Label

MEMANUSIAKAN MANUSIA: INILAH JATIDIRI MANUSIA YANG SESUNGGUHNYA (79) SETAN HARUS JADI PECUNDANG: DIRI PEMENANG (68) SEBUAH PENGALAMAN PRIBADI MENGAJAR KETAUHIDAN DI LAPAS CIPINANG (65) INILAH ALQURAN YANG SESUNGGUHNYA (60) ROUTE TO 1.6.799 JALAN MENUJU MAKRIFATULLAH (59) MUTIARA-MUTIARA KEHIDUPAN: JALAN MENUJU KERIDHAAN ALLAH SWT (54) PUASA SEBAGAI KEBUTUHAN ORANG BERIMAN (50) ENERGI UNTUK MEMOTIVASI DIRI & MENJAGA KEFITRAHAN JIWA (44) RUMUS KEHIDUPAN: TAHU DIRI TAHU ATURAN MAIN DAN TAHU TUJUAN AKHIR (38) TAUHID ILMU YANG WAJIB KITA MILIKI (36) THE ART OF DYING: DATANG FITRAH KEMBALI FITRAH (33) JIWA YANG TENANG LAGI BAHAGIA (27) BUKU PANDUAN UMROH (26) SHALAT ADALAH KEBUTUHAN DIRI (25) HAJI DAN UMROH : JADIKAN DIRI TAMU YANG SUDAH DINANTIKAN KEDATANGANNYA OLEH TUAN RUMAH (24) IKHSAN: INILAH CERMINAN DIRI KITA (24) RUKUN IMAN ADALAH PONDASI DASAR DIINUL ISLAM (23) ZAKAT ADALAH HAK ALLAH SWT YANG HARUS DITUNAIKAN (20) KUMPULAN NASEHAT UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK (19) MUTIARA HIKMAH DARI GENERASI TABI'IN DAN TABI'UT TABIIN (18) INSPRIRASI KESEHATAN DIRI (15) SYAHADAT SEBAGAI SEBUAH PERNYATAAN SIKAP (14) DIINUL ISLAM ADALAH AGAMA FITRAH (13) KUMPULAN DOA-DOA (10) BEBERAPA MUKJIZAT RASULULLAH SAW (5) DOSA DAN JUGA KEJAHATAN (5) DZIKIR UNTUK KEBAIKAN DIRI (4) INSPIRASI DARI PARA SAHABAT NABI (4) INILAH IBADAH YANG DISUKAI NABI MUHAMMAD SAW (3) PEMIMPIN DA KEPEMIMPINAN (3) TAHU NABI MUHAMMAD SAW (3) DIALOQ TOKOH ISLAM (2) SABAR ILMU TINGKAT TINGGI (2) SURAT TERBUKA UNTUK PEROKOK dan KORUPTOR (2) IKHLAS DAN SYUKUR (1)

Senin, 11 Mei 2020

MUKADDIMAH: THE ART OF DYING : DATANG FITRAH KEMBALI FITRAH

DATANG FITRAH KEMBALI FITRAH UNTUK BERTEMU DENGAN DZAT YANG MAHA FITRAH


Dan Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (syurga) dan memberikan petunjuk kepada orang yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus (Islam).
(surat Yunus (10) ayat 25)



Segala puji bagi Allah yang telah memberikan limpahan rahmat kepada kami, yang tidak bisa dihitung dan diukur dengan apapun juga. Tak lupa shalawat dan salam senantiasa kami haturkan kepada Nabi Muhammad SAW uswah kami sepanjang hayat beserta keluarga dan para sahabatnya serta umatnya sampai akhir jaman.

 

Buku yang sedang jamaah baca dan pelajari dengan seksama, kami tulis dan kami sajikan dengan semangat untuk mengamalkan ajaran Islam yang berlaku seperti yang kami kemukakan berikut ini: “Rasulullah SAW bersabda: “Bila seseorang telah meninggal, terputus untuknya pahala segala amal kecuali tiga hal yang tetap kekal: Shadaqah Jariah, Ilmu yang bermanfaat yang diajarkan, dan anak shaleh yang senantiasa mendoakannya”. (Hadits Riwayat Bukhari-Muslim).

 

Selain berdasarkan hadits di atas, masih ada ajaran Islam yang kami amalkan sebagaimana hadits berikut ini: Rasulullah SAW bersabda: “Wahai orang yang berilmu! Ketahuilah bahwa jika engkau tidak mengamalkan ilmu yang engkau miliki, maka ia tidak akan membelamu kelak dihadapan (pengadilan) Rabbmu. (Hadits Riwayat Ad-Darimi).” Dan ada pula nasehat dari alim ulama yang juga kami amalkan sebagaimana berikut ini: “Tiap-tiap sesuatu ada zakatnya (penyuciannya). Zakat harta ialah sedekah kepada fakir miskin dan yang membutuhkan lainnya. Zakat kekuatan ialah membela kaum dhuafa yang teraniaya. Zakat argumentasi dan kefasehan lidah ialah mengokohkan hujjah dan dalil-dalil agama. Dan Zakat ilmu pengetahuan adalah dengan mengajarkan ilmunya kepada orang lain”. (Alim Ulama).”

 

Alangkah hebatnya umat Islam jika mampu menjalankan apa apa yang tertuang dalam hadits dan nasehat alim ulama di atas ini, yaitu: 

1.    Memberi bukanlah sebatas sedekah yang berasal dari harta kekayaan atau penghasilan semata;

2.  Memberi juga bisa kita lakukan dengan cara membela kaum dhuafa yang teraniaya melalui zakat (sedekah) yang berasal kekuatan atau kekuasaan yang kita miliki;

3.    Memberi juga bisa kita lakukan dalam kerangka untuk mengokohkan hujjah dan dalil dalil agama melalui zakat (sedekah) argumentasi dan kefasehan lidah yang kita miliki;

4.   Dan yang terakhir memberi juga bisa kita lakukan dengan cara mengajarkan ilmu pengetahuan yang melalui jalan zakat (sedekah) ilmu pengetahuan yang kita miliki.

 

Apalagi jika apa-apa yang kami kemukakan di atas ini, terlaksana saat tangan kanan memberi dan berbagi diikuti dengan tangan kiri juga memberi dan berbagi secara bersamaan maka kekuatannya akan sangat luar biasa dan hasil yang akan kita rasakan juga sepadan yaitu luar biasa pula.

 

Dan dengan adanya semangat mengamalkan ajaran Islam sebagaimana telah kami kemukakan di atas, maka tersajilah buku “The Art of Dying: Datang Fitrah Kembali Fitrah” ini kepada jamaah sekalian dan kami berharap buku ini bisa menjangkau generasi yang datang dikemudian hari dan mampu tersebar ke berbagai tempat yang ada di muka bumi ini serta mampu menjadi bukti bersyukurnya kami kepada Allah SWT.

 

Buku ini kami tulis berdasarkan pengajian ketauhidan yang kami dapatkan dari 2 (dua) orang guru kami, yang pertama adalah “H. Nurdin Hakami”, beliau adalah anak dari Hasyim L Husaini, yang akrab di Sumatra Barat disapa dengan panggilan “Hasyim Tiku”. Yang kedua adalah dari “H. Bachtiar Ma’ani beliau adalah guru yang sekaligus orang tua kandung dari kami sendiri. Dan semoga keduanya selalu di dalam limpahan rahmat Allah SWT. Aamiin.

  

Buku ini kami tulis bukan hanya untuk kepentingan  umat  Islam semata, namun juga kami dedikasikan juga untuk kepentingan umat yang bukan beragama Islam (non Muslim) yang  berniat untuk mempelajari Diinul Islam yang tidak lain adalah konsep Ilahiah secara baik dan benar. Semoga hal ini menjadi kenyataan. Amiin.

 

Melalui buku, kami juga ingin memulai setahap demi setahap untuk menjadikan buku sebagai jembatan untuk menyeimbangkan “Budaya Tutur” yang sudah melanda sebahagian masyarakat dengan “Budaya Tulis” yang telah mulai hilang. “Budaya Tutur” akan hilang setelah penuturnya tiada. Akan tetapi jika “Budaya Tulis” yang terjadi, walaupun penulisnya telah tiada, tulisannya akan tetap ada sepanjang jaman, sehingga dapat dipelajari oleh generasi yang datang dikemudian hari.

 

Sekarang apa jadinya jika sampai Bukhari dan Muslim atau perawi hadits lainya, tidak pernah menulis hadits-hadits yang dikumpulkannya? Tentu kita tidak akan pernah tahu apa yang dinamakan dengan hadits yang perawinya Bukhari dan Muslim atau perawi hadits lainnya. Adanya kondisi seperti ini, berarti umur dari Bukhari dan Muslim akan tetap ada sampai dengan hari kiamat, walaupun usia beliau sudah tidak ada lagi.

 

Yang menjadi persoalan sekarang adalah maukah kita berumur panjang seperti umur Bukhari dan Muslim? Jika kita bercita cita untuk berumur panjang seperti halnya Bukhari dan Muslim menulislah, atau lakukanlah perbuatan baik dengan melakukan suatu karya nyata yang besar yang dapat dinikmati masyarakat luas dan bisa dinikmati oleh generasi yang datang di kemudian hari atau amalkanlah ilmu yang bermanfaat melalui tulisan atau jadikan “Budaya Tulis” menjadi kebiasaan di tengah masyarakat.

 

Hal inilah yang mendorong kami untuk terus berkarya melalui tulisan-tulisan yang berkenaan dengan Aqidah Islam atau tentang Ketauhidan sepanjang Allah SWT menghendaki ini terjadi, yang pada akhirnya masyarakat akan selalu memiliki buku-buku pembanding atas buku-buku yang telah terbit terlebih dahulu, sehingga mampu menjadikan masyarakat dan generasi yang datang di kemudian hari menjadi dinamis dengan perkembangan ilmu maupun perkembangan zaman.

 

Sebagai abd’ (hamba)-Nya yang juga khalifah-Nya di muka bumi ketahuilah bahwa setelah dipisahkannya ruh dengan jasmani, yang ada dan yang tertinggal dari diri kita di muka bumi ini adalah 2(dua) hal yaitu: jejak- jejak kebaikan ataukah jejak- jejak keburukan. Adanya jejak jejak kebaikan ataukah jejak jejak keburukan yang tertinggal di muka bumi merupakan tanda mata bahwa kita pernah ada dan pernah hidup di muka bumi ini. Dan melalui jejak-jejak kehidupan yang tertinggal inilah maka akan diketahui secara nyata kualitas diri kita yang sesungguhnya.

 

Dan jika jejak-jejak kebaikan yang kita tinggalkan dan jejak tersebut mampu dinikmati oleh generasi yang datang dikemudian hari berarti kita telah berumur panjang dan juga kita telah mampu menjadi kebanggaan bagi anak keturunan kita yang datang di kemudian hari, yang akhirnya doa akan terus dipanjatkan untuk kita oleh sebab karya nyata berupa kebaikan yang kita tinggalkan.

 

Namun, jika yang terjadi adalah jejak-jejak keburukan yang kita tinggalkan setelah diri kita tiada berarti berumur pendeklah diri kita serta hilanglah rasa bangga kepada diri kita yang berasal dari anak keturunan kita sendiri yang pada akhirnya menjadikan diri kita menjadi orang yang terlupakan, atau jika disebut nama kita yang diingat oleh kebanyakan orang adalah keburukan. Semoga kita semua tidak seperti ini.

 

Untuk itu ketahuilah bahwa kebaikan atau keburukan yang akan kita tinggalkan hanya bisa terjadi di sisa usia kita yang kita miliki. Dimana di sisa usia inipun kita masih dibatasi dengan adanya ketentuan yang lainnya, yaitu: “waktu tidak bisa diputar ulang; kesempatan hanya datang satu kali; serta menyesal adanya dibelakang hari.” Jadi jangan pernah menunda-nunda jika kita sudah berniat untuk berbuat kebaikan dalam bentuk karya nyata. Lakukan saat ini juga karena kita tidak pernah dibatasi oleh Allah SWT untuk melakukan perbuatan baik. Semoga Allah SWT memudahkan diri kita untuk berbuat kebaikan di sisa usia yang kita miliki. Amiin. 

 

Sekarang mari kita renungkan dan hayati hadits yang akan kami kemukakan berikut ini: “Rasulullah SAW bersabda, “Kematian! Kematian! Waspadalah dengan kematian. Ketahuilah dengan baik bahwa tak ada obat bagi kematian. Kematian datang dengan kebahagiaan dan ketenangan kepada orang orang yang beriman kepada akhirat, dan kemudian membawanya ke syurga.  Inilah orang orang yang mencurahkan segala upaya mereka demi akhirat. Cinta dan ketertarikan mereka pun tertuju kepadanya. Tetapi orang orang yang terobsesi dengan dunia yang semu ini dan mencurahkan segala upaya untuknya, maka bagi mereka kematian  dan apapun yang menyertainya akan menyusahkan dan penuh dengan kesulitan. Merekalah orang orang yang merugi dan akan dimasukkan ke dalam kobaran api.”

 

Kematian adalah kejadian yang tidak akan mungkin bisa dihindari. Namun hakekatnya ia bukanlah akhir dari segalanya. Karena manusia masih harus mempertanggungjawabkan semua amal perbuatannya dalam sebuah persidangan setelah kematiannya. Meski mengingat kematian terasa pedih bagi manusia, namun dalam kepedihan ini akan menariknya dari terlalu serakah dan berangan angan panjang akan dunia. Saat kematian datang, kadang sakit kepala bisa menjadi alasannya, daripada menolak dengan hati meronta, lebih baik mempersiapkan diri untuk kembali kepada Allah SWT dengan hati bersih, dengan hati yang bertaubat sehingga dengan demikian manusia akan mendapati hari akhir yang menguntungkan bagi dirinya (husnul khatimah).

 

Kematian merupakan topik bahasan yang kurang digemari banyak orang. Lihatlah buku yang banyak beredar dan laku di pasaran adalah buku-buku yang lebih menitikberatkan kepada ajaran yang menyuguhkan tuntunan dalam menjalani dan meraih sukses kehidupan (The Art of Living) di dunia. Sedangkan buku panduan dalam menghadapi kematian (The Art of Dying) kurang diminati oleh khalayak walaupun kematian itu  pasti terjadi pada setiap orang. Adanya buku tentang menghadapi atau buku tentang seni kematian (The Art of Dying) ini kiranya mampu menghantarkan kita datang fitrah kembali fitrah untuk bertemu Dzat Yang Maha Fitrah di tempat yang fitrah (syurga) melalui seni kehidupan dunia (The Art of Living) yang saat ini jalani. Amiin.

 

Kematian adalah suatu peristiwa yang kerap terjadi di sekeliling kita, namun sedikit sekali yang mau merenungkannya secara rinci dan mendalam. Kebanyakan orang justru cenderung menganggap kematian sebagai suatu mimpi buruk yang ditakuti. Kematian dipandang sebagai momok yang layak dihindari, dan dijauhkan dari pikiran. Bukan malah dijadikan sebagai suatu kenyataan yang patut dihadapi dan disadari dengan kematangan bathin. Adanya kondisi ini maka sudah selayaknya dan sepatutnya kita memiliki ilmu tentang kematian ini (the art of dying), sehingga kita bisa mempersiapkan segala sesuatunya untuk menghadapinya secara baik dan benar.

 

Adalah sesuatu yang konyol lagi tidak tahu dirinya kita jika kita ingin sukses dalam kehidupan akhirat namun kita tidak tahu dan tidak mengerti hakekat tentang kehidupan dan kematian ini. Orang yang berakal sehat pasti bisa memahami adanya hakekat tentang hidup dan juga hakekat tentang kematian, adanya hakekat untuk mempertanggungjawaban segala perbuatan dan adanya hakekat memperoleh balasan dari Allah SWT. Orang yang berakal sehat pun pasti mampu memahami tentang apa apa  yang telah dianugerahkan Allah kepadanya, seperti akal dan fitrah manusia, dunia yang ditundukkan untuknya, alam raya yang dibangun  dengan sistem yang super canggih dan detail, manusia yang diciptakan dalam bentuk yang terbaik, dibalik itu semua pasti ada maksud dan tujuan yang mulia.

 

Dengan demikian, maka setiap orang yang menyianyiakan waktunya, menikmati waktu luang tanpa aktivitas positif, sejatinya bertentangan dengan prinsip ini. Dan hendaknya setiap aktivitas manusia memiliki target, setiap waktu yang dimanfaatkan memiliki tujuan pasti, dan hendaknya manusia menyusun agenda-agendanya berdasarkan prinsip ini. Jika kita mau mencermati kehidupan orang orang sukses (bahagia), maka kita akan mendapati ternyata mereka terbiasa menjalani hari harinya dengan kaidah di atas. Tidak ada aktivitas tanpa target dan tidak ada waktu terbuang tanpa tujuan.

 

Setiap manusia, siapapun orangnya, yang terlahir ke dunia ini pastilah suatu hari akan mendapati kematiannya, demikian pula dengan diri kita. Karena Allah SWT telah mentakdirkan semua makhluk hidup akan merasakan kematian. Juga karena tempat kembali manusia yang sesungguhnya hanyalah kepadaNya. Hal ini dinyatakan oleh Allah SWT melalui firman-Nya berikut ini: Dan Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (syurga) dan memberikan petunjuk kepada orang yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus (Islam). (surat Yunus (10) ayat 25)”.

 

Lalu kenapa manusia bersedih dengan kematian, jika saja manusia ingat bahwa tempat kembali hanya kepada-Nya, maka kita pun harus lebih berhati hati dengan apa saja yang kita perbuat saat hidup di dunia ini dan apa yang kita perbuat akan dimintakan pertanggungjawabannya oleh Allah SWT kelak, sebagaimana firman Allah SWT berikut ini: “Tiap-tiap diri bertanggungjawab atas apa yang telah diperbuatnya.(surat Al-Mudatstsir (74) ayat 38)”.

 

Orang-orang yang akan merasakan rasa sakit dan kesulitan begitu ajal mereka datang adalah mereka yang hanya mencintai dan menyukai dunia. Mereka tenggelam dalam kenyamanan dan kesenangan hidup ini semata, sedangkan hati mereka sepi dari kecintaan kepada akhirat. Itulah sebabnya, mereka tidak menyimpan amal apapun untuk akhirat. 

 

Berikut ini akan kami kemukakan sebuah bahan renungan kalbu yang berjudul: “Menemukan Jawaban Pertanyaan Malaikat Sebelum Mati” berikut ini:“Engkau sering mendengar, bahwa nanti di alam kubur, akan datang malaikat yang akan bertanya kepadamu, “siapa Tuhanmu? Siapa Nabimu? Apa Kitabmu? Apa Kiblatmu?” Dapatkah engkau menjawab semua pertanyaan itu? Dari sekarang ketahuilah dengan sebenarnya siapa sesungguhnya Tuhanmu. Dia adalah Dzat yang dapat kita “saksikan”. Kata kata penyaksian dalam syahadat adalah pernyataan mereka yang sudah menjadi saksi akan Dzat Allah. Tidak ada keraguan sedikitpun dalam dirinya tentang Keberadaan Allah. Allah adalah Wujud Mutlak. Seorang Sufi mengungkapkan, “Aku mengenal Tuhanku melalui Tuhanku, kalau bukan karena Tuhanku, aku tidak kenal Tuhanku” Siapakah Nabimu? Nabi adalah pembawa berita, penerima berita. Pernahkah engkau menerima berita darinya? Pernahkah engkau menyampaikan beritanya? Mana mungkin engkau akan bisa menjawab pertanyaan “siapa nabimu” jika engkau sendiri belum pernah menerima beritanya. Maka itu, dari sekarang mintalah beritanya. Belajarlah menerima berita darinya. Apa kitabmu? Apakah engkau akan menjawab bahwa kitabmu adalah AlQur’an yang berbentuk buku. Itu bukanlah kitab yang hakiki. Kitab yang ditanyakan adalah kitab yang tanpa huruf dan tanpa bentuk. Kitab yang dibaca Nabi Muhammad SAW adalah kitab yang tanpa huruf, yaitu kitab yang tanpa bentuk. Kitab AlQuran adalah Kitabullah. Kitab ini yang menjadi petunjuk bagi orang yang bertaqwa”.

 

Sebagai orang yang akan ditanyakan oleh malaikat kelak, sudahkah kita memiliki ilmu dan pengetahuan yang cukup agar jawaban yang kita kemukakan  kelak mampu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh Malaikat? Jika belum, kapan lagi kita akan belajar. Ayo segera belajar, jangan sia siakan waktu yang tersisa karena hanya di sisa usia inilah kita bisa belajar dengan sebaik baiknya.

Ketahuilah wahai manusia, tidak diragukan lagi, dunia dan akhirat saling bermusuhan sehingga ia bisa diibaratkan dengan dua kutub atau dua jalan yang saling berlawanan. Rasulullah SAW bersabda: “Ketenteraman dan kemewahan dunia dan kehidupannya yang manis menjadikan akhirat itu pahit dan rasa pahit dunia akan menjadikan kehidupan abadi itu manis”. Orang yang mencintai dunia akan senang dengannya dan mengejarnya, serta menjadi musuh akhirat. Mereka seperti dua arah: timur dan barat, yang saling berlawanan.

 

Orang yang dekat dengan salah satunya akan semakin jauh dari yang lainnya. Mereka seperti dua istri dari satu suami. Maksudnya, meskipun ada jarak jauh antara dunia dengan akhirat, tetapi mereka sama sama istri dari satu suami. Karena kebanyakan orang menjadikan keduanya sebagai istri. Mereka mencintai keduanya sekaligus dan berusaha memiliki keduanya, tetapi mereka bodoh karena keduanya tidak bisa disatukan.

 

Uraian di atas jelas menunjukkan bahwa cinta dunia mengindikasikan keberpisahan dari akhirat. Jika salah satu di antara keduanya dianggap penting, maka yang lainnya akan terabaikan. Bersikap manis pada salah satunya berarti tidak ramah pada yang lainnya. Apabila dunia serta merta menciptakan kebencian terhadap akhirat, itu berarti cinta dunia tidak hanya dosa, melainkan sesungguhnya suatu kekafiran. Adanya ketentuan ini, manusia terbagi dalam tiga kelompok, yaitu:.

 

a.  Kelompok pertama adalah orang orang yang sama sekali tidak memiliki kecintaan kepada dunia.Kelompok inilah yang akan memperoleh keselamatan. 

b.  Kelompok kedua adalah orang orang yang meskipun mencintai dunia, tetapi jika berhadapan dengan kebenaran, mereka menerimanya dengan kerendahan hati. Mereka menikmati hidangan dari Allah, tetapi terus takut dengan-Nya. Allah Yang Mahakuasa memaafkan kelompok ini karena yang terdahulu. 

c.   Kelompok ketiga  adalah orang orang yang sangat mencintai dunia. Mereka meng-ambil apapun yang ada dihadapan mereka. Untuk mencapai tujuan, mereka membakar dan membasahi sekaligus dan mereka tidak merasa malu dengan kebenaran. Kelompok ini akan dihancurkan dan tak ada kemungkinan untuk mendapat keselamatan. Jadi, selayaknya kita berusah masuk ke kelompok pertama, seandainya ini tidak mungkin, setidaknya kita harus masuk ke dalam kelompok ke dua.

 

Untuk itu ketahuilah hidup yang kita jalani saat ini adalah episode percobaan dan tantangan, ada yang baik, ada yang buruk, ada yang mudah, ada yang susah. Setiap percobaan dan tantangan yang kita hadapi sejatinya semakin mengokohkan langkah kita, walaupun kita sering tidak menyadarinya.Pepatah mengatakan, “Pukulan yang bertubi-tubi yang tidak mematikan hanya akan menambah kekuatan kita”.

 

Untuk itu jadikan hari-hari yang kita miliki sebagai lembaran hidupmu, lalu tulislah hal hal yang baik dalam lembaran lembaran pribadimu. Dan supaya bisa beruntung dalam kehidupan, kita harus tahu apa yang harus kita lakukan dan apa yang kita inginkan, karena mayoritas manusia di dunia ini tidak mengetahui secara pasti keinginan dan kemauan mereka. Inilah yang kita saksikan dari orang orang yang telah putus asa. Hati mereka terbang bersama merpati merpati kegelisahan tanpa tujuan yang jelas, padahal tujuan akhir hidup kita bertemu dengan Allah SWT kelak.

 

Uang adalah simbol, sesuatu yang kita sepakati sebagai alat tukar. Pada setiap lembaran dan koin ada nilai yang kita sepakati. Di balik lembaran uang ada nilai yang ditentukan. Nilai yang kita berikan sesuai dengan nilai yang kita miliki. Nilai yang kita kejar pada hakekatnya bukanlah jumlah angkanya, tapi energi atau nilai kemanfaatan yang kita keluarkan. Kita dilahirkan sebenarnya telah memiliki “nilai kemanfaatan” yang tidak terhingga, bila dihargai dengan angka dan juga bila tahu caranya yang baik dan benar.

 

Apa yang kita terima sebagai penghargaan dari orang lain, berbanding lurus dengan apa nilai kemanfaatan yang kita berikan kepada orang lain atau alam semesta. Bila kita memberikan nilai kemanfaatan kepada orang lain atau alam semesta, maka secara otomatis alam semesta akan mencatat nilai itu dalam tabungan semesta, yang satu saat bisa kita ambil kapanpun, saat kita perlukan. Nilai kemanfaatan itu akan dicatat sebagai tabungan dalam kosmik, tentu saja, bila dilakukan atau diberikan secara ikhlas murni harnya karena Allah SWT semata.

 

Fokuslah pada nilai kemanfaatan yang engkau berikan kepada orang lain setiap harinya.Lalu tetapkan angka relatif sesuai dengan kebutuhan yang engkau perlukan. Bila nilai kemanfaatan yang engkau berikan sejumlah itu, engkau pasti akan menerimanya sesuai dengan “pemberianmu”. Nilai kemanfaatan yang engkau berikan adalah hakmu. Karena itu memang tabunganmu. Sadari alur hukum memberi dan menerima seperti ini berlaku di alam semesta sejak diciptakan.

 

Lalu gunakanlah kesadaran ini untuk menjamin kehidupanmu. Lakukanlah sesuatu untuk kepentingan orang banyak, untuk alam semesta, maka pintu pintu ‘kekuatan tak terbatas’ akan berpihak kepadamu. Lakukanlah itu dengan kesadaran penuh, tidak ada yang bisa menghalangi mu untuk mewujudkannya. Allah SWT bersama mereka yang melakukan sesuatu untuk kebaikan dirinya dan orang lain karena inilah ciri dari orang yang beriman. 

 

Kematian yang indah bila ia datang saat terhapus dosa dan salah,terangkat semua beban masalah, terbebasnya orang lain dari dendam dan amarah sertasaat jiwa mencapai maqam muthmainnah.