Label

MEMANUSIAKAN MANUSIA: INILAH JATIDIRI MANUSIA YANG SESUNGGUHNYA (79) SETAN HARUS JADI PECUNDANG: DIRI PEMENANG (68) SEBUAH PENGALAMAN PRIBADI MENGAJAR KETAUHIDAN DI LAPAS CIPINANG (65) INILAH ALQURAN YANG SESUNGGUHNYA (60) ROUTE TO 1.6.799 JALAN MENUJU MAKRIFATULLAH (59) MUTIARA-MUTIARA KEHIDUPAN: JALAN MENUJU KERIDHAAN ALLAH SWT (54) PUASA SEBAGAI KEBUTUHAN ORANG BERIMAN (50) ENERGI UNTUK MEMOTIVASI DIRI & MENJAGA KEFITRAHAN JIWA (44) RUMUS KEHIDUPAN: TAHU DIRI TAHU ATURAN MAIN DAN TAHU TUJUAN AKHIR (38) TAUHID ILMU YANG WAJIB KITA MILIKI (36) THE ART OF DYING: DATANG FITRAH KEMBALI FITRAH (33) JIWA YANG TENANG LAGI BAHAGIA (27) BUKU PANDUAN UMROH (26) SHALAT ADALAH KEBUTUHAN DIRI (25) HAJI DAN UMROH : JADIKAN DIRI TAMU YANG SUDAH DINANTIKAN KEDATANGANNYA OLEH TUAN RUMAH (24) IKHSAN: INILAH CERMINAN DIRI KITA (24) RUKUN IMAN ADALAH PONDASI DASAR DIINUL ISLAM (23) ZAKAT ADALAH HAK ALLAH SWT YANG HARUS DITUNAIKAN (20) KUMPULAN NASEHAT UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK (19) MUTIARA HIKMAH DARI GENERASI TABI'IN DAN TABI'UT TABIIN (18) INSPRIRASI KESEHATAN DIRI (15) SYAHADAT SEBAGAI SEBUAH PERNYATAAN SIKAP (14) DIINUL ISLAM ADALAH AGAMA FITRAH (13) KUMPULAN DOA-DOA (10) BEBERAPA MUKJIZAT RASULULLAH SAW (5) DOSA DAN JUGA KEJAHATAN (5) DZIKIR UNTUK KEBAIKAN DIRI (4) INSPIRASI DARI PARA SAHABAT NABI (4) INILAH IBADAH YANG DISUKAI NABI MUHAMMAD SAW (3) PEMIMPIN DA KEPEMIMPINAN (3) TAHU NABI MUHAMMAD SAW (3) DIALOQ TOKOH ISLAM (2) SABAR ILMU TINGKAT TINGGI (2) SURAT TERBUKA UNTUK PEROKOK dan KORUPTOR (2) IKHLAS DAN SYUKUR (1)

Senin, 14 Maret 2022

PERUMPAMAAN DARI PARA AHLI HIKMAH (PART 1 of 2)

 

DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG 

 

1.    Riang Diberi Ancaman  dan  Gundah Diberi Hadiah. Perumpamaan orang yang membaca AlQuran tetapi tidak tahu maknanya adalah seperti raja yang menulis surat kepada pekerjanya. Dalam surat tersebut terdapat perintah dan larangan serta janji atas ketaatan dan ancaman atas pelanggaran. Si pekerja menjaga baik-baik surat sang raja. Ia melaksanakan sebagian yang dijanjikan dan mengabaikan sebagian ancaman. Ia membaca surat itu setiap hari. Setiap kali sampai pada ancamam dan sesuatu yang dapat mencelakakan diri, ia justru bernyanyi dengan riangnya, seolah-olah ia sedang mendendangkan lagu kegembiraan. Ketika sampai pada pemberian hadiah kabar gembira, dan penghormatan, ia malas dan tidak bersemangat, seolah-olah ia gundah mendengarnya. Dalam membaca surat sang raja, ia tak ubahnya seperti orang gila.

 

Dalam AlQuran terdapat perintah dan larangan, janji dan ancaman, berbagai informasi masa lalu sebagai pembangkit harapan dan peringatan, sejumlah perumpamaan serta karunia dan anugerah-Nya. Apabila seseorang tidak mengetahui semua ini dan hanya puas dengan membaca, ia bagaikan pekerja yang setiap hari membaca surat raja tanpa mengerti isinya. Pembaca AlQuran ibarat orang yang melewati jalan lengang. Kadangkala ia dihadapkan pada sejumlah rintangan yang harus dilewati. Itulah ukuran kebenarannya dalam menanggapi perintah dan larangan-Nya. Kadangkala ia harus menghadapi padang sahara. Itulah ancaman-Nya. Kadangkala ia harus melalui tanah gersang. Itulah tempat sejumlah kaum yang Allah gambarkan dan puji dalam kitab-Nya. Kadangkala ia menemui kawasan rimbun. Itulah nikmat-Nya yang beraneka ragam. Kadangkala di tempat tersebut ia menemukan kebun berhias mawar dan melati. Itulah keterangan tentang sejumlah karunia-Nya. Kadangkala ia menemui sejumlah tanaman di kebun itu. Itulah sebagian anugerah-Nya untuk sang hamba. Kadangkala ia melewati tanah berduri dan penuh dengan binatang buas. Itulah penjelasan tentang aneka macam nafsu dan tipuan syaitan.

 

AlQuran mengandung semua itu. Barangsiapa membaca AlQuran tanpa memahaminya, ia bagaikan orang mabuk dan seluruh isi AlQuran pun berlalu begitu saja tanpa bekas. Ia menyanyi dan bergembira ketika seharusnya berduka cita. Ia mengangkat kepala saat seharusnya menundukkan kepala. Ia riang dikala diberi ancaman dan gundah kala diberi hadiah.

 

2.        Menikmati Hidangan Favorit. Orang yang membaca seraya merenungkan Kitabullah ibarat orang baik yang mengunyah makanan kesukaan di mulutnya. Ia merasakan betul kenikmatan makanan itu di mulutnya, di tenggorokannya, bahkan di dadanya. Ia tidak pernah bosan memakan dan menelannya. Demikian pula orang yang membaca AlQuran seraya meresapinya sebagai kalam Tuhan. Ia berkata dalam hatinya, “Tuhan menempatkan kalam-Nya dalam dadaku hingga menetap  di sana. Dia membuatku mampu untuk  mengeluarkan nya dari dadaku sehingga terucap oleh lisanku dengan bantuan rongga mulut, gigi, dan kedua bibir. Dia menurunkannya di antara dada dan lisanku.” Matanya menjadi tenang dan sejuk dengan pemikiran dan perenungan tesebut. Ia mengucapkannya di lisan, tenggorokan, dan bibir sebelum sibuk dengan rahasia dan maknanya. Di lain sisi. Allah SWT menggambarkan kalam-Nya sebagai kemuliaan, keagungan, keluhuran, dan pengawasan. Kemuliaanya terletak pada kemudahan yang disertai kehalusan dan penjelasan. Keaagungannya terletak pada perintah dan larangan. Keluhurannya terletak pada kosa kata. Pengawasannya terletak pada pembersihan hati dan ketiadaan penyerupa.

 

3.       Bintang dan Rambu. Ulama ibarat bintang yang dijadikan petunjuk dan rambu yang dijadikan panduan. Bila bintang lenyap, manusia bingung. Bila mengabaikan rambu, manusia akan tersesat.

 

4.    Mata Air bagi Sungai Besar. Pemimpin tak ubahnya seperti mata air bening bagi sungai yang besar. Ketika manusia masuk ke dalam sungai dan mengotorinya, mengalirlah air yang jernih dari mata air tersebut. Jika kekeruhan bersumber dari mata air, tentu sungai akan kotor seluruhnya. Bila itu terjadi, yang dapat dilakukan adalah menutup mata air.

 

5.     Pasak dan Tiang. Perumpamaan  masyarakat  dan pemimpin adalah seperti kemah yang hanya bisa tegak dengan tiang dan tiang itu pun hanya bisa tegak dengan pasak. Manakala pasak dicabut, tiang akan goyah.

 

6.       Biji Mata. Hati seperti biji mata. Benda kecilpun menyibukkannya. Hati juga disibuk-kan dengan hal hal kecil.

 

7.        Kebingungan Mendengar Panggilan. Mukmin yang berdosa lalai tak ubahnya seper-ti orang yang berada di reruntuhan di tengah padang pasir. Ia mendengar suara dari berbagai arah menyerunya, sementara ia tidak mengetahui siapa yang memanggil, siapa yang dipanggil, dan panggilan mana yang harus dijawabnya. Ia tertawan oleh suara panggilan. Mukmin seharusnya merasa tenteram dengan suara Allah SWT. Dalam segala hal ia pasrah dan bergantung hanya padaNya.

 

8.        Penjual yang Menjual Lebih. Orang berakal dan benar benar berislam (berserah diri) bagaikan orang yang menjual rumah tempat tinggal. Kepadanya dikatakan, “Serahkanlah yang telah kau jual.” Seketika itu pula ia keluar dan meninggalkan seluruh perabotan rumahnya seraya berkata kepada pembeli. “Seluruh perabotannya gratis untukmu dan ini kuberikan kembali uangmu.”

 

9.        Utusan  Meminta  Maaf, Pengutus  Larut  dalam  Dosa. Perumpamaan  orang yang lalai dalam shalatnya adalah seperti orang yang berbuat salah kepada penguasa kemudian ia mengutus seluruh budak dan pelayannya untuk meminta ampunan kepada sang penguasa. Sementara itu, ia sendiri malah sibuk dengan syahwatnya. Dalam kondisi demikian, tentu sang penguasa akan menjawab, “Engkau telah berbuat salah kepadaku dan mengabaikan perintahku. Kauutus mereka guna mewakilimu untuk meminta ampunan, namun engkau sendiri justru sibuk dengan syahwatmu.” Ia pasti mendapat murka. Apalah artinya permohonan maaf palsu yang dimintakan oleh pelayannya itu.

 

10.   Pengemis yang Langsung Pergi. Itulah perumpamaan orang yang berdoa tanpa hati yang penuh harap dan cemas. Ia tak ubahnya seperti pengemis yang meminta sesuatu di depan pintu rumah, namun ia langsung pergi dan tidak berhenti. Ketika permintaannya hendak dipenuhi, tuan rumah tidak menemukannya. Tuan rumah pun masuk kembali dengan membawa sesuatu yang tadinya hendak diberikan kepada si pengemis. Tuan rumah berkata, “Pengemis sudah pergi.” Begitulah kondisi pengemis yang langsung pergi dari setiap pintu rumah; ia tidak mendapatkan apa apa. Demikian pulalah kondisi orang yang berdoa tanpa disertai kehadiran hati.

 

11.  Pujian Orang Mabuk. Perumpamaan orang yang memuji Tuhan dengan hati lalai adalah seperti orang yang berbuat salah kepadamu. Dalam kondisi sadar, ia tidak meminta maaf kepadamu. Dalam keadaan mabuk, ia berdiri dihadapanmu lalu mencium kedua kakimu seraya memuji dengan berbagai pujian. Bukankah engkau tahu bahwa orang tersebut tidak memahami ucapan dan perbuatannya sendiri. Ucapan dan perbuatannya tidak bermanfaat.

 

12.   Penjilat. Orang yang memuji Tuhan tanpa mengetahui makna ucapannya ibarat orang yang membawakan seuntai syair untuk raja. Setelah mendengar syair itu, raja bertanya, “Apa ini?” Ia menjawab, “Ini pujian yang kuberikan untukmu.” “Engkau mengetahui makna pujianmu?” Tanya raja. “Tidak” jawabnya, “Yang kutahu ini adalah pujian.” Raja bertanya, “Dari mana engkau tahu bahwa ini adalah pujian?” Bisa jadi ini adalah ejekan.” Ia pun bingung, lalu mengaku, “Aku hanya bermaksud mendapatkan sesuatu darimu.” Akhirnya, setelah mendapatkan apa yang diminta, ia segera diusir dari hadapan raja.

 

13.     Gembira Memasuki Taman dan Sedih Terkena Duri. Diriwayatkan bahwa Ibrahim al Nakh’i merendahkan suaranya bila ia membaca ayat: “Allah mempunyai anak” (surat Al Baqarah (2) ayat 116). Diriwayatkan pula oleh sejumlah tabiin bahwa beliau membaca surat Al Furqan (25) ayat 60 selama empat puluh malam. Setiap malamnya ketika sampai pada ayat: “Mereka berkata, ‘Siapakah Yang Maha Pengasih itu?” ia jatuh pingsan. Ini terjadi selama empat puluh malam. Setiap kali sampai pada ayat tersebut, ia tak mampu melanjutkan.

 

Itulah gambaran orang yang sadar terhadap apa yang ia baca. Barangsiapa membaca seraya menghayati makna, suaranya akan terhenti dan tersendat ketika sampai pada ayat semacam itu. Saat membaca ayat hukuman, ia lemah lunglai. Tatkala melewati padang sahara, ia haus dan payah. Tatkala memasuki kebun dan taman, ia senang dan berdendang. Tatkala memakan tanaman dalam taman, ia menjadi mabuk, mabuk cinta kepada Allah SWT. Hatinya pun lalai terhadap segala sesuatu selain-Nya. Tatkala sampai di tempat penuh duri, ia merintih dan sedih. Tatkala sampai di kawasan penuh binatang buas, ia menggigil ketakutan. Tatkala mendapat tantangan musuh, ia waspada dan meminta pertolongan Tuhan.

 

Itulah berbagai kondisi hati pesadar, yang membaca AlQuran dengan penuh renungan. Hati mereka berubah-ubah sesuai dengan pengertian ayat yang mereka baca. Ketika berada di padang pasir, mereka kelelahan menanggung beban berat di pundak. Ketika singgah, mereka pun beristirahat. Itulah karunia dan kasih sayang Allah kepada hamba-Nya saat melihat kondisi hatinya yang letih dan penat setelah melewati jalan yang kami gambarkan. Hati sang hamba dilapangkan-Nya dan diberi-Nya cahaya saat ia membaca sejumlah ayat, sehingga ia terus mengulangi ayat-ayat ini. Bisa jadi ia menghabiskan waktu berjam-jam untuk membaca sejumlah ayat karena sesuatu yang terkandung di dalamnya. Itulah saat istirahatnya hati. Saat itulah ia menurunkan beban hingga kekuatannya pulih kembali.

 

14.     Sekedar Tahu Kata Orang. Perumpamaan orang yang memuji Tuhan dengan mema-hami maknanya dari orang lain adalah seperti seorang penyair yang mendatangi dan melantunkan syair pujian kepada raja. Setelah mendengar syair, raja bertanya, “Engkau memang mengenal semua sifatku itu atau diberitahu orang?” Ia menjawab, “Aku diberitahu oleh orang orang di pasar bahwa engkau demikian.” Kedudukannya pun jatuh dihadapan raja dan ia hanya memperoleh sesuatu sesuai dengan kedudukannya yang telah jatuh itu.

 

15.  Pengenal Sejati. Orang yang mengenal Allah SWT secara langsung lewat hatinya, bertutur, “Aku mengetahui sifat sifat-Mu ini dengan pengetahuan yang melebihi pengetahuanku tentang diriku sendiri. Pengenalanku tentang-Mu tidak pernah pudar.” Allah SWT berfirman: “Aku tidak akan menjadikanmu bodoh dengan pengetahuanmu tentang-Ku, tidak akan mengaburkan pengenalanmu tentang-Ku, serta tidak akan membuat keyakinanmu menjadi ragu, penglihatanmu menjadi buta dan petunjukmu menjadi kesesatan. Aku akan mencukupimu dengan seluruh pengetahuanmu tentang diri-Ku. Jika engkau mengenal-Ku sebagai Dzat Yang Maha Dermawan, kedermawanan-Ku untukmu. Jika engkau mengenal-Ku sebagai Dzat Yang Maha Penyayang, sayang-Ku untukmu. Jika engkau mengenal-Ku sebagai Dzat Yang Maha Pemurah, kemurahan-Ku untukmu. Jika engkau mengenal-Ku sebagai Dzat Yang Mahakasih, kasih-Ku untukmu. Jika engkau mengenal-Ku sebagai Dzat Yang Maha Lembut, Kelembutan-Ku untukmu. Jika engkau mengenal kemuliaan-Ku, cinta-Ku untukmu. Untukmu tambahan dan kelanggengan karunia-Ku. Tidaklah baik bagi-Ku, jika engkau mengenal-Ku dengan sifat tertentu, Aku memperlihat kan sebaliknya sehingga pengetahuan dan pengenalanmu tentang-Ku menjadi kabur. Aku seperti yang  kau kenal secara benar. Aku hadirkan untukmu sesuatu yang kau kenal dari Diri-Ku agar pengetahuanmu menjadi nyata.

 

Ini senada dengan sabda Nabi SAW: “Seandainya kalian benar benar mengenal Allah, niscaya gunung gunung bergeser dengan doa kalian. Seandainya kalian takut kepada Allah dengan takut yang sebenarnya, kalian telah mendapatkan ilmu yang tidak pernah bercampur dengan kebodohan.” Barangsiapa mengenal-Nya dengan benar, ia mengenal kekuasaan-Nya. Barangsiapa mengenal kekuasaan-Nya, ia tidak merasa aneh dengan bergesernya gunung. Barangsiapa mengenal kemurahan-Nya secara benar, ia tidak akan merasa aneh kalau doanya agar gunung digeser terkabul. Barangsiapa sejati takut kepada-Nya, hilanglah kebodohan dari dirinya, karena rasa takut adalah cahaya dari-Nya. Ketika cahaya itu memenuhi hati, ia akan takut dengan rasa takut yang sebenarnya. Kebodohan pun sirna, sebab hati hidup dengan cahaya Allah. Ilmu bersumber dari kehidupan, sedangkan kebodohan bersumber dari kematian.

 

16.    Pengagum Peti, Bukan Isi. Pembaca Kitabullah (AlQuran) yang lalai akan apa yang dibacanya ibarat orang yang menghadapi beberapa peti. Dalam setiap peti tersimpan permata yang dikirim oleh raja untuknya. Ada peti yang berisi yaqut merah, ada yang berisi yaqut kuning, dan yang berisi yaqut biru. Peti peti lain berisi zamrud dan mutiara. Yang ia lakukan hanyalah menghitung jumlah peti dihadapannya. Ia mengetahui bahwa isi peti sangat berharga, tetapi ia tidak menikmatinya. Itu karena matanya tertuju kepada peti, bukan isi peti. Apa yang terlihat oleh matanya dianggap indah oleh jiwanya. Pengetahuan tentang nilai dan mahalnya permata dalam isi peti sama sekali tidak menggerakkannya. Ia bagai orang ngantuk yang nyaris tidur. Seandainya ia memeriksa isi peti dan melihat permata yang bersinar, tentu ia sangat gembira dan hatinya pun terpikat. Bila melihat namanya terukir di permata, kekagumannya bertambah besar. Ia semakin senang dan bahagia. Ia pun bergumam, “Aku mendapat tempat di sisi raja. Beliau mengirim permata berharga ini untukku dengan namaku tertera di atasnya. Seolah olah beliau berkata, “Aku berikan semua permata ini untukmu dengan tera namamu karena kedudukanmu yang mulia di sisiku serta perhatian dan cintaku kepadamu.”

 

Kitabullah (AlQuran) bagaikan permata itu. Ia adalah kalam yang mulia. Huruf hurufnya ditata dan dirangkai oleh Tuhan alam semesta dengan hikmah-Nya yang menjangkau Hari Penentuan. Dalam diri hamba yang meresapinya, ia menjelma menjadi sebuah hikmah yang mencapai ilmu ketentuan Tuhan. Barangsiapa telah meraih ilmu tersebut, ilmunya melimpah sebagaimana terjadi pada Nabi Khidr as,. Beliau as, melintasi gurun sahara, menyelami lautan, dan menyeberangi daratan pelajaran dengan ilmu ketentuan Tuhan. Dalam hal, beliau as, melihat kekuasaan Tuhan Yang Mahaperkasa dan Mahagagah.

 

Kitabbullah (AlQuran) adalah “karya nyata” Tuhan yang tidak dan tidak akan pernah mampu dibuat oleh para malaikat, rasul, jin manusia dan seluruh makhluk. Pada setiap huruf, Dia meletakkan sesuatu untuk hamba-Nya Dia mengetahui segala kebutuhan hamba-Nya. Karena itu, Dia menyusun huruf huruf dengan hikmah tertentu di dalamnya. Melalui huruf huruf itu Dia berbicara kepada hamba hamba-Nya, menyampaikan rahasia dan kabar gembira, janji dan ancaman, peringatan dan pelajaran, dorongan dan rangsangan, berita tentang sesuatu yang telah terjadi, serta seluruh informasi tentang dunia dan akhirat. Allah SWT berfirman: “Andaikan manusia dan jin berkumpul untuk membuat (sesuatu) semisal AlQuran, sungguh mereka tidak akan mampu membuat yang semisal dengannya walaupun mereka saling membantu. (surat Al Israa’ (17) ayat 88)

 

Orang yang tidak memahami AlQuran tentu bimbang akan hal ini. Barangkali ada yang mengklaim, “Bagaimana mungkin mereka tidak mampu membuat yang serupa dengannya? Ia berbahasa Arab. Siapa pun yang mau tentu bisa.” Ini adalah pikiran orang sakit dan ucapan orang linglung, yang matanya tertutup. Mereka hanya mengaku, tetapi sebenarnya tidak, mengenal Tuhan.

 

Jin dan manusia tidak mampu membuat yang serupa dengannya, karena seluruh kalamnya, yang tersusun dalam dua puluh sembilan huruf, mengandung hikmah pada setiap hurufnya. Allah SWT menyingkapkan hikmah hikmah itu kepada hamba hamba istimewaNya seperti para nabi dan para wali. Barangsiapa menghayatinya, ia akan mendapatkan cahaya agung. Apabila cahaya itu bersinar dalam dadanya dan ia melihat kandungan setiap huruf, ia memahami bahwa ini adalah firman Tuhan Sang Pencipta dan Pemelihara alam semesta. Ada yang berkata, “Jelaskanlah kepada kami sesuatu yang dapat membuat kami mengerti paparanmu,” Kami jelaskan dengan contoh.

 

Misalnya firman Allah SWT: “Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.”  Untuk itu perhatikanlah huruf, “ba, sin dan mim” pada kata “bismi”. Dimana pada huruf ba’ terdapat baha’uh (keagunganNya), pada huruf sin terdapat sana’uh (keluhuranNya), dan huruf mim terdapat majduh (kemuliaanNya). Barangsiapa terdapat lentera dalam hatinya dan lentera itu menyinari dadanya, lubuknya akan melihat keagungan, keluhuran dan kemuliaanNya tersebut. Ia akan menyaksikan keagungan, keluhuran, dan kemuliaan Tuhan yang berlaku di alam ini. Ia tak ubahnya seperti orang yang menghadapi sejumlah peti dan mengetahui bahwa di dalamnya terdapat permata berharga yang berkilau dan menggembirakan hati. Menikmati isi peti, ia berada dalam puncak kebahagiaan. Ketika melihat permata yang bersinar nyaris menyilaukan matanya, ia terpesona. Ketika melihat namanya terukir di permata permata itu, jantungnya hamper copot karena begitu bahagia mengetahui kedudukannya di sisi sang raja.

 

Ada yang bertanya, “Bisakah lebih diperjelas lagi?” Tuhan menurunkan firmanNya secara berangsur angsur. Kitabullah adalah susunan kalam, dengan setiap huruf mempunyai kandungan masing masing, yang difirmankan dan diturunkanNya. Jika memahaminya, engkau akan terperanjat bahkan sebelum sampai kepada intinya.

 

17.   Membaca Surat Kekasih. Orang yang membaca AlQuran dengan rasa cinta kepada Allah SWT, seperti orang yang sangat rindu kepada kekasih, lalu membaca surat sang kekasih. Rasa rindunya seketika bergelora. Ia memandang dan menikmati goresan jemari kekasihnya. Hatinya menjadi tenteram dan kerinduannya terpenuhi. Demikianlah orang yang rindu kepadaNya saat matanya tertuju kepada huruf huruf AlQuran. Kalam itu terasa datang langsung dari Pemiliknya. Wahyu pun mengalir ke dalam dada dan akalnya. Ia merasa tenteram dan menikmati bacaannya. Geloran rasa rindunya menjadi tenang dengan meresapi kata kata dan kalamNya. AlQuran adalah kata kata dan kalam-Nya.

 

18.   Menjadikan Emas sebagai Lonceng di Leher. Perumpamaan orang yang membaca Kitabullah (AlQuran) tanpa memahaminya adalah seperti orang yang mengumpulkan perhiasan berharga dan mahal. Ia meletakkan perhiasan itu dalam sebuah kantung dan digantung di lehernya seperti lonceng unta. Bila ia berjalan beradunya perhiasan menimbulkan suara. “Lonceng” tersebut begitu berharga karena berisi perhiasan mahal, tetapi apakah manfaatnya? Gunanya tak lain hanya menandakan bahwa “si unta” sedang berjalan. Dan perumpamaan orang yang membaca AlQuran tanpa perenungan adalah seperti lonceng di leher sapi. Yang terdengar dari dirinya hanyalah suara lonceng.

 

19.    Pedagang Tak Tahu Barang. Orang yang menyembah Allah SWT tanpa ilmu lak-sana orang berniaga tanpa melihat barang dagangan dan tak tahu harganya. Kalau membeli, ia membeli dengan harga mahal, tetapi kalau menjual, ia menjual dengan harga murah.


20. Penimbun Harta. Orang berilmu tetapi tidak mengamalkannya dan tidak mengajarkannya kepada orang lain laksana orang yang diberi banyak harta oleh Allah lalu disimpannya harta itu di bawah tanah. Ia tidak membelanjakan harta itu untuk dirinya atau untuk orang lain. Ia dan orang lain tidak mendapatkan manfaat dari hartanya. Harta itu akan menjadi bencana di Hari Kemudian. Orang tersebut juga seperti anjing yang menempati satu tempat untuk makan, tetapi ia sendiri tidak makan. Ia juga tidak membolehkan yang lain untuk makan di sana. Yang datang ke tempatnya, disalak dan dihalau.

 

21. Pengguna dan Penderma Harta. Perumpamaan orang yang berilmu, menga-malkannya dan mengajarkannya adalah seperti orang yang diberi harta oleh Allah SWT. Ia memanfaatkan dan menikmati harta. Ia juga mendermakannya untuk tetangga, kerabat dan umat Islam.

 

22.    Pengguna Harta hanya untuk Diri Sendiri. Perumpamaan orang yang menuntut ilmu da mengamalkannya tetapi tidak mengajarkannya kepada orang lain adalah seperti orang yang diberi banyak harta oleh Allah. Ia memanfaatkan dan menikmati sendiri harta tersebut siang dan malam, tetapi ia tidak memberi sedikitpun kepada tetangga, kerabat, dan umat Islam.

 

23.    Memerangi Orang Lain dengan Membakar Diri Sendiri. Perumpamaan orang yang berilmu dan mengajarkannya kepada orang lain, tetapi ia sendiri tidak mengamalkannya, adalah seperti orang yang diberi harta banyak oleh Allah SWT. Setiap kali ada yang mengambil dan mencuri hartanya, ia tidak perduli. Ia tidak pernah membelanjakan hartanya untuk diri dan keluarganya sendiri. Akhirnya, keluarganya mati dalam keadaan lapar dan telanjang. Ia pun dalam kondisi buruk tanpa makanan dan minuman. Ia merugi di dunia dan akhirat.

 

Perumpamaan orang yang menuntut ilmu dan tidak mengamalkannya tetapi memberikan kepada orang lain untuk berbangga dan mencari kedudukan di dunia, adalah seperti lentera yang menerangi orang lain tetapi membakar diri sendiri. Ia juga tak ubahnya seperti lentera di pinggir rumah. Orang yang lewat dapat mengambil manfaat, sedangkan ia sendiri berada dalam rumah yang gelap.

 

Perumpamaan orang yang mempelajari banyak ilmu dan tidak mengamalkannya, sementara ia tidak pernah kenyang dalam menuntut ilmu, adalah seperti orang yang setiap hari dan setiap saat mengumpulkan berbagai jenis makanan, minuman dan buah buahan yang cepat busuk di rumahnya. Ia sendiri sama sekali tidak memakannya meskipun lapar. Setiap hari ia hanya memakan yang sudah kering dan rusak. Ia hanya melihat aneka makanan itu dan tidak mau memakannya. Setiap hari ia tidak pernah puas mengumpulkan nya sampai meninggal dunia. Akhirnya, rumahnya menjadi bau dan semua makanannya busuk sehingga harus dibuang.

 

24. Aib dan Cela dihadapan Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda: “Demi yang menggenggam jiwa Muhammad, sungguh aib dan cela bagi hamba ketika ia berada di hadapan Allah SWT, seraya berharap untuk dibawa ke syurga, padahal ternyata diketahui bahwa ia akan digiring ke neraka. Itu menjadi aib dan cela dihadapan Allah karena hati dan ruhnya sakit. Sakitnya ruh dan hati jauh lebih hebat daripada sakitnya jasad, karena tanpa jasad pun ruh dapat merasa sakit, sedangkan jasad merasa sakit dengan adanya ruh. Bila ada sesuatu yang menyerang jasad, ruh merasa sakit. Bila ada sesuatu yang menyerang ruh, ia jauh lebih sakit karena kehidupan dan kepekaan terdapat dalam ruh.

 

25.  Ahli  Tauhid  yang  Mendapat Siksa. Ahli tauhid yang mendapat siksa, bila dilemparkan ke dalam neraka, dimatikan sesaat sampai tubuhnya terbakar api, kemudian dihidupkan kembali. Begitulah Rasulullah SAW terangkan kepada kita. Menafsirkan firman Allah SWT: “…..maka sesungguhnya baginya neraka jahannam. Ia tidak mati di dalamnya dan tidak juga hidup. (surat Thaahaa (20) ayat 74.) beliau bersabda: “Orang orang yang memang merupakan penghuni neraka, mereka tidak mati dan tidak hidup. Adapun orang yang bukan penghuninya, neraka akan membuatnya mati sesaat, kemudian ia bangkit dan mendapat syafaat.” Mereka yang tidak mati dan tidak hidup di dalamnya tidak memiliki kehidupan di syurga, karena kehidupan penduduk syurga berasal dari sucinya kehidupan di bawah arsy. Dengan hembusan asrylah penduduk syurga hidup.

 

26.     Kehidupan Penduduk Neraka. Kehidupan penduduk neraka bersumber dari air bekas cucian penduduk syurga. Ketika mereka meminum air kehidupan di pintu syurga, hilanglah kotoran, penyakit dan beban mereka. Air bekas cucian itu mengalir ke pintu neraka untuk memberi minum penduduk neraka, sehingga mereka hidup dengannya. Kehidupan yang mereka rasakan begitu pahit. Mereka sama sekali tidak mendapatkan kehidupan yang nyaman. Mereka tidak hidup dan tidak mati. Nah, orang yang mendapat aib dan cela dihadapan Allah SWT, rasa takut, cemas dan malu membuatnya jauh lebih tersiksa daripada orang (beriman) yang dimatikan di neraka. Api neraka memakan jasadnya, tetapi rahmat Allah SWT tetap menyelimutinya. Dengan itulah ia selamat, dibebaskan setelah Allah membersihkannya, kemudian ia dibawa ke syurga dalam kondisi suci.

 

27.  Tubuh adalah Cetakan. Allah SWT menciptakan kita. Dia menjadikan tubuh kita sebagai cetakan hati, nafsu kita sebagai sumber syahwat, kepala kita sebagai sumber akal, dada kita sebagai sumber ilmu, hati kita sebagai sumber kekayaan ma’rifat, perut kita sebagai tempat energi dan tempat berkumpulnya urat yang mengalir energi dalam darah, serta limpa kita sebagai sumber kasih sayang. Selanjutnya, Dia memberikan kepada kita ruh yang hidup dan meliputi segenap diri kita. Dengan kehidupan ruh, muncullah gerakan pada seluruh tubuh kita. Dia lalu menerangi hati kita dengan cahaya cinta-Nya agar hati kita hidup bersama-Nya. Dia tanamkan di dalamnya cahaya petunjuk agar kita mendapat petunjuk dalam bergerak. Dia kemudian menjadikan ma’rifat sebagai pemimpin atas akal. Dia menciptakan hawa nafsu dan menempatkannya sebagai sekutu musuh.

 

Setelah itu, Dia berikan untuk keduanya jalan menuju akal. Dia memberikan kekuasaan kepada hawa nafsu untuk bisa mengalahkan akal, memadamkan ilmu, membuka pintu kesombongan, mengalahkan ruh, serta menipu dan menjadikan jiwa (nafs) sebagai pemimpin. Apabila jiwa merasa jadi pemimpin, ia tertipu dan berjalan bersama hawa nafsu. Hawa dan nafsu saling membantu menyerang hati. Ia seperti pihak luar yang mengambil alih kekuasaan, lalu menahan, memenjarakan, dan mengikat sang pemimpin kota. Ia kemudian menghabisi harta kekayaan, melumpuhkan para prajurit, dan duduk sebagai pemimpin. Ia menghancurkan kota dan berbuat kerusakan terhadap rakyat.

 

Tuhan memerintahkan kita dengan sejumlah hal dan melarang kita dari sesuatu yang dapat merusak pengaturannya atas diri kita, yakni maksiat. Perintah dan larangan-Nya ibarat obat yang membuat jiwa kita bebas dari penyakit agama. Dia menasehati kita seperti dokter penyayang yang memberi obat. Sang dokter  mengingatkanmu untuk menghindari hal hal tertentu. Tuhan mengingatkan kita untuk tidak mengikui ajakan hawa nafsu, rayuan dunia, serta tipu daya setan. Dia memberimu modal ilmu, akal, mak’rifat, waktu, ingatan dan kecerdasan. Dia lalu menguatkanmu dengan kalam-Nya sebagai pengontrol atas kitab kitab suci lain, sebagai cahaya dan obat hati serta sebagai petunjuk dan rahmat. Dia bahkan membekalimu dengan 99 (sembilan puluh sembilan) nama namaNya yang indah lagi baik.

 

28.   Mulut Comberan. Dalam suatu riwayat disebutkan, ada seorang wanita yang selalu berkata kata kotor. Suatu ketika ia bertemu dengan Rasulullah SAW yang sedang memakan daging. Si wanita berkata, “Berilah aku apa yang engkau makan, wahai Rasulullah!” Nabi SAW segera memberinya daging yang ada dihadapan beliau. Wanita tersebut berkata, “Bukan. Maksudku, yang ada di mulutmu.” Beliau SAW pun mengeluarkan daging yang di mulutnya dan memberikannya kepada wanita itu. Si wanita menelan daging itu. Seketika ucapan kotornya lenyap. Ia menjadi wanita yang tawaduk, selalu menjaga kehormatan, dan pemalu. Itu dengan makanan dari mulut manusia yang Allah muliakan dan sucikan. Apatah lagi dengan kalam Tuhan?! Karena itulah Dia berfirman tentang AlQuran, “Wahai manusia! Sungguh, telah datang kepadamu pelajaran (AlQuran) dari Tuhanmu, penyembuh bagi penyakit yang ada dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman. (surat Yunus (10) ayat 57).

 

Sedangkan tentang lebah, Dia berfirman: “…..Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sungguh, pada yang demikian itu benar benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berpikir. (surat An Nahl (16) ayat 69).” Orang yang meminum madu akan mendapat kesembuhan, sebab madu adalah minuman yang keluar dari perut makhluk yang tunduk kepada wahyu Allah dan meniti jalan yang Allah tunjukkan kepadanya. Karena itulah madu berasa manis dan menjadi obat bagi tubuh. Apatah lagi dengan Kalam Allah?! Yang tak bisa memahami hal ini adalah orang yang berhati mabuk, sehingga ia lalai kepada Allah. Ia mencintai nafsu dan menyenangi syahwat. Orang yang sadar dari mabuk dan hatinya hidup bersama Allah, akan mencurahkan perhatian dan senang kepada-Nya.

 

Sebagaimana orang yang sedang mabuk tidak merasakan manisnya madu saat ditelan, orang yang mabuk karena mencintai syahwat tidak bisa merasakan manis dan nikmatnya kalam Allah. Kalam itu tidak menjadi obat baginya, baik di mulut, di perut maupun di hati. Ia adalah budak yang lari dari tuannya sehingga terkena hukuman. Allah SWT berfirman: “Akan Aku palingkan dari tanda tanda (kekuasaanKu) orang orang yang menyombongkan diri di bumi tanpa alasan yang benar…….(surat Al A’raaf (7) ayat 146).” Setiap orang yang sombong kepada Allah pasti akan dihinakan dan dinistakan. Ketika mengagungagungkan diri dan meminta penghormatan, ia justru dicampakkan. Ia mendapat hukuman dengan dipalingkan dari ayat ayat-Nya, sehingga ia tidak bisa memahami dan tidak menemukan kenikmatan pada Kalam Tuhannya.

 

29.  Keras bagai Cadas. Akhlak buruk adalah lawan kemuliaan. Orang yang berakhlak buruk hatinya keras. Kemuliaan (karim) adalah kelembutan dan kerendahan hati. Ia seperti tanaman anggur. Kemana pun kau Tarik, ia akan ikut. Abu Hurairah ra, meriwayatkan bahwa Rasululah SAW bersabda: “Janganlah menyebut anggur dengan karm! Karm (kemuliaan) adalah adalah hati orang mukmin.” Hati orang mukmin lembut dan selalu basah dengan rahmat yang Allah berikan kepadanya. Ia beribadah kepadaNya. Sementara itu, hati orang kafir kering dan keras seperti batu, karena ia tidak mendapat siraman rahmat Allah. Ia dibuat kering oleh panasnya nafsu dan syahwat serta dibuat keras oleh sikap angkuh dan sombong. Kalaupun pada dirinya ada sejumlah akhlak mulia, itu karena tabiatnya semata, bukan karena makrifat kepada Allah SWT. Ia niscaya melampaui batas hingga akhirnya mengabaikan dan mencampakkan nilak akhlak.

 

30.   Pujian Tak Sebatas Kata. Perumpamaan orang yang bertasbih adalah seperti orang yang tidak mampu memberikan persembahan kepada raja sesuai dengan kapasitas kekuasaan dan kekayaan sang raja. Ia pun memberi persembahan sesuai dengan kemampuannya lalu berkata kepada sang raja, “Kupersembahkan ini dari tanganku sendiri dan dari kalbu ini kupersembahkan pula apa yang sesuai dengan kebesaran tuan.” Dengan ungkapan tersebut, sang raja mengetahui bahwa ia tulus dan memberikan balasan atas itu semua.

 

31.    Mata Air dengan Dua Sumber. Perumpamaan hati yang senantiasa berdzikir adalah seperti mata air yang mempunyai dua sumber dan di dalamnya terdapat ikan ikan kecil. Ketika air mengeruh, banyak ikan berlalu lalang. Mata air pun kembali bersih dan airnya kembali jernih. Jika ikan hanya sedikit, sumber sumber mata air tertutup kotoran yang bertumpuk, karena angin selalu bertiup dengan membawa debu dan air bercampur dengan tanah. Bila sumber sumber tertutup, air menjadi tidak bersih dan tidak mengalir. Demikian pula halnya dengan hati. Sumber sumber hikmah akan tertutup bila kotoran jiwa dan debu hawa nafsu terkumpul. Setiap raja memiliki pasukan dan tentara. Ketika pasukannya pergi, debu akan muncul.

 

Ketika hawa nafsu menghampiri jiwa, ia membangkitkan syahwat. Hembusan angin syahwat pun menerpa jiwa. Terkumpullah di dalamnya debu, asap, dan awan sesuai dengan kadar syahwatnya. Ada syahwat yang mengandung awan, ada yang mengandung debu, dan ada yang mengandung asap. Tatkala angina tersebut datang dengan membawa debu, awan, dan asap, sumber sumber hikmah tertutup, karena hikmah bersumber dari inti ketulusan. Ketulusan adalah yang tampak pada diri hamba dari bathin ke lahir, sementara ketulusan adalah dari bathin ke bathin. Ia muncul dari bathiniah hati ke lahiriah dada (shadr), sehingga jiwa dapat melihat. Dari ketulusan itulah hikmah tertinggi muncul.

 

32.  Hikmah Tertinggi. Seseorang bertanya, “Apakah yang dimaksud dengan hikmah tertinggi?” Ia adalah inti hikmah. Setiap ilmu memiliki hikmah. Sebagaimana ilmu ada dua macam demikian pula hikmah. Ilmu terdiri dari dua macam karena ilmu tentang Tuhan berbeda dengan ilmu tentang aturan (tadbir) Tuhan. Setiap ilmu memiliki hikmah. Hikmah ilmu tentang sifat Tuhan berupa ilmu tentang kekuasaan-Nya, sementara hikmah ilmu tentang aturan Tuhan berupa ilmu tentang kepemilikan dan kepemeliharaanNya. Hati seorang mukmin adalah gudang Allah berisi harta kekayaan. Harta kekayaan ini selalu diincar oleh perampok. Ada yang bertanya, “Apakah yang dimaksud dengan harta kekayaan itu?”

 

33.    Harta Kekayaan. Allah SWT memberikan makrifat kepada semua ahli tauhid, hingga mereka mengetahui dan mengenal-Nya, Makrifat ibarat kantung berisi permata permata yang berharga, seperti berlian, yaqut dan zamrud. Nilai setiap permata setara seluruh emas dan perak yang terdapat di dunia. Semua permata itu terdapat dalam sebuah kantung. Siapa yang menerimanya lalu ditanya, “Berapakah menurutmu nilainya?” ia barangkali menjawab, “Seratus dirham.” Ketika membuka dan melihatnya, ia akan semakin melihat. Ketika ditanya kembali, “Berapa menurutmu harganya?” ia menjawab, “Seribu dirham.” Itulah penglihatan mata.

 

Ketika ia melihatnya lagi dengan cahaya ilmu, ia tidak mampu menghitung nilai nilai permata permata itu. Ia akan berkata, “Setiap permata lebih berharga daripada emas dan perak seisi dunia.” Ketika itulah ia benar benar menjaga dan menugaskan para wakilnya untuk melindugi kantung tersebut. Dalam kondisi ini, rasa puas terhadap seluruh permata muncul dalam hati. Dari sana, muncul pula kepuasan fisik yang tampak lewat keadaan lahiriah, makanan, minuman, pakaian dan kendaraannya.

 

Makrifat mencakup seluruh nama Allah dan ilmu tentang sifat kuasa-Nya. Setiap bagian ilmu tersebut memenuhi antara arsy dan bumi, bahkan lebih. Setiap nama-Nya menjadi tempat bergantung dan tempat bersandar hamba. Setiap nama-Nya menjadi wahana yang menghantar hamba kepada Tuhan dan syafaat bagi hamba di hadapan Tuhan. Inilah kantung rahasia yang memenuhi dunia dan akhirat serta memenuhi alam malaikat di atas arsy. Para ahli tauhid mencapai ini atas kemurahan Allah SWT, kasih sayang-Nya yang maha besar dan rahmat-Nya yang mahaluas.

 

34.  Poros Penggilingan. Makrifat ibarat poros kincir. Kincir berputar pada porosnya dengan air. Perputarannya dipengaruhi oleh besaran dan kekuatan air. Kekuatan kincir terletak pada porosnya, dari bawah sampai atas, serta pada sayap sayapnya. Ketika air turun, ia mendorong dan memutar sayap sayap kincir. Poros pun berputar dan memutar penggilingan. Demikian pula degan hati. Hati adalah kincir, sementara porosnya adalah makrifat. Ilmu adalah air yang menggerakkan kincir. Jika makrifat tidak memiliki sayap, air dan poros tidak bermanfaat. Ilmu merupakan bobot dan makrifat memiliki cabang. Barangsiapa mengenal Allah, makrifatnya memiliki sejumlah cabang. Apabila sayap sayap penggilingan berhamburan, meskipun air mengalir, ia tidak berguna sama sekali.Ia tidak bisa memutar poros dan penggilingan. Kerusakan sayap menyebabkan lenyapnya kekuatan penggilingan. Banyaknya air pun tidak berguna. Demikian pula dengan ilmu, ia adalah kandungan hati. Ketika cabang cabang makrifat bagus, hati menjadi kuat. Ia memutar penggilingan sehingga dihasilkanlah amal amal bersih yang kemudian diturunkan berupa tepung kepada anggota badan.

 

35.   Keledai Pengangkut Sampah. Perumpamaan orang yang menggunakan akal, ilmu, otak, kecerdasan, dan jiwanya untuk urusan dunia semata, bukan untuk Allah, adalah seperti keledai yang mengangkut sampah dari berbagai tempat. Engkau begitu bersemangat melakukan itu. Sore hari engkau pasangkan pelana kuda pada si keledai agar ia bisa berjalan dengan cepat. Bagaimana mungkin itu terjadi, sementara kepenatan dan pekerjaan telah menguras sebagian besar tenaganya? Keledai pun lemah lunglai. Demikian pula dengan ilmu, akal, kecerdasan, pemahaman, kepandaian, dan jiwa. Masing masing memiliki batasan, kekuasaan, dan kekuatan dalam tubuh ini. Jika engkau mempergunakan semua itu dalam urusan dunia yang tidak naik kepada Allah melalui pintu langit, ketajaman dan kekuatannya akan lenyap. Ia pun menjadi lemah.       


Daftar Pustaka.

 1.   Al Hakim Al Tirmidzi, Rahasia Perumpamaan dalam Quran & Sunnah: Melihat Makna Gaib Melalui Fenomena Nyata, Serambi Ilmu Semesta, Jakarta, 2006.

2.     Al Hakim Al Tirmidzi, Menyibak Tabir: Hal Hal Yang Tidak Terungkap Dalam Tradisi Islam, Serambi Ilmu Semesta, Jakarta, 2005.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar