Label

MEMANUSIAKAN MANUSIA: INILAH JATIDIRI MANUSIA YANG SESUNGGUHNYA (79) SETAN HARUS JADI PECUNDANG: DIRI PEMENANG (68) SEBUAH PENGALAMAN PRIBADI MENGAJAR KETAUHIDAN DI LAPAS CIPINANG (65) INILAH ALQURAN YANG SESUNGGUHNYA (60) ROUTE TO 1.6.799 JALAN MENUJU MAKRIFATULLAH (59) MUTIARA-MUTIARA KEHIDUPAN: JALAN MENUJU KERIDHAAN ALLAH SWT (54) PUASA SEBAGAI KEBUTUHAN ORANG BERIMAN (50) ENERGI UNTUK MEMOTIVASI DIRI & MENJAGA KEFITRAHAN JIWA (44) RUMUS KEHIDUPAN: TAHU DIRI TAHU ATURAN MAIN DAN TAHU TUJUAN AKHIR (38) TAUHID ILMU YANG WAJIB KITA MILIKI (36) THE ART OF DYING: DATANG FITRAH KEMBALI FITRAH (33) JIWA YANG TENANG LAGI BAHAGIA (27) BUKU PANDUAN UMROH (26) SHALAT ADALAH KEBUTUHAN DIRI (25) HAJI DAN UMROH : JADIKAN DIRI TAMU YANG SUDAH DINANTIKAN KEDATANGANNYA OLEH TUAN RUMAH (24) IKHSAN: INILAH CERMINAN DIRI KITA (24) RUKUN IMAN ADALAH PONDASI DASAR DIINUL ISLAM (23) ZAKAT ADALAH HAK ALLAH SWT YANG HARUS DITUNAIKAN (20) KUMPULAN NASEHAT UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK (19) MUTIARA HIKMAH DARI GENERASI TABI'IN DAN TABI'UT TABIIN (18) INSPRIRASI KESEHATAN DIRI (15) SYAHADAT SEBAGAI SEBUAH PERNYATAAN SIKAP (14) DIINUL ISLAM ADALAH AGAMA FITRAH (13) KUMPULAN DOA-DOA (10) BEBERAPA MUKJIZAT RASULULLAH SAW (5) DOSA DAN JUGA KEJAHATAN (5) DZIKIR UNTUK KEBAIKAN DIRI (4) INSPIRASI DARI PARA SAHABAT NABI (4) INILAH IBADAH YANG DISUKAI NABI MUHAMMAD SAW (3) PEMIMPIN DA KEPEMIMPINAN (3) TAHU NABI MUHAMMAD SAW (3) DIALOQ TOKOH ISLAM (2) SABAR ILMU TINGKAT TINGGI (2) SURAT TERBUKA UNTUK PEROKOK dan KORUPTOR (2) IKHLAS DAN SYUKUR (1)

Minggu, 19 November 2023

TANTANGAN DAN ANCAMAN YANG DIHADAPI GENERASI MILENIAL (PART 1 of 3)



Segala puji bagi Allah yang telah memberikan limpahan rahmat kepada kami, yang tidak bisa dihitung dan diukur dengan apapun juga. Tak lupa shalawat dan salam senantiasa kami haturkan kepada Nabi Muhammad SAW uswah kami sepanjang hayat beserta keluarga dan para sahabatnya serta umatnya sampai akhir zaman. Amiin.

 

Buku “Tauhid: Inilah Ilmu yang Wajib kita Miliki” yang sedang jamaah baca dan pelajari dengan seksama, kami tulis dan kami sajikan dengan semangat untuk mengamalkan ajaran Islam yang berlaku seperti yang kami kemukakan berikut ini:“Rasulullah SAW bersabda: “Bila seseorang telah meninggal, terputus untuknya pahala segala amal kecuali tiga hal yang tetap kekal: Shadaqah Jariah, Ilmu yang bermanfaat yang diajarkan, dan anak shaleh yang senantiasa mendoakannya”. (Hadits Riwayat Bukhari-Muslim). Selain berdasarkan hadits di atas ini, masih ada ajaran Islam yang kami amalkan sebagaimana hadits berikut ini: Rasulullah SAW bersabda: “Wahai orang yang berilmu! Ketahuilah bahwa jika engkau tidak mengamalkan ilmu yang engkau miliki, maka ia tidak akan membelamu kelak dihadapan (pengadilan) Rabbmu. (Hadits Riwayat Ad-Darimi).”  Dan ada pula nasehat dari alim ulama yang juga kami amalkan sebagaimana berikut ini: “Tiap-tiap sesuatu ada zakatnya (penyuciannya). Zakat harta ialah sedekah kepada fakir miskin dan yang membutuhkan lainnya. Zakat kekuatan ialah membela kaum dhuafa yang teraniaya. Zakat argumentasi dan kefasehan lidah ialah mengokohkan hujjah dan dalil-dalil agama. Dan Zakat ilmu pengetahuan adalah dengan mengajarkan ilmunya kepada orang lain”. (Alim Ulama).”

 

Alangkah hebatnya umat Islam jika mampu menjalankan apa apa yang tertuang dalam hadits dan nasehat alim ulama di atas ini, yaitu: (1) Memberi bukanlah sebatas sedekah yang berasal dari harta kekayaan atau penghasilan semata; (2) Memberi juga bisa kita lakukan dengan cara membela kaum dhuafa yang teraniaya melalui zakat (sedekah) yang berasal kekuatan atau kekuasaan yang kita miliki; (3). Memberi juga bisa kita lakukan dalam kerangka untuk mengokohkan hujjah dan dalil dalil agama melalui zakat/sedekah argumentasi dan kefasehan lidah yang kita miliki; (4). Dan yang terakhir memberi juga bisa kita lakukan dengan cara mengajarkan ilmu pengetahuan yang melalui jalan zakat/sedekah ilmu pengetahuan yang kita miliki. Apalagi jika apa apa yang kami kemukakan ini terlaksana tanpa diketahui oleh tangan kiri sewaktu tangan kanan memberi (maksudnya adalah berbuat dan bertindak secara ikhlas karena Allah SWT semata), yang mana kekuatannya sangat luar biasa dan hasil yang akan kita rasakan juga sepadan yaitu sangat luar biasa pula, sebagaimana hadits berikut ini: “Abu Said ra, berkata: Nabi bersabda; “Seseorang yang memberi sedekah satu dirham selama hidupnya, lebih baik baginya daripada memberi seratus dirham di waktu matinya”. (Hadits Riwayat Abu Dawud).” .

 

Adanya semangat mengamalkan ajaran Islam sebagaimana telah kami kemukakan di atas, maka tersajilah buku “Tauhid: Inilah Ilmu yang Wajib kita Miliki” kepada jamaah sekalian. Dan kami berharap buku ini bisa menjadi bentuk rasa syukur kami kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayahnya kepada kami dan juga kepada keluarga besar kami serta juga kami berharap buku ini bisa menjangkau generasi yang datang dikemudian hari; mampu pula tersebar ke berbagai tempat yang ada di muka bumi ini dan bisa menjadi buku penyeimbang bagi buku-buku yang pernah ada sebelumnya sehingga umat mampu tercerahkan atas kehadiran buku ini.

 

Buku ini kami tulis berdasarkan pengajian ketauhidan yang kami dapatkan dari 2 (dua) orang guru kami, yang pertama adalah “H. Datuk Nurdin Hakami”, beliau adalah anak dari Hasyim  Husaini, yang di Sumatra Barat akrab disapa dengan panggilan “Hasyim Tiku”. Dan yang kedua,  kajian ketauhidan ini kami dapatkan dari “H. Bachtiar Ma’ani yang mana beliau adalah guru yang sekaligus orang tua kandung dari kami sendiri. Dan semoga keduanya selalu di dalam limpahan rahmat Allah SWT. Amiin.

 

Hidup adalah saat bersatunya jasmani dengan ruh dan pada saat itu pulalah kita harus bisa membuktikan penghambaan dan kekhalifahan yang kita laksanakan, apakah sesuai dengan kehendak Allah ataukah tidak. Hidup adalah saat terjadinya tarik menarik kepentingan antara nilai nilai kebaikan dengan nilai nilai keburukan. Hidup adalah perjuangan. Hidup adalah tantangan. Hidup adalah pilihan di dalam menentukan sikap menjadi baik ataukah menjadi buruk. Hidup harus dihadapi bukan untuk dihindari. Hidup adalah permainan yang mengharuskan diri kita menjadi pemenang, bukan menjadi pecundang. Hidup adalah saat diri kita melaksanakan salah satu rencana besar Allah SWT yaitu menjadi abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya di muka bumi. Jika saat ini kita masih hidup berarti segala sesuatu yang berhubungan dengan hidup sedang kita hadapi tanpa terkecuali. 

 

Agar hidup yang kita jalani sesuai dengan kehendak Allah SWT Dzat Yang Maha Hidup maka kita harus tahu diri dan tahu aturan main serta tahu tujuan akhir yang berlaku saat kita hidup di dunia ini. Tahu diri berarti kita juga harus tahu siapa diri kita dan siapa Allah SWT dan ada hubungan apa antara diri kita dengan Allah SWT.

 

Tahu aturan main bahwa Allah SWT adalah pemilik dan pencipta alam semesta ini berarti Allah SWT adalah  pembuat dan  penentu aturan-aturan yang berlaku di langit dan di muka bumi ini (maksudnya Diinul Islam) serta Allah SWT juga adalah penilai atau yang memutuskan siapa abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya yang berhak untuk masuk syurga dan siapa yang akan masuk neraka. Dan jika kita termasuk orang yang tahu diri dan tahu aturan main maka kita tidak bisa hidup dengan seenaknya saja di langit dan di muka bumi ini. Dan yang terakhir kita harus tahu dan mengerti tentang tahu tujuan akhir dari perjalanan hidup yang kita jalani saat ini, apakah mampu menghantarkan diri kita ke syurga ataukah ke neraka.

 

Dan untuk bisa menjadi abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya di muka bumi yang sesuai dengan kehendak Allah SWT bukanlah sesuatu yang mudah seperti membalik telapak tangan. Apalagi bagi generasi milenial, yang tidak lain adalah anak keturunan dari kita sendiri yang memiliki tantangan yang berbeda dengan diri kita. Tantangan (ancaman) yang  dihadapi generasi milenial sangat luar biasa sehingga membutuhkan perhatian yang sangat serius dari diri kita, selaku orang tua ataupun selaku kakek/nenek dari mereka semua. Sehingga generasi milenial saat menjalani hidupnya bisa melaluinya dengan mudah. Dan agar generasi milenial mampu dapat menghadapi ancaman dan juga tantangan yang sangat luar biasa keadaannya, maka sudah seharusnya diri kita selaku orang tua memberikan pedoman dan arahan yang terbaik bagi mereka semua. Salah satu bentuk pedoman dan dukungan yang harus mereka (generasi milenial) miliki adalah bagaimana mereka semua harus dapat memiliki ilmu tauhid (ketauhidan) yang baik dan benar yang sesuai dengan kehendak Allah SWT melalui pendidikan akhlak terutama dari diri kita sendiri dan juga dari penghasilan yang halal yang kita nafkahkan untuk membiayai mereka.

 

Ilmu tauhid (ketauhidan) haruslah menjadi ilmu yang paling dasar dan yang menjadi pondasi dasar (aqidah) dalam diri seseorang dalam membentuk keimanan dan ketaqwaan dalam diri setiap generasi milenial tanpa terkecuali. Semoga dengan adanya ilmu tauhid (ketauhidan) yang melekat dalam diri generasi milenial yang di dalamnya termasuk anak keturunan kita, mereka semua siap menghadapi segala tantangan dan ancaman yang  telah nyata-nyata ada dihadapan mereka semua dan mereka juga mampu melaksanakan apa-apa yang dikehendaki oleh Allah SWT, dalam hal ini mampu menjadi abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya di muka bumi.

 

Jamaah sekalian, buku “Tauhid: Inilah Ilmu Yang Wajib Kita Miliki” yang kami tulis ini, tidak terlepas dari 9 (sembilan) buah keadaan yang nyata-nyata telah terjadi dihadapan diri kita saat ini dan yang juga pasti akan dihadapi pula oleh setiap anak keturunan dari diri kita sendiri yang tidak lain adalah generasi milenial saat ini. Dan sebagai orang tua kita harus bisa mendidik anak dan keturunan kita sesuai dengan jamannya. Yang mana jamannya ini bukanlah jamannya diri kita melainkan jamannya anak keturunan dari diri kita sendiri. Dan akhirnya kita tidak bisa menganggap sepele apalagi menganggap ancaman dan tantangan yang ada saat ini adalah sesuatu tidak akan membahayakan diri kita dan juga anak keturunan kita sehingga kita menganggapnya sepele. Dan inilah 9 (sembilan) keadaan yang tidak lain adalah tantangan dan ancaman yang harus kita hadapi dan yang juga akan dihadapi oleh anak keturunan kita yang tidak lain adalah generasi milenial saat ini, yaitu:     

 

A.   ADANYA KONDISI DAN KEADAAN UMAT AKHIR ZAMAN MENURUT NA-BI MUHAMMAD SAW.

 

Nabi Muhammad SAW melalui hadits hadits yang akan kami kemukakan di bawah ini, telah mengemukakan tentang adanya tantangan, atau ancaman, atau suatu keadaan yang harus siap kita hadapi dengan sebaik mungkin. Nabi Muhammad SAW jauh-jauh hari sudah memberikan peringatan kepada seluruh umatnya agar kita mempersiapkan diri jauh-jauh hari juga dengan sebaik mungkin. Sehingga umatnya tidak terjerumus ke dalamnya atau tidak mampu menghadapi tantangan dimaksud yang pada akhirnya akan membawa kita ke dalam neraka. Begitu banyak tanda-tanda zaman yang dikemukakan oleh Nabi Muhammad SAW. Begitu banyak indikator yang telah disampaikan oleh Nabi kita. Yang kesemuanya menunjukkan betapa visionernya (berpikir jauh ke depan) Nabi kita dan menunjukkan betapa sangat sayangnya Nabi Muhammad SAW kepada seluruh umatnya. Dan inilah yang telah dikemukakan oleh Nabi Muhammad SAW kepada umatnya, yaitu: 

 

1.    Umat Islam seperti buih di lautan. Hal ini sebagaimana dikemukakan dalam ha-dits berikut ini: Rasulullah bersabda, “Nyaris orang-orang kafir menyerbu dan membinasakan kalian, seperti halnya orang-orang yang menyerbu makanan di atas piring.” Seseorang berkata, “Apakah karena sedikitnya kami waktu itu?” Beliau bersabda, “Bahkan kalian waktu itu banyak sekali, tetapi kamu seperti buih di atas air. Dan Allah mencabut rasa takut musuh-musuhmu terhadap kalian serta menjangkitkan di dalam hatimu penyakit wahn.” Seseorang bertanya, “Apakah wahn itu?” Beliau menjawab, “Cinta dunia dan takut mati,(Hadits Riwayat. Ahmad, Al-Baihaqi, Abu Dawud).Kini umat Islam lebih suka berada di zona aman ketimbang melakukan pembelaan terhadap hak-hak umat Islam. Mereka lebih suka berdiam diri di rumah bermesraan dengan keluarga. Takut menghadapi ancaman dan tantangan. Jika hal ini terus terjadi, maka selamanya umat Islam akan menjadi makanan yang diperebutkan oleh musuh.

