Lebih berat mana mengalahkan ahwa (hawa nafsu) saat hidup di dunia, dibandingkan dengan menahan panasnya api neraka yang menyala nyala saat di akhirat kelak!Adakah yang mampu menahan panasnya api neraka?
Berdasarkan
surat Muhammad (47) ayat 36 berikut ini: “Sesungguhnya
kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau. dan jika kamu beriman dan
bertakwa, Allah akan memberikan pahala kepadamu dan Dia tidak akan meminta
harta-hartamu. (surat
Muhammad (47) ayat 36)”. Dikemukakan bahwa kekhalifahan di muka bumi
adalah sebuah permainan yang diciptakan Allah SWT, yang berarti Allah SWTlah
yang mempunyai hak penuh atas permainan yang diciptakan-Nya tersebut.
Setiap
permainan harus memiliki apa yang dinamakan dengan prinsip-prinsip dasar sebuah
permainan sebab jika tanpa prinsip dasar ini, sebuah permainan tidak bisa
dilaksanakan secara baik dan benar serta tidak bisa dipertanggungjawabkan
permainannya. Untuk itu di setiap permainan, harus terdapat hal-hal sebagai
berikut:
1. Harus ada 2(dua) kelompok peserta permainan, yaitu ada pemain (manusia)
dan ada lawan (ahwa/hawa nafsu).
2.
Harus ada waktu permainan yaitu harus ada awalnya dan juga harus ada
akhirnya.
3.
Harus ada tempat untuk bermain atau arena untuk melangsungkan
pertandingan.
4.
Harus ada yang kalah dan ada yang menang.
5.
Harus ada patokan atau pedoman baku untuk mengatur permainan.
6.
Harus ada wasit atau ada penengah jika terjadi sesuatu hal yang tidak
diinginkan.
Jika ini adalah ketentuan dasar dari
setiap permainan yang ada pada saat ini, sekarang bagaimana dengan konsep
dwifungsi yang mana setiap manusia adalah abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus
khalifah-Nya di muka bumi, apakah prinsip-prinsip dasar dari suatu permainan
terdapat pula di dalam konsep dwifungsi? Konsep dwifungsi juga memiliki
prinsip-prinsip dasar suatu permainan, yaitu:
1. Konsep dwifungsi juga memiliki peserta atau pihak yang mengikuti pertandingan, da-lam hal ini adalah manusia, dalam hal ini ruh yang dibantu oleh Allah SWT melawan jasmani, dalam hal ini melawan ahwa yang dibantu oleh setan.
2. Konsep dwifungsi juga memiliki jangka waktu yaitu di mulai dari diciptakannya Nabi Adam as, sebagai manusia pertama sampai dengan hari kiamat sebagai batas akhirnya. Sedangkan untuk orang per orang secara pribadi di mulai dari ditiupkannya ruh ke dalam jasmani saat masih di dalam rahim seorang ibu sampai dengan dipisahkannya ruh dengan jasmani melalui apa yang dinamakan dengan sakratulmaut.
3. Konsep dwifungsi juga memiliki tempat atau arena pertandingan yaitu di muka bumi dan juga di dalam diri sendiri.
4. Konsep dwifungsi juga memiliki pemenang dan pecundang, di mana pemenang akan menerima penghargaan dari Allah SWT berupa kampung kebahagiaan, sedangkan bagi pecundang yang kalah akan menerima kampung kebinasaan dan kesengsaraan dari Allah SWT.
5. Konsep dwifungsi juga memiliki ketentuan atau pedoman dasar permainan yaitu Dii-nul Islam.
6. Untuk mendapatkan permainan yang memenuhi prinsip fairplay maka Allah SWT
ber-tindak sebagai wasit yang dibantu oleh para malaikat sebagai petugas
pencatat melalui system cctv yang paling canggih.
Hal yang harus kita perhatikan secara
seksama tentang konsep dwifungsi sebagai sebuah permainan adalah setiap
permainan pasti ada yang kalah dan ada yang menang, sehingga akan ada juara
bagi yang memenangkan pertandingan ataupun pecundang yang kalah dalam
pertandingan. Sekarang apa jadinya jika suatu permainan atau suatu pertandingan
tidak ada akhirnya? Allah SWT berfirman: “Katakanlah:
"Kepunyaan siapakah apa yang ada di langit dan di bumi." Katakanlah:
"Kepunyaan Allah." Dia telah menetapkan atas Diri-Nya kasih sayang.
Dia sungguh akan menghimpun kamu pada hari kiamat yang tidak ada keraguan
padanya. orang-orang yang meragukan dirinya mereka itu tidak beriman. (surat Al An'am (6) ayat 12)”. Saat ini Allah SWT selaku pencipta dan pemilik
dari permainan kekhalifana di muka bumi sudah menentukan dan menetapkan adanya
hari kiamat atau hari kiamat itu pasti terjadi, berarti:
1.
Kita akan mengetahui hasil akhir dari permainan kekhalifahan yang kita
laksanakan;
2. Kita akan dapat mengetahui tempat kembali bagi diri kita, apakah ke syurga
atau ke neraka.
Selanjutnya jika keterangan yang telah
kami kemukakan di atas ini merupakan asumsi dasar adanya hari kiamat,
selanjutnya sebagai abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya di muka bumi
apakah kita telah yakin dengan seyakin-yakinnya bahwa hari kiamat itu pasti
terjadi? Jika telah menyakini bahwa setiap pertandingan pasti mempunyai waktu
tertentu, maka kitapun harus yakin dengan seyakin-yakinnya bahwa:
1. Dipisahkannya ruh dengan jasmani merupakan batas akhir dari permainan yang ber-laku secara individual, namun hasil akhir belum bisa ditentukan;
2.
Hari kiamat adalah batas akhir dari konsep dwifungsi yang ada di muka
bumi sehingga menjadi batas akhir keseluruhan permainan,
Yang dilanjutkan dengan menentukan hasil akhir atas pencapaian setiap manusia, sehingga baik kematian dan juga kiamat pasti akan terjadi.
Untuk itu perhatikanlah apa yang
dikemukakan oleh Allah SWT selaku inisiator, pencipta yang sekaligus pemilik dari
langit dan bumi yang terdapat di dalam surat Ar Ruum (30) ayat 8 berikut ini: “dan
mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka? Allah tidak
menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya melainkan dengan
(tujuan) yang benar dan waktu yang ditentukan. dan Sesungguhnya kebanyakan di
antara manusia benar-benar ingkar akan Pertemuan dengan Tuhannya. (surat Ar Ruum (30) ayat 8)”, yaitu:
(1) Langit dan bumi diciptakan oleh
Allah SWT dengan tujuan yang benar serta; (2) Langit dan bumi diciptakan
dengan jangka waktu yang telah ditentukan.
Adanya penegasan yang dikemukakan oleh Allah
SWT selaku pencipta dan pemilik dari langit dan bumi berarti keberadaan langit
dan bumi, termasuk segala isinya bersifat sementara sehingga keberadaan langit dan bumi tidak bersifat kekal sehingga
pada suatu waktu yang telah ditentukan maka langit dan bumi akan menjadi
sediakala (maksudnya akan disatukan kembali oleh Allah SWT). Hal ini
menunjukkan kepada kita bahwa akan tiba suatu waktu tertentu yang telah
ditentukan oleh Allah SWT bahwa keberadaan langit dan bumi akan disatukan
kembali melalui hari kiamat.
Sekarang bagaimana jika kita tidak
mempercayai akan adanya hari kiamat? Apabila kita tidak percaya akan adanya
hari kiamat, berarti ketentuan yang
tertuang di dalam surat An Naml (27) ayat 4 berikut ini berlaku: “Sesungguhnya orang orang yang tidak beriman
kepada akhirat, Kami jadikan terasa indah bagi mereka perbuatan perbuatan
mereka (yang buruk), sehingga mereka bergelimang dalam kesesatan. (surat An
Naml (27) ayat 4)”. yaitu orang orang yang tidak mempercayai hari
akhirat adalah mereka mereka yang memandang indah perbuatan perbuatan buruk
mereka sehingga mereka bergelimang dalam kesesatan. Hal ini terlihat jelas dari
perilaku mereka yang hanya mementingkan kehidupan dunia.
Sekarang bagaimana jika ada orang orang yang
tidak mempercayai akan adanya hari kiamat, jika ada yang tidak mempercayai hari
kiamat berarti mereka telah gagal melaksanakan rukun iman yang enam dalam satu
kesatuan yang tidak terpisahkan, sehingga mereka telah keluar dari konsep Diinul
Islam sebagai agama yang haq di muka bumi ini. Mereka juga telah ingkar janji
terhadap ikrar ketuhanan yang telah mereka nyatakan kepada Allah SWT saat masih
di dalam rahim seorang ibu. Untuk itu perhatikanlah dengan seksama surat Al
A'raaf (7) ayat 172 berikut ini: “dan
(ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi
mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):
"Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau
Tuban kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di
hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah
orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)", (surat Al A'raaf (7) ayat 172)”. Dimana setiap manusia tanpa terkecuali
selain telah mengakui bahwa Allah SWT adalah Tuhan juga kita juga telah tahu
dan telah mengerti akan adanya hari kiamat.
Sebagai abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya
yang sedang melaksanakan tugas di muka bumi, sadarkah dan tahukah serta
mengertikah bahwa kita semua secara pribadi-pribadi telah mengakui bahwa kiamat
itu pasti terjadi? Jika ini adalah kondisi setiap manusia kepada Allah SWT,
maka apabila kita tidak mau mempercayai adanya hari kiamat, maka batallah ikrar
ketuhanan yang telah kita lakukan atau kita telah melanggar janji setia kepada
Allah SWT sewaktu masih dalam rahim Ibu.
Sekarang mari kita bahas lebih dalam
lagi tentang kiamat dengan bertanya ada apakah dibalik kewajiban kita untuk beriman
kepada hari akhirat (kiamat) itu? Untuk menjawabnya, mari kita perhatikan dengan
seksama apa yang terjadi di dalam kehidupan ini. Dimana dalam kehidupan ada
istilah pahlawan dan istilah penjahat (pengkhianat). Saat seseorang dinobatkan
oleh negara menjadi seorang pahlawan, maka negara biasanya akan memberikan
tanda jasa bintang tertentu kepada mereka. Apakah hal ini sudah sesuai dengan
konsep dwifungsi yang sesungguhnya.
Apakah tanda jasa bintang tertentu sudah
sepadan dengan perbuatan yang telah didedikasikan nya? Sekarang bagaimana
dengan seorang penjahat (pengkhianat), katakan seorang yang bernama Adolf Hitler
yang telah membunuh 2 juta orang Yahudi saat perang dunia ke 2. Jika kasus Adolf
Hitler disidangkan di pengadilan Mahkamah International, hukuman yang diterima Hitler
paling tinggi adalah hukuman mati atau penjara seumur hidup. Apakah hukuman
yang dijatuhkan oleh Mahkamah International kepada Adolf Hitler sudah sepadan
dengan perbuatan yang dilakukannya? Hari kiamat merupakan saat bagi Allah SWT untuk
menyempurnakan segala kenikmatan kepada para pahlawan bangsa yang tidak bisa
diberikan oleh negara karena adanya keterbatasan landasan hukum dan fasilitas
yang dimiliki oleh suatu negara.
Demikian pula dengan para penjahat (pengkhianat)
sekelas Adolf Hitler, adanya hari kiamat merupakan saat bagi Allah SWT
memberikan hukuman yang paling setimpal dan sepadan dengan apa yang telah
diperbuat oleh penjahat karena adanya keterbatasan aturan hukum yang berlaku di
dunia atau adanya konspirasi yang mengakibatkan hukum tidak berjalan adil.
Kondisi inilah yang tidak diinginkan oleh orang-orang yang tidak mengakui
adanya hari kiamat.
Sekarang timbul pertanyaan, kapankah
berakhirnya konsep dwifungsi di muka bumi ini? Konsep penghambaan dan kekhalifahan
di muka bumi tidak bisa disamakan dengan pertandingan olah raga yang jelas
waktunya, contohnya pertandingan sepak bola yang hanya berdurasi 2 kali 45
menit. Penghambaan yang sekaligus kekhalifahan di muka bumi adalah suatu
permainan yang diciptakan oleh Allah SWT yang hanya diketahui saat awalnya
saja, yaitu sejak Nabi Adam as, diciptakan, untuk yang bersifat makro atau
setelah ruh ditiupkan ke dalam jasmani manusia sewaktu dalam rahim seorang ibu
untuk perseorangan. Namun kapan permainan itu akan berakhir hanya Allah SWT
saja yang tahu.
Tidak diberitahukannya kapan saat
tibanya kiamat oleh Allah SWT agar manusia termasuk diri kita selalu di dalam
kewaspadaan dan selalu konsentrasi di dalam menjalankan kekhalifahan di muka
bumi sehingga Allah SWT berkehendak kepada manusia untuk selalu dinamis di
dalam menjalankan tugas.
Sekarang apa jadinya jika manusia yang
sedang melaksanakan tugas di muka bumi sudah mengetahui dengan pasti saat akan
tibanya hari kiamat? Adanya kepastian waktu tentang kiamat akan membuat diri
kita menjadi manusia yang bersifat pasif, manusia akan bersikap monoton, tidak
dinamis, serta kerjanya hanya menunggu dan menunggu sehingga tidak akan ada
bedanya antara orang yang taat dan yang tidak taat kepada Allah SWT. Adanya
kondisi seperti ini, jelas sangat tidak dikehendaki oleh Allah SWT dikarenakan
akan timbul ketidakadilan di antara sesama manusia serta permainan tidak bisa
berjalan secara “fairplay.”
Berdasarkan hadits berikut ini: “Abu Hurairah ra, berkata: Pada suatu hari ketika Nabi SAW duduk bersama
sahabat, tiba-tiba datang seorang bertanya: Apakah Iman? Jawab Nabi SAW: Iman
ialah percaya pada Allah, dan Malaikat-Nya, dan akan berhadapan kepada Allah,
dan pada Nabi utusan-Nya dan percaya pada hari bangkit dari kubur. Lalu
ditanya; Apakah Islam? Jawab Nabi SAW; Islam ialah menyembah kepada Allah dan
tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, dan mendirikan sembahyang.
Lalu bertanya: Apakah Ihsan? Jawab Nabi SAW: Ihsan ialah menyembah pada Allah
seakan-akan anda melihat-Nya, maka jika tidak dapat melihat-Nya, ketahuilah
bahwa Allah melihatmu. Lalu bertanya: Bilakah hari qiyamat? Jawan Nabi SAW:
Orang yang ditanya tidak lebih mengetahui daripada yang menanya, tetapi saya
memberitakan padamu beberapa syarat (tanda-tanda) akan tibanya hari qiyamat,
yaitu jika budak sahaya telah melahirkan majikannya, dan jika penggembala onta
dan ternak lainnya telah berlomba membangun gedung-gedung, termasuk dalam lima
macam yang tidak dapat mengetahuinya kecuali Allah, yang tersebut dalam ayat:
"Sesungguhya hanya Allah yang mengetahui, bilakah hari qiyamat, dan Dia
pula yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang di dalam rahim ibu, dan tiada seorangpun yang mengetahui apa
yang akan terjadi esok hari, dan tidak seorang pun yang mengetahui di manakah
ia akan mati. Sesungguhnya Allah maha mengetahui sedalam-dalamnya".
Kemudian pergilah orang itu. Lalu Nabi SAW menyuruh sahabat: Kembalikanlah
orang itu! Tetapi sahabat tidak melihat bekas orang itu. Maka Nabi SAW bersabda:
Itu Malaikat Jibril datang untuk mengajarkan agama kepada manusia. (Hadits
Riwayat Bukhari, Muslim, Al-Lu'lu Wal Marjan: No.5)”.
Akhirnya hanya Allah
SWT sajalah yang mengetahui secara pasti kapan hari kiamat akan terjadi, namun
Allah SWT melalui Nabi Muhammad SAW telah memberikan tanda-tanda hari kiamat
sebagaimana tertuang dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim di
atas ini. Walaupun telah ada tanda-tanda hari kiamat yang telah dikemukakan
oleh Nabi Muhammad SAW, tidak cukup bagi kita untuk mengetahui secara pasti
kapan terjadinya hari kiamat itu. Hal yang harus kita jadikan pedoman adalah
bahwa hari kiamat pasti terjadi seperti pasti berakhirnya sebuah
pertandingan.
A. APA ITU KIAMAT.
Suatu
permainan atau suatu pertandingan harus memiliki batas waktu, jika tidak akan
sangat sulit untuk menentukan siapakah yang berhak menjadi pemenang dan yang
berhak memperoleh hadiah. Adanya batas waktu akan memudahkan bagi wasit atau
juri untuk mengadakan penilaian dan/atau untuk memutuskan siapa yang berhak
menyandang gelar juara. Kekhalifahan yang ada di muka bumi, juga memiliki batas waktu yaitu sejak
diciptakannya Nabi Adam as, sampai dengan hari kiamat kelak. Lalu apa itu
kiamat yang sesungguhnya? Berikut ini akan kami kemukakan apa yang dimaksud
dengan kiamat itu, yakni:
1. Kiamat Adalah Saat Langit dan Bumi Disatukan
Kembali. Berdasarkan
surat Al Anbiyaa (2) ayat 30 di berikut ini: “Dan apakah orang orang kafir
tidak mengetahui bahwa langit dan bumi keduanya dahulu menyatu, kamudian Kami
pisahkan antara keduanya, dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal
dari air, maka mengapa mereka tidak beriman? (surat Al Anbiyaa (2) ayat 30)”. Bahwa
langit dan bumi pada mulanya adalah satu kepal (menyatu), kemudian dipecah dua
oleh Allah SWT, yang satu bagian menjadi langit yang berjumlah tujuh lapis dan
yang satu lagi menjadi bumi yang berjumlah tujuh lapis pula. Setelah menjadikan
langit dan bumi yang masing-masing berjumlah tujuh lapis, lalu Allah SWT
bersemayam di Arsy untuk mengatur segala
urusan yang menyangkut langit dan bumi beserta segala isinya.
Hari kiamat
adalah saat Allah SWT mengembalikan kembali kondisi langit dan bumi menjadi
seperti semula, yaitu langit dan bumi dijadikan satu kembali seperti saat
awalnya terjadi. Coba anda bayangkan langit dan bumi yang masing-masing
berjumlah 7 lapis dikembalikan kembali menjadi satu hanya dalam waktu yang
sangat pendek, sebagaimana dalam surat Al Haqqah (69) ayat 13,14,15,16 berikut
ini: Maka apabila sangkala ditiup sekali tiup, dan diangkatlah bumi dan
gunung gunung lalu dibenturkan keduanya sekali benturan, maka pada hari itu
terjadilah hari kiamat, dan terbelahlah langit, karena pada hari itu langit
menjadi rapuh. (surat Al Haqqah (69) ayat 13, 14, 15, 16)”. Adanya
kondisi dapat dipastikan akan terjadi
kepanikan, ketakutan, serta goncangan yang sangat hebat di muka bumi ini saat
terjadinya kiamat.
Kondisi ini Allah SWT kemukakan di dalam surat Al Zalzalah (99) ayat 1-3
berikut ini: “Apabila bumi digoncangkan dengan goncangan (yang dahsyat), dan bumi
telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya, dan manusia bertanya:
“Mengapa bumi (menjadi begini)?”, (surat Al Zalzalah (99) ayat 1-3). Ayat ini menceritakan bagaimana proses disatukannya
kembali langit dan bumi, yaitu dengan digoncangkannya bumi dengan goncangan
yang sangat dahsyat sehingga segala isi perut bumi keluar termasuk keluarnya
manusia atau bangkitnya manusia dari dalam kuburnya masing-masing.
2. Kiamat Adalah Saat Allah Menjadi Penguasa Tunggal.
Adanya hari kiamat, ma-ka pada hari itu atau pada saat itu yang berlaku
hanyalah ketentuan Allah SWT semata sehingga tidak ada ketentuan-ketentuan lain
berlaku pada hari kiamat selain ketentuan Allah SWT. Adanya hal ini menunjukkan
hanya Allah SWT sajalah yang menjadi penguasa tunggal, penguasa tertinggi
sehingga selain daripada Allah SWT tidak akan mungkin mampu menunjukkan diri,
apalagi mau mengalahkan Allah SWT. Allah SWT berfirman: “Katakanlah: "Kepunyaan siapakah apa yang ada di langit dan di
bumi." Katakanlah: "Kepunyaan Allah." Dia telah menetapkan atas
Diri-Nya kasih sayang. Dia sungguh akan menghimpun kamu pada hari kiamat yang
tidak ada keraguan padanya. orang-orang yang meragukan dirinya mereka itu tidak
beriman. (surat
Al An'am (6) ayat 12)”.
Allah SWT pada hari kiamat akan menunjukkan kekuatan-Nya, kekuasaan-Nya,
kemahaan yang dimiliki-Nya dengan menggenggam bumi serta menggulung langit,
sebagaiman firmanNya berikut ini: “dan
mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya Padahal bumi
seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan
tangan kanan-Nya. Maha suci Tuhan dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka
persekutukan. (surat
Az Zumar (39) ayat 67)”. Adanya kondisi ini yang diperlihatkan oleh Allah
SWT, lalu adakah yang akan sanggup mengalahkannya, adakah yang sanggup
menandinginya, adakah yang sanggup menunda apa yang dilakukan Allah SWT.
Semua
manusia pada saat hari kiamat tidak akan mampu berbuat apapun, yang ada
hanyalah ketidakmampuan untuk mencegah terjadinya kiamat. Seluruh manusia,
termasuk diri kita,pada saat hari kiamat sangat tergantung dengan apa-apa yang
telah diperbuat semasa hidup di dunia termasuk di dalamnya 3(tiga) perkara yang
ditinggalkan yaitu sadhaqah jariah, ilmu yang bermanfaat serta doa anak yang
shaleh. Sekarang sudahkah kita memiliki bekal untuk menghadapi hari kiamat?
3. Kiamat Adalah Saat Manusia Bangkit Dari Kubur. Jika kita
ingin mengetahui dengan pasti berapa jumlah manusia yang telah diutus oleh Allah
SWT sebagai khalifah di muka bumi, saat hari kiamatlah ada jawabannya. Hal ini
berdasarkan surat Al Mu'minuun (23) ayat 16 berikut ini: “Kemudian,
Sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) di hari kiamat. (surat Al Mu'minuun (23) ayat 16) dan surat
Al Ankabuut (29) ayat 20 berikut ini:“Katakanlah:
"Berjalanlah di (muka) bumi, Maka perhatikanlah bagaimana Allah
menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian Allah menjadikannya sekali
lagi. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (surat Al Ankabuut (29) ayat 20)”.
Hari kiamat merupakan hari atau saat seluruh manusia dibangkitkan dari
dalam kubur mereka masing-masing, dengan mempersatukan seluruh ruh manusia yang
ada di alam barzakh dengan jasmani baru (maksudnya Allah SWT membuatkan kembali
jasmani manusia yang sudah hancur dengan yang baru kemudian disatukan kembali
dengan ruh ruh setiap manusia). Sehingga pada saat hari kiamat seluruh manusia
yang telah pernah diciptakan oleh Allah SWT akan dikembalikan ke muka bumi
tanpa terkecuali, termasuk diri kita.
Sebagai khalifah yang sedang menjalankan tugas di muka bumi, jangan
pernah berharap diri kita tidak akan dibangkitkan oleh Allah SWT pada hari kiamat.
Kita pasti akan dibangkitkan dari kubur dan dikumpulkan oleh Allah SWT di
padang Mahsyar, untuk mempertanggung jawabkan program kekhalifahan yang telah
kita laksanakan sewaktu hidup di muka bumi. Jika kita sadar bahwa kampung
halaman kita adalah syurga, maka belilah syurga itu saat ini dengan iman dan
amal shaleh. Akan tetapi jika kita memilih kampung halaman yang baru adalah neraka
tentu syaratnya mudah yaitu jangan pernah beriman dan jangan pernah berbuat
amal shaleh secara konsisten.
Saat terjadinya hari kiamat maka
berakhir pula program kekhalifahan di muka bumi. Adanya hari kiamat maka akan
ketahuanlah siapa-siapa saja yang berhak menempati syurga dan siapa-siapa saja
yang berhak menempati neraka. Selain daripada itu, hari kiamat yang telah dipersiapkan
oleh Allah SWT dengan matang, merupakan sarana bagi manusia dan juga sarana
bagi Allah SWT untuk:
a. Hari kiamat merupakan sarana bagi manusia untuk bertatap muka, bertemu langsung dengan Allah SWT tanpa hijab sama sekali di syurga kelak. Allah SWT berfirman: “Barangsiapa yang mengharap Pertemuan dengan Allah, Maka Sesungguhnya waktu (yang dijanjikan) Allah itu, pasti datang. dan Dialah yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui.(surat Al Ankabuut (29) ayat 5)”.
b. Hari kiamat juga berarti saat Allah SWT menunjukkan, memperlihatkan, mempertonton kan kemahaan dan kebesaran Allah SWT secara langsung kepada seluruh umat manusia. Allah SWT berfirman: “Allah-lah yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arasy, dan menundukkan matahari dan bulan. masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini Pertemuan (mu) dengan Tuhanmu. (surat Ar Ra'd (13) ayat 2)”.
c. Hari kiamat merupakan saat Allah SWT memberikan balasan yang sempurna dan seadil adilnya atas segala amal perbuatan manusia sewaktu menjalankan tugas di muka bumi. Allah SWT berfirman: “sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat itu. dan Kami akan memberi Balasan kepada orang-orang yang bersyukur.(surat Ali Imran (3) ayat 145)”.
d. Hari kiamat juga berarti saat bagi manusia menerima laporan atas unjuk
kerja selama bertugas menjadi khalifah di muka bumi dari Allah SWT. Allah SWT
berfirman: Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia
akan melihat (balasan)nya. dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar
dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya pula. (surat Al Zalzalah (99)
ayat 7-8)
Adanya
pemberian atau dibalasnya segala pahala ataupun pembebanan atas segala dosa dan
kesalahan kepada setiap manusia di waktu hari kiamat oleh Allah SWT. Kondisi
akan mempertegas posisi dan kedudukan masing-masing manusia baik yang akan
pulang ke syurga maupun yang akan pulang ke neraka. Maksudnya jika kita
menempati syurga di lapisan syurga yang manakah kita akan ditempatkan dan jika
kita menempati neraka di lapisan neraka yang manakah kita akan ditempatkan oleh
Allah SWT. Hal ini dimungkinkan sebab baik syurga maupun neraka memiliki
7(tujuh) tingkatan dengan 8 (delapan) buah nama yang kesemuanya berbeda-beda
fasilitasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar