Label

MEMANUSIAKAN MANUSIA: INILAH JATIDIRI MANUSIA YANG SESUNGGUHNYA (79) SETAN HARUS JADI PECUNDANG: DIRI PEMENANG (68) SEBUAH PENGALAMAN PRIBADI MENGAJAR KETAUHIDAN DI LAPAS CIPINANG (65) INILAH ALQURAN YANG SESUNGGUHNYA (60) ROUTE TO 1.6.799 JALAN MENUJU MAKRIFATULLAH (59) MUTIARA-MUTIARA KEHIDUPAN: JALAN MENUJU KERIDHAAN ALLAH SWT (54) PUASA SEBAGAI KEBUTUHAN ORANG BERIMAN (50) ENERGI UNTUK MEMOTIVASI DIRI & MENJAGA KEFITRAHAN JIWA (44) RUMUS KEHIDUPAN: TAHU DIRI TAHU ATURAN MAIN DAN TAHU TUJUAN AKHIR (38) TAUHID ILMU YANG WAJIB KITA MILIKI (36) THE ART OF DYING: DATANG FITRAH KEMBALI FITRAH (33) JIWA YANG TENANG LAGI BAHAGIA (27) BUKU PANDUAN UMROH (26) SHALAT ADALAH KEBUTUHAN DIRI (25) HAJI DAN UMROH : JADIKAN DIRI TAMU YANG SUDAH DINANTIKAN KEDATANGANNYA OLEH TUAN RUMAH (24) IKHSAN: INILAH CERMINAN DIRI KITA (24) RUKUN IMAN ADALAH PONDASI DASAR DIINUL ISLAM (23) ZAKAT ADALAH HAK ALLAH SWT YANG HARUS DITUNAIKAN (20) KUMPULAN NASEHAT UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK (19) MUTIARA HIKMAH DARI GENERASI TABI'IN DAN TABI'UT TABIIN (18) INSPRIRASI KESEHATAN DIRI (15) SYAHADAT SEBAGAI SEBUAH PERNYATAAN SIKAP (14) DIINUL ISLAM ADALAH AGAMA FITRAH (13) KUMPULAN DOA-DOA (10) BEBERAPA MUKJIZAT RASULULLAH SAW (5) DOSA DAN JUGA KEJAHATAN (5) DZIKIR UNTUK KEBAIKAN DIRI (4) INSPIRASI DARI PARA SAHABAT NABI (4) INILAH IBADAH YANG DISUKAI NABI MUHAMMAD SAW (3) PEMIMPIN DA KEPEMIMPINAN (3) TAHU NABI MUHAMMAD SAW (3) DIALOQ TOKOH ISLAM (2) SABAR ILMU TINGKAT TINGGI (2) SURAT TERBUKA UNTUK PEROKOK dan KORUPTOR (2) IKHLAS DAN SYUKUR (1)

Kamis, 22 Mei 2025

GUGURNYA DEDAUNAN DALAM RENUNGAN


Kutipan ini ini kami ambil dari buku “Innallaha Ma’ana (Allah Selalu Menemani Kita)” yang ditulis oleh “Huda Rahmansyah dkk”, sebagaimana berikut ini:

 

1.   Pada pepohonan nan rindang, satu demi satu daun berguguran. Terempas, mengering, terbuang diluruhkan lepas dalam genggaman.

 

Bukan karena tak lagi sayang ataupun cinta yang tak lagi bertandang,

Sebab ada masa melepaskan adalah cara terbaik untuk berjuang.

 

Jangan salahkan ranting-ranting yang begitu hening menanggalkan,

Karena boleh jadi ia hanya berpasrah pada keadaan.

Tak bisa melawan, sebab goresan takdir telah ditetapkan.

 

Daun jatuh tak jauh dari rantingnya.

Walau kadang embusan angin membawa ia melanglang buana entah kemana.

Namun tak kan bisa ia kembali pada tangkainya.

 

Daun mengering terurai oleh bakteri, melebur dengan tanah

Tanpa ada yang mencari.

 

Nanti, ketika hari demi hari terus berganti, akan ada pucuk-pucuk daun baru sebagai pengganti, menemani ranting-ranting yang lama dirundung sepi.

 

Daun-daun yang telah gugur menjadi bagian inti sari.

Diwakilkan dedaunan baru yang tersebut musim semi.

 

Musim hanyalah sebuah siklus.

Daun-daun adalah pemain yang mengambil peran.

Baik ranting ataupun dedaunan mengajarkan hakikat sebuah ketulusan.

 

Dari kisah keseluruhan, melepaskan, kehilangan, bertumbuh, dan bersemi, sarat akan sebuah pengorbanan.

 

2.    Terkadang jatuh membuat kita mampu berdiri lebih tegar dalam kondisi yang terbaik. Yang mengajarkan kita agar melihat segala sesuatu dari sudut pandang yang berbeda, yang lebih luas.

 


3.    Setiap tetesan air mata mengajarkan arti sebuah kekuatan. Kekuatan baru yang membuat hatimu lebih tegar  dari sebelumnya.



4.      Jika yang manis saja yang kita temukan dalam hidup ini, sedangkan yang pahit tak pernah kita rasakan, yakinlah kita tak akan pernah belajar menjadi lebih baik.

 


5.     Allah SWT  selalu  bersama  orang-orang  yang memilih di jalan terbaik-Nya. Dan semoga kita bisa menjadi bagian dari proses ini, dan ketika dunia tak lagi berpihak pada kita, katakan saja pada dunia, “Aku masih memiliki Allah, Tuhan yang menciptakan kalian, mengendalikan kalian dan menundukkan kalian, jika Ia menginginkan. Tak ada rasa risau di hari jika aku selalu mengingat dan menyebut nama agung-Nya. Dan tak perlu kutakuti selain diri-Nya”.

 


6.  Semua terlihat seperti engkau mendengar, nyatanya engkau menulikan suara. Semua terlihat seperti engkau melihat, nyatanya engkau alihkan pandangan. Semua terlihat seperti engkau bersuara, nyatanya engkau hanya terdiam. Seakan semesta tak merestuiku untuk bahagia, nyatanya dirimu yang tak membuka hati untukku.

 

 

Rabu, 21 Mei 2025

7 PRINSIP BERPIKIR POSITIF


Inilah tujuh prinsip berpikir positif yang kami kutip dan ambil dari buku “Innallaha Ma’ana (Allah Selalu Menemani Kita)” yang ditulis oleh “Huda Rahmansyah dkk”, sebagaimana berikut ini:

 

 

1.      Masalah dan nestapa hanya ada pada persepsi.

 

Kenyataan adalah persepsi Anda. Jika Anda ingin mengubah kenyataan hidup Anda, mulailah dengan mengubah persepsi Anda. (Dr Ibrahim Elfikki).

 

Jika kita mengubah persepsi kita tentang masalah, memikirkannya sebagai hadiah terindah dari Allah, lalu berkonsentrasi pada upaya untuk mencari solusi, maka kita akan menemukan pintu harapan terbuka lebar di hadapan kita. Karena itu, jangan biarkan persepsi kita tentang suatu masalah mempengaruhi kita. Sebab, persepsi adalah program akal terdahulu yang bisa jadi keliru. Maka ubahlah persepsi kita, insya Allah kehidupan kita pun akan berubah. Sebab permasalahan dan nestapa ada dalam persepsi belaka.

 


2. Masalah tidak akan membiarkan Anda dalam kondisi yang ada, ia akan membawa Anda pada kondisi yang lebih buruk atau yang lebih baik.

 

“Apa yang terjadi pada Anda tidak penting, Yang penting adalah apa yang Anda lakukan terhadap apa yang terjadi pada Anda” (Dr. Robert Schuler)”.

 

Setiap masalah yang datang dalam hidup membuat kita keluar dari rasa tenang, damai dan nyaman. Masalah juga mempengaruhi pikiran, konsentrasi, kekuatan dan perasaan, sampai kita dapat melepaskan diri darinya dengan cara-cara tertentu. Kita juga akan menemukan orang dengan kepribadian negatif atau positif.

 

Jika kita menemukan orang-orang yang berkepribadian negative, kita akan kehilangan keseimbangan ketika menghadapi masalah, sehingga kita akan berpikir negatif dan emosional. Perhatian kita akan fokus pada masalah  dan dampaknya yang paling buruk. Dengan begitu, perasaan kita akan menjadi semakin negative dan itu dapat mendorong kita untuk berperilaku negatif pula. Sehingga masalah yang dihadapi justru semakin rumit. Ironisnya kita justru akan beranggapan, bahwa masalah yang membuat kondisi kita menjadi lebih buruk seperti ini.

 

Sedangkan bagi orang yang berkepribadian positif, mereka akan memutuskan perhatian pada upaya mencari solusi dengan perasaan tenang dan cara-cara yang rasional. Ia akan mempelajari masalah yang ada dan memperbaiki sikapnya hingga dapat berperilaku positif. Baginya, masalah adalah suatu pendewasaan diri dan akan mengantarkannya pada kondisi yang lebih baik setelahnya.

 

Syekh Muhammad Mutawalli menuturkan  bahwa: “Anda tidak akan mampu menyelesaikan masalah dengan pikiran Anda yang sudah ada tentangnya. Sebab, pikirin ini adalah penyebab lahirnya masalah itu. Untuk menyelesaikannya Anda harus berpikir dengan cara yang lain.” Karena itu, hal yang barangkali kita perlukan adalah konseling pada ahlinya. Hadir di majelis-majelis ilmu dan lebih banyak membaca buku. Barangkali masalah yang kita alami disebakan kurangnya pengetahuan kita tentang suatu masalah. Sehingga masalah itu berlarut-larut menghampiri kita.


 

3.      Jangan jadi masalah, pisahkan diri dari masalah.

 

Tidak ada masalah yang solusinya tidak dapat dipikirkan oleh akal manusia. (Voltaire).

 

Masalah hanya salah satu kondisi aktivitas hidup yang harus dihadapi secara wajar dan disikapi dengan tenang, hingga kita menemukan solusinya. Karena itu kita harus berhati-hati. Cobalah untuk menguasai masalah, jangan sampai masalah yang menguasai kita.

 

Berhati-hatilah akan ucapan untuk diri sendiri atau pada orang lain setelah kata ‘aku’ karena kata ‘aku’ meliputi segalanya di setiap tempat, waktu serta setiap materi dan energi. Ketika kita mengatakan “aku gagal” berarti kegagalan itu berlaku ada setiap tempat, waktu, pikiran, bahasa, dan potensi, termasuk potensi spiritual. Karena itu hati-hatilah setiap kali mengatakan, “Aku….” Karena kata setelahnya adalah keyakinan yang dapat menimbulkan berbagai masalah untuk kita. Jangan pernah kita meletakkan kata negatif setelahnya.

 

Sebaiknya katakana sesuatu yang mendukung dan menguatkan, seperti “Aku percaya diri”, “Aku bisa”, “Aku mampu melewatinya” Dengan begitu, kita memberi asupan otak kita dengan gizi positif. Inilah bekal positif untuk menghadapi setiap masalah, seberat apa pun itu.


 

4.   Belajarlah dari masa lalu, hiduplah pada masa kini dan rencanakanlah masa depan.  

 

Betapa banyak orang yang menyesali masa lalu atau mengkhawatirkan masa depannya. Padahal keduanya tidak ada pada saat ini. Masa lalu dan segala peristiwa yang ada di dalamnya telah berlalu sebagai pengalaman.

 

Namun dalam hidup kita harus memiliki tujuan yang jelas. Sebab tanpa tujuan hidup, kita akan merasa hampa dan tidak bersemangat. Kita akan merasa sia-sia. Karena itu, tujuan hidup itu sangat penting. Bagaimana kita menyikapi masa lalu dan apa yang harus dilakukan saat ini hingga waktunya mewujudkan impian?

 

Agar dapat menata kehidupan yang lebih baik, yang pertama yang harus kita lakukan adalah membersihkan pikiran, konsentrasi, perasaan dan keyakinan negatif yang ada pada masa lalu.

Jalani hidup dengan banyak bersyukur. Perkuat hubungan dengan Allah. Mulailah susun rencana untuk hidupmu ke depan. Insya Allah, kita bisa membangun masa depan yang lebih baik.

 

Lalu bagaimana cara membersihkan masa lalu? Kita bisa melakukannya dengan bertanya pada diri sendiri, “Pelajaran apa yang bisa aku petik dari masa lalu? Kejadian yang terkadang membuat sesal di hari ini. “Andai waktu membawaku ke masa lalu, apa yang akan aku lakukan?” Tulislah hikmah yang dapat kita ambil dari kejadian masa lalu, lalu tulis juga sikap kita ketika menghadapi kejadian serupa di kemudian hari. Dengan demikian, kita membuat akan mampu mengidentifikasi masa lalu sebagai pelajaran dan kekuatan, bukan sebagai kelemahan dan kegagalan.


 

5.    Setiap masalah ada solusi spiritualnya.

 

Barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Allah akan memberikan jalan keluar untuknya. Dia Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. (surat Ath Thalaq (65) ayat 2-3).

 

Ketika kita bertawakkal kepada Allah, masalah sesulit apa pun bisa diatasi. Allah pun menjanjikan keberuntungan bagi orang-orang yang bertakwa.

 

Barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan menyediakan jalan keluar baginya dan memberinya rezeki dari jalan yang tidak terduga. (surat Al ATh Thalaq (65) ayat 2-3)

 

Satu hal yang perlu kita yakini, Allah tak akan mungkin menyia-nyiakan pahala orang yang berbuat kebaikan. Tetaplah berpikir positif apa pun kesulitan yang tengah kita hadapi. Pusatkan perhatian pada upaya mencari solusi. Namun jangan lupa, Allah-lah yang Maha Memudahkan dan Maha Pemberi Solusi.


 

6.   Mengubah pikiran berarti mengubah kenyataan.

 

Ketika kita ingin melakukan perubahan positif dalam kehidupan kita, maka hal pertama yang harus dilakukan adalah mengubah pola pikir. Jika kita sering berpikir hal-hal buru akan terjadi pada diri kita, maka itulah kemungkinan besar yang akan terjadi. Sebaliknya, jika kita selalu menyertai pikiran-pikiran positif dan keyakinan yang baik dalam setiap tindakn dan perbuatan kita, insya Allah kenyataan yang baik pun akan datang menghampiri kita.

 

Kalaulah semisal, langkah awal yang baik sudah kita lakukan, namun hasilnya tetap tidak sesuai keinginan kita, janganlah kecewa. Setidaknya kita telah mengasupi diri kita dengan energi yang positif, sehingga itu bisa meminimalisir rasa kecewa dan mengontrol diri dari perilaku negatif setelahnya.

 

Karena itu, ketika kita benar-benar ingin menciptakan perubah positif dalam hidup mulailah dengan mengubah bagian dalam diri kita. Allah berfirman: “..Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. (surat Ar Ra’d (13) ayat11).


 

7.   Ketika Allah menutup satu pintu, pasti Dia membuka pintu lain yang lebih baik.

 

Bertakwalah kepada Allah. Janganlah patah semangat dalam mewujudkan impian dan cita-cita. Meskipun semua pintu tampak tertutup tanpa celah, janganlah pernah berputus asa. Teruslah bersabar dan berjuang. Yakinlah, Allah tidak akan menyia-nyiakan orang yang berbuat kebaikan. Allah juga tidak akan menyia-nyiakan orang yang senantiasa bersabar. Justru Allah akan membukakan pintu yang lebih baik untuk mereka, lebih baik dari apa yang mereka bayangkan. Hanya saja Dia tengah menunggu waktu yang tepat untuk menunjukkannya. Dia-lah Allah sang Dzat Yang Maha Pengasih dan Maha Mulia.

 

 

Ketika ujian hidup terasa berat, cobalah kembali menelusuri kisah nabi dan para sahabatnya. Ingatlah kembali betapa berat ujian kehidupan mereka saat itu. Bagaiman orang-orang dahulu memperjuangkan Islam. Tidak hanya berkorban waktu, mereka juga berkorban harta, tenaga, bahkan nyawa demi kebangkitan Islam.

SA'I DALAM SEBUAH RENUNGAN

 

Tulisan ini kami ambil dari buku “Innallaha Ma’ana (Allah Selalu Menemani Kita)” yang ditulis oleh “Huda Rahmansyah dkk”, sebagaimana berikut ini:

 

Berlari ia tujuh kali dari Shofa ke Marwah

Berharap telaga jernih akan disusuri.

 

Tujuh kali ia menjejak. Dari Marwah lalu ke Shofa beranjak.

Bukanlah hal yang gampang, di tengah gurun yang sangat gersang.

 

Tujuh kali ia berlari.

Dari Shofa lalu Marwah kembali disusuri.

Bukanlah hal yang mudah bagi wanita yang tengah menyusui.

 

Andai ia adalah kita.

Belum tentu tujuh kali kan mencoba.

Mencari air dalam kepanasan,

Berteman tangis bayi yang tengah kehausan.

 

Andai ia adalah kita,

Belum tentu tujuh kali kan mencoba.

Sebab sekali pastilah kan terpikir,

Tak mungkin lagi di sana ada air yang mengalir.

 

Namun ia bukanlah kita,

Ia manusia yang sangat mulia dengan iman yang sungguh jelita.

Dan kegigihan yang indah tertata.

 

Dia wanita yang teramat agung, yang keyakinannya sekokoh gunung.

Kesungguhannya tak dapat dibendung, ketakwaannya sulit dihitung.

 

Wanita yang mantap berujar pada sang suami, “Andai itu perintah Allah,

maka pergilah.

Sungguh Dia tak kan menyia-nyiakan kami”.

 

Adalah Bunda Hajar yang darinya kita belajar tentang hakikat sebuah ikhtiar.

Tentang pentingnya menyemai sabar.

Tentang iman yang indah terpancar.

 

Maka air pun memancar.

Bukan! Bukan dari bukit yang ia kejar.

Bukan pula dari lintas yang ia pijak.

Namun dari hentak kaki sang bayi yang tengah berjejak.

 

Air mengalir bukan dari ikhtiar yang ia lintas.

Namun dari tempat lain yang tak berbekas.

Begitulah indah Allah membalas.

 

Dari Bunda Hajar kita belajar, tugas manusia menyempurnakan ikhtiar.

Soal hasil, biar Allah yang melukis.

Soal Takdir, biar Allah yang menggaris.

 

Dari Bunda Hajar kita patut memetik teladan, dalam ikhtiar harus ada kesungguhan.

Soal hasil, biar Allah yang mencatat.

Soal hasil, biar Allah yang memahat.

 

Boleh jadi hasil tak lewati jalur ikhtiar, bisa jadi datang dari tempat yang tak dipinta.

 

Boleh jadi takdir bukan dari usaha yang diukir, bisa jadi dari tempat yang tak pernah kita pikir.

 

Ikhtiar terus kita sempurnakan, soal hasil biarlah Allah yang tentukan.

Sebagaimana Dia yang telah menciptakan, tak akan mungkin Dia menyia-nyiakan.

 

Berikhtiarlah dengan kesungguhan yang kuat.

Sungguh, Allah, rasul dari para malaikat serta orang-orang mukmin pnn tengah melihat.

Layaknya sebuah mahfuzhat, “Sesiapa yang bersungguh-sungguh, pasti ia akan mendapat”.

 

Senin, 19 Mei 2025

RENUNGAN DIRI


Tulisan ini kami ambil dari buku “Innallaha Ma’ana (Allah Selalu Menemani Kita)” yang ditulis oleh “Huda Rahmansyah dkk”, sebagaimana berikut ini:

 

Bicara tentang realita hidup, tentu tidak lepas dari kesabaran. Bahkan jika kita bicara tentang jalan menuju syurga, banyak hal yang bisa kita ikhtiarkan untuk bisa menuju ke sana. Bisa dengan cara memaksimalkan ibadah. Bisa dengan cara memperindah akhlak. Bisa dengan cara memperbanyak amalan-amalan. Bisa juga dengan cara memperbaiki moral. Namun semua cara itu, tentunya membutuhkan sabra/kesabaran di dalamnya.

 

Sabar dan ikhlas adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Sabar dan ikhlas adalah modal istiqamah hingga akhir hayat.

 

Tapi, apakah syarat sesungguhnya menjadi orang yang sabra? Apakah harus banyak menghafal ayat-ayat dan hadits? Apakah harus menjadi orang alim?

 

Syarat menjadi orang yang sabra itu bukan dengan sering mendengar materi tentang sabar. Bukan juga dengan sekedar mengetahui hadits atau ayat-ayat yang berkaitan dengan kesabaran. Orang yang sabar adalah mereka yang sering mendapat ujian tapi berhasil melewati ujian-ujian itu dengan tetap dalam ketaatan sekalipun ia tidak tahu tentang hadits atau ayat-ayat Al-Qur’an yang berkenaan dengan sabar.

 

Boleh jadi ia lebih penyabar dari kita yang tahu ayat-ayat tentang sabar, namun masih sering berkeluh kesah ketika mendapatkan ujian dari-Nya. Karena itu, kita perlu banyak belajar  dan melatih kesabaran, sebab sabar tidaklah terbatas. Dan betapa banyak kebaikan  yang kita peroleh  ketika kita bisa banyak bersabar.

 

Allah SWT berfirman: “Apakah manusia mengira  bahwa mereka akan dibiarkan  hanya dengan mengatakan, “Kami telah beriman” sedang mereka tidak diuji? Dan sungguh, Kami telah menguji orang-orang  sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. (surat Al Ankabut (29) ayat 2-3)”.

 

Seolah-olah  Allah menyampaikan sindirian melaluli ayat tersebut. Sindiran bagi mereka yang berputus asa setelah berhijrah. Sindiran bagi mereka yang berputus asa setelah beriman. Sindiran bagi mereka yang berputus asa dan mengeluh setelah bertobat.

 

Seolah Allah berkata kepada hamba-Nya, “Mengapa setelah beriman, kalian justru sering berkeluh kesah? Mengapa setelah bertobat, kalian justru semakin ragu kepada-Ku? Mengapa setelah berhijrah, kalian justru menjadi labil? Bukankah seharusnya setelah mengatakan, “Kami beriman, bertobat, berhijrah”, iman kalian seharusnya semakin merekah?

 

Ya, saat kita telah menyatakan beriman, Allah akan menguji kita untuk benar-benar membuktikan kualitas keimana yang telah kita nyatakan. Dan Allah akan menguji kita dengan kapasitas ujian yang berbeda-beda, sesuai kemampuan kita.

 

Tidak mungkin Allah memberi ujian di luar batas kemampuan kita. Teman, jika kamu merasa ujianmu sangat berat, yakinlah ujian itu sudah sesuai kadar kemampuanmu. Yakinlah kamu mampu melewatinya.

 

Ujian adalah tabiat iman. Ujian dapat meningkatkan kualitas iman kita, sekaligus dapat meruntuhkan keimanan kita. Karena, Allah menguji kita untuk melihat sejauh mana tingkat keimanan kita. Apakah saat diuji, kita mampu bersabar? Ataukah saat diuji, kita justru marah dan berkeluh kesah. Karena dengan ujian, bisa dibedakan mana seorang yang bersungguh-sungguh dan mana seorang yang munafik.

 

Kita bisa diuji dengan apa yang kita suka  dan bisa juga diuji dengan apa yang kita tidak suka. Boleh jadi kita diuji dengan ujian yang sifatnya fisik, boleh jadi pula kita diuji dengan harta, atau yang lebih berat lagi, kita diuji dengan perasaan. Tak jarang pula Allah menguji kita dengan sesuatu yang kita lemah terhadapnya. Jangan heran! Sebab jika kehidupan tidak memiliki rintangan yang terjal, kita tidak akan pernah merasakan bangkit setelah terpuruk dan tersenyum penuh syukur setelah menangis memohon pertolongan Allah.

 

Sabar adalah tabiat iman. Keduanya tidak bisa dipisahkan. Ternyata ciri yang paling jelas seorang yang baik imannya adalah dengan sabarnya. Semakin baik imannya, maka semakin baik pula sabarnya. Tapi siapakah orang sabar itu? Apakah mereka yang paling banyak menghafal hadits dan ayat tentang sabar? Tidak, belum tentu orang yang wawasannya luas adalah orang paling baik imannya.

 

Bukankah iblis juga makhluk yang berwawasan luas? Dia mengerti banyak hal yang bahkan manusia tidak mengerti, iblis mengerti tentang dunia di langit. Iblis mengerti tentang alam yang ada di akhirat. Iblis bahkan mengetahui kondisi syurga. Ilmu iblis lebih banyak daripada manusia. Tapi mengapa ketakwaan, keimanan, dan kesalehan iblis tidak sebanding dengan wawasannya? Karena iblis tidak mampu bersabar atas ujian. Ujian iblis meliputi popularitas dan perasaan. Iblis yang diciptakan lebih dahulu ketimbang manusia pertama, Adam as, merasa tersaingi, hingga menolak dan tidak mau mematuhi perintah Allah ketika Allah memerintahkannya untuk sujud kepada Adam, sehingga Allah pun mengeluarkannya dari syurga.

 

 

 

Selalu ada hikmah dari kebaikan dan rengkuhan nikmat Allah Ta’ala dalam setiap kondisi yang dialami para hamba yang beriman.

 

Sekalipun itu hal yang menyenangkan atau bahkan yang menyedihkan, namun segala takdir yang ditetapkan Allah bagi mereka merupakan suatu kebaikan yang teramat besar.

 

Hal ini sesuai dengan hadits berikut ini: “Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, semua urusannya adalah baik baginya. Hal ini tidak didapatkan kecuali pada diri seorang mukmin. Apabila mendapatkan kesenangan, dia bersyukur, maka yang demikian itu merupakan kebaikan bagianya. Sebaliknya apabila ditimpa kesusahan, dia pun bersabar, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya”.

 

Hadits ini mencakup seluruh takdir yang Allah tetapkan bagi para hamba yang beriman. Segala takdir itu akan bernilai kebaikan, apabila sang hamba bersabar terhadap takdir Allah yang tidak disukainya dan bersyukur atas takdir Allah yang disukainya.

 

Teman, saat kita tengah diuji atau saat kita sedang punya masalah, bangunlah keyakinan dalam diri, bahwa Allah ingin membersihkan jiwa kita dari dosa-dosa. Perbanyaklah istighfar sebelum kita mencari-cari kesalahan orang lain. Sebelum kita marah-marah pada orang lain. Suatu hal yang manusiawi memang bila kita merasa marah karena ucapan atau perbuatan orang lain. Tapi sebelum kita meluapkan emosi dan amarah karenanya, cobalah kita instrospeksi diri, barangkali ada kesalahan atau dosa yang tanpa sadar telah kita perbuat, sehingga itu berimbas balik pada diri kita sendiri. Barangkali ada dosa masa lalu yang ingin Allah hapuskan dari kita. Dosa yang dilakukan saat kita belum bertobat, saat kita belum berhijrah. Dan Allah ingin membersihkan semua itu saat kita mengaku “kami berhijrah, kami bertobat, kami beriman”.

 

Supaya saat kita kembali kepada-Nya, kita sudah dalam keadaan bersih. Sebab pembersihan di dunia jauh lebih baik daripada pembersihan di akhirat. Karena tentunya pertanggung-jawaban di akhirat nanti berkali-kali lebih berat ketimbang di dunia saat ini.

 

Tidaklah Allah memberikan kepada manusia suatu ujian, kecuali salah satu alasannya adalah Allah ingin menghapuskan dosa”.

 

Lapangkanlah sabar dan perbanyaklah doa. Sebab doa, selama tidak menimbulkan mudharat dan termasuk dalam perkara yang baik, pasti Allah akan mengabulkannya dan kelak akan menjadi lading kebaikan bagi yang memanjatkannya. Sekalipun saat ini Allah tengah menangguhkannya, tetap kita akan menjumpai doa-doa itu kelak di akhirat, insya Allah.

 

Ketika hati kita lapang untuk menerima ketentuan dan kehendak-Nya, Allah pun akan mulai memperlihatkan kebaikan-kebaikan yang ada di balik ujian itu. Sebab, tak mungkin Allah menyia-nyiakan hamba-Nya. Tak mungkin Allah ingin membuat hamba-Nya menderita, kecuali ada maksud baik di balik ujian-Nya.

 

Tidakkah kita ingin berbaik sangka pada Allah? Barangkali ujian-ujian berat yang tengah kita hadapi hingga berlinang air mata atau bahkan berdarah-darah adalah ujian yang paling kita syukuri kala di akhirat kelak. Di dunia ini, Allah akan terus memberikan ujian kepada hamba yang dicintainya, sehingga ia “pulang” dalam keadaan tanpa dosa. Maka bersyukurlah, teman, ketika kita masih diberi ujian, Itu tandanya Allah masih sayang pada kita. Itu tandanya Allah rindu mendengar rintihan tangis yang amat berharap kepada-Nya. Allah ingin mendengar doa-doa yang barangkali sudah lama tak menghiasi sepertiga malam kita. Dan tentu Allah menyayangi kita.