Label

MEMANUSIAKAN MANUSIA: INILAH JATIDIRI MANUSIA YANG SESUNGGUHNYA (79) SETAN HARUS JADI PECUNDANG: DIRI PEMENANG (68) SEBUAH PENGALAMAN PRIBADI MENGAJAR KETAUHIDAN DI LAPAS CIPINANG (65) INILAH ALQURAN YANG SESUNGGUHNYA (60) ROUTE TO 1.6.799 JALAN MENUJU MAKRIFATULLAH (59) MUTIARA-MUTIARA KEHIDUPAN: JALAN MENUJU KERIDHAAN ALLAH SWT (54) PUASA SEBAGAI KEBUTUHAN ORANG BERIMAN (50) ENERGI UNTUK MEMOTIVASI DIRI & MENJAGA KEFITRAHAN JIWA (44) RUMUS KEHIDUPAN: TAHU DIRI TAHU ATURAN MAIN DAN TAHU TUJUAN AKHIR (38) TAUHID ILMU YANG WAJIB KITA MILIKI (36) THE ART OF DYING: DATANG FITRAH KEMBALI FITRAH (33) JIWA YANG TENANG LAGI BAHAGIA (27) BUKU PANDUAN UMROH (26) SHALAT ADALAH KEBUTUHAN DIRI (25) HAJI DAN UMROH : JADIKAN DIRI TAMU YANG SUDAH DINANTIKAN KEDATANGANNYA OLEH TUAN RUMAH (24) IKHSAN: INILAH CERMINAN DIRI KITA (24) RUKUN IMAN ADALAH PONDASI DASAR DIINUL ISLAM (23) ZAKAT ADALAH HAK ALLAH SWT YANG HARUS DITUNAIKAN (20) KUMPULAN NASEHAT UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK (19) MUTIARA HIKMAH DARI GENERASI TABI'IN DAN TABI'UT TABIIN (18) INSPRIRASI KESEHATAN DIRI (15) SYAHADAT SEBAGAI SEBUAH PERNYATAAN SIKAP (14) DIINUL ISLAM ADALAH AGAMA FITRAH (13) KUMPULAN DOA-DOA (10) BEBERAPA MUKJIZAT RASULULLAH SAW (5) DOSA DAN JUGA KEJAHATAN (5) DZIKIR UNTUK KEBAIKAN DIRI (4) INSPIRASI DARI PARA SAHABAT NABI (4) INILAH IBADAH YANG DISUKAI NABI MUHAMMAD SAW (3) PEMIMPIN DA KEPEMIMPINAN (3) TAHU NABI MUHAMMAD SAW (3) DIALOQ TOKOH ISLAM (2) SABAR ILMU TINGKAT TINGGI (2) SURAT TERBUKA UNTUK PEROKOK dan KORUPTOR (2) IKHLAS DAN SYUKUR (1)

Senin, 08 Februari 2021

ALQURAN ADALAH KEAJAIBAN


AlQuran merupakan bukti kuat dari pesan-pesan langsung dari Allah SWT dan hal tersebut menjadikannya sebuah keajaiban.AlQuran bukanlah kitab ilmu pengetahuan. Namun apa yang dikemukakan di dalam AlQuran dapat dibuktikan secara ilmiah sesuai dengan konsep ilmu pengetahuan modern yang ditunjang dengan teknologi yang hebat. AlQuran mendorong umat manusia untuk belajar dan belajar tanpa henti karena semakin dipelajari makna yang tersembunyi di balik AlQuran makin nampak dan makin menunjukkan keajaibannya. Dan ingat, manusia tidak akan sanggup membuktikan keilmiahan isi dan kandungan AlQuran secara keseluruhan terutama hal hal yang bersifat ghaib seperti jin, malaikat, ruh, syurga dan neraka. 

AlQuran yang terdiri dari ayat ayat kauliyah dan ayat ayat kauniyah, yang keduanya harus berjalan seiring dan sejalan. Ayat ayat kauliyah dan ayat ayat kauniyah seperti sayap burung yang harus seimbang antara kiri dan kanan. Ayat ayat kauliyah menunjukkan nilai nilai spiritual (spiritual message) sedangkan ayat ayat kauniyah menunjukkan nilai nilai intelektual (inteleqtual message). Adalah sebuah kesalahan besar jika kita hanya mampu menunjukkan nilai nilai spiritual yang ada di dalam AlQuran tanpa bisa menunjukkan nilai nilai intelektual yang ada di dalam AlQuran.

 Selain daripada itu, keajaiban AlQuran juga akan terlihat dari adanya tataran yang tersurat, adanya tataran yang tersirat dan adanya tataran yang tersembunyi baik ditinjau dari sisi spiritual message (ayat ayat kauliyah) maupun dari sisi inteleqtual message (ayat ayat kauniyah)  sehingga AlQuran semakin digali, semakin dikaji, semakin nampak keajaibannya. AlQuran tidak akan lekang dengan perkembangan jaman. AlQuran akan selalu mengikuti perkembangan jaman sepanjang manusia mau mengimani keberadaan AlQuran hanya dari Allah SWT semata untuk kemaslahatan manusia.

 Lalu sudahkah kita mempersiapkan diri untuk belajar dan belajar AlQuran hanya kepada Allah SWT semata? Hal ini penting kita sadari karena AlQur’an adalah kata kata (wahyu/kalam) Allah SWT yang harus kita pahami sesuai dengan kehendak Allah SWT. Apakah kita tahu isi dan kandungan AlQuran yang sesuai dengan kehendak Allah SWT, jika kita belajarnya kepada manusia? Manusia hanya mencoba mengkaji dan berusaha menyesuaikan apa yang dikajinya apakah telah sesuai dengan apa yang dikehendaki Allah SWT. 

Begitu hebat dan begitu luar biasa AlQuran yang telah dipersiapkan oleh Allah SWT untuk manusia sepanjang manusia bisa memahami dengan baik lagi dibenarkan Allah SWT. Hanya dengan belajar dan belajar yang tiada henti kepada Allah SWT semata, maka makna yang luar biasa terkandung di dalam AlQuran baru bisa kita ketahui dan hasilnya sangat luar biasa. Dan jika AlQurannya saja sudah luar biasa lalu bagaimana dengan Allah SWT? Allah SWT sangat luar biasa sesuai dengan sifat dan kemahaannya yang sangat luar biasa pula.

 Berikut ini akan kami kemukakan 3(tiga) buah karakteristik lain dari AlQuran yang menunjukkan betapa AlQuran itu penuh keajaiban, yaitu: 

a.        Adanya pengaruh dan penetrasi yang luar biasa ke dalam semua aspek mental dan ruhani (spiritual) manusia. Kata kata dan ungkapan yang digunakan AlQuran adalah pada tingkat kefasihan dan keindahan yang sangat tinggi, yang semua itu menimbulkan daya tarik mental yang tidak dicapai oleh puisi apapun. 

b.        Adanya konsep dan makna yang sangat mendalam, dimana AlQuran menyediakan seluruh kebenaran utama tentang manusia dan alam semesta dalam bentuk ayat ayat dengan kata kata yang sangat sederhana. 

c.        Adanya keabadian makna yang berkelanjutan. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh sahabat Ali bin Abi Thalib ra, dalam Najl Al Balaghah: “Tidak ada akhir bagi keajaiban dan keunikan makna dalam AlQuran. Tanpa beralih untuk meminta bantuan petunjuk AlQuran, kegelapan tidak akan pernah bisa dihilangkan.”

 Ayo segera lakukan perubahan dalam mempelajari AlQuran karena tidak cukup hanya mempelajari ayat ayat kauliyahnya saja dengan mengabaikan ayat ayat kauniyahnya. Kita wajib mempelajari keduanya dalam satu kesatuan mulai sekarang juga, terutama di sisa usia kita yang ada ini. Jangan sampai kebesaran AlQuran hanya tersimpan di dalam lemari buku atau di perpusatakaan dan jangan sampai kita hanya mampu menjadi pengagum AlQuran tanpa pernah merasakan nikmatnya bertuhankan kepada Allah SWT berdasarkan petunjuk AlQuran saat hidup di dunia ini. 


ALQURAN ADALAH PENYEMBUHAN

Berdasarkan firman Allah SWT yang termaktub dalam surat Yunus (10) ayat 57 berikut ini: “Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” Al Quran dapat menjadi sebuah media penyembuhan bagi Nass (manusia dalam arti ruh/ruhani) dari penyakit yang ada di dalam rongga dada seperti: Penyakit Resah dan Gelisah; Penyakit Takut dan Was-was; Penyakit Stress; Penyakit Tidak Percaya Diri; Penyakit Motivasi Rendah; Penyakit Pikiran Buntu; Penyakit Sedih Hati. AlQuran dapat juga menjaga kesehatan mental kita, hal ini dikarenakan kapan pun kita membutuhkan kenyamanan, hiburan, dukungan dari seseorang untuk “diajak ngobrol”. AlQuran memiliki peran tersebut karena isi AlQuran berasal dari kata-kata Allah SWT yang bersifat fitrah. 

 Dunia kedokteran dengan segala kecanggihannya belum sanggup dan tidak akan mungkin sanggup mengobati penyebab dari penyakit yang ada di dalam rongga dada manusia atau penyakit yang ada di dalam hati ruhani manusia, seperti (a) penyakit akibat dari tidak berfungsinya ruh/ruhani dan Amanah yang 7 dengan baik; (b) penyakit akibat rusaknya ruh/ruhani dan Amanah yang 7 akibat pengaruh ahwa/hawa nafsu dan juga akibat pengaruh syaitan; (c) penyakit yang disebabkan  ruh/ruhani dan Amanah yang 7 yang tidak bekerja sesuai dengan fitrahnya: (d) penyakit yang diakibatkan oleh  ruh/ruhani dan Amanah  yang 7 yang telah lepas hubungan dengan pemilik dan penciptanya.

 Sekarang adakah obat dari penyakit yang diderita ruh/ruhani dan Amanah yang 7 sebagai penyebab dari penyakit yang terdapat dalam rongga dada manusia, dalam bentuk puyer, dalam bentuk tablet, dalam bentuk kaplet, dalam bentuk sirup, seperti kita menyembuhkan sakit kepala dengan meminum obat sakit kepala? Dan jika ruh/ruhani dan Amanah yang 7 memerlukan obat, perawatan dan pemeliharaan, kemana kita harus mengobatinya? Jika kita mengacu kepada mobil yang kita miliki, kita diharuskan menemui pabrikan atau menemui ATPM selaku perwakilan pabrikan atau  meneliti kembali dan menyesuaikan kembali kondisi mobil kita dengan standard baku yang terdapat dalam buku manual.

  Jika mobil saja harus diberlakukan seperti itu, maka hal yang sama juga harus kita lakukan jika kita ingin memperbaiki, merawat, memelihara atau menambah kualitas ruh/ruhani dan Amanah yang 7. Ruh/ruhani dan Amanah yang 7 yang ada pada diri manusia asalnya dari Allah SWT dan diciptakan juga oleh Allah SWT serta bagian dari Allah SWT, dengan demikian jika ruh/ruhani dan Amanah  yang 7 yang kita miliki mengalami gangguan, kerusakan, memerlukan perawatan, memerlukan obat, maka kita diharuskan menemui pemilik dan pencipta dari ruh/ruhani dan Amanah yang 7 itu sendiri dalam hal ini adalah Allah SWT.

 Allah SWT selaku pemilik dan pencipta dari ruh/ruhani dan Amanah yang 7 pasti sangat bertanggungjawab terhadap ciptaannya, sekarang tergantung kita maukah menemui pemilik dan pencipta ruh/ruhani dan Amanah yang 7 dengan mempergunakan konsep Diinul Islam secara kaffah sehingga penyebab dari penyakit-penyakit yang ada di dalam rongga dada itu hilang atau disembuhkan oleh Allah SWT.

 Coba bayangkan jika kita mempunyai penyakit resah, gelisah, takut, gundah gulana di dalam diri, selanjutnya timbulkah ketenangan jiwa atau kebahagian bathin atau dapatkah kita berbuat segala sesuatu dengan tenang atau dapatkah kita sukses menjadi khalifah di muka bumi? Sepanjang di dalam diri manusia terdapat penyakit  Resah, Gelisah, Takut, Gundah Gulana maka apa yang dinamakan dengan ketenangan dan kebahagiaan bathin tidak akan pernah kita rasakan, atau bahkan yang ada adalah perasaan takut, depresi, motivasi rendah sehingga akan dapat menggagalkan diri kita di dalam menjalankan fungsi sebagai khalifah di muka bumi.

 Hal yang harus kita perhatikan adalah syarat untuk memperoleh tujuan dari diturunkannya AlQuran ke muka bumi, hanya untuk orang yang beriman kepada Allah SWT. Sekarang sudahkah kita beriman kepada Allah SWT melalui petunjuk AlQuran? Untuk itu segeralah kita beriman kepada Allah SWT melalui petunjuk AlQuran untuk memperoleh petunjukNya karena dengan cara inilah kita bisa menjadi khalifah di muka bumi yang sesuai dengan kehendak Allah SWT.

 Sekarang mari kita pertegas tentang AlQuran adalah penyembuh sebagaimana dikemukakan oleh “Ir Abdeddaeem Kaheel”, dalam bukunya “Obati Dirimu Dengan AlQuran” sebagaimana berikut ini: Ketahuilah bahwa sesungguhnya AlQuran adalah obat untuk segala penyakit. Dan Allah SWT juga telah menjadikan di dalam ayat ayat AlQuran sebuah bahasa yang mengagumkan yang mana sel sel tubuh dapat memahaminya, dan karenanya Allah SWT berfirman: “Hai orang orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu.” (surat Al Anfaal (8) ayat 24)

 Ayat ini menunjukkan bahwa sungguh Allah telah menitipkan dalam ayat ayatNya sebuah kehidupan untuk kita. Karena sel yang cedera dan tertimpa bahaya, dan yang sel yangmenjadi rentan dan sel yang terjangkit penyakit, maka apabila Kalam Allah mengenai pada sel tersebut, maka sel tersebut akan menjadi giat dan hidupnya akan kembali padanya sekali lagi dan sel tersebut akan lebih berkemampuan untuk melawan segala penyakit.

 Demikian pula bahwa sesungguhnya pembacaan ayat ayat tertentu kepada penyakit penyakit tertentu akan mempengaruhi penyakit penyakit ini dan menyembuhkannya dengan izin Allah SWT. Dan karena itulah maka bahwasanya dimungkinkan bagi kita untuk mengatakan bahwa sesungguhnya AlQuran di dalamnya terkandung obat untuk seluruh penyakit apapun jenisnya, baik penyakit penyakit kejiwaan maupun penyakit penyakit jasmani, atau karena sihir, atau gila dan lain sebagainya. Dan seyogianya bagi orang yang sakit untuk meyakini hal tersebut, karena keyakinan yang benar adalah setengah obat, apabila kita tidak mengatakan sebagai obat seluruhnya.

 Penting bagi untuk mengetahui bahwa orang yang paling utama membacakan AlQuran pada orang yang sakit adalah orang yang sakit itu sendiri. Karena dalam beberapa penelitian terbaru dalam ranah ini telah menetapkan bahwa suara orang orang yang sakit adalah yang paling banyak berpengaruh pada penyakit, karena sel sel akan memberi respon lebih banyak terhadap hasil frekuensi frekuensi suara dari orang yang mempunyai sel sel tersebut, dibanding responnya terhadap suara orang lain. Oleh karena itu, ada baiknya setiap orang yang sakit mampu membacakan sendiri ayat ayat khusus untuk penyakit dirinya sendiri. Inilah yang disebut dengan mantra diri.

 Tidak dijumpai keterangan waktu tertentu untuk pengobatan dengan AlQuran, karena setiap waktu memang sesuai. Dan dengan segala posisi, baik berdiri, duduk, maupun berbaring dan sedapat mungkin orang yang sakit membaca untuk kesembuhan dirinya di waktu pagi dan sore, atau ketika bangun tidur dan sebelum tidur. Dianjurkan juga kepada orang yang sakit, sebagai pengobatan yang sempurna, untuk mendengarkan AlQuran setiap harinya dalam beberapa jam, dan setiap waktu yang ia sempat. Dianjurkan pula kepadanya untuk konsentrasi pada ayat ayat yang ia dengarkan dan merenungkannya. Karena merenungkan AlQuran dan memahami arti artinya termasuk jenis pengobatan juga.

 Dan agar supaya pengobatan lebih efektif ada baiknya orang yang sakit mendengarkan AlQuran yang dibaca tartil ketika berangkat tidur, karena sesungguhnya otak manusia pada waktu itu masih dalam keadaan aktif dan merespons terhadap suara AlQuran walaupun orang itu dalam keadaan tidur. Terdapat ayat ayat tertentu yang dianjurkan pada orang yang sakit untuk membacanya selama lamanya, dan apapun bentuk penyakit itu, karena telah ditetapkan bahwa ayat ayat tersebut berfaedah untuk pengobatan semua penyakit. Ayat ayat tersebut dapat kami kemukakan sebagai berikut:  

1.        Membaca surat AlFatehah. Ada adalah langkah penting dalam pengobatan apa pun, karena surat Al Fatehah adalah surat yang paling Agung dalam AlQuran. Dan Allah sungguh telah meletakkan dalam kalimat kalimatnya (AlFatehah) rahasia rahasia yang tidak terhitung jumlahya.

2.        Membaca Ayat AlKursi (surat Al Baqarah (2) ayat 255). Ini adalah salah satu ayat yang agung dari AlQuran, seperti yang telah diberitakan oleh Nabi Muhammad SAW, dan karenanya ayat ini penting sekali dalam pengobatan, karena Allah SWT akan menjaga orang yang membacanya dari segala keburukan, bahaya dan penyakit.

3.        Membaca dua ayat terakhir dari surat Al Baqarah, yaitu ayat 285 dan ayat 286. Sungguh Nabi Muhammad SAW telah mengabarkan bahwasanya barangsiapa yang membaca dua ayat ini di malam hari maka dua ayat ini akan menjaganya dari segala keburukan, penyakit, kesedihan dan kesusahan.

4.        Membaca surat Al Ikhlas. Surat ini adalah surat yang Allah telah meletakkan di dalamnya sifat sifat Keesaan, yang mana Allah Tunggal dengan sifat sifat tersebut. Oleh karenanya surat ini sangat penting sekali dalam pengobatan segala penyakit.

5.        Membaca Dua surat terakhir dari AlQuran, yaitu Al Mu’awwidzatain (surat Al Falaq dan surat An Nass), yang mana Nabi Muhammad SAW telah bersabda tentang kedua surat ini: “Seorang mukmin tidak berlindung pada sesuatu yang lebih utama daripada kedua surat ini.”. Maksudnya sesungguhnya orang mukmin ketika berlindung kepada Allah SWT dan membaca kedua surat ini maka Allah akan menjaganya dan membentenginya dari segala penyakit.

 Sekarang mari kita perhatikan dengan seksama firman Allah SWT berikut ini: “Wahai orang orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa. (surat Al Baqarah (2) ayat 183). Di dalam surat AlBaqarah (2) ayat 183 kita diperintahkan oleh Allah SWT untuk berpuasa, lalu tahukah kita bahwa dibalik perintah puasa yang dikemukakan oleh Allah SWT dalam AlQuran tersimpan rahasia rahasia pengobatan yang sangat luar biasa?

 Berikut ini akan kami kemukakan adanya rahasia dibalik perintah puasa yang akan diperoleh secara maksimal bagi kesehatan tubuh/jasad/jasmani manusia, apabila yang berpuasa adalah orang yang beriman, yaitu: (1) Obati racun racun dengan puasa; (2) Obati tekanan tekanan jiwamu dengan puasa; (3) Obati kelebihan berat badan (obesitas) dengan puasa; (4) Obati nafsu seksual dengan puasa; (5) Obati ketuanmu dengan puasa; (6) Obati kebiasaan merokok dengan puasa; (7) Obati penyakit penyakit sendi dengan puasa; (8) Obati penyakit penyakit alat pencernaan dengan puasa; (9) Obati tekanan darah tinggi dengan puasa; (10) Obati penyakit gila dengan puasa; (11) Obati asma dengan puasa; (12) Obati penyakit jantung dengan puasa; (13) Obati hepatitis dengan puasa; (14) Obat batu ginjal dengan puasa dan obati kanker dengan puasa.

 Begitu luar biasa ibadah puasa bagi kesehatan manusia, yang mana Allah STW sudah memberitahukannya kepada diri dan juga telah memerintahkan diri kita untuk berpuasa di bulan Ramadhan. Itulah sebagian  dari pengobatan yang terdapat di dalam ibadah puasa yang telah dikemukakan oleh Allah SWT di dalam AlQuran dan masih ada lagi penyembuhan yang di dapat dari dalam AlQuran, yaitu melalui madu yang dihasilkan oleh lebah.

 Allah SWT berfirman: “Dan Tuhanmu mengilhamkan kepada lebah, “Buatlah sarang di gunung gunung, di pohon pohon kayu dan di tempat tempat yang dibikin manusia. Kemudian makanlah dari segala (macam)  buah buahan lalu tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). “Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam macam warnanya di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sungguh pada yang demikian itu terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berpikir. (surat An Nahl (16) ayat 68, 69).” Dimana Allah SWT mengajak manusia untuk berpikir tentang keberadaan madu yang dihasilkan oleh lebah bagi kepentingan kesehatan manusia.

Lalu, apakah dengan dikemukakannya hal ini tidak cukup bagi diri kita untuk mengimani bahwa AlQuran memang diturunkan oleh Allah SWT untuk kebaikan umat manusia! Namun kebaikan yang terdapat di dalam AlQuran bisa saja tidak memberikan dampak positif kepada manusia, jika manusianya tidak mau berpikir (memikirkan) tentang apa apa yang dikemukakan oleh Allah SWT dalam AlQuran. Semoga hal ini tidak terjadi pada diri kita. 


ALQURAN ADALAH ILMU ALLAH SWT YANG TELAH DIILMUKAN


Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa untuk bisa menciptakan sesuatu maka di dalam diri seseorang harus ada tiga hal yaitu adanya kehendak (iradat), adanya kemampuan (qudrat) dan adanya ilmu dalam satu kesatuan. Jika yang ada hanyalah kehendak (iradat) tanpa didukung oleh kemampuan dan ilmu maka yang keluar adalah angan angan untuk membuat sesuatu. Sedangkan jika yang hanya ilmu tanpa didukung oleh kehendak (iradat) dan kemampuan yang ada hanyalah konsep untuk membuat sesuatu. Demikian pula jika yang ada hanyalah kemampuan (qudrat) semata tanpa didukung oleh ilmu dan kehendak (iradat) maka yang ada hanyalah cita cita untuk membuat sesuatu. 

Sekarang langit dan bumi sudah ada dihadapan diri kita dan dengan adanya diri kita menunjukkan kekhalifahan di muka bumi juga telah ada. Adanya kondisi ini menunjukkan bahwa yang menciptakan itu semua pasti memiliki kehendak (iradat), pasti memiliki kemampuan (qudrat) dan pasti memiliki ilmu yang sangat luar biasa hebatnya dalam satu kesatuan karena tanpa itu semua langit dan bumi dan kekhalifahan ini tidak akan pernah ada. Selain daripada itu, dengan adanya langit dan bumi dan juga adanya rencana besar kekhalifahan di muka bumi merupakan salah satu sarana bagi Allah SWT untuk menunjukkan, untuk memperlihatkan, untuk mempertontonkan eksistensi Allah SWT di alam semesta ini. Lalu apakah dengan telah diciptakannya langit dan bumi serta kekhalifahan yang ada lalu kemampuan dan kemahaan Allah SWT berkurang? Allah SWT selaku Dzat Yang Maha Agung tidak akan pernah mengalami penurunan kemampuan dan kemahaanNya walaupun sudah menciptakan segala sesuatu dan ini berarti apa yang sudah diimplementasikan oleh Allah SWT adalah sesuatu yang tidak pernah mengurangi kemahaan dan kebesaran yang dimilikiNya. 

Timbul persoalan, bagaimana makhluk akan tahu dan mengerti tentang Allah SWT yang begitu luar biasa kehebatan dan kemahaanNya jika tidak ada media atau alat bantu tertentu untuk memberitahukan kepada makhluk-Nya? Untuk itu Allah SWT lalu membuat dan menurunkan AlQuran sebagai buku manual bagi kepentingan kekhalifahan yang ada di muka bumi ini, sebagaimana firmanNya dalam surat Huud (11) ayat 14 berikut ini: “jika mereka yang kamu seru itu tidak menerima seruanmu (ajakanmu) itu Maka ketahuilah, Sesungguhnya AlQuran itu diturunkan dengan ilmu[713] Allah, dan bahwasanya tidak ada Tuhan selain Dia, Maka maukah kamu berserah diri (kepada Allah)?.”  

[713] Yakni: Allah saja yang dapat membuat Al Quran itu. 

Berdasarkan surat Huud (11) ayat 14 di atas, AlQuran dapat dikatakan adalah sarana dan alat bantu bagi Allah SWT untuk menerangkan dan menunjukkan tentang keberadaanNya yang begitu luar biasa, dalam hal ini dari sisi kehendakNya (iradat), dari sisi kemampuanNya (qudrat) dan dari sisi IlmuNya  melalui AlQuran yang diturunkan ke muka bumi ini. Sehingga apa apa yang diciptakan oleh Allah SWT  juga dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk manifestasi dari aktifnya kebesaran dan kemahaan dari  kehendak, dari kemampuan dan dari ilmu yang dimiliki oleh Allah SWT dalam satu kesatuan. 

Dan ada yang harus kita pahami dalam persoalan ini,  apa apa yang telah diwujudkan, atau apa apa yang telah diciptakan oleh Allah SWT merupakan ilmu Allah SWT yang telah “diilmukan”; kehendak (iradat) yang telah “diiradatkan” dan kemampuan (qudrat) yang telah “diqudratkan” yang tidak mencerminkan kebesaran dan kemahaan Allah STW yang masih di tangan Allah SWT, atau dapat dikatakan pula bahwa kehendak, kemampuan dan ilmu yang masih di tangan Allah SWT masih sangat luar biasa kemahaannya. 

Allah SWT saat ini telah menunjukkan dan memperlihatkan kepada kita semua bahwa segala ciptaanNya termasuk juga AlQuran yang telah diturunkanNya ke muka bumi juga merupakan bahagian dari Ilmu Allah SWT yang telah diilmukan; juga bahagian dari. kehendak (iradat) Allah SWT yang telah “diiradatkan” serta bahagian dari kemampuan (qudrat) Allah SWT yang telah “diqudratkan”.  Jika anda tidak percaya lihatlah, pelajarilah isi dan kandungan AlQuran yang telah diturunkan oleh Allah SWT untuk diri kita yang mampu menjawab seluruh apa-apa yang berhubungan dengan alam, yang berhubungan dengan diri kita, yang berhubungan dengan hubungan sesama manusia dan lain sebagainya yang kesemuanya selalu sesuai dengan kebutuhan dan jaman.

 Untuk itu mari kita lihat apa yang telah dipertunjukkan oleh Allah SWT. Allah SWT selaku pemilik sifat Ilmu; sifat Iradat dan sifat Qudrat dan pemilik Asma Al Aliem, tentu wajib bagi Allah SWT untuk menunjukkan dan memperlihatkan atau menzahirkan hal itu kepada makhluk-Nya. Adanya pen-zhahiran sifat Ilmu, Iradat, Qudrta dan Asma Al Aliem yang dimiliki Allah SWT maka hal itu akan dapat terlihat dan diperlihatkan oleh Allah SWT di dalam AlQuran melalui apa-apa yang diciptakannya. Sehingga di dalam setiap yang diciptakan oleh Allah SWT akan terdapat tiga tingkatan, secara tersurat semuanya adalah ciptaan Allah SWT, secara tersirat setiap ciptaan adalah tanda-tanda Kebesaran dan Kemahaan Allah SWT dan secara tersembunyi setiap ciptaan tidak bisa dilepaskan dari Kebesaran dan Kemahaan Allah SWT karena Allah SWT selalu menyertai ciptaan-Nya tersebut. 

Salah satu bentuk penzhahiran dari sifat Ilmu, Iradat, Qudrat dan Asma Al Aliem, yang dimiliki Allah SWT yaitu dengan menciptakan air, udara, hewan, tumbuhan dan ruh manusia. Sekarang adakah yang mampu membuat, atau menciptakan air, udara, hewan, tumbuhan dan ruh manusia selain dari  Allah SWT? Sampai dengan saat ini dan sampai dengan kapanpun juga hanya Allah SWT sajalah yang mampu menciptakan air, udara, hewan, tumbuhan dan ruh manusia dan lain sebagainya, yang mana hal ini sudah dikemukakan oleh Allah SWT  di dalam AlQuran.

 Di lain sisi,  ilmu  dapat kami kategorikan menjadi dua kelompok yaitu Ilmu Syariat dan Ilmu tentang Al Hikmah dan Filsafat. Dimana ilmu syariat itu sendiri terdiri dari beberapa cabang ilmu pengetahuan seperti ilmu tafsir, ilmu hadits, ilmu fiqih, ilmu ushul fiqih, serta ilmu kalam dan lain sebagainya, sebagaimana Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (surat Ali Imran (3) ayat 190).” Sedangkan Ilmu Al Hikmah dan Filsafat pada pokoknya mengandung empat macam ilmu, yaitu ilmu manthiq, ilmu alam, ilmu pasti dan ilmu ketuhanan. Yang termasuk ilmu alam ialah ilmu kimia, ilmu kedokteran, farmasi, ilmu hewan, ilmu antariksa dan ilmu pertanian.Yang termasuk ilmu pasti ialah berhitung, aljabar, ilmu ukur, ilmu mekanika, ilmu falak dan geografi.Yang termasuk ilmu ketuhanan ialah metafiksika yaitu pembahasan mengenai pencipta, jiwa, jin, malaikat dan sebagainya.

 Timbul pertanyaan, untuk siapakah Ilmu yang Allah SWT kemukakan di dalam AlQuran? Berdasarkan surat Shaad (38) ayat 87-88 yang kami kemukakan berikut ini: AlQuran ini tidak lain hanyalah peringatan bagi semesta alam. dan Sesungguhnya kamu akan mengetahui (kebenaran) berita Al Quran setelah beberapa waktu lagi[1305].”

 [1305] Kebenaran berita-berita Al Quran itu ada yang terlaksana di dunia dan ada pula yang terlaksana di akhirat; yang terlaksana di dunia seperti kebenaran janji Allah kepada orang-orang mukmin bahwa mereka akan menang dalam peperangan dengan kaum musyrikin, dan yang terlaksana di akhirat seperti kebenaran janji Allah tentang Balasan atau perhitungan yang akan dilakukan terhadap manusia.

 Berdasarkan surat Shaad (38) ayat 87 dan 88 di atas dikemukakan bahwa isi dan kandungan AlQuran bukan untuk Allah SWT akan tetapi dari Allah SWT untuk seluruh alam, termasuk untuk diri kita, sepanjang diri kita mau mengimani AlQuran serta mau mempelajari AlQuran yang sesuai dengan kehendak Allah SWT. Sekarang mari kita perhatikan apa yang dikemukakan oleh Allah SWT dalam surat Ar Rahman (55) ayat 2 berikut ini: yang telah mengajarkan AlQuran.” Allah SWT selaku pemilik AlQuran akan mengajarkan kepada siapapun, termasuk kepada diri kita, sepanjang diri kita mau belajar AlQuran secara langsung kepada Allah SWT, bukan kepada yang lainnya.   

 Sebagai khalifah di muka bumi, butuhkah kita dengan Ilmu Allah SWT? Jika kita merasa butuh dengan Ilmu Allah SWT saat diri kita melaksanakan tugas kekhalifahan di muka bumi, sudahkah kita mengimani AlQuran sebagai bagian dari pelaksanaan Rukun Iman dan juga sebagai pelaksanaan Diinul Islam secara kaffah? Lalu Ilmu yang manakah yang kita butuhkan saat hidup di muka bumi ini, apakah Ilmu Allah SWT yang telah diilmukan ataukah Ilmu Allah SWT yang masih di Allah SWT? Sebagai khalifah di muka bumi dapat dipastikan kita sangat membutuhkan, dan mungkin sangat berketergantungan dengan Ilmu Allah SWT yang sudah di-ilmukan ke alam maupun Ilmu Allah SWT yang masih di sisi Allah SWT.

 Yang menjadi persoalan adalah Ilmu Allah SWT yang manakah yang kita butuhkan, apakah Ilmu Allah SWT yang telah di-ilmukan ke alam atau melalui AlQuran ataukah Ilmu Allah SWT yang masih ada di sisi Allah SWT? Adanya 2(dua) buah kategori Ilmu Allah SWT yang dimiliki oleh Allah SWT akan memberikan 2(dua) implikasi yang berbeda pula, yaitu:

 Pertama, untuk memperoleh dan mendapatkan Ilmu Allah SWT yang yang telah di-ilmukan ke alam semesta, atau untuk mendapatkan ilmu Allah SWT yang telah diilmukan melalui isi dan kandungan yang terdapat di dalam AlQuran ketahuilah bahwa siapapun orangnya, laki laki atau perempuan, tua atau muda, kaya atau miskin, beriman ataupun tidak, kesemuanya dapat memperoleh ilmu yang telah diilmukan tersebut sepanjang mereka mau mempelajari dan mau meminta untuk diajarkan ataupun tidak melalui apa apa yang telah diciptakan oleh Allah SWT atau melalui apa apa yang telah diwahyukan oleh Allah SWT melalui AlQuran.

 Kedua, untuk memperoleh ilmu Allah SWT yang masih di sisi Allah SWT berlaku ketentuan khusus dan tidak sembarang orang yang bisa memperolehnya yaitu kita harus bisa menjadi khalifah yang juga makhluk yang terhormat sehingga mampu menampilkan penampilan di muka bumi, atau khalifah yang beriman dan beramal shaleh, atau khalifah yang beriman dan bertaqwa. Adanya pemenuhan persyaratan khusus akhirnya kita bisa memanfaatkan Ilmu yang telah ada di alam dan juga kita diberikan tambahan Ilmu yang berasal dari kebesaran Ilmu Allah SWT yang masih disisiNya.

  Jika kita termasuk orang yang sudah tahu diri, tahu siapa diri kita yang sesungguhnya dan siapa Allah SWT yang sesungguhnya maka kita harus bisa menempatkan AlQuran hanyalah petunjuk, atau jalan yang dikemukakan oleh Allah SWT untuk memperoleh Ilmu Allah SWT yang masih di Allah SWT. Selanjutnya, masih melalui surat Ar Rahman (55) ayat 2 di atas, Allah SWT juga sudah menyatakan kesiapannya akan mengajarkan Ilmu-Nya kepada diri kita, lalu sudahkah diri kita meminta kepada Allah SWT untuk diajarkan tentang Ilmu-Nya tersebut? Sepanjang diri kita tidak pernah meminta untuk diajarkan maka sepanjang itu pula Allah SWT tidak akan pernah mengajarkan ilmu-Nya kepada diri kita.

 Hal yang harus kita perhatikan adalah setelah diri kita menerima Ilmu Allah SWT terutama yang berasal dari Ilmu yang masih di Allah, jangan pernah kita simpan ilmu itu untuk kepentingan diri kita semata. Akan tetapi ajarkan ilmu itu secara utuh tanpa ditutup-tutupi oleh sebab apapun juga, atau jangan pernah mengajarkan ilmu Allah SWT karena takut kalah dengan murid. Jika sampai konsep takut kalah dengan murid kita lakukan maka Ilmu yang telah diberikan oleh Allah SWT  kepada diri kita tidak akan pernah bisa berkembang, atau ditambah oleh Allah SWT lagi.

 Sekarang mari kita perhatikan surat Qamar (54) ayat 17 yang kami kemukakan berikut ini: Dan Sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, Maka Adakah orang yang mengambil pelajaran?.” Allah SWT dengan tegas menyatakan bahwa Al-Qur’an adalah mudah dan dimudahkan bagi orang yang mau mempelajarinya.Jika Allah SWT sudah menyatakan hal ini kepada diri kita, sekarang tergantung kepada diri kita maukah menerima kemudahan Allah SWT di dalam mempelajari AlQuran atau di dalam memperoleh Ilmu Allah SWT yang masih di Allah SWT? Selanjutnya jika diri kita bodoh, jika diri kita tidak memiliki Ilmu tentang AlQuran, tidak memiliki ilmu tentang Allah SWT, tidak memiliki ilmu tentang alam, jangan pernah sedikitpun menyalahkan Allah SWT. Hal ini dikarenakan ulah kita sendiri yang tidak mau menerima ajakan Allah SWT, atau karena ulah kita sendiri yang menolak mentah-mentah kemudahan yang berasal dari Allah SWT, atau karena perilaku kita sendiri yang ala kadarnya mempelajari AlQuran yang sudah ada dihadapan diri kita dikarenakan malas dan merasa cukup hanya dengan membaca AlQuran, kita bisa mengetahui isi dan kandungan AlQuran.

 Dan jika yang terjadi adalah kita kalah bersaing, jika kita bodoh, jika kita menjadi pecundang dan syaitan menjadi pemenang, jangan pernah salahkan Allah SWT tetapi salahkanlah diri kita sendiri yang tidak mau meminta dan memohon kepada Allah SWT untuk diajarkan serta untuk ditambahkan Ilmu yang masih di Allah SWT. Berdasarkan uraian ini maka tidak ada alasan lagi bagi diri kita untuk tetap mempertahankan AlQuran sebagai buku bacaan yang cukup dibaca saja, atau cukup dihapalkan saja tanpa tahu makna dan isinya.  

ALQURAN ADALAH HAK MUTLAK ALLAH SWT SEMATA.

Apa itu AlQuran yang sesungguhnya? AlQuran adalah hak mutlak Allah SWT semata hal ini dikarenakan Allah SWT adalah pencipta dan pemilik dari langit dan bumi beserta isinya termasuk di dalamnya adalah pencipta dan pemilik dari rencana besar kekhalifahan yang ada di muka bumi ini tanpa bantuan dari siapapun juga. Allah SWT berfirman: “Dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan hak (benar), ketika Dia berkata, “Jadilah” Maka jadilah sesuatu itu. FirmanNya adalah benar dan milikNyalah segala kekuasaan pada waktu sangkakala ditiup. Dia mengetahui yang ghai dan yang nyata. Dialah yang Mahabijaksana, Mahateliti.” (surat Al An’am (6) ayat 73). 

Allah SWT berfirman: “Allah-lah yang memiliki segala apa yang di langit dan di bumi. dan kecelakaanlah bagi orang-orang kafir karena siksaan yang sangat pedih.” (surat Ibrahim (14) ayat 2).  

Adanya faktor pencipta dan faktor kepemilikan dalam satu kesatuan maka Allah SWT memiliki hak mutlak baik dari sisi penciptaan karena Allah SWT yang paling paham dan yang paling mengerti tentang ciptaanNya dan dari sisi kepemilikan maka Allah SWT sangat berkuasa terhadap apa apa yang diciptakanNya dan yang dimilikiNya. 

Allah SWT berfirman: “Katakanlah: "Terangkanlah kepada-Ku tentang sekutu-sekutumu yang kamu seru selain Allah. perlihatkanlah kepada-Ku (bahagian) manakah dari bumi ini yang telah mereka ciptakan ataukah mereka mempunyai saham dalam (penciptaan) langit atau Adakah Kami memberi kepada mereka sebuah kitab sehingga mereka mendapat keterangan-keterangan yang jelas daripadanya? sebenarnya orang-orang yang zalim itu sebahagian dari mereka tidak menjanjikan kepada sebahagian yang lain, melainkan tipuan belaka.” (surat Fathir (35) ayat 40). 

Allah SWT selaku pencipta yang juga sekaligus pemilik alam semesta ini maka hanya Allah SWT sajalah yang berhak menentukan segala ketentuan, segala hukum, segala undang-undang, segala aturan yang wajib berlaku di alam semesta ini, dimana kumpulan dari itu semua adalah AlQuran.  

AlQuran sebagai sebuah kumpulan dari segala ketentuan, segala hukum, segala undang-undang, segala aturan yang berasal dari pencipta dan pemilik alam semesta ini maka dapat dikatakan AlQuran adalah bukti dari kemutlakan yang hanya dimiliki oleh Allah SWT selaku pencipta dan pemilik alam semesta ini sehingga isi dan kandungan AlQuran akan mencerminkan kemahaan dan kebesaran dari pencipta dan pemilik alam semesta ini. Adanya uraian di atas ini maka dapat dikatakan bahwa yang paling tahu, yang paling ahli dan yang paling paham dan yang paling mengerti tentang AlQuran adalah Allah SWT dan ini menunjukkan kepada diri kita jika kita ingin belajar tentang AlQuran yang sesungguhnya maka haruslah kepada Allah SWT selaku narasumber utama, bukan kepada yang lainnya. Sudahkah kita menyadarinya! 

Allah SWT selain memiliki hak mutlak untuk menentukan hukum, aturan, undang undang, peraturan yang wajib berlaku di alam semesta ini. Ketahuilah bahwa Allah SWT masih memiliki 2 (dua) hak mutlak lainnya, sebagaimana berikut ini: (1) Allah SWT memilki hak mutlak untuk menilai pelaksanaaan dari hukum, aturan, undang undang, ketentuan, peraturan yang wajib berlaku di alam semesta ini yang dilaksanakan oleh manusia: (2) Allah SWT juga memiliki hak mutlak sebagai penentu hasil akhir dari hasil pelaksanaan hukum, aturan, undang undang, ketentuan, peraturan yang wajib berlaku di alam semesta ini yang dilaksanakan oleh manusia. 

Inilah 3 (tiga) hak mutlak yang dimiliki oleh Allah SWT selaku pencipta dan pemilik alam semesta ini dan juga pemilik dan pencipta rencana besar dari kekhalifahan di muka bumi. Dan ingat ketiga ketentuan yang kami kemukakan di atas ini sudah berlaku dan akan berlaku terus sampai dengan hari berhisab tiba. Dan sebagai khalifah di muka bumi maka kita harus siap mempelajari, siap menghadapi, siap melaksanakan  ke tiga hak mutlak yang dimiliki oleh Allah SWT tersebut. Untuk itu ada hal hal yang harus kita jadikan pedoman saat hidup di muka bumi ini, yaitu: 

a.        Diri kita hanyalah obyek dari ketentuan, hukum, undang undang, peraturan yang berlaku di alam semesta ini sehingga diri kita hanya memiliki kewajiban untuk mempelajarinya, untuk memahaminya dan untuk melaksanakannya yang sesuai dengan kehendak Allah SWT;

b.        Jangan sampai kita mengambil hak Allah SWT ini, terutama di dalam menilai orang lain yang sama sama menumpang di alam semesta ini. Orang yang menumpang tidak memiliki hak sama sekali untuk memberikan penilaian kepada orang lain oleh sebab apapun juga.  

c.        Jangan sampai kita merubah, menambah, mengurangi, atau membuat aturan aturan baru di alam semesta ini karena kita bukanlah pencipta dan pemilik dari ini semua;

d.       Jangan sampai diri kita melakukan penilaian sendiri atas pelaksanaan ketentuan yang diberlakukan oleh Allah SWT yang pada akhirnya akan merugikan diri sendiri..  

Sekarang mari kita perhatikanlah apa yang dikemukakan oleh Abdullah Ibnu Abbas ra, di dalam kitab tafsirnya yang mengatakan bahwa di dalam ayat-ayat  AlQuran yang terdiri dari 30 (tiga puluh) Juz, 114 (seratus empat belas) surat serta 6.666 (enam ribu enam ratus enam puluh enam) ayat, jika diperinci akan terdapat sejumlah ayat-ayat yang berisi perintah, larangan, ancaman, janji, proses kejadian masa lampau dan masa datang, perumpamaan, halal dan haram, nasikhmansukh, zikir, doa, tasbih, tahmid, dan istighfar, dengan perincian sebagai berikut:  

a.        1.000 (seribu) ayat menunjukkan perintah, perintah artinya sesuatu yang wajib untuk dituruti, untuk dilaksanakan, untuk dikerjakan dan tidak boleh dilanggar. Setiap perintah yang diperintahkan oleh  Allah SWT maka perintah itu dimaksudkan untuk kebaikan, bukan untuk menjerumuskan umat manusia dan Allah SWT sendiri tidak berkepentingan dengan isi perintah. Allah SWT memerintahkan kepada umatNya merupakan bentuk manifestasi dari sayangNya Allah SWT kepada umat manusia yang tidak lain adalah refleksi dari Af’al Allah SWT yaitu Ar Rahman dan Ar Rahhim sehingga umatNya menjadi selamat di dunia dan di akhirat yang pada akhirnya masuk syurga. 

b.        1.000 (seribu) ayat menunjukkan larangan, larangan artinya perintah untuk tidak boleh mengerjakan atau melakukan sesuatu, larangan juga berarti perintah untuk tidak melanggar ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT. Apakah maksud dan tujuan Allah SWT membuat larangan, pasti Allah SWT tidak ingin menjerumuskan umatnya ke dalam jurang kesusahan, jurang kesengsaraan ataupun mengakibatkan manusia masuk ke Neraka. Adanya larangan berarti Allah SWT sayang kepada umatnya. 

c.        1.000 (seribu) ayat menunjukkan ancaman, ancaman berarti jika kita  melakukan sesuatu yang sudah ditentukan dalam perintah dan larangan maka Allah SWT akan memberikan sanksi kepada umatnya. Dalam ancaman yang ditetapkan oleh Allah SWT, biasanya Allah SWT tidak serta merta langsung memutuskan suatu ancaman, Allah SWT tetap memberikan kesempatan kepada umatnya untuk melakukan perbaikan, melakukan taubat, sesuai dengan Af’al Allah SWT yaitu Yang Maha Bijaksana dan Yang Maha Pengampun. 

d.       1.000 (seribu) ayat menunjukkan janji, janji adalah sebuah timbal balik yang akan diberikan oleh Allah SWT  bagi umatnya baik laki-laki atau perempuan jika ia dapat melaksanakan perintah serta tidak melanggar larangan, maka Allah SWT akan memenuhi janjinya kepada umatNya. Ingat janji Allah SWT  tidak hanya kepada yang patuh kepada apa yang diperintahkan, juga berlaku kepada yang melanggar perintah dan larangan. Sebab janji Allah SWT itu adalah Benar, lihatlah siksa yang diberikan kepada umat Nabi Nuh, umat Nabi Musa, umat Nabi Luth dll. 

e.        1.000 (seribu) ayat menjelaskan tentang proses kejadian pada masa lampau dan masa akan datang. Ayat ini dimaksudkan oleh  Allah SWT untuk umatnya betapa tinggi Ilmu              Allah SWT dan juga dapat dijadikan pelajaran Al Hikmah dan Filsafat bagi umatnya yang mau dengan sadar memperhatikan tanda-tanda kebesaran Allah SWT.  

f.         1.000 (seribu) ayat berisi tentang contoh-contoh atau perumpamaan, perumpamaan dalam bentuk pengandaian yang dilakukan oleh Allah SWT untuk memudahkan umatnya di dalam mempelajari AlQuran maupun Ilmu Allah SWT. Dibalik perumpamaan atau pengandaian terdapat banyak Ilmu dan pelajaran baik yang langsung, yang tersirat maupun yang tersembunyi. Allah SWT berkehendak agar makhluknya untuk terus belajar-belajar dan belajar sehingga akan terlihat oleh umatnya betapa besar kekuatan, kekuasan Ilmu Allah SWT.  

g.        500 (lima ratus) ayat menerangkan tentang halal dan haram. Ayat ini dimaksudkan oleh           Allah SWT sebagai sarana penunjang bagi umatnya jika ingin selamat sampai ke tujuan. Halal dan Haram yang dimaksudkan oleh Allah SWT, bukan semata-mata apa yang boleh dan apa yang tidak boleh di makan atau di minum, akan tetapi jauh lebih dari itu. Halal dan Haram termasuk juga didalam melaksanakan hubungan vertikal (hubungan dengan Allah SWT) maupun hubungan horizontal (hubungan antar masyarakat, hubungan bisnis dan hubungan kekeluargaan).  

h.       100 (seratus) ayat nasikhmansukh, nasikhmansukh artinya satu ayat menggantikan, ayat yang lainnya. Ayat-ayat AlQuran diturunkan Allah SWT di dua kota yaitu kota Makkah dan kota Madinah. Suatu ketika turun ayat AlQuran di kota Madinah, maka berlakulah ayat tersebut. Kemudian turun ayat AlQuran di kota Makkah yang isinya membatalkan ayat yang turun di kota Madinah, maka ayat yang baru berlaku untuk menguatkan ayat yang turun di kota Madinah. Ayat lama yang turun di kota Madinah disebut nasikh, sedangkan ayat yang baru disebut mansukh. 

i.         66 (enam puluh enam) ayat zikir, doa, tasbih, tahmid, dan istighfar. Zikir, doa, tasbih, tahmid dan istigfar adalah suatu media yang diajarkan oleh Allah SWT kepada umatnya dalam rangka mengingat Allah SWT, memohon kepada Allah SWT, memuji kebesaran Allah SWT dan juga meminta ampunan kepada Allah SWT. Lengkap sudah Allah SWT memberikan kepada umatnya yaitu AlQuran sebagai sarana dan media jika menghadapi hidup dan kehidupan baik susah maupun senang. 

Adanya ayat-ayat yang berisi perintah, larangan, ancaman, janji, proses kejadian masa lampau dan masa datang, perumpamaan, halal dan haram, nasikhmansukh, zikir, doa, tasbih, tahmid, dan isthigfar, yang terdapat di dalam AlQuran. Hal ini mempertegas bahwa AlQuran adalah undang-undang, ketentuan, peraturan yang berlaku di langit dan di muka bumi ini yang berasal dari pencipta dan pemilikNya yang sah, dalam hal ini adalah Allah SWT. Dan sebagai khalifah yang sedang menumpang di langit dan di bumi Allah SWT karena memang kita tidak pernah menciptakannya, tentu kita harus bisa mengimainya, mempelajarinya, memahami, melaksanakan seluruh ketentuan, seluruh hukum, seluruh undang-undang, seluruh peraturan yang berlaku di muka bumi ini sesuai dengan kehendak Allah SWT. 

Sekarang bagaimana jika kita tidak mau mematuhi segala ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT? Jika sampai diri kita tidak mau mematuhi segala ketentuan Allah SWT yang berlaku di muka bumi, maka ketentuan hadits yang kami kemukakan berikut ini berlaku kepada diri kita: Anas ra, berkata: Nabi SAW bersabda: Allah ta'ala berfirman: Barangsiapa tidak rela dengan hukum-Ku dan taqdir-Ku maka hendaklah ia mencari Tuhan selain Aku. (Hadits Qudsi Riwayat Al Baihaqi dari Ibnu Umar serta Ath Thabarani dan Ibnu Hibban dari Abi Hind, Al Baihaqi dan Ibnu Najjar, (272:153).”   

Kita dipersilahkan oleh Allah SWT untuk mencari Tuhan selain Allah SWT, yang tentunya tuhan tersebut harus mampu menciptakan langit dan bumi seperti langit dan bumi yang diciptakan oleh Allah SWT sehingga kita terbebas dari penilaian tamu yang tidak tahu diri oleh Allah SWT. Selamat mencari dan menemukan Tuhan baru selain Allah SWT, yang tentunya kita harus keluar terlebih dari langit dan bumi Allah SWT. 

Untuk lebih mempertegas bahwa AlQuran itu adalah ketentuan, hukum, undang-undang, peraturan yang berlaku di muka bumi ini yang memiliki kepastian hukum yang tetap sehingga tidak akan pernah mengalami perubahan sedikitpun maka Allah SWT telah memberikan jaminanNya kepada AlQuran yang  telah diturunkannya tersebut dengan kondisi dasar sebagai berikut:  

a.        Berdasarkan surat Al Waaqiah (56) ayat 77-78-79-80 berikut ini: Sesungguhnya AlQuran ini adalah bacaan yang sangat mulia,pada kitab yang terpelihara (Lauhul Mahfuzh), tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan. diturunkan dari Rabbil 'alamiin.” AlQuran selalu suci, murni hanya dari Allah SWT semata sehingga tidak akan pernah terkontaminasi oleh sebab apapun juga, termasuk di dalamnya tidak ada masukan sedikitpun dari Nabi Muhammad SAW. Adanya jaminan dari Allah SWT terhadap AlQuran berarti isi dan kandungan AlQuran sampai dengan kapanpun tidak akan pernah berubah sedikitpun, apalagi AlQuran yang asli terpelihara di Lauhul Mahfuzh. Adanya jaminan dari Allah SWT ini menunjukkan kepada diri kita bahwa apa-apa yang telah menjadi ketetapan Allah SWT pasti berlaku dan akan diberlakukan oleh Allah SWT dan pasti mengikat kepada seluruh umat manusia. 

b.        Berdasarkan surat Yunus (10) ayat 37 berikut ini: Tidaklah mungkin AlQuran ini dibuat oleh selain Allah; akan tetapi (Al Quran itu) membenarkan Kitab-Kitab yang sebelumnya dan menjelaskan hukum-hukum yang telah ditetapkannya, tidak ada keraguan di dalamnya, (diturunkan) dari Tuhan semesta alam.” dan berdasarkan surat Al Hijr (15) ayat 8 yang kami kemukakan berikut ini: “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan AlQuran, dan Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” AlQuran telah dijamin oleh Allah SWT akan selalu sama, tidak pernah berubah sejak diturunkan sampai dengan kapanpun juga. Adanya konsistensi dari AlQuran sebagai kumpulan dari undang-undang, hukum,  ketentuan, peraturan yang berasal dari pencipta dan pemilik alam semesta ini berarti Allah SWT konsisten dengan segala apa-apa yang telah ditetapkannya berlaku di alam semesta ini sehingga terdapat kepastian hukum. Lalu, untuk apakah Allah SWT melakukan hal tersebut: 

(a) Untuk mempertahankan suatu pernyataan yang telah dimaklumatkan oleh Allah SWT secara tertulis. Contohnya Allah SWT memiliki sifat Salbiyah yang enam dan sifat Ma’ani yang tujuh, sekarang bagaimana jadinya jika pernyataan Allah SWT tersebut bisa berjalan sesuai dengan Kehendak Allah SWT itu sendiri jika pernyataan yang telah dinyatakan di dalam AlQuran berubah-ubah? Agar pernyataan ini tetap berlaku utuh dari waktu ke waktu maka Allah SWT memberikan jaminan-Nya untuk memelihara dan menjaga AlQuran secara langsung. Jika sampai pernyataan Allah SWT yang telah tertulis di dalam AlQuran berubah atau dapat diubah maka pernyataan yang telah dinyatakan oleh Allah SWT menjadi batal dan tidak berlaku lagi.

(b) Untuk memberikan jaminan kepada sesuatu yang akan berlaku tetap dari waktu ke waktu secara tertulis. Contohnya Allah SWT akan memberikan syurga kepada umatnya yang beriman dan bertaqwa dan memberikan neraka kepada umatnya yang kafir, sekarang apa jadinya jika jaminan yang telah dinyatakan tertulis dalam AlQuran berubah-ubah? Agar jaminan ini memberikan kepastian hukum atau tidak membingungkan maka Allah SWT akan menjaga pernyataan jaminan yang telah dinyatakan-Nya dalam AlQuran itu tetap dari waktu ke waktu. 

c.        Berdasarkan surat Saba’ (34) ayat 50 berikut ini: Katakanlah: "Jika aku sesat Maka Sesungguhnya aku sesat atas kemudharatan diriku sendiri; dan jika aku mendapat petunjuk Maka itu adalah disebabkan apa yang diwahyukan Tuhanku kepadaku. Sesungguhnya Dia Maha mendengar lagi Maha Dekat.” dan juga berdasarkan surat An Naml (27) ayat 92 yang kami kemukakan berikut ini: “dan supaya aku membacakan Al Quran (kepada manusia). Maka Barangsiapa yang mendapat petunjuk Maka Sesungguhnya ia hanyalah mendapat petunjuk untuk (kebaikan) dirinya, dan Barangsiapa yang sesat Maka Katakanlah: "Sesungguhnya aku (ini) tidak lain hanyalah salah seorang pemberi peringatan". Al-Qur’an dijamin oleh Allah SWT untuk kebaikan umat manusia, termasuk di dalamnya untuk kebaikan diri kita dan juga anak keturunan diri kita sampai dengan hari kiamat kelak. 

Adanya kepastian hukum yang termaktub dalam AlQuran menunjukkan bahwa Allah SWT sangat konsisten dengan apa apa yang telah diperintahkannya, Allah SWT sangat konsisten dengan apa apa yang telah dijanjikannya serta Allah SWT konsisten dengan apa apa yang telah dilarangnya, dan seterusnya. Sehingga dengan adanya AlQuran tidak akan pernah mengalami perubahan ini mampu mengikat dalam kepastian yang pasti bagi para pihak baik Allah SWT maupun bagi manusia dan juga dengan bangsa jin. 

Timbul pertanyaan, bagaimana caranya Allah SWT memelihara dan menjaga AlQuran sedangkan Allah SWT berkedudukan di Arsy? AlQuran sampai dengan kapanpun juga akan tetap asli, tidak bisa dirubah oleh sebab apapun juga karena AlQuran yang asli adanya bukan di muka bumi ini melainkan ada di Lauhul Mahfuzh. Selain daripada itu, AlQuran dijaga oleh Allah SWT melalui, hal-hal sebagai berikut: (a) Melalui hafizh-hafizh AlQuran yang tersebar di mana mana; (b) Melalui perasaan yang kurang berkenan di hati, atau ada sesuatu yang janggal saat diri kita salah di dalam membaca AlQuran; (c) Melalui adanya perasaan yang tidak berkenan di hati, atau ada sesuatu yang janggal saat mendengar orang lain salah di dalam membaca AlQuran; (d) Melalui Mushab-Mushab AlQuran yang dimiliki oleh Negara.

 Lalu, kepada siapakah kita harus belajar AlQuran, apakah kepada Allah  SWT ataukah kepada ulama, kyai, atau ustadz? Jika kita berpedoman bahwa AlQuran itu adalah Hak Allah SWT semata, berarti hanya kepada Allah SWT sajalah kita harus belajar AlQuran karena Allah SWT adalah satu-satunya narasumber langsung dari AlQuran dan pemilik AlQuran. Selanjutnya bagaimana posisi dari ulama, kyai ataupun ustadz di dalam proses belajar AlQuran? Posisi ulama, kyai,  syaikh, habib ataupun ustadz di dalam proses belajar mengajar AlQuran harus diletakkan sebagai perpanjangan tangan Allah SWT yang memiliki kewajiban untuk mengajarkan AlQuran kepada diri kita sepanjang diri kita mau belajar kepada mereka. Hal ini penting kami kemukakan karena ulama, kyai, syaikh, habib ataupun ustadz bukanlah pemilik ataupun narasumber dari AlQuran sehingga kita tidak diperkenankan untuk belajar AlQuran kepada mereka. 

Adanya kondisi ini maka kita harus pandai-pandai meletakkan dan menempatkan Allah SWT sesuai dengan kemahaan dan kebesaran yang dimilikinya. Karena ulama, kyai ataupun ustadz, habin, syaikh bukan sesuatu yang sepadan dengan Allah SWT dan juga bukan narasumber dari AlQuran karena mereka bukanlah pencipta dan pemilik alam semesta ini. Adanya kondisi ini berarti belajar AlQuran harus hanya kepada Allah SWT semata,  lalu jadikan ulama, kyai, habib, syaikh ataupun ustadz serta guru adalah perantara bagi diri kita untuk mempelajari AlQuran. Setelah hal itu kita lakukan, pertegas dengan niat untuk mempelajari AlQuran yang sesuai dengan kehendak Allah SWT serta disiplinkan diri saat belajar AlQuran. 

Jika hal ini sudah kita nyatakan dalam niat maka maka langkah selanjutnya adalah berlindunglah dari gangguan syaitan kepada Allah SWT sebagaimana firmanNya berikut ini: “Apabila kamu membaca AlQuran hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk (Surat Al Nahl (16) ayat 98).” Hal ini dikarenakan agar jangan sampai syaitan mengendurkan semangat untuk mempelajari AlQuran, agar jangan sampai mempengaruhi pemahaman yang kita dapatkan sehingga tidak sesuai dengan kehendak Allah SWT atau dengan meminta perlindungan kepada Allah SWT kita terhindar dari tujuan tujuan lain dari dibacakan nya AlQuran untuk maksud-maksud yang tidak sesuai dengan ketentuan Allah SWT.

 Sungguh Allah SWT begitu sayang kepada umatNya yang mau mempelajari AlQuran. Dan sepanjang umatnya mau mendisiplinkan diri dan berusaha secara maksimal yang dilandasi niat yang ikhlas untuk belajar dan mempelajari AlQuran maka Allah SWT akan mengajarkan kepada diri kita tentang apa apa yang tidak kita ketahui. Namun apabila kita hanya ala kadarnya mempelajari AlQuran hasilnya pun akan ala kadarnya.  Hal ini dimungkin terjadi karena “hukum input, proses dan output” berlaku saat diri kita belajar dan mempelajari AlQuran. Sudahkah kita menyadarinya! 

Jika belum ada sesuatu yang salah dalam diri kita karena jangan pernah berharap banyak dengan pulsa seribu rupiah lalu kita bisa memperoleh layanan telekomunikasi secara maksimal dari operator selular. Untuk itu segeralah merubah pola berpikir tentang belajar dan mempelajari AlQuran karena tanpa adanya perubahan dalam diri terutama semangat yang diikuti dengan konsisten dalam komitmen untuk belajar AlQuran maka buang jauh jauhlah dari diri kita untuk memperoleh sesuatu yang istimewa dari Allah SWT.  

ALQURAN ADALAH AUTOBIOGRAFI ALLAH SWT.

Sebagai khalifah di muka bumi, sebagai orang yang sedang menumpang di langit dan di bumi, sebagai orang yang sedang merantau di muka bumi, tentu kita tidak bisa sembarangan melaksanakan kekhalifahan di muka bumi dan juga tidak bisa sembarangan menumpang di muka bumi ini serta tidak bisa sembarangan merantau di muka bumi, karena kita tidak pernah menciptakan tempat yang sedang kita tempati saat ini. Adanya kondisi ini maka Allah SWT menurunkan AlQuran yang begitu luar biasa kepada diri kita agar kita mampu dan sukses menjadi khalifah di muka bumi dan juga mampu menjadi tamu atau penumpang yang menyenangkan lagi membanggakan bagi pemilik dan pencipta langit dan bumi.

Jika saat ini kita masih hidup, berarti sekarang kita sudah menerima AlQuran yang berasal dari wahyu Allah SWT dalam keadaan tertulis. Lalu, sudahkah kita mengetahui apa itu AlQuran yang sesungguhnya, apakah hanya sekedar wahyu yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantaraan Malaikat Jibril as, ataukah lebih dari sekedar wahyu? Untuk menjawab pertanyaan ini, mari kita bercermin dengan kejadian yang kita alami dalam kehidupan sehari-hari, yaitu katakan kita membeli sebuah handphone merek “BRB”, lalu di handphone tersebut disertakan sebuah buku manual. Timbul pertanyaan, apakah buku manual itu?

Buku manual yang dibuat oleh pabrikan handphone memiliki makna multi dimensi. Buku manual bisa bermakna sebagai petunjuk dan pedoman penggunaan handphone yang sesuai dengan kualifikasi pabrikan. Buku manual juga bisa bermakna sebagai sarana untuk menunjukkan pabrikan sebagai ahlinya handphone serta bagaimana memperoleh after sales service jika handphone mengalami gangguan. Buku manual juga bisa bermakna sebagai sarana untuk memperkenalkan pabrikan kepada konsumen, dan Buku Manual juga bisa bermakna sebagai sarana untuk menunjukkan kepada dunia bahwa inilah aku produsen handphone merek “BRB”. Lalu bisakah buku manual dipisahkan dengan keberadaan handphone? Berdasarkan keterangan di atas ini, buku manual suatu produk merupakan bagian yang tidak terpisahkan antara produsen, produk yang dihasilkan dan juga dengan konsumen selaku pemakai dan pengguna suatu produk.

Lalu, bagaimana dengan AlQuran dalam konteks buku manual kekhalifahan di muka bumi? Hal yang samapun berlaku kepada AlQuran, dimana AlQuran juga merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan Allah SWT dan juga dengan rencana besar kekhalifahan yang ada di muka bumi  ini, sehingga antara Allah SWT dengan khalifahNya dan juga dengan AlQuran yang diturunkan merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya.

Dan dengan adanya AlQuran yang telah diturunkan oleh Allah SWT ke muka bumi maka Allah SWT telah menunjukkan adanya pedoman menjadi khalifah yang sesuai dengan kehendakNya dan bagaimana cara untuk memperoleh pertolongan Allah SWT melalui cara cara yang dikehendaki oleh Allah SWT.  Sehingga setiap khalifah yang ada di muka bumi ini pada prinsipnya tidak bisa melepaskan diri dari ketentuan yang ada di dalam AlQuran dan juga dengan Allah SWT, terkecuali jika kita sendiri yang melepaskan diri tidak mau berpedoman kepada AlQuran.

Sekarang AlQuran yang telah diturunkan oleh Allah SWT sudah ada dihadapan diri kita dan jika kita merasa terikat dengan segala ketentuan AlQuran sudahkah kita mengimani hal ini? Lalu sudahkah kita mempelajarinya, lalu merenungi dan memahaminya, yang dilanjutkan dengan mengamalkan dan menyebarluaskannya serta menjadikan diri kita menjadi AlQuran berjalan? Jika kita adalah khalifah Allah SWT di muka bumi maka kita tidak bisa hanya sebatas membaca AlQuran semata karena keterikatan diri kita dengan Allah SWT dan juga dengan dijadikannya diri kita menjadi khalifahNya tidak selesai dengan mampunya diri kita  membaca AlQuran yang sesuai dengan tartil dan tajwid yang baik dan benar.

Namun masih ada lagi yang harus kita pahami tentang AlQuran itu, seperti sudahkah kita memahami apa itu AlQuran yang sesungguhnya, seperti apakah isi dan kandungan AlQuran yang masuk dalam kategori ayat ayat kauniyah dan juga ayat ayat kauliyah itu, untuk apakah AlQuran itu diturunkan oleh Allah SWT ke muka bumi, lalu apa yang harus kita perbuat dengan diturunkannya AlQuran dan apa resiko jika kita tidak mengakuinya dan apa tantangan bagi orang yang tidak mau mengakui AlQuan sebagai buku manual serta apa hikmah yang dapat kita peroleh melalui turunnya AlQuran ke muka bumi ini.

 Sekarang mari kita bahas salah satu dari hal di atas ini yaitu tentang apa itu AlQuran yang sesungguhnya, apakah sekedar wahyu yang diturunkan oleh Allah SWT ataukah adakah hal lain yang menunjukkan bahwa AlQuran itu sangat luar biasa, sehingga mencerminkan Allah SWT selaku narasumber utama yang sangat luar biasa pula. Dan inilah AlQuran yang sangat luar biasa itu: 

A.     ALQURAN ADALAH AUTOBIOGRAFI ALLAH SWT. 

AlQuran adalah Autobiografi Allah SWT. AlQuran dikatakan sebagai autobiografi Allah SWT dikarenakan isi dan kandungan AlQuran itu sendiri tidak lain adalah penjabaran, pemaparan, pengungkapan dari kemahaan serta kebesaran Dzat Allah SWT, kemahaan Sifat Allah SWT dan kemahaan Asma Allah SWT yang temaktub dalam nama namaNya yang indah (Asmaul Husna). Selain daripada itu,  Allah SWT sendirilah yang memperkenalkan NamaNya dan juga menunjukkan keberadaanNya kepada umat manusia selain melalui ciptaanNya, melalui tanda tanda kebesaran dan kemahaanNya sehingga Allah SWT tidak bisa dipisahkan dengan ciptaanNya dan juga dengan tanda tanda keberasan dan kemahaanNya. Akhirnya melalui isi dan kandungan AlQuran akan tercermin kehendak (iradat) Allah, kemampuan (qudrat) Allah dan ilmu Allah SWT yang sangat luar bisa kemahaannya.

 Untuk itu perhatikanlah dengan seksama isi dan kandungan AlQuran, yang mana di dalam isi dan kandungan AlQuran itu, kita akan menemukan serta akan mengetahui hal-hal sebagai berikut tentang Allah SWT, yaitu: 

1.        Apa itu Allah SWT.

 Apa itu Allah SWT? Jawaban dari pertanyaan ini ada pada surat Thaahaa (20) ayat 14 berikut ini: Sesungguhnya aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, Maka sembahlah aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat aku.” Allah SWT adalah Dzat yang menamakan dirinya sendiri Allah SWT dimana Allah SWT menerangkan diri-Nya sendiri dengan mengatakan bahwa Aku adalah Allah SWT, tidak ada tuhan yang hak selain Aku.  

Adanya pernyataan Allah SWT tentang Allah SWT itu sendiri, terlihat dengan jelas bahwa yang menamakan diri Allah bukanlah siapa-siapa, akan tetapi Allah itu sendirilah yang menamakan dirinya Allah. Sehingga dengan adanya pernyataan yang berasal dari Allah SWT itu sendiri melalui AlQuran maka kita akan tahu dan mengerti apa dan siapa itu Allah  SWT yang sesungguhnya. 

Adanya kondisi ini maka kita yang sedang menumpang di langit dan di bumi Allah SWT, maka kita tidak diperkenankan untuk merubah, menambah, atau mengurangi apalagi mengganti nama Allah SWT dengan sesuatu nama apapun juga, terkecuali jika kita mau menjadi manusia yang tidak tahu diri sudahlah menumpang masih pula melawan “Tuan Rumah”. Betapa tidak tahu dirinya kita!

2.        Inilah Allah SWT.

 Untuk memudahkan kita memahami tentang Inilah Allah SWT yang sesungguhnya. Kami akan mempergunakan 3(tiga) buah pendekatan yang terdiri dari pendekatan atas DzatNya; pendekatan atas Sifat SalbiyahNya dan Sifat Ma’aniNya  dan melalui pendekatan Af’al (Perbuatan) Allah SWT yang termaktub dalam nama namaNya yang indah (asmaul husna). Untuk itu perkenankan kami untuk mempergunakan istilah 1.6.7.99. Sekarang apa yang dimaksud dengan istilah 1.6.7.99 ? Adapun istilah dari 1.6.7.99 dapat kami artikan sebagai berikut : 

1.    Angka 1(satu) melambangkan Allah SWT yang tidak lain adalah Dzat yang menamakan dirinya sendiri Allah SWT, dimana  Allah SWT adalah yang pertama kali ada dan akan ada sampai kapanpun juga sehingga yang lain ada karena adanya Allah SWT, atau dengan kata lain Allah SWT mustahil tidak ada. 

2.     Angka 6 (enam) melambangkan Sifat Salbiyah yang dimiliki Allah SWT, yaitu sifat yang hanya dimiliki oleh Allah SWT semata, yang terdiri dari sifat Wujud, sifat Qidam, sifat Baqa, sifat Mukhalafah Lil Hawadish, sifat Qiyamuhu Binafsih, sifat Wahdaniah.

3.     Angka 7 (tujuh) melambangkan Sifat Ma’ani dari Allah SWT yang terdiri dari sifat Qudrat,  sifat Iradat, sifat Ilmu, sifat Sami’, sifat Bashir, sifat Kalam, sifat Hayat.

4.   Angka 99 (Sembilan puluh Sembilan) melambangkan perbuatan (af’al) Allah SWT yang mencerminkan Nama-Nama Yang Indah dari Allah SWT (atau disebut juga dengan Asmaul Husna). 


Hal yang harus kita perhatikan adalah ketentuan 1.6.7.99 bukanlah ketentuan yang berdiri sendiri sendiri, melainkan ketentuan yang saling kait mengkait satu dengan yang lainnya sehingga tidak bisa dipisahkan oleh sebab apapun juga, dimana pendekatan Dzat tidak bisa dilepaskan dengan pendekatan sifat salbiyah dan sifat ma’ani serta dengan af’al (perbuatan) Allah yang termaktub dalam nama namaNya yang indah, sehingga konsep 1.6.7.99  merupakan   konsep yang bermakna syahadat atau konsep pernyataan sikap yang berbunyi: “Tidak ada Tuhan yang 1 (satu) melainkan Allah, yang memiliki sifat Salbiyah yang 6 (enam), yang memiliki sifat Ma’ani yang 7 (tujuh)  dan yang memiliki af’al (perbuatan) yang termaktub dalam 99 (sembilan puluh sembilan) nama namaNya yang indah (asmaul husna) dan itulah Allah SWT.  

Adanya AlQuran yang diturunkan oleh Allah SWT maka setiap manusia memiliki informasi, ilmu dan pengetahuan  tentang Allah SWT dari tangan pertama, dalam hal ini dari Allah SWT itu sendiri melalui AlQuran yang diturunkanNya. Akhirnya melalui isi dan kandungan AlQuran kita bisa mengetahui siapa itu Allah SWT dan harus bagaimana kita bersikap kepada Allah SWT dan juga kita akan mengetahui pula ada hubungan apa kita dengan Allah SWT. Lalu, kita juga akan mengetahui dengan baik dan benar apa hak hak Allah SWT kepada diri kita dan apa kewajiban kita kepada Allah SWT yang pada akhirnya terjalinlah hubungan yang baik dan benar antara diri kita dengan Allah SWT melalui petunjuk AlQuran.  

3.        Siapa itu Allah SWT.

 Jawaban dari pertanyaan ini ada pada surat Ibrahim (14) ayat 2  berikut ini: “Allah-lah yang memiliki segala apa yang di langit dan di bumi. dan kecelakaanlah bagi orang-orang kafir karena siksaan yang sangat pedih.” didapat jawaban siapa Allah SWT itu, Allah SWT adalah pemilik dari langit dan bumi yang sedang kita tempati saat ini dan jika langit dan bumi dimiliki oleh Allah SWT berarti kita adalah orang yang menumpang, atau tamu yang harus mematuhi segala ketentuan, hukum, undang-undang dari Allah SWT selaku pemilik dari langit dan bumi. 

Selain daripada itu, berdasarkan surat As Sajdah (32) ayat 4-5 berikut ini: Allah lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy[1188]. tidak ada bagi kamu selain dari padanya seorang penolongpun dan tidak (pula) seorang pemberi syafa'at[1189]. Maka Apakah kamu tidak memperhatikan? Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepadanya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu[1190].” 

[1188] Bersemayam di atas 'Arsy ialah satu sifat Allah yang wajib kita imani, sesuai dengan kebesaran Allah dsan kesucian-Nya.

[1189] Syafa'at: usaha perantaraan dalam memberikan sesuatu manfaat bagi orang lain atau mengelakkan sesuatu mudharat bagi orang lain. syafa'at yang tidak diterima di sisi Allah adalah syafa'at bagi orang-orang kafir.

[1190] Maksud urusan itu naik kepadanya ialah beritanya yang dibawa oleh malaikat. ayat ini suatu tamsil bagi kebesaran Allah dan keagunganNya. 

Allah SWT adalah pencipta dari langit dan bumi beserta segala isinya dan ini berarti hanya Allah SWT sajalah yang paling tahu, yang paling paham, paling mengerti, yang memiliki ilmu atas segala apa-apa yang telah diciptakannya sehingga Allah SWT sangat berkuasa disegala apapun juga. Selain daripada itu, Allah SWT adalah pengatur segala apa-apa yang ada di langit dan di bumi beserta segala isinya. Jika ini kondisi dasar Allah SWT lalu sudahkah kita menyadarinya! 

Allah SWT berfirman: Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Dia-lah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, yang Maha Suci, yang Maha Sejahtera, yang Mengaruniakan Keamanan, yang Maha Memelihara, yang Maha perkasa, yang Maha Kuasa, yang memiliki segala Keagungan, Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.Dialah Allah yang Menciptakan, yang Mengadakan, yang membentuk Rupa, yang mempunyai asmaaul Husna. bertasbih kepadanya apa yang di langit dan bumi. dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (surat Al Hasyr (59) ayat 22, 23, 24) 

Berdasarkan ketentuan surat Al Hasyr (59) ayat 22, 23, 24 di atas, kita akan mengetahui bahwa Allah SWT adalah Dzat Yang  Maha Pemurah, Yang Maha Penyayang, Yang Maha Sejahtera, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Menciptakan dan lain sebagainya. Adanya informasi dan ilmu pengetahuan Allah SWT di atas, maka kita harus bisa menempatkan dan meletakkan Allah SWT sesuai dengan Kemahaan dan Kebesaran Allah SWT itu sendiri sehingga kita tidak bisa mensejajarkan diri dengan Allah SWT sampai dengan kapanpun juga. 

4.        Seperti apakah Allah SWT atau bagaimana itu Allah SWT. 

Sebahagian dari jawaban dari pertanyaan ini ada pada surat Faathir (35) ayat 38 berikut ini: Sesungguhnya Allah mengetahui yang tersembunyi di langit dan di bumi. Sesungguhnya Dia Maha mengetahui segala isi hati.Sedangkan berdasarkan surat Al Qashash (28) ayat 88 berikut ini: janganlah kamu sembah di samping (menyembah) Allah, Tuhan apapun yang lain. tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. bagi-Nyalah segala penentuan, dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan.” Allah SWT dengan tegas menyatakan mengetahui segala sesuatu baik yang tersembunyi maupun yang nyata di langit dan di bumi termasuk mengetahui apa yang tersembunyi di dalam hati manusia. Selain daripada itu Allah SWT juga menyatakan bahwa segala sesuatu pasti akan binasa, terkecuali Allah SWT itu sendiri serta Allah SWT adalah penentu akhir dari kekhalifahan yang ada di muka bumi ini sehingga Allah SWT lah yang akan menentukan siapa yang berhak menempati neraka dan siapa yang berhak menempati syurga. 

5.        Dimana Allah SWT. 

Jawaban dimana  Allah SWT berada ada pada surat Yunus (10) ayat 3 sebagaimana berikut ini: “Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy untuk mengatur segala urusan. tiada seorangpun yang akan memberi syafa'at kecuali sesudah ada izin-Nya. (Dzat) yang demikian Itulah Allah, Tuhan kamu, Maka sembahlah Dia. Maka Apakah kamu tidak mengambil pelajaran?.” Dimana Allah SWT menyatakan bahwa langit dan bumi diciptakan dalam enam masa oleh Allah SWT lalu Allah SWT bersemayam di Arsy untuk mengatur seluruh ciptaannya tanpa terkecuali. 

Lalu Allah SWT berfirman dalam  surat Qaaf (50) ayat 16 berikut ini: “dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya,Allah SWT juga menyatakan bahwa keberadaannya lebih dekat daripada urat leher. Hal yang harus kita pahami dengan benar tentang ketentuan di atas adalah yang bersemayam di Arsy adalah Dzat-Nya Allah SWT, seperti halnya Presiden Republik Indonesia yang berkedudukan tetap di Ibukota Negara yaitu Jakarta, dalam hal ini Istana Negara. Sedangkan yang lebih dekat dengan urat leher bukannya Dzat-Nya Allah SWT adalah kemahaan Allah SWT, kebesaran Allah SWT, pengawasan Allah SWT, kekuasaan Allah SWT yang kesemuanya tidak bisa dipisahkan dengan apa apa yang diciptakanNya oleh sebab apapun juga. 

Allah SWT bukanlah sesuatu yang bersifat Ghaib hal ini dikarenakan apa apa yang diciptakan oleh Allah SWT dapat kita lihat dengan kasat mata dan dapat didengar langsung lewat telinga serta dapat kita rasakan melalui adanya tanda tanda kebesaran dan kemahaan Allah SWT melalui hati dan perasaan. Dan juga  Allah SWT selalu berada dan bersama ciptaanNya dan Allah SWT tidak bisa dipisahkan dengan tanda tandaNya melalui rasa keimanan yang ada dalam diri kita. 

Apa yang kami kemukakan akan menjadi sesuatu yang mustahil terjadi jika ada suatu ciptaan dan jika ada suatu tanda tanda dari kebesaran dan kemahaan tanpa ada yang menciptakan dan tanpa ada yang memberikan tanda tanda sebagai manifestasi kemahaan dan kebesaran dari pemilik tanda tanda. Kenyataan yang terjadi saat ini adalah ciptaannya dapat kita lihat dengan mata, tanda tanda kebesaran dan kemahaannya dapat kita lihat melalui mata hati. Adanya hal ini menunjukkan kepada diri kita melalui keimanan bahwa Allah SWT pasti ada dibalik ciptaannya dan Allah SWT pasti ada dibalik tanda tandanya sehingga Allah SWT tidak bisa dipisahkan dengan kedua hal tersebut sampai kapanpun juga. 

Jika di setiap ciptaan yang ada di langit dan di muka bumi ini berlaku ketentuan seperti yang kami kemukakan di atas maka dapat dipastikan Allah SWT pasti berada di mana saja karena Allah SWT tidak bisa dipisahkan dengan apa apa yang telah diciptakanNya dan Allah SWT tidak bisa dipisahkan dengan apa apa yang dimilikiNya. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan dalam surat Al Baqarah (2) ayat 115 berikut ini: dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, Maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha mengetahui.” Allah SWT berada di manapun, ada di barat, ada di timur, ada di utara, ada di selatan sehingga Allah SWT tidak bisa dipisahkan dengan segala apa yang diciptakanNya. 

Jika sekarang Allah SWT berada di setiap apa apa yang diciptakanNya lalu diposisi manakah Allah SWT pada diri kita? Sepanjang manusia termasuk diri kita adalah ciptaan Allah SWT maka sepanjang itu pula keberadaan Allah SWT tidak bisa dipisahkan dengan keberadaan diri kita.  Yang menjadi persoalan adalah diri kita sendiri yang sering melepaskan diri dari Allah SWT dan jika sudah demikian berarti kita sendiri pula yang memberikan kesempatan bagi syaitan melaksanakan aksinya kepada diri kita. 

Sekarang sudahkah kita mampu melihat, berjumpa dan merasakan Allah SWT yang sudah berada di manapun kita berada? Semoga kita mampu merasakan kehadiran Allah SWT melalui rasa keimanan yang ada di dalam dada sehingga saat diri kita beribadah terasa nikmatnya bertuhankan kepada Allah SWT selalu menyertai diri kita. Kondisi ini baru akan terjadi jika ibadah yang kita lakukan bukanlah untuk melepaskan kewajiban semata dan juga bukan untuk mencari pahala melainkan kita melaksanakan ibadah karena ibadah itu kebutuhan diri kita, lalu dilanjutkan dengan berbuat kebaikan dari waktu ke waktu sebagai wujud dari pelaksanaan ibadah.  

6.        Ada Berapa Allah SWT. 

Jawabannya ada pada surat Al Anbiyaa (21) ayat 108  berikut ini: Katakanlah: "Sesungguhnya yang diwahyukan kepadaku adalah: "Bahwasanya Tuhanmu adalah Tuhan yang Esa. Maka hendaklah kamu berserah diri (kepada-Nya)."Allah SWT dengan tegas menyatakan bahwa hanya satu Allah SWT sehingga tidak ada tuhan selain Allah SWT yang mampu menciptakan dan yang mampu memiliki alam semesta ini termasuk di dalamnya yang mampu menciptakan kekhalifahan yang ada di muka bumi ini. Jika Allah SWT sendiri yang telah menyatakan hanya ada satu Allah SWT, lalu apakah kita yang sedang menumpang, yang sedang merantau, yang sedang menjadi tamu di muka bumi ini justru berani mengatakan ada tuhan lain selain Allah SWT. Jika ini sampai terjadi pada diri kita memang sudah sepantasnya kita menjadi penghuni Neraka karena tidak tahu diri. 

7.        Allah SWT Berada Dimanapun Kita Berada. 

Berdasarkan surat Al Hadiid (57) ayat 4 yang kami kemukakan di bawah ini, Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa: kemudian Dia bersemayam di atas ´arsy[1453] Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepada-Nya [1454]. dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. dan Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan. 

[1453] Bersemayam di atas 'Arsy ialah satu sifat Allah yang wajib kita imani, sesuai dengan kebesaran Allah dsan kesucian-Nya.

[1454] Yang dimaksud dengan yang naik kepada-Nya antara lain amal-amal dan do´a-do´a hamba.

 Allah SWT menyatakan selalu berada di manapun diri kita berada, atau sepanjang diri kita masih bernaung dan menjadi tamu di langit dan di bumi yang diciptakan dan yang dimiliki Allah SWT maka pasti Allah SWT akan selalu bersama diri kita dimanapun kita berada. Hal yang harus kita ingat adalah yang bersama dengan diri kita adalah bukanlah Dzat Allah SWT, akan tetapi yang selalu bersama diri kita adalah sifat Ma’ani Allah SWT yang tujuh dan Asmaul Husna yang berjumlah sembilan puluh sembilan. 

Adanya kondisi ini berarti dimanapun kita berada, dalam kondisi apapun kita, kita dapat berkomunikasi dengan Allah SWT, kita dapat meminta pertolongan kepada Allah SWT, kita dapat meminta petunjuk kepada Allah SWT, dengan catatan sepanjang diri kita mau dan mampu menempatkan Allah SWT adalah satu-satunya Tuhan yang berhak disembah, atau sepanjang diri kita mau melaksanakan Diinul Islam yang secara menyeluruh (kaffah) serta menempatkan Allah SWT dekat dengan diri kita, sebagaiman hadits berikut ini: Tsauban ra, berkata: Nabi SAW bersabda: Nabi Musa berdoa: Ya Rabbi, Dekatkah Engkau untuk saya bercakap-cakap atau jauhkah untuk saya panggil? Saya merasakan dan mendengarkan suara-Mu yang merdu, namun tidak bisa melihat-Mu, dimanakah Engkau? Allah berfirman: “Aku berada di belakangmu, di depanmu, di sebelah kananmu, dan di sebelah kirimu”. Wahai Musa, Aku teman hamba-Ku di waktu ia menyebut nama-Ku dan Aku bersama dia bila dia berdoa kepada-Ku”. (Hadits Qudsi Riwayat Addailami; 272:254).” 

 Dan jika kita termasuk orang yang telah Tahu Diri, yaitu Tahu siapa diri kita yang sebenarnya dan Tahu siapa Allah SWT yang sesungguhnya, maka sudah sepatutnya diri kita meminta pertolongan dan meminta petunjuk kepada Allah SWT semata. Sekarang tergantung diri kita apakah yang sudah dekat dan bersama diri kita ini kita jadikan berjarak. Ingat, Allah SWT ada di belakang kita, Allah SWT ada di depan kita, Allah SWT ada di atas diri kita dan juga Allah SWT ada dihadapan kita, Allah SWT ada di sebelah kanan kita, serta Allah SWT ada di sebelah kiri kita. Adanya kondisi ini berarti kita semua sudah berada di dalam kekuasaan Allah SWT, kita semua sudah berada di dalam pengawasan Allah SWT, atau kita semua sudah berada bersama Allah SWT sehingga kita tidak bisa melepaskan diri dari Allah SWT. Lalu mau kemana lagi kita mau pergi?   

Sebagai khalifah yang sedang melaksanakan tugas di muka bumi, apakah kondisi Allah SWT yang sudah bersama diri kita dimanapun kita berada, akan kita acuhkan begitu saja, atau apakah segala fasilitas yang telah dipersiapkan oleh Allah SWT untuk diri kita kita sia-siakan berlalu, atau apakah segala kesempatan dari Allah SWT berlalu begitu saja sehingga kita justru beralih meminta bantuan kepada Syaitan yang juga sudah dekat dengan diri kita, atau apakah memang kita tidak butuh lagi dengan Allah SWT karena merasa sudah hebat?

 8.        Allah SWT Mengetahui, Menyaksikan, Memperhatikan Apapun Yang Ada Di langit Dan Yang Ada Di bumi. 

Allah SWT selaku pencipta dan pemilik dari alam semesta ini, pasti mengetahui apapun juga yang ada di langit dan yang ada di bumi sepanjang semuanya diciptakan oleh Allah SWT. Jika ini kondisinya berarti Allah SWT adalah Yang Maha Tahu, Yang Maha Mengerti, Yang Maha Ahli dari apa-apa yang diciptakannya, termasuk di dalamnya Yang Maha Ahli tentang diri kita, tentang anak dan keturunan kita, tentang syaitan dan juga tentang ahwa (hawa nafsu), tentang hewan, tentang tumbuhan dan lain sebagainya. 

Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya bagi Allah tidak ada satupun yang tersembunyi di bumi dan tidak (pula) di langit. (surat Ali Imran (3) ayat 5) 

Allah SWT juga berfirman: “dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)"(surat Al An’aam (6) ayat 59).” Allah SWT selaku pencipta dan pemilik dari alam semesta ini telah menyatakan dengan tegas bahwa Allah SWT mampu menyaksikan diri kita dimanapun diri kita berada.Jika ini adalah kondisi dasar Allah SWT kepada diri kita, kemanakah kita akan bersembunyi, kemanakah kita akan lari? 

Untuk itu renungkanlah sekali lagi jika kita ingin berbuat sesuatu hal yang berada di dalam koridor nilai-nilai keburukan yang paling sesuai dengan kehendak syaitan sang laknatullah, karena Allah SWT dapat dipastikan mampu menyaksikan apa yang kita lakukan. Hal ini sebagaimana dikemukakan dalam firmanNya berikut ini: “tidakkah kamu perhatikan, bahwa Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi? tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dia-lah keempatnya. dan tiada (pembicaraan antara) lima orang, melainkan Dia-lah keenamnya. dan tiada (pula) pembicaraan antara jumlah yang kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan Dia berada bersama mereka di manapun mereka berada. kemudian Dia akan memberitahukan kepada mereka pada hari kiamat apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.” (surat Al Muhaadilah (58) ayat 7) 

Inilah kondisi dasar dari Allah SWT kepada seluruh apa yang diciptakanNya, untuk itu tempatkanlah sesuatu yang tidak bisa dipisahkan dengan diri kita sebagaimana mestinya. Jangan sia siakan dekatnya Allah SWT kepada diri kita dengan berbuat keburukan dihadapanNya yang mengakibatkan Allah SWT tidak menyukai sikap kita. Buatlah Allah SWT yang sudah dekat dengan diri kita dengan perbuatan perbuatan yang membuat Allah SWT dengan diri kita. 

Sebagai khalifah di muka bumi, jangan sampai diri kita merasa aman tidak akan diketahui oleh Allah SWT jika berbuat korupsi, jika menipu, atau merasa aman mengambil hak orang  lain baik sendiri-sendiri ataupun berjamaah. Ingat Allah SWT pasti mengetahui apa yang kita perbuat. Apa buktinya? Berdasarkan surat Thaahaa (20) ayat 46 berikut ini:"Janganlah kamu berdua khawatir, Sesungguhnya aku beserta kamu berdua, aku mendengar dan melihat". Allah SWT dengan tegas menyatakan “Aku Mendengar dan Aku Melihat”, apa yang dilakukan oleh setiap  manusia. 

Untuk itu jika saat ini kita sudah tidak malu-malu lagi mengambil hak orang lain melalui korupsi, melalui kolusi dan melalui nepotisme karena merasa Allah SWT tidak tahu dengan apa yang kita perbuat, ada baiknya kita belajar kepada kucing yang malu jika mengambil makanan dengan cara mencuri, atau carilah bumi dan langit lain diciptakan oleh selain Allah SWT sehingga bebas berbuat sekehendak hati kita. Sekarang siapakah yang lebih tahu diri dan tahu malu, antara kucing dengan manusia yang melakukan korupsi, kolusi dan nepotisme saat hidup di muka bumi ini? 

9.        Allah SWT Mengetahui Setiap Bisikan Hati Kita. 

Berdasarkan surat Qaaf (50) ayat 16 yang kami kemukakan berikut ini: dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.” Allah SWT selaku pencipta dan pemilik dari kekhalifaan di muka bumi, sangat hebat sampai-sampai mampu mengetahui setiap bisikan hati diri kita. Adanya kondisi ini  mengharuskan diri kita agar selalu berhati-hati di dalam mempergunakan hati.

 Hati dapat diibaratkan sebagai “black box” yang bisa merekam jejak, yang merekam segala aktifitas baik yang sesuai dengan kehendak Allah SWT dan juga yang sesuai dengan kehendak syaitan. Hati juga dapat menjadi cermin bagi diri kita, jika cermin itu bersih dan bersinar karena tidak ada noda akibat perbuatan dosa, maka akan terpancar menjadi aura bagi seseorang. Demikian pula sebaliknya, jika hati kotor karena banyak noda akibat perbuatan dosa maka akan tercermin di raut muka seseorang yang kelam, sering mengeluh dan banyak mencerca kepada orang lain. Untuk itu berhati hatilah dalam berbuat karena seluruh perbuatan yang kita lakukan dapat terekam dalam “black box” diri dan hal itu tidak bisa disembunyikan dihadapan Allah SWT.  

10.    Allah SWT Mengabulkan Doa Kita Jika Dilakukan Tanpa Perantara.

 Berdasarkan surat Al Baqarah (2) ayat 186 yang kami kemukakan berikut ini: “dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.”  Allah SWT dengan tegas menyatakan akan mengabulkan doa yang dimohonkan kepada Allah SWT secara langsung tanpa melalui perantara. Adanya kondisi ini menunjukkan kepada diri kita bahwa Allah SWT siap bertanggung jawab kepada diri kita yang telah diutusnya ke muka bumi, atau Allah SWT siap membuktikan untuk menolong, untuk membantu, serta siap menjadi Tuhan bagi setiap hamba-Nya yang mau ditolong, yang mau dibantu oleh Allah SWT. 

Selain daripada itu, Allah SWT sendirilah yang menghendaki diri kita untuk berdoa kepadaNya saja. Sekarang coba kita bayangkan jika sampai Allah SWT tidak menghendaki diri kita untuk berdoa hanya kepadaNya saja, lalu apa yang bisa kita perbuat dalam kehidupan ini. Padahal bantuan dan pertolongan Allah SWT sangat kita butuhkan saat melaksanakan tugas di muka bumi ini. Agar doa dan permohonan yang kita ajukan kepada Allah SWT dapat dikabulkan, syaratnya ada 3 (tiga) yaitu kita diwajibkan oleh Allah SWT untuk mematuhi segala apa yang telah diperintahkannya, yang dilanjutkan beriman kepada Allah SWT serta selalu berada di dalam kebenaran. Sebagai khalifah di muka bumi, sudahkah syarat dan ketentuan ini kita penuhi sebelum mengajukan doa dan permohonan kepada Allah SWT?  Jika belum jangan pernah salahkan Allah SWT jika doa dan permohonan kita tidak dikabulkan oleh Allah SWT.

Hal yang harus kita ketahui dan pahami adalah meminta pertolongan langsung kepada Allah SWT melalui doa yang kita panjatkan harus tanpa perantara. Kita diwajibkan memohon langsung secara individual kepada Allah SWT karena sampai dengan kapanpun juga hanya Allah SWT sajalah Yang Maha Tahu, Yang Maha Ahli, dan yang paling mengerti tentang diri kita. Selain dari pada itu, alangkah naifnya, alangkah lucunya, jika sampai diri kita meminta pertolongan kepada selain Allah SWT, sedangkan yang diminta tolong tidak mampu menolong dirinya sendiri. Inilah ironi yang sering terjadi di dalam kehidupan kita sehari-hari, yaitu sudah jelas bahwa hanya Allah SWT saja yang mampu menolong diri kita, tetapi Allah SWT justru yang kita tinggalkan, atau justru Allah SWT tidak kita yakini mampu untuk menolong diri kita, atau malah kita berseberangan dengan  Allah SWT. Hasil akhir dari ini semua adalah Allah SWT pasti tidak akan pernah mau menolong diri kita.

 Adanya 10 (sebelas) buah informasi yang tegas di dalam AlQuran tentang Allah SWT, maka tidaklah berlebihan jika AlQuran yang diturunkan oleh Allah SWT kepada diri kita selaku umat Nabi Muhammad SAW merupakan media bagi Allah SWT untuk memperkenalkan Allah SWT itu sendiri kepada umat manusia yang dituangkan ke dalam sebuah buku manual, dalam hal ini adalah AlQuran dan benar pulalah bahwa AlQuran adalah Wahyu Allah SWT. Sekarang semuanya terpulang kepada diri kita sendiri maukah menerima AlQuran yang berasal langsung dari Allah SWT untuk kepentingan diri kita sendiri.

 Selanjutnya masih ada hal lain yang sangat-sangat penting tentang Allah SWT yang terdapat di dalam AlQuran, untuk itu mari kita perhatikan dengan seksama surat Ali Imran (3) ayat 18 yang kami kemukakan berikut ini: Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” Berdasarkan surat Ali Imran (3) ayat 18 yang kami kemukakan di atas, Allah SWT selaku pencipta dan pemilik dari alam dari semesta ini memberikan kesaksian atas dirinya sendiri.

 Bayangkan Allah SWT memberikan kesaksian tentang dirinya sendiri di dalam AlQuran. Selanjutnya selaku pemberi kesaksian tentu Allah SWT paham benar, mengerti benar tentang keadaannya  sendiri, dibandingkan dengan makhluknya yang memberikan kesaksian melalui syahadat. Untuk itu tolong perhatikan dengan seksama beberapa pertanyaan di bawah ini?

 a.        Sekarang tahukah Allah SWT, mengertikah Allah SWT, pahamkah Allah SWT bahwa               Allah SWT adalah Dzat yang menamakan dirinya sendiri Allah SWT, dimana Dzat itu ada tanpa ada yang menyertainya ada?

b.        Sekarang tahukah Allah SWT, mengertikah Allah SWT, pahamkah Allah SWT bahwa Allah SWT adalah Dzat yang memiliki Sifat Salbiyah yang enam (maksudnya memiliki sifat Wujud, sifat Qidam, sifat Baqa, sifat Mukhalafah Lil Hawadish, sifat Qiyamuhu Binafsih, sifat Wahdaniyah), yang tidak akan mungkin dimiliki oleh siapapun juga?

c.        Sekarang tahukah Allah SWT, mengertikah Allah SWT, pahamkah Allah SWT bahwa                Allah SWT adalah Dzat yang memiliki sifat Ma’ani yang tujuh (maskudnya sifat Qudrat, sifat Iradat, sifat Ilmu, sifat Sami’, sifat Bashir, sifat Kalam, sifat Hayat) yang kesemuanya tidak dapat dipisahkan dengan sifat Salbiyah?

d.       Sekarang tahukah Allah SWT, mengertikah Allah SWT, pahamkah Allah SWT bahwa                Allah SWT adalah Dzat yang memiliki Af’al atau Perbuatan Allah SWT yang mencerminkan Nama-Nama Allah SWT yang Indah yang berjumlah 99 (Sembilan puluh Sembilan) atau Asmaul Husna?

e.    Sekarang tahukah Allah SWT, mengertikah Allah SWT, pahamkah Allah SWT bahwa                Allah SWT akan berada dan bersama seluruh ciptaannya dimanapun berada sehingga seluruh ciptaan tidak mungkin dapat dipisahkan dengan Allah SWT?

f.     Sekarang tahukah Allah SWT, mengertikah Allah SWT, pahamkah Allah SWT bahwa                Allah SWT adalah pencipta dari seluruh alam semesta ini dan juga kekhalifahan yang ada di muka bumi ini tanpa bantuan siapapun juga?

g.  Sekarang tahukah Allah SWT, mengertikah Allah SWT, pahamkah Allah SWT bahwa               Allah SWT adalah pencipta Diinul Islam yang tidak lain adalah satu-satunya konsep ilahiah yang berlaku di muka bumi ini untuk kepentingan kekhalifahan yang ada di muka bumi?

h.       Sekarang tahukah Allah SWT, mengertikah Allah SWT, pahamkah Allah SWT dengan segala kebutuhan manusia, dengan segala problema manusia, baik saat menghadapi ahwa dan syaitan?

i.         Sekarang tahukah Allah SWT, mengertikah Allah SWT, pahamkah Allah SWT dengan segala azab yang telah ditimpakan kepada manusia-manusia terdahulu akibat tidak mau beriman kepada-Nya? 

Allah SWT sampai dengan kapanpun juga dapat dipastikan tahu, Allah SWT dapat dipastikan mengerti dan Allah SWT dapat dipastikan paham betul dengan keberadaan dirinya sendiri. Allah SWT juga mengerti dan paham betul dengan keberadaan ciptaannya sendiri, dengan keberadaan manusia baik awal sampai dengan akhir, tanpa terkecuali termasuk diri kita. Lalu untuk apa Allah SWT sampai mengemukakan kesaksian atas dirinya sendiri kepada diri kita melalui AlQuran?

 Untuk menjawab pertanyaan ini, ada baiknya kita bercermin dengan sesuatu yang terjadi pada kehidupan kita sehari-hari. Sebagai orang tua, kita sering menceritakan pengalaman hidup kepada anak-anak, lalu untuk apakah kita melakukan itu semua? Dengan menceritakan pengalaman hidup baik suka ataupun duka, yang kita alami kepada anak, maka kita berharap anak-anak mampu mengambil hikmah dan pelajaran yang terdapat dibalik cerita yang kita kemukakan dan kita juga berharap agar anak tidak sombong dengan apa yang telah dicapainya hari ini serta jangan sampai anak mengulangi hal-hal yang tidak mengenakkan yang pernah kita alami serta mampu menjadikan diri kita sebagai contoh yang baik saat menjalani kehidupan. 

Sekarang bagaimana dengan Allah SWT? Allah SWT menceritakan kesaksian atas dirinya di dalam AlQuran, agar setiap manusia yang ada di muka bumi dapat mengambil hikmah dan pelajaran yang berharga dari Allah SWT secara langsung sehingga dengan itu semua mampu menghantarkan diri kita tetap menjadi makhluk yang terhormat, yang mampu pulang kampung ke tempat terhormat, dengan cara terhormat, untuk bertemu dengan Yang Maha Terhormat, dalam suasana yang saling hormat menghormati. Serta mampu pula mengambil hikmah dan pelajaran dari umat-umat terdahulu sehingga kita tidak menjelma menjadi firaun-firaun generasi baru, atau tidak menjelma menjadi umat Nabi Nuh generasi baru, atau tidak menjelma menjadi umat Nabi Luth generasi baru, atau tidak menjadikan diri kita menjadi qarun-qarun generasi baru di jaman nano technology. 

Untuk itu mari kita perhatikan beberapa ketentuan yang telah Allah SWT kemukakan di dalam AlQuran, yaitu : 

a.        Allah SWT di dalam AlQuran sudah mengemukakan bahwa syaitan adalah musuh bagi diri kita, lalu apakah yang telah dikemukakan oleh Allah SWT di dalam AlQuran kita anggap angin lalu saja sehingga syaitan kita jadikan teman?

b.        Allah SWT di dalam AlQuran sudah menyatakan mintalah kepada Allah SWT, lalu apakah kemudahan yang telah dikemukakan oleh Allah SWT kita buang begitu saja sehingga kita lebih senang meminta bantuan Syaitan?

c.        Allah SWT di dalam AlQuran sudah menyatakan bahwa jika berlindung kepada selain                 Allah SWT berarti berlindung kepada sarang laba-laba, lalu apakah informasi ini kita anggap tidak ada sehingga perlindungan Allah SWT kita tukar dengan sarang laba-laba?

d.       Allah SWT di dalam AlQuran sudah menyatakan bahwa Allah SWT itu dekat, lebih dekat dari urat leher diri kita, lalu apakah Allah SWT sudah dekat justru kita campakkan sehingga meminta bantuan kepada selain Allah SWT?

e.        Allah SWT di dalam AlQuran sudah menyatakan untuk berbakti kepada kedua orang tua, lalu sudahkah hal ini kita laksanakan dengan baik? 

Sebagai khalifah yang sedang menumpang di langit dan di bumi Allah SWT, sadarilah bahwa Allah SWT begitu sayang dengan kepada diri kita, namun karena ulah diri kita sendiri yang tidak menghiraukan apa-apa yang telah dikemukakan oleh Allah SWT di dalam AlQuran maka jangan pernah sekalipun menyalahkan Allah SWT jika kita menjadi pecundang sedangkan syaitan menjadi pemenang di dalam permainan kekhalifahan di muka bumi ini.