Label

MEMANUSIAKAN MANUSIA: INILAH JATIDIRI MANUSIA YANG SESUNGGUHNYA (79) SETAN HARUS JADI PECUNDANG: DIRI PEMENANG (68) SEBUAH PENGALAMAN PRIBADI MENGAJAR KETAUHIDAN DI LAPAS CIPINANG (65) INILAH ALQURAN YANG SESUNGGUHNYA (60) ROUTE TO 1.6.799 JALAN MENUJU MAKRIFATULLAH (59) MUTIARA-MUTIARA KEHIDUPAN: JALAN MENUJU KERIDHAAN ALLAH SWT (54) PUASA SEBAGAI KEBUTUHAN ORANG BERIMAN (50) ENERGI UNTUK MEMOTIVASI DIRI & MENJAGA KEFITRAHAN JIWA (44) RUMUS KEHIDUPAN: TAHU DIRI TAHU ATURAN MAIN DAN TAHU TUJUAN AKHIR (38) TAUHID ILMU YANG WAJIB KITA MILIKI (36) THE ART OF DYING: DATANG FITRAH KEMBALI FITRAH (33) JIWA YANG TENANG LAGI BAHAGIA (27) BUKU PANDUAN UMROH (26) SHALAT ADALAH KEBUTUHAN DIRI (25) HAJI DAN UMROH : JADIKAN DIRI TAMU YANG SUDAH DINANTIKAN KEDATANGANNYA OLEH TUAN RUMAH (24) IKHSAN: INILAH CERMINAN DIRI KITA (24) RUKUN IMAN ADALAH PONDASI DASAR DIINUL ISLAM (23) ZAKAT ADALAH HAK ALLAH SWT YANG HARUS DITUNAIKAN (20) KUMPULAN NASEHAT UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK (19) MUTIARA HIKMAH DARI GENERASI TABI'IN DAN TABI'UT TABIIN (18) INSPRIRASI KESEHATAN DIRI (15) SYAHADAT SEBAGAI SEBUAH PERNYATAAN SIKAP (14) DIINUL ISLAM ADALAH AGAMA FITRAH (13) KUMPULAN DOA-DOA (10) BEBERAPA MUKJIZAT RASULULLAH SAW (5) DOSA DAN JUGA KEJAHATAN (5) DZIKIR UNTUK KEBAIKAN DIRI (4) INSPIRASI DARI PARA SAHABAT NABI (4) INILAH IBADAH YANG DISUKAI NABI MUHAMMAD SAW (3) PEMIMPIN DA KEPEMIMPINAN (3) TAHU NABI MUHAMMAD SAW (3) DIALOQ TOKOH ISLAM (2) SABAR ILMU TINGKAT TINGGI (2) SURAT TERBUKA UNTUK PEROKOK dan KORUPTOR (2) IKHLAS DAN SYUKUR (1)

Jumat, 18 Desember 2015

Route to 1.6.7.99 : PENGHANCUR IMAN DAN YAKIN KEPADA ALLAH SWT




Hamba ALLAH SWT yang selalu dirahmati-Nya
Selama ini kita berani dengan tegas menyatakan bahwa Cabai itu pedas rasanya selama Hayat dikandung Badan, hal ini kita lakukan karena kita telah memiliki Ilmu tentang Cabai. Sekarang beranikah kita menyatakan bahwa Cabai itu asin rasanya? Sepanjang kita telah memiliki Ilmu tentang Cabai maka tidak akan mungkin kita berani menyatakan bahwa Cabai itu asin. Selanjutnya bagaimana dengan kualitas Keimanan dan Keyakinan kita kepada ALLAH SWT, apakah sudah seperti kita menyatakan Cabai pedas rasanya? Apabila kita juga memiliki Ilmu  tentang ALLAH SWT, maka sudah seharusnya pula kita mampu menyatakan Iman dan Yakin kepada  ALLAH SWT selama hayat masih dikandung badan. Adanya kondisi ini berarti jika kita memiliki Ilmu yang baik tentang ALLAH SWT, seharusnya kualitas keimanan dan keyakinan kepada ALLAH, kondisinya harus sama baiknya dan sama utuhnya dengan pernyataan diri kita tentang Cabai itu pedas.


Sekarang bagaimana kenyataannya? Kenyataannya adalah kondisi kualitas Keimanan dan Keyakinan kita kepada ALLAH SWT, kualitasnya tidak pernah bisa sama tingginya, tidak bisa sama baiknya, dengan pernyataan diri kita tentang Cabai yang pedas rasanya. Jika kondisi ini terjadi pada diri kita berarti di dalam diri kita telah terjadi sesuatu yang salah, yaitu kita telah menerapkan Standard Ganda, yaitu kepada Cabai kita mampu mempercayainya dengan baik sepanjang Hayat dikandung badan. Akan tetapi untuk mempercayai dan meyakini ALLAH SWT sepanjang Hayat dikandung badan kita tidak bisa.


Dalam rangka diri kita mampu mempertahankan, atau mampu memiliki Keimanan dan Keyakinan kepada ALLAH SWT yang terus terjaga dari waktu ke waktu kualitasnya, atau dalam rangka mempertahankan kondisi dan kualitas Keimanan dan Keyakinan kepada  ALLAH SWT yang sudah baik seperti kita mempercayai Cabai itu pedas rasanya, berikut ini akan kami kemukakan beberapa penghancur, pengurang, pengacau dari Iman dan Yakin kepada ALLAH SWT yang kiranya harus kita jadikan rambu-rambu saat mempertahankan Iman dan Yakin kepada ALLAH SWT, yaitu:


A.   SYIRIK dan MUSYRIK


Dalam kehidupan yang kita jalani saat ini, banyak orang yang mengira jika kita telah melakukan dan melaksanakan Diinul Islam dengan melaksanakan Rukun Islam secara baik dan benar, yang terdiri mengucapkan Syahadat, mendirikan Shalat, menunaikan Zakat, Puasa, pergi Haji, sudah cukup baik dan sempurna kita beragama Islam dan kemudian ALLAH SWT akan memberikan Ridha-Nya kepada kita, yang dilanjutkan kita akan menerima kebahagiaan di Syurga dengan segala keindahannya dan kita pun merasa aman dari siksa api Neraka. Namun kita lupa, walaupun kita telah melakukan dan melaksanakan Rukun Islam, akan tetapi jika kita melakukan setitik saja perbuatan Syirik dan Musyrik baik langsung ataupun tidak langsung, maka apa yang telah kita lakukan akan menjadi batal, atau akan mempengaruhi penilaian yang mengakibatkan penurunan kualitas dari keimanan dan keyakinan kita kepada ALLAH SWT. Untuk itu jangan pernah mencampur-adukkan Diinul Islam dengan Kemusyrikan, atau mencampur adukkan Diinul Islam dengan perbuatan Syirik sebab tindakan ini akan membatalkan Iman, Islam dan Ikhsan diri kita.


Apakah itu Syirik dan Musyrik? Syirik dan Musyrik dapat diartikan sebagai suatu tindakan, apakah itu dalam bentuk perbuatan, apakah itu dalam bentuk sesuatu perkataan, atau dorongan hati untuk mempercayai sesuatu ghaib yang ditujukan kepada selain ALLAH SWT, atau adanya kepatuhan jiwa raga kepada selain ALLAH SWT, melalui Tindakan mensyerikatkan ALLAH SWT dengan sesuatu, atau Tindakan menduakan ALLAH SWT dengan sesuatu, atau upaya memperbandingkan ALLAH SWT dengan sesuatu, atau upaya meniadakan ALLAH SWT, atau upaya menganggap ALLAH SWT sudah tidak ada lagi, atau upaya menghilangkan Kemahaan dan Kebesaran ALLAH SWT dengan sesuatu. ALLAH SWT menerangkan bahwa Syirik dan Musyrik adalah Dosa Besar  yang tidak akan pernah diampuni oleh ALLAH SWT. Timbul pertanyaan, kenapa ALLAH SWT bersikap seperti itu kepada orang yang melakukan perbuatan Syirik dan Musyrik?


Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.
(surat An Nisaa' (4) ayat 48)


ALLAH SWT bersikap keras tanpa ampun kepada siapapun juga yang melakukan perbuatan Syirik dan Musyrik, sekalipun orang tersebut telah melakukan Ibadah dan Amal Shaleh baik yang besar maupun yang kecil, dikarenakan ALLAH SWT tersinggung, dikarenakan ALLAH SWT telah dihina, dikarenakan ALLAH SWT telah dianggap tidak ada, dikarenakan ALLAH SWT telah dianggap tidak mampu oleh orang tersebut padahal ALLAH SWT adalah Inisiator, Pencipta, Pemilik, Pemelihara dari langit dan bumi beserta isinya.


Untuk itu berhati-hatilah dengan perbuatan Syirik dan Musyrik, sebab perbuatan Syirik dan Musyrik yang dilakukan oleh manusia tidak dinilai dari siapa diri kita, siapa orang tua kita, apakah jabatan kita, apakah pekerjaan kita, apakah kedudukan kita. Akan tetapi berapapun ukuran dari perbuatan Syirik dan Musyrik yang kita lakukan pasti akan dapat menjadi Amunisi dan Penghancur Keimanan dan Keyakinan kita kepada ALLAH SWT, dapat menjadikan jiwa kita dikategorikan sebagai Jiwa Fujur serta menjadikan diri kita memiliki tiket pulang kampung ke Neraka Jahannam. Adanya kondisi ini berarti jika kita ingin terhindar dari perbuatan Syirik dan musyrik, maka kita harus memiliki Ilmu tentang ALLAH SWT, memiliki Ilmu tentang Syirik dan Musyrik, saat menjadi KHALIFAH di muka bumi.


Agar diri kita selalu mawas diri dari perbuatan Syirik, berikut ini akan kami kemukakan 4(empat) buah bentuk perbuatan Syirik yang harus kita waspadai dan jangan pernah kita lakukan dimanapun, kapanpun oleh sebab apapun juga, yaitu:


1)      Syirik Du'a,

Syirik Du'a adalah berdoa atau minta-minta atau memohon yang didorong kepercayaan ghaib kepada selain ALLAH SWT. Misalnya memohon kepada wali-wali atau orang-orang yang shaleh yang telah dikubur, supaya dapat kelapangan rezeki, jodoh, pangkat serta karomah.


Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.
(surat An Nisaa' (4) ayat 48)



2)      Syirik Roja',


Syirik Roja' adalah diri kita berpengharapan kepada selain ALLAH SWT yang di dorong kepercayaan ghaib. Misalnya mengharap selamat dari bahaya perkelahian atau pertempuran dengan batu badar besi. Orang yang membawa batu badar besi tidak berdoa kepada batu itu supaya diberi keselamatan tetapi percaya dan berpengharapan bahwa selama batu ini tetap melekat pada tubuhnya maka ia akan selamat dari bahaya.


Mereka mengambil sembahan-sembahan selain Allah, agar mereka mendapat pertolongan.
(surat Yaasin (36) ayat 74)


3)      Syirik Khouf,


Syirik Khouf adalah takut yang didorong kepercayaan ghaib kepada selain ALLAH SWT. Misalnya takut akan mendapat malapetaka, kalau tidak mengadakan pertunjukan wayang kulit pada bulan Apit takut ditimpa mara bahaya, bila tidak selamatan pada bulan Syuro takut akan mendapatkan kesusahan, bila tidak merangkak dihadapan kubur yang dikeramatkan dan sebagainya.


Allah berfirman: "Janganlah kamu menyembah dua Tuhan; Sesungguhnya Dialah Tuhan yang Maha Esa, Maka hendaklah kepada-Ku saja kamu takut".
(surat An Nahl (16) ayat 51)


4)      Syirik Tho'at,

Syirik Tho'at adalah kepatuhan jiwa raga dalam melakukan perbuatan-perbuatan yang berlawanan dengan petunjuk ALLAH SWT dan RASUL-Nya, baik kepada undang-undang, peraturan-peraturan atau orang yang memerintahkannya. Misalnya menggali lubang dan menanam kepala Kerbau di bawah tempat-tempat yang akan di bangun, karena tunduk kepada perintah pimpinannya dan hatinyapun membenar kannya, membaca doa pada peresmian komplek pelacuran karena menuruti perintah atasannya dan hatinya juga membenarkan dan seterusnya.   



Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan selain Allah[639] dan (juga mereka mempertuhankan) Al masih putera Maryam, Padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.
(surat At Taubah (9) ayat 31)

[639] Maksudnya: mereka mematuhi ajaran-ajaran orang-orang alim dan rahib-rahib mereka dengan membabi buta, biarpun orang-orang alim dan rahib-rahib itu menyuruh membuat maksiat atau mengharamkan yang halal.


Hamba ALLAH SWT, selain kita harus waspada terhadap empat bentuk Syirik yang telah kami kemukakan di atas, kita pun harus pula mewaspadai bentuk-bentuk Kemusyrikan yang ada dan yang mungkin telah menjadi darah daging ditengah-tengah kehidupan kita, yaitu:


1) Kepercayaan Kepada Benda-Benda Bertuah.


Di sekitar kita, banyak benda-benda yang dipercayai oleh sebahagian kalangan mempunyai kemampuan ghaib. Banyak orang membeli batu-batu, bukan karena indahnya tetapi karena kepercayaan mereka bahwa batu-batu ini ada keampuhannya. Jika kita memakai batu akik tirus maka kita akan selamat kemanapun pergi  atau jika memakau batu akik sulaiman maka akan memudahkan mendapatkan rezeki. Demikian juga dengan keris, banyak yang menyimpannya atau membanggakannya dengan disertai bermacam-macam kepercayaan, misalnya keris singkir geni dipercayai dapat menyelamatkan dari bahaya kebakaran.



Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?", niscaya mereka menjawab: "Allah". Katakanlah: "Maka Terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu seru selain Allah, jika Allah hendak mendatangkan kemudharatan kepadaKu, Apakah berhala-berhalamu itu dapat menghilangkan kemudharatan itu, atau jika Allah hendak memberi rahmat kepadaKu, Apakah mereka dapat menahan rahmatNya?. Katakanlah: "Cukuplah Allah bagiku". Kepada- Nyalah bertawakkal orang-orang yang berserah diri.
(surat Az Zumar (39) ayat 38)


Orang yang mau menggunakan akalnya secara rasional, serta menjernihkan fikirannya dari bisikan syaitan dan tidak menurutkan hawa nafsunya yang telah dipengaruhi godaan-godaan iblis, maka mereka pasti akan berpendirian dan berkeyakinan bahwa benda-benda yang dikeramatkan ini, tidak mampu mendatangkan kemanfaatan, dan tidak dapat menimpakan malapetaka. Mereka berani mengatakan bahwa bila benda-benda ini boleh dihancurkan pastilah akan hancur dan tidak mendatangkan mala petaka. Dalam surat Az Zumar (39) ayat 38 diterangkan bahwa apa saja yang dipercayai oleh orang yang dapat mendatangkan kemanfaatan, itu hanya khayalan belaka. Benda-benda yang dikeramatkan itu tidak akan mendatangkan apa-apa bagi manusia. Orang yang percaya kepada keampuhan benda-benda ini, mereka termasuk orang yang musyrik.


2)  Kepercayaan kepada Azimah.


Azimah adalah mantera-mantera yang ditulis pada kertas, kulit binatang ataupu kain. Mantera ini biasanya ditulis dengan huruf Arab, dan berbahasa Arab, yang dicampur dengan bahasa Ibrani gambar-gambar, garis-garis dan titik-titik. Ada juga mantera yang ditulis pada sepotong kain kecil, kemudian dibungkus dengan kuat supaya tidak rusak.



dan janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi mudharat kepadamu selain Allah; sebab jika kamu berbuat (yang demikian), itu, Maka Sesungguhnya kamu kalau begitu Termasuk orang-orang  yang zalim".Jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, Maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, Maka tak ada yang dapat menolak kurniaNya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(surat Yunus (10) ayat 106-107)


Azimah ini dipercaya dapat menghindarkan dari macam-macam penyakit, selamat dalam perjalanan dan ada juha azimah yang dimasukkan dalam dompet, jika ke kamar kecil tidak boleh ditaruh dalam saku tetapi harus diletakkan di luar dan jika dilanggar maka Azimah tersebut tidak lagi bertuah. Orang yang telah beriman kepada ALLAH SWT tidak boleh percaya kepada Azimah-Azimah dan tidak boleh mengharapkan pertolongan kepadanya, sekalipun yang ditulis adalah nama-nama ALLAH SWT yang indah, atau diambil dari ayat-ayat Al Qur'an. Untuk itu ALLAH SWT telah memberi petunjuk kepada hamba-Nya, bilamana mereka dalam kesulitan haruslah berdoa mohon pertolongan kepada ALLAH SWT serta menyandarkan segala persoalan kepada ALLAH SWT. Adapun orang-orang yang masih percaya dan mengharapkan pertolongan dari Azimah, mereka termasuk orang-orang yang terbelenggu kepercayaan syirik.


3) Kepercayaan kepada Dukun, Paranormal.


Dalam masyarakat kita masih banyak orang yang percaya kepada dukun, paranormal, orang pintar. Mereka percaya bahwa dukun, paranormal, orang pintar, itu mengerti sesuatu yang tidak terlihat, karena ia mempunyai kemampuan ghaib yang tidak dimiliki oleh orang-orang biasa. Itulah anggapan mereka, oleh karena itu kalau mereka kehilangan, mereka datang kepada dukun, paranormal, orang pintar, untuk menanyakan siapa yang mencuri barangnya, dimana barang-barang itu sekarang dan bagaimana supaya barang-barang itu dapat kembali.



 (dia adalah Tuhan) yang mengetahui yang ghaib, Maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu.
Kecuali kepada Rasul yang diridhai-Nya, Maka Sesungguhnya Dia Mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya.
(surat Al Jin (72) ayat 26-27)


Sebenarnya dukun, paranormal, orang pintar itu adalah orang biasa yang tidak mengetahui perkara yang ghaib, tidak mengetahui sesuatu yang belum terjadi, juga tidak mengerti nasib seseorang di masa akan datang. Kalau terbukti bahwa apa yang dikatakan dukun itu benar, maka itu hanyalah suatu yang kebetulan, atau dia dibisiki oleh Jin yang mendengar dari pembicaraan Malaikat, akan tetapi Jinini menambahnya dengan seratus atau bahkan jutaan kebohongan. Orang yang masih percaya kepada dukun, percaya kepada paranormal, percaya orang pintar atau bahkan percaya kepada ulama, jelaslah di dalam hatinya masih bercokol kepercayaan Syirik karena mereka menyamakan sifat dukun, paranormal, orang pintar dan juga ulama dengan ALLAH SWT yaitu mengetahui yang Ghaib.


4) Takut dan berlindung kepada selain ALLAH SWT.


Orang-orang yang hidup di selatan Pulau Jawa mempunyai kepercayaan bahwa laut selatan dikuasai oleh Nyi Roro Kidul. Jika ada kecelakaan di laut selatan mereka yakin itu adalah gangguan dari anak buah Nyi Roro Kidul, sehingga mereka merasa takut kepada makhluk-makhluk halus itu serta berlindung kepadanya. Untuk itulah mereka mengadakan selamatan sesaji laut dengan tata cara yang sederhana sampai yang besar-besaran, dengan tujuan minta perlindungan kepada Ratu Jin yang berkuasa di laut selatan, supaya mereka diselamatkan dari bahaya laut dan keluarganya pun selamat dari macam-macam penyakit.



(Kuasa Allah) yang demikian itu, adalah karena Sesungguhnya Allah, Dialah (tuhan) yang haq dan Sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah, Itulah yang batil, dan Sesungguhnya Allah, Dialah yang Maha Tinggi lagi Maha besar.
(surat Al Hajj (22) ayat 62)


Takut kepada Jin, roh leluhur atau Roh yang lain, kemudian berlindung kepadanya adalah kepercayaan yang bertentangan dengan petunjuk ALLAH SWT dan berlawanan dengan tuntunan Rasulullah. Kepercayaan ini termasuk Syirik Akbar, yang tidak terampuni sampai kapanpun oleh ALLAH SWT.


5) Wasilah.


Wasilah dalam arti bahasa ialah sesuatu untuk mendekatkan kepada orang lain, atau amal shaleh untuk mendekatkan diri kepada ALLAH SWT atau jalan untuk mencapai tujuan. Akan tetapi saat ini istilah Wasilah yang sekarang tersebar luas dalam masyarakat, terutama di kalangan umat Islam adalah perantara manusia dengan ALLAH SWT. Mereka berkeyakinan bahwa wali-wali dan orang-orang shaleh yang telah meninggal dunia itu dapat menyampaikan permohonan manusia kepada ALLAH SWT. Dan ALLAH SWT akan mengabulkan  permohonan setiap orang yang disampaikan oleh roh para wali dan sholikhin, yang tidak mungkin dikabulkan jika dimohon sendiri langsung kepada ALLAH SWT. Wasilah menurut pengertian mereka adalah Roh para wali dan orang-orang yang shaleh dan sekarang pengertian Wasilah seperti ini sudah menjadi kepercayaan yang diyakini oleh sebagian umat Islam.


6) Ziarah Kubur.


Rasulullah membimbing umatnya agar mereka selalu mendoakan kepada sesama mukmin baik yang masih hidup maupun kepada yang telah meninggal dunia. Salah satu bentuk penghornatan kepada yang sudah meninggal, selain mendoakan kita juga melaksanakan ziarah kubur. Dalam melakukan ziarah kubur harus dilandasi dengan niat yang ikhlas kepada Se ALLAH SWT, sehingga tidak dicampur dengan harapan-harapan yang lain.


Bila kita berziarah kubur kepada kedua orang tua, kepada keluarga dekat, sudah pasti kita akan mendoakan mereka dengan ikhlas. Akan tetapi dalam masyarakat kita banyak orang yang sengaja menempuh perjalanan dengan jarak ratusan kilo meter, hanya untuk menziarahi kuburan-kuburan wali dan solikhin. Mereka merasa doanya akan terkabul bila berdoa dihadapan kubur wali dan solikhin dan merasa hampa bila dibaca di masjid atau dirumah masing-masing.


Adapun yang merangsang orang-orang simpang siur bepergian ratusan kilometer untuk memuja wali-wali dan solikhin yang telah meninggal, karena di atas kubur-kubur dibangun kubah-kubah, rumah-rumah, dan ada juga yang dibangun masjid. Bangunan-bangunan di atas kubur itu banyak yang kelihatan indah dan mencolok, sedangkan batu nisannya ditutup kiswah yang dihiasi dengan tulisan-tulisan bagus, Kiswah-kiswah ini setiap tahun diganti dengan upacara-upacara peribadatan yang sangat meriah dan kasih bekas kiswah dilelang dengan harga mahal karena mereka percaya dapat mendatangkan kemanfaatan dan menolak bahaya.


Hamba ALLAH SWT, ketahuilah bahwa Syirik dan Musyrik adalah sumber yang Kotor, mula-mula ia muncul dalam Hati Ruhani dengan memercikkan tetesan, dan lama kelamaan berubah menjadi air bah yang mendobrak segala-galanya sehingga Hati Ruhani kita tidak ada tempat untuk Iman dan Yakin kepada ALLAH SWT. Syirik dan Musyrik dapat pula diibaratkan sebagai virus yang membahayakan kesehatan diri kita, virus akan terus berkembang sampai menggerogoti diri kita dan pada akhirnya terkaparlah diri kita dengan gelimangan dosa yang tidak terampuni. Jika ini yang terjadi maka Syaitan sang laknatullah beserta bala tentaranya sangat senang dan sangat bergembira dengan keadaan ini, sebab mereka telah mendapatkan teman, konco, sahabat, tetangga yang baik untuk mengarungi bahtera kehidupan di Neraka Jahannam kelak.


Sebagai KHALIFAH yang sedang melaksanakan tugas di muka bumi, ada satu hal yang harus kita ketahui mengenai Titel atau Penghargaan atau Penilaian yang ALLAH SWT berikan kepada orang yang Musyrik? ALLAH SWT berdasarkan surat  At Taubah (9) ayat 28 di bawah ini, memberikan Titel, Predikat, Penghargaan kepada orang yang melakukan tindakan Musyrik sebagai Najis.



Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis[634], Maka janganlah mereka mendekati Masjidilharam[635] sesudah tahun ini[636]. dan jika kamu khawatir menjadi miskin[637], Maka Allah nanti akan memberimu kekayaan kepadamu dari karuniaNya, jika Dia menghendaki. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.
(surat At Taubah (9) ayat 28)

[634] Maksudnya: jiwa musyrikin itu dianggap kotor, karena menyekutukan Allah.
[635] Maksudnya: tidak dibenarkan mengerjakan haji dan umrah. menurut Pendapat sebagian mufassirin yang lain, ialah kaum musyrikin itu tidak boleh masuk daerah Haram baik untuk keperluan haji dan umrah atau untuk keperluan yang lain.
[636] Maksudnya setelah tahun 9 Hijrah.
[637] Karena tidak membenarkan orang musyrikin mengerjakan haji dan umrah, karena pencaharian orang-orang Muslim boleh Jadi berkurang.


Sekarang coba anda bayangkan Pencipta dan Pemilik dari alam semesta ini memberikan Penilaian yang sangat buruk dan sangat menjijikkan dengan istilah “Najis” kepada ciptaannya sendiri? Sungguh jika ini terjadi kepada diri kita, hal ini merupakan sebuah hadiah dan penghargaan yang sangat menakutkan serta mengerikan kepada diri kita. Kondisi ini sangat bertentangan dengan Kehendak ALLAH SWT sewaktu pertama kali menciptakan Manusia.


Timbul pertanyaan, atas dasar apakah ALLAH SWT memberikan penilaian Najis kepada orang Musyrik? Hal ini dikarenakan tindakan Musyrik yang dilakukan oleh manusia adalah tindakan untuk meniadakan ALLAH SWT selaku Tuhan bagi semesta alam, tindakan meniadakan  ALLAH SWT selaku Pencipta, tindakan meniadakan ALLAH SWT selaku Pemilik, Penjaga, dan Pemelihara dengan menggantinya dengan benda bertuah, azimah, dukun, paranormal, berlindung kepada selain ALLAH SWT, wasilah dan lain sebagainya.


Selain daripada itu melalui tindakan Musyrik berarti kita telah menganggap ALLAH SWT sudah tidak ada karena sudah digantikan dengan sesuatu melalui tindakan Musyrik, dan kondisi inilah yang paling tidak di sukai ALLAH SWT dan jika ALLAH SWT sangat marah dan sangat tidak senang dengan orang yang melakukan tindakan Musyrik memang sudah sepatutnya apa yang dikemukakan oleh ALLAH SWT dalam surat At Taubah (9) ayat 28 berlaku.


Sebagai bahan perbandingan, lihatlah dalam kehidupan berbangsa dan  bernegara, seorang yang menjadi mata-mata bagi bangsa lain dinegaranya sendiri dikatakan sebagai pengkhianat bangsa. Negara memberikan predikat itu memang sudah seharusnya orang tersebut menerima hal itu. Selanjutnya jika predikat Najis bagi pelaku Musyrik ini sudah menjadi Keputusan ALLAH SWT, apakah kita tidak mempercayai Keputusan ini? Sebagai orang yang menumpang di langit dan di bumi ALLAH SWT maka kita wajib menerima dan mempercayai Keputusan ALLAH SWT tentang predikat Najis. Adanya kondisi ini terlihat dengan jelas bahwa ALLAH SWT sangat tegas membedakan antara orang yang beriman dengan orang yang musyrik. Sebagai KHALIFAH yang sedang menjalankan tugas di muka bumi, jika predikat Najis  sudah berlaku sampai dengan hari kiamat kepada orang-orang Musyrik maka jadikan hal ini sebagai dorongan bagi kita untuk jangan sampai diberikan Predikat Najis  pula kepada diri kita, terkecuali kita sendiri memang ingin memiliki dan merasakan hasil akhir dari Predikat Najis yang diberikan oleh ALLAH SWT kepada diri kita.


Apa yang harus kita lakukan jika saat diri kita melaksanakan tugas sebagai KHALIFAH di muka bumi, diri kita secara sengaja ataupun secara tidak sengaja akibat tidak memiliki Ilmu tentang ALLAH SWT, melakukan perbuatan Syirik dan Musyrik? Sepanjang Ruh belum sampai di kerongkongan, hanya satu jalan keluarnya yaitu Taubatan Nasuha. Tanpa melalui proses Taubatan Nasuha, ALLAH SWT tidak akan pernah memaafkan perbuatan Syirik dan Musyrik yang pernah kita lakukan walaupun kita telah melaksanakan Ibadah Haji dan Umroh ribuan kali, telah membangun masjid jutaan buah, menyantuni anak yatim milyaran orang, ketentuan Najis tetap berlaku. Selain daripada itu adanya kesempatan Taubatan Nasuha yang ALLAH SWT berikan, berarti ALLAH SWT masih memberikan kesempatan ke dua bagi makhluknya yang ingin kembali ke jalan yang lurus atau memberikan kesempatan bagi makhluknya sesuai dengan Kehendak ALLAH SWT. Untuk itu manfaatkanlah Waktu yang masih tersisa atau manfaatkan sisa masa aktif diri kita di muka bumi ini, agar waktu yang tersisa ini dapat mengembalikan diri kita sesuai dengan Kehendak ALLAH SWT, atau dapat menghantarkan diri kita ke Kampung Kebahagiaan.



B. TERLENA akan KEHIDUPAN DUNIA


Hidup adalah saat bersatunya Ruhani dan Jasmani, dan pada saat hidup inilah terjadi apa yang dinamakan dengan proses saling pengaruh mempengaruhi antara Jasmani dengan Ruhani atas hidup manusia. Apabila Jasmani mampu mengalahkan Ruhani, maka kita akan memiliki kecenderungan sifat-sifat alam yang dibawa oleh Jasmani, dalam hal ini kita akan lebih mementingkan dan memuaskan kehidupan dunia, atau lebih mementingkan kebutuhan Jasmani dengan mengabaikan kebutuhan Ruhani.  Jika ini adalah pilihan hidup manusia maka jalan yang ditempuh manusia mengandung Nilai-Nilai Keburukan atau menjadikan jiwa kita menjadi jiwa Fujur. Apa maksudnya?


Untuk itu lihatlah sifat-sifat Jasmani yang berasal dari alam seperti kikir, bakhil, mementingkan diri sendiri, selalu buruk sangka, lemah, selalu tergesa-gesa, yang tidak akan pernah berkesesuaian dengan sifat-sifat Ruhani atau tidak pernah berkesesuaian dengan kehendak ALLAH SWT atau tidak pernah berkesesuaian dengan Nilai-Nilai Kebaikan. Dan yang pasti adalah sifat Kikir, Bakhil, Egois, selalu mementingkan diri sendiri, buruk sangka, lemah, tergesa-gesa adalah sifat yang paling disukai oleh Syaitan, atau tumbuh suburnya sifat-sifat Jasmani dalam diri berarti kita telah memberikan kesempatan bagi Syaitan beserta bala tentaranya untuk melaksanakan aksinya merayu dan menggoda diri kita. 



dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai.
(surat Al A'raaf (7) ayat 179)


Selanjutnya apakah hanya sekedar itu saja dampak dari mementingkan kehidupan dunia atau lebih mementingkan kebutuhan Jasmani dibandingkan Ruhani? Jika kita mengacu kepada isi surat Al A'raaf (7) ayat 179 di atas, banyak hal yang akan terjadi pada diri kita jika kita hanya mementingkan kehidupan dunia semata, yaitu: 

a.      Dikunci mati hatinya oleh ALLAH SWT sehingga tidak mampu memahami ayat-ayat   ALLAH SWT dan dibutakan mata hatinya sehingga tidak mampu lagi melihat tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran  ALLAH SWT saat hidup di dunia.

b.    Ditulikan telinganya sehingga tidak mampu lagi mendengar ayat-ayat ALLAH SWT dan nasehat yang baik-baik.

c.       Statusnya disamakan dengan binatang ternak serta tempat kembalinya ke Neraka Jahannam.

Jika sudah demikian keadaannya, apakah mungkin kondisi keimanan dan keyakinan kepada ALLAH SWT akan tetap utuh kualitasnya?

Lalu bagaimana jika Ruhani mampu mengalahkan Jasmani? Apabila Ruhani mampu mengalahkan Jasmani maka diri manusia mempunyai kecenderungan kepada Nilai-Nilai Kebaikan yang berasal dari Sifat-Sifat Ilahiah yang dibawa oleh Ruhani, sehingga diri kita lebih cenderung memperhatikan dan menjadikan kehidupan Akhirat sebagai tujuan akhir hidupnya dengan tidak menelantarkan atau menghilangkan sama sekali kehidupan dunia. Adanya kondisi ini maka kondisi diri kita  selalu berada di dalam keseimbangan antara kehidupan dunia dengan kehidupan akhirat, seperti yang di nasehatkan oleh Khalifah Utsman bin Affan ra, di bawah ini.  



"Barangsiapa hidupnya dalam keseimbangan dunia dan akhirat, dia disenangi Allah SWT. Barangsiapa meninggalkan perbuatan Dosa, dia dicintai para Malaikat. Barangsiapa meninggalkan keserakahan terhadap hak kaum muslimin, dia dicintai mereka".
(Utsman bin Affan ra.)


Sebagai KHALIFAH yang saat ini sedang menjalankan tugas di muka bumi, yang manakah keadaan diri kita, apakah yang mementingkan kehidupan dunia ataukah yang menjadikan kehidupan Akhirat menjadi tujuan hidupnya? Kami berharap pembaca buku ini adalah KHALIFAH yang selalu berada di dalam keseimbangan antara kehidupan dunia dengan kehidupan akhirat seperti yang dinasehatkan oleh Khalifah Utsman bin Affan ra. Untuk itu, jika kita ingin kehidupan yang sedang kita jalani berada di dalam keseimbangan antara kehidupan dunia dengan kehidupan akhirat, jadikan kehidupan dunia sebagai modal dasar untuk menjalani kehidupan akhirat. Jika sampai diri kita hanya mampu mementingkan kehidupan dunia  yang diarahkan oleh Jasmani, atau kehidupan dunia yang kita laksanakan tidak dapat menjadi modal dasar bagi kehidupan akhirat maka diri kita sendirilah yang telah menjadikan kehidupan yang sedang dijalankannya menjadi kehidupan yang paling disukai, yang paling diminati, yang paling diinginkan oleh Syaitan sang Laknatullah.



Ibnu Mas'ud ra, berkata: Nabi SAW bersabda: Allah ta'ala berfirman: Wahai Dunia! Berkhidmatlah kepada orang yang telah berkhidmat kepada-Ku dan perbudaklah orang yang berkhidmat kepadamu.
(HQR Al Qudha'ie, 272:194)


Selain daripada itu, masih ada resiko lain apabila kita lebih mementingkan kehidupan dunia, yaitu diri kita akan diperbudak oleh alam atau menjadi budak bagi kehidupan dunia sehingga kedudukan diri kita sebagai KHALIFAH di muka bumi telah tergantikan posisinya oleh alam, sehingga diri kita telah turun pangkat dari subyek menjadi obyek dari Kekhalifahan di muka bumi. Selanjutnya apa yang terjadi jika kehidupan akhirat yang menjadi pilihan kita, atau jalan yang kita tempuh berada di dalam keseimbangan hidup antara dunia dengan akhirat? Jika kehidupan  akhirat yang diarahkan oleh Ruhani menjadi pilihan kita maka pilihan ini adalah pilihan sangat dibenci oleh Syaitan,  akan tetapi sesuai dengan Kehendak ALLAH SWT. Jika kita termasuk orang yang telah tahu diri yaitu tahu siapa diri kita sebenarnya dan tahu siapa ALLAH SWT sebenarnya, maka jalan hidup yang kita tempuh adalah jalan menuju kehidupan akhirat, atau jalan menuju kampung kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat sehingga kita selalu berada di dalam kesesuaian dengan Kehendak ALLAH SWT.


Sebagai KHALIFAH yang sedang menumpang di bumi yang dimiliki ALLAH SWT, ada hal lainnya yang harus kita perhatikan saat kita hidup di dunia adalah kita tidak bisa melepaskan diri dari tugas dan tanggung jawab sebagai makhluk sosial, seperti bekerja, berkarya, bermuamalah, melaksanakan profesi, menikah dan saling tolong menolong, sewaktu hidup di dunia. Jika sampai tugas dan pekerjaan dunia kita hilangkan, atau kita tidak mau bekerja dan berkarya lalu hanya mengejar kehidupan akhirat, berarti diri kita telah meninggalkan tanggung jawab untuk menafkahi keluarga, anak dan keturunan, sedangkan hal itu adalah ibadah dan tugas mulia yang di amanatkan oleh ALLAH SWT dalam rangka mensukseskan regenerasi kekhalifahan di muka bumi.


Untuk itu jangan pernah sia-siakan kehidupan dunia yang saat ini kita jalankan karena  kehidupan akhirat yang sesuai dengan kehendak ALLAH SWT tidak akan dapat kita raih jika kita tidak mempersiapkannya dengan baik dan benar sewaktu hidup di dunia ini. Selanjutnya agar saat diri kita mencari bekal untuk pulang kampung ke negeri akhirat dapat kita laksanakan sebaik mungkin, kiranya 3(tiga) buah ketentuan ALLAH SWT yang akan kami kemukakan di bawah ini dapat kita jadikan pedoman, yaitu:


1.   Kehidupan dunia berdasarkan surat Al An'am (6) ayat 32 adalah tempat kesenangan sementara. Jika kehidupan dunia sudah dikatakan oleh ALLAH SWT sebagai tempat kesenangan sementara berarti ada tempat kesenangan yang tetap yang akan disediakan ALLAH SWT. Timbul pertanyaan dimanakah letak kesenangan tetap tersebut? Letak kesenangan tetap ada pada kehidupan akhirat. Sebagai seorang KHALIFAH yang sedang melaksanakan tugas kita diminta oleh ALLAH SWT untuk memahani hal ini.  


dan Tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka[468]. dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?
(surat Al An'am (6) ayat 32)
[468] Maksudnya: kesenangan-kesenangan duniawi itu hanya sebentar dan tidak kekal. janganlah orang terperdaya dengan kesenangan-kesenangan dunia, serta lalai dari memperhatikan urusan akhirat.


Sekarang untuk siapakah kesenangan tetap yang ada di negeri akhirat itu, apakah untuk ALLAH SWT ataukah untuk diri kita? ALLAH SWT tidak membutuhkan itu semua, dan jika ALLAH SWT tidak membutuhkan, lalu siapakah yang membutuhkan?


Jika kita merasa sangat membutuhkan  kesenangan tetap yang ada di negeri akhirat, maka kita harus memiliki bekal untuk menuju kesana atau kita harus berusaha memiliki tiket masuk menuju kesenangan tetap yang ada di negeri akhirat. Hal yang harus kita perhatikan adalah kita tidak akan mungkin memperoleh tempat kembali berupa kesenangan jika tiket yang kita miliki adalah tiket masuk ke Neraka atau bekal yang sesuai dengan kehendak Syaitan.  


2.   Kehidupan dunia berdasarkan surat Thaahaa (20) ayat 131-132 adalah tempat ujian. Jika kehidupan dunia sudah dikatakan oleh ALLAH SWT sebagai tempat ujian berarti saat ini diri kita sedang melaksanakan test atau sedang di uji oleh ALLAH SWT untuk menghadapi musuh abadi manusia, dalam hal ini Ahwa dan juga Syaitan.



dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami cobai mereka dengannya. dan karunia Tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih kekal. dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezki kepadamu, kamilah yang memberi rezki kepadamu. dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.
(surat Thaahaa (20) ayat 131-132)


Selanjutnya dengan adanya test atau ujian yang dilakukan oleh ALLAH SWT maka akan menghasilkan apa yang dinamakan dengan Nilai seseorang, Kelulusan seseorang, Kemenangan seseorang atau Kekalahan seseorang. Jika kita lulus ujian  melawan Ahwa dan juga Syaitan berarti diri kita adalah pemenang dan Syaitan adalah pecundang. Pemenang akan memperoleh Syurga sedangkan pecundang akan memperoleh Neraka. Selanjutnya sudahkah diri kita mempersiapkan diri untuk menjadi pemenang?

 
3.   ALLAH SWT melalui surat Al Kahfi (18) ayat 45-46  mengingatkan kepada diri kita agar jangan sampai kita tertipu dengan kehidupan dunia lalu lupa dengan kehidupan akhirat yang menjadi tujuan akhir diri kita. ALLAH SWT memberikan peringatan dini kepada diri kita seperti ini karena Syaitan dengan segala kemampuan yang dimilikinya mampu memanipulasi sesuatu yang tidak baik menjadi baik, atau mampu menjadikan sesuatu yang baik menjadi sesuatu yang tidak baik.


dan berilah perumpamaan kepada mereka (manusia), kehidupan dunia sebagai air hujan yang Kami turunkan dari langit, Maka menjadi subur karenanya tumbuh-tumbuhan di muka bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. dan adalah Allah, Maha Kuasa atas segala sesuatu. harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.
(surat Al Kahfi (18) ayat 45-46)


Jika sampai diri kita mampu dipengaruhi Syaitan seperti contoh di atas, kita tidak akan mampu menjadi seorang pemenang, atau yang akan disambut dengan karpet merah saat pulang kampung. Untuk itu berhati-hatilah dengan Syaitan saat diri kita melaksanakan tugas di muka bumi. 


Untuk itu mari kita lakukan perbandingan antara kehidupan dunia dari sudut pandang orang mukmin yang dikehendaki ALLAH SWT dibandingkan dengan kehidupan dunia dari sudut pandang orang kafir yang dikehendaki oleh Syaitan sang laknatullah. Timbul pertanyaan, apakah sama kondisinya ataukah berbeda kondisinya? Berikut ini akan kami kemukakaan beberapa ketentuan tentang kehidupan dunia dari sudut pandang orang mukmin, yaitu:


1.    Berdasarkan surat Al A'raaf (7) ayat 156 dikemukakan bahwa Kehidupan dunia bagi orang mukmin adalah saat untuk memperoleh rahmat ALLAH SWT, atau saat untuk merasakan nikmatnya bertuhankan kepada ALLAH SWT, atau saat untuk mendapatkan kebajikan bagi kehidupan dunia dan juga bagi kehidupan akhirat kelak. Sebagai KHALIFAH di muka bumi sudahkah kita memanfaatkan sebaik mungkin kesempatan yang telah diberikan oleh ALLAH SWT ini?


dan tetapkanlah untuk Kami kebajikan di dunia ini dan di akhirat; Sesungguhnya Kami kembali (bertaubat) kepada Engkau. Allah berfirman: "Siksa-Ku akan Kutimpakan kepada siapa yang aku kehendaki dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Maka akan aku tetapkan rahmat-Ku untuk orang-orang yang bertakwa, yang
menunaikan zakat dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat kami".
(surat Al A'raaf (7) ayat 156)


2.    Berdasarkan surat Ali Imran (3) ayat 148 dikemukakan bahwa Kehidupan dunia bagi orang mukmin adalah saat untuk mengumpulkan pahala untuk kebaikan hidup di dunia dan pahala untuk kebaikan hidup di akhirat kelak. Sebagai KHALIFAH di muka bumi yang tahu diri sudahkah kita memanfaatkan sebaik mungkin kesempatan yang telah diberikan oleh ALLAH SWT ini?


karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia[236] dan pahala yang baik di akhirat. dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan.
(surat Ali Imran (3) ayat 148)


[236] Pahala dunia dapat berupa kemenangan-kemenangan, memperoleh harta rampasan, pujian-pujian dan lain-lain.


3.      Berdasarkan surat An Nahl (16) ayat 30 dikemukakan bahwa kehidupan dunia bagi orang mukmin adalah saat untuk memperoleh atau mendapatkan kebaikan dari ALLAH SWT sebagai balasan atas perbuatan baik yang kita lakukan saat menjadi KHALIFAH di muka bumi.



dan dikatakan kepada orang-orang yang bertakwa: "Apakah yang telah diturunkan oleh Tuhanmu?" mereka menjawab: "(Allah telah menurunkan) kebaikan". orang-orang yang berbuat baik di dunia ini mendapat (pembalasan) yang baik. dan Sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik dan Itulah Sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa,
(surat An Nahl (16) ayat 30)



4.   Berdasarkan surat Al A'raaf (7) ayat 31-32-33 dikemukakan bahwa kehidupan dunia bagi orang mukmin adalah kesempatan untuk memperoleh, untuk mendayagunakan, untuk merasakan, segala perhiasan yang telah dihalalkan oleh ALLAH SWT untuk kepentingan dunia dan kepentingan akhirat kita serta untuk aktualisasi diri dan juga untuk memperoleh tiket masuk ke Syurga.



Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di Setiap (memasuki)
 mesjid[534], Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan[535]. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.
Katakanlah: "Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezki yang baik?" Katakanlah: "Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat[536]." Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui.
Katakanlah: "Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak ataupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui."
(surat Al A'raaf (7) ayat 31-32-33)

[534] Maksudnya: tiap-tiap akan mengerjakan sembahyang atau thawaf keliling ka'bah atau ibadat-ibadat yang lain.
[535] Maksudnya: janganlah melampaui batas yang dibutuhkan oleh tubuh dan jangan pula melampaui batas-batas makanan yang dihalalkan.
[536] Maksudnya: perhiasan-perhiasan dari Allah dan makanan yang baik itu dapat dinikmati di dunia ini oleh orang-orang yang beriman dan orang-orang yang tidak beriman, sedang di akhirat nanti adalah semata-mata untuk orang-orang yang beriman saja.


5.  Berdasarkan surat Yunus (10) ayat 62-63-64 dikemukakan bahwa kehidupan dunia bagi orang mukmin adalah saat merasakan atau menerima berita gembira atau merasakan janji-janji ALLAH SWT baik untuk kehidupan dunia maupun untuk kehidupan akhirat.


Ingatlah, Sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa. bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan} di akhirat. tidak ada perobahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. yang demikian itu adalah kemenangan yang besar.
(surat Yunus (10) ayat 62-63-64)


6.   Berdasarkan surat Yunus (10) ayat 98 dikemukakan bahwa kehidupan dunia bagi orang mukmin adalah saat  diberikannya kesenangan yang berasal dari ALLAH SWT serta saat dihilangkannya azab yang menghinakan yang kita alami saat hidup di dunia.


 dan mengapa tidak ada (penduduk) suatu kota yang beriman, lalu imannya itu bermanfaat kepadanya selain kaum Yunus? tatkala mereka (kaum Yunus itu), beriman, Kami hilangkan dari mereka azab yang menghinakan dalam kehidupan dunia, dan Kami beri kesenangan kepada mereka sampai kepada waktu yang tertentu.
(surat Yunus (10) ayat 98)


7.   Berdasarkan surat Fushshilat (41) ayat 30-31 dikemukakan bahwa kehidupan dunia bagi orang mukmin adalah kesempatan untuk memperoleh perlindungan saat diri kita  hidup di dunia yang berasal langsung dari ALLAH SWT untuk kepentingan akhirat.


Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan Kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, Maka Malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu".
kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta.
(surat Fushshilat (41) ayat 30-31)


8.   Berdasarkan surat Yusuf (12) ayat 101 dikemukakan bahwa kehidupan dunia bagi orang mukmin adalah saat diri kita  diberikan kesempatan untuk menjadi penguasa atau saat diri kita melaksanakan misi sebagai KHALIFAH di muka bumi.  


Ya Tuhanku, Sesungguhnya Engkau telah menganugerahkan kepadaku sebahagian kerajaan dan telah mengajarkan kepadaku sebahagian ta'bir mimpi. (ya Tuhan) Pencipta langit dan bumi. Engkaulah pelindungku di dunia dan di akhirat, wafatkanlah aku dalam Keadaan Islam dan gabungkanlah aku dengan orang-orang yang saleh.
(surat Yusuf (12) ayat 101)


9.   Berdasarkan Hadits Qudsi di bawah ini dikemukakan bahwa kehidupan dunia bagi orang mukmin adalah saat diri kita dicintai oleh ALLAH SWT.  


Abu Hurairah ra, berkata: Nabi SAW bersabda: Allah ta'ala berfirman: Hamba-Ku yang mukmin Aku cintai lebih dari sementara Malaikat-Ku.
(HQR Aththabarani; 272:113)


10. Berdasarkan Hadits Qudsi di bawah ini dikemukakan bahwa kehidupan dunia bagi orang mukmin adalah saat dosa-dosa manusia di ampuni oleh ALLAH SWT.  


Abu Dardaa ra, berkata: Nabi SAW bersabda: Allah ta'ala berfirman: Andaikan hamba-Ku menghadap Aku dengan dosa-dosa sepenuh wadah-wadah yang ada di bumi, namun tidak bersyirik menyekutukan sesuatu pada-Ku, akan kuhadapinya dengan pengampunan sepenuh wadah-wadah itu.
(HQR Aththabarani; 272:127)



Sebagai KHALIFAH di muka bumi sudahkah kita memanfaatkan sepuluh kesempatan yang telah ALLAH SWT sediakan dalam rangka menghantarkan diri kita pulang kampung ke Syurga, atau dalam rangka merasakan nikmatnya bertuhankan kepada  ALLAH SWT saat diri kita hidup di muka bumi ini? Apabila diri kita hanya diam saja atau kita tidak bereaksi untuk menyambut 10(sepuluh) fasilitas yang telah dipersiapkan oleh ALLAH SWT berarti ada sesuatu yang salah di dalam diri kita, dikarenakan kita sudah merasa hebat karena sudah tidak membutuhkan ALLAH SWT lagi.


Hal lain yang harus kita perhatikan adalah ke sepuluh kesempatan yang telah disiapkan oleh ALLAH SWT bukanlah untuk kepentingan ALLAH SWT, melainkan untuk kepentingan diri kita saat hidup di dunia. Jika sekarang kita mampu memperoleh kesempatan itu, timbul pertanyaan, mungkinkah kehidupan yang kita jalani di dunia menjadi susah, menjadikan diri kita miskin, menjadikan diri kita bodoh, menjadikan diri kita sebagai antek Syaitan?


Adanya fasilitas untuk diri kita, akan dapat menghantarkan diri kita bahagia, akan dapat menghantarkan diri kita berkecukupan, akan dapat menghantarkan diri kita menguasai ilmu dan pengetahuan, akan dapat menghantarkan diri kita menjadi warga kelas satu di muka bumi ini serta akan dapat menjadikan syaitan sebagai Pecundang.Yang menjadi persoalan saat ini adalah kita mau memperoleh segala yang dipersiapkan oleh ALLAH SWT, namun kita tidak mau memenuhi segala yang dikehendaki oleh ALLAH SWT. Jika ini yang terjadi maka sia-sialah fasilitas yang telah dipersiapkan oleh ALLAH SWT untuk diri kita.


Sekarang bagaimana dengan keadaan kehidupan dunia yang di alami oleh orang kafir, atau oleh orang yang memiliki jiwa Fujur? Kehidupan dunia bagi orang kafir, atau orang memiliki jiwa Fujur dapat kami kemukakan sebagai berikut:


1.    Berdasarkan surat An Nahl (16) ayat 107 dan surat Al Baqarah (2) ayat 86 dikemukakan bahwa orang kafir adalah orang yang menukar kehidupan akhirat dengan kehidupan dunia atau orang yang mementingkan kehidupan dunia daripada kehidupan akhirat (Syurga telah ditukar dengan Neraka). 


yang demikian itu disebabkan karena Sesungguhnya mereka mencintai kehidupan di dunia lebih dari akhirat, dan bahwasanya Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang kafir.
(surat Al Nahl (16) ayat 107)


Itulah orang-orang yang membeli kehidupan dunia dengan (kehidupan) akhirat, Maka tidak akan diringankan siksa mereka dan mereka tidak akan ditolong.
(surat Al Baqarah (2) ayat 86)


2.    Berdasarkan surat At Taubah (9) ayat 55 dan ayat 85 dikemukakan bahwa kehidupan dunia bagi orang kafir adalah saat dimana anak dan harta benda dijadikan azab bagi mereka atau menjadi alat penyiksa bagi orang kafir.


Maka janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki dengan (memberi) harta benda dan anak-anak itu untuk menyiksa mereka dalam kehidupan di dunia dan kelak akan melayang nyawa mereka, sedang mereka dalam Keadaan kafir.
(surat At Taubah (9) ayat 55)


dan janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki akan mengazab mereka di dunia dengan harta dan anak-anak itu dan agar melayang nyawa mereka, dalam Keadaan kafir.
(surat At Taubah (9) ayat 85)


3.   Berdasarkan surat Al Maaidah (5) ayat 33 dikemukakan bahwa kehidupan dunia bagi orang kafir adalah saat ALLAH SWT melakukan penghinaan atau saat orang kafir menerima stempel terhina.



Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik[414], atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya). yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka didunia, dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar,
(surat Al Maaidah (5) ayat 33)

[414] Maksudnya Ialah: memotong tangan kanan dan kaki kiri; dan kalau melakukan lagi Maka dipotong tangan kiri dan kaki kanan.


4.    Berdasarkan surat Ali Imran (3) ayat 21-22 dikemukakan bahwa kehidupan dunia bagi orang kafir adalah saat dihapusnya segala amalan yang telah dilakukan sehingga apa yang dilakukan tidak mendapatkan ganjaran apapun.


Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh Para Nabi yang memamg tak dibenarkan dan membunuh orang-orang yang menyuruh manusia berbuat adil, Maka gembirakanlah mereka bahwa mereka akan menerima siksa yg pedih. mereka itu adalah orang-orang yang lenyap (pahala) amal-amalnya di dunia dan akhirat, dan mereka sekali-kali tidak memperoleh penolong.
(surat Ali Imran (3) ayat 21-21)


5.   Berdasarkan surat Al A'raaf (7) ayat 51 dikemukakan bahwa kehidupan dunia bagi orang kafir adalah saat tertipunya mereka dengan kehidupan dunia sehingga kehidupan dunia di anggap lebih baik dari kehidupan akhirat.


(yaitu) orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda gurau, dan kehidupan dunia telah menipu mereka." Maka pada hari (kiamat) ini, Kami melupakan mereka sebagaimana mereka melupakan Pertemuan mereka dengan hari ini, dan (sebagaimana) mereka selalu mengingkari ayat-ayat kami.
(surat Al A'raaf (7) ayat 51)


6.    Berdasarkan surat Yunus (10) ayat 7-8 dikemukakan bahwa kehidupan dunia bagi orang kafir adalah saat atau kesempatan  untuk membeli tiket masuk ke Neraka atau saat mengadakan persahabatan dengan Syaitan dalam rangka pulang bersama ke Neraka.


Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya akan) Pertemuan dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan itu dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami, mereka itu tempatnya ialah neraka, disebabkan apa yang selalu mereka kerjakan.
(surat Yunus (10) ayat 7-8)


7.    Berdasarkan surat Ali Imran (3) ayat 56 dikemukakan bahwa kehidupan dunia bagi orang kafir adalah saat ALLAH SWT menyiksa atau saat ALLAH SWT tidak akan memberikan pertolongan. 


Adapun orang-orang yang kafir, Maka akan Ku-siksa mereka dengan siksa yang sangat keras di dunia dan di akhirat, dan mereka tidak memperoleh penolong.
(surat Ali Imran (3) ayat 56)


8.    Berdasarkan Hadits Qudis di bawah ini, dikemukakan bahwa kehidupan dunia bagi orang kafir adalah saat ALLAH SWT mengadu antara orang kafir dengan orang kafir.


Jabir ra, berkata: Nabi SAW bersabda: Allah ta'ala berfirman: Aku membalas hamba yang Aku benci dengan hamba yang Aku benci pula kemudian Aku masukkan ke dalam Neraka.
(HQR Aththabarani; 272:75)



Selanjutnya berdasarkan apa-apa yang kami kemukakan di atas, terlihat sangat jelas perbedaan kehidupan dunia dari sudut pandang orang mukmin dibandingkan dengan sudut pandang orang kafir. Sebagai KHALIFAH di muka bumi tentu kita harus dapat menjadikan kehidupan dunia yang saat ini kita lakukan adalah kesempatan bagi diri kita memperoleh kebaikan dunia, untuk kebaikan akhirat atau kesempatan untuk membeli tiket masuk ke Syurga.



C.     MURTAD


Perbuatan Murtad yang dilakukan manusia, termasuk oleh diri kita, akan langsung menurunkan derajat kualitas keimanan dan keyakinan kita kepada ALLAH SWT. Timbulnya perbuatan Murtad dalam diri manusia merupakan cerminan dari rendahnya pemahaman, atau minimnya manusia memiliki Ilmu tentang  ALLAH SWT maupun Ilmu tentang Diinul Islam, atau akibat dari manusia hanya setengah-setengah atau hanya sepotong-potong di dalam  mempelajari Diinul Islam. Akibat dari kurangnya Ilmu dan minimnya pemahaman yang kita miliki maka diri kita akan mudah diombang-ambing, mudah digoyah oleh Syaitan maupun oleh manusia-manusia yang memang berniat untuk menghancurkan keimanan dan keyakinan kita kepada ALLAH SWT. 


Jika sampai kita melakukan perbuatan Murtad, berarti Diri kita telah melakukan sebuah pengingkaran setelah mengakui keberadaan ALLAH SWT dengan cara mengakui adanya Tuhan-Tuhan Baru selain ALLAH SWT, atau Diri kita telah melakukan sebuah pengingkaran setelah mengakui dan memeluk Diinul Islam sebagai Agama yang Haq lalu mengingkarinya dengan cara memeluk Agama yang baru selain Diinul Islam, atau Diri kita telah melakukan pengingkaran terhadap Janji atau pengakuan diri kita yang telah kita ucapkan sewaktu masih di dalam Rahim Ibu dengan mengakui bahwa ALLAH SWT lah Tuhanku namun setelah dewasa tidak mau mengakui lagi janji tersebut atau mengingkari janji tersebut.

Jika kemurtadan telah terjadi pada diri kita, berarti keimanan dan keyakinan diri kita kepada ALLAH SWT yang telah  mengalami gangguan kualitas, atau belum sesuai dengan Kehendak ALLAH SWT, sehingga dapat dikatakan bahwa:


a.  Kualitas keimanan dan keyakinan diri kita kepada ALLAH SWT belum sampai tahap Yakin atau Menyakini, akan tetapi keimanan diri kita masih dalam taraf percaya, atau baru sampai mempercayai sehingga mudah goyah atau mudah digoyah oleh Syaitan.

b.    Kualitas keimanan dan keyakinan diri kita kepada ALLAH SWT baru sampai di mulut saja, sehingga tidak bisa dibuktikan dalam perbuatan.

c.   Kualitas keimanan dan keyakinan diri kita kepada ALLAH SWT tidak lebih dari ucapan belaka atau keimanan dan keyakinan kita baru sampai masuk kuping kiri keluar kuping kanan. 


Dan apabila perbuatan Murtad sampai kita lakukan saat menjadi KHALIFAH di muka bumi yang tidak pernah kita ciptakan berarti kita telah mempermainkan ALLAH SWT, kita telah menghina ALLAH SWT, kita telah menyepelekan ALLAH SWT, kita telah menerapkan standard ganda kepada ALLAH SWT, seolah-olah kitalah yang menciptakan langit dan bumi.


Berdasarkan surat Al Baqarah (2) ayat 217 di bawah ini, ALLAH SWT akan memberikan hadiah dan penghargaan kepada orang-orang yang Murtad sampai akhir hayatnya, berupa tempat kembali yang bernama Neraka Jahannam, sehingga  kita akan menjadi Tetangga yang baik bagi Syaitan sang Laknatullah. Sekarang apa yang harus kita perbuat jika kita telah melakukan perbuatan Murtad?




mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram. Katakanlah: "Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar; tetapi menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kafir kepada Allah, (menghalangi masuk) Masjidilharam dan mengusir penduduknya dari sekitarnya, lebih besar (dosanya) di sisi Allah[134]. Dan berbuat fitnah[135] lebih besar (dosanya) daripada membunuh. Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu Dia mati dalam kekafiran, Maka mereka Itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka Itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.
(surat Al Baqarah (2) ayat 217)

[134] Jika kita ikuti Pendapat Ar Razy, Maka terjemah ayat di atas sebagai berikut: Katakanlah: "Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar, dan (adalah berarti) menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kafir kepada Allah dan (menghalangi manusia dari) Masjidilharam. Tetapi mengusir penduduknya dari Masjidilharam (Mekah) lebih besar lagi (dosanya) di sisi Allah." Pendapat Ar Razy ini mungkin berdasarkan pertimbangan, bahwa mengusir Nabi dan sahabat-sahabatnya dari Masjidilharam sama dengan menumpas agama Islam.
[135] Fitnah di sini berarti penganiayaan dan segala perbuatan yang dimaksudkan untuk menindas Islam dan muslimin.


Jika kita ingin tetap mempertahankan Kemurtadan yang kita miliki, yang pasti  ALLAH SWT tidak akan pernah merasa Rugi sedikitpun dengan tindakan kita. Akan tetapi jika kita ingin melenyapkan Kemurtadan yang telah kita lakukan, tidak ada jalan keluar yang Terbaik  kecuali Taubatan Nasuha. Hal yang harus kita ingat adalah kesempatan untuk melakukan Taubatan Nasuha memiliki  keterbatasan Waktu yaitu hanya berlaku sebelum Ruh tiba dikerongkongan. Jika kita merasa telah Murtad atau telah berbuat sesuatu yang dapat dikategorikan perbuatan Murtad, tidak ada jalan lain kecuali untuk segera memanfaatkan kesempatan kedua yang telah diberikan ALLAH SWT dengan sebaik-baiknya karena kita tidak tahu kapan Malaikat Izrail datang melaksanakan tugasnya kepada diri kita.



D.     MUNAFIQ


Apakah itu Munafiq? Munafiq berdasarkan surat An Nisaa' (4) ayat 142 diartikan sebagai Tindakan menipu ALLAH SWT melalui tindakan yang seolah-olah untuk mencari dan mendapatkan keridhaan ALLAH SWT, akan tetapi yang sebenarnya untuk mencari pujian atau popularitas di dalam masyarakat. Selain daripada itu, menurut surat  Az Zumar (39) ayat 8, ALLAH SWT juga mengemukakan contoh lainnya dari perbuatan Munafiq, yaitu apabila manusia ditimpa kemudharatan, maka dia memohon pertolongan kepada ALLAH SWT dengan kembali kepada-Nya; kemudian apabila ALLAH SWT memberikan nikmat-Nya kepadanya lupalah dia akan kemudharatan yang pernah ia doakan kepada ALLAH SWT.

Dalam rangka menambah pengertian tentang orang Munafiq, berikut ini akan kami kemukakan beberapa  ciri-ciri atau sifat-sifat orang munafiq, yaitu : tidak berpendirian tetap dan jelas; tidak dapat dipercaya sama sekali; ucapan-ucapannya bohong, dusta; sumpah dan janjinya tidak ditepati; amal ibadahnya riya' (mencari pujian); suka bergaul dengan orang yang memusuhi Islam; selalu curiga terhadap kegiatan Islam; suka berbuat kerusakan; enggan berdakwah dan berjihad; lebih takut kepada manusia daripada takut kepada  ALLAH SWT; tidak suka berhukum kepada Al-Qur'an; mencari keuntungan pribadi saja. Sebagai KHALIFAH yang sedang melaksanakan tugas di muka bumi, jangan sampai diri kita menjadi orang Munafiq baik ditinjau dari sisi hubungan kita kepada ALLAH SWT, ataupun kepada sesama KHALIFAH.


Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka[364]. dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. mereka bermaksud riya[365] (dengan shalat) di hadapan manusia. dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali[366]. [0]
(surat An Nisaa' (4) ayat 142)


[364] Maksudnya: Alah membiarkan mereka dalam pengakuan beriman, sebab itu mereka dilayani sebagai melayani Para mukmin. dalam pada itu Allah telah menyediakan neraka buat mereka sebagai pembalasan tipuan mereka itu.
[365] Riya Ialah: melakukan sesuatu amal tidak untuk keridhaan Allah tetapi untuk mencari pujian atau popularitas di masyarakat.
[366] Maksudnya: mereka sembahyang hanyalah sekali-sekali saja, Yaitu bila mereka berada di hadapan orang.


dan apabila manusia itu ditimpa kemudharatan, Dia memohon (pertolongan) kepada Tuhannya dengan kembali kepada-Nya; kemudian apabila Tuhan memberikan nikmat-Nya kepadanya lupalah Dia akan kemudharatan yang pernah Dia berdoa (kepada Allah) untuk (menghilangkannya) sebelum itu, dan Dia mengada-adakan sekutu-sekutu bagi Allah untuk menyesatkan (manusia) dari jalan-Nya. Katakanlah: "Bersenang-senanglah dengan kekafiranmu itu Sementara waktu; Sesungguhnya kamu Termasuk penghuni neraka".
(surat Az Zumar (39) ayat 8)


Jika sampai perbuatan Munafiq terjadi pada diri kita, berarti Ilmu, Pemahaman, Keyakinan kita tentang ALLAH SWT sudah tidak sesuai lagi dengan Kehendak ALLAH SWT itu sendiri; Ilmu, Pemahaman kita tentang Diinul Islam sudah tidak sesuai lagi dengan Kehendak ALLAH SWT; Keimanan, Keyakinan kita kepada ALLAH SWT baru sebatas ucapan belaka, atau baru sampai di bibir saja, sehingga keimanan yang kita lakukan belum dapat mengharntarkan diri kita merasakan nikmatnya bertuhankan ALLAH SWT. 


Jika ke tiga kondisi di atas ini terjadi pada diri kita, berarti di dalam diri kita telah terjadi gangguan atau ketidaknormalan  di dalam menyikapi sesuatu, yaitu mampu menempatkan dan meletakkan bahwa cabai itu pedas lebih tinggi dari pada kita mengimani dan meyakini tentang ALLAH SWT. Padahal jika kita termasuk orang yang telah Tahu diri, kedudukan  ALLAH SWT harus diletakkan dan ditempatkan di atas segala-galanya. Dan jika sekarang ALLAH SWT memberikan Penghargaan berupa berupa status Permanent Residence di Neraka Jahannam kepada KHALIFAH yang berbuat dan berperilaku Munafiq, apakah hal ini memang sebuah kepantasan dan kepatutan yang memang seharusnya berlaku demikian?  ALLAH SWT memberikan Penghargaan seperti ini memang sudah selayaknya dan memang sudah sepantasnya serta memang sudah sepatutnya diberikan kepada orang yang mempermainkan ALLAH SWT  melalui sikap yang diperbuatnya. ALLAH SWT bukanlah sesuatu yang pantas dan patut untuk dipermainkan melalui sikap dan perbuatan manusia, seperti yang dikemukakan dalam surat Az Zumar (39) ayat 38 dan surat An Nisaa' (4) ayat 142. Akan tetapi ALLAH SWT harus di imani, dan harus pula diyakini sesuai dengan Kehendak dari ALLAH SWT itu sendiri.


E. DURHAKA kepada ORANG TUA

Sebagai KHALIFAH yang sedang menjalankan tugas di muka bumi yang diciptakan oleh ALLAH SWT, ada beberapa pertanyaan yang akan kami ajukan, yaitu:

a.       Dapatkah kita menjalankan tugas sebagai KHALIFAH  di muka bumi jika kita tidak pernah dilahirkan ke muka bumi? 

b.      Dapatkah kita merasakan enaknya menjadi seorang Pengusaha, merasakan enaknya menjadi Orang Kaya, merasakan enaknya menjadi Eksekutif, Yudikatif, Legislatif, atau merasakan enaknya menimang cucu, atau menikmati kesenangan hidup, jika kita tidak pernah dilahirkan ke muka bumi?

c.      Dapatkah proses Regenerasi kekhalifahan di muka bumi yang saat ini kita jalankan terjadi, sedangkan diri kita tidak pernah dilahirkan ke muka bumi?


Jawaban dari pertanyaan di atas adalah tegas yaitu tanpa pernah dilahirkan ke muka bumi, maka diri kita tidak akan pernah bisa melaksanakan tugas sebagai KHALIFAH di muka bumi, atau kita juga tidak akan mungkin melaksanakan proses Regenerasi kekhalifahan serta tidak akan pernah merasakan kesenangan yang ada di dunia ini.


Dia menciptakan kamu dari seorang diri kemudian Dia jadikan daripadanya isterinya dan Dia menurunkan untuk kamu delapan ekor yang berpasangan dari binatang ternak. Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan[1306]. yang (berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan yang mempunyai kerajaan. tidak ada Tuhan selain dia; Maka bagaimana kamu dapat dipalingkan?
(surat Az Zumar (39) ayat 6)

[1306] Tiga kegelapan itu ialah kegelapan dalam perut, kegelapan dalam rahim, dan kegelapan dalam selaput yang menutup anak dalam rahim.


Untuk dapat lahir ke dunia ini, tentu kita tidak bisa ada dengan sendirinya sehingga kita harus dilahirkan terlebih dahulu, lalu siapakah yang melahirkan diri kita? Berdasarkan surat Az Zumar (39) ayat 6 di atas, keberadaan diri kita bermula dari dalam Rahim seorang ibu melalui tahap demi tahap, kejadian demi kejadian, yang kemudian lahirlah diri kita ke dunia dalam keadaan tidak mampu berbuat apapun juga kecuali dengan Tangisan. Tangisan adalah senjata utama diri kita untuk segala maksud dan tujuan yang ingin kita peroleh, apakah itu lapar, apakah itu buang air, apakah itu sakit. Jika sekarang ALLAH SWT selaku Inisiator yang sekaligus Pencipta dan Pemilik dari kekhalifahan di muka bumi, memerintahkan kepada diri kita untuk berbakti kepada orang tua dan juga kedua mertua, apakah seruan, perintah ALLAH SWT ini berlebihan atau apakah memang sudah seharusnya ini kita lakukan dengan baik?


Jika kita termasuk orang yang telah Tahu Diri, yaitu tahu siapa diri kita yang sesungguhnya dan tahu siapa ALLAH SWT yang sesungguhnya, maka sudah sepatutnya dan memang sudah seharusnya kita memenuhi perintah ALLAH SWT untuk berbakti kepada orang tua dan juga mertua, atau berbuat baik kepada orang tua dan juga mertua sebab keberadaan diri kita, istri dan suami kita, di muka bumi ini tidak akan mungkin pernah terjadi jika tanpa ada ke dua orang tua dan kedua orang mertua, yang melahirkan kita ke muka bumi ini, yang kemudian mendidik dan membesarkan kita.



Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu Yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar[518]". demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya kamu memahami(nya).
(surat Al An'am (6) ayat 151)

[518] Maksudnya yang dibenarkan oleh syara' seperti qishash membunuh orang murtad, rajam dan sebagainya.


dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia[850].
(surat Al Israa' (17) ayat 23)

[850] Mengucapkan kata Ah kepada orang tua tidak dlbolehkan oleh agama apalagi mengucapkan kata-kata atau memperlakukan mereka dengan lebih kasar daripada itu.



Adanya keterkaitan yang begitu Kental dan begitu Hebat antara diri kita dengan orang tua kita, lihatlah hadits yang kami kemukakan di bawah ini. ALLAH SWT sampai-sampai meletakkan dan menempatkan baik Ridha-Nya maupun Murka-Nya di bawah Keridhaan dan Kemurkaan orang tua. Begitu tinggi, begitu mulia, begitu hebat, posisi orang tua diletakkan oleh ALLAH SWT dalam struktur keluarga, atau di dalam kerangka rencana besar kekhalifahan di muka bumi yang diciptakan oleh ALLAH SWT.



Keridhaan Allah SWT tergantung kepada keridhaan kedua orang tua dan murka          Allah SWT pun terletak pada murka kedua orang tua.
(HR Al Hakim)


Jika ALLAH SWT saja meletakkan dan menempatkan setiap orang tua pada posisi yang begitu tinggi dan mulia, apakah kita sebagai orang yang dilahirkan, diasuh, dididik, dibesarkan oleh orang tua, justru akan merendahkan orang tua dengan berbuat durhaka kepada mereka atau berkata kasar kepada mereka atau bahkan menelantarkan mereka? Jika sampai diri kita berani berbuat durhaka kepada  kepada orang tua, berarti kita telah menantang ALLAH SWT dan siap untuk  memperoleh hadiah dari ALLAH SWT berupa Tiket masuk ke Kampung Kebinasaan dan Kesengsaraan.



Anas ra, berkata: Nabi SAW bersabda: Allah ta’ala berfirman: Allah SWT telah mewahyukan kepada Nabi Musa! Coba tidak karena mereka yang mengucapkan syahadat “Lailaha Illa Allah” niscaya Ku-timpakan “Jahannam” di atas dunia. Wahai Musa! Coba tidak karena mereka yang bersembah kepada-Ku tidaklah Aku lepaskan mereka yang bermaksiat sekejap matapun. Wahai Musa! Sesungguhnya barangsiapa yang beriman kepada-Ku adalah makhluk yang termulia dalam pandangan-Ku. Wahai Musa! Sesungguhnya sepatah kata dari seorang yang durhaka (terhadap ke dua orang tuanya) adalah sama beratnya dengan seluruh pasir bumi. Bertanya Nabi Musa: “Siapakah orang yang durhaka itu, ya Tuhan-Ku? “Ialah orang yang berkata kepada kedua orang tuanya: “Tidak-Tidak” ketika dipanggil.
(HR Abu Nu’aim, 272:225)  


Selain daripada itu, jika sampai kita berbuat durhaka kepada kedua orang tua, termasuk di dalamnya durhaka kepada mertua, ketentuan hadits di atas berlaku kepada diri kita, yaitu dosanya sama berat dengan seluruh pasir di bumi. Jangan sampai kita melakukan hal ini.



F. BURUK SANGKA kepada ALLAH SWT.


ALLAH SWT dengan Kemahaan dan Kebesaran yang dimiliki-Nya tidak wajib memiliki sifat dan Asmaul Husna karena     ALLAH SWT sudah Maha dan akan Maha selamanya sehingga ALLAH SWT tidak membutuhkan sesuatu apapun juga dan dari siapun juga. Akan tetapi setelah ALLAH SWT menciptakan langit dan bumi beserta isinya termasuk menciptakan Kekhalifahan di muka bumi, maka ALLAH SWT mewajibkan bagi diri-Nya untuk memiliki Sifat dan Asma. Adanya Sifat dan Asma yang dimiliki ALLAH SWT dalam rangka ALLAH SWT menunjukkan bahwa  ALLAH SWT itu ada, dimana keberadaan-Nya untuk mengatur, untuk mengawasi, untuk melindungi, untuk memelihara seluruh alam beserta isinya.


Timbul pertanyaan, untuk siapakah Sifat dan Asma yang dimiliki ALLAH SWT sedangkan ALLAH SWT tidak membutuhkan apapun juga dan dari siapapun juga? Sifat (dalam hal ini adalah sifat Ma’ani)  dan Asma yang dimiliki ALLAH SWT adalah bukan untuk siapa-siapa, tetapi untuk seluruh ciptaan-Nya, termasuk di dalamnya untuk diri kita, untuk anak dan keturunan kita sendiri. Untuk itu jika kita merasa sebagai KHALIFAH yang sedang melaksanakan tugas di muka bumi, jadikanlah  hal ini sebagai Ilmu yang melekat dengan diri kita sehingga akan memudahkan dan menjadikan diri kita sebagai KHALIFAH yang sekaligus Makhluk yang Terhormat. Selanjutnya, jika Sifat Ma’ani dan Asma  yang dimiliki ALLAH SWT ditujukan untuk diri kita, timbul pertanyaan bagaimanakah agar kita memperoleh tambahan sifat Ma’ani dan Asmaul Husna ALLAH SWT itu?


Untuk memperoleh sesuatu dari ALLAH SWT yang Maha Besar, tidak semudah membalikkan telapak tangan. ALLAH SWT melalui surat Al Hujuraat (49) ayat 12 di atas, telah memberikan pedoman kepada diri kita yang ingin memperoleh tambahan Sifat Ma’ani dan Asmaul Husna  ALLAH SWT sehingga apa yang sudah ada di dalam diri menjadi bertambah, maka kita diwajibkan untuk selalu berprasangka baik kepada ALLAH SWT terlebih dahulu dengan menempatkan dan meletakkan Kemahaan dan Kebesaran yang dimiliki oleh  ALLAH SWT sesuai dengan yang apa yang dikehendaki oleh ALLAH SWT itu sendiri.



Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.
(surat Al Hujuraat (49) ayat 12)


Adanya Prasangka Baik kepada ALLAH SWT maka ALLAH SWT pun akan memberikan Prasangka Baik pula kepada yang mempersangkakannya. Demikian pula sebaliknya kepada orang yang berprasangka buruk maka ALLAH SWT akan memberikan prasangka buruk pula  kepada orang yang mempersangkakannya.Untuk itu berhati-hatilah dengan prasangka karena prasangka merupakan pisau yang bermata dua, ia dapat menghantarkan kita menuju kesuksesan hidup dan kehidupan dan juga merasakan nikmatnya bertuhankan ALLAH SWT serta melalui prasangka pula akan dapat menghantarkan kita menuju kegagalan hidup dan kehidupan, memperoleh Jiwa Fujur serta merasakan nikmatnya hidup bertetangga di Neraka Jahannam bersama Syaitan. Setelah berprasangka baik kepada ALLAH SWT, maka langkah berikutnya  yang harus kita lakukan adalah  memenuhi syarat dan ketentuan yang telah ditetapkan oleh ALLAH SWT. Apakah itu?
 

Watsilah bin Al-Asqa' ra, berkata: Nabi SAW bersabda: Allah ta'ala berfirman: Aku selalu menurutkan sangkaan hamba-Ku terhadap diri-Ku, jika ia baik sangka kepada-Ku maka ia dapat dari padaku apa yang ia sangka. Dan bila ia jahat (jelek) sangka kepada-Ku, maka ia dapat apa yang ia sangka dari pada-Ku.
(HQR At Thabarani dan Ibn Hibban, 272:71)


Jika di dalam hukum alam berlaku ketentuan yang kecil selalu dikalahkan oleh yang besar. Akan tetapi dalam Ilmu ALLAH SWT tentang Prasangka Baik yang dilakukan oleh hambanya, hal ini  tidak berlaku karena jika Yang Kecil bertemu dan  tersambung dengan Yang Maha Besar maka Yang Kecil akan terbantu, atau  akan tertolong, atau yang kecil akan memperoleh Sinergi dari yang Besar. Agar ALLAH SWT Yang Maha Besar dapat membantu dan dapat menolong Yang Kecil, dalam hal ini diri kita, maka Kita yang kecil wajib menyelaraskan, menyerasikan, dan menyeimbangkan dengan kondisi dan keadaan ALLAH SWT Yang Maha Besar; Kita yang kecil harus berada di dalam ketentuan ALLAH SWT Yang Maha Besar; Kita yang kecil harus sesuai dengan Syarat dan Ketentuan yang dikehendaki oleh ALLAH SWT Yang Maha Besar; Kita yang kecil jangan sampai meninggalkan ALLAH SWT Yang Maha Besar; Kita yang kecil jangan pernah mencoba mengalahkan ALLAH SWT Yang Maha Besar; Kita yang kecil jangan pernah melecehkan ALLAH SWT Yang Maha Besar; Kita yang kecil harus selalu berada di dalam kesesuaian yang sama dengan ALLAH SWT Yang Maha Besar.


Untuk itu, jika kita merasa membutuhkan ALLAH SWT, jika kita merasa tidak mampu mengalahkan Ahwa seorang diri, jika kita tidak bisa mengalahkan Syaitan yang jumlahnya lebih banyak dari jumlah manusia seorang diri, jika kita membutuhkan tambahan Amanah 7 dan tambahan Sibhgah dari Asmaul Husna  ALLAH SWT. Maka kita harus dapat setiap saat untuk selalu selaras, serasi dan seimbang dengan ALLAH SWT dengan cara memenuhi segala Syarat dan Ketentuan yang telah ditetapkan oleh ALLAH SWT serta selalu mendahulukan ALLAH SWT selakang di depan. Yang menjadi persoalan saat ini adalah kita yang kecil berusaha untuk memperoleh tambahan Sifat Ma’ani dan Asma ALLAH SWT, kita yang kecil ingin ditolong dan dibantu oleh ALLAH SWT. Akan tetapi jalan yang kita tempuh justru mempergunakan prasangka buruk kepada ALLAH SWT, melawan dan menentang ALLAH SWT Yang Maha Besar. Sekarang bagaimana mungkin ALLAH SWT akan menolong kita, akan membantu kita jika antara diri kita berseberangan dengan ALLAH SWT?


G. LAHMUL HARAM


Halal dan Haram adalah Ketentuan ALLAH SWT yang wajib berlaku di muka bumi ini sampai dengan hari kiamat. Halal dan Haram adalah Ketetapan ALLAH SWT yang bersifat Khusus, sehingga Halal dan Haram tidak akan mungkin sama kedudukannya, atau Halal dan Haram tidak akan mungkin disamakan oleh ALLAH SWT. Halal akan menghantarkan diri kita kepada Kebaikan sedangkan Haram  akan menghantarkan diri kita kepada Keburukan. Timbul pertanyaan, siapakah yang menjadikan ketentuan Halal dan Haram ini berlaku? ALLAH SWT tidak memberlakukan ketentuan Halal dan Haram berlaku di muka bumi ini, akan tetapi ALLAH SWT hanya menetapkan aturan Halal dan Haram yang wajib berlaku di muka bumi ini. Adanya kondisi ini berarti diri kitalah yang akan menjadikan ketentuan atau ketetapan tentang Halal dan tentang Haram berlaku pada kehidupan kita. Setelah itu tergantung kita sendiri yang menentukan sikap, apakah mau menenuhi ketentuan Halal atau mau menenuhi ketentuan Haram. Sekarang adakah ketentuan yang berasal dari ALLAH SWT yang mengatur tentang aturan main dari makanan dan minuman yang akan kita konsumsi? 


Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya.
(surat Abasa (80) ayat 24)


diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah[394], daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya[395], dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah[396], (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini[397] orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa[398] karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(surat Al Maaidah (5) ayat 3)


[394] Ialah: darah yang keluar dari tubuh, sebagaimana tersebut dalam surat Al An-aam ayat 145.
[395] Maksudnya Ialah: binatang yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk dan yang diterkam binatang buas adalah halal kalau sempat disembelih sebelum mati.
[396] Al Azlaam artinya: anak panah yang belum pakai bulu. Orang Arab Jahiliyah menggunakan anak panah yang belum pakai bulu untuk menentukan Apakah mereka akan melakukan suatu perbuatan atau tidak. Caranya Ialah: mereka ambil tiga buah anak panah yang belum pakai bulu. Setelah ditulis masing-masing Yaitu dengan: lakukanlah, jangan lakukan, sedang yang ketiga tidak ditulis apa-apa, diletakkan dalam sebuah tempat dan disimpan dalam Ka'bah. Bila mereka hendak melakukan sesuatu Maka mereka meminta supaya juru kunci ka'bah mengambil sebuah anak panah itu. Terserahlah nanti Apakah mereka akan melakukan atau tidak melakukan sesuatu, sesuai dengan tulisan anak panah yang diambil itu. Kalau yang terambil anak panah yang tidak ada tulisannya, Maka undian diulang sekali lagi.
[397] Yang dimaksud dengan hari Ialah: masa, Yaitu: masa haji wada', haji terakhir yang dilakukan oleh Nabi Muhammad s.a.w.
[398] Maksudnya: dibolehkan memakan makanan yang diharamkan oleh ayat ini jika terpaksa.



Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.
(surat Al Baqarah (2) ayat 168)


Ibnu Abbas ra, berkata: Nabi SAW bersabda: Allah ta'ala berfirman: Berkata Iblis: Ya Tuhan: Semua makhluk-Mu telah engkau tentukan rezkinya, maka manakah rizkiku? Allah berfirman: Rizkimu adalah makanan yang tidak disebut nama-Ku padanya.
(HQR Abussyekh, 272:259)


Berdasarkan ketentuan Al-Qur’an dan Hadits yang kami kemukakan di atas, setiap manusia sudah diperintahkan, sudah diingatkan oleh ALLAH SWT, agar selalu memperhatikan apa-apa yang akan dikonsumsinya, baik makanan dan juga minuman, karena apa-apa yang dikonsumsinya akan dapat mempengaruhi kualitas Jasmani (maksudnya kemampuan fisik seseorang), kemampuan ahwa seseorang, yang pada akhirnya akan mempengaruhi kualitas Ruhani seseorang.


Lalu seperti apakah ketentuan ALLAH SWT tentang makanan dan minuman yang akan kita konsumsi? Setiap Makanan dan Minuman yang kita konsumsi wajib memenuhi syarat Halal dan Thaib (sesuai dengan gizi) serta wajib dibacakan Basmallah dan Doa sebelum mengkonsumsi makanan dan minuman tersebut. Sebagai KHALIFAH di muka bumi, kita tidak bisa hanya membatasi pengertian Halal dan Haram hanya sebatas berhubungan erat dengan Makanan dan Minuman yang akan kita konsumsi semata. Pengertian Halal dan Haram harus pula mencakup bagaimana cara memperoleh Makanan dan Minuman yang akan kita konsumsi, bagaimana cara mengkonsumsi Makanan dan Minuman yang sesuai dengan Kehendak ALLAH SWT, serta termasuk di dalamnya jenis pekerjaan yang kita lakukan untuk memperoleh Penghasilan, harus pula dikaitkan dengan ketentuan Halal dan Haram.


Untuk itu mari kita hubungkan antara Jasmani dan Ruhani diri kita dengan makanan dan minuman yang kita konsumsi. Jasmani asalnya dari alam maka Jasmani akan dipengaruhi oleh sifat-sifat alam yang mencerminkan nilai-nilai keburukan sedangkan Ruhani  asalnya dari ALLAH SWT maka Ruhani akan dipengaruhi dan menjadikan Nilai-Nilai Ilahiah sebagai sifat dasarnya. Jika ini adalah kondisi dasar dari sifat alamiah Jasmani dan sifat alamiah Ruhani, maka dapat dikatakan bahwa antara Jasmani dan Ruhani  mempunyai sifat yang saling bertolak belakang.


Sekarang apa jadinya jika Jasmani yang sejak awal sudah memiliki sifat alamiah yang mencerminkan Nilai-Nilai Keburukan, lalu kita berikan Makanan dan Minuman yang Haram sewaktu pembentukannya di dalam rahim (maksudnya Sperma dan sel telur yang dipertemukan dalam rahim asalnya dari sesuatu haram), atau kita berikan Makanan dan Minuman  yang Haram pada saat kita merawatnya, lalu adakah dampak bagi Jasmani dan Ruhani diri kita? Jika makanan dan minuman yang haram menjadi cikal bakal Jasmani diri kita, berarti kekuatan Nilai-Nilai Keburukan yang secara sunnatullah sudah berlaku bagi Jasmani menjadi lebih kuat lagi serta dengan adanya hal ini memudahkan Syaitan melaksanakan aksinya kepada diri kita karena di dalam diri kita sudah ada bangunan untuk tempat tinggal Syaitan. Dan selanjutnya jika perawatan Jasmani juga  dilakukan dengan makanan dan minuman yang haram maka kualitas Nilai-Nilai Keburukan yang sudah ada di dalam diri kita yang secara sunnatullah dibawa oleh Jasmani, akan semakin parah, atau akan menjadi bertambah kuat Nilai-Nilai Keburukannya. Dan jika ini yang terjadi pada diri kita maka tarikan Ahwa  untuk menguasai dan mengendalikan Ruhani menjadi lebih kuat dan kencang, sehingga Nilai-Nilai Ilahiah yang dibawa oleh Ruhani dicoba digantikan dengan Nilai-Nilai Keburukan yang di bawa oleh Jasmani, yang pada akhirnya menjadikan jiwa kita dimasukkan ke dalam jiwa Fujur.


Sebagai KHALIFAH di muka bumi, sekali lagi kami ingatkan, sesuatu yang Haram tetaplah Haram sehingga sesuatu Haram tidak akan pernah bisa mendatangkan kebaikan bagi diri, bagi anak keturunan. Untuk mulai saat ini jangan pernah sekalipun kita memberikan, kita menafkahi keluarga kita dengan sesuatu yang Haram, karena akibat yang ditimbulkan dari yang haram bukan hanya akan menimpa diri kita, akan tetapi juga akan menimpa pula anak keturunan kita sendiri. Dan jika sekarang kita berharap untuk memperoleh keluarga sakinah mawaddah wa rahmah, jangan pernah bermimpi memiliki hal tersebut, jika kita memberikan, menafkahkan  kepada anak, istri dan keluarga kita dari yang Haram. 


Hamba ALLAH SWT, selain 7(tujuh) penghancur Keimanan dan Keyakinan kepada ALLAH SWT yang telah kami kemukakan di atas, masih ada beberapa penghancur iman dan yakin kepada ALLAH SWT yang lainnya, yang juga harus kita waspadai sewaktu melaksanakan tugas sebagai KHALIFAH di muka bumi, yaitu: 

a.  Berdasarkan surat Luqman (31) ayat 18 dan surat An Najm (53) ayat 32, di bawah ini, kita tidak diperkenankan oleh ALLAH SWT untuk bersikap takabur, angkuh, merasa diri hebat yang lainnya lemah, atau merasa diri suci  yang lain kotor.


Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.
(surat Luqman (31) ayat 18)


(yaitu) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Luas ampunanNya. dan Dia lebih mengetahui (tentang keadaan)mu ketika Dia menjadikan kamu dari tanah dan ketika kamu masih janin dalam perut ibumu; Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa.
(surat An Najm (53) ayat 32)
                                                                                        

Hal yang harus kita perhatikan adalah sebagai KHALIFAH, kita tidak bisa menjadi pemain yang merangkap sebagai wasit di dalam permainan kekhalifahan di muka bumi. Pemain tetaplah pemain, sebab penilai dan penentu hasil akhir dari kekhalifahan di muka bumi bukanlah diri kita melainkan  ALLAH SWT.


Adanya kondisi ini kita tidak pantas menilai diri sendiri suci sedangkan orang lain kotor, kita tidak berhak mengatakan orang lain kafir kita saja yang beriman, kita tidak berhak menentukan kita saja yang benar lalu orang lain salah, kita tidak berhak menilai diri kita saja yang berhak atas Syurganya ALLAH SWT yang lain tidak. Dan jika sampai diri kita berani melakukan hal ini berarti kita memang tidak tahu diri, sudahlah menumpang di langit dan di bumi ALLAH SWT lalu ALLAH SWT kita lawan.


a.       Berdasarkan surat Israa’ (17) ayat 32 yang kami kemukakan di bawah ini, kita tidak diperkenankan untuk melakukan Perbuatan Zina, Berselingkuh, Lesbian, Homoseks, dengan sebab apapun juga.


dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.
(surat Al Israa' (17) ayat 32)


c.   Berdasarkan surat Thaahaa (20) ayat 69 yang kami kemukakan di bawah ini, kita tidak diperkenankan untuk melakukan perbuatan Sihir, Tenung, Nujum, Pelet, Guna-Guna dan juga tidak diperkenankan menjadi tukang sihir, tukang tenung, tukang nujum, tukang pelet dan guna-guna.


dan lemparkanlah apa yang ada ditangan kananmu, niscaya ia akan menelan apa yang mereka perbuat. "Sesungguhnya apa yang mereka perbuat itu adalah tipu daya tukang sihir (belaka). dan tidak akan menang tukang sihir itu, dari mana saja ia datang".
(surat Thaahaa (20) ayat 69)


d.   Berdasarkan surat Al An’am (6) ayat 21 yang kami kemukakan di bawah ini, kita tidak diperbolehkan untuk berperilaku Zhalim, Kejam, Bersikap Aniaya, baik kepada diri sendiri maupun kepada orang lain.


dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang membuat-buat suatu kedustaan terhadap Allah, atau mendustakan ayat-ayat-Nya? Sesungguhnya orang-orang yang aniaya itu tidak mendapat keberuntungan.
(surat Al An'am (6) ayat 21)


e.       Berdasarkan surat  Al Anbiyaa (21) ayat 87 yang kami kemukakan di bawah ini, kita tidak diperbolehkan untuk Ghadap, Pemarah, Emosional, berperilaku Temperamental, karena hal ini akan dapat mempengaruhi kualitas Iman dan Yakin kita kepada ALLAH SWT.


dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam Keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), Maka ia menyeru dalam Keadaan yang sangat gelap[967]: "Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha suci Engkau, Sesungguhnya aku adalah Termasuk orang-orang yang zalim."
(surat Al Anbiyaa' (21) ayat 87)


[967] Yang dimaksud dengan Keadaan yang sangat gelap ialah didalam perut ikan, di dalam laut dan di malam hari.


f.   Berdasarkan surat Ali Imran (3) ayat 180 yang kami kemukakan di bawah ini, kita tidak diperkenankan untuk memperturutkan sifat-sifat jasmani (insan) seperti Bakhil, Pelit, Kikir, Mementingkan Diri sendiri, hal ini dikarenakan jika sampai diri kita melakukan itu semua berarti kita telah memperturutkan dan mempertuhankan ahwa, yang pada akhirnya dapat menurunkan kualitas iman dan yakin kita kepada ALLAH SWT.


sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karuniaNya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.
(surat Ali Imran (3) ayat 180)


g.   Berdasarkan surat An Nisaa’ (4) ayat 38 yang kami kemukakan di bawah ini, kita tidak diperkenankan untuk Riya, Ujub, Sum'ah, bangga diri, bangga kelompok, karena akan dapat mengotori dan menurunkan kualitas Iman dan Yakin kita kepada ALLAH SWT.


dan (juga) orang-orang yang menafkahkan harta-harta mereka karena riya[297] kepada manusia, dan orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan kepada hari kemudian. Barangsiapa yang mengambil syaitan itu menjadi temannya, Maka syaitan itu adalah teman yang seburuk-buruknya.
(surat An Nisaa' (4) ayat 38)

[297] Riya ialah melakukan sesuatu karena ingin dilihat dan dipuji orang.


h.       Berdasarkan surat Yusuf (12) ayat 87 yang kami kemukakan di bawah ini, Putus Asa merupakan salah satu racun yang paling hebat untuk menurunkan kualitas Iman dan Yakin kepada ALLAH SWT.



Hai anak-anakku, Pergilah kamu, Maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir".
(surat Yusuf (12) ayat 87)


j.   Berdasarkan surat Ar Ra’d (13) ayat 11 yang kami kemukakan di bawah ini, sifat Pemalas/Kasal tidak boleh dipelihara di dalam diri karena dengan adanya sifat ini akan menjadikan diri kita statis, malas untuk berbuat sesuatu padahal dengan berbuat sesuatu itulah Iman dan Yakin kepada ALLAH SWT dapat terpelihara dan terjaga dari waktu ke waktu.



bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah[767]. Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan[768] yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.
(surat Ar Ra'd (13) ayat 11)
[767] Bagi tiap-tiap manusia ada beberapa Malaikat yang tetap menjaganya secara bergiliran dan ada pula beberapa Malaikat yang mencatat amalan-amalannya. dan yang dikehendaki dalam ayat ini ialah Malaikat yang menjaga secara bergiliran itu, disebut Malaikat Hafazhah.
[768] Tuhan tidak akan merobah Keadaan mereka, selama mereka tidak merobah sebab-sebab kemunduran mereka.


Sebagai KHALIFAH yang sedang menumpang di langit dan di bumi ALLAH SWT, jangan pernah berharap jika kita melakukan perbuatan dosa dan amal kejahatan yang sesuai dengan kehendak Syaitan sang laknatullah, maka hasilnya adalah Pahala atau Amal Kebaikan yang sesuai Nilai-Nilai Kebaikan. Selain daripada itu jangan pernah pula bermimpi jika kita melakukan perbuatan dosa yang sesuai dengan kehendak Syaitan sang laknatullah menjadi perbuatan yang sesuai dengan Nilai-Nilai Ilahiah.


Perbuatan Dosa tetaplah Perbuatan Dosa karena perbuatan dosa akan memberikan dampak dan konsekuensi keburukan bagi diri, keluarga, anak dan keturunan, lingkungan, masyarakat, bangsa dan Negara. Sehingga perbuatan Dosa tidak akan mungkin dapat menghantarkan kita ke Syurga sebab pendosa kampung halamannya ada di Neraka Jahannam.


Timbul pertanyaan, mungkinkah kita menanggung Dosa dari apa yang tidak kita perbuat, atau menanggung dosa orang lain? Jika kita berbuat Dosa maka kita sendirilah yang akan memikul  Dosa yang kita lakukan. Dosa orang lain tidak akan menjadi beban Dosa kita sepanjang perbuatan kita tidak ada sangkut pautnya dengan orang tersebut. Namun apabila perbuatan kita menyebabkan orang lain celaka atau menjadi berdosa, dimana orang tersebut tidak rela maka perbuatan dosanya tidak dilimpahkan kepada kita namun amal baik yang masih tersisa menjadi taruhannya, atau amal baik yang masih tersisa akan diserahkan kepada orang tersebut oleh ALLAH SWT saat hari berhisab.Untuk itu, jangan pernah melakukan hal-hal yang telah kami kemukakan di atas, jauhkan dan hindarkan apa yang telah dilarang ALLAH SWT maka Iman dan Yakin kepada ALLAH SWT dapat terpelihara di dalam diri sehingga kita akan selalu berada di dalam Kehendak ALLAH SWT, atau mampu menuju kepada ALLAH SWT. Selanjutnya tolong perhatikan dengan seksama hal-hal yang akan kami kemukakan di bawah ini, yaitu :

a.  Orang yang Beramal Baik tidak akan pernah disamakan dengan orang yang Beramal Jahat oleh ALLAH SWT. Amal dan Dosa bukan untuk orang lain, tetapi untuk kita diri sendiri sehingga kita tidak akan pernah menanggung dosa orang lain.

b.      Haram tidak akan mungkin sama dengan Halal. Haram tetaplah Haram, sehingga yang Haram tidak akan mungkin dapat menghasilkan sesuatu yang bersifat Halal atau menghasilkan kebaikan.

c.    Syurga dan Neraka sudah ditetapkan oleh ALLAH SWT sebagai tempat kembalinya manusia. Adanya kondisi ini berarti saat ini akan ada calon penghuni Neraka dan calon penghuni Syurga sehingga saat ini sampai dengan hari kiamat ada hak hidup bagi calon penghuni Neraka dan ada hak hidup bagi calon penghuni Syurga serta ada hak bagi Syaitan untuk mengganggu dan menggoda manusia sampai hari kiamat kelak.

d.    Jangan pernah menganggap remeh Syaitan sebab Syaitan banyak memiliki peran saat mengganggu dan menggoda diri kita yaitu Syaitan bisa menjadi supporter, Syaitan bisa menjadi provokator, Syaitan bisa menjadi pemain dan Syaitan bisa juga menjadi wasit dan ingat hanya bersama dengan ALLAH SWT sajalah, hanya dengan pertolongan ALLAH SWT sajalah, kita dapat mengalahkan Syaitan yang jumlahnya sudah melebihi jumlah manusia.

e.     Sepanjang diri kita berada di dalam kehendak   ALLAH SWT, atau sepanjang kita mau melaksanakan dan menjadikan Diinul Islam sebagai Agama yang Haq, atau mau menjadikan Syurga sebagai tempat kembali diri kita maka sepanjang itu pula kita akan diganggu dan digoda oleh Syaitan.


Sekarang semuanya terserah kepada diri kita, apakah mau mempertahankan Iman dan Yakin kepada  ALLAH SWT ataukah tidak, yang jelas diri kitalah yang sangat membutuhkan Iman dan Yakin kepada ALLAH SWT sedangkan ALLAH SWT tidak butuh apapun dengan diri kita. Untuk itu jangan pernah sia-siakan waktu yang masih tersisa saat ini, karena hanya pada sisa waktu itulah kita memiliki kesempatan untuk memperbaiki diri agar selalu sesuai dengan kehendak ALLAH SWT, terkecuali kita mampu menggagalkan atau berani mengalahkan Malaikat Izrail saat melaksanakan tugasnya memisahkan Ruhani dan Jasmani diri kita. Selain daripada itu perlu kita ketahui bersama bahwa di langit dan di bumi yang diciptakan oleh ALLAH SWT, tidak berlaku ketentuan waktu bisa diputar balik, tidak akan pernah ada toko yang khusus memperjualbelikan dosa dan juga pahala serta tidak akan pernah ada pula peribahasa, menyesal adanya di muka, sehingga jika kita berdosa maka kitalah yang akan menanggung segala akibat dari dosa yang pernah kita lakukan dan ingat hanya saat hidup di muka bumi inilah kita memiliki kesempatan untuk meminta ampun kepada ALLAH SWT.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar