Label

MEMANUSIAKAN MANUSIA: INILAH JATIDIRI MANUSIA YANG SESUNGGUHNYA (79) SETAN HARUS JADI PECUNDANG: DIRI PEMENANG (68) SEBUAH PENGALAMAN PRIBADI MENGAJAR KETAUHIDAN DI LAPAS CIPINANG (65) INILAH ALQURAN YANG SESUNGGUHNYA (60) ROUTE TO 1.6.799 JALAN MENUJU MAKRIFATULLAH (59) MUTIARA-MUTIARA KEHIDUPAN: JALAN MENUJU KERIDHAAN ALLAH SWT (54) PUASA SEBAGAI KEBUTUHAN ORANG BERIMAN (50) ENERGI UNTUK MEMOTIVASI DIRI & MENJAGA KEFITRAHAN JIWA (44) RUMUS KEHIDUPAN: TAHU DIRI TAHU ATURAN MAIN DAN TAHU TUJUAN AKHIR (38) TAUHID ILMU YANG WAJIB KITA MILIKI (36) THE ART OF DYING: DATANG FITRAH KEMBALI FITRAH (33) JIWA YANG TENANG LAGI BAHAGIA (27) BUKU PANDUAN UMROH (26) SHALAT ADALAH KEBUTUHAN DIRI (25) HAJI DAN UMROH : JADIKAN DIRI TAMU YANG SUDAH DINANTIKAN KEDATANGANNYA OLEH TUAN RUMAH (24) IKHSAN: INILAH CERMINAN DIRI KITA (24) RUKUN IMAN ADALAH PONDASI DASAR DIINUL ISLAM (23) ZAKAT ADALAH HAK ALLAH SWT YANG HARUS DITUNAIKAN (20) KUMPULAN NASEHAT UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK (19) MUTIARA HIKMAH DARI GENERASI TABI'IN DAN TABI'UT TABIIN (18) INSPRIRASI KESEHATAN DIRI (15) SYAHADAT SEBAGAI SEBUAH PERNYATAAN SIKAP (14) DIINUL ISLAM ADALAH AGAMA FITRAH (13) KUMPULAN DOA-DOA (10) BEBERAPA MUKJIZAT RASULULLAH SAW (5) DOSA DAN JUGA KEJAHATAN (5) DZIKIR UNTUK KEBAIKAN DIRI (4) INSPIRASI DARI PARA SAHABAT NABI (4) INILAH IBADAH YANG DISUKAI NABI MUHAMMAD SAW (3) PEMIMPIN DA KEPEMIMPINAN (3) TAHU NABI MUHAMMAD SAW (3) DIALOQ TOKOH ISLAM (2) SABAR ILMU TINGKAT TINGGI (2) SURAT TERBUKA UNTUK PEROKOK dan KORUPTOR (2) IKHLAS DAN SYUKUR (1)

Minggu, 31 Maret 2019

JANGANLAH TAKUT! ALLAH MAHA ADA BERSAMA KITA



Rasa takut adalah salah satu perasaan yang paling mendasar pada diri manusia. Ketika disebut rasa takut maka yang pertama kali terlintas  adalah takut kepada gelap, takut kepada kecelakaan, takut mati, takut darah, takut penyakit yang menyebabkan kepedihan, takut miskin, takut kelaparan, takut kehilangan kerabat dekat, takut akan bencana alam, dan takut akan masa depan dan lain sebagainya sebagaimana dikemukakan dalam surat Al Baqarah (2) ayat 155.

dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.
(surat Al Baqarah (2) ayat 155)

Takut atau Rasa takut, berdasarkan ketentuan surat Al Baqarah (2) ayat 155 di atas merupakan sebuah sunnatullah yang tidak dapat dipisahkan dengan skenario kekhalifahan yang ada di muka bumi sehingga dapat diketahui kualitas dari masing masing khalifah yang telah diutusNya ke muka bumi. Adanya rasa takut yang berasal dari Allah SWT melengkapi skenario mempergilirkan semua orang dalam suatu keadaan apa yang dinamakan dengan susah dengan senang, bahagia dengan celaka, tertawa dengan menangis, dermawan dengan pelit, beriman dengan kafir dan lain sebagainya. Seperti termaktub dalam surat Ali Imran (3) ayat 140.

jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, Maka Sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada'[231]. dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim,
(surat Ali Imran (3) ayat 140)

[231] Syuhada' di sini ialah orang-orang Islam yang gugur di dalam peperangan untuk menegakkan agama Allah. sebagian ahli tafsir ada yang mengartikannya dengan menjadi saksi atas manusia sebagai tersebut dalam ayat 143 surat Al Baqarah.

Berdasarkan uraian di atas, rasa takut dalam diri tidak datang dengan sendirinya. Rasa takut diberikan oleh Allah SWT kepada manusia adalah demi keberlangsungan hidup manusia serta untuk dijadikan alat bantu untuk melihat kualitas manusia. Manusia diberikan rasa takut untuk menghindari segala hal yang akan mengancam dan akan mengganggu keberlangsungan hidupnya. Sehingga manusia bisa menyelamatkan diri dan merasa aman. Katakan, seorang yang yang takut kepada binatang buas, katakan takut kepada ular, akan dipaksa untuk melakukan usaha/upaya pencegahan dan pengamanan sehingga dapat terhindar dari serangang ular.

Membaca doa adalah ajaran agama, seperti yang dikemukakan oleh sahabat Abdullah bin Umar dalam suatu hadits, yaitu: Rasulullah SAW bersabda: Jika salah satu diantaramu merasa takut saat tidur maka bacalah “Aku berlindung kepada Allah dari murka dan azabNya, dari kejahatan makhluk, dari desas desus dan godaan syaitan, sehingga tidak ada sesuatu yang menyakitinya”. Bagi setiap hamba yang senantiasa memanjatkan doa kepada Allah SWT, yang memahami kalau segala apa yang menimpanya adalah merupakan ujian yang datang dari sisi Allah, kemudian dia bertawakkal kepadanya maka ia akan lebih mudah keluar dari permasalahannya (ketakutannya).

Rasulullah SAW juga telah menerangkan jika kepedihan seseorang dapat menjadikan tubuhnya sakit melalui sabdanya: “Barangsiapa yang sifatnya jelek, maka ia akan berada dalam kesulitan nafsunya sendiri, dan barangsiapa yang penderitaannya berlarut larut maka ia akan membuatnya jatuh sakit”. Ingat, “Allah SWT tidaklah memberikan suatu penyakit sebelum menciptakan penawarnya. Barangsiapa bisa menemukan penawarnya itu, maka ia dapat mengobatinya sehingga sembuh dan barangsiapa tidak tahu penawarnya maka ia akan berada dalam penderitaan, namun kematian tidaklah ada obatnya”

atau siapakah yang memimpin kamu dalam kegelapan di dataran dan lautan dan siapa (pula)kah yang mendatangkan angin sebagai kabar gembira sebelum (kedatangan) rahmat-Nya[1105]? Apakah disamping Allah ada Tuhan (yang lain)? Maha Tinggi Allah terhadap apa yang mereka persekutukan (dengan-Nya).
(surat An Naml (27) ayat 63)

[1105] Yang dimaksud dengan rahmat Tuhan di sini ialah air hujan yang menyebabkan suburnya tumbuh-tumbuhan.

Hidup yang penuh dengan kesusahan dan ketakutan adalah akibat dari kehidupan yang jauh dari iman atau jauh dari kehendak Allah SWT atau hidup yang dekat dengan hawa nafsu dan syaitan. Pada abad ini para dokter telah menyampaikan bahwa jalan keluar dari stress, galau, resah dan gelisah adalah dengan memiliki pola hidup yang lebih tenang, lebih nyaman, aman dan psikologi yang jauh dari perasaan takut. Akan tetapi kehidupan yang tenang, nyaman hanyalah mungkin dicapai dengan menjadikan Allah SWT sebagai sahabat. Seseorang yang takut akan suatu hal, maka ia akan selalu berada dalam bayangan perasaan, prasangka, dan khayalannya yang akan membuatnya selalu merasa risau/galau dstnya. Lalu selalu merasa khawatir oleh hal hal yang di ada adakan di dalam akalnya, sehingga dalam keadaan seperti ini manusia telah menggunakan rasa takut  pada tempat yang tidak semestinya. Terlebih jika perasaan takut ini disalahgunakan, yaitu takut tanpa ada sebab yang jelas, maka hal inilah yang tidak dibenarkan.

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan Kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, Maka Malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu".
kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta.
(surat Fushilat (41) ayat 30 dan  31)

Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerah diri kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara Kitab-Kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit. Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir.
(surat Al Maaidah (5) ayat 44)

Hanya Allah SWT lah yang seharusnya kita takuti. Lebih lebih tidak takut kepada Allah SWT dan justru takut kepada makhlukNya adalah sebuah tindakan salah, yang pada akhirnya akan membawa manusia ke dalam kesesatan. Ingat, semua perasaan takut kepada kehidupan dunia adalah bersumber dari godaan syaitan. Namun syaitan hanya dapat menakut nakuti manusia yang menjadikannya sebagai teman dengan bisikan seperti bagaimana kalau nanti jatuh miskin, kalau nanti kelaparan, kalau nanti ditinggalkan orang, kepada siapa harus meminta pertolongan, bagaimana masa depan anak anak? Semua kekhawatiran ini adalah bersumber dari nafsu dan godaan syaitan. Dalam keadaan ini janganlah lupa kalau kehidupan adalah berada dalam kekuasaan dan kehendak Allah SWT. Bukan ada pada daya manusia atau daya yang lainnya.

Manusia tidak ditugaskan ke dunia ini untuk menciptakan rezekinya sendiri, melainkan untuk mencarinya. Jika kita adalah seorang yang rajin beribadah kepada Allah, seorang yang taat dan selalu menyibukkan diri dengan mengabdi kepada sesama, maka sama sekali tidak perlu merisaukan rezeki kita di masa depan. Jika kita tetap teguh dan bersabar, kemungkinan rezeki bahkan akan datang dengan sendirinya kepada kita.  Demikian pula dengan rasa takut akan kesendirian juga hanya dapat dihilangkan dengan mengenal dan mencintai Sang Pencipta kita. Ketika Allah SWT yang menjadi pencipta telah menjadi sahabat dan kekasih kita, maka apalah artinya jika seisi alam menjadi musuh kita? Demikian pula jika manusia tidak mencintaiNya, lalu apalah gunanya meski seisi alam mencintainya?

Sebenarnya sebagaimana cinta, rasa takut adalah sebuah keharusan agar kehidupan ini dapat berjalan dengan seimbang. Pendidikan dan keseimbangan kehidupan manusia bisa dicapai dengan adanya rasa takut. Tentu saja rasa takut ini harus dijaga keseimbangannya, karena merasa takut pada hal hal yang tidak perlu ditakuti adalah sebuah kenistaan dan kelemahan. Sedangkan merasa acuh terhadap hal hal yang semestinya kita takuti dan waspada terhadapnya adalah sebuah kebohan yang nyata.

Bagi seseorang yang senantiasa bersama dan dekat kepada Allah SWT, maka Allah SWT akan menjadi sahabat dekatnya. Ingat, semua hal yang kita takuti adalah ciptaanNya, maka begitu terbersit perasaan takut di dalam hati kita sikap yang benar adalah bukannya takut terhadap hal hal yang menakuti kita, melainkan kepada Dzat yang menciptakannya. Dengan demikian rasa takut akan hilang dengan sendirinya. Dan seorang yang menyerahkan taqdir hidupnya hanya kepada Allah semata akan terhindar dari segala perasaan takut. Hanya saja perlu diingat bahwa terhindar dari rasa takut bukanlah berarti menceburkan diri ke dalam kubangan berbahaya dengan keberanian buta. Hal ini dikarenakan Allah SWT telah menganugerahkan akal dan kekuatan kepada manusia. Dengan pemberian akal dan kekuatan ini Allah SWT berkehendak agar manusia menggunakannya untuk melindungi diri dari segala macam bahaya. Sehingga dalam penggunaannya kita harus berusaha semaksimal mungkin, namun menyerahkan hasilnya hanya kepada Allah semata. Adanya kondisi ini manusia dapat terhindar dari rasa takut atau sebaliknya menerjang bahaya tanpa menggunakan akal dan kekuatan hanyalah akan merugikan diri sendiri.

mereka takut kepada Tuhan mereka yang di atas mereka dan melaksanakan apa yang diperintahkan (kepada mereka).
(surat An Nahl (16) ayat 50)

Untuk mempertegas tentang apa itu takut, mari kita perhatikan surat An Nahl (16) ayat 50 di atas ini, takut adalah ibadah hati yang diikuti dengan melaksanakan apa apa yang telah diperintahkan kepada mereka. Takut sebagai bentuk ibadah hati yang memiliki kedudukan agung dan mulia di dalam agama, bahkan mencakup seluruh ibadah. Takut adalah salah satu dari rukun ibadah dan merupakan syarat dari iman.Takut kepada Allah SWT juga merupakan salah satu bentuk amalan hati seorang hamba kepada RabbNya. Adalah satu hal yang sangat menyedihkan dan pantas menjadi renungan bagi kita semua bahwa masih banyak dari kita yang masih menyepelekan bahkan menganggap remeh amalan hati dibandingkan dengan amalan dzahir. Padahal amalan dzahir sangat tergantung kepada kualitas amalan hati. Semakin tinggi kualitas amalan hati maka makin berkualitas pula amalan dzahir.

Takut kepada Allah SWT bukanlah sebuah ketakutan yang merugikan. Melainkan ia adalah ibarat perisai yang akan melindungi manusia dari kubangan nerakanya sendiri, dari kobaran apinya sendiri semenjak di dunia ini. Dalam makna yang lain takut kepada Allah, tidak lain adalah menunjukkan pertanda cinta Allah kepada seorang hamba. Karena bukankah jika seorang hamba meluap rasa cinta kepada Allah, maka baginya tidak lagi terlihat baik syurga maupun neraka. Karena jika seorang hamba yang sangat mencintai dalam cinta Ilahi, ia tidak akan mungkin berbuat dosa. Demikian pula cintanya akan mampu mengalahkan ketakutannya, sehingga ia melayang, mengarungi samudra kehidupan dalam luapan cintanya kepada Allah SWT.

Agar ketakutan yang ada dalam diri sesuai dengan kehendak Allah SWT atau agar diri kita mampu hanya takut kepada Allah SWT semata (bukan takut kepada selainNya). Berikut ini akan kami kemukakan beberapa hal yang bisa kita lakukan agar takut termanajemeni dengan baik, yaitu:   

a.      Berdasarkan ketentuan surat Fushilat (41) ayat 30 dan 31 di bawah ini, ketakutan dalam diri akan sirna jika kita bertuhankan kepada Allah SWT semata, dikarenakan Allah SWT adalah pelindung diri kita dalam kehidupan dunia dan akhirat.

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan Kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, Maka Malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu".
kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta.
(surat Fushshilat (41) ayat 30 dan 31)

b.      Berdasarkan surat Thaahaa (20) ayat 46 di bawah ini, segala ketakutan, segala kekhawatiran, segala duka cita akan sirna dengan meyakini bahwa Allah SWT selalu bersama kita, sepanjang kita meyakini Allah SWT bersama kita.

Allah berfirman: "Janganlah kamu berdua khawatir, Sesungguhnya aku beserta kamu berdua, aku mendengar dan melihat".
(surat Thaahaa (20) ayat 46)

c.      Berdasarkan ketentuan surat An Nuur (24) ayat 52  di bawah ini, segala ketakutan akan sirna jika kita mentaati Allah SWT dan RasulNya yang pada akhirnya akan menghantarkan kita kepada kemenangan.

dan barang siapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, Maka mereka adalah orang- orang yang mendapat kemenangan[1046].
(surat An Nuur (24) ayat 52)

[1046] Yang dimaksud dengan takut kepada Allah ialah takut kepada Allah disebabkan dosa-dosa yang telah dikerjakannya, dan yang dimaksud dengan takwa ialah memelihara diri dari segala macam dosa-dosa yang mungkin terjadi.

d.     Berdasarkan ketentuan surat Al Jin (72) ayat 13 di bawah ini, ketakutan yang ada dalam diri akan sirna jika kita mengimani wahyu Allah SWT lalu menjadikan Al Qur’an menjadi tuntunan hidup.
dan Sesungguhnya Kami tatkala mendengar petunjuk (Al Quran), Kami beriman kepadanya. Barangsiapa beriman kepada Tuhannya, Maka ia tidak takut akan pengurangan pahala dan tidak (takut pula) akan penambahan dosa dan kesalahan.
(surat Al Jin (72) ayat 13)

e.      Berdasarkan ketentuan surat Yunus (10) ayat 62 di bawah ini, ketakutan, kekhwatiran akan hilang dalam diri jika kita mampu menjadikan Allah SWT sebagai wali kita saat di dunia ini.

Ingatlah, Sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
(surat Yunus (10) ayat 62)

f.       Berdasarkan ketentuan surat Al A’raaf (7) ayat 35 di bawah ini, segala bentuk ketakutan dan juga kekhawatiran akan hilang dalam diri jika kita mampu menjadi orang Taqwa yang beramal shaleh.

Hai anak-anak Adam, jika datang kepadamu Rasul-rasul daripada kamu yang menceritakan kepadamu ayat-ayat-Ku, Maka Barangsiapa yang bertakwa dan Mengadakan perbaikan, tidaklah ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
(surat Al A’raaf (7) ayat 35)


Rasa takut dalam diri tidak bisa kita biarkan begitu saja tanpa ada pengarahan dan pembelajaran. Agar rasa takut dalam diri bisa sesuai dengan kehendak Allah SWT maka rasa takut dalam diri harus dijaga, dirawat, dipelahara dari waktu ke waktu melalui hal hal sebagai berikut : (a) Mengingat betapa lemahnya kita dan betapa Allah SWT Maha Perkasa; (b) Memupuk rasa cinta kepada Allah SWT; (c) membayangkan Adzab Allah SWT yang sangatlah pedih; (d) Jangan pernah merasa aman dengan apa yang kita raih; (e) Jangan pernah putus asa. Setelah hal ini mampu kita lakukan dengan baik dan benar, berikut ini akan kami kemukakan beberapa inspirasi inspirasi yang dapat kita jadikan pelajaran, yang dapat kita jadikan pedoman, agar rasa takut yang ada di dalam diri selalu berada di dalam posisinya, sehingga kita bisa sukses menjadi khalifah yang sesuai dengan kehendakNya, yaitu:  

1.      Seperti apa engkau melihat dunia ini, seperti itulah engkau hidup. Jika kita melihat dunia ia hanya sebagai ladang mencari uang, maka pada tataran tertentu engkau akan mengalami fase tidak akan terpuaskan, yang mana hal ini adalah bahaya besar. Oleh karena itu manusia harus menjalani hidup ini dalam hakekat materi dan maknawi secara seiring sejalan dalam keselarasan, keserasian dan keseimbangan.

2.      Sumber keluhan kita tidak lain adalah karena kita tidak mau memperhatikan orang lain yang berada dalam keadaan yang lebih buruk dari apa yang kita alami. Oleh karena itu manusia harus hidup dalam kaidah bersyukurlah dengan apa saja keadaanmu.

3.      Barangsiapa yang memberi tempat dalam hidupmnya bagi Allah, maka ia tidak akan pernah mengalami masalah.

4.      Jika engkau menjadi sahabatnya Allah dengan sejatinya dan bukannya lisan semata, maka engkau akan mampu memiliki kemampuan luar biasa yang bahkan engkau sendiri tidak menyadarinya.

5.      Mendapatkan cintanya Allah SWT sebenarnya bukanlah hal yang sangat susah. Cukuplah dengan engkau menjalankan perintah dan menjauhi laranganNya. Dan semua ini bukanlah hal yang tidak mungkin dilakukan. Allah SWT tidak lah akan membebankan suatu ujian yang tidak mungkin sanggup dipikul oleh hambaNya.

6.      Sahabat Allah tidaklah akan pernah mengharapkan sesuatu dari segala selain Allah. Ia tidak juga mengeluhkan keadaannya kepada Allah, karena dia tahu sahabatnya setiap saat melihat, mendengar dan menyertainya.

7.      Janganlah sekali kali engkau berbuat dzalim meski sekecil apa pun! Satu kata yang tidak pantas pun bisa jadi telah menggerakkan Dzat yang menguasai alam ini, sehingga akan mengguyurkan bencana yang tidak terkira kepadamu. Oleh karena itu jadilah dirimu sebagai dirimu sendiri dan janganlah sekali kali menyakiti hati orang! Bisa jadi seorang yang engkau sakiti hatinya adalah seorang alim (waliyullah).

8.      Mendidik anak tidak mungkin hanya dengan melahirkan anak dan membiarkannya tumbuh dewasa, karena itu kelahiran seorang anak juga melahirkan tanggung jawab yang besar bagi kedua orang tuanya. Bukanlah melahirkan anak yang menjadi amalan mulia di sisi Allah SWT, melainkan menjaga anak agar terhindar dari haram dan mendidiknya menjadi orang yang dicintai oleh Allah SWT. Ingat, apa yang dimakan oleh orang tua sewaktu anak masih dalam kandungan pun dapat mempengaruhi anak yang akan lahir. Oleh karena itu orang tua haruslah jeli untuk menjaga diri dari memakan makanan yang haram.

9.      Hidup ini bukanlah masalah untuk diselesaikan, melainkan perjalanan yang penuh teka teki yang harus diikuti.

10.  Cinta kepada Allah sungguh sedemikian dahsyatnya, sehingga seseorang yang benar benar jatuh cinta kepadaNya, meski secara wujud ia bersama sama dengan manusia, namun hatinya sesaatpun tidak akan pernah berpisah dariNya. Betapa mulianya orang yang bisa menapaki maqam ini.

11.  Jika engkau ingin menjadi orang yang berharga di hati orang dan sehingga menjadi berharga pula di sisi Allah SWT, maka sukalah menjamu sesama. Namun hal ini bukanlah untuk maqam dan ketenaran, melainkan lakukanlah semata mata untuk ridha Allah SWT. Sehingga salah satu maqam yang paling agung di sisi Allah SWT akan menjadi milikmu.

12.  Contoh paling mulia sebagai seorang pemimpin yang adil setelah Rasulullah SAW adalah sahabat Umar ra, karena dialah seorang khalifah yang selalu merasa pedih dengan kepedihan rakyatnya. Seorang khalifah yang turun ke warga untuk membantu setiap orang fakir yang membutuhkan perlindungannya. Sungguh betapa mulia para pemimpin yang turun ke warga untuk membantu mereka sebagaimana yang dilakukan oleh khalifah Umar ra.

13.  Ketahuilah bahwa kehidupan dunia ini adalah sama dengan sihir, penuh dengan kebohongan dan keindahan yang nisbi. Sehingga kebanyakan manusia jatuh cinta pada dunia yang nampak begitu cantik di balik topengnya tanpa mengetahui apa sejatinya. Sehingga kebanyakan manusia mendapati dirinya jauh dari cinta ilahi yang hakiki. Jika engkau adalah orang yang jeli, maka engkaupun akan menangkap wajah dunia yang tersembunyi di balik topengnya. Sehingga engkau pun akan mengarahkan dirimu untuk mendapat cinta ilahi yang hakiki.

14.  Sahabat yang sejati adalah seorang yang melaksanakan apa yang diinginkan oleh sahabatnya tanpa sedikitpun menimbang nimbangnya. Ia menerima dan melaksanakan apa adanya segala yang datang dari sahabatnya.

15.  Bersikap rendah hati adalah sangat terpuji, hanya saja rendah hati juga ada sisi berbahayanya, yaitu berbangga diri dengan telah bersikap rendah hati.

16.  Manusia melakukan banyak hal, baik maupun jelek, yang membedakannya hanya niat dalam hati yang terdalam. Bisa saja manusia memberitahukannya, merahasiakannya, maupun mengingkarinya, namun tentang niat di hati yang terdalam hanya Allah SWT yang tahu. Jika manusia melakukan perbuatan baik namun hanya untuk mendapatkan simpati orang, juga Allah sendiri yang tahu. Allah juga tahu semua perbuatannya yang dilakukan semata mata hanya untuk mengaharapkan ridhaNya, meski sekecil apapun. Pahalanya juga setimpal dengannya.

17.  Sepanjang engkau tidak berani berdiri tegak di hadapan musuh, orang yang engkau keluhkan, lalu apalah artinya engkau mengeluhkannya.

18.  Setiap apa yang engkau dapatkan di dunia ini tidak lain adalah sebuah amanah. Janganlah engkau menyombongkan diri dengan mengira seolah engkau sendiri yang mendapatkannya. Karena Allah SWT yang memberikan kesehatan dan kekuatan kepadamu untuk mendapatkannya. Demikian tidak satu hal sekecil apapun yang menjadi milikmu, melainkan Allah lah Yang Maha menguasai segalanya. Oleh karena itu, jika dalam kehidupan ini engkau mendapatkan nikmatNya, maka sungguh itu adalah semata mata karena anugerah dariNya. Maka dari itu tunaikanlah kewajibanmu dalam menjaga amanah itu. Janganlah sekali kali engkau bersombong diri dengan harta benda, pangkat dan kedudukan. Karena Dzat yang telah memberikannya kepadamu bisa saja jadi akan mengambilnya kembali. Jika Ia tidak mengambilnya kembali pun pastilah di akhir kehidupan ini engkau akan mati dengan meninggalkan semua itu di dunia ini.

19.  Segala apa yang ada di dunia ini tidaklah akan bertahan untuk selama lamanya. Seorang pemuda di hari ini, esok akan menjadi tua. Seorang yang fakir di hari ini, esok bisa jadi kaya. Seorang yang kaya di hari ini, juga bisa jadi esok menjadi fakir. Karena itu janganlah engkau mengikatkan diri pada segala apapun di dunia ini. Dan jika engkau ingin bersandar, menambatkan keyakinan, maka tambatkanlah keyakinanmu hanya kepada Allah SWT dan berusaha agar apa yang ada di tanganmu tidak lenyap, sirna, lalu berusaha dengan berdoa dan bersyukur.

20.  Seorang yang matang jiwanya bagaikan tanaman padi berisi yang sudah menua, ia akan selalu tertunduk dalam baratnya bulir padi, sedangkan orang yang masih mentah jiwanya akan tegak dengan keangkuhan. Terlebih para hamba kekasih Allah, pada mereka tidak terdapat kesombongan barang sebercak pun. Sungguh semain orang tidak memandang dirinya lebih tinggi, semakin ia rendah hati semakin pula ia mencapai ketinggian dan kebesaran yang sejati.

21.  Datangnya hari penghisaban atas semua amal dan harta yang dimiliki bukanlah sesuatu yang bisa dianggap mudah. Jika setiap langkah kaki akan ditanya, maka janganlah lupa jika seluruh harta benda yang engkau miliki juga akan ditanya!

22.  Jangalah sekali kali engkau memandang rendah orang yang kelihatannya lusuh, karena banyak di balik puing puing terdapat harta karun yang sangat berharga. Tentu saja barang sipa yang masih memiliki hari akan sadar diri saat diingatkan.

23.  Jamulah sehabatmu demi mendapatkan ridha Allah SWT. Sungguh seorang sahabat adalah sangat berharga, namun Allah jauh lebih berharga dari segalanya. Oleh karena itu bersahabatlah dengan siapa saja tanpa engkau melupakan sahabatmu yang sejati.

24.  Jika saja kita bisa memahami kekuatan bersabar dan berdoa, bisa jadi kening kita tidak akan terangkat dari bersujud dan lidah kita tiada akan berhenti dari berdoa.

25.  Jika engkau ingin didoakan dan dikenang setelah kematianmu, maka berdoalah kepada orang orang yang telah meninggal terlebih dahulu, bacalah shalawat sejak sekarang. Sungguh engkau tidak tahu jika amalanmu itu di alam ghaib akan menjadi cahaya sehingga dengannya banyak orang yang akan menjadi bahagia.

26.  Terkadang seseorang mengadakan perjalanan baik secara fisik maupun maknawi. Saat itu niatkanlah untuk mencari kebaikan. Niat dengan tulus, dengan hati yang bersih, sehingga entah sampai ke mana arah perjalananmu insya Allah bisa menjadi perantara bagi kebaikan. Demikian pula para alim juga terkadang mengadakan suatu perjalanan, cepat atau lambat mereka juga akan tahu hikmah dari perjalanannya.

Rasa takut kepada Allah SWT akan menjadi sistem kontrol otomatis yang akan mencegah kita untuk berbuat dosa, karena tidak ada polisi yang akan selalu mengawasi, maka rasa takut inilah yang akan menjadi penegur diri kita. Dalam hal ini jika saja seorang melanggar hati nuraninya, melanggar ajaran agama, melanggar kode etik kehidupan dan akhlak mulia, maka sesungguhnya hanya dirinya yang akan merugi. Meski manusia menyangka telah memberi kerugian kepada orang lain, namun sejatinya ia telah menyiapkan sendiri api nerakanya semenjak di dunia ini untuk keperluan membakar kita di neraka.

“Tidak ada seorangpun di dunia ini yang hidup tanpa masalah, kalaulah ada maka ia bukanlah seorang manusia”
(Sadi’i Syirazi)

Perlu diingat bahwa jika tidak ada sesuatu yang bersifat abnormal, maka setiap manusia yang normal yang dilahirkan ke dunia dalam keadaan seimbang, dalam tataran yang sama satu sama lainnya. Semua orang akan memandang pohon mangga sebagai pohon mangga, seekor burung sebagai seekor burung, awan sebagai awan. Sama dalam menangkap suara, dalam melihat warna, dan dalam menyentuh benda serta dalam cara berfikirnya. Sepanjang Allah SWT ada maka segala permasalahan pasti akan terpercahkan, segala kesusahan pasti terselesaikan, jadi kenapa harus takut menghadapi hidup. Demikian bagi seseorang yang telah mempercayakan dirinya kepada Allah SWT maka padanya sama sekali tidak pernah merasa khawatir, takut, resah, gelisah dan juga galau, yang ada bahagia, bahagia dan bahagia.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar