Label

MEMANUSIAKAN MANUSIA: INILAH JATIDIRI MANUSIA YANG SESUNGGUHNYA (79) SETAN HARUS JADI PECUNDANG: DIRI PEMENANG (68) SEBUAH PENGALAMAN PRIBADI MENGAJAR KETAUHIDAN DI LAPAS CIPINANG (65) INILAH ALQURAN YANG SESUNGGUHNYA (60) ROUTE TO 1.6.799 JALAN MENUJU MAKRIFATULLAH (59) MUTIARA-MUTIARA KEHIDUPAN: JALAN MENUJU KERIDHAAN ALLAH SWT (54) PUASA SEBAGAI KEBUTUHAN ORANG BERIMAN (50) ENERGI UNTUK MEMOTIVASI DIRI & MENJAGA KEFITRAHAN JIWA (44) RUMUS KEHIDUPAN: TAHU DIRI TAHU ATURAN MAIN DAN TAHU TUJUAN AKHIR (38) TAUHID ILMU YANG WAJIB KITA MILIKI (36) THE ART OF DYING: DATANG FITRAH KEMBALI FITRAH (33) JIWA YANG TENANG LAGI BAHAGIA (27) BUKU PANDUAN UMROH (26) SHALAT ADALAH KEBUTUHAN DIRI (25) HAJI DAN UMROH : JADIKAN DIRI TAMU YANG SUDAH DINANTIKAN KEDATANGANNYA OLEH TUAN RUMAH (24) IKHSAN: INILAH CERMINAN DIRI KITA (24) RUKUN IMAN ADALAH PONDASI DASAR DIINUL ISLAM (23) ZAKAT ADALAH HAK ALLAH SWT YANG HARUS DITUNAIKAN (20) KUMPULAN NASEHAT UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK (19) MUTIARA HIKMAH DARI GENERASI TABI'IN DAN TABI'UT TABIIN (18) INSPRIRASI KESEHATAN DIRI (15) SYAHADAT SEBAGAI SEBUAH PERNYATAAN SIKAP (14) DIINUL ISLAM ADALAH AGAMA FITRAH (13) KUMPULAN DOA-DOA (10) BEBERAPA MUKJIZAT RASULULLAH SAW (5) DOSA DAN JUGA KEJAHATAN (5) DZIKIR UNTUK KEBAIKAN DIRI (4) INSPIRASI DARI PARA SAHABAT NABI (4) INILAH IBADAH YANG DISUKAI NABI MUHAMMAD SAW (3) PEMIMPIN DA KEPEMIMPINAN (3) TAHU NABI MUHAMMAD SAW (3) DIALOQ TOKOH ISLAM (2) SABAR ILMU TINGKAT TINGGI (2) SURAT TERBUKA UNTUK PEROKOK dan KORUPTOR (2) IKHLAS DAN SYUKUR (1)

Senin, 21 Juli 2025

JANGAN PERNAH MEMBACA DOA, NAMUN BERDOALAH HANYA KEPADA ALLAH SWT PART 3 of 4

 

Sekarang bagaimana jika kita telah berdoa kepada Allah SWT namun apa yang kita panjatkan atau mohonkan kepada Allah SWT belum juga di ijabah, apa yang harus kita lakukan? Ketika kita merasa bahwa Allah SWT tidak mendengarkan doa kita, itulah kesuksesan tertinggi dan terbesar bagi setan. Setan sangat ingin meyakinkan seseorang bahwa Allah SWT telah mengabaikan hamba-Nya karena dosa-dosa yang telah dilakukannya. Sedangkan Allah SWT sama sekali tidak pernah sekalipun mengabaikan hamba-Nya.

 

Jadi, kita tidak boleh putus asa dengan Allah SWT atau berpikir karena dosa-dosa masa lalu kita lalu Allah SWT berhenti mendengarkan kita sehingga berhenti mengabulkan doa-doa kita.  Untuk itu mari kita bercermin kepada apa-apa yang dikemukakan oleh Ibrahim bin Adam,   tentang firman Allah SWT yang terdapat dalam surat Al Mu'min (40) ayat 60 yang kami kemukakan berikut ini: dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku[1326] akan masuk neraka Jahannam dalam Keadaan hina dina". (surat Al Mu'min (40) ayat 60).

 

[1326] Yang dimaksud dengan menyembah-Ku di sini ialah berdoa kepada-Ku.

 

Jika kita merasa sudah melakukan itu semua kepada Allah SWT, tetapi mengapa tidak dikabulkan? Lalu Ibrahim bin Adam ra, menjawab:

 

1.         Kalian telah mengerti Allah SWT, mengapa kalian tidak mentaatinya?;

2.        Kalian telah mengetahui Diinul Islam, mengapa kalian tidak mau mengakuinya?

3.        Kalian membaca Al-Qur’an,tetapi mengapa kalian tidak mengamalkan isinya?

4.        Kalian mengerti tentang setan tetapi mengapa selalu mengikutinya?

5.        Kalian mengaku cinta kepada Rasulullah, tetapi mengapa kalian meninggalkan sunnahnya?

6.        Kalian mengaku cinta kepada syurga, tetapi mengapa kalian tidak beramal untuknya?

7.        Kalian takuk kepada neraka, tetapi mengapa kalian selalu melakukan dosa?

8.       Kalian mengatakan bahwa mati itu pasti terjadi, tetapi mengapa kalian tidak mempersiapkan bekalnya?

9.        Kalian sibuk mengurus cela orang lain, tetapi mengapa kalian tidak mau memperhatikan cela diri kalian sendiri?

10.    Kalian telah memakan rezeki dan nikmat Allah SWT, tetapi mengapa kalian tidak mau bersyukur?

11.     Kalian menguburkan mayat, tetapi mengapa kalian tidak mengambilnya sebagai ibarat?

 

Untuk itu bersegeralah untuk melakukan introspeksi sebelum kita memanjatkan doa kepada Allah SWT dengan memperhatikan kondisi diri kita sendiri dan juga kita harus tahu dan mengerti dengan jelas apa yang akan kita mohonkan kepada Allah SWT. Hal yang harus kita jadikan perhatian adalah bahwa Allah SWT pasti mendengar doa kita sepanjang kita mampu memenuhi syarat dan ketentuan yang dikehendaki oleh Allah SWT.

 

Agar Kedua Tangan Tetap Menengadah ke Langit.

 

 

Doa adalah pusat dan pondasi dasar dari Diinul Islam. Doa baru akan bermakna jika yang berdoa, tahu makna dari doa yang sesungguhnya disampaikannya. Lalu kita juga harus mengetahui apa arti yang sesungguhnya dari doa yang kita mohonkan kepada Allah SWT! Dari posisi mana kita memohon? Samakah memohon kepada Allah SWT dengan meminta pada orang tua atau orang lain? Kalau tidak, apa bedanya. Apa yang harus kita harapkan ketika berdoa. Tanpa ini semuanya rasanya doa akan menjadi hambar tanpa makna, berlalu tanpa kesan. Untuk itu, silahkan simak beberapa pertanyaan berikut yang harus diberi jawaban agar pemahaman kita tentang doa itu ibadah akan menjadi sangat jelas.

 

a.        Adakah di antara kita yang tidak memiliki masalah sama sekali?

b.        Adakah di antara kita yang hidupnya teratur dengan sempurna?

c.         Adakah di antara kita yang tidak memiliki cita cita yang berusaha ia capai?

d.        Adakah di antara kita yang sama sekali tidak memiliki obsesi yang berusaha ia gapai?

e.        Adakah di antara kita yang selamanya santai penuh sepanjang hidupnya?

f.          Adakah di antara kita yang tidak memiliki harapan harapan besar yang sulit diraih?

g.        Adakah di antara kita yang merasa tenang karena yakin bahwa dosa dosanya tidak akan membuat dia masuk neraka?

h.       Adakah di antara kita yang sama sekali tidak membutuhkan Allah SWT?

i.          Adakah di antara kita yang mampu berbuat dan bertindak tanpa bantuan dan pertolongan Allah SWT?

j.          Adakah di antara kita yang merasa kuat dan mampu selamanya?

k.        Adakah di antara kita yang merasa super dalam segala hal?

 

Tujuan dari kita berdoa adalah agar tangan kita selalu menengadah ke atas memohon kepada Allah SWT dan agar diri kita memiliki keyakinan kuat bahwa Allah SWT akan mengabulkan permintaan kita bila kita berdoa kepada-Nya. Kita berdoa menunjukkan bahwa kita itu lemah, kita tidak berdaya, kita itu kecil, kita bukanlah siapa siapa. Lalu apalagi yang membuat kita tidak mau berdoa kepada-Nya? Allah SWT berfirman: “Hai manusia, kamulah yang berkehendak (membutuhkan) kepada Allah; dan Allah Dialah yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji. (surat Faathir (35) ayat 15).”

 

Masuk akalkah seseorang yang sedang tenggelam memohon pertolongan dari orang yang juga tenggelam? Masuk akalkah seseorang yang sedang membutuhkan pertolongan, lalu meminta pertolongan dari orang yang juga membutuhkan pertolongan? Jika kita masih memiliki akal sehat tentu kita tidak melakukan hal ini, terkecuali akal sehat kita sudah lenyap dari dalam diri kita.

 

 

Hati, Mengapa Engkau Belum Juga Terbangun?

 

 

Sekarang simaklah hadits qudsi berikut ini, agar kita mengetahui sebesar apakah kita membutuhkan Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda, Allah berfirman:”Wahai hamba-hamba-Ku, setiap kalian itu sesat kecuali yang Aku tunjuki hidayah, maka memintalah petunjuk kepada-Ku, niscaya Aku beri kalian petunjuk; Wahai hamba-hamba-Ku, setiap kalian itu lapar kecuali yang Aku beri makan, maka memintalah makan kepada-Ku, niscaya Aku beri makan kalian; Wahai hamba-hamba-Ku, setiap kalian itu telanjang, kecuali yang Aku beri pakaian, maka memintalah pakaian kepada-Ku, niscaya Aku beri kalian pakaian; Wahai hamba-hamba-Ku, setiap kalian bersalah siang dan malam, sementara Aku mengampuni segala dosa, maka meminta ampunlah kalian kepada-Ku, niscaya Aku ampuni kalian; Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya kalian tidak akan mampu menggapai kemudharatan-Ku sehingga kalian membahayakan-Ku, dan kalian juga tidak akan mampu menggapai kemanfaatan-Ku sehingga memberi manfaat kepada-Ku. Wahai hamba-hamba-Ku, kalaulah seluruh generasi awal dan generasi akhir kalian, serta seluruh bangsa manusia dan bangsa jin kalian adalah seperti hati orang yang paling bertaqwa di antara kalian, maka itu tidak akan memberikan tambahan apapun terhadap kekuasaan-Ku; Wahai-hamba hamba-Ku, kalaulah seluruh generasi awal dan generasi akhir kalian, serta seluruh bangsa manusia dan bangsa jin kalian adalah seperti hati orang yang paling nista di antara kalian, maka itupun tidak akan membuat kekuasaan-Ku berkurang; Wahai hamba-hamba-Ku, kalaulah seluruh generasi awal dan generasi akhir  kalian, serta seluruh bangsa manusia dan bangsa jin kalian berdiri dalam sebuah bukit, kemudian kalian semua mengajuka permintaan kepada-Ku, lalu Aku beri setiap orang apa yang ia minta, maka apa yang ada di sisi-Ku tidak akan berkurang sedikitpun kecuali sebagaimana sebatang jarum mengurangi air samudra ketika dicelupkan ke dalamnya.” (Hadits Riwayat Muslim; Ath Thurmidzi, dan Ibnu Majah).”

 

Sekarang bacalah sekali lagi hadits di atas ini, bukan dengan lidah kita, namun dengan hati sanubari kita. Lalu jadikan panggilan “Wahai hamba-hamba-Ku  sebagai peringatan untuk kita, agar diri kita tidak lalai ataupun pergi begitu saja. Pernahkah kita membayangkan bahwa kata-kata “Wahai hamba-hamba-Ku” adalah kata-kata yang dikemukakan oleh Allah SWT terlebih kepada diri selaku hamba hamba-Nya yang menunjukkan bahwa Allah SWT sangat memberikan perhatian kepada diri kita? Jika sampai hati kita tidak juga terketuk atau tidak juga terbangun dengan kata-kata “Wahai hamba-hamba-Ku” berarti kita sendirilah yang telah membuang perhatian Allah SWT kepada diri kita.

 

Lalu, pernahkah kita mengatakan pada suatu hari kepada diri sendiri, “Aku ingin bertaubat dan lalu mendekatkan diri kepada Allah..”. Rabb kita sekarang memanggil kita dan menyerukan, “Mintalah petunjuk kepada-Ku, niscaya Aku beri kalian petunjuk! Ya, kita cukup memohon petunjuk. Bayangkan kita cukup berdoa kepada Allah SWT, niscaya Allah SWT akan menepati apa yang Dia perintahkan dan akan memberi kita taufik dan hidayah-Nya. Percayalah, sebab ini adalah firman Allah “maka mintalah petunjuk kepada-Ku…… “mintalah makan kepada-Ku….. “mintalah pakaian kepada-Ku,………. “mintalah ampunan kepada-Ku…….…”

 

Allah SWT memerintahkan kepada kita untuk berdoa kepada-Nya agar Dia memberi kita petunjuk, memberi kita makanan, memberi kita pakaian, memberi kita ampunan dan bahkan akan memberi kita syurga. Ya Allah, alangkah payahnya engkau, wahai hati! Belum jugakah saatnya bagimu untuk bangun dan tersadar?! Sadarlah, wahai hati dan segeralah berdoa kepada Allah SWT kapanpun dan dimanapun. Pintalah kepada-Nya dan latihlah tanganmu untuk selalu menengadah ke atas!.

 

Untuk itu mari, kita pergunakan kesempatan ini dan berdoalah saat ini juga. Ingat, di surat Al Baqarah (2) ayat 186 berikut ini: “dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” Ada satu syarat mutlak yang dikehendaki oleh Allah SWT, yaitu ‘Apabila Ia Berdoa’! Sekarang terserah kepada diri masing-masing, kita sendiri yang memilih waktu yang sesuai untuk berdoa dan juga isi doa yang kita mohonkan. Dan kita juga yang akan membatasinya. Ingat, Allah SWT akan mengabulkan doa, tapi dengan syarat “apabila Anda berdoa’ kepada-Nya, bukan kepada yang lain”.

 

Jika hati ini terbangun betapa besar karunia Allah SWT kepada kita dengan memberikan fasilitas berdoa kepada-Nya. Dimana fasilitas ini bisa mengubah segalanya. Dari sesuatu yang jelek menjadi baik, dari sakit menjadi sehat, dari susah menjadi mudah, dari miskin menjadi kaya, dari bodoh menjadi pintar dan masih banyak lagi. Lalu pernahkah kita membayangkan berapa nilai perubahan itu jika dikalkulasi dalam bentuk mata uang. Tidakkah hal ini menjadikan hati ini terketuk.

 

Kita sangat membutuhkan doa setelah beragam virus dan penyakit menyerang kita di setiap tempat, dimana tidak seorangpun, baik kecil maupun dewasa, yang tidak memiliki penyakit, kecuali orang yang dianugerahi Allah SWT kesehatan. Kepada Allah kita memohon agar semua senantiasa sehat wa afiat. Bagi setiap orang yang sakit, dengan izin Allah SWT kita akan sembuh dengan dua syarat, yaitu: (1) doa: “Aku meangabulkan permohonan orang yang mendoa apabila ia berdoa kepada-Ku”; (2) keyakinan atas terkabulnya doa: “Aku sesuai dengan keyakinan hamba-Ku kepada-Ku”. Lalu apakah kita akan menghilangkan begitu saja fasilitas yang sudah dipersiapkan oleh Allah SWT kepada diri ini?

 

Doa Iblis Dan Doa Abadi.

 

 

Sekarang mari kita perhatikan dengan seksama pernyataan berikut ini: “Jangan takut bila Allah SWT tidak akan mengabulkan doamu karena Dia mengetahui kejelekan yang ada padamu, sebab Dia telah mengabulkan doa dari makhluk-Nya yang paling jelek, yaitu iblis sang terlaknat, ketika iblis berkata: iblis menjawab: "Beri tangguhlah saya[529] sampai waktu mereka dibangkitkan". (surat Al A’raaf (7) ayat 14)

 

[529] Maksudnya: janganlah saya dan anak cucu saya dimatikan sampai hari kiamat sehingga saya berkesempatan menggoda Adam dan anak cucunya.

 

Allah SWT pun mengabulkan apa yang diminta oleh Iblis sang laknatullah ini dan Allah SWT berfirman kepadanya: Allah berfirman: "Sesungguhnya kamu Termasuk mereka yang diberi tangguh." (surat Al A’raaf (7) ayat 15).” Bayangkan permohonan iblis sang laknatullah saja dikabulkan oleh Allah SWT. Lalu Tidakkah Allah SWT juga akan mengabulkan segala permohonan Anda? Sekarang, masih ragukah kita dengan Allah SWT? Semoga dengan adanya hal ini mampu menghilangkan keraguan dari dalam diri kita saat kita berdoa. 

 

Sekarang mari kita perhatikan dengan seksama, tentang apa yang kami istilahkan dengan doa abadi yang tertuang di dalam surat Ali Imran (3) ayat 193, 194, dan 195 di bawah ini, yang kesemuanya untuk diri kita sepanjang kita berdoa kepadaNya. Allah SWT berfirman: “Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya Kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman, (yaitu): "Berimanlah kamu kepada Tuhanmu", Maka Kamipun beriman. Ya Tuhan Kami, ampunilah bagi Kami dosa-dosa Kami dan hapuskanlah dari Kami kesalahan-kesalahan Kami, dan wafatkanlah Kami beserta orang-orang yang banyak berbakti. Ya Tuhan Kami, berilah Kami apa yang telah Engkau janjikan kepada Kami dengan perantaraan Rasul-rasul Engkau. dan janganlah Engkau hinakan Kami di hari kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji." Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman): "Sesungguh-nya aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain[259]. Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang dibunuh, pastilah akan Ku-hapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan pastilah aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, sebagai pahala di sisi Allah. dan Allah pada sisi-Nya pahala yang baik." (surat Ali Imran (3) ayat 193, 194, 195)

 

[259] Maksudnya sebagaimana laki-laki berasal dari laki-laki dan perempuan, Maka demikian pula halnya perempuan berasal dari laki-laki dan perempuan. Kedua-duanya sama-sama manusia, tak ada kelebihan yang satu dari yang lain tentang penilaian iman dan amalnya.

 

Allah SWT telah mengabulkan begitu banyak doa kita, namun kita sering melupakannya. Tidak selamanya pengabulan doa seketika itu juga. Terkadang Allah SWT mengabulkannya pada waktu yang telah ditentukan dan kitapun lupa bila hal itu sesungguhnya sebagai jawaban atas doa doa kita sebelumnya yang pernah kita lakukan kepada Allah SWT yang waktunya entah kapan.

 

Rasulullah SAW bersabda: “Tidak seorangpun yang berdoa, kecuali akan dikabulkan. Pengabulannya itu bisa segera di dunia ini, dan bisa juga ditangguhkan di akhirat nanti, atau bisa juga digantikan dengan pengampunan doa sesuai dengan kadar doanya itu, dengan syarat ia tidak berdoa untuk sebuah perbuatan dosa, atau memutus tali silaturahmi, atau isti’jal (menuntut segera terkabul)”. Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apa yang dimaksud dengan isti’jal itu?” Beliau menjawab: “seseorang yang berkata, “Aku telah berdoa kepada Rabbku, namun belum juga dikabulkan”. (Hadits Riwayat Ath Thirmidzi).

 

Ingatlah, ketika kita telah berdoa kepada Allah SWT agar mengaruniakan kesuksesan, pekerjaan, tempat tinggal, pernikahan, keturunan, keleluasaan rezeki, kesembuhan, dan sebagainya. Beribu doa kita telah terkabul. Janganlah lupa, sebab manusia sejati tidak akan melupakan cinta dan jasa walaupun sekejab. Apalagi dengan pemberian yang terus menerus sepanjang hayat di kandung badan. Ingat, jangan sampai hal ini terjadi pada diri kita dan juga pada anak keturunan kita.

 

Bahasa Doa.

 

Pernah datang seorang laki laki kepada Rasulullah SAW lalu berkata: “Wahai Rasulullah, saya tidak bisa menirukan bacaan bacaan Anda maupun bacaan bacaan Muadz,” Maka Rasulullah SAW bertanya, “Apa yang biasa Anda baca?”. Lelaki itu menjawab, “Aku berucap, Ya Allah, sungguh aku meminta syurga kepada-Mu, dan berlindung kepada-Mu dari api neraka.” Rasulpun mengatakan, “Demikian jugalah aku dan Muadz biasa mengucapkan.” (Hadits Riwayat Ibnu Majah dan Imam Ahmad).

 

Berdasarkan hadits ini, berdoalah kepada Allah SWT seperti yang kita rasakan dan janganlah membebani diri. Jangan membuat-buat munajat. Jadilah diri kita sendiri, dan seketika itu juga kita akan menemukan lidah ini menjadi seolah-olah lidah para Shalihin! Hal ini sangat mungkin terjadi jika kita betul-betul tulus dan mencintai Allah SWT seraya merasakan dalamnya nilai kepasrahan diri kita terhadap-Nya yang akan menumbuhkan kerendahan, kekhusyu’an, ketenangan, perasaan butuh, dan keberhibaan penuh kepada Sang Pencipta langit dan bumi.

 

Lalu apa bahasa doa yang kita pergunakan, apakah harus dengan bahasa Arab ataukah dengan bahasa ibu (bahasa kita sehari hari/non Arab)? Adapun doa di luar shalat, maka tidak mengapa menggunakan bahasa non Arab. Seperti ini sama sekali tidak ada masalah lebih-lebih lagi jika hatinya semakin hadir (semakin memahami) doa yang ia panjatkan. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menerangkan, “Berdoa boleh dengan bahasa Arab dan bahasa non Arab. Allah SWT tentu saja mengetahui setiap maksud hamba walaupun lisannya pun tidak bisa menyuarakan. Allah Maha Mengetahui setiap doa dalam berbagai bahasa pun itu dan Dia pun Maha Mengetahui setiap kebutuhan yang dipanjatkan

 

Di lain sisi, Allah SWT selaku Dzat yang memperkenankan diri kita berdoa kepada-Nya juga telah mengemukakan contoh-contoh doa yang terbaik sebagaimana yang terdapat di dalam Al-Qur’an. Sehingga saat diri kita berdoa melalui doa yang ada di dalam Al-Qur’an berarti diri kita telah mengatakan kembali kata-kata Allah SWT yang telah dikatakan-Nya dalam Al-Qur’an,  kita katakan kembali kepada Allah SWT. Selain contoh doa yang terdapat di dalam Al-Qur’an, Nabi SAW juga banyak memberikan contoh-contoh doa kepada umat manusia. Adanya contoh doa di dalam Al-Qur’an dan juga di dalam hadits bukan menghantarkan diri kita menjadi orang- orang yang pandai membaca, akan tetapi mampu menjadikan diri ini menjadi orang- orang yang mampu berdoa kepada Allah SWT dengan baik dan benar.

 

Adanya Rahasia Pengkabulan Doa.

 

Doa yang kita panjatkan kepada Allah SWT pada dasarnya dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:

 

a.        Doa Kebutuhan dan;

b.        Doa Ubudiyyah (doa penghambaan).

 

Kedua jenis doa ini saling terkait. Alangkah baiknya jika kita berdoa dengan dua niat di atas, yaitu karena adanya kebutuhan untuk ditolong serta dibantu oleh Allah SWT dan juga karena bentuk penghambaan diri kepada Allah SWT. Selain daripada itu, yang harus di doakan terlebih dahulu adalah:

 

a.        Ampunan dan dihindarkan dari segala Azab;

b.        Diterimanya amal dan ibadah kita baik wajib ataupun sunnah;

c.         Supaya diperbesar, ditambah, dipelihara Amanah-Amanah yang berasal dari Allah SWT;

d.        Supaya diteguhkan Iman, Islam dan Ikhsan kita dan yang terakhir mohonlah supaya selalu dinaungi rahmat dan ridha Allah SWT.

 

Sebagai orang yang membutuhkan doa kepada Allah SWT ketahuilah bahwa dibalik doa yang kita panjatkan ternyata ada rahasia yang harus kita ketahui, sebagaimana termaktub dalam hadits berikut ini: “Abu Umamah ra, berkata: Nabi SAW bersabda: Allah ta’ala memerintahkan kepada para Malaikat: “Pergilah kalian kepada hamba-Ku dan berikan bala’ atau ujian kepadanya, karena Aku senang mendengar suaranya (suara doanya). (Hadits Riwayat Ath Thabrani; 272:210).”

 

Berdasrkan hadits ini Allah SWT menyatakan Aku senang mendengar suaranya (suara doanya), yang menandakan bahwa Allah SWT sangat berkehendak agar diri kita untuk selalu memperdengarkan doa doa kita kepadaNya, sehingga doa kita tertuda pengkabulannya. Ingat bukan tertolaknya doa tetapi tertunda doa. Lalu bagaimana dengan hasil dari doa yang kita mohonkan kepada Allah SWT?

 

Allah SWT sebagai pengabul permohonan doa akan memberikan yang terbaik bagi diri kita, sebagaimana dikemukakan oleh Allah SWT dalam surat Huud (11) ayat 46 berikut ini: “Allah berfirman: "Hai Nuh, Sesungguhnya Dia bukanlah Termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan), Sesungguhnya (perbuatan)nya[722] perbuatan yang tidak baik. Sebab itu janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahui (hakekat)nya. Sesungguhnya aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan Termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan." (surat Huud (11) ayat 46)

 

[722] Menurut Pendapat sebagian ahli tafsir bahwa yang dimaksud dengan perbuatannya, ialah permohonan Nabi Nuh a.s. agar anaknya dilepaskan dari bahaya.

 

Hal ini dimungkinkan karena kita tidak tahu apa yang terbaik bagi diri kita dan apa yang diberikan oleh Allah SWT merupakan hak prerogratif Allah SWT. Sehingga kita tidak bisa memaksa Allah SWT untuk selalu mengabulkan apa yang kita mohonkan kepada Allah SWT. Jadi sebagai orang yang telah beriman dan bertaqwa jangan pernah takut doa kita tidak didengarkan oleh Allah SWT dan juga jangan pernah takut doa kita tidak di ijabah oleh Allah SWT.

 

Dan setelah doa yang kita mohonkan dikabulkan oleh Allah SWT, apakah setelah itu kita seolah-olah tidak ada hubungan lagi dengan Allah SWT atau kita putus hubungan dengan Allah SWT? Apabila kita termasuk orang yang telah Tahu Diri yaitu tahu siapa diri kita sebenarnya dan Tahu siapa Allah SWT sebenarnya, maka tidak sepantasnya dan tidak sepatutnya setelah doa kita dikabulkan lalu Allah SWT kita kebelakangkan. Untuk itu kita harus selalu bersyukur atas dikabulkannya doa yang kita mohonkan dengan berbuat sesuatu yang baik kepada sesama karena Allah SWT. atau kita menunaikan shadaqah dan jariah untuk fakir miskin sebagai bukti syukur kita kepada Allah SWT setelah doa dikabulkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar