Label

MEMANUSIAKAN MANUSIA: INILAH JATIDIRI MANUSIA YANG SESUNGGUHNYA (79) SETAN HARUS JADI PECUNDANG: DIRI PEMENANG (68) SEBUAH PENGALAMAN PRIBADI MENGAJAR KETAUHIDAN DI LAPAS CIPINANG (65) INILAH ALQURAN YANG SESUNGGUHNYA (60) ROUTE TO 1.6.799 JALAN MENUJU MAKRIFATULLAH (59) MUTIARA-MUTIARA KEHIDUPAN: JALAN MENUJU KERIDHAAN ALLAH SWT (54) PUASA SEBAGAI KEBUTUHAN ORANG BERIMAN (50) ENERGI UNTUK MEMOTIVASI DIRI & MENJAGA KEFITRAHAN JIWA (44) RUMUS KEHIDUPAN: TAHU DIRI TAHU ATURAN MAIN DAN TAHU TUJUAN AKHIR (38) TAUHID ILMU YANG WAJIB KITA MILIKI (36) THE ART OF DYING: DATANG FITRAH KEMBALI FITRAH (33) JIWA YANG TENANG LAGI BAHAGIA (27) BUKU PANDUAN UMROH (26) SHALAT ADALAH KEBUTUHAN DIRI (25) HAJI DAN UMROH : JADIKAN DIRI TAMU YANG SUDAH DINANTIKAN KEDATANGANNYA OLEH TUAN RUMAH (24) IKHSAN: INILAH CERMINAN DIRI KITA (24) RUKUN IMAN ADALAH PONDASI DASAR DIINUL ISLAM (23) ZAKAT ADALAH HAK ALLAH SWT YANG HARUS DITUNAIKAN (20) KUMPULAN NASEHAT UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK (19) MUTIARA HIKMAH DARI GENERASI TABI'IN DAN TABI'UT TABIIN (18) INSPRIRASI KESEHATAN DIRI (15) SYAHADAT SEBAGAI SEBUAH PERNYATAAN SIKAP (14) DIINUL ISLAM ADALAH AGAMA FITRAH (13) KUMPULAN DOA-DOA (10) BEBERAPA MUKJIZAT RASULULLAH SAW (5) DOSA DAN JUGA KEJAHATAN (5) DZIKIR UNTUK KEBAIKAN DIRI (4) INSPIRASI DARI PARA SAHABAT NABI (4) INILAH IBADAH YANG DISUKAI NABI MUHAMMAD SAW (3) PEMIMPIN DA KEPEMIMPINAN (3) TAHU NABI MUHAMMAD SAW (3) DIALOQ TOKOH ISLAM (2) SABAR ILMU TINGKAT TINGGI (2) SURAT TERBUKA UNTUK PEROKOK dan KORUPTOR (2) IKHLAS DAN SYUKUR (1)

Minggu, 27 Mei 2018

KEDUDUKAN KA'BAH SEBAGAI KIBLAT BAGI UMAT MANUSIA



Untuk mempertegas tentang kedudukan Ka’bah yang menjadi kiblat bagi umat manusia, berikut ini akan kami kemukakan beberapa hikmah dan rahasia kenapa Allah SWT mengadakan kiblat yang dikemukakan oleh “KHM Ali Usman, dalam bukunya Pelanggaran Kesucian Masjidil Haram”, yaitu:


1.      Diadakannya  kiblat (arah) menghadap dalam shalat, agar setidak tidaknya pada lima waktu dalam sehari semalam, seorang hamba wajib menghadapkan diri kepada Allah SWT, menyesuaikan semua bacaan dan pujian kepadaNya, menunjukkan penghambaan dirinya kepada Allah SWT, ruku’ dan sujud hanya kepadaNya serta agar selalu ingat tujuan hidupnya.

Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.
(surat Al An’am (6) ayat 162)


2.   Barulah seseorang itu mendapatkan faedah dan kegunaan shalat dan merasakan pengaruh bathinnya apabila ia melakukan khusyu’ dalam shalatnya. Salah satu cara mendapatkannya ialah menghadapkan diri sepenuhnya kepada satu arah yang telah ditentukanNya dalam hal ini Kiblat, lalu tenang dan hening, tidak boleh menoleh ke kanan dan ke kiri.


3.  Kiblat mengandung unsur pendidikan yaitu menuntun orang orang mu’min ke arah senantiasa berkasih sayang, bergaul dengan harmonis dan senantiasa ingat akan tujuan hidup, ingat tempat kembali yaitu kepada Sang Maha Pencipta.


4. Kiblat mengandung unsur pendidikan yaitu  membimbing kearah permupakatan dan persatuan.


5.      Ka’bah dijadikan arah (kiblat)  bagi orang yang mendirikan shalat ialah untuk memberikan pengaruh dan bekas terhadap bathin orang muk’min yang menghadap kepadaNya dalam shalat dan dalam arahnya serta pengaruh sifat sifat Allah SWT yang juga telah menjadi modal dasar diri kita saat menjadi khalifah di muka bumi, seperti : (a). Qudrat (kekuasaan); (b). Iradat (kemauan dan kehendak); (c). Ilmu (keluasan ilmu pengetahuan); (d). Hayat (ketabahan) menempuh gelombang gelombang hidup; (e). Sama’ (pendengaran) dan mendengarkan segala yang baik; (f). Bashar (penglihatan) dan melihat segala yang menimbulkan suritauladan yang baik; dan (g). Kalam (perkataan) dan mengucapkan kata kata yang bermanfaat.


6.   Menurut ahli falak bahwa ruang angkasa ini penuh dengan sinar sinar yang berasal dari semua makhluk antara lain juga sinar yang berasal dari manusia dan sinar yang berasal dari Ka’bah. Hal ini dikarenakan Allah SWT mengarahkan sinar manusia (energi positif dari doa, harapan dan pengagungan manusia kepada Allah SWT) itu ke satu arah yaitu  ka’bah, agar manusia senantiasa mendapat pantulan sinar dari Ka’bah (maksudnya adalah dari Allah SWT).


7.    Orang yang sedang mendirikan shalat berarti orang itu  sedang menghadap dan menerima cahaya dan pantulan sinar (energi positif) yang terdapat di Ka’bah. Allah SWT juga telah memerintahkan kepada para calon haji dan umroh dari seluruh dunia agar berduyun duyun, sambil berpakaian ihram, satu warna, satu corak dan satu tujuan untuk mengunjungi arah sumber sinar dan nur yang terpusat di Ka’bah. Apalagi ditambahkan oleh Allah SWT kepada Masjidil Haram yaitu tempat yang terhormat dan yang tersuci.


Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus[1039], yang di dalamnya ada pelita besar. pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya)[1040], yang minyaknya (saja) Hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.
(surat An Nur (24) ayat 35)


[1039] Yang dimaksud lubang yang tidak tembus (misykat) ialah suatu lobang di dinding rumah yang tidak tembus sampai kesebelahnya, biasanya digunakan untuk tempat lampu, atau barang-barang lain.
[1040] Maksudnya: pohon zaitun itu tumbuh di puncak bukit ia dapat sinar matahari baik di waktu matahari terbit maupun di waktu matahari akan terbenam, sehingga pohonnya subur dan buahnya menghasilkan minyak yang baik.



a.      Orang yang pernah mengunjungi Ka’bah, selain akan mendapat sinar Allah SW yang lebih kuat dan keras voltasenya, juga akan mendapat cahaya iman yang lebih terang. Bayangkan saja: Kaum muslimin yang melakukan shalat berjamaah di Masjidil Haram. Mereka itu berbaris baris, bershaf shaf mengelilingi Ka’bah sumber nur itu. Mulai dari yang terdekat di belakang imam, terdekat kepada Ka’bah. Semakin jauh dari Ka’bah semakin besar lingkaran shaf yang mengililingi Ka’bah. Begitu yang terjadi di dalam Masjidil Haram dan juga yang di luarnya hingga meluas dan melebar lingkaran shaf kaum muslimin berkeliling menghadapi Ka’bah yang terletak pada pusat daratan bumi ini.


Keadaan ini benar benar laksana orang yang melemparkan batu ke tengah tengah sungai atau danau. Jatuhnya batu itu ke air menimbulkan lingkaran ombak (gelombang). Gelombang yang terbesar ialah yang terdekat dengan jatuhnya batu itu. Lalu lingkaran gelombang gelombang itu semakin jauh dari jatuhnya batu tadi semakin meluas dan mengecil hingga menghilang sama sekali, sekalipun hakikatnya tidak hilang. Begitulah halnya orang yang berdiri dekat dengan Ka’bah akan mendapat gelombang nur (cahaya) Allah SWT yang lebih besar dan mendapat gelombang sinar (cahaya) yang lebih keras. Begitupun orang yang berdiri jauh dari Ka’bah seperti halnya kita di Indonesia..


Kesimpulannya adalah Ka’bah dapat dikatakan sebagai sumber Nur dan Sinar (cahaya) atau sumber energi positif yang tidak kelihatan. Orang yang baru datang dan dekat dengan Ka’bah adalah orang yang mempunyai nur dan sinar yang keras apalagi kalau ia mendapat Haji dan Umroh yang mabrur.


b.      Menurut ilmu pengetahuan terbaru bahwa manusia adalah laksana suatu alat pengirim dan penerima sinar. Kemanapun manusia menghadap tidak akan terlepas dari ukuran 360 derajat. Bila kita menghadap kea rah Ka’bah yang lebih dekat maka kita akan lebih cepat menerima cahaya yang bersumber dari Ka’bah sehingga akan menerima cahaya dan sinar yang lebih keras lag. Oleh sebab itu sinar atau cahaya orang yang beriman, orang yang suka berwudhu, orang yang shalat khsusyu’ dan taat melaksanakan perintah Allah SWT dan menjauhi larangannya, lebih kuat lebih keras, lebih bersemarak dan berseri dibandingkan dengan orang yang tidak melakukan hal tersebut di atas.


8.      Adanya pengaruh tempat dan pengaruh arah bagi hati dan jiwa manusia:


a.      Pengaruh tempat bagi jiwa, dapat kita rasakan sendiri bila saja kita di dalam rumah sendiri berbeda dengan di dalam rumah orang lain. Begitu juga Ka’bah. Ia mempunyai pengaruh yang unik kepada jiwa dan raga manusia. Masjidil Haram, Masjid Nabawi, dan Baitul Maqdis, masing masing mempunyai pengaruh yang unik pula. Kota Makkah dan kota Madinah juga mempunyai pengaruh yang sangat unik terhadap jiwa orang mukmin atau orang muslim.

Pengaruh masjid atau mushalla lain lagi dengan pengaruh rumah biasa. Pengaruh taman yang indah lain pula dengan pengaruh perkuburan. Perkuburan bisa lain dengan pengaruh perkuburan orang orang shaleh seperti Ma’la, Baqi dan perkuburan para syuhada perang Badar seumpanya.

Kota Makkah, Masjidil Haram, dekat Ka’bah nyatalah kepada orang orang yang pernah berkunjung kesana, mempunyai pengaruh yang hebat untuk beribadah, memiliki pengaruh saat mendekatkan diri kepada Allah SWT serta berpengaruh saat menggembleng jiwa serta membersihkan akhlak dan budi pekerti.


b.   Pengaruh arah juga demikian, segala sesuatu mengarah untuk mengikuti daya tarik bumi yang mengakibatkan benda jatuh ke bawah. Sekarang Allah SWT sudah menentukan arah yang paling baik adalah Ka’bah. Dimanapun kita berada, maka arah yang paling baik buat umat manusia adalah arah Ka’bah, menghadap Kiblat.


Hal yang harus kita perhatikan setelah diri kita memperoleh kesempatan melihat Ka’bah secara langsung, jangan pernah terpesona dengan bangunan Ka’bah. Akan tetapi berusahalah untuk bertemu dengan pemilik Ka’bah itu, karena pemilik Ka’bah itulah yang telah mengundang diri kita ke Baitullah, dalam rangka melaksanakan Ibadah Haji dan Umroh. Lalu jadikan diri kita menjadi Tamu yang sudah ditunggu-tunggu kedatangannya oleh Tuan Rumah, atau jadikan diri kita menjadi pribadi-pribadi yang sangat dibanggakan oleh Tuan Rumah, dengan berperilaku yang sesuai dengan kehendak Allah SWT baik di Baitullah maupun setelah pulang melaksanakan ibadah Haji dan Umroh.Adanya kondisi yang kami kemukakan di atas, mengharuskan diri kita untuk mematuhi segala ketentuan, segala peraturan saat menjadi tamu Allah SWT di Baitullah. 


Disinilah letaknya kita harus memiliki ilmu tentang Tata Cara Berhaji dan Umroh yang sesuai dengan kehendak Allah SWT selaku pengundang dan pemilik alam semesta ini. Sebagai bahan perbandingan, untuk bertemu dengan Presiden saja kita harus memenuhi segala syarat protokoler istana, barulah kita bisa bertemu dengan Presiden. Adanya kondisi ini menunjukkan kepada diri kita untuk menjadi Tamu yang dikehendaki oleh Allah SWT, dapat dipastikan kitapun harus pula memenuhi syarat dan ketentuan yang berlaku, seperti memenuhi dan mematuhi serta melaksanakan Rukun Haji dan Umroh, Wajib Haji dan Umroh serta Sunnah Haji dan Umroh yang juga harus dibarengi dengan memiliki ilmu tentang manasik Haji dan Umroh serta mampu melunasi biaya Haji dan Umroh dengan keuangan yang halal. 


Saat diri kita melaksanakan ibadah Haji dan Umroh, maka pada saat itu kita harus bisa menyesuaikan diri dengan Kemahaan, Kebesaran dan Kesucian Allah SWT selaku Tuan Rumah. Jika Allah SWT memiliki Af’al atau perbuatan Al-Quddus maka kita harus suci pula saat menjadi tamu Allah SWT maupun setelah pulang dari melaksanakan Ibadah Haji dan Umroh dengan melakukan Thaharah terlebih dahulu serta mempergunakan Ihram. Jika Allah SWT memiliki perbuatan Ar Rahman dan Ar Rahiem maka kita harus pula berperilaku kasih sayang kepada sesama baik saat menjadi Tamu Allah SWT maupun setelah melaksanakan ibadah Haji dan Umroh.


Demikian seterusnya sesuai dengan Asmaul Husna.Adanya kesamaan perbuatan yang kita lakukan dengan kemahaan dan kebesaran Allah SWT terjadilah apa yang dinamakan kesesuaian antara diri kita selaku tamu yang diundang dengan pengundang yang pada akhirnya akan memudahkan diri kita menjadi tamu yang dikehendaki oleh Allah SWT. Sekarang bertanyalah kepada diri kita sendiri, apakah kondisi yang kami kemukakan di atas ini sudah kita miliki dan juga kita  terapkan saat melaksanakan ibadah Haji dan Umroh dan juga setelah pulang melaksanakan ibadah Haji dan Umroh sebagai bentuk manifestasi Haji dan Umroh yang mabrur?



Minggu, 06 Mei 2018

12 (DUA BELAS) KELOMPOK MANUSIA DI PADANG MAHSYAR



Kematian dapat diartikan sebagai tamu yang akan mendatangi setiap orang. Jika kematian dikatakan sebagai tamu, maka kita yang akan didatangi oleh kematian dapat dikatakan sebagai tuan rumah. Sebagai tuan rumah yang akan kedatangan tamu berupa kematian sudahkah kita mempersiapkan penyambutan tamu yang akan mendatangi diri kita?


tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. dan Sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, Maka sungguh ia telah beruntung. kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.
(surat Ali Imran (3) ayat 185)


Menurut sebahagian ulama mengemukakan bahwa dekat dekat akan meninggal malaikat maut akan berulang ulang mengunjungi orang yang akan meninggal. Kedatangan malaikat maut ini sebenarnya adalah suatu peringatan bahwa tidak lama lagi orang itu akan meninggal. Rasulullah SAW telah bersabda: “Apabila Allah bermaksud baik kepada seorang hamba, maka bentuk malaikat maut itu akan disesuaikan dengan amal shalehnya sebelum mati”


Semakin banyak amal shalehnya maka bentuk malaikat maut yang datangakan semakin menyenangkan.Dan semakin besar dosanya maka bentuknya akan semakin menakutkan. Seringkali kita jumpai orang yang sakratul maut yang menepis atau menolak bila dibisikkan” Lailaha Illallah” di telinganya. Hal ini terjadi karena dalam keadaan sekarat, akal telah pergi, ingatan hilang, hati nurani akan menyampingkan semua hal, kecuali pada apa yang dicintai saja. Oleh karena itu, bila kita ingin pada saat meninggal nanti hanya ingat kepada Allah SWT dengan mengucapkan “Lailaha Illallah” maka pupuklah rasa cinta kepada Allah SWT. Untuk menumbuhkan rasa cinta kepada Allah SWT biasakanlah berdzikir mengingatNya. Jadikan Allah SWT itu menjadi kekasih dan letakkan Dia dalam rongga hati yang yang paling dalam.


Rasulullah SAW bersabda: “Janganlah kamu memaki orang yang telah mati. Karena sesungguhnya mereka telah menemui apa yang mereka amalkan semasa hidupnya”.


Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya kubur adalah tahap pertama dari beberapa tahap tempat di akhirat. Kalau seseorang telah selamat disitu maka tahap yang selanjutnya akan lebih enteng dan kalau tidak selamat disitu, tahap yang selanjutnya akan lebih berat lagi”.


Mengucapkan kalimat “Lailaha Illallah” dengan sepenuh perasaan pada saat sakratul maut, selintas kedengarannya mudah, namun kenyataannya hanya orang tertentu saja yang sanggup melaksanakannya. Hal ini disebabkan oleh:


a.      Pada waktu sakratul maut, akal atau ingatan sudah tidak berfungsi normal, bahkan dapat dikatakan hilang.
b.      Syaitan menggoda dengan seberat beratnya godaan. Biasanya syaitan muncul di penglihatan orang yang sekarat itu menyerupai orang yang dikenal dekat dan sudah meninggal dunia.
c.      Rasa sakit yangs amat sangat.


Dalam keadaan ini, jelaslah yang bekerja hanyalah alam bawah sadar saja, yang teringat adalah hanya apa apa yang kita cintai dan kita rindukan siang malam.


Ingat, kuburan bergerak secara pasti menghampiri diri kita dengan kecepatan 60 (enam puluh) detik permenit atau 60 (enam puluh) menit per jam serta di akhirat nanti tidak ada jalan keluar dari neraka.


Selanjutnya, dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Mu’azd bin Jabal dijelaskan, bahwa Nabi Muhammad SAW pernah ditanya tentang maksud dari firman Allah SWT yang terdapat di dalam surat An Naba’ ayat 18 di bawah ini:


Yaitu hari (yang pada waktu itu) ditiup sangsakala lalu kamu datang berkelompok-kelompok,
(suarat An Naba’ (78) ayat 18)


Mendengar pertanyaan yang demikian itu, beliau menangis hingga air matanya membasahi tanah. Selesai menangis, beliau bersabda: Wahai orang yang bertanya, engkau menanyakan aku suatu urusan yang sangat besar. Sesungguhnya maksud ayat tersebut, adalah bahwa umatku kelak akan dibangkitkan dan dikumpulkan menuju Padang Mahsyar, berkelompok kelompok, sehingga menjadi 12 (dua) belas kelompok.


Kelompok pertama, mereka yang dibangkitkan dari kuburnya  dan menuju Padang Mahsyar tanpa tangan dan kaki. Sepanjang jalan itu, diperkenalkan dan  dikomentari: Inilah mereka yang semasa hidupnya pernah menyakitkan hati tetangganya dan sampai mati tidak mau bertobat (minta maaf), padahal Allah SWT memerintahkan untuk berlaku baik kepada tetangga.

sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh[294], dan teman sejawat, Ibnu sabil[295] dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri,
(surat An Nisaa’ (4) ayat 36)

[294] Dekat dan jauh di sini ada yang mengartikan dengan tempat, hubungan kekeluargaan, dan ada pula antara yang Muslim dan yang bukan Muslim.
[295] Ibnus sabil ialah orang yang dalam perjalanan yang bukan ma'shiat yang kehabisan bekal. Termasuk juga anak yang tidak diketahui ibu bapaknya.


Kelompok kedua, mereka yang dibangkitkan dari kuburnya dan dikumpulkan menuju Padang Mahsyar dengan berupa binatang (berupa babi, kera dan lainnya). Sepanjang jalan diperkenalkan dan dikomentari: Inilah orang orang yang meremehkan ibadah Shalat dan sampai mati tidak mau bertaubat. Mereka yang semacam inilah yang dimaksud dalam surat Al Ma’un (107) ayat 4 dan 5)


Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat,
(yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya,
(surat Al Maa’uun (107) ayat 4 dan 5)


Kelompok ketiga, mereka yang dibangkitkan dari kubur dan dikumpulkan menuju Padang Mahsyar, dengan perut besar seperti gunung. Mereka diperkenalkan dan dikomentari sepanjang jalan sebagai orang orang yang tidak mau mengeluarkan zakat dam sampai mati tidak mau bertaubat.


Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, Maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih,
(surat At Taubah (9) ayat 34)


Kelompok keempat, mereka yang dibangkitkan dari kubur dan dikumpulkan menuju Padang Mahsyar dalam keadaan keluar darah dari mulutnya, ususnya diseret di tanah. Mereka dikomentari sepanjang jalan: Mereka ini orang orang yang dusta dalam jual beli, dalam sumpah dan janji serta mereka tidak bertaubat sampai mati.


Sesungguhnya orang-orang yang menukar janji (nya dengan) Allah dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit, mereka itu tidak mendapat bahagian (pahala) di akhirat, dan Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka dan tidak akan melihat kepada mereka pada hari kiamat dan tidak (pula) akan mensucikan mereka. bagi mereka azab yang pedih.
(surat Ali Imran (3) ayat 77)


Kelompok kelima, mereka yang dibangkitkan dari kubur dan dikumpulkan menuju Padang Mahsyar menyembunyikan diri dari manusia dan baunya lebih busuk daripada bangkai. Mereka ini diperkenalkan: inilah mereka yang melakukan perbuatan perbuatan maksiat dengan sembunyi dan rahasia dari manusia dan mereka tidak takut kepada Allah SWT serta tidak mau bertobat sampai matinya.


itu lebih dekat untuk (menjadikan Para saksi) mengemukakan persaksiannya menurut apa yang sebenarnya, dan (lebih dekat untuk menjadikan mereka) merasa takut akan dikembalikan sumpahnya (kepada ahli waris) sesudah mereka bersumpah[456]. dan bertakwalah kepada Allah dan dengarkanlah (perintah-Nya). Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.
(surat An Nisaa’ (4) ayat 108)

[456] Maksud sumpah itu dikembalikan, ialah saksi-saksi yang berlainan agama itu ditolak dengan bersumpahnya saksi-saksi yang terdiri dari karib kerabat, atau berarti orang-orang yang bersumpah itu akan mendapat Balasan di dunia dan akhirat, karena melakukan sumpah palsu.


Kelompok keenam, mereka yang dibangkitkan dari kubur dan dikumpulkan menuju Padang Mahsyar dengan kepala terpotong hingga lehernya (tanpa kepala) dan mereka dikomentari : inilah orang orang yang memberikan kesaksian palsu dan dusta serta sampai mati tidak mau bertaubat.


Kelompok ketujuh, mereka yang dibangkitkan dari kubur dan dikumpulkan menuju Padang Mahsyar tanpa lidah dan dari mulutnya mengalir darah dan nanah. Kepada mereka dikomentari : Mereka inilah yang tidak mau memberikan kesaksian dalam kebenaran dan sampai mati tidak mau bertaubat, padahal Allah SWT melarangnya.


jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, Maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang[180] (oleh yang berpiutang). akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, Maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) Menyembunyikan persaksian. dan Barangsiapa yang menyembunyikannya, Maka Sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
(surat Al Baqarah (2) ayat 283)

[180] Barang tanggungan (borg) itu diadakan bila satu sama lain tidak percaya mempercayai.


Kelompok kedelapan, mereka yang dibangkitkan dari kubur dan dikumpulkan menuju Padang Mahsyar dalam keadaan terbalik, kaki di atas, kepala di bawah dan dari kemaluannya mengalir darah dan nanah. Kepada mereka itu dikomentari: Inilah mereka yang berzina dan sampai mati tidak mau bertaubat.


 dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk.
(surat Al Israa’ (17) ayat 32)


Kelompok kesembilan, mereka yang dibangkitkan dari kubur dan dikumpulkan menuju Padang Mahsyar dengan muka yang hitam, mata yang biru dan perutnya penuh dengan api. Kepada mereka itu dikomentari: Inilah orang orang yang memakan harta anak yatim dan sampai mati tidak mau bertaubat.


Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka).
(surat An Nisaa’ (4) ayat 10)


Kelompok kesepuluh, mereka yang dibangkitkan dari kubur dan dikumpulkan menuju Padang Mahsyar dalam keadaan sakit kusta/lepra, belang dan kadas. Kepada mereka itu dikomentari: Inilah orang orang yang durhaka dan pernah menyakitkan hati kedua orang tuanya  dan sampai mati tidak mau bertaubat (minta maaf) kepada keduanya. Padahal Allah SWT telah memerintahkan untuk berbuat baik kepada kedua orang tua.


sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh[294], dan teman sejawat, Ibnu sabil[295] dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri,
(surat An Nisaa’ (4) ayat 36)

[294] Dekat dan jauh di sini ada yang mengartikan dengan tempat, hubungan kekeluargaan, dan ada pula antara yang Muslim dan yang bukan Muslim.
[295] Ibnus sabil ialah orang yang dalam perjalanan yang bukan ma'shiat yang kehabisan bekal. Termasuk juga anak yang tidak diketahui ibu bapaknya.


Kelompok kesebelas, mereka yang dibangkitkan dari kubur dan dikumpulkan menuju Padang Mahsyar dalam keadaan buta hati, giginya menjulur seperti tanduk sapi, kelopak matanya menjulur sampai kedadanya, lidahnya menjulur sampai pahanya dan dari perutnya keluar kotoran.  Kepada mereka itu dikomentari: mereka ini adalah orang orang yang meminum minuman yang memabukkan dan main judi dan sampai mati tidak mau bertaubat.


Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah[434], adalah Termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.
(surat Al Maaidah (5) ayat 90)

[434] Al Azlaam artinya: anak panah yang belum pakai bulu. orang Arab Jahiliyah menggunakan anak panah yang belum pakai bulu untuk menentukan Apakah mereka akan melakukan suatu perbuatan atau tidak. Caranya Ialah: mereka ambil tiga buah anak panah yang belum pakai bulu. setelah ditulis masing-masing Yaitu dengan: lakukanlah, jangan lakukan, sedang yang ketiga tidak ditulis apa-apa, diletakkan dalam sebuah tempat dan disimpan dalam Ka'bah. bila mereka hendak melakukan sesuatu Maka mereka meminta supaya juru kunci ka'bah mengambil sebuah anak panah itu. Terserahlah nanti Apakah mereka akan melakukan atau tidak melakukan sesuatu, sesuai dengan tulisan anak panah yang diambil itu. kalau yang terambil anak panah yang tidak ada tulisannya, Maka undian diulang sekali lagi.


Kelompok keduabelas, mereka yang dibangkitkan dari kubur dan dikumpulkan menuju Padang Mahsyar dengan wajah seperti bulan purnama, mereka melewati titian secepat kilat.  Kepada mereka itu dikomentari: mereka ini adalah orang orang yang beramal shaleh, menjauhkan diri dari perbuatan terlarang dan melarang orang dari perbuatan perbuatan maksiat dan mereka selalu mendirikan shalat dan ibadah ibadah lainnya dan mereka bertaubat sebelum meninggal dunia.

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan Kami ialah Allah", kemudian mereka tetap istiqamah[1388] Maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita.
mereka Itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya; sebagai Balasan atas apa yang telah mereka kerjakan.
(surat Al Ahqaaf (46) ayat 13 dan 14)

[1388] Istiqamah ialah teguh pendirian dalam tauhid dan tetap beramal yang saleh.


Barangsiapa bertaubat tetapi tidak menambah ibadahnya, ia bukannya telah bertaubat.
Barangsiapa bertaubat tetapi tidak mengubah perilakunya, ia bukannya telah bertaubat.
Barangsiapa bertaubat tetapi tidak mengganti temannya, ia bukannya telah bertaubat.
Barangsiapa bertaubat tetapi tidak menuntut ilmu, tidak membuang sifat riya, tidak menyedekahkan kelebihan yang dimilikinya, ataupun tidak meminta maaf kepada orang yang pernah disakitinya, ia bukannya telah bertaubat.


SABAR DARI MENAHAN AHWA (HAWA NAFSU) ITU BERAT, TETAPI MENAHAN SIKSAAN NERAKA ITU, JAUH LEBIH BERAT DARIPADA MENAHAN NAFSU.


“Manusia yang paling cerdik ialah yang terbanyak mengingat kematian serta terbanyak persiapannya untuk menghadapi kematian itu. Mereka itulah yang benar benar cerdik dan mereka akan pergi ke alam baqa dengan membawa kemulian dunia dan kemuliaan akhirat “
(HR  Ath Thirmidzi, Ibnu Majah, Hakim)


(diambil dari buku MEMBANGUN MANUSIA SEUTUHNYA MENURUT AL QUR’AN karangan Drs Abubakar Muhammad, penerbit Al Ikhlas, Surabaya dan dari buku SENTUHAN KALBU: Penghantar Mencapai Pencerahan Jiwa oleh Ir Permadi Alibasyah, Jakarta)