ADNAN
ATH THARSYAH dalam bukunya “Yang Disenangi Nabi SAW dan Yang Tidak
Disukai” telah mengemukakan bahwa Shalat yang Disukai Nabi SAW adalah Yang
Berkesinambungan” sebagaimana riwayat
berikut ini: Imam Bukhari meriwayatkan bahwa Aisyah ra, berkata, “Shalat yang paling disukai oleh Nabi SAW
adalah shalat yang dilakukan terus-menerus walaupun sedikit. Sesungguhnya
apabila beliau shalat, maka akan dilakukan dengan terus-menerus.”
Adapu yang dimaksud dengan shalat yang
berkesinambungan di sini adalah shalat sunnah. Apabila shalat sunnah,
Rasulullah selalu mengerjakannya secara terus menerus. Sesungguhnya beliau suka
shalat yang dilakukan secara kontiniu meskipun sedikit (bilangan rakaatnya).
Aisyah pernah ditanya “Pekerjaan apa yang
disukai Nabi? Maka ia menjawab, “Pekerjaan yang dikerjakan secara kontiniu.
(Hadits Riwayat Bukhari)”.
Lalu Nabi SAW menambahkan: “Rasulullah apabila melakukan suatu pekerjaan, beliau selalu tetap
mengerjakannya. (Hadits Riwayat Muslim)
Ia juga berkata: “Sesungguhnya
pekerjaan (amal) Nabi SAW itu selalu
dikerjakan dengan terus menerus. (Hadits Riwayat Bukhari)
Maka, dianjurkan bagi setiap orang muslim untuk selalu
melaksanakan shalat yang sudah biasa ia kerjakan asal jangan sampai
keterlaluan, dan makhruh hukumnya meninggalkan shalat meskipun itu bukan shalat wajib.
Sesungguhnya jalan untuk selalu mengerjakan shalat
meskipun shalat tersebut adalah shalat yang sederhana (tidak berlebih-lebihan) dan
disesuaikan dengan kemampuan dirinya. Adapun melaksanakannya dengan
berlebih-lebihan dan dalam jumlah yang banyak, kadang malah membuat seseorang
bosan lalu meninggakannya dan yang demikian itu sangat tercela. Dalam hal ini
Nabi SAW pernah memperingatkan seseorang yang bercerita tentang seorang wanita
yang tidak tidur malam karena melaksanakan shalat. Rasulullah SAW bersabda: “Apa-apaan itu, diwajibkan atas kalian
pekerjaan-pekerjaan yang kalian mampu mengerjakannya. Sesungguhnya Allah tidak
akan bosan sampai kalian sendiri yang bosa. (Hadits Riwayat Bukhari)
Yakni, diwajibkan atas kamu pekerjaan-pekerjaan yang
kamu sanggup melaksanakannya secara kontiniu dan tidak memberatkan. Ucapan
Rasulullah, “Apa-apaan ini” menunjukkan bahwa beliau tidak suka hal itu karena
khawatir akan melelahkan dan membosankan pelakunya hingga meninggalkan ibadah
yang sudah dibiasakan mengerjakannya yang hal itu bertanda sebagai kemunduran
dari apa yang telah ia lakukan untuk Tuhannya.
Di dalam hadits di atas juga terdapat anjuran agar
hemat dalam ibadah dan sebatas kemampuan, dan jangan sampai keterlaluan dengan
membebankan sesuatu yang tidak sanggup ia kerjakan. Karena itu, Nabi SAW
bersabda: “Sesungguhnya pekerjaan yang
disukai Allah adalah yang langgeng meski hanya sedikit. (Hadits Riwayat
Muslim).
Yang perlu diperhatikan adalah bukanlah larangan untuk
banyak-banyak mengerjakan ibadah sunnah atau shalat sunnah, justru itu
perbuatan terpuji, sebagaimana hadits qudsi berikut ini: “Dan tidaklah hamba-Ku itu terus mendekatkan diri kepada-Ku hingga Aku
mencintainya. Apabila Aku cinta kepadanya, maka Aku akan menjadi pendengarannya
yang dengannya ia mendengar, menjadi penglihatannya yang dengannya ia melihat,
menjadi tangannya yang dengannya ia memegang, dan menjadi kakinya yang
dengannya ia berjalan. Apabila ia memohon kepada-Ku, maka Aku pasti memberinya,
Apabila ia meminta ampun kepada-Ku, maka aku pasti mengampuninya. (Hadits
Riwayat Bukhari).
Jadi, yang dimaksud disini adalah larangan untuk
melakukannya secara berlebih-lebihan sehingga menjadi bosan, atau sikap
berlebih-lebihan pada hal-hal yang sunnah sehingga lupa mengerjakan yang lebih
utama atau melalaikan yang wajib sehingga lewat dari waktunya. Contohnya, orang
yang begadang di malam hari untuk shalat malam sehingga membuatnya ketiduran di
akhir malam. Dia tertidur saat datang
waktu subuh berjamaah atau sampai keluar waktu yang telah ditentukan atau
mungkin tertidur sampai terbit matahari, sehingga keluarlah waktu faridhahnya.
Nabi SAW tidak suka meninggalkan shalat sunnah yang
pernah beliau kerjakan, dan beliau suka kebersinambungan mengerjakannya. Beliau SAW berkata kepada Abdullah bin Amru
ibnul-Ash, “Wahai Abdullah, janganlah kamu seperti si fulan yang selalu bangun
malam kemudian dia meninggalkan shalat malam, (Hadit Riwayat Bukhari).
Terus menerus dalam mengerjakan shalat walaupun
sedikit itu lebih baik ketimbang bersusah payah memperbanyaknya tapi tidak
berkelanjutan. Sedikit yang terus menerus lebih baik ketimbang banyak yang
terputus. Dan yang terbaik tentunya adalah yang banyak dan berkesinambungan
bagi orang yang tahu bahwa dirinya mampu untuk melakukannya seperti yang
dilakukan oleh Rasulullah dimana Aisyah berkata, “Nabi SAW adalah orang yang apabila mengerjakan shalat, beliau suka
untuk mengerjakannya terus-menerus. Apabila beliau ketiduran atau beliau sakit
dan tidak mampu bangun malam, beliau akan shalat di siang hari sebanyak dua
belas rakaat. (Hadits Riwayat Muslim)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar