Label

MEMANUSIAKAN MANUSIA: INILAH JATIDIRI MANUSIA YANG SESUNGGUHNYA (79) SETAN HARUS JADI PECUNDANG: DIRI PEMENANG (68) SEBUAH PENGALAMAN PRIBADI MENGAJAR KETAUHIDAN DI LAPAS CIPINANG (65) INILAH ALQURAN YANG SESUNGGUHNYA (60) ROUTE TO 1.6.799 JALAN MENUJU MAKRIFATULLAH (59) MUTIARA-MUTIARA KEHIDUPAN: JALAN MENUJU KERIDHAAN ALLAH SWT (54) PUASA SEBAGAI KEBUTUHAN ORANG BERIMAN (50) ENERGI UNTUK MEMOTIVASI DIRI & MENJAGA KEFITRAHAN JIWA (44) RUMUS KEHIDUPAN: TAHU DIRI TAHU ATURAN MAIN DAN TAHU TUJUAN AKHIR (38) TAUHID ILMU YANG WAJIB KITA MILIKI (36) THE ART OF DYING: DATANG FITRAH KEMBALI FITRAH (33) JIWA YANG TENANG LAGI BAHAGIA (27) BUKU PANDUAN UMROH (26) SHALAT ADALAH KEBUTUHAN DIRI (25) HAJI DAN UMROH : JADIKAN DIRI TAMU YANG SUDAH DINANTIKAN KEDATANGANNYA OLEH TUAN RUMAH (24) IKHSAN: INILAH CERMINAN DIRI KITA (24) RUKUN IMAN ADALAH PONDASI DASAR DIINUL ISLAM (23) ZAKAT ADALAH HAK ALLAH SWT YANG HARUS DITUNAIKAN (20) KUMPULAN NASEHAT UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK (19) MUTIARA HIKMAH DARI GENERASI TABI'IN DAN TABI'UT TABIIN (18) INSPRIRASI KESEHATAN DIRI (15) SYAHADAT SEBAGAI SEBUAH PERNYATAAN SIKAP (14) DIINUL ISLAM ADALAH AGAMA FITRAH (13) KUMPULAN DOA-DOA (10) BEBERAPA MUKJIZAT RASULULLAH SAW (5) DOSA DAN JUGA KEJAHATAN (5) DZIKIR UNTUK KEBAIKAN DIRI (4) INSPIRASI DARI PARA SAHABAT NABI (4) INILAH IBADAH YANG DISUKAI NABI MUHAMMAD SAW (3) PEMIMPIN DA KEPEMIMPINAN (3) TAHU NABI MUHAMMAD SAW (3) DIALOQ TOKOH ISLAM (2) SABAR ILMU TINGKAT TINGGI (2) SURAT TERBUKA UNTUK PEROKOK dan KORUPTOR (2) IKHLAS DAN SYUKUR (1)

Kamis, 06 April 2017

APA ITU KEBURUKAN (part 2 of 2)


G.   MUNAFIQ

Berdasarkan surat At Taubah (9) ayat 107 di bawah ini, salah satu bentuk keburukan yang bertentangan dengan ibadah Ikhsan adalah berbuat munafiq atau berperilaku munafiq.  Munafik adalah orang yang memiliki sifat nifak. Nifak artinya menampakkan yang baik dan menyembunyikan yang buruk. Nifak sangat dibenci oleh Allah SWT sehingga orang yang munafik diancam dengan siksa yang pedih yaitu ditempatkan di Neraka Jahannam kelak.

Allah SWT memberi ancaman sangat keras karena nifak merupakan sifat yang sangat berbahaya. Dalam peribahasa, kita sering mendengar istilah ”ular berkepala dua”, ”bermuka dua” dan ”lain di mulut lain di hati”. Semuanya itu menggambarkan sifat nifak yang sangat dibenci oleh semua orang. Seorang munafik bisa sangat berbahaya karena kepandaiannya menyembunyikan kebenaran. Ia sangat pandai bermuka manis, bahkan kepada orang yang ia musuhi atau orang yang hendak ia tipu atau celakai.

dan (di antara orang-orang munafik itu) ada orang-orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan kemudharatan (pada orang-orang mukmin), untuk kekafiran dan untuk memecah belah antara orang-orang mukmin serta menunggu kedatangan orang-orang yang telah memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu[660]. mereka Sesungguhnya bersumpah: "Kami tidak menghendaki selain kebaikan." dan Allah menjadi saksi bahwa Sesungguhnya mereka itu adalah pendusta (dalam sumpahnya).
(surat At Taubah (9) ayat 107)

[660] Yang dimaksudkan dengan orang yang telah memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu ialah seorang pendeta Nasrani bernama Abu 'Amir, yang mereka tunggu-tunggu kedatangannya dari Syiria untuk bersembahyang di masjid yang mereka dirikan itu, serta membawa tentara Romawi yang akan memerangi kaum muslimin. akan tetapi kedatangan Abu 'Amir ini tidak Jadi karena ia mati di Syiria. dan masjid yang didirikan kaum munafik itu diruntuhkan atas perintah Rasulullah s.a.w. berkenaan dengan wahyu yang diterimanya sesudah kembali dari perang Tabuk.

Dalam sejarah Islam, kelihaian orang munafik telah menyebabkan Nabi Muhammad saw. dan pasukan muslimin menderita kerugian. Gara-gara tindakan munafik, sebagian tentara Islam membelot sehingga kaum muslimin mengalami kekalahan dalam Perang Uhud. Banyak sekali ayat Al-Qur’an yang berbicara tentang sifat munafik. Di antaranya terdapat dalam empat ayat Al-Qur’an sebagai berikut. Orang munafik merasa berhasil dengan tipuannya, tetapi dibantah oleh Allah. Oleh karena itu, kita dianjurkan untuk bersikap hati-hati tehadap orang munafik. Kita harus mengecek kebenaran berita yang mereka sampaikan secara baik dan benar.

Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka[364]. dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. mereka bermaksud riya[365] (dengan shalat) di hadapan manusia. dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali[366]. [0]
(Surat An-Nisaa’(4) ayat 142)

[364] Maksudnya: Alah membiarkan mereka dalam pengakuan beriman, sebab itu mereka dilayani sebagai melayani Para mukmin. dalam pada itu Allah telah menyediakan neraka buat mereka sebagai pembalasan tipuan mereka itu.
[365] Riya Ialah: melakukan sesuatu amal tidak untuk keridhaan Allah tetapi untuk mencari pujian atau popularitas di masyarakat.
[366] Maksudnya: mereka sembahyang hanyalah sekali-sekali saja, Yaitu bila mereka berada di hadapan orang.

Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka.
(surat An Nisaa’ (4) ayat 15)

(ingatlah), ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya berkata: "Mereka itu (orang-orang mukmin) ditipu oleh agamanya". (Allah berfirman): "Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, Maka Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana".
(surat Al Anfaal (8) ayat 49)


      Sekarang bagaimana perasaan kita jika dikhianati oleh orang lain? Pasti kita sedih, kecewa, dongkol, marah campur aduk menjadi satu. Apalagi jika kita dikhianati oleh teman sendiri. Oleh karena itu, kita perlu mengetahui ciri-ciri orang munafik. Ciri-ciri orang munafik dapat kita  temukan dalam hadits yang disampaikan Abu Hurairah berikut ini : “Tanda-tanda orang munafik ada tiga, yaitu: 1) jika berbicara ia berdusta, 2) jika berjanji ia ingkar, dan 3) jika dipercaya ia berkhianat. (Hadits Riwayat Bukhari). Sifat nifak akan mendatangkan akibat-akibat negatif yang sangat membahayakan, baik bagi pelakunya maupun orang lain. Di antara akibat-akibat negatif tersebut dapat kami kemukakan di  bawah ini:

a.      Perilaku nifak sangat merugikan orang lain, masyarakat bahkan bangsa dan negara baik secara moril maupun materiil.
b.      Orang yang berlaku nifak telah merugikan dirinya sendiri. Ia tidak akan lagi dipercaya karena kebiasaannya berbohong,berkhianat, dan ingkar janji.
c.      Perilaku nifak dapat merusak tatanan kehidupan masyarakat karena setiap individu menaruh curiga terhadap individu lain.
d.     Perilaku nifak dapat menyeret pelakunya ke dasar neraka yang paling dalam.
     
Dengan kita mengingat bahaya dan sifat nifak, sudah sepantasnya jika kita berusaha untuk menghindari sifat tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Perilaku munafik tersebut harus kita hindari saat menjalin hubungan dengan orang lain di tengah masyarakat. Dengan menjauhi perilaku munafik, hubungan silaturahmi bersama masyarakat akan terjalin kukuh. Kita akan terhindar dari kesalahpahaman yang bisa menyebabkan kesatuan dan persatuan di antara kita terganggu.


