“Asfa
Davy Bya” dalam bukunya “sebening mata hati: oase penyejuk jiwa dan pikiran” mengemukakan agar
diri kita mampu berdzikir yang sesuai dengan kehendak Allah SWT. Apa maksudnya?
Berikut ini akan kemukakan beberapa pengertian dan pemaknaan dzikir yang
dimaksud, yakni:
1.
Dzikir
itu adalah Warisan Rasulullah SAW. Seorang sufi bernama Sulaiman Ad Darani
berkata, “Di syurga ada lembah lembah tempat para malaikat menanam pohon pohon
ketika seseorang mulai berdzikir kepada Allah SWT. Terkadang salah satu
malaikat itu berhenti bekerja dan teman temannya bertanya kepadanya, “Mengapa engkau berhenti? Malaikat itu
menjawab, “sahabatku telah malas/kendur dzikirnya.” Sebagai orang yang
beriman tentu kita tidak akan menjadikan kata kata di atas ini sebagai hiasan
dalam buku harian atau menjadikannya kata kata mutiara untuk disampaikan atau dihadiahkan
kepada teman. Akan tetapi kita harus bisa menjadikan kisah di atas untuk
meyakini bahwa dengan berdzikir, diri kita akan mendapatkan manisnya keimanan
yang akan membawa kita pada kebahagiaan dunia dan akhirat.
Dzikir merupakan warisan yang dibagi
bagikan oleh Rasulullah SAW kepada umatnya, dalam sebuah riwayat, Abu
Hurairah ra, berkata bahwa ketika masuk pasar, dia berkata, “Aku melihat kalian
disini sementara warisan Rasulullah di bagian dalam masjid.” Orang orang lalu
pergi ke masjid dan meninggalkan pasar. Setibanya di masjid mereka tak melihat
warisan itu, lalu mereka berkata, “Wahai Abu Hurairah, kami tidak melihat
warisan dibagikan di dalam masjid. Abu Hurairah balik bertanya, “Apa yang
kalian lihat? “ Mereka menjawab, “Kami melihat sekelompok orang sedang
berdzikir kepada Allah SWT dan membaca AlQur’an!” Abu Hurairah berkata, “
Itulah warisan Rasulullah SAW!”.
Sebagai umat yang telah diberikan warisan
oleh Nabi Muhammad SAW tentunya kita harus bisa memanfaatkan warisan ini dengan
sebaik baiknya, apalagi warisan ini adalah warisan yang tidak akan habis
habisnya dimakan oleh waktu. Sepanjang kita mau menerima warisan ini maka
sepanjang itu pula warisan akan diberikan. Untuk itu jadikan warisan ini
sebagai modal dasar bagi kita untuk merasakan nikmatnya bertuhankan Allah SWT
atau meraih kesuksesan hidup di dunia dan di akhirat kelak. Amiin.
2. Dzikir itu adalah makanan bagi orang
orang yang mencari Tuhan. Dzikir dapat dikatakan sebagai makanan bagi orang yang
mencari Tuhan, hal ini dikarenakan pedzikir itu sadar bahwa penyesalan akan
tiba jika mereka lalai sedetikpun jika tidak berdzikir. Air mata tumpah di
kesendirian tatkala tahajud merupakan saksi akan munajatnya pedzikir kepada
Sang Khaliq. Muadz bin Jabal ra, pernah berkata: “Tidak ada yang disesali penghuni syurga selain ketika sesaat saja
mereka tidak berdzikir kepada Allah SWT”. Menyesal adalah sebuah perasaan
kecewa yang timbul dari hubungan sebab akibat. Rasa sesal pasti dimiliki oleh
setiap anak manusia karena rasa sesal termasuk salah satu sifat dari jasmani
manusia. Hal yang berbeda adalah bagaimana setiap manusia mengekspresikan
bentuk penyesalannya. Adanya kondisi ini maka dapat dipastikan antara orang
mukmin dibandingkan dengan orang kafir tentu akan berbeda cara melampiaskan penyesalannya.
Bagi orang kafir atau yang tidak beriman
selalu mengkaitkan penyesalannya dengan sesuatu yang berhubungan dengan
kebutuhan dan kepentingan duniawi. Misalnya, dia menyesal karena telah salah
dalam membuat perhitungan sehingga dia mengalami kerugian. Penyesalan itu
biasanya dibarengi dengan berbagai tindakan yang menyesatkan seperti, pergi ke
bar untuk menghilangkan pikiran dengan meminum alkohol atau mengkonsumsi
narkoba, bahkan ada yang terjun bebas dari bangunan tinggi untuk menghabisi
dirinya.
Menyesali diri atas setiap perbuatan dosa
yang telah dilakukan di dunia merupakan anugerah dari Allah SWT karena kita
sesungguhnya masih diberi kesempatan oleh-Nya untuk memperbaiki diri. Untuk itu, kehidupan dunia harus lah
dipandang sebagai ladang akhirat, makin banyak kita menanam amal di dunia,
insya Allah kita akan menuai hasilnya di akhirat kelak. Dan penyesalan yang amat dahsyat
sesungguhnya terjadi ketika kita belum sempurna bertaubat saat malaikat maut
datang menjemput. Tidak ada penyesalan yang melebihi dari semua
penyesalan yang ada di dunia ini ketika kita wafat dalam keadaan suul khatimah.
3. Dzikir itu adalah sarana bagi kita untuk
mendapatkan syurga. Agar dzikir yang dilakukan oleh pedzikir mampu menjadi
sarana untuk mendapatkan syurga, renungkanlah dengan hati yang bersih lagi
fitrah, hal yang kami kemukakan ini. Ketahuilah bahwa sementara kita berdzikir
di muka bumi, pada saat yang bersamaan dengan itu para malaikat menanam pohon
untuk para pedzikir-pedzikir di syurga untuk kepentingan para pedzikir. Para pedzikir- pedzikir sesungguhnya juga
tengah menikmati indahnya taman-taman syurga melalui majelis majelis dzikir
saat mereka di dunia minimal ia memperoleh ketenangan dan ketenteraman bathin
(sesuatu yang sangat mahal hari ini) sehingga ia mampu hidup sesuai dengan
kehendak Allah . Di samping itu, dzikir akan menjaga diri kita dari setiap
ancaman dan menjadi pedang untuk membantai setiap musuh yang akan menggoda diri
kita di dunia.
Imam Al Qusyairy berkata: “Apabila dzikir kepada-Nya telah menguasai
hati manusia, maka ketika setan datang mendekat, ia akan menggeliat geliat di
tanah seperti halnya manusia menggeliat-geliat manakala setan-setan datang
mendekatinya. Apabila ini terjadi, maka semua setan akan berkumpul dan
mendatanginya seraya bertanya, ‘Apa yang terjadi padanya? Setan yang lain
berkata, ‘Seorang manusia telah
menghantam (dengan dzikir)nya!”.
Dan ketika Rasulullah SAW dimikrajkan
oleh Allah SWT, Nabi Ibrahim as, berpesan kepadanya, “Sampaikan salam untuk umatmu, beritahukanlah kepada mereka bahwa
syurga tanahnya subur dan airnya sangat jernih, tetapi tanahnya kosong.
Tanamannya ialah dengan membaca ‘Subhanallah
walhamdulillah wala ilaha illallah wallahu akbar’ karena dengan demikian
dia telah menanam pohon di syurga.” Dan pada kesempatan yang lain, ketika
Rasulullah SAW sedang berjalan, beliau melihat Abu Hurairah ra, sedang menanam
pohon. Ketika ditanya, dia menjawab: “Saya sedang menanam pohon.” Kemudian
Rasulullah SAW bersabda, “Aku beritahukan kepadamu sebaik baik pohon,
yaitu bacaan ‘La haula wala Quwwata illa billah’ karena akan menyebabkan
tumbuhnya pohon di syurga. Jika ini kondisinya, ayo sekarang kita
berlomba lomba menanam sebanyak banyaknya pohon di syurga mulai saat ini juga.
Jangan biarkan pohon itu layu dan tidak berkembang karena ulah perbuatan dosa
dan maksiat yang kita lakukan. Lalu sudah berapa banyak pohon yang telah kita
investasikan di syurga kelak?
4. Dzikir itu adalah salah satu terapi bagi
kalbu karena dzikir akan menyehatkan ruhani. Orang yang dzikirnya sedikit pertanda
bahwa hatinya sedang sakit, dan orang yang tidak pernah berdzikir hatinya telah
mati. Dzikir adalah milik jiwa, yang menjai sulit diraih apabila kita berpaling
kepada ego. Mengingat Allah bukanlah milik ego atau pikiran. Ego tidak memiliki
keabadian. Sedangkan pikiran tidak dapat meraih dimensi cahaya di atas cahaya. Jadi, dzikir itu sesungguhnya adalah obat
ruhani yang sekaligus inti jalan ruhani. Dzikir sebagai jalan ruhani atau jalan
spiritual sebenarnya adalah jalan yang sangat sederhana. Intinya adalah, “Kalbu
mencari Allah dan Allah mencari kalbu yang diperkuat dengan menjadikan diri
kita sebagai hamba Allah SWT semata dan Allah SWT adalah satu satunya Rabb bagi
diri kita. Ironisnya, mengapa masih banyak orang yang berdzikir, menangis,
bertaubat dalam dzikir dan doanya, tetapi perilaku maksiatnya tak kunjung reda?
Air mata dzikir dan air mata taubat pun menjadi sia sia. Air mata itu akhirnya
menjadi bahan gunjingan bagi orang orang yang melihatnya.
Hal yang harus kita jadikan pedoman saat
berdzikir adalah: Air mata bukanlah
ukuran pertobatan dan lisan bukanlah jaminan pengakuan. Banyak orang yang
berdzikir dengan lisannya, tetapi belum dengan hatinya.Untaian tasbih di tangan
bukanlah jaminan bahwa hatinya juga bertasbih. Surban dan jubah putih ataupun gamis panjang yang membungkus tubuh
tidak menunjukkan bening dan putihnya hati si pemakai. Dzikir yang belum
disertai dengan kehadiran hati telah membuka peluang pada pikiran, ego, dan
hawa nafsu untuk melalaikan hati kita. Kita melupakan misi dari dzikir
kita, tugas dan kewajiban personal kita. Kita tidak menghargai apa yang telah
dikaruniakan kepada kita dan kita tidak mengenal nilai sejatinya.
Dzikir kita kepada Allah SWT seharusnya
tidak bergantung kepada kondisi internal atau eksternal diri kita. Dunia ini
akan selalu berupaya mencampakkan diri kita ke dalam jurang kealpaan. Dalam
jurang ini kita diuji. Mereka yang ingat akan diingatkan-Nya, dan mereka yang
lalai akan dilalaikan-Nya. Saat ini masih
banyak manusia yang menjalani kehidupannya dalam kealpaan dan kelalaian. Mereka
berdzikir tetapi tidak mampu mengenali sifat-sifat ilahiah mereka secara sadar.
Tak heran jika kalbunya sudah terjaga dan dalam dirinya telah tertanam benih
dzikir, mereka sering berpaling dari jalan ruhani dan melupakan-Nya. Karenanya,
tidak setiap pejalan ruhani dapat menemukan jalan pulang, begitu banyak
pedzikir yang berpaling dari untaian dzikirnya.
Untuk itu jangan pernah belenggu hati
kita dengan kealpaan dan kelalaian yang berkepanjangan. Berdzikirlah dengan
lisan dan hati sehingga akal kita akan menterjemahkan nya ke dalam perilaku
yang berdzikir atau pribadi yang berdzikir. Berdzikir yang demikian akan
membentuk ketaqwaan kita kepada-Nya sehingga tidak ada lagi celah bagi setan
untuk menghembus-hembuskan bisikannya di hati kita. Mengingat Allah adalah satu satunya senjata kita untuk melawan
kekuatan setan. Kita tahu bahwa setan tidak pernah tidur, mereka kuat, tetapi
Allah SWT jauh lebih kuat.
Dan dengan diri kita terus menerus mengingat
Allah, hati kita akan terus terjaga sepanjang waktu. Dengan demikian tak ada
ruang bagi setan untuk mencelakakan kita. Untuk itu jangan biarkan lidah dan
hati ini lelah apalagi berhenti berdzikir. Jangan biarkan tangan ini malas
bersedekah setiap pagi karena sedekah merupakan penolak bala. Jangan biarkan
mata ini malas bangun malam untuk shalat tahajjud, jangan biarkan anak istri
kita memakan makanan yang syubhat dan haram. Jangan biarkan setan menerobos
pintu pintu hati yang telah bercahaya dengan dzikir.
5. Dzikir adalah pembentuk akhlak yang mulia.
Bukankah kehidupan Nabi
Muhammad SAW adalah dzikir? Bukankah kehidupan para sahabat, tabiin,
tabiutabiin juga adalah dzikir? Tidak ada waktu yang tersisa dalam kehidupan
mereka tanpa mengingat Allah SWT. Mulai dari bangun malam, berdiri mendirikan
shalat, bermunajat di keheningan malam, mencari nafkah, hidup bermasyarakat,
berkeluarga, mendidik anak, belajar, sampai dengan hal hal yang berhubungan
dengan tata cara atau adab keseharian, semuanya penuh dan dimulai dengan
kalimat kalimat dzikir. Ingat, tak ada
satupun ajaran agama di dunia ini yang mengatur secara paripurna kehidupan
manusia mulai dari lahirnya jabang bayi sampai wafat dengan dzikir dan doa,
kecuali Islam. Tak ada satupun agama di dunia ini yang mengajarkan akhlak
yang begitu sempurna, kecuali hanya agama Islam.
Bukankah
Rasulullah SAW diutus untuk menyempurnakan akhlak. Sungguh banyak orang yang keliru. Mereka mengira bahwa hal terpenting
dalam agama adalah mempelajari fiqih, menghafal Al-Qur’an, wirid tiada henti,
dan seterusnya. Mereka lupa bahwa tujuan utama dari semua ibadah (shalat,
puasa, doa, dzikir, zakat, haji dan seterusnya) adalah untuk membenahi akhlak
manusia. Kalau tidak, ibadah yang dilakukannya akan menjadi semacam latihan olah
raga atau kebisaan semata atau penghapus kewajiban.
Rasulullah SAW bersabda:
“Tidak ada yang lebih berat dalam timbangan manusia pada hari Kiamat daripada
akhlak yang baik.” (hadits riwayat Abu Dawud dan Ath Thirmidzi)
Rasulullah SAW bersabda,
“Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya,”
(hadits riwayat Abu Dawud dan Imam Ahmad).
Benar Rasulullah SAW berkata bahwa air
mata adalah wujud kasih sayang yang Allah tanamkan di hati para hamba-Nya.
Tetapi tangisan dari Rasulullah tidak diikuti dengan perilaku buruk! Beliau
adalah seorang yang lembut hatinya, baik saat beribadah maupun di luar
beribadah karena hidupnya adalah ibadah. Sedangkan
tangisan kita baru sampai tahap menyadari dosa-dosa yang kita lakukan, atau
baru sampai tahap mensyukuri nikmat yang Allah berikan, atau ada yang menangis
karena jamaah kanan dan kirinya menangis, akhirnya ia ikut menangis. Agar ibadah dzikir mampu sesuai
dengan apa yang dikehendaki Allah SWT, maka
ibadah dzikir yang kita lakukan setiap saat, haruslah dipahami sebagai
salah satu sarana untuk mencapai akhlak yang mulia atau mampu menjadikan diri
kita menampilkan penampilan Allah SWT saat hidup di muka bumi ini (dalam hal
ini Asmaul Husna).
6. Dzikir itu adalah kunci pembuka pintu hati. Dzikir adalah kunci pembuka pintu hati. Apabila pintu hati terbuka maka muncullah di dalamnya pemikiran yang brilian dan juga kata kata hikmah untuk membuka mata hati. Bila mana mata hati telah terbuka maka tampaklah sifat-sifat Allah serta kemahaan dan kebesaran Allah SWT di hadapan mata hati kita. Dzikir yang seperti ini sesungguhnya adalah dzikir kepada Allah berarti mengingat dan mengikatkan diri kepada sifat sifat Allah dan juga dengan kemahaan dan kebesaran Allah WT sebagai Tuhan yang berhak disembah dengan sebaik baiknya.
Dan sekarang katakanlah, Allah SWT adalah Dzat
Pemberi Rezeki dan jika Allah SWT kita ingat sebagai Dzat Yang Memberi Rezeki
berarti kita juga harus mengikatkan diri kepada sifat pemberi ini. Sehingga
kita wajib meminta rezeki hanya kepada-Nya dan setelah memperoleh rezeki maka
kita wajib pula membantu sesama melalui infaq dan sedekah. Jika kita mampu melakukan berarti kita telah mampu membuka hati kita
melalui dzikir, terutama melalui nilai kebaikan dari memiliki rezeki bukanlah
pada saat saldo keuangan bertambah banyak melainkan saat mau berbagi rezeki
kepada orang orang yang membutuhkan dari rezeki yang telah kita terima dari
Allah SWT.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar