Tahu tujuan akhir
merupakan salah satu bagian dari mata rantai yang tidak dapat dipisahkan dengan
tahu diri dan juga dengan tahu aturan main yang berlaku di alam semesta ini.
Dan adalah sesuatu yang tidak bisa diterima oleh akal sehat, jika kita berniat untuk
sampai ke tujuan akhir, jika kita sendiri tidak paham tidak mengerti dengan
tahu diri, dan tahu aturan main untuk pulang kampung halaman yang hakiki, yaitu
syurga. Hal ini dikarenakan sejatinya hidup yang kita laksanakan saat ini
bermakna suatu perjalanan menuju untuk kembali kepada Allah SWT selaku asal
muasal dari diri kita. Selanjutnya jika hidup ini kita maknai sebagai sebuah
perjalanan maka hidup ini dapat pula kita artikan sebagai: (a) hidup adalah perjalanan untuk menemukan
jati diri kita yang sesungguhnya, yaitu ruhani; (b) hidup adalah perjalanan untuk
menemukan Tuhan selaku pencipta dan pemilik alam semesta ini; (c) hidup adalah perjalanan untuk menemukan tujuan hidupmu; (d) hidup adakah perjalanan untuk memenuhi
hidup ini dengan karya karya nyata untuk sesama manusia; (e) hidup adalah sebuah perjalanan untuk
meninggalkan jejak jejak kebaikan; dan (f) hidup adalah sebuah perjalanan untuk mengumpulkan bekal bagi
kepentingan akhiratmu nanti.” Itulah makna hidup yang kami hubungkan dengan
tahu tujuan akhir.
Namun, apa yang
terjadi dengan hidup ini? Kita sering lupa diri dan juga lupa kepada tujuan
akhir kehidupan ini karena tergoda kehidupan dan gemerlap kehidupan dunia
akibat pengaruh ahwa (hawa nafsu) dan juga pengaruh setan serta juga karena
pengaruh lingkungan sekitar. Padahal Allah SWT sudah mengingatkan kepada
seluruh umat manusia melalui AlQuran yang diturunkannya sebagaimana termaktub
dalam surat Az Zumar (39) ayat 54 berikut ini: "Dan kembalilah kamu kepada
Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu, kemudian
kamu tidak dapat ditolong."
Dilain sisi, saat
manusia dilahirkan setiap manusia tidak akan tahu ia akan dilahirkan di mana; siapa
yang akan melahirkannya, apa suku bangsanya serta apa agamanya. Akan tetapi,
ada fitrah dalam diri setiap manusia yang telah ditetapkan Allah SWT, yaitu
setiap manusia hidup untuk tujuan tertentu dan oleh karena itu hidup bermakna
sebagai sebuah perjalanan merupakan sebuah sunnatullah yang harus kita
laksanakan dengan sebaik baiknya, apalagi hidup ini memiliki keterbatasan waktu
serta ada musuh yang harus kita hadapi, yaitu ahwa (hawa nafsu) dan setan.
Hidup sebagai sebuah
perjalanan baru bisa dikatakan sebagai sebuah perjalanan yang hakiki jika ada
titik awal perjalanan untuk menuju suatu tujuan akhir. Titik awal perjalanan
adalah saat diri kita pertama hadir (lahir) di muka bumi ini baik sebagai abd’
(hamba)Nya dan yang juga sekaligus khalifahNya di muka bumi maka pada saat
itulah kita memulai sebuah perjalanan dari Allah SWT untuk menuju suatu tujuan
tertentu, dalam hal ini adalah menuju kepada Allah SWT yang dibuktikan dengan
mampunya diri kita melihat wajah Allah SWT di syurga secara langsung.
Hal ini sebagaimana
ketentuan yang terdapat di dalam surat Az Zumar (39) ayat 54 di atas dan juga
sebagaimana ketentuan hadits berikut ini: “Dari Abu Hurairah ra, dia berkata,
“Sungguh, pada suatu waktu para sahabat bertanya kepada Nabi SAW, “Ya
Rasulullah, apakah kita bisa melihat Allah pada hari Kiamat nanti?’ Rasulullah
SAW bersabda: “Apakah kalian terhalang melihat rembulan pada malam purnama?”
Mereka menjawab: “Tidak, ya Rasulullah.” Kemudian Rasulullah SAW bertanya:
“Apakah kalian terhalang melihat matahari yang tidak tertutup awan?” Mereka
menjawab: “Tidak, ya Rasulullah.” Rasulullah SAW kemudian bersabda:
“Demikianlah sesungguhnya pada hari Kiamat nanti kalian akan melihat wajah
Allah Ta’ala.” (Hadits Riwayat Bukhari, Muslim).
Dan agar
perjalanan hidup ini terarah dari waktu ke waktu sesuai dengan apa yang
dikehendaki oleh Allah SWT, sehingga kita bisa bertemu dan melihat wajah Allah
SWT secara langsung, ada baiknya kami mengemukakan hal hal sebagai berikut:
1. Untuk dapat bertemu
dan ditemui oleh Allah SWT kelak, tempatnya tidak bisa disem-barang tempat
karena Allah SWT tidak akan mungkin mau dan bersedia menemui kita jika kita
berada di dalam neraka.
2. Untuk dapat bertemu
dan ditemui oleh Allah SWT kelak, kita harus memenuhi syarat dan ketentuan
tertentu, yaitu beriman dan beramal shaleh; mentaati Allah dan RasulNya; serta
menjadi orang yang bertaqwa karena inilah syarat utama untuk pulang kampung ke
syurga.
3. Untuk bisa bertemu
dan ditemui oleh Allah SWT kelak, harus
dipersiapkan dengan matang sejak diri kita masih hidup di muka bumi sehingga
buang jauh jauhlah konsep simsalabim alakadabra untuk bisa bertemu Allah SWT
kelak.
4. Untuk dapat bertemu
dan ditemui oleh Allah SWT kelak, kita harus bisa menjadikan diri kita sendiri
memang pantas untuk ditemui oleh Allah SWT di syurga kelak.
5. Untuk dapat bertemu
dengan Allah SWT selaku Dzat Yang Maha Terhormat maka kita harus terlebih
dahulu menjadikan diri kita sesuai dengan kehormatan Allah SWT yaitu harus
menjadi makhluk yang terhormat terlebih dahulu karena tempat bertemunya diri
kita dengan Allah SWT adalah di tempat yang terhormat (syurga) dan dalam
suasana yang saling hormat menghormati.
6. Untuk dapat bertemu
dengan Allah SWT kelak, bukanlah perkara mudah lagi instans (cepat), akan
tetapi melalui suatu proses perjalanan yang sangat panjang lagi melelahkan,
penuh perjuangan, penuh kesungguhan, penuh doa dan air mata.
7. Untuk bertemu dengan
Allah SWT kelak, kita sangat membutuhkan adanya pedoman atau kompas yang
menunjukkan peta perjalanan yang diiringi dengan pemenuhan bekal selama di
dalam perjalanan. Agar diri kita tidak sesat di jalan, sampai tujuan dengan
selamat serta memiliki pemahaman tentang peta perjalanan yang baik dan benar
dan Allah SWT juga telah memberikan Nomor Personal ContactNya : 24434 yang berlaku
24 jam dimanapun manusia berada.
Agar hidup dan kehidupan yang kita jalani
sesuai dengan konsep Allah SWT maka hidup yang kita jalani saat ini harus memiliki tujuan. Lalu, bagaimana kita
bisa menemukan tujuan hidup? Beruntunglah diri kita yang telah menyatakan diri
sebagai seorang muslim, karena telah memiliki tujuan hidup, yang kesemuanya
sudah ada di dalam kitab suci AlQuran dan Al Hadits. Berikut ini penjelasan
dari tujuan hidup manusia menurut AlQuran dan Al Hadits yaitu:
Pertama. Jika kita diciptakan oleh pencipta, maka pastilah pencipta
memiliki alasan, maksud dan tujuan, dalam menciptakan diri kita. Karena itu,
penting bagi diri kita untuk mengetahui tujuan penciptaan manusia, termasuk keberadaan
diri kita. Islam adalah respons terhadap pencarian manusia akan makna. Tujuan penciptaan bagi semua pria dan wanita
selama ini adalah: untuk mengenal dan menyembah Tuhan. Allah SWT melalui
AlQuran telah mengajarkan kepada kita bahwa setiap manusia dilahirkan sadar
akan adanya Tuhan dan telah bertuhankan kepada Allah SWT. Sebagaimana firmanNya
berikut ini: "Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak
Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka
(seraya berfirman), "Bukankah Aku ini Tuhan kalian?” Mereka menjawab,
"Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi.”(Kami lakukan yang
demikian itu) agar di hari kiamat kalian tidak mengatakan, "Sesungguhnya
kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (kekuasaan Tuhan),
atau agar kalian tidak mengatakan, 'Sesungguhnya orang tua-orang tua kami telah
mempersekutukan Tuhan sejak dahulu, sedangkan kami ini adalah anak-anak
keturunan yang (datang) sesudah mereka. Maka apakah Engkau akan membinasakan
kami karena perbuatan orang-orang yang sesat dahulu'?” (surat Al A’raf (7) ayat
172-173).” Berdasarkan surat Al A’raf (7) ayat 172, 173 di atas, Allah
SWT berbicara langsung kepada jiwa (ruh) manusia, sehingga membuat jiwa (ruh)
manusia bersaksi bahwa Allah adalah Tuhan bagi jiwa (ruh) setiap manusia.
Karena Allah SWT telah membuat semua jiwa (ruh) umat manusia bersumpah dengan
menjadikan Allah SWT sebagai Tuhan, sehingga setiap seorang anak yang dilahirkan
ke muka bumi sudah memiliki keyakinan alamiah (fitrah) tentang Keesaan Allah
SWT tanpa terkecuali.
Kedua. Tentang tujuan hidup
manusia, AlQuran juga telah memaparkannya dengan sangat jelas. Allah SWT
berfirman: “Dan mereka tidaklah disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama yang lurus, dan supaya
mereka mendirikan shalat serta menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama
yang lurus.” (surat Al-Bayyinah (98) ayat 5). Berdasarkan ketentuan ini
manusia diciptakan Allah untuk suatu tujuan yang besar dan misi yang penting
yaitu beribadah kepada Allah SWT semata.
Dan pengertian ibadah itu sendiri sangatlah luas dan tidak hanya
terbatas pada ritual-ritual khusus semata. Semua aktivitas manusia yang
dilakukan dalam rangka mewujudkan ketaatan kepada Allah SWT dan sejalan dengan
ridha Allah maka ia termasuk ibadah. Ibadah juga dapat dijelaskan sebagai
segala sesuatu dalam Islam yang dilakukan seseorang untuk cinta dan kesenangan
Allah. Ini sama sekali tergantung pada tindakan yang benar atau tidak
benar dari seseorang yang mencakup poin-poin kekuatan berikut: (a)
Keyakinan agama; (b) Kegiatan sosial; (c) Kontribusi untuk kesejahteraan
masyarakat dan sesama manusia.
Ketiga. Orang-orang Mukmin
sangat percaya bahwa Allah SWT menurunkan AlQuran dan mengutus Nabi Muhammad
SAW untuk mengajarkan kita bagaimana menyenangkan dan menyembah Sang Pencipta
yang sesuai dengan kehendak Allah SWT: "... sungguh telah datang kepadamu
cahaya dari Allah dan Kitab yang menjelaskan, dengan Kitab itulah Allah memberi
petunjuk kepada orang yang mengikuti keridhaanNya ke jalan keselamatan dan
(dengan Kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang itu dari gelap gulita kepada
cahaya dengan izinNya, dan menunjukkan ke jalan yang lurus. (surat Al
Maaidah (5) ayat 15-16).” Allah
SWT juga berfirman dalam surat Ali Imran (3) ayat 31 sebagaimana berikut ini: “Katakanlah (hai Muhammad), jika kamu
(benar-benar) mencintai Allah, maka ikutilah aku, dan Allah akan mencintaimu
dan mengampuni dosamu. Dan Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang.”
Berdasarkan ketentuan ini dikemukakan
bahwa jika kita benar-benar mencintai-Nya, maka ikutilah rasul-Nya. Adanya
kondisi ini menunjukkan bahwa Allah SWT telah menjadikan Nabi Muhammad SAW
sebagai suri tauladan saat diri kita hidup di dunia ini. Adanya suri tauladan
akan memudahkan diri kita melaksanakan tugas sebagai khalifah di muka bumi.
Keempat. Tujuan hidup manusia
adalah melakukan perbuatan baik dan benar dalam kerangka ibadah ikhsan termasuk
di dalamnya memberikan dan berbuat amal shaleh, membebaskan budak, berdoa,
menepati janji, dan bersabar selama kesulitan. Allah SWT berfirman: “Bukanlah
kebenaran bahwa kamu memalingkan wajahmu ke timur atau barat. Tetapi
adalah kebenaran untuk percaya kepada Tuhan, dan Hari Terakhir, dan para
Malaikat, dan Kitab, dan para Utusan; untuk menghabiskan harta Anda,
karena cinta untuk-Nya, untuk sanak saudara Anda, untuk yatim piatu, untuk yang
membutuhkan, untuk musafir, untuk mereka yang meminta, dan untuk tebusan
budak; untuk tabah dalam doa, dan mempraktekkan kasih amal biasa, untuk
memenuhi kontrak yang telah kamu buat; dan untuk menjadi tegas dan sabar,
dalam kesakitan (atau penderitaan) dan kesulitan, dan di semua periode panik. Demikianlah
orang-orang yang benar, yang takut akan Allah.” (surat Al Baqarah (2) ayat 177).
Selain daripada itu, bekerja untuk menjaga perdamaian atau berusaha
untuk mendamaikan diantara orang-orang adalah perbuatan besar yang lebih baik
daripada amal, puasa, dan doa. Nabi Muhammad (saw) berkata: “Apakah
Anda tahu apa yang lebih baik daripada amal dan puasa dan doa? Itu menjaga
perdamaian dan hubungan yang baik antara orang-orang, karena pertengkaran dan
perasaan buruk menghancurkan umat manusia.” (Hadits Riwayat Bukhari,
Muslim)
Kelima. Adanya peringatan untuk kemanusiaan, dimana AlQuran dan juga
Hadits sudah memberikan peringatan bagi umat manusia bahwa mereka akan
mempertanggungjawabkan setiap tindakan yang mereka lakukan dalam kehidupan ini.
Sebagaimana Allah SWT berfirman berikut ini: “Katakan, 'Tuhanlah yang
memberimu hidup, lalu membuatmu mati; dan pada akhirnya Dia akan mengumpulkanmu
pada Hari Kebangkitan (kedatangan) yang tidak diragukan, tetapi kebanyakan
orang tidak mengerti. Kepunyaan Tuhan adalah kerajaan langit dan
bumi. Dan pada hari itu ketika kiamat datang, pada hari itu semua orang
yang menolak untuk beriman adalah orang-orang yang merugi. Dan kamu akan
melihat semua orang tertatih-tatih berlutut, karena semua orang akan dipanggil
untuk (menghadapi) catatan mereka: 'Hari ini kamu akan mendapat balasan atas
semua yang pernah kamu lakukan. Ini adalah catatan Kami, ini berbicara
tentang Anda dalam semua kebenaran; karena Kami telah mencatat semua yang
kamu lakukan. (surat Al Jasiyah (45) ayat 26,27, 28,29).” Dan Allah
juga SWT berfirman: "Maka barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat atom, ia akan
melihatnya, dan barangsiapa berbuat jahat terhadap atom, akan melihat
(balasannya)." (surat Az Zalzalah (99) ayat 7,8).” Adanya
ketentuan untuk mempertanggungjawabkan segala perbuatan yang kita lakukan kelak
dihadapan Allah SWT, menunjukkan bahwa hidup yang kita jalani tidak bisa
dilaksanakan seenaknya saja tanpa melihat aturan main yang telah ditetapkan
berlaku oleh Allah SWT selaku Tuan Rumah. Berdasarkan uraian di atas ini
berarti salah satu tujuan hidup yang harus kita laksanakan adalah bagaimana
kita berupaya sebaik mungkin agar laporan pertanggungjawaban kita dapat
diterima oleh Allah SWT dengan sebaik baiknya.
Keenam. Nabi Muhammad SAW
sebagai suri tauladan kita juga telah menggemakan dan juga mengingatkan kepada
umatnya tentang pesan pertanggungjawaban, sebagaimana hadits berikut ini: “Seorang
pria akan ditanya mengenai lima (hal) pada Hari Kebangkitan: tentang hidupnya
dan bagaimana ia menghabiskannya, tentang masa mudanya dan bagaimana ia menjadi
tua, tentang kekayaannya: di mana ia memperolehnya dan dengan cara apa ia
menghabiskannya, dan apa yang dia lakukan dengan pengetahuan yang dia miliki.
"(Hadits Riwayat Ath Thirmidzi). Dan juga melalui sabda Nabi Muhammad
SAW berikut ini: “Tiga hal mengikuti almarhum: anggota keluarganya, kekayaannya dan
tindakannya. Dua dari mereka kembali dan satu akan tetap bersamanya. Anggota
keluarga dan kekayaannya kembali, dan tindakannya akan tetap bersamanya.” (Hadits
Riwayat Bukhari, Muslim).” Dan berdasarkan ketentuan hadits ini, tujuan
hidup seorang pria adalah bagaimana bersikap dan berbuat terhadap apa apa yang
dimilikinya, seperti harta, ilmu serta waktu. Lalu bagaimana memperolehnya
serta untuk apa harta, untuk apa ilmu dan untuk apa waktu yang dimilikinya,
apakah untuk kepentingan duniawi semata ataukah untuk kepentingan akhirat?.Hal
yang harus kita jadikan pedoman adalah bahwa Allah SWT memiliki kriteria
sendiri di dalam menilai seseorang sebagaimana hadits berikut ini: Nabi
SAW menyatakan, Allah Yang Mahakuasa menghakimi kamu bukan dari wajahmu atau
kekayaan-mu, tetapi oleh kemurnian hatimu dan perbuatanmu." (Hadits Riwayat
Muslim). Berdasarkan ketentuan ini, penampilan, kekayaan, keturunan,
harta kekayaan, pangkat dan jabatan, pendidikan, warna kulit, suku bangsa yang kita
miliki bukanlah kriteria yang akan dipergunakan oleh Allah SWT untuk menilai keberhasilan
diri kita.
Adanya konsep 6 (enam) tujuan hidup di atas,
akhirnya kita akan dihadapkan dengan konsep hidup adalah kesempatan dan juga
pilihan serta hidup adalah perjalanan. Kesempatan untuk melaksanakan apa apa
yang telah ditetapkan oleh Allah SWT berlaku kepada diri kita atau tidak mau melaksanakan apa apa yang
telah ditetapkan berlaku. Sehingga hidup yang kita jalani saat ini adalah
pilihan, pilihan memilih apa yang baik atau apa yang buruk, mau masuk ke syurga
atau mau masuk ke neraka, mau menjadikan hati yang hidup lagi sehat atau mau
menjadikan hati yang mati lagi sakit, mau jalan kebaikan atau mau jalan
keburukan, mau jiwa yang fitrah atau mau jiwa yang fujur. Pilihan dan
konsekuensi dari pilihan yang kita ambil akan menentukan hasil akhir sehingga
sebab bukanlah karena akibat.
Agar
Konsep Tahu Diri dan Tahu Aturan Main serta Tahu Tujuan Akhir yang telah kita
miliki berhasil guna, maka langkah berikutnya adalah kita harus memiliki visi,
yaitu kompas hidup yang membuat kita tahu hal terbesar yang harus kita lakukan,
yang akan membuat kita dikenang karena prestasi yang luar biasa dalam kebaikan
dalam kerangka ibadah ikhsan. Sekalipun visi adalah kompas hidup, tetapi kita
tidak hanya berusaha menggapainya hanya dengan sebelah mata. Visi adalah
kemampuan melihat tujuan hidup dengan ke dua mata, yakni mata akhirat dan mata
dunia. Kita tidak bisa hanya memiliki visi akhirat tanpa prestasi luar biasa di
dunia yang akan memudahkan kita mencapi visi akhirat. Demikian pula sebaliknya,
kita tidak bisa hanya terobsesi pada pencapaian prestasi visi dunia dengan
mengesampingkan prestasi visi akhirat. Visi hidup haruslah mencakup prestasi visi
dunia yang akan memudahkan kita mencapai visi terbesar di akhirat kelak.
Visi
hidup adalah arah tujuan utama dari kehidupan kita. Sebaik baik visi hidup
adalah yang mengikutkan Allah SWT dan mempersangkutkan akhirat di dalamnya.
Visi akhirat akan tercapai kala visi dunia terpenuhi. Sehingga visi akhirat
hanya bisa dicapai dengan raihan prestasi luar biasa di dunia. Prestasi di
dunia inilah yang akan membuat sosok diri kita begitu dibanggakan, kehadiran
akan begitu dirindukan karena banyak manusia merasakan manfaat kebaikan dari
kehadiran dan karya karya diri kita. Lalu apa yang sudah kita hasilkan sebagai
bentuk karya nyata diri kita saat hidup di muka bumi ini? Jika belum ada lalu
bagaimana kita akan berhasil mencapai visi akhirat? Untuk itu buatlah visi hidup yang akan selalu membuat kita dirindukan,
karena setelah kematian tiba bukan hanya penduduk bumi yang merasa
ditinggalkan, bahkan para penduduk langit pun menangis sedih karena merasa
kehilangan. Milikilah visi akhirat yang unik dan mencerminkan diri kita
sendiri. Apa contohnya? Contohnya ingin memeluk Nabi Muhammad SAW beserta
sahabat sahabatnya di syurga, ingin berkumpul di syurga bersama keluarga besar
serta anak dan keturunan, ingin menggendong orang tua melewati jembatan
sirathal mustakim, dan lain sebagainya.
Jika
kita sudah mampu membuat prestasi dunia yang membanggakan bagi penduduk dunia
dan juga penduduk langit serta memiliki visi akhirat yang jelas berarti
kesempatan untuk merasakan mati senang sudah kita persiapkan. Hidup senang di
dunia tidak akan menjamin kita mati tenang, apalagi mati senang. Betapa banyak manusia yang dikelilingi rasa
senang berlimpah harta ataupun popularitas tapi mati dalam kondisi was was atau
ketakutan seperti fir’aun. Mati senang bukan berarti mati dalam keadaan tersenyum
atau ketika sakratulmaut manusia tersebut tertawa. Mati senang karena para
malaikat mengatakan kepada diri kita “salaamun alaikum” masuklah kamu ke dalam
syurga seperti yang tertuang dalam surat An Nahl (16) ayat 32 berikut ini: “(yaitu)
orang-orang yang diwafatkan dalam Keadaan baik oleh Para Malaikat dengan
mengatakan (kepada mereka): "Salaamun'alaikum, masuklah kamu ke dalam
syurga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan". Mati dalam
keadaan senang adalah kala mendapat kabar dari Malaikat bahwa diri kita akan
masuk Syurga seperti yang tertuang dalam surat Al Fajr (89) ayat 27 sampai 30 berikut
ini: “Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas
lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku,masuklah ke
dalam syurga-Ku. (surat Al Fajr (89) ayat 27, 28,29,30)
Mati
senang bisa diraih dengan berbagai sukses tetapi tidak dapat diukur dari garis
bibir yang melengkung ke atas saat mata terpejam. Mati senang adalah suatu
kondisi saat di hari berhisab kita menerima buku laporan terakhir dari sisi
sebelah kanan sehingga kita termasuk di dalam golongan kanan. Allah SWT
berfirman: “Yaitu golongan kanan. Alangkah mulianya golongan kanan itu. dan
golongan kiri. Alangkah sengsaranya golongan kiri itu. dan orang-orang yang
beriman paling dahulu,mereka Itulah yang didekatkan kepada Allah.berada dalam
jannah kenikmatan. (surat Al Waaqiah (56) ayat 8, 9, 10, 11, 12). Allah
SWT berfirman: “(ingatlah) suatu hari (yang di hari itu) Kami panggil tiap umat
dengan pemimpinnya; dan Barangsiapa yang diberikan kitab amalannya di tangan
kanannya Maka mereka ini akan membaca kitabnya itu, dan mereka tidak dianiaya
sedikitpun. (surat Al Israa’ (17) ayat 71)
Jika
ada mati senang tentu ada pula mati sengsara atau mati susah, jika hal ini yang
terjadi maka kita akan dikelompokkan menjadi golongan kiri yang pulang
kampungnya ke Neraka seperti yang tertuang dalam surat Al Waaqiah (56) ayat 9,
10, 11, 12 di atas.
Sebagai orang
yang telah bertekad dan bercita-cita untuk pulang kampung ke syurga ketahuilah
bahwa masuk ke syurga tidak bisa hanya bermodalkan pahala, akan tetapi dengan
rahmat dan kasing sayang Allah SWT semata, sebagaimana hadits berikut ini: “Anas
ra, berkata: Nabi SAW bersabda: Allah ta’ala berfirman: “Terdengarlah seruan
pada hari kiamat dari tengah Arsy: Wahai umat Muhammad! Sesungguhnya Allah SWT
berfirman: Aku telah hibahkan kepada kalian hak hak Ku yang menjadi kewajibanmu
dan tersisalah akibat akibat yang harus dipertanggungjawabkan, maka saling berhibahlah
kalian dan masuklah syurga dengan rahmat-Ku” Adanya kondisi ini meng-haruskan
diri kita untuk berbuat sesuatu secara konsisten (istiqamah) yang membuat Allah
SWT mau memberikan rahmat dan kasih sayang-Nya kepada diri kita sehingga kita mampu
masuk syurga. Rahmat dan kasih sayang Allah SWT tidaklah sama dengan pahala,
apalagi disejajarkan dengan pahala. Pahala bukan alat bantu (alat tukar laksana
uang) untuk membeli rahmat dan kasih sayang Allah SWT dan semoga kita mampu
memperoleh rahmat dan kasih sayang Allah SWT saat hidup di dunia ini.
Sebagai abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus
khalifah-Nya di muka bumi sudahkah kita mengetahui bahwa tujuan akhir yang
telah ditetapkan oleh Allah SWT hanya ada 2 (dua) yaitu: syurga sebaik-baik
tempat kembali dan neraka seburuk-buruknya tempat kembali. Syurga dan neraka
bukanlah sesuatu yang kita ciptakan melainkan Allah SWT yang menciptakan dan
Allah SWT juga yang akan menetapkan siapa-siapa saja yang berhak menempati
syurga dan siapa-siapa saja yang berhak menempati neraka. Dan sebagai orang
yang akan menempati syurga ataukah neraka kelak, kita tidak bisa menentukan
sendiri bahwa syurga adalah tempat kembali diri kita karena tidak ada satupun
manusia yang akan mau pulang kampung ke neraka. Namun ingat diri kita sendirilah
yang menentukan kemana kita akan pulang kampung dengan segala fasilitas yang
ada baik di syurga maupun di neraka.
Untuk itu mari kita perhatikan sebuah cerita
yang berjudul “Api Dibawa dari Dunia”. Ada
seorang waliyullah bernama Bahlul Daanaa (abad VIII) yang hidup di masa
khalifah Harun Al Rasyid. Bahlul terkenal dengan sikapnya yang sering kali di
luar sikap manusia pada umumnya. Sehingga orang orang seringkali menganggapnya
sebagai orang gila. Meski sebenarnya sikap anehnya ini dilakukannya dengan
sengaja. Bahlul selalu mencari kesempatan untuk bisa dekat dengan khalifah
Harun Al Rasyid guna memberi peringatan kepadanya tentang suatu hal. Suatu hari
Bahlul mendatangi khalifah dengan sekujur tubuhnya lusuh penuh dengan kotoran
tanah; menunjukkan kalau dirinya baru saja kembali dari melakukan perjalanan
panjang. Mendapati keadaan yang sepeti ini khalifah Harun Al Rasyid bertanya:
“Bahlul kenapa keadaanmu seperti itu, darimana saja engkau?’ “Saya baru saja
kembali dari neraka Jahannam, wahai Khalifah!’. “Dari neraka Jahannam? Untuk
apa engkau kesana?” “Saya datang kesana untuk mengambil api”. “Jika engkau
butuh api kenapa harus kesana? Lalu apakah engkau sudah mengambil apinya?” “Tidak,
wahai khalifah. Sesampainya di pintu neraka Jahannam saya bertemu dengan para
penjaga. Mereka mengatakan bahwa ‘Di neraka tidak ada api seperti yang
disangka semua orang. Yang benar adalah semua orang membawa apinya sendiri
sendiri dari dunia ke sini”. Baik
apinya neraka Jahannam maupun gemerlapnya istana di syurga, semuanya adalah
disiapkan di dunia ini. Karena itu manakah yang ingin engkau persiapkan? Untuk
itu perhatikanlah amal amal perbuatanmu!
Berdasarkan cerita di atas, bertanyalah
kepada diri kita masing-masing apa yang sudah kita persiapkan untuk bekal pulang
kampung kelak. Hal ini menjadi penting karena baik dan berkuali-tasnya syurga
atau buruknya kualitas neraka yang akan kita tempati kelak, bukan orang lain
yang mempersiapkannya melainkan diri kita sendirilah menjadikannya istimewa.
Sudahkah kondisi ini kita pahami!.
A.
TINGKATAN-TINGKATAN
SYURGA.
Setiap manusia, siapapun dia, apapun
kedudukannya, apapun latar belakangnya, dapat dipastikan ia pasti akan bercita-cita
untuk pulang kampung ke syurga. Karena tidak ada satupun yang ingin masuk
neraka. Akan tetapi ketahuilah berdasarkan surat Al Baqarah (2) ayat 214
berikut ini: “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, Padahal belum datang
kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? mereka
ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan
bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman
bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, Sesungguhnya
pertolongan Allah itu Amat dekat. (surat Al Baqarah (2) ayat 214)”. Untuk bisa masuk syurga tidak serta
merta begitu saja dapat kita raih. Kita akan diuji dengan cobaan (kesulitan)
terlebih dahulu. Sekarang tahukah kita dengan syarat dan ketentuan ini? Adalah sesuatu yang mustahil diakal jika
kita ingin masuk syurga namun kita sendiri yang menentukan aturan mainnya,
padahal kita hanyalah pemain semata yang tidak memiliki apapun saat hadir ke
muka bumi ini.
Sedangkan berdasarkan surat Al Mu’minuun (23)
ayat 115 berikut ini: “Maka Apakah kamu mengira, bahwa Sesungguhnya
Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan
dikembalikan kepada kami?”. Ayat ini mengemukakan bahwa Allah SWT
dengan tegas mengatakan bahwa sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu termasuk manusia dengan sungguh-sungguh,
bukan secara main main. Lalu seluruh manusia akan dikembalikan kepada Allah SWT
atau dengan kata lain “dari Allah SWT akan kembali ke Allah SWT”. Dan agar diri
kita mampu pulang kampung ke syurga, jadikan hadits berikut ini sebagai
pedomannya: “Penghuni syurga itu ada tiga. Pertama, penguasa yang berlaku adil,
dapat dipercaya dan berhasil dalam kepemimpinannya. Kedua, orang yang penyayang
dan ringan hati kepada setiap kerabatnya. Ketiga, orang Islam yang menjaga
dirinya dari melakukan perbuatan haram dan juga menjaga keluarganya. (Hadits
Riwayat Muslim)”. Sudahkah kita melaksanakannya saat hidup di muka bumi
ini!
Dilai sisi, adanya perbedaan kualitas keimanan
dan ketaqwaan seseorang maka akan memberikan hasil akhir yang berbeda pula,
yang pada akhirnya akan berbeda pula tingkatan seseorang saat kembali kepada
Allah SWT. Hal ini sesuai dengan firman-Nya yang termaktub dalam surat Ali
Imran (3) ayat 163 berikut ini: “(Kedudukan) mereka itu bertingkat tingkat
di sisi Allah, dan Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan.”. Lalu
seperti apakah tingkatan syurga yang ditentukan oleh Allah SWT itu?
Inilah tingkatan-tingkatan syurga yang telah
dipersiapkan oleh Allah SWT untuk umat manusia yang memenuhi syarat dan
ketentuan yang telah ditetapkan-Nya.
1. Syurga Firdaus. Berdasarkan surat Al
Kahfi (18) ayat 107 yang kami kemukakan berikut ini: “Sesungguhnya orang-orang yang
beriman dan beramal saleh, bagi mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal.(surat
Al Kahfi (18) ayat 107).” Syurga Firdaus diperuntukan bagi orang yang
beriman lagi beramal shaleh. Ingat, bukan beriman saja namun harus disertai
dengan amal shaleh. Sedangkan berdasarkan surat Al Mu’minuun (23) ayat 9 sampai
11 yang kami kemukakan berikut ini: “dan orang-orang yang memelihara
sembahyangnya. mereka Itulah orang-orang yang akan mewarisi, (yakni) yang akan
mewarisi syurga Firdaus. mereka kekal di dalamnya.” Syurga firdaus juga
dipersiapkan untuk orang orang yang mampu memelihara shalatnya dari waktu ke
waktu yang tercermin dari perilakunya yaitu mencegah perbuatan keji dan munkar
selama hayat masih di kandung badan.
2. Syurga Adn. Berdasarkan surat An
Nahl (16) ayat 30 dan 31 yang kami kemuka-kan berikut ini: “dan dikatakan kepada orang-orang
yang bertakwa: "Apakah yang telah diturunkan oleh Tuhanmu?" mereka
menjawab: "(Allah telah menurunkan) kebaikan". orang-orang yang
berbuat baik di dunia ini mendapat (pembalasan) yang baik. dan Sesungguhnya
kampung akhirat adalah lebih baik dan Itulah Sebaik-baik tempat bagi orang yang
bertakwa, (yaitu) syurga 'Adn yang mereka masuk ke dalamnya, mengalir di
bawahnya sungai-sungai, di dalam surga itu mereka mendapat segala apa yang
mereka kehendaki. Demikianlah Allah memberi Balasan kepada orang-orang yang
bertakwa.” Syurga Adn
diperuntukkan bagi orang yang bertakwa kepada Allah SWT yang tercermin selalu
berbuat kebaikan saat hidup di dunia. Di dalam syurga And mengalir sungai
sungai di bawahnya serta penghuninya
mendapatkan segala apa yang dikehendakinya.
Sedangkan
berdasarkan surat Thaha (20) ayat 75-76 yang kami kemukakan berikut ini: “dan
Barangsiapa datang kepada Tuhannya dalam Keadaan beriman, lagi sungguh-sungguh
telah beramal saleh, Maka mereka Itulah orang-orang yang memperoleh
tempat-tempat yang Tinggi (mulia), (yaitu) syurga 'Adn yang mengalir
sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya. dan itu adalah Balasan
bagi orang yang bersih (dari kekafiran dan kemaksiatan).” Syurga Adn diperuntukkan bagi orang yang dalam keadaan
beriman lagi bersungguh sungguh telah beramal shaleh yang dibuktikan banyak
berbuat kebaikan. Penghuni Syurga Adn adalah orang orang yang bersih dari
kekafiran dan juga kemaksiatan.
Selanjutnya
berdasarkan surat Fathir (35) ayat 32-33
yang kami kemukakan berikut ini: “kemudian
kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara
hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang Menganiaya diri mereka sendiri
dan di antara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang
lebih dahulu berbuat kebaikan[1260] dengan izin Allah. yang demikian itu adalah
karunia yang Amat besar. (bagi mereka) syurga 'Adn mereka masuk ke dalamnya, di
dalamnya mereka diberi perhiasan dengan gelang-gelang dari emas, dan dengan
mutiara, dan pakaian mereka didalamnya adalah sutera.”
[1260] Yang dimaksud dengan orang yang
Menganiaya dirinya sendiri ialah orang yang lebih banyak kesalahannya daripada
kebaikannya, dan pertengahan ialah orang-orang yang kebaikannya berbanding
dengan kesalahannya, sedang yang dimaksud dengan orang-orang yang lebih dahulu
dalam berbuat kebaikan ialah orang-orang yang kebaikannya Amat banyak dan Amat
jarang berbuat kesalahan.
Syurga Adn adalah
syurga yang telah dipersiapkan oleh Allah SWT untuk hamba-hamba pilihan Allah
SWT yaitu hamba-hamba selalu lebih dahulu berbuat kebaikan atau hamba yang
menjadi pelopor utama dan pertama kebaikan atau hamba yang selalu menjadi
panutan di dalam kebaikan. Penghuni syurga Adn diberi perhiasan dengan gelang
gelang emas, mutiara dan pakaiannya adalah pakaian sutera. Selain dari pada
itu, berdasarkan surat Ar Ra’d (13) ayat 22, 23 seperti yang kami kemukakan
berikut ini: “dan orang-orang yang sabar karena mencari keridhaan Tuhannya,
mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezki yang Kami berikan kepada
mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan
kebaikan; orang-orang Itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik), (yaitu)
syurga 'Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang
saleh dari bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya, sedang
malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu.” Syurga Adn adalah syurga yang
diperuntukkan bagi orang orang yang sabar di dalam mencari keridhaan Allah SWT,
mendirikan shalat, menafkahkan sebagian rezeki (menginfaqkan hartanya di jalan
Allah SWT) serta menolak kejahatan dengan kebaikan. Penghuni syurga Adn akan
tinggal bersama atau kumpul bersama dengan keluarga serta bersama orang orang
shaleh.
3. Syurga Naim. Berdasarkan surat
Luqman (31) ayat 8 “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh,
bagi mereka syurga-syurga yang penuh kenikmatan.” dan juga berdasarkan
surat Al Hajj (22) ayat 56 seperti yang kami kemukakan berikut ini: “kekuasaan
di hari itu ada pada Allah, Dia memberi keputusan di antara mereka. Maka
orang-orang yang beriman dan beramal saleh adalah di dalam syurga yang penuh
kenikmatan.” syurga Naim diperuntukkan bagi orang-orang yang
benar-benar beriman kepada Allah SWT dan mengerjakan amal amal shaleh.
4. Syurga Ma’wa. Berdasarkan surat As
Sajdah (32) ayat 19 yang kami kemukakan di bawah ini, “Adapun orang-orang yang beriman
dan mengerjakan amal saleh, Maka bagi mereka jannah tempat kediaman, sebagai
pahala terhadap apa yang mereka kerjakan.” Syurga Ma’wa sudah
dipersiapkan oleh Allah SWT untuk orang beriman dan mengerjakan amal
shaleh. Sedangkan berdasarkan surat An
Nazi’at (79) ayat 40, 41 yang kami kemukakan berikut ini: “dan Adapun orang-orang yang
takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya,
Maka Sesungguhnya syurgalah tempat tinggal(nya).” syurga Ma’wa
diperuntukkan bagi orang orang yang takut kepada kebesaran Allah SWT serta
menahan diri dari keinginan hawa nafsunya.
5. Syurga Darussalam. Berdasarkan surat Al
An’am (6) ayat 126 dan 127 yang kami kemukakan berikut ini: “dan
Inilah jalan Tuhanmu; (jalan) yang lurus. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan
ayat-ayat (Kami) kepada orang-orang yang mengambil pelajaran. bagi mereka
(disediakan) darussalam (syurga) pada sisi Tuhannya dan Dialah pelindung mereka
disebabkan amal-amal saleh yang selalu mereka kerjakan.”. syurga
Darussalam diperuntukkan untuk orang orang yang mau mengambil pelajaran dari
ayat ayat Allah SWT lalu mengerjakan pelajaran itu dengan mengerjakan amal amal
shaleh sehingga ia selalu berada di jalan Allah SWT.
6. Syurga Darul Muqamah.
Berdasarkan
surat Faathir (35) ayat 35 yang kami kemu-kakan berikut ini: “yang
menempatkan Kami dalam tempat yang kekal (surga) dari karunia-Nya; didalamnya
Kami tiada merasa lelah dan tiada pula merasa lesu". syurga Darul
Muqamah adalah syurga yang diperuntukkan bagi orang yang selalu bersyukur
kepada Allah SWT dimana di dalamnya orang-orang tidak pernah merasa lelah dan
tidak merasa lesu.
7. Syurga Al Maqamul
Amin. Berdasarkan
surat Ad Dukhaan (44) ayat 51 yang kami kemukakan berikut ini: “Sesungguhnya
orang-orang yang bertakwa berada dalam tempat yang aman.” syurga Al
Maqamul Amin adalah syurga yang diperuntukkan bagi orang orang yang bertaqwa.
8. Syurga Khuldi. Berdasarkan surat Al
Furqaan (25) ayat 15 yang kami kemukakan berikut ini: “Katakanlah: "Apa (azab) yang demikian itukah yang baik, atau
surga yang kekal yang telah dijanjikan kepada orang-orang yang bertaqwa?"
Dia menjadi Balasan dan tempat kembali bagi mereka?”. syurga Khuldi
diperuntukkan bagi orang yang bertaqwa, yaitu orang yang taat menjalankan
perintah Allah SWT dan menjauhi segala yang dilarang.
Sekarang kita sudah mengetahui tentang tingkatan-tingkatan syurga, lalu
yang manakah pilihan syurga kita? Kita tidak bisa hanya dengan bermodalkan
pemikiran yang penting bisa masuk syurga walaupun hanya di emperannya (di
pelatarannya) saja yang penting syurga. Buang jauh-jauh pemikiran ini karena semua
tingkatan syurga memiliki syarat dan ketentuan yang berbeda-beda. Jika memang
betul kita berniat pulang kampung ke syurga, tidak ada jalan lain di sisi usia
yang kita miliki, kita harus berjuang semaksimal mungkin untuk memenuhi salah
satu kriteria masuk syurga yang kami sebutkan di atas.
Dan dengan adanya informasi tingkatan-tingkatan
syurga maka disinilah letak perjuangan diri kita. Jika kita berniat untuk berada di tingkat yang tinggi saat bertemu
dengan Allah SWT maka langkah berikutnya
adalah kita harus memiliki visi yaitu kompas hidup yang membuat kita tahu hal
terbesar yang harus kita lakukan, yang akan membuat kita dikenang karena
prestasi yang luar biasa dalam kebaikan dalam kerangka membuat Allah SWT
tersenyum yang pada akhirnya mau memberikan rahmat da kasih sayangnya kepada
diri kita. Alangkah bahagianya jika diri
kita, keluarga kita, anak keturunan kita bisa berkumpul di dalam syurga-Nya
Allah SWT kelak. Lalu bagaimana dengan pemenuhan syarat dan ketentuan masuk
syurga yang telah kita lakukan? Kenyataannya masih banyak syarat dan ketentuan
yang belum kita penuhi. Perilaku kita masih berseberangan dengan kehendak Allah
SWT. Perbuatan dosa masih juga kita laksanakan sehingga perilaku sesuai dengan
kehendak setan. Lalu bagaimana kita akan masuk syurga!
Kita juga tahu bahwa syurga bukanlah kita yang
menciptakan, melainkan sesuatu yang akan dianugerahkan oleh Allah SWT kepada
kita melalui rahmat dan kasih sayang-Nya. Lalu kenapa kita yang mengatur Allah
SWT agar diri kita saja, kelompok kita saja yang dimasukkan ke dalam syurga
sehingga kita sibuk mengobral dengan harga murah fasilitas untuk masuk syurga
yang tidak pernah kita miliki. Syurga adalah hak Allah SWT dimana hak Allah SWT
ini hanya akan diberikan oleh Allah SWT kepada yang berhak menerimanya
sepanjang yang berhak tersebut mampu memenuhi hak-hak Allah SWT terlebih
dahulu. Untuk itu jangan pernah merasa diri kita yang berhak
untuk masuk syurga atau jangan pernah merasa yakin akan masuk syurga karena
merasa telah memenuhi syarat dan ketentuan yang dikehendaki oleh Allah SWT.
Selanjutnya sebagai pelaksana dari hak-hak Allah SWT berarti hanya Allah SWT sajalah
yang memiliki hak untuk menilai serta yang menentukan hasil akhir dari
pelaksanaan hak- hak Allah SWT yang menjadi kewajiban diri kita. Sehingga
parameter yang berlaku bukanlah parameter dari pelaksana hak-hak Allah SWT
melainkan parameter Allah SWT sebagai pemilik syurga.
Selain itu, ketahuilah bahwa hidup itu laksana
cermin yang akan menampilkan apa apa yang pernah kita buat dan lakukan. Cermin
tidak pernah berbohong, namun diri kitalah yang sering membohongi cermin dengan
tidak mengakui apa yang telah ditampilkan oleh cermin. Dimanakah cermin kita?
Seperti apakah kualitas cermin kita? Sanggupkah jika menampik atau tidak
mengakui, atau mengatakan cermin itu salah dengan mengatakan buruknya watakku,
buruknya perilakuku, buruknya kelakuanku karena cermin? Jika sampai ini yang terjadi
berarti ada sesuatu yang salah dalam diri kita terutama kewarasan kita. Jangan
sampai kita berbuat seperti itu. Dan agar cita-cita untuk pulang kampung ke
syurga bukanlah khayalan melainkan sebuah kenyataan. Mari kita perhatikan apa
yang dikemukakan oleh Ibnul Qayyim Al Jauziyah berikut ini: “Orang
yang menuju jalan Allah dan negeri akhirat (maksudnya menuju syurga) atau
siapapun yang menempuh tujuan tertentu, tidak akan pernah sampai kecuali dengan
dua ketentuan, yaitu ilmu dan amal. Dengan ilmu seseorang akan mengetahui di tempat mana ia harus singgah dan di tempat
mana ia harus menjauhi sebab sebab kerusakan, tempat yang dapat
menghancurkannya, bahkan kelokan yang sering kalii menjebak. Ilmu adalah cahaya
yang bersinar terang. Jika ia dalam genggaman, niscaya dapat membantu seseorang
sekalipun berjalan di malam yang gelap gulita. Dia dapat memperhitungkan apa
yang akan terjadi, apakah di depannya ada jurang yang dalam, wilayah yang penuh
bahaya, daratan dengan batuan yang terjal, atau duri duri perjalanan. Dengan
cahaya seseorang juga dapat melihat rambu rambu jalan dan tanda tanda yang
dipasang sehingga tidak akan tersesat. Dengan cahaya itulah seseorang dapat
menemukan dua hal, rambu rambu jalan dan daerah daerah yang membawa kerusakan.
Dengan kekuatan ilmu, seseorang pejalan dianggap telah dapat menempuh separuh
perjalanan. Demikian pula halnya dengan orang yang meniti jalan Allah. Apabila
seseorang telah dapat melihat jalan, memahami rambu rambunya, mengetahui tempat
tempat yang licin dan berbahaya, maka diibaratkan ia telah berhasil separuh
kebahagiaan dan keberuntungan. Tinggallah separuh yang lain. Dia harus bergegas
menyingsingkan lengan baju dan berjalan cepat menelusuri jalan jalan tembus
melewati satu wilayah ke wilayah lain. Jika ia telah sampai di suatu tempat
peristirahatan, hendaklah bersiap-siap untuk menempuh jalan selanjutnya. Pada
akhirnya, ia akan merasa sudah dekat dengan target tujuan hingga berbagai
kesulitan selama perjalanan terasa ringan”.
Begitulah. Menempuh jalan menuju Allah SWT
(atau menuju syurga) menggunakan hati nurani bukan dengan kaki, dan jalan yang
ditempuh memang panjang dan menakutkan. Orang-orang pilihan sebelum kita sudah
melakukannya sepanjang masa. Sayangnya, jalan tersebut pada masa sekarang
menjadi hilang hampir tanpa bekas karena keberpalingan kita dari rintisan yang
pernah mereka lakukan. oleh sebab itu, kita sangat memerlukan ilmu. Ilmu
memiliki relevansi dengan jalan dan tujuan yang tinggi ini.
Dan kembali Ibnul Qayyiim Al Jauziyah juga menuturkan,
“Sejatinya
Anda memerlukan kekuatan ilmu, artinya Anda harus belajar. Jangan pernah
menyangka bahwa menuju ke jalan Allah tidak perlu menuntut ilmu. Menuntut ilmu
merupakan prinsip yang paling esensial dalam rangka menuju Allah. Hal ini
mutlak diperlukan bagi orang yang hendak menelusuri jalan tersebut selamanya.
Oleh sebab itu, yang paling awal dilakukan adalah dengan menggunakan metode
keilmuan yang terpadu, dan memiliki tahapan tahapan dalam setiap cabang
keilmuannya, semisal mengkaji ilmu tentang tahu diri yang dilanjutkan dengan
tahu aturan serta tahu tujuan akhir.” Ilmu adalah sifat Allah SWT dan
kitapun telah diberikan sifat Ilmu sebagai bagian dari modal dasar diri kita
untuk menjadi abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya di muka bumi. Ilmu
yang sudah ada dalam diri tidak bisa hanya dengan didiamkan maka ilmu akan
berkembang dan mampu menghantarkan diri kita menjadi abd’ (hamba)-Nya yang
sekaligus khalifah-Nya yang sesuai dengan kehendak-Nya. Ilmu harus dipelajari, harus
dikembangkan dan harus dipraktekkan untuk kebaikan diri dan diamalkan dengan
cara mengajarkan kembali kepada sesama barulah ilmu bermanfaat. Ilmu harus
dicanangkan sebelum berbicara dan melakukan suatu amalan. Jika tidak demikian,
niscaya Anda akan tersesat dan tidak akan pernah sampai tujuan. Maka kekuatan
ilmu harus didahulukan, baru setelah itu kekuatan amal. Mulailah Anda
mengimplementasikan ilmu ini dalam realita, kemudian berjalan secara nyata.
Ingat, untuk memperoleh dan mendapatkan ilmu
hanya bisa didapat melalui proses belajar mengajar yang sungguh sungguh, konsisten dalam
komitmen. Ilmu diperoleh melalui proses bertahap dari waktu ke waktu. Kita
tidak bisa hanya sesekali, atau sekali-kali, atau hanya meluangkan waktu ala
kadarnya untuk belajar memperoleh ilmu dan jika ini yang terjadi maka sekedar
itulah ilmu yang kita peroleh. Belajar harus didukung dengan komitmen yang kuat
dan utuh dari diri sendiri maka belajar akan mudah dimudahkan oleh Allah SWT.
Di lain sisi, setiap manusia akan melakukan
sebuah kegiatan, perbuatan, ataupun amaliah sangat tergantung dari kualitas
pemahaman yang dimilikinya. Sebagaimana firman-Nya berikut ini: “Maka
berpalinglah (hai Muhammad) dari orang yang berpaling dari peringatan Kami, dan
tidak mengingini kecuali kehidupan duniawi. Itulah sejauh-jauh pengetahuan
mereka. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang paling mengetahui siapa yang tersesat
dari jalan-Nya dan Dia pulalah yang paling mengetahui siapa yang mendapat
petunjuk. (surat An Najm (53) ayat 29 dan 30)”. Dimana kualitas
pemahaman ini sangat berhubungan dengan kualitas ilmu yang dimiliki seseorang. Dan
jika kualitas ilmu seseorang hanya sebatas sesuatu yang tersurat saja, maka
kualitas pemahaman pun hanya sebatas tersurat saja. Dan jika kita berkehendak
untuk memperoleh kualitas pemahaman bukan hanya sekedar yang tersurat saja,
melainkan sampai yang tersirat dan yang tersembunyi, tidak ada jalan lain
kecuali dengan meningkatkan kualitas kemampuan ilmu sampai yang tersirat dan
yang tersembunyi melalui proses belajar dan mengajar yang tiada henti dengan
semangat konsisten dalam komitmen. Adanya
ilmu yang kita miliki maka jalan untuk menuju Allah SWT sudah kita ketahui,
tinggal sekarang bagaimana kita melaksanakan apa apa yang sudah kita pelajari
sehingga mampu menghantarkan diri kita kembali kepada Allah SWT.
Dan tidak ada gunanya
kita tahu diri, tahu aturan main dan tahu tujuan akhir yang ditunjang dengan oleh adanya visi
akhirat, jika kita sendiri tidak berani membeli atau menjadikan hal tersebut
menjadi karya nyata melalui pengorbanan, melalui perjuangan yang konsisten dari
waktu ke waktu. “Jangan pernah berharap mencapai visi akhirat jika kita hanya malas-
malasan, hanya berpangku tangan, hanya menunggu dan menunggu kesempatan untuk
memulai aksi, berharap kasihan dari orang lain, hanya bicara tanpa ada kemauan
untuk berbuat, terkecuali jika kita mampu memasukkan unta ke dalam lobang
jarum.” Ayo segera bertindak dan berbuat dalam koridor tahu diri, tahu
aturan main serta tahu tujuan akhir yang dilandasi dengan visi akhirat yang
telah kita tetapkan karena hanya dengan tindakan nyata berupa karya nyata
semuanya akan tercapai. Jangan pernah memberikan kesempatan kepada perampok
perampok waktu melaksanakan aksinya di sisa usia kita yang ada. Untuk itu kita
bisa bercer-min kepada hadits berikut ini: “Jagalah lima hal sebelum datangnya lima
hal: jagalah mudamu sebelum tuamu, jagalah sehatmu sebelum sakitmu, jagalah
kayamu sebelum miskinmu, jagalah waktu luangmu sebelum datangnya waktu sibukmu,
jagalah hidupmu sebelum matimu.” (Hadits Riwayat Al Hakim). Untuk itu manfaatkan
waktu yang tersisa di sisa usia kita karena hanya dikesempatan itulah kita bisa
merealisasikan dan menunjukkan siapa diri kita yang sesungguhnya dihadapan
Allah SWT melalui bekerja, beribadah, berkarya secara ikhlas yang berasal dari
bagian hati. Untuk itu mari kita pelajari, perhatikan dan renungkan dengan
seksama 2 (dua) ayat Al Qur’an yang kami kemukakan berikut ini: “Sesungguhnya
Allah tidak berbuat dzalim kepada manusia sedikitpun, akan tetapi manusia
Itulah yang berbuat dzalim kepada diri mereka sendiri. (surat Yunus (10) ayat
44).” Serta yang dikemukakan oleh Allah SWT dalam firmanNya berikut
ini: “dan
sekali-kali bukanlah harta dan bukan (pula) anak-anak kamu yang mendekatkan
kamu kepada Kami sedikitpun; tetapi orang-orang yang beriman dan mengerjakan
amal-amal (saleh, mereka Itulah yang memperoleh Balasan yang berlipat ganda
disebabkan apa yang telah mereka kerjakan; dan mereka aman sentosa di
tempat-tempat yang Tinggi (dalam syurga). (surat Saba’ (34) ayat 37)
Adanya 2 (dua) buah ketentuan
diatas, membuktikan bahwa hasil akhir dari visi akhirat yang telah kita
tentukan, sangat tergantung kepada perjuangan diri kita sendiri. Sehingga hidup
tenang mati senang berumur panjang bukanlah mimpi di siang hari, melainkan akan
nyata menjadi kenyataan sepanjang diri kita mau memperjuangkan konsep tahu diri,
tahu aturan main dan tahu tujuan akhir yang didukung dengan adanya visi akhirat
yang telah kita tentukan dengan berani membayar mahal lalu memperjuangkannya
melalui usaha, doa dan air mata. Semoga Allah SWT memperkenankan doa dan
harapan kita agar bisa berkumpul kelak di syurga bersama keluarga besar kita
masing masing.
B.
TINGKATAN-TINGKATAN
NERAKA.
Al
Hakim Al Tirmidzi, dalam bukunya “Rahasia
Perumpamaan dalam Quran & Sunnah: Melihat
Makna Gaib Melalui Fenomena Nyata”, Serambi Ilmu Semesta, Jakarta, 2006,
telah mengemukakan tentang fenomena “Kehidupan Penduduk Neraka”. Dimana kehidupan penduduk neraka
bersumber dari air bekas cucian penduduk syurga. Ketika mereka meminum air
kehidupan di pintu syurga, hilanglah kotoran, penyakit dan beban mereka. Air
bekas cucian itu mengalir ke pintu neraka untuk memberi minum penduduk neraka,
sehingga mereka hidup dengannya. Kehidupan yang mereka rasakan begitu pahit.
Mereka sama sekali tidak mendapatkan kehidupan yang nyaman. Mereka tidak hidup
dan tidak mati. Nah, orang yang mendapat aib dan cela dihadapan Allah SWT, rasa
takut, cemas dan malu membuatnya jauh lebih tersiksa daripada orang (beriman)
yang dimatikan di neraka. Api neraka memakan jasadnya, tetapi rahmat Allah SWT
tetap menyelimutinya. Dengan itulah ia selamat, dibebaskan setelah Allah
membersihkannya, kemudian ia dibawa ke syurga dalam kondisi suci.
Sebagai pembanding
tentang tingkatan-tingkatan syurga yang telah kami kemukakan di atas, tidaklah
berlebihan jika kami mengemukakn pula tingkatan-tingkatan neraka untuk umat
manusia yang tidak memenuhi syarat dan ketentuan masuk syurga. Berikut ini akan kami kemukakan tingkatan-tingkatan neraka yang juga
telah dipersiapkan untuk umat manusia oleh Allah SWT dan jika hal ini yang menjadi
tujuan kita maka segera penuhi syarat dan ketentuan yang berlaku atas
tingkatan-tingkatan neraka itu, yaitu :
1. Neraka Hawwiyah. Berdasarkan surat Al
Qaariah (101) ayat 8 sampai 11 yang kami kemukakan berikut ini: “dan
Adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya, Maka tempat kembalinya
adalah neraka Hawiyah. tahukah kamu Apakah neraka Hawiyah itu?(yaitu) api yang
sangat panas.” neraka Hawiyah adalah neraka yang diperuntukkan atas
orang orang yang ringan timbangan amalnya yaitu mereka yang selama hidup di
dunia lebih banyak mengerjakan keburukan dibandingkan dengan kebaikan.
2. Neraka Jahim. Berdasarkan surat Asy Syu’araa (26) ayat
91,92,93 yang kami kemukakan berikut ini: “dan diperlihatkan dengan jelas neraka Jahim
kepada orang- orang yang sesat", dan dikatakan kepada mereka:
"Dimanakah berhala-berhala yang dahulu kamu selalu menyembah(nya) selain
dari Allah? dapatkah mereka menolong kamu atau menolong diri mereka
sendiri?" Neraka Jahim sebagai tempat penyiksaan atas orang-orang
musyrik atau orang-orang yang menyekutukan Allah SWT maka sesembahan mereka
akan datang untuk menyiksa mereka. Orang yang di dunia menyembah sapi maka sapi
yang akan menyiksa orang itu. Orang yang menyembah patung berbentuk hewan, maka
patung itu yang akan menyiksanya. Dan demikian selanjutnya. Syirik disebut
sebagai dosa yang paling besar menurut Allah SWT, karena syrik berarti
mensekutukan Allah SWT atau menganggap ada makhluk yang lebih hebat dan
berkuasa sehebat Allah SWT. Syirik dapat pula berarti menganggap ada Tuhan lain
selain Allah SWT. Selain daripada itu, berdasarkan surat At Takaatsur (102)
ayat 1 sampai 8 yang kami kemukakan berikut ini: “Bermegah-megahan telah
melalaikan kamu[1598], sampai kamu masuk ke dalam kubur. janganlah begitu,
kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), dan janganlah begitu,
kelak kamu akan mengetahui. janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan
pengetahuan yang yakin, niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim,
dan Sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan 'ainul yaqin[1599].
kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu
megah-megahkan di dunia itu).” Neraka Jahim juga diperuntukkan bagi
orang orang yang bermegah megahan dalam persoalan harta kekayaan, anak,
pengikut, kemulian yang mengakibatkan kita lalai dalam ketaatan kepada Allah
SWT.
[1598] Maksudnya: Bermegah-megahan dalam soal banyak
harta, anak, pengikut, kemuliaan, dan seumpamanya telah melalaikan kamu dari
ketaatan.
[1599] 'ainul yaqin artinya melihat dengan mata kepala
sendiri sehingga menimbulkan keyakinan yang kuat.
3. Neraka Saqar. Berdasarkan surat Al
Muddatstsir (74) ayat 26 sampai 47 yang kami kemukakan berikut ini: “aku
akan memasukkannya ke dalam (neraka) Saqar. tahukah kamu Apakah (neraka) Saqar
itu? Saqar itu tidak meninggalkan dan tidak membiarkan [1527].(neraka Saqar)
adalah pembakar kulit manusia. dan di atasnya ada sembilan belas (Malaikat
penjaga).dan tiada Kami jadikan penjaga neraka itu melainkan dari Malaikat: dan
tidaklah Kami menjadikan bilangan mereka itu melainkan untuk Jadi cobaan bagi
orang-orang kafir, supaya orang-orang yang diberi Al-Kitab menjadi yakin dan
supaya orang yang beriman bertambah imannya dan supaya orang-orang yang diberi
Al kitab dan orang-orang mukmin itu tidak ragu-ragu dan supaya orang-orang yang
di dalam hatinya ada penyakit dan orang-orang kafir (mengatakan): "Apakah
yang dikehendaki Allah dengan bilangan ini sebagai suatu perumpamaan?"
Demikianlah Allah membiarkan sesat orang-orang yang dikehendaki-Nya dan memberi
petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan tidak ada yang mengetahui
tentara Tuhanmu melainkan Dia sendiri. dan Saqar itu tiada lain hanyalah
peringatan bagi manusia. sekali-kali tidak[1528], demi bulan, dan malam ketika
telah berlalu, dan subuh apabila mulai terang.Sesungguhnya Saqar itu adalah
salah satu bencana yang Amat besar, sebagai ancaman bagi manusia.(yaitu) bagi
siapa di antaramu yang berkehendak akan maju atau mundur[1529]. tiap-tiap diri
bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya, kecuali golongan kanan,
berada di dalam syurga, mereka tanya menanya, tentang (keadaan) orang-orang
yang berdosa,"Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)?"
mereka menjawab: "Kami dahulu tidak Termasuk orang-orang yang mengerjakan
shalat, dan Kami tidak (pula) memberi
Makan orang miskin, dan adalah Kami
membicarakan yang bathil, bersama dengan orang-orang yang membicarakannya, dan
adalah Kami mendustakan hari pembalasan, hingga datang kepada Kami kematian.”
[1527] Yang dimaksud
dengan tidak meninggalkan dan tidak membiarkan ialah apa yang dilemparkan ke
dalam neraka itu diazabnya sampai binasa kemudian dikembalikannya sebagai
semula untuk diazab kembali.
[1528] Sekali-kali
tidak adalah bantahan terhadap ucapan-ucapan orang-orang musyrik yang
mengingkari hal-hal tersebut di atas.
[1529] Yang dimaksud
dengan maju ialah maju menerima peringatan dan yang dimaksud dengan mundur
ialah tidak mau menerima peringatan.
Neraka Saqar adalah
neraka yang telah dipersiapkan oleh Allah SWT untuk orang orang yang tidak
mengerjakan shalat, tidak memberi makan orang miskin, selalu membicarakan yang
bathil bersama yang membicarakannya, orang mendustakan hari pembalasan tanpa
sempat bertaubat.
4. Neraka Lazza. Berdasarkan surat Al
Ma’aarij (70) ayat 15 sampai 18 yang kami kemukakan berikut ini: “sekali-kali tidak dapat, Sesungguhnya
neraka itu adalah api yang bergolak, yang mengelupas kulit kepala,yang
memanggil orang yang membelakang dan yang berpaling (dari agama), serta mengumpulkan
(harta benda) lalu menyimpannya[1511].” Neraka Lazza adalah neraka yang
diperuntukkan untuk orang orang yang menyimpan hartanya dan tidak mau mengeluarkan zakat serta tidak mau
menafkahkan ke jalan yang diridhai Allah SWT.
[1511] Maksudnya:
orang yang menyimpan hartanya dan tidak mau mengeluarkan zakat dan tidak pula
menafkahkannya ke jalan yang benar.
5. Neraka Huthamah. Berdasarkan surat Al
Humazah (104) ayat 1 sampai 9 yang kami kemukakan berikut ini: kecelakaanlah bagi Setiap pengumpat lagi pencela,
yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitung[1600],Dia mengira bahwa hartanya
itu dapat mengkekalkannya,sekali-kali tidak! Sesungguhnya Dia benar-benar akan
dilemparkan ke dalam Huthamah. dan tahukah kamu apa Huthamah itu? (yaitu) api
(yang disediakan) Allah yang dinyalakan,yang (membakar) sampai ke
hati.Sesungguhnya api itu ditutup rapat atas mereka, (sedang mereka itu) diikat
pada tiang-tiang yang panjang.”
[1600] Maksudnya mengumpulkan dan menghitung-hitung harta
yang karenanya Dia menjadi kikir dan tidak mau menafkahkannya di jalan Allah.
Neraka Huthamah
adalah neraka yang dipersiapkan oleh Allah SWT untuk orang yang suka mengumpat dan suka mencela, mengumpulkan
harta, serakah dan menghina orang-orang miskin serta memamerkannya. Mereka
berpaling dari agama, tidak mau bersedekah dan tidak mau pula membayar zakat.
Mereka juga memasang wajah masam apabila ada orang miskin yang meminta bantuan.
Allah SWT membalas dengan menyiksa mereka dengan cara menguliti dan
mengelupaskan kulit muka mereka.
6. Neraka Sair. Berdasarkan surat An
Nisaa’ (4) ayat 9 dan 10 yang kami kemukakan berikut ini: “dan hendaklah takut kepada Allah
orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang
lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu
hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan
Perkataan yang benar. Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim
secara zalim, sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka
akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka).” Neraka Sair
diperuntukkann untuk orang orang yang memakan harta anak yatim secara dzalim,
mengucapkan perkataan yang menyakitkan serta kafir. Neraka ini juga
diperuntukkan untuk orang orang yang tidak mau mendengarkan atau memikirkan
peringatan Allah SWT seperti melaksanakan perintah dan menjauhi larangannya.
Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit
yang dekat dengan bintang-bintang, dan Kami jadikan bintang-bintang itu
alat-alat pelempar syaitan, dan Kami sediakan bagi mereka siksa neraka yang
menyala-nyala. (surat Al Mulk (67) ayat 5)
Allah SWT berfirman: dan
mereka berkata: "Sekiranya Kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan
itu) niscaya tidaklah Kami Termasuk penghuni-penghuni neraka yang
menyala-nyala". mereka mengakui dosa mereka. Maka kebinasaanlah bagi
penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala. (surat Al Mulk (67) ayat 10 dan
11)
7. Neraka Wail. Berdasarkan surat Al
Muthaffifiin (83) ayat 1 sampai 6 yang kami kemukakan berikut ini: “kecelakaan
besarlah bagi orang-orang yang curang, (yaitu) orang-orang yang apabila
menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka
menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi. tidaklah
orang-orang itu menyangka, bahwa Sesungguhnya mereka akan dibangkitkan, pada
suatu hari yang besar, (yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan
semesta alam?.” Dan juga berdasarkan surat Al Muthaffifiin (83) ayat 14
sampai 17 berikut ini: “sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya
apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka. sekali-kali tidak,
Sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar tertutup dari (rahmat) Tuhan
mereka. Kemudian, Sesungguhnya mereka benar-benar masuk neraka. Kemudian,
dikatakan (kepada mereka): "Inilah azab yang dahulu selalu Kami dustakan.”
Neraka Wail diperuntukan bagi orang orang yang mencurangi takaran atau
timbangan atau ukuran untuk memperoleh keuntungan yang besar atau dengan kata
lain neraka dipersiapkan khusus untuk para pedagang, pengusaha atau saudagar.
Apa yang mereka curangi, apa yang mereka korupsi akan dibakar lalu dimasukkan
ke dalam perut mereka sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan.
8. Neraka Jahannam. Berdasarkan surat An
Nisaa’ (4) ayat 168 dan 169 yang kami kemukakan berikut ini: “Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan
melakukan kezaliman, Allah sekali-kali tidak akan mengampuni (dosa) mereka dan
tidak (pula) akan menunjukkan jalan kepada mereka, kecuali jalan ke neraka
Jahannam; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. dan yang demikian itu adalah
mudah bagi Allah.” Neraka Jahannam diperuntukkan untuk orang orang
kafir, orang orang dzalim. Sedangkan berdasarkan surat Al Hijr (15) ayat 43 dan
44 berikut ini: “dan Sesungguhnya Jahannam itu benar-benar tempat yang telah diancamkan
kepada mereka (pengikut-pengikut syaitan) semuanya. Jahannam itu mempunyai
tujuh pintu. tiap-tiap pintu (telah ditetapkan) untuk golongan yang tertentu
dari mereka.” Neraka Jahannam dipersiapkan bagi manusia yang telah
menjadi pengikut pengikut syaitan sang laknatullah. Neraka Jahannam atau biasa
disebut orang dengan nama jahannam merupakan neraka yang paling dalam dan
paling berat siksaannya. Neraka Jahannam memiliki tujuh pintu masuk, dimana
tiap tiap pintu untuk golongan yang tertentu pula. Setiap manusia yang masuk ke
neraka Jahannam kekal di dalamnya selama lamanya.
Itulah kondisi dan
keadaan dari kampung kebinasaan dan kesengsaraan, yang tidak lain adalah
neraka. Kemudian renungkan keadaan tersebut dan bandingkan dengan kondisi hidup
dan kehidupan kita saat ini. Selanjutnya
beranikah kita pulang ke kampung halaman yang bernama Kampung Kebinasaan dan
Kesengsaraan itu? Ayo segera tentukan sikap. Semoga kita semua
tidak salah jalan saat hidup di dunia.
Sebagai Abd’ (hamba)
yang sekaligus khalifah di muka bumi ketahuilah bahwa kampung halaman kita yang
sesungguhnya adalah syurga yang tidak lain adalah Kampung Kebahagiaan. Dan alangkah bodohnya diri kita jika mau
diajak pulang kampung ke neraka Jahannam oleh syaitan karena bujuk dan
rayuannya. Ingat, jika syaitan pulang kampung ke neraka Jahannam karena
memang disanalah kampung halaman dari syaitan. Api akan kembali ke api
sedangkan diri kita yang sesungguhnya bukanlah berasal dari api melainkan dari
Nur yang berasal dari Allah SWT.