Segala peristiwa dan
kejadian yang terjadi tidak akan mempunyai arti apa apa bagi orang yang tidak
mengerti dan memahami bagaimana membaca peristiwa dan kejadian tersebut. Akan
tetapi, bagi orang yang diberikan pemahaman dan pengertian yang mendalam, akan
mengetahui bahwa segala peristiwa dan kejadian yang terjadi di dunia ini tentu
mempunyai hikmah tersendiri. Yang terpenting bagi kita adalah bahwa kita
mengetahui bagaimana caranya membaca semua peristiwa dan kejadian itu dengan
nalar (akal sehat) dan mata hati dan bukan dengan mata biasa.“Setiap
orang harus belajar kemana saja, dengan siapa saja, dan membaca buku apa saja,
untuk meluaskan cakrawala pikirannya. Ambil yang baik, buang yang buruk. Ambil
yang mendekatkan diri kepada Allah serta buang yang menjauhkan diri dari Allah
SWT.”
Bagaimana caranya kita
dapat melihat dan mengenal Allah melalui karya karyaNya? Bagaimana caranya kita
dapat melihat dan mengenal Allah melalui makhluk makhluk ciptaanNya? Bagaimana
caranya kita mengetahui apa yang tersembunyi di balik berbagai peristiwa? Dan
bagaimana pula caranya kita dapat memecahkan rahasia yang telah ditetapkan
Allah dalam buku catatan amal kita masing masing? Kesemuanya ini merupakan
contoh dari ru’yah (melihat) dengan akal, mata hati dan pemahaman serta
keimanan. Inilah keuntungan dari orang orang yang dapat melihat Allah, yaitu
dapat melihat segala kebesaran dan hikmahNya di alam semesta ini, serta
memahami semua ciptaanNya. Sementara itu, orang orang yang dekat dengan Allah
dan selalu bersimpuh di hadapanNya atas dasar keimanan dan ketaqwaan, mempunyai
keuntungan yang sangat besar, dimana mereka dapat melihat dan merasakan Allah
dengan mata hatinya.
Di lain sisi, Ikhsan adalah
menyembah Allah SWT seakan akan melihatNya, dan jika kita tidak dapat
melihatNya, ketahuilah bahwa Allah SWT pasti melihatmu. Inilah pengertian dasar
dari ibadah Ikhsan yang tidak bisa dipisahkan dengan pelaksanaan Rukun Iman dan
pelaksanaan Rukun Islam dalam satu kesatuan (kaffah) sehingga ketiga ketentuan
ini tidak bisa dipisahkan oleh sebab apapun juga. Selanjutnya agar diri kita
mampu melaksanakan ibadah Ikhsan dengan sebaik mungkin serta semaksimal
mungkin, ada baiknya kita melihat Allah SWT terlebih dahulu seperti pengertian
Ikhsan yang telah kami kemukakan di atas. Lalu apakah bisa kita melihat Allah
SWT saat hidup di muka bumi?
Setiap manusia tidak akan
bisa melihat Allah SWT secara langsung saat hidup di muka bumi ini, akan tetapi
Allah SWT mampu melihat segala apapun yang ada di alam semesta ini karena Allah
SWT Dzat yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui, sebagaimana termaktub dalam
surat Al An’am (6) ayat 103 berikut ini: “Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata,
sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan; dan Dialah yang Maha Halus lagi
Maha mengetahui.” dan
juga berdasarkan surat Al A’raf (7) ayat 143 sebagaimana berikut ini: “Dan
tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami
tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa:
"Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat
kepada Engkau". Tuhan berfirman: "Kamu sekali-kali tidak sanggup
melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, Maka jika ia tetap di tempatnya
(sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku". tatkala Tuhannya
Menampakkan diri kepada gunung itu[565], dijadikannya gunung itu hancur luluh
dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, Dia berkata:
"Maha suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang
pertama-tama beriman.” Sekarang
jika manusia termasuk diri kita tidak bisa melihat Allah SWT saat hidup di
dunia lalu untuk apa kita disuruh melihat Allah SWT saat melaksanakan ibadah
Ikhsan?
[565] Para mufassirin ada yang mengartikan yang
nampak oleh gunung itu ialah kebesaran dan kekuasaan Allah, dan ada pula yang
menafsirkan bahwa yang nampak itu hanyalah cahaya Allah. Bagaimanapun juga
nampaknya Tuhan itu bukanlah nampak makhluk, hanyalah nampak yang sesuai
sifat-sifat Tuhan yang tidak dapat diukur dengan ukuran manusia.
Untuk menjawab pertanyaan
ini mari kita pelajari tingkatan tingkatan dari arti yang termaktub dalam
AlQuran. Seperti telah kita ketahui bersama bahwa arti dan makna yang
terkandung yang termaktub di dalam AlQuran dapat terdiri dari 3 (tiga) tingkatan,
yaitu:
1.
Adanya Arti dan Makna Secara Tersurat.
Allah SWT adalah
pencipta dari apa apa yang ada di antara langit dan bumi. Salah satu yang
diciptakan Allah SWT adalah pohon. Lihatlah salah satu pohon, yaitu pohon
durian atau tumbuhan yang tumbuh di lingkungan kita, dimana pohon durian atau
tumbuhan itu memiliki arti dan makna secara tersurat yaitu ciptaan Allah SWT. Kebanyakan manusia, kemungkinan termasuk
diri kita hanya mampu melihat sesuatu yang tersurat semata, yaitu sesuatu yang
terlihat secara lahiriah. Hal ini dikarenakan hanya sedikit saja orang yang
mampu melihat secara tersirat apalagi melihat secara tersembunyi. Padahal
inilah salah satu modal dasar yang sangat penting agar diri kita bisa
melaksanakan Diinul Islam secara kaffah, terutama saat diri kita melaksanakan
ibadah Ikhsan. Untuk bisa melihat secara tersurat kita tidak perlu belajar
karena Allah SWT sudah melengkapi diri kita dengan sepasang mata yang secara
otomatis bisa langsung dipergunakan untuk melihat. Sedangkan untuk bisa melihat
secara tersirat dan juga secara tersembunyi tidak bisa dilakukan begitu saja.
Untuk bisa melihat secara tersirat harus diperjuangkan dengan memadukan akal
dan pikiran yang jernih serta melihat dengan hati yang bening (mata hati).
Sedangkan untuk bisa melihat secara tersembunyi lebih berat lagi karena harus
melibatkan keimanan barulah kita bisa mencapainya.
2.
Adanya Arti dan Makna Secara Tersirat.
Pohon durian atau
tumbuhan yang tumbuh di lingkungan kita, selain bermakna arti dan makna secara
tersurat adalah ciptaan Allah SWT juga memiliki arti dan makna secara tersirat
sebagai tanda tanda dari kemahaan dan kebesaran Allah SWT. Jika pohon durian
dan semua tumbuhan itu adalah ciptaan Allah SWT dan juga tanda tanda dari
kebesaran dan kemahaan Allah SWT ini berarti bahwa Allah SWT pasti ada karena
ada ciptaanNya dan juga ada tanda tanda dari kemahaan dan kebesaranNya sehingga
mustahil di akal sehat jika Allah SWT sampai tidak ada.
Dan untuk mengetahui apakah
diri kita sudah mampu melihat secara tersirat atau tidak, berikut ini akan kami
kemukakan 7(tujuh) buah pertanyaan yang harus kita jawab, yaitu: (a) Apakah kita sering terpana dengan penampilan
lahiriah/phisik seseorang; (b) Apakah
kita sering tenggelam dalam fakta; (c) Apakah
kita sering terfokus pada hadiah yang diperoleh bukan pada siapa yang
memberinya; (d) Apakah ketika anak
kita berbuat kesalahan kita masih terfokus pada perbuatannya; (e) Apakah kita masih terpana pada pemandangan
indah yang kita lihat, lupa siapa yang menciptakannya; (f) Apakah hati kita masih terfokus pada
kezaliman yang menimpa kita, bukan pada transfer pahala yang akan kita terima;
(g) Apakah kita masih terfokus pada
musibahnya buka pada hikmah di balik musibah. Apabila ke tujuh jawaban dari
pertanyaan di atas adalah “ya”, berarti diri kita masih di dalam kondisi
terendah, yaitu baru bisa melihat dengan mata sehingga sesuatu yang tersurat
saja yang bisa kita lihat. Untuk itu segera lakukan perjuangan untuk
meningkatkan kemampuan agar kita bisa melihat sesuatu yang tersirat dengan
selalu mempergunakan akal dan hati saat melihat sesuatu atau saat mendengar
sesuatu sehingga modal dasar untuk menuju melihat sesuatu yang tersembunyi
sudah kita miliki.
3.
Adanya Arti dan Makna Secara
Tersembunyi. Jika
ciptaan itu juga bermakna sebagai tanda tanda dari kebesaran dan kemahaan Allah
SWT selaku pencipta berarti antara Allah SWT dengan apa apa yang diciptakanNya
tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya. Lalu dimanakah Allah SWT itu
berada? Allah SWT tidak bisa dipisahkan dengan apa apa yang telah diciptakanNya
serta Allah SWT tidak bisa pula dipisahkan dengan tanda tanda dari kebesaran
dan kemahaanNya sehingga Allah SWT
selalu berada di balik keberadaan ciptaanNya, Allah SWT selalu menyertai apa
apa yang telah diciptakanNya sampai dengan kapanpun juga. Dan jika saat ini
kita masih hidup berarti kita bisa melihat dan mendengar karena kita telah
dianugerahi mata dan telinga oleh Allah SWT. Kita bisa berfikir karena kita
telah diberi Ilmu yang diletakkan di otak oleh Allah SWT. Kita juga telah
diberikan waktu atau kesempatan. Kita juga telah diberi af’idah (perasaan) dan
akal yang diletakkan di kalbu oleh Allah SWT untuk memudahkan diri kita
beraktifitas. Kita juga telah diberikan Qudrat (kekuatan), Iradat (kehendak),
Kalam (berkata kata) dan Hayat (hidup) oleh Allah SWT yang tidak lain
adalah modal dasar kita menjadi Abd’
(hamba) yang sekaligus khalifah di muka bumi. Lalu dimanakah letaknya melihat
Allah SWT?
Allah
SWT secara kasat mata memang tidak akan bisa dilihat oleh mata manusia. Lalu apa yang bisa dilihat dari Allah
SWT? Yang bisa dilihat secara langsung dari Allah SWT adalah melalui apa apa
yang telah diciptakanNya, dalam hal ini melihat melalui arti dan makna secara
tersurat seperti melihat burung, melihat pohon, melihat bulan, melihat matahari
dan lain sebagainya. Adapun salah satu
tujuan dari melihat melalui mata secara langsung diharapkan terciptalah apa
yang dinamakan dengan rasa takjub (kagum) atas kebesaran dan kemahaan Allah SWT
yang mampu menciptakan segala sesuatu yang pada akhirnya mampu menghantarkan
diri kita mengetahui arti dan makna yang tersirat dan yang tersembunyi dari apa
apa yang dikemukakan dalam AlQuran.
Sekarang bagaimana dengan
tanda tanda dari kemahaan dan kebesaran Allah SWT yang tidak bisa dipisahkan
dengan apa apa yang telah diciptakanNya? Ingat,
tanda tanda kemahaan dan kebesaran Allah SWT bukanlah Allah SWT atau tanda
tanda kemahaan dan kebesaran Allah SWT tidaklah sama dengan Allah SWT.
Selanjutnya jika ada tanda tanda dari kemahaan dan kebesaran Allah SWT maka
dapat dipastikan Allah SWT pasti ada karena tidak akan mungkin ada tanda tanda
kebesaran dan kemahaan jika tidak ada Allah SWT.Lalu bisakah tanda tanda dari
kemahaan dan kebesaran Allah SWT ini dilihat dan didengar melalui mata dan
telinga? Tanda Tanda dari kemahaan dan
kebesaran Allah SWT tidak bisa dilihat dengan mata secara langsung, tidak bisa
didengar melalui telinga secara langsung. Tanda Tanda Kebesaran dan Kemahaan
Allah SWT hanya hanya bisa dirasakan melalui ilmu, melalui akal dan melalui
af’idah (perasaan) yang ada di dalam diri kita atau hanya bisa dilihat dan
dirasakan melalui mata hati yang terdapat di dalam sanubari (hati ruhani).
Lalu bagaiman dengan
kebesaran Allah SWT yang berada di balik setiap apa apa yang telah
diciptakanNya dan yang juga tidak bisa dipisahkan dengan tanda tanda dari
kemahaan dan kebesaranNya? Kebesaran Allah SWT yang selalu berada dibalik setiap
apa apa yang telah diciptakannya tidak akan bisa dilihat dan didengar secara
langsung namun hanya bisa dirasakan dan diyakini dengan rasa
keimanan yang tertanam di dalam hati. Disinilah letak betapa pentingnya kita
memiliki iman (keimanan) dalam diri. Hal yang harus kita ketahui bersama adalah
jika kita sudah mampu merasakan tanda tanda kebesaran dan kemahaan Allah SWT
melalui akal, melalui ilmu, melalui af’idah (perasaan), melalui mata hati, akan
memudahkan diri kita merasakan kebesaran Allah SWT melalui rasa keimanan yang
selalu ada didekat diri kita. Disinilah
letak pentingnya keimanan dalam diri karena faktor keimanan inilah yang mampu
merasakan rasa bertuhankan kepada Allah SWT. Sekarang sudah dimanakah
posisi diri kita? Semoga dengan adanya penjelasan ini kita sudah berada di
dalam rasa keimanan kepada Allah SWT.
Adanya perbedaan melihat
Allah SWT baik secara tersurat (melihat melalui ciptaanNya) dan melihat Allah
SWT secara tersirat melalui Tanda Tanda Kebesaran dan Kemahaan Allah SWT serta
melihat Allah SWT secara tersembunyi mengharuskan diri kita memiliki keimanan
yang tertanam di dalam hati akan memudahkan diri kita melaksanakan ibadah
Ikhsan yang merupakan cerminan dari diri kita sendiri. Hal yang harus kita
jadikan pedoman, saat diri kita hanya mampu melihat mempergunakan atau
merasakan dengan panca indera baik itu telinga ataupun hidung berarti kondisi
dasar dari pemahaman kita masih tergolong rendah. Jika ini terjadi maka apa
yang kita lihat dengan mata, apa yang kita dengar melalui telinga, apa yang
kita cium dengan hidung masih bisa diintervensi oleh syaitan sehingga kita bisa
tertipu olehnya. Ingat, syaitan mampu merubah pandangan, merubah pendengaran
serta merubah penciuman kita dengan konsep memandang baik perbuatan buruk.
Untuk itu tingkatkanlah keadaan ini!
Selanjutnya jika kita sudah
mampu merasakan segala ciptaan Allah SWT yang merupakan tanda tanda dari
kemahaan dan kebesaran Allah SWT berarti posisi pemamaham diri kita sudah
meningkat dari yang hanya ada di mata, di telinga dan di hidung sekarang sudah
mulai melibatkan hati saat melihat, melibatkan hati saat mendengar, melibatkan
hati saat merasakan sesuatu dikarenakan di dalam hati terdapat alat alat
ruhaniah seperti akal dan perasaan. Sehingga saat diri kita melihat dengan hati
maka akal kita libatkan untuk melihat
sesuatu yang pada akhirnya kita akan dapat membedakan mana yang benar dan mana
yang salah melalui akal. Dan jika kita
sudah bisa melihat apa apa yang diciptakan Allah SWT sebagai tanda tanda dari
kemahaan dan kebesaran Allah SWT, maka kondisi ini harus terus ditingkatkan
menjadi merasakan, melihat, mendengar sesuatu dengan rasa keimanan.
Hal ini dikarenakan jika
posisi kita masih dalam posisi melihat, mendengar, merasakan dengan mata hati
hal ini belum bisa dikatakan sebagai
posisi aman karena masih akan terjadi apa yang dinamakan dengan gamang, ragu,
kadang terasa kadang tidak. Akan tetapi jika kita mampu sampai menyatakan ada
Allah SWT dibalik ciptaanNya dan ada Allah SWT dibalik tanda tanda kebesaran
dan kemahaanNya yang dirasakan melalui keimanan maka kondisi inilah yang
terbaik. Semoga kita mampu mencapai hal ini secepat mungkin dan lalu merasakan
betapa nikmatnya bertuhankan kepada Allah SWT.
Selanjutnya mari kita
perhatikan tentang Ru’yatullah (melihat Allah) sebagaimana pernah digambarkan
oleh Rasulullah dalam sebuah diskusi, yang diriwayatkan oleh Bukhari Muslim
sebagaimana berikut ini:
“Suatu saat dalam sebuah
diskusi, khalayak umum bertanya kepada Rasulullah, apakah mereka dapat melihat
Allah (Ru’yatullah). Rasulullah bersabda, “Sulitkah kamu meru’yah bulan purnama
pada malam empat belas?”. (Ru’yah: melihat tanda tanda keberadaan sesuatu.
Malam ke 14 penanggalan hijriah adalah malam dimana bulan purnama muncul).
Jawab mereka, “Tidak ya Rasulullah!”. Tanya Rasulullah lagi, “Apakah sulit
bagimu meru’yah matahari di langit tak berawan?”. Jawab mereka lagi, “Tidak ya
Rasulullah!. Sabda Rasulullah, “Sesungguhnya anda semua akan mengenaliNya
seperti itu. Di hari kiamat, Allah akan menghimpun seluruh manusia dan berkata
kepada mereka, “Barangsiapa yang menyembah suatu benda, maka ikutilah benda
tersebut. Bagi yang menyembah matahari, mereka akan mengikuti matahari
tersebut. Bagi yang menyembah bulan maka mereka akan mengikuti bulan tersebut.
Manakala orang yang menyembah thogut maka mereka akan mengikuti thogutnya itu.
Jadi tinggallah umat ini yaitu umat yang percaya kepada Allah yang didalamnya
termasuk pula orang orang munafik yang tetap dalam kemunafikan mereka. Lalu
Allah mendatangi mereka dengan gambaran (shurah) yang tidak mereka kenali dan
berfirman kepada mereka, “Akulah Tuhanmu”. Mereka berkata, “Kami berlindung
kepada Allah dari tipu dayamu. Kami akan tetap ditempat kami sampai Tuhan kami
datang menjemput kami. Apabila Tuhan kami telah datang, kami akan mengenaliNya”.
Lalu Allah mendatangi mereka dengan gambaranNya (shurah) yang mereka kenali dan
berfirman kepada mereka, “Akulah Tuhan Kamu”. Merekapun menjawab, “Ya,
Engkaulah Tuhan kami!”. Merekapun mengikutiNya. Kemudian Allah merentangkan
kepada mereka suatu titian (shirath) yang merentangi Neraka. Maka aku (Nabi
Muhammad SAW) bersama umatku adalah orang pertama yang menyeberanginya”. Berdasarkan
hadits ini, terlihat dengan jelas dan gamblang bahwa Nabi SAW menuturkan kepada
kita, bahwa Allah sesuai dengan penggambaran hambanya. Oleh karena itu sempurna penglihatan seseorang hamba kepada Allah di
dunia, akan menentukan sempurnanya penglihatan akan Allah di akhirat kelak, sebagaimana
Allah SWT berfirman: “Dan barangsiapa buta (hatinya) di dunia
ini, maka di akhirat dia akan buta dan tersesat jauh dari jalan (yang benar). (surat
Al Isra’ (17) ayat 72).”
Sebagai Abd’ (hamba) yang
sekaligus khalifah di muka bumi ketahuilah bahwa melihat Allah SWT ada dua
macam sebagaimana dikemukakan oleh Asy Syaikh Abdul Qadir Al Jaelani dalam
kitabnya “Sirrul Asrar”, yaitu: pertama, melihat jamaliah (keindahan) Allah
di akhirat kelak secara langsung tanpa perantara cermin hati, dan yang
kedua, melihat sifat sifat Allah di muka
bumi ini dengan perantara cermin hati, melalui pandangan nurani terhadap
pantulan cahaya cahaya keindahanNya. Sebagaimana disebut dalam firman
Allah, “Hatinya tidak mendustakan apa
yang telah dilihatnya.” (surat An Najm (52) ayat 11) dan juga berdasarkan
hadits berikut ini: Nabi SAW bersabda, “Hati
seorang mukmin adalah cermin dari Allah yang bersifat Al Mukmin”. Yang
dimaksud dengan mukmin yang pertama adalah hati hamba yang beriman, sedang
Mukmin yang kedua adalah Dzat Allah yang bersifat Al Mukmin. Jadi manusia yang
mampu melihat sifat sifat Allah pada segala sesuatu yang ada dan terjadi di
muka bumi ini, berarti dia pasti akan melihat Dzat Allah alam akhir tanpa
perantara.
Hal inilah yang selalu
diinginkan oleh para wali wali Allah. Seperti Umar bin Khattab ra, berkata: “Hatiku melihat Tuhanku dengan Cahaya dari
Tuhanku.” Sedangkan Ali bin Abi Thalib ra, berkata: “Aku tidak beribadah kepada Tuhan yang tidak aku lihat”. Yang
dimaksud dengan melihat adalah
menyaksikan sifat sifat Allah dari segala sesuatu yang ada dan terjadi di muka
bumi ini. Sungguh Allah SWT menginginkan
kita untuk menatap wajahNya, agar kita temukan kepribadianNya yang
sesungguhnya. Agar kita temukan senyumNya, kasihNya, dan kelembutanNya. Tapi
sayangnya kita lalai dalam hal ini, sehingga mata hati kita tak mampu menatap
wajah Allah. Sehingga senantiasa bertanya, “Allah itu dimana?”. Allah telah
menginformasikan bahwa bukan mata lahir yang buta tetapi hatinya yang buta,
sebagaimana firmanNya berikut ini: “Maka tidak pernahkah mereka berjalan di
bumi, sehingga hati (akal) mereka dapat memahami, telinga mereka daoat
mendengar? Sebenarnya buka mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang
di dalam dada. (Surat Al Hajj (22) ayat 46).” Dan kegagalan manusia
dalam mengenal Allah SWT disebabkan dari ketidakmampuannya menyaksikan wajah
Allah SWT. Dan ketidakmampuan ini umumnya diawali oleh adanya 3 (tiga) faktor
ini, yaitu:
a.
Tidak
mengerti bahwa Allah memiliki wajah. Kelalaian ini membuat kita ibarat bayi yang baru melek
matanya. Meski matanya membuka tetapi belum mampu merasakan kehadiran wajah
orang tuanya yang mengajaknya tersenyum. Begitu pula diri kita dikala melihat
alam dan membuka Al Qur’an. Wajah Allah yang ada di sana tidak bisa kita
rasakan kehadirannya. Kita belum bisa menjadi Abu Bakar Ash Shiddiq ra, yang
berkata, “Tidaklah aku melihat segala
sesuatu, melainkan aku melihat Allah sebelumnya.” Kita juga belum bisa
menjadi Ja’far Ash Shadiq ra, yang berkata, “Sesungguhnya Allah menampakkan dirinya di dalam Al Qur’an.”
b.
Tidak
Mau menatap wajah Allah SWT. Ini diakibatkan karena kelalaian kita. Apakah kita
takut, malu, tidak mencintaiNya, dan lainnya. Tapi semua ini bermuara dari
persepsi kita yang salah tentang Allah. Karena yang terlihat hanya tanganNya
yang tampak sedang menjewer kita, maka persepsi kitapun hanya sebatas itu. Meski
Al Qur’an dan Al Hadits kita buka, persepsi yang salah itu telah menghalangi
kita menatap wajahNya. Padahal Dia pernah berkata, “Aku ini sesuai dengan persangkaan hambaKu kepadaKu”. (Hadits Qudsi)
c.
Tidak
percaya akan adanya Wajah Allah. Penyebab awalnya adalah 2 kelalaian
di atas. Tapi karena mereka tidak pernah bisa keluar dari kelalaian tersebut
dan cenderung membiarkan, akhirnya mereka jadi kebal dan buta secara permanen.
Sehingga akhirnya membuat ia mengingkari eksistensi wajah Allah. Allah SWT berfirman:
“Allah
telah mengunci hati dan pendengaran mereka, penglihatan mereka telah tertutup,
dan mereka akan mendapatkan azab yang berat. (surat Al Baqarah (2) ayat 7).”
Semoga diri kita
tidak termasuk orang orang yang tidak mampu melihat wajah Allah saat kita masih
hidup di muka bumi ini. Jika saat hidup saja kita sudah tidak mampu melihat
wajah Allah lalu bagaimana kita bisa melihat wajah Allah di syurga kelak. Dan selanjutnya
kami akan mengajak jamaah sekalian yang tidak lain Abd’ (hamba) yang sekaligus
khalifah di muka bumi untuk melihat dan bertemu Allah SWT melalui hal hal
sebagai berikut sehingga kita selalu mampu bersama Allah SWT dimanapun dan
kapanpun juga dan akhirnya Allah SWT akan memberikan pertolongan dan
penjagaanNya kepada diri kita serta menjadi bekal bagi diri kita untuk bertemu
langsung dengan Allah SWT di syurga kelak.
A.
LIHATLAH HEWAN DAN TUMBUHAN DI ALAM
SEMESTA INI.
Berdasarkan surat Ibrahim
(14) ayat 19 berikut ini: “tidakkah kamu perhatikan, bahwa Sesungguhnya
Allah telah menciptakan langit dan bumi dengan hak? jika Dia menghendaki,
niscaya Dia membinasakan kamu dan mengganti(mu) dengan makhluk yang baru, (Surat
Ibrahim (14) ayat 19).” Ayat
ini mengemukakan bahwa Allah SWT lah yang menciptakan langit dan bumi dengan
segala isinya. Lalu Allah SWT menegaskan bahwa apa yang diciptakanNya itu
dilakukan dengan hak, dengan sungguh sungguh, dengan selalu mempertimbangkan
segala sesuatu yang menunjukkan kebesaran dan kemahaan dari Allah SWT itu
sendiri. Dan jika sekarang Allah SWT
sudah menyatakan bahwa langit dan bumi adalah ciptaanNya ini berarti hanya
Allah SWT sajalah yang paling menguasai, yang paling tahu, yang paling mengerti
dan yang paling ahli tentang langit dan bumi dan juga berarti bahwa Allah
SWT lebih dahulu ada dibandingkan dengan apa apa yang diciptakanNya.
Di lain sisi, Allah SWT
melalui surat Al Hajj (22) ayat 64 berikut ini: “Kepunyaan Allah-lah segala yang ada di langit dan
segala yang ada di bumi. dan Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya lagi Maha
Terpuji.” Ayat ini menegaskan bahwa Allah SWT adalah
pemilik dari langit dan bumi sehingga Allah SWT sangat berkuasa mutlak atas
langit dan bumi yang telah diciptakannya. Selanjutnya dengan adanya ketentuan
yang tertuang di dalam surat Ibrahim (14) ayat 19 dan surat Al Hajj (22) ayat
64 di atas, ini berarti Allah SWT adalah pencipta dan juga pemilik dari langit dan bumi. Jika sekarang kita telah mengimani Allah SWT adalah pencipta dan
pemilik dari langit dan bumi berarti kitapun wajib mengimani pula bahwa segala
ketentuan, segala hukum, segala aturan dan segala undang undang yang berlaku di langit dan di bumi adalah
ketentuan, hukum, aturan dan undang
undang Allah SWT selaku pencipta dan pemilik. Selain daripada itu dengan
kita mengimani Allah SWT selaku pencipta dan pemilik berarti kita wajib
mengimani bahwa Allah SWT yang paling berkuasa mutlak di alam semesta ini.
Sebagai Abd’ (hamba) yang
sekaligus khalifah Allah SWT di muka bumi ketahuilah dengan seksama bahwa Allah
SWT sudah menunjukkan kepada diri kita inilah ciptaanNya lalu mampukah kamu
menciptakan seperti yang Allah SWT ciptakan? Jika diri kita Allah SWT yang
ciptakan lalu siapakah kamu? Jika kita
termasuk orang yang memiliki akal sehat, memiliki hati yang bersih, maka kita
pasti mengakui kebesaran dan kemahaan Allah SWT dan dibuktikan dengan
pernyataan beriman kepada Allah SWT. Jika hal ini tidak terjadi berarti ada
sesuatu yang salah dalam diri kita dikarenakan komponen diri kita tidak
berfungsi sebagai mana mestinya seperti akal yang tidak bisa lagi membedakan mana
yang benar atau mana yang salah, ilmu yang tidak bisa menjalankan fungsinya
untuk berfikir dan perasaan (af’idah) yang hilang arah karena sudah terpengaruh
atau dipengaruhi oleh ahwa (hawa nafsu) dan juga syaitan.
Saat ini, kita hidup di
langit dan di muka bumi yang bukan kita ciptakan dan bukan pula kita miliki,
lalu harus bagaimana kita bersikap kepada pemilik dan penciptanya? Jika kita
termasuk orang yang tahu diri berarti kita harus bisa menyenangkan hati “Tuan
Rumah” (maksudnya Allah SWT) dengan mengimani Allah SWT, mempelajari ketentuan
yang telah ditetapkannya, lalu
melaksanakan apa apa yang telah ditetapkan berlaku oleh Allah SWT tanpa
dibantah, tanpa ditambah, tanpa dikurangi serta tanpa dipilah pilah. Sekarang gunakan mata dan telinga serta
perasaan kita dengan rasa keimanan lalu
renungkan dan rasakan dengan kalbu kita dengan melihat segala apa yang telah
diciptakanNya. Lalu apa perasaan kita dengan apa yang kita lihat, dengan
apa yang kita dengar, dengan apa yang kita rasakan, apakah menjadikan diri kita
sombong atau merasa hebat di rumah orang lain? Adanya kondisi ini seharusnya
menjadikan diri kita tawadhu, rendah hati baik dihadapan Allah SWT maupun
dihadapan manusia dan jika sampai kita menjadi sombong dan angkuh di muka bumi
berarti ada yang salah dalam diri kita atau kita sudah keluar dari keftrahan
diri.
Allah SWT selaku pemilik
dan pencipta alam semesta ini telah memerintahkan kepada diri kita untuk
melaksanakan ibadah Ikhsan, dengan menyembah Allah SWT seakan akan kita melihat
Nya, dan jika kita tidak dapat melihatNya, ketahuilah bahwa Allah SWT pasti
melihatmu, lalu apa yang anda rasakan saat melaksanakan ibadah seakan akan
dapat melihat Allah SWT? Jika pada saat
beribadah kita hanya mampu melihat ciptaan Allah SWT maka ibadah yang kita
laksanakan sebatas rutinitas belaka tanpa ada rasa kenikmatan bertuhankan
kepada Allah SWT dan itulah yang disebut ibadah hampa. Ibadah baru terasa
menjadi sebuah kebutuhan jika kita mampu menempatkan dan merasakan tanda tanda
kebesaran dan kemahaan Allah SWT di setiap ciptaanNya dan ibadah baru terasa
sangat nikmat jika rasa keimanan mendominasi saat diri kita beribadah karena
kita tidak bisa dipisahkan dengan Allah SWT. Yang menjadi persoalan saat ini
adalah di posisi manakah diri kita, apakah baru mampu melihat Allah SWT atau
sudah mampu merasakan tanda tanda kebesaran dan kemahaan Allah SWT melalui hati
ataukah sudah bisa merasakan keberadaan Allah SWT melalui keimanan yang ada di
dalam hati? Hal ini penting kita ketahui karena posisi ini akan sangat
menentukan hasil akhir dari ibadah yang kita laksanakan.
Di lain sisi, diri kita
juga adalah ciptaan Allah SWT; diri kita juga tanda tanda dari kemahaan dan
kebesaran Allah SWT dan kebesaran Allah SWT tidak bisa dipisahkan dengan
ciptaanNya dan juga tanda tandaNya, sebagaimana firmanNya berikut ini: “Dan
(juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan. (surat Adz
Dzariyat (51) ayat 21).” Lalu
jika ini kondisi dan keadaan diri kita yang sesungguhnya dihadapan Allah SWT
lalu punya apakah diri kita yang saat ini hidup menumpang di langit dan di bumi
Allah SWT? Sebagai orang yang tidak memiliki apapun juga, sebagai orang yang
dalam posisi lemah sudah sepatutnya dan sepantasnya beriman kepada Allah SWT
dengan mematuhi segala perintah dan larangannya saat ini juga. Lalu jadilah
makhluk yang dibanggakan oleh Allah SWT baik di dunia maupun di akhirat kelak,
terkecuali kita sendiri memilih hal lain yaitu berada di dalam kehendak
syaitan.
Dan Apabila kita ingin
melihat berbagai keajaiban segala karya cipta Allah, maka kita bisa mengamati
dan memperhatikan dengan seksama dua buah ciptaan Allah SWT yaitu berupa
binatang dan tumbuhan, seperti yang dikemukakan oleh “Dr Musthafa Mahmud” dalam
bukunya yang berjudul “Nikmatnya Melihat Allah”, yaitu:
a.
Seekor
kucing yang membuang kotorannya, tidak akan pergi sebelum menutupi kotorannya
itu dengan tanah. Lalu muncul pertanyaan, apakah kucing tersebut mengerti dan
memahami arti kebaikan dan keburukan?
b.
Terkadang
ada seekor kucing yang mencuri sepotong ikan, sementara kedua matanya
memancarkan rasa ketakutan. Apakah kucing itu memahami peraturan? Atau apakah
ada seseorang yang mengajarinya sepuluh perintah Tuhan sebagaimana termaktub
dalam kitab Taurat?
c.
Seekor
unta jantan tidak akan mengawini betinanya kecuali di tempat yang tertutup dan
tersembunyi dari pandangan manusia. Jika kebetulan ada seseorang yang melihat
dan memperhatikan apa yang sedang dilakukannya, niscaya ia akan menghentikan
dan menundukkan kepalanya ke tanah, karena merasa malu. Apakah unta jantan
tersebut memahami arti malu?
d.
Adapula
ikan paus besar yang dapat membangun bendungan dan beberapa serangga yang
membangun sarang sarangnya yang mempunyai alat pendingin, di mana lubang lubang
yang berada di bawah berfungsi sebagai tempat masuknya hawa dingin, sedangkan
lubang lubang yang berada di atas berfungsi sebagai tempat keluarnya hawa
panas. Siapakah yang mengajarinya?
e.
Begitu
pula dengan nyamuk yang membekali kantung udara bagi telur telurnya yang berada
di rawa rawa hingga dapat mengapung di atas air. Lalu siapakah yang
menginformasikan kepadanya tentang hukuk Archimides?
f.
Pohon
kaktus bukanlah termasuk spesies binatang dan juga tidak memiliki pengetahuan
seperti binatang. Tetapi, siapakah yang memberitahukannya tentang bagaiman cara
menyimpan air di dalam daun untuk menghadapi kegersangang padang pasir dan
minimnya air hujan?
g.
Pohon
pohon khas padang pasir yang membekali sayap bagi biji bijiannya hingga
akhirnya ia dapat terbang jauh terbawa angin seraya mencari tempat berkembang
biak di daratan rendah yang gersang.
h.
Binatang
jenis serangga ada yang dapat melontarkan bom yang menimbulkan gas yang dapat
membakar. Kemudian ia pun melemparkannya kepada para musuhnya untuk menakut
nakutinya.
i.
Ulat
yang dapat berubah ubah warna sesuai dengan lingkungan dan kondisinya untuk
mengelabui dan bersembunyi dari sergapan musuh. Kunang kunang yang dapat
bercahaya di malam hari untuk menarik perhatian nyamuk. Setelah nyamuk itu
mendekat, maka secepat kilat kunang kunang tersebut memangsanya.
j.
Lihatlah
tumbuhan yang hidup dan berkembang dalam lingkungan yang serba kekurangan
nitrogen. Allah menganugerahkan kepadanya berbagai kecakapan dan alat yang unik
untuk dapat memangsa dan memakan serangga. Terkadang tumbuh tumbuhan tersebut
tercipta dengan daun daun yang licin, hingga serangga serangga yang menjadi
mangsanya akan tertempel dan tidak dapat bergerak lagi.
k.
Ada
juga tumbuhan dipersenjatai dengan daun daun yang berporos dalam bentuk gelas
yang memiliki tembok tembok halus dan licin, dimana setiap serangga yang
hinggap di daun itu akan terpeleset dan jatuh ke dalam gelas yang penuh dengan
getah pemangsa hingga akhirnya mati. Bahkan ada pula tumbuhan yang dilengkapi
dengan daun yang menyerupai jari jari yang dapat bergerak ke sana sini.
Kemudian ia akan menangkap dan mencengkeram segala sesuatu yang berjalan di
atasnya, dan selanjutnya menghisap darahnya.
Berdasarkan hal hal yang
telah kami kemukakan di atas, tentunya tidak dapat ditafsirkan begitu saja
dengan akal. Terlebih lagi hal tersebut berhubungan dengan tumbuh tumbuhan yang
tidak memiliki akal dan taktik untuk mencari makan. Namun tentunya, di sana ada
akal dan aktor yang tersembunyi. Dialah
Tuhan yang telah membuatkan dan membekali semua makhlukNya dengan berbagai
kelebihan dan keterampilan untuk mencari
makan. Dan siapakah yang mengajari semua itu tentang hikmah, ilmu
kedokteran, moral dan politik? Juga,
mengapa kita tidak berani membenarkan ketika membaca dalam AlQuran bahwa Allah
yang mengajarkan itu semua. Sebab, dari mana semua makhluk itu memperoleh
pengetahuan tersebut jika bukan dari Allah, sang pencipta? Jika sudah seperti ini
keadaannya maka tidak berlebihan jika kita mengatakan dengan sejujur jujurnya
bahwa Allah SWT adalah sesuatu yang dapat dibuktikan dengan sesuatu dan bukan
sesuatu yang dapat dibuktikan denganNya.
Allah SWT adalah penjelas
segala sesuatu. Dia adalah yang Haq lagi Mutlak. Karena keterbatasan akal kita,
kira pun meminta bukti dari Allah seraya mencari dalilnya dari alam yang serba
kurang ini. Kita bisa mengambil bukti dari adanya cahaya matahari untuk
mengetahui datangnya siang. Meskipun kita memahami bahwa siang tidak aka nada
kecuali dengan kehadiran cahaya matahari. Dengan demikian, cahaya adalah
kebenaran itu sendiri yang menjelaskan dirinya dengan kehadiran dirinya sendiri
tanpa membutuhkan adanya perantara.
Dialah yang mengeluarkan
segala sesuatu ke dunia yang nyata dan nampak. Segala sesuatu bergantung
kepadaNya untuk dapat menampakkan diri, sementara Dia tidak membutuhkan apapun
untuk menampakkan diriNya. Dengan demikian, Dia adalah bukti bagi diriNya
sendiri, sedangkan benda benda tersebut tidak pantas menjadi bukti
keberadaanNya. pabila kita bertanya kepada hati kita tentang Allah, maka kita
tidak perlu lagi berdebat ataupun meminta bukti yang lain, karena Allah telah
hadir dan bercokol di hati kita untuk selama lamanya.
Kita menuntut keadilan,
kebebasan dan kemuliaan karena kita yakin bahwa Allah ada di sana. Kita
memerangi kedzaliman, kecurangan, dan permusuhan, karena kita yakin bahwa Dia
ada di sana. Kita rela berkorban dan berupaya mati syahid, karena kita yakin
bahwa Dia ada di sana. Di sana, Dia selalu mendengar dan melihat. Dia untuk
selamanya. Tidak ada tempat berlari kecuali kepadaNya. Kemana saja Anda
memalingkan wajah Anda, maka tidak ada yang ada di sana melainkan wajahNya.
Mahaagung Allah, Tuhan kita, untuk kita buktikan keberadaanNya. Dan juga,
dengan apa kita akan membuktikan keberadaanNya? Bukanlah segala sesuatu berasal
dan kembali kepadaNya? Hanya Dia yang Mahaada dan semua karya adalah ciptaanNya.
Dia adalah rahasia di balik rahasia. Dia tidak memiliki definisi dan tidak bisa
didefinisikan, karena Dia adalah sumber segala definisi. Dan tidak mungkin bagi
kita mengembalikan Dia kepada sesuatu.
Allah ada di setiap yang
indah, pada saat fajar bersinar di pagi hari, pada saat merah sinar matahari di
sore hari, pada saat bunga mekar, pasa nyanyian burung, pada keelokan bayi, an
pada benda benda yang luas seperti gelas gelas kelembutan. Meskipun demikian,
kita tidak boleh membatasi kebesaran Tuhan pada sebuah manifestasi. Karena,
Allah adalah yang Mahanyata dan bukan manifestasi. Ada perbedaan yang sangat
jelas antara yang nyata dengan manifestasi. Yang nyata itu akan tampak pada
segala manifestasi tanpa perlu memberi batasan. Dia akan muncul pada manifestasi
tersebut dengan segala sifat dan namaNya yang tidak ada batasannya.
Ketika Anda berupaya
membaca berbagai peristiwa dan kejadian yang terjadi dalam kehidupan Anda, Anda
menduga bahwa semua itu hanya kebetulan saja. Akan tetapi, pada akhirnya Anda
akan mengetahui bahwa setiap peristiwa dan kejadian tersebut menpunyai arti.
Semua itu merupakan suatu upaya untuk melihat dan memahami Allah melalui
ciptaanNya, dalam hal ini tumbuhan dan hewan. Melihat dan memahami keadilan
Tuhan dari balik kedzaliman yang tampak di depan mata juga merupakan suatu
upaya untuk melihat dan memahami keadilan dan kehendak Allah yang tersembunyi.
Akan tetapi, orang yang arif dan bijaksana mampu untuk memecahkan rahasia
ilahiah yang terdapat pada berbagai peristiwa tersebut.
Selain itu, dia juga akan
dapat memahami kandungan, alur cerita, dan hikmah yang terdapat pada rahasia
tersebut. Sebagaimana Champollion, seorang arkeolog Perancis, yang mampu
menyingkap rahasia huruf Hieroglypha (huruf Mesir kuno) dan bahkan mampu
memahaminya. Dengan demikian, jelas sudah bahwa setiap benda itu ada artinya
dan setiap peristiwa yang terjadi secara kebetulan itu pasti memiliki
kedudukannya sendiri dalam rencana Tuhan yang menyeluruh. Bagi orang yang
diberikan pemahaman dan pengertian yang mendalam, akan mengetahui bahwa segala
peristiwa yang terjadi di dunia ini tentu mempunyai hikmahnya tersendiri. Yang
terpenting bagi kita adalah bahwa kita mengetahui bagaimana caranya membaca
semua peristiwa itu dengan nalar dan mata hati dan bukan dengan mata biasa.
Bagaimana caranya kita
dapat melihat dan mengenal Allah melalui karya karya nyataNya? Bagaimana
caranya kita dapat melihat dan mengenal Allah melalui makhluk makhluk
ciptaanNya? Bagaimana caranya kita mengetahui apa yang tersembunyi di balik
berbagai peristiwa? Dan bagaimana pula caranya kita dapat memecahkan rahasia
yang telah ditetapkan Allah dalam buku catatan amal kita masing masing? Kesemuanya
ini merupakan contoh dari Ru’yah (melihat) dengan akal, mata hati dan
pemahaman. Inilah keuntungan
orang orang yang dapat melihat Allah, yaitu dapat melihat segala kebesaran dan
hikmahNya di alam semesta ini, serta memahami semua ciptaanNya.Sementara itu,
orang orang yang dekat dengan Allah dan yang selalu bersimpuh dihadapanNya,
mempunyai keuntungan yang sangat besar, di mana mereka dapat melihat Allah
dengan mata hatinya. Dalam penglihatan seperti ini, semua tabir penghalang akan
diruntuhkan, Tetapi, Dzat Ilahiah akan tetap tertutup dengan berbagai
cahayanya, sehingga ia tidak dapat dilihat secara langsung ataupun dengan kasat
mata.
B.
LIHATLAH DIRIMU SENDIRI.
Setelah melihat, merenungi
tentang hewan dan tumbuhan dengan mata hati, lalu pernahkah kita melihat dengan
mata hati atas apa apa yang ada pada diri kita sendiri, sebagaimana dikemukakan
dalam surat Fussilat (41) ayat 53 berikut ini: “Kami akan memperlihatkan kepada
mereka tanda tanda (kebesaran) Kami di segenap penjuru dan pada diri mereka
sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al Qur’an itu adalah benar. Tidak
cukupkah (bagi kamu) bahwa Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?. Dalam
ayat ini Allah SWT telah menegaskan tentang kebesaranNya yang tidak hanya ada
diseantero penjuru alam semesta, ia juga ada pada diri kita sendiri. Jika hal
ini sudah dikemukakan oleh Allah maka sudah sepatutnya kita mampu melihat
adanya kebesaran Allah SWT dalam diri sendiri sepanjang kita masih memiliki
mata hati. Bayangkan jika apa apa yang ada pada diri kita tidak diciptakan oleh
Allah SWT yang Mahasempurna, seperti apakah diri kita? Allah SWT adalah Dzat Yang
Maha Hebat. Allah SWT adalah Dzat yang sangat luar biasa.
Jika ini kondisi dasar dari
Allah SWT maka segala kehebatanNya yang sangat luar biasa akan tercermin
langsung di setiap yang diciptakanNya. Sehingga mustahil di akal jika segala
apa apa yang diciptakanNya tidak mencerminkan segala kemahaan dari Allah SWT
itu sendiri. Jika saat ini kita masih hidup di muka bumi berarti kita pasti
terdiri dari jasmani yang sangat luar biasa kehebatannya dan juga ruh/ruhani
yang memiliki tingkat kerahasiaan yang sangat luar biasa pula. Allah SWT
berfirman: “dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi
orang-orang yang yakin. dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka Apakah kamu tidak
memperhatikan? (surat Adz Dzariyaat (51) ayat 20,21).
Selanjutnya kami akan
mengajak jamaah sekalian yang juga adalah Abd’ (hamba) yang sekaligus khalifah
di muka bumi untuk melihat Allah SWT melalui perenungan akan dimensi dari
kehebatan jasmani dari diri kita sendiri, sebagaimana dikemukakan oleh “Imam
Al Ghazali” dalam bukunya “Keajaiban Penciptaan Makhluk: Merenungkan
Hikmah Setiap Ciptaan Allah” berikut ini :
a.
Allah
SWT menjadikan jenis laki laki dan perempuan dan Allah SWT juga telah
memberikan “Hubbul Syahwat” dengan
memasukkan dalam hati mereka perasaan cinta dan dorongan dorongan nafsu
sehingga mereka tidak mampu menahan diri dan tidak tidak memiliki kemampuan
untuk menjauhi syahwat. Syahwat yang merupakan bawaan dari diri manusia akan
menggiring manusia untuk melakukan hubungan dengan lawan jenis.
b.
Pertunjukkan
pertama yang bisa kita renungi adalah bagaimana sperma yang jumlahnya begitu
banyak memperebutkan satu indung telur yang terdapat di dalam rahim seorang
ibu. Dan hanya sperma yang paling baiklah yang bisa memenangkan pertandingan
diantara sesama sperma, yang dibuktikan dengan terjadinya pembuahan sel telur
dalam rahim seorang ibu oleh sperma yang terbaik. Lalu terjadilah sebuah proses
yang sangat luar biasa di dalam rahim seorang ibu, yang kesemuanya dicatat oleh
Malaikat, yang dilanjutkan dengan adanya peniupan ruh ke dalam jasad, jika
jasad sudah berumur 120 hari. Proses ini dikemukakan oleh Allah SWT di dalam
surat As Sajdah (32) ayat 7-8-9 yang kami kemukakan berikut ini:. “Yang membuat segala sesuatu
yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari
tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina (mani).
Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh)nya roh (ciptaan)Nya
dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit
sekali bersyukur.” Dari sinilah kita mengetahui bahwa
setiap manusia, termasuk diri kita, pasti terdiri dari unsur Jasmani dan juga
unsur Ruhani. Ruhani asalnya dari Allah SWT sedangkan Jasmani asalnya dari
tanah dari saripati makanan dan minuman yang kita konsumsi.
c.
Allah
SWT menciptakan kekhalifahan di muka bumi bukan sekedar untuk menciptakan
manusia dan juga adanya regenerasi kekhalifahan yang ada di muka bumi. Akan
tetapi agar kemahaan dan kebesaran Allah SWT aktif dan juga terlihat dengan
jelas di dalam diri manusia sepanjang manusia itu tahu siapa dirinya yang
sesungguhnya dalam hal ini adalah manusia sebagai penampilan Allah SWT di muka
bumi; manusia adalah gambaran dari sifat dan asmaNya manusia adalah bayangan
Allah SWT di muka bumi (khalifah); manusia adalah pemandangan bagi penampilan
keindahan Allah SWT; manusia adalah eksistensi Allah SWT bagi tersingkapnya
hijab Allah SWT; manusia adalah gudang perbendaharaan Allah SWT. Dan
juga Allah SWT tidak berkehendak kepada manusia yang dijadikannya khalifah
gagal dalam melaksanakan tugasnya di muka bumi. Jika ini adalah konsep dasar
dari keberadaan manusia di muka bumi, lalu sudahkah kita memiliki ilmu dan
pemahaman yang sesuai dengan kehendak Allah SWT terutama tentang diri kita
sendiri adalah penampilan Allah SWT di muka bumi?
d.
Allah
SWT juga menjadikan pikiran dapat menggerakkan organ tubuh yang khusus agar
meletakkan air mani di tempat yang kokoh (rahim) dimana disitu diciptakan
janin. Kemudian Allah SWT membungkusnya dengan daging, mengikatnya dengan
syaraf dan tulang, dan menyusunnya dengan urat. Allah SWT juga menciptakan
anggota anggota badan dan menyusunnya. Allah SWT lalu menjadikan kepala dan
membukakan (memunculkan) pendengaran, penglihatan, perasaan, hidung, mulut dan
semua rongga.
e.
Allah
SWT menjadikan mata untuk melihat. Diantara keajaiban mata adalah rahasia di
balik kemampuannya melihat berbagai hal. Itu rahasia yang tidak mudah untuk
dijelaskan. Perhatikanlah bentuk kelopak mata yang mengelilinginya dan
gerakannya yang diciptakan dapat bergerak dengan cepat untuk melindungi mata
dari sesuatu yang dapat membahayakan nya seperti debu dan benda benda lainnya.
Jadi, kelopak mata itu seperti pintu yang dapat dibuka ketika dibutuhkan. Di
lain sisi, kelopak mata ditujukan untuk keindahan mata dan wajah, maka rambut
(bulu) yang ada padanya diciptakan dalam ukuran tertentu dimana ia tidak
memanjang terus yang akan membahayakan mata dan juga tidak dikurangi sampai
pada ukuran yang dapat membahayakannya.
f.
Perhatikanlah
mulut dan lidah serta hikmah hikmahnya. Allah SWT menjadikan kedua bibir
sebagai penutup bagi mulut, seolah olah ia bagaikan pintu yang dapat ditutup
ketika kebutuhan untuk membukanya sudah berakhir. Ia pelindung bagi gusi dan
gigi serta bermanfaat untuk keindahan. Jika tidak ada keduanya, makhluk menjadi
jelek. Kedua bibir itu juga membantu untuk berbicara. Sedangkan lisan berguna
untuk bertutur kata dan mengungkapkan apa yang ada dalam hati, untuk mengunyah
makanan dan meletakkannya di bawah gigi sehingga mudah untuk dikunyah dan ditelan.
Dan Allah SWT juga menjadikan gigi
terdiri dari beberapa buah yang terpisah, tidak merupakan satu tulang.
Sehingga, bila sebagiannya rusak maka yang lainnya dapat tetap bermanfaat. Pada
gigi itu, Allah SWT gabungkan antara manfaat dan keindahan. Allah SWT juga
menjadikannya keras tidak seperti tulang badan, karena ia selalu dibutuhkan.
Gigi geraham dijadikan besar namun tidak berlebihan karena ia diperlukan untuk
menghancurkan makanan. Allah SWT menguatkan akar akar gigi, menentukan
kekuatannya untuk menghancurkan makanan, dan memutihkan warnanya dengan warna
merah di sekelilingnya. Gigi gigi itu sama tingginya dan serasi susunannya,
seolah olah ia mutiara yang tersusun rapi.
g.
Sekarang
perhatikanlah pula bahwa pada mulut diciptakan air liur yang tidak muncul
kecuali pada saat dibutuhkan. Jika ia muncul dan mengalir sebelum dibutuhkan,
hal itu akan membuat jelek manusia. Ia dijadikan agar makanan yang dikunyah
dapat menjadi basah sehingga mudah untuk dimasukkan ke kerongkongan tanpa
kesulitan dan tanpa ada rasa sakit. Jika tidak ada makanan, air liur yang
dijadikan untuk membasahkan itu pun hilang dan hanya tinggal sekedar untuk
membasahi anak lidah dan kerongkongan untuk keperluan berbicara dan agar tidak
kering. Karena, bila kering, itu akan dapat membinasakan manusia.
h.
Perhatikanlah
pula bagaimana Allah SWT meninggikan hidung di tengah tengah wajah, lalu
membaguskan bentuknya, dan membukan lubangnya. Allah SWT juga menjadikannya
sebagai indera penciuman agar dengan hirupannya ia dapat mengetahui bau dari
makanan dan minuman, juga agar dapat menikmati bau bauan yang wangi, menjadi
sesuatu yang berbau busuk dan kotorm dan agar dapat menghirup ruh kehidupan
sebagai makanan bagi hatinya dan penyejuk bagi panas yang ada di dalam tubuh.
i.
Kemudian
Allah SWT juga menciptakan pangkal tenggorokan dan menyiapkannya untuk tempat
keluar suara. Allah SWT menjadikan pangkal tenggorokan berbeda beda dalam
kesempitan dan keluasannya, kasar dan halusnya, keras dan lunaknya, serta
panjang dan pendeknya. Dengan sebab itu berbeda beda suara yang keluar.
Sebagaimana pada dua gambar diciptakan perbedaan sehingga tidak ada dua gambar
yang sama, tidak ada dua suara yang serupa. Pada dua suara akan tampak
perbedaan sehingga orang yang mendengar dapat membedakan seseorang dari yang
lain hanya dari mendengar suaranya. Begitu juga akan tampak perbedaan antara
dua orang. Rahasia di balik itu adalah agar dapat saling mengenal satu dengan
yang lainnya.
j.
Kemudian
perhatikanlah bagaiman Allah SWT menciptakan dua tangan yang diberikan kepada
manusia untuk mengambil apa apa yang dituju dan menolak bahaya. Bagaimana pula
Ia membentangkan telapak tangan, membagi jari yang lima, dan membagi jari
dengan ujung jari. Empat jari dijadikan di satu sisi dan ibu jari dijadikan
pada sisi lain, sehingga ibu jari
mengelilingi semuanya. Kemudian Allah SWT menjadikan kuku kuku di ujung ujung
sebagai penghias bagi ujung jari dan penopang baginya dari sebelah belakang
sehingga ia tidak lemah. Dengan kuku seseorang dapat mengambil/memungut sesuatu
yang kecil yang tidak dapat dicapai dengan ujung jari bila tanpa kuku. Kuku
juga dapat digunakan untuk menggaruk tubuh ketika seseorang membutuhkan itu.
k.
Kemudian
Allah SWT juga menjadikan kuku dapat dijadikan petunjuk untuk menggaruk baik di
saat tidur maupun di saat jaga dan menuju tempat tempat yang dibutuhkan di
tubuhnya. Seandainya ia beralih kepada anggota badan yang lain dan memintanya
untuk menggaruk, maka anggota yang lain itu tidak dapat mengetahui tempat
tempat yang dibutuhkannya kecuali dalam waktu yang lama dan setelah ia
merasakan lelah.
l.
Kemudian
lihatlah bagaimana Allah SWT memanjangkan kedua paha dan kedua betis serta
membentangkan kedua kaki agar seseorang dapat berjalan. Allah SWT menghias
kedua kaki dengan jari jari yang dijadikanNya sebagai penghias dan penguat
untuk berjalan serta Allah SWT juga menghias dan menguatkan jari jari dengan
kuku.
m. Kemudian perhatikan bagaimana Allah
SWT menciptakan semua ini dari air mani yang sangat sederhana. Kemudian darinya
Allah SWT menjadikan tulang belulang tubuh yang dijadikanNya sebagai jisim yang
kuat dank eras agar dapat menjadi penyanggah dan tiang bagi tubuh. Allah SWT
menentukan ukuran masing masing tulang belulang itu dalam ukuran yang berbeda
beda dan dalam bentuk yang saling bersesuaian. Diantaranya ada yang kecil, ada
yang panjang, ada yang bulat, ada yang berlubang, ada yang tidak berlubang, ada
yang lebar, dan ada yang kecil.
n.
Allah
SWT juga menempatkan sumsum yang halus yang terjaga pada tulang tulang ini
untuk kepentingannya dan untuk menguatkannya. Karena manusia membutuhkan
sejumlah tubuhnya dan sebagian anggota badannya maka Allah SWT tidak menjadikan
tulang tulang pada tubuh manusia menjadi satu tulang, melainkan menjadi banyak
tulang. Diantara tulang tulang itu terdapat persendian persendian sehingga ia
mudah untuk digerakkan. Allah SWT menentukan bentuk masing masing tulang dalam
ukuran tertentu sesuai dengan gerakan yang dituntut darinya. Kemudian Allah SWT
menyambungkan antara persendian persendian itu dan mengikatkan satu sama lain
dengan pasak pasak pada salah satu sisi dari tulang dan Allah SWT lekatkan sisi
yang lain seperti pembalut.
o.
Allah
SWT juga menjadikan bagian yang menonjol pada salah satu sisi dari tulang dan
pas sisi tulang yang lain terdapat lubang yang sesuai dengan bentuk bagian yang
menonjol agar bagian yang menonjol dapat masuk dan menutup bagiau dari tulang
yang berlubang. Sehingga manusia ingin menggerak bagian tertentu dari tubuhnya
dan bukan bagian yang lain, maka tidak ada halangan baginya. Seandainya hikmah
penciptaan persendian itu tidak ada, maka ia akan mengalami kesulitan untuk
itu.
p.
Kemudian
perhatikanlah bagaimana Allah SWT menciptakan kepala yang tersusun dari 55 buah
tulang yang berbeda beda bentuknya dan menyatukan satu dengan yang lainnya
sedemikian rupa sehingga batok kepala menjadi kokoh seperti yang kita lihat.
Enam tulang di antaranya pada tulang tengkorak, sedang pada gigi terdapat 23
buah tulang, dimana sebagiannya lebar sehingga cocok untuk menggiling dan
sebagiannya lagi tajam sehingga sesuai untuk memotong motong. Kemudian Allah
SWT menjadikan tengkuk sebagai pusat dari kepala dan menyusunnya dari tujuh
tulang belakang, yang bolong dan yang bundar, yang lebih dan yang kurang, agar
yang satu dapat menutup yang lain.
q.
Sekarang
perhatikanlah bagaimana Allah SWT menciptakan alat alat untuk menggerakkan
tulang tulang, yaitu otot otot. Di dalam badan manusia, Allah SWT menjadikan
529 buah otot. Otot tersusun dari daging, urat syarafm selaput dan pembalut.
Otot otot itu berbeda beda ukuran dan bentuknya sesuai dengan perbedaan tempat
tempatnya dan kebutuhan kebutuhannya. Diantaranya 24 buah untuk menggerakkan
mata dan pelupuknya, dimana jika satu saja dari otot otot itu kurang maka
fungsi mata pun menjadi terganggu. Demikianlah, setiap anggota bada memiliki
otot otot dalam jumlah tertentu dan ukuran yang sesuai dengannya.
r.
Kemudian
perhatikanlah kemuliaan dan kekhususan yang diberikan pada penciptaan manusia.
Manusia diciptakan tegak ketika berdiri dan lurus ketika duduk; mengerjakan
sesuatu dengan kedua tangannya dan anggota anggota tubuhnya yang lain, dan ia
dapat mengobati dirinya dan melakukan sesuatu. Manusia tidak diciptakan
menelungkup seperti sejumlah hewan. Karena, seandainya demikian manusia tidak
akan mampu mengerjakan pekerjaan pekerjaan tersebut.
s.
Perhatikanlah
secara keseluruhan bagian dalam dan luar dari manusia. Niscaya kita akan
mendapatinya tercipta dalam bentuk yang memiliki suatu hikmah yang menimbulkan
kekaguman. Allah SWT menjadikan anggota anggota tubuh manusia penuh dengan
makanan yang terus menerus masuk. Tetapi Allah menentukannya dengan ukuran yang
tidak melebihinya. Karena, bila makanan yang masuk berlebihan niscaya badan
manusia akan menjadi besar dan sulit untuk bergerak. Dalam hal pakaian pun
demikian.Diantara hikmah yang besar dan pengaturan yang bagus adalah
berhentinya anggota anggota tubuh dalam mengkonsumsi makanan pada batas yang
tertentu ini, sebagai rahmat dari Allah SWT dan kasih sayangNya terhadap
hambaNya. Jika kita mendapati semua ini sebagai ciptaan Allah SWT dari setetes
air, maka bagaimana perkiraanmu dengan ciptaanNya di alam langit dan bumi,
termasuk mataharinya, bulannya dan bintang bintangnya? Bagaimana pula hikmah
hikmah yang ada dalam ukuran ukurannya, bentuk bentuknya, jumlah jumlahnya,
letak letaknya, berkumpulnya sebagian benda alam tersebut dan berpisahnya
sebagian yang lain.
Janganlah kita menyangka
bahwa suatu benda yang kecil di langit, di bumi, dan di semua alam ini terlepas
dari hikmah hikmah. Bahkan semuanya mengandung keajaiban keajaiban dan hikmah hikmah,
dimana tidak ada yang dapat mengetahui semuanya kecuali Allah SWT. Apakah kita tidak pernah tahu tentang firman
Allah SWT dalam AlQuran berikut ini: “Apakah kamu lebih sulit penciptaanya
ataukah langit? Allah telah membinanya (membangunnya), (surat An Nazi’at (79)
ayat 27)
Renungkanlah, seandainya
manusia dan jin berkumpul untuk menciptakan pendengaran, pendengaran, dan
perasaan serta kehidupan bagi air mani, niscaya mereka tidak mampu melakukan
itu semua. Perhatikanlah bagaimana Allah SWT menciptakannya di dalam rahim.
Allah SWT membentuknya dengan bentuk yang sebaik baiknya, menentukan ukurannya
dengan ukuran sebaik baiknya, membagi bagian bagiannya dari yang mirip sampai
yang berbeda beda, menyempurnakan tulang tulang di tempat tempatnya, membaguskan
bentuk bagian bagiannya, menyusun urat urat syarafnya, menata bagian luar dan
bagian dalamnya, dan menciptakan saluran saluran makanannya agar kehidupannya
dapat tetap bertahan.
Kemudian perhatikan
bagaimana Allah SWT mengatur bagian bagian dalam dari tubuh seperti jantung,
hati, perut, limpa, paru paru, rahim, kandung kemih, dan usus. Masing masing
anggota tubuh dalam bentuk tertentu, dengan ukuran tertentu, dan untuk tugas
(fungsi) tertentu. Agar perut dapat mematangkan makanan, di dalamnya Allah SWT
jadikan urat yang sangat membantu kebutuhannya, sehingga makanan dapat
dihancurkan dan digiling. Penggilingan (penghalusan) yang pertama yang
dilakukan oleh gigi geraham dijadikan sebagai bantuan bagi perut besar.
Hati dijadikan untuk
mengubah makanan menjadi darah, lalu dari sana diserap makanan yang sesuai ke
setiap bagian. Makanan untuk tulang berbeda dengan makanan untuk daging,
makanan untuk urat berbeda dengan makanan untuk urat syaraf, makanan untuk
rambut berbeda dengan makanan untuk yang lain. Limpa, empedu, dan buah pinggang
dijadikan untuk membantu hati. Kemudian perhatikanlah bagaimana Allah SWT
menjadikan pada manusia akal dan kemampuan untuk membedakan/mengenali sesuatu
secara bertahap sampai saat kematangannya. Pikirkanlah dan renungkanlah rahasia
manusia dilahirkan dalam keadaan jahil, tidak memiliki pikiran dan pemahaman.
Jika manusia dilahirkan dalam keadaan telah dapat berfikir niscaya ia akan
mengingkari ala mini ketika ia keluar dari rahim sehingga ia menjadi bingung
dan kacau pikirannya, karena ia melihat apa yang ia tidak kenal, didatangi oleh
sesuatu yang belum pernah dilihat dan dialaminya.
Kemudian ia akan mendapati
dirinya rendah (lemah) ketika ia melihat dirinya dikandung dan dilahirkan
dengan dibalut kain, serta diselimuti ketika dalam buaian padahal ia
membutuhkan itu semua karena kondisi badannya yang lunak dan basah ketika
dilahirkan. Apakah manusia tidak melihat bahwa Allah SWT menjadikan segala
sesuatu dengan hikmah yang setinggi tingginya dan dengan cara yang tepat? Kemudian
jangan lupa perhatikanlah pula hikmah dari perasaan marah yang diciptakan pada
manusia yang membuatnya dapat membela dirinya dari sesuatu yang
membahayakannya. Juga hikmah dari perasaan iri yang membuatnya berusaha untuk
mendapatkan apa yang bermanfaat baginya. Hanya saja ia diperintah untuk
mengambil sikap pertengahan dalam kedua hal ini. Karena, bila ia melampaui
batas dalam keduanya ia akan mencapai derajat para syaitan. Bahkan ia wajib
membatasi kemarahannya hanya untuk menolak bahaya dan membatasi perasaan irinya
sampai pada ghibthah, yaitu menginginkan apa yang bermanfaat baginya tanpa
harus merugikan orang lain.
Pikirkanlah tentang otak.
Jika ia diperlihatkan, kita akan mendapati sebagian darinya menyelubungi bagian
yang lain untuk menjaganya. Ia ditutupi oleh tengkorak kepala dan rambut.
Rambut merupakan penutup tengkorak kepala, sekaligus keindahan baginya. Rambut
juga menjauhkannya dari hal hal yang dapat membahayakan seperti panas, dingin, dan sebagainya. Allah SWT
menjaga otak dengan penjagaan yang demikian karena Allah SWT tahu bahwa otak
itu penting dan ia patut untuk mendapatkan penjagaan demikian karena ia
merupakan sumber dari indra.Kemudian perhatikanlah bagaimana hati disembunyikan
di dalam dada dan ditutupi oleh selaput yang merupakan penutupnya. Karena
mulianya hati ini, Allah SWT menyempurnakan dan menjaganya dengan tulang yang
berdaging dan berurat syaraf. Itulah yang sesuai untuknya.
Kemudian perhatikan
bagaimana Allah SWT menjadikan dua buah rongga di tenggorakan. Salah satunya untuk
suara, yaitu kerongkongan yang berhubungan dengan paru paru. Sedangkan yang
satu lagi untuk makanan, yang berhubungan ke perut besar. Di atas tenggorokan
dijadikan penutuh yang mencegah makanan masuk ke situ. Allah SWT menjadikan
paru paru sebagai kipas bagi hati agar panas tidak hanya terbatas di dalam
jantung yang dapat merusakkanya. Kemudian Allah SWT memenuhi angkasa dengan
udara untuk kepentingan ini dan untuk kepentingan kepentingan lain. Tidakkah kita pikirkan bagaimana keadaan
seseorang manusia bila ia kehilangan satu kemampuan, misalnya mengingat. Ia
tidak ingat apa yang baik dan apa yang buruk bagi dirinya. Ia tidak ingat apa
yang telah ia kirimkan dan apa yang telah sampai kepadanya, apa yang telah ia
berikan dan apa yang telah ia ambil, apa yang telah ia lihat dan apa yang telah
ia dengar, apa yang telah ia katakana dan apa yang telah dikatakan kepadanya.
Ia juga tidak ingat orang yang berbuat baik kepadanya dan orang yang berbuat
jahat kepadanya serta orang yang menguntungkannya dan orang yang merugikannya.
Ia tidak dapat mengambil petunjuk dari jalan yang pernah dilaluinya; tidak
dapat mengingat ilmu yang pernah dipelajarinya; tidak dapat mengambil manfaat
dari apa yang ditulisnya; tidak dapat mengungkapkan tentang orang orang yang
terdahulu.
Yang lebih menakjubkan lagi
dari nikmat ingat adalah nikmat lupa. Seandainya
tidak ada sifat lupa maka ia tidak akan dapat lupa pada suatu musibah, tidak
akan berkurang penyesalannya, dan tidak akan hilang perasaan dendam dari
dirinya. Ia juga tidak dapat menikmati kelezatan kelezatan nafsu duniawi bila
ia teringat musibah musibah, bencana bencana, dan segala hal yang membuatnya
marah. Ia pun tidak dapat melupakan orang yang lalim terhadapnya, orang
yang dengki kepadanya, atau orang yang bermaksud membahayakannya. Maka
perhatikanlah bagaimana Allah SWT menjadikan sifat ingat dan lupa pada manusia
yang keduanya itu berlawanan. Pada masing masingnya terdapat berbagai maslahat
bagi manusia. Kita juga bisa memperhatikan rasa malu yang hanya Allah SWT
berikan kepada manusia, dan tidak diberikan kepada yang lain. Seandainya tidak
ada rasa malu, tidak sedikit kesalahan yang dibuat, tidak akan terpenuhi kebutuhan
kebutuhan. Ia juga tidak akan menghormati tamunya dan tidak akan berlaku ramah.
Sehingga, ia akan melakukan apa saja dan tidak beralih dari sesuatu yang buruk.
Maka ia akan meninggalkan berbagi hal, termasuk banyak perintah yang wajib.
Sesungguhnya banyak hal dilakukan manusia karena adanya perasaan malu kepada
orang lain. Ia menyerahkan (mengembalikan) amanat amanat milik orang lain,
memperhatikan hak hak orang tua dan orang orang lain, enggan melakukan hal hal
yang keji dan sebagainya. Semua itu karena ia senang dengan perasaan malu.
Kemudian pikirkanlah
tentang penciptaan rambut dan kuku yang keduanya dapat memanjang. Karena dalam
memendekkan kedua terdapat maslahat bagi manusia, maka keduanya diciptakan
tidak memiliki rasa sehingga orang tidak merasa sakit ketika memotongnya.
Seandainya tidak ada hikmah ini, maka manusia akan berada di antara dua keadaan
berikut: bila ia membiarkan (tidak memotong) rambut dan kukunya maka ia menjadi
jelek, dan bila ia memotongnya ia akan merasa sakit.
Kemudian pikirkanlah
kembali tentang rambut. Seandainya ia tumbuh di mata niscaya ia akan
menghalangi pandangan, bila tumbuh di mulut ia akan menyulitkan ketika makan
dan minum, bila tumbuh ditelapak tangan, niscaya akan hilang kenikmatan meraba,
dan bila tumbuh di kemaluan akan mengganggu. Padahal, pada tempat tempat
tersebut rambut dapat saja tumbuh. Maha Suci Tuhan yang mengatur dan memberi
nikmat nikmat ini. Kemudian perhatikan pula apa yang diberikan dan apa yang
tidak diberikan pada manusia yang juga untuk kepentingannya. Diantaranya adalah
harapan. Dengan sebab adanya harapan ini, dunia menjadi makmur dan keturunan akan
tetap lestari, dimana orang orang yang lemah mewarisi manfaat manfaat
kemakmuran dari orang orang yang kuat. Karena, makhluk pada awalnya adalah
lemah. Bila ia tidak menemukan peninggalan peninggalan kaum yang telah
menempati suatu tempat dan yang telah membangun dunia ini, maka tidak ada
baginya tempat untuk berlindung dan tidak ada alat yang dapat dimanfaatkan.
Jadi, harapanlah yang menjadi sebab orang orang sekarang melakukan sesuatu yang
bermanfaat bagi orang orang yang akan datang dikemudian hari. Demikianlah hal
itu diwarisi sampai hari kiamat.
Tetapi manusia tidak
diberikan pengetahuan tentang ajalnya dan tentang batas usianya karena adanya
manfaat tertentu. Jika ia mengetahui lama hidupnya dan masa usianya yang
pendek, maka hidupnya tidak akan senang dan ia tidak merasa gembira dengan
adanya keturunan, dengan adanya kemakmuran di muka bumi, dan lain lainnya. Seandainya ia mengetahui bahwa masa hidupnya
panjang, niscaya ia akan terus mengikuti nafsu, melampaui batas batas, dan akan
menceburkan diri ke dalam segala hal yang dapat membinasakan. Para pemberi
peringatan tidak akan dapat menghentikan dan mencegahnya dari sesuatu yang akan
membawanya kepada kerusakan. Jadai pada ketidaktahuan manusia tentang masa
usianya terdapat suatu maslahat, yaitu ia akan mengkhawatirkan kemungkinan
datangnya kematian secara mendadak dan ia akan segera melakukan perbuatan
perbuatan baik sebelum masanya lewat.
Kemudian perhatikanlah apa
apa yang bermanfaat bagi manusia seperti berbagai jenis makanan yang berbeda
beda rasanya, berbagai buah buahan yang bermacam macam warna dan keindahannya,
berbagai kendaraan yang dapat ia naiki dan dapat diambil manfaat manfaatnya,
burung burung yang dapat dinikmati suaranya, uang dan permata yang ia kumpulkan
untuk mencapai tujuan tujuannya, rumput rumputan yang ia gunakan untuk menjaga
kesehatannya, binatang binatang ternak yang dapat ia makan dan dapat digunakan
untuk hal hal lain seperti mengolah tanah, mengangkut beban, dan lain lain,
bunga bungaan dan wangi wangian lain yang dapat ia nikmati keharumannya dan
dapat ia manfaatkan, berbagai macam pakaian yang berbeda beda jenisnya. Semua
itu merupakan buah dari akal dan pemahaman yang diciptakan pada dirinya.
Diantara hikmah yang besar
adalah berbeda bedanya manusia dalam memiliki apa apa yang bermanfaat baginya
dapat dibedakan yang kaya dari yang miskin. Sehingga, hal itu menjadi sebab
adanya pembangunan di dunia ini. Dengan sebab itu terkadang dalam banyak
keadaan manusia menyibukkan diri dengan sesuatu dapat merugikan dirinya sendiri.
Dalam kesibukannya itu manusia bagaikan seorang anak kecil yang karena akalnya
masih kurang ia sibuk dengan sesuatu yang dapat membahayakan dirinya dan tidak
mau diam (berhenti) karena diam itu merupakan kesusahan baginya.
Bagaimana seseorang akan
dapat menghitung hikmah hikmah dan anugerah anugerah Allah SWT yang dimaksudkan
untuk keseimbangan ala mini dan agar para hamba beribadah kepadaNya. Semua
hikmah dan anugerah itu tidak terbatas dan tidak dapat dihitung. Tidak ada yang
dapat mengetahui puncak hakekatnya dan menghitung jumlahnya kecuali Tuhan Yang
Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui yang rahmat dan ilmuNya memenuhi segala
sesuatu. Hanya Allah SWT lah yang dapat menghitung segala sesuatu.
Apa yang kami kemukakan
tentang hikmah hikmah yang berhubungan dengan jasmani manusia, menunjukkan
Allah SWT adalah dzat yang maha hebat sehingga kehebatan Allah SWT tampil
disetiap ciptaanNya. Sekarang tidakkah kita bisa melihat, merasakan, merenung
kan betapa hebatnya jasmani diri kita ini lalu sudahkah diri kita bersyukur
dengan diberikannya jasmani yang begitu luar biasa! Jika sampai kita tidak
mampu bersyukur kepada Allah SWT tentu ada yang salah di dalam diri kita.
Semoga hal ini tidak terjadi pada diri kita.
Hai hambaKu, Aku telah menciptakan segala sesuatu ini untukmu. Karenanya, bagaimana mungkin Aku akan merelakan dirimu dikuasai oleh sesuatu? Sebenarnya Aku telah melarangmu untuk bergantung kepada sesuatu karena rasa cinta dan kasih sayangKu kepadamu. Hai hambaKu, Aku tidak akan merelakanmu dikuasai oleh sesuatu. Sesungguhnya Aku telah menciptakanmu agar kamu sepenuhnya dapat menjadi milikKu. Aku telah menciptakanmu dalam bentukKu yang Mahaesa, Mahamendengar, Mahamelihat, Mahaberkehendak, dan Mahaberbicara. Aku menciptakanmu agar kamu dapat menerima semua penjelmaan nama namaKu dan pertolonganKu. Hai hambaKu, kamu laksana pandangan mataKu. Tidak ada tabir yang dapat menutupi antara diriKu dan dirimu. Hai hambaKu, kamu laksana teman dekatKu. Tidak ada jarak yang memisahkan antara diriKu dengan dirimu.Ketahuilah hai hambaKu, sesungguhnya antara Aku dan kamu itu tidak ada jarak yang memisahkan. Aku lebih dekat kepadamu daripada dirimu sendiri dan Aku lebih dekat kepadamu daripada urat lehermu. “Oleh karena itu, pandanglah Aku! Karena sesungguhnya Aku sangat suka melihat dirimu.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar