Label

MEMANUSIAKAN MANUSIA: INILAH JATIDIRI MANUSIA YANG SESUNGGUHNYA (79) SETAN HARUS JADI PECUNDANG: DIRI PEMENANG (68) SEBUAH PENGALAMAN PRIBADI MENGAJAR KETAUHIDAN DI LAPAS CIPINANG (65) INILAH ALQURAN YANG SESUNGGUHNYA (60) ROUTE TO 1.6.799 JALAN MENUJU MAKRIFATULLAH (59) MUTIARA-MUTIARA KEHIDUPAN: JALAN MENUJU KERIDHAAN ALLAH SWT (54) PUASA SEBAGAI KEBUTUHAN ORANG BERIMAN (50) ENERGI UNTUK MEMOTIVASI DIRI & MENJAGA KEFITRAHAN JIWA (44) RUMUS KEHIDUPAN: TAHU DIRI TAHU ATURAN MAIN DAN TAHU TUJUAN AKHIR (38) TAUHID ILMU YANG WAJIB KITA MILIKI (36) THE ART OF DYING: DATANG FITRAH KEMBALI FITRAH (33) JIWA YANG TENANG LAGI BAHAGIA (27) BUKU PANDUAN UMROH (26) SHALAT ADALAH KEBUTUHAN DIRI (25) HAJI DAN UMROH : JADIKAN DIRI TAMU YANG SUDAH DINANTIKAN KEDATANGANNYA OLEH TUAN RUMAH (24) IKHSAN: INILAH CERMINAN DIRI KITA (24) RUKUN IMAN ADALAH PONDASI DASAR DIINUL ISLAM (23) ZAKAT ADALAH HAK ALLAH SWT YANG HARUS DITUNAIKAN (20) KUMPULAN NASEHAT UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK (19) MUTIARA HIKMAH DARI GENERASI TABI'IN DAN TABI'UT TABIIN (18) INSPRIRASI KESEHATAN DIRI (15) SYAHADAT SEBAGAI SEBUAH PERNYATAAN SIKAP (14) DIINUL ISLAM ADALAH AGAMA FITRAH (13) KUMPULAN DOA-DOA (10) BEBERAPA MUKJIZAT RASULULLAH SAW (5) DOSA DAN JUGA KEJAHATAN (5) DZIKIR UNTUK KEBAIKAN DIRI (4) INSPIRASI DARI PARA SAHABAT NABI (4) INILAH IBADAH YANG DISUKAI NABI MUHAMMAD SAW (3) PEMIMPIN DA KEPEMIMPINAN (3) TAHU NABI MUHAMMAD SAW (3) DIALOQ TOKOH ISLAM (2) SABAR ILMU TINGKAT TINGGI (2) SURAT TERBUKA UNTUK PEROKOK dan KORUPTOR (2) IKHLAS DAN SYUKUR (1)

Rabu, 16 Desember 2015

Route to 1.6.7.99 : APA YANG HARUS DIIMANI dan DIYAKINI dari ALLAH SWT



Hamba ALLAH SWT yang selalu dirahmati-Nya
Anda mungkin heran dengan pokok bahasan ini, dan mungkin bertanya apa maksud dari pembahasan ini. Apakah tidak cukup Iman kepada ALLAH SWT yang telah kita lakukan, sehingga kita harus mempertanyakan kembali apa yang harus diyakini dari ALLAH SWT? Hal ini penting kami kemukakan dan perlu dibahas secara detail sebab untuk dapat mengimani dan meyakini ALLAH SWT dan merasakan nikmat bertuhankan ALLAH SWT, tidak serta merta dapat kita raih begitu saja tanpa ada proses yang menyertainya.


Seperti kita ketahui bersama, Iman harus di mulai dari Mengenal ALLAH SWT secara utuh barulah kita bisa mengimani ALLAH SWT yang dilanjutkan dengan Meyakini ALLAH SWT. Adanya kondisi ini  berarti Iman dan Yakin kepada ALLAH SWT merupakan hasil dari suatu  proses  jangka panjang yang harus dilakukan secara terus menerus selama Hayat dikandung badan. Iman dan Yakin tidak akan bisa dilakukan secara  Insidentil, jika butuh ALLAH SWT kita Iman dan Yakin dan jika tidak butuh dengan ALLAH SWT kita tidak mau beriman dan tidak Yakin dengan ALLAH SWT. Iman dan Yakin tidak boleh dilakukan pada saat kita membutuhkan pertolongan dan bantuan dari ALLAH SWT saja, atau pada saat kita sedang susah saja. Iman dan Yakin harus Konsisten dilakukan dari waktu ke waktu, sehingga Iman dan Yakin tidak mengenal situasi, apakah di saat senang ataupun di saat susah.


Agar kita dapat menempatkan dan meletakkan Iman dan Yakin sesuai dengan ketentuan yang dikehendaki ALLAH SWT, maka kita harus terlebih dahulu memiliki Ilmu tentang ALLAH SWT secara utuh dan konprehensif sehingga kita dapat meletakkan dan menempatkan ALLAH SWT pada posisi yang sebenarnya, sehingga dapat menghantarkan diri kita memperoleh kenikmatan bertuhankan kepada ALLAH SWT secara terus menerus, pada akhirnya tidak hanya diri kita saja yang merasakan itu semua, namun istri, suami, anak keturunan serta masyarakat juga merasakan Nilai-Nilai Kebaikan yang telah kita peroleh.


Sebelum kami membahas lebih lanjut tentang apa yang harus kita Imani dan Yakini dari ALLAH SWT, perkenankan kami mengemukakan 2(dua) hal yang harus kita perhatikan dengan seksama, yaitu :


1.      Hal yang paling pertama dan paling utama yang harus kita Imani dan Yakini adalah kita harus mengimani dan meyakini bahwa ALLAH SWT itu ada dengan sendirinya sehingga ALLAH SWT  yang pertama kali ada dan akan ada selamanya dan ALLAH SWT mustahil tidak ada. Dan jika ini keadaannya berarti alam semesta beserta isinya tidak akan pernah ada jika ALLAH SWT tidak ada. 


2.   Iman dan Yakin kepada ALLAH SWT, tidak bisa hanya diletakkan di dalam bibir saja atau sebatas ucapan saja. Akan tetapi Iman dan Yakin bisa harus diletakkan di dalam Hati Ruhani, yang dilanjutkan dengan dibuktikan dalam perbuatan, sehingga antara kata dan perbuatan selalu sesuai.


Sebagai KHALIFAH di muka bumi, sudahkah 2(dua) hal yang kami kemukakan di atas, kita miliki sebagai modal dasar diri kita untuk mengimani dan meyakini ALLAH SWT saat hidup di muka bumi? Harapan kami kedua kondisi di atas sudah kita miliki dan selanjutnya mari kita pelajari dengan seksama apa-apa saja yang harus kita Imani dan Yakini dari ALLAH SWT, yaitu :



A. IMANI dan YAKINI bahwa ALLAH SWT adalah MAHA PENCIPTA dan juga MAHA PEMILIK


Untuk menciptakan sesuatu pasti harus didahului dengan adanya Kehendak (dalam hal ini Iradat) yang diiringi dengan Kemampuan (dalam hal ini Qudrat) serta yang diiringi pula dengan Ilmu (dalam hal ini Ilmu) sebab jika tanpa ada ke tiganya secara seimbang dan juga berbarengan maka akan sulit menciptakan sesuatu. Hal ini dikarenakan jika yang ada hanya Kehendak tanpa diiringi dengan Kemampuan dan Ilmu artinya angan-angan belaka. Sedangkan jika yang ada hanyalah Ilmu tanpa dibarengi dengan Kehendak dan Kemampuan artinya hanya konsep belaka. Demikian pula jika yang ada hanya Kemampuan tanpa diiringi oleh Kehendak dan Ilmu artinya khayalan. Sekarang langit dan bumi dengan segala isinya sudah ada dan kitapun sudah ada pula disana, lalu wajibkah bagi yang menciptakan langit dan bumi beserta isinya memiliki Kehendak, Kemampuan dan llmu yang sangat hebat?


Akal sehat manusia menyatakan bahwa pencipta dari langit dan bumi beserta isinya pasti memilki Kehendak, Kemampuan dan Ilmu yang sangat hebat, sekarang siapakah yang memiliki Kehendak, Kemampuan dan Ilmu yang sangat hebat sehingga mampu menciptakan langit dan bumi? Berdasarkan surat Ibrahim (14) ayat 19 yang kami kemukakan di bawah ini, pencipta dari langit dan bumi beserta segala isinya adalah ALLAH SWT dan jika ALLAH SWT adalah pencipta langit dan bumi berarti ALLAH SWT dapat dipastikan memiliki Kehendak, Kemampuan dan Ilmu yang sangat hebat serta ALLAH SWT pasti harus ada terlebih dahulu sebelum ciptaannya diciptakan.


tidakkah kamu perhatikan, bahwa Sesungguhnya Allah telah menciptakan langit dan bumi dengan hak[784]? jika Dia menghendaki, niscaya Dia membinasakan kamu dan mengganti(mu) dengan makhluk yang baru,
(surat Ibrahim (14) ayat 19)

[784] Maksudnya: Allah menjadikan semua yang disebutkan itu bukanlah dengan percuma, melainkan dengan penuh hikmah.


Selanjutnya apakah langit dan bumi yang ada saat ini, hanya sekedar Ciptaan ALLAH SWT belaka, atau adakah hal-hal lainnya selain daripada itu? Di dalam setiap ciptaan yang diciptakan oleh ALLAH SWT, termasuk di dalamnya langit dan bumi terdapat 2(dua) dimensi lainnya di balik ciptaan yang diciptakan oleh ALLAH SWT, yaitu:


1.    Dimensi yang pertama adalah segala apa-apa yang diciptakan oleh ALLAH SWT  merupakan Tanda-Tanda dari Kebesaran dan Kemahaan ALLAH SWT itu sendiri. Apa dasarnya? Adanya ciptaan merupakan bukti dari adanya Kehendak, Kemampuan dan Ilmu ALLAH SWT yang sangat Maha dan dengan kemahaan itulah diciptakanlah langit dan bumi beserta isinya, atau dengan kata lain ciptaan yang diciptakan oleh ALLAH SWT merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Kehendak, Kemampuan dan Ilmu ALLAH SWT yang sudah dituangkan ke alam semesta, sedangkan yang masih ada pada         ALLAH SWT tidak akan pernah berkurang sedikitpun karena ALLAH SWT Maha dan akan Maha selamanya. 


2.     Dimensi yang kedua adalah dibalik setiap ciptaan yang diciptakan oleh ALLAH SWT, apakah itu langit dan bumi, apakah itu manusia,  disana ada ALLAH SWT, atau  ALLAH SWT tersembunyi di balik keberadaan ciptaan-Nya sehingga dengan adanya kondisi ini maka setiap ciptaan tidak akan bisa melepaskan diri dari Kebesaran dan Kemahaan ALLAH SWT, atau ALLAH SWT akan selalu menyertai segala apa-apa yang telah diciptakan-Nya.


Jika saat ini kita sedang melaksanakan tugas sebagai KHALIFAH di muka bumi, sudah sejauh manakah kita melihat dan menilai atas apa-apa yang telah diciptakan oleh ALLAH SWT : 


1.      Jika kita hanya mampu melihat dan menilai bahwa apa-apa yang ada di langit dan muka bumi ini sebatas Ciptaan ALLAH SWT, tanpa bisa melihat Tanda-Tanda Kebesaran dan Kemahaan ALLAH SWT dan juga tidak bisa mengimani dan meyakini bahwa  dibalik ciptaan ada ALLAH SWT berarti diri kita baru masuk dalam kriteria tahap pertama yaitu baru masuk tahap Mengenal atau  kenal dengan ALLAH SWT.


2.    Jika kita sudah mampu melihat dan menilai bahwa setiap ciptaan yang diciptakan oleh ALLAH SWT merupakan Tanda-Tanda Kebesaran dan Kemahaan ALLAH SWT yang tidak lain merupakan bukti dari adanya Kehendak, Kemampuan dan Ilmu ALLAH SWT  berarti diri kita telah meningkat ke tahap yang ke dua yaitu tahap Mengerti tentang ALLAH SWT.


3.   Jika kita sudah dapat melihat dan menilai bahwa disetiap ciptaan yang diciptakan oleh ALLAH SWT disana ada ALLAH SWT yang akan selalu menyertai segala yang diciptakannya dan lalu kita berusaha memperoleh Kebesaran dan Kemahaan ALLAH SWT berarti diri kita telah meningkat ke tahap yang ke tiga yaitu tahap Iman kepada   ALLAH SWT.  


Timbul pertanyaan, sudah Yakinkah kita bahwa Kebesaran dan Kemahaan ALLAH SWT sudah bersama diri kita? Jika kita hanya Iman saja kepada ALLAH SWT, belum tentu dapat menghantarkan diri kita Yakin kepada ALLAH SWT. Hal ini dikarenakan Iman baru bisa tumbuh dalam diri jika sudah disandingkan dengan Keyakinan. Untuk itu kita harus bisa meningkatkan keimanan yang ada dalam diri sampai dengan Haqqul Yakin. Sebagai KHALIFAH di muka bumi, sudahkah Iman dan Yakin ada pada diri kita?


Sekarang, apakah ALLAH SWT hanya sebatas pencipta dari langit dan bumi saja? Berdasarkan surat    Al Hajj (22) ayat 64 di bawah ini, ALLAH SWT bukan hanya pencipta dari langit dan bumi, akan tetapi ALLAH SWT juga pemilik dari apa yang ada di langit dan di bumi. Adanya kondisi ini berarti ALLAH SWT adalah Tuan Rumah di langit dan di bumi yang kita tempati saat ini. Lalu jika ALLAH SWT adalan pencipta dan pemilik dari langit dan bumi, atau Tuan Rumah, timbul pertanyaan hukum dan ketentuan siapakah yang wajib berlaku di langit dan di bumi ini?
   

kepunyaan Allah-lah segala yang ada di langit dan segala yang ada di bumi. dan Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya lagi Maha Terpuji.
(surat Al Hajj (22) ayat 64)


Berdasarkan akal sehat, hukum dan ketentuan yang wajib berlaku di langit dan di bumi ini adalah hukum dan ketentuan dari Tuan Rumah. Lalu sebagai apakah diri kita di muka bumi ini? Sampai dengan kapanpun juga semua manusia yang ada di muka bumi ini, termasuk diri kita, bukanlah pencipta dan pemilik dari langit dan bumi sehingga jika ini yang terjadi berarti semua manusia yang ada di muka bumi ini, termasuk diri kita adalah tamu, atau orang yang menumpang di langit dan di bumi ALLAH SWT. Lalu apa yang harus disikapi oleh setiap tamu atau oleh setiap orang yang menumpang di langit dan di bumi ALLAH SWT, jika di langit dan di bumi itu ada Hukum dan Ketentuan dari Tuan Rumah, dalam hal in Agama yang Haq di muka bumi ini adalah Diinul Islam?


 Setiap tamu, atau setiap orang yang menumpang di langit dan di bumi ALLAH SWT, termasuk diri kita, wajib mematuhi, wajib mentaati, wajib melaksanakan, segala ketentuan ALLAH SWT, termasuk melaksanakan Diinul Islam sebagai Agama yang Haq, terkecuali jika kita ingin disebut dengan Tamu yang Tidak Tahu Diri, sudahlah menumpang lalu ketentuan Tuan Rumah dilawan. Selain daripada itu, jika ALLAH SWT adalah pencipta dan pemilik dari langit dan bumi dengan segala isinya, maka dapat dipastikan bahwa ALLAH SWT adalah Yang Maha Tahu; Yang Maha Ahli atas segala apa-apa yang telah diciptakan-Nya dan atas apa-apa yang dimiliki-Nya.


Sampai kapankah Kemutlakan yang kami kemukakan di atas dimiliki ALLAH SWT atau sampai kapankah masa berlakunya hubungan ALLAH SWT dengan seluruh ciptaan-Nya yang ada di langit dan di bumi? Di dalam kehidupan sehari-hari, biasanya kita akan melindungi, merawat, memelihara, menjaga apa-apa yang kita miliki dengan sekuat tenaga sampai hayat di kandung badan. Ini berarti kemampuan untuk melindungi dan menjaga hak kepemilikan seseorang mempunyai batas tertentu yaitu hanya sampai dengan Hayat dikandung Badan. Sekarang bagaimana dengan ALLAH SWT yang akan Kekal Selamanya dan yang tidak akan mungkin musnah oleh sebab apapun juga?


Jika ini adalah kondisi dasar ALLAH SWT maka Kemutlakan yang dimiliki oleh ALLAH SWT akan tetap Kekal Selamanya sesuai dengan Sifat Salbiyah yang dimiliki ALLAH SWT sehingga masa berlaku hubungan ALLAH SWT dengan seluruh ciptaan-Nya yang ada di langit dan di bumi sesuai dengan Kekekalan yang dimiliki ALLAH SWT.


Sekarang bagaimana dengan diri kita sendiri, yang juga diciptakan ALLAH SWT, yang juga sedang menjadi tamu, atau yang juga sedang menumpang di langit dan di bumi ALLAH SWT, apakah yang harus kita perbuat dengan Kemutlakan yang dimiliki  ALLAH SWT, atau apa yang harus kita laksanakan sebagai KHALIFAH di muka bumi dengan kondisi ALLAH SWT yang telah kami sebutkan di atas? Kita harus Tahu Diri, Tahu siapa diri kita sebenarnya dan Tahu siapa ALLAH SWT sebenarnya, yang dilanjutkan kita harus menyadari dengan sesadar-sadarnya bahwa diri kita bukanlah siapa-siapa dibandingkan dengan  ALLAH SWT, sehingga kita tidak bisa mensejajarkan diri dengan LLAH SWT, karena kita bukanlah pencipta dari langit dan bumi dan juga bukanlah pencipta dari ALLAH SWT. Lalu siapakah sebenarnya diri kita?



ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: “Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
(surat Al Baqarah (2) ayat 30)


Berdasarkan surat Al Baqarah (2) ayat 30 di atas, seluruh manusia yang ada di muka bumi, termasuk diri kita, diciptakan oleh ALLAH SWT untuk dijadikan KHALIFAH di muka bumi, dimana bumi yang kita khalifahi adalah bumi yang diciptakan dan yang juga dimiliki oleh ALLAH SWT. Adanya kondisi ini punya apakah diri kita saat datang ke muka bumi ini? Akal sehat manusia mengatakan bahwa kita tidak punya apa-apa saat datang ke muka bumi, yang kita punya hanyalah hak yang diberikan oleh ALLAH SWT yaitu hak untuk mengelola, hak untuk mempergunakan dan hak untuk mendayagunakan langit dan bumi ALLAH SWT karena kita adalah perpanjangan tangan ALLAH SWT di muka bumi ini.


Sekarang bagaimana jika sampai diri kita tidak pernah diciptakan oleh ALLAH SWT? Jika kita tidak pernah diciptakan oleh ALLAH SWT maka sampai kapanpun juga kita tidak akan pernah ada di muka bumi ini atau kita tidak akan pernah menjadi KHALIFAH di muka bumi ini. Selain daripada itu, ada hal lainnya yang harus kita perhatikan yaitu sebagai KHALIFAH di muka bumi, kita tidak bisa membuat aturan main untuk diri kita sendiri karena langit dan bumi tempat kita tinggal bukan kita yang menciptakan dan bukan pula kita yang memilikinya. Adanya kondisi ini menunjukkan kepada diri kita bahwa Tamu atau orang yang menumpang di langit dan di bumi ALLAH SWT, tidak bisa merangkap sebagai pembuat undang-undang, pembuat aturan, pembuat hukum, dan juga sebagai penilai atau sebagai wasit bagi dirinya sendiri ataupun penilai bagi esame Tamu atau esame yang menumpang karena yang berhak menentukan itu semua adalah ALLAH SWT selaku pencipta dan pemilik dari alam semesta ini. Untuk itu kita tidak bisa berbuat sekehendak hati kita di muka bumi ini karena antara diri kita dengan esame manusia dan juga langit dan bumi sama-sama diciptakan oleh ALLAH SWT. 


Sebagai KHALIFAH di muka bumi, berarti diri kita adalah perpanjangan tangan ALLAH SWT, atau wakil ALLAH SWT di muka bumi. Sebagai perpanjangan tangan, atau sebagai Wakil ALLAH SWT di muka bumi, tentu apa yang kita laksanakan tidak bisa terlepas dari ALLAH SWT selaku pencipta dan pengutus diri kita. Untuk itu sudahkah diri kita menunjukkan, memperlihatkan perilaku diri kita yang mencerminkan perilaku dan perbuatan ALLAH SWT yang kita wakilkan, atau sudahkah tindak tanduk diri kita sesuai dengan perbuatan ALLAH SWT yang termaktub dalam Asmaul Husna saat menjadi KHALIFAH di muka bumi? Apa maksudnya?


Sekarang jika yang mengutus diri kita adalah ALLAH SWT yang memiliki perbuatan Yang Maha Pengasih dan Yang Maha Penyayang, berarti saat diri kita menjadi KHALIFAH di muka bumi maka kita harus bisa memperlihatkan, harus bisa menunjukkan, dan harus bisa membuktikan dalam perilaku diri kita yang sesuai dengan perbuatan ALLAH SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Jika sampai apa yang kami kemukakan di atas belum bisa kita laksanakan berarti diri kita belum sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh ALLAH SWT, yaitu KHALIFAH yang sesuai dengan konsep awal penciptaan manusia. Hal yang samapun berlaku jika kita menjadi wakil ALLAH SWT yang memiliki perbuatan Maha Permberi Petunjuk, maka kitapun harus pula memberikan petunjuk kepada yang membutuhkan petunjuk dari diri kita sehingga dengan adanya petunjuk dari diri kita maka terbantulah masyarakat luas. Demikian seterusnya, sesuai dengan Asmaul Husna.



B. IMANI dan YAKINI bahwa SUJUD SELURUH ISI ALAM kepada ALLAH SWT


ALLAH SWT tidak hanya menciptakan langit dan bumi serta manusia yang akan dijadikan KHALIFAH di muka bumi, ALLAH SWT juga menciptakan tumbuhan, binatang, udara, air, angin, sungai, matahari, bulan, bintang, besi, gunung, danau dan lain sebagainya. Selanjutnya tahukah kita semua, apa yang dilakukan, apa yang diperbuat oleh tumbuhan, oleh binatang, oleh udara, oleh air, oleh angin, oleh sungai, oleh matahari, oleh bulan, oleh bintang, oleh besi, oleh gunung, oleh danau, dari waktu ke waktu kepada ALLAH SWT selaku Pencipta dan Pemilik dari alam semesta ini? Jika kita ingin mengetahui jawabannya, maka jawabannya ada pada Surat Al Hadiid (57) ayat 1 dan surat Al Hajj (22) ayat 18 yang kami kemukakan di bawah ini. Berdasarkan surat Al Hadiid (57) ayat 1 dan surat  Al Hajj (22) ayat 18, seluruh apa-apa yang ada di langit dan seluruh apa-apa yang ada di muka bumi, tanpa terkecuali semuanya melakukan Sujud kepada ALLAH SWT dan Bertasbih kepada ALLAH SWT, dengan menyatakan dan mengakui akan kebesaran ALLAH SWT; menyatakan dan mengakui akan kekuasan ALLAH SWT, menyatakan dan mengakui akan kemahaan  ALLAH SWT.


semua yang berada di langit dan yang berada di bumi bertasbih kepada Allah (menyatakan kebesaran Allah). Dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
(surat Al Hadiid (57) ayat 1)


Sebagai KHALIFAH yang sedang melaksanakan tugas di muka bumi, apa yang harus kita sikapi dengan adanya kondisi ini? Hal pertama yang harus kita sikapi adalah kita harus mengimani dan meyakini apa yang telah dikemukakan oleh ALLAH SWT dalam surat Al Hadiid (57) ayat 1 dan surat Al Hajj (22) ayat 18 adalah benar adanya tanpa ada sanggahan sedikitpun karena Al-Qur’an itu sendiri merupakan Kalam ALLAH SWT.
  


Apakah kamu tiada mengetahui, bahwa kepada Allah bersujud apa yang ada di langit, di bumi, matahari, bulan, bintang, gunung, pohon-pohonan, binatang-binatang yang melata dan sebagian besar daripada manusia? Dan banyak di antara manusia yang telah ditetapkan azab atasnya. Dan Barangsiapa yang dihinakan Allah Maka tidak seorangpun yang memuliakannya. Sesungguhnya Allah berbuat apa yang Dia kehendaki.
(surat Al Hajj (22) ayat 18)


Sekarang bagaimana dengan diri kita yang saat ini sama-sama berada diantara langit dan bumi seperti halnya matahari, bulan, bintang, gunung, udara, air, binatang, dan tumbuhan? Sebagai Makhluk yang sama-sama diciptakan oleh ALLAH SWT seperti halnya matahari, bulan, bintang, gunung, binatang, air, udara, tumbuhan, apakah diri kita juga telah melaksanakan seperti yang dilaksanakan oleh matahari, bulan, bintang, gunung, binatang, air, udara, tumbuhan kepada ALLAH SWT? Jika sampai diri kita tidak mau melaksanakan seperti yang dilaksanakan oleh matahari, bulan, bintang, gunung, binatang, air, udara, tumbuhan kepada  ALLAH SWT, lalu apa bedanya diri kita yang telah dijadikan KHALIFAH di muka bumi dibandingkan dengan matahari, bulan, bintang, gunung, binatang, air, udara, tumbuhan sedangkan KHALIFAH itu  sendiri merupakan makhluk yang terhormat dibandingkan dengan makhluk ALLAH SWT lainnya?


 Lalu siapakah sekarang yang lebih terhormat, apakah diri kita atau apakah matahari, bulan, bintang, gunung, binatang, air, udara atau tumbuhan? Selanjutnya termasuk di dalam kelompok manakah Diri Kita ini, apakah kelompok yang sujud dan bertasbih kepada ALLAH SWT, atau apakah kelompok yang tidak mau sujud dan bertasbih kepada ALLAH SWT?


langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.
(surat Al Israa’ (17) ayat 44)


Bagaimana jika kita tidak mau sujud dan tidak mau bertasbih seperti sujud dan bertasbihnya matahari, bulan, bintang, gunung, binatang, tumbuhan kepada ALLAH SWT, apakah ada sanksinya atau konsekuensinya? Jika kita tidak mau sujud dan bertasbih dengan menyatakan dan mengakui akan kebesaran  ALLAH SWT, berarti kita termasuk orang-orang yang tidak tahu diri, atau orang yang berani menantang ALLAH SWT seperti halnya Iblis yang membangkang perintah ALLAH SWT untuk bersujud kepada Nabi Adam as.


Sekarang terserah kepada kita, apakah mau beriman kepada ALLAH SWT ataukah tidak, yang jelas ALLAH SWT tidak akan rugi sedikitpun dengan apa yang kita perbuat. Untuk itu mari kita berkaca dengan apa yang akan kami kemukakan di bawah ini, yaitu :


1.      Padi, Tikus dan Wereng bertasbih dan sujud kepada ALLAH SWT, sekarang relakah padi; sudikah padi, bersediakah padi, ikhlaskah padi, dimakan oleh manusia yang tidak mau sujud dan yang tidak mau bertasbih kepada ALLAH SWT yang kemudian manfaat yang dihasilkan dari beras dipergunakan untuk melawan ALLAH SWT, atau


2.   Udara bertasbih dan sujud kepada ALLAH SWT, sekarang relakah udara, sudikah udara, bersediakah udara, ikhlaskah udara, jika dipergunakan dan di dayagunakan oleh manusia yang membutuhkannya sedangkan manusia tersebut justru melakukan perbuatan dan tindakan yang berseberangan dengan perbuatan Udara kepada ALLAH SWT?


Dalam kehidupan sehari-hari, kita merasa jengkel dan rasanya sangat marah jika kita memberikan sesuatu kepada orang lain, katakanlah memberikan sejumlah uang, lalu uang tersebut dipergunakan untuk foya-foya, untuk membiayai perbuatan maksiat, untuk berjudi. Hal yang sama juga terjadi pada Padi, Air dan Udara yang juga merasa jengkel, marah, tidak suka, kepada manusia yang perilakunya sangat berseberangan dengan perilaku dirinya sedangkan manusia itu sendiri mempergunakan diri mereka untuk kebutuhan hidup sehari-hari.


Untuk itu jangan pernah salahkan Tikus ataupun juga wereng jika ia menjadi hama padi atau memakan padi secara sporadis sebab padi lebih suka, padi lebih ikhlas, padi lebih rela di makan oleh tikus dan juga wereng karena mereka semua sama-sama bertasbih dan sujud kepada ALLAH SWT seperti yang padi lakukan dibandingkan dengan manusia atau petani yang mengolah padi. Dan juga jangan pernah salahkan Air dan Udara jika Air tiba-tiba menjelma menjadi banjir bandang atau malah menghilang atau jika Udara menjelma menjadi puting beliung atau bahkan menjadi badai yang menghancurkan dan meluluh lantakkan apa-apa yang ditemuinya.


Adanya kondisi yang kami kemukakan di atas, tidak ada jalan lain bagi diri kita untuk selalu menjaga perilaku diri kita agar jangan sampai perilaku diri kita lebih rendah dibandingkan dengan perilaku Hewan atau Binatang atau Tumbuhan dikarenakan mereka semua lebih tinggi tingkat ketaatannya kepada ALLAH SWT dibandingkan manusia atau jangan sampai Tikus dan Wereng, lebih disukai, lebih di inginkan, lebih dihargai oleh Padi dibandingkan dengan diri kita  selaku pengelola dan pengambil manfaat yang terdapat pada  Padi.


C. IMANI dan YAKINI hanya ALLAH SWT sajalah yang  MENGABULKAN DOA


Berdasarkan surat Al Baqarah (2) ayat 186 yang kami kemukakan di bawah ini, ALLAH SWT selaku pencipta dan pemilik dari langit dan bumi serta kekhalifahan yang ada di muka bumi, telah berjanji kepada seluruh manusia yang ada di muka bumi, termasuk berjanji kepada diri kita, berjanji kepada anak dan keturunan kita bahwa ALLAH SWT akan mengabulkan setiap permohonan orang yang berdoa sepanjang yang berdoa mau berdoa kepada ALLAH SWT dan sepanjang yang berdoa mau memenuhi syarat dan ketentuan yang dikehendaki oleh ALLAH SWT. Sebagai orang yang akan memanjatkan doa kepada ALLAH SWT, ada satu hal penting yang harus kita jadikan pedoman yaitu kita harus yakin terlebih kepada ALLAH SWT yang pasti akan mengabulkan Doa yang kita panjatkan, karena dengan adanya keyakinan akan dikabulkan oleh ALLAH SWT maka akan timbul dalam diri apa yang dinamakan dengan Raja’ ataupun  Raghhab. Apa maksudnya? 


Raja’ ialah berangan-angan memperoleh kebaikan dan menunggu hasilnya dari yang berkuasa untuk merealisasikannya kepada orang yang berangan-angan atau mengharapkan kebaikan itu. Sedangkan Raghhab ialah menyukai kebaikan dan menginginkan-nya, yakni ingin memperoleh dari yang berkuasa untuk memberikannya. Lalu adakah Syarat yang diminta oleh   ALLAH SWT, atau seperti apakah syarat yang diminta oleh ALLAH SWT kepada diri kita jika ingin doa kita dikabulkan ALLAH SWT?


Ibnu Abbas ra, berkata: Nabi SAW bersabda: Allah ta’ala berfirman: Tidaklah Aku akan memperhatikan hak hamba-Ku sebelum memperhatikan hak-Ku terhadap dia.
(HR Aththabarani, 272:125)


Berdasarkan hadits qudsi yang kami kemukakan di atas, ALLAH SWT baru akan memenuhi segala janji-Nya kepada diri kita jika kita terlebih dahulu memenuhi segala syarat dan ketentuan yang diminta oleh ALLAH SWT. Adanya kondisi seperti ini berarti jika doa kita ingin dikabulkan oleh ALLAH SWT maka kita harus memenuhi terlebih dahulu apa yang diminta oleh ALLAH SWT. Lalu seperti apakah syarat yang diminta ALLAH SWT? Masih berdasarkan surat Al Baqarah (2) ayat 186, ALLAH SWT baru akan mengabulkan doa yang kita mohonkan kepada-Nya jika kita terlebih dahulu memenuhi 3(tiga) syarat yang diminta oleh ALLAH SWT, yaitu kita harus beriman kepada ALLAH SWT, kita harus memenuhi segala apa yang diperintahkan oleh ALLAH SWT dan harus selalu berada di dalam koridor Nilai-Nilai Kebaikan. Sekarang bagaimana jika kita hanya memohon kepada ALLAH SWT tetapi syarat yang diminta oleh ALLAH SWT tidak mau kita penuhi? Berdasarkan surat Al Baqarah (2) ayat 186 dan hadits qudsi di atas, ALLAH SWT tidak akan mengabulkan apa yang kita mohonkan karena ketidakmampuan diri kita memenuhi syarat dan ketentuan yang dikehendaki ALLAH SWT.



dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.
(surat Al Baqarah (2) ayat 186)


Untuk itu mari kita perhatikan keadaan yang sering terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari, dimana kita sering melihat, atau bahkan mungkin kita sendiri yang mengalaminya atau kita sendiri yang melakukan hal-hal sebagai berikut yang berhubungan dengan Doa yang kita mohonkan kepada ALLAH SWT, yaitu :

a.   Kita berdoa kepada ALLAH SWT dengan suara yang keras, seolah-olah ALLAH SWT masih Jauh, padahal ALLAH SWT berdasarkan surat Al Baqarah (2) ayat 186, dengan tegas menyatakan sangat dekat dengan diri kita dan bahkan diri kita sendiri sudah tidak terpisahkan dengan ALLAH SWT.


b.      Kita berdoa kepada ALLAH SWT hanya pada saat kepepet, atau pada saat ada butuhnya, pada saat ada masalah, seolah-olah ALLAH SWT hanya dibutuhkan sewaktu-waktu saja oleh diri kita. 


c.     Kita melakukan komunikasi dengan ALLAH SWT secara putus sambung, saat membutuhkan sesuatu ingat ALLAH SWT dan pada saat senang lupa dengan ALLAH SWT.


d.   Kita berdoa kepada ALLAH SWT tetapi tidak Yakin dengan ALLAH SWT, sehingga kalaupun kita berdoa hanya setengah hati saja.


e.    Kita berdoa kepada ALLAH SWT akan tetapi sering tidak mau memenuhi Syarat dan Ketentuan yang diberlakukan oleh  ALLAH SWT.


f.       Kita berdoa kepada ALLAH SWT akan tetapi diri kita sendiri masih berlumur dengan dosa atau sifat munafik kepada ALLAH SWT masih berkembang di dalam diri.


g.       Kita berdoa kepada ALLAH SWT akan tetapi tingkah laku dan perbuatan kita tidak pernah sesuai dengan apa yang kita mohonkan kepada ALLAH SWT atau juga bisa diistilahkan obat diminum tapi pantangan dilanggar.


Jika hal-hal di atas ini kita perbandingkan dengan Kehendak ALLAH SWT yang tertuang di dalam surat Al Baqarah (2) ayat 186 di atas, dapatkah Doa yang kita panjatkan dipenuhi oleh ALLAH SWT jika posisi dan keadaan point 1 sampai dengan point 6 masih tetap kita lakukan? Kami yakin pembaca buku ini, tidak akan melakukan hal-hal yang kami sebutkan di atas ini sewaktu berdoa kepada ALLAH SWT.


dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku[1326] akan masuk neraka Jahannam dalam Keadaan hina dina".
(surat Al Mu'min (40) ayat 60)

[1326] Yang dimaksud dengan menyembah-Ku di sini ialah berdoa kepada-Ku.


Sekarang bagaimana jika kita telah berdoa kepada  ALLAH SWT namun apa yang kita panjatkan atau mohonkan kepada ALLAH SWT belum juga di ijabah, apa yang harus kita lakukan? Jika kondisi ini terjadi pada diri kita, untuk itu mari kita bercermin kepada apa-apa yang dikemukakan oleh Ibrahim bin Adam ra, tentang firman   ALLAH SWT yang terdapat dalam surat Al Mu'min (40) ayat 60 yang kami kemukakan di atas. Kita merasa sudah melakukan itu semua kepada ALLAH SWT, tetapi mengapa tidak dikabulkan? Lalu Ibrahim bin Adam ra, menjawab: 

a.      Kalian telah mengerti ALLAH SWT, mengapa kalian tidak mentaatinya?
b.      Kalian telah mengetahui Diinul Islam, mengapa kalian tidak mau mengakuinya?
c.       Kalian membaca Al-Qur’an,  tetapi mengapa kalian tidak mengamalkan isinya?
d.      Kalian mengerti tentang Syaitan tetapi mengapa selalu mengikutinya?
e.       Kalian mengaku cinta kepada Rasulullah, tetapi mengapa kalian meninggalkan sunnahnya?
f.        Kalian mengaku cinta kepada Syurga, tetapi mengapa kalian tidak beramal untuknya?
g.      Kalian takuk kepada Neraka, tetapi mengapa kalian selalu melakukan Dosa?
h.  Kalian mengatakan bahwa Mati itu pasti terjadi, tetapi mengapa kalian tidak mempersiapkan bekalnya?
i.      Kalian sibuk mengurus cela orang lain, tetapi mengapa kalian tidak mau memperhatikan cela diri kalian sendiri?
j.  Kalian telah memakan rezeki dan nikmat ALLAH SWT, tetapi mengapa kalian tidak mau Bersyukur?
k.      Kalian menguburkan mayat, tetapi mengapa kalian tidak mengambilnya sebagai ibarat?


Untuk itu segeralah melakukan introspeksi sebelum kita memanjatkan Doa kepada ALLAH SWT dengan memperhatikan kondisi diri kita sendiri dan juga kita harus tahu dan mengerti dengan jelas apa yang akan kita mohonkan kepada ALLAH SWT.


Hal yang harus kita jadikan perhatian adalah bahwa ALLAH SWT pasti mendengar Doa kita sepanjang kita mampu memenuhi syarat yang diminta oleh ALLAH SWT. Adapun hasil dari doa yang kita mohonkan akan disesuaikan ALLAH SWT dengan apa yang terbaik bagi diri kita. Hal ini dimungkinkan karena kita tidak tahu apa yang terbaik bagi diri kita dan apa yang diberikan oleh ALLAH SWT merupakan hak prerogratif ALLAH SWT, sehingga kita tidak bisa memaksa ALLAH SWT untuk selalu mengabulkan apa yang kita mohonkan kepada ALLAH SWT. Jadi sebagai orang yang telah beriman dan bertaqwa jangan pernah takut doa kita tidak didengarkan oleh ALLAH SWT dan juga jangan pernah takut doa kita tidak di ijabah oleh ALLAH SWT.



Allah berfirman: "Hai Nuh, Sesungguhnya Dia bukanlah Termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan), Sesungguhnya (perbuatan)nya[722] perbuatan yang tidak baik. Sebab itu janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahui (hakekat)nya. Sesungguhnya aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan Termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan."
(surat Huud (11) ayat 46)

[722] Menurut Pendapat sebagian ahli tafsir bahwa yang dimaksud dengan perbuatannya, ialah permohonan Nabi Nuh a.s. agar anaknya dilepaskan dari bahaya.


Selain daripada itu semua, jika kita berdoa kepada ALLAH SWT atau memohon sesuatu kepada ALLAH SWT berarti akan terjadi hal-hal sebagai berikut, yaitu :

a.  Adanya doa yang kita panjatkan kepada ALLAH SWT, menunjukkan bahwa diri kita lemah, menunjukkan bahwa diri kita tidak memiliki kemampuan, menunjukkan diri kita mempunyai masalah, menunjukkan diri kita sedang dalam ancaman, sehingga kita sangat membutuhkan bantuan dan pertolongan ALLAH SWT.


b.    Adanya doa yang kita mohonkan kepadaALLAH SWT berarti  kita telah menfokuskan Kemahaan dan Kebesaran yang dimiliki oleh ALLAH SWT yang bersifat umum menjadi bersifat khusus tertuju kepada diri kita atau melalui doa yang kita mohonkan berarti kita telah mengaktifkan Kemahaan dan Kebesaran ALLAH SWT yang sudah ada bersama diri kita menjadi fokus untuk kita sendiri.


c.    Adanya doa yang dipanjatkan oleh setiap manusia disetiap waktu yang berlalu, merupakan saat yang dikehendaki oleh ALLAH SWT selaku Tuhan bagi semesta alam.


d.      Adanya doa yang kita mohonkan kepada ALLAH SWT merupakan kesempatan bagi diri kita untuk berkomunikasi dengan ALLAH SWT dan juga meminta ALLAH SWT turut terlibat bertanggung jawab atas apa yang kita alami, atas apa yang kita rasakan.


Jika apa yang kami kemukakan di atas ini, merupakan kondisi dasar dari doa yang kita mohonkan kepada ALLAH SWT, lalu wajarkah jika kita merendahkan diri saat berdoa kepada ALLAH SWT yang diikuti dengan memenuhi segala apa-apa yang telah ditentukan oleh ALLAH SWT? Memang sudah seharusnya kita seperti ini saat berdoa kepada ALLAH SWT. Sekarang bagaimana jika kita tidak mau berdoa kepada ALLAH SWT?


Barangsiapa tidak pernah berdoa kepada Allah maka Allah murka kepadanya.
(HR Ahmad)


Jika kita ingin merasakan murka ALLAH SWT seperti apa, lakukanlah sekarang juga berdoa kepada selain ALLAH SWT. Selain daripada itu, jika kita tidak mau berdoa kepada ALLAH SWT itulah sesombong-sombongnya makhluk di muka bumi ini. Apa dasarnya? Orang yang tidak mau berdoa kepada ALLAH SWT berarti merasa dirinya jagoan, merasa dirinya hebat, merasa dirinya kuat, sehingga ALLAH SWT telah dianggap tidak mampu untuk menolongnya dan bahkan ALLAH SWT sudah dianggap tidak ada lagi.


Setelah Doa yang telah kita mohonkan dikabulkan oleh ALLAH SWT, apakah setelah itu kita seolah-olah tidak ada hubungan lagi dengan ALLAH SWT atau kita putus hubungan dengan ALLAH SWT? Apabila kita termasuk orang yang telah Tahu Diri yaitu tahu siapa diri kita sebenarnya dan Tahu siapa ALLAH SWT sebenarnya, maka tidak sepantasnya dan tidak sepatutnya setelah Doa kita dikabulkan lalu ALLAH SWT kita kebelakangkan. Untuk itu kita harus selalu bersyukur atas dikabulkannya Doa yang kita mohonkan dengan berbuat sesuatu yang baik kepada sesama karena ALLAH SWT. atau kita menunaikan Shadaqah dan Jariah untuk fakir miskin sebagai bukti syukur kita kepada ALLAH SWT setelah doa dikabulkan.


Timbul pertanyaan yang paling mendasar, sampai kapankah kita harus berdoa kepada ALLAH SWT? Sepanjang diri kita masih terdiri dari Jasmani dan Ruhani, sepanjang Ruhani belum berpisah dengan Jasmani, sepanjang diri kita tidak mampu menciptakan langit dan bumi, sepanjang diri kita menjadi tamu yang menumpang di langit dan di bumi ALLAH SWT, sepanjang diri kita tidak mampu mengalahkan Ahwa dan Syaitan seorang diri, sepanjang diri kita membutuhkan ALLAH SWT maka sepanjang itu pula masa berlakunya kita berdoa kepada ALLAH SWT, terkecuali jika kita sendiri yang memutuskan hubungan dengan ALLAH SWT dengan tidak mau mengakui lagi bahwa ALLAH SWT adalah satu-satu Tuhan yang ada alam semesta ini, dengan tidak mau berdoa lagi kepada ALLAH SWT. Sekarang pilihan masa berlaku berdoa kepada ALLAH SWT ada pada diri kita sendiri, lalu berbuatlah sesuai dengan apa yang telah kita pilih.


D. IMANI dan YAKINI bahwa HANYA ALLAH SWT saja yang MENURUNKAN AIR dan MENYUBURKAN BUMI


Air yang ada di alam semesta ini tidak mungkin ada dengan sendirinya. Air pasti ada yang menciptakannya. Jika air ada yang menciptakan maka dapat dipastikan yang menciptakan Air, pasti memiliki Kehendak, pasti memiliki Kemampuan dan pasti memiliki Ilmu yang sangat hebat. Sekarang lihatlah, air  yang ada di lautan, yang ada di sungai, yang ada di danau, yang ada di gunung, yang ada di padang pasir serta lihatlah tubuh kita sendiri yang banyak mengandung air, selanjutnya siapakah yang mampu menciptakan air dengan segala kehebatan yang terkandung di dalamnya serta dengan jumlah yang tidak akan mungkin manusia mampu menghitungnyain/Iblis/Syaitan dan selain Malaikat, lalu ? Jika kita termasuk orang yang mempunyai Hati Ruhani atau jika kita termasuk orang yang telah diberi Akal dan Perasaan seperti yang dikemukakan oleh ALLAH SWT dalam surat Az Zumar (39) ayat 21, maka kita wajib mengatakan dengan sejujurnya bahwa Air pasti diciptakan bukan oleh Manusia, Air pasti diciptakan bukan oleh langit dan bumi, Air pasti diciptakan bukan oleh Tumbuhan dan Hewan, Air pasti diciptakan bukan oleh Jin/Iblis/Syaitan dan Air pasti diciptakan bukan oleh Malaikat.


Jika apa yang kami kemukakan bukanlah pencipta Air, lalu siapakah yang menciptakan Air? Jika kita mengacu kepada surat surat Ibrahim (14) ayat 19 dan surat Al Hajj (22) ayat 64, yang mengemukakan bahwa segala sesuatu yang ada di antara langit dan bumi termasuk di dalamnya Air, semuanya diciptakan dan dimiliki oleh ALLAH SWT. Sekarang jika Air hanya ALLAH SWT saja yang mampu menciptakannya dan jumlahnya pun hanya ALLAH SWT saja yang tahu, apakah kondisi ini tidak cukup bagi kita untuk mengimani dan meyakini ALLAH SWT sebagai pencipta dan pemilik alam semesta ini? Apakah Air yang diciptakan dan yang dimiliki oleh ALLAH SWT, hanya sekedar ciptaan belaka, ataukah ada sesuatu yang lain di balik itu semua? Setiap ciptaan ALLAH SWT, termasuk di dalamnya Air, bukanlah hanya sebatas ciptaan belaka. Namun setiap ciptaan ALLAH SWT juga Tanda-Tanda dari Kebesaran dan Kemahaan ALLAH SWT serta ALLAH SWT tersembunyi dibalik ciptaan sehingga setiap tidak bisa dilepaskan dari Kebesaran dan Kemahaan ALLAH SWT, atau disetiap ciptaan yang diciptakan ALLAH SWT di sana ada Kebesaran dan Kemahaan ALLAH SWT. 

Sekarang mari kita perhatikan siklus Air yang terdapat di muka bumi ini, Air dari bawah bergerak ke atas dalam bentuk uap Air  karena adanya sinar Matahari dan setelah terkumpul di atas maka Air akan kembali lagi ke bawah melalui Hujan.Timbul pertanyaan, siapakah yang mampu mengatur, membuat siklus  Air seperti itu atau apakah terjadinya Hujan hanya akibat proses alam semata? ALLAH SWT selaku Pencipta dan Pemilik dari langit dan bumi beserta segala isinya, maka ALLAH SWT pasti berkuasa terhadap Air yang diciptakannya. Adanya kondisi ini berarti jika Air yang ada di bawah bergerak ke atas lalu kembali ke bawah menjadi hujan merupakan Kehendak  ALLAH SWT yang berlaku bagi Air. Selanjutnya jika kita hanya memandang terjadinya Hujan akibat proses alam semata, secara kasat mata  memang seperti itulah keadaanya. Akan tetapi jika kita mempunyai Akal dan Perasasan seperti yang dikemukakan oleh ALLAH SWT melalui surat Az Zumar (39) ayat 21, maka sebenarnya ALLAH SWT lah yang mengatur dan yang membuat pergerakan Air yang ada di bawah naik ke atas kembali lagi ke bawah menjadi Hujan. ALLAH SWT menciptakan Hujan, dalam rangka menyuburkan tanah-tanah, men-sirkulasi kelebihan Air dari suatu tempat ke tempat lainnya serta dalam rangka menambah jumlah air yang ada di muka bumi. Sehingga dengan proses itulah akan terjadi pemerataan kesuburan Tanah di muka bumi. Suburnya tanah di muka akan memberikan banyak manfaat bagi manusia atau akan memudahkan manusia menjadi KHALIFAH di muka bumi.



Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwa Sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit, Maka diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi kemudian ditumbuhkan-Nya dengan air itu tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu menjadi kering lalu kamu melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal.
(surat Az Zumar (39) ayat 21)


Sekarang bagaimana jika seandainya ALLAH SWT tidak menciptakan Air atau ALLAH SWT tidak mempunyai Ketentuan yang mengatur tentang Siklus Air menjadi Hujan? Jika ini yang terjadi tidak akan ada kehidupan di muka bumi serta terjadilah apa yang dinamakan dengan terkonsentrasinya air pada daerah tertentu saja, atau pemerataan air tidak terjadi di muka bumi ini.


Ibn Mas'ud ra, berkata: Nabi SAW bersabda; Allah ta'ala berfirman:"Sesungguhnya barangsiapa berkata: Hujan telah turun kepada kami karena bintang anu atau bintang anu, maka ia telah kufur kepada-Ku dan beriman kepada bintang itu dan barangsiapa berkata: ALLAH telah menurunkan hujan kepada kami, maka ia telah beriman kepada-Ku dan kufur kepada bintang itu".
(HQR Atthabarani, 272:33)


ALLAH SWT melalui hadits qudsi di atas, memberikan peringatan kepada seluruh umat-Nya mengenai terjadinya Hujan. Hujan dalam Kehendak, Kemampuan dan Ilmu ALLAH SWT bukan merupakan hasil dari suatu Proses alam, Hujan merupakan bagian dari Kehendak, Kemampuan dan Ilmu ALLAH SWT untuk kepentingan makhluk-Nya yang ada di muka bumi. Apabila kita sebagai umat-Nya sampai salah di dalam menyikapi terjadinya Hujan, ALLAH SWT akan memberikan sanksi kepada kita yang berani mengatakan bahwa Hujan karena proses alam semata, atau karena adanya bintang anu dan bintang anu, sebagai Manusia Kufur. ALLAH SWT memberikan predikat seperti ini dikarenakan umatnya telah menyepelekan ALLAH SWT, seolah-olah  ALLAH SWT tidak ada, seolah-olah ALLAH SWT bukanlah Pencipta dan Pemilik dari Air, sehingga kita menganggap proses alamlah yang lebih tinggi dari pada ALLAH SWT.


Sebagai KHALIFAH di muka bumi, pasti kita akan merasakan haus dan dahaga, lalu untuk menghilangkan haus dan dahaga, kita meminum Air, maka hilanglah haus dan dahaga tersebut. Timbul pertanyaan, Airkah yang mampu menghilangkan Haus dan dahaga ataukah Tanda-Tanda dari Kebesaran dan Kemahaan ALLAH SWT kah yang menghilangkan haus dan dahaga, atau ALLAH SWT yang tersembunyi dibalik keberadaan Air yang mampu menghilangkan haus dan dahaga? Jika kita berpedoman kepada Ilmu Kesehatan, terjadinya haus dan dahaga akibat terjadinya kekurangan cairan dalam tubuh manusia. Dengan meminum Air maka kekurangan cairan dalam tubuh manusia dapat terpenuhi kembali.


Sekarang dimana letaknya hilangnya haus dan dahaga dalam tubuh manusia jika dihubungkan dengan Ilmu Kesehatan? Menurut Ilmu Kesehatan minum Air hanya dapat menggantikan kekurangan cairan akibat proses alamiah badani seperti buang air atau keluarnya keringat, atau karena adanya faktor eksternal berupa cuaca panas. Lalu bagaimana caranya menghilangkan haus dan dahaga, jika ilmu kesehatan tidak mengatur hal itu, lalu siapakah yang mampu menghilangkan haus dan dahaga?  Seperti telah kita ketahui bersama bahwa Air adalah ciptaan ALLAH SWT, Air adalah Tanda-Tanda dari Kebesaran dan Kemahaan ALLAH SWT dan ALLAH SWT tersembunyi di balik keberadaan Air sehingga Air tidak bisa melepaskan diri dari Kebesaran dan Kemahaan ALLAH SWT. Jika ini adalah kondisi Air dari sisi pencipta-Nya lalu yang manakah yang dapat menghilangkan Haus dan Dahaga, apakah Tanda-Tanda dari Kebesaran dan Kemahaan  ALLAH SWT, ataukah ALLAH SWT melalui Kebesaran dan Kemahaan ALLAH SWT yang terdapat dalam Air?


Tanda-Tanda dari Kebesaran dan Kemahaan  ALLAH SWT tidak bisa menghilangkan haus dan dahaga karena Tanda-Tanda dari Kebesaran dan Kemahaan ALLAH SWT hanyalah sebuah petunjuk dari yang menciptakan Air bahwa di dalam Air terdapat sesuatu hal yang mencerminkan adanya Kehendak, Kemampuan dan Ilmu dari pencipta Air, dalam hal ini ALLAH SWT. Sekarang jika Tanda-Tanda dari Kebesaran dan Kemahaan ALLAH SWT tidak mampu menghilangkan Haus dan Dahaga maka yang mampu menghilangkan haus dan dahaga adalah ALLAH SWT melalui Kebesaran dan Kemahaan yang ada di dalam Air. 


Lalu apa yang harus kita perbuat kepada Air dan juga kepada ALLAH SWT selaku pencipta Air yang mampu menghilangkan haus dan dahaga? Hal yang harus kita lakukan kepada Air saat diri kita ingin memanfatkannya atau saat diri kita akan menghilangkan haus dan dahaga maka kita wajib membaca Basmallah dan berdoa sebelum meminum Air sehingga dengan adanya  bacaan Basmallah dan Doa yang kita baca maka Air dapat dipastikan akan sukarela dan ikhlas memberikan Kemahaan dan Kebesaran ALLAH SWT yang terdapat di dalam Air kepada diri kita sehingga hilanglah rasa haus dan dahaga, karena kita memintanya atas nama ALLAH SWT.


Sekarang adakah Air di muka bumi ini yang tidak diciptakan oleh ALLAH SWT? Jika kita percaya, silahkan cari adakah Air lain selain Air yang telah diciptakan oleh ALLAH SWT di muka bumi ini atau adakah Tuhan-Tuhan Baru selain ALLAH SWT yang mampu menciptakan Air dengan jumlah yang tidak terbatas seperti Air yang telah diciptakan ALLAH SWT? Timbul pertanyaan, apakah air yang diciptakan oleh ALLAH SWT juga bertasbih kepada ALLAH SWT? Jika kita mengacu kepada surat Al Hadiid (57) ayat 1 di bawah ini, dapat dipastikan Air juga bertasbih kepada ALLAH SWT dengan menyatakan kebesaran ALLAH SWT.


semua yang berada di langit dan yang berada di bumi bertasbih kepada Allah (menyatakan kebesaran Allah). dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
(surat Al Hadiid (57) ayat 1)


Jika kita mengacu kepada surat Al Hadiid (57) ayat 1 di atas, dapat dipastikan Air juga bertasbih kepada ALLAH SWT dengan menyatakan kebesaran ALLAH SWT. Sekarang  jika Air  bertasbih dan sujud kepada ALLAH SWT, lalu  relakah air, sudikah air, bersediakah air, ikhlaskah air, jika dipergunakan oleh manusia untuk menghilangkan haus dan dahaga sedangkan manusia tersebut justru melakukan perbuatan dan tindakan yang berseberangan dengan perbuatan Air kepada ALLAH SWT? Jawaban dari pertanyaan ini dapat dipastikan Air tidak rela, Air tidak sudi, Air tidak ikhlas, jika dipergunakan dan dimanfaatkan oleh manusia yang tidak mau beriman kepada ALLAH SWT, atau oleh manusia yang tidak mau bertasbih dan sujud kepada ALLAH SWT. Sebagai KHALIFAH di muka bumi sudahkah diri kita bisa seperti Air yang selalu bertasbih dengan selalu menyatakan kebesaran dan kemahaan ALLAH SWT saat hidup di dunia sehingga kita memang pantas menjadi KHALIFAH di muka bumi?



E. IMANI dan YAKINI bahwa ALLAH SWT sajalah yang MENJADIKAN MANUSIA dari SETETES MANI


Berdasarkan Ilmu Kedokteran, keberadaan manusia di muka bumi dimulai dari bertemunya Sperma dengan Sel Telur dalam Rahim seorang ibu, demikian pula dengan diri kita. Selanjutnya pernahkah kita memperhatikan, atau merenungi apa yang sebenarnya terjadi dalam Rahim seorang ibu? Jika kita pernah memperhatikan dan merenunginya, pernahkah terbayangkan oleh kita apakah yang sebenarnya terjadi di dalam Rahim selama 9 bulan 10 hari, apakah hanya dengan  bertemunya Sperma dengan Sel Telur yang terjadi di dalam Rahim, lalu dapat menjadi cikal bakal manusia termasuk juga keberadaan diri kita? Apakah Rahim seorang Ibu begitu hebat sehingga mampu memproses Sperma dan Sel Telur menjadi seorang Anak Manusia ataukah  pencipta dari Rahim Ibu yang sangat hebat?


Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes mani, sesudah itu dari segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak, kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa), kemudian (dibiarkan kamu hidup lagi) sampai tua, di antara kamu ada yang diwafatkan sebelum itu. (kami perbuat demikian) supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu memahami(nya).
Dia-lah yang menghidupkan dan mematikan, Maka apabila Dia menetapkan sesuatu urusan, Dia hanya bekata kepadanya: "Jadilah", Maka jadilah ia.
Apakah kamu tidak melihat kepada orang-orang yang membantah ayat-ayat Allah? Bagaimanakah mereka dapat dipalingkan?
(surat Al Mu'min (40) ayat 67-68-69)


ALLAH SWT berdasarkan surat Al Baqarah (2) ayat 30 adalah Inisiator yang juga sekaligus Pencipta dan Pemilik dari Kekhalifahan di muka bumi. Dan jika surat Al Baqarah (2) ayat 30 kita padukan dengan adanya proses kelahiran anak melalui Rahim seorang ibu, ini berarti dengan lahirnya anak ke muka bumi maka terjadilah apa yang dinamakan dengan Regenerasi Kekhalifahan di muka bumi. Adanya kondisi seperti  ini, dapat dikatakan apa yang terjadi di dalam Rahim seorang Ibu bukanlah semata-mata suatu proses alamiah semata yang dikenal oleh Ilmu Kedokteran. Akan tetapi yang terjadi dalam rahim seorang ibu adalah bagian dari Kehendak, Kemampuan dan Ilmu ALLAH SWT untuk mengadakan proses Regenerasi Kekhalifahan di muka bumi.


Adanya Kehendak, Kemampuan dan Ilmu ALLAH SWT untuk melakukan Regenerasi Kekhalifahan di muka bumi, maka proses yang terjadi di dalam Rahim seorang Ibu tidak terlepas dari peran ALLAH SWT di dalam proses kelahiran seorang manusia ke muka bumi. Untuk itu mari kita renungkan hal-hal sebagai berikut sebagai sarana untuk meningkatkan Keimanan dan Keyakinan diri kita kepada ALLAH SWT dari waktu ke waktu, berdasarkan proses kelahiran manusia, termasuk kelahiran diri kita?

a.     Adakah Ilmu ALLAH SWT  di dalam rahim seorang ibu, jika tidak ada Ilmu ALLAH SWT bagaimana mungkin rahim bisa begitu hebat sehingga mampu  memproses Sperma dan Sel Telur menjadi janin?


b.     Adakah Qudrat dan Iradat ALLAH SWT di dalam rahim seorang ibu, jika ALLAH SWT tidak memiliki Qudrat dan Iradat yang sama-sama Hebat bagaimana mungkin ALLAH SWT sanggup menciptakan segala sesuatu termasuk Rahim seorang Ibu?


c.   Adakah Kasih Sayang ALLAH SWT di dalam rahim seorang ibu, jika tidak ada kasih sayang ALLAH SWT bagaimana mungkin seorang ibu mau mengorbankan jiwanya sendiri untuk melahirkan anak?


d.      Adakah di dalam rahim seorang ibu kehidupan yang berasal dari ALLAH SWT, jika tidak ada kehidupan (Ruhani dan Hayat) yang berasal dari ALLAH SWT tidak akan ada manusia, sebab yang ada hanya Jasmani saja, sebab Ruhaninya tidak ada.


e.      Adakah di dalam rahim seorang ibu keajaiban yang dipertontonkan atau diperlihatkan ALLAH SWT, jika tidak bagaimana mungkin seorang ibu dapat merasakan adanya suatu gerakan yang dilakukan oleh bayinya?


Selanjutnya jika sampai Rahim tidak pernah diciptakan  dan tidak pernah diletakkan pada seorang ibu oleh penciptanya, dapatkah sperma dan sel telur berproses menjadi segumpal Mani, menjadi segumpal Darah, menjadi segumpal Daging yang kemudian menjadi Janin? yang pasti tidak akan pernah ada Regenerasi Kekhalifahan di muka bumi.


Adanya proses kejadian manusia yang dimulai dari setetes mani, ALLAH SWT berkehendak untuk menunjukkan kepada seluruh umat manusia, termasuk kepada diri kita bahwa hanya  ALLAH SWTlah yang mampu melakukan itu semua. Selanjutnya jadikan hal ini menjadi sebuah Keimanan dan Keyakinan  yang tidak tergoyahkan bahwa hanya ALLAH SWT sajalah yang mampu menciptakan Manusia  dari setetes Mani. Selain daripada itu, melalui proses terjadinya manusia  di dalam rahim seorang ibu, ALLAH SWT telah pula mempertunjukkan, telah pula mempertontonkan, serta telah pula memperlihatkan secara langsung Kemahaan dan Kebesaran yang dimiliki-Nya kepada seluruh umat manusia manusia, termasuk kepada diri kita.


Sebagai makhluk yang diciptakan oleh ALLAH SWT, sadarkah diri kita dengan keadaan ini, merasakah diri kita tidak memiliki kemampuan apapun dibandingkan ALLAH SWT, tahukah diri kita bahwa diri kita tidak memiliki apa-apa saat datang ke muka bumi ini? Jika kita termasuk orang yang tahu diri, maka sudah sepantasnya dan sepatutnya diri kita beriman kepada ALLAH SWT dan mampu menjadi makhluk yang tahu diri dihadapan ALLAH SWT saat hidup di langit dan di bumi yang dimiliki oleh ALLAH SWT dan mampu pula melaksanakan kekhalifahan di muka bumi yang sesuai dengan konsep awal penciptaan manusia.


F.  IMANI ALLAH SWT saja yang MEMPERGANTIKAN SIANG dan MALAM.


Perhatikanlah alam di sekitar kita, ada siang ada malam, lalu siapakah yang mengadakan siang dan malam itu, atau apakah mungkin siang dan malam ada dengan sendirinya, atau dapatkah terjadinya  siang dan malam jika tidak ada matahari dan bulan? Terjadinya siang dan malam merupakan akibat dari adanya matahari dan juga bulan yang selalu berjalan di dalam orbitnya masing-masing untuk mengelilingi bumi secara teratur di dalam garis edarnya masing-masing. Lalu apakah keteraturan peredaran bulan dan matahari mengitari orbitnya masing-masing untuk mengelilingi bumi itu ada dengan sendirinya? Keteraturan tidak datang dengan sendirinya, keteraturan pasti ada yang mengaturnya, lalu siapakah yang sanggup mengatur bulan dan matahari dan bumi? Yang sanggup mengatur bulan dan matahari serta  bumi adalah pencipta dan pemilik dari bulan dan matahari serta bumi itu sendiri, dalam hal ini adalah ALLAH SWT.


Selanjutnya untuk apakah keteraturan bulan dan matahari berjalan sesuai dengan orbitnya mengelilingi bumi, apakah hanya sekedar terlihat indah ataukah ada sesuatu di balik itu? Dengan teraturnya peredaran bulan dan peredaran matahari tetap pada orbitnya mengelilingi bumi maka akan memudahkan Manusia untuk menilai, mengukur, serta menetapkan adanya Waktu. Adanya penetapan Waktu maka akan memudahkan kita membedakan  antara siang dengan malam, yang dilanjutkan dengan penetapan-penetapan waktu lainnya seperti detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun dan abad. Sekiranya ALLAH SWT tidak mengatur peredaran bulan dan peredaran matahari sesuai dengan orbitnya mengelilingi bumi, apakah yang terjadi? Kita tidak pernah mengetahui dengan pasti mana yang detik, mana yang menit, mana yang jam, mana yang hari, mana yang minggu, mana yang bulan dan mana yang tahun.


tidakkah kamu memperhatikan, bahwa Sesungguhnya Allah memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan Dia tundukkan matahari dan bulan masing-masing berjalan sampai kepada waktu yang ditentukan, dan Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
(surat Luqman (31) ayat 29)


Allah-lah yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arasy, dan menundukkan matahari dan bulan. masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini Pertemuan (mu) dengan Tuhanmu.
(surat Ar Ra'd (13) ayat 2)


Jika sampai siang, malam, detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun tidak ada, maka akan terjadilah  kebingungan, terjadilah kebimbangan, akibat tidak adanya petunjuk tentang waktu yang jelas kapan kita melakukan aktivitas. Apakah itu tidur, apakah itu bekerja, kapan memulai puasa, kapan mengakhiri puasa, kapan melaksanakan shalat, kapan melaksanakan wukuf di Arafah, atau kapan akan melaksanakan Shalat Ied, dimana kesemuanya membutuhkan adanya penetapan dan kepastian waktu. ALLAH SWT dengan Kebesaran dan Kemahaan yang dimiliki-Nya telah mengatur itu semua dengan sebaik-baiknya. Selanjutnya jika ALLAH SWT telah melakukan itu semua, apakah kita akan tetap tidak mau beriman kepada ALLAH SWT?    


Sekarang, apa yang akan terjadi jika sampai di alam semesta ini tidak ada Cahaya sama sekali? Semuanya akan gelap gulita, sehingga antara siang dan malam tidak ada bedanya, sama gelap gulitanya. ALLAH SWT Maha Besar, maka diadakannya alam itu bercahaya, lalu dengan cahaya itu manusia, hewan, tumbuhan dapat melakukan aktivitasnya sehari-hari. Sekarang jika alam dan sekitarnya sudah mempunyai cahaya, dan dengan cahaya itu telah pula memberikan manfaat yang tidak terhingga bagi manusia, hewan, dan tumbuhan. Selanjutnya jika cahaya yang ada di alam ini sudah sebaik dan sebagus ini, maka seberapa hebatkah cahaya yang dimiliki ALLAH SWT selaku sumber dari segala sumber cahaya?



Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus[1039], yang di dalamnya ada pelita besar. pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya)[1040], yang minyaknya (saja) Hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.
(surat An Nuur (24) ayat 35)

[1039] Yang dimaksud lubang yang tidak tembus (misykat) ialah suatu lobang di dinding rumah yang tidak tembus sampai kesebelahnya, biasanya digunakan untuk tempat lampu, atau barang-barang lain.
[1040] Maksudnya: pohon zaitun itu tumbuh di puncak bukit ia dapat sinar matahari baik di waktu matahari terbit maupun di waktu matahari akan terbenam, sehingga pohonnya subur dan buahnya menghasilkan minyak yang baik.


Kita semua dapat menelaahnya sendiri, membayangkannya sendiri cahaya ALLAH SWT seperti yang tertuang di dalam surat An Nuur (24) ayat 35 di atas. Manusia, siapapun orangnya, apapun kedudukannya, tidak akan mungkin bisa menghadapi, menantang, menilai dan menghitung kehebatan dari cahaya ALLAH SWT yang tertuang dalam surat An Nuur (24) ayat 35, apalagi melihat cahaya ALLAH SWT secara langsung. Sebagai perbandingan, untuk menatap lampu 5000 (lima ribu) watt saja manusia tidak mampu melihatnya, padahal lampu itu manusia sendiri yang menciptakannya. Jika sudah begini keadaannya maka apakah hal ini tidak cukup menghantarkan diri kita untuk beriman kepada ALLAH SWT? 


Hamba ALLAH SWT, itulah enam ketentuan dasar yang harus kita Imani dan juga harus kita Yakini dari ALLAH SWT. Selanjutnya masih ada beberapa ketentuan dasar yang lainnya yang harus pula kita Imani dan Yakini dari ALLAH SWT yang sama baik kualitasnya dengan ketentuan dasar yang telah kami kemukakan dalam point A sampai dengan F di atas, yaitu :


a.  Berdasarkan surat Al Mujaadilah (58) ayat 7 yang kami kemukakan di bawah ini, kita harus bisa mengimani dan meyakini secara haqqul yaqin bahwa ALLAH SWT sajalah  yang sanggup mengetahui segala rahasia hati manusia atau rahasia yang masih tersimpan di dalam hati manusia, sehingga selain ALLAH SWT tidak akan mampu melakukannya.


tidakkah kamu perhatikan, bahwa Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi? tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dia-lah keempatnya. dan tiada (pembicaraan antara) lima orang, melainkan Dia-lah keenamnya. dan tiada (pula) pembicaraan antara jumlah yang kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan Dia berada bersama mereka di manapun mereka berada. kemudian Dia akan memberitahukan kepada mereka pada hari kiamat apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.
 (surat Al Mujaadilah (58) ayat 7)


Adanya kemampuan yang begitu hebat yang telah dikemukakan oleh ALLAH SWT kepada diri kita, sekarang mau kemana diri kita sembunyi, mau kemana kita melarikan diri, lalu dapatkah kita membohongi ALLAH SWT sehingga kita bisa terbebas dari segala pertanggungjawaban sebagai KHALIFAH di muka bumi?


b.     Berdasarkan surat Al Hajj (22) ayat 66 yang kami kemukakan di bawah ini, kita harus bisa mengimani dan juga menyakini dengan haqqul yaqin bahwa hanya ALLAH SWT sajalah  yang mampu menghidupkan dan mematikan manusia yang ada di muka bumi ini, tanpa terkecuali, lalu menghidupkannya kembali saat hari Kiamat kelak, dalam rangka  untuk meminta pertanggungjawaban dari manusia yang telah dijadikan-Nya sebagai KHALIFAH di muka bumi serta untuk menentukan siapakah yang berhak menempati Syurga dan siapakah yang berhak menempati Neraka.



dan Dialah Allah yang telah menghidupkan kamu, kemudian mematikan kamu, kemudian menghidupkan kamu (lagi), Sesungguhnya manusia itu, benar-benar sangat mengingkari nikmat.
(surat Al Hajj (22) ayat 66)


c.    Berdasarkan surat Al Fajr (89) ayat 6 yang kami kemukakan di bawah ini, kita harus mengimani dan meyakini secara haqqul yaqin bahwa hanya ALLAH SWT sajalah yang mampu menurunkan Azab, atau memberikan siksa yang pedih bagi seluruh Manusia yang durhaka, atau kepada manusia yang Kafir di muka bumi ini, seperti yang telah dialami oleh kaum terdahulu, seperti kaum ‘Aad, kaum Tsamud.


Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap kaum 'Aad?
(surat Al Fajr (89) ayat 6)


d.      Berdasarkan surat Az Zumar (39) ayat 22 yang kami kemukakan di bawah ini, kita harus mengimani dan meyakini secara haqqul yaqin bahwa hanya ALLAH SWT sajalah yang mampu menuntun seluruh umat manusia yang ada di muka bumi melalui Diinul Islam, atau yang mampu menjadikan manusia sebagai makhluk yang terhormat di muka bumi ini. 



Maka Apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya)? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. mereka itu dalam kesesatan yang nyata.
(surat Az Zumar (39) ayat 22)



Selanjutnya ada satu hal yang harus kita jadikan pedoman saat diri kita mengimani dan meyakini ALLAH SWT bahwa hasil akhir dari keimanan dan keyakinan diri kita kepada ALLAH SWT bukanlah untuk kepentingan ALLAH SWT, bukanlah untuk kepentingan Nabi Muhammad SAW sebagai utusan ALLAH SWT, bukanlah untuk kepentingan orang lain,bukan pula untuk kepentingan penguasa. Akan tetapi kesemuanya untuk kepentingan diri kita sendiri selaku KHALIFAH di muka bumi.


Sebagai KHALIFAH di muka bumi, sebagai tamu yang sedang menumpang di langit dan di bumi ALLAH SWT, jangan pernah sekalipun kita mengingkari ALLAH SWT sebagai satu-satunya Tuhan yang berhak disembah, atau jangan pernah sekalipun untuk tidak mengakui Kemahaan dan Kebesaran ALLAH SWT  atau jangan pernah mengingkari bahwa ALLAH SWT adalah Pencipta dan Pemilik dari langit dan bumi, jika kita tidak ingin dicap sebagai Pembangkang seperti halnya Iblis yang berani menantang perintah ALLAH SWT. Semoga dengan keimanan dan keyakinan kita kepada ALLAH SWT mampu menghantarkan diri kita merasakan betapa nikmatnya bertuhankan kepada ALLAH SWT.


Sekarang diri kita telah mampu Iman dan Yakin kepada ALLAH SWT dengan segala konsekuensinya, lalu apakah yang harus kita perbuat dengan Iman dan Yakin kepada ALLAH SWT tersebut, apakah kita biarkan begitu saja, ataukah harus kita jaga dan kita rawat? Iman dan Yakin yang ada dalam diri kita tidak bisa dibiarkan begitu saja dalam diri, Iman dan Yakin terus harus dipelihara, harus terus dijaga keutuhannya, harus terus dijaga kemurniannya, harus terus dijaga kualitasnya dari waktu ke waktu sebab Iman dan Yakin yang ada di dalam diri bisa naik dan bisa turun kualitasnya karena adanya gangguan Ahwa dan juga gangguan Syaitan.


Hal yang harus kita perhatikan adalah Syaitan sebagai musuh abadi diri kita, tidak akan senang jika kita sampai mengimani dan meyakini ALLAH SWT, karena jika hal ini terjadi pada diri kita berarti Syaitan akan sangat sulit mengganggu dan menggoda diri kita serta kondisi ini paling  tidak disukai oleh Syaitan. Adanya kondisi ini kepada diri kita maka kita harus selalu menjaga, merawat, memelihara Keimanan dan Keyakinan yang ada di dalam diri, agar selalu sesuai dengan kehendak ALLAH SWT selama hayat dikandung badan.


Timbul pertanyaan, adakah pupuk, atau alat bantu yang dapat kita pergunakan untuk memelihara, menjaga, merawat Iman dan Yakin kepada ALLAH SWT yang tentunya harus sesuai dengan Kehendak ALLAH SWT? Berikut ini akan kami kemukakan beberapa pupuk, atau alat bantu yang dapat kita pergunakan untuk merawat, untuk menjaga, untuk  memelihara agar Keimanan dan Keyakinan yang sudah ada di dalam terpelihara kualitasnya sehingga selalu sesuai dengan Kehendak ALLAH SWT selama hayat dikandung badan, adalah :


a.    Selalu berbakti kepada kedua orang tua, kepada kedua orang mertua, karena hal ini merupakan sarana paling ampuh untuk memelihara dan menjaga keutuhan dari Iman dan Yakin kepada ALLAH SWT yang ada di dalam diri kita.



Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun[1180]. Bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.
(surat Luqman (31) ayat 14)

[1180] Maksudnya: Selambat-lambat waktu menyapih ialah setelah anak berumur dua tahun.


b.     Selalu Menjaga dan Memelihara Tali Silaturrahmi diantara sesama umat manusia, terlebih lebih dengan saudara kandung, saudara satu keturunan.


dan Dia (tidak pula) Termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang.
(surat Al Balad (90) ayat 17)


Maka Apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan?
(surat Muhammad (47) ayat 22)


c.       Selalu bersikap rendah hati, selalu menjauhkan diri dari sikap sombong, apalagi membanggakan diri baik dihadapan manusia apalagi dihadapan ALLAH SWT. ALLAH SWT bukanlah sesuatu yang sepadan dengan diri kita.


dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.
(surat Luqman (31) ayat 18)

d.     Selalu bersikap Lemah Lembut, sopan serta santun dalam kehidupan sehari-hari, dimanapun dan kapanpun harus kita lakukan.


Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu[246]. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.
(surat Ali Imran (3) ayat 159)

[246] Maksudnya: urusan peperangan dan hal-hal duniawiyah lainnya, seperti urusan politik, ekonomi, kemasyarakatan dan lain-lainnya.


e.       Selalu berakhlak mulia, tidak suka menyakiti hati orang lain baik langsung maupun tidak langsung, baik melalui kata-kata ataupun melalui perbuatan.


Perkataan yang baik dan pemberian maaf[167] lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun.
(surat Al Baqarah (2) ayat 263)

[167] Perkataan yang baik Maksudnya menolak dengan cara yang baik, dan maksud pemberian ma'af ialah mema'afkan tingkah laku yang kurang sopan dari si penerima.


f.       Selalu Jihad Fi Sabilillah, atau selalu bersungguh-sungguh di jalan ALLAH SWT baik melalui harta, ilmu dan jiwa.


Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. mereka Itulah orang-orang yang benar.
(surat Al Hujuraat (49) ayat 15)

g.   Selalu Berbuat Amal Kebajikan dengan segenap kemampuan yang ada pada diri kita yang dilandasi dengan niat ikhlas beribadah karena ALLAH SWT.


Katakanlah: "Hai kaumku, berbuatlah sepenuh kemampuanmu[506], Sesungguhnya akupun berbuat (pula). kelak kamu akan mengetahui, siapakah (di antara kita) yang akan memperoleh hasil yang baik di dunia ini[507]. Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu tidak akan mendapatkan keberuntungan.
(surat Al An'am (6) ayat 135)

[506] Artinya: tetaplah dalam kekafiranmu sebagaimana aku tetap dalam keislamanku.
[507] Maksudnya: Allah menjadikan dunia sebagai tempat mencari (hasil) yang baik Yaitu kebahagiaan diakhirat.


h.    Hidup dalam Majelis atau dalam masyarakat harus lapang melapangi atau saling tolong menolong diantara sesama anggota masyarakat.


Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
 (surat Al Mujaadilah (58) ayat 11)


Setelah tahu adanya pupuk yang dapat dipergunakan untuk menjaga dan merawat Iman dan Yakin kepada ALLAH SWT, lalu sudahkah diri kita melakukan pemberian pupuk dimaksud dengan sebaik mungkin sehingga Iman dan Yakin yang ada di dalam diri selalu terjaga kualitasnya? Selain pupuk-pupuk dari Iman dan Yakin kepada  ALLAH SWT yang telah kami kemukakan di atas, masih ada beberapa pupuk lainnya yang dapat pula kita pergunakan untuk memelihara, untuk menjaga, untuk merawat Iman dan Yakin kepada ALLAH SWT agar diri tidak bisa diganggu lagi oleh Ahwa dan juga oleh Syaitan, yaitu :


A.  PUPUKLAH IMAN dan YAKIN dengan KETAUHIDAN


ALLAH SWT melalui surat Ar Ra'd (13) ayat 16 yang kami kemukakan di bawah ini, memerintahkan kepada diri kita  untuk mengatakan serta mengakui dengan sejujurnya bahwa ALLAH SWT adalah Tuhan langit dan bumi, atau ALLAH SWT adalah Tuhan bagi semesta alam serta ALLAH SWT adalah Pencipta dan Pemilik segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi ini. Adanya kondisi yang kami kemukakan di atas ini,  akan terjadi 2(dua) buah keadaan yang dapat membedakan  manusia yang ada di muka bumi ini akibat adanya pernyataan di atas, yaitu:


a.      Tidak akan mungkin sama orang yang Buta dengan orang yang Melihat.
b.    Tidak akan mungkin sama orang yang berjalan di jalan yang Lurus dengan yang berjalan di jalan yang Bengkok.
c.      Tidak akan mungkin sama sesuatu yang Terang dengan  yang Gelap.
d.     Tidak akan mungkin sama orang yang Beriman dengan orang Kafir.


Sebagai KHALIFAH yang sedang menjalankan tugas di muka bumi, jangan pernah berharap dan hal ini tidak akan mungkin pernah terjadi, ALLAH SWT akan menyamakan kedudukan baik dalam kehidupan Dunia maupun dalam  kehidupan Akhirat,  antara orang yang Beriman dengan orang yang Kafir, antara orang  yang berbuat Kebaikan dengan orang yang berbuat Kejahatan, antara orang yang berjalan di jalan yang lurus dengan orang yang berjalan di jalan yang bengkok. Dan ingat bahwa ketentuan ini tidak akan pernah berubah sehingga akan berlaku terus sampai dengan hari kiamat kelak. Jika sampai ALLAH SWT menyamakan kedudukan orang yang berbeda perilaku dan berbeda perbuatannya. Timbul pertanyaan dimanakah letak keadilan yang ALLAH SWT terapkan di dalam rangka mengisi Syurga dan Neraka secara adil? ALLAH SWT tidak akan pernah berbuat yang menjadikan Kemahaan dan Kebesaran ALLAH SWT tercoreng dengan perbuatan-Nya sendiri.   



Katakanlah: "Siapakah Tuhan langit dan bumi?" Jawabnya: "Allah". Katakanlah: "Maka Patutkah kamu mengambil pelindung-pelindungmu dari selain Allah, Padahal mereka tidak menguasai kemanfaatan dan tidak (pula) kemudharatan bagi diri mereka sendiri?". Katakanlah: "Adakah sama orang buta dan yang dapat melihat, atau samakah gelap gulita dan terang benderang; Apakah mereka menjadikan beberapa sekutu bagi Allah yang dapat menciptakan seperti ciptaan-Nya sehingga kedua ciptaan itu serupa menurut pandangan mereka?" Katakanlah: "Allah adalah Pencipta segala sesuatu dan Dia-lah Tuhan yang Maha Esa lagi Maha Perkasa".
(surat Ar Ra'd (13) ayat 16)


Sebagai KHALIFAH di muka bumi kita harus dapat melaksanakan dengan baik serta penuh kejujuran tentang pernyataan yang telah kita buat, bahwa : ALLAH SWT adalah TUHAN langit dan bumi atau ALLAH SWT adalah Tuhan bagi alam semesta, serta ALLAH SWT adalah Pencipta segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi.


Apakah orang-orang yang membuat kejahatan itu menyangka bahwa Kami akan menjadikan mereka seperti orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, Yaitu sama antara kehidupan dan kematian mereka? Amat buruklah apa yang mereka sangka itu.
(surat Al Jaatsiyah (45) ayat 21)


Jika kita telah mampu melaksanakan dua buah pernyataan yang telah kami kemukakan di atas, Ini berarti kita telah mampu melaksanakan, atau telah mampu memberikan pernyataan Ketauhidan yang sangat dikehendaki oleh ALLAH SWT dan ini merupakan salah usaha kita memberikan salah satu Pupuk yang terbaik bagi Iman dan Yakin yang sudah ada di dalam diri, yaitu Katauhidan.


Timbul pertanyaan, kenapa harus dengan Ketauhidan kita merawat, menjaga, memelihara Iman dan Yakin yang ada di dalam diri? Hal ini disebabkan Iman, Yakin serta Ketauhidan tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya, seperti Ikan yang tidak bisa dipisahkan dengan Air. Iman dan Yakin tidak akan bisa tumbuh di dalam diri dan tidak berbuah jika tanpa ada pernyataan sikap yang jujur  untuk mengakui bahwa: ALLAH SWT adalah TUHAN langit dan bumi, atau ALLAH SWT adalah TUHAN bagi alam semesta, serta ALLAH SWT adalah Pencipta dan Pemilik  segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi. Demikian pula dengan Ketauhidan, dimana Ketauhidan tidak akan berjalan dengan mulus jika Iman dan Yakin tidak tumbuh di dalam diri. Adanya kondisi ini dapat dikatakan bahwa Iman, Yakin dan Ketauhidan, laksana 2(dua) sisi dari mata uang, sehingga Iman, Yakin dan Ketauhidan harus ada di dalam diri manusia secara bersamaan, saling isi mengisi di antara ke duanya. Sebagai KHALIFAH yang membutuhkan keimanan dan keyakinan kepada ALLAH SWT sudahkah kita mampu memupuk Iman dan Yakin dengan Ketauhidan?



B. PUPUKLAH   IMAN  dan YAKIN dengan IMAN


Sebelum kami membahas pupuklah Iman dan Yakin dengan Iman, perkenankan kami mengemukakan hal-hal sebagai berikut: Alam semesta sebagai salah satu ciptaan ALLAH SWT telah  mengajarkan kepada diri kita, bahwa:

1.      Air tidak akan mungkin bersatu dengan minyak, untuk itu perhatikanlah kawanan burung pipit ia hanya akan terbang dan bergabung dengan burung pipit pula. Burung pipit tidak akan pernah bergabung dengan buruk jalak.


2.   Sesuatu yang putih bersih akan menjadi kotor atau tidak bersih lagi jika telah terkontaminasi dengan yang kotor pula. 


3.   Untuk mempertahankan atau memelihara sesuatu yang Bersih maka kita harus mempergunakan sesuatu yang Bersih pula untuk menjaganya, untuk merawatnya. Lihatlah Air yang putih jernih, ia akan tetap putih dan jernih jika ia dicampur dengan air yang putih jernih pula. Bandingkan Air yang putih jernih jika dicampur dengan kopi, maka Air masih tetap ada akan tetapi sifat dan kondisi yang putih dan jernih telah digantikan oleh sifat dan kondisi kopi.


Adanya 3(tiga) buah pelajaran dari Alam yang kami kemukakan di atas ini, timbul pertanyaan dapatkah pelajaran dari Alam ini kita aplikasikan dengan Iman dan Yakin yang ada di dalam diri? Apabila pelajaran dari Alam  kita aplikasikan dengan Iman dan Yakin kepada ALLAH SWT, maka kita akan mendapatkan hal-hal baru sebagai berikut:


1.      Orang yang mengimani dan meyakini ALLAH SWT dan orang yang Kafir pasti berbeda dihadapan ALLAH SWT sehingga orang yang beriman dan orang yang Kafir tidak akan pernah diperlakukan sama oleh ALLAH SWT.


2.    Iman dan Yakin jika dianggap sebagai sesuatu yang Putih Bersih maka Iman dan Yakin, akan menjadi kotor atau tidak bersih lagi jika telah terkontaminasi dengan sesuatu yang kotor. 


3.   Untuk mempertahankan atau memelihara Iman dan Yakin sebagai sesuatu yang Suci maka kita harus mempergunakan sesuatu yang Suci pula untuk menjaganya, atau  untuk merawatnya.


Jika pelajaran dari alam, kita jadikan asumsi untuk memelihara, merawat dan menjaga kualitas Iman dan Yakin yang sesuai dengan Kehendak ALLAH SWT, maka Iman dan Yakin hanya akan dapat menerima sesuatu yang sama kodratnya, sama fitrahnya dengan Iman dan Yakin. Adanya kondisi Ini berarti jika Iman dan Yakin disambung, dijaga, dirawat, dipelihara dengan Iman pula maka akan terjadi sinergi yang positif di antara Keimanan dan Keyakinan yang ada di dalam dada setiap manusia. Untuk itu lihatlah diri kita, jika Iman dan Yakin telah ada di dalam dada, apa yang kita rasakan?


dan ketahuilah olehmu bahwa di kalanganmu ada Rasulullah. kalau ia menuruti kemauanmu dalam beberapa urusan benar-benarlah kamu mendapat kesusahan, tetapi Allah menjadikan kamu 'cinta' kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. mereka Itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus,
(surat Al Hujuraat (49) ayat 7)


Di dalam diri akan timbul sebuah perasaan berupa Kecintaan kepada Keimanan dan Keyakinan itu sendiri, sehingga Iman dan Yakin itu terasa indah, terasa enak di dalam hati serta timbulnya rasa benci dan tidak suka kepada Kekafiran, Kefasikan dan Kedurhakaan serta perbuatan dosa. Timbul pertanyaan kenapa hal ini bisa terjadi dan siapakah yang menjadikan ini semua? ALLAH SWT melalui surat Al Hujuraat (49) ayat 7 di atas, menerangkan bahwa ALLAH SWTlah yang melakukan itu semua. ALLAH SWT memberikan Pupuk Iman dan Yakin dengan Iman kepada manusia yang telah merasakan nikmatnya Iman dan Yakin kepada ALLAH SWT. Adanya kondisi ini berarti  ALLAH SWT hanya akan memberikan pupuk Iman kepada orang yang telah mengimani dan meyakini ALLAH SWT semata.
  


Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari Kemudian, Maka Sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.Sesungguhnya orang-orang yang beriman kemudian kafir, kemudian beriman (pula), kamudian kafir lagi, kemudian bertambah kekafirannya[362], Maka sekali-kali Allah tidak akan memberi ampunan kepada mereka, dan tidak (pula) menunjuki mereka kepada jalan yang lurus.
(surat An Nisaa' (4) ayat 136-137)

[362] Maksudnya: di samping kekafirannya, ia merendahkan Islam pula.


Setelah kita mengimani dan meyakini ALLAH SWT dan kemudian ALLAH SWT telah pula memberikan pupuk Iman kepada kita, sekarang lakukanlah perbuatan yang bertentangan dengan Iman itu sendiri, seperti tidak melaksanakan shalat, tidak berpuasa di bulan Ramadhan, tidak bayar zakat, mabuk, judi, apa yang kita rasakan? Jika kita merasa Menyesal, jika kita merasa Janggal, jika kita merasa Bersalah, ini berarti kualitas keimanan dan keyakinan yang ada di dalam diri kita masih tinggi kualitasnya, atau jiwa kita tergolong dalam Jiwa Lawwamah. Jika kondisi ini yang terjadi pada diri kita setelah melakukan tindakan yang bertentangan dengan Keimanan dan Keyakinan maka kita harus secepatnya melakukan Taubatan Nasuha kepada ALLAH SWT. Akan tetapi jika setelah melanggar atau melakukan perbuatan yang bertentangan dengan Iman itu malah diri kita biasa-biasa saja, atau tidak timbul rasa menyesal di dalam diri, berhati-hatilah sebab kualitas Keimanan dan Keyakinan dalam diri kita masih rendah, atau karena ada sesuatu yang salah di dalam diri kita.


Sebagai KHALIFAH di muka bumi, kami berharap jangan pernah lakukan apa yang dikemukakan oleh ALLAH SWT melalui surat An Nisaa' (4) ayat 136-137 yang kami kemukakan di atas, yaitu Beriman lalu Kafir lalu Beriman lagi lalu kembali ke Kafir lagi yang pada akhirnya bertambah tebal tingkat kekafiran diri kita. Apabila hal ini terjadi pada diri kita bersiap-siaplah menerima penghargaan berupa ditutupnya pintu ampunan dari ALLAH SWT serta tidak ada lagi Petunjuk jalan yang lurus dari ALLAH SWT. Jika hal ini terjadi pada diri kita maka bersiaplah pulang kampung ke Neraka Jahannam untuk hidup bertetangga dengan Syaitan sang Laknatullah.



C.   PUPUKLAH  IMAN dan YAKIN  dengan SYUKUR


Pupuk yang sangat baik bagi Iman dan Syukur kepada ALLAH SWT adalah Syukur. Syukur mudah diucapkan, tetapi sulit untuk dilaksanakan sebab ungkapan rasa Syukur tidak cukup hanya dengan mengucapkan Terima Kasih. Untuk dapat dikatakan kita telah bersyukur, tentu harus ada parameter lainnya selain Terima Kasih. Sebagai contoh, jika kita diberi Hadiah berupa Baju Koko kemudian Baju Koko tersebut dipakai untuk membersihkan mobil, apakah hal ini sudah dikatakan bersyukur walaupun kita sudah mengucapkan terima kasih?


Terima Kasih bukanlah ungkapan syukur, melainkan Adab dan Sopan Santun jika kita menerima sesuatu. Untuk itu setelah menerima Baju Koko, maka kita harus dapat meletakkan dan menempatkan Baju Koko dan juga pemberi Baju Koko, sebagai berikut: Baju Koko bukanlah sarana untuk membersihkan Mobil, apabila kita melakukannya berarti kita telah keluar dari maksud dan tujuan dihadiahkannya Baju Koko kepada kita; Menerima sebuah Pemberian tidak terlepas dari menyenangkan hati pemberi Hadiah; Memakai Baju Koko sesuai dengan peruntukkannya merupakan penghormatan kepada pemberi Hadiah. Ketiga ketentuan yang kami kemukakan di atas, berlaku secara umum dan harus kita laksanakan dalam rangka kita menjaga hubungan yang harmonis antar sesama umat manusia.


Sekarang mari kita perhatikan diri kita sendiri yang telah diberikan Ruh yang berasal dari Nur-Nya ALLAH SWT, yang telah diberikan Jasmani yang begitu canggih oleh ALLAH SWT, yang telah diberikan Amanah 7 yang berasal dari sifat Ma’ani ALLAH SWT. Selain daripada itu ALLAH SWT juga telah mensibhghah diri kita dengan Asmaul Husna-Nya serta ALLAH SWT juga telah memberikan Af’idah, Akal, Hubbul serta Diinul Islam kepada diri kita, lalu wajibkah kita bersyukur kepada ALLAH SWT yang telah memberikan itu semuanya kepada diri kita?


karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya aku ingat (pula) kepadamu[98], dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.
(surat Al Baqarah (2) ayat 152)

[98] Maksudnya: aku limpahkan rahmat dan ampunan-Ku kepadamu.


Sampai dengan saat ini, hanya ALLAH SWT sajalah yang mampu memberikan hal-hal yang kami sebutkan di atas. Jika hal ini adalah kondisi dasar dari yang diberikan ALLAH SWT kepada diri kita, apakah cukup dengan mengucapkan Terima Kasih saja maka kita sudah dapat dikatakan Mensyukuri segala apa-apa yang telah diberikan ALLAH SWT? Terima Kasih tidak dapat kita jadikan acuan dan pedoman bagi kesuksesan pelaksanaan Syukur kepada ALLAH SWT seperti yang dikemukakan ALLAH SWT dalam surat  Al Baqarah (2) ayat 152 di atas. Setiap manusia yang ada di muka bumi ini, termasuk diri kita adalah penerima Ruh, penerima Amanah 7, penerima sibghah Asmaul Husna, penerima Akal dan Perasaan, penerima Hubbul, penerima Jasmani yang begitu canggih, serta penerima Diinul Islam, lalu sudahkah kita mensyukurinya?


Jika kita ingin bersyukur kepada ALLAH SWT, maka kita harus berpedoman kepada surat Al Baqarah (2) ayat 152 yang kami kemukakan di atas, karena ALLAH SWT telah memberikan tuntunannya kepada kita jika ingin bersyukur kepada-Nya, yaitu:


1.    Jika kita bersyukur telah menerima Ruh dari ALLAH SWT, sudahkah kita melaksanakan pernyataan Ketuhanan kepada  ALLAH SWT?

2.   Jika kita bersyukur telah menerima Ilmu sebagai bagian Amanah 7, lalu sudahkah Ilmu tersebut kita manfaatkan sesuai dengan peruntukkannya dan juga apakah sudah kita ajarkan dengan baik kepada yang membutuhkannya?

3.      Jika kita bersyukur telah menerima Af’idah atau Perasaan dan juga Akal dari ALLAH SWT, apakah kita masih juga terus menyakiti orang lain?

4.      Jika kita bersyukur telah menerima Hubbul Maal dari  ALLAH SWT, sudahkan sebahagian RezekiI yang kita peroleh kita zakatkan, infaqkan, untuk orang yang tidak mampu?

5.    Jika kita bersyukur telah menerima Ar Rahman dan Ar Rahhim dari ALLAH SWT, sudahkah kita berkasih sayang dengan kepada sesama manusia?

6.      Jika kita bersyukur telah menerima Jasmani yang Canggih dari ALLAH SWT, sudahkah kekuatan yang ada di dalam tubuh kita dipergunakan untuk kebaikan?

7.      Jika kita besyukur telah menerima Diinul Islam sebagai Agama yang Haq, sudahkah kita menjalankannya secara Kaffah?


Sebagai KHALIFAH yang tidak lain tamu di muka bumi yang diciptakan oleh ALLAH SWT, sudahkah kita mampu melaksanakan 7(tujuh) ketentuan yang kami kemukakan di atas sebagai wujud Syukur kita kepada ALLAH SWT?

Selain daripada itu, untuk membuktikan bahwa kita telah mampu bersyukur kepada ALLAH SWT, kedua hal yang akan kami kemukakan di bawah ini harus sudah mampu kita laksanakan saat hidup di dunia ini, yaitu:


1.   Saat kita bersyukur kepada ALLAH SWT maka kita harus saling memberi dan saling menerima, contohnya setelah menerima Rezeki dari ALLAH SWT jangan simpan Rezeki itu untuk kepentingan diri sendiri saja, bagilah kepada yang membutuhkannya maka ALLAH SWT akan memberikan kembali Rezeki tersebut kepada kita.


dan Barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, Maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik.
(surat Al Israa' (17) ayat 19)


2.  Saat kita bersyukur kepada ALLAH SWT maka sudah tidak ada lagi Dusta di antara kita dengan ALLAH SWT, atau jangan pernah mengingkari segala nikmat yang pernah ALLAH SWT berikan.


karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya aku ingat (pula) kepadamu[98], dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.
(surat Al Baqarah (2) ayat 152)


Sebagai KHALIFAH yang sedang melaksanakan tugas di muka bumi, sudahkah kita melakukan tindakan-tindakan yang sesuai dengan Kehendak ALLAH SWT selaku pemberi Ruh, Amanah 7, Af’idah atau Perasaan, Akal, Hubbul serta Diinul Islam? Kami berharap pembaca buku ini termasuk orang-orang yang Tahu dan Mengerti serta paham akan arti dan makna bersyukur kepada ALLAH SWT.


D.  PUPUKLAH  IMAN dan YAKIN dengan DOA dan DZIKIR.


Untuk melaksanakan  tugas sebagai KHALIFAH  di muka bumi, yang sesuai dengan Kehendak ALLAH SWT bukanlah sebuah perkara mudah, perlu perjuangan yang tidak sedikit, serta penuh rintangan. Di lain sisi sebelum diri kita ada di muka bumi, sudah ada terlebih dahulu apa yang dinamakan dengan Syaitan serta adanya perjanjian antara ALLAH SWT dengan Syaitan sang laknatullah. Adanya izin dari ALLAH SWT, maka Syaitan akan membawa manusia berada di dalam Nilai-Nilai Keburukan, sedangkan Kehendak ALLAH SWT kepada manusia agar manusia selalu berada di dalam Nilai-Nilai Kebaikan. Adanya saling pengaruh mempengaruhi yang terjadi di dalam diri setiap manusia saat hidup di dunia, akan dapat mengakibatkan manusia bingung, susah, terjepit di antara kedua pusaran tersebut.


Agar diri kita selalu berada di dalam Nilai-Nilai Kebaikan atau tingkat keimanan dan keyakinan diri kita selalu dalam kehendak ALLAH SWT, tentu kita membutuhkan sesuatu yang dapat menjadikan diri kita tetap berada di dalam koridor tersebut. Selain Diinul Islam yang akan menjadikan diri kita selalu berada di dalam Kehendak ALLAH SWT, masih ada hal lainnya yang dapat menjadikan diri kita selalu berada dalam Kehendak ALLAH SWT, apakah itu? Berdasarkan surat Al Mu'min (40) ayat 60 yang kami kemukakan di bawah ini, ALLAH SWT memberikan Fasilitas kemudahan yang dapat membantu Manusia agar selalu berada di dalam Kehendak-Nya, atau tingkat Iman dan Yakin kepada ALLAH SWT tetap terjaga kualitasnya yaitu melalui Doa.


Setiap manusia diperkenankan untuk berdoa kepada ALLAH SWT dalam rangka membantu, menolong, memberikan jalan keluar, memberikan semangat agar manusia, atau diri kita sukses melaksanakan tugas sebagai KHALIFAH di muka bumi yang sekaligus menjadi Makhluk yang Terhormat. Adanya Doa yang kita mohonkan dan panjatkan kepada ALLAH SWT berarti kita telah meletakkan diri kita Lebih rendah atau diri kita Tidak Mampu dibandingkan dengan ALLAH SWT sehingga kita sangat membutuhkan ALLAH SWT. Jika ini adalah kondisi dasar kita memohonkan dan memanjatkan doa kepada ALLAH SWT, patut dan pantaskah kita menyombongkan diri kepada ALLAH SWT saat hidup di muka bumi? 


dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku[1326] akan masuk neraka Jahannam dalam Keadaan hina dina".
(surat Al Mu'min (40) ayat 60)

[1326] Yang dimaksud dengan menyembah-Ku di sini ialah berdoa kepada-Ku.



Selama kita berharap doa yang kita panjatkan, atau agar Doa kita diperkenankan oleh ALLAH SWT maka Jangan Pernah sekalipun kita menyombongkan diri kepada  ALLAH SWT selaku Inisiator, Pencipta dan Pemilik alam semesta ini. Timbul pertanyaan, adakah adab atau tuntunan yang baik saat kita berdoa kepada ALLAH SWT? Berikut ini akan kami kemukakan salah satu bentuk dari adab berdoa yang dikemukakan Imam Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin, yaitu:

a.      Pada waktu yang baik dan mulia, seperti pada hari Arafah, bulan Ramadhan, hari Jum'at, sepertiga akhir dari malam dan pada waktu sahur.

b.      Dalam keadaan yang mulia, seperti ketika bersujud dalam sembahyang, ketika berhadapan dengan musuh dan peperangan, ketika turun hujan, sebelum menunaikan sembahyang dan sesudahnya, ketika jiwa sedang tenang dan bersih dari segala gangguan syaitan dan ketika menghadap ka'bah.

c.       Dengan menghadap ka'bah/kiblat.

d.      Merendahkan suara, yaitu antara terdengar dengan tiada oleh orang yang di sisi kita sebab ALLAH SWT sudah dekat sehingga diri kita sudah berada bersama ALLAH SWT.


dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.
(surat Al Baqarah (2) ayat 186)


e.      Jangan bersajak, yakni tanpa menggunakan kata-kata bersajak dalam doa itu. Tetapi cukup dengan kata-kata yang sederhana, sopan, dan tepat mengenai seuatu yang dihajati dengan doa itu. Dan tidak perlu dilagukan dengan irama-irama tertentu. Sangat baik jika kita memilih lafazh-lafazh doa yang diterima dari Rasulullah SAW yang kandungannya sesuai dengan apa yang hendak kita doakan pula.

f.     Berlaku khusyu' dan tadlaru'lah dengan merasakan kebesaran dan kehebatan ALLAH SWT dalam jiwa kita yang halus.

g.      Mengokohkan kepercayaan bahwa doa itu akan diperkenankan ALLAH SWT dan tidak merasa gelisah jika doa kita tidak diperkenannya.

h.  Mengulang-ulang doa itu dua tiga kali, yakni doa tentang sesuatu yang sangat kita utamakan memohonkannya kepada ALLAH SWT, akan lebih baik jika dibaca berulang-ulang sampai dua-tiga kali.

i.        Menyebut/memuji ALLAH SWT pada permulaannya.

j.        Bertaubat sebelum berdoa dan menghadapkan diri dengan sesungguhnya kepada ALLAH SWT



Sebagai KHALIFAH di muka bumi yang sangat membutuhkan doa kepada ALLAH SWT, pasti kita semua mampu melaksanakan adab berdoa seperti yang kami kemukakan di atas. Selanjutnya apakah hanya melalui doa saja yang dapat menjadikan diri kita selalu berada di dalam Kehendak ALLAH SWT sehingga Iman dan Yakin kepada ALLAH SWT tetap terpelihara di dalam diri?

Selain doa masih terdapat kegiatan lain yang dapat menjadikan diri kita selalu berada di dalam Kehendak ALLAH SWT yaitu Dzikir seperti yang dikemukakan dalam surat Ali Imran (3) ayat 191 di bawah ini.


 (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.
(surat Ali Imran (3) ayat 191)


Dzikir  merupakan sarana lainnya yang diperkenankan ALLAH SWT agar diri kita selalu berada di dalam Kehendak-Nya. Hal yang harus kita perhatikan setelah mengimani dan meyakini ALLAH SWT adalah jika kita ingat kepada ALLAH SWT lalu kita hanya diam saja tanpa dibarengi dengan perbuatan atau tingkah laku yang sesuai dengan apa yang kita ingat (dalam hal ini adalah ALLAH SWT) berarti apa yang kita lakukan adalah level terendah dari ingat kepada ALLAH SWT.


Agar kualitas dari mengingat kepada ALLAH SWT memiliki nilai tertinggi, berikut ini akan kami kemukakan hal-hal yang harus kita lakukan, yaitu:

a.   Ingat kepada ALLAH SWT maka kita harus tahu, kita harus mengerti, kita harus meyakini bahwa ALLAH SWT itu memiliki sifat Salbiyah, sifat Ma'ani dan juga 99 (Sembilan puluh Sembilan) Nama-Nama yang Indah lalu letakkan, dudukkan, ALLAH SWT sesuai dengan kemahaan dan kebesaran yang dimiliki-Nya dan jangan pernah berbuat Syirik kepada-Nya.

b.      Ingat kepada ALLAH SWT maka perhatikanlah dan amalkanlah segala apa yang telah disyariatkan-Nya saat ini juga.

c.     Ingat kepada ALLAH SWT maka perhatikanlah selalu alam sekitar kita, atau perhatikanlah keadaan tubuh kita yang telah diciptakan ALLAH SWT dengan sebaik-baiknya, lalu bersyukurlah dengan apa yang telah diberikan ALLAH SWT dengan menjaga, memelihara serta mempergunakan itu semua sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh pencipta-Nya.

d.   Ingat kepada ALLAH SWT maka laksanakanlah dakwah baik melalui Tutur Kata, ataupun melalui Tulisan atau amalkanlah ilmu kepada sesama umat manusia.

e.    Ingat kepada ALLAH SWT maka memohonlah hanya kepada ALLAH SWT; panjatkanlah doa hanya kepada ALLAH SWT saja.

f.       Ingat kepada ALLAH SWT maka pikirkanlah setelah kita hidup di dunia maka kita akan mati, untuk itu carilah bekal untuk pulang kampung.

g.       Ingat kepada ALLAH SWT maka pegang teguhlah apa-apa yang telah diwahyukan-Nya atau jadikanlah Al-Qur'an sebagai buku manual di dalam melaksanakan kekhalifahan di muka bumi.

h.    Ingat kepada ALLAH SWT maka kendalikanlah Ahwa sehingga jiwa kita dikategorikan sebagai Jiwa Mutmainnah.

i.      Ingat kepada ALLAH SWT maka taatilah perintah-Nya dan beribadatlah hanya kepada ALLAH SWT semata.

j.     Ingat kepada ALLAH SWT maka jagalah diri dari pengaruh Ahwa dan Syaitan serta jagalah diri dari Azab ALLAH SWT.

k.   Ingat kepada ALLAH SWT maka tepatilah segala janji-janji kepada ALLAH SWT dan juga kepada sesama manusia, agar selamat dunia dan akhirat.

l.       Ingat kepada ALLAH SWT maka perhatikanlah, bantulah saling tolong menolong sesama manusia dengan ikhlas karena ALLAH SWT semata.

m.  Ingat kepada ALLAH SWT maka contoh dan teladanilah Nabi MUHAMMAD SAW sehingga kita mampu menjadi teladan pula bagi keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.

n.    Ingat kepada ALLAH SWT maka jangan pernah halangi orang  yang akan beriman kepada ALLAH SWT.

o.   Ingat kepada ALLAH SWT maka akui diri berdosa lalu lakukanlah taubatan nasuha, tanpu harus menunggu waktu.

p.      Ingat kepada ALLAH SWT dirikanlah SHALAT tunaikan ZAKAT dan Kerjakan Amal Shaleh sebanyak-banyaknya.

q.    Ingat kepada ALLAH SWT pelihara Al-Qur'an; pelajari  dan amalkan, sebarluaskan isi dan kandungan Al-Qur'an dari waktu ke waktu.

r.       Ingat kepada ALLAH SWT maka lakukanlah syukur setiap saat, dimanapun, kapanpun dan dalam kondisi apapun juga. 

s.      Ingat kepada ALLAH SWT maka peliharalah, amalkan Amanah karena akan dipertanggungjawabkan.

.        Ingat kepada ALLAH SWT maka yakinlah bahwa ALLAH SWT akan selalu menjagamu.

u.   Ingat kepada ALLAH SWT maka beribadahlah, berbuatlah seolah-olah engkau melihat-Nya, sekalipun engkau tidak melihat-Nya maka sesungguhnya ALLAH SWT melihatmu.

v.      Ingat kepada ALLAH SWT maka bertindaklah, bertingkah lakulah yang baik yang sesuai dengan perilaku ALLAH SWT yang termaktub dalam Asmanul Husna sebab ALLAH SWT selalu beserta kita.

w.   Ingat kepada ALLAH SWT lalu tunduk dan patuhlah hanya kepada ALLAH SWT dimanapun kita berada, kapanpun dan dalam kondisi apapun juga. 



Sebagai KHALIFAH yang sedang melaksanakan tugas di muka bumi, jangan sampai diri kita hanya mampu menjadi penonton dan pengagum dari Kemahaan dan Kebesaran  ALLAH SWT yang sudah ada bersama diri kita, tanpa kita pernah merasakan nikmatnya bertuhankan kepada ALLAH SWT. Dan jika ini yang terjadi berarti ada sesuatu yang salah di dalam diri kita.


Selanjutnya, kami ingin mengingatkan kepada siapa saja yang ada di muka bumi ini, ketahuilah bahwa Iman dan Yakin kepada ALLAH SWT bukanlah sesuatu yang datang tiba-tiba di dalam diri kita. Iman dan Yakin merupakan hasil dari suatu proses jangka panjang yang  tidak akan mungkin kita dapatkan jika kita tidak mau belajar untuk memiliki Ilmu tentang ALLAH SWT yang dilanjutkan dengan pengakuan diri kita kepada ALLAH SWT serta mampu kita buktikan dalam perilaku diri kita sehingga antara kata dan perbuatan sesuai. Dan jika saat ini kita telah mampu memiliki Iman dan Yakin kepada ALLAH SWT, ketahuilah bahwa Iman dan Yakin kepada ALLAH SWT tidak bisa konstan kualitasnya, sehingga bisa hilang, karena adanya gangguan dari Ahwa dan juga Syaitan. Untuk itu kita harus bisa merawat, menjaga, memelihara Iman dan Yakin kepada ALLAH SWT mulai saat ini juga yang tentunya harus sesuai dengan kehendak ALLAH SWT. Selain dari pada itu, Iman dan Yakin bukanlah sesuatu yang bisa diperjualbelikan, bisa ditransfer. Iman dan Yakin juga tidak bisa diwariskan kepada siapapun juga, termasuk kepada istri, suami ataupun kepada anak dan keturunan kita sendiri.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar