Pengadilan Allah SWT
adalah proses pengadilan yang paling agung, yang paling istimewa dan yang
paling luar biasa. Pengadilan Allah SWT adalah pengadilan yang paling cermat,
yang paling teliti dan paling adil. Pengadilan Allah SWT adalah pengadilan
terakhir, yang sesudahnya tidak akan ada lagi pengadilan. Allah SWT berfirman: “dan orang-orang Yahudi berkata: "Orang-orang Nasrani itu tidak
mempunyai suatu pegangan", dan orang-orang Nasrani berkata:
"Orang-orang Yahudi tidak mempunyai sesuatu pegangan," Padahal mereka
(sama-sama) membaca Al Kitab. demikian pula orang-orang yang tidak mengetahui,
mengatakan seperti Ucapan mereka itu. Maka Allah akan mengadili diantara mereka
pada hari kiamat, tentang apa-apa yang mereka berselisih padanya. (surat Al
Baqarah (2) ayat 113)”.
Di sini tidak ada
lagi istilah sindikat dan mafia pengadilan. Di sini tidak ada lagi penyuapan,
pemalsuan atau pengadilan dagelan. Apalagi
putusan karangan juru ketik atau vonis palsu, sebagaimana pernah terjadi
dan dilakukan oleh oknum pengadilan pemerintahan manusia di bumi, tidak akan
pernah terjadi. Hal ini dikarenakan hakimnya adalah Allah Yang Maha Agung, Yang
Maha Gagah, Yang Maha Kuat, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Mendengar, Yang Maha Melihat,
Yang Maha Menyaksikan dan Segala Sifat Kebesaran serta Kemuliaan yang
sebagaimana termaktub dalam Asmaul Husna.
Dalam hal ini, Allah
SWT sendiri yang menegaskan dalam firmanNya berikut ini: “(yaitu) orang-orang yang menunggu-nunggu (peristiwa) yang akan terjadi
pada dirimu (hai orang-orang mukmin). Maka jika terjadi bagimu kemenangan dari
Allah mereka berkata: "Bukankah Kami (turut berperang) beserta kamu
?" dan jika orang-orang kafir mendapat keberuntungan (kemenangan) mereka
berkata: "Bukankah Kami turut memenangkanmu, dan membela kamu dari
orang-orang mukmin?" Maka Allah akan memberi keputusan di antara kamu di
hari kiamat dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang
kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman. (surat An Nisa (4) ayat 141)”.
Jaksanya adalah
Malaikat Raqib dan Malaikat Atid. Malaikat yang bertugas menjaga, mengawasi dan mencatat segala amal
baik dan amal buruk manusia. Catatannya cermat sekali, sehingga tidak ada
kejadian yang tidak dicatatnya. Tuntutannya pun sangat cermat, sebab tanda
buktinya lengkap dan jelas. Lagi pula tidak mengenal istilah suap-menyuap untuk
memperingan tuntutan.
Saksi-saksinya adalah
saksi-saksi yang tahu persis apa yang telah dilakukan oleh si tersangka, si
tertuduh, si terdakwa sebagai pelaku utama. Mereka adalah saksi-saksi asli.
Bukan saksi-saksi palsu. Mereka adalah saksi-saksi yang tidak mengenal sumpah
palsu. Saksi- saksi tersebut antara lain adalah :
1. Pertama adanya buku
yang bernama “Buku Catatan Malaikat”
yang dibuat dan dipelihara oleh Malaikat Raqib dan Malaikat Atid. Allah SWT
berfirman: “dan diletakkanlah Kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang bersalah
ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata:
"Aduhai celaka Kami, kitab Apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil
dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya; dan mereka dapati
apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). dan Tuhanmu tidak Menganiaya
seorang juapun". (Surat Al Kahfi (18) ayat 49)
2. Kedua” Anggota badan si Terdakwa, si Tertuduh,
si Tersangka “yaitu lidah, tangan, serta
kaki mereka akan berbicara memberikan kesaksiannya masing masing. Allah SWT
berfirman: “pada hari (ketika), lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas
mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan. (surat An Nuur (24) ayat 24)”.
Selain daripada itu, pendengaran, penglihatan dan kulit juga akan
menjadi saksi, sebagaimana firman Allah SWT berikut ini: “sehingga apabila mereka sampai
ke neraka, pendengaran, penglihatan dan kulit mereka menjadi saksi terhadap
mereka tentang apa yang telah mereka kerjakan. dan mereka berkata kepada kulit
mereka: "Mengapa kamu menjadi saksi terhadap kami?" kulit mereka
menjawab: "Allah yang menjadikan segala sesuatu pandai berkata telah menjadikan
Kami pandai (pula) berkata, dan Dia-lah yang menciptakan kamu pada kali pertama
dan hanya kepada-Nya lah kamu dikembalikan". kamu sekali-sekali tidak
dapat bersembunyi dari kesaksian pendengaran, penglihatan dan kulitmu kepadamu bahkan
kamu mengira bahwa Allah tidak mengetahui kebanyakan dari apa yang kamu
kerjakan. (surat Fushshilat (41) ayat 20,21,22)”.
3. Ketiga, “Isi Bumi,” Pada hari itu bumi
menceritakan beritanya. Karena sesung-guhnya Tuhanmu telah memerintahkan yang
demikian itu kepadanya. Allah SWT berfirman: “pada hari itu bumi menceritakan
beritanya, karena Sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan (yang sedemikian
itu) kepadanya. (surat Al Zalzalah (99) ayat 4 dan 5)”. Demikian pula
Nabi SAW mengemukakannya dalam hadits berikut ini: “Rasulullah saw menerangkan,
“Sesungguhnya kabar-kabar itu ialah bahwa bumi akan memberikan kesaksian
terhadap setiap hamba laki-laki dan perempuan tentang apa yang pernah dilakukan
di permukaan bumi; bumi akan berkata, “orang ini telah mengerjakan ini pada
hari ini. “Rasulullah saw berkata lagi. “Itulah kabar-kabar yang akan
diterangkan oleh bumi.” (Hadits Riwayat Ahmad, Ath Thirmidzi)”.
4. Keempat, “Malaikat
Pengiring dan Malaikat Penyaksi”. Menurut ajaran agama Islam, malaikat yang
akan menjadi saksi jumlahnya banyak sekali. Sebab setiap kegiatan yang
dilakukan terdakwa, tertuduh, tersangka ada Malaikat-Malaikat tertentu yang
mengawasi dan yang akan mendoakan. Allah SWT berfirman: “dan datanglah tiap-tiap diri,
bersama dengan Dia seorang Malaikat penggiring dan seorang Malaikat penyaksi.
(surat Qaf (50) ayat 21)
5. Kelima, “Kesadaran dan Penglihatan si terdakwa
sendiri” pada saat kejadian atau disetiap perbuatan yang dilakukannya.
Allah SWT berfirman: “pada hari (ketika) manusia teringat akan
apa yang telah dikerjakannya, (surat An Naziat (79) ayat 35)”.
Sesungguhnya
Kami telah memperingatkan kepadamu (hai orang kafir) siksa yang dekat, pada hari
manusia melihat apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya; dan orang kafir
berkata:"Alangkah baiknya Sekiranya dahulu adalah tanah". (surat An
Naba (78) ayat 40)
6. Keenam, “Nabi atau Rasul” juga akan di dijadikan
saksi terutama bagi umat dari Nabi atau Rasul yang bersangkutan. Allah SWT
berfirman: “dan (ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan dari tiap-tiap umat
seorang saksi (rasul), kemudian tidak diizinkan kepada orang-orang yang kafir
(untuk membela diri) dan tidak (pula) mereka dibolehkan meminta ma'af. (surat
An Nahl (16) ayat 84)’.
7. Ketujuh, “Allah”
sendiri juga menjadi saksi, karena Allah Maha Mengetahui dan Maha
Menyaksikan segala gerak hati, niat, angan-angan, cita-cita, tutur kata dan
tindak tanduk seluruh makhluk ciptaan-Nya. Dalam Al-Qur’an hal itu disebutkan.
Diantaranya sebagai berikut ini: “Dialah yang menciptakan langit dan bumi
dalam enam masa: kemudian Dia bersemayam di atas ´arsy Dia mengetahui apa yang
masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari
langit dan apa yang naik kepada-Nya. dan Dia bersama kamu di mama saja kamu
berada. dan Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan. (surat Al Hadiid (57) ayat 4)”.
Allah SWT berfirman: “pada hari ketika mereka dibangkitkan Allah
semuanya, lalu diberitakan-Nya kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan.
Allah mengumpulkan (mencatat) amal perbuatan itu, Padahal mereka telah
melupakannya. dan Allah Maha menyaksikan segala sesuatu. (surat Al Mujadillah
(58) ayat 6)
Allah SWT berfirman: “(yaitu) ketika Allah Menampakkan mereka
kepadamu di dalam mimpimu (berjumlah) sedikit. dan Sekiranya Allah
memperlihatkan mereka kepada kamu (berjumlah) banyak tentu saja kamu menjadi
gentar dan tentu saja kamu akan berbantah-bantahan dalam urusan itu, akan
tetapi Allah telah menyelamatkan kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui
segala isi hati. (surat Al Anfaal (8) ayat 43)
8. Sedangkan yang menjadi tersangka, tertuduh, terdakwa
adalah Manusia dan jin. Merekalah yang diciptakan Allah untuk mentauhidkan
(mengesakan) Allah dan beribadah kepada-Nya. Kepada mereka pulalah yang diberi
hak dan diberi kebebasan untuk memilih “menjadi hamba yang beriman atau menjadi
hamba yang tidak beriman (kafir, munafik, fasik, musyrik). Allah telah
memberikan penegasan dalam AlQur’an berikut ini: “Dan katakanlah,
“Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu, maka barangsiapa yang ingin (beriman)
hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir.
“Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang-orang dzalim itu neraka, yang
gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan
diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka.
Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek”. (surat
Al Kahfi (18) ayat 29)
Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya mereka yang beriman dan
beramal shaleh tentulah kami tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang
mengerjakan amalan (nya) dengan baik.” (surat Al Kahfi (18) ayat 30)
Mengenai penciptaan
jin dan manusia, yang telah diperintahkam oleh Allah SWT untuk beribadat
kepadaNya antara lain Allah berfirman : “Dan tidaklah Aku
ciptakan jin dan manusia, melainkan untuk beribadah kepada-Ku’. (surat Adz
Dzariyat ayat 56)”. Lalu siapakah pembelanya dalam pengadilan terakhir yang
paling agung karena disaksikan oleh seluruh manusia dan jin itu? Dalam
pengadilan yang menelanjangi seluruh gerak hati, niat, tutur kata, dan perilaku
terdakwanya itu, memang ada pembelanya.
Sebagai pembela utama
adalah Nabi Muhammad SAW, sebagaimana dijelaskan dalam salah satu hadits
diriwayatkan oleh Abu Daud, berikut ini: “Apabila telah
datang hari Kiamat, maka saya adalah imam para Nabi, juru bicara mereka dan
pemegang syafaat di antara mereka, ini bukanlah karena kesombongan.” (Hadits
Riwayat Abu Daud)”. Perihal syafaat
antara lain disebutkan dalam sebuah hadits, berikut ini: “Sesungguhnya bagi tiap-tiap Nabi itu ada sebuah permohonan yang dapat
digunakannya untuk memohonkan umatnya, maka telah dikabulkan permohonan itu,
tetapi aku menyimpannya untuk memberika syafaat (pertolongan/pembelaan) nanti
kepada umatku di hari kiamat. (Hadits Riwayat Ath Thirmidzi)’.
Adapun sebagai
pembela lain yang boleh juga disebut sebagai pembelaan kecil adalah pembelaan
yang diberikan kepada tiga golongan manusia, yaitu para Nabi, para Ulama dan
para Syuhada, seperti disebutkan dalam sebuah hadits berikut ini : “Yang dapat memberi syafaat pada kiamat ada tiga golongan: para Nabi,
kemudian para Ulama, kemudian para Syuhada” (Hadits Riwayat Ibnu Majjah)’.
Dan sesudah
pemeriksaan terhadap terdakwa, yaitu manusia dan jin tadi, dilaksanakan dengan
sangat teliti, sangat cermat dan sangat adil, seperti dijelaskan di dalam FirmanNya
berikut ini: “Dan Kami akan memasang timbangan yang adil pada
hari Kiamat, maka tidaklah dirugikan seseorang barang sedikitpun. Dan jika
amalan itu hanya sebesar biji sawi pun pasti Kami mendatangkan (pahala)nya. Dan
cukuplah Kemi membuat perhitungan.” (Surat Al Anbiyaaa (21) ayat 47)”.
Dan setelah
memperhatikan tuntutan Malaikat Raqib dan Malaikat Atid, mendengarkan
keterangan saksi-saksi, diberikan pembelaan, ditimbang atau dihisab, tibalah
saatnya ‘putusan hukum” yang paling adil dijatuhkan. Maka dijatuhkanlah vonis
pengadilan agung terakhir, yaitu dua macam putusan’ masuk syurga” atau “masuk
neraka”.
Kepada mereka yang
masuk syurga, antara lain Allah berfirman: “Hai jiwa yang
tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka
masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku. Dan masuklah ke dalam syurga-Ku. (surat Al Fajr (89) ayat
27-28-29-30)”. Kepada
mereka yang hasil persidangannya buruk lagi tidak memuaskan akan dimasukkan ke
dalam neraka, Allah SWT berfirman: “Inilah jahannam (neraka)
yang dahulu kamu diancam dengannya. Masuklah ke dalamnya hari ini, disebabkan
kamu dahulu mengingkarinya”. (surat Yaa Siin (36) ayat 63 dan 64)’. Mau tidak mau, suka
atau tidak suka, percaya atau tidak percaya, semua jin dan manusia akan
mengalami proses pengadilan tersebut. Kecuali kekasih-kekasih Allah yang
dikehendaki-Nya akan langsung masuk syurga.
Sebagai calon
terdakwa di pengadilan Allah SWT kelak, ketahuilah hadits berikut ini: “Seorang laki-laki berkata:
“Wahai Nabi Allah, bilakah datangnya hari berhisab itu?” Nabi Menjawab: “Apa
yang telah engkau siapkan untuk itu?” (Hadits Riwayat Buchari Muslim dari Anas
ra)”. Ini
adalah pernyataan resmi dari Nabi Muhammad SAW yang berlaku kepada seluruh umat
manusia yang akan menjadi terdakwa kelak, termasuk kepada diri kita.
Sebagai terdakwa ataupun
calon terdakwa sudahkah kita mempersiapkan segala sesuatunya di dalam
menghadapi pengadilan yang akan menentukan kemana kita akan pulang kampung,
apakah akan pulang kampung ke kampung kebinasaan dan kesengsaraan ataukah
pulang kampung ke kampung kenikmatan dan kebahagiaan?
F. LAPORAN
PERTANGGUNGJAWABAN JIN/IBLIS/SYAITAN DI HARI KIAMAT.
Saat hari berhisab
tiba, tidak hanya seluruh manusia saja yang akan mempertanggung jawabkan atas
apa apa yang sudah dikerjakannya saat hidup di dunia ini. Jin/Iblis/Syaitanpun
tanpa terkecuali juga akan mempertanggungjawakan hasil karya mereka dalam misi
penghancuran total yang paling licik, paling licin dan yang sangat menghanyutkan
manusia yang telah berhasil ditipunya. Laporan-laporan jin/iblis/syaitan
tersebut antara lain sebagaimana dilaporkan di bawah ini.
1.
Pelapor pertama, “Aku telah berhasil
menipu Adam dan Hawa untuk makan buah larangan Tuhan ketika mereka tinggal di
syurga. Hingga akhirnya mereka diusir dari syurga dan diturunkan ke dunia.
2. Pelapor kedua, “Aku telah berhasil
menjerumuskan Qabil anak Adam untuk membangkang pada aturan yang telah
ditetapkan. Dan atas bujukanku dia telah membunuh Habil saudara kandungnya
lantaran saudara perempuannya yang cantik dijodohkan dengan Habil.
3. Pelapor ketiga, “Aku telah berhasil
merayu Kan’an anak Nuh untuk membantah ajaran ayahnya. Hingga akhirnya dia mati
hanyut dalam banjir besar dalam keadaan kafir.
4. Pelapor keempat, Aku telah berhasil
menyesatkan ayah Ibrahim, ahli membuat patung untuk berhala yang
disembah-sembah sebagai Tuhan. Dia kugoyahkan hatinya hingga tak meyakini
ajaran agama yang diwahyukan Tuhan kepada Ibrahim anaknya. Aku juga berhasil
menyesatkan Raja Namruj memusuhi Ibrahim dan menyembah berhala.
5. Pelapor kelima, “Aku telah berhasil
menghancurkan keimanan Fir’aun hingga menjadi tokoh paling sombong dan mengaku
Tuhan. Dia berhasil kusesatkan hingga mati bergelimang dosa dalam keadaan
kafir, tenggelam di laut merah bersama-sama pengikutnya ketika memusuhi Musa.
6. Pelapor keenam, “Aku telah berhasil
meluluhlantakkan keimanan Bal’am bin Ba’ura, orang shaleh yang terkenal alim
yang doanya tak pernah ditolak Tuhan. Kubujuk dia melalui rengekan umatnya
sehingga dia bersedia memberi nasehat busuk kepada umatnya untuk mengirim
wanita agar melacur kepada prajurit-prajurit Nabi Musa yang dimusuhi umatnya.
Akhirnya orang shaleh yang mempunyai kekuatan mengajar santri setiap hari
sampai dua belas ribu itu, dilucuti karomahnya oleh Tuhan dan mati dalam
keadaan su’ul khatimah (akhir hidup yang jelek).
7. Pelapor ketujuh, “Aku telah berhasil
menipu Barshish. Orang shaleh yang telah beribadah puluhan tahun dan tak pernah
berbuat maksiat dalam sekejap mata. Dia memiliki santri 60 ribu orang yang bisa
berjalan di atas awan. Hingga malaikat heran dengan ibadahnya. Dia kutipu
dengan cara aku menjelma menjadi muridnya yang setia.
Ketika dia bertanya
kepadaku, “Mengapa aku kuat melakukan ibadah berhari-hari tanpa makan dan
minumm bahkan tidak tidur? Maka kujawab, “Aku telah melakukan dosa besar. Jika
kuingat dosaku itu maka aku tidak bisa makan, minum apalagi tidur. Karena
dosaku itu, aku benar-benar merasakan manisnya beribadah. Karena itu jika Tuan
ingin merasakan manisnya ibadah, cobalah melakukan dosa besar sekali saja. Dia
kuanjurkan minum khamar. Akhirnya atas rayuanku dia mulai mencoba minum khamar.
Lama kelamaan mencandu, hingga jadilah dia pemabuk kemudian dia berzina dan
membunuh. Ketika dia sedang sekarat di tiang gantungan sebagai hukuman atas
kemaksiatannya itu, aku pun merayu untuk menyelamatkannya asal dia menyembahku,
Dan dengan isyarat hatinya dia benar-benar menyembahku. Persis ketika tali
gantungan menjerat lehernya dia benar-benar mati dalam keadaan su’ul khatimah
karena musyrik menyembah aku, maka akupun tertawa terbahak-bahak atas
kemenanganku.
8. Pelapor berikutnya, “Aku telah berhasil
menipu ribuan manusia untuk melakukan dosa besar. Yaitu seorang anak membunuh
ayahnya, ibunya, saudara kandungnya. Kemudian seorang bapak membunuh anaknya,
seorang ibu membunuh anaknya yang dilahirkan. Seorang suami membunuh istrinya
dam seorang istri membunuh suaminya. Ribuan manusia kutipu agar cemas hatinya
menghadap gejolak kehidupannya dan telah berhasil kubujuk untuk bunuh diri.
Kelompok bangsa dan
negara telah pula berhasil kurayu untuk melakukan peperangan hingga
berjuta-juta manusia mati akibat keserakahan mereka. Jutaan manusia telah
nyata-nyata berhasil kusesatkan untuk menyekutukan Tuhan, menjadi kafir ataupun
musyrik. Mereka kusesatkan jalan hidupnya agar mereka tidak memilih agama Islam
yang diridhai Allah. Agar mereka di akhirat nanti menjadi pengikut kita. Dan
kami tidak akan pernah berhenti sedetikpun untuk merayu manusia agar melakukan
perjudian, perzinahan, pemerkosaan, pembunuhan dan segala bentuk kejahatan dan
perbuatan dosa yang lain.
Kulancarkan misi
tipuan yang melenakan agar manusia mendirikan kelompok-kelompok yang melemahkan
kemudian menghancurkan tauhid melalui gerakan pendangkalan pemahaman agama.
Kugerakkan para penguasa pemerintahan di bumi, ahli politik, dan ilmuwan agar
melaksanakan paham sekuler atau paham lain dalam mengatur pemerintahan di bumi
sehingga mereka itu tidak melaksanakan atau bahkan anti hukum islam.
Untuk mendukung
gerakan tersebut telah banyak berdiri kelompok-kelompok yang membicarakan
hal-hal yang tidak perlu, golongan orang-orang yang suka berkata berlebihan,
berbicara hampa dan bathil. Perkumpulan yang suka berbantah dan bertengkar.
Organisasi-organisasi yang suka melancarkan permusuhan, berkata keji, suka
mencaci maki dan kotor lidah. Kelompok-kelompok yang senang mengutuk,
senda-gurau, mentertawakan dan menghina, suka berjanji palsu, membuka rahasia,
dusta, adu domba, fitnah, senang sanjungan, sombong, berlidah dua. Mendewakan
kedudukan, pangkat, jabatan dan harta kekayaan dunia. Semua itu adalah hasil
karya bujukanku dan kemudian yang telah pula dilakukan oleh manusia di bumi.
Selain itu kami juga telah
mempunyai sahabat karib yang setia, yang sewaktu-waktu siap dikerahkan.
Jumlahnya ada sepuluh, yaitu : (1) Hakim yang dzalim; (2) Orang kaya yang
sombong; (3) Pedagang yang berkhianat; (4) Pemabuk; (5) Tukang fitnah; (6) Tiap
Orang yang beramal dengan riya; (7) Pemakan harta anak yatim; (8) Orang yang
malas mendirikan shalat; (9) Orang yang menahan zakat dan; (10) Orang yang
selalu bercita-cita tentang keduniaan.”
Selain itu kami telah
menyediakan fasilitas yang menjadi kecintaan kami dalam misi menghancurkan
keimanan manusia, yaitu: (1) dibuatkan rumah oleh Tuhan berupa kamar
mandi; (2) Dibuatkan tempat duduk di pasar-pasar dan di jalan-jalan; (3) Diberi
makanan segala makanan yang dimakan manusia dengan tidak menyebutkan nama
Allah; (4) Diberi minuman segala minuman yang memabukkan; (5) Diberi muadzin
berupa suling-suling; (6) Diberi kitab berupa syair-syair dan tatto; (7) diberi
hadits berupa dusta dan; (8) diberi pancing berupa wanita”.
Sedangkan musuh kami
yang paling utama berjumlah lima belas, yaitu : (1) Rasulullah Muhammad saw; (2)
Imam atau Hakim yang adil; (3) Orang kaya yang pemurah dan rendah hati; (4) Pedagang yang jujur; (5) Orang alim yang
shalatnya khusyu’; (6) Orang mukmin mukhlis; (7) Orang Mukmin yang berkasih
sayang; (8) Orang yang bertaubat dan menjaga taubatnya; (9) Orang yang menjaga
diri dari yang haram; (10) Orang mukmin yang menjaga kesucian dirinya; (11)
Orang mukmin yang banyak bersedekah; (12) Orang mukmin yang berakhlaq mulia; (13)
Orang mukmin yang bermanfaat bagi sesamanya; (14) Penghafal Al-Qur’an dan
selalu membacanya dan (15) Orang yang beribadah pada malam hari ketika orang
lain sedang tidur nyenyak.”
Apa yang ada
dipikiran kita tentang kondisi ini semua? Akhirnya memiliki ilmu tentang musuh
adalah salah satu cara paling ampuh untuk mengalahkan musuh.
9. Laporan Terakhir
adalah Pidato Iblis di hari Kiamat. Dengan berpakaian api, di-ikat rantai api, dan
berdiri di atas mimbar api. Iblis berpidato dengan berapi-api di dengar para
penghuni neraka. “Wahai manusia! Orang-orang kafir, musyrik dan munafik yang
dimurkai Allah. Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang pasti,
bahwa kamu akan mati. Kemudian dihimpun di Padang Mahsyar. Dihisab dan dimintai
pertanggungjawaban atas segala perbuatanmu selama di dunia. Lalu terbagi
menjadi dua golongan. Satu golongan dimasukkan ke Syurga, sedangkan golongan yang
lain dimasukkan ke neraka. Sesungguhnya kamu dulu mengira bahwa kamu akan
hidup kekal di dunia. Dan tidak
meninggalkan dunia untuk menuju akhirat.
Sesungguhnya aku
tidak kuasa kepadamu waktu di dunia dahulu. Aku hanya berbisik dan membuat
was-was di hatimu. Tetapi kamu telah mengikuti dan menerima saran-saranku. Maka
dari itu, pada hari ini kamu jangan mencela aku. Akan tetapi celalah dirimu
sendiri. Mengapa kamu tidak beribadah kepada Allah Maha Pencipta segala
sesuatu? Aku tidak bisa menyelamatkam kamu. Demikian pula kamu tidak bisa
menyalamatkan diriku dari adzab Tuhan. Pada hari ini aku membebaskan diri dari
segala apa yang pernah aku bisikkan kepadamu. Karena aku telah terusir dan
tertolak dihadapan Allah Tuhan seru semesta alam.
Dengan diiringi umpatan
dan kutukan dari para penghuni neraka, iblis mengakhiri pidatonya. Malaikat
Zabaniyah kemudian menumbak iblis tersebut dengan tombak api yang
menumbangkannya dari atas mimbar api. Sehingga iblis jatuh tersungkur ke dalam
neraka yang paling bawah bersama-sama para pengikutnya, orang-orang kafir,
musyrik dan munafik.
Malaikat Zabaniyah
kemudian berkata: “Disinilah tempat kalian yang abadi. Di tempat ini kalian
tidak akan mati dan tidak pula sempat beristirahat dari merasakan adzab yang
sangat pedih”.Dan Allah Yang Maha Kuasa dan juga Maha Perkasa berfirman kepada
mereka, “Inilah Jahannam (neraka) yang dahulu kamu diancam
dengannya. Masuklah ke dalamnya pada hari ini, disebabkan kamu dahulu
mengingkarinya”.(surat Yaa Siin (36) ayat 63-64)”. Kemudian berlaku pula ketentuan sebagaimana firman Allah SWT berikut
ini: “Setiap
kali mereka hendak keluar dari neraka lantaran kesengsaraan, mereka
dikembalikan ke dalamnya serta dikatakan kepada mereka “Rasakanlah adzab yang
membakar ini”. (surat Al Hajj ayat 22)
Sedangkan kepada
orang-orang yang shaleh yang tunduk dan patuh kepada-Nya, lalu Allah berfirman
berikut ini:“Hai jiwa yang tenang, Kembalilah kepada Tuhanmu
dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jamaah
hamba-hamba-Ku. Dan masuklah ke dalam syurga-Ku” (surat Al Fajr ayat
27-28-29-30).”
G.
SHIRAT.
Shirat adalah
jembatan yang menghubungkan padang Mahsyar dengan syurga, melintasi jurang
neraka yang apinya menjilat jilat orang yang lewat di atasnya. Menurut Ibnu
Mas’ud, shirat berada di atas Jahannam. Bentuknya sangat tipis, setajam pedang
dan licin. Semua manusia yang telah selesai proses hisabnya, kelak akan
melewati shirat. Barangsiapa yang berhasil melintasinya akan sampailah di
syurga.
Sedangkan yang gagal,
akan tergelincir jatuh ke neraka. Nabi SAW bersabda: “Dan dibentangkanlah jembatan
Jahannam. Akulah orang pertama yang melewatinya. Doa para Rasul pada saat itu:
‘Ya Allah, selamatkanlah, selamatkanlah.’ Pada shirath itu, terdapat
pencangkok-pencangkok seperti duri pohon Sa’dân. Pernahkah kalian melihatnya?”
Para Sahabat menjawab, “Pernah, wahai Rasulullah. Maka ia seperti duri pohon Sa’dan,
tiada yang mengetahui ukuran besarnya kecuali Allah. Maka ia mencangkok manusia
sesuai dengan amalan mereka.” (Hadits Riwayat Bukhari)”.
Berhasil tidaknya
manusia melintasi shirat sangat tergantung kepada saldo amal kebaikan seseorang
yang sudah diputuskan dalam persidangan perkara hisab yang bersifat sangat
terbuka, independent dan adil. Jika amal kebaikannya, lebih banyak dari amal
keburukannya, ia akan sampai ke syurga. Sebaliknya jika saldo amal keburukannya
lebih besar dari amal kebaikannya, dengan sendirinya akan terpeleset dan masuk
ke neraka.
Terdapat beberapa
golongan manusia yang berhasil melintasi shirat, yaitu: (1) Golongan pertama dapat
melintasi shirat secepat kita melesat; (2) Golongan kedua melewati shirat
seperti angin yang cepat; (3) Golongan ketiga melaluinya bagai burung yang
terbang cepat; (4) Golongan keempat melintasinya seperti kuda yang lari dengan
lincah; (5) Golongan kelima melewati shirat seperti seorang lelaki berlari; (6)
Golongan keenam melalui shirat dengan kecepatan larinya binatang ternak; (7)
Golongan ketujuh menyeberangi shirat selama sehari semalam. Selebihnya
ada, golongan manusia, yang melintasi shirat dengan memakan waktu satu bulan,
bahkan ada juga yang memakan waktu selama satu sampai tiga tahun, yang
kesemuanya sangat tergantung kepada amal kebaikan yang telah diperbuat oleh
manusia saat hidup di muka bumi ini.
Sebagai seorang yang
beriman, kita wajib mempercayai segala hal yang akan terjadi pada hari Kiamat
kelak, baik yang disebutkan dalam al-Qur’an maupun yang terdapat dalam Hadits
yang shahih. Kita tidak boleh membeda-bedakan dalam urusan beriman dengan
segala peristiwa tersebut, baik itu sesuai dengan logika ataupun tidak. Segala
hal yang akan terjadi di akhirat tidak bisa kita qiyaskan (dianalogikan) dengan
peristiwa di dunia ini. Karena semua peristiwa di akhirat adalah peristiwa yang
penuh dengan keluarbiasaan dan kedahsyatan, yang pada intinya untuk menunjukkan
siapa Allah SWT yang sesungguhnya. Semoga kita semua mampu menghadapi proses yang
terjadi di alam akhirat yang akhirnya menghantarkan diri kita ke syurga. Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar