Sekarang
bagaimana jika kita telah berdoa kepada Allah SWT namun apa yang kita panjatkan
atau mohonkan kepada Allah SWT belum juga di ijabah, apa yang harus kita
lakukan? Ketika kita merasa bahwa
Allah SWT tidak mendengarkan doa kita, itulah kesuksesan tertinggi dan terbesar
bagi setan. Setan sangat ingin meyakinkan seseorang bahwa Allah SWT telah
mengabaikan hamba-Nya karena dosa-dosa yang telah dilakukannya. Sedangkan Allah
SWT sama sekali tidak pernah sekalipun mengabaikan hamba-Nya.
Jadi, kita tidak boleh putus asa dengan
Allah SWT atau berpikir karena dosa-dosa masa lalu kita lalu Allah SWT berhenti
mendengarkan kita sehingga berhenti mengabulkan doa-doa kita. Untuk
itu mari kita bercermin kepada apa-apa yang dikemukakan oleh Ibrahim bin
Adam, tentang firman Allah SWT yang
terdapat dalam surat Al Mu'min (40) ayat 60 yang kami kemukakan berikut ini: “dan Tuhanmu
berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.
Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku[1326] akan
masuk neraka Jahannam dalam Keadaan hina dina". (surat Al Mu'min (40) ayat 60).
[1326]
Yang dimaksud dengan menyembah-Ku di sini ialah berdoa kepada-Ku.
Jika kita merasa sudah melakukan itu semua kepada
Allah SWT, tetapi mengapa tidak dikabulkan? Lalu Ibrahim bin Adam ra, menjawab:
1.
Kalian telah mengerti Allah SWT, mengapa kalian
tidak mentaatinya?;
2.
Kalian telah mengetahui Diinul Islam, mengapa kalian
tidak mau mengakuinya?
3.
Kalian membaca Al-Qur’an,tetapi mengapa kalian tidak
mengamalkan isinya?
4.
Kalian mengerti tentang setan tetapi mengapa selalu
mengikutinya?
5.
Kalian mengaku cinta kepada Rasulullah, tetapi
mengapa kalian meninggalkan sunnahnya?
6.
Kalian mengaku cinta kepada syurga, tetapi mengapa
kalian tidak beramal untuknya?
7.
Kalian takuk kepada neraka, tetapi mengapa kalian
selalu melakukan dosa?
8.
Kalian mengatakan bahwa mati itu pasti terjadi,
tetapi mengapa kalian tidak mempersiapkan bekalnya?
9.
Kalian sibuk mengurus cela orang lain, tetapi
mengapa kalian tidak mau memperhatikan cela diri kalian sendiri?
10. Kalian telah
memakan rezeki dan nikmat Allah SWT, tetapi mengapa kalian tidak mau bersyukur?
11. Kalian
menguburkan mayat, tetapi mengapa kalian tidak mengambilnya sebagai ibarat?
Untuk itu bersegeralah untuk melakukan introspeksi
sebelum kita memanjatkan doa kepada Allah SWT dengan memperhatikan kondisi diri
kita sendiri dan juga kita harus tahu dan mengerti dengan jelas apa yang akan
kita mohonkan kepada Allah SWT. Hal yang harus kita jadikan perhatian adalah
bahwa Allah SWT pasti mendengar doa kita sepanjang kita mampu memenuhi syarat
dan ketentuan yang dikehendaki oleh Allah SWT.
Agar Kedua Tangan Tetap
Menengadah ke Langit.
Doa
adalah pusat dan pondasi dasar dari Diinul Islam. Doa baru akan bermakna jika
yang berdoa, tahu makna dari doa yang sesungguhnya disampaikannya. Lalu kita
juga harus mengetahui apa arti yang sesungguhnya dari doa yang kita mohonkan
kepada Allah SWT! Dari posisi mana kita memohon? Samakah memohon kepada Allah
SWT dengan meminta pada orang tua atau orang lain? Kalau tidak, apa bedanya.
Apa yang harus kita harapkan ketika berdoa. Tanpa ini semuanya rasanya doa akan
menjadi hambar tanpa makna, berlalu tanpa kesan. Untuk itu, silahkan simak
beberapa pertanyaan berikut yang harus diberi jawaban agar pemahaman kita
tentang doa itu ibadah akan menjadi sangat jelas.
a.
Adakah
di antara kita yang tidak memiliki masalah sama sekali?
b.
Adakah
di antara kita yang hidupnya teratur dengan sempurna?
c.
Adakah
di antara kita yang tidak memiliki cita cita yang berusaha ia capai?
d.
Adakah
di antara kita yang sama sekali tidak memiliki obsesi yang berusaha ia gapai?
e.
Adakah
di antara kita yang selamanya santai penuh sepanjang hidupnya?
f.
Adakah
di antara kita yang tidak memiliki harapan harapan besar yang sulit diraih?
g.
Adakah
di antara kita yang merasa tenang karena yakin bahwa dosa dosanya tidak akan
membuat dia masuk neraka?
h. Adakah di antara kita yang sama sekali
tidak membutuhkan Allah SWT?
i.
Adakah
di antara kita yang mampu berbuat dan bertindak tanpa bantuan dan pertolongan
Allah SWT?
j.
Adakah
di antara kita yang merasa kuat dan mampu selamanya?
k.
Adakah
di antara kita yang merasa super dalam segala hal?
Tujuan
dari kita berdoa adalah agar tangan kita selalu menengadah ke atas memohon
kepada Allah SWT dan agar diri kita memiliki keyakinan kuat bahwa Allah SWT
akan mengabulkan permintaan kita bila kita berdoa kepada-Nya. Kita berdoa
menunjukkan bahwa kita itu lemah, kita tidak berdaya, kita itu kecil, kita
bukanlah siapa siapa. Lalu apalagi yang membuat kita tidak mau berdoa kepada-Nya?
Allah SWT berfirman: “Hai manusia, kamulah yang berkehendak
(membutuhkan) kepada Allah; dan Allah Dialah yang Maha Kaya (tidak memerlukan
sesuatu) lagi Maha Terpuji. (surat Faathir (35) ayat 15).”
Masuk
akalkah seseorang yang sedang tenggelam memohon pertolongan dari orang yang
juga tenggelam? Masuk akalkah seseorang yang sedang membutuhkan pertolongan,
lalu meminta pertolongan dari orang yang juga membutuhkan pertolongan? Jika
kita masih memiliki akal sehat tentu kita tidak melakukan hal ini, terkecuali
akal sehat kita sudah lenyap dari dalam diri kita.
Hati, Mengapa Engkau
Belum Juga Terbangun?
Sekarang
simaklah hadits qudsi berikut ini, agar kita mengetahui sebesar apakah kita
membutuhkan Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda, Allah berfirman:”Wahai
hamba-hamba-Ku, setiap kalian itu sesat kecuali yang Aku tunjuki hidayah, maka
memintalah petunjuk kepada-Ku, niscaya Aku beri kalian petunjuk; Wahai
hamba-hamba-Ku, setiap kalian itu lapar kecuali yang Aku beri makan, maka
memintalah makan kepada-Ku, niscaya Aku beri makan kalian; Wahai
hamba-hamba-Ku, setiap kalian itu telanjang, kecuali yang Aku beri pakaian,
maka memintalah pakaian kepada-Ku, niscaya Aku beri kalian pakaian; Wahai
hamba-hamba-Ku, setiap kalian bersalah siang dan malam, sementara Aku
mengampuni segala dosa, maka meminta ampunlah kalian kepada-Ku, niscaya Aku
ampuni kalian; Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya kalian tidak akan mampu
menggapai kemudharatan-Ku sehingga kalian membahayakan-Ku, dan kalian juga
tidak akan mampu menggapai kemanfaatan-Ku sehingga memberi manfaat kepada-Ku.
Wahai hamba-hamba-Ku, kalaulah seluruh generasi awal dan generasi akhir kalian,
serta seluruh bangsa manusia dan bangsa jin kalian adalah seperti hati orang
yang paling bertaqwa di antara kalian, maka itu tidak akan memberikan tambahan
apapun terhadap kekuasaan-Ku; Wahai-hamba hamba-Ku, kalaulah seluruh generasi
awal dan generasi akhir kalian, serta seluruh bangsa manusia dan bangsa jin
kalian adalah seperti hati orang yang paling nista di antara kalian, maka
itupun tidak akan membuat kekuasaan-Ku berkurang; Wahai hamba-hamba-Ku,
kalaulah seluruh generasi awal dan generasi akhir kalian, serta seluruh bangsa manusia dan bangsa
jin kalian berdiri dalam sebuah bukit, kemudian kalian semua mengajuka
permintaan kepada-Ku, lalu Aku beri setiap orang apa yang ia minta, maka apa
yang ada di sisi-Ku tidak akan berkurang sedikitpun kecuali sebagaimana
sebatang jarum mengurangi air samudra ketika dicelupkan ke dalamnya.” (Hadits
Riwayat Muslim; Ath Thurmidzi, dan Ibnu Majah).”
Sekarang
bacalah sekali lagi hadits di atas ini, bukan dengan lidah kita, namun dengan
hati sanubari kita. Lalu jadikan panggilan “Wahai
hamba-hamba-Ku” sebagai peringatan
untuk kita, agar diri kita tidak lalai ataupun pergi begitu saja. Pernahkah
kita membayangkan bahwa kata-kata “Wahai
hamba-hamba-Ku” adalah kata-kata yang dikemukakan oleh Allah SWT terlebih
kepada diri selaku hamba hamba-Nya yang menunjukkan bahwa Allah SWT sangat
memberikan perhatian kepada diri kita? Jika sampai hati kita tidak juga
terketuk atau tidak juga terbangun dengan kata-kata “Wahai hamba-hamba-Ku” berarti kita sendirilah yang telah membuang
perhatian Allah SWT kepada diri kita.
Lalu,
pernahkah kita mengatakan pada suatu hari kepada diri sendiri, “Aku ingin
bertaubat dan lalu mendekatkan diri kepada Allah..”. Rabb kita sekarang
memanggil kita dan menyerukan, “Mintalah petunjuk kepada-Ku, niscaya Aku beri
kalian petunjuk! Ya, kita cukup memohon petunjuk. Bayangkan kita cukup berdoa
kepada Allah SWT, niscaya Allah SWT akan menepati apa yang Dia perintahkan dan
akan memberi kita taufik dan hidayah-Nya. Percayalah, sebab ini adalah firman
Allah “maka mintalah petunjuk kepada-Ku…… “mintalah makan kepada-Ku…..
“mintalah pakaian kepada-Ku,………. “mintalah ampunan kepada-Ku…….…”
Allah
SWT memerintahkan kepada kita untuk berdoa kepada-Nya agar Dia memberi kita
petunjuk, memberi kita makanan, memberi kita pakaian, memberi kita ampunan dan bahkan
akan memberi kita syurga. Ya Allah, alangkah payahnya engkau, wahai hati! Belum
jugakah saatnya bagimu untuk bangun dan tersadar?! Sadarlah, wahai hati dan
segeralah berdoa kepada Allah SWT kapanpun dan dimanapun. Pintalah kepada-Nya
dan latihlah tanganmu untuk selalu menengadah ke atas!.
Untuk
itu mari, kita pergunakan kesempatan ini dan berdoalah saat ini juga. Ingat, di
surat Al Baqarah (2) ayat 186 berikut ini: “dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya
kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. aku
mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku,
Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka
beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” Ada satu
syarat mutlak yang dikehendaki oleh Allah SWT, yaitu ‘Apabila Ia Berdoa’!
Sekarang terserah kepada diri masing-masing, kita sendiri yang memilih waktu
yang sesuai untuk berdoa dan juga isi doa yang kita mohonkan. Dan kita juga
yang akan membatasinya. Ingat, Allah SWT akan mengabulkan doa, tapi dengan
syarat “apabila Anda berdoa’ kepada-Nya, bukan kepada yang lain”.
Jika
hati ini terbangun betapa besar karunia Allah SWT kepada kita dengan memberikan
fasilitas berdoa kepada-Nya. Dimana fasilitas ini bisa mengubah segalanya. Dari
sesuatu yang jelek menjadi baik, dari sakit menjadi sehat, dari susah menjadi
mudah, dari miskin menjadi kaya, dari bodoh menjadi pintar dan masih banyak
lagi. Lalu pernahkah kita membayangkan berapa nilai perubahan itu jika
dikalkulasi dalam bentuk mata uang. Tidakkah hal ini menjadikan hati ini
terketuk.
Kita
sangat membutuhkan doa setelah beragam virus dan penyakit menyerang kita di
setiap tempat, dimana tidak seorangpun, baik kecil maupun dewasa, yang tidak
memiliki penyakit, kecuali orang yang dianugerahi Allah SWT kesehatan. Kepada
Allah kita memohon agar semua senantiasa sehat wa afiat. Bagi setiap orang yang
sakit, dengan izin Allah SWT kita akan sembuh dengan dua syarat, yaitu: (1) doa:
“Aku meangabulkan permohonan orang yang mendoa apabila ia berdoa kepada-Ku”; (2)
keyakinan atas terkabulnya doa: “Aku sesuai dengan keyakinan hamba-Ku kepada-Ku”.
Lalu apakah kita akan menghilangkan begitu saja fasilitas yang sudah
dipersiapkan oleh Allah SWT kepada diri ini?
Doa Iblis Dan Doa Abadi.
Sekarang
mari kita perhatikan dengan seksama pernyataan berikut ini: “Jangan takut bila
Allah SWT tidak akan mengabulkan doamu karena Dia mengetahui kejelekan yang ada
padamu, sebab Dia telah mengabulkan doa dari makhluk-Nya yang paling jelek,
yaitu iblis sang terlaknat, ketika iblis berkata: iblis menjawab: "Beri
tangguhlah saya[529] sampai waktu mereka dibangkitkan". (surat Al A’raaf
(7) ayat 14)
[529] Maksudnya: janganlah
saya dan anak cucu saya dimatikan sampai hari kiamat sehingga saya
berkesempatan menggoda Adam dan anak cucunya.
Allah
SWT pun mengabulkan apa yang diminta oleh Iblis sang laknatullah ini dan Allah
SWT berfirman kepadanya: Allah berfirman: "Sesungguhnya kamu
Termasuk mereka yang diberi tangguh." (surat Al A’raaf (7) ayat 15).” Bayangkan
permohonan iblis sang laknatullah saja dikabulkan oleh Allah SWT. Lalu Tidakkah Allah SWT juga akan
mengabulkan segala permohonan Anda? Sekarang, masih ragukah kita dengan Allah
SWT? Semoga dengan adanya hal ini mampu menghilangkan keraguan dari dalam diri
kita saat kita berdoa.
Sekarang
mari kita perhatikan dengan seksama, tentang apa yang kami istilahkan dengan
doa abadi yang tertuang di dalam surat Ali Imran (3) ayat 193, 194, dan 195 di
bawah ini, yang kesemuanya untuk diri kita sepanjang kita berdoa kepadaNya.
Allah SWT berfirman: “Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya Kami mendengar
(seruan) yang menyeru kepada iman, (yaitu): "Berimanlah kamu kepada
Tuhanmu", Maka Kamipun beriman. Ya Tuhan Kami, ampunilah bagi Kami
dosa-dosa Kami dan hapuskanlah dari Kami kesalahan-kesalahan Kami, dan
wafatkanlah Kami beserta orang-orang yang banyak berbakti. Ya Tuhan Kami,
berilah Kami apa yang telah Engkau janjikan kepada Kami dengan perantaraan
Rasul-rasul Engkau. dan janganlah Engkau hinakan Kami di hari kiamat. Sesungguhnya
Engkau tidak menyalahi janji." Maka Tuhan mereka memperkenankan
permohonannya (dengan berfirman): "Sesungguh-nya aku tidak menyia-nyiakan
amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan,
(karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain[259]. Maka
orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti
pada jalan-Ku, yang berperang dan yang dibunuh, pastilah akan Ku-hapuskan
kesalahan-kesalahan mereka dan pastilah aku masukkan mereka ke dalam surga yang
mengalir sungai-sungai di bawahnya, sebagai pahala di sisi Allah. dan Allah
pada sisi-Nya pahala yang baik." (surat Ali Imran (3) ayat 193, 194, 195)
[259] Maksudnya sebagaimana
laki-laki berasal dari laki-laki dan perempuan, Maka demikian pula halnya
perempuan berasal dari laki-laki dan perempuan. Kedua-duanya sama-sama manusia,
tak ada kelebihan yang satu dari yang lain tentang penilaian iman dan amalnya.
Allah
SWT telah mengabulkan begitu banyak doa kita, namun kita sering melupakannya. Tidak
selamanya pengabulan doa seketika itu juga. Terkadang Allah SWT mengabulkannya
pada waktu yang telah ditentukan dan kitapun lupa bila hal itu sesungguhnya
sebagai jawaban atas doa doa kita sebelumnya yang pernah kita lakukan kepada
Allah SWT yang waktunya entah kapan.
Rasulullah
SAW bersabda: “Tidak seorangpun yang berdoa, kecuali akan dikabulkan. Pengabulannya
itu bisa segera di dunia ini, dan bisa juga ditangguhkan di akhirat nanti, atau
bisa juga digantikan dengan pengampunan doa sesuai dengan kadar doanya itu,
dengan syarat ia tidak berdoa untuk sebuah perbuatan dosa, atau memutus tali
silaturahmi, atau isti’jal (menuntut segera terkabul)”. Para sahabat bertanya,
“Wahai Rasulullah, apa yang dimaksud dengan isti’jal itu?” Beliau menjawab:
“seseorang yang berkata, “Aku telah berdoa kepada Rabbku, namun belum juga
dikabulkan”. (Hadits Riwayat Ath Thirmidzi).
Ingatlah, ketika kita telah
berdoa kepada Allah SWT agar mengaruniakan kesuksesan, pekerjaan, tempat
tinggal, pernikahan, keturunan, keleluasaan rezeki, kesembuhan, dan sebagainya.
Beribu doa kita telah terkabul. Janganlah lupa, sebab manusia sejati tidak akan
melupakan cinta dan jasa walaupun sekejab. Apalagi dengan pemberian yang terus
menerus sepanjang hayat di kandung badan. Ingat, jangan sampai hal ini terjadi
pada diri kita dan juga pada anak keturunan kita.
Bahasa Doa.
Pernah
datang seorang laki laki kepada Rasulullah SAW lalu berkata: “Wahai
Rasulullah, saya tidak bisa menirukan bacaan bacaan Anda maupun bacaan bacaan
Muadz,” Maka Rasulullah SAW bertanya, “Apa yang biasa Anda baca?”.
Lelaki itu menjawab, “Aku berucap, Ya Allah, sungguh aku meminta syurga
kepada-Mu, dan berlindung kepada-Mu dari api neraka.” Rasulpun mengatakan,
“Demikian jugalah aku dan Muadz biasa mengucapkan.” (Hadits Riwayat Ibnu Majah
dan Imam Ahmad).
Berdasarkan
hadits ini, berdoalah kepada Allah SWT seperti yang kita rasakan dan janganlah
membebani diri. Jangan membuat-buat munajat. Jadilah diri kita sendiri, dan
seketika itu juga kita akan menemukan lidah ini menjadi seolah-olah lidah para
Shalihin! Hal ini sangat mungkin terjadi jika kita betul-betul tulus dan
mencintai Allah SWT seraya merasakan dalamnya nilai kepasrahan diri kita
terhadap-Nya yang akan menumbuhkan kerendahan, kekhusyu’an, ketenangan, perasaan
butuh, dan keberhibaan penuh kepada Sang Pencipta langit dan bumi.
Lalu
apa bahasa doa yang kita pergunakan, apakah harus dengan bahasa Arab ataukah
dengan bahasa ibu (bahasa kita sehari hari/non Arab)? Adapun doa di luar
shalat, maka tidak mengapa menggunakan bahasa non Arab. Seperti ini sama sekali
tidak ada masalah lebih-lebih lagi jika hatinya semakin hadir (semakin
memahami) doa yang ia panjatkan. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menerangkan, “Berdoa boleh dengan bahasa Arab dan bahasa
non Arab. Allah SWT tentu saja mengetahui setiap maksud hamba walaupun lisannya
pun tidak bisa menyuarakan. Allah Maha Mengetahui setiap doa dalam berbagai
bahasa pun itu dan Dia pun Maha Mengetahui setiap kebutuhan yang dipanjatkan”
Di
lain sisi, Allah SWT selaku Dzat yang memperkenankan diri kita berdoa kepada-Nya
juga telah mengemukakan contoh-contoh doa yang terbaik sebagaimana yang
terdapat di dalam Al-Qur’an. Sehingga saat diri kita berdoa melalui doa yang
ada di dalam Al-Qur’an berarti diri kita telah mengatakan kembali kata-kata
Allah SWT yang telah dikatakan-Nya dalam Al-Qur’an, kita katakan kembali kepada Allah SWT. Selain
contoh doa yang terdapat di dalam Al-Qur’an, Nabi SAW juga banyak memberikan
contoh-contoh doa kepada umat manusia. Adanya contoh doa di dalam Al-Qur’an dan
juga di dalam hadits bukan menghantarkan diri kita menjadi orang- orang yang
pandai membaca, akan tetapi mampu menjadikan diri ini menjadi orang- orang yang
mampu berdoa kepada Allah SWT dengan baik dan benar.
Adanya
Rahasia Pengkabulan Doa.
Doa yang kita panjatkan kepada Allah SWT pada dasarnya dapat
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
a.
Doa
Kebutuhan dan;
b.
Doa
Ubudiyyah (doa penghambaan).
Kedua jenis doa ini saling terkait. Alangkah baiknya jika
kita berdoa dengan dua niat di atas, yaitu karena adanya kebutuhan untuk
ditolong serta dibantu oleh Allah SWT dan juga karena bentuk penghambaan diri
kepada Allah SWT. Selain daripada itu, yang harus di doakan terlebih dahulu
adalah:
a.
Ampunan
dan dihindarkan dari segala Azab;
b.
Diterimanya
amal dan ibadah kita baik wajib ataupun sunnah;
c.
Supaya
diperbesar, ditambah, dipelihara Amanah-Amanah yang berasal dari Allah SWT;
d.
Supaya
diteguhkan Iman, Islam dan Ikhsan kita dan yang terakhir mohonlah supaya selalu
dinaungi rahmat dan ridha Allah SWT.
Sebagai
orang yang membutuhkan doa kepada Allah SWT ketahuilah bahwa dibalik doa yang
kita panjatkan ternyata ada rahasia yang harus kita ketahui, sebagaimana termaktub
dalam hadits berikut ini: “Abu Umamah ra, berkata: Nabi SAW bersabda:
Allah ta’ala memerintahkan kepada para Malaikat: “Pergilah kalian kepada hamba-Ku
dan berikan bala’ atau ujian kepadanya, karena Aku senang mendengar suaranya
(suara doanya). (Hadits Riwayat Ath Thabrani; 272:210).”
Berdasrkan
hadits ini Allah SWT menyatakan Aku senang mendengar suaranya (suara doanya),
yang menandakan bahwa Allah SWT sangat berkehendak agar diri kita untuk selalu
memperdengarkan doa doa kita kepadaNya, sehingga doa kita tertuda
pengkabulannya. Ingat bukan tertolaknya doa tetapi tertunda doa. Lalu bagaimana dengan hasil dari doa yang
kita mohonkan kepada Allah SWT?
Allah SWT sebagai pengabul permohonan doa akan
memberikan yang terbaik bagi diri kita, sebagaimana dikemukakan oleh Allah SWT
dalam surat Huud (11) ayat 46 berikut ini: “Allah berfirman: "Hai Nuh,
Sesungguhnya Dia bukanlah Termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan
diselamatkan), Sesungguhnya (perbuatan)nya[722] perbuatan yang tidak baik.
Sebab itu janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahui
(hakekat)nya. Sesungguhnya aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan
Termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan." (surat Huud (11) ayat 46)
[722] Menurut Pendapat sebagian ahli tafsir bahwa
yang dimaksud dengan perbuatannya, ialah permohonan Nabi Nuh a.s. agar anaknya
dilepaskan dari bahaya.
Hal ini
dimungkinkan karena kita tidak tahu apa yang terbaik bagi diri kita dan apa
yang diberikan oleh Allah SWT merupakan hak prerogratif Allah SWT. Sehingga
kita tidak bisa memaksa Allah SWT untuk selalu mengabulkan apa yang kita
mohonkan kepada Allah SWT. Jadi sebagai orang yang telah beriman dan bertaqwa
jangan pernah takut doa kita tidak didengarkan oleh Allah SWT dan juga jangan
pernah takut doa kita tidak di ijabah oleh Allah SWT.
Dan setelah doa yang kita mohonkan dikabulkan oleh
Allah SWT, apakah setelah itu kita seolah-olah tidak ada hubungan lagi dengan
Allah SWT atau kita putus hubungan dengan Allah SWT? Apabila kita termasuk
orang yang telah Tahu Diri yaitu tahu siapa diri kita sebenarnya dan Tahu siapa
Allah SWT sebenarnya, maka tidak sepantasnya dan tidak sepatutnya setelah doa
kita dikabulkan lalu Allah SWT kita kebelakangkan. Untuk itu kita harus selalu
bersyukur atas dikabulkannya doa yang kita mohonkan dengan berbuat sesuatu yang
baik kepada sesama karena Allah SWT. atau kita menunaikan shadaqah dan jariah
untuk fakir miskin sebagai bukti syukur kita kepada Allah SWT setelah doa
dikabulkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar