Aku ingin membangunkan kamu dari tidur. Wahai kalian yang
membaca AlQur’an dengan tiada akhir, kalian yang mengambil studi AlQur’an
sebagai profesi dan meneguk makna dan kalimat secara harfiah, kulit luar.
Berapa lama lagi kalian berada di pinggiran laut, menutup
mata akan keindahan keindahan makna AlQur’an. Bukankah menjadi bagian dari
tugasmu mengarungi tengah dan kedalaman samudra untuk meraih makna makna hakiki
Qur’ani agar kalian bisa melihat dan menggapai keajaiban keajaiban. Dan
menyelami bagian yang terdalam hingga menjadi kaya (kepribadian) memperoleh
mutiara mutiara AlQur’an.
(Imam Al Ghazali dalam Jawahir AlQur’an)
Berikut ini akan kami kemukakan
beberapa pernyataan yang berasal dari tokoh tokoh pemikir dunia tentang Al
Qur’an, yang kesemuanya mengkaji dan melihat Al Qur’an dari sudut pandang yang
jauh dari segala sikap kefanatikan. Mereka merenungkan dan memikirkan ayat ayat
Allah SWT.
Mereka pun mengakui kelemahan mereka
dihadapan keagungan Al Qur’an, dan ini merupakan sebuah pelajaran bagi kaum
Muslimin yang telah jauh dari Al Qur’an sehingga berseberangan dengan kehenak
Allah SWT.
1. Ensiklopedia
Britanica mengemukakan, Al-Qur’an adalah sebuah kitab yang paling banyak dibaca
dan juga yang paling banyak dipelajari di dunia ini.
2. Philip
K Hitty, pemikir modern dan dosen di Universitar Princeto, Amerika, dalam salah
satu bukunya yang berjudul Tarikh Al Arab, mengatakan, “Al Qur’an adalah
mukjizat yang paling agung dan besar dari seluruh mukjizat yang pernah ada. Dan
andaikan seluruh penduduk bumi ini berkumpul untuk menciptakan kitab seperti
AlQur’an, maka pasti mereka tidak akan pernah mampu.
3. Dr
Griney dari Perancis berkata, “Saya selalu mengamati ayat ayat Al Qur’an yang
berhubungan dengan ilmu kesehatan, kedokteran dan alam. Semenjak kecil saya
mempelajarinya, tentunya saya memahaminya dengan baik. Oleh karena itu saya
menyadari bahwa ayat ayat Al Qur’an lebih memiliki kesesuaian dengan ilmu
pengetahuan ketimbang pendapat dan buku
buku lainnya. Setiap orang yang berilmu dan berkecimpung di dalamnya, ketika ia
membandingkan ayat ayat Al Qur’an dengan ilmu yang telah dipelajarinya, maka pasti
ia akan memeluk agama Islam. Tentunya jika ia berakal sehat dan tanpa tendensi.
Dan dengan cara itulah saya membandingkan Al Qur’an dengan ilmu ilmu
pengetahuan”.
4. Napoleon
Bonaparte berkata, “Hanya Al Qur’an lah yang dapat menjamin kebahagiaan manusia.”
5. Napoleon
Bonaparte berkata, “Dalam waktu dekat, aku berharap bisa mengumpulkan seluruh
ilmuwan dan orang pandai dari seluruh dunia sehingga aku dapat menetapkan suatu
aturan dan sistem yang tak dapat diubah ubah yang bersandarkan pada AlQur’an. Karena
hanya ajaran ajaran Al Qur’an lah yang benar dan dapat memberikan petunjuk
serta hidayah pada manusia menuju kebahagiaan.”
6. Ernest
Renan berujar, “Di perpustakaan pribadi saya terdapat ribuan buku yang terdiri
dari buku politik, sosial, sastra dan lain sebagainya. Buku buku tersebut tidak
pernah saya telaah dan baca lebih dari satu kali, apalagi buku buku yang lebih
berperan sebagai sekedar hiasan dan aksesori perpustakaan. Namun ada satu buku
yang selalu memberikan ketenangan bagi saya setiap kali saya lelah. Dan setiap
kali saya berkeinginan untuk menyingkap makna makna kesempurnaannya, buku
tersebut saya baca serta pelajari. Saya tidak pernah lelah dan sakit
dikarenakan membaca buku tersebut. Buku tersebut adalah Al Qur’an yang
merupakan kitab wahyu bagi kaum Muslim.
7. George
Herbert, penulis Inggris, dalam salah satu jawabannya ketika diwawancarai oleh
salah satu majalah tentang buku apakah yang paling berpengaruh di muka bumi ini
dari awal sejarah manusia sampai sekarang, ia menyebutkan nama beberapa buku di
dunia ini. Di sela sela jawabannya ia mengatakan, “Adapun kitab ke empat yang
paling berpengaruh dan paling penting di antara buku buku lainnya di muka bumi
ini adalah Al Qur’an. Dan di muka bumi ini tidak ada satupun yang mampu
menandinginya.”
8. George
Herbert, penulis Inggris, mengatakan, “Al Qur’an adalah kitab ilmiah, religius,
sosial, serta kitab pembenahan etika dan sejarah. Ketentuan ketentuan, aturan
aturan, dan hukum hukumnya serasi dengan kondisi dan aturan dunia sekarang. Al
Qur’an selamanya untuk diikuti dan diamalkan. Siapa saja yang ingin memilih
sebuah agama yang melebihi dan mengungguli perjalanan masyarakat madani, maka
seharusnya ia memilih Islam sebagai agamanya. Dan siapa saja yang ingin
mengetahui kandungan agama tersebut, maka hendaknya ia merujuk pada Al Qur’an.”
9. Thonvord,
seorang budayawan Jerman, berkata, “Dengan kekuatan argumentasinya, Al Qur’an
dapat memikat dan memukau para pendengarnya dan juga dapat menundukkan hati
mereka, Al Qur’an inilah yang dapat mengubah bangsa Arab yang bengis dan bodoh
menjadi guru di muka bumi ini.”
10. Ruxton
dari Skotkandia berkata, “Bertahun tahun saya mencari hakekat dan kebenaran.
Sampai akhirnya saya temukan dalam Islam. Kemudian saya melihat AlQur’an yang
suci dan mulai membacanya. Al Qur’an lah yang menjawab seluruh pertanyaan saya.
Dialah yang mengilhamkan rasa takut dan keagungan di dalam jiwa manusia. Dan
dalam keadaan demikianlah terbukti bahwa apapun yang ia sampaikan dan
perintahkan adalah benar.”
11. Goethe
(1749 sampai 1832), penyair dan penulis besar Jerman, dalam bukunya
“Goethe-Hughes’s Dictionary of Islam, mengemukakan, ““Bagaimanapun juga saya
membaca Al-Qur’an itu, pertama ia menggerakkan saya pada setiap waktu, dengan
kesegaran dan dengan cepat menganjurkan pendirian hati serta keheranan, yang
akhirnya mendorong saya kepada pengetahuan agama. Al-Qur’an itu mempunyai
susunan kata yang molek dan indah, isi dan tujuannya mengandung suatu pedoman
bahagia. Dia adalah memberi ingat dan menakutkan selamanya, dan seterusnya ia
adalah kemulian Yang Maha Tinggi. Demikianlah Al-Qur’an akan berjalan terus dan
bekerja sepanjang masa dengan pengaruh yang sangat kuat serta gagah dan teguh.”
12. Goethe,
bertutur, “Awalnya kami menutup mata dan berpaling dari Al Qur’an. Namun hal
itu tidak berlangsung lama, karena kitab tersebut mampu menarik perhatian dan
memukau kami sehingga pada akhirnya kami mau tidak mau mengakui kebenaran dan
keagungan dasar dasar dan kaidah kaidahnya. Dan kami pun berusaha memperoleh
kesesuaian antara lafal lafal dan makna maknanya. Tujuan kita tersebut sangat
kuat tanpa banding. Dan dasar pondasinya tanpa tanding. Di sisi inilah ia mampu
memikat perhatian kami dengan keagungan dan kemuliaanya. Karena sifat sifat
tersebut, dengan cepat ia akan menguasai dunia dengan pengaruhnya.” Selanjutnya
ia mengatakan, “Tidak lama lagi, kitab yang tidak bisa disifati itu akan
memikat dunia dan akan memberikan pengaruh yang dalam bagi ilmu pengetahuan di
muka bumi ini, dan pada akhirnya ia akan menjadi universal.”
13. Goethe,
mengemukakan, “Awalnya, Al Qur’an memberi dampak khusus bagi pembacanya, yaitu
perasaan berat dan lelah dengan ibarat ibarat yang dikandungnya. Namun setelah
itu, pembaca akan terpesona olehnya, dan pada akhirnya tanpa sadar ia akan
terpikat oleh keindahan keindahan Al Qur’an yang tanpa batas.”
14. HJ
Welsh, ilmuwan dan sejarahan Inggris, berkata, “ Di dalam Al Qur’an terdapat
susunan kalimat yang terindah dan tertinggi. Juga terdapat suatu metode sastra
dan kefasihan yang sangat menawan, dimana seluruh akal manusia sehat akan
terkesima olehnya. Al Qur’an adalah kitab yang abadi dan universal.”
15. Zyoul
Labom, budayawan dan ilmuwan Perancis, dalam mukadimahnya atas indeks Al Qur’an
mengatakan, “Al Qur’an selalu hidup untuk selamanya. Dan setiap orang yang ada
di muka bumi akan memperoleh manfaat dari Al Qur’an serta akan memahaminya
menurut kadar kemampuan dan potensi dirinya.”
16. Zyoul
Labom dalam Tafshil al Ayat mengatakan, “Pengetahuan manusia di dunia ini
diperoleh dari kaum Muslim. Dan kaum Muslim memperoleh lautan ilmu tersebut
dari Al Qur’an. Kaum Muslim lah yang membangun sungai sungai dari Al Qur’an
tersebut dan mengalirkannya untuk manusia di dunia ini.”
17. Mrs
Vagaliry dalam bukunya, menuliskan, “Kami melihat di dalam kitab ini (AlQur’an)
terdapat hal hal yang berharga dan bernilai dari ilmu yang melebihi kapasitas,
potensi, dan kemampuan orang yang terpandai, filsuf terbesar, dan politikus
yang piawai sekalipun.”
18. Mrs
Vagaliry, ilmuwan Italia dan professor sastra Arab serta dosen sejarah
perkembangan Islam di universitas Napoli, mengatakan, “Al Qur’an berkali kali
di baca di seluruh dunia. Akan tetapi anehnya para pembacanya tidak merasakan
lelah, bahkan sebaliknya, membacanya setiap hari bisa menjadikannya lebih
mulia. Membaca dan mendengar Al Qur’an bagi para pembaca dan pendengarnya dapat
menimbulkan rasa penghormatan terhadap Al Qur’an. Teks teks Al Qur’an semenjak
diturunkan sampai sekarang ini tidak berubah. Selama Tuhan berkehendak dan
selama dunia ini ada, maka teks tersebut akan tetap seperti aslinya.”
19. Mrs
Vagaliry berkata, “Kitab suci Islam merupakan contoh mukjizat. Tidak ada
seorangpun yang sanggup mencontoh dan mengikuti gaya dan kandungan Al Qur’an.
Tidak ada seorangpun yang dapat menandingi keunggulan metode Al Qur’an dalam
sastra Arab. Metode Al Qur’an menciptakan pengaruh dalam jiwa manusia, dan itu
muncul dari keunggulan dan kesempurnaan Al Qur’an itu sendiri. Bagaimana
mungkin Al Qur’an dikatakan merupakan buatan Muhammad, ketika pada saat yang
sama kita meyakini bahwa Muhammad adalah seorang Arab yang tidak belajar (tidak
bisa baca tulis). Dan kita melihat bahwa di dalam Al Qur’an terdapat tambang
tambang dan harta karun harta karun ilmu yang berada di atas kesanggupan,
kapasitas, serta potensi bahkan orang yang paling pandai dan cerdas di muka
bumi ini. Dan lagi, teori politik atau politikus paling tangguh pun akan
bertekuk lutut di hadapan Al Qur’an.”
20. Merry
G Domen, seorang ilmuwan Eropa, berkata, “Sebagian sisi mukjizat Al Qur’an
bersentuhan dan berhubungan dengan metode dan cara penyebarannya. Metode tersebut
sangat sempurna, agung, dan mengagumkan. Di mana pada hakekatnya tidak hanya
jin dan manusia yang tidak sanggup dan tidak mampu untuk membuat hal seperti
itu (Al Qur’an seutuhnya), bahkan mereka tidak akan pernah mampu untuk membuat
surat terpendek yang serupa dengannya.”
21. Mrs
Angelo berkata, “Pengenalan saya terhadap ajaran ajaran dan pengetahuan
pengetahuan Islam serta Al Qur’an telah memberikan sebuah pandangan yang
mendalam dan baru bagi saya. Ajaran ajarannya telah mengubah seluruh paradigm
saya tentang alam penciptaan dan filsafat keberadaan secara universal. Dan saya
melihat bahwa ajaran Islam berbeda dan bahkan bertentangan dengan ajaran
Kristiani. Islam memandang bahwa manusia adalah makhluk atau eksistensi mulia,
bukan makhluk yang kotor dan tercemar. Di dalam Al Qur’an dijelaskan aturan
aturan hidup dan cara memperoleh dunia serta menjaganya dengan penjelasan yang
menarik dan universal.”
22. Gustave
Le Bon (1841 sampai 1931), berpendapat bahwa Al Qur’an merupakan kitab Ilahi
bagi kaum muslim yang tidak saja menjelaskan ajaran dan aturan yang sectarian,
akan tepai ia juga mencakup aturan aturan politik dan sosial bagi kaum muslim.
Ajaran ajaran yang berhubungan dengan etika di dalam Al Qur’an lebih tinggi dan
mulia ketimbang ajaran ajaran etika dalam Injil.”
23. Fontaine,
seorang orientalis Perancis, mengatakan bahwa Islam telah menyusun aturan
aturan alamiah yang diperuntukkan bagi setiap individu manusia. Dan pasti
manusia akan menerimanya. Berdasarkan kenyataan itu, benarlah jika dikatakan
bahwa Al Qur’an adalah petunjuk. Karena Al Qur’an membimbing manusia dengan
metode hidup yang paling sempurna dan mengajak manusia pada tujuan yang
terbaik.”
24.
Lesyboun,
ilmuwan Perancis, berujar, “Untuk membuktikan keagungan dan kemuliaan Al Qur’an
cukup dengan menyodorkan fakta bahwa selama empat belas abad tidak ditemukan
bahkan tidak dapat ditemukan sedikitpun kesalahan di dalamnya. Metode
penjelasan dan kalimat kalimat Al Qur’an dengan gaya yang segar dan manis
memberikan gambaran kepada kita seakan akan itu adalah ungkapan yang baru
dilontarkan kemarin.”
25. Devenport,
berkata, “Al-Qur’an itu bersih dari segala aib, dan tidak bisa dicela dari
berbagai sudutnya. Kalau dibaca mulai awal hingga akhirnya sedikit pun tidak
Nampak ada cacatnya.”
26. Malvaro
Macoredum Kuminz, penyair, penulis, jurnalis, dan pengamat dari Spanyol,
berkata, “Sejumlah orang meminta saya untuk menterjemahkan sebagian dari surah
surah Al Qur’an. Saya pun memilih surah yang pendek untuk saya terjemahkan, dan
pilihan saya jatuh pada surah yang membicarakan keesaan Tuhan; yaitu surat Al Ikhlas.
Surah tersebut dengan ‘musiknya’ yang sedemikian indah, bagi saya merupakan
syair yang cukup penting. Saya juga menterjemahkan surah Al Fatehah yang
membicarakan tentang keuniversalan Tuhan. Keuniversalan Tuhan dan keesaanNya
membimbing saya pada kesimpulan bahwa agama Islam adalah agama yang paling
manusiawi dan logis. Dan juga agama ini dapat menyelesaikan kegelisahan,
keresahan, kegalauan, dan problema para pemuda sekarang.”
27. Willis,
penulis besar dari Inggris, mengatakan, “Setiap agama yang tidak bisa berjalan
di setiap masa dan zaman dengan peradaban dan aturan sosialnya, maka
campakkanlah agama tersebut ke dinding. Karena agama yang tidak seiring dengan
peradaban, ia merupakan keburukan, kesiasiaan, dan kebatilan bagi para
pengikutnya serta akan menggiring mereka pada kesesatan dan kehancuran. Agama
yang benar adalah yang seiring dengan peradaban, dan itu adalah agama Islam.
Setiap orang yang berkeinginan untuk memahami hakekat ini, hendaknya ia merujuk
kepada Al Qur’an dan kandungannya dengan sudut pandang ilmiah, hukum dan
sosial. Al Qur’an adalah kitab religius, ilmiah, sosial, akhlak, dan sejarah.
Dan jika ada seseorang bertanya kepada saya tentang definisi Islam, maka saya
akan menjawab ‘Islam adalah peradaban yang riil bagi manusia.’
28. Dynowart,
seorang orientalis, berkata, “Kita harus mengakui bahwa berkembangnya
pengetahuan alam, astronomi, filsafat, dan matematika di Eropa secara umum
merupakan berkat dari ajaran ajaran Al Qur’an. Dan kita berhutan pada kaum
Muslim. Bahkan bila dilihat dari sisi ini, Eropa merupakan bagian dari Islam.”
29. JM
Rodwel, penulis Inggris, berujar, “Seyogianya Eropa tidak lupa bahwa mereka
telah berhutang pada ajaran ajaran Muhammad. Karena Al Qur’an lah fajar ilmu di
Eropa terbit.”
30. Dr
Morris dari Perancis berkata, “Sejujurnya, Al Qur’an adalah kitab terbaik yang
diciptakan oleh tangan dan pena seni, Yang Maha Kekal bagi manusia.”
31. JM
Rodwel dalam bukunya “the Qur’an” mengemukakan, “Harus diakui, bahwa AlQur’an
patut mendapat penghargaan yang setinggi-tingginya tentang konsepsinya mengenai
sifat-sifat Tuhan dalam sifat Maha Tahu, Maha Kuasa atas segala sesuatu dan
Esa…bahwa kepercayaan dan keyakinan pada Satu Tuhan yang menguasai langit dan
bumi dan bahwa Al-Qur’an meliputi banyak kesungguhan moral yang mulia dan dalam
kata-kata hikmah yang padat dan telah membuktikan bahwa di dalamnya terdapat
unsur-unsur yang di atasnya bangsa-bangsa yang kuat dan imperium-imperium yang
berkuasa dapat didirikan.
32. Ladin,
seorang Inggris, dalam ‘Be Suy e Khuda’ mengatakan, “Sejujurnya, Al Qur’an
memiliki keindahan yang mengagumkan, dimana lidah kelu untuk merangkainya dan
tinta pun surut kala memberikan penjelasan. Al Qur’an memiliki keindahan,
pikatan, keelokan dan susunan yang khas yang tidak dimiliki oleh kitab mana
pun. Kitab ini tidak mengenal kadaluarsa bagi para pembacanya. Kaliman
kalimatnya tersusun dengan sangat baik, namun bukan syair. Ia lebih manis dari
syair. Kekuatan yang menundukkan semua makhluk tersebut hanya terdapat dalam Al
Qur’an.”
33. Thomas
Carlyle dalam bukunya “On Heroes, Heroworship and the Hero in History“
mengemukakan, “Buat pendapat saya, bahwa satu-satunya dari ayat-ayat Al-Qur’an
itu penuh mengandung kesucian, seolah-olah bagai berlian akan kebersihan dan
keindahannya… Dengan kekuatan Islam, Allah sudah mengeluarkan bangsa Arab dari
kegelapan kepada cahaya terang dan Allah menghidupkan mereka dari suatu bangsa
yang mati, yang belum pernah kedengaran suaranya sejak dunia terjadi. Maka
Allah mengirimkan seorang Nabi dengan membawa firman-Nya yakni Al-Qur’an dan
menjadi pesuruh-Nya. Karena itu mereka dari kebodohan berganti kepada
kepandaian, dari kekolotan berubah menjadi kesadaran yang terkenal, dari
kerendahan kepada kemuliaan, dari kelemahan kepada kekuatan, dan dari sinar
yang kecil berubah menjadi sinar yang besar menyala-nyala mengembang cahayanya
ke seluruh penjuru dunia dari utara sampai ke selatan dan dari timur sampai ke
barat.”
34. Thomas
Carlyle, ilmuwan dan sejarawan terkenal dari Skotlandia, mengemukakan pendapatnya
tentang Al Qur’an, “Jika melihat kita suci ini (Al Qur’an) sekali saja, maka
kita akan mendapatkan bahwa di dalamnya terkandung hakekat hakekat yang tinggi
dan rahasia rahasia eksistensi, dimana keagungan dan hakekat Al Qur’an tampak
jelas dari hal hal tersebut. Dan ini merupakan hal hal agung yang hanya
dimiliki oleh Al Qur’an. Dan hal hal tersebut tidak akan pernah ditemukan dalam
buku buku ilmiah, politik dan ekonomi. Boleh jadi membaca sebagian buku akan
memberikan pengaruh yang mendalam bagi jiwa dan mental seseorang, namun
pengaruh tersebut tidak bisa dibandingkan dengan pengaruh Al Qur’an.”
35. Mrs
Tuns dari Belanda berkata, “Kandungan kitab suci ini (Al Qur’an) seutuhnya
memiliki kesesuaian dengan akal dan fitrah manusia. Dan ia bersih total dari
segala ajaran dan muatan yang berseberangan dengan akal. Al Qur’an adala hakim
yang cukup adil bagi wanita dan ia tidak seperti ajaran ajaran dan agama agama
yang menghinakan dan tidak memberikan penghargaan kepada wanita. Al Qur’an
memandang tinggi wanita, memberikan hak haknya dan memuliakannya.”
36.
Sir
William Muir, dalam bukunya ‘The Life of Mohamet, mengemukakan “Al Qur’an itu
penuh dengan pembicaraan yang terdapat dari akal pikiran dan keadaan alam, yang
mana guna meng-Esa-kan adanya Tuhan Yang Maha Tinggi dan Maha Besar Kuasa-Nya,
taat dan patuh serta terima kasih bangsa manusia kepada-Nya, pembalasan baik
dan jahat pada hari kemudian, keharusan akan mengikuti kebaikan dan menjauhkan
kejahatan dan lain sebagainya. Bahasa Al-Qur’an itu sangat teratur rapi, elok
dan manis, juga tempo-tempo terkeliling dengan rasa syair yang benar. AlQur’an
adalah karya dasar agama Islam. Kekuasaannya mutlak dalam segala hal agama,
etika dan ilmu pengetahuan.”
37. Sir
William (1819 sampai 1905), seorang sejarawan Inggris, mengatakan, “ Al Qur’an
mengungguli argumentasi argumentasi logis. Ia lebih tinggi daripada masalah
masalah ilmiah. Al Qur’an memulai pembicaraannya kepada kita dengan argumentasi
argumentasi yang cukup kuat dan jelas
tentang keberadaann Tuhan dan juga membimbing kita untuk mengagungkan Tuhan
Yang Maha Esa. Hukum hukum, putusan putusan, hak hak, aturan aturan kehidupan,
ketentuan ketentuan religiusnya tersusun dengan ibarat yang mempengaruhi jiwa,
sehingga para pembacanya akan terpesona di bawah pengaruhnya.”
38.
Raduvel,
seorang pendeta Nasrani, bertutur, “Semua orang seharusnya tahu bahwa AlQur’an
paling layak untuk dipuji. Karena Al Qur’an mampu memberikan hubungan yang
indah dan sesuai dengan konsep ketuhanan tentang kemampuan, ilmu, takdir, dan
keesaan Tuhan. Keyakinan dan akidah yang dilontarkan Al Qur’an tentang keesaan
Tuhan sangatlah mendalam dan cukup intens. Di dalamnya memuat etika yang
membuat orang orang pandai, mulia, berakal, dan berilmu condong kepadanya dan
mengamalkannya. Di mana ajaran ajaran etikanya merupakan unsur unsur dan faktor
faktor yang mampu membuat sebuah kerajaan dan negara menjadi agung.”
39.
John
Dion Port, berkata, “Al Qur’an bersih dari segala bentuk kekurangan dan cacat.
Ia tidak pernah membutuhkan pembenahan dan perbaikan. Sangat mungkin seseorang
yang membacanya dari awal sampai akhir tidak sedikit pun merasakan
ketidaknyamanan dan keresahan.” Kemudian ia menulis, “Telah lama para pendeta
Nasrani yang tidak mengenal Tuhan menjauhkan kami dari hakikat hakikat Al
Qur’an dan kesucian serta keagungannya. Namun, setiap kami mengalami kemajuan
dalam ilmu, tersingkaplah tabir kebodohan dan kefanatikan yang bukan pada
tempatnya. Dan dalam waktu yang cukup cepat ia (Al Qur’an) telah memikat alam
dan memberikan pengaruh yang cukup dalam bagi dunia. Akibatnya, poros pemikiran
manusia menjadi mendunia.”
40. Prof
Dr Edener Monter, berujar, “Barangsiapa yang berkata bahwa Al-Qur’an itu tidak
mengandung peradaban yang tinggi dan elok, ia adalah orang yang dungu. ”
41. Noldike,
ilmuwan dan budayawan terkenal asal Jerman serta penulis buku Tarikh Qur’an,
menegaskan, “Dengan logika ilmu dan metodologinya, Al Qur’an dapat memberikan
ketenangan dan kepuasan bagi hati para pendengarnya. Juga dapat memikat mereka
serta menjadikan mereka sebagai obyek dan lawan bicaranya. Bersamaan dengan
itu, ia (Al Qur’an) juga dapat mengikat dan menguasai hati orang yang melawan
dan menentangnya. Keutamaan Al Qur’an, dengan bahasanya yang sederhana dan
sastranya yang khas, menjadikan dirinya naik pada puncak kesempurnaan. Kitab
inilah yang mampu mengubah sebuah bangsa yang bengis dan primitive menjadi
bangsa yang madani; dan dari Al Qur’an lah mereka mengambil pelajaran bagi
dunia mereka.”
42. Sedio,
orientalis Perancis, mengatakan, “Al Qur’an mencakup keseluruhan adab dan
hikmah. Kitab suci ini berdiri di atas keadilan, kebaikan, dan hikmah. Ia
membimbing manusia pada kesempurnaan dan keutamaan insani. Pengetahuan dan
ajarannya membutakan dan mematahkan orang orang yang memusuhinya dan yang mencari
cari kesalahannya. Untuk membuktikan keagungan Al Qur’an dan pembawanya, kita
cukup mengatakan bahwa ia mampu mengubah bangsa yang bengis dan liar, yang
tidak memiliki sedikitpun keunggulan dan memiliki semua bentuk keburukan etika,
menjadi bangsa yang bahagia bahkan menjadikan mereka sederajat denga para guru
manusia sepanjang masa.”
43. Borgese,
Sejarawan Italia, berkata, “Walaupun kaum Muslim merupakan pengikut AlQur’an,
membaca dan mengamalkan hukum hukumnya, akan tetapi mereka memiliki kelemahan
pada diri mereka. Kekuatan kebahagiaan dan para malaikat kemuliaan menjauh dari
mereka. Segala keagungan, kemuliaan dan keutamaan menyingkir dari mereka. Dan
sebagai gantinya mereka berada dalam belenggu keburukan dan perbudakan.
Kesempatan ini dipergunakan sebaik baiknya oleh musuh musuh mereka, dengan
memerangi dan membelenggu mereka dengan cara menyebarkan virus virus sosial di
tengah tengah mereka. Oleh karena itu, kaum Muslim sampai sekarang ini masih
terbelenggu dan menjadi tawanan. Semua nasib buruk yang menimpa kaum Muslim ini
muncul karena mereka tidak menjaga AlQur’an dan aturan aturan serta hukum
hukumnya. Salah jika keburukan keburukan tersebut kita tuduhkan kepada Islam
(Al Qur’an). Karena pada hakekatnya, adakah kritik dan keberatan yang dapat
diarahkan pada syariat yang suci itu?”
44.
Carleton
Coon, seorang antropolog terkenal dari Amerika, menuliskan dalam bukunya yang
berjudul Karavan, “Salah satu keagungan Al Qur’an adalah sastranya, Al Qur’an
ketika dibaca dengan benar dan sampai ke telinga pendengarnya, apa ia seorang
yang memahami sastra dan bahasa Arab ataukah tidak, akan memberikan kesan dan
pengaruh yang cukup kuat dalam jiwa dan mentalnya. Dan keunggulan sastra Al
Qur’an tidak dapat diterjemahkan.”
45. Mr
Rudof, mengemukakan, “Pertama kali memang kurang begitu menarik, tapi lama
kelamaan saya membacanya bertambah asyik, kemudian hati saya terpengaruh oleh
sesuatu kekuatan hebat yang menyebabkan saya membacanya dan membaca terus.”
46. Laura
Vaccia Vaglieri dalam bukunya “Apologie de L’Islamism, “Dalam keseluruhan nya
kita dapati dalam Kitab ini ini suatu koleksi tentang kebijaksanaan yang dapat
diperoleh oleh orang-orang yang paling cerdas, filosof-filosof yang terbesar
dan ahli-ahli politik yang paling cakap. Tetapi ada bukti lain tentang sifat
Ilahi dalam AlQur’an adalah suatu
kenyataan bahwa Al-Qur’an itu tetap utuh melintasi masa-masa sejak turunnya
Wahyu itu hingga saat ini.
Kitab ini dibaca berulang-ulang oleh
orang-orang yang berima dengan tiada jemu-jemunya, sebaliknya karena
diulang-ulang malah semakin dicintao sehari demi sehari. Al-Qur’an
membangkitkan perasaan timbulnya penghormatan dan respek yang mendalam pada
diri orang yang membaca dan mendengarnya. Oleh karena itu bukan dengan jalan
paksaan atau dengan sengaja, tidak pula dengan tekanan mubaligh-mubaligh yang
menyebabkan penyiaran Islam besar dan cepat, tetapi terutama oleh kenyataan
bahwa Kitab ini, yang diperkenalkan kaum muslimin kepada orang-orang yang
ditaklukkan dengan kebebasan untuk menerima atau menolaknya, adalah Kitab
Tuhan. Perkataan Yang Maha Besar, mukjizat terbesar yang dapat diperintahkan
Muhammad SAW kepada orang-orang yang ragu dan kepada orang-orang yang tetap
berkeras kepala.”
47.
George
Bernard Shaw, mengemukakan, “Berat rasanya untuk kukatakan bahwa dua abad
kemudian, Al-Qur’an akan membuat manusia memeluk Islam seluruhnya.”
48.
Dr
Mardius menterjemahkan 63 surat Al Qur’an berdasarkan perintah dari kementrian
luar negeri dan kementerian kebudayaan Perancis, selama sembilan tahun. Dengan
segala kesulitan yang ia alami, akhirnya pada tahun 1926 terbitlah terjemahan
tersebut. Dalam mukaddimah terjemahannya, ia mengatakan, “Metode yang digunakan
oleh Al Qur’an tanpa dapat disangkal lagi adalah metode kalam Ilahiah. Karena
metode tersebut mencakup rahasia dan hakekat keberadaan yang muncul dari Nya.
Mustahil jika metode tersebut bukan metode Ilahiah. Sia sia jika seseorang
berusaha untuk mentransfer pengarus syair yang tanpa tanding ini ke dalam
bahasa lain, khususnya bahasa Perancis yang memiliki keterbatasan.”
49. Dr
Joseph Charles Merdrus dalam bukunya “Preliminary Discours” yang mengutip
pendapat Prof George Sale, seorang cendekiawan Inggris yang pertama kali
menafsirkan Al-Qur’an ke dalam bahasa Inggris, “Di seluruh dunia diakui bahwa
AlQur’an tertulis dalam bahasa Arab dengan gaya yang paling tinggi, paling
murni, diakui sebagai standart bahasa Arab, tidak dapat ditiru oleh pena
manusia, oleh karena itu diakui sebagai mukjizat yang besar, lebih besar dari
pada membangkitkan orang mati, dan itu saja sudah cukup untuk meyakinkan dunia
bahwa Kitab itu berasal dari Tuhan. Dan dengan mukjizat ini, Muhammad tampil
untuk menguatkan nubuatnya, terang-terangan menantang satrawan-sastrawan Arab
yang paling cakap yang pada masa itu terdapat beribu-ribu, yang pekerjaan serta
ambisi mereka hanya untuk ketinggian bahasanya untuk menciptakan satu pasal
saja pun yang dapat dibandingkan dengan gaya bahasa Al-Qur’an. Gaya bahasa
Al-Qur’an seluruhnya indah dan lancar dan dalam banyak bagian mulia dan
cemerlang. Sangat luar biasa efek kekuasaan kata-kata yang terpilih dengan
sangat baik, ditempatkan dengan seninya yang tidak kurang efeknya untuk
menimbulkan gairah dan rasa kagum, dibandingkan dengan musik sekalipun.”
50. Prof
Margoliouth, dalam bukunya yang berjudul “De Karacht van den Islam.” “Adapun Al-Qur’an
itu menempati kedudukan yang maha penting di barisan agama-agama yang besar di
seluruh dunia, Meskipun Al-Qur’an itu sangat muda usianya, tetapi ia menempati
bagian terpenting dalam ilmu Kitab. Ia dapat menghasilkan suatu akibatnya yang
tidak pernah dan tidak akan dapat seseorang menghasilkannya…..”
“Al-Qur’an itu membuat perubahan
pikiran dalam lingkungan umat manusia, dan anjuran dari isinya tentang
tabiat-tabiat dan peradaban mereka. Pertama kali AlQur’an itu menggerakkan
bangsa Arab yang sedang dalam kegelapan dan kebodohan, menjadi suatu bangsa
yang cerdik pamdai dan gagah berani di seluruh dunia, dan kemudian Al-Qur’an
itulah yang membawa bangsa itu menjadi pemula dalam agama berdasar politik dan
sosial, sehingga terbangunlah organisasi di seluruh dunia Islam….
“Al-Qur’an itulah satu daripada tenaga
yang sangat hebat, dimana bangsa Asia dan Eropa sekarang sekarang ini harus
mencatatnya. Pengaruh yang sangat rahasia dalam Al-Qur’an bukan saja suatu
Kitab, tetapi suatu suara yang hidup, teguh semacam maklumat yang berisi
undang-undang, peraturan pergaulan hidup, perjanjian, pelajaran dan pemberi
jalan bagi tiap-tiap bangsa yang akan menuju ke arah kemajuan”.
Kemajuan dari kaum Islam, meskipun
sekarang agak terhenti, telah meletakkan dasar kemajuan bagi Barat. Ahli
penyusun pengetahuan menunjukkan bahwa apa yang dituntut oleh bangsa Eropa dari
ilmu astronominya dan semua ilmu pengetahuan yang serupa itu, yang pada suatu
masa datang ke Eropa, boleh dikatakan adalah berasal dari Islam. Hanya Al-Qur’an
lah yang telah menunjukkan pertama kali kepada ilmuwan bangsa Arab, hikmah ilmu
pengetahuan itu.”
51. Dr
Hartwig Hirschfeld dalam bukunya yang berjudul “New Researches into the
Composition and Exogois of the Quran, mengemukakan, ““Kita tidak boleh terkejut
mendapati bahwa Al-Qur’an adalah sumber ilmu pengetahuan. Segala hal yang
berhubungan dengan langit dan bumi, kehidupan manusia, perdagangan, dan
pekerjaan sebentar-sebentar disinggung dan hal ini membangkitkan timbulnya
monograph-monograph yang memuat tafsir dari bagian-bagian Kitab Suci itu. Dalam
hal ini, Al-Qur’an menimbulkan banyak diskusi-diskusi besar, yang secara tidak
langsung menimbulkan perkembangan yang menakjubkan dari segala cabang ilmu
pengetahuan dalam dunia Islam. Kegiatan Ruhani yang timbul dalam dunia Islam, tidak hanya
terbatas pada pemikiran theologis semata. Perkenalan dengan penulis Yunani
tentang filsafat, ilmu pasti, ilmu perbintangan dan kedokteran, membuat mereka
mempelajari cabang-cabang ilmu pengetahuan ini.
Dalam wahyu kepada Muhammad SAW, hal
ini dengan berulang-ulang dimintakan perhatian mereka kepada gerakan alam raya
sebagai keajaiban yang diciptakan Allah sebagai pelajaran terhadap manusia, dan
oleh karena itu bukan untuk dipuja. Betapa berhasilnya kaum muslimin dari
segala bangsa menuntut ilmu pengetahuan astronomi diperlihatkan oleh kenyataan
bahwa selama berabad-abad mereka itu merupakan penggalang-penggalangnya.Bahkan
hingga sekarang banyak nama-nama Arab digunakan sebagai nama-nama bintang dan
istilah-istilah teknik. Sarjana-Sarjana ilmu astronomi di Eropa adalah
murid-murid dari orang-orang Arab. Dalam hal seperti ini pula Al-Qur’an
mendorong untuk mempelajari ilmu kedokteran serta mendorong pemikiran dan studi
tentang alam pada umumnya”.
Sekarang kita sudah mengetahui tentang
apa kata tokoh tokoh dunia tentang AlQur’an, lalu pernahkah kita bayangkan
bagaimana mereka mempelajari Al Qur’an? Untuk bisa berfikir yang menghasilkan
pemikiran yang sangat baik dan luar biasa terhadap Al Qur’an seperti termaktub
di atas, mengharuskan para pembelajar Al Qur’an ini berpendidikan, berwawasan
luas, menilai tanpa dilandasi kefanatikan, tidak tendensius, tidak mencari cari
kesalahan, berfikir positif (ilmiah lintas sektoral), profesional, berdedikasi
tinggi, pembelajar, jujur serta mau mengajarkan atas apa apa yang dipelajarinya
kepada orang lain. Kondisi ini sangat sesuai dengan apa yang tertuang di dalam
surat Shaad (38) ayat 29 dan hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari di bawah
ini.
ini
adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya
mereka memperhatikan ayat-ayatNya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang
yang mempunyai fikiran.
(surat
Shaad (38) ayat 29)
Dari
Usman bin Affan r.a. ia berkata, Rasullah Saw. bersabda: “orang terbaik dari
kamu ialah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya”.
(Hadits
Riwayat Bukhari)
Jika tokoh tokoh di atas mempelajari
Al Qur’an seperti ini, lalu bagaimana dengan kita, apakah kondisinya sama saat
kita mempelajari Al Qur’an? Adalah sesuatu yang sangat janggal jika kita sangat
membutuhkan AlQur’an lalu kita hanya mampu membaca tulisannya semata tanpa
pernah tahu apa maksud dan tujuan dari yang kita baca? Apakah hidup yang hanya
sebentar ini kita habiskan dengan sibuk dengan urusan baca semata tanpa pernah
paham dan mengerti apa yang terdapat di dalam AlQur’an? Jika kita hanya pandai
membaca AlQur’an tanpa pernah tahu dan mengerti apa yang kita baca berarti kita
telah menempatkan diri kita seperti menonton televisi tanpa ada suara lalu
bagaimana kita tahu apa yang kita tonton.
Nabi
SAW bersabda, “Siapa yang membaca satu huruf dari kitab Allah, maka ia
mendapatkan satu kebaikan, sedangkan kebaikan itu dilipatgandakan menjadi
sepuluh kali lipat. Saya tidak mengatakan alif laam miim itu satu huruf, akan
tetapi alif satu huruf, laam satu huruf, dan miim satu huruf.”
(Hadits
Riwayat. Ath Thirmidzi)
Tidak ada yang salah jika kita hanya
mampu membaca Al Qur’an, namun akan menjadi sebuah kesalahan yang fatal jika
kita hanya mampu membaca semata tanpa pernah tahu apa maksud dan tujuan yang
kita baca. Tidak ubahnya kita membaca surat kabar tapi tidak tahu beritanya
apa. Untuk itu kita tidak boleh hanya mampu sebatas membaca Al Qur’an saja,
namun harus juga memperhatikan ayat ayatNya (tanda tanda kebesaran Allah SWT)
sampai kita mendapatkan pelajaran dari apa yang kita baca. Sebagaimana yang
terdapat dalam surat Shaad (38) ayat 29 di atas.
Ingat, isi kandungan Al Qur’an dapat
dibedakan menjadi 2 (dua) kategori yaitu ayat ayat kauliyah dan ayat ayat
kauniyah. Khusus untuk ayat ayat kauniyah (ayat ayat alam semesta) tidak bisa
sekedar dibaca semata, melainkan butuh dipelajari secara mendalam yang didukung
dengan kemampuan ilmu dan pengetahuan serta teknologi yang mumpuni maka barulah
sebahagian kecil dari rahasia yang terkandung di dalam ayat ayat kauniyah dapat
diketahui oleh manusia. Hal yang samapun berlaku untuk ayat ayat kauliyah juga
tidak bisa sekedar dibaca saja melainkan harus ditelaah secara mendalam agar
rahasia yang terdapat dibalik ayat ayat dimaksud bisa kita ketahui dan
bermanfaat bagi manusia. Adanya kondisi ini menunjukkan bukan Allah SWT yang
membutuhkan AlQur’an, akan tetapi diri kita yang sangat membutuhkan isi
kandungan AlQur’an saat hidup di muka bumi ini.
Sekarang kami akan mengajak pembaca
untuk merenungi dua buah hal yang akan kami kemukakan sebagai berikut:
1. Katakan kita memiliki seorang sahabat
yang begitu sangat kita kenal secara pribadi dan sangat kita percayai. Suatu
ketika sahabat tadi menyampaikan pesan secara tidak langsung kepada kita
melalui orang lain, yang isinya kita harus belajar ke suatu tempat tertentu.
Setelah diri kita menerima pesan itu lalu kita langsung melaksanakan apa yang
disampaikan sahabat itu tanpa banyak bicara atau tanpa dibantah lagi. Timbul
pertanyaan, kenapa kita mau melaksanakan pesan tidak langsung itu, apakah
karena orang lain yang menyampaikan ataukah isi pesan dari sahabat? Kita
melakukan isi pesan tersebut tanpa bantahan sedikitpun bukan karena melihat
siapa yang menyampaikan pesan, akan tetapi karena kita tahu dan paham betul siapa
sahabat kita itu.
Hal yang samapun berlaku pada saat
Nabi Muhammad SAW menerima wahyu melalui perantaraan Malaikat Jibril as, yaitu
bukan karena faktor Malaikat Jibril as, lalu Nabi Muhammad SAW melaksanakan apa
apa yang disampaikan kepadanya. Melainkan karena Nabi Muhammad SAW tahu, paham,
mengerti serta mengimani Allah SWT dengan baik dan benar sehingga apa apa yang
disampaikan melalui Malaikat Jibril as, sebenarnya adalah sesuatu yang berasal
dari Allah SWT.
Sekarang bagaimana dengan diri kita,
saat belajar dan mempelajari Diinul Islam, apakah sudah mencontoh seperti yang
dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW? Agar diri kita bisa melaksanakan seperti
yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW maka : Pertama, kita harus selektif di
dalam menerima pelajaran terutama pelajaran ilmu agama. Sepanjang yang
diajarkan atau yang disampaikan adalah nilai nilai kebaikan yang berasal dari
Allah SWT melalui Nabi Muhammad SAW (maksudnya sesuai dengan AlQur’an dan
hadits yang shahih) jangan benturkan antara pelajaran yang disampaikan dengan
latar belakang dari penyampai pelajaran tersebut (jangan memandang siapa yang
menyampaikan pelajaran tetapi lihat dan resapi yang disampaikan oleh penyampai
pelajaran).
Kedua, jika telah beriman kepada Allah
SWT dan RasulNya berarti apa yang disampaikan oleh seorang pengajar atau
seorang penyampai pada dasarnya merupakan pelajaran yang berasal dari Allah SWT
kepada diri kita melalui perantaraan orang lain. Untuk itu lihat dan rasakan
apa yang disampaikan oleh orang lain itu karena hasil dari penyampaian bukan
untuk orang lain melainkan untuk diri kita yang berasal dari Allah SWT melalui
orang lain.
Jika kedua hal ini bisa kita lakukan,
maka lanjutkan pembelajaran itu dan nikmatilah rasa bertuhankan kepada Allah
SWT melalui proses belajar dan jangan lupa “setelah belajar jangan lupa
mengajar”.
Dia mengajar kepada manusia apa yang
tidak diketahuinya.
(surat Al Alaaq (96) ayat 5)
Jika kita terlampau sibuk menilai
siapa yang mengajar atau siapa yang menyampaikan pelajaran bukan kepada isi
yang diajarkan atau isi yang disampaikan berarti kita belum paham dan mengerti
siapa Allah SWT yang sesungguhnya dan juga belum mengerti apa yang dikemukakan
oleh dalam surat Al Alaaq (96) ayat 5 di atas. Yang pada intinya adalah Allah
SWT yang mengajarkan segala sesuatu melalui perantaraan orang lain, dalam hal
ini guru atau penyampai pesan pesan Allah SWT.
2. Setiap manusia memang tidak akan dapat
dipisahkan dengan kegiatan membaca. Membaca dalam arti sempit adalah melihat
tulisan atau melisankan apa apa yang tertulis. Membaca dalam arti luas adalah
melihat dan mengerti segala apa yang tergelar di alam semesta ini sebagai tanda
tanda atau ayat ayat atau kalimat kalimat Allah SWT, selaku pencipta dan
pemilik alam semesta ini.
Dari aktivitas membaca dalam arti
luas, manusia akan memperoleh pengertian pengertian yang akan memperluas
pengalaman dan pengetahuannya. Dengan kata lain, tanpa membaca manusia tidak
akan memperoleh pengertian dan pengetahuan. Tanpa membaca, manusia akan bodoh,
picik, terkebelakang, dan akan mudah tersesat dan disesatkan. Sekarang kita
sudah tahu tentang Al Qur’an lalu jangan pernah kita hanya sibuk membaca Al
Qur’an dalam arti sempit semata tanpa
tahu dan mengerti apa arti dan makna yang sesungguhnya yang terdapat di dalam
Al Qur’an.
Sekarang bagaimana dengan Nabi
Muhammad SAW melaksanakan perintah membaca itu? Seperti kita ketahui bersama bahwa
wahyu yang pertama kali turun kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantaraan
Malaikat Jibril as, berjumlah 5(lima) ayat,seperti yang kami kemukakan di bawah
ini.
bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu
yang Menciptakan,
Dia telah menciptakan manusia dari
segumpal darah.
Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha
pemurah,
yang mengajar (manusia) dengan
perantaran kalam[1589],
Dia mengajar kepada manusia apa yang
tidak diketahuinya.
(surat Al Alaaq (96) ayat 1 sampai 5)
[1589]
Maksudnya: Allah mengajar manusia dengan perantaraan tulis baca.
Jika wahyu yang pertama hanya
berjumlah 5 (lima) ayat, ini berarti Al Qur’an yang diturunkan oleh Allah SWT pada
saat itu, belumlah sempurna atau belum utuh saat diterima pertama kali oleh
Nabi Muhammad SAW. Namun yang terjadi adalah Nabi Muhammad SAW sudah
diperintahkan oleh Allah SWT untuk membaca dengan menyebut nama Allah SWT Tuhan
yang mencipkan dan yang akan mengajarkan apa apa yang tidak diketahui oleh
manusia. Lalu bagaimana Nabi Muhammad SAW membaca sedangkan Beliau sendiri
tidak bisa membaca dan tidak bisa menulis ditambah Al Qur’an nya belum
sempurna?
Nabi Muhammad SAW sebagai seorang Nabi
dan juga Rasul tidak membaca seperti kita membaca yaitu membaca sesuatu secara
harfiah dikarenakan ia tidak bisa membaca dan tidak bisa menulis. Akan tetapi Nabi
Muhammad SAW mampu membaca sesuatu secara hakiki sehingga Beliau mampu membaca
alam semesta ini dalam tiga tingkatan sekaligus, yaitu :
a.
Nabi
Muhammad SAW mampu membaca arti secara tersurat bahwa alam semesta beserta
isinya adalah hanyalah ciptaan Allah SWT.
b.
Nabi
Muhammad SAW juga mampu membaca arti secara tersirat bahwa di setiap ciptaan
Allah SWT merupakan tanda tanda dari
kebesaran Allah SWT dan yang ketiga,
c.
Nabi
Muhammad SAW juga mampu membaca arti secara tersembunyi yaitu ada Allah SWT
yang selalu bersama dengan ciptaanNya dan juga bersama dengan tanda tanda
kebesaranNya sehingga semuanya tidak bisa dipisahkan dengan Allah SWT.
Nabi Muhammad SAW mampu membaca tiga
tingkatan ini dikarenakan Nabi Muhammad SAW mampu membaca dengan menggunakan
hati ruhaninya (dengan kefitrahan ruhaninya) dan kondisi inilah yang
menghantarkan Beliau sukses di dalam menjalankan tugas kenabian dan
kerasulannya. Dan inilah ajaran yang paling utama yang berasal langsung dari
Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW dalam kerangka perintah membaca atas nama
Allah SWT yang menciptakan dan yang akan mengajarkan sesuatu yang tidak
diketahui oleh mansusia.
Saat ini sampai dengan hari kiamat
kelak, seluruh wahyu yang telah diwahyukan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad
SAW melalui perantaraan Malaikat Jibril as, telah lengkap dan sudah dibukukan
menjadi AlQur’an lalu sudahkah kita mampu melaksanakan perintah membaca seperti
yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW?
Sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak
menyebut Allah.
(surat
Al Ahzab (33) ayat 21)
Jika diri kita telah menyatakan
bersyahadat (telah menyatakan beriman kepada Allah SWT dan RasulNya) berarti
kita wajib mengikuti, meneladani, dan menjadikan diri kita mampu berbuat dan
bertindak seperti yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW dan menjadikan diri
kita seperti halnya Nabi Muhammad SAW terutama dari sisi akhlak mulianya, yaitu
mampu menjadi Al Qur’an berjalan.
Hisyam
bin Amir pernah bertanya kepada Sayyidatina Aisyah ra, tentang akhlak Rasulullah
SAW, Aisyah menjawab, “Akhlak Nabi SAW adalah Al Qur’an.”.
(Hadits
Riwayat Muslim).
Dari
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Sungguh, aku
diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia.”
(Hadits
Riwayat Al Baihaqi dan Al-Hakim).
Untuk itu perhatikanlah hasil dari
pembelajaran yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dari perintah membaca atas
nama Allah SWT adalah mampu menjadikan pada diri Rasulullah SAW terangkum
segala akhlak mulia, seperti sifat jujur, amanah, fathanah, tabligh, malu,
zuhud, berani, jujur, dermawan, cerdas, ramah, sabar, memuliakan anak yatim,
berperangai baik, jujur, pandai menjaga diri, wara’, dan berjiwa bersih, serta
budi pekerti luhur dan lainnya.
Anas
bin Malik ra, berkata, “Sungguh, Rasulullah SAW benar-benar manusia dengan
akhlak paling mulia”. (Hadits Riwayat Bukhari-Muslim).
Anas
ra, berkata, “Selama sepuluh tahun aku berkhidmat kepada beliau
(Rasulullah), aku tidak pernah mendengar beliau mengucapkan kata “Ah”,
sebagaimana beliau tidak pernah mempertanyakan apa yang kau kerjakan, ‘Kenapa
kamu mengerjakan ini? atau ‘Bukankah seharusnya kamu mengerjakan seperti
ini?” (Hadits Riwayat Bukhari-Muslim).
“Perumpamaan orang mukmin yang membaca Al Qur’an
adalah seperti bunga utrujjah, baunya harum dan rasanya lezat; orang mukmin
yang tidak suka membaca Al Qur’an adalah seperti buah kurma, baunya tidak
begitu harum tetapi manis rasanya; orang munafik yang membaca Al Qur’an ibarat
sekuntum bunga, berbau harum, tetapi pahit rasanya, dan orang munafik yang tidak
membaca Al Qur’an tidak ubahnya seperti buah hanzalah, tidak berbau dan rasanya
pahit sekali” (Hadits Riwayat Bukhari Muslim)
Alangkah ruginya kita jika sibuk
dengan urusan membaca Al Qur’an dalam arti sempit sehingga kita tidak pernah
mengerti, kita tidak pernah tahu makna yang terkandung di dalamnya, tidak
pernah paham akan isi yang terkandung di dalamnya yang bertingkat tingkat.
Untuk itu sudah saatnya di sisa usia kita, untuk tidak sekedar sibuk membaca
AlQur’an dalam arti sempit. Akan tetapi kita harus bisa mengerti dan memahami,
melaksanakan segala arti serta maksud dan tujuan dari yang kita baca. Lalu
jadikan AlQur’an menjadi akhlak diri kita atau jadikan diri kita Al Qur’an
berjalan. Disinilah salah satu letak betapa pentingnya kita membaca dan
merenungi Al Qur’an yang dikehendaki oleh Nabi Muhammad SAW kepada umatnya lalu
mengajarkannya kepada orang lain.
Al Qur’an jika diteliti lebih dalam
akan membuat takjub serta mendapatkan sesuatu yang tidak terpikirkan
sebelumnya. Al Qur’an juga terdiri dari ayat ayat kauliyah dan juga ayat ayat
kauniyah. Adanya ayat ayat kauliyah dan juga ayat ayat kauniyah di dalam
AlQur’an, mengharuskan kita tidak hanya pandai membaca saja, melainkan harus
bekerja ekstra guna mengungkap isi dan kandungan (rahasia) yang termaktub di
dalamnya serta menterjemahkan apa apa yang terkandung di dalam Al Qur’an yang
sesuai dengan kehendak Allah SWT. Al-Qur’an
juga cerminan dari kebesaran dan kemahaan Allah SWT yang dipersiapkan untuk
kepentingan rencana besar kekhalifahan di muka bumi. Al Qur’an diturunkan oleh
Allah SWT bukanlah untuk menyusahkan umat manusia melainkan untuk kebaikan
manusia. Al Qur’an sudah sempurna sehingga tidak membutuhkan lagi koreksi
ataupun tambahan.
Jika kita
merasa menjadi khalifah Allah SWT di muka bumi berarti kita sangat membutuhkan
AlQur’an. Lalu apa buktinya kita butuh dengan Al Qur’an? Sudahkah kita berusaha
mempelajari Al-Qur’an yang sesuai dengan kehendak Allah SWT? Adalah sebuah
ironi yang sangat menyedihkan dan juga mungkin menjengkelkan jika kita butuh
dengan AlQur’an namun malas mempelajarinya sehingga tersimpan rapilah kebesaran
dan keagungan AlQur’an di dalam Al-Qur’an itu sendiri oleh sebab diri kita yang
malas, atau terlampau banyak alasan untuk tidak mau belajar AlQur’an yang baik
dan benar karena merasa ia dirinya hanya sebatas murid. Subhanallah.
Sekarang mari perhatikan dengan
seksama hadits yang kami kemukakan di bawah ini, dimana syaitan mengalami
kesukaran di dalam mempengaruhi orang yang mengerti atau paham dengan Al Qur’an
(Diinul Islam) dibanding dengan seribu orang yang shalat.
Ibnu Abbas ra, berkata; Nabi bersabda:
“Orang yang mengerti (agama) lebih sukar dipengaruhi syaitan daripada seribu
orang yang shalat”.
(Hadits Riwayat Aththirmidzi, Ibnu Majah)
Jika seperti ini kondisinya berarti
orang yang berilmu sangat diperhitungkan oleh syaitan sang laknatullah. Agar
diri kita mampu menjadi orang yang diperhitungkan oleh syaitan maka kita tidak
bisa hanya membaca saja tanpa mengamalkan atau melaksanakan apa yang kita baca.
Kita juga diwajibkan untuk tidak hanya
membaca saja apa apa yang ada di dalam AlQur’an, namun harus diiringi dengan
merenungi; memahami; menghayati apa yang kita baca tersebut sebagaimana
termaktub dalam hadits di bawah ini.
Ibnu Umar ra, berkata kepada Aisyah
ra, “Kabarkanlah kepada kami sesuatu yang sangat mengagumkan yang engkau lihat dari Rasulullah
SAW.! Aisyah ra, terdiam sejenak kemudian berkata: “Pada suatu malam Rasulullah
SAW bersabda, Wahai Aisyah tinggalkanlah aku, malam ini aku hendak beribadah
kepada Tuhanku. Aku (Aisyah ra,) berkata, Demi Allah sesungguhnya aku senang
berada di dekatmu, dan akupun senang terhadap sesuatu yang membuatmu gembira.
Selanjutnya Aisyah ra, berkata: “Lalu Rasulullah SAW bangun lantas berwudhu dan
beliau shalat. Tidak henti hentinya beliau menangis hingga membasahi
pangkuannya, beliau terus menangis hingga membasahi janggutnya, dan beliau
terus menangis hingga membasahi tanah. Kemudian Bilal datang hendak azan untuk
shalat. Ketika dia melihat beliau menangis, dia bertanya. “Wahai Rasulullah,
mengapa engkau menangis, padahal Allah telah mengampuni dosamu yang lalu dan
akan datang?. Beliau SAW bersabda:”Tidak bolehkah aku menjadi hamba yang
bersyukur? Tadi malam telah turun ayat kepadaku, celakalah orang yang
membacanya tetapi tidak merenungkannya, yaitu Al Qur’an surat Ali Imron (3)
ayat 190”.
(Hadits Riwayat Ibnu Hibban)
Adanya ketentuan hadits diatas ini,
mengharuskan kita untuk tidak berhenti hanya membaca ayat ayat Al Qur’an dengan
tajwid serta tartil yang baik dan benar saja. Jika kita hanya sibuk membaca Al
Qur’an semata ini berarti kita hanya mampu memposisikan AlQur’an itu seperti
buku bacaan belaka.
Al Qur’an diturunkan oleh Allah SWT ke
muka bumi ini bukanlah sekedar buku bacaan semata melainkan : (1) Petunjuk bagi Nass (manusia dalam arti
Ruh/Ruhani); (2) Peringatan dan Pelajaran; (3) Obat dan Penyembuh bagi Nass
(manusia dalam arti Ruh/Ruhani); (4) Pembeda antara yang beriman dengan kafir;
(5) Penyempurna bagi kitab kita Allah SWT yang terdahulu; (6) Rahmat Allah SWT
untuk manusia; (7) Ilmu Allah SWT yang telah diilmukan; dan lain sebagainya. Sekarang
bisakah kita mengimani, mempelajari, menjalankan, mengajarkan, menyebarluaskan,
membuka tabir rahasia yang bertingkat tingkat yang terdapat di dalam Al Qur’an serta
menjadikan AlQur’an sebagai akhlak diri kita hanya melalui proses membaca yang
sesuai dengan tajwid dan tartil semata? Rasanya jauh panggang dari api.
Salah satu hal yang membuat diri kita
lalai melaksanakan perintah membaca adalah sudah merasa cukup dan ini pula yang
terjadi pada sebahagiaan umat Islam. Kita sudah merasa cukup jika sudah mampu
membaca Al Qur’an yang sesuai dengan tartil dan tajwid yang benar lalu kita
merasa sudah selesai mempelajari Al Qur’an.
Ketahuilah!
Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas,
karena
Dia melihat dirinya serba cukup.
(surat
Al Alaq (96) ayat 6 dan 7)
[1589] Maksudnya: Allah
mengajar manusia dengan perantaraan tulis baca.
Kita lupa bahwa pada saat diri kita
selesai membaca Al Qur’an semata, kita baru sampai di muka pintu atau berada di
depan pintu yang masih terkunci rapat dikarenakan kita belum masuk ke dalam
ruangan besar yang sangat sangat luas yaitu masuk ke dalam kebesaran dan keagungan
yang ada di dalam AlQur’an yang tidak lain adalah cerminan dari kemahaan dan
kebesaran Allah SWT itu sendiri. Selanjutnya apa yang bisa kita peroleh dan
rasakan jika kita hanya sampai di muka pintu sedangkan pintunya belum kita buka
sedangkan kebesaran dan keagungan Al Qur’an berada setelah kita mampu membuka
pintu tersebut.
dan
hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan
dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap
(kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah
dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang benar.
(surat
An Nisaa’ (4) ayat 9)
Katakan saat ini, kita adalah kepala
keluarga atau seorang guru yang yang mengajarkan tentang Diinul Islam, lalu
kita hanya mampu membaca tanpa pernah tahu apa makna yang terkandung di dalam
Al Qur’an sedangkan dibelakang diri kita, ada anak dan keturunan kita atau ada
murid kita? Sudah pasti anak dan keturunan kita atau murid yang kita ajarkan
akan berkualiatas dan berpemahaman yang rendah pula sesuai dengan kualitas dan
pemahaman diri kita atau gurunya. Jika sudah begini kondisinya berarti kita
harus menjadikan hadits yang kami kemukakan di bawah ini sebagai bahan
pembelajaran dan penggugah diri kita untuk ikut andil di dalam belajar dan
mengajar kepada sesama.
Ibnu
Amru bin al Ash berkata: Nabi bersabda: ‘Sesungguhnya Tuhan tidak mengambil
(ilmu) pengetahuan manusia, melainkan dengan mengambil orang yang berilmu, maka
apabila tidak ada lagi orang berilmu, manusia menjadi bodoh disebabkan karena
mereka sendiri, dan mereka memutuskan (sesuatu) tanpa ilmu, berarti menyalahkan
diri mereka sendiri dan membawa orang lain kepada kesalahan”. (Hadits Riwayat
Bukhari, Muslim, Aththirmidzi).
Bayangkan jika orang orang yang paham
dan mengerti AlQur’an (orang yang memiliki ilmu agama) telah dipanggil oleh
Allah SWT lalu orang yang masih hidup tidak mau belajar atau tidak merubah pola
berfikirnya tentang belajar dan mengajar terjadilah apa yang dinamakan dengan
penurunan kualitas sumber daya manusia dari waktu ke waktu. Untuk itu jangan
pernah salahkan anak dan keturunan kita nanti jika mereka berkualitas dan
berpemahaman sangat rendah (jauh dibawah standart) jika kita sendiri hanya mau
belajar tanpa pernah mau mengajar, atau hanya mampu membaca dalam arti yang
sempit. Semoga hal ini tidak terjadi pada diri, keluarga, anak dan keturunan
kita. Amien.
DAFTAR PUSTAKA:
1. Asnan Sjarif Wagino, Menabur Mutiara
Hikmah, Izufa Gempita, Jakarta, 1993.
2. Mushthafa Muhammad Ahwazi, Kisah Kisah
Keajaiban Al Qur’an, Pustaka Zahra, Jakarta, 2005.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar