Sebagai khalifah Allah SWT di muka bumi, pernahkah
kita memikirkan adanya sesuatu yang berpasang pasangan baik yang ada di muka
bumi ataupun yang ada pada diri kita? Begitu banyak yang berpasang pasangan
seperti laki laki dan perempuan, tua dan muda, kaya dan miskin, negatif dan
positif, atas dan bawah, proton dan neutron, langit dan bumi, jiwa taqwa dan
jiwa fujur, ruhani dan jasmani dan lain sebagainya. Lalu apakah yang berpasang
pasangan itu ada dengan sendirinya tanpa ada yang menciptakan? Berdasarkan
surat Yaa Siin (36) ayat 36 di bawah ini, bahwasanya Allah SWT lah yang telah menciptakan
segala sesuatu dengan berpasang pasangan, baik apa apa yang ada di muka bumi
maupun yang ada pada diri manusia maupun dari apa apa yang tidak kita ketahui.
Maha
suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa
yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak
mereka ketahui.
(surat
Yaa Siin (36) ayat 36)
Lalu apa yang dimaksud dengan berpasang pasangan
itu? Jika kita mau meneliti secara mendalam tentang berpasangan pasangan yang
telah ditetapkan oleh Allah SWT maka kita akan mendapati beberapa makna dari
berpasang pasangan itu. Apa maksudnya?
a. Berpasang pasangan bisa bermakna ibadah yang tidak bisa dipisahkan antara
ibadah yang satu dengan ibadah yang lainnya, seperti mendirikan shalat dengan menunaikan
zakat, habbluminallah dengan habbluminanass, menerima dengan memberi, kesalehan
diri dengan kesalehan sosial, mendengar dengan melihat. Jika sampai diri kita
memisahkan ketentuan ini berarti kita telah menganiaya diri sendiri.
b. Berpasang pasangan juga bisa bermakna keselarasan dan keseimbangan antara
yang satu dengan yang lainnya, seperti mengurangi dengan menambah, atas dengan
bawah, tua dengan muda, proton dengan neutron, positif dengan negatif, aktiva
dengan pasiva. Jika sampai diri kita memisahkan ketentuan ini berarti kita
telah merusak tatanan keseimbangan yang ada di dalam kehidupan.
c. Berpasang pasangan juga bermakna pilihan, mau beriman ataukah mau kafir,
apakah mau berbuat kebaikan ataukah keburukan, apakah mau syurga ataukah
neraka, apakah mau bahagia ataukah mau celaka, mau halal ataukah mau haram, mau
maju ataukah mau mundur dan lain sebagainya. Jika kita sampai salah memilih
atau salah dalam menentukan sikap maka hasil akhir dari pilihan yang kita pilih
akan memberikan dampak yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Jika kita
memilih kebaikan maka kebaikan yang akan kita terima, namun jika kita memilih
keburukan maka keburukan yang akan kita teriman.
d.
Berpasang pasangan juga
bermakna pembeda antara satu dengan yang lainnya seperti malam dengan siang,
pagi dengan petang, kaya dengan miskin, tua dengan muda, dan lain sebagainya.
Sekarang bisakah kita membayangkan jika di langit dan di bumi ini tidak ada konsep
berpasang pasangan, lalu apa yang bisa kita perbuat jika tidak ada malam dan
siang? Apa yang bisa kita rasakan jika tidak ada konsep positif dan konsep
negatif atau jika tidak ada laki laki dan perempuan atau
jika tidak ada kebaikan dan keburukan? Semuanya sama sehingga yang ada hanyalah
satu tanpa ada perbedaan sedangkan perbedaan inilah yang menunjukkan betapa
hebatnya Allah SWT.
Sekarang mari kita perhatikan apa yang dikemukakan
oleh Allah SWT dalam surat Adz Dzariyaat (51) ayat 49 di bawah ini. Allah SWT
lah yang telah menciptakan segala sesuatu dengan berpasang pasangan lalu Allah
SWT juga telah mengingatkan kita bahwa dibalik berpasang pasangan itu ada
kebesaran Allah SWT yang menyertainya. Lalu sampai kapankah konsep ini berlaku?
Konsep berpasang pasangan sebagai sebuah sunnatullah (ketetapan Allah SWT) yang
berlaku dalam kehidupan yang kita laksanakan saat ini akan berlaku terus sampai
dengan hari kiamat kelak. Subhanallah, begitu hebat Allah SWT dan begitu jelas
dan transfaran Allah SWT dalam menciptakan segala sesuatu. Sekarang tinggal
bagaimana kita menyikapinya.
dan
segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran
Allah.
(surat
Adz Dzariyaat (51) ayat 49)
Sekarang bagaimana dengan kebaikan yang telah
dipasangkan dengan keburukan oleh Allah SWT, lalu bagaimana kita harus
menyikapinya? Sebagai khalifah Allah SWT di muka bumi kita harus memilih atau menentukan
sikap apakah menjadikan kebaikan sebagai cerminan diri kita ataukah menjadikan
keburukan sebagai cerminan diri kita. Kebaikan
dan Keburukan sebagai sebuah pilihan yang harus dipilih keduanya memiliki
karakteristik yang berbeda.
Jika kebaikan yang kita pilih lalu kebaikan itu pula
yang kita lakukan maka kebaikan pula
yang akan kita raih dan rasakan saat hidup di dunia ini. Jika keburukan yang
kita pilih lalu keburukan itu pula yang kita lakukan maka keburukan pula yang
akan kita raih dan rasakan saat hidup di dunia ini. Dan hal yang tidak akan
terjadi adalah jika kita berbuat keburukan hasil akhirnya adalah adalah
kebaikan. Demikian pula sebaliknya, jika kita berbuat kebaikan hasil akhirnya
adalah keburukan.
Hal yang harus kita jadikan
pedoman saat menentukan pilihan kebaikan ataupun keburukan hanya bisa
dilaksanakan saat kita hidup di muka bumi. Lalu apakah yang dimaksud dengan
hidup? Hidup yang kita jalani saat ini memiliki beberapa makna dan hakekat
seperti yang kami kemukakan berikut ini.
a.
Hidup
adalah saat mulai dipersatukannya Ruh/Ruhani dengan Jasmani saat di dalam rahim
seorang ibu sampai dengan saat dipisahkan keduanya oleh maut. Ruh akan
dikembalikan kepada Allah SWT lalu ditempatkan di alam barzah sedangkan jasmani
dikembalikan ke tanah. Konsep ini melahirkan apa yang dinamakan dengan usia.
Usia dan Umur adalah sesuatu yang berbeda. Umur adalah seberapa berkualitasnya
kebaikan atau keburukan yang dikenang oleh generasi yang datang di kemudian
hari. Jika yang dikenang adalah kebaikan maka itulah yang berumur panjang dan
jika yang dikenang adalah keburukan itulah yang berumur pendek. Dari konsep ini
terlihat dengan jelas kebaikan dan keburukan memiliki dampak yang sangat
berbeda diantara keduanya. Pilihan ada di tangan diri kita.
b.
Hidup
adalah saat bertarungnya atau saat tarik menarik antara sifat sifat alamiah
Jasmani yang mencerminkan Nilai Nilai Keburukan yang berasal dari alam (tanah) dengan
sifat sifat alamiah Ruhani yang mencerminkan Nilai Nilai Kebaikan yang berasal
dari Allah SWT melalui proses shibghah. Jika nilai nilai keburukan mampu
mengalahkan nilai nilai kebaikan maka posisi diri kita disebut dengan jiwa
fujur yang sangat dikehendaki oleh syaitan sang laknatullah. Jika nilai nilai
kebaikan mampu mengalahkan nilai nilai keburukan maka posisi diri kita disebut dengan jiwa taqwa yang dikehendaki
oleh Allah SWT selaku pengutus diri kita. Adanya jiwa fujur dan jiwa taqwa
tentu akan memberikan hasil akhir yang berbeda pula. Pilihan juga ada di tangan
diri kita.
c.
Hidup
adalah perjuangan untuk melaksanakan apa apa yang telah diperintahkan oleh
Allah SWT dan juga meninggalkan apa apa yang telah dilarang oleh Allah SWT. Dibalik
apa apa yang telah diperintahkan oleh Allah SWT terdapat banyak kebaikan untuk
yang melaksanakannya. Sementara itu dibalik yang dilarang/dibalik larangan
Allah SWT terdapat banyak keburukan jika larangan dilanggar. Sebagai khalifah
dimuka bumi tentunya kita wajib melaksanakan apa apa yang telah diperintahkan
oleh Allah SWT karena kebaikan yang ada di balik perintah bukanlah untuk Allah
SWT melainkan untuk diri kita yang telah diperintah. Sebaliknya jika apa yang
telah dilarang oleh Allah SWT kita laksanakan maka bersiaplah merasakan
keburukan yang telah diancamkan oleh Allah SWT. Hal yang harus kita pahami
adalah Allah SWT memerintahkan untuk melaksanakan perintah dan meninggalkan
larangan karena Allah SWT sangat sayang kepada diri kita. Sekarang semuanya
terpulang kepada diri kita, mau melaksanakan perintah ataukah melaksanakan
larangan karena hasil akhirnya berbeda. Pilihan juga ada di tangan kita.
d.
Hidup
adalah permainan untuk mengalahkan ahwa dan juga syaitan. Sebagai sebuah
permainan maka hasil akhir dari permainan yang kita lakukan adalalah bukan
menjadikan diri kita pecundang, melainkan harus menjadikan diri kita sebagai
pemenang. Jika kita mampu menjadi pemenang di dalam permainan kekhalifahan di
muka bumi berarti kita bisa pulang kampung ke tempat yang terbaik yaitu syurga.
Jika kita kalah dalam permainan berarti kita pulang kampung ke neraka jahannam.
Syurga adalah tempat terbaik sedangkan neraka jahannam adalah tempat terburuk.
Untuk itu jangan pernah kita bercita cita menjadi pecundang karena hasil akhirnya
tidak mengenakkan yaitu keburukan. Tanamkan dalam diri kita adalah pemenang
karena hasil akhirnya sesuatu yang
sangat menyenangkan yaitu kebaikan. Pilihan juga ada di tangan diri kita.
e.
Hidup
adalah saat diri kita melaksanakan ibadah hanya kepada Allah SWT semata. melaksanakan ibadah hanya kepada Allah SWT
agar diri kita selalu di dalam kehendak Allah SWT. Namun apabila kita enggan
melaksanakan ibadah maka kita akan berada di dalam kehendak syaitan sang
laknatullah. Berada di dalam kehendak Allah SWT akan menghantarkan diri kita
kepada kebaikan, sedangkan berada di dalam kehendak syaitan akan menghantarkan
diri kita kepada keburukan. Sudahkah
diri kita melaksanakan ibadah yang sesuai dengan kehendak Allah SWT selaku
pemilik dan pencipta alam semesta ini? Jawabannya adalah pilihan ada di tangan
diri kita.
Berdasarkan 5(lima) arti dan
makna yang terkandung di dalam hidup yang kami kemukakan diatas, hasilnya semuanya
ada dua hal yaitu kebaikan dan keburukan. Lalu yang manakah diri kita, kebaikankah
diri kita atau keburukankah diri kita? Jawabannya ada pada diri kita sendiri
dan kesempatan untuk menjawab hanya ada pada sisa usia kita.
Sebagai penutup, di bawah ini akan kami kemukakan beberapa renungan
yang berasal dari hadist qudsi dan peribahasa tentang hidup dan kehidupan yang
mungkin dapat menyentuh perasaan anda atau dapat dijadikan pelajaran bagi kita
untuk merubah diri menjadi lebih baik lagi, yaitu :
a.
Hiduplah bagaikan pokok kayu yang tumbuh di tepi
jalan dan banyak buahnya; dilempar orang dengan batu tetapi membalas dengan
buah.
b.
Hiduplah bagai pokok kayu besar dengan akar
keyakinan yang menghujam dalam, batang ibadah yang kokoh khusyu, daun zikir
penyejuk hati, dan buah akhlak yang terpuji.
c.
Hiduplah bagai si rumput, menghadapi kesulitan yang
hampir mati tetapi tidak putus asa, mengharap curahan rahmat Allah SWT.
d.
Hiduplah bagai lebah, hinggap tak mematahkan
ranting, makan yang baik-baik, sedang madunya berharga buat manusia.
e.
Hiduplah bagai semut, bekerja sama tolong menolong,
lebih-lebih untuk menghadapi masa yang sulit.
f.
Hiduplah bagai unta, pandai-pandai menyimpan
perbekalan untuk perjalanan hidup.
g.
Janganlah hidup bagaikan anjing, setiap orang dicela
dan diolok-olok tak tahu baik dan buruk.
h.
Janganlah hidup bagai lalat, dimana-mana hanya banyak
membawa malapetaka dan musibah.
i.
Janganlah hidup bagai babi, tampak rakus, dan
apa-apa tak ada yang ditolak.
j.
Janganlah hidup bagai lintah, hidup menghisap jerih
payah orang lain.
k.
Janganlah hidup bagai cendawan, selalu merusak
tempat yang dihinggapinya.
Setujukah
anda dengan renungan yang kami kemukakan di atas atau anda tidak setuju dengan
renungan yang kami sampaikan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar