A.
NABI IBRAHIM AS.
1. Sesungguhnya,
syurga itu tanahnya subur, airnya tawar, tanahnya berlembah dan ta-namannya
adalah subhanllah walhamdulillah wala Ilaha Illaahu.
2. Allah
menjadikan manusia kesayangan-Nya karena tiga perkara, (1) Aku selalu mengu-tamakan perintah Allah di atas perintah selain Allah.
(2) Aku tidak pernah mengkhawatirkan
rezeki yang telah ditanggung Allah. (3) Aku
tidak senang makan, baik pada sore hari maupun pagi hari, kecuali bersama tamu.
3. Sahabat dan Musuh. Saat Nabi Ibrahim as, dimasukkan ke dalam
kobaran api, ada seekor burung sebesar dua jari terbang mendekati perapian
untuk melemparkan secuil kayu kering. Saat itu Nabi Ibrahim as, bertanya
kepadanya: “Dalam kobaran api ini apalah pengaruhnya dengan engkau lemparkan
secuil kayu kering itu?” Burung itu menjawab: “Tidak apa! Yang penting biarlah
semua orang tahu kalau aku adalah musuhmu”.
Tidak lama kemudian terbang juga seekor burung
yang lain. Saat ini burung itu membawa setetes air dengan ujung paruhnya yang
kecil. Burung itu terbang mendekati perapian untuk menumpahkan setetes air itu. Nabi Ibrahim as, bertanya
kepadanya: “Wahai burung! Mungkinkah dengan setetes air ini engkau bisa
memadamkan api ini?” Sang burungpun menjawabnya: “Tidak apa! Yang penting
biarlah semua orang tahu kalau aku adalah sahabatmu”. Akhirnya, setiap orang
menjadi jelas siapa dirinya dengan perbuatannya, entah besar entah kecil, entah
baik entah buruk.
4. Doa Nabi Ibrahim as, doa mohon
ampun bagi orang tua dan orang-orang mukmin di hari kiamat, sebagaimana dikemukakan dalam surat
Ibrahim (14) ayat 41 berikut ini: “Ya
Tuhan Kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapakku dan sekalian orang-orang
mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat)".
5. Doa Nabi Ibrahim as, doa mohon
tetap mendirikan shalat begitu juga untuk anak keturunan, sebagaimana dikemukakan dalam surat
Ibrahim (14) ayat 40 berikut ini: “Ya
Tuhanku, Jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan
shalat, Ya Tuhan Kami, perkenankanlah doaku.”
6. Doa Nabi Ibrahim as, Doa mohon
negeri ini dijadikan negeri aman dan anak ketu-runan dijauhkan dari menyembah
berhala, sebagaimana
dikemukakan dalam surat Ibrahim (14) ayat 35 berikut ini: “dan (ingatlah), ketika Ibrahim
berkata: "Ya Tuhanku, Jadikanlah negeri ini (Mekkah), negeri yang aman,
dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala.”
7. Doa Nabi Ibrahim as, doa mohon
diberi hikmah dan dikumpulkan dengan orang-orang yang shaleh serta dijadikan
tutur kata yang baik, sebagaimana dikemukakan dalam surat Asy Syu’araa (26) ayat
83-84-85 berikut ini: “(Ibrahim
berdoa): "Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku Hikmah dan masukkanlah aku ke
dalam golongan orang-orang yang saleh, dan Jadikanlah aku buah tutur yang baik
bagi orang-orang (yang datang) Kemudian, dan Jadikanlah aku Termasuk
orang-orang yang mempusakai surga yang penuh kenikmatan.”
8. Doa Nabi Ibrahim as, agar diterima amal ibadah
dan taubat, sebagaimana dike-mukakan dalam
surat Al Baqarah (2) ayat 127-128 berikut ini: “dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar
Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): "Ya Tuhan Kami terimalah daripada
Kami (amalan kami), Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mendengar lagi Maha
Mengetahui". Ya Tuhan Kami, Jadikanlah Kami berdua orang yang tunduk patuh
kepada Engkau dan (jadikanlah) diantara anak cucu Kami umat yang tunduk patuh
kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada Kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat
haji Kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Penerima
taubat lagi Maha Penyayang.
B.
NABI DAWUD AS.
1. Bukti ketaqwaan seorang mukmin itu ada tiga yaitu: (1) bertawakkal terhadap apa yang
belum dicapainya, (2) ridha terhadap apa yang didapatkannya, (3) dan sabar
terhadap apa yang luput dari genggamannya.
2. Wahai
anakku, berjalanlah di belakang singa atau ular kobra, tetapi janganlah pernah
berjalan di belakang seorang wanita.
3. Tugas orang berakal adalah tidak menyibukkan diri,
kecuali dalam tiga hal, yaitu: (1) menyiapkan
bekal untuk kembali; (2) mencari
biaya untuk penghidupannya di dunia; (3) dan mencari kenikmatan dengan cara yang halal.
4. Sesungguhnya,
orang yang berakal lagi bijak tidak akan melewatkan empat waktu penting dalam
hidupnya: (1) waktu untuk munajat kepada
Tuhannya; (2) waktu untuk
bermuhasabah (mengoreksi diri); (3) waktu
untuk bersilaturahmi kepada saudaranya yang menceritakan aib dirinya; dan
(4) waktu untuk mengendalikan diri dari
berbagai kenikmatan meskipun halal.
5. Tuhanku,
aku tak sabar menghadapi panasnya matahariMu, lalu bagaimana aku sa-bar
menghadapi panasnya neraka-Mu? Tuhanku, aku tidak sabar mendengar suara rahmat-Mu
(maksudnya guntur), lalu bagaimana aku sabar mendengar suara azab-Mu?
6. Nabi
Dawud as, memanjatkan doa cinta kepada Allah SWT : “Ya Allah, sesung-guhnya aku
memohon kepada-Mu cinta-Mu dan cinta orang orang yang mencintai-Mu, serta cinta
yang dapat mendekatkan aku kepada cinta-Mu. Ya Allah, apa yang Engkau
anugerahkan kepadaku dari apa apa yang aku cintai, maka jadikanlah ia sebagai
kekuatan bagiku tentang apa yang Engkau cintai, dan apa apa yang Engkau
singkarkan dariku dari apa apa yang aku cintai, maka jadikanlah ia kekosongan
bagiku tentang apa yang Engkau cintai. Ya Allah, jadikanlah cinta-Mu sesuatu
yang paling kucintai daripada cintaku kepada keluargaku, hartaku, dan air
dingin saat dahaga. Ya Allah, buatlah aku mencintai-Mu, malaikat-malaikat-Mu,
rasul-rasul-Mu dan hamba-hamba-Mu yang shaleh. Ya Allah, hidupkanlah hatiku
dengan cinta-Mu dan jadikanlah aku bagi-Mu seperti yang Engkau cintai. Ya
Allah, jadikanlah aku mencintai-Mu dengan segenap hatiku dan ridha kepada-Mu
dengan segala usahaku. Ya Allah, jadikanlah segenap cintaku bagi-Mu dan seluruh
usahaku di dalam keridhaan-Mu.”
7. Diriwayatkan
bahwa ketika Nabi Dawud as, duduk di pertapaannya sambil memba-ca kitab Zabur,
tiba-tiba dia melihat seekor cacing yang berwarna merah di atas tanah. Dia pun
bertanya dalam hatinya, “Apa yang Allah kehendaki dengan cacing ini?” Lantas,
Allah SWT memperkenankan cacing itu untuk bisa berbicara. Cacing itu berkata,
“Wahai Nabi Allah, Tuhanku mengilhamkan kepadaku agar pada setiap siang hari
aku mengucapkan, ‘Subhanallah walhamdu
lillah wa la ilaha illallah wallahu Akbar’ seribu kali. Allah pun
menghilhamkan kepada agar pada setiap malam aku mengucapkan, “Allahumma shalli ala Muhammad an-nabiy
al-ummi wa’ala alihi wa shahbihi wa sallam” seribu kali. Lalu, apa yang
Anda ucapkan hingga aku dapat mengambil faedah dari Anda?” Nabi Dawud as, pun
menyesal telah meremehkan cacing. Dia takut, lantas bertobat, dan bertawakal
kepada Allah SWT.
C. NABI ISA AL MASIH.
1. Berhati
hatilah terhadap tatapan mata sebab ia akan menebar benih nafsu dalam ha-timu.
Cukuplah ia menjadi fitnah.
2. Berapa
banyak lentera yang cahayanya mati tertiup angin. Berapa banyak ibadah yang
pahalanya rusak oleh kesombongan. Amal saleh adalah cahaya. Cahaya itu bisa
padam oleh angin ujub dan kesombongan.
3. Beruntunglah
orang yang tidak memperturutkan hawa nafsu di dunia ini demi sesuatu yang
dijanjikan dan belum pernah dilihatnya.
4. Barangsiapa
berilmu dan beramal serta mengajarkannya, maka ia pantas disebut orang besar di
segala penjuru langit.
5. Barangsiapa
memperoleh ilmu, kemudian beramal sesuai dengannya, dan menga-jarkannya, ia akan
dimuliakan Allah di kerajaan-Nya.
6. Berbahagialah
orang yang perkataannya dzikir, diamnya berpikir dan pandangannya penuh
perhatian. Sesungguhnya, orang yang sempurna akalnya adalah mereka yang selalu
mengoreksi dirinya dan selalu berbekal menghadapi kehidupan setelah matinya.
7. Janganlah
kalian berkawan dengan orang mati, niscaya hatimu akan mati. Siapakah orang
yang mati itu? Mereka yang rakus terhadap dunia.
8. Dunia
tidak dapat melekat di hati seorang hamba, kecuali jika hatinya diolesi tiga
hal, yaitu: (1) kesibukan yang terus
menerus membelenggunya; (2) kemiskinan
yang tidak diketahui kapan menjadi kaya, dan: (3) cita cita yang tidak pernah berujung.
9. Jika
engkau tidak mencintai selain orang yang mencintaimu, tidak berbuat baik
ke-cuali kepada orang yang telah memberimu, maka apa kelebihanmu atas orang
lain?
10. Pada
orang yang sabar, kemalangan membawa kesenangan. Pada seorang pendosa,
kesenangan membawa kemalangan.
11. Berbahagialah
orang yang beriman, dan sekali lagi berbahagialah, karena Allah mengawasi
keturunannya setelah dia meninggal dunia.
12. Sering-seringlah
berdzikir kepada Allah Yang Maha Pengasih, Maha Terpuji, dan Mahaagung, serta
patuhilah Dia. Apabila kalian berdoa cukuplah jika kalian mengatakan dan Allah
benar benar akan puas dengan kalian: “Ya
Allah, ampunilah dosa dosaku, ubahlah tingkah lakuku, dan jauhkanlah aku dari
hal hal yang buruk.”
13. Tidak
ada gunanya mendapat ilmu yang belum kalian ketahui, selama kalian tidak
beramal dengan ilmu yang telah kalian ketahui. Terlalu banyak ilmu hanya
menumbuhkan kesombongan kalau kalian tidak beramal sesuai dengannya.
14. Jika
kalian ingin berserah diri sepenuhnya kepada Allah dan menjadi cahaya Bani
Adam, maafkan mereka yang menjahili kalian, tengoklah orang sakit yang tidak
(pernah) menengok kalian, bersikap ramahlah pada orang yang tidak ramah kepada
kalian.
15. Tidak
ada seorang pun di antara kalian yang bisa mencapai keimanan yang se-sungguhnya
selama kalian berkeinginan untuk dipuji dalam beribadah kepada Allah Yang
Mahakuasa.
16. Bicaralah
banyak kepada Allah, bicaralah sedikit kepada manusia. Orang bertanya
kepadanya, “Bagaimana kami bisa berbicara banyak kepada Allah? Ia menjawab, “Berbicaralah kepada-Nya dalam kesunyian,
berdoalah kepada-Nya dalam kesendirian.”
17. Bersikaplah
kepada manusia sedemikian rupa sehingga ketika kalian masih hidup mereka rindu
akan kalian, dan ketika kalian sudah meninggal mereka menangisi kalian.
18. Janganlah
makan dengan berlebihan, karena barangsiapa makan berlebihan akan tidak tidur
dengan berlebih-lebihan pula. Dan barangsiapa tidur berlebih lebihan akan
sedikit berdoa, dan barangsiapa sedikit berdoa akan termasuk orang orang yang
lalai.
19. Barangsiapa
berbicara tanpa mengingat Allah, gagaplah dia sebenarnya. Barangsiapa berpikir
tanpa mengingatkan diri, tak waspadalah dia sebenarnya. Barangsiapa diam tanpa
berpikir, menghamburkan waktulah dia sebenarnya.
20. Sebarkanlah
sesuatu yang tidak dimusnahkan api. Apakah itu? Dialah amal shaleh. Apabila
permukaan air tidak pecah, ia bisa menahan madu. Demikian pula hati bisa
menjadi bejana penuh hikmah apabila ia tidak dikerubuti nafsu, dirusak iri hati
dan diperkeras oleh kemubaziran.
21. Barangsiapa
cenderung pada harta dunia, dia itu seperti orang yang meminum air laut, makin
dia minum makin haus pula dia, hingga air laut itu membuatnya mati.
22. Allah
berkehendak bahwa seorang hamba mempelajari sebuah pekerjaan agar dia bisa
merdeka dari manusia yang lain, dan Allah membenci seorang hamba yang
mempelajari ilmu agama untuk digunakan sebagai pekerjaan.
23. Barangsiapa
banyak berbohong, dia akan kehilangan kerupawanannya. Barangsiapa yang selalu
bertengkar, dia akan kehilangan rasa hormatnya. Barangsiapa banyak berkeluh
kesah, dia akan sakit, dan orang yang bersifat dengki, dia menyiksa dirinya
sendiri.
24. Kalau
engkau harus berhadapan dengan dua hal, dimana yang satu menyangkut dirimu, dan
yang lainnya menyangkut Allah, uruslah dahulu hal yang bersangkutan dengan
Allah.
25. Orang
jahat itu menular. Barangsiapa bersekutu dengan kejahatan, akan terjerat dalam
resiko untuk membunuh. Karena itu, perhatikanlah dengan siapa kalian bergaul.
26. Nabi
Isa as, dalam suatu riwayat dikisahkan pernah berbicara dengan dunia. Ternyata,
menurut Nabi Isa as, dunia adalah nenek ompong yang dipenuhi berbagai macam
perhiasan di sekujur tubuhnya. Lalu Isa as, bertanya, “Berapa banyak orang yang
sudah kaunikahi?” “Tak terhitung,” jawab dunia. “Apakah semuanya mati karenamu
atau karena engkau ceraikan?” tanya Nabi Isa as,. “Semuanya mati karena
kubunuh,” jawab dunia. “Betapa kasihan
nasib orang-orang yang menanti untuk meminangmu. Mereka tidak mengambil
pelajaran dari mantan suamimu yang telah lalu, atau sama sekali tidak bersikap
waspada terhadapmu kendati engkau telah membunuh mereka satu persatu,” kata
Nabi Isa as,.
27. Apa
gunanya sebuah lampu bagi seorang yang buta yang dengannya hanya orang lain
bisa melihat? Dan apa gunanya bagi sebuah rumah yang gelap sebuah lampu yang
dipasang di atas atap? Dan apa gunanya bagimu banyak berbicara indah tetapi
kamu tidak mengamalkannya?
D.
DIALOG NABI MUSA AS.
DENGAN ALLAH SWT.
1. “Abu
Na’im dalam kitabnya ‘al Hilyah’ telah meriwayatkan sebagai berikut: Allah
telah memberi wahyu kepada Musa, Nabi Bani Israil, bahwa barangsiapa bertemu
dengan Aku, padahal ia ingkar kepada Ahmad, niscaya Aku masukkan dirinya ke
dalam neraka. Musa berkata: “Siapakah Ahmad itu, Ya Rabbi?” Allah berfirman;
“Tidak pernah Aku ciptakan satu ciptaan yang lebih mulia menurut pandangan-Ku
daripadanya. Telah kutuliskan namanya bersama nama-Ku di Arasy sebelum Aku
ciptakan tujuh lapis langit dan bumi. Sesungguhnya syuga itu terlarang bagi
semua makhluk-Ku, sebelum ia dan umatnya terlebih dahulu memasukinya.” Musa as,
berkata: Siapakah umatnya itu?” Firman-Nya: Mereka yang banyak memuji Allah.
Mereka memuji Allah sambil naik, sambil turun dan pada setiap keadaan. Mereka
mengikat pinggang (menutup aurat) dan
berwudhu, membersihkan anggota badan. Mereka shaum (puasa) siang hari, bersepi
diri dan berdzikir sepanjang malam. Aku terima amal yang dikerjakan dengan
ikhlas, meskipun sedikit. Akan kumasukkan mereka ke dalam syurga karena
kesaksiannya: Tiada Tuhan yang sebenarnya wajib diibadahi selain Allah. Musa berkata: “Jadikanlah saya Nabi Ummat
itu?” Allah berfirman: “Nabi ummat itu dari mereka sendiri.” Musa berkata lagi: “Masukkanlah saya ke dalam
golongan ummat Nabi itu. Allah menerangkan: “Engkau lahir mendahului Nabi dan
ummat itu, sedangkan dia lahir kemudian. Aku berjanji kepadamu untuk mengumpulkan
engkau bersamanya di Darul Jalal (Syurga). (Hadits Qudsi Riwayat Abu Na’im
dalam Al Hilyah)
2. Kisah
mengenai hidupnya benda mati juga terjadi pada masa kenabian Musa. Jika
Rasulullah berinteraksi dengan pohon, Musa pun memiliki pengalaman dengan
sebuah batu. Kisah ini terjadi di masa Israiliyat. Dahulu kala, Bani Israil
biasa mandi di sungai tanpa pakaian. Mereka tak malu meski saling melihat satu
sama lain. Tapi, kebiasaan itu tak disukai Nabi Musa. Setiap kali mandi, Musa
selalu menyendiri dan enggan mandi bersama. Bukan Bani Israil jika tak memiliki
sifat membangkang. Sikap mulia Nabi Musa tersebut justru dipertanyakan mereka.
Meski Musa merupakan nabi yang patut diyakini dan dihormati, Bani Israil justru
mencelanya. Mereka menyebarkan gosip bahwa Musa memiliki cacat badan hingga enggan
mandi bersama. Nabi Musa yang terbiasa sabar menghadapi umatnya pun hanya diam
membisu. Ia enggan meladeni gosip murahan Bani Israil. Tapi, Allah enggan
membiarkan utusan-Nya dicela.
Suatu hari, ketika
Musa mandi dia meletakkan bajunya di atas sebuah batu. Tapi, tiba-tiba atas
perintah Allah batu tersebut lari dengan kencang. Musa pun segera mengejar
benda mati itu. “Wahai batu! Bajuku!” ujar Musa. Saat mengejar batu tersebut,
Bani Israil melihatnya. Maka, nyatalah bahwa gosip itu tak benar. “Demi Allah
tak ada cacat pada Musa,” ujar mereka. Setelah Allah menampakkannya, batu
tersebut pun berhenti. Nabi Musa segera mengambil baju dan mengenakannya. Nabi
pun marah kepada sang batu dan dia pun memukulnya.
Kisah batu tersebut
dikabarkan Rasulullah dalam hadits riwayat Bukhari dari sahabat Abu Hurairah.
Dari dua kisah di atas dapat dipetik hikmah untuk menghormati dan menaati
utusan Allah. Mencintai utusan Allah merupakan bagian dari
keimanan. Rasulullah pernah bersabda: “Terdapat tiga hal yang apabila dimiliki seseorang tentu dia merasakan
manisnya iman, Allah dan Rasul-Nya lebih dia cintai daripada yang selain
keduanya, dia tidaklah mencintai seseorang melainkan karena Allah, serta dia
benci untuk kembali kepada kekafiran setelah Allah menyelamatkannya dari
kekafiran itu sebagaimana ia benci untuk dilemparkan ke dalam api.” (Hadits
riwayat Bukhari, Muslim dari Anas bin Malik).
3. Ada
sejumlah riwayat yang mengisahkan tentang wafatnya Nabi Musa as,. Salah
satu riwayat menyebutkan bahwa wafatnya Nabi Musa saat bersama dengan
sahabatnya, Yusya bin Nun. Kisah panjang tersebut sebagaimana dikisahkan Ibn
Al-Atsir dalam kitabnya Al-Kamil fi At-Tarikh. Namun, ada satu
kejadian yang menggelitik detik meninggalnya Sang Nabi yang dikenal dengan
julukan Kalimullah tersebut. Dalam sebuah hadits dari Rasulullah SAW disebutkan
bahwa Nabi Musa pernah didatangi malaikat maut hingga Sang Nabi memukulnya.
Nabi Musa sempat melakukan perlawanan, hingga akahirnya dia memilih untuk
diwafatkan.
Dalam riwayat Bukhari
dan Muslim, dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Malaikat maut diutus (oleh Allah) kepada
Musa, maka ketika ia tiba dihadapannya, Musa langsung memukulnya hingga dia
mencongkel matanya, lalu ia kembali kepada Tuhannya Allah seraya berkata:
'Engkau telah mengutusku kepada seorang hamba yang tidak menginginkan
(disegerakan) kematiannya'. Maka Allah mengembalikan matanya dan berfirman:
'Kembalilah dan katakan padanya agar ia meletakkan tangannya di atas punggung
sapi, maka pada setiap bulu yang ia sentuh dengan tangnnya akan ditangguhkan
satu tahun dari umurnya', maka Musa berkata: 'Wahai Tuhanku kemudian apa
lagi setelah itu?' Allah berfirman: 'Kemudian akan datang kematian'. Musa
berkata: 'Kalau begitu sekarang saja'." Disebutkan bahwa malaikat maut
merenggut nyawa nabi Musa ketika berusia 120 tahun.
4. Alkisah,
demikian dalam salah satu kitabnya, "Mukasyafatul Qulub", Imam
Ghazali menceritakan munajat Nabi Musa Bin Imran kepada Tuhan. Dalam dialog
itu, Tuhan menyapa Musa. "Musa, banyak benar ibadahmu. Yang mana kau
persembahkan untuk-Ku ?" Sudah barang pasti, Musa kaget. Tercekat, tak
menyangka Tuhan bertanya seperti itu. Semua dia lakukan untuk Tuhan. Semua
miliknya adalah milik-Nya. Bahkan, dirinya adalah milik-Nya. Salatnya untuk
Tuhan. Demikian juga dzikirnya, kurbannya, hajinya, umrohnya. Semuanya fardhan
lillaahi taaala. Semuanya sunnatan lillaahi taaala.
Tuhan menukas, itu
semua untuk Musa. Allah SWT menjawab, "Shalatmu, membuat engkau
terpelihara dari perbuatan keji dan munkar. Maka, shalat itu untuk keperluanmu.
Dzikirmu juga untuk dirimu. Karena dzikir membuat hatimu menjadi tenang.
Puasamu itu hanya untukmu saja. Karena puasa melatih diri dan mengekang hawa
nafsumu. Kurbanmu berguna menjinakkan nafsumu."Musa tersungkur. Memohon
Allah menunjukkan, ibadah yang bisa dia lakukan sebagai persembahan untuk
Tuhan. Ibadah yang membuat Tuhan senang. Kemudian Allah SWT menjawab, "Sedekah ! Tatkala engkau membahagiakan orang
yang sedang kesusahan dengan sedekah, sesungguhnya aku berada di sampingnya".
Tuhan senang, karena
ibadah memberi, berkonsekuensi pada terciptanya wasilah bagi berlanjutnya
kehidupan. Kehidupan secara fisik dan lebih-lebih hidup secara ruhani. Sebab,
ada faktor musyaarokah --keterlibatan, makhluk ketika Tuhan bertitah
mempertahankan hidup seseorang. Sulit menemukan alasannya, setelah wahyu
terputus, manusia dapat dengan mudah bisa memahami makna metafor bagaimana
"Tuhan memberi makan." Persis ketika Tuhan memberi hidup kepada bayi,
dengan cara mendapat asupan air susu dari ibunya. Air susu itu, Allah yang
menyediakan pada setiap perempuan menyusui. Nah, ketika sedekah menjadi wasilah
terjadinya proses pemberian syarat seseorang bisa melanjutkan hidupnya, di
situlah Allah menunjukkan kesenangan-Nya.
5. Pada
suatu saat Nabi Musa as berkomunikasi dengan Allah SWT. Nabi Musa
as.: "Wahai Allah aku sudah melaksanakan ibadah. Lalu manakah
ibadahku yang membuat engkau senang?".Allah SWT: “Syahadat mu itu untuk dirimu sendiri, karena dengan engkau bersyahadat
maka terbukalah pintu bagimu untuk bertuhankan kepada Ku. Allah
SWT: "Shalat mu bukan untuk Ku tetapi untukmu sendiri, karena dengan
kau mendirikan shalat, engkau terpelihara dari perbuatan keji dan munkar.
Dzikir? Dzikirmu itu membuat hatimu menjadi tenang. Puasa? Puasamu itu melatih
dirimu untuk memerangi hawa nafsumu". Zakat itu untuk membersihkan apa apa
yang telah engkau miliki. Menunaikan Haji untuk menjadikan kamu menjadi lebih
dekat kepada Ku setelah berkunjung ke rumah Ku.” Nabi Musa as,: "lalu apa ibadahku yang membuatmu senang
ya Allah?" Allah SWT: "Sedekah, Infaq, Wakaf serta
akhlaqul karimah-mu yang menceriminkan Asmaul Husna. Itulah yang membuat
aku senang, Karena tatkala engkau membahagiakan orang yang sedang susah, aku
hadir disampingnya. Dan Aku akan mengganti dengan ganjaran kepadamu”.
6. Pada
suatu senja yang lenggang, terlihat seorang wanita berlangsung
terhuyung-hu-yung. Pakaiannya yang serba hitam menandakan bahwa ia berada dalam
duka cita yang mencekam. Kerudungnya menangkup rapat hampir seluruh wajahnya.
Tanpa rias muka atau perhiasan menempel di tubuhnya. Kulit yang bebas sama
sekali dari kotoran, badan yang ramping Dan roman mukanya yang ayu, tidak dapat
menghapus bekas kepedihan yang tengah meruyak hidupnya. Dia melangkah
terseret-seret mendekati kediaman rumah Nabi Musa a.s.
Diketuknya pintu
pelan-pelan sambil mengucapkan salam. Maka terdengarlah ucapan dari dalam
"Silakan masuk". Perempuan cantik itu lalu berlangsung masuk sambil
kepalanya terus merunduk. Cairan matanya berderai tatkala ia bercakap,
"Wahai Nabi Allah. Tolonglah diri sendiri, Doakan diri sendiri supaya
Tuhan berkenan mengampuni dosa keji diri sendiri." "Apakah dosamu
wahai wanita ayu?" tanya Nabi Musa as terkejut. "Diri sendiri takut
mengatakannya." jawab wanita cantik. "Katakanlah jangan
ragu-ragu!" desak Nabi Musa. Maka perempuan itu pun terpatah berkisah,
"Diri sendiri telah berzina." Kepala Nabi Musa terangkat, hatinya
tersentak.
Perempuan itu meneruskan, "Dari perzinaan itu diri sendiri pun lantas
hamil. Setelah anak itu lahir, langsung diri sendiri cekik lehernya mencapai
tewas", ucap wanita itu seraya menangis sejadi-jadinya. Nabi Musa
berapi-api matanya. Dengan muka berang dia menghardik, "Perempuan bejad,
enyah kamu dari sini! Supaya siksa Allah tidak jatuh ke dalam rumahku sebab
kelakuanmu. Pergi!" teriak Nabi Musa sambil memalingkan mata sebab jijik.
Perempuan berwajah ayu dengan hati bagaikan kaca membentur batu, hancur luluh
dan melangkah surut. Dia terantuk-antuk ke luar dari dalam rumah Nabi Musa.
Ratap tangisnya amat memilukan. Dia tak kenal harus kemana lagi berhasrat
mengadu. Bahkan ia tak kenal bersedia di ambil kemana lagi kaki-kakinya. Bila
seorang Nabi saja sudah menolaknya, bagaimana pula manusia lain bakal
menerimanya? Terbayang olehnya betapa akbar dosanya, betapa jahat kelakuannya.
Dia tidak kenal bahwa sepeninggalnya, Malaikat Jibril turun mendatangi Nabi
Musa. Sang Ruhul Amin Jibril lalu berdiskusi, "Mengapa engkau menolak
seorang wanita yang berhasrat bertobat dari dosanya? Tidakkah engkau kenal dosa
yang lebih akbar daripadanya?" Nabi Musa terperanjat. "Dosa apakah
yang lebih akbar dari kekejian wanita pezina Dan pembunuh itu?" Maka Nabi
Musa dengan penuh rasa berhasrat kenal berdiskusi kepada Jibril.
"Betulkah Benar dosa yang lebih akbar dari pada perempuan yang nista
itu?" "Ada!" jawab Jibril dengan tegas. "Dosa apakah
itu?" tanya Musa kian penasaran. "Orang yang meninggalkan shalat
dengan sengaja Dan tanpa menyesal. Orang itu dosanya lebih akbar dari pada
seribu kali berzina." Mendengar penjelasan ini Nabi Musa ke belakang untuk
memanggil wanita tadi untuk menghadap kembali kepadanya. Dia mengangkat tangan
dengan khusyuk untuk memohonkan ampunan kepada Allah untuk perempuan tersebut. Nabi
Musa menyadari, orang yang meninggalkan shalat dengan sengaja dan tanpa
penyesalan adalah sama saja seperti berpendapat bahwa shalat itu tidak wajib
dan tidak perlu atas dirinya. Berfaedah dia seakan-akan menganggap remeh
perintah Tuhan, bahkan seolah-olah menganggap Tuhan tidak punya hak untuk
mengatur Dan memerintah hamba-Nya. Sedang orang yang bertobat Dan menyesali
dosanya dengan sungguh-sungguh berfaedah sedang mempunyai iman di dadanya dan
yakin bahwa Allah itu berada di perlintasan ketaatan kepada-Nya. Itulah
sebabnya Tuhan pasti bersedia menerima kedatangannya. (sumber: www.tarbiyah.com).
7. Iblis
ternyata ingin ampunan dari Allah SWT, karenanya ia pun datang kepada Nabi
Musa untuk dimohonkan ampun atas dirinya kepada Allah atas dosa dosa yang
telah diperbuatnya. Hal ini dijelaskan Ibnu Asakir dalam kitabnya At Tarikh
Dimasyq. Dikisahkan, suatu waktu Iblis bertemu dengan Nabi Musa as,. Seraya
Iblis berkata, “Wahai Musa, engkau
adalah manusia pilihan Allah dengan risalah kenabian dari-Nya, dan
Allah berbicara kepadamu dengan pembicaraan yang secara langsung. Dan aku
(Iblis) adalah ciptaan-Nya Allah dan aku dahulu pernah berbuat dosa, dan
saat ini aku ingin bertaubat (atas dosa ku itu). Maka, tolonglah aku,
mohonkanlah (kepada Allah) keringanan bagiku kepada Tuhanku Yang Maha Agung dan
Mulia agar Dia menerima taubatku.”
Mendengarkan
permintaan Iblis, kemudian Nabi Musa as,. berdoa kepada Tuhannya.
Maka Allah Ta’ala berfirman kepada Nabi Musa as. “Wahai Musa, aku telah
mengabulkan permohonanmu (Allah Yang Maha Pengampun menerima taubat Iblis).
Tetapi, Allah mewahyukan kepada Nabi Musa As. yakni syarat diterimanya
taubatnya Iblis ialah dengan ia memberikan sujud penghormatan kepada Nabi Adam
As. yang dulu belum dilakukan oleh Iblis.
Ketika Nabi Musa
as, bertemu dengan Iblis, Musa As. berkata, “Engkau diperintahkan oleh Allah untuk bersujud (sujud penghormatan)
kepada Adam As di kuburnya, maka Allah Ta’ala akan menerima taubatmu.” Mendengar
perkataan itu, Iblis kembali merasa sombong dan marah sambil berkata, “Saat
Adam hidup saja aku tidak mau bersujud kepadanya, apalagi saat ini ketika ia
telah mati.” Iblis kembali berkata, “Wahai Musa, sungguh, engkau memiliki hak
atasku karena dirimu telah memohonkan keringanan kepada Tuhanku. Ingatlah
dariku akan tiga keadaan supaya engkau selamat dari kebinasaan dalam ketiga
keadaan itu. Pertama, ingatlah aku saat dirimu marah, karena saat itu akulah
yang berbisik dalam hatimu dan pandanganku ada dalam pandanganmu, aku masuk ke
dalam dirimu melalui alirah darah. Kedua, ingatlah aku ketika engkau
dalam peperangan, karena sesungguhnya akulah yang mendatangi manusia saat
peperangan, lalu aku ingatkan mereka akan anak dan istrinya hingga akhirnya pun
mereka lari dari peperangan. Ketiga, janganlah engkau duduk
bersama perempuan yang bukan mahrammu, karena aku adalah perantaranya kepadamu
dan perantaramu kepadanya (untuk berbuat zina).” (sumber: islami.co)
E. KUMPULAN DOA PARA NABI DAN DOA YANG BERASAL DARI AYAT-AYAT ALQURAN
1. Doa Nabi Adam as,. doa mohon ampun
setelah melakukan pelanggaran, sebagai-mana dikemukakan dalam surat Al A’raaf (7) ayat 23 berikut
ini: “keduanya berkata: "Ya Tuhan Kami,
Kami telah Menganiaya diri Kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni Kami
dan memberi rahmat kepada Kami, niscaya pastilah Kami Termasuk orang-orang yang
merugi.
2. Doa Nabi Luth as, mohon diberi
perlindungan atas kaum yang berbuat kerusakan, sebagaimana dikemukakan daam surat
Al Ankabuut (29) ayat 30 berikut ini: “Luth berdoa: "Ya Tuhanku, tolonglah aku
(dengan menimpakan azab) atas kaum yang berbuat kerusakan itu".
3. Doa Nabi Nuh as, ketika di atas
bahtera, sebagaimana
dikemukakan dalam surat Al Mu’minuun (23) ayat 29 berikut ini: “dan berdoalah: Ya Tuhanku,
tempatkanlah aku pada tempat yang diberkati, dan Engkau adalah Sebaik-baik yang
memberi tempat." Dan juga dikemukakan dalam surat Huud
(11) ayat 47 berikut ini: “Nuh
berkata: Ya Tuhanku, Sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari memohon
kepada Engkau sesuatu yang aku tiada mengetahui (hakekat)nya. dan Sekiranya
Engkau tidak memberi ampun kepadaKu, dan (tidak) menaruh belas kasihan
kepadaKu, niscaya aku akan Termasuk orang-orang yang merugi."
4. Doa Nabi Yusuf as, doa mohon
perlindungan kepada Allah di dunia dan akhirat
dan mohon diwafatkan bersama orang-orang yang shaleh, sebagaimana dikemukakan dalam surat
Yusuf (12) ayat 101 berikut ini: “Ya
Tuhanku, Sesungguhnya Engkau telah menganugerahkan kepadaku sebahagian kerajaan
dan telah mengajarkan kepadaku sebahagian ta'bir mimpi. (ya Tuhan) Pencipta
langit dan bumi. Engkaulah pelindungku di dunia dan di akhirat, wafatkanlah aku
dalam Keadaan Islam dan gabungkanlah aku dengan orang-orang yang saleh.”
5. Doa Nabi Syua’ib as, doa mohon diberi
keputusan dengan adil dalam suatu per-kara, sebagaimana dikemukakan dalam surat Al
A’raaf (7) ayat 89 berikut ini: “sungguh
Kami mengada-adakan kebohongan yang benar terhadap Allah, jika Kami kembali
kepada agamamu, sesudah Allah melepaskan Kami dari padanya. dan tidaklah patut
Kami kembali kepadanya, kecuali jika Allah, Tuhan Kami menghendaki(nya). pengetahuan
Tuhan Kami meliputi segala sesuatu. kepada Allah sajalah Kami bertawakkal. Ya
Tuhan Kami, berilah keputusan antara Kami dan kaum Kami dengan hak (adil) dan
Engkaulah pemberi keputusan yang sebaik-baiknya.”
6. Doa Nabi Yunus as, doa mohon
dikeluarkan dari berbagai kesulitan atau kege-lapan, sebagaimana dikemukakan dalam surat
Al Anbiyaa (21) ayat 87 berikut ini: “dan
(ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam Keadaan marah, lalu ia
menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), Maka ia
menyeru dalam Keadaan yang sangat gelap[967]: "Bahwa tidak ada Tuhan
selain Engkau. Maha suci Engkau, Sesungguhnya aku adalah Termasuk orang-orang
yang zalim."
[967] Yang dimaksud dengan Keadaan
yang sangat gelap ialah didalam perut ikan, di dalam laut dan di malam hari.
7. Doa Nabi Sulaiman as, doa mohon
dijadikan orang pandai mensyukuri nikmat, sebagaimana dikemukakan dalam surat An Naml
(27) ayat 19 berikut ini: “Maka
Dia tersenyum dengan tertawa karena (mendengar) Perkataan semut itu. dan Dia
berdoa: "Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat mu
yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan
untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan
rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh".
8. Doa Nabi Zakaria as, doa mohon
diberi anak yang shaleh, sebagaimana dikemu-kakan dalam surat Ali Imran (3) ayat 38 berikut
ini: “di sanalah Zakariya mendoa kepada
Tuhannya seraya berkata: "Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang
anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa". Dan
yang juga dikemukakan dalam surat Al Anbiyaa sebagaimana berikut ini: “ dan (ingatlah kisah) Zakaria, tatkala ia
menyeru Tuhannya: "Ya Tuhanku janganlah Engkau membiarkan aku hidup seorang
diri[968] dan Engkaulah waris yang paling Baik[969].
[968]
Maksudnya: tidak mempunyai keturunan yang mewarisi
[969]
Maksudnya: andaikata Tuhan tidak mengabulkan doanya, Yakni memberi keturunan,
Zakaria menyerahkan dirinya kepada Tuhan, sebab Tuhan adalah waris yang paling
baik.
8. Doa Nabi Musa as, doa mohon
dilapangkan dadanya, dimudahkan segala urusan-nya dan tidak kaku lidahnya dalam
menyampaikan sesuatu, sebagaimana dikemukakan dalam surat Thaahaa (20) ayat 25-26-27-28
berikut ini: “berkata
Musa: "Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku[915], dan mudahkanlah
untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti
perkataanku.”
[915] Nabi Musa a.s. memohon kepada
Allah agar dadanya dilapangkan untuk menghadapi Fir'aun yang terkenal sebagai
seorang raja yang kejam.
Dan juga sebagaimana dikemukakan dalam surat Al
Qashsah (28) ayat 16 berikut ini: “Musa mendoa: "Ya Tuhanku,
Sesungguhnya aku telah Menganiaya diriku sendiri karena itu ampunilah
aku". Maka Allah mengampuninya, Sesungguhnya Allah Dialah yang Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.” Serta yang juga dikemukakan dalam surat
Al Qashash (28) ayat 21 berikut ini: “Maka keluarlah Musa dari kota itu dengan
rasa takut menunggu-nunggu[1117] dengan khawatir, Dia berdoa: "Ya Tuhanku,
selamatkanlah aku dari orang-orang yang zalim itu". (surat Al Qashash (28)
ayat 21)
[1117]
Maksudnya: merasa sangat khawatir, kalau-kalau ada orang yang menyusul untuk
menangkapnya.
9. Doa Ashabul Kahfi, doa diberi
rahmat dari sisi-Nya dan dapat menyelesaikan urusan dengan cara yang benar, sebagaimana dikemukakan dalam surat
Al Kahfi (18) ayat 10 berikut ini: “(ingatlah)
tatkala Para pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua, lalu mereka
berdoa: "Wahai Tuhan Kami, berikanlah rahmat kepada Kami dari sisi-Mu dan
sempurnakanlah bagi Kami petunjuk yang Lurus dalam urusan Kami (ini)."
10. Doa Setelah Selesai Shalat Tahajud,
doa mohon dimasukkan dan dikeluarkan dari segala urusan yang benar, sebagaimana
dikemukakan dalam surat Al Israa’ (17) ayat 80 berikut ini: “dan
Katakanlah: "Ya Tuhan-ku, masukkanlah aku secara masuk yang benar dan
keluarkanlah (pula) aku secara keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari
sisi Engkau kekuasaan yang menolong[866].”
[866]
Maksudnya: memohon kepada Allah supaya kita memasuki suatu ibadah dan selesai
daripadanya dengan niat yang baik dan penuh keikhlasan serta bersih dari ria
dan dari sesuatu yang merusakkan pahala. ayat ini juga mengisyaratkan kepada Nabi
supaya berhijrah dari Mekah ke Madinah. dan ada juga yang menafsirkan: memohon
kepada Allah s.w.t. supaya kita memasuki kubur dengan baik dan keluar
daripadanya waktu hari-hari berbangkit dengan baik pula.
11. Doa mohon diberi pasangan hidup dan
anak keturuan yang menyenangkan (penyejuk hati) dan menjadi pemimpin bagi
orang-orang yang bertaqwa, sebagaimana dikemukakan dalam surat Al Furqaan (25) ayat 74
berikut ini: “dan
orang orang yang berkata: "Ya Tuhan Kami, anugrahkanlah kepada Kami
isteri-isteri Kami dan keturunan Kami sebagai penyenang hati (Kami), dan
Jadikanlah Kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.”
12. Doa mohon dilimpahkan kesabaran dan
dikokohkan pendirian serta mohon per-tolongan-Nya di dalam menghadapi
orang-orang kafir, sebagaimana
dikemukakan dalam surat Al Baqarah (2) ayat 250 berikut ini: “tatkala Jalut dan tentaranya telah
nampak oleh mereka, merekapun (Thalut dan tentaranya) berdoa: "Ya Tuhan
Kami, tuangkanlah kesabaran atas diri Kami, dan kokohkanlah pendirian Kami dan
tolonglah Kami terhadap orang-orang kafir."
13. Doa mohon diampuni dosa-dosa dan
tindakan-tindakan yang berlebihan dalam segala urusan , dan mohon ditetapkan
pendirian serta ditolong dalam menghadapi orang-orang yang ingkar, sebagaimana dikemukakan dalam surat
Ali Imran (3) ayat 147 berikut ini: “tidak
ada doa mereka selain ucapan: "Ya Tuhan Kami, ampunilah dosa-dosa Kami dan
tindakan-tindakan Kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami[235] dan
tetapkanlah pendirian Kami, dan tolonglah Kami terhadap kaum yang kafir".
[235]
Yaitu melampaui batas-batas hukum yang telah ditetapkan Allah s.w.t.
14. Doa mohon tidak dibebani beban yang
berat yang tidak sanggup memikulnya, se-bagaimana dikemukakan dalam surat Al Baqarah (2) ayat 286
berikut ini: “Allah
tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia mendapat
pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari
kejahatan) yang dikerjakannya. (mereka berdoa): "Ya Tuhan Kami, janganlah
Engkau hukum Kami jika Kami lupa atau Kami tersalah. Ya Tuhan Kami, janganlah
Engkau bebankan kepada Kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada
orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau pikulkan kepada Kami
apa yang tak sanggup Kami memikulnya. beri ma'aflah kami; ampunilah kami; dan
rahmatilah kami. Engkaulah penolong Kami, Maka tolonglah Kami terhadap kaum
yang kafir."
15. Doa mohon kebahagiaan di dunia dan
kebahagiaan di akhirat, sebagaimana dike-mukakan dalam surat Al Baqarah (2) ayat 201
berikut ini: “dan di antara mereka ada orang yang bendoa:
"Ya Tuhan Kami, berilah Kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan
peliharalah Kami dari siksa neraka"[127].
[127] Inilah doa yang sebaik-baiknya bagi
seorang Muslim.
16. Doa mohon perlindungan dari segala
kejahatan makhluk dan semua ciptaan-Nya, sebagaimana dikemukakan dalam surat Al
Falaq (113) ayat 1-5 berikut ini: “Katakanlah:
"Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subuh, dari kejahatan
makhluk-Nya, dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, dan dari
kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul[1609],
dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki."
[1609]
Biasanya tukang-tukang sihir dalam melakukan sihirnya membikin buhul-buhul dari
tali lalu membacakan jampi-jampi dengan menghembus-hembuskan nafasnya ke buhul
tersebut.
17. Doa mohon perlindungan dari
kejahatan jin dan manusia, sebagaimana dikemu-kakan dalam surat An Naas (114) ayat 1-6 berikut
ini: “Katakanlah: "Aku berlidung kepada
Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia. raja manusia. sembahan manusia.
dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan
(kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia.”
18. Doa mohon diberi petunjuk ke jalan yang
benar (jalan yang penuh rahmat dan nikmat), sebagaimana dikemukakan dalam Al
Fatehah (1) ayat 1-7 berikut ini: dengan menyebut nama Allah yang Maha
Pemurah lagi Maha Penyayang[1]. segala puji[2] bagi Allah, Tuhan semesta
alam[3]. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. yang menguasai[4] di hari
Pembalasan[5]. hanya Engkaulah yang Kami sembah[6], dan hanya kepada Engkaulah
Kami meminta pertolongan[7]. Tunjukilah[8] Kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan
orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka
yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.[9]”
[1]
Maksudnya: saya memulai membaca al-Fatihah ini dengan menyebut nama Allah.
Setiap pekerjaan yang baik, hendaknya dimulai dengan menyebut asma Allah,
seperti makan, minum, menyembelih hewan dan sebagainya. Allah ialah nama zat
yang Maha Suci, yang berhak disembah dengan sebenar-benarnya, yang tidak
membutuhkan makhluk-Nya, tapi makhluk yang membutuhkan-Nya. Ar Rahmaan (Maha
Pemurah): salah satu nama Allah yang memberi pengertian bahwa Allah melimpahkan
karunia-Nya kepada makhluk-Nya, sedang Ar Rahiim (Maha Penyayang) memberi
pengertian bahwa Allah Senantiasa bersifat rahmah yang menyebabkan Dia selalu
melimpahkan rahmat-Nya kepada makhluk-Nya.
[2]
Alhamdu (segala puji). memuji orang adalah karena perbuatannya yang baik yang
dikerjakannya dengan kemauan sendiri. Maka memuji Allah berrati: menyanjung-Nya
karena perbuatannya yang baik. lain halnya dengan syukur yang berarti: mengakui
keutamaan seseorang terhadap nikmat yang diberikannya. kita menghadapkan segala
puji bagi Allah ialah karena Allah sumber dari segala kebaikan yang patut
dipuji.
[3]
Rabb (tuhan) berarti: Tuhan yang ditaati yang Memiliki, mendidik dan
Memelihara. Lafal Rabb tidak dapat dipakai selain untuk Tuhan, kecuali kalau
ada sambungannya, seperti rabbul bait (tuan rumah). 'Alamiin (semesta alam):
semua yang diciptakan Tuhan yang terdiri dari berbagai jenis dan macam,
seperti: alam manusia, alam hewan, alam tumbuh-tumbuhan, benda-benda mati dan
sebagainya. Allah Pencipta semua alam-alam itu.
[4]
Maalik (yang menguasai) dengan memanjangkan mim,ia berarti: pemilik. dapat pula
dibaca dengan Malik (dengan memendekkan mim), artinya: Raja.
[5]
Yaumiddin (hari Pembalasan): hari yang diwaktu itu masing-masing manusia menerima
pembalasan amalannya yang baik maupun yang buruk. Yaumiddin disebut juga
yaumulqiyaamah, yaumulhisaab, yaumuljazaa' dan sebagainya.
[6]
Na'budu diambil dari kata 'ibaadat: kepatuhan dan ketundukkan yang ditimbulkan
oleh perasaan terhadap kebesaran Allah, sebagai Tuhan yang disembah, karena
berkeyakinan bahwa Allah mempunyai kekuasaan yang mutlak terhadapnya.
[7]
Nasta'iin (minta pertolongan), terambil dari kata isti'aanah: mengharapkan
bantuan untuk dapat menyelesaikan suatu pekerjaan yang tidak sanggup dikerjakan
dengan tenaga sendiri.
[8]
Ihdina (tunjukilah kami), dari kata hidayaat: memberi petunjuk ke suatu jalan
yang benar. yang dimaksud dengan ayat ini bukan sekedar memberi hidayah saja,
tetapi juga memberi taufik.
[9]
Yang dimaksud dengan mereka yang dimurkai dan mereka yang sesat ialah semua
golongan yang menyimpang dari ajaran Islam.
Daftar
Pustaka:
1. Emsoe Abdurrahman, 700+ Lisan Emas Para Nabi, Rasulullah, Sahabat dan Orang orang Saleh, Pustaka Aksara, Jakarta, 2012.
2. Ferudun Ozdemir, Allah Ada Masalah Tiada, Zaytuna Ufuk Abadi (Zahira), Jakarta, 2014.
3. Asfa Davy Bya, Sebening
Mata Hati: Oase Penyejuk Jiwa dan Pikiran, penerbit Hikmah, Jakar-ta, 2008.
4. Ali Usman, HAA Dahlan, Prof HMD
Dahlan, Hadits Qudsi:
Firman
Allah Yang Tidak Dicantumkan Dalam AlQuran, Penerbit Diponegoro, Bandung, 2003.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar