Hanya Allah SWT sajalah yang mampu mengabulkan doa
dan permohonan yang kita mohonkan kepada Allah SWT. Lalu apa dasarnya kita
mengatakan hal ini dan kenapa harus berdoa hanya kepada Allah SWT? Melalui
surat Al Baqarah (2) ayat 186 berikut ini Allah SWT telah memberikan
jawabannya: “dan apabila
hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya aku
adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon
kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan
hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.”
Berdasarkan surat Al Baqarah (2) ayat 186 ini, Allah
SWT lah yang memperkenankan diri kita untuk berdoa kepada-Nya dan juga akan
mengabulkan doa yang kita mohonkan sepanjang kita mau berdoa kepada-Nya. Adanya
hal ini menunjukkan bahwa doa merupakan fasilitas resmi yang memang
diperkenankan oleh Allah SWT yang ditujukan kepada setiap hamba-Nya yang
sekaligus khalifah-Nya di muka bumi sepanjang “ia mau berdoa apabila ia memohon kepada-Nya” dan doa yang akan
diperkenankan hanyalah doa yang memenuhi syarat dan ketentuan yang telah
ditetapkan-Nya.
Lalu adakah syarat yang diminta oleh Allah SWT, atau
seperti apakah syarat yang diminta oleh Allah SWT kepada diri kita jika ingin
doa kita dikabulkan Allah SWT? Berdasarkan hadits qudsi yang kami kemukakan
berikut ini: “Ibnu Abbas
ra, berkata: Nabi SAW bersabda: Allah ta’ala berfirman: Tidaklah Aku akan
memperhatikan hak hamba-Ku sebelum memperhatikan hak-Ku terhadap dia. (Hadits
Riwayat Aththabarani, 272:125).”
Allah SWT baru akan memenuhi segala janji-Nya kepada
diri kita jika kita terlebih dahulu memenuhi segala syarat dan ketentuan yang
diminta oleh Allah SWT. Adanya kondisi seperti ini berarti jika doa kita ingin
dikabulkan oleh Allah SWT maka kita harus memenuhi terlebih dahulu apa yang
dikehendaki oleh Allah SWT. Sekarang seperti apakah syarat yang dikehendaki
oleh Allah SWT?
Berdasarkan surat Al Baqarah (2) ayat 186 yang kami
kemukakan di atas, Allah SWT baru akan mengabulkan doa yang kita mohonkan
kepada-Nya jika kita terlebih dahulu memenuhi 3(tiga) syarat yang diminta oleh
Allah SWT, yaitu:
1.
Kita harus beriman kepada Allah SWT;
2.
Kita harus memenuhi segala apa yang diperintahkan
oleh Allah SWT dan;
3.
Karus selalu berada di dalam koridor Nilai-Nilai
Kebaikan.
Sekarang bagaimana jika kita hanya memohon kepada
Allah SWT tetapi syarat yang diminta oleh Allah SWT tidak mau kita penuhi?
Berdasarkan surat Al Baqarah (2) ayat 186 dan hadits qudsi di atas, sangat
jelas bahwa Allah SWT tidak akan mengabulkan apa yang kita mohonkan dikarenakan
adanya ketidakmampuan diri kita untuk memenuhi syarat dan ketentuan yang
dikehendaki Allah SWT.
Persiapan
yang baik adalah bukti pemahaman yang baik. Doa akan dikabulkan apabila syarat
dan ketentuan mampu kita penuhi. Mari kita fokuskan niat, namun perhatikan
bahwa niat saja tentu tidaklah cukup.
1.
Keyakinan
akan terkabulnya Doa. Keyakinan akan
terkabulnya doa adalah syarat pengkabulan itu sendiri. Jadi jangan sampai kita
berdoa kepada Allah SWT sementara kita tidak yakin Allah SWT akan mengabulkan
doa tersebut, sebagaimana dikemukakan dalam hadits berikut ini: Rasulullah
SAW bersabda: Berdoalah kalian kepada Allah dalam keadaan
yakin akan terkabulnya doa itu.” (Hadits Riwayat Ath Thirmidzi). Selain
dari pada itu, Rasulullah SAW juga bersabda: “Jika salah satu di antara kalian
berdoa, janganlah ia mengatakan, “Ya Allah, ampunilah aku jika Engkau
menginginkannya”. Namun hendaklah ia bertekat kuat untuk meminta”.
(Hadits Riwayat Bukhari, Muslim, Ahmad).
Untuk itu manfaatkanlah kesempatan dan
selamilah nilai-nilai yang menyelimuti diri kita. Berdoalah kepada Allah SWT
dalam kondisi yakin akan dikabulkan. Inilah salah satu seni dari berdoa yang
harus ada di dalam diri.
2.
Kekhusyu’an
dihadapan Allah SWT. Ingatlah, kita sering berdoa selepas shalat namun kita
tidak merasakan apa yang kita panjatkan kepada Allah SWT, kecuali kata kata
“Alllahumma” atau Rabb, atau kata kata Aamiin. Sebagaimana dikemukakan dalam
hadits berikut ini: Rasulullah SAW bersabda: “Ketahuilah,
bahwa Allah tidak akan mengabulkan doa dari seseorang yang lalai dan tidak
serius”. (Hadits Riwayat Ath Thirmidzi).
Ibnul Qayyim Al Jauziah pernah
mengatakan: “Sesungguhnya sedekat-dekat pintu masuk yang digunakan hamba untuk mendatangani
Allah adalah kebangkrutan”. Kebangkrutan disini adalah kebangkrutan dalam arti
luas dan dalam dimensi beragam. Alangkah bahagianya orang yang terpaku
dihadapan Rabbnya dan menyatakan kebangkrutan, sehingga ia khusyu’ dan menghiba
kemudian menangis. Saat itu, ia betul betul yakin akan terkabulnya doa.
3.
Jangan
tergesa-gesa. Syarat ke tiga dikabulkannya doa kita kepada Allah SWT adalah
tidak tergesa gesa, sebagaimana hadits berikut ini: Rasulullah SAW bersabda: “Akan dikabulkan
doa seseorang kalian sepanjang ia tidak tergesa gesa. Ia berkata, Aku telah
berdoa dan berdoa namun aku tidak melihat terkabulnya doaku’, sehingga ia pun
tidak lagi berdoa.” (Hadis Riwayat Bukhari Muslim, Abu Dawud,
Ath Thirmidzi dan Ibnu Majah).
Orang yang melakukan hal ini, seperti
orang yang menanami ladangnya dengan menabur benih. Namun ketika benih benih
itu mulai tumbuh, ia mengatakan, “Agaknya benih-benih ini tidak akan tumbuh”,
sehingga kemudian ia meninggalkannya begitu saja. Ketergesa-gesaan adalah
sebuah penyakit akut. Penyakit ini akan bertambah manakala sang pasien menyerah
begitu saja pada penderitaannya. Jangan menyerah pada penyakit ini, dan
pergunakanlah obat kesabaran! Obat ini sekarang begitu banyak tersedia, bukan?
4.
Hanya
Makan Yang Halal. Syarat terakhir
dari terkabulnya doa adalah makan makanan halal, Jangan sekali kali
menghasilkan harta dari sesuatu yang haram, atau dari penghasilan yang haram,
sebagaimana hadits berikut ini: Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah
itu baik, dan tidak akan menerima selain yang baik. Allah memerintah orang
orang mukmin seperi apa yang diperintahkannya kepada para Rasul.” (Hadits
Riwayat Muslim dan Ath Thirmidzi)
Itulah
empat buah prasyarat yang harus kita persiapkan jika kita hendak menjadikan doa
sebagai sebuah ibadah.
Sekarang
mari kita perhatikan keadaan yang
sering terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari, dimana kita sering melihat,
atau bahkan mungkin kita sendiri yang mengalaminya atau kita sendiri yang
melakukan hal-hal sebagai berikut yang berhubungan dengan doa yang kita
mohonkan kepada Allah SWT, yaitu :
a.
Kita berdoa kepada Allah SWT dengan suara yang
keras, seolah-olah Allah SWT masih jauh dan tidak mampu mendengar. Padahal
Allah SWT berdasarkan surat Al Baqarah (2) ayat 186, dengan tegas menyatakan
sangat dekat dengan diri kita dan bahkan diri kita sendiri sudah tidak
terpisahkan dengan Allah SWT.
b.
Kita berdoa kepada Allah SWT hanya pada saat kepepet,
atau pada saat ada butuhnya saja, yaitu pada saat ada masalah, seolah-olah
Allah SWT hanya dibutuhkan sewaktu-waktu saja oleh diri kita.
c.
Kita melakukan komunikasi dengan Allah SWT secara
putus sambung (miscall) saat membutuhkan sesuatu ingat Allah SWT dan pada saat
senang lupa dengan Allah SWT.
d.
Kita berdoa kepada Allah SWT tetapi tidak yakin
dengan Allah SWT, sehingga kalaupun kita berdoa hanya setengah hati saja
sehingga timbul dugaan siapa tahu doanya dikabulkan.
e.
Kita berdoa kepada Allah SWT akan tetapi sering
tidak mau memenuhi syarat dan ketentuan yang diberlakukan oleh Allah SWT.
f.
Kita berdoa kepada Allah SWT akan tetapi diri kita
sendiri masih berlumur dengan dosa atau sifat munafik kepada Allah SWT masih
berkembang di dalam diri.
g.
Kita berdoa kepada Allah SWT akan tetapi tingkah
laku dan perbuatan kita tidak pernah sesuai dengan apa yang kita mohonkan
kepada Allah SWT.
Selanjutnya, jika hal-hal di atas ini kita perbandingkan
dengan kehendak Allah SWT yang tertuang di dalam surat Al Baqarah (2) ayat 186
di atas, dapatkah doa yang kita panjatkan dipenuhi oleh Allah SWT jika posisi
dan keadaan point a sampai dengan point g masih tetap kita lakukan?
Kami yakin
jamaah sekalian tidak akan melakukan hal-hal yang kami sebutkan di atas ini
sewaktu berdoa kepada Allah SWT dan juga kami tidak berharap kepada jamaah
sekalian untuk tidak melakukan tindakan membaca doa kepada Allah SWT.
Dan selama kita
berharap doa yang kita panjatkan, atau agar doa kita diperkenankan oleh Allah
SWT maka jangan pernah sekalipun kita menyombongkan diri kepada Allah SWT, maka
adab berdoa sebagaimana dikemukakan oleh “Imam
Al Ghazali” dalam kitabnya “Ihya
Ulumuddin” bisa kita jadikan pedoman saat berdoa kepada Allah SWT, yaitu;
a.
Berdoalah pada waktu yang baik dan mulia, seperti
pada hari Arafah, bulan Ramadhan, hari Jum'at, sepertiga akhir dari malam dan
pada waktu sahur.
b.
Dalam keadaan yang mulia, seperti ketika bersujud
dalam sembahyang, ketika berhadapan dengan musuh dan peperangan, ketika turun
hujan, sebelum menunaikan shalat dan sesudahnya, ketika jiwa sedang tenang dan
bersih dari segala gangguan setan dan ketika menghadap ka'bah (kiblat)
c.
Dengan menghadap ka'bah (kiblat).
d.
Merendahkan suara, yaitu antara terdengar dengan
tiada oleh orang yang di sisi kita sebab Allah SWT sudah dekat sehingga diri
kita sudah berada bersama Allah SWT, sebagaimana dikemukakan dalam surat Al
Baqarah (2) ayat 186 berikut ini: “dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu
tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan
permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah
mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku,
agar mereka selalu berada dalam kebenaran.”
e.
Jangan bersajak, yakni tanpa menggunakan kata-kata
bersajak dalam doa itu. Tetapi cukup dengan kata-kata yang sederhana, sopan,
dan tepat mengenai seuatu yang dihajati dengan doa itu. Dan tidak perlu
dilagukan dengan irama-irama tertentu. Sangat baik jika kita memilih
lafazh-lafazh doa yang diterima dari Rasulullah SAW yang kandungannya sesuai
dengan apa yang hendak kita doakan pula.
f.
Berlaku khusyu' dan tadharu'lah dengan merasakan
kebesaran dan kehebatan Allah SWT dalam jiwa kita yang halus.
g.
Mengokohkan kepercayaan bahwa doa itu akan
diperkenankan Allah SWT dan tidak merasa gelisah jika doa kita tidak
diperkenannya.
h.
Mengulang-ulang doa itu dua tiga kali, yakni doa
tentang sesuatu yang sangat kita utamakan memohonkannya kepada Allah SWT, akan
lebih baik jika dibaca berulang-ulang sampai dua-tiga kali.
i.
Menyebut (memuji) Allah SWT pada permulaannya.
j.
Bertaubat sebelum berdoa dan menghadapkan diri
dengan sesungguhnya kepada Allah SWT
Sebagai abd’ (hamba)-Nya yang juga sebagai khalifah-Nya
di muka bumi yang sangat membutuhkan doa kepada Allah SWT, pasti kita semua
mampu melaksanakan adab berdoa seperti yang kami kemukakan di atas dengan
sebaik baiknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar