Rasa takut adalah salah
satu perasaan yang paling mendasar pada diri manusia. Ketika disebut rasa takut
maka yang pertama kali terlintas adalah
takut kepada gelap, takut kepada kecelakaan, takut mati, takut darah, takut
penyakit yang menyebabkan kepedihan, takut miskin, takut kelaparan, takut
kehilangan kerabat dekat, takut akan bencana alam, dan takut akan masa depan
dan lain sebagainya sebagaimana dikemukakan dalam surat Al Baqarah (2) ayat 155.
dan
sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada
orang-orang yang sabar.
(surat
Al Baqarah (2) ayat 155)
Takut atau Rasa takut,
berdasarkan ketentuan surat Al Baqarah (2) ayat 155 di atas merupakan sebuah
sunnatullah yang tidak dapat dipisahkan dengan skenario kekhalifahan yang ada di
muka bumi sehingga dapat diketahui kualitas dari masing masing khalifah yang
telah diutusNya ke muka bumi. Adanya rasa takut yang berasal dari Allah SWT
melengkapi skenario mempergilirkan semua orang dalam suatu keadaan apa yang
dinamakan dengan susah dengan senang, bahagia dengan celaka, tertawa dengan menangis,
dermawan dengan pelit, beriman dengan kafir dan lain sebagainya. Seperti
termaktub dalam surat Ali Imran (3) ayat 140.
jika
kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, Maka Sesungguhnya kaum (kafir) itupun
(pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. dan masa (kejayaan dan
kehancuran) itu Kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat
pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan
orang-orang kafir) supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai)
syuhada'[231]. dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim,
(surat
Ali Imran (3) ayat 140)
[231] Syuhada' di sini
ialah orang-orang Islam yang gugur di dalam peperangan untuk menegakkan agama
Allah. sebagian ahli tafsir ada yang mengartikannya dengan menjadi saksi atas
manusia sebagai tersebut dalam ayat 143 surat Al Baqarah.
Berdasarkan uraian di
atas, rasa takut dalam diri tidak datang dengan sendirinya. Rasa takut
diberikan oleh Allah SWT kepada manusia adalah demi keberlangsungan hidup
manusia serta untuk dijadikan alat bantu untuk melihat kualitas manusia.
Manusia diberikan rasa takut untuk menghindari segala hal yang akan mengancam
dan akan mengganggu keberlangsungan hidupnya. Sehingga manusia bisa
menyelamatkan diri dan merasa aman. Katakan, seorang yang yang takut kepada
binatang buas, katakan takut kepada ular, akan dipaksa untuk melakukan
usaha/upaya pencegahan dan pengamanan sehingga dapat terhindar dari serangang
ular.
Membaca doa adalah ajaran
agama, seperti yang dikemukakan oleh sahabat Abdullah bin Umar dalam suatu
hadits, yaitu: Rasulullah SAW bersabda: Jika salah satu diantaramu merasa takut
saat tidur maka bacalah “Aku berlindung kepada Allah dari murka dan azabNya,
dari kejahatan makhluk, dari desas desus dan godaan syaitan, sehingga tidak ada
sesuatu yang menyakitinya”. Bagi setiap hamba yang senantiasa memanjatkan doa
kepada Allah SWT, yang memahami kalau segala apa yang menimpanya adalah
merupakan ujian yang datang dari sisi Allah, kemudian dia bertawakkal kepadanya
maka ia akan lebih mudah keluar dari permasalahannya (ketakutannya).
Rasulullah SAW juga telah
menerangkan jika kepedihan seseorang dapat menjadikan tubuhnya sakit melalui
sabdanya: “Barangsiapa yang sifatnya jelek, maka ia akan berada dalam kesulitan
nafsunya sendiri, dan barangsiapa yang penderitaannya berlarut larut maka ia
akan membuatnya jatuh sakit”. Ingat, “Allah SWT tidaklah memberikan suatu penyakit
sebelum menciptakan penawarnya. Barangsiapa bisa menemukan penawarnya itu, maka
ia dapat mengobatinya sehingga sembuh dan barangsiapa tidak tahu penawarnya
maka ia akan berada dalam penderitaan, namun kematian tidaklah ada obatnya”
atau
siapakah yang memimpin kamu dalam kegelapan di dataran dan lautan dan siapa
(pula)kah yang mendatangkan angin sebagai kabar gembira sebelum (kedatangan)
rahmat-Nya[1105]? Apakah disamping Allah ada Tuhan (yang lain)? Maha Tinggi
Allah terhadap apa yang mereka persekutukan (dengan-Nya).
(surat
An Naml (27) ayat 63)
[1105] Yang dimaksud
dengan rahmat Tuhan di sini ialah air hujan yang menyebabkan suburnya
tumbuh-tumbuhan.
Hidup yang penuh dengan
kesusahan dan ketakutan adalah akibat dari kehidupan yang jauh dari iman atau
jauh dari kehendak Allah SWT atau hidup yang dekat dengan hawa nafsu dan
syaitan. Pada abad ini para dokter telah menyampaikan bahwa jalan keluar dari
stress, galau, resah dan gelisah adalah dengan memiliki pola hidup yang lebih
tenang, lebih nyaman, aman dan psikologi yang jauh dari perasaan takut. Akan
tetapi kehidupan yang tenang, nyaman hanyalah mungkin dicapai dengan menjadikan
Allah SWT sebagai sahabat. Seseorang yang takut akan suatu hal, maka ia akan
selalu berada dalam bayangan perasaan, prasangka, dan khayalannya yang akan
membuatnya selalu merasa risau/galau dstnya. Lalu selalu merasa khawatir oleh
hal hal yang di ada adakan di dalam akalnya, sehingga dalam keadaan seperti ini
manusia telah menggunakan rasa takut
pada tempat yang tidak semestinya. Terlebih jika perasaan takut ini
disalahgunakan, yaitu takut tanpa ada sebab yang jelas, maka hal inilah yang
tidak dibenarkan.
Sesungguhnya
orang-orang yang mengatakan: "Tuhan Kami ialah Allah" kemudian mereka
meneguhkan pendirian mereka, Maka Malaikat akan turun kepada mereka dengan
mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan
gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu".
kamilah
pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya kamu
memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang
kamu minta.
(surat
Fushilat (41) ayat 30 dan 31)
Sesungguhnya
Kami telah menurunkan kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang
menerangi), yang dengan kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh
nabi-nabi yang menyerah diri kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan
pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara Kitab-Kitab
Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. karena itu janganlah kamu takut
kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. dan janganlah kamu menukar
ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit. Barangsiapa yang tidak memutuskan
menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang
kafir.
(surat
Al Maaidah (5) ayat 44)
Hanya Allah SWT lah yang seharusnya
kita takuti. Lebih lebih tidak takut kepada Allah SWT dan justru takut kepada
makhlukNya adalah sebuah tindakan salah, yang pada akhirnya akan membawa
manusia ke dalam kesesatan. Ingat, semua perasaan takut kepada kehidupan dunia
adalah bersumber dari godaan syaitan. Namun syaitan hanya dapat menakut nakuti
manusia yang menjadikannya sebagai teman dengan bisikan seperti bagaimana kalau
nanti jatuh miskin, kalau nanti kelaparan, kalau nanti ditinggalkan orang,
kepada siapa harus meminta pertolongan, bagaimana masa depan anak anak? Semua
kekhawatiran ini adalah bersumber dari nafsu dan godaan syaitan. Dalam keadaan
ini janganlah lupa kalau kehidupan adalah berada dalam kekuasaan dan kehendak
Allah SWT. Bukan ada pada daya manusia atau daya yang lainnya.
Manusia tidak ditugaskan
ke dunia ini untuk menciptakan rezekinya sendiri, melainkan untuk mencarinya.
Jika kita adalah seorang yang rajin beribadah kepada Allah, seorang yang taat
dan selalu menyibukkan diri dengan mengabdi kepada sesama, maka sama sekali
tidak perlu merisaukan rezeki kita di masa depan. Jika kita tetap teguh dan
bersabar, kemungkinan rezeki bahkan akan datang dengan sendirinya kepada kita. Demikian pula dengan rasa takut akan kesendirian
juga hanya dapat dihilangkan dengan mengenal dan mencintai Sang Pencipta kita.
Ketika Allah SWT yang menjadi pencipta telah menjadi sahabat dan kekasih kita,
maka apalah artinya jika seisi alam menjadi musuh kita? Demikian pula jika
manusia tidak mencintaiNya, lalu apalah gunanya meski seisi alam mencintainya?
Sebenarnya sebagaimana
cinta, rasa takut adalah sebuah keharusan agar kehidupan ini dapat berjalan
dengan seimbang. Pendidikan dan keseimbangan kehidupan manusia bisa dicapai
dengan adanya rasa takut. Tentu saja rasa takut ini harus dijaga
keseimbangannya, karena merasa takut pada hal hal yang tidak perlu ditakuti
adalah sebuah kenistaan dan kelemahan. Sedangkan merasa acuh terhadap hal hal
yang semestinya kita takuti dan waspada terhadapnya adalah sebuah kebohan yang
nyata.
Bagi seseorang yang
senantiasa bersama dan dekat kepada Allah SWT, maka Allah SWT akan menjadi
sahabat dekatnya. Ingat, semua hal yang kita takuti adalah ciptaanNya, maka
begitu terbersit perasaan takut di dalam hati kita sikap yang benar adalah
bukannya takut terhadap hal hal yang menakuti kita, melainkan kepada Dzat yang
menciptakannya. Dengan demikian rasa takut akan hilang dengan sendirinya. Dan
seorang yang menyerahkan taqdir hidupnya hanya kepada Allah semata akan terhindar
dari segala perasaan takut. Hanya saja perlu diingat bahwa terhindar dari rasa
takut bukanlah berarti menceburkan diri ke dalam kubangan berbahaya dengan
keberanian buta. Hal ini dikarenakan Allah SWT telah menganugerahkan akal dan
kekuatan kepada manusia. Dengan pemberian akal dan kekuatan ini Allah SWT
berkehendak agar manusia menggunakannya untuk melindungi diri dari segala macam
bahaya. Sehingga dalam penggunaannya kita harus berusaha semaksimal mungkin,
namun menyerahkan hasilnya hanya kepada Allah semata. Adanya kondisi ini
manusia dapat terhindar dari rasa takut atau sebaliknya menerjang bahaya tanpa
menggunakan akal dan kekuatan hanyalah akan merugikan diri sendiri.
mereka
takut kepada Tuhan mereka yang di atas mereka dan melaksanakan apa yang
diperintahkan (kepada mereka).
(surat
An Nahl (16) ayat 50)
Untuk mempertegas tentang
apa itu takut, mari kita perhatikan surat An Nahl (16) ayat 50 di atas ini,
takut adalah ibadah hati yang diikuti dengan melaksanakan apa apa yang telah
diperintahkan kepada mereka. Takut sebagai bentuk ibadah hati yang memiliki
kedudukan agung dan mulia di dalam agama, bahkan mencakup seluruh ibadah. Takut
adalah salah satu dari rukun ibadah dan merupakan syarat dari iman.Takut kepada
Allah SWT juga merupakan salah satu bentuk amalan hati seorang hamba kepada
RabbNya. Adalah satu hal yang sangat menyedihkan dan pantas menjadi renungan
bagi kita semua bahwa masih banyak dari kita yang masih menyepelekan bahkan
menganggap remeh amalan hati dibandingkan dengan amalan dzahir. Padahal amalan
dzahir sangat tergantung kepada kualitas amalan hati. Semakin tinggi kualitas
amalan hati maka makin berkualitas pula amalan dzahir.
Takut kepada Allah SWT
bukanlah sebuah ketakutan yang merugikan. Melainkan ia adalah ibarat perisai yang
akan melindungi manusia dari kubangan nerakanya sendiri, dari kobaran apinya
sendiri semenjak di dunia ini. Dalam makna yang lain takut kepada Allah, tidak
lain adalah menunjukkan pertanda cinta Allah kepada seorang hamba. Karena
bukankah jika seorang hamba meluap rasa cinta kepada Allah, maka baginya tidak
lagi terlihat baik syurga maupun neraka. Karena jika seorang hamba yang sangat
mencintai dalam cinta Ilahi, ia tidak akan mungkin berbuat dosa. Demikian pula
cintanya akan mampu mengalahkan ketakutannya, sehingga ia melayang, mengarungi
samudra kehidupan dalam luapan cintanya kepada Allah SWT.
Agar ketakutan yang ada
dalam diri sesuai dengan kehendak Allah SWT atau agar diri kita mampu hanya
takut kepada Allah SWT semata (bukan takut kepada selainNya). Berikut ini akan
kami kemukakan beberapa hal yang bisa kita lakukan agar takut termanajemeni
dengan baik, yaitu:
a. Berdasarkan ketentuan surat Fushilat
(41) ayat 30 dan 31 di bawah ini, ketakutan dalam diri akan sirna jika kita
bertuhankan kepada Allah SWT semata, dikarenakan Allah SWT adalah pelindung
diri kita dalam kehidupan dunia dan akhirat.
Sesungguhnya orang-orang yang
mengatakan: "Tuhan Kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan
pendirian mereka, Maka Malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan:
"Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka
dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu".
kamilah pelindung-pelindungmu dalam
kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan
dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta.
(surat Fushshilat (41) ayat 30 dan 31)
b. Berdasarkan surat Thaahaa (20) ayat 46
di bawah ini, segala ketakutan, segala kekhawatiran, segala duka cita akan
sirna dengan meyakini bahwa Allah SWT selalu bersama kita, sepanjang kita meyakini
Allah SWT bersama kita.
Allah berfirman: "Janganlah kamu
berdua khawatir, Sesungguhnya aku beserta kamu berdua, aku mendengar dan
melihat".
(surat Thaahaa (20) ayat 46)
c. Berdasarkan ketentuan surat An Nuur
(24) ayat 52 di bawah ini, segala
ketakutan akan sirna jika kita mentaati Allah SWT dan RasulNya yang pada
akhirnya akan menghantarkan kita kepada kemenangan.
dan barang siapa yang taat kepada
Allah dan Rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, Maka mereka
adalah orang- orang yang mendapat kemenangan[1046].
(surat An Nuur (24) ayat 52)
[1046]
Yang dimaksud dengan takut kepada Allah ialah takut kepada Allah disebabkan
dosa-dosa yang telah dikerjakannya, dan yang dimaksud dengan takwa ialah memelihara
diri dari segala macam dosa-dosa yang mungkin terjadi.
d. Berdasarkan ketentuan surat Al Jin
(72) ayat 13 di bawah ini, ketakutan yang ada dalam diri akan sirna jika kita
mengimani wahyu Allah SWT lalu menjadikan Al Qur’an menjadi tuntunan hidup.
dan Sesungguhnya Kami tatkala
mendengar petunjuk (Al Quran), Kami beriman kepadanya. Barangsiapa beriman
kepada Tuhannya, Maka ia tidak takut akan pengurangan pahala dan tidak (takut
pula) akan penambahan dosa dan kesalahan.
(surat Al Jin (72) ayat 13)
e. Berdasarkan ketentuan surat Yunus (10)
ayat 62 di bawah ini, ketakutan, kekhwatiran akan hilang dalam diri jika kita
mampu menjadikan Allah SWT sebagai wali kita saat di dunia ini.
Ingatlah, Sesungguhnya wali-wali Allah
itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih
hati.
(surat Yunus (10) ayat 62)
f. Berdasarkan ketentuan surat Al A’raaf
(7) ayat 35 di bawah ini, segala bentuk ketakutan dan juga kekhawatiran akan
hilang dalam diri jika kita mampu menjadi orang Taqwa yang beramal shaleh.
Hai anak-anak Adam, jika datang
kepadamu Rasul-rasul daripada kamu yang menceritakan kepadamu ayat-ayat-Ku,
Maka Barangsiapa yang bertakwa dan Mengadakan perbaikan, tidaklah ada
kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
(surat Al A’raaf (7) ayat 35)
Rasa takut dalam diri
tidak bisa kita biarkan begitu saja tanpa ada pengarahan dan pembelajaran. Agar
rasa takut dalam diri bisa sesuai dengan kehendak Allah SWT maka rasa takut
dalam diri harus dijaga, dirawat, dipelahara dari waktu ke waktu melalui hal
hal sebagai berikut : (a) Mengingat betapa lemahnya kita dan betapa Allah SWT
Maha Perkasa; (b) Memupuk rasa cinta kepada Allah SWT; (c) membayangkan Adzab
Allah SWT yang sangatlah pedih; (d) Jangan pernah merasa aman dengan apa yang
kita raih; (e) Jangan pernah putus asa. Setelah hal ini mampu kita lakukan
dengan baik dan benar, berikut ini akan kami kemukakan beberapa inspirasi
inspirasi yang dapat kita jadikan pelajaran, yang dapat kita jadikan pedoman,
agar rasa takut yang ada di dalam diri selalu berada di dalam posisinya,
sehingga kita bisa sukses menjadi khalifah yang sesuai dengan kehendakNya,
yaitu:
1. Seperti apa engkau melihat dunia ini,
seperti itulah engkau hidup. Jika kita melihat dunia ia hanya sebagai ladang
mencari uang, maka pada tataran tertentu engkau akan mengalami fase tidak akan
terpuaskan, yang mana hal ini adalah bahaya besar. Oleh karena itu manusia
harus menjalani hidup ini dalam hakekat materi dan maknawi secara seiring
sejalan dalam keselarasan, keserasian dan keseimbangan.
2. Sumber keluhan kita tidak lain adalah
karena kita tidak mau memperhatikan orang lain yang berada dalam keadaan yang
lebih buruk dari apa yang kita alami. Oleh karena itu manusia harus hidup dalam
kaidah bersyukurlah dengan apa saja keadaanmu.
3. Barangsiapa yang memberi tempat dalam
hidupmnya bagi Allah, maka ia tidak akan pernah mengalami masalah.
4. Jika engkau menjadi sahabatnya Allah
dengan sejatinya dan bukannya lisan semata, maka engkau akan mampu memiliki
kemampuan luar biasa yang bahkan engkau sendiri tidak menyadarinya.
5. Mendapatkan cintanya Allah SWT
sebenarnya bukanlah hal yang sangat susah. Cukuplah dengan engkau menjalankan
perintah dan menjauhi laranganNya. Dan semua ini bukanlah hal yang tidak
mungkin dilakukan. Allah SWT tidak lah akan membebankan suatu ujian yang tidak
mungkin sanggup dipikul oleh hambaNya.
6. Sahabat Allah tidaklah akan pernah
mengharapkan sesuatu dari segala selain Allah. Ia tidak juga mengeluhkan
keadaannya kepada Allah, karena dia tahu sahabatnya setiap saat melihat,
mendengar dan menyertainya.
7. Janganlah sekali kali engkau berbuat
dzalim meski sekecil apa pun! Satu kata yang tidak pantas pun bisa jadi telah
menggerakkan Dzat yang menguasai alam ini, sehingga akan mengguyurkan bencana
yang tidak terkira kepadamu. Oleh karena itu jadilah dirimu sebagai dirimu
sendiri dan janganlah sekali kali menyakiti hati orang! Bisa jadi seorang yang
engkau sakiti hatinya adalah seorang alim (waliyullah).
8. Mendidik anak tidak mungkin hanya
dengan melahirkan anak dan membiarkannya tumbuh dewasa, karena itu kelahiran
seorang anak juga melahirkan tanggung jawab yang besar bagi kedua orang tuanya.
Bukanlah melahirkan anak yang menjadi amalan mulia di sisi Allah SWT, melainkan
menjaga anak agar terhindar dari haram dan mendidiknya menjadi orang yang
dicintai oleh Allah SWT. Ingat, apa yang dimakan oleh orang tua sewaktu anak
masih dalam kandungan pun dapat mempengaruhi anak yang akan lahir. Oleh karena
itu orang tua haruslah jeli untuk menjaga diri dari memakan makanan yang haram.
9. Hidup ini bukanlah masalah untuk
diselesaikan, melainkan perjalanan yang penuh teka teki yang harus diikuti.
10. Cinta kepada Allah sungguh sedemikian
dahsyatnya, sehingga seseorang yang benar benar jatuh cinta kepadaNya, meski
secara wujud ia bersama sama dengan manusia, namun hatinya sesaatpun tidak akan
pernah berpisah dariNya. Betapa mulianya orang yang bisa menapaki maqam ini.
11. Jika engkau ingin menjadi orang yang
berharga di hati orang dan sehingga menjadi berharga pula di sisi Allah SWT,
maka sukalah menjamu sesama. Namun hal ini bukanlah untuk maqam dan ketenaran,
melainkan lakukanlah semata mata untuk ridha Allah SWT. Sehingga salah satu
maqam yang paling agung di sisi Allah SWT akan menjadi milikmu.
12. Contoh paling mulia sebagai seorang
pemimpin yang adil setelah Rasulullah SAW adalah sahabat Umar ra, karena dialah
seorang khalifah yang selalu merasa pedih dengan kepedihan rakyatnya. Seorang
khalifah yang turun ke warga untuk membantu setiap orang fakir yang membutuhkan
perlindungannya. Sungguh betapa mulia para pemimpin yang turun ke warga untuk
membantu mereka sebagaimana yang dilakukan oleh khalifah Umar ra.
13. Ketahuilah bahwa kehidupan dunia ini
adalah sama dengan sihir, penuh dengan kebohongan dan keindahan yang nisbi.
Sehingga kebanyakan manusia jatuh cinta pada dunia yang nampak begitu cantik di
balik topengnya tanpa mengetahui apa sejatinya. Sehingga kebanyakan manusia
mendapati dirinya jauh dari cinta ilahi yang hakiki. Jika engkau adalah orang
yang jeli, maka engkaupun akan menangkap wajah dunia yang tersembunyi di balik
topengnya. Sehingga engkau pun akan mengarahkan dirimu untuk mendapat cinta
ilahi yang hakiki.
14. Sahabat yang sejati adalah seorang
yang melaksanakan apa yang diinginkan oleh sahabatnya tanpa sedikitpun menimbang
nimbangnya. Ia menerima dan melaksanakan apa adanya segala yang datang dari
sahabatnya.
15. Bersikap rendah hati adalah sangat
terpuji, hanya saja rendah hati juga ada sisi berbahayanya, yaitu berbangga
diri dengan telah bersikap rendah hati.
16. Manusia melakukan banyak hal, baik
maupun jelek, yang membedakannya hanya niat dalam hati yang terdalam. Bisa saja
manusia memberitahukannya, merahasiakannya, maupun mengingkarinya, namun
tentang niat di hati yang terdalam hanya Allah SWT yang tahu. Jika manusia melakukan
perbuatan baik namun hanya untuk mendapatkan simpati orang, juga Allah sendiri
yang tahu. Allah juga tahu semua perbuatannya yang dilakukan semata mata hanya
untuk mengaharapkan ridhaNya, meski sekecil apapun. Pahalanya juga setimpal
dengannya.
17. Sepanjang engkau tidak berani berdiri
tegak di hadapan musuh, orang yang engkau keluhkan, lalu apalah artinya engkau
mengeluhkannya.
18. Setiap apa yang engkau dapatkan di
dunia ini tidak lain adalah sebuah amanah. Janganlah engkau menyombongkan diri
dengan mengira seolah engkau sendiri yang mendapatkannya. Karena Allah SWT yang
memberikan kesehatan dan kekuatan kepadamu untuk mendapatkannya. Demikian tidak
satu hal sekecil apapun yang menjadi milikmu, melainkan Allah lah Yang Maha
menguasai segalanya. Oleh karena itu, jika dalam kehidupan ini engkau
mendapatkan nikmatNya, maka sungguh itu adalah semata mata karena anugerah
dariNya. Maka dari itu tunaikanlah kewajibanmu dalam menjaga amanah itu.
Janganlah sekali kali engkau bersombong diri dengan harta benda, pangkat dan
kedudukan. Karena Dzat yang telah memberikannya kepadamu bisa saja jadi akan
mengambilnya kembali. Jika Ia tidak mengambilnya kembali pun pastilah di akhir
kehidupan ini engkau akan mati dengan meninggalkan semua itu di dunia ini.
19. Segala apa yang ada di dunia ini
tidaklah akan bertahan untuk selama lamanya. Seorang pemuda di hari ini, esok
akan menjadi tua. Seorang yang fakir di hari ini, esok bisa jadi kaya. Seorang
yang kaya di hari ini, juga bisa jadi esok menjadi fakir. Karena itu janganlah
engkau mengikatkan diri pada segala apapun di dunia ini. Dan jika engkau ingin
bersandar, menambatkan keyakinan, maka tambatkanlah keyakinanmu hanya kepada
Allah SWT dan berusaha agar apa yang ada di tanganmu tidak lenyap, sirna, lalu
berusaha dengan berdoa dan bersyukur.
20. Seorang yang matang jiwanya bagaikan
tanaman padi berisi yang sudah menua, ia akan selalu tertunduk dalam baratnya
bulir padi, sedangkan orang yang masih mentah jiwanya akan tegak dengan
keangkuhan. Terlebih para hamba kekasih Allah, pada mereka tidak terdapat
kesombongan barang sebercak pun. Sungguh semain orang tidak memandang dirinya
lebih tinggi, semakin ia rendah hati semakin pula ia mencapai ketinggian dan
kebesaran yang sejati.
21. Datangnya hari penghisaban atas semua
amal dan harta yang dimiliki bukanlah sesuatu yang bisa dianggap mudah. Jika
setiap langkah kaki akan ditanya, maka janganlah lupa jika seluruh harta benda
yang engkau miliki juga akan ditanya!
22. Jangalah sekali kali engkau memandang
rendah orang yang kelihatannya lusuh, karena banyak di balik puing puing
terdapat harta karun yang sangat berharga. Tentu saja barang sipa yang masih
memiliki hari akan sadar diri saat diingatkan.
23. Jamulah sehabatmu demi mendapatkan
ridha Allah SWT. Sungguh seorang sahabat adalah sangat berharga, namun Allah
jauh lebih berharga dari segalanya. Oleh karena itu bersahabatlah dengan siapa
saja tanpa engkau melupakan sahabatmu yang sejati.
24. Jika saja kita bisa memahami kekuatan
bersabar dan berdoa, bisa jadi kening kita tidak akan terangkat dari bersujud
dan lidah kita tiada akan berhenti dari berdoa.
25. Jika engkau ingin didoakan dan
dikenang setelah kematianmu, maka berdoalah kepada orang orang yang telah
meninggal terlebih dahulu, bacalah shalawat sejak sekarang. Sungguh engkau
tidak tahu jika amalanmu itu di alam ghaib akan menjadi cahaya sehingga
dengannya banyak orang yang akan menjadi bahagia.
26. Terkadang seseorang mengadakan
perjalanan baik secara fisik maupun maknawi. Saat itu niatkanlah untuk mencari
kebaikan. Niat dengan tulus, dengan hati yang bersih, sehingga entah sampai ke
mana arah perjalananmu insya Allah bisa menjadi perantara bagi kebaikan.
Demikian pula para alim juga terkadang mengadakan suatu perjalanan, cepat atau
lambat mereka juga akan tahu hikmah dari perjalanannya.
Rasa takut kepada Allah
SWT akan menjadi sistem kontrol otomatis yang akan mencegah kita untuk berbuat
dosa, karena tidak ada polisi yang akan selalu mengawasi, maka rasa takut
inilah yang akan menjadi penegur diri kita. Dalam hal ini jika saja seorang
melanggar hati nuraninya, melanggar ajaran agama, melanggar kode etik kehidupan
dan akhlak mulia, maka sesungguhnya hanya dirinya yang akan merugi. Meski
manusia menyangka telah memberi kerugian kepada orang lain, namun sejatinya ia
telah menyiapkan sendiri api nerakanya semenjak di dunia ini untuk keperluan
membakar kita di neraka.
“Tidak
ada seorangpun di dunia ini yang hidup tanpa masalah, kalaulah ada maka ia
bukanlah seorang manusia”
(Sadi’i
Syirazi)
Perlu diingat bahwa jika
tidak ada sesuatu yang bersifat abnormal, maka setiap manusia yang normal yang
dilahirkan ke dunia dalam keadaan seimbang, dalam tataran yang sama satu sama
lainnya. Semua orang akan memandang pohon mangga sebagai pohon mangga, seekor
burung sebagai seekor burung, awan sebagai awan. Sama dalam menangkap suara,
dalam melihat warna, dan dalam menyentuh benda serta dalam cara berfikirnya. Sepanjang
Allah SWT ada maka segala permasalahan pasti akan terpercahkan, segala
kesusahan pasti terselesaikan, jadi kenapa harus takut menghadapi hidup.
Demikian bagi seseorang yang telah mempercayakan dirinya kepada Allah SWT maka
padanya sama sekali tidak pernah merasa khawatir, takut, resah, gelisah dan
juga galau, yang ada bahagia, bahagia dan bahagia.