Ketika kita merasa bahwa
Allah SWT tidak mendengarkan doa kita, itulah kesuksesan tertinggi dan terbesar
bagi syaitan. Syaitan sangat ingin meyakinkan seseorang bahwa Allah SWT telah
mengabaikan hambaNya karena dosa dosa yang telah dilakukannya. Sedangkan Allah
sama sekali tidak pernah sekalipun mengabaikan hambaNya. Jadi, kita tidak boleh
putus asa dengan Allah SWT atau berpikir karena dosa dosa masa lalu kita lalu
Allah SWT berhenti mendengarkan kita sehingga berhenti mengabulkan doa doa kita.
A.
AGAR KEDUA TANGAN TETAP MENENGADAH KE
LANGIT.
Doa adalah pusatnya/pondasi dasar dari
Diinul Islam. Doa baru akan bermakna jika yang berdoa, tahu makna dari doa yang
sesungguhnya disampaikannya. Lalu kita juga harus mengetahui apa arti yang
sesungguhnya dari doa yang kita mohonkan kepada Allah SWT! Dari posisi mana kita
memohon? Samakah memohon kepada Allah SWT dengan meminta pada orang tua atau
orang lain? Kalau tidak, apa bedanya. Apa yang harus kita harapkan ketika
berdoa. Tanpa ini semuanya rasanya doa akan menjadi hambar tanpa makna, berlalu
tanpa kesan.
Untuk itu, silahkan simak
beberapa pertanyaan berikut yang harus diberi jawaban agar pemahaman kita tentang
doa itu ibadah akan menjadi menjadi jelas.
a. Adakah di antara kita yang tidak
memiliki masalah sama sekali?
b. Adakah di antara kita yang hidupnya
teratur dengan sempurna?
c. Adakah di antara kita yang tidak
memiliki cita cita yang berusaha ia capai?
d. Adakah di antara kita yang sama sekali
tidak memiliki obsesi yang berusaha ia gapai?
e. Adakah di antara kita yang selamanya
santai penuh sepanjang hidupnya?
f. Adakah di antara kita yang tidak
memiliki harapan harapan besar yang sulit diraih?
g. Adakah di antara kita yang merasa
tenang karena yakin bahwa dosa dosanya tidak akan membuat dia masuk neraka?
h. Adakah di antara kita yang sama sekali
tidak membutuhkan Allah SWT?
Hai manusia, kamulah
yang berkehendak (membutuhkan) kepada Allah; dan Allah Dialah yang Maha Kaya
(tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji.
(surat Faathir (35) ayat
15)
Tujuan dari kita berdoa adalah
agar tangan kita selalu menengadah ke atas memohon kepada Allah SWT dan agar
diri kita memiliki keyakinan kuat bahwa Allah SWT akan mengabulkan permintaan
kita bila kita berdoa kepadaNya. Apalagi yang membuat kita tidak berdoa
kepadaNya? Masuk akalkah seseorang yang sedang tenggelam memohon pertolongan
dari orang yang juga tenggelam? Masuk akalkah seseorang yang sedang
membutuhkan, meminta pertolongan dari orang yang juga membutuhkan?
B.
HATI, MENGAPA ENGKAU BELUM JUGA
TERBANGUN?
Sekarang simaklah hadits
qudsi berikut ini, agar kita mengetahui sebesar apakah kita membutuhkan Allah
SWT.
Rasulullah
SAW bersabda, Allah berfirman:”Wahai hamba hambaku, setiap kalian itu sesat
kecuali yang Aku tunjuki hidayah, maka memintalah petunjuk kepadaKu, niscaya
Aku beri kalian petunjuk; Wahai hamba hambaku, setiap kalian itu lapar kecuali
yang Aku beri makan, maka memintalah makan kepadaKu, niscaya Aku beri makan
kalian; Wahai hamba hambaku, setiap kalian itu telanjang, kecuali yang Aku beri
pakaian, maka memintalah pakaian kepadaKu, niscaya Aku beri kalian pakaian;
Wahai hamba hambaku, setiap kalian bersalah siang dan malam, sementara Aku
mengampuni segala dosa, maka meminta ampunlah kalian kepadaKu, niscaya Aku
ampuni kalian; Wahai hamba hambaku, sesungguhnya kalian tidak akan mampu
menggapai kemudharatanKu sehingga kalian membahayakanKu, dan kalian juga tidak
akan mampu menggapai kemanfaatanKu sehingga memberi manfaat kepadaKu. Wahai
hamba hambaKu, kalaulah seluruh generasi awal dan generasi akhir kalian, serta
seluruh bangsa manusia dan bangsa jin kalian adalah seperti hati orang yang
paling bertaqwa di antara kalian, maka itu tidak akan memberikan tambahan
apapun terhadap kekuasaanKu; Wahai hamba hambaKu, kalaulah seluruh generasi
awal dan generasi akhir kalian, serta seluruh bangsa manusia dan bangsa jin
kalian adalah seperti hati orang yang paling nista di antara kalian, maka
itupun tidak akan membuat kekuasaanKu berkurang; Wahai hamba hambaKu, kalaulah
seluruh generasi awal dan generasi akhir
kalian, serta seluruh bangsa manusia dan bangsa jin kalian berdiri dalam
sebuah bukit, kemudian kalian semua mengajuka permintaan kepadaKu, lalu Aku
beri setiap orang apa yang ia minta, maka apa yang ada di sisiKu tidak akan
berkurang sedikitpun kecuali sebagaimana sebatang jarum mengurangi air samudra
ketika dicelupkan ke dalamnya.”
(Hadits
Riwayat Muslim; Ath Thurmidzi, dan Ibnu Majah)
Sekarang bacalah sekali
lagi hadits di atas ini, bukan dengan lidah kita, namun dengan hati sanubari
kita, Jadikan panggilan “Wahai Hamba hambaKu”
sebagai peringatan untuk kita, agar diri kita tidak lalai ataupun pergi
begitu saja. Lalu, pernahkah kita mengatakan pada suatu hari kepada diri
sendiri, “Aku ingin bertaubat dan lalu mendekatkan diri kepada Allah..”. Rabb
kita sekarang memanggil kita dan menyerukan, “Mintalah petunjuk kepadaKu,
niscaya Aku beri kalian petunjuk! Ya, kita cukup memohon petunjuk. Kita cukup
berdoa kepada Allah, niscaya Allah akan menepati apa yang Dia perintahkan dan
akan memberi kita hidayah. Percayalah, sebab ini adalah firman Allah.
“maka
mintalah petunjuk kepadaKu…mintalah makan kepadaKu….. mintalah pakaian
kepadaKu,,, mintalah ampunan kepadaKu…”
Allah memerintahkan kepada
kita untuk berdoa kepadaNya agar Dia memberi kita petunjuk, memberi kita makanan,
memberi kita pakaian, memberi kita ampunan dan bahkan akan memberi kita syurga.
Ya Allah, alangkah payahnya engkau, wahai hati! Belum jugakah saatnya bagimu
untuk bangun dan tersadar?! Sadarlah, wahai hati dan segeralah berdoa kepada
Allah SWT kapanpun dan dimanapun. Pintalah kepadaNya dan latihlah tanganmu
untuk selalu menengadah ke atas!.
dan
apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah),
bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa
apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala
perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada
dalam kebenaran.
(surat
Al Baqarah (2) ayat 186)
Mari, pergunakan
kesempatan ini dan berdoalah saat ini juga. Ingat, di surat Al Baqarah (2) ayat
186 di atas, ada satu syarat mutlak yang dikehendaki oleh Allah SWT, yaitu ‘Apabila
Ia Berdoa’! Sekarang terserah kepada diri masing masing, kita sendiri
yang memilih waktu yang sesuai untuk berdoa dan juga isi doa yang kita mohonkan.
Dan kita juga yang akan membatasinya. Ingat, Allah SWT akan mengabulkan doa,
tapi dengan syarat “apabila Anda berdoa’ kepadaNya, bukan kepada yang lain. Kita
sangat membutuhkan doa setelah beragam virus dan penyakit menyerang kita di
setiap tempat, dimana tidak seorangpun, baik kecil maupun dewasa, yang tidak
memiliki penyakit, kecuali orang yang dianugerahi Allah SWT kesehatan. Kepada
Allah kita memohon agar semua senantiasa sehat wa afiat.Bagi setiap orang yang
sakit, dengan izin Allah SWT kita akan sembuh dengan dua syarat, yaitu: (1) doa:
“Aku mengabulkan permohonan orang yang mendoa apabila ia berdoa kepadaKu”; (2)
keyakinan atas terkabulnya doa: “Aku sesuai dengan keyakinan hambaKu kepadaKu”.
Lalu apakah kita akan menghilangkan begitu saja fasilitas ini?
C.
DOA IBLIS DAN DOA ABADI.
Sekarang mari kita
perhatikan dengan seksama pernyataan berikut ini: “Jangan takut bila Allah SWT tidak
akan mengabulkan doamu karena Dia mengetahui kejelekan yang ada padamu, sebab
Dia telah mengabulkan doa dari makhlukNya yang paling jelek, yaitu iblis sang
terlaknat, ketika iblis berkata:
iblis
menjawab: "Beri tangguhlah saya[529] sampai waktu mereka
dibangkitkan".
(surat
Al A’raaf (7) ayat 14)
[529] Maksudnya:
janganlah saya dan anak cucu saya dimatikan sampai hari kiamat sehingga saya
berkesempatan menggoda Adam dan anak cucunya.
Allah SWT pun mengabulkan
apa yang diminta oleh Iblis sang laknatullah ini dan Allah SWT berfirman
kepadanya:
Allah
berfirman: "Sesungguhnya kamu Termasuk mereka yang diberi tangguh."
(surat
Al A’raaf (7) ayat 15)
Ya, permohonan iblis sang
laknatullah saja telah dikabulkan. Lalu Tidakkah Allah SWT juga akan
mengabulkan segala permohonan Anda? Sekarang, masih ragukah kita dengan Allah
SWT? Semoga dengan adanya hal ini mampu menghilangkan keraguan dari
dalam diri Anda. Sekarang mari kita
perhatikan dengan seksama, tentang apa yang kami istilahkan dengan doa abadi
yang tertuang di dalam surat Ali Imran (3) ayat 193, 194, dan 195 di bawah ini.
Ya
Tuhan Kami, Sesungguhnya Kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman, (yaitu):
"Berimanlah kamu kepada Tuhanmu", Maka Kamipun beriman. Ya Tuhan
Kami, ampunilah bagi Kami dosa-dosa Kami dan hapuskanlah dari Kami
kesalahan-kesalahan Kami, dan wafatkanlah Kami beserta orang-orang yang banyak
berbakti.
Ya
Tuhan Kami, berilah Kami apa yang telah Engkau janjikan kepada Kami dengan
perantaraan Rasul-rasul Engkau. dan janganlah Engkau hinakan Kami di hari
kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji."
Maka
Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman):
"Sesungguhnya aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di
antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah
turunan dari sebagian yang lain[259]. Maka orang-orang yang berhijrah, yang
diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan
yang dibunuh, pastilah akan Ku-hapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan pastilah
aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya,
sebagai pahala di sisi Allah. dan Allah pada sisi-Nya pahala yang baik."
(surat
Ali Imran (3) ayat 195)
[259] Maksudnya
sebagaimana laki-laki berasal dari laki-laki dan perempuan, Maka demikian pula
halnya perempuan berasal dari laki-laki dan perempuan. Kedua-duanya sama-sama
manusia, tak ada kelebihan yang satu dari yang lain tentang penilaian iman dan
amalnya.
Rasulullah
SAW bersabda: “Tidak seorangpun yang berdoa, kecuali akan dikabulkan.
Pengabulannya itu bisa segera di dunia ini, dan bisa juga ditangguhkan di
akhirat nanti, atau bisa juga digantikan dengan pengampunan doa sesuai dengan
kadar doanya itu, dengan syarat ia tidak berdoa untuk sebuah perbuatan dosa,
atau memutus tali silaturahmi, atau isti’jal (menuntut segera terkabul)”. Para
sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apa yang dimaksud dengan isti’jal itu?”
Beliau menjawab: “seseorang yang berkata, “Aku telah berdoa kepada Rabbku,
namun belum juga dikabulkan”.
(Hadits
Riwayat Ath Thirmidzi)
Allah SWT telah
mengabulkan begitu banyak doa kita, namun kita sering melupakannya. Tidak
selamanya pengabulan doa seketika itu juga. Terkadang Allah SWT mengabulkannya
pada waktu yang telah ditentukan dan Andapun lupa bila hal itu sesungguhnya
sebagai jawaban atas doa Anda sebelumnya. Ingatlah, Anda telah berdoa kepada
Allah SWT agar mengaruniakan kesuksesan, pekerjaan, tempat tinggal, pernikahan,
keturunan, keleluasaan rezeki, kesembuhan, dan sebagainya. Beribu doa Anda
telah terkabul. Janganlah lupa, sebab manusia sejati tidak akan melupakan cinta
dan jasa walaupun sekejab. Apalagi dengan pemberian yang terus menerus sepanjang
hayat.
D.
SYARAT SYARAT DIKABULKANNYA DOA.
Sekarang mari kita
mengenal syarat syarat dikabulkannya doa. Persiapan yang baik adalah bukti
pemahaman yang baik. Doa akan dikabulkan apabila syarat syarat mampu kita
penuhi. Mari kita fokuskan niat, namun perhatikan bahwa niat saja tentu
tidaklah cukup.
1.
Keyakinan akan terkabulnya Doa.
Dalam Rasulullah SAW
bersabda: Berdoalah kalian kepada Allah dalam keadaan yakin akan terkabulnya
doa itu.” (Hadits Riwayat Ath Thirmidzi). Beliau juga bersabda: “Jika salah
satu di antara kalian berdoa, janganlah ia mengatakan, “Ya Allah, ampunilah aku
jika Engkau menginginkannya”. Namun hendaklah ia bertekat kuat untuk meminta”.
(Hadits Riwayat Bukhari, Muslim, Ahmad).Keyakinan akan terkabulnya doa adalah
syarat pengkabulan itu sendiri. Jadi jangan sampai kita berdoa kepada Allah SWT
sementara kita tidak yakin Allah SWT akan mengabulkan doa tersebut. Untuk itu
manfaatkanlah kesempatan dan selamilah nilai nilai yang menyelimuti diri kita.
Berdoalah kepada Allah SWT dalam kondisi yakin akan dikabulkan.
2.
Kekhusyu’an di hadapan Allah SWT.
Rasulullah SAW bersabda:
“Ketahuilah, bahwa Allah tidak akan mengabulkan doa dari seseorang yang lalai
dan tidak serius”. (Hadits Riwayat Ath Thirmidzi). Ingatlah, kita sering berdoa
selepas shalat namun kita tidak merasakan apa yang kita panjatkan kepada Allah
SWT, kecuali kata kata “Alllahumma” atau kata kata Amien.
Ibnul Qayyim Al Jauziah
mengatakan, “ Sesungguhnya sedekat dekat pintu masuk yang digunakan hamba untuk
mendatangani Allah adalah kebangkrutan”. Kebangkrutan disini adalah
kebangkrutan dalam arti luas dan dalam dimensi beragam. Alangkah bahagianya
orang yang terpaku di hadapan Rabbnya dan menyatakan kebangkrutan, sehingga ia
khusyu’ dan menghiba kemudian menangis. Saat itu, ia betul betul yakin akan
terkabulnya doa,
3.
Jangan tergesa gesa.
Syarat ke tiga
dikabulkannya doa adalah tidak tergesa gesa, Rasulullah SAW bersabda: “Akan
dikabulkan doa seseorang kalian sepanjang ia tidak tergesa gesa. Ia berkata,
Aku telah berdoa dan berdoa namun aku tidak melihat terkabulnya doaku’,
sehingga ia pun tidak lagi berdoa.” (Hadis Riwayat Bukhari Muslim, Abu Dawud,
Ath Thirmidzi dan Ibnu Majah). Orang yang melakukan hal ini, seperti orang yang
menanami ladangnya dengan menabur benih. Namun ketika benih benih itu mulai
tumbuh, ia mengatakan, “Agaknya benih benih ini tidak akan tumbuh”, sehingga
kemudian ia meninggalkannya begitu saja. Ketergesa gesaan adalah sebuah
penyakit akut. Penyakit ini akan bertambah manakala sang pasien menyerah begitu
saja pada penderitaannya. Jangan menyerah pada penyakit ini, dan pergunakanlah
obat kesabaran! Obat ini sekarang begitu banyak tersedia, bukan?
4.
Hanya Makan Yang Halal.
Syarat terakhir dari
terkabulnya doa adalah makan makanan halal, Jangan sekali kali menghasilkan
harta dari sesuatu yang haram, atau dari penghasilan yang haram. Rasulullah SAW
bersabda: “Sesungguhnya Allah itu baik, dan tidak akan menerima selain yang
baik. Allah memerintah orang orang mukmin seperi apa yang diperintahkannya
kepada para Rasul.” (Hadits Riwayat Muslim dan Ath Thirmidzi)
E.
ADAB BERDOA DAN BAHASA DOA.
Doa memiliki adab atau
sopan santun yang harus Anda perhatikan dengan sebaik baiknya, yaitu:
a. Mengangkat ke dua tangan.
b. Usahakan menghadap kiblat.
c. Bersuci sebisa mungkin.
d. Memulai dengan puja puji kepada Allah
SWT.
e. Bershalawat atas Rasullah SAW.
f. Taubat dan memulai dengan Istighfar.
g. Bertawasul dengan nama nama Allah SWT.
h. Menyandarkan diri kepada Allah SWT.
i. Menghiba penuh dalam berdoa.
j.
Bersedekah
selepas berdoa.
k. Jangan berlebih lebihan dalam berdoa.
Pernah seorang laki laki
datang kepada Rasulullah SAW lalu berkata: “Wahai Rasulullah, saya tidak bisa
menirukan bacaan bacaan Anda maupun bacaan bacaan Muadz,” Maka Rasulullah SAW
bertanya, “Apa yang biasa Anda baca?”. Lelaki itu menjawab, “Aku berucap, Ya
Allah, sungguh aku meminta syurga kepadaMu, dan berlindung kepadaMu dari api
neraka.” Rasulpun mengatakan, “Demikian jugalah aku dan Muadz biasa
mengucapkan.” (Hadits Riwayat Ibnu Majah dan Imam Ahmad).
Berdoalah kepada Allah SWT
seperti yang Anda rasakan dan janganlah membebani diri. Jangan membuat buat
munajat. Jadilah diri Anda sendiri,dan seketika itu juga Anda akan menemukan
lidah Anda seolah lidah para Shalihin! Tentu bila Anda betul betul tulus dan
mencintai Allah seraya merasakan dalamnya nilai kepasrahan Anda terhadapNya
yang akan menumbuhkan kerendahan, kekhusyu’an, ketenangan, perasaan butuh, dan
keberhibaan penuh kepada Sang Pencipta langit dan bumi.
Sekarang mari kita
perhatikan dengan seksama sesuatu yang luar biasa dalam surat Al Fatehah. Surat
Al Fatehah telah mengajarkan kepada kita bagaimana kita berdoa. Setiap shalat,
kita membaca dan mengucapkan:
dengan
menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang[1].
segala
puji[2] bagi Allah, Tuhan semesta alam[3].
Maha
Pemurah lagi Maha Penyayang.
yang
menguasai[4] di hari Pembalasan[5].
(surat
Al Fatehah (1) ayat 1 sampai 4)
[1] Maksudnya: saya
memulai membaca al-Fatihah ini dengan menyebut nama Allah. Setiap pekerjaan
yang baik, hendaknya dimulai dengan menyebut asma Allah, seperti makan, minum,
menyembelih hewan dan sebagainya. Allah ialah nama zat yang Maha Suci, yang
berhak disembah dengan sebenar-benarnya, yang tidak membutuhkan makhluk-Nya,
tapi makhluk yang membutuhkan-Nya. Ar Rahmaan (Maha Pemurah): salah satu nama
Allah yang memberi pengertian bahwa Allah melimpahkan karunia-Nya kepada
makhluk-Nya, sedang Ar Rahiim (Maha Penyayang) memberi pengertian bahwa Allah
Senantiasa bersifat rahmah yang menyebabkan Dia selalu melimpahkan rahmat-Nya
kepada makhluk-Nya.
[2] Alhamdu (segala
puji). memuji orang adalah karena perbuatannya yang baik yang dikerjakannya
dengan kemauan sendiri. Maka memuji Allah berrati: menyanjung-Nya karena
perbuatannya yang baik. lain halnya dengan syukur yang berarti: mengakui keutamaan
seseorang terhadap nikmat yang diberikannya. kita menghadapkan segala puji bagi
Allah ialah karena Allah sumber dari segala kebaikan yang patut dipuji.
[3] Rabb (tuhan)
berarti: Tuhan yang ditaati yang Memiliki, mendidik dan Memelihara. Lafal Rabb
tidak dapat dipakai selain untuk Tuhan, kecuali kalau ada sambungannya, seperti
rabbul bait (tuan rumah). 'Alamiin (semesta alam): semua yang diciptakan Tuhan
yang terdiri dari berbagai jenis dan macam, seperti: alam manusia, alam hewan,
alam tumbuh-tumbuhan, benda-benda mati dan sebagainya. Allah Pencipta semua
alam-alam itu.
[4] Maalik (yang
menguasai) dengan memanjangkan mim,ia berarti: pemilik. dapat pula dibaca
dengan Malik (dengan memendekkan mim), artinya: Raja.
[5] Yaumiddin (hari
Pembalasan): hari yang diwaktu itu masing-masing manusia menerima pembalasan
amalannya yang baik maupun yang buruk. Yaumiddin disebut juga yaumulqiyaamah,
yaumulhisaab, yaumuljazaa' dan sebagainya.
Ini semua adalah pujian. Ini semua
adalah pujaan. Ini semua adalah pengagungan nama nama Allah SWT. Kemudian.
hanya
Engkaulah yang Kami sembah[6], dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta
pertolongan[7].
(surat
Al Fatehah (1) ayat 5)
[6] Na'budu diambil dari
kata 'ibaadat: kepatuhan dan ketundukkan yang ditimbulkan oleh perasaan terhadap
kebesaran Allah, sebagai Tuhan yang disembah, karena berkeyakinan bahwa Allah
mempunyai kekuasaan yang mutlak terhadapnya.
[7] Nasta'iin (minta
pertolongan), terambil dari kata isti'aanah: mengharapkan bantuan untuk dapat
menyelesaikan suatu pekerjaan yang tidak sanggup dikerjakan dengan tenaga
sendiri.
Ini adalah penyandaran
diri kita kepada Allah SWT. Baru kemudian kita mengajukan doa/berdoa dan
meminta kepada Allah SWT.
Tunjukilah[8]
Kami jalan yang lurus,
(surat
Al Fatehah (1) ayat 6)
[8] Ihdina (tunjukilah
kami), dari kata hidayaat: memberi petunjuk ke suatu jalan yang benar. yang
dimaksud dengan ayat ini bukan sekedar memberi hidayah saja, tetapi juga
memberi taufik.
Mari mulai sekarang juga, belajarlah
bagaimana Anda membaca surat Al Fatehah dengan baik dan benar sesuai dengan
kehendak Allah SWT.
RAHASIA
TERTUNDANYA PENGKABULAN DOA
Abu Umamah ra, berkata:
Nabi SAW bersabda: Allah ta’ala memerintahkan kepada para Malaikat: “Pergilah
kalian kepada hambaKu dan berikan bala’ atau ujian kepadanya, karena Aku senang
mendengar suaranya (suara doanya).
(Hadits Riwayat Ath
Thabrani; 272:210)
(inspirasi dari buku "Ibadah Sepenuh Hati" karya Amru Khalid)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar