Setiap manusia lahir dengan bentuk
tubuh yang sama; memiliki modal dasar yang sama (dalam hal ini jasmani, ruhani,
amanah yang 7, hubbul yang 7 serta telah disiapkan adanya diinul islam); berjalan di muka bumi dan hidup dalam batas
ruang serta waktu tertentu, yang kami istilahkan dengan subuh adalah kelahiran
dan akan menuju isya kematian. Makhluk makhluk hidup yang lain pun memiliki
kesamaan pada sisi ini (yaitu ruang dan waktu).
Namun, hakikat kelahiran setiap manusia
adalah kemampuan meninggalkan jejak kehidupan yang mendalam di muka bumi ini.Kehidupan
seorang manusia takkan berarti atau tidak akan meninggalkan jejak yang kuat
serta pengaruh yang besar, kecuali bila orang tersebut memiliki jiwa
yang kuat, akal yang cerdas, tekad yang membaja, dan kemauan yang tak lekang
dikikis waktu, yang di dukung oleh tahu diri, tahu aturan, dan tahu tujuan
akhir.
Pada saat itulah, ia akan lahir
menjadi manusia besar yang pernah hadir di dunia. Apakah kita mampu seperti
ini? Semoga di sisa hidup yang kita miliki kita mampu memiliki karya nyata yang
bisa dinikmati oleh generasi yang hadir di kemudian hari.
Agar diri kita mampu sesuai dengan
kehendak Allah SWT selaku pemilik dan pencipta dari rencana besar kekhalifahan
di muka bumi. Ada beberapa faktor, unsur, dan kunci sukses tentang hakikat
kelahiran manusia yang harus kita ketahui, kita miliki dan kita amalkan, sebagaimana
dikemukakan oleh Prof. Dr, Taufiq Yusuf Al Wa’iy dalam bukunya “Iman Membangkitkan Kekuatan Terpendam.”
Adapun yang dimaksud dengan faktor, unsur, dan kunci sukses dimaksud adalah
sebagai berikut:
A.
ADANYA FAKTOR KEKUATAN IMAN
Di dalam kekuatan iman, ada faktor
keteguhan untuk tetap berada di atas kebenaran. Tidak hanya itu, kekuatan iman
pun mampu melahirkan pembela pembela kebenaran. Allah SWT berfirman:
Maka
berpegang teguhlah kamu kepada agama yang telah diwahyukan kepadamu.
Sesungguhnya kamu berada di atas jalan yang lurus. (surat Az Zukhruf (43) ayat
43)
Inilah kekuatan yang mewariskan
kesabaran untuk menghadapi berbagai macam krisis sampai datangannya kemenangan.
Allah SWT berfirman:
Hai
orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan
tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah,
supaya kamu beruntung.
(surat
Ali Imran (3) ayat 200)
Ingat, perbedaan kedudukan setiap
makhluk di sisi Allah SWT, di dunia dan di akhirat, tidak lebih daripada adanya
perbedaan terhadap dua hal yang selama ini menjadi pujian Allah atas para
NabiNya dengan firmanNya.
dan
ingatlah hamba-hanmba Kami: Ibrahim, Ishaq dan Ya'qub yang mempunyai
perbuatan-perbuatan yang besar dan ilmu-ilmu yang tinggi. (surat Shaad (38)
ayat 45)
Yang dimaksud dengan Al Aydi pada ayat
di atas ialah kekuatan dalam menjalankan kebenaran. Dan Al Abshar adalah
bashirah dalam agama atau kesempurnaan pengetahuan terhadap kebenaran dan
kesempurnaan dalam menjalankannya.
Adapun manusia sebagai makhluk Allah,
maka mereka terbagi dalam empat kelompok dengan kekuatam dan bashirah yang
berbeda beda, yaitu:
a. Manusia yang memiliki bashirah dan
kekuatan sebagaimana yang dijelaskan di atas, bahwa mereka adalah para Nabi
dengan kedudukan yang paling mulia di sisiNya.
b. Kebalikan dari kelompok manusia
diatas, atau mereka yang tidak memiliki bashirah dalam iman mereka, dan juga
tidak memiliki kekuatan untuk merealisasikan kebenaran. Inilah kelompok manusia
dengan jumlah yang paling besar; pandangan mereka hanya sebatas pandangan mata,
semangat yang lemah, dan hati yang sakit. Kehadiran mereka hanya mempersempit
ruang hidup ini dan membuat harga harga kebutuhan melambung tinggi. Tak ada
manfaat dari kebersamaan mereka, kecuali cela dan kehinaan.
c. Mereka yang memiliki bashirah terhadap
petunjuk dan kebenaran dan mengetahuinya dengan baik, namum mereka lemah dan
tidak memiliki kekuatan untuk merealisasikan nya. Mereka juga tidak
menyerukannya di hadapan manusia. Ini adalah kondisi seorang mukmin yang lemah
imannya. Padahal mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah
daripada mukmin yang lemah.
d. Kelompok manusia yang memiliki
kekuatan, tekad dan kemauan besar, tapi memiliki bashirah yang lemah dalam
keimanan. Ia tak mampu membedakan antara wali Allah dan wali syaitan, tapi
senantiasa menganggap bahwa semua yang hitam itu adalh kurma dan yang putih
adalah lemak, sebagaimana ia beranggapan bahwa sesuatu yang bengkak pada tubuh
manusia adalah lemak dan mengganggap bahwa obat yang bermanfaat untuk kesehatan
itu adalah racun semata.
Dari keempat kelompok tersebut, tak
ada satu pun yang layak diangkat sebagai pemimpun dalam agama ini, kecuali
mereka yang berada dalam kelompok pertama, sebagaimana firmanNya:
dan
Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk
dengan perintah Kami ketika mereka sabar[1195]. dan adalah mereka meyakini
ayat-ayat kami.
(surat
As Sajdah (32) ayat 24)
[1195] Yang dimaksud
dengan sabar ialah sabar dalam menegakkan kebenaran.
Maka, barangsiapa yang memiliki dua
unsur kekuatan ini: Bashirah dan tekad dalam dirinya, niscaya ia akan istiqamah
di atas jalannya menuju Allah. Ia kerahkan segala kemampuannya, agar semakin
kuat menghadapi segala tantangan dan rintangan melalui pertolongan Allah.
B.
KEKUATAN TEMPATNYA DI DALAM HATI.
Kekuatan adalah kerja hati dan tak ada
sesuatu pun yang dapat menguasai hati seorang manusia setelah Allah yang
menguasai pemiliknya. Sebagaimana burung burung terbang tinggi di angkasa
dengan kepakan dua sayapnya, demikian pula manusia yang terbang menuju
ketinggian dengan tekad dan cita citanya, bebas dari belenggu yang mengikat
tubuhnya.
Demikianlah
(perintah Allah). dan Barangsiapa mengagungkan syi'ar-syi'ar Allah[990], Maka
Sesungguhnya itu timbul dari Ketakwaan hati.
(surat
Al Hajj (22) ayat 32)
[990] Syi'ar Allah
Ialah: segala amalan yang dilakukan dalam rangka ibadat haji dan tempat-tempat
mengerjakannya.
Daging-daging
unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah,
tetapi Ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah
menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya
kepada kamu. dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.
(surat
Al Hajj (22) ayat 37)
Rasulullah SAW pun bersabda, “Ketaqwaan
itu ada di sini (sambil menunjuk dada beliau).” Maka, orang yang cerdas melintasi jalan yang
panjang disertai dengan semangat, kemauan yang kuat, cita cita yang tinggi,
tujuan yang murni dan niat yang ikhlas. Namun, ada juga orang yang malas
melintas jalan itu dengan penuh kelelahan, amal yang sangat sedikit, dan
perjalanan yang teramat berat. Mereka tidak tahu bahwa dengan tekad yang
membaja dan cinta yang mendalam, kesulitan itu dapat disingkirkan dan
perjalanan menjadi mudah dilalui. Melangkah maju menuju Allah hanya dapat
dilakukan bila disertai dengan kemauan yang kuat, kejujuran dan ambisi.
Seseorang yang memiliki ambisi dan
kemauan kuat dapat menyusul orang yang terus bekerja tanpa ambisi dan kemauan
yang kuat. Namun, jika ia memiliki ambisi dan kemauan, tentu ia akan lebih maju
karena kedua sifat tersebut; ambisi dan kerja keras. Dan inilah yang disebut
dengan ibadah ikhsan.
C.
HATI YANG HIDUP DENGAN ILMU DAN TEKAD.
Lemahnya keinginan atau
kemauan merupakan tanda melemahnya kehidupan hati. Ketika hati menyempurnakan
kehidupannya, kemauan, kehendak, dan cintanya pun akan menguat. Kehendak dan
cinta akan selalu mengikuti jiwa yang memerintahkan untuk tunduk pada kehendak
yang dicintainya dan menyelamatkan hati dari ketergelinciran yang menjadi
penghalang antara dirinya dan segala kehendak serta keinginannya.Lemahnya
keinginan dan terputusnya ambisi dapat disebabkan oleh lemahnya jiwa dan
perasaan, atau juga karena adanya hantaman keterpurukan yang menimpa kehidupan
ini. Maka, kekuatan jiwa dan kehendak adalah tanda kekuatan bagi kehidupan,
sebagaimana kelemahannya adalah isyarat kelemahan jiwa dan kehendak.
Tingginya cita cita,
kehendak yang jujur dan keinginan untuk mencapai batas kesempurnaan hidup
adalah faktor faktor yang dapat membawa kita meraih kenikmatan dan kesempurnaan
hidup. Semua itu hanya akan dicapai dengan cita cita dan kehendak yang tinggi,
serta cinta yang jujur dan keinginan yang tulus. Sedangkan mereka yang terpuruk
dalam kehidupannya adalah manusia yang juga terpuruk cita cita dan kehendaknya
serta cinta dan keinginan yang lemah. Bahkan terkadang kehidupan binatang lebih
baik daripada kehidupan mereka sebagai manusia.
D.
ISLAM MENCIPTAKAN KEKUATAN JIWA DALAM
DIRI SETIAP MUKMIN
Berikut ini akan kami
kemukakan beberapa hadits yang menunjukkan betapa ajaran Islam menciptakan
kekuatan jiwa dalam diri setiap mukmin. Hal ini akan terlihat jelas melalui
hadits hadits di bawah ini.
Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa
yang hendak melakukan kebaikan lalu ia tidak mengerjakannya, maka Allah
mencatat untuknya satu kebaikan yang sempurna.” (Hadits Riwayat Bukhari)
“Barangsiapa yang meminta syahadah
(mati syahid) kepada Allah dengan hati yang jujur, niscaya Allah akan menempatkannya
dalam derajat orang orang yang mati syahid, walaupun ia mati di atas kasurnya.”
(Hadits Riwayat Muslim, Abu Dawud, An
Nassa’i, dan Ibnu Majah)
Sabda beliau tentang orang orang yang
mempersiapkan dirinya untuk berjihad, lalu menemui kematiannya sebelum memasuki
gelanggang jihad “Allah telah memberinya
pahala (mati syahid) sesuai dengan niatnya”. (Hadits Riwayat Imam Ahmad, An Nassa’i, Ibnu Hibban, dan Al Hakim)
Selain daripada itu, Sabda beliau
tentang orang orang yang tidak dapat ikut dalam perang Tabuk sedangkan mereka
sangat ingin turut serta di dalamnya, “Sesungguhnya,
di Madinah ada beberapa lelaki yang biasa hadir bersama kalian menempuh jalan
yang panjang, melintasi bukit, dan lembah. Namun, saat ini, mereka terhalang
oleh sesuatu.” (Muttafaq’Alaihi)
Sabda beliau, “Tidak seorangpun yang berkehendak melaksanakan Qiyamullail, namun ia
tidak melakukannya karena tertidur, kecuali Allah telah mencatat untuknya
pahala shalatnya, karena tidurnya saat itu disertai dengan niatnya yang tulus.” (Hadits Riwayat An Nassa’i dan Abu Dawud).
Rasulullah SAW menegaskan bahwa orang itu akan mendapatkan pahala bukan
karena ia melaksanakan Qiyamullail, tetapi karena pada saat ia terlelap di atas
kasurnya hingga fajar menyingsing, ia melaluinya dengan tekad yang tinggi, hati
yang bersih, keyakinan yang kokoh, dan keikhlasan kepada Allah untuk
melaksanakan shalat tahajjud.
Seorang mukmin juga akan
melebihi derajat mukmin lainnya karena tekad dan ketinggian cita citanya,
sebagaimana yang dijelaskan oleh Rasulullah SAW dalam sabdanya, “Satu dirham ini telah melampaui seratus ribu
dirham.” Para sahabat bertanya, “Bagaimana mungkin itu terjadi, ya Rasulullah,
satu dirham melampaui seratus ribu dirham?” Beliau berkata, “Orang ini hanya
memiliki 2 dirham, ia pun mengambil 1 dirham dan menginfakkannya. Sementara
yang lain memiliki harta yang melimpah ruah, dan ia hanya menginfakkan seratus ribu
dirham.” (Hadits Riwayat Ahmad, An
Nassa’i, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, dan Al Hakim)
E.
KEPUASAN SEORANG MUKMIN YANG BERCITA
CITA TINGGI.
Seorang mukmin yang
memiliki keinginan dan cita cita yang tinggi, tidak akan menghasilkan karya
yang kecil. Ia tidak akan puas dengan perkara yang kecil. Ia suka menangani
masalah masalah besar dalam kehidupannya. Mereka yang memiliki tekad dan cita cita
yang tinggi mengetahui dengan baik, bahwa apabila ia tidak mampu memberi
manfaat kepada orang orang yang hidup di dunia ini, ia tidak berarti apa apa
bagi orang lain. Itulah yang membuat dirinya tidak pernah rela berada
di pinggiran sejarah kemanusiaan. Ia harus berada di dalam salah satu inti
kekuatan yang membawa pengaruh dan meninggalkan jejak mendalam bagi generasi
sesudahnya.
Pemilik cita cita yang
tinggi adalah sekelompok manusia yang ketika orang lain melihat kemustahilan
pada suatu masalah, maka tekad dan kemauannya semakin tajam dan menguat untuk
menaklukkannya. Dengan taufik dan karunia Allah, ia pun akan menghasilkan apa yang telah dihasilkan oleh mereka yang
memiliki kehendak yang kuat dan cita cita yang tinggi. Dengan bertawakkal
kepada Allah, ia juga senantiasa berusaha untuk menaklukkan segala kesulitan
dan tantangan yang menghadang langkah kakinya, tanpa harus tergantung kepada
siapapun.
Orang yang memiliki cita
cita yang tinggi akan berjalan menuju puncak keimanan, tidak pernah tinggal
diam dan tidak pernah berpasrah diri atas kenyataan yang ia hadapi. Ketahilah bahwa ‘Berpuas diri dengan apa yang
telah diraih adalah wujud kehinaan diri’. “Jadilah seorang lelaki yang tapak kakinya
berpijak di atas tanah, namun obsesi dan cita citanya menggantung tinggi di
atas bintang kejora.” Apabila setiap orang membayangkan dirinya mampu
naik ke atas langit biru, maka keburukannya yang paling besar adalah ketika ia
rela berada di bumi.
Perilaku paling buruk
yang ada dalam diri seseorang adalah kebiasaan bertaklid. Seseorang yang
taklid, jika tekadnya semakin kuat, perilaku itu akan menguat sehingga ia tidak
bersedia diingatkan oleh orang yang dianggap berbeda dengannya. Sebab,
seseorang yang telak taklid buta akan selalu mengikuti setiap langkah orang
yang ia taklid, tanpa mau mengetahui kemana ia akan dibawa.
Untuk itu ketahuilah
bahwa Anda saat ini tengah berada di atas gelanggang kompetisi sementara waktu
yang Anda miliki berputar dengan sangat cepat. Orang yang malas tidak akan
mendapatkan apapun darinya, dan keutamaan yang ada di dalamnya hanya akan
diraih dengan kesungguhan dan kemauan.
F.
KUATNYA TEKAD DAN CITA CITA ADALAH
BUKTI KEKUATAN IMAN.
Besarnya obsesi keimanan akan membuat
seseorang berlari menuju kemuliaan, tanpa bosan dan jemu, serta tidak berputus
asa (adakah manusia yang berputus asa dari rahmat Allah kecuali orang yang
dzalim?) Manusia terbaik hanya melakukan karya yang agung. Ketinggian cita
citanya menyamai sebuah generasi. Mereka adalah logam mulia atau nyala api yang
selalu membara yang sulit ditandingi. Mereka seperti orang orang yang
disabdakan oleh Rasulullah SAW, “Kalian
akan menemukan sekelompok manusia bagaikan kumpulan seratus unta, yang takkan
ditemukan saru diantaranya sebagai rahilah (lebih unggul dari yang lain),” (Hadits Riwayat Muslim)
Umat ini sesungguhnya, telah merasakan
adanya jejak keimanan dalam diri orang orang jujur dengan kekuatan tekad dan
cita citanya. Kemudian, mereka semakin mendalam jejak keimanan itu dengan cara
cara tertentu, sehingga dapat diberikan kepada pribadi pribadi muslim lainnya
sebagai energi kekuatan dalam menempuh perjalanan kehidupannya. Setelah mereka
menyaksikan bahwa orang orang yang tidak memiliki keimanan pada hakikatnya
adalah manusia yang hilang dalam kehidupannya. Ia bahkan dapat menghancurkannya
dan menghancurkan dirinya sendiri. Oleh karena itu, manusia sesuai dengan apa
yang ia yakini.
Seorang pakar pengembangan kepribadian
yang cukup ternama, Anthony Robinz berkata, “Sesungguhnya, setiap kita kerap
bertanya apakah iman (keyakinan) itu sebuah idelologi (akidah) ataukah sebuah
ajaran?”.Sesungguhnya, iman itu dapat berbentuk prinsip, ideologi, atau perasaan
terbimbing yang dapat memberikan setiap orang makna kehidupan dan
mengarahkannya. Iman itu sesungguhnya adalah sesuatu yang telah
dipilihkan untuk manusia sejak dahulu dan sebagai aturan untuk memandang dunia
ini. Ia bagaikan pemimpin bagi otak kita. Ketika kita percaya kebenaran sesuatu
melalui cara pandang yang harmonis, maka ia akan menghantarkan sebuah isyarat
tertentu ke dalam otak kita dan memberitahukannya bagaimana merepresentasikan
apa yang terjadi itu.
Jhon Stewart Mill juga pernah berkata,
“Seseorang yang memiliki keimanan (keyakinan) dalam dirinya mempuanyai kekuatan
ganda yang setara dengan kekuatan 99 orang yang tidak beriman. Keimanan akan
segera membawa instruksi yang Anda terima menuju sel sel syaraf Anda. Ketika
Anda mengimani adanya kebenaran pada sesuatu, maka pada saat itu Anda akan
berada pada sikap mempercayai dengan sebenar benarnya. Bila Anda mampu
berinteraksi dengan keimanan ini secara efektif, maka kemungkinan besar Anda
akan memiliki kekuatan untuk menciptakan kebaikan dalam kehidupan Anda
Sepanjang sejarahnya, agama agama yang
ada di muka bumi ini telah meniupkan kekuatan kepada jutaan pengikutnya. Agama
memberi mereka kemampuan untuk melakukan sesuatu yang selama ini mereka duga
takkan sanggup melakukannya. Imanlah yag membantu kita mengeksplorasi seluruh
potensi yang kita miliki yang selama ini terpendam dalam diri kita. Dialah yang
menciptakan dan mengarahkan kemampuan ini untuk meraih hasil yang kita
harapkan.
Iman ibarat peta atau kompas yang
dapat mengarahkan kita menuju tujuan. Dialah yang melahirkan dalam diri kita
kepercayaan untuk sampai pada sasaran yang diinginkan. Bila seseorang tidak
mampu menghadirkan keimanan dalam dirinya, niscaya ia akan menjadi sosok
manusia yang tidak berdaya, bagaikan seorang tukang sampan yang tidak memiliki
dayung. Adanya keyakinan yang kuat dan dapat membimbing, akan memberi Anda
kemampuan untuk berbuat dan berkarya di dunia ini, sebagaimana keimanan akan
membantu Anda memandang apa yang Anda inginkan dan memberi Anda semangat kerja untuk mencapainya.
Orang orang yang berimanlah yang
mengubah alur sejarah dan mereka pula yang mengubah keyakinan dan perilaku
kita. Oleh karena itu, langkah pertama yang harus kita lakukan ialah mengubah
keyakinan kita, agar dapat meraih kemajuan dan mengadopsi keyakinan orang orang
yang berhasil meraih sukses dalam usaha dan kerja mereka. Dan ketika
pengetahuan kita tentang perilaku manusia semakin bertambah, maka pengetahuan
kita tentang pengaruh tidak lazim yang ditimbulkan oleh iman terhadap kehidupan
kita, juga akan bertambah. Akan tetapi, yang jelas, dalam batasan psikologi,
keyakinan keyakinan tersebut berhasil menguasai apa yang selama ini menjadi
kenyataan.
Belum lama ini, telah dilakukan
penelitian terhadap seorang wanita yang terguncang jiwanya. Hal ini terjadi
karena dia menganggap dirinya terkena penyakit gula. Padahal, kadar gula dalam
darahnya biasa saja. Ketika dia meyakini bahwa dirinya terkena penyakit gula,
secara psikologis, dia merasakan adanya perubahan dalam dirinya, dan merasa
benar benar terkena penyakit tersebut. Anggapan itulah yang menyebabkan
keyakinan seseorang terhadap sesuatu menjadi riil atau nyata.
Selain daripada itu, berdasarkan
penelitian Andrew Will dapat diketahui bahwa para pecandu narkoba mendapat
pengaruh sangat besar, sesuai dengan apa yang mereka duga selama ini. Peneliti
ini berhasil menenangkan salah seorang pecandu dengan cara memberikan vitamin,
dan yang lain merasakan kegelisahan, ketika mereka diberikan paraftiorit. Pada
akhir penjelasannya, Dokter Will berkata, “Sihir
narkotika itu sesungguhnya, terletak dalam otak orang yang mengkonsumsinya dan
tidak tersimpan dalam obat obatan itu.”
Dalam kondisi seperti ini, iman
merupakan satu satunya unsure yang memiliki pengaruh sangat besar terhadap
setiap orang yang memilikinya. Dengan segala kekuatan yang bersumber dari
keimanan, tidak ada satu kekuatan pun yang mampu memberikan hasil dari proses
yang serupa.
Iman adalah situasi jiwa, atau
representasi internal yang menentukan perilaku setiap manusia. Kita juga dapat
mengatakan bahwa iman menyebabkan lahirnya kekuatan untuk melakukan sesuatu
yang tidak mungkin menjadi mungkin. Iman adalah ketika Anda yakin bahwa Anda
akan meraih sukses pada satu bidang tertentu,
atau ketika Anda yakin mampu merealisasikan sesuatu, maka Anda akan
meraih dan mampu mewujudkannya.
Selain daripada itu, iman juga dapat
menjadi pendorong munculnya ketidakberdayaan, kegagalan, dan ketidakmampuan
mencapai tujuan yang dikehendaki, atau menampakkan gambaran kelemahan kita,
yang tidak dapat ditaklukkan, karena sangat kuat. Jika Anda yakin bahwa Anda
mampu meraih sukses, niscaya Anda akan memiliki kemampuan untuk
merealisasikannya, dan juka Anda yakin bahwa Anda akan gagal, maka pesan ini
pun akan membawa Anda kepada kegagalan.
Kesalahan terbesar yang dilakukan
manusia dalam memahami keimanan adalah keyakinan bahwa iman hanyalah kumpulan pemahaman
dan pemikiran yang kaku, tidak terkait dengan amal, tindakan, dan aktivitas.
Pemahaman seperti ini tentu saja bertolak belakang dengan hakekat Islam.
Padahal, iman adalah pintu yang mengantarkan Anda pada keunggulan, karena iman
takkan mati, walau berhubungan dengan sesuatu yang kaku dan beku.Iman dapat
menakar kadar kemampuan yang dapat kita manfaatkan. Imanlah yang membuat
pikiran kita terus bergerak atau menghentikannya.
Sesungguhnya,
orang orang yang ingin mencapai sesuatu, maka mereka melakukan itu dengan
keimanan yang memberinya kekuatan untuk mencapainya.”
(Virr
Gill)
Sekali lagi, apakah sesungguhnya,
keyakinan itu? Keyakinan adalah arahan bagi pemahaman kita, yang telah tertata
dan ada sejak dahulu. Keyakinanlah yang
menentukan jalinan hubungan kita dengan diri kita sendiri secara terus menerus.
Lalu, dari manakah datangnya keyakinan? Mengapa sebagian orang memiliki
keyakinan yang dapat mendorong mereka mencapai tangga sukses, sementara yang
lain memiliki keyakinan namun mengantarkan mereka kepada kegagalan?
Sebelum kita berbicara tentang
keyakinan yang mengantarkan kita pada kesuksesan, bagian pertama yang paling
kita butuhkan di sini adalah mengetahui sumber keyakinan tersebut. “Bagian
tertinggi keyakinan itu ialah kepada Risalah Rabbaniyyah yang tidak pernah
didatangi oleh kebatilan dari depan dan dari belakang. Dia adalah undang undang
kebahagiaan yang hakiki.”
G.
SUMBER SUMBER YANG MENCIPTAKAN
KEBERHASILAN ATAU KEGAGALAN.
Berikut ini akan kami kemukakan
beberapa sumber sumber atau sebab yang menciptakan keberhasilan atau kegagalan
seseorang di dalam menggapai tekad keimanan yang sudah ada dihadapan dirinya
sendiri, yaitu:
1.
Sumber pertama adalah Lingkungan.
Lingkungan merupakan tempat atau
lingkungan social dimana lingkaran kegagalan berputar di dalamnya dan
melahirkan kegagalan, atau kesuksesan yang berputar di dalamnya dan melahirkan
kesuksesan yang tanpa henti. Keterpurukan dan kegagalan bukanlah dua sumber
kehinaaan yang hakiki dalam kehidupan orang orang miskin dan fakir, karena
sebagian orang dapat menaklukkannya. Mimpi buruk yang sesungguhnya, terletak
pada kemampuan lingkungan mempengaruhi mimpi dan keyakinan Anda.
Apabila yang Anda saksikan di tengah
lingkungan adalah kegagalan dan keterpurukan, maka akan sulit bagi Anda untuk
menciptakan dalam diri Anda sebuah eksperimen internal yang dapat membawa Anda
kepada keberhasilan. Sebab, mencontoh atau meniru merupakan aktifitas yang kita
lakukan sepanjang waktu. Namun apabila Anda tumbuh dan berkembang di tengah
lingkungan yang mengarahkan Anda pada kesuksesan, maka akan menjadi mudah bagi
Anda meniru jejak kesuksesan dan keberhasilan itu. Akan tetapi bila Anda tumbuh
dan berkembang di tengah lingkungan yang sarat dengan ketakberdayaan, konsisi
ini akan membentuk kesan khusus dalam diri Anda, atas apa yang seharusnya Anda
dapat lakukan.
2.
Sumber kedua adalah adanya peristiwa
besar.
Bagi sebagian orang, sebuah peristiwa
dapat mengubah sikap dan cara pandang mereka terhadap dunia ini, termasuk
kepada diri kita sendiri. Selain itu, sebagian besar dari kita mengalami banyak
peristiwa yang takkan mungkin kita lupakan selama kita hidup. Ada satu
pengalaman yang mempunyai efek sangat besar terhadap diri kita dan melekat kuat
dalam ingatan. Pengalaman seperti inilah yang membentuk keyakinan sehingga
mampu mengubah kehidupan kita menjadi lebih baik lagi dari waktu ke waktu.
3.
Sumber ketiga adalah pengetahuan.
Pengetahuan merupakan bekal terbaik
yang dapat digunakan untuk menghancurkan rantai yang membelenggu lingkungan
kita, dan yang menghalangi tumbuhnya kemampuan serta potensi diri seseorang.
Walaupun pengetahuan yang dapat diambil dari sekitar Anda kurang dan tidak
berkualitas, tetapi dengan membaca hasil karya dan pengalaman sukses orang
lain, Anda akan mampu menumbuhkan keyakinan dalam diri, yang akan mengantarkan
Anda pada kesuksesan.
Ajaran Islam senantiasa memotivasi
kita untuk menuntut ilmu dan menjadikannya sebagai setiap kewajiban bagi setiap
muslim dan muslimah, serta menjadikannya sebagai jalan menuju syurga.
Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang pergi menuntut ilmu,
niscaya Allah memudahkan baginya jalan menuju syurga”.
Ingat, “ketika engkau membaca sesuatu,
engkau akan mendapatkan sesuatu yang baru.” Dan juga “Makanan
bisa saja engkau tinggalkan, tapi jangan biarkan kesempatan membaca itu berlalu
darimu”. Dengan demikian, berusahalan agar Anda selalu memberi gizi
yang cukup bagi akal Anda melalui proses membaca yang bukan sekedar hanya
membaca secara tersurat saja, akan tetapi kita harus mampu mengetahui apa yang
tersirat dan yang tersembunyi dari apa apa yang kita baca lalu kita
melaksanakan apa apa yan telah kita pelajari tersebut. Ibnu Qayyim Al Jauziyah
berkata, “Engkau takkan merasakan kebahagiaan dalam menuntut ilmu, kecuali dengan
pengorbananmu yang tulus, kejujuranmu dalam menuntutnya, dan niatmu yang ikhlas.”
Barangsiapa yang bercita cita ingin
menciptakan karya nyata yang besar lagi berumur panjang mampu dinikmati oleh
generasi yang dapat dikemudian hari, maka ia harus mendukungnya dengan rasa
cinta terhadap cara yang diajarkan oleh Agama ini, yaitu kebahagiaan. Walaupun
awalnya jalan yang dilalui tidak pernah lepas dari rintangan, tantangan,
gangguan dan permusuhan. Ayo segera berbuat, sekarang juga sebelum semuanya
berakhir. Jangan pernah menunggu untuk berkarya nyata karena waktu tidak
menunggu diri kita untuk berbuat dan berkarya nyata.
4.
Sumber keempat adalah pengalaman.
Pengalaman bukanlah guru
yang terbaik bagi kehidupan kita, akan tetapi belajar dari pengalamanlah yang
mampu menjadikan kita jauh lebih baik dari waktu ke waktu. Hasil dari belajar
dari pengalaman yang kita peroleh dalam kehidupan, mungkin akan dapat membantu merealisasikan
tujuan masa depan yang kita raih. Jalan yang dapat membantu Anda menumbuhkan
keyakinan terhadap kemampuan sendiri untuk melakukan sesuatu. Hanya dengan
mencoba melakukan hat itu satu kali. Apabila pada kali pertama Anda mampu
meraih kesuksesan, akan lebih mudah bagi Anda untuk menumbuhkan keyakinan
terhadap kemampuan diri sendiri yang akan direalisasikan pada kesempatan lain.
Sebagai penutup, ketahuilah bahwa
balon udara terbang ke udara bukan dikarenakan warna dan bentuk dari balon itu.
Terbang tingginya balon tidak ada hubungannya dengan warna balon ataupun bentuk
dari balon. Kemampuan balon terbang sangat tergantung pada seberapa berkualitas
isi dari gas yang ada di dalam balon. Semakin berkualitas gas yang ada di dalam
balon maka semakin tinggi balon mampu terbang.
Hal yang samapun berlaku pada diri
manusia. Manusia tidak dinilai dari warna kulitnya. Manusia tidak dinilai dari
bentuk dan penampilannya. Manusia dinilai dari seberapa tinggi dan berkualitas
keimanan yang ada di dalam dirinya dan yang kemudian tercermin di dalam
perbuatannya. Ingat, Allah SWT memiliki parameter tersendiri dalam menilai
keberhasilan khalifahNya. Allah SWT tidak pernah menilai seseorang dari
penampilan phisiknya apalagi menilai khalifahNya berdasarkan warna kulitnya.
Adanya factor keimanan dalam diri
(dalam ruh/ruhani yang fitrah) menunjukkan kepada diri kita bahwa Allah tidak
membatasi kemampuan seseorang atau tidak ada batasan potensi diri seseorang
untuk mencapai sesuatu yang tertinggi dalam kehidupan. Namun kitalah yang
menjadikannya rendah dikarenakan kita sendiri tidak mengetahui serta tidak
mampu memanfaatkan potensi keimanan yang ada di dalam diri. Semoga hal ini
tidak terjadi pada diri kita. Allah SWT berfirman:
Dan
bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya. Dan sesungguhnya
usahanya itu kelak akan diperlihatkan kepadanya. (surat An Najm (53) ayat 39,
40)
Ingat, Allah SWT memiliki system CCTV
yang paling canggih yang dilaksanakan oleh Malaikat yang memiliki tugas untuk
merekam siap memutar ulang atas apa apa yang telah kita perbuat. Lalu bisakah
kita menghindarkan diri dari ini semua! Ayo segera lakukan perubahan dengan
meningkatkan keimanan melalui program hijrah, terutama hijrah maknawiyah,
sekarang juga. Jangan tunda tunda lagi sebelum semuanya berakhir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar