1. Lihatlah apa pun yang
bisa engkau lihat. Rasakanlah apa pun yang bisa kau rasakan. Lalu tanyakan
siapa yang mencipta segalanya?
Setiap sesuatu memiliki kelebihan, karena tak satupun ciptaan Allah yang
sia-sia
Ya Allah… Jadikanlah aku sebagai orang yang mampu menarik hikmah dalam
setiap ciptaan-Mu.
2.
Nak, kesini mendekatlah!
Nak…. Ketika aku sudah tua, aku bukan lagi aku yang semula.
Mengertilah, bersabarlah sedikit terhadap aku.
Ketika aku lupa bagaimana mengikat sepatu, ingatlah bagaimana dahulu aku
mengajarmu.
Ketika aku harus mengulang kata tentang sesuatu yang telah bosan kau
dengar, bersabarlah mendengarnya, jangan memutus pembicaraanku. Bukankah ketika
kau kecil, ibu selalu harus mengulang cerita yang telah beribu-ribu kali
kuceritakan agar kau tidur.
Ketika aku memerlukanmu untuk memandikanku, jangan marah padaku.
Ingatlah sewaktu kecil aku harus memakai segala cara untuk membujukmu mandi.
Ketika aku tak paham sedikitpun tentang teknologi dan hal-hal baru,
jangan mengejekku. Pikirkan bagaimana dahulu aku begitu sabra menjawab setiap
pertanyaan “mengapa” darimu.
Ketika aku tak dapat berjalan, ulurkan tangamu yang masih kuat untuk
memapahku, seperti aku memapahmu saat kau belajar berjalan waktu masih kecil.
Ketika aku harus terlupa dengan pembicaraan kita, berilah aku waktu
untuk mengingat. Sebenarnya bagiku, apa yang dibicarakan tidaklah penting,
asalkan kau disampingku dan mendengarku, aku sudah puas.
Ketika kau memandang, aku yang mulai menua, janganlah berduka.
Mengertilah aku, dukung aku, seperti aku menghadapimu ketika kamu mulai
berjalan menjalani kehidupan.
Waktu itu aku memberi petunjuk bagaimana menjalani kehidupan in,
sekarang temani aku menjalani sisa hidupku.
3. Jika Allah menahanmu
untuk mendapatkan sesuatu, itu bukanlah karena Dia bakhil, khawatir kehilangan
perbendaharaan-Nya, atau menyembunyikan hakmu.
Akan tetapi karena Dia ingin engkau kembali kepada-Nya, Dia ingin
memuliakanmu dengan tunduk pasrah kepada-Nya, menjadikanmu kaya dengan faqir
kepada-Nya, memaksamu untuk bersimpuh di hadapan-Nya, menjadikanmu dapat
nerasakan manisnya ketundukan dan kefakiran kepada-Nya setelah merasakan
pahitnya terhalang dari sesuatu.
Bila sampai sekarang engkau rasakan bebanmu semakin berat, itu bukan
karena Dia menyiksamu dan menginginkan kehancuranmu.
Akan tetapi Dia bermaksud memakaikan perhiasaan ubudiyyah kepadamu,
menempatkanmu di kedudukan yang tertinggi.
Bila Allah baru saja mencopot kedudukanmu, itu bukan karena Dia
membencimu.
Tetapi agar engkau bisa menyaksikan hidayah-Nya dalam qudrah-Nya, rahmat
dalam keperkasaan-Nya dan kelembutan dalam paksaan-Nya.
4. Jangan buang percuma
seluruh daya kekuatan yang dianugerahkan Allah SWT pada Anda. Jangan biarkan
kemalasan menghambat keberhasilan Anda. Lepaskan diri Anda dari rasa takut
gagal.
Yang memisahkan perahu dengan pantai harapan adalah terjangan topan
badai, hempasan gelombang dan hadangan batu karang. Namun kesejatian perahu
adalah berlayar mengarungi samudera menembus segala rintangan. Hakekat diri
Anda adalah berkarya untuk menentukan kebahagiaan.
5.
Tidak memberinya
Allah adalah pemberian. Pencopotan dari-Nya adalah penguasaan. Hukuman dari-Nya
adalah pengajaran. Ujian dari-Nya adalah pemberian dan kecintaan. Dikuasakannya
musuh-musuhmu atas dirimu adalah yang akan menggiringmu kepada-Nya.
6. Masa yang dilalui di
dunia ini sangat singkat. Kekayaan yang dikandung pun terlalu murah untuk
dihargai. Bila di dunia musibah menimpa, tunggulah balasannya di akhirat. Bila
di dunia ini kau lelah menjalani ketaatan, tunggulah kebahagiaan abadi di
akhirat. Itulah janji Tuhanmu!
7. Ya Allah, jangan kau biarkan
aku sendiri. Bila selama ini aku menunda nikahku, semoga keputusanku itu adalah
yang terbaik dari-Mu, bukan hanya karena alasan duniawi semata.
Ya Allah, Engkau Yang Maha Tahu, kapan saat yang terbaik untuk hamba-Mu
ini menjalani biduk rumah tangga.
8. Allah tidak pernah
menjanjikan selamanya langit cerah membiru. Allah juga tidak berjanji sepanjang
jalan hidupmu bertabur bunga. Tetapi Dia menjanjikan kekuatan dan
pertolongan-Nya.
Jangan sekali-kali memimpikan hidup enak tanpa ujian dari Allah karena
bagaimana pun ujian itu sendiri merupakan konsekuensi logis dari keberimanan
kita.
Sejauh kita yakin bahwa ujian merupakan jalan bagi diangkatnya derajat
keimanan kita, insya Allah, apa pun yang menimpa kita akan menjadi lading
nikmat. Kesengsaraan sebelum kebahagiaan seperti lapar sebelum kenyang,
momentnya tepat dan rasanya nikmat. Di penghujung segala ujian, pertolongan-Nya
pasti menjelma.
9.
Rasulullah SAW bersabda,
Allah berfirman:”Wahai hamba-hamba-Ku, setiap kalian itu sesat kecuali yang Aku tunjuki
hidayah, maka memintalah petunjuk kepadaKu, niscaya Aku beri kalian petunjuk;
Wahai hamba-hamba-Ku, setiap kalian itu lapar kecuali yang Aku beri makan, maka
memintalah makan kepada-Ku, niscaya Aku beri makan kalian; Wahai hamba-hamba-Ku,
setiap kalian itu telanjang, kecuali yang Aku beri pakaian, maka memintalah
pakaian kepada-Ku, niscaya Aku beri kalian pakaian; Wahai hamba-hamba-Ku,
setiap kalian bersalah siang dan malam, sementara Aku mengampuni segala dosa,
maka meminta ampunlah kalian kepada-Ku, niscaya Aku ampuni kalian; Wahai hamba-hamba-Ku,
sesungguhnya kalian tidak akan mampu menggapai kemudharatan-Ku sehingga kalian
membahayakan-Ku, dan kalian juga tidak akan mampu menggapai kemanfaatan-Ku
sehingga memberi manfaat kepada-Ku. Wahai hamba-hamba-Ku, kalaulah seluruh
generasi awal dan generasi akhir kalian, serta seluruh bangsa manusia dan
bangsa jin kalian adalah seperti hati orang yang paling bertaqwa di antara
kalian, maka itu tidak akan memberikan tambahan apapun terhadap kekuasaan-Ku;
Wahai hamba-hamba-Ku, kalaulah seluruh generasi awal dan generasi akhir kalian,
serta seluruh bangsa manusia dan bangsa jin kalian adalah seperti hati orang
yang paling nista di antara kalian, maka itupun tidak akan membuat kekuasaan-Ku
berkurang; Wahai hamba- hamba-Ku, kalaulah seluruh generasi awal dan generasi
akhir kalian, serta seluruh bangsa
manusia dan bangsa jin kalian berdiri dalam sebuah bukit, kemudian kalian semua
mengajukan permintaan kepada-Ku, lalu Aku beri setiap orang apa yang ia minta,
maka apa yang ada di sisiKu tidak akan berkurang sedikitpun kecuali sebagaimana
sebatang jarum mengurangi air samudra ketika dicelupkan ke dalamnya.” (Hadits
Riwayat Muslim; Ath Thurmidzi, dan Ibnu Majah).”
10.
Selamat tinggal
derita! Jiwaku tak sudi menaggungmu, hatiku tak rela menyentuhmu dan takkan
kusediakan ruang sedikitpun dalam setiap rangkaian hari-hariku untukmu.
Pergilah dan jangan pernah kembali lagi. Enyahlah dan jangan lagi menghampiri.
Kami diciptakan bukan untuk berduka, kami ada tidak untuk bersedih, dan kami
dijadikan bukan untuk bergundah gulana.
Selamat tinggal derita! Kau adalah beban berat yang tak sudi aku pikul,
Kau akan aku lemparkan di atas pundak orang-orang yang tidak beriman kepada
Allah dan hari akhir. Biarlah mereka yang akan merasakan pedihmu di dunia
sebelum merasakan kepadihan sejadi pada hari pembalasan.
Selamat tinggal derita! Pekikan kata yang terlontar dari hati orang yang
beriman, jiawa yang berserah diri kepada Allah, dan wajah yang telah kusam oleh
terpaan derita di masa lalu. Saatnya
untuk menyatakan, “Pergilah Engkau selama-lamanya, karena aku bukan tempatmu
dan engkau juga bukan bagian dariku”.
11. Kerugian sejati
bukanlah tentang berapa uang kita yang hilang. Bangkrut juga bukan tentang
bisnis yang tumbang. Kerugian dan kebangkrutan adalah tentang gagalnya diri
untuk menjadi manusia yang lebih baik dari hari kemarin. Jadilah manusia yang
lebih baik dari hari ke hari. Jadilah manusia yang beruntung.
12.
Silahkan terus
bermaksiat kepada Allah, tapi jangan memakan rezeki-Nya.
Silahkan terus bermaksiat kepada Allah, tapi jangan tinggal di bumi-Nya.
Silahkan terus bermaksiat kepada Allah, tapi carilah tempat yang
tersembunyi dari pengawasan-Nya.
Silahkan terus bermaksiat kepada Allah, tapi ketika nyawamu akan
dicabut-Nya mintalah agar Dia mengundurkan kematianmu.
Silahkan terus bermaksiat kepada Allah, tapi ketika hari kiamat nanti
Malaikat Zabaniyah datang hendak menggiringmu ke neraka, maka jangan engkau mau
ikut bersamanya. Bisakah engkau mengiyakan semua perintah itu?
13. Alangkah beruntungnya orang yang mampu menjaring ayat indah Allah dari keruwetan hidup di dunia ini.
Bahagianya orang yang dianugerahi Allah kesabaran dan kearifan dalam hati
hingga dapat menikmati kejadian dalam perjalanan hidupnya seruwet apa pun itu.
Bila kau belum memiliki segalanya, bersyukurlah! Karena engkau masih
pantas berharap.
Bila engkau tidak tahu sesuatu, bersyukurlah! Karena Allah masih
memberimu kesempatan untuk belajar.
Bila engkau berada pada masa-masa sulit. Bersyukurlah! Karena Allah
sedang membuatmu tumbuh.
Bila semuanya serba terbatas. Bersyukurlah! Karena Allah sedang
memberimu kesempatan untuk berkembang.
Bila kau menyadari keselahanmu. Bersyukurlah! Karena Allah sedang
memberimu kesempatan untuk bertobat.
Wajar saja kita bersyukur dari hari yang menyenangkan. Tetapi belajarlah
bersyukur dari hal yang tidak menyenangkan.
(Renungan diri di atas kami ambil dari Buku “Agar Allah Selalu Memberi Jalan Keluar (Ketika Persoalan Hidup terasa menghimpit)” karya “Abu Firly Bassam Taqiy” penerbit Hikam Pustaka, Jogjakarta, 2009).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar