Uraian tentang iblis lebih takut kepada orang yang berilmu dibanding dengan ahli ibadah sebagaimana dikemukakan dalam laman “kisahmuslim.com” berikut ini: Diriwayatkan bahwa seseorang ahli ibadah dari kalangan Bani Israil beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala di biaranya yang terletak di atas gunung. Pada suatu hari sebagaimana bisa dia keluar dari tempat ibadahnya untuk berkeliling merenungkan kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta’ala di sekitar tempat ibadahnya.
Di sela-sela dia berkeliling ini, dia melihat di
jalan sesosok manusia yang menebarkan bau tidak sedap darinya. Ahli ibadah itu
berpaling menuju ke tempat lain, sehingga dia terlindungi dari tercium bau ini.
Ketika itu setan menampakkan diri dalam bentuk seorang laki-laki shalih yang
memberi nasihat. Setan berkata kepadanya, “Sungguh amal-amal kebaikanmu telah
menguap (sirna), dan persediaan amal kebaikanmu tidak dihitung di sisi
Allah Subhanahu wa Ta’ala.” Lantas si ahli ibadah persediaan amal
kebaikanmu tidak dihitung di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.” Lantas si
ahli ibadah bertanya, “Mengapa?” Dia menjawab, “Karena engkau enggan mencium
bau anak cucu Adam semisal kamu.”
Ketika
wajah si ahli ibadah terlihat sedih, setan pun pura-pura merasa kasihan dan
memberinya nasihat, “Jika engkau ingin agar Allah Subhanahu wa
Ta’ala mengampuni kesalahanmu, saya akan memberi nasihat kepadamu agar
engkau mencari tikus gunung, lalu engkau gantungkan tikus itu di lehermu seraya
beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala sepanjang hidupmu. Si ahli
ibadah yang bodoh ini pun melaksanakan nasihat setan yang sengaja mencari kesempatan
ini. Selanjutnya, si ahli ibadah memburu tikus gunung. Dia pun terus-menerus
beribadah dengan membawa najis dari enam puluh tahun sampai dia meninggal dunia
(semua ibadahnya pun tidak sah). terdapat riwayat bahwa Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda mengomentari kisah tersebut, “Suatu masalah
ilmiah –atau majelis ilmu- lebih baik daripada beribadah enam puluh tahun.”
Diriwayatkan
dari Syaikh Abdul Qadir al-Jailani rahimahullah bahwa pada suatu hari
beliau sedang berjalan di tempat lapang, tiba-tiba muncul cahaya terang di
ufuk, kemudian dia mendengar suara memanggil, “Wahai Abdul Qadir saya adalah
Rabbmu. Sungguh, telah aku halalkan untukmu semua hal-hal yang haram.” Lantas
Abdul Qadir berkata, “Enyahlah kau, wahai makhuk terkutuk!” Seketika itu, cahaya
tersebut berubah menjadi gelap. Tiba-tiba muncul suara mengatakan, “Wahai Abdul
Qadir! Sungguh, engkau telah selamat dariku lantaran pengetahuanmu tentang
Rabbmu dan ilmu fikihmu. Sesungguhnya aku telah menyesatkan tujuh puluh orang
dari kalangan ahli ibadah senior dengan cara seperti ini. Seandainya tidak
karena ilmu, pastilah aku dapat menyesatkanmu seperti mereka.”
Diriwayatkan
bahwa Nabi Isa ‘alaihissalam pada suatu hari berdiam di atas gunung.
Lantas Iblis mendatanginya dan berkata kepadanya, “Bukanka engkau mengatakan
bahwa manusia yang telah dikehendaki mati oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala,
pastilah dia mati?” Nabi Isa ‘alaihissalam menjawab,
“Iya.” Iblis bertanya lagi, “Kalau tidak?” Dia menjawab, “Tidak akan
mati.” Ketika itu Iblis –laknat Allah atasnya- berkata kepada Nabi
Isa ‘alaihissalam, “Kalau demikian, lemparkanlah dirimu dari atas gunung.
Apabila Allah Subhanahu wa Ta’ala menghendaki engkau mati, amak
engkau akan mati. Dan jika Dia tidak menghendaki, maka engkau tidaka kan mati.”
Lantas Nabi Isa berkata kepadanya, “Enyahlah kau, wahai makhluk terkutuk!
Sesungguhnya Allah-lah yang menguji hamba-Nya. Sedangkan hamba-Nya tidak berhak
menguji-Nya.”
Diriwayatkan
bahwa Imam Syafi’i pada suatu hari sedang duduk di majelis
pengajiannya. Tiba-tiba Iblis –laknat Allah untuknya- ikut duduk di antara
murid-murid Imam Syafi’i dalam rupa seorang laki-laki seperti mereka, kemudian
dia mengajukan pertanyaan sebagai berikut, “Bagaimana pendapatmu mengenai Dzat
yang menciptakanku sesuai kehendak-Nya dan Dia menjadikanku sebagai hamba
sesuai kehendak-Nya. Setelah itu, jika Dia berkehendak, Dia memasukanku ke
dalam surga. Jika Dia berkehendak, Dia memasukanku ke dalam neraka. Apakah Dia
berbuat adil atau berbuat zhalim dalam hal tersebut?” Berkat cahaya dari Allah Subhanahu
wa Ta’ala, Imam Syafi’i dapat mengenali Iblis, lantas beliau menjawabnya dengan
mengatakan, “Hai kamu! Jika Dia menciptakanmu sesuai apa yang engkau kehendaki,
maka Dia berbuat zhalim kepadamu. Jika Dia menciptakanmu sesuai apa yang Dia
kehendaki, amak Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak ditanya tentang apa
yang dikerjakan-Nya.”
Diriwayatkan
bahwa seorang laki-laki dari kalangan Bani Israil berpuasa selama tujuh puluh
tahun. Setiap tahunnya hanya tujuh hari dia tidak berpuasa. Lantas dia memohon kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala agar diperlihatkan bagaimana setan menggoda
manusia. Ketika sampai waktu yang cukup lama dia masih saja tidak melihat hal
tersebut, maka dia berkata, “Seandainya saya meneliti kesalahan-kesalahanku dan
dosa-dosaku kepada Rabbku niscaya lebih baik dari apa yang saya mohon ini.”
Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutus malaikat kepadanya, lalu
malaikat berkata, “Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutusku.
Dia berkata kepadamu, ‘Sesungguhnya perkataan yang baru saja engkau ucapkan
lebih Kucintai dari pada ibadahmu yang telah lalu. Sungguh,
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah membuka tabir matamu, maka
lihatlah!’.” Lalu dia pun dapat melihat. Ternyata bala tentara Iblis
mengelilingi bumi. Dengan demikian, tidak ada seorang pun melainkan dikerubuti
setan sebagaimana lalat mengerubuti bangkai. Lantas dia berkata, “Wahai Rabbku!
Siapakah yang dapat selamat dari hal ini?” Rabb menjawab, “Orang yang mempunyai
wara dan lemah lembut.”
Dikatakan
bahwa di pagi hari Iblis mengumumkan kepada bala tentaranya di bumi. Ia
berkata, “Barangsiapa menyesastkan seorang muslim, maka saya akan memakaikan
mahkota kepadanya.” Lalu salah satu dari bala tentara setan berkata kepadanya,
“Saya terus-menerus menggoda si fulan sehingga dia menceraikan istrinya.” Iblis
berkata, “Ia hampir menikah.” Bala tentara lain lapor, “Saya terus-menerus
menggoda si fulan sehingga dia durhaka kepada orang tuanya.” Iblis berkata,
“Dia hampir berbakti kepada kedua orang tuanya.” Bala tentara lain lagi
berkata, “Saya terus menerus menggoda si fulan sehingga dia berbuat zina.”
Iblis berkata, “Bagus kamu.” Bala tentara lain lagi berkata, “Saya terus
menerus menggoda si fulan sehingga dia minum arak.” Iblis berkata, “Bagus
kamu.” Bala tentara lain lagi berkata, “Saya terus-menerus menggoda si fulan
sehingga dia membunuh.” Iblis menjawab, “Bagus, kamu”
Dikatakan
bahwa setan berkata kepada seorang perempuan, “Kamu adalah separuh dari bala
tentaraku. Kamu adalah anak panah yang saya lemparkan yang tidak akan pernah
meleset. Kamu adalah tempat rahasiaku. Kamu adalah utusanku untuk memenuhi
kebutuhanku.”
Al-Hasan
menceritakan bahwa ada sebuah pohon yang disembah selain Allah Subhanahu
wa Ta’ala, lalu seorang laki-laki mendatangi pohon tersebut seraya berkata,
“Sungguh, saya akan menebang pohon ini.” Dia datang untuk meneabgn pohon ini
dengna penuh amarah murni karena Allah Subhanahu wa Ta’ala. Lantas Iblis
menemuinya dalam bentuk manusia, lalu dia berkata, “Apa yang engkau inginkan?”
Lelaki tersebut menjawab, “Saya ingin menebang pohon yang disembah selain
Allah Subhanahu wa Ta’ala.” Iblis berkata, “Jika engkau tidak menyembah
pohon ini, maka apakah orang yang menyembahnya mengganggumu?” Dia menjawab,
“Sungguh, saya akan menebangnya.” Lalu setan berkata kepadanya, “Apakah kamu
mau sesuatu yang lebih baik buatmu, yaitu kamu tidak menebangnya dan setiap
hari kamu mau sesuatu yang lebih baik buatmu, yaitu kamu tidak meneabngnya dan
setiap hari kamu mendapati dua dinar di bantalmu di pagi hari.” Dia bertanya,
“Dari siapa dua dinar tersebut?” Setan menjawab, “Dariku untukmu.”
Selanjutnya
dia pulang. Dia pun menemukan dua dinar di bantalnya. Setelah itu, keesokan
harinya dia tidak menemukan apa-apa di bantalnya, lalu dia bangkit dengan penuh
emosi hendak menebang pohon. Lantas setan menjelma dalam bentuk manusia
berkata, “Apa yang engkau inginkan?” Dia menjawab, “Saya ingin menebang pohon
yang disembah selain Allah Subhanahu wa Ta’ala.” Setan berkata, “Kamu
bohong. Kamu tidak mempunyai kemampuan untuk melakukannya.” Dia masih tetap
pergi untuk menebang pohon, lalu setan membantingnya ke tanah dan mencekiknya
sampai hampir mati. Lalu setan dengan penuh emosi murni karena
Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka saya tidak mempunyai kemampuan untuk
mengalahkanmu, maka saya menipu kamu dengan dua dinar, lalu aku tidak
memberikan lagi. Ketika engkau datang dengan penuh emosi karean dua dinar, maka
saya dapat menguasai kamu.”
Diceritakan
bahwa Iblis –laknat Allah atasnya- pernah muncul di hadapan Fir’aun dalam
bentuk seorang laki-laki ketika Fir’aun sedang di kamar mandi. Namun, Fir’aun
tidak mengenalinya. Lantas Iblis berkata kepadanya, “Celaka kamu! Kamu tidak
mengenaliku? Padahal engkaulah yang menciptakanku? Bukankah engkau adalah orang
yang berkata, ‘Saya adalah Rabb kalian yang Maha Luhur?”
Iblis
pernah muncul di hadapan Nabi Sulaiman ‘alaihissalam. Lalu Nabi Sulaiman
berkata kepadanya, “Perbuatan apakah yang paling kamu sukai dan paling dibenci
oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, pastilah saya tidak akan menyampaikan
kepadamu bahwa saya tidak tahu apa ada sesuatu yang lebih saya sukai dari pada
homoseks antara laki-laki dengan laki-laki lain dan lesbian antara perempuan
dengan perempuan lain.’
Ada
seseorang yang melaknat Iblis setiap hari seribu kali. Pada suatu hari ketika
dia sedang tidur, dia didatangi seseorang yang membangunkannya. Dia berkata
kepadanya, “Bangunlah, dinding ini akan roboh menimpamu.” Lalu orang tersebut
berkata kepadanya, “Siapakah Anda? Kenapa Anda merasa kasihan kepada saya
seperti ini?” Ia menjawab, “Saya adalah Iblis.” Dia berkata kepada Iblis,
“Bagaimana bisa seperti ini padahal saya melaknatmu setiap hari seribu kali?”
Iblis berkata, “Hal ini lantaran saya tahu kedudukan orang-orang yang mati
syahid. Makanya, saya khawatir kamu termasuk di antara mereka sehingga engkau
memperoleh kedudukan seperti mereka.”
Catatan:
orang yang terkena reruntuhan dinding atau mati tergencet di bawah bangunan,
maka dia dianggap mati syahid berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam, “Orang-orang yang mati syahid ada lima, yaitu orang-orang yang terkena
penyakit pes, orang yang sakit perut, orang yang tenggelam, orang yang tertimpa
reruntuhan, dan orang yang mati syahid di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala.”
(Hadits Riwayat Muslim)