H.   DURHAKA KEPADA ORANG TUA

Berdasarkan surat Al Ahqaaf (46) ayat 17 dan 18 di bawah ini, salah satu bentuk keburukan yang bertentangan dengan ibadah Ikhsan adalah durhaka kepada orang tua yang melahirkan diri kita. Inilah salah satu keburukan yang sangat dibenci oleh Allah SWT namun sangat dikehendaki oleh Syaitan sang laknatullah.

dan orang yang berkata kepada dua orang ibu bapaknya: "Cis bagi kamu keduanya, Apakah kamu keduanya memperingatkan kepadaku bahwa aku akan dibangkitkan, Padahal sungguh telah berlalu beberapa umat sebelumku? lalu kedua ibu bapaknya itu memohon pertolongan kepada Allah seraya mengatakan: "Celaka kamu, berimanlah! Sesungguhnya janji Allah adalah benar". lalu Dia berkata: "Ini tidak lain hanyalah dongengan orang-orang dahulu belaka".
mereka Itulah orang-orang yang telah pasti ketetapan (azab) atas mereka bersama umat-umat yang telah berlalu sebelum mereka dari jin dan manusia. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang merugi.
(surat Al Ahqaaf (46) ayat 17 dan 18)

Sebagai Khalifah  yang sedang menjalankan tugas di muka bumi yang diciptakan oleh Allah SWT, ada beberapa pertanyaan yang akan kami ajukan, yaitu: (a) dapatkah kita menjalankan tugas sebagai Khalifah di muka bumi jika kita tidak pernah dilahirkan ke muka bumi? ; (b) Dapatkah kita merasakan enaknya menjadi seorang Pengusaha, merasakan enaknya menjadi Orang Kaya, merasakan enaknya menjadi Eksekutif, Yudikatif, Legislatif, atau merasakan enaknya menimang cucu, atau menikmati kesenangan hidup, jika kita tidak pernah dilahirkan ke muka bumi? ; (c) Dapatkah proses Regenerasi kekhalifahan di muka bumi yang saat ini kita jalankan terjadi, sedangkan diri kita tidak pernah dilahirkan ke muka bumi?

Jawaban dari pertanyaan di atas adalah tegas yaitu tanpa pernah dilahirkan ke muka bumi, maka diri kita tidak akan pernah bisa melaksanakan tugas sebagai Khalifah di muka bumi, atau kita juga tidak akan mungkin melaksanakan proses Regenerasi kekhalifahan serta tidak akan pernah merasakan kesenangan yang ada di dunia ini.

Dia menciptakan kamu dari seorang diri kemudian Dia jadikan daripadanya isterinya dan Dia menurunkan untuk kamu delapan ekor yang berpasangan dari binatang ternak. Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan[1306]. yang (berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan yang mempunyai kerajaan. tidak ada Tuhan selain dia; Maka bagaimana kamu dapat dipalingkan?
(surat Az Zumar (39) ayat 6)

[1306] Tiga kegelapan itu ialah kegelapan dalam perut, kegelapan dalam rahim, dan kegelapan dalam selaput yang menutup anak dalam rahim.

Selanjutnya untuk dapat lahir ke dunia ini, tentu kita tidak bisa ada dengan sendirinya sehingga kita harus dilahirkan terlebih dahulu, lalu siapakah yang melahirkan diri kita? Berdasarkan surat Az Zumar (39) ayat 6 di atas, keberadaan diri kita bermula dari dalam Rahim seorang ibu melalui tahap demi tahap, kejadian demi kejadian, yang kemudian lahirlah diri kita ke dunia dalam keadaan tidak mampu berbuat apapun juga kecuali dengan Tangisan. Tangisan adalah senjata utama diri kita untuk segala maksud dan tujuan yang ingin kita peroleh, apakah itu lapar, apakah itu buang air, apakah itu sakit. Jika sekarang Allah SWT selaku Inisiator yang sekaligus Pencipta dan Pemilik dari kekhalifahan di muka bumi, memerintahkan kepada diri kita untuk berbakti kepada orang tua, apakah seruan, perintah Allah SWT ini berlebihan atau apakah memang sudah seharusnya ini kita lakukan dengan baik.

Jika kita termasuk orang yang telah beriman maka kita pasti tahu siapa diri kita yang sesungguhnya dan tahu siapa Allah SWT yang sesungguhnya, maka sudah sepatutnya dan memang sudah seharusnya kita memenuhi perintah Allah SWT untuk berbakti kepada orang tua dan juga mertua, atau berbuat baik kepada orang tua dan juga mertua sebab keberadaan diri kita, istri dan suami kita, di muka bumi ini tidak akan mungkin pernah terjadi jika tanpa ada ke dua orang tua dan kedua orang mertua, yang melahirkan kita ke muka bumi ini, yang kemudian mendidik dan membesarkan kita.


Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu Yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar[518]". demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya kamu memahami(nya).
(surat Al An'am (6) ayat 151)

[518] Maksudnya yang dibenarkan oleh syara' seperti qishash membunuh orang murtad, rajam dan sebagainya.

dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia[850].
(surat Al Israa' (17) ayat 23)

[850] Mengucapkan kata Ah kepada orang tua tidak dlbolehkan oleh agama apalagi mengucapkan kata-kata atau memperlakukan mereka dengan lebih kasar daripada itu.


Selanjutnya dengan adanya keterkaitan yang begitu kental dan begitu hebat antara diri kita dengan orang tua kita, lihatlah hadits yang kami kemukakan di bawah ini.  Allah SWT sampai-sampai meletakkan dan menempatkan baik Ridha-Nya maupun Murka-Nya di bawah Keridhaan dan Kemurkaan orang tua. Begitu tinggi, begitu mulia, begitu hebat, posisi orang tua diletakkan oleh Allah SWT dalam struktur keluarga, atau di dalam kerangka rencana besar kekhalifahan di muka bumi yang diciptakan oleh Allah SWT.


Keridhaan Allah SWT tergantung kepada keridhaan kedua orang tua dan murka Allah SWT pun terletak pada murka kedua orang tua.
(Hadits Riwayat Al Hakim)


Jika Allah SWT saja meletakkan dan menempatkan setiap orang tua pada posisi yang begitu tinggi dan mulia, apakah kita sebagai orang yang dilahirkan, diasuh, dididik, dibesarkan oleh orang tua, justru akan merendahkan orang tua dengan berbuat durhaka kepada mereka atau berkata kasar kepada mereka atau bahkan menelantarkan mereka? Jika sampai diri kita berani berbuat durhaka kepada  kepada orang tua, berarti kita telah menantang Allah SWT dan siap untuk  memperoleh hadiah dari Allah SWT berupa Tiket masuk ke Kampung Kebinasaan dan Kesengsaraan yaitu Neraka Jahannam.

Anas ra, berkata: Nabi Saw bersabda: Allah ta’ala berfirman: Allah SWT telah mewahyukan kepada Nabi Musa! Coba tidak karena mereka yang mengucapkan Syahadat “Lailaha illa Allah” niscaya kutimpakan Jahannam di atas dunia. Wahai Musa! Coba tidak karena mereka yang bersembah kepadaKu tidaklah Aku lepaskan mereka yang bermaksiat sekejap matapun. Wahai Musa! Sesungguhnya barangsiapa beriman kepadaKu adalah makhluk yang termulia dalam pandanganKu. Wahai Musa! Sesungguhnya sepatah kata dari seorang yang durhaka  (terhadap ke dua orang tuanya) adalah sama beratnya dengan seluruh pasir bumi. Bertanya Nabi Musa: “Siapakah orang yang durhaka itu, ya TuhanKu?” Ialah orang yang berkata kepada kedua orang tuanya : “Tidak Tidak” ketika dipanggil.
(Hadits Qudsi Riwayat Abu Nu’aim; 272:225)

Selain daripada itu, berfikirlah seribu kali atau bahkan jutaan kali sebelum diri kita durhaka kepada ke dua orang tua karena resikonya sangat luar biasa yaitu sama beratnya dengan seluruh pasir di bumi. Sekarang tahukah kita berapa jumlah pasir yang ada di bumi seperti yang dikemukakan dalam hadits qudsi yang kami kemukakan di atas. Semoga diri kita, anak keturunan kita mampu berbakti kepada kedua orang tua saat hidup di muka bumi ini.

I.   INGKAR JANJI

Berdasarkan surat Al Maaidah (5) ayat 13 di bawah ini, salah satu bentuk keburukan yang bertentangan dengan ibadah Ikhsan adalah melanggar janji atau ingkar dengan janji yang telah disepakati. Sebagai orang yang terikat dengan janji tentu kita akan kecewa jika janji dari seseorang yang telah terikat dengan perjanjian melanggar ketentuan yang telah disepakati. Hal yang sama pun berlaku antara diri kita dengan Allah SWT dimana kita telah membuat sebuah perjanjian sesaat Ruh/Ruhani dipersatukan dengan Jasmani.   

(tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuki mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. mereka suka merobah Perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya[407], dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad) Senantiasa akan melihat kekhianatan dari mereka kecuali sedikit diantara mereka (yang tidak berkhianat), Maka maafkanlah mereka dan biarkan mereka, Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.
(surat Al Maaidah (5) ayat 13)

[407] Maksudnya: merobah arti kata-kata, tempat atau menambah dan mengurangi.

Salah satu janji manusia kepada Allah SWT ada pada surat Al A’raaf (7) ayat 172 dimana setiap Ruh/Ruhani yang merupakan jati diri manusia yang sesungguhnya telah menyatakan bertuhankan kepada Allah SWT. Janji yang telah kita nyatakan saat masih dalam rahim seorang ibu masih berlaku akan terus berlaku sampai dengan hari kiamat kelak. Janji yang telah kita nyatakan wajib kita tunjukkan, pertahankan yang pada akhirnya harus kita pertanggungjawabkan kepada Allah SWT.

dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",
(surat Al A’raaf (7) ayat 172)

Adapun resiko dari melanggar janji yang telah kita nyatakan ada pada surat Al Maaidah (5) ayat 13 di atas, yaitu pelakunya dikutuk oleh Allah SWT dan juga hati orang yang melanggar janji menjadi keras seperti batu. Adanya dua buah resiko yang telah kami kemukakan lalu sudahkah kita merenungi kedua resiko tersebut lalu atau sanggupkah kita hidup di muka bumi ini di tengah kutukan Allah SWT dan hati yang keras seperti batu. Jika kita tidak sanggup menghadapi kutukan Allah SWT dan kerasnya hati yang seperti batu maka segeralah penuhi janji yang pernah kita lakukan kepada Allah SWT saat ini juga. 

J.   BERHUKUM KEPADA HUKUM SELAIN HUKUM ALLAH SWT

Berdasarkan surat Al Maaidah (5) ayat 55 dan surat Al An’am (6) ayat 151 sampai 153 dibawah ini, salah satu bentuk keburukan yang bertentangan dengan ibadah Ikhsan adalah berhukum kepada hukum selain hukum Allah SWT. Ingat, langit dan bumi beserta isinya adalah ciptaan Allah SWT dan juga dimiliki Allah SWT dan jika ini kondisinya maka segala hukum dan ketentuan yang wajib berlaku di muka bumi ini adalah ketentuan dan hukum Allah SWT. Alangkah tidak tahu diri jika kita yang sedang menumpang di langit dan di bumi Allah SWT justru kita tidak mau berhukum dengan hukum yang telah ditetapkan Allah SWT, dalam hal ini adalah Al Qur’an.

Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah)
(surat Al Maaidah (5) ayat 55)

Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu Yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar[518]". demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya kamu memahami(nya).
dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada sesorang melainkan sekedar kesanggupannya. dan apabila kamu berkata, Maka hendaklah kamu Berlaku adil, Kendatipun ia adalah kerabat(mu)[519], dan penuhilah janji Allah[520]. yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat.
dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, Maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain)[152], karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya. yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.
(surat Al An’am (6) ayat 150 s/d 153)

[518] Maksudnya yang dibenarkan oleh syara' seperti qishash membunuh orang murtad, rajam dan sebagainya.
[519] Maksudnya mengatakan yang sebenarnya meskipun merugikan Kerabat sendiri.
[520] Maksudnya penuhilah segala perintah-perintah-Nya.
[152] Shalat wusthaa ialah shalat yang di tengah-tengah dan yang paling utama. ada yang berpendapat, bahwa yang dimaksud dengan shalat wusthaa ialah shalat Ashar. menurut kebanyakan ahli hadits, ayat ini menekankan agar semua shalat itu dikerjakan dengan sebaik-baiknya.

Untuk itu mari kita perhatikan apa yang dikemukakan Allah SWT dalam surat Al Maaidah (5) ayat 55 di atas hukum yang berlaku di langit dan di bumi Allah SWT adalah hanya Allah SWT sajalah penolong seluruh umat manusia, sepanjang memenuhi syarat dan ketentuan yang berlaku. Sedangkan berdasarkan surat Al An’am (6) ayat 150 sampai 153 di atas, terdapat sepuluh ketentuan hukum yang sudah diberlakukan oleh Allah SWT yaitu : (1) janganlah kamu mempersekutukan Allah SWT; (2) berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapak;  (3) janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan; (4) janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi; (5) janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah SWT; (6) janganlah kamu dekati harta anak yatim; (7) sempurnakanlah takaran dan timbangan (8) berlaku adil; (9) penuhilah janji Allah; (10) menempuh jalan yang lurus.

Hal yang harus kita pahami dengan benar adalah Allah SWT menetapkan ketentuan dan hukum di alam semesta ini bukanlah untuk kepentingan Allah SWT namun untuk kepentingan diri kita sendiri, yaitu agar sukses melaksanakan tugas kekhalifahan di muka bumi yang sesuai dengan kehendak Allah SWT. Sekarang sudahkah sepuluh ketentuan dan hukum yang kami kemukakan di atas sudah  kita laksanakan dengan sebaik mungkin sebagai bentuk kebaikan dalam kerangka melaksanakan ibadah Ikhsan? Jika belum berarti kita yang telah menjadi penumpang atau tamu di muka bumi yang tidak tahu diri, sudahlah menumpang atau sudahlah menjadi tamu lalu “Tuan Rumah” kita lawan dengan tidak melaksanakan ketentuan dan hukum yang telah ditetapkan Allah SWT selaku tuan rumah.

Alangkah murkanya Allah SWT selaku tuan rumah kepada orang yang menumpang atau kepada orang yang menjadi tamu, dimana keduanya mengabaikan segala hukum dan ketentuan tuan rumah. Sekarang bayangkan tamu mengatur tuan rumah di rumah tuan rumah, sedangkan tamu tersebut sedang menumpang di rumah tuan rumah. Jika tuan rumah marah, tidak suka lalu memasukkan tamu tersebut ke neraka, memang seharusnya itu terjadi. Semoga kita tidak termasuk orang yang seperti itu.  


K.   MENGIKUTI SYAITAN dan MENYEMBAH BERHALA


Berdasarkan surat Al Israa’ (17) ayat 53 di bawah ini, salah satu bentuk keburukan yang bertentangan dengan ibadah Ikhsan adalah mengikuti langkah langkah syaitan. Langkah langkah syaitan merupakan jalan yang berlawanan dengan apa apa yang dikehendaki Allah SWT. Hasil akhir dari pelaksanaan mengikuti langkah langkah syaitan akan membawa kita menuju kampung kesengsaraan dan kebinasaan, yaitu Neraka. Di lain sisi, Allah SWT sudah menetapkan diri kita untuk bermusuhan dengan Syaitan, namun alangkah ruginya jika kita yang sudah ditetapkan oleh Allah SWT untuk bermusuhan dengan Syaitan justru menjadikan Syaitan sebagai teman, sebagai pelindung, sebagai pemimpin diri kita. Jangan sampai diri kita merubah ketentuan yang sudah diberlakukan oleh Allah SWT karena resiko yang kita hadapi sangatlah berat

dan Katakanlah kepada hamha-hamba-Ku: "Hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.
(surat Al Israa’ (17) ayat 53)

Hal yang harus kita ketahui dengan seksama adalah Syaitan sebagai musuh tentu tidak akan senang jika musuhnya menang. Syaitan akan terus dan terus berusaha untuk mengalahkan musuhnya sampai kalah. Syaitan sebagai musuh akan tetap konsisten menjadi musuh bagi manusia. Sekarang bagaimana dengan diri kita yang telah ditetapkan untuk bermusuhan dengan Syaitan oleh Allah SWT. Untuk mengalahkan musuh maka kita harus memiliki ilmu tentang musuh. Kita harus tahu apa kelemahan musuh  dan harus tahu pula kekuatan musuh. Ingat, musuh hanya bisa dikalahkan melalui kelemahan yang dimilikinya. Sekarang sudahkah kita memiliki ilmu tentang musuh diri kita, dalam hal ini Syaitan?

Prinsip perang adalah jangan pernah berasumsi musuh tidak akan datang, melainkan  bersiaplah menyambut kedatangannya. Jangan pernah menduga musuh (syaitan) tidak akan menyerang, melainkan buatlah agar posisi anda tidak bisa diserang”.
(Sun Tzu)

Untuk menambah wawasan tentang Syaitan sang musuh abadi diri kita, mari kita pelajari apa yang dikemukakan oleh Allah SWT dalam surat Al An’am (6) ayat 112 di bawah ini. Syaitan ada dua jenis yaitu syaitan dalam bentuk makhluk halus yang tidak terlihat (maksudnya jenis jin)  dan juga manusia yang telah berubah menjadi syaitan.

dan Demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap Nabi itu musuh, Yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia)[499]. Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, Maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.
(surat Al An’am (6) ayat 112)

[499] Maksudnya syaitan-syaitan jenis jin dan manusia berupaya menipu manusia agar tidak beriman kepada Nabi.

Kedua jenis syaitan ini sulit diketahui, jika tanpa adanya petunjuk Al Qur’an. Agar diri kita tidak mudah digoda dan disesatkan oleh Syaitan tersebut maka kita harus bisa mengenal sifat sifatnya dan jalan atau caranya untuk menyesatkan manusia. Adapun ciri ciri yang terdapat di dalam Al Qur’an dapat kami kemukakan sebagai berikut:

a.      Membisik bisikan perkataan perkataan indah dan menarik untuk memperdaya manusia seperti apa yang dikemukakan dalam surat Al An’am (6) ayat 112 di atas. Apabila ada manusia yang juga membisik bisikan kata kata yang indah dan menarik untuk mempengaruhi manusia melanggar hukum Allah SWT maka orang itu bisa termasuk kepada manusia tetapi berhati syaitan.

b.      Suka membujuk bujuk manusia untuk berbuat maksiat, sehingga mereka menganggap baik segala perbuatan keji dan mungkar di muka bumi ini.

iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma'siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya,
(surat Al Hijr (15) ayat 39)

Jika ada orang yang berusaha untuk mempengaruhi orang lain meninggalkan perintah perintah Allah SWT dan mengerjakan sesuatu yang dilarangNya, maka itulah manusia syaitan.

c.      Berusaha mencegah orang yang ingin berjalan di jalan Allah SWT dan jika terdapat manusia yang berusaha menghalangi orang yang ingin menegakkan agama Allah SWT di muka bumi ini maka itulah manusia syaitan.

iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus,
(surat Al A’raf (7) ayat 16)


d.     Berusaha menimbulkan pertentangan dalam masyarakat, sehingga terjadi perselisihan, tuduh menuduh, saling memfitnah dan melemparkan isu isu beracun, sehingga mengakibatkan permusuhan dan kekacauan dalam masyarakat.

dan Katakanlah kepada hamha-hamba-Ku: "Hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.
(surat Al Israa’ (17) ayat 53)

Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan peri omusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; Maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).
(surat Al Maaidah (5) ayat 91)

e.      Mencegah orang mengingat Allah SWT (mendirikan shalat) baik secara langsung maupun secara tidak langsung.

f.       Suka menakut nakuti orang orang Islam dengan berbagai macam ancaman, jika tidak mau mengikuti kehendaknya.

Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaitan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepadaKu, jika kamu benar-benar orang yang beriman.
(surat Ali Imran (3) ayat 175)

g.      Metakut takuti orang Islam dengan kefakiran dan kemiskinan, bila orang Islam menginfakkan harta bendanya ke jalan Allah SWT sehingga akhirnya mereka mencari cari alasan untuk tidak membelanjakan hartanya di jalan Allah SWT.

syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjadikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia[170]. dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengatahui.
(surat Al Baqarah (2) ayat 268)

[170] Balasan yang lebih baik dari apa yang dikerjakan sewaktu di dunia.

h.     Berusaha menjerumuskan orang Islam dalam kesesatan, dengan berpura pura menampakkan niat baik berjuang untuk kepentingan umat Islam, padahal sebenarnya tidak.

Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu ? mereka hendak berhakim kepada thaghut[312], Padahal mereka telah diperintah mengingkari Thaghut itu. dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya.
(surat An Nisaa’ (4) ayat 60)

[312] Yang selalu memusuhi Nabi dan kaum muslimin dan ada yang mengatakan Abu Barzah seorang tukang tenung di masa Nabi. Termasuk Thaghut juga: 1. orang yang menetapkan hukum secara curang menurut hawa nafsu. 2. berhala-berhala.

Itulah sebahagian dari ciri ciri atau sifat sifat syaitan yang terdapat di dalam Al Qur’an. Apabila ada orang yang mengaku muslim atau mengaku dirinya mukmin atau nampaknya manusia, tetapi dirinya terdapat sifat dan ciri tersebut, maka itulah syaitan dari jenis manusia. Hanya mukanya seperti manusia, tetapi hatinya seperti syaitan. Kita harus berhati hati dengan type manusia yang seperti ini, yang nyata nyata semakin hari semakin banyak jumlah.

Selanjutnya berdasarkan surat As Shaaffat (37) ayat 125 di bawah ini, terdapat bentuk lain dari keburukan yang bertentangan dengan ibadah Ikhsan yaitu menyembah berhala sehingga meniadakan Allah SWT  di langit dan di bumi yang diciptakan dan di miliki oleh Allah SWT. Adanya berhala yang kita sembah menjadi Tuhan lain selain Allah SWT sungguh tindakan yang tidak bisa ditolerir oleh Allah SWT selaku tuan rumah.


Patutkah kamu menyembah Ba'l[1286] dan kamu tinggalkan Sebaik-baik Pencipta,
(surat Ash Shaaffat (37) ayat 125)

[1286] Ba'l adalah nama salah satu berhala dari orang Phunicia.


Berikutnya berdasarkan surat Al Israa’ (17) ayat 26 di bawah ini, bentuk dari keburukan yang juga bertentangan dengan ibadah Ikhsan adalah menghambur hamburkan harta secara boros  untuk kesenangan dunia semata. Tidak mau memberikan hak hak keluarga dekat. Tidak mau berbagi kepada orang yang miskin dan juga kepada orang orang yang dalam perjalanan.

dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.
(surat Al Israa’ (17) ayat 26)


Selain daripada itu, masih ada lagi bentuk dari keburukan yang bertentangan dengan ibadah Ikhsan yaitu terdapat di dalam surat Al Israa’ (17) ayat 37 di bawah ini yaitu berperilaku sombong. Jika kita sombong di rumah kita sendiri merupakan hal yang biasa biasa saja. Namun apabila kita sombong di langit dan di muka bumi yang tidak pernah kita ciptakan bukanlah sesuatu yang biasa biasa saja namun sesuatu tindakan yang konyol lagi tidak tahu diri. 


dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung.
(surat Al Israa’ (17) ayat 37)

Bisa kita bayangkan betapa marahnya Allah SWT kepada orang yang berlaku sombong di tempat yang tidak pernah diciptakan dan dimilikinya sedangkan orang yang sombong itu juga diciptakan oleh Allah SWT. Lalu menumpang disana. Lalu memanfaatkan segala sesuatu yang diciptakan dan yang dimiliki Allah SWT. Hasil akhir dari perilaku sombong tentulah menjadi tetangga syaitan di neraka jahannam.

Sebagai penutup bab ini, perkenankan kami mengemukakan sebuah ilustrasi sebagai berikut: Apa yang bisa diperbuat oleh kesebelasan sekelas Persib Bandung atau sekelas Barcelona jika yang ada hanya Persib Bandung atau Barcelona saja. Atau apa jadinya kesebelasan Persib Bandung tanpa kesebelasan Persipura Jayapura atau Barcelona tanpa Real Madrid? Kehebatan sebuah kesebelasan tidak akan bisa terlihat jika hanya ada satu kesebelasan sepak bola.

Untuk menentukan suatu kesebelasan hebat maka diperlukan adanya suatu kompetisi atau sebuah liga sehingga hasil akhir dari kompetisilah atau liga yang menentukan siapa yang berhak menyandang juara. Hal yang samapun terjadi di dalam diri kita, dimana setiap manusia sedang melaksanakan suatu kompetisi melawan Ahwa yang dibelakangnya ada Syaitan. Adanya kompetisi melawan Ahwa dan Syaitan maka akan diketahuilah siapakah yang menjadi pemenang dan juga pecundang. Agar diri kita mampu menjadi pemenang lagi beruntung maka kita harus memiliki ilmu dan pengetahuan tentang musuh diri kita yang dilanjutkan harus memenuhi kriteria yang terdapat di dalam surat Al Ashr (103) ayat 1 sampai 3 di bawah ini.

demi masa.
Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.
(surat Al Ashr (103) ayat 1 sampai 3)

Berdasarkan ketentuan surat Al Ashr (103) ayat 1 sampai 3 di atas,  jika kita berkeinginan menjadi pemenang lagi beruntung di dunia dan akhirat kelak, maka kita harus memenuhi 4(empat) buah ketentuan, yaitu beriman; mengerjakan amal saleh; nasehat menasehati dalam kebenaran serta nasehat menasehati dalam kesabaran. Inilah 4 (empat) ketentuan yang harus kita laksanakan saat hidup di muka bumi secara keseluruhan, apabila ada salah satu ketentuan tidak kita laksanakan maka menjadikan diri kita pecundang lagi yang merugi sedangkan Allah SWT menghendaki diri kita menjadi pemenang lagi yang beruntung.  


Alangkah ruginya jika kita yang sudah mampu mengerjakan amal shaleh berupa kebaikan bagi masyarakat luas serta mampu pula nasehat menasehati dalam kebenaran dan kesabaran namun kriteria utama yang dipersyaratkan Allah SWT tidak bisa kita penuhi yaitu beriman kepada Allah SWT. Jika ini kondisinya maka inilah keburukan yang paling merugikan diri kita yang mengakibatkan seluruh apa apa yang telah kita lakukan hilang atau sirna begitu. Untuk itu mulai saat ini juga segeralah laksanakan beriman kepada Allah SWT sebelum semuanya terlambat. Ingat, janji janji Allah SWT yang siap diberikan kepada diri kita hanya akan diberikan jika kita beriman kepada Allah SWT.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar