Label

MEMANUSIAKAN MANUSIA: INILAH JATIDIRI MANUSIA YANG SESUNGGUHNYA (79) SETAN HARUS JADI PECUNDANG: DIRI PEMENANG (68) SEBUAH PENGALAMAN PRIBADI MENGAJAR KETAUHIDAN DI LAPAS CIPINANG (65) INILAH ALQURAN YANG SESUNGGUHNYA (60) ROUTE TO 1.6.799 JALAN MENUJU MAKRIFATULLAH (59) MUTIARA-MUTIARA KEHIDUPAN: JALAN MENUJU KERIDHAAN ALLAH SWT (54) PUASA SEBAGAI KEBUTUHAN ORANG BERIMAN (50) ENERGI UNTUK MEMOTIVASI DIRI & MENJAGA KEFITRAHAN JIWA (44) RUMUS KEHIDUPAN: TAHU DIRI TAHU ATURAN MAIN DAN TAHU TUJUAN AKHIR (38) TAUHID ILMU YANG WAJIB KITA MILIKI (36) THE ART OF DYING: DATANG FITRAH KEMBALI FITRAH (33) JIWA YANG TENANG LAGI BAHAGIA (27) BUKU PANDUAN UMROH (26) SHALAT ADALAH KEBUTUHAN DIRI (25) HAJI DAN UMROH : JADIKAN DIRI TAMU YANG SUDAH DINANTIKAN KEDATANGANNYA OLEH TUAN RUMAH (24) IKHSAN: INILAH CERMINAN DIRI KITA (24) RUKUN IMAN ADALAH PONDASI DASAR DIINUL ISLAM (23) ZAKAT ADALAH HAK ALLAH SWT YANG HARUS DITUNAIKAN (20) KUMPULAN NASEHAT UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK (19) MUTIARA HIKMAH DARI GENERASI TABI'IN DAN TABI'UT TABIIN (18) INSPRIRASI KESEHATAN DIRI (15) SYAHADAT SEBAGAI SEBUAH PERNYATAAN SIKAP (14) DIINUL ISLAM ADALAH AGAMA FITRAH (13) KUMPULAN DOA-DOA (10) BEBERAPA MUKJIZAT RASULULLAH SAW (5) DOSA DAN JUGA KEJAHATAN (5) DZIKIR UNTUK KEBAIKAN DIRI (4) INSPIRASI DARI PARA SAHABAT NABI (4) INILAH IBADAH YANG DISUKAI NABI MUHAMMAD SAW (3) PEMIMPIN DA KEPEMIMPINAN (3) TAHU NABI MUHAMMAD SAW (3) DIALOQ TOKOH ISLAM (2) SABAR ILMU TINGKAT TINGGI (2) SURAT TERBUKA UNTUK PEROKOK dan KORUPTOR (2) IKHLAS DAN SYUKUR (1)

Minggu, 20 Oktober 2019

APA KATA TOKOH DUNIA TENTANG AL QUR'AN



Aku ingin membangunkan kamu dari tidur. Wahai kalian yang membaca AlQur’an dengan tiada akhir, kalian yang mengambil studi AlQur’an sebagai profesi dan meneguk makna dan kalimat secara harfiah, kulit luar.
Berapa lama lagi kalian berada di pinggiran laut, menutup mata akan keindahan keindahan makna AlQur’an. Bukankah menjadi bagian dari tugasmu mengarungi tengah dan kedalaman samudra untuk meraih makna makna hakiki Qur’ani agar kalian bisa melihat dan menggapai keajaiban keajaiban. Dan menyelami bagian yang terdalam hingga menjadi kaya (kepribadian) memperoleh mutiara mutiara AlQur’an.
(Imam Al Ghazali dalam Jawahir AlQur’an)


Berikut ini akan kami kemukakan beberapa pernyataan yang berasal dari tokoh tokoh pemikir dunia tentang Al Qur’an, yang kesemuanya mengkaji dan melihat Al Qur’an dari sudut pandang yang jauh dari segala sikap kefanatikan. Mereka merenungkan dan memikirkan ayat ayat Allah SWT.

Mereka pun mengakui kelemahan mereka dihadapan keagungan Al Qur’an, dan ini merupakan sebuah pelajaran bagi kaum Muslimin yang telah jauh dari Al Qur’an sehingga berseberangan dengan kehenak Allah SWT.

1.        Ensiklopedia Britanica mengemukakan, Al-Qur’an adalah sebuah kitab yang paling banyak dibaca dan juga yang paling banyak dipelajari di dunia ini.


2.      Philip K Hitty, pemikir modern dan dosen di Universitar Princeto, Amerika, dalam salah satu bukunya yang berjudul Tarikh Al Arab, mengatakan, “Al Qur’an adalah mukjizat yang paling agung dan besar dari seluruh mukjizat yang pernah ada. Dan andaikan seluruh penduduk bumi ini berkumpul untuk menciptakan kitab seperti AlQur’an, maka pasti mereka tidak akan pernah mampu.


3.   Dr Griney dari Perancis berkata, “Saya selalu mengamati ayat ayat Al Qur’an yang berhubungan dengan ilmu kesehatan, kedokteran dan alam. Semenjak kecil saya mempelajarinya, tentunya saya memahaminya dengan baik. Oleh karena itu saya menyadari bahwa ayat ayat Al Qur’an lebih memiliki kesesuaian dengan ilmu pengetahuan ketimbang pendapat  dan buku buku lainnya. Setiap orang yang berilmu dan berkecimpung di dalamnya, ketika ia membandingkan ayat ayat Al Qur’an dengan ilmu yang telah dipelajarinya, maka pasti ia akan memeluk agama Islam. Tentunya jika ia berakal sehat dan tanpa tendensi. Dan dengan cara itulah saya membandingkan Al Qur’an dengan ilmu ilmu pengetahuan”.


4.     Napoleon Bonaparte berkata, “Hanya Al Qur’an lah yang dapat menjamin kebahagiaan manusia.”


5.    Napoleon Bonaparte berkata, “Dalam waktu dekat, aku berharap bisa mengumpulkan seluruh ilmuwan dan orang pandai dari seluruh dunia sehingga aku dapat menetapkan suatu aturan dan sistem yang tak dapat diubah ubah yang bersandarkan pada AlQur’an. Karena hanya ajaran ajaran Al Qur’an lah yang benar dan dapat memberikan petunjuk serta hidayah pada manusia menuju kebahagiaan.”


6.         Ernest Renan berujar, “Di perpustakaan pribadi saya terdapat ribuan buku yang terdiri dari buku politik, sosial, sastra dan lain sebagainya. Buku buku tersebut tidak pernah saya telaah dan baca lebih dari satu kali, apalagi buku buku yang lebih berperan sebagai sekedar hiasan dan aksesori perpustakaan. Namun ada satu buku yang selalu memberikan ketenangan bagi saya setiap kali saya lelah. Dan setiap kali saya berkeinginan untuk menyingkap makna makna kesempurnaannya, buku tersebut saya baca serta pelajari. Saya tidak pernah lelah dan sakit dikarenakan membaca buku tersebut. Buku tersebut adalah Al Qur’an yang merupakan kitab wahyu bagi kaum Muslim.


7.      George Herbert, penulis Inggris, dalam salah satu jawabannya ketika diwawancarai oleh salah satu majalah tentang buku apakah yang paling berpengaruh di muka bumi ini dari awal sejarah manusia sampai sekarang, ia menyebutkan nama beberapa buku di dunia ini. Di sela sela jawabannya ia mengatakan, “Adapun kitab ke empat yang paling berpengaruh dan paling penting di antara buku buku lainnya di muka bumi ini adalah Al Qur’an. Dan di muka bumi ini tidak ada satupun yang mampu menandinginya.”


8.     George Herbert, penulis Inggris, mengatakan, “Al Qur’an adalah kitab ilmiah, religius, sosial, serta kitab pembenahan etika dan sejarah. Ketentuan ketentuan, aturan aturan, dan hukum hukumnya serasi dengan kondisi dan aturan dunia sekarang. Al Qur’an selamanya untuk diikuti dan diamalkan. Siapa saja yang ingin memilih sebuah agama yang melebihi dan mengungguli perjalanan masyarakat madani, maka seharusnya ia memilih Islam sebagai agamanya. Dan siapa saja yang ingin mengetahui kandungan agama tersebut, maka hendaknya ia merujuk pada Al Qur’an.”


9.    Thonvord, seorang budayawan Jerman, berkata, “Dengan kekuatan argumentasinya, Al Qur’an dapat memikat dan memukau para pendengarnya dan juga dapat menundukkan hati mereka, Al Qur’an inilah yang dapat mengubah bangsa Arab yang bengis dan bodoh menjadi guru di muka bumi ini.”


10.    Ruxton dari Skotkandia berkata, “Bertahun tahun saya mencari hakekat dan kebenaran. Sampai akhirnya saya temukan dalam Islam. Kemudian saya melihat AlQur’an yang suci dan mulai membacanya. Al Qur’an lah yang menjawab seluruh pertanyaan saya. Dialah yang mengilhamkan rasa takut dan keagungan di dalam jiwa manusia. Dan dalam keadaan demikianlah terbukti bahwa apapun yang ia sampaikan dan perintahkan adalah benar.”


11.   Goethe (1749 sampai 1832), penyair dan penulis besar Jerman, dalam bukunya “Goethe-Hughes’s Dictionary of Islam, mengemukakan, ““Bagaimanapun juga saya membaca Al-Qur’an itu, pertama ia menggerakkan saya pada setiap waktu, dengan kesegaran dan dengan cepat menganjurkan pendirian hati serta keheranan, yang akhirnya mendorong saya kepada pengetahuan agama. Al-Qur’an itu mempunyai susunan kata yang molek dan indah, isi dan tujuannya mengandung suatu pedoman bahagia. Dia adalah memberi ingat dan menakutkan selamanya, dan seterusnya ia adalah kemulian Yang Maha Tinggi. Demikianlah Al-Qur’an akan berjalan terus dan bekerja sepanjang masa dengan pengaruh yang sangat kuat serta gagah dan teguh.”


12.      Goethe, bertutur, “Awalnya kami menutup mata dan berpaling dari Al Qur’an. Namun hal itu tidak berlangsung lama, karena kitab tersebut mampu menarik perhatian dan memukau kami sehingga pada akhirnya kami mau tidak mau mengakui kebenaran dan keagungan dasar dasar dan kaidah kaidahnya. Dan kami pun berusaha memperoleh kesesuaian antara lafal lafal dan makna maknanya. Tujuan kita tersebut sangat kuat tanpa banding. Dan dasar pondasinya tanpa tanding. Di sisi inilah ia mampu memikat perhatian kami dengan keagungan dan kemuliaanya. Karena sifat sifat tersebut, dengan cepat ia akan menguasai dunia dengan pengaruhnya.” Selanjutnya ia mengatakan, “Tidak lama lagi, kitab yang tidak bisa disifati itu akan memikat dunia dan akan memberikan pengaruh yang dalam bagi ilmu pengetahuan di muka bumi ini, dan pada akhirnya ia akan menjadi universal.”


13.    Goethe, mengemukakan, “Awalnya, Al Qur’an memberi dampak khusus bagi pembacanya, yaitu perasaan berat dan lelah dengan ibarat ibarat yang dikandungnya. Namun setelah itu, pembaca akan terpesona olehnya, dan pada akhirnya tanpa sadar ia akan terpikat oleh keindahan keindahan Al Qur’an yang tanpa batas.”


14.    HJ Welsh, ilmuwan dan sejarahan Inggris, berkata, “ Di dalam Al Qur’an terdapat susunan kalimat yang terindah dan tertinggi. Juga terdapat suatu metode sastra dan kefasihan yang sangat menawan, dimana seluruh akal manusia sehat akan terkesima olehnya. Al Qur’an adalah kitab yang abadi dan universal.”


15.   Zyoul Labom, budayawan dan ilmuwan Perancis, dalam mukadimahnya atas indeks Al Qur’an mengatakan, “Al Qur’an selalu hidup untuk selamanya. Dan setiap orang yang ada di muka bumi akan memperoleh manfaat dari Al Qur’an serta akan memahaminya menurut kadar kemampuan dan potensi dirinya.”


16.   Zyoul Labom dalam Tafshil al Ayat mengatakan, “Pengetahuan manusia di dunia ini diperoleh dari kaum Muslim. Dan kaum Muslim memperoleh lautan ilmu tersebut dari Al Qur’an. Kaum Muslim lah yang membangun sungai sungai dari Al Qur’an tersebut dan mengalirkannya untuk manusia di dunia ini.”


17.   Mrs Vagaliry dalam bukunya, menuliskan, “Kami melihat di dalam kitab ini (AlQur’an) terdapat hal hal yang berharga dan bernilai dari ilmu yang melebihi kapasitas, potensi, dan kemampuan orang yang terpandai, filsuf terbesar, dan politikus yang piawai sekalipun.”


18.      Mrs Vagaliry, ilmuwan Italia dan professor sastra Arab serta dosen sejarah perkembangan Islam di universitas Napoli, mengatakan, “Al Qur’an berkali kali di baca di seluruh dunia. Akan tetapi anehnya para pembacanya tidak merasakan lelah, bahkan sebaliknya, membacanya setiap hari bisa menjadikannya lebih mulia. Membaca dan mendengar Al Qur’an bagi para pembaca dan pendengarnya dapat menimbulkan rasa penghormatan terhadap Al Qur’an. Teks teks Al Qur’an semenjak diturunkan sampai sekarang ini tidak berubah. Selama Tuhan berkehendak dan selama dunia ini ada, maka teks tersebut akan tetap seperti aslinya.”


19.   Mrs Vagaliry berkata, “Kitab suci Islam merupakan contoh mukjizat. Tidak ada seorangpun yang sanggup mencontoh dan mengikuti gaya dan kandungan Al Qur’an. Tidak ada seorangpun yang dapat menandingi keunggulan metode Al Qur’an dalam sastra Arab. Metode Al Qur’an menciptakan pengaruh dalam jiwa manusia, dan itu muncul dari keunggulan dan kesempurnaan Al Qur’an itu sendiri. Bagaimana mungkin Al Qur’an dikatakan merupakan buatan Muhammad, ketika pada saat yang sama kita meyakini bahwa Muhammad adalah seorang Arab yang tidak belajar (tidak bisa baca tulis). Dan kita melihat bahwa di dalam Al Qur’an terdapat tambang tambang dan harta karun harta karun ilmu yang berada di atas kesanggupan, kapasitas, serta potensi bahkan orang yang paling pandai dan cerdas di muka bumi ini. Dan lagi, teori politik atau politikus paling tangguh pun akan bertekuk lutut di hadapan Al Qur’an.”


20.   Merry G Domen, seorang ilmuwan Eropa, berkata, “Sebagian sisi mukjizat Al Qur’an bersentuhan dan berhubungan dengan metode dan cara penyebarannya. Metode tersebut sangat sempurna, agung, dan mengagumkan. Di mana pada hakekatnya tidak hanya jin dan manusia yang tidak sanggup dan tidak mampu untuk membuat hal seperti itu (Al Qur’an seutuhnya), bahkan mereka tidak akan pernah mampu untuk membuat surat terpendek yang serupa dengannya.”


21. Mrs Angelo berkata, “Pengenalan saya terhadap ajaran ajaran dan pengetahuan pengetahuan Islam serta Al Qur’an telah memberikan sebuah pandangan yang mendalam dan baru bagi saya. Ajaran ajarannya telah mengubah seluruh paradigm saya tentang alam penciptaan dan filsafat keberadaan secara universal. Dan saya melihat bahwa ajaran Islam berbeda dan bahkan bertentangan dengan ajaran Kristiani. Islam memandang bahwa manusia adalah makhluk atau eksistensi mulia, bukan makhluk yang kotor dan tercemar. Di dalam Al Qur’an dijelaskan aturan aturan hidup dan cara memperoleh dunia serta menjaganya dengan penjelasan yang menarik dan universal.”


22.       Gustave Le Bon (1841 sampai 1931), berpendapat bahwa Al Qur’an merupakan kitab Ilahi bagi kaum muslim yang tidak saja menjelaskan ajaran dan aturan yang sectarian, akan tepai ia juga mencakup aturan aturan politik dan sosial bagi kaum muslim. Ajaran ajaran yang berhubungan dengan etika di dalam Al Qur’an lebih tinggi dan mulia ketimbang ajaran ajaran etika dalam Injil.”


23.   Fontaine, seorang orientalis Perancis, mengatakan bahwa Islam telah menyusun aturan aturan alamiah yang diperuntukkan bagi setiap individu manusia. Dan pasti manusia akan menerimanya. Berdasarkan kenyataan itu, benarlah jika dikatakan bahwa Al Qur’an adalah petunjuk. Karena Al Qur’an membimbing manusia dengan metode hidup yang paling sempurna dan mengajak manusia pada tujuan yang terbaik.”


24.        Lesyboun, ilmuwan Perancis, berujar, “Untuk membuktikan keagungan dan kemuliaan Al Qur’an cukup dengan menyodorkan fakta bahwa selama empat belas abad tidak ditemukan bahkan tidak dapat ditemukan sedikitpun kesalahan di dalamnya. Metode penjelasan dan kalimat kalimat Al Qur’an dengan gaya yang segar dan manis memberikan gambaran kepada kita seakan akan itu adalah ungkapan yang baru dilontarkan kemarin.”


25.    Devenport, berkata, “Al-Qur’an itu bersih dari segala aib, dan tidak bisa dicela dari berbagai sudutnya. Kalau dibaca mulai awal hingga akhirnya sedikit pun tidak Nampak ada cacatnya.”


26.  Malvaro Macoredum Kuminz, penyair, penulis, jurnalis, dan pengamat dari Spanyol, berkata, “Sejumlah orang meminta saya untuk menterjemahkan sebagian dari surah surah Al Qur’an. Saya pun memilih surah yang pendek untuk saya terjemahkan, dan pilihan saya jatuh pada surah yang membicarakan keesaan Tuhan; yaitu surat Al Ikhlas. Surah tersebut dengan ‘musiknya’ yang sedemikian indah, bagi saya merupakan syair yang cukup penting. Saya juga menterjemahkan surah Al Fatehah yang membicarakan tentang keuniversalan Tuhan. Keuniversalan Tuhan dan keesaanNya membimbing saya pada kesimpulan bahwa agama Islam adalah agama yang paling manusiawi dan logis. Dan juga agama ini dapat menyelesaikan kegelisahan, keresahan, kegalauan, dan problema para pemuda sekarang.”


27.    Willis, penulis besar dari Inggris, mengatakan, “Setiap agama yang tidak bisa berjalan di setiap masa dan zaman dengan peradaban dan aturan sosialnya, maka campakkanlah agama tersebut ke dinding. Karena agama yang tidak seiring dengan peradaban, ia merupakan keburukan, kesiasiaan, dan kebatilan bagi para pengikutnya serta akan menggiring mereka pada kesesatan dan kehancuran. Agama yang benar adalah yang seiring dengan peradaban, dan itu adalah agama Islam. Setiap orang yang berkeinginan untuk memahami hakekat ini, hendaknya ia merujuk kepada Al Qur’an dan kandungannya dengan sudut pandang ilmiah, hukum dan sosial. Al Qur’an adalah kitab religius, ilmiah, sosial, akhlak, dan sejarah. Dan jika ada seseorang bertanya kepada saya tentang definisi Islam, maka saya akan menjawab ‘Islam adalah peradaban yang riil bagi manusia.’


28.  Dynowart, seorang orientalis, berkata, “Kita harus mengakui bahwa berkembangnya pengetahuan alam, astronomi, filsafat, dan matematika di Eropa secara umum merupakan berkat dari ajaran ajaran Al Qur’an. Dan kita berhutan pada kaum Muslim. Bahkan bila dilihat dari sisi ini, Eropa merupakan bagian dari Islam.”

29.    JM Rodwel, penulis Inggris, berujar, “Seyogianya Eropa tidak lupa bahwa mereka telah berhutang pada ajaran ajaran Muhammad. Karena Al Qur’an lah fajar ilmu di Eropa terbit.”


30.  Dr Morris dari Perancis berkata, “Sejujurnya, Al Qur’an adalah kitab terbaik yang diciptakan oleh tangan dan pena seni, Yang Maha Kekal bagi manusia.”


31.    JM Rodwel dalam bukunya “the Qur’an” mengemukakan, “Harus diakui, bahwa AlQur’an patut mendapat penghargaan yang setinggi-tingginya tentang konsepsinya mengenai sifat-sifat Tuhan dalam sifat Maha Tahu, Maha Kuasa atas segala sesuatu dan Esa…bahwa kepercayaan dan keyakinan pada Satu Tuhan yang menguasai langit dan bumi dan bahwa Al-Qur’an meliputi banyak kesungguhan moral yang mulia dan dalam kata-kata hikmah yang padat dan telah membuktikan bahwa di dalamnya terdapat unsur-unsur yang di atasnya bangsa-bangsa yang kuat dan imperium-imperium yang berkuasa dapat didirikan.


32.   Ladin, seorang Inggris, dalam ‘Be Suy e Khuda’ mengatakan, “Sejujurnya, Al Qur’an memiliki keindahan yang mengagumkan, dimana lidah kelu untuk merangkainya dan tinta pun surut kala memberikan penjelasan. Al Qur’an memiliki keindahan, pikatan, keelokan dan susunan yang khas yang tidak dimiliki oleh kitab mana pun. Kitab ini tidak mengenal kadaluarsa bagi para pembacanya. Kaliman kalimatnya tersusun dengan sangat baik, namun bukan syair. Ia lebih manis dari syair. Kekuatan yang menundukkan semua makhluk tersebut hanya terdapat dalam Al Qur’an.”


33.  Thomas Carlyle dalam bukunya “On Heroes, Heroworship and the Hero in History“ mengemukakan, “Buat pendapat saya, bahwa satu-satunya dari ayat-ayat Al-Qur’an itu penuh mengandung kesucian, seolah-olah bagai berlian akan kebersihan dan keindahannya… Dengan kekuatan Islam, Allah sudah mengeluarkan bangsa Arab dari kegelapan kepada cahaya terang dan Allah menghidupkan mereka dari suatu bangsa yang mati, yang belum pernah kedengaran suaranya sejak dunia terjadi. Maka Allah mengirimkan seorang Nabi dengan membawa firman-Nya yakni Al-Qur’an dan menjadi pesuruh-Nya. Karena itu mereka dari kebodohan berganti kepada kepandaian, dari kekolotan berubah menjadi kesadaran yang terkenal, dari kerendahan kepada kemuliaan, dari kelemahan kepada kekuatan, dan dari sinar yang kecil berubah menjadi sinar yang besar menyala-nyala mengembang cahayanya ke seluruh penjuru dunia dari utara sampai ke selatan dan dari timur sampai ke barat.”


34.  Thomas Carlyle, ilmuwan dan sejarawan terkenal dari Skotlandia, mengemukakan pendapatnya tentang Al Qur’an, “Jika melihat kita suci ini (Al Qur’an) sekali saja, maka kita akan mendapatkan bahwa di dalamnya terkandung hakekat hakekat yang tinggi dan rahasia rahasia eksistensi, dimana keagungan dan hakekat Al Qur’an tampak jelas dari hal hal tersebut. Dan ini merupakan hal hal agung yang hanya dimiliki oleh Al Qur’an. Dan hal hal tersebut tidak akan pernah ditemukan dalam buku buku ilmiah, politik dan ekonomi. Boleh jadi membaca sebagian buku akan memberikan pengaruh yang mendalam bagi jiwa dan mental seseorang, namun pengaruh tersebut tidak bisa dibandingkan dengan pengaruh Al Qur’an.”


35.     Mrs Tuns dari Belanda berkata, “Kandungan kitab suci ini (Al Qur’an) seutuhnya memiliki kesesuaian dengan akal dan fitrah manusia. Dan ia bersih total dari segala ajaran dan muatan yang berseberangan dengan akal. Al Qur’an adala hakim yang cukup adil bagi wanita dan ia tidak seperti ajaran ajaran dan agama agama yang menghinakan dan tidak memberikan penghargaan kepada wanita. Al Qur’an memandang tinggi wanita, memberikan hak haknya dan memuliakannya.”


36.        Sir William Muir, dalam bukunya ‘The Life of Mohamet, mengemukakan “Al Qur’an itu penuh dengan pembicaraan yang terdapat dari akal pikiran dan keadaan alam, yang mana guna meng-Esa-kan adanya Tuhan Yang Maha Tinggi dan Maha Besar Kuasa-Nya, taat dan patuh serta terima kasih bangsa manusia kepada-Nya, pembalasan baik dan jahat pada hari kemudian, keharusan akan mengikuti kebaikan dan menjauhkan kejahatan dan lain sebagainya. Bahasa Al-Qur’an itu sangat teratur rapi, elok dan manis, juga tempo-tempo terkeliling dengan rasa syair yang benar. AlQur’an adalah karya dasar agama Islam. Kekuasaannya mutlak dalam segala hal agama, etika dan ilmu pengetahuan.”


37.   Sir William (1819 sampai 1905), seorang sejarawan Inggris, mengatakan, “ Al Qur’an mengungguli argumentasi argumentasi logis. Ia lebih tinggi daripada masalah masalah ilmiah. Al Qur’an memulai pembicaraannya kepada kita dengan argumentasi argumentasi  yang cukup kuat dan jelas tentang keberadaann Tuhan dan juga membimbing kita untuk mengagungkan Tuhan Yang Maha Esa. Hukum hukum, putusan putusan, hak hak, aturan aturan kehidupan, ketentuan ketentuan religiusnya tersusun dengan ibarat yang mempengaruhi jiwa, sehingga para pembacanya akan terpesona di bawah pengaruhnya.”

38.        Raduvel, seorang pendeta Nasrani, bertutur, “Semua orang seharusnya tahu bahwa AlQur’an paling layak untuk dipuji. Karena Al Qur’an mampu memberikan hubungan yang indah dan sesuai dengan konsep ketuhanan tentang kemampuan, ilmu, takdir, dan keesaan Tuhan. Keyakinan dan akidah yang dilontarkan Al Qur’an tentang keesaan Tuhan sangatlah mendalam dan cukup intens. Di dalamnya memuat etika yang membuat orang orang pandai, mulia, berakal, dan berilmu condong kepadanya dan mengamalkannya. Di mana ajaran ajaran etikanya merupakan unsur unsur dan faktor faktor yang mampu membuat sebuah kerajaan dan negara menjadi agung.”

39.        John Dion Port, berkata, “Al Qur’an bersih dari segala bentuk kekurangan dan cacat. Ia tidak pernah membutuhkan pembenahan dan perbaikan. Sangat mungkin seseorang yang membacanya dari awal sampai akhir tidak sedikit pun merasakan ketidaknyamanan dan keresahan.” Kemudian ia menulis, “Telah lama para pendeta Nasrani yang tidak mengenal Tuhan menjauhkan kami dari hakikat hakikat Al Qur’an dan kesucian serta keagungannya. Namun, setiap kami mengalami kemajuan dalam ilmu, tersingkaplah tabir kebodohan dan kefanatikan yang bukan pada tempatnya. Dan dalam waktu yang cukup cepat ia (Al Qur’an) telah memikat alam dan memberikan pengaruh yang cukup dalam bagi dunia. Akibatnya, poros pemikiran manusia menjadi mendunia.”


40.   Prof Dr Edener Monter, berujar, “Barangsiapa yang berkata bahwa Al-Qur’an itu tidak mengandung peradaban yang tinggi dan elok, ia adalah orang yang dungu. ”


41.      Noldike, ilmuwan dan budayawan terkenal asal Jerman serta penulis buku Tarikh Qur’an, menegaskan, “Dengan logika ilmu dan metodologinya, Al Qur’an dapat memberikan ketenangan dan kepuasan bagi hati para pendengarnya. Juga dapat memikat mereka serta menjadikan mereka sebagai obyek dan lawan bicaranya. Bersamaan dengan itu, ia (Al Qur’an) juga dapat mengikat dan menguasai hati orang yang melawan dan menentangnya. Keutamaan Al Qur’an, dengan bahasanya yang sederhana dan sastranya yang khas, menjadikan dirinya naik pada puncak kesempurnaan. Kitab inilah yang mampu mengubah sebuah bangsa yang bengis dan primitive menjadi bangsa yang madani; dan dari Al Qur’an lah mereka mengambil pelajaran bagi dunia mereka.”


42.  Sedio, orientalis Perancis, mengatakan, “Al Qur’an mencakup keseluruhan adab dan hikmah. Kitab suci ini berdiri di atas keadilan, kebaikan, dan hikmah. Ia membimbing manusia pada kesempurnaan dan keutamaan insani. Pengetahuan dan ajarannya membutakan dan mematahkan orang orang yang memusuhinya dan yang mencari cari kesalahannya. Untuk membuktikan keagungan Al Qur’an dan pembawanya, kita cukup mengatakan bahwa ia mampu mengubah bangsa yang bengis dan liar, yang tidak memiliki sedikitpun keunggulan dan memiliki semua bentuk keburukan etika, menjadi bangsa yang bahagia bahkan menjadikan mereka sederajat denga para guru manusia sepanjang masa.”


43. Borgese, Sejarawan Italia, berkata, “Walaupun kaum Muslim merupakan pengikut AlQur’an, membaca dan mengamalkan hukum hukumnya, akan tetapi mereka memiliki kelemahan pada diri mereka. Kekuatan kebahagiaan dan para malaikat kemuliaan menjauh dari mereka. Segala keagungan, kemuliaan dan keutamaan menyingkir dari mereka. Dan sebagai gantinya mereka berada dalam belenggu keburukan dan perbudakan. Kesempatan ini dipergunakan sebaik baiknya oleh musuh musuh mereka, dengan memerangi dan membelenggu mereka dengan cara menyebarkan virus virus sosial di tengah tengah mereka. Oleh karena itu, kaum Muslim sampai sekarang ini masih terbelenggu dan menjadi tawanan. Semua nasib buruk yang menimpa kaum Muslim ini muncul karena mereka tidak menjaga AlQur’an dan aturan aturan serta hukum hukumnya. Salah jika keburukan keburukan tersebut kita tuduhkan kepada Islam (Al Qur’an). Karena pada hakekatnya, adakah kritik dan keberatan yang dapat diarahkan pada syariat yang suci itu?”


44.        Carleton Coon, seorang antropolog terkenal dari Amerika, menuliskan dalam bukunya yang berjudul Karavan, “Salah satu keagungan Al Qur’an adalah sastranya, Al Qur’an ketika dibaca dengan benar dan sampai ke telinga pendengarnya, apa ia seorang yang memahami sastra dan bahasa Arab ataukah tidak, akan memberikan kesan dan pengaruh yang cukup kuat dalam jiwa dan mentalnya. Dan keunggulan sastra Al Qur’an tidak dapat diterjemahkan.”


45.  Mr Rudof, mengemukakan, “Pertama kali memang kurang begitu menarik, tapi lama kelamaan saya membacanya bertambah asyik, kemudian hati saya terpengaruh oleh sesuatu kekuatan hebat yang menyebabkan saya membacanya dan membaca terus.”


46.      Laura Vaccia Vaglieri dalam bukunya “Apologie de L’Islamism, “Dalam keseluruhan nya kita dapati dalam Kitab ini ini suatu koleksi tentang kebijaksanaan yang dapat diperoleh oleh orang-orang yang paling cerdas, filosof-filosof yang terbesar dan ahli-ahli politik yang paling cakap. Tetapi ada bukti lain tentang sifat Ilahi dalam AlQur’an  adalah suatu kenyataan bahwa Al-Qur’an itu tetap utuh melintasi masa-masa sejak turunnya Wahyu itu hingga saat ini.

Kitab ini dibaca berulang-ulang oleh orang-orang yang berima dengan tiada jemu-jemunya, sebaliknya karena diulang-ulang malah semakin dicintao sehari demi sehari. Al-Qur’an membangkitkan perasaan timbulnya penghormatan dan respek yang mendalam pada diri orang yang membaca dan mendengarnya. Oleh karena itu bukan dengan jalan paksaan atau dengan sengaja, tidak pula dengan tekanan mubaligh-mubaligh yang menyebabkan penyiaran Islam besar dan cepat, tetapi terutama oleh kenyataan bahwa Kitab ini, yang diperkenalkan kaum muslimin kepada orang-orang yang ditaklukkan dengan kebebasan untuk menerima atau menolaknya, adalah Kitab Tuhan. Perkataan Yang Maha Besar, mukjizat terbesar yang dapat diperintahkan Muhammad SAW kepada orang-orang yang ragu dan kepada orang-orang yang tetap berkeras kepala.”


47.        George Bernard Shaw, mengemukakan, “Berat rasanya untuk kukatakan bahwa dua abad kemudian, Al-Qur’an akan membuat manusia memeluk Islam seluruhnya.”


48.        Dr Mardius menterjemahkan 63 surat Al Qur’an berdasarkan perintah dari kementrian luar negeri dan kementerian kebudayaan Perancis, selama sembilan tahun. Dengan segala kesulitan yang ia alami, akhirnya pada tahun 1926 terbitlah terjemahan tersebut. Dalam mukaddimah terjemahannya, ia mengatakan, “Metode yang digunakan oleh Al Qur’an tanpa dapat disangkal lagi adalah metode kalam Ilahiah. Karena metode tersebut mencakup rahasia dan hakekat keberadaan yang muncul dari Nya. Mustahil jika metode tersebut bukan metode Ilahiah. Sia sia jika seseorang berusaha untuk mentransfer pengarus syair yang tanpa tanding ini ke dalam bahasa lain, khususnya bahasa Perancis yang memiliki keterbatasan.”


49.  Dr Joseph Charles Merdrus dalam bukunya “Preliminary Discours” yang mengutip pendapat Prof George Sale, seorang cendekiawan Inggris yang pertama kali menafsirkan Al-Qur’an ke dalam bahasa Inggris, “Di seluruh dunia diakui bahwa AlQur’an tertulis dalam bahasa Arab dengan gaya yang paling tinggi, paling murni, diakui sebagai standart bahasa Arab, tidak dapat ditiru oleh pena manusia, oleh karena itu diakui sebagai mukjizat yang besar, lebih besar dari pada membangkitkan orang mati, dan itu saja sudah cukup untuk meyakinkan dunia bahwa Kitab itu berasal dari Tuhan. Dan dengan mukjizat ini, Muhammad tampil untuk menguatkan nubuatnya, terang-terangan menantang satrawan-sastrawan Arab yang paling cakap yang pada masa itu terdapat beribu-ribu, yang pekerjaan serta ambisi mereka hanya untuk ketinggian bahasanya untuk menciptakan satu pasal saja pun yang dapat dibandingkan dengan gaya bahasa Al-Qur’an. Gaya bahasa Al-Qur’an seluruhnya indah dan lancar dan dalam banyak bagian mulia dan cemerlang. Sangat luar biasa efek kekuasaan kata-kata yang terpilih dengan sangat baik, ditempatkan dengan seninya yang tidak kurang efeknya untuk menimbulkan gairah dan rasa kagum, dibandingkan dengan musik sekalipun.”


50.    Prof Margoliouth, dalam bukunya yang berjudul “De Karacht van den Islam.” “Adapun Al-Qur’an itu menempati kedudukan yang maha penting di barisan agama-agama yang besar di seluruh dunia, Meskipun Al-Qur’an itu sangat muda usianya, tetapi ia menempati bagian terpenting dalam ilmu Kitab. Ia dapat menghasilkan suatu akibatnya yang tidak pernah dan tidak akan dapat seseorang menghasilkannya…..”

“Al-Qur’an itu membuat perubahan pikiran dalam lingkungan umat manusia, dan anjuran dari isinya tentang tabiat-tabiat dan peradaban mereka. Pertama kali AlQur’an itu menggerakkan bangsa Arab yang sedang dalam kegelapan dan kebodohan, menjadi suatu bangsa yang cerdik pamdai dan gagah berani di seluruh dunia, dan kemudian Al-Qur’an itulah yang membawa bangsa itu menjadi pemula dalam agama berdasar politik dan sosial, sehingga terbangunlah organisasi di seluruh dunia Islam….

“Al-Qur’an itulah satu daripada tenaga yang sangat hebat, dimana bangsa Asia dan Eropa sekarang sekarang ini harus mencatatnya. Pengaruh yang sangat rahasia dalam Al-Qur’an bukan saja suatu Kitab, tetapi suatu suara yang hidup, teguh semacam maklumat yang berisi undang-undang, peraturan pergaulan hidup, perjanjian, pelajaran dan pemberi jalan bagi tiap-tiap bangsa yang akan menuju ke arah kemajuan”.

Kemajuan dari kaum Islam, meskipun sekarang agak terhenti, telah meletakkan dasar kemajuan bagi Barat. Ahli penyusun pengetahuan menunjukkan bahwa apa yang dituntut oleh bangsa Eropa dari ilmu astronominya dan semua ilmu pengetahuan yang serupa itu, yang pada suatu masa datang ke Eropa, boleh dikatakan adalah berasal dari Islam. Hanya Al-Qur’an lah yang telah menunjukkan pertama kali kepada ilmuwan bangsa Arab, hikmah ilmu pengetahuan itu.”


51. Dr Hartwig Hirschfeld dalam bukunya yang berjudul “New Researches into the Composition and Exogois of the Quran, mengemukakan, ““Kita tidak boleh terkejut mendapati bahwa Al-Qur’an adalah sumber ilmu pengetahuan. Segala hal yang berhubungan dengan langit dan bumi, kehidupan manusia, perdagangan, dan pekerjaan sebentar-sebentar disinggung dan hal ini membangkitkan timbulnya monograph-monograph yang memuat tafsir dari bagian-bagian Kitab Suci itu. Dalam hal ini, Al-Qur’an menimbulkan banyak diskusi-diskusi besar, yang secara tidak langsung menimbulkan perkembangan yang menakjubkan dari segala cabang ilmu pengetahuan dalam dunia Islam. Kegiatan Ruhani yang  timbul dalam dunia Islam, tidak hanya terbatas pada pemikiran theologis semata. Perkenalan dengan penulis Yunani tentang filsafat, ilmu pasti, ilmu perbintangan dan kedokteran, membuat mereka mempelajari cabang-cabang ilmu pengetahuan ini.

Dalam wahyu kepada Muhammad SAW, hal ini dengan berulang-ulang dimintakan perhatian mereka kepada gerakan alam raya sebagai keajaiban yang diciptakan Allah sebagai pelajaran terhadap manusia, dan oleh karena itu bukan untuk dipuja. Betapa berhasilnya kaum muslimin dari segala bangsa menuntut ilmu pengetahuan astronomi diperlihatkan oleh kenyataan bahwa selama berabad-abad mereka itu merupakan penggalang-penggalangnya.Bahkan hingga sekarang banyak nama-nama Arab digunakan sebagai nama-nama bintang dan istilah-istilah teknik. Sarjana-Sarjana ilmu astronomi di Eropa adalah murid-murid dari orang-orang Arab. Dalam hal seperti ini pula Al-Qur’an mendorong untuk mempelajari ilmu kedokteran serta mendorong pemikiran dan studi tentang alam pada umumnya”.


Sekarang kita sudah mengetahui tentang apa kata tokoh tokoh dunia tentang AlQur’an, lalu pernahkah kita bayangkan bagaimana mereka mempelajari Al Qur’an? Untuk bisa berfikir yang menghasilkan pemikiran yang sangat baik dan luar biasa terhadap Al Qur’an seperti termaktub di atas, mengharuskan para pembelajar Al Qur’an ini berpendidikan, berwawasan luas, menilai tanpa dilandasi kefanatikan, tidak tendensius, tidak mencari cari kesalahan, berfikir positif (ilmiah lintas sektoral), profesional, berdedikasi tinggi, pembelajar, jujur serta mau mengajarkan atas apa apa yang dipelajarinya kepada orang lain. Kondisi ini sangat sesuai dengan apa yang tertuang di dalam surat Shaad (38) ayat 29 dan hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari di bawah ini. 


ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatNya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran.
(surat Shaad (38) ayat 29)

Dari Usman bin Affan r.a. ia berkata, Rasullah Saw. bersabda: “orang terbaik dari kamu ialah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya”.
(Hadits Riwayat Bukhari)


Jika tokoh tokoh di atas mempelajari Al Qur’an seperti ini, lalu bagaimana dengan kita, apakah kondisinya sama saat kita mempelajari Al Qur’an? Adalah sesuatu yang sangat janggal jika kita sangat membutuhkan AlQur’an lalu kita hanya mampu membaca tulisannya semata tanpa pernah tahu apa maksud dan tujuan dari yang kita baca? Apakah hidup yang hanya sebentar ini kita habiskan dengan sibuk dengan urusan baca semata tanpa pernah paham dan mengerti apa yang terdapat di dalam AlQur’an? Jika kita hanya pandai membaca AlQur’an tanpa pernah tahu dan mengerti apa yang kita baca berarti kita telah menempatkan diri kita seperti menonton televisi tanpa ada suara lalu bagaimana kita tahu apa yang kita tonton.  


Nabi SAW bersabda, “Siapa yang membaca satu huruf dari kitab Allah, maka ia mendapatkan satu kebaikan, sedangkan kebaikan itu dilipatgandakan menjadi sepuluh kali lipat. Saya tidak mengatakan alif laam miim itu satu huruf, akan tetapi alif satu huruf, laam satu huruf, dan miim satu huruf.”
(Hadits Riwayat. Ath Thirmidzi)


Tidak ada yang salah jika kita hanya mampu membaca Al Qur’an, namun akan menjadi sebuah kesalahan yang fatal jika kita hanya mampu membaca semata tanpa pernah tahu apa maksud dan tujuan yang kita baca. Tidak ubahnya kita membaca surat kabar tapi tidak tahu beritanya apa. Untuk itu kita tidak boleh hanya mampu sebatas membaca Al Qur’an saja, namun harus juga memperhatikan ayat ayatNya (tanda tanda kebesaran Allah SWT) sampai kita mendapatkan pelajaran dari apa yang kita baca. Sebagaimana yang terdapat dalam surat Shaad (38) ayat 29 di atas.


Ingat, isi kandungan Al Qur’an dapat dibedakan menjadi 2 (dua) kategori yaitu ayat ayat kauliyah dan ayat ayat kauniyah. Khusus untuk ayat ayat kauniyah (ayat ayat alam semesta) tidak bisa sekedar dibaca semata, melainkan butuh dipelajari secara mendalam yang didukung dengan kemampuan ilmu dan pengetahuan serta teknologi yang mumpuni maka barulah sebahagian kecil dari rahasia yang terkandung di dalam ayat ayat kauniyah dapat diketahui oleh manusia. Hal yang samapun berlaku untuk ayat ayat kauliyah juga tidak bisa sekedar dibaca saja melainkan harus ditelaah secara mendalam agar rahasia yang terdapat dibalik ayat ayat dimaksud bisa kita ketahui dan bermanfaat bagi manusia. Adanya kondisi ini menunjukkan bukan Allah SWT yang membutuhkan AlQur’an, akan tetapi diri kita yang sangat membutuhkan isi kandungan AlQur’an saat hidup di muka bumi ini.

Sekarang kami akan mengajak pembaca untuk merenungi dua buah hal yang akan kami kemukakan sebagai berikut:


1.   Katakan kita memiliki seorang sahabat yang begitu sangat kita kenal secara pribadi dan sangat kita percayai. Suatu ketika sahabat tadi menyampaikan pesan secara tidak langsung kepada kita melalui orang lain, yang isinya kita harus belajar ke suatu tempat tertentu. Setelah diri kita menerima pesan itu lalu kita langsung melaksanakan apa yang disampaikan sahabat itu tanpa banyak bicara atau tanpa dibantah lagi. Timbul pertanyaan, kenapa kita mau melaksanakan pesan tidak langsung itu, apakah karena orang lain yang menyampaikan ataukah isi pesan dari sahabat? Kita melakukan isi pesan tersebut tanpa bantahan sedikitpun bukan karena melihat siapa yang menyampaikan pesan, akan tetapi karena kita tahu dan paham betul siapa sahabat kita itu.

Hal yang samapun berlaku pada saat Nabi Muhammad SAW menerima wahyu melalui perantaraan Malaikat Jibril as, yaitu bukan karena faktor Malaikat Jibril as, lalu Nabi Muhammad SAW melaksanakan apa apa yang disampaikan kepadanya. Melainkan karena Nabi Muhammad SAW tahu, paham, mengerti serta mengimani Allah SWT dengan baik dan benar sehingga apa apa yang disampaikan melalui Malaikat Jibril as, sebenarnya adalah sesuatu yang berasal dari Allah SWT.

Sekarang bagaimana dengan diri kita, saat belajar dan mempelajari Diinul Islam, apakah sudah mencontoh seperti yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW? Agar diri kita bisa melaksanakan seperti yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW maka : Pertama, kita harus selektif di dalam menerima pelajaran terutama pelajaran ilmu agama. Sepanjang yang diajarkan atau yang disampaikan adalah nilai nilai kebaikan yang berasal dari Allah SWT melalui Nabi Muhammad SAW (maksudnya sesuai dengan AlQur’an dan hadits yang shahih) jangan benturkan antara pelajaran yang disampaikan dengan latar belakang dari penyampai pelajaran tersebut (jangan memandang siapa yang menyampaikan pelajaran tetapi lihat dan resapi yang disampaikan oleh penyampai pelajaran).

Kedua, jika telah beriman kepada Allah SWT dan RasulNya berarti apa yang disampaikan oleh seorang pengajar atau seorang penyampai pada dasarnya merupakan pelajaran yang berasal dari Allah SWT kepada diri kita melalui perantaraan orang lain. Untuk itu lihat dan rasakan apa yang disampaikan oleh orang lain itu karena hasil dari penyampaian bukan untuk orang lain melainkan untuk diri kita yang berasal dari Allah SWT melalui orang lain.

Jika kedua hal ini bisa kita lakukan, maka lanjutkan pembelajaran itu dan nikmatilah rasa bertuhankan kepada Allah SWT melalui proses belajar dan jangan lupa “setelah belajar jangan lupa mengajar”.  

Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
(surat Al Alaaq (96) ayat 5)

Jika kita terlampau sibuk menilai siapa yang mengajar atau siapa yang menyampaikan pelajaran bukan kepada isi yang diajarkan atau isi yang disampaikan berarti kita belum paham dan mengerti siapa Allah SWT yang sesungguhnya dan juga belum mengerti apa yang dikemukakan oleh dalam surat Al Alaaq (96) ayat 5 di atas. Yang pada intinya adalah Allah SWT yang mengajarkan segala sesuatu melalui perantaraan orang lain, dalam hal ini guru atau penyampai pesan pesan Allah SWT.


2.      Setiap manusia memang tidak akan dapat dipisahkan dengan kegiatan membaca. Membaca dalam arti sempit adalah melihat tulisan atau melisankan apa apa yang tertulis. Membaca dalam arti luas adalah melihat dan mengerti segala apa yang tergelar di alam semesta ini sebagai tanda tanda atau ayat ayat atau kalimat kalimat Allah SWT, selaku pencipta dan pemilik alam semesta ini.

Dari aktivitas membaca dalam arti luas, manusia akan memperoleh pengertian pengertian yang akan memperluas pengalaman dan pengetahuannya. Dengan kata lain, tanpa membaca manusia tidak akan memperoleh pengertian dan pengetahuan. Tanpa membaca, manusia akan bodoh, picik, terkebelakang, dan akan mudah tersesat dan disesatkan. Sekarang kita sudah tahu tentang Al Qur’an lalu jangan pernah kita hanya sibuk membaca Al Qur’an dalam arti sempit  semata tanpa tahu dan mengerti apa arti dan makna yang sesungguhnya yang terdapat di dalam Al Qur’an.

Sekarang bagaimana dengan Nabi Muhammad SAW melaksanakan perintah membaca itu? Seperti kita ketahui bersama bahwa wahyu yang pertama kali turun kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantaraan Malaikat Jibril as, berjumlah 5(lima) ayat,seperti yang kami kemukakan di bawah ini.


bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam[1589],
Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
(surat Al Alaaq (96) ayat 1 sampai 5)

[1589] Maksudnya: Allah mengajar manusia dengan perantaraan tulis baca.

Jika wahyu yang pertama hanya berjumlah 5 (lima) ayat, ini berarti Al Qur’an yang diturunkan oleh Allah SWT pada saat itu, belumlah sempurna atau belum utuh saat diterima pertama kali oleh Nabi Muhammad SAW. Namun yang terjadi adalah Nabi Muhammad SAW sudah diperintahkan oleh Allah SWT untuk membaca dengan menyebut nama Allah SWT Tuhan yang mencipkan dan yang akan mengajarkan apa apa yang tidak diketahui oleh manusia. Lalu bagaimana Nabi Muhammad SAW membaca sedangkan Beliau sendiri tidak bisa membaca dan tidak bisa menulis ditambah Al Qur’an nya belum sempurna?

Nabi Muhammad SAW sebagai seorang Nabi dan juga Rasul tidak membaca seperti kita membaca yaitu membaca sesuatu secara harfiah dikarenakan ia tidak bisa membaca dan tidak bisa menulis. Akan tetapi Nabi Muhammad SAW mampu membaca sesuatu secara hakiki sehingga Beliau mampu membaca alam semesta ini dalam tiga tingkatan sekaligus, yaitu :


a.      Nabi Muhammad SAW mampu membaca arti secara tersurat bahwa alam semesta beserta isinya adalah hanyalah ciptaan Allah SWT.
b.      Nabi Muhammad SAW juga mampu membaca arti secara tersirat bahwa di setiap ciptaan Allah SWT merupakan  tanda tanda dari kebesaran Allah SWT dan yang ketiga,
c.      Nabi Muhammad SAW juga mampu membaca arti secara tersembunyi yaitu ada Allah SWT yang selalu bersama dengan ciptaanNya dan juga bersama dengan tanda tanda kebesaranNya sehingga semuanya tidak bisa dipisahkan dengan Allah SWT.


Nabi Muhammad SAW mampu membaca tiga tingkatan ini dikarenakan Nabi Muhammad SAW mampu membaca dengan menggunakan hati ruhaninya (dengan kefitrahan ruhaninya) dan kondisi inilah yang menghantarkan Beliau sukses di dalam menjalankan tugas kenabian dan kerasulannya. Dan inilah ajaran yang paling utama yang berasal langsung dari Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW dalam kerangka perintah membaca atas nama Allah SWT yang menciptakan dan yang akan mengajarkan sesuatu yang tidak diketahui oleh mansusia.


Saat ini sampai dengan hari kiamat kelak, seluruh wahyu yang telah diwahyukan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantaraan Malaikat Jibril as, telah lengkap dan sudah dibukukan menjadi AlQur’an lalu sudahkah kita mampu melaksanakan perintah membaca seperti yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW?


Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.
(surat Al Ahzab (33) ayat 21)


Jika diri kita telah menyatakan bersyahadat (telah menyatakan beriman kepada Allah SWT dan RasulNya) berarti kita wajib mengikuti, meneladani, dan menjadikan diri kita mampu berbuat dan bertindak seperti yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW dan menjadikan diri kita seperti halnya Nabi Muhammad SAW terutama dari sisi akhlak mulianya, yaitu mampu menjadi Al Qur’an berjalan.


Hisyam bin Amir pernah bertanya kepada Sayyidatina Aisyah ra, tentang akhlak Rasulullah SAW, Aisyah menjawab, “Akhlak Nabi SAW adalah Al Qur’an.”.
(Hadits Riwayat Muslim).


Dari Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Sungguh, aku diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia.”
 (Hadits Riwayat  Al Baihaqi dan Al-Hakim).


Untuk itu perhatikanlah hasil dari pembelajaran yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dari perintah membaca atas nama Allah SWT adalah mampu menjadikan pada diri Rasulullah SAW terangkum segala akhlak mulia, seperti sifat jujur, amanah, fathanah, tabligh, malu, zuhud, berani, jujur, dermawan, cerdas, ramah, sabar, memuliakan anak yatim, berperangai baik, jujur, pandai menjaga diri, wara’, dan berjiwa bersih, serta budi pekerti luhur dan lainnya.


Anas bin Malik ra, berkata, “Sungguh, Rasulullah SAW benar-benar manusia dengan akhlak paling mulia”. (Hadits Riwayat Bukhari-Muslim).

Anas ra, berkata, “Selama sepuluh tahun aku berkhidmat kepada beliau (Rasulullah), aku tidak pernah mendengar beliau mengucapkan kata “Ah”, sebagaimana beliau tidak pernah mempertanyakan apa yang kau kerjakan, ‘Kenapa kamu mengerjakan ini? atau ‘Bukankah seharusnya kamu mengerjakan seperti ini?” (Hadits Riwayat Bukhari-Muslim).

“Perumpamaan orang mukmin yang membaca Al Qur’an adalah seperti bunga utrujjah, baunya harum dan rasanya lezat; orang mukmin yang tidak suka membaca Al Qur’an adalah seperti buah kurma, baunya tidak begitu harum tetapi manis rasanya; orang munafik yang membaca Al Qur’an ibarat sekuntum bunga, berbau harum, tetapi pahit rasanya, dan orang munafik yang tidak membaca Al Qur’an tidak ubahnya seperti buah hanzalah, tidak berbau dan rasanya pahit sekali” (Hadits Riwayat Bukhari Muslim)


Alangkah ruginya kita jika sibuk dengan urusan membaca Al Qur’an dalam arti sempit sehingga kita tidak pernah mengerti, kita tidak pernah tahu makna yang terkandung di dalamnya, tidak pernah paham akan isi yang terkandung di dalamnya yang bertingkat tingkat. Untuk itu sudah saatnya di sisa usia kita, untuk tidak sekedar sibuk membaca AlQur’an dalam arti sempit. Akan tetapi kita harus bisa mengerti dan memahami, melaksanakan segala arti serta maksud dan tujuan dari yang kita baca. Lalu jadikan AlQur’an menjadi akhlak diri kita atau jadikan diri kita Al Qur’an berjalan. Disinilah salah satu letak betapa pentingnya kita membaca dan merenungi Al Qur’an yang dikehendaki oleh Nabi Muhammad SAW kepada umatnya lalu mengajarkannya kepada orang lain.


Al Qur’an jika diteliti lebih dalam akan membuat takjub serta mendapatkan sesuatu yang tidak terpikirkan sebelumnya. Al Qur’an juga terdiri dari ayat ayat kauliyah dan juga ayat ayat kauniyah. Adanya ayat ayat kauliyah dan juga ayat ayat kauniyah di dalam AlQur’an, mengharuskan kita tidak hanya pandai membaca saja, melainkan harus bekerja ekstra guna mengungkap isi dan kandungan (rahasia) yang termaktub di dalamnya serta menterjemahkan apa apa yang terkandung di dalam Al Qur’an yang sesuai dengan kehendak Allah SWT. Al-Qur’an juga cerminan dari kebesaran dan kemahaan Allah SWT yang dipersiapkan untuk kepentingan rencana besar kekhalifahan di muka bumi. Al Qur’an diturunkan oleh Allah SWT bukanlah untuk menyusahkan umat manusia melainkan untuk kebaikan manusia. Al Qur’an sudah sempurna sehingga tidak membutuhkan lagi koreksi ataupun tambahan.


Jika kita merasa menjadi khalifah Allah SWT di muka bumi berarti kita sangat membutuhkan AlQur’an. Lalu apa buktinya kita butuh dengan Al Qur’an? Sudahkah kita berusaha mempelajari Al-Qur’an yang sesuai dengan kehendak Allah SWT? Adalah sebuah ironi yang sangat menyedihkan dan juga mungkin menjengkelkan jika kita butuh dengan AlQur’an namun malas mempelajarinya sehingga tersimpan rapilah kebesaran dan keagungan AlQur’an di dalam Al-Qur’an itu sendiri oleh sebab diri kita yang malas, atau terlampau banyak alasan untuk tidak mau belajar AlQur’an yang baik dan benar karena merasa ia dirinya hanya sebatas murid. Subhanallah.    


Sekarang mari perhatikan dengan seksama hadits yang kami kemukakan di bawah ini, dimana syaitan mengalami kesukaran di dalam mempengaruhi orang yang mengerti atau paham dengan Al Qur’an (Diinul Islam) dibanding dengan seribu orang yang shalat.


Ibnu Abbas ra, berkata; Nabi bersabda: “Orang yang mengerti (agama) lebih sukar dipengaruhi syaitan daripada seribu orang yang shalat”.
(Hadits Riwayat Aththirmidzi, Ibnu Majah)


Jika seperti ini kondisinya berarti orang yang berilmu sangat diperhitungkan oleh syaitan sang laknatullah. Agar diri kita mampu menjadi orang yang diperhitungkan oleh syaitan maka kita tidak bisa hanya membaca saja tanpa mengamalkan atau melaksanakan apa yang kita baca.


Kita juga diwajibkan untuk tidak hanya membaca saja apa apa yang ada di dalam AlQur’an, namun harus diiringi dengan merenungi; memahami; menghayati apa yang kita baca tersebut sebagaimana termaktub dalam hadits di bawah ini.

Ibnu Umar ra, berkata kepada Aisyah ra, “Kabarkanlah kepada kami sesuatu yang sangat  mengagumkan yang engkau lihat dari Rasulullah SAW.! Aisyah ra, terdiam sejenak kemudian berkata: “Pada suatu malam Rasulullah SAW bersabda, Wahai Aisyah tinggalkanlah aku, malam ini aku hendak beribadah kepada Tuhanku. Aku (Aisyah ra,) berkata, Demi Allah sesungguhnya aku senang berada di dekatmu, dan akupun senang terhadap sesuatu yang membuatmu gembira. Selanjutnya Aisyah ra, berkata: “Lalu Rasulullah SAW bangun lantas berwudhu dan beliau shalat. Tidak henti hentinya beliau menangis hingga membasahi pangkuannya, beliau terus menangis hingga membasahi janggutnya, dan beliau terus menangis hingga membasahi tanah. Kemudian Bilal datang hendak azan untuk shalat. Ketika dia melihat beliau menangis, dia bertanya. “Wahai Rasulullah, mengapa engkau menangis, padahal Allah telah mengampuni dosamu yang lalu dan akan datang?. Beliau SAW bersabda:”Tidak bolehkah aku menjadi hamba yang bersyukur? Tadi malam telah turun ayat kepadaku, celakalah orang yang membacanya tetapi tidak merenungkannya, yaitu Al Qur’an surat Ali Imron (3) ayat 190”.
(Hadits Riwayat Ibnu Hibban)


Adanya ketentuan hadits diatas ini, mengharuskan kita untuk tidak berhenti hanya membaca ayat ayat Al Qur’an dengan tajwid serta tartil yang baik dan benar saja. Jika kita hanya sibuk membaca Al Qur’an semata ini berarti kita hanya mampu memposisikan AlQur’an itu seperti buku bacaan belaka.


Al Qur’an diturunkan oleh Allah SWT ke muka bumi ini bukanlah sekedar buku bacaan semata melainkan : (1) Petunjuk bagi Nass (manusia dalam arti Ruh/Ruhani); (2) Peringatan dan Pelajaran; (3) Obat dan Penyembuh bagi Nass (manusia dalam arti Ruh/Ruhani); (4) Pembeda antara yang beriman dengan kafir; (5) Penyempurna bagi kitab kita Allah SWT yang terdahulu; (6) Rahmat Allah SWT untuk manusia; (7) Ilmu Allah SWT yang telah diilmukan; dan lain sebagainya. Sekarang bisakah kita mengimani, mempelajari, menjalankan, mengajarkan, menyebarluaskan, membuka tabir rahasia yang bertingkat tingkat yang terdapat di dalam Al Qur’an serta menjadikan AlQur’an sebagai akhlak diri kita hanya melalui proses membaca yang sesuai dengan tajwid dan tartil semata? Rasanya jauh panggang dari api.


Salah satu hal yang membuat diri kita lalai melaksanakan perintah membaca adalah sudah merasa cukup dan ini pula yang terjadi pada sebahagiaan umat Islam. Kita sudah merasa cukup jika sudah mampu membaca Al Qur’an yang sesuai dengan tartil dan tajwid yang benar lalu kita merasa sudah selesai mempelajari Al Qur’an.

Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas,
karena Dia melihat dirinya serba cukup.
(surat Al Alaq (96) ayat 6 dan 7)

[1589] Maksudnya: Allah mengajar manusia dengan perantaraan tulis baca.


Kita lupa bahwa pada saat diri kita selesai membaca Al Qur’an semata, kita baru sampai di muka pintu atau berada di depan pintu yang masih terkunci rapat dikarenakan kita belum masuk ke dalam ruangan besar yang sangat sangat luas yaitu masuk ke dalam kebesaran dan keagungan yang ada di dalam AlQur’an yang tidak lain adalah cerminan dari kemahaan dan kebesaran Allah SWT itu sendiri. Selanjutnya apa yang bisa kita peroleh dan rasakan jika kita hanya sampai di muka pintu sedangkan pintunya belum kita buka sedangkan kebesaran dan keagungan Al Qur’an berada setelah kita mampu membuka pintu tersebut.


dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang benar.
(surat An Nisaa’ (4) ayat 9)


Katakan saat ini, kita adalah kepala keluarga atau seorang guru yang yang mengajarkan tentang Diinul Islam, lalu kita hanya mampu membaca tanpa pernah tahu apa makna yang terkandung di dalam Al Qur’an sedangkan dibelakang diri kita, ada anak dan keturunan kita atau ada murid kita? Sudah pasti anak dan keturunan kita atau murid yang kita ajarkan akan berkualiatas dan berpemahaman yang rendah pula sesuai dengan kualitas dan pemahaman diri kita atau gurunya. Jika sudah begini kondisinya berarti kita harus menjadikan hadits yang kami kemukakan di bawah ini sebagai bahan pembelajaran dan penggugah diri kita untuk ikut andil di dalam belajar dan mengajar kepada sesama.


Ibnu Amru bin al Ash berkata: Nabi bersabda: ‘Sesungguhnya Tuhan tidak mengambil (ilmu) pengetahuan manusia, melainkan dengan mengambil orang yang berilmu, maka apabila tidak ada lagi orang berilmu, manusia menjadi bodoh disebabkan karena mereka sendiri, dan mereka memutuskan (sesuatu) tanpa ilmu, berarti menyalahkan diri mereka sendiri dan membawa orang lain kepada kesalahan”. (Hadits Riwayat Bukhari, Muslim, Aththirmidzi).


Bayangkan jika orang orang yang paham dan mengerti AlQur’an (orang yang memiliki ilmu agama) telah dipanggil oleh Allah SWT lalu orang yang masih hidup tidak mau belajar atau tidak merubah pola berfikirnya tentang belajar dan mengajar terjadilah apa yang dinamakan dengan penurunan kualitas sumber daya manusia dari waktu ke waktu. Untuk itu jangan pernah salahkan anak dan keturunan kita nanti jika mereka berkualitas dan berpemahaman sangat rendah (jauh dibawah standart) jika kita sendiri hanya mau belajar tanpa pernah mau mengajar, atau hanya mampu membaca dalam arti yang sempit. Semoga hal ini tidak terjadi pada diri, keluarga, anak dan keturunan kita. Amien.


DAFTAR PUSTAKA:

1.      Asnan Sjarif Wagino, Menabur Mutiara Hikmah, Izufa Gempita, Jakarta, 1993.
2.      Mushthafa Muhammad Ahwazi, Kisah Kisah Keajaiban Al Qur’an, Pustaka Zahra, Jakarta, 2005.