Label

MEMANUSIAKAN MANUSIA: INILAH JATIDIRI MANUSIA YANG SESUNGGUHNYA (79) SETAN HARUS JADI PECUNDANG: DIRI PEMENANG (68) SEBUAH PENGALAMAN PRIBADI MENGAJAR KETAUHIDAN DI LAPAS CIPINANG (65) INILAH ALQURAN YANG SESUNGGUHNYA (60) ROUTE TO 1.6.799 JALAN MENUJU MAKRIFATULLAH (59) MUTIARA-MUTIARA KEHIDUPAN: JALAN MENUJU KERIDHAAN ALLAH SWT (54) PUASA SEBAGAI KEBUTUHAN ORANG BERIMAN (50) ENERGI UNTUK MEMOTIVASI DIRI & MENJAGA KEFITRAHAN JIWA (44) RUMUS KEHIDUPAN: TAHU DIRI TAHU ATURAN MAIN DAN TAHU TUJUAN AKHIR (38) TAUHID ILMU YANG WAJIB KITA MILIKI (36) THE ART OF DYING: DATANG FITRAH KEMBALI FITRAH (33) JIWA YANG TENANG LAGI BAHAGIA (27) BUKU PANDUAN UMROH (26) SHALAT ADALAH KEBUTUHAN DIRI (25) HAJI DAN UMROH : JADIKAN DIRI TAMU YANG SUDAH DINANTIKAN KEDATANGANNYA OLEH TUAN RUMAH (24) IKHSAN: INILAH CERMINAN DIRI KITA (24) RUKUN IMAN ADALAH PONDASI DASAR DIINUL ISLAM (23) ZAKAT ADALAH HAK ALLAH SWT YANG HARUS DITUNAIKAN (20) KUMPULAN NASEHAT UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK (19) MUTIARA HIKMAH DARI GENERASI TABI'IN DAN TABI'UT TABIIN (18) INSPRIRASI KESEHATAN DIRI (15) SYAHADAT SEBAGAI SEBUAH PERNYATAAN SIKAP (14) DIINUL ISLAM ADALAH AGAMA FITRAH (13) KUMPULAN DOA-DOA (10) BEBERAPA MUKJIZAT RASULULLAH SAW (5) DOSA DAN JUGA KEJAHATAN (5) DZIKIR UNTUK KEBAIKAN DIRI (4) INSPIRASI DARI PARA SAHABAT NABI (4) INILAH IBADAH YANG DISUKAI NABI MUHAMMAD SAW (3) PEMIMPIN DA KEPEMIMPINAN (3) TAHU NABI MUHAMMAD SAW (3) DIALOQ TOKOH ISLAM (2) SABAR ILMU TINGKAT TINGGI (2) SURAT TERBUKA UNTUK PEROKOK dan KORUPTOR (2) IKHLAS DAN SYUKUR (1)

Rabu, 05 April 2017

APA ITU KEBURUKAN (part 1 of 2)


Keburukan adalah lawan daripada Kebaikan. Keburukan adalah pembanding dari adanya Kebaikan sehingga terlihatlah perbedaan diantara keduanya. Kebaikan membawa ke jalan yang dikehendaki Allah SWT sedangkan Keburukan membawa ke jalan yang dikehendaki oleh Syaitan. Kebaikan akan membawa ke Syurga sedangkan Keburukan akan membawa ke Neraka. Allah SWT melalui surat Al Mu’min (40) ayat 31 yang kami kemukakan di atas telah menyatakan bahwa Allah SWT tidak menghendaki berbuat kezaliman terhadap hamba hambaNya. Adanya pernyataan Allah SWT seperti ini menunjukkan bahwa Allah SWT berkehendak kepada diri kita agar selalu berbuat kebaikan dari waktu ke waktu. Untuk itu jangan sampai pernyataan Allah SWT menjadi tidak berlaku lagi karena ulah diri kita yang berbuat keburukan saat hidup di dunia. Jadi jangan salahkan siapapun juga jika Allah SWT akhirnya memberikan azab/siksa kepada diri kita yang telah keluar dari kehendak Allah SWT.

(yakni) seperti Keadaan kaum Nuh, 'Aad, Tsamud dan orang-orang yang datang sesudah mereka. dan Allah tidak menghendaki berbuat kezaliman terhadap hamba-hamba-Nya.
(surat Al Mu’min (40) ayat 31)

Jangan pernah berniat untuk berbuat keburukan kapanpun juga. Jangan pernah berfikir tidak mengapa melakukan keburukan pada saat berusia muda karena masih ada kesempatan untuk taubat saat usia tua. Jangan pernah pula berbuat keburukan (korupsi, kolusi, nepotisme) untuk menjadi kaya sehingga setelah kaya kita bisa menebus keburukan dengan banyak bersedekah. Buang jauh jauh konsep ini, karena kita tidak tahu sampai kapan kita hidup di muka bumi ini.

Selanjutnya agar diri kita tidak salah jalan, agar diri kita selalu berada di dalam kehendak Allah SWT, berikut ini akan kami kemukakan apa apa saja yang termasuk dengan Keburukan itu, yaitu :

A.   MENGIKUTI AHWA (HAWA NAFSU)

 Setiap dzat memiliki sifat. Dimana sifat yang dimiliki dzat akan menjadi perbuatan dari dzat itu sendiri. Sebagai contoh garam memiliki sifat asin, jika sifat garam asin maka perbuatan garam adalah mengasinkan apa apa yang diliputinya sesuai dengan kemampuan garam. Hal yang samapun berlaku kepada diri kita yang sesungguhnya adalah Ruh, dimana Ruh telah disifatkan Asmaul Husna oleh Allah SWT. Jika Ruh telah memiliki sifat Asmaul Husna maka perilaku Ruh yang tidak lain adalah Asmaul Husna maka perbuatan Ruhpun harus sesuai dengan Asmaul Husna. 

Rasulullah SAW bersabda: “Maukah kalian aku tunjukkan orang yang haram (tersentuh) api neraka? Para sahabat berkata, iya, wahai Rasulullah. ‘Beliau menjawab (haram tersentuh api neraka) adalah Hayyin (orang yang memiliki ketenangan dan keteduhan lahir bathin); Layyin (orang yang lembut berkata dan berbuat); Qarib (orang yang ramah dan menyenangkan) dan Sahl (orang yang gemar mempermudah orang lain)”.
(Hadits Riwayat Ath Thirmidzi, Ibnu Hibban)

Berdasarkan hadits yang kami kemukakan di atas, kebaikan yang utama bagi diri kita yang telah diangkat oleh Allah SWT sebagai Khalifah di muka bumi adalah kita wajib berperilaku yang sesuai dengan Asmaul Husna yang telah menjadi sifat Ruh/Ruhani diri kita. Jika Ruh/Ruhani diri kita telah disifati oleh Allah SWT dengan Ar Rachman (Yang Maha Pengasih) dan Ar Rahiem (Yang Maha Penyayang) berarti perbuatan dan perilaku diri kita harus pula mencerminkan perilaku Pengasih dan Penyayang pula. Jika ini kita laksanakan berarti kita sudah bertindak apa yang dinamakan dengan Layyin (sesuai kata dengan perbuatan).  

Sekarang bagaimana jika Ruh/Ruhani diri kita telah disifati dengan Asmaul Husna Ar Razaaq berarti perilaku kita setelah memperoleh Rezeki dari Allah SWT maka rezeki itu tidak untuk kepentingan diri sendiri, melainkan harus pula dibelanjakan di jalan Allah melalui infaq, shadaqah ataupun wakaf. Jika tidak berarti perilaku diri kita seperti garam yang sudah tidak asin lagi. Demikian seterusnya dengan sifat sifat Ruh/Ruhani yang lainnya yang telah disifati dengan Asmaul Husna.

 Untuk itu mari kita renungkan apa yang dinamakan dengan sambal lado, dimana sambal lado merupakan gabungan dari bumbu bumbu yang disatukan seperti cabai, garam, tomat, terasi, gula dan lain sebagainya. Setiap dzat yang dipersatukan semuanya mempertontonkan dan mempertunjukkan sifat sifat yang dimilikinya, seperti cabai dengan pedasnya, garam dengan asinnya, tomat dengan rasa tomatnya, gula dengan rasa manisnya. Hasil akhir dari itu semua adalah sambal lado yang enak dan lezat.

Sekarang apa jadinya jika garam yang memiliki sifat asin menahan rasa asinnya? Kurang asin atau kurang garam akan menyebabkan sambal lado menjadi kurang enak.  Hal yang samapun berlaku dalam kehidupan manusia, jika sampai sifat Ruh/Ruhani ditahan dalam pergaulan sehari hari atau jika sampai sifat pengasih dan penyayang tidak ada di dalam kehidupan bermasyarakat maka hidup terasa hambar dan terjadilah apa yang dinamakan kebencian, kecurigaan serta tindas menindas karena hilangnya rasa welas asih di antara sesama manusia. Demikian seterusnya dengan Asmaul Husna yang lain yang harus menjadi perilaku diri kita saat hidup di muka bumi ini. 

Inilah salah satu bentuk kebaikan dalam kerangka ibadah Ikhsan yang utama dalam kehidupan kita. Ingat, kondisi ini baru bisa kita lakukan jika kita tahu dan mengerti bahwa Ruh/Ruhani adalah jati diri manusia yang sesungguhnya yang telah disifati oleh Allah SWT dengan Asmaul Husna. Sekarang semuanya tergantung kepada diri kita sendiri, maukah menjadikan sifat alamiah Ruh/Ruhani menjadi perbuatan diri kita seperti garam yang mampu yang berperilaku mengasinkan apa apa yang diliputinya. Jika kita tidak mampu berarti diri kita sama dengan garam yang sudah tidak asin lagi. Garam yang sudah tidak asin lagi berarti ia tidak bisa menyandang gelar garam atau bahkan bisa menyandang gelar jadam.  

Sekarang mari kita lihat sambal lado, sambal lado merupakan campuran dari berbagai bahan baku yang kesemuanya wajib mempertunjukkan sifat dan perbuatannya masing masing. Cabai harus menunjukkan pedasnya, garam harus menunjukkan asinnnya, bawang, tomat harus pula menunjukkan sifat dan perbuatannya masing masing. Akan tetapi melalui sebuah olahan yang baik dan benar maka lahirlah sambal lado yang enak.

Sekarang apa jadinya jika garam tidak mau menunjukkan sifat dan perbuatannya dalam hal ini asin yang mengasinkan, maka hambarlah sambal lado dimaksud karena kurang garam. Hal yang samapun berlaku dalam kehidupan sehari hari, dimana setiap orang wajib mempertunjukkan perilaku Asmaul Husna yang dimilikinya. Jika semua orang melakukan apa yang kami kemukakan maka terjadilah suasana aman tentram saling mengasihi di tengah masyarakat. Akan tetapi jika orang yang telah memiliki perilaku Asmaul Husna menahan perilakunya dengan tidak berbuat yang sesuai dengan Asmaul Husna terjadilah kehidupan yang mementingkan diri sendiri. Kondisi inilah yang dikehendaki Syaitan namun dibenci Allah SWT.  

B.   MENSIASIAKAN JANJI JANJI ALLAH SWT

Berdasarkan surat Al Baqarah (2) ayat 186 di bawah ini, mengajukan permohonan doa kepada Allah SWT merupakan hak dari diri kepada Allah SWT dan Allah SWT berjanji kepada diri kita akan mengabulkan permohonan diri kita sepanjang syarat dan ketentuan yang dikehendaki Allah SWT kita penuhi, dalam hal ini memenuhi segala perintah dan larangan Allah SWT yang dilanjutkan dengan beriman kepada Allah SWT. Jika sampai doa yang kita ajukan kepada Allah SWT tidak dikabulkan oleh Allah SWT ini berarti kita telah berbuat keburukan karena telah membuang kesempatan yang telah diberikan oleh Allah SWT.

dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.
(surat Al Baqarah (2) ayat 186)

Agar diri kita tidak berbuat keburukan karena mensiasiakan hak diri kita yaitu diperbolehkan untuk mengajukan permohonan melalui doa kepada Allah SWT. Kiranya inspirasi di bawah ini dapat kita jadikan pedoman agar diri kita mampu memperoleh apa apa yang telah dijanjikan oleh Allah SWT atau agar diri kita berbuat keburukan karena telah mensiasiakan kesempatan untuk berdoa namun hasilnya sia sia belaka. Setelah mengetahui hal hal yang mengakibatkan doa kita tidak dikabulkan oleh Allah SWT selanjutnya jadikan kesempatan untuk berdoa kepada Allah SWT merupakan hak diri kita yang patut kita jadikan modal dasar di dalam mengarungi hidup dan kehidupan. 

Seseorang bertanya kepada Ali bin Abi Thalib ra, bukankah  Allah berfirman ‘Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu” (Q.S. al-Mukmin: 60), lalu mengapa ketika kami berdoa, tetapi tidak dikabulkan? Sayidina Ali menjawab, “Sebab hati kamu keliru dalam delapan hal: (1). Engkau mengenal Allah, tetapi tidak memenuhi hak-Nya; (2). Engkau beriman kepada Rasul-Nya, tetapi menentang sunnahnya; (3). Engkau membaca kitab-Nya, tetapi tidak beramal dengannya; (4). Engkau takut kepada neraka, tetapi selalu berbuat dosa yang mendekatkanmu kepadanya; (5). Engkau ingin masuk surga, tetapi banyak berbuat maksiat yang menjauhkanmu darinya; (6). Engkau makan rezeki-Nya, tetapi tidak mensyukurinya; (7). Engkau menyatakan memusuhi setan, tetapi menjadi temannya; (8). Engkau melihat kesalahan orang lain, dan melupakan dosamu sendiri. Maka bagaimana mungkin Allah mengabulkan doamu, sementara engkau sendiri menutup pintu pegabulannya. Karenanya, berkatakwalah kepada Allah dan tingkatkan amal ibadah, sucikan niat dan laksanakan amar ma’ruf nahi munkar, barulah Allah mengabulkan doa-doa kita.

Selanjutnya berikut ini akan kami kemukakan beberapa hak diri kita yang siap diberikan oleh Allah SWT sepanjang diri kita beriman kepada Allah SWT. Akan tetapi hal hal yang akan kami kemukakan akan menjadi keburukan jika kita tidak mampu menjadikan sesuatu yang menjadi hak diri kita menjadi sesuatu yang kita siasiakan saat kita  hidup di muka bumi ini.

Berdasarkan surat Al Mu’minun (23) ayat 1 dikemukakan hak orang yang beriman adalah menjadi orang yang beruntung. Namun jika kemalangan atau keburukan yang kita raih dan rasakan berarti kita telah berbuat keburukan yang dikehendaki Syaitan.


Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman,
(surat Al Mu’minun (23) ayat 1)

dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini bahwasanya Al Quran Itulah yang hak dari Tuhan-mu lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepadanya dan Sesungguhnya Allah adalah pemberi petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus.
(surat Al Hajj (22) ayat 54)

dan Sesungguhnya Kami telah mengutus sebelum kamu beberapa orang Rasul kepada kaumnya, mereka datang kepadanya dengan membawa keterangan-keterangan (yang cukup), lalu Kami melakukan pembalasan terhadap orang-orang yang berdosa[1175]. dan Kami selalu berkewajiban menolong orang-orang yang beriman.
(surat Ar Ruum (30) ayat 47)

[1175] Dengan kedatangan Rasul-rasul yang cukup membawa keterangan-keterangan kepada kaumnya itu, Maka sebahagian mereka mempercayainya dan sebahagian lagi mendustakannya bahkan sampai ada yang menyakitinya. Maka terhadap orang yang berdosa seperti itu Allah menyiksa mereka.

Sedangkan berdasarkan surat Al Hajj (22) ayat 54 di atas dikemukakan bahwa hak orang yang beriman selalu diberi petunjuk oleh Allah SWT sehingga orang yang beriman tidak akan sesat lagi menyesatkan orang lain. Di lain sisi berdasarkan surat Ar Ruum (30) ayat 47 di atas dikemukakan bahwa hak orang yang beriman adalah selalu ditolong oleh Allah SWT sehingga segala urusannya selalu dilancarkan dan dibantu. Dan masih banyak lagi hak orang yang beriman yang siap diberikan oleh Allah SWT. Hal yang harus kita jadikan pedoman adalah jangan sampai karena kebodohan kita sendiri sesuatu yang sudah menjadi hak diri kita tidak bisa kita nikmati karena kita berbuat keburukan.

C.   BERBUAT  ZHALIM

Berdasarkan surat An Naml (27) ayat 11 di bawah ini, salah satu bentuk keburukan yang bertentangan dengan ibadah Ikhsan adalah berbuat Zhalim atau berperilaku Zhalim saat hidup di muka bumi. Zhalim atau kezhaliman mempunyai beragam bentuk, salah satunya yaitu syirik. Sementara kalimat zhalim dapat digunakan sebagai bentuk dari sifat yang tak berperikemanusiaan, bengis, kemungkaran, gemar melihat kesengsaraan dan penderitaan orang lain, ketidakadilan, dan lain sebagainya berdasarkan pengertian zhalim itu sendiri.

tetapi orang yang Berlaku zalim, kemudian ditukarnya kezalimannya dengan kebaikan (Allah akan mengampuninya); Maka seaungguhnya aku Maha Pangampun lagi Maha Penyayang.
(surat An Naml (27) ayat 11)

Perbuatan zhalim termasuk sifat yang hina dan keji serta bertentangan dengan fitrah dan akhlak manusia, dimana seharusnya melakukan kebaikan. Berdasarkan Al-Quran sendiri, pengertian zhalim sendiri terdiri dari beberapa jenis, yaitu diantaranya menurut beberapa surat di bawah ini:

a.      Menurut surat Huud (11) ayat 101, makna zhalim yaitu manusia yang menyembah selain kepada Allah.

dan Kami tidaklah Menganiaya mereka tetapi merekalah yang Menganiaya diri mereka sendiri, karena itu Tiadalah bermanfaat sedikitpun kepada mereka sembahan-sembahan yang mereka seru selain Allah, di waktu azab Tuhanmu datang. dan sembahan-sembahan itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali kebinasaan belaka.
(surat Huud (11) ayat 101)

b.      Menurut surat Al-Kahfi (18) ayat 35, makna zhalim menurut surat ini berarti merupakan sifat keangkuhan maupun perbuatan dari kekafirannya.

dan Dia memasuki kebunnya sedang Dia zalim terhadap dirinya sendiri[882]; ia berkata: "Aku kira kebun ini tidak akan binasa selama-lamanya,
(surat Al Kahfi (18) ayat 35.

[882] Yaitu: dengan keangkuhan dan kekafirannya.

c.      Menurut surat Al-Maaidah (5) ayat 47, makna kata zhalim menurut surat ini berarti  merugikan orang dan menuruti amarah atau hawa nafsu.

dan hendaklah orang-orang pengikut Injil, memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah didalamnya[419]. Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik[420].
(surat Al Maaidah (5) ayat 47)

[419] Pengikut pengikut Injil itu diharuskan memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah didalam Injil itu, sampai pada masa diturunkan Al Quran.
[420] Orang yang tidak memutuskan perkara menurut hukum Allah, ada tiga macam: a. karena benci dan ingkarnya kepada hukum Allah, orang yang semacam ini kafir (surat Al Maa-idah ayat 44). b. karena menurut hawa nafsu dan merugikan orang lain dinamakan zalim (surat Al Maa-idah ayat 45). c. karena Fasik sebagaimana ditunjuk oleh ayat 47 surat ini.

d.     Menurut surat Al-Ankabuut (29) ayat 46, orang zhalim menurut surat ini yaitu orang yang masih tetap membantah meskipun sudah diberikan penjelasan dan keterangan kepadanya melalui cara paling baik, serta tetap mengutamakan permusuhan.

dan janganlah kamu berdebat denganAhli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim di antara mereka[1154], dan Katakanlah: "Kami telah beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada Kami dan yang diturunkan kepadamu; Tuhan Kami dan Tuhanmu adalah satu; dan Kami hanya kepada-Nya berserah diri".
(surat Al Ankabuut (29) ayat 46)

[1154] Yang dimaksud dengan orang-orang yang zalim Ialah: orang-orang yang setelah diberikan kepadanya keterangan-keterangan dan penjelasan-penjelasan dengan cara yang paling baik, mereka tetap membantah dan membangkang dan tetap menyatakan permusuhan.

e.      Menurut surat Al-Anbiyaa (21) ayat 13, orang zhalim itu ketika merasakan azab dari Allah akan melarikan diri, kemudian orang yang beriman pun mengatakan pada orang zhalim secara mencemooh supaya mereka pun di tempat yang semula serta menikmati semua kelezatan hidup seperti biasanya dengan menjawab semua pertanyaan yang dihadapkan untuk mereka.

janganlah kamu lari tergesa-gesa; Kembalilah kamu kepada nikmat yang telah kamu rasakan dan kepada tempat-tempat kediamanmu (yang baik), supaya kamu ditanya[953].
(surat Al Anbiyaa (21) ayat 13)

[953] Maksudnya: orang yang zalim itu di waktu merasakan azab Allah melarikan diri, lalu orang-orang yang beriman mengatakan kepada mereka dengan secara cemooh agar mereka tetap ditempat semula dengan menikmati kelezatan-kelezatan hidup sebagaimana biasa untuk Menjawab pertanyaan-pertanyaan yang akan dihadapkan kepada mereka.

Sedangkan menurut hadist shahih yang diriwayatkan Ibnu Sirin, dimana Nabi Muhammad SAW mengatakan ”diantara jenis atau bentuk kezhaliman dari seseorang kepada saudaraya yaitu jika ia telah menyebutkan suatu keburukan yang diketahui oleh saudaranya serta menyembunyikan semua kebaikannya.” Berdasarkan kisah dari Abu Dzar Al-Ghifari dimana ketika Rasulullah memperoleh wahyu Allah, dan Allah pun berfirman, “Wahai hamba-Ku, aku sesungguhnya telah mengharamkan suatu kezhaliman terhadap diri-Ku, Aku pun telah menetapkan kezhaliman itu haram bagi kalian, untuk itu janganlah kalian berlaku zhalim.

Berdasarkan hadist yang lainnya, dimana Rasulullah SAW pun menyatakan dimana setiap orang harus takut akan kezhamilan sebab yang namanya kezhaliman merupakan kegelapan yang akan terjadi di hari kiamat. Berdasarkan penjelasan diatas, kita bisa memahami apa pengertian zhalim agama Islam, baik menurut Al-Quran maupun hadist. Perbuatan zhalim adalah perbuatan yang sangat dikehendaki oleh syaitan sang laknatullah.



Maka Apakah orang yang dijadikan (syaitan) menganggap baik pekerjaannya yang buruk lalu Dia meyakini pekerjaan itu baik, (sama dengan orang yang tidak ditipu oleh syaitan)? Maka Sesungguhnya Allah karena Kesedihan terhadap mereka. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat.
(surat Faathir (35) ayat 8)

Untuk itu perhatikanlah apa yang dikemukakan Allah SWT dalam surat Faathir (35) ayat 8 di atas, dikatakan bahwa orang yang telah dipengaruhi oleh syaitan, orang yang telah menjadikan syaitan sebagai pemimpinnya, akan memandang baik segala perbuatan buruk yang telah dilakukannya. Adanya kondisi ini bukan tidak mungkin orang yang telah berlaku zhalim tidak sadar bahwa ia telah melakukan perbuatan yang tidak disukai Allah SWT akibat pengaruh syaitan. Hasil akhir dari itu semua adalah Allah SWT lepas tangan kepada diri kita lalu bersiaplah merasakan panasnya api neraka yang panasnya 70 (tujuh puluh) kali api dunia. 

D.   MELANGGAR BATAS

Berdasarkan surat Al Ahjzab (33) ayat 52 di bawah ini, salah satu bentuk keburukan yang bertentangan dengan ibadah Ikhsan adalah berbuat sesuatu yang melanggar batas atau tidak sesuai apa yang telah ditetapkan berlaku. Salah satu contohnya adalah seorang lelaki bisa menikah lebih dari satu kali dengan catatan ia tidak boleh menikah lebih dari empat kali atau ia tidak bisa mengganti istrinya yang sah dengan wanita lain karena kecantikannya lebih menarik dibandingkan dengan istrinya yang sah. Jika ini terjadi maka terjadilah apa yang dinamakan dengan melanggar batas. Kondisi ini tidak dikehendaki oleh Allah SWT namun dikehendaki oleh Syaitan.

tidak halal bagimu mengawini perempuan-perempuan sesudah itu dan tidak boleh (pula) mengganti mereka dengan isteri-isteri (yang lain), meskipun kecantikannya menarik hatimu kecuali perempuan- perempuan (hamba sahaya) yang kamu miliki. dan adalah Allah Maha mengawasi segala sesuatu[1227].
(surat Al Ahzab (33) ayat 52)

[1227] Nabi tidak dibolehkan kawin sesudah mempunyai isteri-isteri sebanyak yang telah ada itu dan tidak pula dibolehkan mengganti isteri-isterinya yang telah ada itu dengan menikahi perempuan lain.

Selain daripada itu, berdoa kepada Allah SWT adalah hak diri kita yang diperkenankan oleh Allah SWT. Namun hak yang diperkenankan oleh Allah SWT akan melampaui batas jika kita melakukannya dengan suara yang keras lagi memekakkan telinga. Padahal yang dikehendaki oleh Allah SWT adalah lakukan berdoa dengan berendah diri dihadapan Allah SWT serta bersuara lemah lembut.

Alangkah ruginya kita yang telah diberi hak untuk berdoa kepada Allah SWT justru kita sendiri yang mensiasiakannya dengan meminta sesuatu yang melebihi batas serta cara meminta dengan yang tidak pantas seperti bersuara keras saat berdoa seolah olah Allah SWT jauh dan juga seolah olah Allah SWT tidak mendengar apa yang kita minta. Ingat, Allah SWT pasti akan mengabulkan doa yang kita panjatkan sepanjang syarat dan ketentuan berlaku telah mampu kita penuhi.
  

Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas[549].
dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah Amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.
(surat Al A’raaf (7) ayat 55 dan 56)

[549] Maksudnya: melampaui batas tentang yang diminta dan cara meminta.

Di lain sisi jika saat kita berdoa kepada Allah SWT menunjukkan bahwa diri kita lemah, diri kita tidak mampu, diri kita butuh pertolongan, diri kita butuh perlindungan dan lain sebagainya, yang kesemuanya menunjukkan bahwa yang butuh dengan Allah SWT adalah diri kita. Lalu alangkah naifnya jika kita yang butuh dengan Allah SWT justru berbuat dan bertindak yang berseberangan dengan kehendak Allah SWT? 

mereka tidak memelihara (hubungan) Kerabat terhadap orang-orang mukmin dan tidak (pula mengindahkan) perjanjian. dan mereka Itulah orang-orang yang melampaui batas.
(surat At Taubah (9) ayat 10)

Selanjutnya berdasarkan surat At Taubah (9) ayat 10 di bawah ini, termasuk perbuatan  melampaui batas adalah tindakan memutuskan hubungan kekerabatan dalam persaudaraan mukmin serta melanggar perjanjian apa yang telah menjadi sebuah kesepakatan bersama tanpa memandang suku, agama, warna kulit dan ras. Kita tidak bisa melanggar kesepakatan hanya karena ada perbedaan agama, perbedaan suku, perbedaan warna kulit dan juga ras. Kesepakatan harus tetap dilaksanakan sepanjang perjanjian belum dibatalkan oleh para pihak.

E.   IRI, DENGKI, HASAD

Berdasarkan surat Ali Imran (3) ayat 120 dan surat At Taubah (9) ayat 50 dan 51 di bawah ini, salah satu bentuk keburukan yang bertentangan dengan ibadah Ikhsan adalah berbuat iri, berbuat dengki, hasad kepada orang lain, Hal ini ditunjukkan saat orang lain memperoleh kebaikan kita justru bersedih hati atau saat orang mendapat bencana kita justru bergembira atau senang melihat orang susah atau susah melihat orang senang. Kondisi inilah yang disebut dengan keburukan, sesuatu yang sangat dikehendaki Syaitan. Bayangkan yang seharusnya kita turut prihatin atas musibah atau bencana yang dialami orang lain lalu turut membantu orang tersebut. Namun perbuatan kita justru bergembira di atas musibah orang lain atau justru lari meninggalkan mereka. Lalu kemanakah perginya rasa kasih sayang yang ada di dalam diri padahal Ruh/Ruhani telah disifati dengan sifat pengasih dan penyayang?


jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan.
(surat Ali Imran (3) ayat 120)

jika kamu mendapat suatu kebaikan, mereka menjadi tidak senang karenanya; dan jika kamu ditimpa oleh sesuatu bencana, mereka berkata: "Sesungguhnya Kami sebelumnya telah memperhatikan urusan Kami (tidak pergi perang)" dan mereka berpaling dengan rasa gembira.
Katakanlah: "Sekali-kali tidak akan menimpa Kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah pelindung Kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal."
(surat At Taubah (9) ayat 50 dan 51)

Sebagai makhluk yang telah diciptakan oleh Allah SWT sebagai makhluk yang terhormat maka sudah sepatutnya kita berperilaku terhormat sesuai dengan kehormatan yang kita miliki. Jika kita telah disifati oleh Allah SWT dengan sifat kasih sayang maka sudah sepatutnya kita berkasih sayang pula kepada sesama. Jika tidak maka kita tidak pantas lagi menyandang gelar makhluk yang terhomat. Perbuatan iri, dengki dan hasad bukanlah ciri dari orang yang beriman, melainkan ciri orang yang paling disukai oleh Syaitan. Selanjutnya jika iri, dengki dan hasad bukan menjadi ciri orang yang beriman, maka jangan pernah menjadikan perbuatan menjadi perbuatan diri kita karena resiko yang harus kita tanggung sangatlah berat.

F.    TIDAK MAU BERSYUKUR

Berdasarkan surat Al A’raaf (7) ayat 94 sampai 96 di bawah ini, salah satu bentuk keburukan yang bertentangan dengan ibadah Ikhsan adalah tidak mau bersyukur. Syukur mudah diucapkan, tetapi sulit untuk dilaksanakan sebab ungkapan rasa Syukur tidak cukup hanya dengan mengucapkan Terima Kasih. Untuk dapat dikatakan kita telah bersyukur, tentu harus ada parameter lainnya selain Terima Kasih. Sebagai contoh, jika kita diberi Hadiah berupa Baju Koko kemudian Baju Koko tersebut dipakai untuk membersihkan mobil, apakah hal ini sudah dikatakan bersyukur walaupun kita sudah mengucapkan terima kasih?

Kami tidaklah mengutus seseorang nabipun kepada sesuatu negeri, (lalu penduduknya mendustakan Nabi itu), melainkan Kami timpakan kepada penduduknya kesempitan dan penderitaan supaya mereka tunduk dengan merendahkan diri.
kemudian Kami ganti kesusahan itu dengan kesenangan hingga keturunan dan harta mereka bertambah banyak, dan mereka berkata: "Sesungguhnya nenek moyang Kamipun telah merasai penderitaan dan kesenangan", Maka Kami timpakan siksaan atas mereka dengan sekonyong-konyong sedang mereka tidak menyadarinya.
Jikalau Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, Maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.
(surat Al A’raaf (7) ayat 94 s/d 96)

Terima Kasih bukanlah ungkapan syukur, melainkan adab dan sopan Santun jika kita menerima sesuatu. Untuk itu setelah menerima Baju Koko, maka kita harus dapat meletakkan dan menempatkan Baju Koko dan juga pemberi Baju Koko, sebagai berikut:

a.      Baju Koko bukanlah sarana atau alat bantu untuk membersihkan Mobil, apabila kita melakukannya berarti kita telah keluar dari maksud dan tujuan dihadiahkannya Baju Koko kepada kita.
b.      Menerima sebuah Pemberian tidak terlepas dari menyenangkan hati pemberi Hadiah.
c.      Memakai Baju Koko sesuai dengan peruntukkannya merupakan penghormatan kepada pemberi Hadiah.

Ketiga ketentuan yang kami kemukakan di atas, berlaku secara umum dan harus kita laksanakan dalam rangka menjaga hubungan yang harmonis antar sesama umat manusia. Sekarang mari kita perhatikan diri kita sendiri yang telah diberikan Ruh yang berasal dari Nur-Nya Allah SWT, lalu juga telah diberikan Jasmani yang begitu canggih oleh Allah SWT, serta diri kita juga telah diberikan Amanah 7 yang berasal dari sifat Ma’ani Allah SWT.

Selain daripada itu Allah SWT juga telah mensibhghah Ruh/Ruhani diri kita dengan Asmaul Husna-Nya serta Allah SWT juga telah memberikan Af’idah, Akal, Hubbul serta Diinul Islam kepada diri kita, lalu wajibkah kita bersyukur kepada Allah SWT yang telah memberikan itu semuanya kepada diri kita?  Sampai dengan saat ini, hanya Allah SWT sajalah yang mampu memberikan hal-hal yang kami sebutkan di atas. Jika hal ini adalah kondisi dasar dari yang diberikan Allah SWT kepada diri kita, apakah cukup dengan mengucapkan Terima Kasih saja maka kita sudah dapat dikatakan Mensyukuri segala apa-apa yang telah diberikan Allah SWT? Terima Kasih tidak dapat kita jadikan acuan dan pedoman bagi kesuksesan pelaksanaan Syukur kepada Allah SWT seperti yang dikemukakan Allah SWT dalam surat  Al Baqarah (2) ayat 152 di bawah ini.


karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya aku ingat (pula) kepadamu[98], dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.
(surat Al Baqarah (2) ayat 152)

[98] Maksudnya: aku limpahkan rahmat dan ampunan-Ku kepadamu.


Setiap manusia yang ada di muka bumi ini, termasuk diri kita adalah penerima Ruh, penerima Amanah 7, penerima sibghah Asmaul Husna, penerima Akal dan Perasaan, penerima Hubbul,  penerima Jasmani yang begitu canggih, serta penerima Diinul Islam, lalu sudahkah kita mensyukuri pemberian Allah SWT tersebut? Jika kita ingin bersyukur kepada Allah SWT, maka kita harus berpedoman kepada surat Al Baqarah (2) ayat 152 yang kami kemukakan di atas, karena Allah SWT telah memberikan tuntunannya kepada kita jika ingin bersyukur kepada-Nya, yaitu:

a.      Jika kita bersyukur telah menerima Ruh dari Allah SWT, sudahkah kita melaksanakan pernyataan Ketuhanan kepada Allah SWT?
b.      Jika kita bersyukur telah menerima Ilmu sebagai bagian Amanah 7, lalu sudahkah Ilmu tersebut kita manfaatkan sesuai dengan peruntukkannya dan juga apakah sudah kita ajarkan dengan baik kepada yang membutuhkannya?
c.      Jika kita bersyukur telah menerima Af’idah atau Perasaan dan juga Akal dari Allah  SWT, apakah kita masih juga terus menyakiti orang lain?
d.     Jika kita bersyukur telah menerima Hubbul Maal dari Allah SWT, sudahkan sebahagian RezekiI yang kita peroleh kita zakatkan, infaqkan, untuk orang yang tidak mampu?
e.      Jika kita bersyukur telah menerima Ar Rahman dan Ar Rahhim dari Allah SWT, sudahkah kita berkasih sayang dengan kepada sesama manusia?
f.       Jika kita bersyukur telah menerima Jasmani yang Canggih dari Allah SWT, sudahkah kekuatan yang ada di dalam tubuh kita dipergunakan untuk kebaikan?
g.      Jika kita bersyukur telah menerima Diinul Islam sebagai Agama yang Haq, sudahkah kita menjalankannya secara Kaffah?

Sebagai Khalifah yang tidak lain tamu di muka bumi yang diciptakan oleh Allah SWT, sudahkah kita mampu melaksanakan 7(tujuh) ketentuan yang kami kemukakan di atas sebagai wujud Syukur kita kepada Allah SWT? Selain daripada itu, untuk membuktikan bahwa kita telah mampu bersyukur kepada Allah SWT, kedua hal yang akan kami kemukakan di bawah ini harus sudah mampu kita laksanakan saat hidup di dunia ini, yaitu:

1.      Saat kita bersyukur kepada Allah SWT maka kita harus saling memberi dan saling menerima, contohnya setelah menerima Rezeki dari Allah SWT jangan simpan Rezeki itu untuk kepentingan diri sendiri saja, bagilah kepada yang membutuhkannya maka Allah SWT akan memberikan kembali Rezeki tersebut kepada kita.

dan Barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, Maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik.
(surat Al Israa' (17) ayat 19)

2.      Saat kita bersyukur kepada Allah SWT maka sudah tidak ada lagi Dusta diantara kita dengan Allah SWT, atau jangan pernah mengingkari segala nikmat yang pernah Allah SWT berikan.

karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya aku ingat (pula) kepadamu[98], dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.
(surat Al Baqarah (2) ayat 152)


Sebagai Khalifah yang sedang melaksanakan tugas di muka bumi, sudahkah kita melakukan tindakan-tindakan yang sesuai dengan Kehendak Allah SWT selaku pemberi Ruh, Amanah 7, Af’idah atau Perasaan, Akal, Hubbul serta Diinul Islam? Kami berharap pembaca buku ini termasuk orang-orang yang Tahu dan Mengerti serta paham akan arti dan makna bersyukur kepada Allah SWT terkecuali jika anda berkehendak sesuai dengan apa yang dikehendaki Syaitan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar