G.
MUNAFIQ
Berdasarkan surat At
Taubah (9) ayat 107 di bawah ini, salah satu bentuk keburukan yang bertentangan
dengan ibadah Ikhsan adalah berbuat munafiq atau berperilaku munafiq.
Munafik adalah orang yang memiliki sifat nifak. Nifak artinya
menampakkan yang baik dan menyembunyikan yang buruk. Nifak sangat dibenci oleh
Allah SWT sehingga orang yang munafik diancam dengan siksa yang pedih yaitu
ditempatkan di Neraka Jahannam kelak.
Allah SWT memberi ancaman
sangat keras karena nifak merupakan sifat yang sangat berbahaya. Dalam
peribahasa, kita sering mendengar istilah ”ular berkepala dua”, ”bermuka dua”
dan ”lain di mulut lain di hati”. Semuanya itu menggambarkan sifat nifak yang
sangat dibenci oleh semua orang. Seorang munafik bisa sangat berbahaya karena
kepandaiannya menyembunyikan kebenaran. Ia sangat pandai bermuka manis, bahkan
kepada orang yang ia musuhi atau orang yang hendak ia tipu atau celakai.
dan (di antara orang-orang munafik itu) ada orang-orang yang mendirikan
masjid untuk menimbulkan kemudharatan (pada orang-orang mukmin), untuk
kekafiran dan untuk memecah belah antara orang-orang mukmin serta menunggu
kedatangan orang-orang yang telah memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak
dahulu[660]. mereka Sesungguhnya bersumpah: "Kami tidak menghendaki selain
kebaikan." dan Allah menjadi saksi bahwa Sesungguhnya mereka itu adalah
pendusta (dalam sumpahnya).
(surat At Taubah (9) ayat 107)
[660] Yang dimaksudkan dengan orang yang telah
memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu ialah seorang pendeta Nasrani
bernama Abu 'Amir, yang mereka tunggu-tunggu kedatangannya dari Syiria untuk
bersembahyang di masjid yang mereka dirikan itu, serta membawa tentara Romawi
yang akan memerangi kaum muslimin. akan tetapi kedatangan Abu 'Amir ini tidak
Jadi karena ia mati di Syiria. dan masjid yang didirikan kaum munafik itu
diruntuhkan atas perintah Rasulullah s.a.w. berkenaan dengan wahyu yang
diterimanya sesudah kembali dari perang Tabuk.
Dalam sejarah Islam,
kelihaian orang munafik telah menyebabkan Nabi Muhammad saw. dan pasukan
muslimin menderita kerugian. Gara-gara tindakan munafik, sebagian tentara Islam
membelot sehingga kaum muslimin mengalami kekalahan dalam Perang Uhud. Banyak
sekali ayat Al-Qur’an yang berbicara tentang sifat munafik. Di antaranya
terdapat dalam empat ayat Al-Qur’an sebagai berikut. Orang munafik merasa
berhasil dengan tipuannya, tetapi dibantah oleh Allah. Oleh karena itu, kita
dianjurkan untuk bersikap hati-hati tehadap orang munafik. Kita harus mengecek
kebenaran berita yang mereka sampaikan secara baik dan benar.
Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan
membalas tipuan mereka[364]. dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka
berdiri dengan malas. mereka bermaksud riya[365] (dengan shalat) di hadapan
manusia. dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali[366]. [0]
(Surat An-Nisaa’(4) ayat 142)
[364] Maksudnya: Alah membiarkan mereka dalam
pengakuan beriman, sebab itu mereka dilayani sebagai melayani Para mukmin.
dalam pada itu Allah telah menyediakan neraka buat mereka sebagai pembalasan
tipuan mereka itu.
[365] Riya Ialah: melakukan sesuatu amal tidak
untuk keridhaan Allah tetapi untuk mencari pujian atau popularitas di
masyarakat.
[366] Maksudnya: mereka sembahyang hanyalah
sekali-sekali saja, Yaitu bila mereka berada di hadapan orang.
Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang
paling bawah dari neraka. dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang
penolongpun bagi mereka.
(surat An Nisaa’ (4) ayat 15)
(ingatlah), ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya berkata: "Mereka itu (orang-orang mukmin) ditipu oleh agamanya". (Allah berfirman): "Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, Maka Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana".
(surat Al Anfaal (8) ayat 49)
Sekarang bagaimana perasaan kita jika
dikhianati oleh orang lain? Pasti kita sedih, kecewa, dongkol, marah campur
aduk menjadi satu. Apalagi jika kita dikhianati oleh teman sendiri. Oleh karena
itu, kita perlu mengetahui ciri-ciri orang munafik. Ciri-ciri orang munafik
dapat kita temukan dalam hadits yang
disampaikan Abu Hurairah berikut ini : “Tanda-tanda orang munafik ada tiga,
yaitu: 1) jika berbicara ia berdusta, 2) jika berjanji ia ingkar, dan 3) jika
dipercaya ia berkhianat. (Hadits Riwayat Bukhari). Sifat nifak akan
mendatangkan akibat-akibat negatif yang sangat membahayakan, baik bagi
pelakunya maupun orang lain. Di antara akibat-akibat negatif tersebut dapat
kami kemukakan di bawah ini:
a. Perilaku nifak sangat merugikan orang
lain, masyarakat bahkan bangsa dan negara baik secara moril maupun materiil.
b. Orang yang berlaku nifak telah
merugikan dirinya sendiri. Ia tidak akan lagi dipercaya karena kebiasaannya
berbohong,berkhianat, dan ingkar janji.
c. Perilaku nifak dapat merusak tatanan
kehidupan masyarakat karena setiap individu menaruh curiga terhadap individu
lain.
d. Perilaku nifak dapat menyeret
pelakunya ke dasar neraka yang paling dalam.
Dengan kita mengingat
bahaya dan sifat nifak, sudah sepantasnya jika kita berusaha untuk menghindari
sifat tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Perilaku munafik tersebut harus
kita hindari saat menjalin hubungan dengan orang lain di tengah masyarakat.
Dengan menjauhi perilaku munafik, hubungan silaturahmi bersama masyarakat akan
terjalin kukuh. Kita akan terhindar dari kesalahpahaman yang bisa menyebabkan
kesatuan dan persatuan di antara kita terganggu.
H.
DURHAKA KEPADA ORANG TUA
Berdasarkan surat Al
Ahqaaf (46) ayat 17 dan 18 di bawah ini, salah satu bentuk keburukan yang
bertentangan dengan ibadah Ikhsan adalah durhaka kepada orang tua yang
melahirkan diri kita. Inilah salah satu keburukan yang sangat dibenci oleh
Allah SWT namun sangat dikehendaki oleh Syaitan sang laknatullah.
dan orang yang berkata kepada dua orang ibu bapaknya: "Cis bagi
kamu keduanya, Apakah kamu keduanya memperingatkan kepadaku bahwa aku akan
dibangkitkan, Padahal sungguh telah berlalu beberapa umat sebelumku? lalu kedua
ibu bapaknya itu memohon pertolongan kepada Allah seraya mengatakan:
"Celaka kamu, berimanlah! Sesungguhnya janji Allah adalah benar".
lalu Dia berkata: "Ini tidak lain hanyalah dongengan orang-orang dahulu
belaka".
mereka Itulah orang-orang yang telah pasti ketetapan (azab) atas mereka
bersama umat-umat yang telah berlalu sebelum mereka dari jin dan manusia.
Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang merugi.
(surat Al Ahqaaf (46) ayat 17 dan 18)
Sebagai Khalifah yang sedang menjalankan tugas di muka bumi
yang diciptakan oleh Allah SWT, ada beberapa pertanyaan yang akan kami ajukan,
yaitu: (a) dapatkah kita menjalankan tugas sebagai Khalifah di muka bumi jika
kita tidak pernah dilahirkan ke muka bumi? ; (b) Dapatkah kita merasakan
enaknya menjadi seorang Pengusaha, merasakan enaknya menjadi Orang Kaya,
merasakan enaknya menjadi Eksekutif, Yudikatif, Legislatif, atau merasakan
enaknya menimang cucu, atau menikmati kesenangan hidup, jika kita tidak pernah
dilahirkan ke muka bumi? ; (c) Dapatkah proses Regenerasi kekhalifahan di muka
bumi yang saat ini kita jalankan terjadi, sedangkan diri kita tidak pernah
dilahirkan ke muka bumi?
Jawaban dari pertanyaan di atas adalah tegas yaitu
tanpa pernah dilahirkan ke muka bumi, maka diri kita tidak akan pernah bisa
melaksanakan tugas sebagai Khalifah di muka bumi, atau kita juga tidak akan
mungkin melaksanakan proses Regenerasi kekhalifahan serta tidak akan pernah
merasakan kesenangan yang ada di dunia ini.
Dia menciptakan kamu dari
seorang diri kemudian Dia jadikan daripadanya isterinya dan Dia menurunkan
untuk kamu delapan ekor yang berpasangan dari binatang ternak. Dia menjadikan
kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan[1306]. yang
(berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan yang mempunyai kerajaan.
tidak ada Tuhan selain dia; Maka bagaimana kamu dapat dipalingkan?
(surat Az Zumar (39) ayat 6)
[1306] Tiga kegelapan itu ialah kegelapan dalam perut, kegelapan dalam
rahim, dan kegelapan dalam selaput yang menutup anak dalam rahim.
Selanjutnya untuk dapat lahir ke dunia ini, tentu
kita tidak bisa ada dengan sendirinya sehingga kita harus dilahirkan terlebih
dahulu, lalu siapakah yang melahirkan diri kita? Berdasarkan surat Az Zumar
(39) ayat 6 di atas, keberadaan diri kita bermula dari dalam Rahim seorang ibu
melalui tahap demi tahap, kejadian demi kejadian, yang kemudian lahirlah diri
kita ke dunia dalam keadaan tidak mampu berbuat apapun juga kecuali dengan
Tangisan. Tangisan adalah senjata utama diri kita untuk segala maksud dan
tujuan yang ingin kita peroleh, apakah itu lapar, apakah itu buang air, apakah
itu sakit. Jika sekarang Allah SWT selaku Inisiator yang sekaligus Pencipta dan
Pemilik dari kekhalifahan di muka bumi, memerintahkan kepada diri kita untuk berbakti
kepada orang tua, apakah seruan, perintah Allah SWT ini berlebihan atau apakah
memang sudah seharusnya ini kita lakukan dengan baik.
Jika
kita termasuk orang yang telah beriman maka kita pasti tahu siapa diri kita
yang sesungguhnya dan tahu siapa Allah SWT yang sesungguhnya, maka sudah
sepatutnya dan memang sudah seharusnya kita memenuhi perintah Allah SWT untuk
berbakti kepada orang tua dan juga mertua, atau berbuat baik kepada orang tua
dan juga mertua sebab keberadaan diri kita, istri dan suami kita, di muka bumi
ini tidak akan mungkin pernah terjadi jika tanpa ada ke dua orang tua dan kedua
orang mertua, yang melahirkan kita ke muka bumi ini, yang kemudian mendidik dan
membesarkan kita.
Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh
Tuhanmu Yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat
baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak
kamu karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada
mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang
nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa
yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang
benar[518]". demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya kamu
memahami(nya).
(surat Al An'am (6) ayat 151)
[518] Maksudnya yang dibenarkan oleh syara'
seperti qishash membunuh orang murtad, rajam dan sebagainya.
dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia
dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika
salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya
Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah
kepada mereka Perkataan yang mulia[850].
(surat Al Israa' (17) ayat 23)
[850] Mengucapkan kata Ah kepada orang tua tidak
dlbolehkan oleh agama apalagi mengucapkan kata-kata atau memperlakukan mereka
dengan lebih kasar daripada itu.
Selanjutnya
dengan adanya keterkaitan yang begitu kental dan begitu hebat antara diri kita
dengan orang tua kita, lihatlah hadits yang kami kemukakan di bawah ini. Allah SWT sampai-sampai meletakkan dan
menempatkan baik Ridha-Nya maupun Murka-Nya di bawah Keridhaan dan Kemurkaan
orang tua. Begitu tinggi, begitu mulia, begitu hebat, posisi orang tua
diletakkan oleh Allah SWT dalam struktur keluarga, atau di dalam kerangka
rencana besar kekhalifahan di muka bumi yang diciptakan oleh Allah SWT.
Keridhaan Allah SWT tergantung kepada keridhaan kedua orang tua dan
murka Allah SWT pun terletak pada murka kedua orang tua.
(Hadits Riwayat Al Hakim)
Jika
Allah SWT saja meletakkan dan menempatkan setiap orang tua pada posisi yang
begitu tinggi dan mulia, apakah kita sebagai orang yang dilahirkan, diasuh,
dididik, dibesarkan oleh orang tua, justru akan merendahkan orang tua dengan
berbuat durhaka kepada mereka atau berkata kasar kepada mereka atau bahkan
menelantarkan mereka? Jika sampai diri kita berani berbuat durhaka kepada kepada orang tua, berarti kita telah
menantang Allah SWT dan siap untuk
memperoleh hadiah dari Allah SWT berupa Tiket masuk ke Kampung
Kebinasaan dan Kesengsaraan yaitu Neraka Jahannam.
Anas ra, berkata: Nabi Saw bersabda: Allah ta’ala berfirman: Allah SWT
telah mewahyukan kepada Nabi Musa! Coba tidak karena mereka yang mengucapkan
Syahadat “Lailaha illa Allah” niscaya kutimpakan Jahannam di atas dunia. Wahai
Musa! Coba tidak karena mereka yang bersembah kepadaKu tidaklah Aku lepaskan
mereka yang bermaksiat sekejap matapun. Wahai Musa! Sesungguhnya barangsiapa
beriman kepadaKu adalah makhluk yang termulia dalam pandanganKu. Wahai Musa!
Sesungguhnya sepatah kata dari seorang yang durhaka (terhadap ke dua orang tuanya) adalah sama
beratnya dengan seluruh pasir bumi. Bertanya Nabi Musa: “Siapakah orang yang
durhaka itu, ya TuhanKu?” Ialah orang yang berkata kepada kedua orang tuanya :
“Tidak Tidak” ketika dipanggil.
(Hadits Qudsi Riwayat Abu Nu’aim; 272:225)
Selain
daripada itu, berfikirlah seribu kali atau bahkan jutaan kali sebelum diri kita
durhaka kepada ke dua orang tua karena resikonya sangat luar biasa yaitu sama
beratnya dengan seluruh pasir di bumi. Sekarang tahukah kita berapa jumlah
pasir yang ada di bumi seperti yang dikemukakan dalam hadits qudsi yang kami
kemukakan di atas. Semoga diri kita, anak keturunan kita mampu berbakti kepada
kedua orang tua saat hidup di muka bumi ini.
I.
INGKAR JANJI
Berdasarkan surat Al
Maaidah (5) ayat 13 di bawah ini, salah satu bentuk keburukan yang bertentangan
dengan ibadah Ikhsan adalah melanggar janji atau ingkar dengan janji yang telah
disepakati. Sebagai orang yang terikat dengan janji tentu kita akan kecewa jika
janji dari seseorang yang telah terikat dengan perjanjian melanggar ketentuan
yang telah disepakati. Hal yang sama pun berlaku antara diri kita dengan Allah
SWT dimana kita telah membuat sebuah perjanjian sesaat Ruh/Ruhani dipersatukan
dengan Jasmani.
(tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuki mereka, dan Kami
jadikan hati mereka keras membatu. mereka suka merobah Perkataan (Allah) dari
tempat-tempatnya[407], dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang
mereka telah diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad) Senantiasa akan
melihat kekhianatan dari mereka kecuali sedikit diantara mereka (yang tidak
berkhianat), Maka maafkanlah mereka dan biarkan mereka, Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang berbuat baik.
(surat Al Maaidah (5) ayat 13)
[407] Maksudnya: merobah arti kata-kata, tempat
atau menambah dan mengurangi.
Salah
satu janji manusia kepada Allah SWT ada pada surat Al A’raaf (7) ayat 172
dimana setiap Ruh/Ruhani yang merupakan jati diri manusia yang sesungguhnya
telah menyatakan bertuhankan kepada Allah SWT. Janji yang telah kita nyatakan
saat masih dalam rahim seorang ibu masih berlaku akan terus berlaku sampai
dengan hari kiamat kelak. Janji yang telah kita nyatakan wajib kita tunjukkan,
pertahankan yang pada akhirnya harus kita pertanggungjawabkan kepada Allah SWT.
dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam
dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya
berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul
(Engkau Tuban kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu)
agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam)
adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",
(surat Al A’raaf (7) ayat 172)
Adapun resiko dari
melanggar janji yang telah kita nyatakan ada pada surat Al Maaidah (5) ayat 13
di atas, yaitu pelakunya dikutuk oleh Allah SWT dan juga hati orang yang
melanggar janji menjadi keras seperti batu. Adanya dua buah resiko yang telah
kami kemukakan lalu sudahkah kita merenungi kedua resiko tersebut lalu atau
sanggupkah kita hidup di muka bumi ini di tengah kutukan Allah SWT dan hati
yang keras seperti batu. Jika kita tidak sanggup menghadapi kutukan Allah SWT
dan kerasnya hati yang seperti batu maka segeralah penuhi janji yang pernah
kita lakukan kepada Allah SWT saat ini juga.
J.
BERHUKUM KEPADA HUKUM SELAIN HUKUM ALLAH
SWT
Berdasarkan surat Al
Maaidah (5) ayat 55 dan surat Al An’am (6) ayat 151 sampai 153 dibawah ini,
salah satu bentuk keburukan yang bertentangan dengan ibadah Ikhsan adalah
berhukum kepada hukum selain hukum Allah SWT. Ingat, langit dan bumi beserta
isinya adalah ciptaan Allah SWT dan juga dimiliki Allah SWT dan jika ini
kondisinya maka segala hukum dan ketentuan yang wajib berlaku di muka bumi ini
adalah ketentuan dan hukum Allah SWT. Alangkah tidak tahu diri jika kita yang
sedang menumpang di langit dan di bumi Allah SWT justru kita tidak mau berhukum
dengan hukum yang telah ditetapkan Allah SWT, dalam hal ini adalah Al Qur’an.
Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang
yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk
(kepada Allah)
(surat Al Maaidah (5) ayat 55)
Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh
Tuhanmu Yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat
baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak
kamu karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada
mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang
nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa
yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang
benar[518]". demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya kamu
memahami(nya).
dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang
lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. dan sempurnakanlah takaran dan
timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada sesorang melainkan
sekedar kesanggupannya. dan apabila kamu berkata, Maka hendaklah kamu Berlaku
adil, Kendatipun ia adalah kerabat(mu)[519], dan penuhilah janji Allah[520].
yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat.
dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, Maka
ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain)[152], karena
jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya. yang demikian itu
diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.
(surat Al An’am (6) ayat 150 s/d 153)
[518] Maksudnya yang dibenarkan oleh syara'
seperti qishash membunuh orang murtad, rajam dan sebagainya.
[519] Maksudnya mengatakan yang sebenarnya
meskipun merugikan Kerabat sendiri.
[520] Maksudnya penuhilah segala
perintah-perintah-Nya.
[152] Shalat wusthaa ialah shalat yang di
tengah-tengah dan yang paling utama. ada yang berpendapat, bahwa yang dimaksud
dengan shalat wusthaa ialah shalat Ashar. menurut kebanyakan ahli hadits, ayat
ini menekankan agar semua shalat itu dikerjakan dengan sebaik-baiknya.
Untuk itu mari kita
perhatikan apa yang dikemukakan Allah SWT dalam surat Al Maaidah (5) ayat 55 di
atas hukum yang berlaku di langit dan di bumi Allah SWT adalah hanya Allah SWT
sajalah penolong seluruh umat manusia, sepanjang memenuhi syarat dan ketentuan
yang berlaku. Sedangkan berdasarkan surat Al An’am (6) ayat 150 sampai 153 di
atas, terdapat sepuluh ketentuan hukum yang sudah diberlakukan oleh Allah SWT
yaitu : (1) janganlah kamu mempersekutukan Allah SWT; (2) berbuat baiklah
terhadap kedua orang ibu bapak; (3)
janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan; (4) janganlah
kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji baik yang nampak di antaranya
maupun yang tersembunyi; (5) janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah
SWT; (6) janganlah kamu dekati harta anak yatim; (7) sempurnakanlah takaran dan
timbangan (8) berlaku adil; (9) penuhilah janji Allah; (10) menempuh jalan yang
lurus.
Hal yang harus kita pahami
dengan benar adalah Allah SWT menetapkan ketentuan dan hukum di alam semesta
ini bukanlah untuk kepentingan Allah SWT namun untuk kepentingan diri kita
sendiri, yaitu agar sukses melaksanakan tugas kekhalifahan di muka bumi yang
sesuai dengan kehendak Allah SWT. Sekarang sudahkah sepuluh ketentuan dan hukum
yang kami kemukakan di atas sudah kita
laksanakan dengan sebaik mungkin sebagai bentuk kebaikan dalam kerangka
melaksanakan ibadah Ikhsan? Jika belum berarti kita yang telah menjadi
penumpang atau tamu di muka bumi yang tidak tahu diri, sudahlah menumpang atau
sudahlah menjadi tamu lalu “Tuan Rumah” kita lawan dengan tidak melaksanakan
ketentuan dan hukum yang telah ditetapkan Allah SWT selaku tuan rumah.
Alangkah murkanya Allah
SWT selaku tuan rumah kepada orang yang menumpang atau kepada orang yang
menjadi tamu, dimana keduanya mengabaikan segala hukum dan ketentuan tuan
rumah. Sekarang bayangkan tamu mengatur tuan rumah di rumah tuan rumah,
sedangkan tamu tersebut sedang menumpang di rumah tuan rumah. Jika tuan rumah
marah, tidak suka lalu memasukkan tamu tersebut ke neraka, memang seharusnya
itu terjadi. Semoga kita tidak termasuk orang yang seperti itu.
K.
MENGIKUTI SYAITAN dan MENYEMBAH
BERHALA
Berdasarkan surat Al
Israa’ (17) ayat 53 di bawah ini, salah satu bentuk keburukan yang bertentangan
dengan ibadah Ikhsan adalah mengikuti langkah langkah syaitan. Langkah langkah
syaitan merupakan jalan yang berlawanan dengan apa apa yang dikehendaki Allah
SWT. Hasil akhir dari pelaksanaan mengikuti langkah langkah syaitan akan
membawa kita menuju kampung kesengsaraan dan kebinasaan, yaitu Neraka. Di lain
sisi, Allah SWT sudah menetapkan diri kita untuk bermusuhan dengan Syaitan,
namun alangkah ruginya jika kita yang sudah ditetapkan oleh Allah SWT untuk bermusuhan
dengan Syaitan justru menjadikan Syaitan sebagai teman, sebagai pelindung,
sebagai pemimpin diri kita. Jangan sampai diri kita merubah ketentuan yang
sudah diberlakukan oleh Allah SWT karena resiko yang kita hadapi sangatlah
berat
dan Katakanlah kepada hamha-hamba-Ku: "Hendaklah mereka
mengucapkan Perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya syaitan itu
menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya syaitan itu adalah
musuh yang nyata bagi manusia.
(surat Al Israa’ (17) ayat 53)
Hal yang harus kita
ketahui dengan seksama adalah Syaitan sebagai musuh tentu tidak akan senang
jika musuhnya menang. Syaitan akan terus dan terus berusaha untuk mengalahkan
musuhnya sampai kalah. Syaitan sebagai musuh akan tetap konsisten menjadi musuh
bagi manusia. Sekarang bagaimana dengan diri kita yang telah ditetapkan untuk
bermusuhan dengan Syaitan oleh Allah SWT. Untuk mengalahkan musuh maka kita
harus memiliki ilmu tentang musuh. Kita harus tahu apa kelemahan musuh dan harus tahu pula kekuatan musuh. Ingat,
musuh hanya bisa dikalahkan melalui kelemahan yang dimilikinya. Sekarang
sudahkah kita memiliki ilmu tentang musuh diri kita, dalam hal ini Syaitan?
Prinsip perang adalah jangan pernah berasumsi musuh tidak akan datang,
melainkan bersiaplah menyambut kedatangannya.
Jangan pernah menduga musuh (syaitan) tidak akan menyerang, melainkan buatlah
agar posisi anda tidak bisa diserang”.
(Sun Tzu)
Untuk menambah wawasan
tentang Syaitan sang musuh abadi diri kita, mari kita pelajari apa yang
dikemukakan oleh Allah SWT dalam surat Al An’am (6) ayat 112 di bawah ini.
Syaitan ada dua jenis yaitu syaitan dalam bentuk makhluk halus yang tidak
terlihat (maksudnya jenis jin) dan juga
manusia yang telah berubah menjadi syaitan.
dan Demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap Nabi itu musuh, Yaitu
syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka
membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah
untuk menipu (manusia)[499]. Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak
mengerjakannya, Maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.
(surat Al An’am (6) ayat 112)
[499] Maksudnya syaitan-syaitan jenis jin dan
manusia berupaya menipu manusia agar tidak beriman kepada Nabi.
Kedua jenis syaitan ini
sulit diketahui, jika tanpa adanya petunjuk Al Qur’an. Agar diri kita tidak
mudah digoda dan disesatkan oleh Syaitan tersebut maka kita harus bisa mengenal
sifat sifatnya dan jalan atau caranya untuk menyesatkan manusia. Adapun ciri
ciri yang terdapat di dalam Al Qur’an dapat kami kemukakan sebagai berikut:
a. Membisik bisikan perkataan perkataan
indah dan menarik untuk memperdaya manusia seperti apa yang dikemukakan dalam
surat Al An’am (6) ayat 112 di atas. Apabila ada manusia yang juga membisik
bisikan kata kata yang indah dan menarik untuk mempengaruhi manusia melanggar
hukum Allah SWT maka orang itu bisa termasuk kepada manusia tetapi berhati
syaitan.
b. Suka membujuk bujuk manusia untuk
berbuat maksiat, sehingga mereka menganggap baik segala perbuatan keji dan mungkar
di muka bumi ini.
iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan
bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan
ma'siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya,
(surat Al Hijr (15) ayat 39)
Jika ada orang
yang berusaha untuk mempengaruhi orang lain meninggalkan perintah perintah
Allah SWT dan mengerjakan sesuatu yang dilarangNya, maka itulah manusia
syaitan.
c. Berusaha mencegah orang yang ingin
berjalan di jalan Allah SWT dan jika terdapat manusia yang berusaha menghalangi
orang yang ingin menegakkan agama Allah SWT di muka bumi ini maka itulah
manusia syaitan.
iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya
benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus,
(surat Al A’raf (7) ayat 16)
d. Berusaha menimbulkan pertentangan
dalam masyarakat, sehingga terjadi perselisihan, tuduh menuduh, saling memfitnah
dan melemparkan isu isu beracun, sehingga mengakibatkan permusuhan dan
kekacauan dalam masyarakat.
dan Katakanlah kepada hamha-hamba-Ku: "Hendaklah mereka
mengucapkan Perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya syaitan itu
menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya syaitan itu adalah
musuh yang nyata bagi manusia.
(surat Al Israa’ (17) ayat 53)
Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan peri omusuhan dan
kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan
menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; Maka berhentilah kamu
(dari mengerjakan pekerjaan itu).
(surat Al Maaidah (5) ayat 91)
e. Mencegah orang mengingat Allah SWT
(mendirikan shalat) baik secara langsung maupun secara tidak langsung.
f. Suka menakut nakuti orang orang Islam
dengan berbagai macam ancaman, jika tidak mau mengikuti kehendaknya.
Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaitan yang menakut-nakuti
(kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), karena itu
janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepadaKu, jika kamu
benar-benar orang yang beriman.
(surat Ali Imran (3) ayat 175)
g. Metakut takuti orang Islam dengan
kefakiran dan kemiskinan, bila orang Islam menginfakkan harta bendanya ke jalan
Allah SWT sehingga akhirnya mereka mencari cari alasan untuk tidak
membelanjakan hartanya di jalan Allah SWT.
syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan
menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjadikan untukmu
ampunan daripada-Nya dan karunia[170]. dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi
Maha Mengatahui.
(surat Al Baqarah (2) ayat 268)
[170] Balasan yang lebih baik dari apa yang
dikerjakan sewaktu di dunia.
h. Berusaha menjerumuskan orang Islam
dalam kesesatan, dengan berpura pura menampakkan niat baik berjuang untuk
kepentingan umat Islam, padahal sebenarnya tidak.
Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah
beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan
sebelum kamu ? mereka hendak berhakim kepada thaghut[312], Padahal mereka telah
diperintah mengingkari Thaghut itu. dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka
(dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya.
(surat An Nisaa’ (4) ayat 60)
[312] Yang selalu memusuhi Nabi dan kaum muslimin
dan ada yang mengatakan Abu Barzah seorang tukang tenung di masa Nabi. Termasuk
Thaghut juga: 1. orang yang menetapkan hukum secara curang menurut hawa nafsu.
2. berhala-berhala.
Itulah sebahagian dari
ciri ciri atau sifat sifat syaitan yang terdapat di dalam Al Qur’an. Apabila
ada orang yang mengaku muslim atau mengaku dirinya mukmin atau nampaknya manusia,
tetapi dirinya terdapat sifat dan ciri tersebut, maka itulah syaitan dari jenis
manusia. Hanya mukanya seperti manusia, tetapi hatinya seperti syaitan. Kita
harus berhati hati dengan type manusia yang seperti ini, yang nyata nyata
semakin hari semakin banyak jumlah.
Selanjutnya berdasarkan
surat As Shaaffat (37) ayat 125 di bawah ini, terdapat bentuk lain dari
keburukan yang bertentangan dengan ibadah Ikhsan yaitu menyembah berhala
sehingga meniadakan Allah SWT di langit
dan di bumi yang diciptakan dan di miliki oleh Allah SWT. Adanya berhala yang
kita sembah menjadi Tuhan lain selain Allah SWT sungguh tindakan yang tidak
bisa ditolerir oleh Allah SWT selaku tuan rumah.
Patutkah kamu menyembah Ba'l[1286] dan kamu tinggalkan Sebaik-baik
Pencipta,
(surat Ash Shaaffat (37) ayat 125)
[1286] Ba'l adalah nama salah satu berhala dari
orang Phunicia.
Berikutnya berdasarkan
surat Al Israa’ (17) ayat 26 di bawah ini, bentuk dari keburukan yang juga
bertentangan dengan ibadah Ikhsan adalah menghambur hamburkan harta secara boros untuk kesenangan dunia semata. Tidak mau
memberikan hak hak keluarga dekat. Tidak mau berbagi kepada orang yang miskin
dan juga kepada orang orang yang dalam perjalanan.
dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada
orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu
menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.
(surat Al Israa’ (17) ayat 26)
Selain daripada itu, masih
ada lagi bentuk dari keburukan yang bertentangan dengan ibadah Ikhsan yaitu
terdapat di dalam surat Al Israa’ (17) ayat 37 di bawah ini yaitu berperilaku
sombong. Jika kita sombong di rumah kita sendiri merupakan hal yang biasa biasa
saja. Namun apabila kita sombong di langit dan di muka bumi yang tidak pernah
kita ciptakan bukanlah sesuatu yang biasa biasa saja namun sesuatu tindakan
yang konyol lagi tidak tahu diri.
dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena
Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu
tidak akan sampai setinggi gunung.
(surat Al Israa’ (17) ayat 37)
Bisa kita bayangkan betapa
marahnya Allah SWT kepada orang yang berlaku sombong di tempat yang tidak
pernah diciptakan dan dimilikinya sedangkan orang yang sombong itu juga
diciptakan oleh Allah SWT. Lalu menumpang disana. Lalu memanfaatkan segala
sesuatu yang diciptakan dan yang dimiliki Allah SWT. Hasil akhir dari perilaku
sombong tentulah menjadi tetangga syaitan di neraka jahannam.
Sebagai penutup bab ini,
perkenankan kami mengemukakan sebuah ilustrasi sebagai berikut: Apa yang bisa
diperbuat oleh kesebelasan sekelas Persib Bandung atau sekelas Barcelona jika
yang ada hanya Persib Bandung atau Barcelona saja. Atau apa jadinya kesebelasan
Persib Bandung tanpa kesebelasan Persipura Jayapura atau Barcelona tanpa Real
Madrid? Kehebatan sebuah kesebelasan tidak akan bisa terlihat jika hanya ada
satu kesebelasan sepak bola.
Untuk menentukan suatu
kesebelasan hebat maka diperlukan adanya suatu kompetisi atau sebuah liga
sehingga hasil akhir dari kompetisilah atau liga yang menentukan siapa yang
berhak menyandang juara. Hal yang samapun terjadi di dalam diri kita, dimana
setiap manusia sedang melaksanakan suatu kompetisi melawan Ahwa yang
dibelakangnya ada Syaitan. Adanya kompetisi melawan Ahwa dan Syaitan maka akan
diketahuilah siapakah yang menjadi pemenang dan juga pecundang. Agar diri kita
mampu menjadi pemenang lagi beruntung maka kita harus memiliki ilmu dan
pengetahuan tentang musuh diri kita yang dilanjutkan harus memenuhi kriteria
yang terdapat di dalam surat Al Ashr (103) ayat 1 sampai 3 di bawah ini.
demi masa.
Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat
menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi
kesabaran.
(surat Al Ashr (103) ayat 1 sampai 3)
Berdasarkan
ketentuan surat Al Ashr (103) ayat 1 sampai 3 di atas, jika kita berkeinginan menjadi pemenang lagi
beruntung di dunia dan akhirat kelak, maka kita harus memenuhi 4(empat) buah
ketentuan, yaitu beriman; mengerjakan amal saleh; nasehat menasehati dalam
kebenaran serta nasehat menasehati dalam kesabaran. Inilah 4 (empat) ketentuan
yang harus kita laksanakan saat hidup di muka bumi secara keseluruhan, apabila
ada salah satu ketentuan tidak kita laksanakan maka menjadikan diri kita
pecundang lagi yang merugi sedangkan Allah SWT menghendaki diri kita menjadi
pemenang lagi yang beruntung.
Alangkah ruginya jika kita
yang sudah mampu mengerjakan amal shaleh berupa kebaikan bagi masyarakat luas
serta mampu pula nasehat menasehati dalam kebenaran dan kesabaran namun
kriteria utama yang dipersyaratkan Allah SWT tidak bisa kita penuhi yaitu
beriman kepada Allah SWT. Jika ini kondisinya maka inilah keburukan yang paling
merugikan diri kita yang mengakibatkan seluruh apa apa yang telah kita lakukan
hilang atau sirna begitu. Untuk itu mulai saat ini juga segeralah laksanakan
beriman kepada Allah SWT sebelum semuanya terlambat. Ingat, janji janji Allah
SWT yang siap diberikan kepada diri kita hanya akan diberikan jika kita beriman
kepada Allah SWT.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar