Hidup yang Anda jalani saat ini adalah pancaran pikiran, keputusan dan pilihan Anda. Jika Anda rela menerima tantangan, berarti Anda telah merintis perubahan, kemajuan dan perkembangan. (Dr Ibrahim Elfiky).
Sekilas
ia tampak diam, padahal ia terus bergerak. Bergerak perlahan namun pasti menuju
ke titik nol. Tahulah kita, begitulah hakikat dari usia manusia. Dimana
kecepatannya konstan untuk menuju titik nol (kematian) yaitu 60 menit per jam. Waktu
adalah asset/kekayaan yang tidak dapat disimpan dalam kehidupan ini. Waktu
harus bisa kita manfaatkan sebaik baiknya sesuai dengan harapan pemberi waktu
atau pemberi kehidupan.
Hidup ini kamu yang menjalani, kamu adalah penulis kisah hidupmu. Jangan biarkan orang lain yang menentukannya.
Jika
ini kondisinya, terbayang oleh kita, betapa nikmatnya menjadi orang yang fokus
hidupnya adalah akhirat tanpa meninggalkan dunia. Seluruh waktunya terisi
ibadah. Diamnya menjadi dzikir, tenangnya menjadi pikir, ucapannya menjadi
nasihat, langkahnya menjadi jihad, tingkah lakunya jauh dari maksiat. Hatinya
tenang dalam kesederhanaan. Selalu bersyukur atas segala pemberian Tuhan. Tidak
tinggi hati kala dipuji, tak rendah diri kala dimaki. Tak ada yang lebih
merisaukan jiwanya kecuali Tuhan tak lagi mencintainya.
Diantara tanda-tanda kebahagiaan dan
keberuntungan seseorang hamba dalam hidup dan kehidupannya, adalah:
1. Setiap kali seorang hamba bertambah ilmunya, maka dia tambah tawadlu' dan kasih sayangnya
bertambah;
2. Manakala amalnya
bertambah, rasa takut dan waspadanya bertambah;
3. Ketika umurnya
bertambah, kerakusannya terhadap kehidupan dunia justru berkurang;
4. Setiap kali hartanya
bertambah, bertambah pula kedermawanan dan pengorbanannya;
5. Juga setiap kali
bertambah kedudukannya, bertambahlah kedekatannya dengan orang-orang dan
bantuannya kepada mereka.
Hidup
kita bisa berakhir kapanpun, dimanapun dan dalam kondisi apapun. Malaikat Izrail
datangnya secara tiba tiba dan ia tidak pernah gagal di dalam melaksanakan tugasnya.
Apakah ada jaminan esok hari kita masih hidup? Tidak ada. Maka mempersiapkan
kematian harus sesegera mungkin. Jangan sampai ketika sudah tiba ajal kita,
kita masih hidup berkubang dalam kelalaian dan kedurhakaan.
Sebagai
makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT yang memiliki ketetapan pasti mengalami mati
(dipisahkannya jasmani dengan ruhani) dan juga pasti akan dimintakan
pertanggung jawaban atas hidup yang dijalaninya kelak oleh Allah SWT.
Sebagaimana firman Allah SWT berikut ini: “Sesungguhnya hanya disisi Allah ilmu tentang
hari Kiamat dan Dia yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam
rahim. Dan tidak ada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang
akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi
mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
(surat Luqman (31) ayat 34)”.
Setiap sanusia, siapapun orangnya memiliki
dua buah ketetapan yaitu pasti
akan mengalami kematian (dipisahkannya jasmani dengan ruh) dan juga akan
mengalami saat dimintakan pertanggungjawaban atas hidup yang dijalaninya kelak
oleh Allah SWT. Sudahkah kita memahami dan mempersiapkannya!
Sekali
lagi kami ingatkan bahwa kematian yang dialami oleh setiap orang bukanlah akhir
dari perjalanan kehidupan seseorang di dunia ini, karena masih ada proses
kelanjutannya, seperti menunggu di alam barzakh, kiamat, berbangkit, dikumpulkan
di padang Mahsyar, berhisab untuk mempertanggung jawabkan segala apa yang
pernah dilakukannya, shirat dan lalu ke syurga atau neraka.
Panjangnya
proses lanjutan setelah proses kematian, menunjukkan bahwa kita sangat
membutuhkan bekal dalam mengarungi perjalanan panjang, yang mana harus sudah
dipersiapkan sewaktu hidup di dunia (bekal tidak bisa disiapkan setelah kematian).
Dan disinilah letak dari permainannya, mampukah kita mempersiapkan segala
kebutuhan yang kita butuhkan untuk menuju perjalanan panjang dalam kerangka
dari Allah SWT menuju kepada Allah SWT.
Banyak
di antara kita yang terlalaikan dengan kehidupan dunia, menghabiskan waktu
hanya untuk bersenang senang, seperti bermedia sosial ria tanpa kenal waktu
atau bermain game online atau traveling setiap minggu atau melakukan hobbi
untuk kesenangan duniawi semata. Banyak di antara kita yang merasa bahwa hidup
ini hanya satu kali sehingga harus dinikmati sepuas- puasnya, menghabiskan
waktu dengan hal hal yang tidak bermanfaat bagi kepentingan akhirat, mengejar
urusan dunia yang tidak kunjung usai mulai dari bangun tidur sampai mau tidur
lagi.Itulah realitas yang banyak terjadi saat ini dalam kehidupan manusia.
Dimana
kebanyakan manusia lebih mengutamakan kehidupan dunia dibandingkan dengan
kehidupan akhirat. Dimana kehidupan akhirat itu adalah lebih baik dan lebih
kekal sebagaimana surat Al A’la (87) ayat 16, 17 berikut ini: “tetapi
kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. sedang kehidupan akhirat
adalah lebih baik dan lebih kekal.
(surat Al A’la (87) ayat 16 dan 17)”. Kematian merupakan
peristiwa yang mutlak terjadi pada semua makhluk yang hidup. Tidak ada satupun
makhluk yang abadi. Karena kekal (baqa) hanya milik Allah.
Agar
kita memiliki komitmen untuk segera memperhatikan kehidupan akhirat, berikut
ini akan kami kemukakan beberapa pertanyaan yang dapat kita jadikan renungan di
saat kematian belum tiba pada diri kita, atau pada saat kita masih berada di
dalam antrian menuju ke kota “liang lahat”
atau menuju ke kota “balik papan”. Hal
ini penting kami kemukakan agar kelak pertanyaan ini bisa terjawab dengan
sangat baik saat di padang Mahsyar kelak. Coba kita renungkan hal hal berikut
ini:
1.
Berapa jumlah usiamu? Lalu bandingkan dengan
berapa jumlah karyamu.
2.
Berapa pasang pakaianmu? Lalu bandingkan dengan
seberapa besar rasa malumu.
3. Berapa tingkat pendidikanmu? Lalu bandingkan
dengan berapa ilmumu yang telah engkau ajarkan kepada sesama?
4.
Berapa jatah pulsamu? Lalu bandingkan dengan
berapa jatah sedekahmu.
5.
Berapa luas tanahmu? Lalu bandingkan dengan
berapa luas jiwamu.
6. Berapa jumlah kerabatmu? Lalu bandingkanlah
dengan berapa jumlah saudara seimanmu.
7.
Berapa ibadahmu? Lalu bandingkan dengan berapa
jumlah maksiatmu.
Hitunglah
secara teliti dan rinci lalu renungkan secara mendalam 7 (tujuh) hal yang kami
kemukakan di atas ini. Sanggupkah kita mempertanggungjawabkan ke tujuh hal yang
kami kemukakan di atas dihadapan Allah SWT kelak. Jika saat ini kita masih
hidup, berarti kesempatan untuk merubah hasil perhitungan masih terbuka lebar.
Sekarang
tinggal bagaimana kita mau atau tidak melaksanakan perubahan itu melalui konsep
hijrah untuk melakukan sebuah perubahan di sisa waktu yang kita miliki. Ingat,
hanya di sisa waktu yang kita miliki. Agar hidup yang kita jalani saat ini
tidak keluar dari konsep rencana besar kekhalifahan di muka bumi, berikut ini
akan kami kemukakan beberapa hal yang harus kita jadikan pembelajaran di sisa
hidup yang kita jalani saat ini, yaitu:
A.
ADANYA HAL-HAL YANG TIDAK MUNGKIN KEMBALI DALAM
HIDUP.
Dalam hidup ini, ada 5 (lima) buah ketetapan
yang apabila telah dilakukan, maka ia tidak akan kembali lagi, yaitu:
1. Batu, jika kita telah melemparnya;
2. Kata-kata, jika kita telah mengucapkannya;
3. Kesempatan, jika kita tidak mengambilnya;
4. Waktu, jika telah berlalu;
5. Pengalaman hidup dan kehidupan, jika kita
melalaikannya sehingga tidak menjadi pelajaran.
Dari ke lima hal yang kami kemukakan, ada satu
hal yang harus kita jaga dengan sebaiknya baiknya yaitu waktu. Waktu tidak pernah
sekalipun berjalan mundur ke belakang, namun ia selalu berjalan maju ke depan,
sehingga tidak ada satu pun yang bisa menghentikan atau memundurkannya. Segala
sesuatu yang telah terjadi tidak bisa diulang kembali. Oleh karena itu,
hargailah waktu hidup ini dengan selalu berhati hati dalam berucap dan
berperilaku.
Hidup hanya sekali, jangan sampai menyesali
segala ucapan dan perbuatan yang pernah kita lakukan. Jangan pernah pula
menyesali kebaikan kebaikan yang belum sempat diperbuat, sebagaimana hadits
berikut ini: “Ada dua nikmat dimana manusia banyak tertipu karenanya, yaitu
kesehatan dan kesempatan. (Hadits Riwayat Bukhari)”.
Hidup ini adalah kesempatan dan penyesalan. Dimana
kesempatan dan penyesalan adalah 2 (dua) hal yang tidak bisa dipisahkan.
Penyesalan selalu datang di akhir, dan biasanya kesempatan yang penting hanya
datang satu kali saja dalam hidup ini. Kita tidak akan dapat kesempatan yang
sama di lain waktu. Kita juga tidak akan bisa mengulangi kembali hidup ini. Dan
jika suatu saat kita meninggal nanti, kita tidak akan dapat meminta untuk dihidupkan
dan menjalani kehidupan kembali di dunia.
Dan
Biasanya
orang orang yang menyesal adalah orang orang yang semasa hidupnya tidak berbuat
baik, orang orang yang menyianyiakan hidupnya sehingga melupakan Allah, orang
orang yang selalu mengisi hidupnya dengan keburukan dan menyakiti orang lain.
Hidup ini merupakan kesempatan terbesar kita untuk melakukan hal hal yang hebat
dalam bentuk karya nyata sebagai bentuk dari ibadah ikhsan. “Hidup hanya
sekali, seharusnya hidup itu berarti, karena setelah itu lalu mati”, inilah sebuah
kiasan dari perjalanan hidup manusia. Isilah hidupmu dengan kehebatan, dengan
kebaikan, dengan warisan yang akan dikenang oleh banyak orang lewat karya nyata
bukan dengan angan angan semata.
Jangan sampai melewatkan kesempatan hidup.
Jangan biarkan hidup kita berlalu begitu saja. Jangan sampai kita menyesal
telah menjalani hidup tanpa ada yang bisa dibanggakan dihadapan Allah SWT
kelak. Ingat, setelah kematian bukan berarti hidup kita berakhir. Namun setelah
kematian inilah kita harus mempersiapkankan diri untuk mempertanggung jawabkan
atas apa apa yang kita perbuat saat hidup. Sebagaimana hadits berikut ini: “Orang
mukmin yang paling utama adalah orang yang paling baik akhlaknya. Orang mukmin
yang paling cerdas adalah orang yang paling banyak mengingat kematian dan
paling bagus persiapannya untuk menghadapi kematian. Mereka semua adalah oran
orang cerdas. (Hadits Riwayat Ath Thirmidzi)”.
Banyak orang yang merasa akan hidup lama sehingga
merasa akan berusia panjang, namun pada kenyataannya tidak ada satupun manusia
yang dapat menebak usia seseorang.Kita tidak akan pernah tahu sampai kapan kita
hidup di dunia ini dan juga kita tidak tahu berapa sisa dari kehidupan ini.Usia
adalah rahasia yang hanya diketahui oleh Allah SWT untuk jadikalah setiap hari
adalah waktu waktu yang sangat berharga.
Orang sehat belum tentu diberi usia panjang.Orang muda belum tentu hidup hingga tua. Orang baik belum tentu panjang usia.Lalu bagaimana dengan orang jahat!
Jangan sampai kita merasa tubuh ini akan sehat
selamanya, lalu menganggap akan hidup lama di dunia, karena meninggal tidak
perlu sakit terlebih dahulu. Jangan merasa kita masih muda, lalu menganggap
usia masih panjang, karena meninggal tidak perlu menjadi tua atau menjadi
kaya atau memiliki pangkat dan jabatan terlebih
dahulu. Jadilah orang yang pintar lagi cerdas mengisi hidup dengan berbuat
kebaikan (amal shaleh) yang dilandasi iman dan niat yang ikhlas.
Rasulullah SAW bersabda:“Ada tiga perkara yang
mengikuti mayit sesudah wafatnya yaitu keluarganya, hartanya dan amalnya. Yang
kedua kembali dan yang satu tinggal bersamanya. Yang pulang kembali adalah
keluarga dan hartanya, sedangkan yang tinggal bersamanya adalah amalnya.
(Hadits Riwayat Bukhari Muslim)”. Hadits ini dengan tegas mengatakan hanya kebaikan atau hanya amal
shaleh lah yang akan menemani kita kelak, bukan yang lainnya.
Percuma diri kita berusia panjang, tetapi hidup
tidak ada makna dan manfaatnya bagi diri dan orang lain. Percuma pula memiliki
usia panjang jika tidak diisi dengan kebaikan dan amal shaleh. Untuk itu,
lakukanlah hal hal sebagai berikut:
1. Berdoalah sesegera mungkin karena mungkin besok
kita tidak punya waktu lagi untuk berdoa.
2. Bersujudlah sekarang juga karena mungkin nanti
malam kita tidak diberi ke-sempatan untuk bersujud.
3. Berbuat baiklah saat ini juga karena mungkin
saat kita melangkah dari pintu rumah kita tidak bisa berbuat baik lagi.
4. Berbuat baiklah setiap hari, karena kita tidak
akan pernah tahu kapan kita akan meninggalkan dunia ini.
5. Berkata baiklah setiap saat, karena kita kita
tidak akan pernah tahu apa isi per-kataanmu yang terakhir.
Banyak manusia yang tidak menyadari jika hidup
ini bukan hanya kesempatan untuk meninggalkan jejak jejak kebaikan bagi
generasi yang datang kemudian hari. Akan tetapi hidup ini juga adalah
pelajaran. Hal ini dikarenakan saat diri kita mengarungi hidup ini, kita akan
menemukan, melihat, mengalami, merasakan hal hal yang memberikan kita makna dan
pengalaman sehingga belajar dari pengalama akan menjadi guru yang terbaik bagi
kehidupan. Adanya pelajaran ini seharusnya mampu menghantarkan diri kita
menjadi orang yang lebih baik dari waktu ke waktu, bukan sebaliknya.
Setiap orang memiliki takdir dan tujuan hidup
yang berbeda beda. Tidak ada satu orang pun di dunia ini memiliki kehidupan
yang sama persis. Walaupun seandainya mereka menjalani kehidupan yang sama,
namun cara pandang setiap manusia terhadap dunia tidak ada yang sama.
Cara pandang inilah yang merupakan pembelajaran
di dalam memaknai hidup ini. Untuk itu, setiap hal yang terjadi pada diri kita,
setiap yang terjadi di sekitar kita adalah pelajaran yang harus kita ambil
hikmahnya. Keberhasilan, kegagalan, kebahagiaan, kesedihan, kebaikan,
keburukan, semuanya adalah pelajaran yang hendak diberikan Allah SWT kepada
diri kita agar kita dapat menjadi manusia yang lebih baik dan lebih baik lagi
lalu dibanggakan oleh Allah SWT kelak.
Mulai sekarang kita harus selalu meningkatkan
kepekaan terhadap lingkungan. Belajarlah membaca tanda tanda yang diberikan
oleh Allah SWT yang kesemuanya adalah demi kebaikan dan kebahagiaan kita. Setiap
hal yang muncul dihadapan mata kita, pelajarilah. Mungkin di antara hal hal
yang kecil yang kita lihat dan amati, ada tanda tanda dari kebesaran dan
kemahaan Allah SWT dimana kita harus memuji dan mensyukuri nikmatNya.
Ingat, dibalik segala kebahagiaan dan
kesedihan, pasti ada pelajaran yang bisa kita petik. Kebahagiaan dapat mengajari kita
bagaimana untuk bersyukur, sementara masalah dan kesedihan dapat mengajari kita
untuk menjadi orang yang lebih kuat imannya. Begitu indahnya hidup
kalau kita tahu dan mengerti serta paham mengisinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar