Allah
SWT selaku pencipta telah mengemukan tentang nyamuk dalam surat Al-Baqarah (2)
ayat 26 berikut ini: “Sesungguhnya Allah tidak segan membuat
perumpamaan seekor nyamuk atau yang lebih kecil dari itu". Ayat
ini menjelaskan bahwa Allah SWT menggunakan nyamuk sebagai perumpamaan untuk
membedakan orang beriman dan orang kafir. Perumpamaan ini memiliki
beberapa makna, di antaranya:
1. Nyamuk adalah hewan unik yang tidak
bertulang, tetapi mampu hidup dengan baik.
2. Nyamuk adalah permisalan kuasa Allah yang luar
biasa dan mukjizat penciptaan yang tak terbatas.
3.
Nyamuk juga menjadi permisalan kehancuran manusia-manusia sombong, dan pelajaran bagi manusia setelahnya.
Penyebutan
hewan-hewan kecil dalam kalamullah menunjukkan kebenaran, penjelasan, serta
membantah pandangan yang keliru tentang kebesaran Allah.
Perumpamaan
nyamuk dapat ditangkap secara berbeda oleh orang-orang beriman dan orang-orang
kafir. Orang-orang beriman akan mendasarkan pemikiran mereka dengan iman,
tauhid, standar kebenaran Tuhan, akhlak dan etika, dan nilai
ibadah. Sementara itu, orang-orang kafir akan mendasarkan pemikiran mereka
pada akal fikiran dan nafsunya.
1.
Nyamuk bisa menjadi sumber pelajaran bagi
manusia, di antaranya untuk menjaga kebersihan lingkungan
2. Penciptaan nyamuk mendorong manusia untuk
menjaga kebersihan lingkungan. Seperti mengembangkan riset ilmiah.
3. Nyamuk bisa menjadi inspirasi untuk
mengembangkan riset ilmiah dan memajukan ilmu pengetahuan. Seperti menghargai
kehidupan.
4. Setiap ciptaan Allah memiliki tujuan dan
manfaatnya masing-masing, termasuk nyamuk. Seperti cerdik dalam mengambil
kesempatan.
5. Nyamuk bisa menjadi contoh untuk mengambil
kesempatan yang baik dan positif. Seperti menghargai profesi dokter
6. Nyamuk bisa menginspirasi pentingnya profesi
dokter di bidang penyakit akibat gigitan nyamuk. Seperti menghargai obat
anti nyamuk.
7. Nyamuk bisa menginspirasi aneka ragam produk
obat anti nyamuk. Seperti menantang ilmuwan
8. Nyamuk bisa menantang para ilmuwan untuk
menemukan jawaban secara ilmiah tentang kemampuan menyuntik nyamuk, ketajaman
penciuman, dan bagaimana virus ditularkan nyamuk kepada manusia. Seperti menunjukkan
sifat aversive learning
9.
Nyamuk bisa belajar dari pengalaman, seperti
menghindari host yang defensif.
Selanjutnya
Allah SWT juga mengemukakan tentang laba-laba sebagaimana firman-Nya berikut
ini: “Orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah diumpamakan
dengan laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah
adalah rumah laba-laba seandainya mereka mengetahui,” (QS Al-‘Ankabut [49]:
41).
Ayat
di atas menggambarkan bahwa orang-orang yang menjadikan selain Allah sebagai
pelindung tak ubahnya seperti laba-laba yang membuat sarangnya. Dan sebagaimana
diketahui, sarang laba-laba merupakan rumah yang paling lemah. Para ulama
tafsir menjelaskan, hal itu karena sarang laba-laba tak mampu menjadi
pelingdung dari cuaca panas, tidak mampu menjadi pelindung dari hujan, tak
mampu menjadi pelindung dari terpaan angin, juga tak bisa menjadi pelindung
dari rasa dingin. Terbuktilah bahwa sarang laba-laba menjadi rumah paling rapuh.
Pada saat yang sama, terbukti pula mukjizat ilmiah yang diungkap dalam ayat di
atas.
Para
ilmuwan mengatakan, umumnya yang membuat sarang adalah laba-laba betina. Ia
bertingkah di depan sarangnya agar sang jantan terpincut dan mendekatinya.
Setelah laba-laba jantan berada di sarang dan mengawini laba-laba betina,
laba-laba betina itu akan menangkap dan memangsanya. Bahkan, ia akan memangsa
anak-anaknya jika mereka tidak sempat kabur. Lengkaplah kelemahan laba-laba
jantan, kelemahan anak-anaknya, dan kelemahan sarang laba-laba betina dari
fungsi nya. Ada pula yang mengatakan laki-laki yang membiarkan sang
istri menguasai dirinya, tunduk kepada keinginan istrinya, patuh atas apa pun
yang diperintahkan istrinya, bahkan berani melakukan sesuatu yang tidak
diridhai Allah demi permintaan istrinya tak ubahnya dengan laba-laba. Bahkan,
lebih sesat dari laba-laba.
Keadaan
kaum Muslimin yang lemah sekarang ini, aqidahnya rapuh dan mudah bersandar
kepada selain Allah, tunduk kepada musuh, patuh kepada makhluk namun membangkan
kepada Khaliq, mudah pasrah dan menyerah terhadap ujian dan keadaan, dapat
diumpamakan dengan sarang laba-laba yang tak mampu dipakai berlindung dari
sengatan panas, cuaca ekstrem, terpaan angin, mudah terkoyak dan rusak. Padahal
Allah Maha Mengetahui apa yang mereka seru dan mereka sembah, “Sesungguhnya
Allah mengetahui apa saja yang mereka seru selain Allah. Dan Dia Maha Perkasa
lagi Maha Bijaksana,” (QS Al-Ankabut [29]: 42).
Persis
dengan keadaan kaum musyrikin zaman dahulu yang menjadikan berhala sebagai
tuhan-tuhan mereka. Padahal, berhala itu tidak memiliki ketuhanan sedikit pun.
Jangankan melindungi penyembahnya, melindungi dirinya pun tidak mampu.
Layaknya
ciptaan atau makhluk yang lain. Di samping kelemahan, terdapat pula kelebihannya.
Demikian pula sarang laba-laba. Di samping kelemahan karena fungsinya yang
tidak bisa menjadi pelindung panas, dingin, hujan, dan angin, sarang laba-laba
memiliki kelebihan yang tak bisa dikesampingkan. Di antaranya, sarang laba-laba
bisa menjadi sumber makanan bagi pembuatnya, membantu pembuatnya berpindah dari
satu tempat ke tempat lain atau berkomunikasi dengan laba-laba lain di
sekitarnya.
Keadaan
jaring laba-laba ternyata berbeda-beda, ada yang halus dan tipis, ada yang
tebal, ada yang tidak lengket, dan ada yang lengket, sehingga berfungsi menjadi
perangkap mangsa pembuatnya. Suatu penelitian menyebutkan, walau sarang
laba-laba terlihat rapuh, tapi ada jaring laba-laba yang lebih kuat dari rompi
antipeluru. Jaring laba-laba jenis Caerostris Darwini ternyata 6 kali lebih
kuat dari kevlar yang menjadi bahan utama rompi ant peluru. Selain itu, jaring
laba-laba juga ternyata ada yang berwarna kuning emas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar