Sebelum
kami mengemukakan tentang kampung kebahagiaan, yang tidak lain adalah syurga.
Ada baiknya terlebih dahulu kita mempelajari dua buah hadits berikut ini: “Diriwayatkan
dari Abu Jum’ah ra, yang berkata: “Suatu saat kami pernah makan siang bersama
Rasulullah SAW dan ketika itu ada Abu Ubaidah bin Jarrah ra, yang berkata “Wahai Rasulullah adakah orang yang lebih
baik dari kami? Kami memeluk Islam dan berjihad bersama Engkau”. Beliau
menjawab “Ya ada, yaitu kaum yang akan datang setelah kalian, yang beriman
kepadaku padahal mereka tidak melihatku” (Hadits Riwayat Imam Ahmad dalam
Musnad Ahmad juz 4 hal 106 hadits no.17017).
Hadits
ini menerangkan tentang keberadaan umatnya yang tidak pernah mengenal Beliau
secara langsung, tidak hidup bersama Beliau namun mereka semua beriman dan
kondisi ini sangat diapresiasi oleh Nabi Muhammad SAW.
Hadits
berikut ini mempertegas hadits diatas, yaitu: Dari Ibnu Abbas ra, diriwayatkan
suatu ketika selepas shalat shubuh, seperti biasa Rasulullah SAW duduk
menghadap ke para sahabat. Kemudian Beliau bertanya, “wahai manusia siapakah
makhluk Tuhan yang imanya paling menakjubkan?” Sahabat menjawab “ Malaikat, ya
Rasul.” “Bagaimana Malaikat tidak beriman, sedangkan mereka pelaksana perintah
Tuhan?” Tukas Rasulullah. “Kalau begitu, para Nabi ya Rasulullah, “ para
sahabat kembali menjawab. “Bagaimana nabi tidak beriman, sedangkan wahyu dari
langit turun kepada mereka?” kembali ujar Rasul. “Kalau begitu para sahabat
sahabatmu, ya Rasul.” Tanya salah seorang sahabat. “Bagaimana sahabat sahabatku
tidak beriman, sedang mereka menyaksikan apa yang mereka saksikan. Mereka
bertemu langsung denganku, melihatku, mendengar kata kataku, dan juga
menyaksikan dengan mata kepala sendiri tanda tanda kerasulanku.” Ujar
Rasulullah. Lalu Nabi SAW terdiam sejenak, kemudian dengan lembut beliau
bersabda, “yang paling menakjubkan imannya,” ujar Rasulullah “adalah kaum yang
datang sesudah kalian semua. Mereka beriman kepadaku, tanpa pernah melihatku.
Mereka membenarkanku tanpa pernah menyaksikanku. Mereka menemukan tulisan dan
beriman kepadaku. Mereka mengamalkan apa apa yang ada dalam tulisan itu. Mereka
mengamalkan apa apa yang ada dalam tulisan itu. Mereka membela aku seperti
kalia membelaku. Alangkah inginnya aku berjumpa dengan saudara saudaraku itu”. Kemudian,
Nabi SAW meneruskan dengan membaca surat Al Baqarah (2) ayat 3 berikut ini: “(yaitu)
mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan
sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka. (surat Al Baqarah (2)
ayat 3). Lalu Nabi SAW bersabda, “berbahagialah orang yang pernah melihatku dan
beriman kepadaku’ Nabi SAW mengucapkan itu satu kali. “Berbahagialah orang yang
beriman kepadaku padahal tidak pernah melihatku”. Nabi SAW mengucapkan kalimat
kedua itu hingga tujuh kali. “Aku sungguh rindu hendak bertemu dengan mereka,”
ucap Rasulullah lagi setelah membisu untuk sementara waktu. (Hadits Riwayat Adh
Darimi dalam Sunan Ad Darimi juz 2 hal 398 hadits no.2744)”.
Apa
yang ada dibenak dan pikiran kita setelah mempelajari dan merenungkan dua buah
hadits di atas ini? Lalu bayangkan apa yang dimaksud oleh Nabi Muhammad SAW itu
adalah diri kita, istri/suami kita, kedua orang tua kita, kedua orang mertua
kita, serta anak dan keturunan kita. Sekarang apa yang kita rasakan? Adalah
sesuatu yang sangat luar biasa jika yang dirindukan oleh Nabi SAW berdasarkan
ketentuan hadits di atas itu adalah benar benar diri kita, suami/istri kita, ke
dua orang tua kita, kedua orang mertua kita dan seluruh anak keturunan kita.
Lalu apakah kerinduan Nabi SAW kepada diri kita datang secara tiba tiba tanpa
pernah ada perjuangan yang luar biasa dari diri kita!
Kerinduan
Nabi SAW kepada diri kita sangat tergantung kepada diri kita sendiri. Sekarang
apakah pantas kita yang kondisinya seperti ini dirindukan oleh Nabi SAW,
apalagi tempat bertemunya kita dengan Nabi SAW dapat dipastikan di syurga. Lalu
apa yang sudah kita lakukan untuk menuju syurga sehingga Nabi SAW yang telah
merindukan diri kita lalu mau menemui diri kita di syurga kelak? Jangan sampai
kita hanya mampu berkhayal lalu berdiam diri karena Nabi SAW yang merindukan
diri kita lalu dengan seenaknya saja kita hidup di muka bumi ini tanpa
mengindahkan ketetuan yang berlaku!
Hal
yang harus kita jadikan pedoman adalah Nabi SAW tidak akan pernah merindukan
sama sekali hambanya/umatnya yang masuk ke dalam neraka jahannam. Sehingga hanya
umatnya yang mampu masuk syurgalah yang dirindukan oleh Nabi SAW dan Nabi SAW
pun bersedia untuk menemui umatnya yang masuk syurga tersebut. Semoga hal ini
menjadi kenyataan bagi diri kita, bagi suami/istri kita, bagi anak dan
keturunan kita kelak. Amien.
Sekarang
mari kita perhatikan dengan seksama sebuah riwayat berikut ini. Menurut sebuah
riwayat, Nabi Daud as, telah bertanya kepada Allah SWT dalam doanya: Siapakah
yang akan masuk ke dalam syurga, dan siapakah yang shalatnya akan Engkau
terima?’ Terhadap pertanyaan ini Allah SWT telah berkata: “Orang yang akan
masuk ke dalam syurgaKu dan shalatnya Aku terima adalah yang rendah hati
terhadap keagunganKu, yang selalu berdzikir di siang dan malam, yang mengekang
nafsunya demi mendapatkan ridhaKu, yang memberi makan kepada sesamanya yang
lapar, yang berteman dengan orang orang yang shaleh, yang merasa pedih dengan
musibah yang menimpa sesamanya.Orang orang yang seperti inilah yang cahaya
nurnya di langit seterang matahari.
Aku
mengabulkan doa mereka dan Aku akan memberi apa yang mereka minta. Aku terangi
kejahilayahannya dengan kelembutan, kebuntuannya dengan berdzikir. Aku terangi
kegelapan darinya. Orang orang yang seperti inilah makamnya seperti syurga
firdaus sebagai makam syurga yang paling tinggi. Sungai mengalir untuknya tanpa
pernah mengering, buah buahan juga tidak akan pernah melayu”. Subhanallah,
mungkinkah kita bisa masuk syurga yang sudah disiapkan oleh Allah SWT? Lalu
bagaimana dengan “track record” yang
kita miliki, apakah sudah sesuai dengan kehendak Allah SWT?
Banyak
jalan menuju Roma. Banyak methode dan cara untuk sampai ke suatu tujuan. Demikian pula jika kita ingin masuk
syurga untuk bertemu Allah SWT, yang dilanjutkan ditemui oleh Nabi Muhammad SAW berikutnya
berkumpul dengan keluarga besar kita disana. Ketahuilah bahwa syurga adalah
milik Allah SWT. Syurga adalah hak Allah SWT, sehingga Allah SWT lah yang memiliki
kekuasaan untuk menentukan siapa siapa saja yang bisa menempati syurgaNya.
Untuk itu kita harus mengetahui methode dan cara (syarat dan ketentuan) yang
ditetapkan oleh Allah SWT selaku pemilik syurga lalu berusaha untuk memenuhi
syarat dan ketentuan yang berlaku semaksimal mungkin.
Apalagi
kita tahu bahwa syurga bukanlah barang
gratisan yang bersifat murahan
dan yang tidak mungkin akan diobral secara murahan oleh Allah SWT. Syurga
adalah bentuk penghargaan yang diberikan oleh Allah SWT untuk khalifahNya yang
sukses melaksanakan tugasnya di muka bumi sesuai dengan konsep Allah SWT.Lalu
bagaimana dengan kita yang bercita cita untuk masuk syurga? Apa yang sudah kita
perbuat? Apa yang sudah kita lakukan? Apa karya nyata yang telah kita buat saat
hidup di dunia ini yang didasari ridha dan ikhlas semata mata untuk Allah SWT?
Apakah cukup dengan pahala kita bisa masuk syurga lalu berapa banyak pahala
yang kita butuhkan untuk bisa masuk syurga jika pahala yang menjadi ukuran?
Syurga
bukanlah sesuatu yang bisa disejajarkan dengan pahala karena pahala tidak akan
mampu untuk membeli syurga atau memasukkan kita ke dalam syurga. Ridha
dan Ikhlas berbuat dalam kerangka kebaikan hanyalah alat bantu untuk masuk ke
syurga, tetapi rahmat Allah SWT jualah yang bisa memasukkan kita ke syurga.
Seperti apakah rahmat Allah SWT yang bisa memasukkan kita ke syurga? Jika ini
kondisinya berarti kita wajib untuk mendapatkannya jika syurga yang menjadi
tujuan akhir kita. Alangkah bahagianya jika diri kita, keluarga kita, anak
keturunan kita bisa berkumpul di dalam syurgaNya Allah SWT kelak. Lalu
bagaimana dengan pemenuhan syarat dan ketentuan masuk syurga yang telah kita
lakukan? Kenyataannya masih banyak syarat dan ketentuan yang belum kita penuhi.
Perilaku kita masih berseberangan dengan Allah SWT. Perbuatan dosa masih juga
kita laksanakan. Lalu bagaimana kita akan masuk syurga?
Kita
juga tahu bahwa syurga bukanlah kita yang menciptakan, melainkan sesuatu yang
akan dianugerahkan oleh Allah SWT kepada kita. Lalu kenapa kita yang mengatur
Allah SWT agar diri kita saja yang dimasukkan ke dalam syurga? Syurga adalah hak Allah SWT dimana hak Allah
SWT ini hanya akan diberikan oleh Allah SWT kepada yang berhak menerimannya
sepanjang yang berhak tersebut mampu memenuhi hak hak Allah SWT terlebih
dahulu.
Jadi
jangan pernah merasa diri kita yang
berhak untuk masuk syurga atau jangan pernah merasa yakin akan masuk
syurga karena merasa telah memenuhi syarat dan ketentuan yang dikehendaki oleh
Allah SWT. Selanjutnya sebagai
pelaksana dari hak hak Allah SWT berarti Allah SWT yang memiliki hak untuk
menilai serta menentukan hasil akhir dari pelaksanaan hak hak Allah SWT yang
menjadi kewajiban diri kita. Sehingga parameter yang berlaku bukanlah parameter
dari pelaksana hak hak Allah SWT melainkan parameter Allah SWT sebagai pemilik
syurga.
Ketahuilah
bahwa hidup itu laksana cermin yang akan menampilkan apa apa yang pernah kita
buat dan lakukan. Cermin tidak pernah berbohong, namun diri kitalah yang sering
membohongi cermin dengan tidak mengakui apa yang telah ditampilkan oleh cermin.
Dimanakah cermin kita? Seperti apakah kualitas cermin kita? Sanggupkah jika
menampik atau tidak mengakui, atau mengatakan cermin itu salah dengan
mengatakan buruknya watakku, buruknya perilakuku, buruknya kelakuanku karena
cermin? Jika sampai ini yang terjadi berarti ada sesuatu yang salah dalam diri
kita terutama kewarasan kita. Jangan sampai kita berbuat seperti itu.
Agar
cita cita untuk pulang kampung ke syurga bukanlah khayalan melainkan sebuah
kenyataan. Mari kita perhatikan apa yang dikemukakan oleh Ibnul Qayyim berikut
ini.
“Orang
yang menuju jalan Allah dan negeri akhirat (maksudnya menuju syurga) atau
siapapun yang menempuh tujuan tertentu, tidak akan pernah sampai kecuali dengan
dua ketentuan, yaitu ilmu dan amal. Dengan ilmu seseorang akan mengetahui di tempat mana ia harus singgah dan di tempat
mana ia harus menjauhi sebab sebab kerusakan, tempat yang dapat
menghancurkannya, bahkan kelokan yang sering kalii menjebak. Ilmu adalah cahaya
yang bersinar terang. Jika ia dalam genggaman, niscaya dapat membantu seseorang
sekalipun berjalan di malam yang gelap gulita. Dia dapat memperhitungkan apa
yang akan terjadi, apakah di depannya ada jurang yang dalam, wilayah yang penuh
bahaya, daratan dengan batuan yang terjal, atau duri duri perjalanan. Dengan
cahaya seseorang juga dapat melihat rambu rambu jalan dan tanda tanda yang
dipasang sehingga tidak akan tersesat. Dengan cahaya itulah seseorang dapat
menemukan dua hal, rambu rambu jalan dan daerah daerah yang membawa kerusakan.
Dengan kekuatan ilmu, seseorang pejalan dianggap telah dapat menempuh separuh
perjalanan. Demikian pula halnya dengan orang yang meniti jalan Allah. Apabila seseorang telah dapat melihat jalan,
memahami rambu rambunya, mengetahui tempat tempat yang licin dan berbahaya,
maka diibaratkan ia telah berhasil separuh kebahagiaan dan keberuntungan.
Tinggallah separuh yang lain. Dia harus bergegas menyinggsingkan lengan baju
dan berjalan cepat menelusuri jalan jalan tembus melewati satu wilayah ke
wilayah lain. Jika ia telah sampai di suatu tempat peristirahatan, hendaklah
bersiap siap untuk menempuh jalan selanjutnya. Pada akhirnya, ia akan merasa
sudah dekat dengan target tujuan hingga berbagai kesulitan selama perjalanan
terasa ringan”.
Begitulah.
Menempuh jalan menuju Allah SWT (atau menuju syurga) menggunakan hati nurani
bukan dengan kaki, dan jalan yang ditempuh memang panjang dan menakutkan. Orang
orang pilihan sebelum kita sudah melakukannya sepanjang masa. Sayangnya, jalan
tersebut pada masa sekarang menjadi hilang hampir tanpa bekas karena
keberpalingan kita dari rintisan yang pernah mereka lakukan. oleh sebab itu,
kita sangat memerlukan ilmu. Ilmu memiliki relevansi dengan jalan dan tujuan
yang tinggi ini.
Kembali
Ibnul Qayyiim menuturkan, “Sejatinya Anda memerlukan kekuatan ilmu,
artinya Anda harus belajar. Jangan pernah menyangka bahwa menuju ke jalan Allah
tidak perlu menuntut ilmu. Menuntut ilmu merupakan prinsip yang paling esensial
dalam rangka menuju Allah. Hal ini mutlak diperlukan bagi orang yang hendak
menelusuri jalan tersebut selamanya. Oleh sebab itu, yang paling awal dilakukan
adalah dengan menggunakan metode keilmuan yang terpadu, dan memiliki tahapan
tahapan dalam setiap cabang keilmuannya, semisal mengkaji ilmu tentang tahu
diri yang dilanjutkan dengan tahu aturan serta tahu tujuan akhir.” Ilmu
adalah sifat Allah SWT dan kitapun telah diberikan sifat Ilmu sebagai bagian
dari modal dasar diri kita untuk menjadi khalifah di muka bumi. Ilmu yang sudah
ada dalam diri tidak bisa hanya dengan didiamkan maka ilmu akan berkembang dan
mampu menghantarkan diri kita menjadi khalifah yang sesuai dengan kehendak
Allah SWT.
Ilmu
harus dipelajari, dikembangkan dan dipraktekkan dan diamalkan dengan cara
mengajarkan kembali kepada sesama barulah ilmu bermanfaat. Ilmu harus
dicanangkan sebelum berbicara dan melakukan suatu amalan. Jika tidak demikian,
niscaya Anda akan tersesat dan tidak akan pernah sampai tujuan. Maka kekuatan
ilmu harus didahulukan, baru setelah itu kekuatan amal. Mulailah Anda
mengimplementasikan ilmu ini dalam realita, kemudian berjalan secara nyata.
Untuk
memperoleh dan mendapatkan ilmu hanya bisa didapat melalui proses belajar
mengajar yang sungguh sungguh, konsisten
dalam komitmen. Ilmu diperoleh melalui proses bertahap dari waktu ke waktu.
Kita tidak bisa hanya sesekali, atau sekali kali, atau hanya meluangkan waktu
ala kadarnya untuk belajar memperoleh ilmu dan jika ini yang terjadi maka
sekedar itulah ilmu yang kita peroleh. Belajar harus didukung dengan komitmen
yang kuat dan utuh dari diri sendiri maka belajar akan mudah dimudahkan oleh
Allah SWT.
Di
lain sisi, setiap manusia akan melakukan sebuah kegiatan/perbuatan/amaliah
sangat tergantung dari kualitas pemahaman yang dimilikinya. Sebagaimana firman
Allah SWT berikut ini: “Maka berpalinglah (hai Muhammad) dari orang
yang berpaling dari peringatan Kami, dan tidak mengingini kecuali kehidupan
duniawi. Itulah sejauh-jauh pengetahuan mereka. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah
yang paling mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia pulalah yang
paling mengetahui siapa yang mendapat petunjuk. (surat An Najm (53) ayat 29 dan
30)”. Dimana kualitas pemahaman ini sangat berhubungan dengan kualitas
ilmu yang dimiliki seseorang.
Jika
kualitas ilmu seseorang hanya sebatas sesuatu yang tersurat saja, maka kualitas
pemahaman pun hanya sebatas tersurat saja. Jika kita berkehendak untuk
memperoleh kualitas pemahaman bukan hanya sekedar yang tersurat saja, melainkan
sampai yang tersirat dan yang tersembunyi, tidak ada jalan lain kecuali dengan
meningkatkan kualitas kemampuan ilmu sampai yang tersirat dan yang tersembunyi
melalui proses belajar dan mengajar yang tiada henti dengan semangat konsisten
dalam komitmen. Adanya ilmu yang kita miliki maka jalan untuk menuju Allah SWT
sudah kita ketahui, tinggal sekarang bagaimana kita melaksanakan apa apa yang
sudah kita pelajari sehingga mampu menghantarkan diri kita kembali kepada Allah
SWT kelak.
A. NABI MUHAMMAD SAW DAN
UMATNYA YANG BERHAK MASUK SYURGA TERLEBIH DAHULU.
Berdasarkan hadits
yang riwayat Abu Nu’aim berikut ini: “Abu Nua’im dalam kitabnya Al Hidayah telah
meriwayatkan sebagai berikut: Allah telah memberi wahyu kepada Musa, Nabi Bani
Israil, bahwa barangsiapa bertemu Aku, padahal ia ingkar kepada Ahmad, niscaya
Aku masukkan dirinya ke dalam neraka. Musa berkata: Siapakah Ahmad itu, Wahai
TuhanKu?’ Allah berfirman: “Tidak pernah Aku ciptakan satu ciptaan yang lebih
mulia dalam pandanganKu dari padanya. Telah kutuliskan namanya bersama namaKu
di Arsy sebelum Aku cipatakan tujuh lapis langit dan bumi. Sesungguhnya syurga
itu terlarang bagi semua makhlukKu, sebelum ia dan umatnya terlebih dahulu
memasukinya”. Musa as, berkata: Siapakah
umatnya itu?’ FirmanNya: “Mereka yang banyak memuji Allah. Mereka memuji Allah
sambil naik, sambil turun, dan pada setiap keadaan. Mereka mengikat pinggang
(menutup aurat) dan berwudhu, membersihkan anggota badan. Mereka berpuasa siang
hari, bersepi diri dan berdzikir sepanjang malam. Aku terima amal yang
dikerjakan dengan ikhlas, meskipun sedikit. Akan kumasukkan mereka ke dalam
syurga karena kesaksiannya tiada Tuhan yang sebenarnya di ibadahi selain
Allah”. Musa berkata: Jadikan saya Nabi umat itu?’ Allah berfirman: Nabi Umat
itu dari mereka sendiri. Musa berkata lagi: Masukkanlah saya dalam golongan
umat Nabi itu?” Allah menerangkan: Engkau lahir mendahului Nabi dan umat itu,
sedang dia lahir kemudian. Aku berjanji kepadamu untuk mengumpulkan engkau
bersamanya di Daarul Jalaal (syurga). (Hadits Qudsi Riwayat Abu Nua’im dalam Al
Hidayah)”.
Nabi Muhammad SAW dan
umatnya adalah yang diperbolehkan oleh Allah SWT untuk masuk ke dalam syurga
pertama kalinya. Umat umat lain menyusul setelah Nabi Muhammad SAW dan umatnya
masuk syurga barulah mereka diperkenankan masuk syurga oleh Allah SWT. Inilah
salah satu bentuk penghargaan dari Allah SWT kepada umat Nabi Muhammad SAW.Jika
saat ini kita masih hidup di dunia, sudahkah kita berusaha dengan baik dan
benar untuk menjadi umat Nabi Muhammad SAW yang dikehendaki oleh Allah SWT?
Jika belum, berusahalah di sisa usia yang ada dengan sungguh sungguh karena
kesempatan hanya ada di sisa usia yang kita miliki. Jika tidak, kapan lagi.
Adapun kondisi dari
rombongan pertama dari umat Nabi Muhammad SAW yang masuk syurga sebagaimana
dikemukakan hadits riwayat Bukhari, Muslim berikut ini: “Rombongan pertama yang melesat
ke syurga, rupa mereka seperti rembulan di malam purnama. Mereka tidak meludah
di dalamnya, tidak berdahak, dan tidak buang kotoran. Bejana dan sisir mereka
dari emas dan perak. Pedupaan mereka adalah kayu gaharu. Keringat mereka adalah
minyak wangi misik. Tiap tiap orang akan mendapat dua orang istri yang terlihat
sumsum tulang betisnya dari balik dagingnya karena cantiknya. Tidak pernah ada
pertengkaran dan kebencian diantara mereka. Hati mereka menyatu. Mereka
bertasbih menyucikan Allah SWT di pagi dan petang. (Hadits Riwayat Bukhari
Muslim)”. Semoga diri kita, suami/istri, anak dan keturuan kita, orang
tua kita/mertua kita, adik dan kakak kita termasuk rombongan yang pertama masuk ke syurga setelah Nabi Muhammad
SAW kelak. Amien.
Lalu bagaimana Nabi
Muhammad SAW mengetahui umatnya di tengah tengah lautan manusia di padang
Mahsyar saat itu? Jawaban ada pada hadits berikut ini: “Rasulullah SAW bersabda; Tidak
ada seorangpun dari umatku melainkan aku pasti mengenalnya di hari kiamat.
Mereka bertanya: Bagaimana engkau dapat mengenal mereka wahai Rasulullah di
antara banyaknya makhluk? Beliau menjawab: “Jika kamu masuk (kandang) dengan
membawa makanan setumpuk makanan, di dalamnya ada kuda kuda perang hitam biasa
dan ada juga kuda pacu yang putih kepala dan kakinya, Apakah kamu akan
mengenalinya di antara mereka? Ia menjawab: Pasti. Rasulullah SAW bersabda:
‘Maka umatku ketika itu putih kepalanya karena sujud dan putih kakinya karena
wudhu’. (Hadits Riwayat Ahmad)”.
Berdasarkan hadits
riwayat Ahmad di atas ini, umat Nabi Muhammad SAW memiliki ciri khas yang mudah
dikenali oleh Nabi SAW, dikarenakan umatku ketika itu putih kepalanya karena
sujud dan putih kakinya karena wudhu. Adanya perbedaan yang mencolok diantara
lautan manusia, tentu sangat memudahkan bagi Nabi SAW untuk memberikan
pertolongan, syafaat kepada umatnya. Dan mudah mudahan kita semua termasuk di
dalamnya kelak.
B.
KONDISI DAN KEADAAN
KAMPUNG KEBAHAGIAN
Allah SWT berfirman,
“Wahai manusia, bagaimana engkau mencintai dunia yang fana dan kehidupan yang
sementara, padahal bagi mereka yang taat ada syurga? Mereka bisa masuk dari
pintunya yang berjumlah delapan. Pada setiap syurga ada tujuh puluh ribu taman.
Pada setiap taman ada tujuh puluh ribu istana yaqut. Pada setiap istana terdapat
tujuh puluh ribu tempat tinggal dari zamrud. Pada setiap tempat tinggal ada
tujuh puluh ribu rumah dari emas merah. Pada setiap rumah ada tujuh puluh ribu
balai dari perak putih. Pada setiap balai ada tujuh puluh ribu meja makan. Di
atas meja makan terdapat tujuh puluh ribu piring permata. Pada setiap piring
terdapat tujuh puluh ribu aneka makanan. Di sekitar masing masing balai
terdapat tujuh puluh ribu ranjang dari emas merah. Di atas setiap ranjang
terdapat tujuh puluh ribu selimut dari sutera dan permadani. Di sekitar ranjang
ada tujuh puluh ribu sungai dari air kehidupan, susu, madu, dan khamar. Di
tengah tengah sungai terdapat tujuh puluh ribu aneka buah.
Pada setiap rumah
terdapat tujuh puluh ribu kemah dari pohon kayu kecil. Di atas setiap ranjang
ada bidadari bidadari yang di hadapannya ada tujuh puluh ribu pelayan muda
bagaikan kuningnya telur yang tersimpan. Di atas setiap istana ada tujuh puluh
ribu kubah. Pada setiap kubah ada tujuh puluh ribu hadiah dari Tuhan yang tak
pernah dilihat oleh mata, tak pernah di dengar oleh telinga, dan tak pernah
terlintas dalam hati manusia. “dan buah-buahan dari apa yang mereka pilih,
dan daging burung dari apa yang mereka inginkan. dan ada bidadari-bidadari
bermata jeli, laksana mutiara yang
tersimpan baik. sebagai Balasan bagi apa yang telah mereka kerjakan. (surat Al
Waaqiah (56) ayat 20, 21, 22, 23, 24).
Mereka tidak mati dan
tidak pernah tua. Mereka tidak sedih, tidak puasa, tidak shalat, tidak sakit,
tidak pernah kencing, serta tidak pernah buang air besar. “mereka tidak merasa lelah di
dalamnya dan mereka sekali-kali tidak akan dikeluarkan daripadanya” (surat Al
Hijr (15) ayat 48). Siapa yang menginginkannya, mengingat kemurahanKu,
bertetangga denganKu, serta nikmatKu, maka mendekatlah kepadaKu secara tulus
seraya meremehkan dunia dan merasa cukup dengan yang sedikit.” (Imam al Ghazali, Bahagia Senantiasa: Kimia
Ruhani Untuk Kebahagiaan Abadi, Serambi Ilmu Semesta, Jakarta, 2007)
Sedangkan berdasarkan
surat Al Kahfi (18) ayat 30 dan 31 yang kami kemukakan berikut ini:” Sesunggunya mereka yang beriman dan beramal saleh, tentulah Kami tidak
akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengerjakan amalan(nya) dengan yang
baik. mereka Itulah (orang-orang yang) bagi mereka surga 'Adn, mengalir
sungai-sungai di bawahnya; dalam surga itu mereka dihiasi dengan gelang mas dan
mereka memakai pakaian hijau dari sutera Halus dan sutera tebal, sedang mereka
duduk sambil bersandar di atas dipan-dipan yang indah. Itulah pahala yang
sebaik-baiknya, dan tempat istirahat yang indah; (surat Al Kahfi (18) ayat 30
dan 31)”.
Allah SWT menunjukkan
kebaikannya kepada diri kita dengan memberikan tempat yang terbaik sepanjang
diri kita mampu berperilaku kebaikan dalam kerangka ibadah Ikhsan yaitu berupa kampung kebahagiaan bagi diri kita kelak
berupa syurgaNya.Kampung kebahagiaan yang merupakan hadiah terbesar dari Allah
SWT kepada manusia yang sukses menjadi Khalifah di muka bumi yang sekaligus makhluk
pilihan, dapat dipastikan kondisinya sangat berbeda jauh atau berbeda 360 (tiga
ratus enam puluh) derajat dibandingkan dengan kondisi kampung kebinasaan dan kesengsaraan.
C.
NAMA NAMA SYURGA DAN
PINTU PINTUNYA.
Syurga yang
dipersiapkan oleh Allah SWT untuk hamba hamba-Nya, ada delapan tingkat atau
delapan kriteria. Adapun nama nama syurga yang disebutkan di dalam AlQuran, itu
ialah:
1. Syurga Firdaus,
menurut riwayat terbuat dari emas yang merah.
2. Syurga ‘Adn, menurut
riwayat terbuat dari intan yang putih.
3. Syurga Na’aim
(nikmat), menurut riwayat terbuat dari perak yang putih.
4. Syurga Ma’wa, menurut
riwayat terbuat dari jamrut yang hijau.
5. Syurga Khuldi,
menurut riwayat terbuat dari marjan merah.
6. Syurga Darussalam,
menurut riwayat terbuat dari yakut merah.
7. Syurga Darul Jalal,
menurut riwayat terbuat dari permata yang putih.
8. Syurga Darul Qarar,
menurut riwayat terbuat dari emas.
Sebagaimana bangunan
atau gedung pada umumnya yang ada di dunia, di dalam syurga juga terdapat pintu
pintu dan pintu pintu itu memiliki nama nama tertentu sebagaimana kami
kemukakan berikut ini: “Dari Abu Hurairah ra, bahwa Nabi SAW
bersabda:”Siapa yang berinfaq sedikit saja untuk dua kendaraan di jalan Allah,
maka dia akan dipanggil dari pintu-pintu surga: wahai hamba Allah ini adalah
hasil kebaikanmu! Jika ia ahli shalat, maka akan dipanggil dari babus shalah
(pintu shalat), jika ia ahli jihad maka akan dipanggil dari babul jihad (pintu
jihad), jika ia ahli sedekah maka akan dipanggil dari babus shadaqah (pintu
sedekah), jika ia ahli puasa maka akan dipanggil dari pintu puasa atau babur
rayyan (pintu ar Rayyan)” (Hadits Riwayat Bukhari no.3666, Muslim no.1027).
Untuk melengkapi nama
nama syurga, pintu syurga juga ada delapan, namun yang disepakati ulama ada
empat nama, yaitu :
1. Babus shalah (pintu
shalat), yang dimasuki oleh orang-orang yang mendirikan shalat
2. Babul jihad (pintu
jihad), yang dimasuki oleh orang-orang yang berjihad di jalan Allah.
3. Babus shadaqah (pintu
sedekah), yang dimasuki oleh orang-orang yang gemar bersedekah.
4. Babur rayyan (pintu
ar rayyan) atau disebut juga babus shiyam (pintu puasa), yang dimasuki oleh
orang-orang yang berpuasa.
Namun empat sisanya,
para ulama berbeda pendapat. Diantara kemungkinannya nama nama pintu syurga adalah:
1. Babul kazhiminal
ghaizha (pintu menahan marah), yang dimasuki oleh orang-orang yang bisa menahan
amarahnya.
2. Babul ayman (pintu
kanan), yang dimasuki oleh orang-orang yang sempurna tawakalnya.
3. Babur radhiin (pintu
ridha), yang dimasuki oleh orang-orang yang ridha kepada takdir Allah.
4. Babut taubah (pintu
taubat), yang dimasuki oleh orang-orang yang bertaubat nasuha.
5. Babul walid (pintu
berbakti pada orang tua), yang dimasuki oleh orang-orang yang berbakti kepada
orang tua.
6. Babul hajji (pintu
haji), yang dimasuki oleh orang-orang yang menyempurnakan hajinya.
7. Babudz dzikri (pintu
dzikir), yang dimasuki oleh orang-orang yang banyak berdzikir.
8. Babul ilmi (pintu
ilmu), yang dimasuki oleh orang-orang yang memiliki ilmu yang bermanfaat.
Yang lebih penting
bagi kita saat ini adalah bukan mengkritisi nama-nama syurga dan juga nama-nama
pintu syurga, melainkan berusaha melaksanakan perintah dan larangan Allah SWT agar
kita layak memasuki pintunya di syurga kelak. Jangan sampai ketika syurga
memiliki delapan pintu namun tidak ada satupun yang terbuka untuk kita, justru
yang terbuka untuk kita adalah pintu neraka. Masya Allah, jangan sampai
terjadi pada kita.
D.
LUASNYA SYURGA DAN
KEHARUMAN BAUNYA.
Besarnya kampung
kebahagiaan yang disediakan oleh Allah SWT kepada orang yang bertakwa adalah
seluas langit dan bumi. Sebagaimana firman Allah SWT berikut ini: “Dan bersegeralah kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang
luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang
bertaqwa. (surat Ali Imran (3) ayat 133)”.
Syurga sebagai kampung kebahagiaan tidak hanya luas akan
tetapi juga harum sehingga harumnya akan menyebar sampai jarak tujuh puluh
tahun.
Sebagaimana hadits
berikut ini: “Rasulullah bersabda:
“Sesungguhnya bau surga didapatkan dari jarak perjalanan tujuh puluh tahun”. (Hadits
Riwayat Ath Thirmidzi)”. Sekarang mampukah kita menghitung jarak
perjalanan keharuman syurga selama tujuh puluh tahun perjalanan? Rasanya tidak
ada manusia yang sanggup menghitungnya. Maukah kita semua pulang ke Kampung
Kebahagiaan yang luasnya seluas langit dan bumi serta harum baunya? Jika
kampung kebahagiaan pilihan kita maka tidak ada jalan kecuali untuk itu
memenuhi segala syarat dan ketentuan yang telah Allah SWT tetapkan,
seperti beriman dan bertaqwa atau menjadi makhluk pilihan.
E.
PENGHUNI SYURGA
DISAMBUT OLEH MALAIKAT.
Di dalam kehidupan
sehari-hari jika kita disambut dengan karpet merah saja sudah merupakan sebuah
penghormatan yang sangat luar biasa. Sekarang bagaimana jika kita pulang ke
kampung kebahagian yang bernama syurga? Allah SWT berfirman berikut ini: “Dan orang-orang yang bertaqwa kepada Tuhannya di bawa ke dalam surga
berombongan-rombongan (pula). Sehingga apabila mereka sampai ke surga itu
sedang pintu-pintunya telah terbuka dan berkatalah penjaga-penjaganya:
“Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu, berbahagialah kamu! maka masukilah surga
ini, sedang kamu kekal di dalamnya”. (surat Az Zumar (39) ayat 73)”.
Sambutan pertama yang
diberikan oleh Allah SWT kepada tamu yang pulang ke kampung kebahagiaan adalah disambut
oleh malaikat dengan ucapan salam kehormatan, “kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu, berbahagialah kamu!
Maka masukilah syurga ini, dan kekal di dalamnya”. Sekarang maukah anda
disambut seperti itu oleh malaikat?
F.
USIA PENGHUNI SYURGA.
Allah menjanjikan syurga
kepada para kekasih-Nya yang taat dan bersabar dalam meniti perintah dan
laranganNya selama di dunia. Allah
memberikan balasan berupa keindahan syurga. Saking indahnya, sehingga tidak
pernah bisa terbayang oleh manusia. Bayangan mereka, tidak bisa menjangkau
keindahannya.
Allah menggambarkan
keindahannya melalui firmanNya berikut ini: “Maka tidak seorangpun mengetahui
apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam macam nikmat) yang
menyenangkan hati sebagai balasan terhadap apa yang mereka kerjakan. (surat
As-Sajdah (32) ayat 17)”. Ketika menyampaikan hadits berikut ini: “Dari
Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda, Allah ta’ala berfirman: “Aku telah
iapkan untuk hamba-hamba-Ku yang sholeh, nikmat syurga yang belum pernah
dilihat mata, belum pernah dilihat telinga, dan belum pernah terbayang dalam
hati manusia.” (Hadits Riwayat. Bukhari 3244, Muslim 2824). Rasulullah
SAW membaca ayat surat as-Sajdah (32) ayat 17 di atas.
Disamping itu Allah SWT
juga memberikan segala kenikmatan yang diinginkan penghuni syurga, sebagaimana
firmanNya berikut ini: “Kepada mereka diedarkan piring piring dan
gelas dari emas dan di dalam syurga itu terdapat apa yang diingini oleh hati
dan segala yang sedang (dipandang) mata. Dan kamu kekal di dalamnya. (surat Az
Zukhruf (43) ayat 71)”. Oleh karena itu, kita wajib mengimani bahwa penduduk syurga
berada dalam keadaan serba istimewa, memiliki banyak kelebihan dari segala
sisi. Karena mereka dipersiapkan untuk menikmati segala keindahan yang Allah SWT
sediakan.
Diantara bentuk
kesempurnaan itu, Allah SWT jadikan penduduk syurga pada usia kesempurnaan.
Usia dimana mereka bisa lebih maksimal dalam menikmati segala keindahan syurga.
Mereka masuk syurga di usia 33 tahun, sebagaimana hadits berikut ini: “Dari
Muadz bin Jabal ra, Rasulullah SAW bersabda, Penduduk surga akan masuk surga
dalam keadaan jurdan, murdan, bercelak, di usia 30 atau 33 tahun. (Hadits
Riwayat Ahmad , Ath Thirmidzi dan Ibnu Abi Syaibah)”. Keterangan: (1) Jurdan,
bentuk jamak dari bahasa Arab kata ajrad yang artinya: orang yang tidak memiliki
bulu rambut di badannya; (2) Murdan, bentuk jamak dari bahasa Arab kata amrad yang
artinya: orang yang tidak memiliki bulu rambut di dagunya.
Ibnul Qoyim
menjelaskan tentang rahasia usia 33 tahun itu, “hikmah diberi usia 33 tahun
sangat jelas, karena di usia itu merupakan pucak dan keadaan paling sempurna
dalam merasakan kenikmatan. Karena di usia itu adalah usia kekuatan yang paling
sempurna, segala organ kenikmatan berkembang. Dengan gabungan dua ini,
diperoleh kesempurnaan kenikmatan dan kuat dalam menikmatinya”. Lalu
apakah usia penghuni syurga bertambah? Yang kita yakini, mereka kekal di dalam
kenikmatan.Apakah usia mereka bertambah, sehingga usia mereka menjadi 34 atau
35 dan seterusnya.
Berdasarkan hadits
berikut ini: “Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW menjelaskan, ”Penduduk surga
jurdun, murdun, bercelak. Usia mudanya tidak pernah sirna, dan pakaiannya tidak
pernah lusuh.” (Hadits Riwayat Ath Thirmidzi, Adh Darimi 2863). Apakah
usia mereka penghuni syurga bertambah selama dalam rentang ‘usia muda’? Tidak ada
informasi tentang adanya pertambahan usia bagi penghuni syurga. Yang jelas,
mereka dalam keadaan sangat sempurna di usia muda yang tidak akan pernah sirna.
Semoga Allah menjadikan kita termasuk diantara kekasih-Nya, hingga bisa
menikmati keindahan syurga-Nya. Amiin
G.
KEUTAMAAN KAMPUNG
KEBAHAGIAAN.
Di dalam syurga yang
merupakan kampung kebahagian isinya adalah semua kenikmatan-kenikmatan yang
tidak pernah ada di dalam kehidupan dunia. Jika di dalam neraka diisi dengan
siksaan dan jeritan yang tiada henti, lalu apa yang terjadi di dalam syurga?
Untuk bisa mengetahui keutamaan kampung syurga yang kelak akan kita tempati,
kita bisa mempelajarinya melalui tiga buah firman Allah SWT berikut ini: “Dan apabila kamu melihat di sana (surga) niscaya kamu akan melihat
berbagai macam kenikmatan dan kerajaan yang besar. Mereka memakai pakaian
sutera halus yang hijau dan sutera tebal dan dipakaikan kepada mereka gelang
terbuat dari perak, dan Tuhan memberikan kepada mereka minuman yang bersih.
Sesungguhnya ini adalah balasan untukmu, dan usahamu adalah disyukuri (diberi
balasan). (surat Al Insaan (76) ayat 20-21-22)
Allah SWT berfirman: “Hai hamba-hambaKu, tiada kekhawatiran
terhadapmu pada hari ini dan tidak pula kamu bersedih hati. (Yaitu) orang-orang
yang beriman kepada ayat-ayat Kami dan adalah mereka dahulu orang-orang yang
berserah diri. Masuklah kamu ke dalam surga, kamu dan isteri-isteri kamu
digembirakan. Diedarkan kepada mereka piring-piring dari emas, dan piala-piala
dan di dalam surga itu terdapat segala apa yang diingini oleh hati dan sedap
(dipandang) mata dan kamu kekal di dalamnya. (surat Az Zukhruf (43) ayat
68-69-70-71)
Allah SWT berfirman: “Bidadari-bidadari yang jelita, putih
bersih dipingit dalam rumah. (surat Ar Rahmaan (55) ayat 72)
Selanjutnya untuk
mempertegas keberadaan dan keutamaan kampung kebahagiaan kita bisa
mempelajarinya melalui hadits yang kami kemukakan berikut ini: “Rasulullah bersabda: “Bumi surga itu adalah bata dari emas dan bata
dari perak. Tanah liatnya adalah misik adzfar, kerikilnya adalah mutiara dan
yaqut, sedangkan debutnya adalah zafaran. Orang yang memasukinya, dia akan
mendapatkan kenikmatan dan tidak akan berputus asa. Dia akan kekal tanpa mati.
Pakaian mereka tidak akan rusak dan kemudian mereka tidak akan musnah. (Hadits Riwayat
Ath Thirmidzi)”.
Rasulullah SWT
bersabda: “Di syurga tidak ada satupun yang sama dengan yang ada di dunia
kecuali nama nama orang (Hadits Riwayat Ath Thabrani)
Rasulullah SAW
bersabda: “Di syurga ada sebuah kamar yang bagian luarnya terlihat dari dalam dan
bagian dalamnya terlihat dari luar. Allah SWT menyiapkannya untuk orang yang
memberi makan orang lain, menebar salam, dan shalat malam di saat manusia
sedang tidur. (Hadits Riwayat Ibnu Hibban)
Mana yang lebih mewah,
apakah kondisi syurga ataukah kondisi saat ini? Tidak ada yang berani
mengatakan bahwa kondisi saat ini atau kondisi neraka lebih baik dan lebih
mewah dibandingkan dengan kondisi syurga.
H.
SUNGAI DAN POHON
DALAM SYURGA.
Di dalam Kampung
Kebahagiaan tidak terdapat apa yang dinamakan dengan polusi semuanya bersih dan
steril sehingga apa yang terdapat di dalamnya kondisi prima untuk di konsumsi
ataupun di minum. Sungai beserta air yang terdapat di dalamnya sangatlah jernih,
tidak berbau dan tidak pula berubah apalagi tercemar. Allah SWT berfirman: “(Apakah) perumpamaan (penghuni) surga yang dijanjikan kepada
orang-orang yang bertaqwa yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang
tiada berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang berubah
rasanya, sungai-sungai dari khamar (arak) yang lezat rasanya bagi peminumnya
dan sungai-sungai dari madu yang disaring; dan mereka memperoleh di dalamnya
segala macam buah-buahan dan ampunan dari Tuhan mereka, sama dengan orang yang
kekal dalam neraka, dan diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga
memotong-motong ususnya? (surat Muhammad (47) ayat 15)”.
Lalu apakah hanya itu saja yang terdapat di dalam syurga. Allah SWT
berfirman: “Dan golongan kanan, alangkah bahagianya golongan kanan itu. Berada di
antara pohon bidara yang tidak berduri, dan pohon pisang yang bersusun-susun
(buahnya), dan naungan yang terbentang luas, dan air yang tercurah, dan
buah-buahan yang banyak. Yang tidak berhenti (buahnya) dan tidak terlarang
mengambilnya. (surat Al Waaqi’ah (56) ayat 27 s/d 33)”. Yang kesemuanya
diperuntukkan untuk penghuninya, termasuk untuk diri kita kelak.
Sekarang bandingkan
dengan kondisi sungai yang ada di kota kota besar seperti Jakarta, Bandung dan
Surabaya, hampir semuanya kotor dan hampir semuanya tercemar. Untuk itu jika
kita ingin mendapatkan apa yang terdapat di dalam kampung kebahagiaan maka
jadilah khalifah yang beriman dan bertaqwa mulai saat ini juga sampai ruh tiba
dikerongkongan atau laksanakan Diinul Islam secara kaffah sesuai dengan
kehendak Allah SWT.
I.
MAKANAN DAN MINUMAN
DALAM SYURGA.
Di dalam kehidupan
sehari-hari kita mengenal apa yang disebut Makanan yang memenuhi konsep 4 sehat
5 sempurna. Jika kita dapat menikmati makanan dengan konsep tersebut maka kita
sudah memenuhi kebutuhan gizi yang dibutuhkan oleh tubuh kita. Sekarang jika
kita pulang ke kampung yang bernama kampung kebahagiaan maka Allah SWT akan
memberikan makanan dan minuman yang jauh melebihi konsep empat sehat lima sempurna.
Selain makanan dan minuman yang tersedia kita selalu dilayani oleh pelayan dan
makanan selalu dihidangkan di dalam wadah emas dan perak.
Semua kemewahan dan
kemegahan pada saat kita makan dan minum selalu tersedia apapun bentuknya. Nabi
SAW bersabda: “Penghuni surga di dalamnya makan dan minum.
Mereka tidak meludah, tidak kencing dan tidak berak. Para Sahabat bertanya,
Bagaimana keadaan makanan itu? Rasulullah menjawab: “Sendawa dan peluh seperti
peluh misik. Mereka menelan (mengumandangkan) tasbih dan tahmid sebagaimana
kalin menelan (menarik masuk dan keluarnya) nafas. (Hadits Riwayat Muslim)
Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya semua penghuni surga yang
derajatnya paling rendah adalah orang yang berdiri; di atas kepalanya terdapat
sepuluh ribu pelayan. Bersama tiap-tiap pelayan terdapat dua piring besar.
Piring yang satu dari emas dan piring yang lain dari perak. Disetiap piring
yang satu terdapat warna yang tidak sama dengan piring yang lain, Orang yang
terakhir makan seperti orang yang pertama makan. Orang yang terakhir
mendapatkan kenikmatan dan kelezatan seperti yang didapatkan oleh orang yang
pertama. Hal itu lantas berbau misik adzfar. Mereka tidak kencing, tidak berak
dan tidak mengingus”. (Hadits Riwayat Ibnu Abid Dunya dan Ath Thabrani)
Selanjutnya
berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari yang kami kemukakan di berikut
ini: “Abu Hurairah ra, meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Syurga
dan Neraka komplain, Neraka berkata, “Aku dihuni oleh orang-orang yang sombong
dan angkuh.’ Syurga berkat, “Aku hanya dihuni oleh orang-orang yang lemah dan
hina. Allah SWT berfirman kepada syurga, “Kamu adalah rahmat-Ku. Aku
melimpahkan rahmat kepada hamba-Ku yang Aku kehendaki dengan
menjadikannya sebagai penghunimu. Kemudian Allah SWT berfirman kepada Neraka,
“Kamu adalah siksa-Ku. Aku menyiksa hamba-Ku yang Aku kehendaki dengan
menjadikannya sebagai penghunimu.” Baik Syurga dan Neraka akan dipenuhi dengan
penghuninya masing-masing. Tapi, neraka tidak akan penuh hingga Allah
meletakkan kaki-Nya lalu neraka berkata, “Cukup, cukup, cukup.” Pada saat itu,
nerakapun penuh hingga setiap sudutnya tidak ada yang kosong. Allah tidak
pernah menganiaya makhluk-Nya, dan Allah menciptakan makhluk untuk menjadi
penghuni Syurga. (Hadits Riwayat Bukhari)”.
Allah SWT selaku
pencipta kekhalifahan yang ada di muka bumi ini menyatakan bahwa Allah SWT
menciptakan manusia untuk menjadi penghuni syurga. Jika sampai diri kita, anak
keturunan kita bukan menjadi penghuni syurga berarti kita telah keluar dari
rencana besar tentang Kekhalifahan di muka bumi ini.
Sekarang bisa kita
bayangkan betapa luar biasanya kampung kebahagiaan itu lalu bisakah kita
membayangkan kampung kesengsaraan dan kebinasaan yang pasti berbeda dengan
kampung kebahagiaan. Lalu beranikah kita menyatakan bahwa Kampung Kebinasaan
dan Kesengsaraan lebih baik daripada Kampung Kebahagiaan sehingga kampung
itulah yang akan menjadi tempat tinggal kita yang abadi kelak? Jika anda
tidak berani mengatakannya atau tidak berani memilih neraka sebagai kampung
halaman kita kelak maka jangan pernah menjadi hamba Syaitan atau menjadi hamba ahwa,
akan tetapi jadilah hamba Allah SWT yang taat dan patuh dari waktu ke
waktu, dalam kondisi apapun, dimanapun kita berada.
J.
STATUS ORANG YANG
BUNUH DIRI DI AKHIRAT.
Sebagaimana kita
ketahui bahwa bunuh diri dalam ajaran Islam hukumnya adalah haram, karena sama
saja kita melawan takdir Allah SWT dan Allah berfirman dalam Alquran:“… Dan
janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu.” (surat An-Nisaa’ (4) ayat 29)”.
Banyak orang yang berpikiran pendek, lalu melakukan tindakan bunuh diri
ketika dilingkupi oleh berbagai permasalahan hidup. Padahal, bunuh diri sama
sekali tidak bisa menjadi solusi bagi kehidupan. Bunuh diri akibatnya sangat
luar biasa dihadapan Allah SWT. Berikut ini adalah hal-hal yang terjadi bagi
orang yang mengakhiri hidup dengan membunuh dirinya sendiri:
1. Berdasarkan hadits
riwayat Bukhari di bawah ini, orang yang bunuh diri, di akhiratnya akan
terus-menerus melakukan hal yang sama untuk membunuh dirinya sendiri, lalu
menerjunkan dirinya ke dalam neraka. Sebagaimana hadits berikut ini: “Dari
Abu Hurairah ra, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Orang yang bunuh diri
dengan menggantung diri, dia akan menggantung diri di neraka. Orang yang
menikam dirinya (dengan senjata tajam) maka dia akan menikam dirinya di neraka.
Dan orang yang bunuh diri dengan menerjunkan diri dari tempat yang tinggi, maka
dia akan menerjunkan diri di neraka. (Hadits Riwayat Bukhari)”.
2. Berdasarkan hadits
riwayat Bukhari, Muslim, Ath Thirmidzi dan An Nasa’i di bawah ini, orang yang
bunuh diri akan hidup kekal selamanya di dalam neraka. Sebagaimana hadits
berikut ini: “Dari Abu Hurairah ra, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa
menerjunkan diri dari gunung untuk bunuh diri, maka dia di neraka jahannam
menerjunkan diri di dalamnya, kekal lagi dikekalkan di dalamnya selama-lamanya.
Dan barangsiapa minum racun untuk bunuh diri, maka racunnya itu di tangannya
dia meminumnya di neraka jahannam kekal lagi dikekalkan di dalamnya
selama-lamanya. Dan barangsiapa bunuh diri dengan senjata tajam, maka senjata
tajam itu di tangannya dia melukai dengannya di neraka jahannam, kekal lagi
dikekalkan di dalamnya selama-lamanya”. (Hadits Riwayat Bukhari, Muslim, Ath
Thirmidzi, dan An Nasa’i)
3. Sekalipun terluka di
saat jihad fi sabilillah, seorang yang mati bunuh diri takkan mendapat
penghormatan dari Allah dan RasulNya. Nabi SAW bersabda: “Dahulu di antara orang-orang
sebelum kalian ada seorang laki-laki yang terluka, lalu dia tidak sabar.
Kemudian dia mengambil pisau lalu memotong tangannya, maka darahnya mengalir
tanpa berhenti sehingga dia mati. Allah berfirman, “Hamba-Ku telah
mendahului kehendak-Ku dengan dirinya.” (Hadits Riwayat Bukhari)”.
“Dari Jabir bin
Samurah ra, bahwasanya ada seorang laki-laki yang mengalami luka-luka, kemudian
dia menghampiri tempat anak panah dan melukai dirinya dengan anak panah
tersebut (sehingga mati). Maka Nabi SAW tidak mau menshalatkannya.” (Hadits Riwayat
Ibnu Hibban)
Allah SWT
sangat marah dan tidak suka kepada orang yang bunuh diri sehingga sampai
kapanpun ia akan tetap di neraka dan tidak akan pernah masuk syurga dan bahkan
untuk bisa mencium wanginya syurga tidak diperkenankan oleh Allah SWT. Adanya
kondisi ini maka yang paling bahagia adalah syaitan karena ia telah memiliki
teman abadi di neraka kelak. Semoga Allah menjauhkan kita dari pikiran buruk untuk
membunuh diri sendiri, sesungguhnya rahmat Allah begitu luar biasa untuk diri
kita.
K.
TENTANG RUH BERGENTAYANGAN.
Kematian adalah saat
dipisahkannya ruh dengan jasmani. Jasmani dikembalikan ke tanah sedangkan ruh ditempatkan
di tempat khusus yang bernama Barzakh dan tidak akan bisa keluar dari Barzakh.
Adanya kondisi, tidak ada ruh-ruh yang bergentayangan. Dan jika dianggap ada
yang bergentayangan itu adalah syaitan yang melakukan tipu daya dengan
menyerupai orang yang sudah meninggal.
Dan ketika ruh akan
dibangkitkan dari alam barzakh (alam kubur) ke alam akhirat, ruh itu
dikembalikan ke jasad yang baru yang diciptakan untuk alam akhirat. Begitu juga
kaitannya dengan jin, bahwa jin itu makhluk yang dapat menjelma atau
merubah fisiknya menyerupai bentuk manusia atau makhluk-makhluk yang lain.
Syaitan yang berasal
dari bangsa jin, jika ingin menyebarkan tipu daya dan keraguan pada keimanan
manusia, maka salah satu caranya adalah dengan menjelma menyerupai seseorang
yang telah meninggal. Akibat dari penjelmaan tersebut, orang-orang yang melihat
menganggap dan berkeyakinan bahwa yang mereka lihat adalah ruh dari orang yang
mereka kenal sebelumnya.
Oleh karena itu, apa
yang dikatakan oleh kaum awam tentang adanya ruh gentayangan tidaklah benar
menurut ajaran Islam. Tentunya agar kita bisa terbebas dari gangguan-ganguan
arwah jahat yang itu merupakan setan yang melakukan tipu daya, yaitu dengan
senantiasa meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt, dengan
menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhkan segala larangan-Nya yang
merupakan jalan setan, serta senantiasa berdzikir dan mengingat Allah. Bukankah
dengan senantiasa berdzikir hati kita akan tenang, sebagaimana dalam firman-Nya:“(yaitu)
orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat
Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.” [QS.
ar-Ra’d (13): 28].
L.
ANAK YANG MENINGGAL
DI USIA BALITA MAMPU MENOLONG ORANG TUANYA MASUK SYURGA
Berdasarkan hadits
riwayat Ahmad di bawah ini, Allah SWT memberikan kesempatan kepada anak anak
yang meninggal di usia balita untuk menolong orang tuanya masing masing untuk
masuk syurga. Sebagaimana hadits berikut ini: “Menurut hadits qudsi: Allah SWT
berfirman pada hari kiamat kepada anak anak: “Masuklah kalian ke dalam syurga”!
Anak anak itu berkata: “Wahai Tuhan kami, (kami menunggu) hingga ayah ibu kami
masuk”. Lalu mereka mendekati pintu syurga, tapi tidak mau masuk ke dalamnya,
Allah berfirman lagi: “Mengapa Aku lihat mereka enggan masuk? Masuklah kalian
ke dalam syurga!” Mereka menjawab: “Tetapi (bagaimana) orang tua kami? Allah
pun berfirman: “Masuklah kalian ke dalam syurga bersama orang tua kalian”.
(Hadits Riwayat Ahmad)”.
Sebagai orang tua
yang memiliki anak anak usia balita yang telah meninggal dunia, jangan karena
telah memiliki fasilitas dari Allah SWT melalui baktinya anak anak ini lalu ia
berbuat yang tidak sesuai dengan kehendak Allah SWT yang mengakibatkan
fasilitas ini menjadi batal karena ulah kita sendiri. Jika sampai ini terjadi,
sangat disayangkan karena fasilitas ini tidak dimiliki oleh banyak orang.
Sebagai informasi
tambahan bagi calon-calon penghuni syurga, berikut ini akan kami kemukakan 5
(lima) buah hadits yang sangat berhubungan dengan betapa Allah SWT sangat
berkehendak kepada hamba-hamba-Nya untuk bisa masuk syurga, bukan masuk ke
neraka, yaitu:
1. Allah SWT berfirman
pada hari kiamat: “Keluarkanlah dari neraka orang yang pernah ingat pada suatu
saat kepada-Ku atau orang yang pernah merasa takut kepada-Ku dalam kedudukan
apapun”. (Hadits Riwayat Ath Thirmidzi)
2. Sungguh orang yang
lebih kucintai di antara kamu dan lebih dekat tempat duduknya denganku pada
Hari Kiamat kelak adalah yang paling baik akhlaknya diantara kamu. Dan orang
yang paling kubenci di antara kamu dan lebih jauh duduknya denganku pada Hari
Kiamat kelak adalah orang yang banyak bicara, orang yang memperpanjang
pembicaraan dihadapan manusia, dan orang yang sombong. (Hadits Riwayat Ath Thirmidzi)
3. Malaikat Jibril
berkata kepada Nabi Muhammad SAW: Allah SWT akan bicara padaku dihari kiamat:
"Hai Jibril, kenapa Aku melihat si anu anak si anu dalam kelompok barisan
orang-orang Neraka?" Jibril menjawab: "Kami tidak melihat amal
kebaikan yang dapat membawa kebaikan kepadanya pada hari ini" Allah
berkata: "Sungguh Aku mendengar dia berseru didunia dulu dengan
mengucapkan, Ya Hannan ya Mannan. Maka cobalah datangi dia!". Jibril
mendatangi orang itu dan menanyakan maksud seruannya itu, lalu mendapat
jawaban: "Siapa lagi Hannan dan Mannan selain dari pada Allah yang Maha
mulia dan Maha agung?". Maka aku (Jibril) mengambilnya dari barisan
orang-orang Neraka dan memasukkannya kedalam barisan orang- orang Surga. (Hadits Riwayat Al Hakim dari Jabir)
4. Apabila seorang
wanita (menyempurnakan) shalat lima waktunya, memelihara kehormatan dirinya,
(menyempurnakan) puasa bulan Ramadhan, dan patuh kepada suaminya maka dia akan
masuk syurga dari pintu mana saja yang dia kehendaki (Hadits Riwayat Ibnu Hibban)
5. Dua mata yang diharamkan
dari api neraka, yaitu mata yang menangis karena takut kepada Allah dan mata
yang menjaga serta mengawasi Islam dan umatnya dari gangguan kaum kafir. (Hadits Riwayat Bukhari).
Semoga diri kita,
keluarga, anak dan keturunan kita mampu masuk ke dalam syurga-Nya Allah SWT
melalui ketentuan hadits di atas ini. Amiin.
M.
EPISODE MELIHAT WAJAH
ALLAH SWT SECARA LANGSUNG.
Salah satu kenikmatan
yang disediakan Allah SWT bagi orang mukmin di dalam syurga adalah mereka dapat
memandang wajah Allah yang maha mulia. Inilah episode yang paling luar biasa,
yang paling mengesankan, yang paling dinantikan, yang paling monumental, yang
hanya bisa diperoleh dan dirasakan oleh para ahli-ahli syurga setelah semuanya
masuk ke dalam syurga yang sesuai dengan tingkatannya masing-masing.
Allah SWT
berkesempatan untuk membuka singkap hijab-Nya (penutup wajah-Nya yang mulia)
kepada ahli ahli syurga yang sudah berada di dalam syurga. Lalu apa yang
terjadi? Ahli ahli menyatakan “Tidak ada
satupun kenikmatan yang lebih kami cintai dari memandang wajah Allah SWT” Hal ini sebagaimana dikemukakan dalam surat
Yunus (10) ayat 26 berikut ini: “Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada
pahala yang terbaik (syurga) dan tambahannya (kenikmatan melihat Allah) Dan
wajah mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak (pula) dalam kehinaan. Mereka
itulah penghuni syurga, mereka kekal di dalamnya.”
Ayat di atas sejalan
dengan hadits berikut ini: “Dari seorang sahabat yang mulia, Shuhaib bin
Sinan ra, Rasulullah SAW bersabda, “Jika penghuni syurga telah masuk syurga,
Allah ta’ala berfirman: “Apakah kalian mau tambahan nikmat (dari kenikmatan syurga
yang telah kalian peroleh)? Bukankah Engkau telah memutihkan wajah-wajah kami?
Dan Engkau telah memasukkan kami ke dalam syurga dan menyelamatkan kami dari
neraka? Kemudian Allah singkap hijab (penutup wajahNya yang mulia), dan mereka
mengatakan, “Tidak ada satupun kenikmatan yang lebih kami cintai dari memandang
wajah Allah Ta’ala.” (Hadits Riwayat Muslim)”.
Inilah peristiwa yang
paling monumental yang hanya bisa dinikmati oleh ahli-ahli syurga yang sudah
berada di dalam syurga dan semoga kita semua bisa melihat wajah Allah SWT kelak
di syurga.
Agar diri kita mampu
melihat dan merasakan sebuah peristiwa yang sangat monumental, sudah selayaknya
kita mempelajari hadits berikut ini:
“Rasulullah
mengajarkan doa memohon kenikmatan memandang wajah Allah: ““Ya Allah, dengan
pengetahuan-Mu terhadap yang ghaib dan kekuasaan-Mu atas semua makhluk,
hidupkanah aku selama Engkau tahu kehidupan itu lebih baik bagi ku, dan
matikanlah aku jika Engkau tahu kematian itu lebih baik bagiku. Ya Allah,
sesungguhnya aku memohon rasa takut kepadaMu di saat sendiri maupun dalam
keadaan terang-terangan, aku memohon perkataan yang benar dalam keadaan baik
maupun marah, aku memohon kesederhanaan, baik dalam keadaan fakir maupun kaya,
aku memohon kenikmatan yang tak akan habis, dan aku memohon penyejuk hati yang
tak pernah berakhir. Aku memohon keridhoan atas ketetapanMu, aku memohon
ketentraman setelah kematian, dan aku memohon kenikmatan memandang wajah-Mu,
dan kerinduan bertemu dengan-Mu, bukan dalam kesusahan yang mebinasakan dan
cobaan yang menyesatkan. Ya Allah, hiasilah kami dengan hiasan iman dan
jadikanlah kami termasuk orang-orang yang memberi dan diberi petunjuk.” (Hadits
Riwayat. An-Nasai, Ahmad dan lainnya)”.
Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh An Nasa’i, Ahmad diatas ini, Nabi Muhammad SAW telah mengajarkan kepada kita sebuah doa memohon kenikmatan memandang wajah Allah SWT sehingga kita bisa melihat, memandang, menikmati peristiwa monumental itu, sebagaimana kami kemukakan di atas ini.
Sadar siapa diri kita yang sebenarnya adalahkesadaran yang membuat engkau tahu diri, tahu kehidupan ini. Tanpa kesadaran engkau tidak tahu apapun dalam kehidupan ini.Tanpa kesadaran, engkau sebenarnya tidak bisa menikmati momen momen kehidupanmu.Kesadaran abadi dalam dirimulah harta yang tidak ternilai itu.Dengan kesadaran engkau bisa membuat apa saja menjadi mungkin.Dan kesadaran itu terhubung dengan Tuhan(Eksistensi yang berada dibalik semesta yang luas ini).Karena itu, ingatlah selalu dan sadarlah.
(ferudun ozdemir, dalam bukunya
“ada Allah masalah tiada”)