Nabi Muhammad SAW telah
mengingatkan umatnya tentang adanya fitnah atas harta dunia yang akan datang
dan akibatnya kepada umatnya yang lalai mempersiapkan bekal untuk kehidupan di
akhirat. Banyak umatnya yang tidak perduli tentang masalah halal dan haram,
yang penting keluarganya bisa makan
kenyang dan hartanya bertambah terus. Hal ini sebagaimana termaktub dalam
hadits berikut ini:“Akan datang suatu
zaman dimana manusia tidak lagi peduli darimana mereka mendapatkan harta
(penghasilan), apakah dari usaha yang halal atau haram (Hadits Riwayat Bukhari)
Adanya dampak negatif dari harta (penghasilan) haram dipicu oleh
nafsu yang sangat menginginkan kehidupan dunia. Seperti menginginkan gaji yang
tambah besar, bonus berkali-kali lipat, fasilitas mewah, dan juga sibuk membeli
asset untuk diwariskan ke masing-masing anaknya. Tapi buat apa itu semua jika
caranya malah melemparkan dirinya ke
neraka? Ingatlah, semua itu tidak bisa dibawa ke dunia berikutnya (kehidupan
akhirat).
Karena itulah sudah sepantasnya
seorang muslim yang taat dan patuh jika Allah SWT dan Rasul-Nya melarang
sesuatu, dan bukan (malah) mengerjakan apa yang diinginkan nafsunya. Yakinlah
secara keimanan dan juga logika apabila hukum syariat menyuruh sesuatu, berarti
ada maksud baik dibaliknya. Apalagi perintahnya sudah diikuti dengan ancaman,
jangan coba-coba untuk melanggarnya.
Untuk itu bersabarlah mencari
penghasilan halal walaupun hasilnya tidak segemerlap dan secepat harta haram.
Berikut ini akan kami kemukakan
dampak dari harta (penghasilan) haram terhadap individu. Setidaknya ada 17
dampak akan akan mengenai seorang manusia. Kalau dia tidak merasakannya di
dunia pasti akan merasakannya di akhirat. Itu pasti. Berhati-hatilah pada
tanda-tandanya.
1. Menjadi kikir, hatinya keras dan menyembah harta
duniawi.
2. Akhlak dan perbuatannya seperti orang Yahudi. Sang
musuh Allah SWT.
3. Dirinya sama dengan akhlak kaum jahiliyah.
4. Pemakan riba akan bangun sebagai orang yang gila di
hari kiamat.
5. Berperang melawan Allah dan rasul-Nya.
6. Pemakan riba menunjukkan dia lemah dan ketakwaannya
lenyap.
7. Pemakan riba dilaknat dan dijauhkan dari rahmat Allah
SWT.
8. Pemakan riba akan berenang di sungai darah dan
mulutnya dilempari batu di akhirat.
9. Pemakan riba akan binasa.
10. Berbuat riba sama dengan bermaksiat pada Allah dan
rasul-Nya.
11. Jika tidak bertaubat, pemakan riba diancam neraka.
12. Allah tidak akan menerima sedekah dari harta riba.
13. Doa pemakan riba tidak dikabulkan.
14. Memakan riba menyebabkan hati membatu.
15. Zalim memakan riba dan kezalimannya menjadi kegelapan
di akhirat.
16. Menjadikannya jarang berbuat kebaikan.
17. Luntur simpati dan kasih sayangnya karena tega
menguras semua harta orang yang berhutang.
Selanjutnya mari kita perhatikan
hadits berikut ini: “Ketika zina dan riba
dilakukan terang-terangan di masyarakat, berarti mereka telah menghalalkan azab
Allah untuk ditimpakan ke diri mereka. (Hadits Riwayat Ath Thabrani)
Berdasarkan ketentuan hadits di
atas, jika transaksi riba telah dirasakan oleh masyarakat dan perekonomiannya,
maka semakin banyak individu berbuat riba akan mengundang murka Allah dan
akibatnya berdampak semakin luas dan masif di antaranya:
1. Permusuhan dan fitnah dimana-mana. Rasa persaudaraan
putus.
2. Tidak bisa sejahtera dan tenang karena muncul kekacauan
dan kesenjangan.
3. Ekonominya menyimpang dan mengakibatkan pemborosan.
4. Harta masyarakat Muslim di genggam mereka yang
menguasai bank ribawi.
5. Tersebarnya riba akan mengundang azab Allah SWT.
6. Tercipta kesempatan untuk menjajah negeri Islam karena sudah lemah.
7. Memakan riba akan menghalangi masyarakatnya berbuat
kebaikan.
8. Rasa simpatik jadi rendah untuk menolong saudara
seiman.
9. Gaya hidupnya menjadi konsumtif dan kapitalis untuk
kebutuhan yang tidak mendesak.
10. Daya beli menurun karena jumlah uang beredar tidak
diikuti kenaikan barang dan jasa.
11. Harga jual barang dan jasa lebih tinggi karena
dimasukkan komponen bunga kredit.
12. Masyarakat menjadi egois serta dengki. Golongan kaya
semakin kaya tanpa susah dan capek. Mereka terus memeras golongan miskin
membayar bunga berlipat-lipat.
13. Produksi barang berkurang karena masyarakat tidak mau
berbisnis riil dan maunya hanya terima bunga saja. Akhirnya perekonomian akan
berpengaruh.
Lihat di zaman sekarang, ini
sudah terbukti. Banyak manusia melegalkan segala cara untuk mereguk kenikmatan
dunia, termasuk mempraktekkan riba walau tahu hukumnya. Mereka tetap lanjut
menyetornya atau bahkan menerimanya.
Daftar pustaka.
1. Yudha Adhyaksa, Kunci Hijrah, Semesta Aksara,
Jogjakarta, 2021.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar