Label

MEMANUSIAKAN MANUSIA: INILAH JATIDIRI MANUSIA YANG SESUNGGUHNYA (79) SETAN HARUS JADI PECUNDANG: DIRI PEMENANG (68) SEBUAH PENGALAMAN PRIBADI MENGAJAR KETAUHIDAN DI LAPAS CIPINANG (65) INILAH ALQURAN YANG SESUNGGUHNYA (60) ROUTE TO 1.6.799 JALAN MENUJU MAKRIFATULLAH (59) MUTIARA-MUTIARA KEHIDUPAN: JALAN MENUJU KERIDHAAN ALLAH SWT (54) PUASA SEBAGAI KEBUTUHAN ORANG BERIMAN (50) ENERGI UNTUK MEMOTIVASI DIRI & MENJAGA KEFITRAHAN JIWA (44) RUMUS KEHIDUPAN: TAHU DIRI TAHU ATURAN MAIN DAN TAHU TUJUAN AKHIR (38) TAUHID ILMU YANG WAJIB KITA MILIKI (36) THE ART OF DYING: DATANG FITRAH KEMBALI FITRAH (33) JIWA YANG TENANG LAGI BAHAGIA (27) BUKU PANDUAN UMROH (26) SHALAT ADALAH KEBUTUHAN DIRI (25) HAJI DAN UMROH : JADIKAN DIRI TAMU YANG SUDAH DINANTIKAN KEDATANGANNYA OLEH TUAN RUMAH (24) IKHSAN: INILAH CERMINAN DIRI KITA (24) RUKUN IMAN ADALAH PONDASI DASAR DIINUL ISLAM (23) ZAKAT ADALAH HAK ALLAH SWT YANG HARUS DITUNAIKAN (20) KUMPULAN NASEHAT UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK (19) MUTIARA HIKMAH DARI GENERASI TABI'IN DAN TABI'UT TABIIN (18) INSPRIRASI KESEHATAN DIRI (15) SYAHADAT SEBAGAI SEBUAH PERNYATAAN SIKAP (14) DIINUL ISLAM ADALAH AGAMA FITRAH (13) KUMPULAN DOA-DOA (10) BEBERAPA MUKJIZAT RASULULLAH SAW (5) DOSA DAN JUGA KEJAHATAN (5) DZIKIR UNTUK KEBAIKAN DIRI (4) INSPIRASI DARI PARA SAHABAT NABI (4) INILAH IBADAH YANG DISUKAI NABI MUHAMMAD SAW (3) PEMIMPIN DA KEPEMIMPINAN (3) TAHU NABI MUHAMMAD SAW (3) DIALOQ TOKOH ISLAM (2) SABAR ILMU TINGKAT TINGGI (2) SURAT TERBUKA UNTUK PEROKOK dan KORUPTOR (2) IKHLAS DAN SYUKUR (1)

Sabtu, 30 Januari 2016

BERCERMINLAH SELALU KEPADA SHALAT YANG KITA DIRIKAN



Bila engkau anggap shalat itu hanya sebagai penggugur kewajiban, maka engkau pasti akan terburu-buru mendirikannya karena shalat adalah beban yang harus segera diselesaikan sehingga shalat berlalu tanpa kesan.

Bila engkau anggap shalat hanya sebagai sebuah kewajiban semata, maka kau tidak akan menikmati dan merasakan hadirnya ALLAH SWT saat kau mendirikannya sehingga yang ada hanyalah rasa lepasnya kewajiban.

Bila engkau anggap shalat itu hanya untuk memperoleh pahala semata, maka kau akan melaksanakan shalat seperti  ibadahnya seorang pedagang, yang selalu hitung-hitungan dengan Allah SWT  dan jika ini yang terjadi maka Allah SWT pun akan hitungan-hitungan pula dengan dirimu.

Ingatlah perintah mendirikan shalat yang telah diperintahkan bukanlah tujuan akhir dari perintah itu sendiri, akan tetapi sarana bagi dirimu yang diperintahkan shalat untuk merasakan rasa hadirnya Allah SWT di dalam kehidupanmu.  Untuk itu jadikan shalat sebagai sebuah kebutuhan diri, keluarga serta anak keturunanmu.

LALU………………
Berharaplah disetiap shalat yang engkau dirikan menjadi sebuah pertemuan yang engkau nanti-nantikan dengan ALLAH SWT.

Berharaplah shalat yang engkau dirikan itu sebagai cara terbaik untuk bercerita dengan              Allah SWT.

Berharaplah shalat yang engkau dirikan itu sebagai cara terbaik  untuk berkomunikasi dengan Allah SWT
Berharaplah shalat yang engkau dirikan itu sebagai kondisi terbaik untuk kau berkeluh kesah dengan ALLAH SWT.

Berharaplah shalat yang engkau dirikan itu sebagai cara terbaik untuk merasakan betapa dekatnya Allah SWT dengan dirimu sehingga mampu merasakan nikmatnya bertuhankan kepada Allah SWT.

AKHIRNYA…………….
Jika engkau mampu melaksanakan hal-hal di atas, yang menjadi tujuan dari engkau mendirikan shalat berarti engkau harus menjadikan shalat yang engkau dirikan menjadi sebuah kebutuhan yang hakiki bagi dirimu yang tidak lain adalah Ruh. (Ingat, jati diri manusia yang sesungguhnya adalah Ruh, Ruh adalah bagian dari Nur Allah SWT dan Ruh selalu ingin bersama Allah SWT)


SELANJUTNYA…….………………..
Bayangkan ketika "adzan berkumandang" tangan Allah SWT melambai kepadamu untuk mengajak engkau untuk lebih dekat kepada-Nya selanjutnya rasakanlah kemenangan yang telah Allah SWT persiapkan untukmu.

Bayangkan ketika engkau "Takbir Allaahu Akbar seraya mengangkat ke dua belah tangan" Allah SWT melihatmu lalu  Allah SWT tersenyum untuk mu dan ALLAH SWT bangga terhadapmu selanjutnya jadilah kebanggaan Allah SWT.

Bayangkan ketika engkau “Membaca Doa Iftitah” Allah SWT mendengarkan dengan takjub pernyataan sikapmu selanjutnya jagalah sikapmu.

Bayangkan ketika engkau “Membaca Surat Al Fatehah (dan setiap bacaan Shalat)” engkau mengatakan kembali kepada Allah SWT kata-kata Allah SWT kepada Allah SWT lalu rasakan rasa berkomunikasi melalui bahasa Allah SWT yang mempergunakan huruf Arab.

Bayangkan ketika engkau "Rukuk seraya mengatakan Maha Suci Engkau Ya Allah" lalu ALLAH SWT menopang badanmu hingga engkau tidak terjatuh, selanjutnya Engkau merasakan damai dalam sentuhan-Nya.

Bayangkan ketika engkau “I’tidal seraya mengangkat kedua belah tangan” seraya mengatakan Sami’allahu liman hamidah, Allah SWT mendengarkan orang yang memuji-Nya selanjutnya jangan pernah menyembunyikan sesuatu apapun kepada-Nya.

Bayangkan ketika engkau “Sujud seraya mengatakan Maha Sui Engkau Ya Allah" lalu             Allah SWT mengelus kepalamu. Lalu Dia berbisik lembut di kedua telingamu: "Aku mencintaimu wahai hamba-Ku"

Bayangkan ketika engkau "duduk diantara dua sujud seraya mengajukan permohonan Ya Allah, ampunilah aku, kasihanilah aku, cukupilah aku, tunjukilah aku, berilah aku rezeki" Allah SWT berdiri gagah di depanmu, lalu mengatakan: "Aku tak akan diam apabila ada yang mengusikmu dan siap memberikan apapun yang engkau ajukan".

Bayangkan ketika engkau “duduk Tasyahud seraya membaca doa yang dilanjutkan dengan membaca shalawat” Allah SWT mengerti dan paham betul dengan apa yang kita rasakan dan kita butuhkan.

Bayangkan ketika kau memberi "Salam" ALLAH SWT menjawab “Salam” pula kepada diri kita,  selanjutnya engkau seperti manusia berhati bersih setelah itu.


Subhanallah, Subhanallah, Subhanallah
Sungguh nikmat shalat yang kita dirikan  sebagai sebuah kebutuhan diri yang dilaksanakan ikhlas karena Allah SWT semata.

Beruntunglah orang-orang yang mampu mendirikan Shalat sebagai sebuah kebutuhan. Semoga diri kita, keluarga kita, anak keturunan kita mampu merasakan nikmatnya bertuhankan kepada Allah SWT melalui shalat yang kita dirikan.

AND THAN…………….
Rasakan pembaharuan jati diri melalui shalat adalah mi’rajnya orang mukmin sehingga jadilah pribadi-pribadi yang perilaku dan perbuatannya selalu berada di dalam kehendak Allah SWT.

Jadilah pribadi-pribada yang selalu memelihara shalat dengan selalu bersikap mendahulukan yang utama lalu menentukan prioritas. Utamakan shalat. Dahulukan Shalat, bila telah tiba waktunya lalu berani mengatakan tidak terhadap hal-hal yang tidak penting.

Jadilah pribadi-pribadi tangguh dalam menghadapi cobaan yang menghadang dengan tidak suka mengeluh selain mengeluh hanya kepada Allah SWT.

Lalu jadilah pribadi-pribadi yang selalu berbuatlah lebih banyak. Berpikir Lebih Banyak. Bekerja Lebih Banyak. Belajar Lebih Banyak serta selalu Memberi Lebih Banyak dibandingkan dengan hari kemarin.

Ya Allah Ampunilah dosa dan kesalahan kami yang tak pernah memperhatikan kesempurnaan Shalat yang kami dirikan.

Amien.

BERCERMIN KEPADA UTUSAN IZRAIL, MALAIKAT PENCABUT NYAWA



Inilah sebuah dongeng kuno seseorang yang sakit didatangi oleh Izrail, Malaikat Pencabut Nyawa. Orang itu lalu bertanya, Apakah kedatanganmu sebagai kunjungan biasa atau untuk mencabut nyawaku?. Izrail menjawab. "Kunjungan Biasa" . Orang itu berkata lagi, "Demi persahabatan kita. Jika dekat ajalku nanti, kirimlah utusan untuk memberitahu Aku ". Izrail menyetujui permintaan itu.


Pada suatu hari Izrail datang untuk mencabut nyawanya. Orang itu berkata, "Bukankah belum pernah ada utusanmu yang datang kepadaku untuk memberitahukan perkara ini?" Izrail menjawab, sudah.... sudah pernah datang , bahkan beberapa kali. 


Bukankah tulang punggungmu bungkuk padahal sebelumnya lurus? Rambutmu memutih yang sebelumnya hitam. Suaramu bergetar sesudah dahulunya lantang. Bahkan akhir-akhir ini kamu lemah sesudah dahulunya kamu sehat perkasa. Penglihatanmu kabur sesudah dahulunya terang. Kamu dahulu penuh harapan tetapi akhir-akhir ini sering berputus asa. Aku telah mengirim banyak utusan kepadamu padahal kamu hanya meminta satu utusan, Oleh karena itu, janganlah kamu menyalahkan aku.


(diambil dari buku hikmah dalam humor, kisah dan pepatah karangan A Azis Salim Basyarahil)

BERCERMIN KEPADA SEMUT, LABA-LABA dan LEBAH




Pernahkah kita memperhatikan tiga binatang kecil, yaitu Semut, Laba-Laba dan Lebah? Mungkin kita semua sependapat bahwa di antara ketiganya semutlah yang paling rajin menghimpun makanan. Ia menghabiskan waktu waktunya hanya untuk menghimpun makanan, sedikit demi sedikit tanpa henti-hentinya. Semut cenderung menghimpun makanan untuk persediaan bertahun-tahun, walaupun disadarinya usianya sendiri tidak lebih dari satu tahun. Ketamakannya sedemikian besarnya, sehingga tidak jarang kita menjumpai semut yang berusaha memikul sesuatu yang jauh lebih besar dari badannya. Meskipun sesuatu itu sebenarnya tidak berguna bagi dirinya.


Lain halnya dengan Laba-Laba. Mungkin tidak ada binatang yang lebih mengerikan daripada Laba-Laba. Sarangnya walaupun lemah, jelas bukan tempat yang aman bagi makhluk lain, Apapun yang berlindung atau terjaring disana pasti akan disergapnya dengan tidak mengenal ampun. Bukan itu saja. Jantannya sendiri selepan berhubungan, selalu dibunuh oleh betinanya. Bahkan telurnya yang menetaspun selalu saling berdesakan hingga dapat saling memusnahkan  antar sesamanya. 


Bagaimana dengan Lebah? Lebah sangat disiplin dan mengenal pembagian kerja yang sangat baik. Sarangnya dibangun berbentuk segi enam yang lebih terbukti sangat ekonomis dan kuat dibandingkan bila segi empat atau lima. Dan lagi sarangnya selalu terjaga dari benda-benda yang tidak berguna. Yang dimakannya pun adalah sari kembang-kembang yang kemudian diolahnya menjadi mandu dan lilin yang sangat bermanfaat untuk manusia. Lebah tidak mengganggu bila tidak diganggu. Sengatnya hanya dikeluarkan bila ia merasa terancam saja. dan sengatannya itu pun ternyata dapat menjadi obat bagi penyakit-penyakit tertentu.


Sikap hidup manusia seringkali di-ibaratkan dengan Semut, Laba-Laba atau Lebah. Manusia yang berbudaya Semut, senang menghimpun dan menumpuk sesuatu yang tidak dinikmatinya. Ia menggali ilmu tetapi tidak mengolahnya lebih lanjut sehingga jiwanya tetap saja kering.Ia menumpuk numpuk harta tanpa mengeri makna harta itu sendiri sehingga ia tetap saja seolah-olah fakir. Aji mumpung adalah andalan ilmunya, Sedangkan yang berbudaya Lab-Laba tidak lagi berfikir apa, dimana, dan kapan ia makan. Tetapi yang mereka fikirkan adalah siapa yang hari ini yang akan mereka makan. Sebaliknya manusia yang berbudaya Lebah tidak mengganggu apalagi merusak..Tidak makan kecuali yang baik. Tidak menghasilkan kecuali yang bermanfaat. Dan jika dirinya menimpa sesuatu, tidak menyebabkan kerusakan. Dalam masyarakat kita banyak sekali  terlihat  semut yang berkeliaran dan Laba-Laba yang selalu siap mencaplok, sedangkan laba-Laba sudah sangat sulit kita temui. 


Nabi Muhammad SAW pernah ber-amanah bahwa seorang mukmin itu hendaknya seperti Lebah. Nampaknya kita lebih suka menambah jumlah Semut atau bahkan Laba-Laba, ketimbang berpartisipasi memperbanyak populasi Lebah. Memang menjadi Minoritas yang berkualitas itu tidaklah mudah.


(diambil dari buku Bahan Renungan Kalbu : penghantar mencapai pencerahan jiwa yang disajikan oleh Ir Permadi Alibassyag)

BERCERMIN KEPADA WORTEL, TELUR DAN TEH




Seorang pria muda datang kepada ibunya dan mengeluh tentang permasalahan dalam kehidupannya. Namun betapa kagetnya, karena ternyata ibunya hanya diam saja. Seolah tidak ingin mendengarkan keluh kesahnya.


Bahkan sang Ibu malah masuk ke dapur dan anaknya terus bercerita sambil mengikutinya. Sang Ibu lalu memasak air. Sampai mendidih, lalu sang ibu menuangkan " Air Panas Mendidih" itu ke dalam 3 gelas yang telah disiapkan.


Di gelas pertama ia masukkan Wortel, di gelas ke dua, ia masukkan Telur, dan di gelas ke tiga, ia masukkan Teh.Setelah menunggu beberapa lama, ia mengangkat isi ketiga gelas tadi dan hasilnya:
* Wortel yang Keras menjadi Lunak.
* Telur yang muda Pecah menjadi Keras,
* dan Teh menghasilkan aroma yang Harum,


Lalu yang Ibu menjelaskan : 'Nak ..... MASALAH DALAM HIDUP ITU BAGAIKAN AIR MENDIDIH. Namun, sikap kitalah yang akan menentukan dampaknya. Kita bisa menjadi lembek seperti Wortel, atau mengeras seperti Telur atau harus seperti Teh.


Wortel dan Telur bukan mempengaruhi Air Mendidih, tetapi malah berubah karena air mendidih itu, Sementara Teh malah  mengubah Air Mendidih, membuatnya menjadi HARUM. Setiap Masalah, selalu tersimpan Mutiara Iman yang berharga. Sangat mudah untuk bersyukur saat keadaan baik-baik saja. Tetap apakah kita dapat tetap percaya saat pertolongan Tuhan seolah tidak kunjung datang?


Ada reaksi orang saat masalah datang :
* Ada yang menjadi lembek, suka mengeluh (seperti Wortel tadi) dan mengasihani diri sendiri,
* Ada yang mengeras (sepertu Telur), marah dan berontak kepada Tuhannya.
*Ada juga yang justru semakin harum (seperti Teh). menjadi semakin kuat, dan percaya kepada Tuhannya.

(Anonim)

Sabtu, 23 Januari 2016

PRASYARAT MENUNAIKAN ZAKAT YANG TIDAK LAIN ADALAH HAK ALLAH SWT


Untuk dapat menunaikan zakat yang sesuai dengan kehendak Allah SWT, kita tidak bisa melaksanakannya asal asalan atau sembarangan tanpa mengindahkan maksud dan tujuan yang dikehendaki Allah SWT serta harus sesuai dengan syariat yang berlaku. Menunaikan zakat memiliki dimensi khusus dibandingkan dengan ibadah lainnya. Hal ini terlihat dari banyaknya ayat  di dalam AlQuran yang menyandingkan perintah menunaikan zakat setelah perintah mendirikan shalat seperti yang tertuang dalam surat At Taubah (9) ayat 11 berikut ini: “Jika mereka bertaubat, mendirikan sholat dan menunaikan zakat, Maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama. Dan Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi kaum yang mengetahui.” dan juga dalam surat Al Bayyinah (98) ayat 5 berikut ini: “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.”

 

Salah satu makna dari mendirikan shalat dan menunaikan zakat adalah melalui shalat yang kita dirikan harus menjadikan diri kita memiliki keshalehan diri (keshalehan pribadi) yang tidak bisa dipisahkan atau harus dicerminkan melalui keshalehan sosial di masyarakat. Disinilah salah satu letak kebesaran dari Diinul Islam yang terdapat di balik perintah menunaikan zakat. Ajaran Diinul Islam menggugah dan mengajarkan solidaritas kemanusiaan yang berasal dari keshalehan pribadi. Menggugah rasa kemanusiaan ini penting sebab tanpa rasa kemanusiaan, hidup ini tidak mempunyai arti, malahan mungkin bisa mendatangkan bencana.

 

Umat Islam diajarkan untuk memenuhi kewajiban menunaikan zakat fitrah untuk fakir miskin. Perintah ini sangat keras dan wajib dilaksanakan. Agama Islam juga mengajarkan kepada kita, bahwa barangsiapa tidak mau memperhatikan nasib fakir miskin sesungguhnya mereka mendustakan Agama. Kita tidak mau mendustakan agama, karena itu kita harus memperhatikan nasib fakir miskin melalui keshalehan sosial yang kita miliki. Perhatian ini tidak cukup dan tidak akan selesai hanya dengan zakat sekali setahun.

 

Ajaran Islam mengajarkan kita harus memberantas kemelaratan dan kemiskinan selama hayat masih di kandung badan yang tercermin dari selalu mendirikan shalat sehari semalam 5 (lima) waktu yang hasilnya harus tercermin di dalam keshalehan sosial sepanjang waktu pula. Islam sesungguhnya adalah agama yang sederhana, jelas, rasional dan mudah diterima. Kewajiban kewajiban yang dibebankan kepada umatnyapun selalu terpikul secara wajar (tidak memberatkan).

 

Islam sesungguhnya juga agama yang penuh rasa kasih sayang antara sesama manusia, luas pandangan dan dalam kebijaksanaannya kaya dengan sikap toleransi. Rasa kasih sayang dan kejelasan inilah yang hendaknya menjadi semangat dalam dakwah penyiaran agama Islam, bukan sebaliknya dengan menakuti nakuti apalagi mengintimidasi. Islam adalah damai dan dengan kedamaianlah Islam akan Berjaya. Dan salah satu upaya untuk menjaga kedamaian dan ketentraman di muka bumi ini, kita diperintahkan Allah SWT untuk menunaikan zakat.

 

Menunaikan zakat tidak bisa dilaksanakan secara apa adanya, atau seenaknya saja tanpa menghiraukan syarat dan rukun yang telah ditetapkan oleh Allah SWT. Menunaikan zakat  harus dilaksanakan sesuai dengan kehendak Allah SWT, jika tidak sia sialah kita menunaikan zakat, terkecuali kita hanya ingin memperoleh uang/kekayaan berkurang. Adanya pemenuhan syarat dan rukun menunaikan zakat yang telah ditentukan Allah SWT berarti kita telah berusaha untuk meletakkan dan menempatkan Allah SWT selaku pemberi perintah sesuai dengan Kemahaan dan Kebesaran yang dimiliki-Nya serta menghormati Allah SWT selaku pencipta dan pemilik alam semesta ini. 

 

Agar diri kita mampu menunaikan zakat yang sesuai dengan kehendak Allah SWT. Berikut ini akan kami kemukakan beberapa syarat yang harus kita penuhi untuk menunaikan Zakat sebagaimana berikut ini:

 

1.       Islam. Islam menjadi syarat kewajiban mengeluarkan zakat dan bahwa orang yang belum menerima Islam tidak berkewajiban menunaikan zakat.

 

2.       Merdeka. Tidak diwajibkan zakat pada budak sahaya (orang yang tidak merdeka) atas harta yang dimilikinya, karena kepemilikannya tidak sempurna. Demikian juga budak yang sedang dalam perjanjian pembebasan, tidak diwajibkan menunaikan zakat dari hartanya, karena berhubungan dengan kebutuhan membebaskan dirinya dari perbudakan. Kebutuhannya ini lebih mendesak dari orang merdeka yang bangkrut, sehingga sangat pantas sekali tidak diwajibkan.

 

3.       Milik Sepenuhnya. Harta yang akan dizakati hendaknya milik sepenuhnya seorang yang beragama Islam dan harus merdeka. Bagi harta yang bekerjasama antara orang Islam dengan orang bukan Islam, maka hanya harta orang Islam saja yang dikeluarkan zakatnya.

 

4.       Berakal dan Baligh (dewasa). Persoalan berakal dan baligh masih diperselisihkan, yaitu berkaitan dengan permasalahan zakat harta anak kecil dan orang gila. Adapun pendapat yang kuat adalah  anak kecil dan orang gila tidak diwajibkan mengeluarkan zakat. Akan tetapi kepada wali yang mengelola hartanya, diwajibkan untuk mengeluarkan zakatnya, karena kewajiban menunaikan zakat berhubungan dengan hartanya.

 

5.       Memiliki Nishab dan Haul. Adapun makna dari nishab disini, ialah ukuran atau batas terendah yang telah ditetapkan oleh syar’i (agama) untuk menjadi pedoman menentukan batas kewajiban mengeluarkan zakat bagi yang memilikinya, jika telah sampai pada ukuran tersebut.  Orang yang memiliki harta dan telah mencapai nishab atau lebih, diwajibkan mengeluarkan/menunaikan zakat dengan dasar surat Al Baqarah (2) ayat 219 berikut ini: Mereka bertanya kepadamu tentang khamar[136] dan judi. Katakanlah: “Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya”. Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: “ yang lebih dari keperluan.” Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir.”

 

[136] Segala minuman yang memabukkan.

 

Hal yang harus kita jadikan pedoman adalah makna dari “al afwu” adalah harta yang telah melebihi kebutuhan. Oleh karena itu, Islam menetapkan nishab sebagai ukuran kekayaan seseorang. Adapun syarat-syarat nishab ialah sebagai berikut: (a) Harta tersebut di luar kebutuhan yang harus dipenuhi oleh seseorang, seperti: makanan, pakaian, tempat tinggal, kendaraan, dan alat yang dipergunakan untuk mata pencaharian; (b) Harta yang akan dizakati telah berjalan selama satu tahun (haul) terhitung dari hari kepemilikan nishab  dengan dalil hadits Rasulullah SAW: Dikecualikan dari hal ini, yaitu zakat pertanian dan buah-buahan. Karena zakat pertanian dan buah-buahan diambil ketika panen. Demikian juga zakat harta karun, yang diambil ketika menemukannya. Misalnya, jika seorang muslim memiliki 35 ekor kambing, maka ia tidak diwajibkan berzakat karena nishab bagi kambing itu 40 ekor. Kemudian jika kambing-kambing tersebut berkembang biak sehingga mencapai 40 ekor, maka kita mulai menghitung satu tahun setelah sempurna nishab tersebut.

Nabi SAW bersabda: “Tidak ada zakat atas harta, kecuali yang telah melampaui satu haul (satu tahun)”. (Hadits Riwayat Ath Thirmidzi dari Ibnu Umar 1/123; Ibnu Majjah dari ‘Aisyah dalam Sunan-nya no. 1793, Ath Daraqhutni dari Anas bin Malik dalam Sunan-nya no. 199). Selain pemenuhan syarat dan ketentuan menunaikan zakat yang telah kami kemukakan di atas. Kata “iman” dan juga kata “itulah jalan yang lurus” merupakan dua kata kunci yang sangat berhubungan erat dengan perintah menunaikan zakat.

 

Orang yang beriman adalah orang yang diperintahkan untuk melaksanakan Diinul Islam secara kaffah termasuk di dalamnya menunaikan zakat. Sedangkan inilah jalan yang lurus merupakan hasil akhir yang dikehendaki oleh Allah SWT dari perintah menunaikan zakat yang tercermin dari hidup nyaman, aman, damai dan bersahaja dalam kehendak Allah SWT. Lalu bagaimana mungkin kita dapat menunaikan zakat yang sesuai dengan kehendak Allah SWT jika keimanan sebagai syarat utama untuk menunaikan zakat tidak kita miliki dan juga jalan yang lurus tidak kita jadikan tujuan yang harus kita capai dari menunaikan zakat yang kita laksanakan.

 

Agar diri kita yang telah diperintahkan untuk menunaikan zakat mampu melaksanakannya dengan baik dan benar serta mampu mencapai hasil akhir seperti yang dikehendaki oleh Allah SWT, mari kita pelajari beberapa prasyarat yang harus kita ketahui dan miliki sebelum diri kita melaksanakan perintah menunaikan zakat, yaitu:

 

A.     PAHAM AKAN ARTI PERINTAH MENUNAIKAN ZAKAT

 

Salah satu prasyarat yang harus dimiliki oleh setiap orang yang akan menunaikan zakat adalah paham akan arti perintah menunaikan zakat yang akan dilaksanakannya. Adalah suatu yang tidak bisa ditolerir dengan akal sehat jika orang yang akan menunaikan zakat tidak paham akan arti perintah yang akan dilaksanakannya. Lalu bagaimana mungkin kita bisa melaksanakan ibadah dimaksud dengan baik dan benar? Sekarang bagaimana kita akan tahu maksud dan tujuan yang sesungguhnya yang terdapat di balik perintah menunaikan zakat jika kita yang akan melaksanakannya tidak paham? Padahal maksud dan tujuan dari perintah menunaikan zakat yang harus kita raih dan rasakan dan yang menjadi tujuan utama bagi yang  menunaikan zakat tidak hanya dirasakan oleh yang menunaikan zakat (muzakki) semata. Namun juga bagi masyarakat (mustahik) yang berasal keshalehan pribadi yang tercermin dalam kesalehan sosial. 

 

Perintah menunaikan zakat memiliki dua dimensi, yaitu dimensi yang berhubungan dengan pribadi pribadi/badan usaha yang menunaikan zakat yaitu hidup nyaman, aman, damai dan bersahaja sesuai dengan kehendak Allah SWT dan adanya dimensi kesalehan sosial yang berasal dari kesalehan pribadi/badan usaha yang menunaikan zakat. Adapun hasil dari kesalehan sosial dapat kami kemukakan sebagai berikut: (1) Mengurangi kesenjangan sosial antara mereka yang berada dengan mereka yang miskin; (2) Pilar amal bagi para mujahid dan da’i yang berjuang dan berdakwah dalam rangka meninggikan kalimat Allah SWT; (3) Membersihkan dan mengikis akhlak yang buruk dari sisi yang menunaikan zakat dan juga penerima zakat; (4) Alat pembersih harta dan penjagaan dari ketamakan orang jahat; (5) Ungkapan rasa syukur atas nikmat yang Allah SWT berikan; (6) Untuk pengembangan potensi umat; (7) Dukungan moral kepada orang yang baru masuk Islam; (8) Menambah pendapatan negara untuk proyek-proyek yang berguna bagi umat.

 

Sebagai orang yang telah diperintahkan oleh Allah SWT untuk menunaikan zakat, maka kita harus bisa menjadikan tujuan yang kami kemukakan di atas ini menjadi target yang harus kita raih dan kita capai saat menunaikan zakat. Jika tidak berarti kita tidak paham akan arti dari melaksanakan ibadah yang akan kita laksanakan serta tidak memiliki tujuan dari pelaksanaan ibadah dimaksud.

 

Allah SWT dengan kebesaran dan kemahaan yang dimilikiNya bukan sekedar pemberi perintah menunaikan zakat  semata. Akan tetapi Allah SWT juga penilai dari pelaksanaan zakat yang kita tunaikan serta Allah SWT juga penentu hasil akhir dari pelaksanaan zakat yang kita laksanakan. Jika ini kondisi dasar Allah SWT di dalam pelaksanaan zakat  maka tidak ada jalan lain bagi diri  kita yang akan menunaikan zakat, untuk segera belajar agar memiliki ilmu tentang zakat sebaik mungkin yang tentunya sesuai dengan kehendak Allah SWT sehingga paham akan arti dan makna perintah menunaikan zakat baik syariat dan juga hakekat.

 

Allah SWT sangat maha sehingga dengan kemahaan yang dimilikiNya tidak membutuhkan apapun dan dari siapapun juga, termasuk di dalamnya Allah SWT tidak membutuhkan zakat yang kita tunaikan. Selanjutnya jika pemberi perintah menunaikan zakat tidak membutuhkan apapun berarti segala manfaat yang ada di balik perintah menunaikan zakat bukanlah untuk kepentingan Allah SWT melainkan untuk diri kita yang sudah memenuhi kewajiban menunaikan zakat yang sesuai dengan kehendak Allah SWT.

 

Sekarang jika yang diperintahkan untuk menunaikan zakat tidak bisa menikmati, atau merasakan apa-apa yang ada dibalik perintah menunaikan zakat berarti orang yang melaksanakannya masih memiliki kesalahan, atau masih bermasalah sehingga tidak sempurna saat menunaikan zakat. Padahal perintah menunaikan zakatnya tidak akan pernah salah sampai kapanpun juga. Jika sekarang kita tidak pernah merasakan sedikitpun nikmatnya bertuhankan kepada Allah SWT melalui menunaikan zakat kecuali uang dan harta berkurang. Jangan pernah salahkan pemberi perintah menunaikan zakat jika kita sendiri malas untuk belajar sehingga kita tidak paham  dan mengerti tentang akan apa yang akan kita laksanakan. Semoga hal ini tidak terjadi pada diri kita, pada anak dan keturunan kita. Amien.

 

B.       PAHAM AKAN RAHASIA/HIKMAH  MENUNAIKAN ZAKAT.

 

Prasyarat ke dua yang harus dimiliki oleh setiap diri yang memiliki kewajiban menunaikan zakat adalah harus paham akan rahasia dan juga hikmah yang terdapat di balik perintah menunaikan zakat. Adalah sesuatu yang sangat sulit dimengerti jika kita yang akan menunaikan zakat tidak paham, tidak tahu, tidak mengerti rahasia dan hikmah yang terdapat di balik ibadah yang akan kita laksanakannya. Jika ini yang terjadi pada diri kita maka dapat dipastikan kita hanya  mampu menunaikan zakat ala kadarnya, apa adanya sehingga hasilnyapun ala kadarnya dan apa adanya pula.

 

Akhirnya pemahaman terhadap apa yang akan kita laksanakan sangat memegang peranan penting terhadap hasil akhir dari apa yang kita laksanakan. Semakin baik kita memahami akan rahasia dan hikmah menunaikan zakat semakin baik pula kita melakukan dan merasakan manfaat dan hikmah yang ada dibalik perintah menunaikan zakat. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah pemahaman kita terhadap perintah menunaikan zakat semakin rendah pula kita melakukan dan merasakan manfaat yang ada di balik perintah menunaikan zakat.

 

Ingat, manusia berbuat dan bertindak sesuai dengan pemahaman yang dimilikinya. Jika rendah pemahamannya maka rendah pula tindakannya dan juga hasilnya. Dan jika tinggi dan berkualitas pemahamannya maka makin bagus dan berkualitas hasilnya. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan dalam surat An Najm (53) ayat 29 dan 30 berikut ini: “Maka berpalinglah (hai Muhammad) dari orang yang berpaling dari peringatan Kami, dan tidak mengingini kecuali kehidupan duniawi. Itulah sejauh-jauh pengetahuan mereka. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang paling mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia pulalah yang paling mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.” Jika kita merasa sangat membutuhkan manfaat dan hikmah yang ada di balik perintah menunaikan zakat secara berkualitas, maka tidak ada jalan lain kecuali kita harus paham, kita harus mengerti rahasia yang terkandung di balik perintah menunaikan zakat secara berkualitas pula.Adanya kondisi ini maka kita harus segera belajar dan belajar secara sungguh sungguh agar memiliki ilmu tentang hikmah yang terdapat di balik perintah menunaikan zakat atau kita harus dapat mengetahui apa maksud dan tujuan yang sebenarnya kenapa Allah SWT memerintahkan manusia yang ada di muka bumi untuk menunaikan zakat setiap tahun sepanjang memenuhi Nishab dan Haul.

Adanya kemampuan diri kita memiliki ilmu tentang zakat yang berkualitas ini maka akan memudahkan diri kita untuk menunaikan zakat yang sesuai dengan kehendak Allah SWT dan berarti kita siap merasakan nikmatnya bertuhankan kepada Allah SWT melalui zakat yang kita tunaikan. Ayo segera belajar, belajar dan belajar karena hanya inilah jalan keluar untuk memahami dan memaknai apa apa yang terdapat di balik perintah menunaikan zakat yang telah berlaku di alam semesta ini.

 

Sekarang perhatikanlah apa yang pernah terjadi pada diri kita, yaitu kita diperintahkan untuk mandi oleh orang tua. Orang tua memerintahkan mandi kepada diri kita karena orang tua berharap dengan mandi maka kita akan memperoleh apa yang dinamakan dengan bersih, sehat dan segar. Lalu kita yang diperintahkan untuk mandi akhirnya mampu  merasakan bersih, sehat dan segar yang tercermin dari sikap kita setelah mandi menjadi cerah kembali, bersemangat dan juga wangi. Adanya kondisi ini menunjukkan perintah mandi yang berasal dari orang tua yang awalnya hanyalah suatu perintah akan menjadi sebuah kebutuhan setelah diri kita mampu merasakan bersih, sehat dan segar setelah mandi. Jika mandi saja bisa seperti ini lalu apakah perintah menunaikan Zakat tidak bisa seperti ini?

 

Perintah menunaikan zakat juga akan menjadi kebutuhan diri kita sepanjang diri kita mampu merasakan apa apa yang terdapat di balik perintah menunaikan zakat yaitu hidup nyaman, aman, damai dan bersahaja melalui keshalehan pribadi yang tercermin di dalam kesalehan sosial. Jika sekarang perintah menunaikan zakat mampu menjadi kebutuhan diri kita saat menjadi khalifah di muka bumi berarti yang membutuhkan mustahik/penerima zakat adalah diri kita sehingga jangan sampai para mustahik/penerima zakat yang mendatangi diri kita. Namun diri kitalah yang harus menemui mereka saat menunaikan zakat sehingga terjadilah apa yang dinamakan dengan penghormatan atau mengangkat harkat dan martabat para mustahik dibanding dengan mustahik menemui diri kita untuk menerima zakat kita. Dan sebagai abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya di muka bumi ayo segera jadikan perintah menunaikan zakat  yang telah diperintahkan oleh Allah SWT menjadi kebutuhan diri kita seperti hal nya diri kita membutuhkan mandi.

 

C.      PAHAM AKAN BAHAYA JIKA TIDAK MAU MENUNAIKAN ZAKAT.

 

Prasyarat ke tiga yang harus kita miliki adalah mengerti akan bahaya dan resiko bagi yang tidak mau menunaikan zakat. Hal ini penting kami kemukakan karena dengan kita mengetahui adanya resiko atau bahaya jika tidak mau menunaikan zakat, dapat menjadikan diri kita selalu mawas diri, tidak sembarangan bertindak, tidak mengalihkan, tidak menunda nunda kewajiban yang telah ditetapkan berlaku kepada diri kita.

 

Sebagai Khalifah di muka bumi kita harus menyadari bahwa untuk mendapatkan dan merasakan apa-apa yang terdapat di balik perintah menunaikan zakat atau agar diri kita terhindar dari resiko akibat tidak mau menunaikan zakat, sangat terpulang kepada diri kita sendiri dan yang pasti bukan kepada pemberi perintah menunaikan zakat. Allah SWT tidak membutuhkan apapun dari apa yang kita lakukan, melainkan kitalah yang membutuhkan apa apa yang hakiki ytang terdapat di balik perintah menunaikan zakat.

 

Allah SWT adalah Maha Pemberi namun Allah SWT tidak akan mau menerima pemberian karena Allah SWT sudah maha dan akan maha selamanya. Hal yang harus kita hadapi atau resiko yang harus siap kita hadapi jika kita tidak mau menunaikan zakat adalah memiliki harta kekayaan banyak tetapi tanpa ada keberkahan. Bayangkan kita memiliki banyak harta tetapi tidak memberikan kebaikan kepada diri kita dan juga kepada anak keturunan kita. Harta yang kita miliki menjadi beban, menjadikan diri kita yang seharusnya menjadi subyek yang mengatur obyek (harta kekayaan). Justru  kita yang menjadi obyek yang diatur oleh harta kekayaan. Sebagaimana firmanNya berikut ini: Allah memusnahkan Riba dan menyuburkan sedekah[177]. Dan Allah tidak menyukai Setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa[178]. Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (surat Al Baqarah (2) ayat 276 dan 277)

 

[177] Yang dimaksud dengan memusnahkan Riba ialah memusnahkan harta itu atau meniadakan berkahnya. Dan yang dimaksud dengan menyuburkan sedekah ialah memperkembangkan harta yang telah dikeluarkan sedekahnya atau melipat gandakan berkahnya.

[178] Maksudnya ialah orang-orang yang menghalalkan Riba dan tetap melakukannya.

 

Allah SWT juga  mengancam orang-orang yang telah wajib menunaikan zakat tetapi yang bersangkutan tidak bersedia untuk mengeluarkan/menunaikan zakat harta kekayaan yang telah memenuhi nishab dan haulnya.Untuk itu perhatikan dengan seksama apa yang dikemukakan Allah SWT dalam surat Ali Imran (3) ayat 180 berikut ini: “sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karuniaNya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” Allah SWT akan mengalungkan harta yang dibakhilkan atau yang tidak mau dizakatkan ke lehernya di hari kiamat kelak.

 

Selanjutnya berdasarkan 2 (dua) buah hadits yang kami kemukakan berikut ini: “Barang siapa yang Allah telah berikan harta kepadanya kemudian dia tidak menunaikan zakatnya maka pada hari kiamat nanti hartanya akan berujud ular yang botak yang mempunyai dua titik hitam diatas kepalanya yang mengalunginya kemudian mengambil dengan kedua sisi mulutnya sambil berkata: “Aku adalah simpananmu, aku adalah hartamu”. Kemudian beliau membaca ayat: “Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang telah Allah berikan kepada mereka dari karuniaNya, menyangka bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka, sebenarnya bahwa kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka, harta-harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan di lehernya kelak di hari kiamat.” (Hadits Riwayat. Bukhori Kitab Zakat 3:268 no.1403 dari Abu Hurairah; Muslim Kitab Zakat 7:74 no. 2294)

 

Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang tidak membayar zakat yang wajib atasnya, (kelak) di hari kiamat akan dimunculkan baginya ular jantan yang memiliki bisa yang sangat banyak. Ular tersebut akan menarik kedua tangan orang itu dan berkata kepadanya, ‘Saya ini adalah harta dan kekayaan yang telah kamu kumpulkan di dunia.”  (Hadits Riwayat Bukhari). Harta yang sudah wajib dizakatkan lalu tidak dikeluarkan/ditunaikan zakatnya, maka pada hari kiamat kelak akan diserupakan dengan ular botak dengan dua titik hitam di atas kedua matanya. Lalu ular itu akan menggigit pemiliknya. Lalu, apakah masih ada lagi resiko dari harta kekayaan yang tidak mau dizakatkan?

 

Jawabannya adalah masih ada, hal ini seperti yang dikemukakan oleh Allah SWT dalam surat At Taubah (9) ayat 34 dan 35 yang kami kemukakan berikut ini: “Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, Maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih, pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka Jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: “Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, Maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu.” dan juga di dalam hadits yang kami kemukakan berikut ini: “Tidaklah seseorang yang memiliki emas atau perak kemudian tidak ditunaikan haknya, apabila datang hari kiamat dibentangkan baginya batu-batu yang lebar dari neraka kemudian dia akan dipanggang di atas batu-batu itu di dalam neraka jahannam kemudian disetrika perut, dahi dan punggungnya. Setiap kali sudah dingin maka akan dikembalikan seperti semula yang satu hari adalah sama dengan 50.000 tahun sampai diputuskan perkaranya diantara manusia maka dia akan melihat jalannya, apakah ke syurga atau neraka.”(Hadits Riwayat  Muslim dari Abu Hurairah ra,)

 

Harta simpanan berupa emas dan perak yang telah wajib zakat yang tidak dikeluarkan zakatnya, maka akan emas dan perak tersebut akan dipanaskan di dalam neraka Jahannam lalu diseterikakan ke dahi, ke lambung dan punggung mereka pada Hari Kiamat kelak. Sedangkan bagi binatang ternak yang telah wajib zakat yang tidak dikeluarkan zakatnya, maka pada Hari Kiamat binatang tersebut akan diserupakan dalam bentuk binatang besar yang akan menginjak dan menanduk pemiliknya.

 

Hal ini seperti yang dikemukakan dalam hadits berikut ini: “Dari Abu Dzar ra, ia berkata, bahwa Nabi SAW bersabda; ”Demi Dzat yang jiwaku berada di Tangan-Nya atau demi Dzat yang tidak ada sesembahan (yang berhak untuk disembah) kecuali Dia atau sebagaimana Nabi bersumpah, tidaklah seorang laki-laki yang memiliki unta, sapi, atau kambing, yang ia tidak menunaikan hak (zakat)nya, kecuali pada Hari Kiamat akan didatangkan untuknya dalam bentuk (binatang yang) paling besar dan paling gemuk, (binatang tersebut akan) menginjaknya dengan telapak kakinya, dan menanduknya dengan tanduknya, setiap kali yang terakhir melewatinya, maka yang pertama dikembalikan kepadanya hingga (selesai) diputuskan (perkara) diantara manusia. (Muttafaqunalaihi)

 

Rasulullah SAW bersabda,  “Pada onta yang digembalakan dari setiap 40 ekor, (zakatnya berupa) ibnatu labun. Tidak boleh onta dipisahkan dari hitungannya. Barangsiapa memberikannya (zakat) untuk mencari pahala, maka dia mendapatkan pahalanya. Dan barangsiapa menahannya, maka sesungguhnya kami akan mengambilnya dan separuh hartanya, sebagai kewajiban dari kewajiban-kewajiban Rabb kami. Tidak halal bagi keluarga Muhammad sesuatu darinya (zakat).” [Hadits Riwayat Abu Dawud; An Nasai; Ahmad). Demikianlah harta yang tidak ditunaikan zakatnya. Pemiliknya menyangka bahwa dengan harta tersebut akan mengekalkannya dan bermanfaat baginya. Namun ternyata akan menjadi sarana untuk menyiksanya, jika tidak ditunaikan zakatnya. Inilah resiko yang siap ditimpakan kepada diri kita jika kita tidak mau menunaikan zakat setelah harta kekayaan kita telah memenuhi syarat nishab dan haulnya.

 

Sekarang semuanya terpulang kepada diri kita sendiri apakah mau menunaikan zakat ataukah tidak. Memang menunaikan zakat itu berat karena harta kekayaan akan berkurang namun lebih berat mana beratnya menunaikan zakat dibandingkan dengan menahan panasnya api neraka? Jawablah pertanyaan ini dengan sejujur jujurnya. 

 

D.      PAHAM AKAN SYARAT DAN KETENTUAN DASAR MENUNAIKAN ZAKAT.

 

Karunia Allah SWT yang dilimpahkan kepada makhluk luar biasa besar. Meski sering tak disadari, anugerah itu meliputi segala aspek kehidupan, mulai dari yang fisik sampai nonfisik, mulai dari harta benda hingga kenikmatan yang tak kasat mata seperti kewarasan akal sehat, kesehatan, hingga iman seseorang. Tentang karunia berupa kekayaan, Allah melalui ajaran Islam mengajarkan manusia untuk tidak hanya menerima tapi juga memberi, tak hanya memperoleh tapi juga membagikannya. Di sinilah anjuran berzakat, berinfak, dan bersedekah menjadi relevan dalam beragama Islam. Karena begitu pentingnya zakat dalam hidup dan kehidupan, Agama Islam sampai menjadikannya sebagai salah satu pilar pokok dalam beragama.

 

Setiap umat Islam yang mampu wajib menunaikan zakat sebagai bagian dari pelaksanaan rukun Islam yang ketiga. Artinya, dalam urutan rukun Islam, zakat menempati deret rukun setelah shalat, ibadah yang paling ditekankan dalam Islam karena menjadi cermin dari praktik paling konkret penghambaan kepada Tuhan. Untuk itu perhatikanlah apa yang ada di dalam AlQuran. Allah SWT sering menggandengkan perintah menunaikan zakat setelah perintah mendirikan shalat. Sedikitnya ada 24 ayat AlQuran menyebut shalat dan zakat secara beriringan, sebagaimana kami kemukakan berikut ini: “Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang-orang yang ruku’[44]. (surat Al Baqarah (2) ayat 43)

 

[44] Yang dimaksud Ialah: shalat berjama’ah dan dapat pula diartikan: tunduklah kepada perintah-perintah Allah bersama-sama orang-orang yang tunduk.

 

Allah SWT berfirman: “Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya pada sisi Allah. Sesungguhnya Alah Maha melihat apa-apa yang kamu kerjakan. (surat Al Baqarah (2) ayat 110)

 

Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah). (surat Al Ma’idah (5) ayat 55)

 

Berdasarkan 3 (tiga) buah ketentuan di atas, shalat sebagai ibadah seorang hamba dengan Allah SWT tapi tidak bisa terlepas dari keharusan untuk peduli pada kondisi masyarakat di sekitarnya. Dengan bahasa lain, umat Islam yang baik adalah mereka yang senantiasa memposisikan secara beriringan antara ibadah individual dan ibadah sosial (keshalehan individu tercermin dalam keshalehan sosial). Sayangnya, rata-rata tingkat kesadaran untuk berzakat seringkali lebih rendah daripada kesadaran untuk menunaikan shalat.

 

Barangkali karena masih ada anggapan menunaikan zakat sebagai hak Allah SWT masih terasa berat karena sudah susah mendapatkan harta kekayaan, kenapa masih harus dibagikan kepada orang lain. Belum lagi ditambah keinginan untuk menumpuk kekayaan sebanyak-banyaknya. Tertanam sebuah pikiran bahwa jika harta semakin banyak, maka semakin mudah dan enaklah kita menjalani hidup ini. Pandangan inilah  yang kerap melengahkan banyak orang bahwa sebenarnya di dalam kelebihan harta kita ada hak Allah SWT untuk para mustahik yang telah ditetapkan oleh Allah SWT.

 

Orang-orang yang seharusnya berzakat namun tak menunaikan kewajibannya sama halnya memakan hak Allah SWT yang diperuntukkan untuk para mustahik atau orang lain. Dalam konteks ini, lantas apa bedanya mereka dengan koruptor atau pencuri? Zakat secara bahasa bermakna suci. Harta yang dizakati sesungguhnya dalam rangka proses penyucian atau pembersihan. Tak mengeluarkan sebagian harta yang menjadi hak orang lain ibarat tak membuang kotoran dalam perut bagi orang yang sudah saatnya buang air besar. Sebagian kecil harta tersebut selayak kotoran yang bisa jadi menodai keberkahan seluruh harta benda, menjalarkan penyakit tamak, atau menimbulkan keresahan dirinya sendiri dan orang lain.

 

Menunaikan zakat bisa dilakukan pada bulan apa saja sepanjang harta kekayaan atau obyek dari zakat sudah memenuhi nishab atau jumlah wajib zakat serta haulnya. Jika kedua syarat ini terpenuhi lalu makna-makna yang dikandung oleh ke dua kata tersebut dihayati, maka kita akan memperoleh gambaran yang sangat jelas dan indah tentang cara menunaikan zakat sebagai sebuah kebutuhan diri, yaitu :.  

1.       Zakat yang kita tunaikan harus dilandasi sikap istiqamah (harus dilaksanakan secara konsisten dengan semangat komitmen) sehingga tidak terjadi kecurangan, kekurangan, kekeliruan baik dari sisi perhitungannya, pemilihannya, dalam  pembagian atau penyalurannya serta tidak hanya sekali-kali, atau sesekali saja atau bersifat musiman namun harus berkelanjutan dari waktu ke waktu selama kita masih hidup di muka bumi ini.  

 

2.       Zakat harus segera ditunaikan selekas-lekasnya, bergegas dan bercepat-cepat dalam menunaikan zakat setelah syarat ketentuannya terpenuhi. Jangan pernah menunda nunda hingga batas waktunya berlalu yang pada akhirnya menjadi berat untuk menunaikannya karena sudah bertumpuk-tumpuk jumlahnya.

 

3.       Mempermudah jalan penerimaannya, bahkan kalau bisa kita sendiri yang langsung  mengantarkannya/menyerahkannya kepada yang berhak menerimanya sehingga tidak terjadi semacam pameran kemiskinan dan tidak pula menghilangkan air mata. Jika kita yang datang dan menyerahkan langsung kepada yang berhak maka bagi penerima menjadi lebih terhormat atau tersanjung karena kita sangat menghargai mereka.

 

4.       Apabila kita mampu memberikan zakat secara langsung kepada yang berhak menerimanya berari kita telah menumbuhkan semangat merubah dari sikap tangan di bawah menjadi sikap tangan diatas lalu lahirlah muzakki muzakki generasi baru sehingga terentaskanlah kemiskinan.

 

Itulah empat buah ketentuan yang harus kita pahami sebelum diri kita menunaikan zakat. Dan kalau makna-makna di atas diperhatikan dan dihayati dalam melaksanakan kewajiban ini, maka dapat diyakini bahwa harta benda yang ditunaikan zakatnya akan benar-benar menjadi zakat dalam arti “menyucikan” dan “mengembangkan” jiwa dan harta benda pelaku kewajiban ini.

 

Kesucian jiwa melahirkan ketenangan batin, bukan hanya bagi penerima/mustahik zakat tetapi juga bagi pemberinya. Karena kedengkian dan iri hati dapat tumbuh pada saat seorang tak berpunya/mustahik melihat seseorang yang berkecukupan namun enggan mengulurkan bantuan serta pertolongan. Kedengkian ini akan melahirkan keresahan bagi kedua belah pihak dan ini tidak dikehendaki oleh Allah SWT. Zakat juga harus bisa ditinjau dari aspek/sudut ekonomis-psikologis secara bersamaan, yakni dengan adanya ketenangan bathin dari pemberi zakat, maka ia akan dapat lebih mengkonsentrasikan usaha dan pemikirannya guna pengembangan hartanya. Di samping itu, pemberian zakat juga harus bisa menjadi pendorong terciptanya daya beli baru dan terutama, daya produksi dari para penerima zakat tersebut serta merubah dari penerima zakat menjadi pemberi pemberi zakat generasi baru.

 

Sebagai abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya di muka bumi yang membutuhkan menunaikan zakat, itulah 4 (empat) buah prasyarat yang harus kita renungi, kita pahami, kita hayati sebelum diri kita menunaikan zakat yang sesuai dengan kehendak Allah SWT. Insya Allah kita akan mampu menunaikan zakat secara istiqamah dalam hidup yang sebentar ini. Ayo segera tunaikan zakat jika nishab dan haulnya telah tercapai lalu rasakanlah hidup nyaman, aman, damai dan bersahaja di dalam kehendak Allah SWT. Aamiin.


Senin, 18 Januari 2016

KISAH IBLIS SANG LAKNATULLAH BERTEMU DENGAN NABI MUHAMMAD SAW



Diriwayatkan dari Mu'adz bin Jabal r.a., dari Ibnu Abbas r.a. yang berkisah :
Kami bersama Rasulullah SAW dirumah salah seorang sahabat anshar, dimana saat itu kami ditengah-tengah jamaah. Lalu ada suara orang memanggil dari luar, "Wahai para penghuni rumah, apakah kalian mengizinkanku masuk, sementara kalian butuh kepadaku".


Rasulullah SAW bertanya kepada para jamaah, "Apakah kalian tahu, siapa yang memanggil dari luar itu ?". Mereka menjawab, "Tentu Alllah SWT dan Rasul-Nya lebih tahu".


Lalu Rasulullah SAW menjelaskan, "ini adalah iblis yang terkutuk -semoga Allah senantiasa melaknatnya".Kemudian Umar r.a. meminta izin kepada Rasulullah sembari berkata, "YA Rasulullah, apakah engkau mengizinkanku untuk membunuhnya?". Beliau Nabi SAW menjawab, "bersabarlah wahai Umar, apakah engkau tidak tahu bahwa ia termasuk mahluk yang tertunda kematiannya sampai batas waktu yang telah diketahui (hari Kiamat)? Akan tetapi sekarang silahkan kalian membukakan pintu untuknya. Sebab ia diperintahkan untuk datang kesini, maka pahamilah apa yang diucapkan dan dengarkan apa yang bakal ia ceritakan kepada kalian." 


Ibnu Abbas berkata : Kemudian dibukakan pintu, lalu ia masuk di tengah-tengah kami. Ternyata ia berupa orang yang sudah tua bangka dan buta sebelah mata. Ia berjenggot sebanyak tujuh helai rambut yang panjangnya seperti rambut kuda. Kedua kelopak matanya terbelah keatas tidak ke samping. Sedangkan kepalanya seperti gajah yang sangat besar, gigi taringnya memanjang keluar seperti babi. Sementara kedua bibirnya seperti bibir kerbau.


Ia datang sambil memberi salam. "Assalamu'alaika ya Muhammad, Assalamu'alaikum ya jamaa'atal-muslimim. " kata iblis.


Nabi SAW menjawab, "Assalamu lillah ya la'iin (Keselamatan hanya milik Allah wahai mahluk yang terkutuk). Saya mendengar engkau punya keperluan kepada kami. Apa keperluan tersebut wahai iblis?".


"Wahai Muhammad, saya datang kesini bukan karena kemauanku sendiri, tapi saya datang kesini karena terpaksa", tutur iblis. 


Apa yang membuatmu terpaksa harus datang kesini wahai mahluk terkutuk?" tanya Rasulullah SAW.


Iblis menjawab, "Telah datang kepadaku seorang malaikat yang diutus oleh Tuhan Yang Maha Agung, dimana utusan itu berkata kepadaku, 'Sesungguhnya Allah SWT memerintahmu untuk datang kepada Muhammad SAW sementara engkau adalah mahluk yang rendah dan hina. Engkau harus memberi tahu kepadanya, bagaimana engkau menggoda dan merekayasa anak-cucu Adam AS, bagaimana engkau membujuk dan merayu mereka. Lalu engkau harus menjawab segala apa yang ditanyakan Muhammad SAW dengan jujur. Maka demi Kebesaran dan Keagungan Allah SWT, jika engkau menjawab dengan bohong, sekalipun hanya sekali, sungguh engkau akan Allah SWT jadikan debu yang bakal dihempaskan oleh angin kencang, dan musuh-musuhmu akan merasa senang'.


Wahai Muhammad, maka sekarang saya datang kepadamu sebagaimana yang diperintahkan kepadaku. Maka tanyakan apa saja yang engkau inginkan. Kalau sampai saya tidak menjawab dengan jujur, maka musuh-musuhku akan merasa senang atas musibah yang bakal saya terima. Sementara tidak ada beban yang lebih berat bagiku daripada bersenangnya musuh-musuhku atas musibah yang menimpa diriku".


Rasulullah SAW mulai melemparkan pertanyaan kepada iblis, "Jika engkau bisa menjawab dengan jujur, maka coba ceritakan kepadaku, siapa orang yang paling engkau benci?" 


Iblis menjawab dengan jujur, "Engkau, wahai Muhammad, adalah orang yang paling aku benci dan kemudian orang-orang yang mengikuti agamamu." 

"Lalu siapa lagi yang palimg engkau benci?" tanya Rasulullah SAW.

Seorang pemuda yang bertakwa dimana ia mencurahkan dirinya hanya kepada Allah SWT ", jawab iblis.

"Siapa lagi?" tanya Rasulullah SAW.
"Orang alim yang wara' (menjaga diri dari syubhat) lagi sabar," jawab iblis.

"Siapa lagi?" tanya Rasulullah SAW.

"Orang yang senantiasa melanggengkan kesucian dari tiga kotoran (hadats besar, kecil, dan najis)", tutur iblis.

"Siapa lagi?", tanya Rasulullah SAW.
"Orang fakir yang senantiasa bersabar, yang tidak pernah menuturkan kefakirannya kepada siapapun dan juga tidak pernah mengeluhkan penderitaan yang dialaminya," jawab iblis.

"Lalu dari mana engkau tahu kalau ia bersabar?" tanya Rasulullah SAW.
"Wahai Muhammad, bila ia masih dan pernah mengeluhkan penderitaannya kepada mahluk yang sama dengannya selama tiga hari, maka Allah SWT tidak akan mencatat perbuatannya dalam kelompok orang-orang yang bersabar," jelas iblis.

"Lalu siapa lagi wahai iblis?" tanya Rasulullah SAW.
"Orang kaya yang bersyukur", tutur iblis.

"Lalu apa yang bisa memberi tahu kepadamu, bahwa ia bersyukur?" Tanya Rasulullah SAW.
"Bila saya melihatnya ia mengambil kekayaannya dari apa saja yang dihalalkan dan kemudian disalurkan pada tempatnya", tutur iblis.

"Bagaimana kondisimu apabila ummatku menjalankan shalat?" Tanya Rasulullah SAW.
"Wahai Muhammad, saya langsung merasa gelisah dan gemetar," jawab iblis.

"Mengapa wahai mahluk yang terkutuk?" tanya Rasulullah SAW.

"Sesunguhnya apabila seorang hamba bersujud kepada Allah SWT sekali sujud, maka Allah SWT akan mengangkat satu derajat (tingkat). Apabila mereka berpuasa, maka saya terikat sampai mereka berbuka kembali. Apabila mereka menunaikan manasik haji, maka saya jadi gila. Apabila mereka membaca Al-Qur'an, maka saya akan meleleh (mencair) seperti timah yang dipanaskan dengan api. Apabila mereka bersedekah maka seakan-akan orang yang bersedekah tersebut mengambil kapak lalu memotong saya menjadi dua," jawab iblis.


"Mengapa demikian wahai Abu Murrah (julukan iblis)?" tanya Rasulullah SAW.
"Sebab dalam sedekah ada empat perkara yang perlu diperhatikan; Dengan sedekah itu, Allah SWT akan menurunkan keberkahan dalam hartanya, menjadikan ia disenangi dikalangan mahluk-Nya, dengan sedekah itu pula Allah SWT akan menjadikan suatu penghalang antara neraka dengannya dan akan menghindarkan segala bencana dan penyakit," tutur iblis menjelaskan.

"Lalu bagaimana pendapatmu tentang Abu Bakar?" tanya Rasulullah SAW.
"Ia sewaktu Jahiliyyah saja tidak pernah taat kepadaku, apalagi sewaktu dalam Islam", tutur iblis.

"Bagaimana dengan Umar bin Khaththab?" tanya Rasulullah SAW.
"Demi Allah SWT, setiap kali saya bertemu dengannya, mesti akan lari darinya," jawab iblis.

"Bagaimana dengan Utsman?" tanya Rasulullah SAW.
"Saya merasa malu terhadap orang yang para malaikat saja malu kepadanya", jawab iblis.

"Lalu bagaimana dengan Ali bin Abi Thalib?" tanya Rasulullah SAW.
"Andaikan saya bisa selamat darinya dan tidak pernah bertemu dengannya, ia meninggalkanku dan saya pun meninggalkannya. Akan tetapi ia tidak pernah melakukan hal itu sama sekali" tutur iblis.

"Segala puji bagi Allah SWT yang telah menjadikan ummatku bahagia dan mencelakakanmu sampai pada waktu yang ditentukan", tutur Rasulullah SAW.

"Tidak dan tidak mungkin, dimana ummatmu bisa bahagia sementara saya senantiasa hidup dan tidak mati sampai pada waktu yang telah ditentukan. Lalu bagaimana engkau bisa bahagia terhadap ummtmu, sementara saya bisa masuk kepada mereka melalui aliran darah dan daging, sedangkan mereka tidak melihatku. Demi Tuhan yang telah menciptakanku dan telah menunda kematianku sampai pada hari mereka dibangkitkan kembali (Kiamat), sungguh saya akan menyesatkan mereka seluruhnya, baik yang bodoh maupun yang alim, yang awam maupun yang bisa membaca Al-Qur'an, yang nakal maupun yang rajin beribadah, kecuali hamba-hamba Allah SWT yang mukhlis (murni)," tutur iblis.

"Siapa menurut engkau hamba-hamba Allah SWT yang mukhlis itu?" Tanya Rasulullah SAW.

Iblis menjawab dengan panjang lebar, "Apakah engkau tidak tahu wahai Muhammad, bahwa orang yang masih suka dirham dan dinar (harta) adalah belum bisa murni karena Allah SWT. Apabila saya melihat seseorang sudah tidak menyukai dirham dan dinar, serta tidak suka dipuji, maka saya tahu bahwa ia adalah orang yang mukhlis karena Allah, lalu saya tinggalkan. Sesungguhnya seorang hamba selagi masih suka harta dan pujian, sedangkan hatinya selalu bergantung pada kesenangan-kesenangan duniawi, maka ia akan lebih taat kepadaku daripada orang-orang yang telah saya jelaskan kepadamu. 

Apakah engkau tidak tahu wahai Muhammad, bahwa cinta harta itu termasuk dosa yang paling besar? 
Apakah engkau tidak tahu wahai Muhammad, bahwa cinta kedudukan adalah termasuk dosa yang paling besar? Apakah engkau tidak tahu saya memiliki tujuh puluh ribu anak, sedangkan setiap anak dari jumlah tersebut memiliki tujuh puluh ribu setan. Diantara mereka ada yang sudah saya tugaskan untuk menggoda ulama, ada yang saya tugaskan untuk menggoda para pemuda, ada yang saya tugaskan untuk menggoda orang-orang yang sudah tua. Anak-anak muda bagi kami tidak masalah, sedangkan anak-anak kecil lebih mudah kami permainkan sekehendak saya. Diantara mereka juga ada yang saya tugaskan untuk menggoda orang-orang yang tekun beribadah, dan ada juga yang saya tugaskan untuk menggoda orang-orang zuhud. Mereka keluar-masuk dari kondisi ke kondisi lain, dari satu pintu ke pintu lain, sehingga mereka berhasil dengan menggunakan cara apapun. Saya ambil dari mereka nilai keikhlasan dalam hatinya, sehingga mereka beribadah kepada Allah dengan tidak ikhlas, sementara mereka tidak merasakan hal itu.


Apakah engkau tidak tahu wahai Muhammad, bahwa Barshish seorang rahib (pendeta) yang berbuat ikhlas karena Allah selama tujuh puluh tahun, sehingga dengan doanya ia sanggup menyelamatkan orang-orang yang sakit. Akan tetapi saya tidak berhenti menggodanya sehingga ia sempat berbuat zina dengan seorang perempuan, membunuh orang dan mati dalam kondisi kafir? Inilah yang disebutkan oleh Allah SWT dalam kitab-Nya dengan firman-Nya: "(Bujukan orang-orang munafik itu adalah) seperti (bujukan) setan ketika dia berkata kepada manusia : 'Kafirlah kamu', maka tatkala manusia itu telah kafir ia berkata, 'sesungguhnya aku cuci tangan darimu, karena sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan Semesta Alam". (QS.Al-Hasyr:16).


Apakah engkau tidak tahu wahai Muhammad, bahwa kebohongan itu dari saya, saya adalah yang berbohong pertama kali. Orang yang berbohong adalah temanku. Barangsiapa bersumpah atas nama Allah dengan berbohong maka ia adalah kekasihku.

Apakah engkau tidak tahu wahai Muhammad, bahwa saya pernah bersumpah kepada Adam dan Hawa dengan atas nama Allah, "Bahwa saya akan memberi nasihat kepada kalian berdua'. Maka sumpah bohong itu menyenangkan hatiku. Sedangkan menggunjing dan mengadu domba adalah buah santapan dan kesukaanku. Kesaksian dusta adalah penyejuk mataku dan kesenanganku. Barangsiapa bersumpah dengan menceraikan istrinya (talak) maka hampir tidak akan bisa selamat, sekalipun hanya sekali. Andaikan itu benar, yang karenanya orang membiasakan lidahnya mengucapkan kata-kata tersebut, istrinya akan menjadi haram. Kemudian dari pasangan tersebut menghasilkan keturunan sampai hari Kiamat nanti yang semuanya hasil dari anak-anak zina. Sehingga seluruhnya masuk neraka hanya gara-gara satu ucapan.


Wahai Muhammad, sesungguhnya diantara ummatmu ada orang yang menunda-nunda shalatnya dari waktu ke waktu. Ketika ia hendak menjalankan shalat maka saya selalu berada padanya dan mengganggu sembari berkata kepadanya, 'Masih ada waktu, teruskan engkau sibuk dengan urusan dan pekerjaan yang engkau lakukan' sehingga ia menunda shalatnya, dan kemudian shalat diluar waktunya. Akibatnya dengan shalat yang dikerjakan diluar waktunya itu akan dipukul di kepalanya. Kalau saya merasa kalah, maka saya mengirim kepadanya salah seorang dari setan-setan manusia yang akan menyibukkan waktunya. Kalau dengan usaha itu saya masih kalah, maka saya tinggalkan sampai ia menjalankan shalat.


Ketika dalam shalatnya saya berkata kepadanya, 'Lihatlah ke kanan dan ke kiri'. Akhirnya ia melihat. Maka pada saat itu wajahnya saya usap dengan tangan saya, kemudian saya menghadap didepan matanya sembari berkata, 'engkau telah melakukan apa yang tidak akan menjadi baik lamanya'.


Wahai Muhammad, engkau tahu, bahwa orang yang banyak menoleh dalam shalatnya, Allah akan memukul kepalanya dengan shalat tersebut. Kalau dalam shalat ia sanggup mengalahkan saya, sementara ia shalat sendirian, maka saya perintahkan untuk tergesa-gesa. Maka ia mengerjakan shalat seperti ayam yang mencocok benih-benih untuk dimakan dan segera meninggalkannya. Kalau ia sanggup mengalahkan saya, dan shalat berjamaah, maka saya kalungkan rantai dilehernya. Ketika ia sednag ruku' saya tarik kepalanya keatas sebelum imam bangun dari ruku' dan saya turunkan sebelum imam turun. Wahai Muhammad, engkau tahu, bahwa orang yang melakukan shalat seperti itu, maka batal shalatnya, dan di hari Kiamat nanti Allah akan menyalin kepalanya dengan kepala keledai.


Kalau dengan cara tersebut saya masih kalah, maka saya perintahkan meremas-remas jari-jemarinya sehingga bersuara, sedangkan ia sedang shalat, karenanya ia tidak termasuk orang-orang yang bertasbih kepadaku padahal ia sedang shalat.


Kalau dengan cara tersebut masih juga tidak mempan, maka saya tiup hidungnya sehingga ia menguap, sementara ia sedang shalat. Kalau ia tidak menutupi mulutnya dengan tangannya maka setan masuk kedalam perutnya, sehingga ia semakin rakus dengan dunia dan berbagai perangkapnya. Ia akan selalu mendengar dan taat kepadaku.


Bagaimana ummatmu bisa bahagia wahai muhammad, sementara saya memerintah orang-orang miskin untuk meninggalkan shalat, dan saya berkata kepadanya, 'Shalat bukanlah kewajiban kalian, shalat hanya kewajiban orang-orang yang diberi nikmat oleh Allah'. Saya pun berkata kepada orang yang sakit, 'Tinggalkan shalat, karena shalat bukanlah kewajibanmu. Shalat hanyalah kewajiban orang-orang yang diberi nikmat kesehatan. Sebab Allah sudah berfirman, '...dan tidak apa-apa bagi seorang yang sedang sakit...' (QS An-Nur:61). Kalau engkau sudah sembuh baru melakukan shalat. Akhirnya ia mati dalam kondisi kafir. Apabila ia mati dengan meninggalkan shalat ketika sedang sakit, maka ia akan bertemu Allah dengan dimurkai.


Wahai Muhammad, jika saya menyimpang dan berdusta kepadamu, maka hendaknya engkau memohon kepada Allah agar saya dijadikan debu yang lembut. Wahai Muhammad, apakah engkau masih juga merasa gembira terhadap ummatmu, sementara saya bisa memurtadkan seperenam dari ummatmu untuk keluar dari Islam?".


Kemudian Rasulullah SAW meneruskan pertanyaannya, "Wahai mahluk yang terkutuk, siapa teman dudukmu?".

"Orang-orang yang suka makan riba", jawab Iblis.
"Lalu siapa teman dekatmu?", tanya Rasulullah SAW.
"Orang yang berzina", jawab Iblis.
"Siapa teman tidurmu?", tanya Rasulullah SAW.
"Orang yang mabuk", jawab Iblis.
"Siapa tamumu?", tanya Rasulullah SAW.
"Pencuri", jawab Iblis.
"Siapa utusanmu?", tanya Rasulullah SAW.
"Tukang sihir", jawab Iblis.
"Apa yang menyenangkan pandangan matamu?", tanya Rasulullah SAW.
"Orang yang bersumpah dengan talak", jawab Iblis.
"Siapa kekasihmu?", tanya Rasulullah SAW.
"Orang yang meninggalkan shalat Jum'at", jawab Iblis.


"Wahai mahluk yang terkutuk, apa yang mengakibatkan punggungmu patah?", tanya Rasulullah SAW.
"Suara ringkik kuda untuk berperang membela agama Allah SWT", jawab Iblis.
"Apa yang membuat hatimu panas?", tanya Rasulullah SAW.
"Banyak beristighfar kepada Allah, baik di malam hari maupun di siang hari", jawab Iblis.

"Apa yang membuatmu merasa malu dan hina?", tanya Rasulullah SAW.
"Sedekah secara rahasia", jawab Iblis.
"Apa yang menjadikan matamu buta?", tanya Rasulullah SAW.
"Shalat diwaktu sahur", jawab Iblis.
"Apa yang dapat mengendalikan kepalamu?", tanya Rasulullah SAW."Memperbanyak shalat berjamaah", tutur Iblis.

"Siapa orang yang paling membahagiakanmu?", tanya Rasulullah SAW.
"Orang yang sengaja meninggalkan shalat", tutur Iblis.
"Siapa yang paling celaka menurut engkau?", tanya Rasulullah SAW.
"Orang-orang yang kikir", jawab Iblis.
"Apa yang paling menyita pekerjaanmu?", tanya Rasulullah SAW.
"Majelis orang-orang alim", jawab Iblis

"Bagaimana cara engkau makan?", tanya Rasulullah SAW.
"Dengan tangan kiriku dan jari-jemariku", jawab Iblis.
"Dimana engkau mencari tempat berteduh untuk anak-anakmu diwaktu panas?", tanya Rasulullah SAW.
"Dibawah kuku manusia", jawab Iblis.
"Berapa kebutuhan yang pernah engkau minta kepada Tuhanmu?", Tanya Rasulullah SAW.
"Sepuluh macam", jawab Iblis.

"Apa saja itu wahai mahluk terkutuk?", tanya Rasulullah SAW.
Iblis pun menjawab : "Saya meminta-Nya agar saya bisa berserikat dengan anak-cucu Adam dalam harta kekayaan dan anak-anak mereka. Akhirnya Allah mengizinkanku berserikat dalam kelompok mereka. Itulah maksud firman Allah SWT : 'Dan berserikatlah dengan mereka pada harta dan anak-anak dan beri janjilah mereka. Dan tidak ada yang dijanjikan oleh setan kepada mereka melainkan tipuan belaka'. QS.Al-Isra':64).

Setiap harta yang tidak dikeluarkan zakatnya, maka saya ikut memakannya. Saya juga ikut makan makanan yang bercampur riba dan haram serta segala harta yang tidak dimohonkan perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk.

Setiap orang yang tidak memohon perlindungan kepada Allah dari setan ketika bersetubuh dengan istrinya, maka setan akan ikut bersetubuh. Akhirnya melahirkan anak yang mendengar dan taat kepadaku.

Begitu pula orang yang naik kendaraan dengan maksud mencari penghasilan yang tidak dihalalkan, maka saya adalah temannya. Itulah maksud firman Allah SWT: 'Dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukanmu yang berjalan kaki'. (QS.Al-Isra':64).

Saya memohon kepada-Nya agar saya punya rumah, maka rumahku adalah kamar mandi. Saya memohon agar saya punya masjid, akhirnya pasar menjadi masjidku. Saya memohon agar saya punya Al-Qur'an, maka syair adalah Al-Qur'anku. Saya memohon agar saya punya adzan, maka terompet adalah penggilan adzanku. Saya memohon kepada-Nya agar saya punya tempat tidur, maka orang-orang mabuk adalah tempat tidurku. Saya memohon agar saya memiliki teman-teman yang menolongku, maka kelompok Al-Qadariyyah menjadi teman-teman yang membantuku.

Dan saya memohon agar saya memiliki teman-teman dekat, maka orang-orang yang menginfakkan harta kekayaannya untuk kemaksiatan adalah teman dekatku. Itulah maksud firman Allah SWT : 'Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya'. (QS.Al-Isra':27) ".


Rasulullah SAW berkata kepada Iblis, "Andaikan tidak setiap apa yang engkau ucapkan itu didukung oleh ayat-ayat dari Kitab Allah tentu aku tidak akan membenarkanmu". Lalu Iblis berkata lagi, "Wahai Muhammad, saya memohon kepada Allah agar saya bisa melihat anak-cucu Adam, sementara mereka tidak bisa melihatku. Kemudian Allah menjadikan aku bisa mengalir melalui peredaran darah mereka. Diriku bisa berjalan kemanapun sesuai kemauan diriku dan dengan cara bagaimana pun. Kalau saya mau dalam sesaat pun bisa. Kemudian Allah berfirman kepadaku. 'Engkau bisa melakukan apa saja yang kau minta'. Akhirnya saya merasa senang dan bangga sampai hari Kiamat. Sesungguhnya orang yang mengikutiku lebih banyak daripada orang yang mengikutimu. Sebagian besar anak-cucu Adam akan mengikutiku sampai hari Kiamat".


Iblis melanjutkan lagi, "Saya memiliki anak yang saya beri nama Atamah. Ia akan kencing di telinga seorang hamba ketika ia tidur meninggalkan shalat Isya'. Andaikan tidak karenanya tentu manusia tidak akan tidur terlebih dahulu sebelum menjalankan shalat.


Saya juga punya anak yang saya beri nama Mutaqadhi. Apabila ada seorang hamba melakukan ketaatan (ibadah) dengan rahasia dan ingin menutupinya, maka anak saya tersebut senantiasa membatalkannya dan dipamerkan ditengah-tengah manusia, sehingga semua manusia tahu. Akhirnya Allah membatalkan sembilan puluh sembilan dari seratus pahala. Sehingga yang tersisa hanya satu pahala. Sebab setiap ketaatan yang dilakukan secara rahasia akan diberi seratus pahala.


Saya punya anak lagi yang bernama Kuhyal, dimana ia bertugas mengusapi celak mata semua orang yang sedang berada di majelis pengajian dan ketika khatib sedang berkuthbah. Sehingga mereka terkantuk dan akhirnya tidur, tidak bisa mendengarkan apa yang dibicarakan para ulama. Mereka yang tertidur tidak akan ditulis pahala sedikitpun untuk selamanya".


Iblis melanjutkan lagi, "Setiap kali ada perempuan keluar mesti ada setan yang duduk di pinggulnya, ada pula yang duduk di daging yang mengelilingi kukunya. Dimana mereka akan menghiasi kepada orang-orang yang melihatnya. Kedua setan itu kemudian berkata kepadanya, 'Keluarkan tanganmu'. Akhirnya ia mengeluarkan tangannya, kemudian kukunya tampak, lalu kelihatan nodanya".


Iblis melanjutkan lagi, "Wahai Muhammad, sebenarnya saya tidak bisa menyesatkan sedikit pun. Akan tetapi saya hanya akan mengganggu dan menghiasi. Andaikan saya memiliki hak dan kemampuan untuk menyesatkan, tentu saya tidak membiarkan segelintir manusia pun di muka bumi ini yang masih sempat mengucapkan dua kalimat Syahadat, 'Tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Utusan-Nya'. Tidak akan ada lagi orang yang shalat dan berpuasa. Sebagaimana engkau wahai Muhammad, tidak berhak untuk memberikan hidayah sedikit pun kepada siapa saja. 


Akan tetapi engkau adalah seorang utusan dan penyampai amanat dari Allah. Andaikan engkau memiliki hak dan kemampuan untuk memberi hidayah, tentu engkau tidak akan membiarkan segelintir orang kafir pun di muka bumi ini. Engkau hanyalah sebagai argumentasi (Hujjah) Allah SWT terhadap mahluk-Nya. Sementara saya hanyalah menjadi sebab celakanya orang yang sebelumnya sudah dicap oleh Allah sebagai orang celaka. Orang yang bahagia dan beruntung adalah orang yang dijadikan bahagia oleh Allah sejak dalam perut ibunya, sedangkan orang yang celaka adalah orang yang dijadikan celaka oleh Allah sejak dalam perut ibunya".


Rasulullah SAW kemudian membacakan firman Allah SWT : "Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia ummat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat. Kecuali orang-orang yang diberi Rahmat oleh Tuhanmu'. (QS.Hud:118-119).

Kemudian beliau Nabi SAW melanjutkan dengan firman Allah SWT : "Dan adalah ketetapan Allah itu suatu ketetapan yang pasti berlaku". (QS.Al-Ahzab:38).

Lantas Rasulullah SAW berkata lagi kepada iblis, "Wahai Abu Murrah (iblis), apakah engkau masih mungkin bertobat dan kembali kepada Allah, sementara saya akan menjaminmu masuk surga".


Iblis menjawab, "Wahai Rasulullah, Ketentuan telah memutuskan dan Qalam pun telah kering dengan apa yang terjadi seperti ini hingga hari Kiamat nanti. Maka Maha Suci Allah Yang telah menjadikanmu sebagai tuan para Nabi dan Khathib para penduduk Surga, Dia telah memilih dan mengkhususkan dirimu. Sementara Dia telah menjadikan saya sebagai tuan orang-orang celaka dan Khatib para penduduk Neraka. Saya adalah mahluk yang celaka lagi terusir. Ini adalah akhir dari apa yang saya beritahukan kepadamu, dan saya mengatakan sejujurnya ".


Segala Puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam, Awal dan Akhir, Zhahir dan Bathin Dan semoga Shalawat dan Salam sejahtera tetap diberikan kepada seorang Nabi yang Ummi dan kepada para keluarga dan sahabatnya serta para Utusan dan para Nabi.


Semoga bermanfaat buat kita semua, para pengikut Rasulullah SAW, manusia pilihan, tuan para Nabi dan Khathib para penduduk Surga. Semoga pula kita diberikan-Nya kemampuan dan ketebalan iman untuk mengiktu Al-Qur'an & Al-Hadits, kemudian dihari berbangkit nanti oleh Allah SWT, kita digolongkan didalam barisan dan kelompoknya Nabi Muhammad SAW. Amin. Akhirul kalam, afwan jika ada kekeliruan dan apabila menjadikan kurang berkenan