 

2.    Adanya Perpecahan Umat. Berdasarkan hadits yang kami kemukakan berikut ini: “Dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Yahudi terpecah menjadi 71 atau 72 golongan, Nasrani terpecah menjadi 71 atau 72 golongan. Dan umatku terpecah menjadi 73 golongan. (Hadits Riwayat Abu Dawud, Ath Thirmizi, Ibnu Majah, Ibu Hibban dan Al-Hakim). Nabi Muhammad SAW sudah memberikan informasinya kepada diri kita bahwa akan terjadi perpecahan umat. Umat Yahudi menjadi 71 atau 72 golongan. Umat Nasrani menjadi 71 atau 72 golongan sedangkan umat Islam akan terpecah menjadi 73 golongan. Dan khusus bagi umat Nabi Muhammad SAW yang akan selamat adalah hanya satu golongan, sebagaimana hadits berikut ini: “Nabi SAW bersabda: “Sesungguhnya Bani Israil terpecah menjadi 72 millah (agama), sementara umatku berpecah menjadi 73 millah (agama). Semuanya di dalam neraka, kecuali satu millah." Sahabat bertanya, "Millah apa itu?" Beliau menjawab, "Yang aku berada di atasnya dan juga para shahabatku." (Hadits Riwayat Ath Thirmidzi, Abu Dawud, Ibnu Majah, Al-Baihaqi dan Al-Hakim). Dan adapun golongan yang selamat adalah golongan yang mengikuti dan mengamalkan ajaran yang disampaikan oleh Rasulullah SAW, baik yang berwujud perkataan, perbuatan, tingkah laku, kebiasaan maupun yang diajarkan dengan cara lain, termasuk penyampaian AlQuran dan Hadits.


3.    Adanya Tolak Ukur Kesuksesan Hidup Bersifat Keduniawian. Sekarang mari ki-ta perhatikan hadits yang diriwayatkan oleh Adh Dailami di bawah ini, Nabi Muhammad SAW telah mengemukakan akan tiba suatu zaman dimana perut mereka dijadikan sebagai tuhan. Perempuan perempuan dijadikan kiblat. Kekayaan duniawi sebagai agama, sebagaimana dikemukakan dalam hadits berikut ini: “Nabi SAW bersabda: Manusia akan melihat hari ketika mereka akan menjadikan perut mereka sebagai tuhan, perempuan perempuan mereka sebagai kiblat, kekayaan duniawi sebagai agama mereka, sebagai tolak ukur keunggulan dan kemuliaan mereka. (akan datang suatu saat ketika) tidak ada keimanan melainkan nama, tidak ada Islam melainkan ritual ritual saja, tidak ada AlQuran selain sekedar pelajaran saja, Masjid masjid mereka akan berdiri seperti bangunan bangunan batu sementara hati mereka sepi dari petunjuk. Para ulama pada zaman itu akan menjadi seburuk buruknya manusia di muka bumi. (yaitu, mayoritas mereka akan menjadi para penyembah dunia).” (Hadits Riwayat Adh Dailami).” Selain daripada itu, tidak ada lagi keimanan melainkan nama semata. Tidak ada Islam melainkan ritual-ritual semata. Tidak ada AlQuran selain sekedar pelajaran saja atau sekedar bacaan semata. Masjid seperti bangunan batu, sementara hati mereka sepi dari petunjuk apalagi bimbingan yang menentramkan jiwa. Ulama mereka menjadi seburuk-buruk manusia dikarenakan telah menjadi penyembah dunia, yaitu mayoritas mereka akan menjadi penyembah dunia.

 

4.   Adanya Keimanan berdasarkan Pesanan. Lain halnya yang dikemukakan oleh Abu Dawud dalam hadits yang kami kemukakan berikut ini: “Nabi SAW bersabda: Mendekati kiamat akan terjadi berbagai fitnah, seolah-olah kepingan kepingan malam yang gelap gulita. Seorang yang pagi hari beriman maka pada sore harinya menjadi kafir, dan orang yang pada sore harinya beriman maka pada pagi harinya menjadi kafir, dia menjual agamanya dengan (imbalan) harta benda dunia.” (Hadits Riwayat Abu Dawud). Tingkat atau kualitas keimanan seseorang sangat tergantung kepada keadaan yang dihadapinya, bisa berubah ubah dikarenakan mereka telah menjual agamanya dengan harta benda atau imbalan dunia. Siang lain, malam lain. Hari ini lain, esok lain. Berubah-ubah sesuai dengan pesanan yang dihadapinya.

 

5.    Adanya Shalat sebatas Ritual Belaka. Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad berikut ini: Nabi SAW bersabda: Akan datang suatu masa atas manusia, dimana mereka shalat padahal sebenarnya mereka tidak shalat. (Hadits Riwayat Ahmad).” Adanya orang yang shalat tapi sebenarnya tidak shalat menunjukkan bahwa shalat hanya sebatas rutinitas dalam bentuk ritual dari sebuah kewajiban tanpa pernah merasakan rasa berkomunikasi dengan Allah SWT. Selain daripada itu, Nabi Muhammad SAW juga telah memberikan gambaran bahwa akan datang suatu masa amanat yang pertama akan dicabut dari muka bumi dan yang terakhir adalah shalat khusyu’ walaupun saat itu banyak orang yang shalat, sebagaimana hadits berikut ini: Nabi SAW bersabda: “Kececeran yang pertama akan kamu alami dari agamamu ialah amanat, dan kececeran  yang terakhir ialah shalat. Dan sesungguhnya (akan terjadi) orang yang melakukan shalat sedang mereka tidak berakhlak. (Hadits Riwayat Ahmad, Abu Dawud dan Ibnu Majah). Kondisi ini terjadi karena jiwa dari shalat yang sesungguhnya adalah khusyuk sudah hilang sehingga shalat yang dilakukan hanya sebatas ritual belaka tanpa ada makna atau shalat hanya sebatas ibadah lahiriah semata tanpa merasakan dan mencapai hakekat dari shalat yaitu menjadikan shalat sebagai ibadah bathiniah, yang pada akhirnya shalat yang dikehendaki Allah SWT tidak tercapai sama sekali.

 

6.   Adanya Umat Yang Wujudnya Berubah Jadi Kera dan Babi. Berdasarkan hadits yang kami kami kemukakan berikut ini: Ada suatu kaum dari umatku di akhir zaman yang diubah wujudnya menjadi kera dan babi. Mereka bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah mereka orang orang muslim?’ Beliau menjawab: Ya, mereka bersyahadat bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Aku adalah utusan Allah, mereka berpuasa”. Mereka bertanya lagi: Lalu apa yang mereka perbuat Wahai Rasulullah?’ Beliau menjawab: “Mereka mengha-dirkan alat alat ka n, para biduanita, gendang, dan minum arak. Lalu mereka bermalam dengan minuman keras dan permainan tersebut. Maka pada pagi harinya mereka telah berubah wujud”. (Hadits Riwayat Ibnu Hibban)  Akan datang umat di akhir zaman wujudnya menjadi kera dan babi. Lihatlah perilaku kera dan lihatlah perilaku babi, lalu perhatikan pula pola hidup dan kehidupannya. Apakah kita yang masih memiliki kesadaran ini mau membiarkan anak dan keturunan kita menjadi seperti mereka kelak!

 

7.   Kehancuran umat Islam bukan oleh kekuatan musuh, namun karena pengkhia-natan sebagian umat Islam. Para pengkhianat agama itu bekerja sama dengan thagut dan orang-orang kafir untuk memerangi para pejuang Islam. Para pengkhianat dari Islam itu sendiri telah menjual darah daging saudaranya kepada musuh-musuh Islam dengan imbalan yang tidak sedikit. Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya aku sudah memohon kepada Rabbku untuk umatku janganlah membinasakan mereka dengan paceklik yang merajalela, jangan menundukkan mereka kepada musuh dari luar kelompok mereka yang menodai kedaulatan mereka. Sesungguhnya Rabbku berfirman: Wahai Muhammad! Sungguh jika Aku telah menetapkan suatu ketetapan, maka tidak bisa ditolak. Aku berikan kepada umatmu agar mereka tidak dibinasakan oleh paceklik yang merajalela dan agar mereka tidak dikuasai oleh musuh dari luar mereka yang akan menodai kedaulatan mereka, sekalipun musuh itu berkumpul dari seluruh penjuru dunia, kecuali jika sebagian mereka membinasakan sebagian yang lain dan mereka saling menawan satu sama lain.” (Hadits Riwayat  Muslim dan Tirmidzi).

 

Kegagalan umat Islam dalam mewujudkan cita-citanya lebih karena faktor loyalnya mereka terhadap musuh-musuh Islam. Demikian pula keberhasilan musuh-musuh Islam dari kalangan Yahudi dan Nasrani, mereka menang bukan karena kehebatan dan kekuatan yang dimilikinya, melainkan adanya sebagian umat Islam yang bergabung bersama mereka. Dan peristiwa bergabungnya sebagian umat Islam bersama musuh-musuh Islam, secara tegas telah dinubuwatkan oleh Rasulullah SAW: “Kiamat tidak akan terjadi hingga suku-suku dari umatku bergabung dengan orang-orang musyrik dan hingga mereka menyembah berhala. Di tengah umatku kelak akan ada 30 pendusta, masing-masing mengaku sebagai nabi, padahal aku adalah penutup para nabi, tidak ada nabi sesudahku.” (Hadits Riwayat Abu Dawud dan Tirmidzi).

 

8.    Masjid Dijadikan Tempat Ngobrol/Kongkow. Masjid adalah rumah Allah SWT. Sebagai rumah Allah SWT berarti kita yang datang kesana adalah tamu bagi Allah SWT. Akan tetapi justru tamu yang datang ke rumah Allah tidak memiliki keperluan terhadap Allah SWT selaku tuan rumah. Mereka yang datang justru menjadikan masjid sebagai tempat mengobrol, bukan untuk tempat beribadah kepada Allah SWT. Inilah yang dikemukan oleh Nabi Muhammad SAW dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Hibban berikut ini: Dari Abdullah bin Mas’ud ra, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “akan ada di akhir zaman nanti, suatu kaum yang mengobrol di masjid. Mereka tidak ada keperluan terhadap Allah SWT. (Hadits Riwayat Ibnu Hibban). Dan juga berdasarkan hadits berikut ini: “Dari Ali bin Abi Thalib ra, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: Telah hampir tiba suatu zaman ketika tidak ada lagi dari Islam, kecuali hanya namanya dan tidak ada lagi dari AlQuran, kecuali hanya tulisannya. Masjid-masjid mereka indah, tetapi kosong daripada hidayah. Ulama mereka adalah sejahat-jahatnya makhluk yang ada di bawah langit. Daripada merekalah kluar fitnah dan kepada mereka juga fitnah itu akan kembali.” (Hadits Riwayat  Al-Baihaqi)

 

Selain adanya 8 (delapan) kondisi umat akhir zaman yang telah dikemukakan oleh Nabi Muhammad SAW di atas, masih ada satu hadits yang menginformasikan tentang kondisi umat akhir zama yang sudah tidak memperdulikan lagi akan adanya ketentuan halal dan haram sebagaimana hadits berikut ini: “Rasulullah SAW bersabda: Akan datang suatu masa pada umat manusia, mereka tidak peduli lagi dengan cara untuk mendapatkan harta, apakah melalui cara yang halal ataukah dengan cara yang haram. (Hadits Riwayat Bukhari).” Sebagai orang tua, sebagai kakek (nenek) tidakkah kita menyadarinya? Sudahkah kita mengetahui-nya? Sudahkah kita mengantisipasinya? Sudahkah kita mempersiapkan diri, keluarga, anak dan keturunan kita untuk siap-siap menghadapi apa apa yang telah dikemukakan oleh Nabi Muhammad SAW di atas? Untuk itu kita wajib memperhatikan apa yang dikemukakan oleh Allah SWT dalam surat Al Hasyr (59) ayat 18 berikut ini: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diper-buatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (surat Al Hasyr (59) ayat 18).”

 

Ayat ini mengemukakan bahwa segala sesuatu yang kita lakukan bukan hanya untuk hari ini namun juga termasuk untuk kepentingan hari esok (termasuk di dalamnya menghadapi apa yang dikemukakan oleh Nabi di atas) harus sudah kita lakukan (sudah kita persiapkan) hari ini dan saat ini juga. Dan dari sinilah akan menghasilkan konsep “tabur–tuai”, siapa yang menanam maka ia pulalah yang akan memanen hasilnya. Jadi tidak ada alasan menunda-nunda persiapan untuk menghadapi tantangan dan ancaman yang telah dikemukakan oleh Nabi Muhammad SAW di atas. Apakah kita mau membiarkan anak dan keturunan kita sendiri mengalami seperti yang dikemukakan oleh Nabi Muhammad SAW di atas! Semua terpulang kepada diri kita selaku orang tua atau sebagai generasi datang terlebih dahulu maukah berbuat sesuatu kepada anak keturunan diri kita sendiri!

 

B.  ADANYA PERNYATAAN DALAM BENTUK PUISI YANG BERASAL DARI “KH AHMAD MUSTOFA BISRI (GUS MUS)” YANG BERJUDUL “KETIKA AGAMA KEHILANGAN TUHANNYA”  

 

Dan inilah pernyataan lengkap dalam bentuk puisi yang berjudul “Ketika Agama Kehilangan Tuhannya” yang dikemukakan oleh KH Ahmad Mustofa Bisri “Gus Mus”, yaitu:

 

1.  Dulu agama menghancurkan berhala. Kini agama jadi berhala, Tak kenal Tu-hannya, yang penting agamanya.

2.   Dulu orang berhenti membunuh karena agama. Sekarang orang saling membu-nuh karena agama.

3.    Dulu orang saling mengasihi karena beragama. Kini orang saling membenci ka-rena beragama.

4.    Agama tak pernah berubah ajarannya dari dulu. Tuhan pun tak pernah berubah dari dulu. Lalu yang berubah apanya? Manusianya?

5.     Dulu pemimpin agama dipilih berdasarkan kepintarannya, yang paling cerdas di antara orang-orang lainnya. Sekarang orang yang paling dungu yang tidak bisa bersaing dengan orang-orang lainnya, dikirim untuk belajar jadi pemimpin agama.

6.   Dulu orang belajar agama sebagai modal, untuk mempelajari ilmu lainnya. Se-karang orang malas belajar ilmu lainnya, maunya belajar agama saja.

7.  Dulu para siswa diajarkan untuk harus belajar giat dan berdoa untuk bisa me-nempuh ujian. Sekarang siswa malas belajar, tapi sesaat sebelum ujian berdoa paling kencang, karena diajarkan pemimpin agamanya untuk berdoa supaya lulus.

8.  Dulu agama mempererat hubungan manusia dengan Tuhan. Sekarang manusia jauh dari Tuhan karena terlalu sibuk dengan urusan-urusan agamanya.

9.   Dulu agama ditempuh untuk mencari Wajah Tuhan. Sekarang agama ditempuh untuk cari muka dihadapan Tuhan.

10.Esensi beragama telah dilupakan. Agama kini hanya komoditi yang me-nguntungkan pelaku bisnis berbasis agama, karena semua yang berbau agama telah didewa-dewakan, takkan pernah dianggap salah, tak pernah ditolak, dan jadi keperluan pokok melebihi sandang, pangan, papan. Agama jadi hobi, tren, dan bahkan pelarian karena tak tahu lagi mesti mengerjakan apa.

11.  Agama  kini diper-Tuhan-kan, sedang  Tuhan   itu  sendiri dikesampingkan. Agama dulu memuja Tuhan, Agama kini menghujat Tuhan.

12.  Nama Tuhan dijual dan diperdagangkan, dijaminkan, dijadikan murahan, oleh orang-orang yang merusak, membunuh, sambil meneriakkan nama Tuhan. Tuhan mana yang mengajarkan ‘tuk membunuh?! Tuhan mana yang mengajarkan tuk membenci?! Tapi manusia membunuh, membenci, merusak, mengintimidasi, sambil dengan bangga meneriakkan nama Tuhan, berpikir bahwa Tuhan sedang disenangkan ketika ia menumpahkan darah manusia lainnya.

13.  Agama dijadikan senjata tuk menghabisi manusia lainnya. Dan tanpa disadari manusia sedang merusak reputasi Tuhan, dan sedang mengubur Tuhan dalam-dalam di balik gundukan ayat-ayat dan aturan agama.

 

Dari 13 (tiga belas) pernyataan dalam bentuk puisi yang dikemukakan ole “Gus Mus” di atas, kesemuanya bukanlah sesuatu pernyataan yang biasa-biasa saja, atau sesuatu yang bersifat gurauan (candaan) semata. Namun apa yang dikemukakan oleh beliau tidak bisa dianggap remeh (apalagi diabaikan). Namun kondisinya harus bisa kita perbaiki sehingga dari “sesuatu yang sesuai dengan kehendak syaitan sang laknatullah” harus menjadi “sesuatu yang sesuai dengan kehendak Allah SWT” selaku Tuhan bagi seluruh alam. Disinilah letak betapa pentingnya kita berbuat kebaikan untuk kemaslahatan diri, keluarga, umat, bangsa dan juga negara dengan mengambil yang sesuai dengan minat dan bakat yang kita miliki. Ayo wakafkan waktu dengan belajar yang diiringi dengan mengajar walaupun hanya satu ayat.

 

C.  ADANYA SEBUAH ANALISA YANG DILAKUKAN OLEH “MOSHE DAYAN” TERHADAP UMAT ISLAM.

 

Moshe Dayan” adalah salah seorang jenderal Angkatan Darat Israel yang sekaligus juga eks Menteri Pertahanan dan juga Menteri Luar Negeri dari Negara Israel, ia pernah menulis tentang 3 (tiga) buah kelemahan umat Islam, sebagaimana dikemukakan dalam laman “mediakontroversi.co.id” berikut ini:

 

1.    Umat Islam  umumnya  tidak  peduli dengan sejarah bahkan dengan sejarah umat-nya sendiri.

2.   Kebanyakan umat Islam malas, bahkan tidak suka merancang sesuatu dengan de-tail (terperinci), termasuk untuk mengalahkan kita, negara Israel.

3.   Umat Islam sangat malas untuk membaca buku bahkan untuk membaca (mem-pelajari) kitabnya sendiri.

 

Saat artikel analisanya ini dipublikasikan, banyak warga Yahudi, terutama yang ada di Palestina dan Amerika Serikat protes keras. Mereka khawatir umat Islam akan segera membenahi kelemahan-kelemahan yang diungkap oleh “Moshe Dayan”. Tetapi apa yang diungkap perwira senior Israel tersebut? Dia mengatakan “Jangan khawatir….umat Islam tetap akan lemah selamanya, karena mereka tetap dengan kemalasannya untuk membaca buku, malas baca kitabnya sendiri, malah ada yang sinis terhadap ajaran agamanya sendiri.” Dan walaupun “Moshe Dayan” sudah tiada sejak 1981, analisa tersebut bisa dibilang akurat dengan kondisi yang terjadi pada sebagian umat Islam saat ini. Apakah kita termasuk yang di dalamnya? Semoga yang membaca dan yang mempelajari buku ini bukan orang yang dimaksud oleh Moshe Dayan di atas!

 

D.    ADANYA KEGAGALAN REFORMASI.  

 

Untuk itu lihatlah hasil dari reformasi yang saat ini berjalan di negeri kita, bukannya sebuah perbaikan, atau peningkatan kesejahteraan yang semakin meningkat di masyarakat. Akan tetapi yang terjadi adalah semakin merosotnya nilai-nilai kebangsaan, merosotnya nilai-nilai keagamaan, merosotnya nilai-nilai moral dan aqidah di dalam masyarakat, semakin banyak dan semakin maraknya praktek Korupsi Kolusi Nepotisme baik sendiri-sendiri maupun berjemaah,  narkoba, kejahatan kerah putih, pembalakan liar, porno aksi dan pornografi, pandemi covid 19 dan lain sebagainya, yang kesemuanya sejalan dengan isi puisi “Ketika Agama Kehilangan Tuhannya” sebagaimana telah kami kemukakan di atas.  

 

Timbul pertanyaan, siapakah yang harus disalahkan dalam hal ini, apakah reformasinya ataukah orangnya? Reformasi adalah sebuah proses yang harus dilakukan atau proses yang harus dilalui untuk menuju sebuah perbaikan yang lebih baik lagi sehingga Reformasi tidak dapat disalahkan dan tidak dapat dijadikan kambing hitam atas apa-apa yang terjadi di dalam masyarakat sehingga yang harus disalahkan dari kegagalan reformasi adalah pelaksana dari reformasi itu sendiri, dalam hal ini adalah manusianya, atau dalam hal ini adalah manusia selaku subyek dari kekhalifahan di muka bumi ini. Manusia adalah subyek, sedangkan reformasi adalah obyek. Jika ini adalah kondisinya berarti yang harus mengendalikan obyek adalah subyek. Akan tetapi yang terjadi di dalam reformasi saat ini adalah obyek yang mengendalikan subyek. Jika saat ini kita masih hidup di dunia, ini berarti diri kita adalah subyek sehingga kitalah yang harus mampu mengendalikan obyek, atau kitalah yang harus dapat mengatur reformasi untuk kemajuan diri, masyarakat, bangsa dan juga negara.

 

Sekarang dapatkah kita mengatur dan mengendalikan reformasi baik internal maupun eksternal atau mereformasi diri sendiri ataupun mereformasi masyarakat jika kita sendiri tidak pernah tahu diri dan tidak mengerti akan diri, siapa diri kita yang sesungguhnya dan siapa Allah SWT yang sesungguhnya? Sebagai warga negara yang baik maka kita mempunyai kewajiban untuk mensukseskan reformasi eksternal di dalam kerangka kewajiban kepada bangsa dan negara. Selanjutnya bagaimana dengan reformasi internal yang berhubungan dengan diri kita sendiri? Reformasi internal (memanusiakan manusia) atau mereformasi diri kita sendiri merupakan salah satu bentuk dari kewajiban diri kita sendiri kepada Allah SWT sebagai pencipta dan pemelihara diri kita. Sehingga dengan adanya reformasi internal yang kita lakukan diharapkan dapat menjadi modal dasar bagi reformasi eksternal.

 

Dapatkah kita melakukan reformasi internal, atau mereformasi diri jika kita sendiri tidak tahu dan tidak mengerti tentang diri kita sendiri yang sesungguhnya atau kita sendiri tidak pernah tahu diri dan tidak tahu Allah SWT, tidak tahu Nabi Muhammad SAW serta tidak tahu orang tua kita sendiri dan juga tidak tahu aturan main? Reformasi internal akan dapat berhasil dan akan menunjukkan dampak yang positif bagi diri dan lingkungan jika terlebih dahulu kita tahu dan mengenal, mengerti dan mengetahui secara pasti tentang siapa diri kita yang sesungguhnya dan juga tahu Allah SWT. Tanpa kita dapat mengetahui secara pasti keberadaan diri kita sendiri, atau kita tidak mengetahui jati diri kita yang sesungguhnya maka upaya untuk mereformasi diri tidak akan pernah berhasil. Sekarang bagaimana mungkin kita dapat mereformasi masyarakat atau melakukan reformasi eksternal jika kita sendiri tidak dapat melaksanakan refomasi atas diri kita sendiri. Disinilah letak betapa pentingnya kita harus mengenal, mengerti dan mengetahui tentang keberadaan diri kita sendiri atau mengenal, mengerti dan mengetahui jati diri kita yang sesungguhnya, yang tentunya harus sesuai dengan konsep awal penciptaan manusia dari sisi Allah  SWT.

 

Allah SWT selaku inisiator dan juga perencana dari keberadaan manusia di muka bumi tentunya Allah SWT pasti memiliki sebuah “Management System” untuk mengatur semua ciptaan-Nya sehingga dapat dikatakan bahwa keberadaan manusia di muka bumi sudah ada di dalam Ilmu Allah SWT yang sangat tinggi dan sangat mulia. Selanjutnya sudahkah kita mengetahui dan mengerti jati diri kita sendiri yang sesuai dengan “Management System” yang tertuang dalam AlQuran yang tidak lain adalah “manual handbook” bagi rencana besar keberadaan manusia yang ada di muka bumi ini? Jika jawaban kita adalah belum mengeta-hui dan belum mengerti tentang jati diri sendiri berarti memang kita tidak tahu diri dan belum menjadikan AlQuran sebagai kebutuhan diri.

 

Dan selanjutnya bagaimana mungkin kita akan sukses mereformasi diri sendiri jika kita tidak pernah tahu akan diri sendiri, atau bagaimana mungkin kita akan sukses menjadi abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya di muka bumi yang sesuai dengan kehendak Allah SWT jika kita tidak tahu diri? Menyadari betapa pentingnya manusia untuk mengetahui dan mengerti tentang jati dirinya sendiri, maka kami mencoba berbagi kepada sesama melalui buku yang sedang anda pelajari saat ini, sehingga dengan adanya buku ini, kita semua akan menemukan kembali jati diri yang sesungguhnya yang selama ini hilang atau terabaikan, atau kita dapat mereformasi diri kita sendiri sebelum mereformasi masyarakat, atau kita harus dapat melakukan reformasi internal terlebih dahulu sebelum melakukan reformasi eksternal dalam rangka menjadikan negara dan bangsa ini menjadi masyarakat madani. Aamiin. 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar