Label

MEMANUSIAKAN MANUSIA: INILAH JATIDIRI MANUSIA YANG SESUNGGUHNYA (79) SETAN HARUS JADI PECUNDANG: DIRI PEMENANG (68) SEBUAH PENGALAMAN PRIBADI MENGAJAR KETAUHIDAN DI LAPAS CIPINANG (65) INILAH ALQURAN YANG SESUNGGUHNYA (60) ROUTE TO 1.6.799 JALAN MENUJU MAKRIFATULLAH (59) MUTIARA-MUTIARA KEHIDUPAN: JALAN MENUJU KERIDHAAN ALLAH SWT (54) PUASA SEBAGAI KEBUTUHAN ORANG BERIMAN (50) ENERGI UNTUK MEMOTIVASI DIRI & MENJAGA KEFITRAHAN JIWA (44) RUMUS KEHIDUPAN: TAHU DIRI TAHU ATURAN MAIN DAN TAHU TUJUAN AKHIR (38) TAUHID ILMU YANG WAJIB KITA MILIKI (36) THE ART OF DYING: DATANG FITRAH KEMBALI FITRAH (33) JIWA YANG TENANG LAGI BAHAGIA (27) BUKU PANDUAN UMROH (26) SHALAT ADALAH KEBUTUHAN DIRI (25) HAJI DAN UMROH : JADIKAN DIRI TAMU YANG SUDAH DINANTIKAN KEDATANGANNYA OLEH TUAN RUMAH (24) IKHSAN: INILAH CERMINAN DIRI KITA (24) RUKUN IMAN ADALAH PONDASI DASAR DIINUL ISLAM (23) ZAKAT ADALAH HAK ALLAH SWT YANG HARUS DITUNAIKAN (20) KUMPULAN NASEHAT UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK (19) MUTIARA HIKMAH DARI GENERASI TABI'IN DAN TABI'UT TABIIN (18) INSPRIRASI KESEHATAN DIRI (15) SYAHADAT SEBAGAI SEBUAH PERNYATAAN SIKAP (14) DIINUL ISLAM ADALAH AGAMA FITRAH (13) KUMPULAN DOA-DOA (10) BEBERAPA MUKJIZAT RASULULLAH SAW (5) DOSA DAN JUGA KEJAHATAN (5) DZIKIR UNTUK KEBAIKAN DIRI (4) INSPIRASI DARI PARA SAHABAT NABI (4) INILAH IBADAH YANG DISUKAI NABI MUHAMMAD SAW (3) PEMIMPIN DA KEPEMIMPINAN (3) TAHU NABI MUHAMMAD SAW (3) DIALOQ TOKOH ISLAM (2) SABAR ILMU TINGKAT TINGGI (2) SURAT TERBUKA UNTUK PEROKOK dan KORUPTOR (2) IKHLAS DAN SYUKUR (1)

Minggu, 19 September 2021

TAHU TUJUAN AKHIR DENGAN MEMILIKI TUJUAN HIDUP



Tahu tujuan akhir merupakan salah satu bagian dari mata rantai yang tidak dapat dipisahkan dengan tahu diri dan juga dengan tahu aturan main yang berlaku di alam semesta ini. Dan adalah sesuatu yang tidak bisa diterima oleh akal sehat, jika kita berniat untuk sampai ke tujuan akhir, jika kita sendiri tidak paham tidak mengerti dengan tahu diri, dan tahu aturan main untuk pulang kampung halaman yang hakiki, yaitu syurga. Hal ini dikarenakan sejatinya hidup yang kita laksanakan saat ini bermakna suatu perjalanan menuju untuk kembali kepada Allah SWT selaku asal muasal dari diri kita. Selanjutnya jika hidup ini kita maknai sebagai sebuah perjalanan maka hidup ini dapat pula kita artikan sebagai: (a) hidup adalah perjalanan untuk menemukan jati diri kita yang sesungguhnya, yaitu ruhani; (b) hidup adalah  perjalanan untuk menemukan Tuhan selaku pencipta dan pemilik alam semesta ini; (c) hidup adalah  perjalanan untuk menemukan tujuan hidupmu; (d) hidup adakah perjalanan untuk memenuhi hidup ini dengan karya karya nyata untuk sesama manusia; (e) hidup adalah sebuah perjalanan untuk meninggalkan jejak jejak kebaikan; dan (f) hidup adalah sebuah perjalanan untuk mengumpulkan bekal bagi kepentingan akhiratmu nanti.” Itulah makna hidup yang kami hubungkan dengan tahu tujuan akhir.

 

Namun, apa yang terjadi dengan hidup ini? Kita sering lupa diri dan juga lupa kepada tujuan akhir kehidupan ini karena tergoda kehidupan dan gemerlap kehidupan dunia akibat pengaruh ahwa (hawa nafsu) dan juga pengaruh setan serta juga karena pengaruh lingkungan sekitar. Padahal Allah SWT sudah mengingatkan kepada seluruh umat manusia melalui AlQuran yang diturunkannya sebagaimana termaktub dalam surat Az Zumar (39) ayat 54 berikut ini: "Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu, kemudian kamu tidak dapat ditolong."

 

Dilain sisi, saat manusia dilahirkan setiap manusia tidak akan tahu ia akan dilahirkan di mana; siapa yang akan melahirkannya, apa suku bangsanya serta apa agamanya. Akan tetapi, ada fitrah dalam diri setiap manusia yang telah ditetapkan Allah SWT, yaitu setiap manusia hidup untuk tujuan tertentu dan oleh karena itu hidup bermakna sebagai sebuah perjalanan merupakan sebuah sunnatullah yang harus kita laksanakan dengan sebaik baiknya, apalagi hidup ini memiliki keterbatasan waktu serta ada musuh yang harus kita hadapi, yaitu ahwa (hawa nafsu) dan setan.

 

Hidup sebagai sebuah perjalanan baru bisa dikatakan sebagai sebuah perjalanan yang hakiki jika ada titik awal perjalanan untuk menuju suatu tujuan akhir. Titik awal perjalanan adalah saat diri kita pertama hadir (lahir) di muka bumi ini baik sebagai abd’ (hamba)Nya dan yang juga sekaligus khalifahNya di muka bumi maka pada saat itulah kita memulai sebuah perjalanan dari Allah SWT untuk menuju suatu tujuan tertentu, dalam hal ini adalah menuju kepada Allah SWT yang dibuktikan dengan mampunya diri kita melihat wajah Allah SWT di syurga secara langsung.

 

Hal ini sebagaimana ketentuan yang terdapat di dalam surat Az Zumar (39) ayat 54 di atas dan juga sebagaimana ketentuan hadits berikut ini: “Dari Abu Hurairah ra, dia berkata, “Sungguh, pada suatu waktu para sahabat bertanya kepada Nabi SAW, “Ya Rasulullah, apakah kita bisa melihat Allah pada hari Kiamat nanti?’ Rasulullah SAW bersabda: “Apakah kalian terhalang melihat rembulan pada malam purnama?” Mereka menjawab: “Tidak, ya Rasulullah.” Kemudian Rasulullah SAW bertanya: “Apakah kalian terhalang melihat matahari yang tidak tertutup awan?” Mereka menjawab: “Tidak, ya Rasulullah.” Rasulullah SAW kemudian bersabda: “Demikianlah sesungguhnya pada hari Kiamat nanti kalian akan melihat wajah Allah Ta’ala.” (Hadits Riwayat Bukhari, Muslim).

 

Dan agar perjalanan hidup ini terarah dari waktu ke waktu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh Allah SWT, sehingga kita bisa bertemu dan melihat wajah Allah SWT secara langsung, ada baiknya kami mengemukakan hal hal sebagai berikut:

 

1.    Untuk dapat bertemu dan ditemui oleh Allah SWT kelak, tempatnya tidak bisa disem-barang tempat karena Allah SWT tidak akan mungkin mau dan bersedia menemui kita jika kita berada di dalam neraka.

2.    Untuk dapat bertemu dan ditemui oleh Allah SWT kelak, kita harus memenuhi syarat dan ketentuan tertentu, yaitu beriman dan beramal shaleh; mentaati Allah dan RasulNya; serta menjadi orang yang bertaqwa karena inilah syarat utama untuk pulang kampung ke syurga.

3.   Untuk bisa bertemu dan ditemui oleh Allah SWT kelak,  harus dipersiapkan dengan matang sejak diri kita masih hidup di muka bumi sehingga buang jauh jauhlah konsep simsalabim alakadabra untuk bisa bertemu Allah SWT kelak.

4.    Untuk dapat bertemu dan ditemui oleh Allah SWT kelak, kita harus bisa menjadikan diri kita sendiri memang pantas untuk ditemui oleh Allah SWT di syurga kelak.

5.    Untuk  dapat  bertemu dengan Allah SWT selaku Dzat Yang Maha Terhormat maka kita harus terlebih dahulu menjadikan diri kita sesuai dengan kehormatan Allah SWT yaitu harus menjadi makhluk yang terhormat terlebih dahulu karena tempat bertemunya diri kita dengan Allah SWT adalah di tempat yang terhormat (syurga) dan dalam suasana yang saling hormat menghormati.

6.    Untuk dapat bertemu dengan Allah SWT kelak, bukanlah perkara mudah lagi instans (cepat), akan tetapi melalui suatu proses perjalanan yang sangat panjang lagi melelahkan, penuh perjuangan, penuh kesungguhan, penuh doa dan air mata.

7.    Untuk bertemu dengan Allah SWT kelak, kita sangat membutuhkan adanya pedoman atau kompas yang menunjukkan peta perjalanan yang diiringi dengan pemenuhan bekal selama di dalam perjalanan. Agar diri kita tidak sesat di jalan, sampai tujuan dengan selamat serta memiliki pemahaman tentang peta perjalanan yang baik dan benar dan Allah SWT juga telah memberikan Nomor Personal ContactNya : 24434 yang berlaku 24 jam dimanapun manusia berada.

 

Agar hidup dan kehidupan yang kita jalani sesuai dengan konsep Allah SWT maka hidup yang kita jalani saat ini  harus memiliki tujuan. Lalu, bagaimana kita bisa menemukan tujuan hidup? Beruntunglah diri kita yang telah menyatakan diri sebagai seorang muslim, karena telah memiliki tujuan hidup, yang kesemuanya sudah ada di dalam kitab suci AlQuran dan Al Hadits. Berikut ini penjelasan dari tujuan hidup manusia menurut AlQuran dan Al Hadits yaitu:

 

Pertama. Jika kita diciptakan oleh pencipta, maka pastilah pencipta memiliki alasan, maksud dan tujuan, dalam menciptakan diri kita. Karena itu, penting bagi diri kita untuk mengetahui tujuan penciptaan manusia, termasuk keberadaan diri kita. Islam adalah respons terhadap pencarian manusia akan makna. Tujuan penciptaan bagi semua pria dan wanita selama ini adalah: untuk mengenal dan menyembah Tuhan. Allah SWT melalui AlQuran telah mengajarkan kepada kita bahwa setiap manusia dilahirkan sadar akan adanya Tuhan dan telah bertuhankan kepada Allah SWT. Sebagaimana firmanNya berikut ini: "Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman), "Bukankah Aku ini Tuhan kalian?” Mereka menjawab, "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi.”(Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kalian tidak mengatakan, "Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (kekuasaan Tuhan), atau agar kalian tidak mengatakan, 'Sesungguhnya orang tua-orang tua kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dahulu, sedangkan kami ini adalah anak-anak keturunan yang (datang) sesudah mereka. Maka apakah Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang sesat dahulu'?” (surat Al A’raf (7) ayat 172-173).” Berdasarkan surat Al A’raf (7) ayat 172, 173 di atas, Allah SWT berbicara langsung kepada jiwa (ruh) manusia, sehingga membuat jiwa (ruh) manusia bersaksi bahwa Allah adalah Tuhan bagi jiwa (ruh) setiap manusia. Karena Allah SWT telah membuat semua jiwa (ruh) umat manusia bersumpah dengan menjadikan Allah SWT sebagai Tuhan, sehingga setiap seorang anak yang dilahirkan ke muka bumi sudah memiliki keyakinan alamiah (fitrah) tentang Keesaan Allah SWT tanpa terkecuali.

 

Kedua. Tentang tujuan hidup manusia, AlQuran juga telah memaparkannya dengan sangat jelas. Allah SWT berfirman: “Dan mereka tidaklah disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat serta menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (surat Al-Bayyinah (98) ayat 5). Berdasarkan ketentuan ini manusia diciptakan Allah untuk suatu tujuan yang besar dan misi yang penting yaitu beribadah kepada Allah SWT semata.  Dan pengertian ibadah itu sendiri sangatlah luas dan tidak hanya terbatas pada ritual-ritual khusus semata. Semua aktivitas manusia yang dilakukan dalam rangka mewujudkan ketaatan kepada Allah SWT dan sejalan dengan ridha Allah maka ia termasuk ibadah. Ibadah juga dapat dijelaskan sebagai segala sesuatu dalam Islam yang dilakukan seseorang untuk cinta dan kesenangan Allah. Ini sama sekali tergantung pada tindakan yang benar atau tidak benar dari seseorang yang mencakup poin-poin kekuatan berikut: (a) Keyakinan agama; (b) Kegiatan sosial; (c) Kontribusi untuk kesejahteraan masyarakat dan sesama manusia.

 

Ketiga. Orang-orang Mukmin sangat percaya bahwa Allah SWT menurunkan AlQuran dan mengutus Nabi Muhammad SAW untuk mengajarkan kita bagaimana menyenangkan dan menyembah Sang Pencipta yang sesuai dengan kehendak Allah SWT: "... sungguh telah datang kepadamu cahaya dari Allah dan Kitab yang menjelaskan, dengan Kitab itulah Allah memberi petunjuk kepada orang yang mengikuti keridhaanNya ke jalan keselamatan dan (dengan Kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang itu dari gelap gulita kepada cahaya dengan izinNya, dan menunjukkan ke jalan yang lurus. (surat Al Maaidah (5) ayat 15-16).”  Allah SWT juga berfirman dalam surat Ali Imran (3) ayat 31 sebagaimana berikut ini:  “Katakanlah (hai Muhammad), jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, maka ikutilah aku, dan Allah akan mencintaimu dan mengampuni dosamu. Dan Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang.”  Berdasarkan ketentuan ini dikemukakan bahwa jika kita benar-benar mencintai-Nya, maka ikutilah rasul-Nya. Adanya kondisi ini menunjukkan bahwa Allah SWT telah menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagai suri tauladan saat diri kita hidup di dunia ini. Adanya suri tauladan akan memudahkan diri kita melaksanakan tugas sebagai khalifah di muka bumi.

 

Keempat. Tujuan hidup manusia adalah melakukan perbuatan baik dan benar dalam kerangka ibadah ikhsan termasuk di dalamnya memberikan dan berbuat amal shaleh, membebaskan budak, berdoa, menepati janji, dan bersabar selama kesulitan. Allah SWT berfirman: “Bukanlah kebenaran bahwa kamu memalingkan wajahmu ke timur atau barat. Tetapi adalah kebenaran untuk percaya kepada Tuhan, dan Hari Terakhir, dan para Malaikat, dan Kitab, dan para Utusan; untuk menghabiskan harta Anda, karena cinta untuk-Nya, untuk sanak saudara Anda, untuk yatim piatu, untuk yang membutuhkan, untuk musafir, untuk mereka yang meminta, dan untuk tebusan budak; untuk tabah dalam doa, dan mempraktekkan kasih amal biasa, untuk memenuhi kontrak yang telah kamu buat; dan untuk menjadi tegas dan sabar, dalam kesakitan (atau penderitaan) dan kesulitan, dan di semua periode panik. Demikianlah orang-orang yang benar, yang takut akan Allah.” (surat Al Baqarah (2) ayat 177). Selain daripada itu, bekerja untuk menjaga perdamaian atau berusaha untuk mendamaikan diantara orang-orang adalah perbuatan besar yang lebih baik daripada amal, puasa, dan doa. Nabi Muhammad (saw) berkata: “Apakah Anda tahu apa yang lebih baik daripada amal dan puasa dan doa? Itu menjaga perdamaian dan hubungan yang baik antara orang-orang, karena pertengkaran dan perasaan buruk menghancurkan umat manusia.” (Hadits Riwayat Bukhari, Muslim)

 

Kelima. Adanya peringatan untuk kemanusiaan, dimana AlQuran dan juga Hadits sudah memberikan peringatan bagi umat manusia bahwa mereka akan mempertanggungjawabkan setiap tindakan yang mereka lakukan dalam kehidupan ini. Sebagaimana Allah SWT berfirman berikut ini: “Katakan, 'Tuhanlah yang memberimu hidup, lalu membuatmu mati; dan pada akhirnya Dia akan mengumpulkanmu pada Hari Kebangkitan (kedatangan) yang tidak diragukan, tetapi kebanyakan orang tidak mengerti. Kepunyaan Tuhan adalah kerajaan langit dan bumi. Dan pada hari itu ketika kiamat datang, pada hari itu semua orang yang menolak untuk beriman adalah orang-orang yang merugi. Dan kamu akan melihat semua orang tertatih-tatih berlutut, karena semua orang akan dipanggil untuk (menghadapi) catatan mereka: 'Hari ini kamu akan mendapat balasan atas semua yang pernah kamu lakukan. Ini adalah catatan Kami, ini berbicara tentang Anda dalam semua kebenaran; karena Kami telah mencatat semua yang kamu lakukan. (surat Al Jasiyah (45) ayat 26,27, 28,29).” Dan Allah juga SWT berfirman: "Maka barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat atom, ia akan melihatnya, dan barangsiapa berbuat jahat terhadap atom, akan melihat (balasannya)." (surat Az Zalzalah (99) ayat 7,8).” Adanya ketentuan untuk mempertanggungjawabkan segala perbuatan yang kita lakukan kelak dihadapan Allah SWT, menunjukkan bahwa hidup yang kita jalani tidak bisa dilaksanakan seenaknya saja tanpa melihat aturan main yang telah ditetapkan berlaku oleh Allah SWT selaku Tuan Rumah. Berdasarkan uraian di atas ini berarti salah satu tujuan hidup yang harus kita laksanakan adalah bagaimana kita berupaya sebaik mungkin agar laporan pertanggungjawaban kita dapat diterima oleh Allah SWT dengan sebaik baiknya.

 

Keenam. Nabi Muhammad SAW sebagai suri tauladan kita juga telah menggemakan dan juga mengingatkan kepada umatnya tentang pesan pertanggungjawaban, sebagaimana hadits berikut ini: “Seorang pria akan ditanya mengenai lima (hal) pada Hari Kebangkitan: tentang hidupnya dan bagaimana ia menghabiskannya, tentang masa mudanya dan bagaimana ia menjadi tua, tentang kekayaannya: di mana ia memperolehnya dan dengan cara apa ia menghabiskannya, dan apa yang dia lakukan dengan pengetahuan yang dia miliki. "(Hadits Riwayat Ath Thirmidzi). Dan juga melalui sabda Nabi Muhammad SAW berikut ini: “Tiga hal mengikuti almarhum: anggota keluarganya, kekayaannya dan tindakannya. Dua dari mereka kembali dan satu akan tetap bersamanya. Anggota keluarga dan kekayaannya kembali, dan tindakannya akan tetap bersamanya.” (Hadits Riwayat Bukhari, Muslim).” Dan berdasarkan ketentuan hadits ini, tujuan hidup seorang pria adalah bagaimana bersikap dan berbuat terhadap apa apa yang dimilikinya, seperti harta, ilmu serta waktu. Lalu bagaimana memperolehnya serta untuk apa harta, untuk apa ilmu dan untuk apa waktu yang dimilikinya, apakah untuk kepentingan duniawi semata ataukah untuk kepentingan akhirat?.Hal yang harus kita jadikan pedoman adalah bahwa Allah SWT memiliki kriteria sendiri di dalam menilai seseorang sebagaimana hadits berikut ini: Nabi SAW menyatakan, Allah Yang Mahakuasa menghakimi kamu bukan dari wajahmu atau kekayaan-mu, tetapi oleh kemurnian hatimu dan perbuatanmu." (Hadits Riwayat Muslim). Berdasarkan ketentuan ini, penampilan, kekayaan, keturunan, harta kekayaan, pangkat dan jabatan, pendidikan, warna kulit, suku bangsa yang kita miliki bukanlah kriteria yang akan dipergunakan oleh Allah SWT untuk menilai keberhasilan diri kita.

 

Adanya konsep 6 (enam) tujuan hidup di atas, akhirnya kita akan dihadapkan dengan konsep hidup adalah kesempatan dan juga pilihan serta hidup adalah perjalanan. Kesempatan untuk melaksanakan apa apa yang telah ditetapkan oleh Allah SWT berlaku kepada diri kita  atau tidak mau melaksanakan apa apa yang telah ditetapkan berlaku. Sehingga hidup yang kita jalani saat ini adalah pilihan, pilihan memilih apa yang baik atau apa yang buruk, mau masuk ke syurga atau mau masuk ke neraka, mau menjadikan hati yang hidup lagi sehat atau mau menjadikan hati yang mati lagi sakit, mau jalan kebaikan atau mau jalan keburukan, mau jiwa yang fitrah atau mau jiwa yang fujur. Pilihan dan konsekuensi dari pilihan yang kita ambil akan menentukan hasil akhir sehingga sebab bukanlah karena akibat.

 

Agar Konsep Tahu Diri dan Tahu Aturan Main serta Tahu Tujuan Akhir yang telah kita miliki berhasil guna, maka langkah berikutnya adalah kita harus memiliki visi, yaitu kompas hidup yang membuat kita tahu hal terbesar yang harus kita lakukan, yang akan membuat kita dikenang karena prestasi yang luar biasa dalam kebaikan dalam kerangka ibadah ikhsan. Sekalipun visi adalah kompas hidup, tetapi kita tidak hanya berusaha menggapainya hanya dengan sebelah mata. Visi adalah kemampuan melihat tujuan hidup dengan ke dua mata, yakni mata akhirat dan mata dunia. Kita tidak bisa hanya memiliki visi akhirat tanpa prestasi luar biasa di dunia yang akan memudahkan kita mencapi visi akhirat. Demikian pula sebaliknya, kita tidak bisa hanya terobsesi pada pencapaian prestasi visi dunia dengan mengesampingkan prestasi visi akhirat. Visi hidup haruslah mencakup prestasi visi dunia yang akan memudahkan kita mencapai visi terbesar di akhirat kelak.

 

Visi hidup adalah arah tujuan utama dari kehidupan kita. Sebaik baik visi hidup adalah yang mengikutkan Allah SWT dan mempersangkutkan akhirat di dalamnya. Visi akhirat akan tercapai kala visi dunia terpenuhi. Sehingga visi akhirat hanya bisa dicapai dengan raihan prestasi luar biasa di dunia. Prestasi di dunia inilah yang akan membuat sosok diri kita begitu dibanggakan, kehadiran akan begitu dirindukan karena banyak manusia merasakan manfaat kebaikan dari kehadiran dan karya karya diri kita. Lalu apa yang sudah kita hasilkan sebagai bentuk karya nyata diri kita saat hidup di muka bumi ini? Jika belum ada lalu bagaimana kita akan berhasil mencapai visi akhirat? Untuk itu buatlah visi hidup yang akan selalu membuat kita dirindukan, karena setelah kematian tiba bukan hanya penduduk bumi yang merasa ditinggalkan, bahkan para penduduk langit pun menangis sedih karena merasa kehilangan. Milikilah visi akhirat yang unik dan mencerminkan diri kita sendiri. Apa contohnya? Contohnya ingin memeluk Nabi Muhammad SAW beserta sahabat sahabatnya di syurga, ingin berkumpul di syurga bersama keluarga besar serta anak dan keturunan, ingin menggendong orang tua melewati jembatan sirathal mustakim, dan lain sebagainya.

 

Jika kita sudah mampu membuat prestasi dunia yang membanggakan bagi penduduk dunia dan juga penduduk langit serta memiliki visi akhirat yang jelas berarti kesempatan untuk merasakan mati senang sudah kita persiapkan. Hidup senang di dunia tidak akan menjamin kita mati tenang, apalagi mati senang. Betapa banyak manusia yang dikelilingi rasa senang berlimpah harta ataupun popularitas tapi mati dalam kondisi was was atau ketakutan seperti fir’aun. Mati senang bukan berarti mati dalam keadaan tersenyum atau ketika sakratulmaut manusia tersebut tertawa. Mati senang karena para malaikat mengatakan kepada diri kita “salaamun alaikum” masuklah kamu ke dalam syurga seperti yang tertuang dalam surat An Nahl (16) ayat 32 berikut ini: “(yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam Keadaan baik oleh Para Malaikat dengan mengatakan (kepada mereka): "Salaamun'alaikum, masuklah kamu ke dalam syurga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan". Mati dalam keadaan senang adalah kala mendapat kabar dari Malaikat bahwa diri kita akan masuk Syurga seperti yang tertuang dalam surat Al Fajr (89) ayat 27 sampai 30 berikut ini: “Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku,masuklah ke dalam syurga-Ku. (surat Al Fajr (89) ayat 27, 28,29,30)

 

Mati senang bisa diraih dengan berbagai sukses tetapi tidak dapat diukur dari garis bibir yang melengkung ke atas saat mata terpejam. Mati senang adalah suatu kondisi saat di hari berhisab kita menerima buku laporan terakhir dari sisi sebelah kanan sehingga kita termasuk di dalam golongan kanan. Allah SWT berfirman: “Yaitu golongan kanan. Alangkah mulianya golongan kanan itu. dan golongan kiri. Alangkah sengsaranya golongan kiri itu. dan orang-orang yang beriman paling dahulu,mereka Itulah yang didekatkan kepada Allah.berada dalam jannah kenikmatan. (surat Al Waaqiah (56) ayat 8, 9, 10, 11, 12). Allah SWT berfirman: “(ingatlah) suatu hari (yang di hari itu) Kami panggil tiap umat dengan pemimpinnya; dan Barangsiapa yang diberikan kitab amalannya di tangan kanannya Maka mereka ini akan membaca kitabnya itu, dan mereka tidak dianiaya sedikitpun. (surat Al Israa’ (17) ayat 71)

 

Jika ada mati senang tentu ada pula mati sengsara atau mati susah, jika hal ini yang terjadi maka kita akan dikelompokkan menjadi golongan kiri yang pulang kampungnya ke Neraka seperti yang tertuang dalam surat Al Waaqiah (56) ayat 9, 10, 11, 12 di atas.

 

Sebagai orang yang telah bertekad dan bercita-cita untuk pulang kampung ke syurga ketahuilah bahwa masuk ke syurga tidak bisa hanya bermodalkan pahala, akan tetapi dengan rahmat dan kasing sayang Allah SWT semata, sebagaimana hadits berikut ini: Anas ra, berkata: Nabi SAW bersabda: Allah ta’ala berfirman: “Terdengarlah seruan pada hari kiamat dari tengah Arsy: Wahai umat Muhammad! Sesungguhnya Allah SWT berfirman: Aku telah hibahkan kepada kalian hak hak Ku yang menjadi kewajibanmu dan tersisalah akibat akibat yang harus dipertanggungjawabkan, maka saling berhibahlah kalian dan masuklah syurga dengan rahmat-KuAdanya kondisi ini meng-haruskan diri kita untuk berbuat sesuatu secara konsisten (istiqamah) yang membuat Allah SWT mau memberikan rahmat dan kasih sayang-Nya kepada diri kita sehingga kita mampu masuk syurga. Rahmat dan kasih sayang Allah SWT tidaklah sama dengan pahala, apalagi disejajarkan dengan pahala. Pahala bukan alat bantu (alat tukar laksana uang) untuk membeli rahmat dan kasih sayang Allah SWT dan semoga kita mampu memperoleh rahmat dan kasih sayang Allah SWT saat hidup di dunia ini. 

 

Sebagai abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya di muka bumi sudahkah kita mengetahui bahwa tujuan akhir yang telah ditetapkan oleh Allah SWT hanya ada 2 (dua) yaitu: syurga sebaik-baik tempat kembali dan neraka seburuk-buruknya tempat kembali. Syurga dan neraka bukanlah sesuatu yang kita ciptakan melainkan Allah SWT yang menciptakan dan Allah SWT juga yang akan menetapkan siapa-siapa saja yang berhak menempati syurga dan siapa-siapa saja yang berhak menempati neraka. Dan sebagai orang yang akan menempati syurga ataukah neraka kelak, kita tidak bisa menentukan sendiri bahwa syurga adalah tempat kembali diri kita karena tidak ada satupun manusia yang akan mau pulang kampung ke neraka. Namun ingat diri kita sendirilah yang menentukan kemana kita akan pulang kampung dengan segala fasilitas yang ada baik di syurga maupun di neraka.

 

Untuk itu mari kita perhatikan sebuah cerita yang berjudul “Api Dibawa dari Dunia”. Ada seorang waliyullah bernama Bahlul Daanaa (abad VIII) yang hidup di masa khalifah Harun Al Rasyid. Bahlul terkenal dengan sikapnya yang sering kali di luar sikap manusia pada umumnya. Sehingga orang orang seringkali menganggapnya sebagai orang gila. Meski sebenarnya sikap anehnya ini dilakukannya dengan sengaja. Bahlul selalu mencari kesempatan untuk bisa dekat dengan khalifah Harun Al Rasyid guna memberi peringatan kepadanya tentang suatu hal. Suatu hari Bahlul mendatangi khalifah dengan sekujur tubuhnya lusuh penuh dengan kotoran tanah; menunjukkan kalau dirinya baru saja kembali dari melakukan perjalanan panjang. Mendapati keadaan yang sepeti ini khalifah Harun Al Rasyid bertanya: “Bahlul kenapa keadaanmu seperti itu, darimana saja engkau?’ “Saya baru saja kembali dari neraka Jahannam, wahai Khalifah!’. “Dari neraka Jahannam? Untuk apa engkau kesana?” “Saya datang kesana untuk mengambil api”. “Jika engkau butuh api kenapa harus kesana? Lalu apakah engkau sudah mengambil apinya?” “Tidak, wahai khalifah. Sesampainya di pintu neraka Jahannam saya bertemu dengan para penjaga. Mereka mengatakan bahwa ‘Di neraka tidak ada api seperti yang disangka semua orang. Yang benar adalah semua orang membawa apinya sendiri sendiri dari dunia ke sini”. Baik apinya neraka Jahannam maupun gemerlapnya istana di syurga, semuanya adalah disiapkan di dunia ini. Karena itu manakah yang ingin engkau persiapkan? Untuk itu perhatikanlah amal amal perbuatanmu!

 

Berdasarkan cerita di atas, bertanyalah kepada diri kita masing-masing apa yang sudah kita persiapkan untuk bekal pulang kampung kelak. Hal ini menjadi penting karena baik dan berkuali-tasnya syurga atau buruknya kualitas neraka yang akan kita tempati kelak, bukan orang lain yang mempersiapkannya melainkan diri kita sendirilah menjadikannya istimewa. Sudahkah kondisi ini kita pahami!.  

 

A.     TINGKATAN-TINGKATAN SYURGA.

 

Setiap manusia, siapapun dia, apapun kedudukannya, apapun latar belakangnya, dapat dipastikan ia pasti akan bercita-cita untuk pulang kampung ke syurga. Karena tidak ada satupun yang ingin masuk neraka. Akan tetapi ketahuilah berdasarkan surat Al Baqarah (2) ayat 214 berikut ini: “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, Padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, Sesungguhnya pertolongan Allah itu Amat dekat. (surat Al Baqarah (2) ayat 214)”.  Untuk bisa masuk syurga tidak serta merta begitu saja dapat kita raih. Kita akan diuji dengan cobaan (kesulitan) terlebih dahulu. Sekarang tahukah kita dengan syarat dan ketentuan ini? Adalah sesuatu yang mustahil diakal jika kita ingin masuk syurga namun kita sendiri yang menentukan aturan mainnya, padahal kita hanyalah pemain semata yang tidak memiliki apapun saat hadir ke muka bumi ini.

 

Sedangkan berdasarkan surat Al Mu’minuun (23) ayat 115 berikut ini: “Maka Apakah kamu mengira, bahwa Sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada kami?”. Ayat ini mengemukakan bahwa Allah SWT dengan tegas mengatakan bahwa sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu  termasuk manusia dengan sungguh-sungguh, bukan secara main main. Lalu seluruh manusia akan dikembalikan kepada Allah SWT atau dengan kata lain “dari Allah SWT akan kembali ke Allah SWT”. Dan agar diri kita mampu pulang kampung ke syurga, jadikan hadits berikut ini sebagai pedomannya: “Penghuni syurga itu ada tiga. Pertama, penguasa yang berlaku adil, dapat dipercaya dan berhasil dalam kepemimpinannya. Kedua, orang yang penyayang dan ringan hati kepada setiap kerabatnya. Ketiga, orang Islam yang menjaga dirinya dari melakukan perbuatan haram dan juga menjaga keluarganya. (Hadits Riwayat Muslim)”. Sudahkah kita melaksanakannya saat hidup di muka bumi ini!

 

Dilai sisi, adanya perbedaan kualitas keimanan dan ketaqwaan seseorang maka akan memberikan hasil akhir yang berbeda pula, yang pada akhirnya akan berbeda pula tingkatan seseorang saat kembali kepada Allah SWT. Hal ini sesuai dengan firman-Nya yang termaktub dalam surat Ali Imran (3) ayat 163 berikut ini: “(Kedudukan) mereka itu bertingkat tingkat di sisi Allah, dan Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan.”. Lalu seperti apakah tingkatan syurga yang ditentukan oleh Allah SWT itu?

 

Inilah tingkatan-tingkatan syurga yang telah dipersiapkan oleh Allah SWT untuk umat manusia yang memenuhi syarat dan ketentuan yang telah ditetapkan-Nya.

 

1.   Syurga Firdaus. Berdasarkan surat Al Kahfi (18) ayat 107 yang kami kemukakan berikut ini: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal.(surat Al Kahfi (18) ayat 107).” Syurga Firdaus diperuntukan bagi orang yang beriman lagi beramal shaleh. Ingat, bukan beriman saja namun harus disertai dengan amal shaleh. Sedangkan berdasarkan surat Al Mu’minuun (23) ayat 9 sampai 11 yang kami kemukakan berikut ini: “dan orang-orang yang memelihara sembahyangnya. mereka Itulah orang-orang yang akan mewarisi, (yakni) yang akan mewarisi syurga Firdaus. mereka kekal di dalamnya.” Syurga firdaus juga dipersiapkan untuk orang orang yang mampu memelihara shalatnya dari waktu ke waktu yang tercermin dari perilakunya yaitu mencegah perbuatan keji dan munkar selama hayat masih di kandung badan.

 

2.    Syurga Adn. Berdasarkan surat An Nahl (16) ayat 30 dan 31 yang kami kemuka-kan berikut ini: “dan dikatakan kepada orang-orang yang bertakwa: "Apakah yang telah diturunkan oleh Tuhanmu?" mereka menjawab: "(Allah telah menurunkan) kebaikan". orang-orang yang berbuat baik di dunia ini mendapat (pembalasan) yang baik. dan Sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik dan Itulah Sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa, (yaitu) syurga 'Adn yang mereka masuk ke dalamnya, mengalir di bawahnya sungai-sungai, di dalam surga itu mereka mendapat segala apa yang mereka kehendaki. Demikianlah Allah memberi Balasan kepada orang-orang yang bertakwa.”  Syurga Adn diperuntukkan bagi orang yang bertakwa kepada Allah SWT yang tercermin selalu berbuat kebaikan saat hidup di dunia. Di dalam syurga And mengalir sungai sungai di bawahnya  serta penghuninya mendapatkan segala apa yang dikehendakinya.

Sedangkan berdasarkan surat Thaha (20) ayat 75-76 yang kami kemukakan berikut ini: “dan Barangsiapa datang kepada Tuhannya dalam Keadaan beriman, lagi sungguh-sungguh telah beramal saleh, Maka mereka Itulah orang-orang yang memperoleh tempat-tempat yang Tinggi (mulia), (yaitu) syurga 'Adn yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya. dan itu adalah Balasan bagi orang yang bersih (dari kekafiran dan kemaksiatan).” Syurga Adn  diperuntukkan bagi orang yang dalam keadaan beriman lagi bersungguh sungguh telah beramal shaleh yang dibuktikan banyak berbuat kebaikan. Penghuni Syurga Adn adalah orang orang yang bersih dari kekafiran dan juga kemaksiatan.

 

Selanjutnya berdasarkan surat Fathir (35) ayat  32-33 yang kami kemukakan berikut ini:  “kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang Menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan[1260] dengan izin Allah. yang demikian itu adalah karunia yang Amat besar. (bagi mereka) syurga 'Adn mereka masuk ke dalamnya, di dalamnya mereka diberi perhiasan dengan gelang-gelang dari emas, dan dengan mutiara, dan pakaian mereka didalamnya adalah sutera.”

 

[1260] Yang dimaksud dengan orang yang Menganiaya dirinya sendiri ialah orang yang lebih banyak kesalahannya daripada kebaikannya, dan pertengahan ialah orang-orang yang kebaikannya berbanding dengan kesalahannya, sedang yang dimaksud dengan orang-orang yang lebih dahulu dalam berbuat kebaikan ialah orang-orang yang kebaikannya Amat banyak dan Amat jarang berbuat kesalahan.

 

Syurga Adn adalah syurga yang telah dipersiapkan oleh Allah SWT untuk hamba-hamba pilihan Allah SWT yaitu hamba-hamba selalu lebih dahulu berbuat kebaikan atau hamba yang menjadi pelopor utama dan pertama kebaikan atau hamba yang selalu menjadi panutan di dalam kebaikan. Penghuni syurga Adn diberi perhiasan dengan gelang gelang emas, mutiara dan pakaiannya adalah pakaian sutera. Selain dari pada itu, berdasarkan surat Ar Ra’d (13) ayat 22, 23 seperti yang kami kemukakan berikut ini: “dan orang-orang yang sabar karena mencari keridhaan Tuhannya, mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang-orang Itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik), (yaitu) syurga 'Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu.”  Syurga Adn adalah syurga yang diperuntukkan bagi orang orang yang sabar di dalam mencari keridhaan Allah SWT, mendirikan shalat, menafkahkan sebagian rezeki (menginfaqkan hartanya di jalan Allah SWT) serta menolak kejahatan dengan kebaikan. Penghuni syurga Adn akan tinggal bersama atau kumpul bersama dengan keluarga serta bersama orang orang shaleh.

 

3.   Syurga Naim. Berdasarkan surat Luqman (31) ayat 8 “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, bagi mereka syurga-syurga yang penuh kenikmatan.” dan juga berdasarkan surat Al Hajj (22) ayat 56 seperti yang kami kemukakan berikut ini: “kekuasaan di hari itu ada pada Allah, Dia memberi keputusan di antara mereka. Maka orang-orang yang beriman dan beramal saleh adalah di dalam syurga yang penuh kenikmatan.” syurga Naim diperuntukkan bagi orang-orang yang benar-benar beriman kepada Allah SWT dan mengerjakan amal amal shaleh.

 

4.     Syurga Ma’wa. Berdasarkan surat As Sajdah (32) ayat 19 yang kami kemukakan di bawah ini, “Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, Maka bagi mereka jannah tempat kediaman, sebagai pahala terhadap apa yang mereka kerjakan.” Syurga Ma’wa sudah dipersiapkan oleh Allah SWT untuk orang beriman dan mengerjakan amal shaleh.  Sedangkan berdasarkan surat An Nazi’at (79) ayat 40, 41 yang kami kemukakan berikut ini: “dan Adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, Maka Sesungguhnya syurgalah tempat tinggal(nya).” syurga Ma’wa diperuntukkan bagi orang orang yang takut kepada kebesaran Allah SWT serta menahan diri dari keinginan hawa nafsunya.

 

5.    Syurga Darussalam. Berdasarkan surat Al An’am (6) ayat 126 dan 127 yang kami kemukakan berikut ini: “dan Inilah jalan Tuhanmu; (jalan) yang lurus. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan ayat-ayat (Kami) kepada orang-orang yang mengambil pelajaran. bagi mereka (disediakan) darussalam (syurga) pada sisi Tuhannya dan Dialah pelindung mereka disebabkan amal-amal saleh yang selalu mereka kerjakan.”. syurga Darussalam diperuntukkan untuk orang orang yang mau mengambil pelajaran dari ayat ayat Allah SWT lalu mengerjakan pelajaran itu dengan mengerjakan amal amal shaleh sehingga ia selalu berada di jalan Allah SWT.

 

6.    Syurga Darul Muqamah. Berdasarkan surat Faathir (35) ayat 35 yang kami kemu-kakan berikut ini: “yang menempatkan Kami dalam tempat yang kekal (surga) dari karunia-Nya; didalamnya Kami tiada merasa lelah dan tiada pula merasa lesu". syurga Darul Muqamah adalah syurga yang diperuntukkan bagi orang yang selalu bersyukur kepada Allah SWT dimana di dalamnya orang-orang tidak pernah merasa lelah dan tidak merasa lesu.

 

7.    Syurga Al Maqamul Amin. Berdasarkan surat Ad Dukhaan (44) ayat 51 yang kami kemukakan berikut ini: Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam tempat yang aman.” syurga Al Maqamul Amin adalah syurga yang diperuntukkan bagi orang orang yang bertaqwa.

 

8.    Syurga Khuldi. Berdasarkan surat Al Furqaan (25) ayat 15 yang kami kemukakan berikut ini: “Katakanlah: "Apa (azab) yang demikian itukah yang baik, atau surga yang kekal yang telah dijanjikan kepada orang-orang yang bertaqwa?" Dia menjadi Balasan dan tempat kembali bagi mereka?”. syurga Khuldi diperuntukkan bagi orang yang bertaqwa, yaitu orang yang taat menjalankan perintah Allah SWT dan menjauhi segala yang dilarang.

 

Sekarang kita sudah mengetahui tentang tingkatan-tingkatan syurga, lalu yang manakah pilihan syurga kita? Kita tidak bisa hanya dengan bermodalkan pemikiran yang penting bisa masuk syurga walaupun hanya di emperannya (di pelatarannya) saja yang penting syurga. Buang jauh-jauh pemikiran ini karena semua tingkatan syurga memiliki syarat dan ketentuan yang berbeda-beda. Jika memang betul kita berniat pulang kampung ke syurga, tidak ada jalan lain di sisi usia yang kita miliki, kita harus berjuang semaksimal mungkin untuk memenuhi salah satu kriteria masuk syurga yang kami sebutkan di atas.

 

Dan dengan adanya informasi tingkatan-tingkatan syurga maka disinilah letak perjuangan diri kita. Jika kita berniat untuk berada di tingkat yang tinggi saat bertemu dengan Allah SWT maka langkah berikutnya adalah kita harus memiliki visi yaitu kompas hidup yang membuat kita tahu hal terbesar yang harus kita lakukan, yang akan membuat kita dikenang karena prestasi yang luar biasa dalam kebaikan dalam kerangka membuat Allah SWT tersenyum yang pada akhirnya mau memberikan rahmat da kasih sayangnya kepada diri kita. Alangkah bahagianya jika diri kita, keluarga kita, anak keturunan kita bisa berkumpul di dalam syurga-Nya Allah SWT kelak. Lalu bagaimana dengan pemenuhan syarat dan ketentuan masuk syurga yang telah kita lakukan? Kenyataannya masih banyak syarat dan ketentuan yang belum kita penuhi. Perilaku kita masih berseberangan dengan kehendak Allah SWT. Perbuatan dosa masih juga kita laksanakan sehingga perilaku sesuai dengan kehendak setan. Lalu bagaimana kita akan masuk syurga!


Kita juga tahu bahwa syurga bukanlah kita yang menciptakan, melainkan sesuatu yang akan dianugerahkan oleh Allah SWT kepada kita melalui rahmat dan kasih sayang-Nya. Lalu kenapa kita yang mengatur Allah SWT agar diri kita saja, kelompok kita saja yang dimasukkan ke dalam syurga sehingga kita sibuk mengobral dengan harga murah fasilitas untuk masuk syurga yang tidak pernah kita miliki. Syurga adalah hak Allah SWT dimana hak Allah SWT ini hanya akan diberikan oleh Allah SWT kepada yang berhak menerimanya sepanjang yang berhak tersebut mampu memenuhi hak-hak Allah SWT terlebih dahulu. Untuk itu  jangan pernah merasa diri kita yang berhak untuk masuk syurga atau jangan pernah merasa yakin akan masuk syurga karena merasa telah memenuhi syarat dan ketentuan yang dikehendaki oleh Allah SWT. Selanjutnya sebagai pelaksana dari hak-hak Allah SWT berarti hanya Allah SWT sajalah yang memiliki hak untuk menilai serta yang menentukan hasil akhir dari pelaksanaan hak- hak Allah SWT yang menjadi kewajiban diri kita. Sehingga parameter yang berlaku bukanlah parameter dari pelaksana hak-hak Allah SWT melainkan parameter Allah SWT sebagai pemilik syurga.   

 

Selain itu, ketahuilah bahwa hidup itu laksana cermin yang akan menampilkan apa apa yang pernah kita buat dan lakukan. Cermin tidak pernah berbohong, namun diri kitalah yang sering membohongi cermin dengan tidak mengakui apa yang telah ditampilkan oleh cermin. Dimanakah cermin kita? Seperti apakah kualitas cermin kita? Sanggupkah jika menampik atau tidak mengakui, atau mengatakan cermin itu salah dengan mengatakan buruknya watakku, buruknya perilakuku, buruknya kelakuanku karena cermin? Jika sampai ini yang terjadi berarti ada sesuatu yang salah dalam diri kita terutama kewarasan kita. Jangan sampai kita berbuat seperti itu. Dan agar cita-cita untuk pulang kampung ke syurga bukanlah khayalan melainkan sebuah kenyataan. Mari kita perhatikan apa yang dikemukakan oleh Ibnul Qayyim Al Jauziyah berikut ini: “Orang yang menuju jalan Allah dan negeri akhirat (maksudnya menuju syurga) atau siapapun yang menempuh tujuan tertentu, tidak akan pernah sampai kecuali dengan dua ketentuan, yaitu ilmu dan amal. Dengan ilmu seseorang akan mengetahui  di tempat mana ia harus singgah dan di tempat mana ia harus menjauhi sebab sebab kerusakan, tempat yang dapat menghancurkannya, bahkan kelokan yang sering kalii menjebak. Ilmu adalah cahaya yang bersinar terang. Jika ia dalam genggaman, niscaya dapat membantu seseorang sekalipun berjalan di malam yang gelap gulita. Dia dapat memperhitungkan apa yang akan terjadi, apakah di depannya ada jurang yang dalam, wilayah yang penuh bahaya, daratan dengan batuan yang terjal, atau duri duri perjalanan. Dengan cahaya seseorang juga dapat melihat rambu rambu jalan dan tanda tanda yang dipasang sehingga tidak akan tersesat. Dengan cahaya itulah seseorang dapat menemukan dua hal, rambu rambu jalan dan daerah daerah yang membawa kerusakan. Dengan kekuatan ilmu, seseorang pejalan dianggap telah dapat menempuh separuh perjalanan. Demikian pula halnya dengan orang yang meniti jalan Allah. Apabila seseorang telah dapat melihat jalan, memahami rambu rambunya, mengetahui tempat tempat yang licin dan berbahaya, maka diibaratkan ia telah berhasil separuh kebahagiaan dan keberuntungan. Tinggallah separuh yang lain. Dia harus bergegas menyingsingkan lengan baju dan berjalan cepat menelusuri jalan jalan tembus melewati satu wilayah ke wilayah lain. Jika ia telah sampai di suatu tempat peristirahatan, hendaklah bersiap-siap untuk menempuh jalan selanjutnya. Pada akhirnya, ia akan merasa sudah dekat dengan target tujuan hingga berbagai kesulitan selama perjalanan terasa ringan”.

 

Begitulah. Menempuh jalan menuju Allah SWT (atau menuju syurga) menggunakan hati nurani bukan dengan kaki, dan jalan yang ditempuh memang panjang dan menakutkan. Orang-orang pilihan sebelum kita sudah melakukannya sepanjang masa. Sayangnya, jalan tersebut pada masa sekarang menjadi hilang hampir tanpa bekas karena keberpalingan kita dari rintisan yang pernah mereka lakukan. oleh sebab itu, kita sangat memerlukan ilmu. Ilmu memiliki relevansi dengan jalan dan tujuan yang tinggi ini.

 

Dan kembali Ibnul Qayyiim Al Jauziyah juga menuturkan, “Sejatinya Anda memerlukan kekuatan ilmu, artinya Anda harus belajar. Jangan pernah menyangka bahwa menuju ke jalan Allah tidak perlu menuntut ilmu. Menuntut ilmu merupakan prinsip yang paling esensial dalam rangka menuju Allah. Hal ini mutlak diperlukan bagi orang yang hendak menelusuri jalan tersebut selamanya. Oleh sebab itu, yang paling awal dilakukan adalah dengan menggunakan metode keilmuan yang terpadu, dan memiliki tahapan tahapan dalam setiap cabang keilmuannya, semisal mengkaji ilmu tentang tahu diri yang dilanjutkan dengan tahu aturan serta tahu tujuan akhir.” Ilmu adalah sifat Allah SWT dan kitapun telah diberikan sifat Ilmu sebagai bagian dari modal dasar diri kita untuk menjadi abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya di muka bumi. Ilmu yang sudah ada dalam diri tidak bisa hanya dengan didiamkan maka ilmu akan berkembang dan mampu menghantarkan diri kita menjadi abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya yang sesuai dengan kehendak-Nya. Ilmu harus dipelajari, harus dikembangkan dan harus dipraktekkan untuk kebaikan diri dan diamalkan dengan cara mengajarkan kembali kepada sesama barulah ilmu bermanfaat. Ilmu harus dicanangkan sebelum berbicara dan melakukan suatu amalan. Jika tidak demikian, niscaya Anda akan tersesat dan tidak akan pernah sampai tujuan. Maka kekuatan ilmu harus didahulukan, baru setelah itu kekuatan amal. Mulailah Anda mengimplementasikan ilmu ini dalam realita, kemudian berjalan secara nyata.

 

Ingat, untuk memperoleh dan mendapatkan ilmu hanya bisa didapat melalui proses belajar mengajar  yang sungguh sungguh, konsisten dalam komitmen. Ilmu diperoleh melalui proses bertahap dari waktu ke waktu. Kita tidak bisa hanya sesekali, atau sekali-kali, atau hanya meluangkan waktu ala kadarnya untuk belajar memperoleh ilmu dan jika ini yang terjadi maka sekedar itulah ilmu yang kita peroleh. Belajar harus didukung dengan komitmen yang kuat dan utuh dari diri sendiri maka belajar akan mudah dimudahkan oleh Allah SWT.

 

Di lain sisi, setiap manusia akan melakukan sebuah kegiatan, perbuatan, ataupun amaliah sangat tergantung dari kualitas pemahaman yang dimilikinya. Sebagaimana firman-Nya berikut ini: “Maka berpalinglah (hai Muhammad) dari orang yang berpaling dari peringatan Kami, dan tidak mengingini kecuali kehidupan duniawi. Itulah sejauh-jauh pengetahuan mereka. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang paling mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia pulalah yang paling mengetahui siapa yang mendapat petunjuk. (surat An Najm (53) ayat 29 dan 30)”. Dimana kualitas pemahaman ini sangat berhubungan dengan kualitas ilmu yang dimiliki seseorang. Dan jika kualitas ilmu seseorang hanya sebatas sesuatu yang tersurat saja, maka kualitas pemahaman pun hanya sebatas tersurat saja. Dan jika kita berkehendak untuk memperoleh kualitas pemahaman bukan hanya sekedar yang tersurat saja, melainkan sampai yang tersirat dan yang tersembunyi, tidak ada jalan lain kecuali dengan meningkatkan kualitas kemampuan ilmu sampai yang tersirat dan yang tersembunyi melalui proses belajar dan mengajar yang tiada henti dengan semangat konsisten dalam komitmen. Adanya ilmu yang kita miliki maka jalan untuk menuju Allah SWT sudah kita ketahui, tinggal sekarang bagaimana kita melaksanakan apa apa yang sudah kita pelajari sehingga mampu menghantarkan diri kita kembali kepada Allah SWT.

 

Dan tidak ada gunanya kita tahu diri, tahu aturan main dan tahu tujuan akhir  yang ditunjang dengan oleh adanya visi akhirat, jika kita sendiri tidak berani membeli atau menjadikan hal tersebut menjadi karya nyata melalui pengorbanan, melalui perjuangan yang konsisten dari waktu ke waktu. Jangan pernah berharap mencapai visi akhirat jika kita hanya malas- malasan, hanya berpangku tangan, hanya menunggu dan menunggu kesempatan untuk memulai aksi, berharap kasihan dari orang lain, hanya bicara tanpa ada kemauan untuk berbuat, terkecuali jika kita mampu memasukkan unta ke dalam lobang jarum.Ayo segera bertindak dan berbuat dalam koridor tahu diri, tahu aturan main serta tahu tujuan akhir yang dilandasi dengan visi akhirat yang telah kita tetapkan karena hanya dengan tindakan nyata berupa karya nyata semuanya akan tercapai. Jangan pernah memberikan kesempatan kepada perampok perampok waktu melaksanakan aksinya di sisa usia kita yang ada. Untuk itu kita bisa bercer-min kepada hadits berikut ini: “Jagalah lima hal sebelum datangnya lima hal: jagalah mudamu sebelum tuamu, jagalah sehatmu sebelum sakitmu, jagalah kayamu sebelum miskinmu, jagalah waktu luangmu sebelum datangnya waktu sibukmu, jagalah hidupmu sebelum matimu.” (Hadits Riwayat Al Hakim). Untuk itu manfaatkan waktu yang tersisa di sisa usia kita karena hanya dikesempatan itulah kita bisa merealisasikan dan menunjukkan siapa diri kita yang sesungguhnya dihadapan Allah SWT melalui bekerja, beribadah, berkarya secara ikhlas yang berasal dari bagian hati. Untuk itu mari kita pelajari, perhatikan dan renungkan dengan seksama 2 (dua) ayat Al Qur’an yang kami kemukakan berikut ini: Sesungguhnya Allah tidak berbuat dzalim kepada manusia sedikitpun, akan tetapi manusia Itulah yang berbuat dzalim kepada diri mereka sendiri. (surat Yunus (10) ayat 44).” Serta yang dikemukakan oleh Allah SWT dalam firmanNya berikut ini: “dan sekali-kali bukanlah harta dan bukan (pula) anak-anak kamu yang mendekatkan kamu kepada Kami sedikitpun; tetapi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal (saleh, mereka Itulah yang memperoleh Balasan yang berlipat ganda disebabkan apa yang telah mereka kerjakan; dan mereka aman sentosa di tempat-tempat yang Tinggi (dalam syurga). (surat Saba’ (34) ayat 37)

 

Adanya 2 (dua) buah ketentuan diatas, membuktikan bahwa hasil akhir dari visi akhirat yang telah kita tentukan, sangat tergantung kepada perjuangan diri kita sendiri. Sehingga hidup tenang mati senang berumur panjang bukanlah mimpi di siang hari, melainkan akan nyata menjadi kenyataan sepanjang diri kita mau memperjuangkan konsep tahu diri, tahu aturan main dan tahu tujuan akhir yang didukung dengan adanya visi akhirat yang telah kita tentukan dengan berani membayar mahal lalu memperjuangkannya melalui usaha, doa dan air mata. Semoga Allah SWT memperkenankan doa dan harapan kita agar bisa berkumpul kelak di syurga bersama keluarga besar kita masing masing. 

 

B.      TINGKATAN-TINGKATAN NERAKA.

 

Al Hakim Al Tirmidzi, dalam bukunya “Rahasia Perumpamaan dalam Quran & Sunnah: Melihat Makna Gaib Melalui Fenomena Nyata”, Serambi Ilmu Semesta, Jakarta, 2006, telah mengemukakan tentang fenomena “Kehidupan Penduduk Neraka”. Dimana kehidupan penduduk neraka bersumber dari air bekas cucian penduduk syurga. Ketika mereka meminum air kehidupan di pintu syurga, hilanglah kotoran, penyakit dan beban mereka. Air bekas cucian itu mengalir ke pintu neraka untuk memberi minum penduduk neraka, sehingga mereka hidup dengannya. Kehidupan yang mereka rasakan begitu pahit. Mereka sama sekali tidak mendapatkan kehidupan yang nyaman. Mereka tidak hidup dan tidak mati. Nah, orang yang mendapat aib dan cela dihadapan Allah SWT, rasa takut, cemas dan malu membuatnya jauh lebih tersiksa daripada orang (beriman) yang dimatikan di neraka. Api neraka memakan jasadnya, tetapi rahmat Allah SWT tetap menyelimutinya. Dengan itulah ia selamat, dibebaskan setelah Allah membersihkannya, kemudian ia dibawa ke syurga dalam kondisi suci.

 

Sebagai pembanding tentang tingkatan-tingkatan syurga yang telah kami kemukakan di atas, tidaklah berlebihan jika kami mengemukakn pula tingkatan-tingkatan neraka untuk umat manusia yang tidak memenuhi syarat dan ketentuan masuk syurga. Berikut ini akan kami kemukakan tingkatan-tingkatan neraka yang juga telah dipersiapkan untuk umat manusia  oleh Allah SWT dan jika hal ini yang menjadi tujuan kita maka segera penuhi syarat dan ketentuan yang berlaku atas tingkatan-tingkatan neraka itu, yaitu :

 

1.   Neraka Hawwiyah. Berdasarkan surat Al Qaariah (101) ayat 8 sampai 11 yang kami kemukakan berikut ini: “dan Adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya, Maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah. tahukah kamu Apakah neraka Hawiyah itu?(yaitu) api yang sangat panas.” neraka Hawiyah adalah neraka yang diperuntukkan atas orang orang yang ringan timbangan amalnya yaitu mereka yang selama hidup di dunia lebih banyak mengerjakan keburukan dibandingkan dengan kebaikan. 

 

2.  Neraka Jahim. Berdasarkan surat Asy Syu’araa (26) ayat 91,92,93 yang kami kemukakan berikut ini: “dan diperlihatkan dengan jelas neraka Jahim kepada orang- orang yang sesat", dan dikatakan kepada mereka: "Dimanakah berhala-berhala yang dahulu kamu selalu menyembah(nya) selain dari Allah? dapatkah mereka menolong kamu atau menolong diri mereka sendiri?" Neraka Jahim sebagai tempat penyiksaan atas orang-orang musyrik atau orang-orang yang menyekutukan Allah SWT maka sesembahan mereka akan datang untuk menyiksa mereka. Orang yang di dunia menyembah sapi maka sapi yang akan menyiksa orang itu. Orang yang menyembah patung berbentuk hewan, maka patung itu yang akan menyiksanya. Dan demikian selanjutnya. Syirik disebut sebagai dosa yang paling besar menurut Allah SWT, karena syrik berarti mensekutukan Allah SWT atau menganggap ada makhluk yang lebih hebat dan berkuasa sehebat Allah SWT. Syirik dapat pula berarti menganggap ada Tuhan lain selain Allah SWT. Selain daripada itu, berdasarkan surat At Takaatsur (102) ayat 1 sampai 8 yang kami kemukakan berikut ini: “Bermegah-megahan telah melalaikan kamu[1598], sampai kamu masuk ke dalam kubur. janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin, niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim, dan Sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan 'ainul yaqin[1599]. kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu).” Neraka Jahim juga diperuntukkan bagi orang orang yang bermegah megahan dalam persoalan harta kekayaan, anak, pengikut, kemulian yang mengakibatkan kita lalai dalam ketaatan kepada Allah SWT.

 

[1598] Maksudnya: Bermegah-megahan dalam soal banyak harta, anak, pengikut, kemuliaan, dan seumpamanya telah melalaikan kamu dari ketaatan.

[1599] 'ainul yaqin artinya melihat dengan mata kepala sendiri sehingga menimbulkan keyakinan yang kuat.

 

3.     Neraka Saqar. Berdasarkan surat Al Muddatstsir (74) ayat 26 sampai 47 yang kami kemukakan berikut ini: “aku akan memasukkannya ke dalam (neraka) Saqar. tahukah kamu Apakah (neraka) Saqar itu? Saqar itu tidak meninggalkan dan tidak membiarkan [1527].(neraka Saqar) adalah pembakar kulit manusia. dan di atasnya ada sembilan belas (Malaikat penjaga).dan tiada Kami jadikan penjaga neraka itu melainkan dari Malaikat: dan tidaklah Kami menjadikan bilangan mereka itu melainkan untuk Jadi cobaan bagi orang-orang kafir, supaya orang-orang yang diberi Al-Kitab menjadi yakin dan supaya orang yang beriman bertambah imannya dan supaya orang-orang yang diberi Al kitab dan orang-orang mukmin itu tidak ragu-ragu dan supaya orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan orang-orang kafir (mengatakan): "Apakah yang dikehendaki Allah dengan bilangan ini sebagai suatu perumpamaan?" Demikianlah Allah membiarkan sesat orang-orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan Dia sendiri. dan Saqar itu tiada lain hanyalah peringatan bagi manusia. sekali-kali tidak[1528], demi bulan, dan malam ketika telah berlalu, dan subuh apabila mulai terang.Sesungguhnya Saqar itu adalah salah satu bencana yang Amat besar, sebagai ancaman bagi manusia.(yaitu) bagi siapa di antaramu yang berkehendak akan maju atau mundur[1529]. tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya, kecuali golongan kanan, berada di dalam syurga, mereka tanya menanya, tentang (keadaan) orang-orang yang berdosa,"Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)?" mereka menjawab: "Kami dahulu tidak Termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat,  dan Kami tidak (pula) memberi Makan orang miskin,  dan adalah Kami membicarakan yang bathil, bersama dengan orang-orang yang membicarakannya, dan adalah Kami mendustakan hari pembalasan, hingga datang kepada Kami kematian.”

 

[1527] Yang dimaksud dengan tidak meninggalkan dan tidak membiarkan ialah apa yang dilemparkan ke dalam neraka itu diazabnya sampai binasa kemudian dikembalikannya sebagai semula untuk diazab kembali.

[1528] Sekali-kali tidak adalah bantahan terhadap ucapan-ucapan orang-orang musyrik yang mengingkari hal-hal tersebut di atas.

[1529] Yang dimaksud dengan maju ialah maju menerima peringatan dan yang dimaksud dengan mundur ialah tidak mau menerima peringatan.

 

Neraka Saqar adalah neraka yang telah dipersiapkan oleh Allah SWT untuk orang orang yang tidak mengerjakan shalat, tidak memberi makan orang miskin, selalu membicarakan yang bathil bersama yang membicarakannya, orang mendustakan hari pembalasan tanpa sempat bertaubat.

 

4.   Neraka Lazza. Berdasarkan surat Al Ma’aarij (70) ayat 15 sampai 18 yang kami kemukakan berikut ini:  “sekali-kali tidak dapat, Sesungguhnya neraka itu adalah api yang bergolak, yang mengelupas kulit kepala,yang memanggil orang yang membelakang dan yang berpaling (dari agama), serta mengumpulkan (harta benda) lalu menyimpannya[1511].” Neraka Lazza adalah neraka yang diperuntukkan untuk orang orang yang menyimpan hartanya dan tidak  mau mengeluarkan zakat serta tidak mau menafkahkan ke jalan yang diridhai Allah SWT.

[1511] Maksudnya: orang yang menyimpan hartanya dan tidak mau mengeluarkan zakat dan tidak pula menafkahkannya ke jalan yang benar.

 

5.   Neraka Huthamah. Berdasarkan surat Al Humazah (104) ayat 1 sampai 9 yang kami kemukakan berikut ini:  kecelakaanlah bagi Setiap pengumpat lagi pencela, yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitung[1600],Dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengkekalkannya,sekali-kali tidak! Sesungguhnya Dia benar-benar akan dilemparkan ke dalam Huthamah. dan tahukah kamu apa Huthamah itu? (yaitu) api (yang disediakan) Allah yang dinyalakan,yang (membakar) sampai ke hati.Sesungguhnya api itu ditutup rapat atas mereka, (sedang mereka itu) diikat pada tiang-tiang yang panjang.”

 

[1600] Maksudnya mengumpulkan dan menghitung-hitung harta yang karenanya Dia menjadi kikir dan tidak mau menafkahkannya di jalan Allah.

 

Neraka Huthamah adalah neraka yang dipersiapkan oleh Allah SWT untuk orang yang suka  mengumpat dan suka mencela, mengumpulkan harta, serakah dan menghina orang-orang miskin serta memamerkannya. Mereka berpaling dari agama, tidak mau bersedekah dan tidak mau pula membayar zakat. Mereka juga memasang wajah masam apabila ada orang miskin yang meminta bantuan. Allah SWT membalas dengan menyiksa mereka dengan cara menguliti dan mengelupaskan kulit muka mereka.

 

6.     Neraka Sair. Berdasarkan surat An Nisaa’ (4) ayat 9 dan 10 yang kami kemukakan berikut ini: “dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang benar. Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka).” Neraka Sair diperuntukkann untuk orang orang yang memakan harta anak yatim secara dzalim, mengucapkan perkataan yang menyakitkan serta kafir. Neraka ini juga diperuntukkan untuk orang orang yang tidak mau mendengarkan atau memikirkan peringatan Allah SWT seperti melaksanakan perintah dan menjauhi larangannya. Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang, dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar syaitan, dan Kami sediakan bagi mereka siksa neraka yang menyala-nyala. (surat Al Mulk (67) ayat 5)

 

Allah SWT berfirman: dan mereka berkata: "Sekiranya Kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah Kami Termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala". mereka mengakui dosa mereka. Maka kebinasaanlah bagi penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala. (surat Al Mulk (67) ayat 10 dan 11)

 

7.   Neraka Wail. Berdasarkan surat Al Muthaffifiin (83) ayat 1 sampai 6 yang kami kemukakan berikut ini: “kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi. tidaklah orang-orang itu menyangka, bahwa Sesungguhnya mereka akan dibangkitkan, pada suatu hari yang besar, (yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam?.” Dan juga berdasarkan surat Al Muthaffifiin (83) ayat 14 sampai 17 berikut ini: “sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka. sekali-kali tidak, Sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar tertutup dari (rahmat) Tuhan mereka. Kemudian, Sesungguhnya mereka benar-benar masuk neraka. Kemudian, dikatakan (kepada mereka): "Inilah azab yang dahulu selalu Kami dustakan.” Neraka Wail diperuntukan bagi orang orang yang mencurangi takaran atau timbangan atau ukuran untuk memperoleh keuntungan yang besar atau dengan kata lain neraka dipersiapkan khusus untuk para pedagang, pengusaha atau saudagar. Apa yang mereka curangi, apa yang mereka korupsi akan dibakar lalu dimasukkan ke dalam perut mereka sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan. 

 

8.  Neraka Jahannam. Berdasarkan surat An Nisaa’ (4) ayat 168 dan 169 yang kami kemukakan berikut ini:  “Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan melakukan kezaliman, Allah sekali-kali tidak akan mengampuni (dosa) mereka dan tidak (pula) akan menunjukkan jalan kepada mereka, kecuali jalan ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. dan yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” Neraka Jahannam diperuntukkan untuk orang orang kafir, orang orang dzalim. Sedangkan berdasarkan surat Al Hijr (15) ayat 43 dan 44 berikut ini: “dan Sesungguhnya Jahannam itu benar-benar tempat yang telah diancamkan kepada mereka (pengikut-pengikut syaitan) semuanya. Jahannam itu mempunyai tujuh pintu. tiap-tiap pintu (telah ditetapkan) untuk golongan yang tertentu dari mereka.” Neraka Jahannam dipersiapkan bagi manusia yang telah menjadi pengikut pengikut syaitan sang laknatullah. Neraka Jahannam atau biasa disebut orang dengan nama jahannam merupakan neraka yang paling dalam dan paling berat siksaannya. Neraka Jahannam memiliki tujuh pintu masuk, dimana tiap tiap pintu untuk golongan yang tertentu pula. Setiap manusia yang masuk ke neraka Jahannam kekal di dalamnya selama lamanya.  

 

Itulah kondisi dan keadaan dari kampung kebinasaan dan kesengsaraan, yang tidak lain adalah neraka. Kemudian renungkan keadaan tersebut dan bandingkan dengan kondisi hidup dan kehidupan kita saat ini. Selanjutnya beranikah kita pulang ke kampung halaman yang bernama Kampung Kebinasaan dan Kesengsaraan itu? Ayo segera tentukan sikap. Semoga kita semua tidak  salah jalan saat hidup di dunia. 

 

Sebagai Abd’ (hamba) yang sekaligus khalifah di muka bumi ketahuilah bahwa kampung halaman kita yang sesungguhnya adalah syurga yang tidak lain adalah Kampung Kebahagiaan. Dan alangkah bodohnya diri kita jika mau diajak pulang kampung ke neraka Jahannam oleh syaitan karena bujuk dan rayuannya. Ingat, jika syaitan pulang kampung ke neraka Jahannam karena memang disanalah kampung halaman dari syaitan. Api akan kembali ke api sedangkan diri kita yang sesungguhnya bukanlah berasal dari api melainkan dari Nur yang berasal dari Allah SWT.