Sekarang kita telah
mengetahui tentang sebab sebab yang mengharuskan diri kita untuk terus berada
di dalam keterikatan dengan Allah SWT. Lalu sudahkah kita mengetahui buah atau
hasil dari keterikatan diri kita dengan Allah SWT? Jika kita belum
mengetahuinya, inilah janji Allah SWT kepada orang orang yang mau mentaati
ketentuan ketentuan dan hukum hukumNya saat hidup di muka bumi ini, yaitu:
A. TERPELIHARANYA MARTABAT DAN KEHORMATAN
MANUSIA.
Sebagai mana telah kita
ketahui bersama bahwa manusia adalah makhluk yang memiliki martabat dan
kehormatan yang sangat tinggi, karean ia diciptakan oleh Allah SWT sebagai
makhluk yang terbaik (surat At Tin ayat 4); makhluk yang mulia (surat Al Isra’
(17) ayat 70) dan sudah ditetapkan oleh Allah sebagai wakil Tuhan di muka bumi
(surat Al Baqarah (2) ayat 30) . Selain ketiga hal yang telah kami kemukakan,
masih ada lagi kondisi lain yang terdapat di dalam diri manusia, yaitu:
1.
Manusia adalah makhluk yang terpercaya atau
makhluk yang dipercaya oleh Allah SWT untuk mengemban amanahNya (surat Al Ahzab
ayat 72)
2.
Manusia adalah makhluk yang terpandai. Allah
SWT pernah mengujinya dengan malaikat, yang menjadi pemenangnya adalah manusia
(pelajari kembali surat Al Baqarah (2) ayat 31, 32,33,34). Serta Nabi Sulaiman
as, pernah mengujinya dengan bangsa jin (ifrid), dan yang menjadi pemenangnya adalah
manusia (pelajari kembali surat An Naml ayat 38,39,40)
3.
Manusia makhluk yang disayang oleh Allah, hal
ini dikarenakan bumi, langit dan syurga diciptakan untuk kepentingan manusia.
(pelajari kembali surat Al Baqarah (2) ayat 29; Surat Luqman ayat 20; surat Ali
Imran (3) ayat 133)
Sebagai orang yang
bermartabat atau telah memiliki kedudukan yang tinggi, ketahuilah bahwa
martabat dan kedudukan bukanlah sesuatu yang berifat monoton atau memiliki
kondisi tetap dan tertentu. Melainkan ia bisa dapat merosot ke tingkat yang
paling rendah akibat keingkarannya kepada hukum dan ketentuan Allah SWT
sebagaimana tertuang di dalam surat Al Anfal (8) ayat 55 di bawah ini.
Sesugguhnya makhluk bergerark yang
bernyawa yang paling buruk dalam pandangan Allah ialah orang orang kafir,
karena mereka tidak beriman. (surat Al Anfal (8) ayat 55)
Lalu bagaimana caranya agar
martabat dan kehormatan manusia dapat terpelihara dan terjaga di dalam diri
sepanjang hayat masih di kandung badan? Cara yang paling ampuh agar diri kita bermartabat
dan berkedudukan tinggi yang sesuai dengan kehendak Allah SWT adalah dengan beriman
dengan baik dan benar. Untuk itu mari kita perhatikan dengan seksama
surat Ali Imran (3) ayat 139 di bawah ini yang mengemukakan hanya melalui
beriman yang baik dan benarlah maka derajat kita yang tinggi dapat terpelihara
dari waktu ke waktu.
Dan janganlah kamu (merasa) lemah, dan
jangan (pula) bersedih hati, sebab kamu paling tinggi derajatnya, jika kamu
orang yang beriman. (surat Ali Imran (3) ayat 139)
Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik
yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf,
dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab
beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Diantara mereka ada yang beriman,
namun kebanyakan mereka adalah orang orang fasik. (surat Ali Imran (3) ayat
110)
Sedangkan berdasarkan surat
Ali Imran (3) ayat 110 di atas ini, keimanan yang baik dan benar akan
menghantarkan manusia menjadi umat yang terbaik di kalangan umat manusia.
Persoalannya sekarang adalah apa dan bagaimana iman yang baik dan benar itu.
“Iman yang benar ialah pengakuan dengan hati,
pengucapan dengan lidah dan pengamalan dengan seluruh anggota badan”. (Hadits
Riwayat Muslim).
Jika yang ada orang yang hanya
mampu mengucapkan dengan lidah dan pengamalan dengan anggota badan saja
sedangkan pengakuan dengan hati tidak, maka itu dinamakan dengan orang munafik.
Orang munafik itu tempat tinggalnya kelak di tingkat paling bawah dari neraka
atau menajdi keraknya neraka.
Sungguh, orang orang munafik itu
(ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu tidak akan
mendapat seorang penolong pun bagi mereka. (surat An Nisaa’ (4) ayat 145)
Jika yang ada hanya pengakuan
dengan hati dan pengucapan dengan lidah saja, namun pengamalan dengan anggota
badan tidak ada, maka itu kondisi ini dinamakan dengan orang fasik. Orang fasik
ini tempatnya di neraka pula.
Dan
adapun orang orang fasik (kafir) maka tempat kediaman mereka adalah neraka.
Setiap kali mereka hendak keluar darinya, mereka dikembalikan (lagi) ke
dalamnya dan dikatakan kepada mereka, “Rasakanlah azab neraka yang dahulu kamu
dustaka. (surat As Sajdah (32) ayat 20)
Dan jika sampai manusia
pulang kampungnya ke kampung kesengsaraan dan kebinasaan maka orang tersebut
adalah seburuk buruknya makhluk atau sejahat jahatnya makhluk sebagaimana
dikemukakan dalam surat Al Bayyinah (98) ayat 6 di bawah ini.
Sungguh orang orang yang kafir dari golongan
Ahli Kitab dan orang orang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka
kekal di dalamnya selama lamanya. Mereka itu adalah sejahat jahatnya makhluk.
(surat Al Bayyinah (98) ayat 6)
Berdasarkan apa-apa yang telah
kami kemukakan di atas ini, sangat jelas dan sangat gamblang bahwa yang dapat
menjaga dan memelihara martabat dan kehormatan manusia itu ialah iman yang baik
dan benar, sedangkan iman yang baik dan benar itu adalah yang sesuai dengan
ketentuan Ali Imran (3) ayat 19 dan juga ketentuan surat Al Baqarah (2) ayat
208 yaitu berdasarkan ketentuan Diinul Islam yang dilaksanakan secara kaffah/menyeluruh
dalam satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan antara ketentuan rukun iman,
rukun islam dan ikhsan.
Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam.
Tidaklah berselisih orang orang yang telah diberi Kitab, kecuali setelah mereka
memperoleh ilmu, karena kedengkian di antara mereka. Barangsiapa ingar terhadap
ayat ayat Allah, maka sungguh, Allah sangat cepat perhitunganNya. (surat Ali
Imran (3) ayat 19)
Wahai orang orang yang beriman! Masuklah
ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah langkah
syaitan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu. (surat Al Baqarah (2) ayat 208)
Diinul Islam adalah konsep
ilahiah yang dipersiapkan oleh Allah SWT untuk kepentingan rencana besar yaitu
kekhalifahan di muka bumi. Konsep ilahiah ini mampu mengatur secara seluruh baik
aspek kehidupan manusia dan juga aspek penghidupan manusia secara utuh. Aspek
kehidupan manusia adalah aspek yang berhubungan dengan urusan dunia dan juga urusan
akhirat yang diatur secara khusus oleh Allah SWT sehingga terjadilah
keseimbangan antara kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat kelak. Sekarang
yang menjadi persoalan bagi kita adalah kecenderungan yang kita laksanakan yang
mana, apakah lebih cenderung mengejar duniawi ataukah cenderung mengejar
akhirat? Ingat, hasil akhirnya adalah berbeda.
Sedangkan aspek penghidupan
manusia adalah konsep ilahiah untuk mengatur, menjaga merawat, mempertahankan
kefitrahan diri manusia baik diri sisi lahiriah (sisi jasmani) dan juga dari
sisi bathiniah (sisi ruhani). Hal ini dikarenakan cara merawat, menjaga
keduanya tidaklah sama pendekatannya.
Dan carilah (pahala) negeri akhirat
dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu
lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain), sebagaimana
Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di
bumi. Sungguh, Allah tidak menyukari orang orang yang berbuat kebaikan. (surat
Al Qashash (28) ayat 77)
Tidakkah kamu memerhatikan bahwa Allah
telah menundukkan apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi untuk
(kepentingan) mu dan menyempurnakan nikmatNya untukmu lahir dan bathin. Tetapi
di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu atau
petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan. (surat Luqman (31) atat 20)
Prof Thomas Carlyle dalam
bukunya mengatakan: “Dengan kekuatan Islam Tuhan sudah mengeluarkan bangsa Arab
dari pada kegelapan kepada cahaya yang terang bernderang dan Allah menghidupkan
mereka dari satu bangsa yang mati, yang belum pernah kedengaran suaranya sejak
dunia terjadi. Tuhan mengirimkan seorang Nabi dengan membawa firmanNya (Al
Qur’an) dan menjadi utusanNya, yang membawa bangsa itu dari kekolotan bertukar
menjadi masyhur, dari kebodohan kepada kepandaian, dari kerendahan kepada
ketinggian, dari kelemahan kepada kekuatan, dari sinar yang kecil menjadi nyala
yang besar, yang mengembangkan cahayanya ke seluruh penjuru dari utara sampai
selatan dari timur ke barat, dari Hindustan sampai Andalusia.
Bersinarnya kerajaan Islam
pada masa itu dengan cahaya kemuliaan,
kecerdasan, kemanusian, kebenaran, keberanian, dan petunjuk kepada seperdua
dunia yang lebar ini. Itulah buah dari keimanan. Keimanan dapat dikatakan satu
barang yang menjadi sumber kehidupan dan tempat timbulnya kekuatan. Begitulah
sejarah. Sejarah tidak bisa bohong. Sejarah telah membuktikan kepada kita,
bagaimana Agama Islam telah memelihara dan meningkatkan harkat, martabat dan
kehormatan. Jadi, masihkah kita tidak berani melaksanakan Diinul Islam secara
kaffah?
B. MENSUKSESKAN TUGAS DAN TANGGUNGJAWAB MANUSIA.
Setiap manusia yang ada di
muka bumi ini, pasti memiliki tugas dan tanggungjawab yang telah dibebankan
oleh Sang Pencipta, dimana tugas dan tanggungjawabnya akan dimintakan
pertanggungjawabannya kelak. Adapun tugas dan tanggungjawab dari setiap
manusia, dapat kami kemukakan sebagai
berikut:
1.
Berdasarkan ketentuan surat Al Baqarah (2)
ayat 30, setiap orang akan dimintakan pertanggungjawabannya saat ia melaksanakan
tugas dan tanggungjawabnya sebagai khalifah atau wakil Allah SWT di muka bumi ini.
2.
Berdasarkan ketentuan surat Al A’raf (7) ayat
172, setiap orang juga akan dimintakan pertanggungjawabannya atas janji yang
telah dikemukakannya saat masih di dalam rahim seorang ibu, yaitu janji untuk bertuhankan
hanya kepada Allah SWT serta mempercayai adanya hari berbangkit.
3.
Berdasarkan ketentuan surat Al Ahzab (33)
ayat 72, setiap orang juga akan dimintakan pertanggungjawabannya atas amanah
yang telah diberikan oleh Allah berupa; (a) modal dasar kepada setiap manusia berupa
Qudrat, Iradat, Sami’, Basyar; Kalam, Hayat, dan Ilmu; (b) berupa motor
penggerak/pendorong bagi kegiatan manusia berupa hubbul maal, hubbul riasah,
hubbul jam’i; hubbul syahwat; hubbul maadah; hubbul huriyah; dan hubbul
istitlaq.
4.
Berdasarkan ketentuan surat Adz Dzariyat (51)
ayat 56, setiap orang juga akan dimintakan pertanggungjawabannya atas
pengabdiannya kepada Allah SWT.
5.
Berdasarkan ketentuan surat Hud (11) ayat 61,
setiap manusia memiliki tanggung jawab untuk memakmurkan bumi atau menjaga bumi
dari kerusakan yang ditimbulkan dari orang orang yang tidak bertanggungjawab.
6.
Berdasarkan ketentuan surat Ar Rad ayat 29,
setiap manusia juga memiliki tanggungjawab untuk membahagiakan diri sendiri dan
juga orang lain. Bukan menjadi beban masyarakat, melainkan menjadi motivator
bagi kebahagiaan masyarakat banyak.
Agar tugas dan tanggungjawab
yang telah menjadi kewajiban dapat dilaksanakan dengan baik dan benar sehingga
memperoleh kesuksesan, maka Allah SWT menghendaki agar setiap manusia :
1.
Membina
dan menjaga kesehatan jasmaninya agar kuat dan terampil.
Nabi Muhammad SAW menyatakan:
‘Orang beriman yang kuat lebih baik dan lebih disenangi oleh Allah dari orang
beriman yang lemah”. (Hadits Riwayat Muslim). Agar jasmani kuat dan terampil
dari waktu ke waktu, Allah SWT telah menunjukkan tata caranya, melalui :
a.
Memerintahkan kepada manusia untuk segala
memperhatikan segala apa apa yang dikonsumsinya. Sehingga setiap manusia tidak
bisa sembarangan makan dan minum, yaitu ada adab dan sopan santunnya. Allah SWT
melalui surat Al Baqarah (2) ayat 168 telah memerintahkan kita untuk selalu
memakan makanan atau minuman yang memenuhi konsep halan lagi tayyib (halal lagi
memenuhi ilmu kesehatan dan ilmu gizi) serta membaca basmallah dan doa sebelum
mengkonsumsi sesuatu dan juga berhenti sebelum kenyang.
b.
Selain menjaga kesehatan jasmani melalui
makanan dan minuman yang dikonsumsi, kita juga harus menjaga kebugaran jasmani
dengan melakukan olah raga yang teratur, yang terukur, dan yang sesuai dengan
umur.
c.
Berdasarkan ketentuan surat At Taubah (9)
ayat 108 di bawah ini, setelah menjaga kesehatan jasmani melalui makanan dan
minuman yang dikonsumsi serta berolah raga, maka langkah berikutnya adalah
dengan selalu menjaga kebersihan, baik kebersihan jasmani maupun kebersihan
ruhani.
Janganlah
engkau melaksanakan Shalat dalam masjid itu selama lamanya. Sungguh, masjid
yang didirikan atas dasar taqwa, sejak hari pertama adalah lebih pantas engkau
melaksanakan shalat di dalamnya, Di dalamnya ada orang orang yang ingin
membersihkan diri. Allah menyukai orang orang yang bersih. (surat At Taubah (9)
ayat 108)
d.
Berdasarkan ketentuan surat Al Baqarah (2)
ayat 195 di bawah ini, setiap manusia tidak diperkenankan oleh Allah SWT untuk
membahayakan diri sendiri atau membuat diri sendiri celaka karena ulah kita
sendiri, melalui tidak mau berobat jika sakit, menganiaya diri dengan
mencelakakan diri dengan mencoba bunuh diri.
Dan
infakkanlah (hartamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu jatuhkan (diri
sendiri) ke dalam kebinasaan dengan tangan sendiri, dan berbuat baiklah.
Sungguh, Allah berserta orang orang yang bertaqwa. (surat Al Baqarah (2) ayat
195).
Selain ke empat hal yang
telah kami kemukakan di atas berjalan sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh
Allah, maka langkah selanjutnya adalah kita harus bisa hidup dalam keteraturan atau
tidak ziq zaq kadang baik kadang buruk, kadang halal kadang haram. Dan juga
hidup yang kita jalani harus berada di dalam keseimbangan jasmani dan ruhani; harus dalam keseimbangan kehidupan dunia dan
kehidupan akhirat; harus dalam keseimbangan habluminallah dan habluminannas;
dan harus dalam keseimbangan kesalehan diri dan kesalehan sosial.
2.
Membina
Akalnya Menjadi Cerdas dan Punya Banyak Ilmu Yang Sesuai Dengan Perkembangan
Zaman.
Berdasarkan ketentuan surat
Al Mujadalah (58) ayat 11 di bawah ini, kita diperintahkan untuk selalu belajar
dan belajar agar ilmu yang kita miliki bertambah sehingga dengan bertambahnya
ilmu maka derajat dan kedudukan kita naik, yang pada akhirnya
Wahai orang orang yang beriman! Apabila
dikatakan kepadamu, “Berikanlah kelapangan di dalam majelis majelis,” maka
lapangkanlah, niscaya Alalh akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila
dikatakan, “Berdirilah kamu,” maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat
(derajat) orang orang yang beriman di antaramu dan orang orang yang diberi ilmu
beberapa derajat. Dan Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan. (surat
Al Mujadalah (58) ayat 11)
Selain daripada itu Allah SWT
juga melarang untuk mengerjakan sesuatu hal yang tidak kita mengerti atau yang tidak
kita pahami dikarenakan kita bisa tersesat atau salah di dalam melakukan
sesuatu hal yang pada akhirnya akan merugikan diri kita sendiri.
Adanya ilmu atau adanya
pertambahan ilmu melalui proses belajar mengajar akan berhasil guna bagi diri
kita sepanjang kita yang mau belajar mau menerima masukan dan nasehat dari apa
apa yang disampaikan kepada diri kita. Setelah diri kita mau menerima nasehat
dan pelajaran berarti pemahaman kita terhadap sesuatu, katakan tentang suatu ibadah,
menjadi bertambah atau meningkat. Ini berarti kesempatan bagi diri kita untuk
menikmati nikmatnya bertuhankan kepada Allah melalui ibadah yang kita lakukan
meningkat dari waktu ke waktu. Untuk itu jangan pernah berhenti belajar, jangan
pernah berhenti meneliti dan merenungkan apa apa yang tertuang dalam Al Qur’an
dan hadits yang tidak lain sumber hukum dan ketentuan yang berlaku di alam
semesta ini.
3.
Membina
Kalbunya menjadi patuh dan taat kepada Allah dan Rasulnya.
Allah dengan tegas menyatakan
bahwa orang yang akan sukses dan bahagia dalam hidup dan kehidupannya ialah
orang yang patuh dan taat kepada Allah dan RasulNya. Dan jangan sampai kita
menjadi orang yang durhaka kepada Allah dan RasulNya karena resikonya masuk
neraka. Agar diri sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh Allah atau agar kalbu
kita menjadi patuh dan taat kepada Allah dan RasulNya maka laksanakan apa yang
dikemukakan oleh Allah dalam surat Al Baqarah (2) ayat 21 di bawah ini dengan
baik dan benar.
Wahai manusia! Sembahlah Tuhanmu yang
telah menciptakan kamu dan orang orang yang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa.
(surat Al Baqarah (2) ayat 21)
Selain ketiga hal yang telah
kami kemukakan di atas, lakukanlah pembinaan diri yang menjadikan diri kita berwatak
istiqamah atau berpendirian teguh tanpa memandang waktu dan keadaan (pelajari
kembali syrat Hud (11) ayat 112); disiplin dalam hidup dan kehidupan (pelajari
kembali surat An Nisa’ (4) ayat 59; bekerja cermat dan sungguh sungguh
(pelajari kembali surat Al Hajj (22) ayat 78 dan surat Al Ankabut (29) ayat 69);
suka berkorban dan suka bekerja sama dengan orang lain dalam hal hal kebaikan
(pelajari kembali surat Al Maaidah (5) ayat 2).
Dan orang orang yang berjihad untuk
(mencari keridhaan) Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan jalan kami,
Dan sungguh, Allah beserta orang orang yang berbuat baik.
(surat Al Ankabut (29) ayat 69)
Itulah cara sederhana yang
dikemukakan Allah SWT dalam Al Qur’an, yang kesemuanya harus kita laksanakan
oleh manusia, sehingga hidupnya terlaksana dengan baik sesuai yang dikehendaki
Allah SWT dan memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.
C. DILIMPAHI BERBAGAI MACAM RAHMAT DAN
HIKMAH KEHIDUPAN.
Sebenarnya berdasarkan uraian
yang telah kami kemukakan di atas sampai dengan uraian ini, sudah terungkap
dengan jelas berbagai macam rahmat dan kenikmatan dari Allah bagi orang orang
yang mampu mengikatkan diri dengan hukum dan ketentuan Allah, seperti akan
terpelihara martabat dan kedudukannya, menjadi orang yang bermoral tinggi,
selalu bertemu dan merasakan arti kebenaran, sehat jasmani dan juga sehat
ruhaninya, hidup dalam ketenteraman dan kebahagiaan, ilmunya banyak, sukses
hidup dan kehidupannya.
Untuk melengkapi apa apa yang
telah kami kemukakan di atas, masih ada beberapa hal yang siap Allah SWT
berikan kepada manusia yang mampu terikat dengan hukum dan ketentuan Allah SWT,
yaitu:
1.
Berdasarkan
surat Al Anbiyaa (21) ayat 105 yang menyatakan bahwa: “bumi ini akan diwarisi oleh hamba hambaKu yang shaleh”.
2.
Berdasarkan
surat An Nur (24) ayat 55 yang menyatakan bahwa: “Allah telah menjanjikan kepada orang orang diantara kamu yang beriman
dan mengerjakan kebajikan akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi.”
3.
Berdasarkan
surat Ar Rum (30) ayat 47 yang menyatakan bahwa: “Dan
merupakan hak Kami untuk menolong orang orang yang beriman”.
4.
Berdasarkan
surat Yunus (10) ayat 103 yang menyatakan bahwa: “demikianlah menjadi kewajiban Kami menyelematkan orang yang beriman”.
5.
Berdasarkan
surat Al Maidah (5) ayat 16 yang menyatakan bahwa: “Allah memberi petunjuk kepada orang yang mengikuti keridhaanNya ke
jalan keselamatan, dan Allah mengeluarkan orang itu dari gelap gulita kepada
cahaya dengan izinNya, dan menunjukkan jalan yang lurus.”
6.
Berdasarkan
surat Maryam (19) ayat 96 yang menyatakan bahwa: “Allah akan menanamkan rasa kasih sayang dalam hati mereka (orang orang
yang beriman dan mengerjakan kebajikan).”.
7.
Berdasarkan
surat Al A’raf (7) ayat 96 yang menyatakan bahwa: “pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi,
tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat ayat Kami), maka Kami siksa mereka
sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.”
8.
Berdasarkan
surat Al Bayyinah (98) ayat 7 yang
menyatakan bahwa : “Sungguh, orang orang
yang beriman dan mengerkakan kebajikan, mereka itu adalah sebaik baiknya
makhluk”.
Inilah antara lain rahmat
yang akan dilimpahkan oleh Allah kepada orang orang yang tunduk dan patuh
dengan hukum dan ketentuanNya. Sungguh hebat rahmat Allah yang akan diperoleh
oleh orang orang yang patuh dan taat itu. Sudahkah kita memperolehnya? Jika
belum, berarti ada sesuatu yang salah di dalam diri kita. Ayo segera lakukan
hijrah mulai saat ini juga dengan berpedoman dengan “Allahumma paksa”.
Sebagai penutup, agar
pembinaan diri kita selalu mentaati hukum dan ketentuan yang berlaku ini,
alangkah baiknya mulai hari ini kita untuk selalu melaksanakan dan berusaha hal
hal sebagai berikut dengan sungguh sungguh, yaitu :
1.
Menuntut ilmu agar diri kita memiliki ilmu
dan pengetahuan yang lengkap tentang Allah, tentang diri kita dan juga tentang
alam semesta ini ditambah dengan tahu akan kemana kita akan pergi.
Nabi
Muhammad SAW menyatakan: Menuntut ilmu itu wajin atas setiap orang Islam.
(hadits riwayat Muslim)
2.
Allah secara tegas telah menyatakan bahwa
ibadah diperintahkanNya bukan untuk kepentinganNya karena Allah SWT tidak butuh
dengan ibadah yang kita lakukan. Ibadah bertujuan untuk kepentingan dan
kemaslahatan bagi mau mau melaksanakannya. Ibadah mampu membina manusia menjadi
orang yang selalu mentaati perintah danb laranganNya, mentaati hukum dan
ketentuanNya. Jangan pernah menjadikan ibadah sebagai sebuah kewajiban, apalagi
untuk mencari pahala. Ibadah adalah kebutuhan bagi ruh dan untuk menggarap hati
ruhani sehingga mampu meneguhkan pendirian dan melembutkan hati.
3.
Menjauhi perbuatan maksiat, dosa, pelanggaran
hukum negara dan jangan sampai ketentuan
surat Al Mutaffifin (83) ayat 14 berlaku kepada diri kita, “dan
sesungguhnya orang orang yang durhaka benar benar berada dalam neraka”.
Semoga di saat usia kita
berada di persimpangan jalan, kita sudah mampu berada di jalan yang kehendaki
Allah SWT. Amien.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar