Santun jika kita menerima sesuatu. Untuk itu setelah menerima Baju Koko, maka kita harus dapat meletakkan dan menempatkan Baju Koko dan juga pemberi Baju Koko, sebagai berikut:

a.      Baju Koko bukanlah sarana atau alat bantu untuk membersihkan Mobil, apabila kita melakukannya berarti kita telah keluar dari maksud dan tujuan dihadiahkannya Baju Koko kepada kita.
b.      Menerima sebuah Pemberian tidak terlepas dari menyenangkan hati pemberi Hadiah.
c.      Memakai Baju Koko sesuai dengan peruntukkannya merupakan penghormatan kepada pemberi Hadiah.

Ketiga ketentuan yang kami kemukakan di atas, berlaku secara umum dan harus kita laksanakan dalam rangka menjaga hubungan yang harmonis antar sesama umat manusia. Sekarang mari kita perhatikan diri kita sendiri yang telah diberikan Ruh yang berasal dari Nur-Nya Allah SWT, lalu juga telah diberikan Jasmani yang begitu canggih oleh Allah SWT, serta diri kita juga telah diberikan Amanah 7 yang berasal dari sifat Ma’ani Allah SWT.

Selain daripada itu Allah SWT juga telah mensibhghah Ruh/Ruhani diri kita dengan Asmaul Husna-Nya serta Allah SWT juga telah memberikan Af’idah, Akal, Hubbul serta Diinul Islam kepada diri kita, lalu wajibkah kita bersyukur kepada Allah SWT yang telah memberikan itu semuanya kepada diri kita?  Sampai dengan saat ini, hanya Allah SWT sajalah yang mampu memberikan hal-hal yang kami sebutkan di atas. Jika hal ini adalah kondisi dasar dari yang diberikan Allah SWT kepada diri kita, apakah cukup dengan mengucapkan Terima Kasih saja maka kita sudah dapat dikatakan Mensyukuri segala apa-apa yang telah diberikan Allah SWT? Terima Kasih tidak dapat kita jadikan acuan dan pedoman bagi kesuksesan pelaksanaan Syukur kepada Allah SWT seperti yang dikemukakan Allah SWT dalam surat  Al Baqarah (2) ayat 152 di bawah ini.


karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya aku ingat (pula) kepadamu[98], dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.
(surat Al Baqarah (2) ayat 152)

[98] Maksudnya: aku limpahkan rahmat dan ampunan-Ku kepadamu.


Setiap manusia yang ada di muka bumi ini, termasuk diri kita adalah penerima Ruh, penerima Amanah 7, penerima sibghah Asmaul Husna, penerima Akal dan Perasaan, penerima Hubbul,  penerima Jasmani yang begitu canggih, serta penerima Diinul Islam, lalu sudahkah kita mensyukuri pemberian Allah SWT tersebut? Jika kita ingin bersyukur kepada Allah SWT, maka kita harus berpedoman kepada surat Al Baqarah (2) ayat 152 yang kami kemukakan di atas, karena Allah SWT telah memberikan tuntunannya kepada kita jika ingin bersyukur kepada-Nya, yaitu:

a.      Jika kita bersyukur telah menerima Ruh dari Allah SWT, sudahkah kita melaksanakan pernyataan Ketuhanan kepada Allah SWT?
b.      Jika kita bersyukur telah menerima Ilmu sebagai bagian Amanah 7, lalu sudahkah Ilmu tersebut kita manfaatkan sesuai dengan peruntukkannya dan juga apakah sudah kita ajarkan dengan baik kepada yang membutuhkannya?
c.      Jika kita bersyukur telah menerima Af’idah atau Perasaan dan juga Akal dari Allah  SWT, apakah kita masih juga terus menyakiti orang lain?
d.     Jika kita bersyukur telah menerima Hubbul Maal dari Allah SWT, sudahkan sebahagian RezekiI yang kita peroleh kita zakatkan, infaqkan, untuk orang yang tidak mampu?
e.      Jika kita bersyukur telah menerima Ar Rahman dan Ar Rahhim dari Allah SWT, sudahkah kita berkasih sayang dengan kepada sesama manusia?
f.       Jika kita bersyukur telah menerima Jasmani yang Canggih dari Allah SWT, sudahkah kekuatan yang ada di dalam tubuh kita dipergunakan untuk kebaikan?
g.      Jika kita bersyukur telah menerima Diinul Islam sebagai Agama yang Haq, sudahkah kita menjalankannya secara Kaffah?

Sebagai Khalifah yang tidak lain tamu di muka bumi yang diciptakan oleh Allah SWT, sudahkah kita mampu melaksanakan 7(tujuh) ketentuan yang kami kemukakan di atas sebagai wujud Syukur kita kepada Allah SWT? Selain daripada itu, untuk membuktikan bahwa kita telah mampu bersyukur kepada Allah SWT, kedua hal yang akan kami kemukakan di bawah ini harus sudah mampu kita laksanakan saat hidup di dunia ini, yaitu:

1.      Saat kita bersyukur kepada Allah SWT maka kita harus saling memberi dan saling menerima, contohnya setelah menerima Rezeki dari Allah SWT jangan simpan Rezeki itu untuk kepentingan diri sendiri saja, bagilah kepada yang membutuhkannya maka Allah SWT akan memberikan kembali Rezeki tersebut kepada kita.

dan Barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, Maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik.
(surat Al Israa' (17) ayat 19)

2.      Saat kita bersyukur kepada Allah SWT maka sudah tidak ada lagi Dusta diantara kita dengan Allah SWT, atau jangan pernah mengingkari segala nikmat yang pernah Allah SWT berikan.

karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya aku ingat (pula) kepadamu[98], dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.
(surat Al Baqarah (2) ayat 152)


Sebagai Khalifah yang sedang melaksanakan tugas di muka bumi, sudahkah kita melakukan tindakan-tindakan yang sesuai dengan Kehendak Allah SWT selaku pemberi Ruh, Amanah 7, Af’idah atau Perasaan, Akal, Hubbul serta Diinul Islam? Kami berharap pembaca buku ini termasuk orang-orang yang Tahu dan Mengerti serta paham akan arti dan makna bersyukur kepada Allah SWT terkecuali jika anda berkehendak sesuai dengan apa yang dikehendaki Syaitan.