Label

MEMANUSIAKAN MANUSIA: INILAH JATIDIRI MANUSIA YANG SESUNGGUHNYA (79) SETAN HARUS JADI PECUNDANG: DIRI PEMENANG (68) SEBUAH PENGALAMAN PRIBADI MENGAJAR KETAUHIDAN DI LAPAS CIPINANG (65) INILAH ALQURAN YANG SESUNGGUHNYA (60) ROUTE TO 1.6.799 JALAN MENUJU MAKRIFATULLAH (59) MUTIARA-MUTIARA KEHIDUPAN: JALAN MENUJU KERIDHAAN ALLAH SWT (54) PUASA SEBAGAI KEBUTUHAN ORANG BERIMAN (50) ENERGI UNTUK MEMOTIVASI DIRI & MENJAGA KEFITRAHAN JIWA (44) RUMUS KEHIDUPAN: TAHU DIRI TAHU ATURAN MAIN DAN TAHU TUJUAN AKHIR (38) TAUHID ILMU YANG WAJIB KITA MILIKI (36) THE ART OF DYING: DATANG FITRAH KEMBALI FITRAH (33) JIWA YANG TENANG LAGI BAHAGIA (27) BUKU PANDUAN UMROH (26) SHALAT ADALAH KEBUTUHAN DIRI (25) HAJI DAN UMROH : JADIKAN DIRI TAMU YANG SUDAH DINANTIKAN KEDATANGANNYA OLEH TUAN RUMAH (24) IKHSAN: INILAH CERMINAN DIRI KITA (24) RUKUN IMAN ADALAH PONDASI DASAR DIINUL ISLAM (23) ZAKAT ADALAH HAK ALLAH SWT YANG HARUS DITUNAIKAN (20) KUMPULAN NASEHAT UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK (19) MUTIARA HIKMAH DARI GENERASI TABI'IN DAN TABI'UT TABIIN (18) INSPRIRASI KESEHATAN DIRI (15) SYAHADAT SEBAGAI SEBUAH PERNYATAAN SIKAP (14) DIINUL ISLAM ADALAH AGAMA FITRAH (13) KUMPULAN DOA-DOA (10) BEBERAPA MUKJIZAT RASULULLAH SAW (5) DOSA DAN JUGA KEJAHATAN (5) DZIKIR UNTUK KEBAIKAN DIRI (4) INSPIRASI DARI PARA SAHABAT NABI (4) INILAH IBADAH YANG DISUKAI NABI MUHAMMAD SAW (3) PEMIMPIN DA KEPEMIMPINAN (3) TAHU NABI MUHAMMAD SAW (3) DIALOQ TOKOH ISLAM (2) SABAR ILMU TINGKAT TINGGI (2) SURAT TERBUKA UNTUK PEROKOK dan KORUPTOR (2) IKHLAS DAN SYUKUR (1)

Rabu, 23 Desember 2015

Route to 1.6.7.99 : HIKMAH DIBALIK Route to ALLAH SWT




Hamba ALLAH SWT yang selalu dirahmati-Nya
Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa ALLAH SWT adalah Inisiator, Pencipta dan Pemilik dari langit dan bumi dan  ALLAH SWT juga Inisiator, Pencipta dan Pemilik dari kekhalifahan yang ada di muka bumi ini. Sehingga segala ketentuan, segala hukum, segala undang-undang yang berlaku di langit dan di bumi serta yang berlaku pada kekhalifahan yang ada di muka bumi adalah ketentuan, hukum, undang-undang ALLAH SWT. Lalu siapakah diri kita saat ini? Berdasarkan kondisi di atas, kita bukanlah Inisiator, Pencipta dan Pemilik dari langit dan bumi dan juga bukan Inisiator, Pencipta dan Pemilik dari kekhalifahan yang ada di muka bumi. Dan jika ini kondisi dasar diri kita berarti saat ini kita bukanlah siapa-siapa, kita ada karena diadakan ALLAH SWT sebagai KHALIFAH di muka bumi. Lalu sedang apakah kita di langit dan di bumi ALLAH SWT ini? Saat ini, kita sedang menumpang di langit dan di bumi ALLAH SWT, atau kita sedang menjadi tamu di langit dan di bumi ALLAH SWT. Lalu punya apakah kita di langit dan di bumi ALLAH SWT ini? Di langit dan di bumi ALLAH SWT, kita ini miskin, kita ini tidak memiliki apa-apa, kita ini hina. Dan jika ini adalah kondisi dasar diri kita di langit dan di bumi ALLAH SWT, lalu sebagai yang menumpang, atau sebagai tamu di langit dan di bumi, apa yang harus kita lakukan?


Jika kita ingin diberi predikat sebagai orang yang menumpang yang tahu diri, atau mau menjadi tamu yang tahu diri, yang tahu adab dan sopan santun di langit dan di bumi yang tidak pernah kita ciptakan, maka kita harus menghormati ALLAH SWT selaku tuan rumah, sehingga ridai oleh ALLAH SWT? ibalik hukum, dibalik undang-u
kita tidak bisa seenaknya saja di langit dan di bumi ALLAH SWT, kita harus mentaati, kita harus melaksanakan segala ketentuan, segala hukum dan segala undang-undang yang telah ditetapkan  oleh ALLAH SWT.


Sekarang diri kita sudah ada di langit dan di bumi ALLAH SWT dalam rangka menjadi KHALIFAH, lalu yang manakah diri kita, apakah yang tahu diri, apakah yang mau menghormati ALLAH SWT, apakah yang mau mematuhi ketentuan, hukum dan undang-undang ALLAH SWT atau apakah yang tidak tahu diri, sudahlah menumpang lalu ALLAH SWT kita lawan?


Hal yang harus kita ketahui adalah pilihan yang kita pilih tentu ada konsekuensinya. Jika kita mau menjadi KHALIFAH yang mampu menyenangkan hati tuan rumah berarti kita akan memperoleh sesuatu yang menyenangkan dari tuan rumah. Namun jika kita ingin menjadi KHALIFAH yang tidak tahu diri, berarti bersiap-siaplah menerima ancaman, atau resiko yang harus kita tanggung saat menjadi KHALIFAH di muka bumi ini.


Di lain sisi ALLAH SWT selaku Inisiator, Pencipta dan juga Pemilik dari Kekhalifahan di muka bumi, tidak akan pernah menyianyiakan segala upaya diri kita di dalam melaksanakan tugas sebagai KHALIFAH di muka bumi, atau ALLAH SWT akan memberikan Hikmah yang terdapat dibalik Route to ALLAH SWT kepada setiap manusia tanpa terkecuali sepanjang diri kita selalu berada di dalam kehendak ALLAH SWT (maksudnya adalah ALLAH SWT akan memberikan hikmah kepada orang yang mampu mengimai dan meyakini ALLAH SWT sesuai dengan kehendak ALLAH SWT).


Adapun Hikmah yang siap diberikan ALLAH SWT kepada orang yang mampu Route to  ALLAH SWT, dapat kami kemukakan sebagai berikut : 


A. DILINDUNGI dari GANGGUAN SYAITAN


Syaitan adalah salah satu makhluk Ghaib yang diciptakan oleh ALLAH SWT sebelum Nabi Adam a.s diciptakan. Syaitan sebelum Nabi Adam as, diciptakan juga merupakan Malaikat ALLAH SWT seperti halnya Iblis dan  Jin yang selalu melakukan tasbih dan tahmid kepada ALLAH SWT. Syaitan pada dasarnya sama dengan Iblis akan tetapi yang membedakan mereka adalah perilakunya masing-masing.


Untuk memudahkan pengertian tentang Syaitan, berikut ini akan kami kemukakan sebuah ilustrasi sebagai berikut: Di dalam kehidupan sehari-hari kita sering melihat tindakan manusia yang mengambil barang milik orang lain. Seorang dikatakan sebagai pencopet jika ia mengambil barang milik orang lain melalui keahliannya mempergunakan jari merogoh kantung ataupun tas orang lain tanpa melalui kekerasan. Lain halnya dengan perampok atau begal, dia melakukan tindakan mengambil barang orang lain melalui cara-cara kekerasan dan kalau perlu mencelakakan orang yang dirampoknya. Maling juga melakukan tindakan yang sama akan tetapi cara yang dilakukannya melalui mencongkel jendela ataupun pintu rumah disaat penghuni lengah ataupun di saat terlelap tidur. Copet, Begal, Perampok, Maling semuanya adalah pelaku kriminal akan tetapi yang membedakan adalah tata cara mengambil barang milik orang lain. Demikian pula dengan Syaitan dan Iblis, keduanya adalah makhluk ghaib yang sama-sama diciptakan oleh ALLAH SWT, yang membedakan keduanya adalah cara dan tindakan yang dilakukan oleh mereka. Iblis dinamakan demikian dikarenakan kenekatannya yang berani menantang perintah ALLAH SWT untuk sujud kepada Nabi Adam a.s. sedangkan Syaitan dinamakan demikian dikarenakan perbuatannya yang selalu membisiki atau selalu merayu manusia dalam rangka menjerumuskan manusia ke lembah kenistaan.


Sekarang Iblis beserta anak dan keturunannya yang telah diusir dari Syurga telah memiliki kewenangan yang tidak dapat kita ganggu gugat lagi apalagi kita batalkan oleh sebab apapun juga, yaitu Iblis beserta keturunannya diperbolehkan untuk mengganggu dan menggoda keimanan dari setiap manusia sampai hari kiamat, Iblis diperbolehkan mencari pengikut, Iblis diperbolehkan mencari teman yang akan dibawa ke Kampung Kesengsaraan dan Kebinasaan, Iblis ditetapkan sebagai Musuh utama manusia. Selanjutnya Iblis yang telah mengantongi izin dari ALLAH SWT, pasti akan melaksanakan kewenangan yang dimilikinya. Iblis sebagai makhluk yang ghaib yang juga merupakan Musuh utama bagi manusia, pasti akan menjatuhkan harkat dan martabat manusia atau Iblis pasti akan menjadikan manusia sebagai pengikutnya atau dapat dipastikan Iblis tidak akan menolong manusia sedikitpun.


Iblis sebagai makhluk yang tidak dapat dilihat oleh manusia, tentunya Iblis tidak akan berhasil melaksanakan kewenangan yang dimilikinya jika ia melaksanakannya dengan memakai konsep seperti di saat membangkang perintah ALLAH SWT. Iblis akan gagal melaksanakan apa yang di inginkannya jika tetap mempertahankan kenekatannya di dalam menjerumuskan manusia sebab apa yang dilakukan oleh Iblis tidak akan terlihat oleh manusia, atau tidak akan menjadikan manusia takut kepada Iblis (ingat di waktu Iblis membangkang perintah ALLAH SWT kejadiannya masih di Syurga dimana pada saat itu antara ALLAH SWT dengan Iblis dapat berkomunikasi dengan langsung dan mungkin Iblis masih bisa melihat langsung  ALLAH SWT.


Sedangkan pada saat di dunia Iblis dapat melihat manusia sedangkan manusia tidak dapat melihat Iblis dan keduanya tidak dapat berkomunikasi secara langsung). Adanya perbedaan tempat dan saat terjadinya peristiwa pembangkangan Iblis terhadap perintah ALLAH SWT dengan dimulainya permusuhan abadi antara manusia dengan Iblis, disinilah Syaitan mulai berperan aktif menggantikan posisi Iblis untuk mengganggu dan menggoda keimanan manusia. Untuk itu Syaitan melakukan cara dan pendekatan yang berbeda dengan apa yang Iblis lakukan kepada ALLAH SWT. Syaitan menjerumuskan manusia melalui cara-cara yang halus yaitu melalui bisikan-bisikan, melalui rayuan-rayuan sehingga manusia tanpa sadar melakukan tindakan yang mencelakakan dirinya atau menjerumuskan dirinya sendiri ke lembah dosa. Syaitan melakukan serangan kepada manusia melalui seluruh penjuru mata angin, melalui harta, melalui anak, melalui jabatan, melalui suami atau istri, melalui makanan dan minuman, melalui aliran darah, melalui pendidikan, melalui perilaku, melalui kedudukan, melalui pangkat, melalui apapun juga sepanjang dapat dimasuki dan dapat dipengaruhi baik langsung maupun tidak langsung. Banyaknya jalan, methode, cara  yang dapat dilakukan  oleh Syaitan untuk menjerumuskan manusia ke dalam lembah kenistaan, maka Syaitanpun  mempunyai perilaku yang berbeda-beda.


Untuk menambah wawasan tentang perilaku dan perbuatan Syaitan, berikut ini akan kami kemukakan tentang anak dan keturunan Syaitan yang sampai saat ini masih ada bersama diri kita. Untuk itu mari kita perhatian apa yang dikemukakan oleh UMAR bin KHATHTHAB r.a di dalam sebuah riwayat, beliau menerangkan bahwa anak keturunan  syaitan itu ada Sembilan, yaitu:

1.    Zalitun  adalah  syaitan yang  bertugas menggoda  pasar dalam transaksi jual beli dengan menyuruh untuk melakukan kedustaan, penipuan, memuji-muji barang dagangan, mencurangi timbangan/takaran, dan bersumpah palsu.

2.   Watsin adalah syaitan yang bertugas menggoda manusia yang tertimpa musibah agar tidak bersabar sehingga yang bersangkutan berteriak histeris, menampar-nampar pipi dan sebagainya.

3.      A’wan adalah syaitan yang bertugas menggoda para penguasa untuk bertindak zhalim.

4.      Haffal adalah syaitan yang bertugas membujuk dan menggoda orang untuk meneguk minuman keras.

5.    Murrah adalah syaitan yang bertugas menggoda orang agar asyik bermain seruling atau alat musik berikut nyanyiannya.

6.      Laqus adala syaitan yang bertugas menggoda orang untuk menyembah api.

7.      Masuth adalah syaitan yang bertugas menyebarkan berita-berita dusta lewat lisan manusia sehingga tidak bisa diketemukan berita yang sebenarnya.

8.  Dasim adalah syaitan yang berada dalam rumah, jika seseorang tidak mengucapkan salam sewaktu memasuki rumahnya dan tidak pernah  menyebut nama ALLAH SWT di dalamnya, maka syaitan tersebut akan menimbulkan perselisihan sehingga  akan terjadi thalaq, khulu’, dan pemukulan. Singkatnya syaitan ini selalu ingin menciptakan ketidakharmonisan di dalam rumah tangga.

9.      Walhan adalah syaitan yang bertugas menggoda dan mengacaukan manusia dalam berwudhu’, shalat dan dalam ibadah-ibadah lain. 


Selanjutnya Syaitan diciptakan oleh ALLAH SWT bukanlah tanpa maksud dan tujuan tertentu. Syaitan diciptakan tentunya sudah ada di dalam kebesaran dan kekuatan serta kehebatan Ilmu  ALLAH SWT sehingga keberadaan Syaitan sudah di dalam Rencana ALLAH SWT. Adanya kondisi ini dapat dikatakan keberadaan Syaitan sudah ada di dalam penguasaan dan pengawasan ALLAH SWT sehingga hanya ALLAH SWT sajalah yang paling mengerti, hanya ALLAH SWT sajalah yang paling tahu, hanya ALLAH SWT sajalah yang paling ahli tentang Syaitan. Jika ini keadaannya berarti hanya kepada ALLAH SWT sajalah kita meminta pertolongan untuk mengalahkan Syaitan.


Syaitan sejak diusir oleh ALLAH SWT dari  Syurga sampai dengan hari kiamat kelak, hanya memiliki satu pekerjaan tetap yaitu menjerumuskan manusia menuju jalan yang sesat melalui bujukan, rayuan, gangguan serta tipu daya. Dan jika Syaitan itu  lihai serta profesional di dalam menjalankan aksinya serta tidak mudah untuk mengatakan kalah, hal ini memang sudah sewajarnya terjadi serta memang hal ini sudah direstui oleh ALLAH SWT. Bisakah diri kita terhindar dari segala bujukan, tipu daya, hasutan, iming-iming, gangguan, yang berasal dari Syaitan? Setiap manusia, siapapun orangnya, apapun kedudukannya, apapun jabatannya, apakah laki-laki, apakah perempuan, apakah tua, apakah muda, apakah kaya, apakah miskin, tanpa terkecuali termasuk di dalamnya diri kita, semuanya dapat dipastikan akan diganggu, akan digoda, akan digelincirkan ke jalan yang sesat, oleh Syaitan sang laknatullah. Adanya kondisi seperti ini maka tidak ada jalan lain bagi diri kita untuk memiliki Ilmu tentang Syaitan sebagai modal dasar bagi diri kita untuk menghadapi, untuk mengalahkan Syaitan sebagai musuh utama diri kita.


Sekarang sudahkah kita memiliki Ilmu tentang Syaitan? Dalam kehidupan sehari-hari atau dalam sebuah peperangan, bagaimana kita akan dapat mengalahkan musuh, jika kita tidak tahu tentang musuh yang akan kita hadapi. Adanya Ilmu tentang Syaitan maka kita akan mengetahui kelemahan dan kekuatan yang dimiliki oleh Syaitan di dalam mengalahkan dan mempengaruhi musuh-musuhnya sehingga kita tahu dan mengerti cara untuk mengalahkan Syaitan.Dan jika ini adalah kondisi dasar di dalam menghadapi musuh, berarti mulai saat ini kita harus memiliki Ilmu tentang musuh abadi diri kita, yaitu Ilmu tentang Syaitan sang laknatullah, jika kita ingin menjadi pemenang dan menjadikan Syaitan sebagai pecundang.


Timbul pertanyaan kepada siapakah kita harus belajar tentang Syaitan? Seperti kita ketahui bersama keberadaan Syaitan tidak terlepas dari adanya Kehendak, Kemampuan dan Ilmu yang dimiliki ALLAH SWT secara bersamaan. Jika ini adalah kondisi dasar dari keberadaan Syaitan  berarti hanya ALLAH SWTlah Yang Maha Ahli, Yang Maha Tahu, Yang Maha Mengerti tentang keberadaan Syaiatn termasuk di dalamnya tentang kekuatan dan kelemahan Syaitan. Adanya kondisi seperti ini berarti Hanya kepada ALLAH SWT sajalah kita mempelajari tentang keberadaan Syaitan. Sehingga Hanya ALLAH SWT sajalah yang mampu mengalahkan dan menghancurkan Syaitan dan juga hanya kepada ALLAH SWT sajalah kita berlindung dari gangguan Syaitan. Selain dari pada itu setelah kita tahu, mengerti dan juga memiliki llmu tentang Syaitan, jangan pernah jadikan Syaitan sebagai Teman saat menjadi KHALIFAH di muka bumi. Jangan pernah pula menjadikan Syaitan sebagai Komandan, sebagai Penasehat, sebagai Pimpinan saat diri kita melaksanakan tugas sebagai KHALIFAH di muka bumi. Sekarang sudahkah kita memiliki Ilmu tentang Syaitan yang sesuai dengan kehendak ALLAH SWT?   


Timbul pertanyaan, bisakah kita mengalahkan gangguan, godaan yang dilancarkan oleh Syaitan seorang diri tanpa bantuan siapapun, dimana jumlah Syaitan yang kita hadapi sudah melebihi dari jumlah manusia? Sepanjang hayat masih dikandung badan, maka sepanjang itu pula Syaitan akan mengganggu, dan menggoda diri kita, sehingga kita tidak akan mungkin bisa menghindar dari gangguan dan godaan Syaitan. Untuk itu jika kita berkeinginan untuk mengalahkan gangguan dan godaan Syaitan maka harus kepada ALLAH SWT saja kita meminta bantuan dan pertolongan. Timbul pertanyaan, atas dasar apakah kita meminta bantuan dan pertolongan ALLAH SWT? ALLAH SWT adalah pencipta Syaitan, dan jika ALLAH SWT adalah pencipta Syaitan berarti ALLAH SWT sajalah yang paling tahu, yang paling mengerti, yang paling ahli tentang Syaitan. Dan jika sekarang kita meminta bantuan, dan pertolongan dari ALLAH SWT untuk mengalahkan Syaitan memang sudah seharusnya kita berbuat seperti itu.


Syaitan adalah Musuh bagi diri kita, sebagai musuh, Syaitan  pasti berusaha untuk menjatuhkan diri kita, Syaitan pasti berusaha untuk menjelek-jelekkan diri kita, Syaitan pasti berusaha memprovokasi diri kita serta Syaitan pasti berusaha supaya diri kita mau mengikuti jejak dan langkahnya, atau Syaitan akan berupaya untuk menjadikan diri kita sebagai pengikutnya. Sekarang jika diri kita ingin selamat ataupun ingin menang dari musuh, maka kita harus mengetahui atau kita harus memiliki ilmu tentang Musuh. Adanya Ilmu tentang Musuh maka kita akan mengetahui pola berfikir musuh atau kita harus mengetahui pola bertindak dari musuh. Adanya informasi ini akan memudahkan diri kita melakukan tindakan balasan, tindakan preventif, yang akan mengakibatkan musuh kita tidak dapat berkutik atau tidak dapat berbuat macam-macam kepada diri kita. Kondisi inilah yang akan kita hadapi sewaktu menjalankan tugas sebagai KHALIFAH di muka bumi. Agar diri kita dapat terhindar dari pengaruh, bujukan, rayuan, tipu daya Syaitan, apa yang harus kita lakukan?  


Sesungguhnya syaitan itu tidak ada kekuasaanNya atas orang-orang yang beriman dan bertawakkal kepada Tuhannya.
Sesungguhnya kekuasaanNya (syaitan) hanyalah atas orang-orang yang mengambilnya Jadi pemimpin dan atas orang-orang yang mempersekutukannya dengan Allah.
(surat An Nahl (16) ayat 99-100)


ALLAH SWT melalui surat An Nahl (16) ayat 99-100 di atas ini menerangkan bahwa Syaitan tidak memiliki kemampuan, apapun, atau Syaitan tidak akan bisa mengganggu dan menggoda orang yang beriman kepada ALLAH SWT dan juga kepada orang yang bertawakkal kepada ALLAH SWT. Adanya kondisi ini berarti Iman, Yakin yang dibarengi Tawakkal  kepada ALLAH SWT merupakan Senjata Ampuh untuk menjadikan Syaitan sebagai Pecundang dan menjadikan diri kita sebagai pemenang atau yang mengakibatkan Syaitan tidak mampu menjalankan aksinya untuk menggoda, untuk merayu, untuk menipu  diri kita  ke jalan yang sesat.


Sebagai KHALIFAH di muka bumi, kami berharap jangan sampai diri kita termasuk orang-orang yang ingin terhindar dari gangguan Syaitan namun  mempergunakan methode dan jalan yang paling disukai oleh Syaitan, atau jangan sampai diri kita bermaksud terhindar dari gangguan Syaitan namun jalannya justru yang  paling dibenci oleh ALLAH SWT.Selain daripada itu, masih ada hal lainnya yang harus kita perhatikan yaitu jarak antara kemahaan dan kebesaran ALLAH SWT  kepada diri kita lebih dekat atau bahkan diri kita sudah tidak bisa dipisahkan dengan kebesaran dan kemahaan ALLAH SWT dibandingkan posisi diri kita kepada Syaitan. Adanya kondisi ini berarti antara diri kita dengan Syaitan masih memiliki Jarak sedangkan kepada ALLAH SWT sudah tidak berjarak sepanjang diri kita tidak melepaskan diri dari ALLAH SWT.


Selanjutnya jika posisi ALLAH SWT lebih dekat kepada diri kita, kenapa harus kepada Syaitan kita melapor, kenapa harus kepada Syaitan kita berlindung, kenapa kepada Syaitan kita mengadu, kenapa harus Syaitan yang kita jadikan konsultan, padahal ALLAH SWT sudah bersama diri kita? Mudah-mudahan diri kita mampu mengatasi Syaitan baik dalam wujud aslinya maupun yang sudah berubah wujud menjadi manusia, atau manusia itu sendiri yang telah berubah wujud menjadi Syaitan, melalui bantuan dan pertolongan ALLAH SWT yang pada akhirnya dapat menghantarkan diri kita menjadi Pemenang dan Syaitan menjadi Pecundang.



B. Diberi Petunjuk oleh ALLAH SWT


Jika saat ini kita masih hidup di muka bumi ini, berarti saat ini kita sedang menghadapi Ahwa yang membawa Nilai-Nilai Keburukan (sedang terjadi perang melawan Ahwa) dan juga perang melawan Syaitan. Jika Ahwa dan Syaitan mampu mengalahkan diri kita, jiwa kita masuk dalam kategori jiwa Fujur sehingga kita berada  diluar koridor Nilai-Nilai Ilahiah. Dan jika saat ini kita sedang hidup di muka bumi berarti kita juga sedang menghadapi problematika hidup, kita sedang bekerja, kita sedang berusaha membeli tiket masuk Syurga, atau tiket masuk Neraka, kita juga sedang berhadapan dengan calon penghuni Neraka dan juga calon penghuni Syurga serta kita juga harus bisa menjadikan diri kita yang sesungguhnya adalah Ruhani, atau kita harus bisa menjadikan diri kita berada di dalam Jiwa Taqwa ditengah gempuran Ahwa dan Syaitan.



Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, mereka diberi petunjuk oleh Tuhan mereka karena keimanannya[670], di bawah mereka mengalir sungai- sungai di dalam syurga yang penuh kenikmatan.
(surat Yunus (10) ayat 9)

[670] Maksudnya: diberi petunjuk oleh Allah untuk mengerjakan amal-amal yang menyampaikan surga.


Sanggupkah kita seorang diri menghadapi itu semua, atau butuhkah diri kita dengan petunjuk, bantuan, pertolongan dari ALLAH SWT sedangkan apa-apa yang kita hadapi sudah ada di dalam Kehendak, Kemampuan dan Ilmu ALLAH SWT?  Jika kita termasuk orang yang telah Tahu Diri, yaitu tahu siapa diri kita dan tahu siapa ALLAH SWT, maka kita tidak akan mungkin bisa seorang diri menghadapi apa-apa yang telah ada di dalam kehendak, kemampuan dan ilmu ALLAH SWT. Dan jika ini adalah keadaannya berarti kita sangat membutuhkan petunjuk, pertolongan dan bantuan dari ALLAH SWT.


Timbul pertanyaan yang mendasar, bagaimana caranya kita memperoleh petunjuk, bimbingan, arahan, pertolongan dari ALLAH SWT? Berdasarkan surat Yunus (10) ayat 9 yang kami kemukakan di atas, untuk memperoleh dan mendapatkan petunjuk dari ALLAH SWT, untuk memperoleh bimbingan ALLAH SWT, untuk memperoleh arahan dari ALLAH SWT, atau agar ALLAH SWT ikut bertanggung jawab di setiap apa yang kita kerjakan, maka kita harus memenuhi Syarat dan Ketentuan yang dikehendaki oleh ALLAH SWT, dalam hal ini adalah mengimani dan meyakini ALLAH SWT yang dibarengi dengan mengerjakan amal shaleh. Sebagai KHALIFAH di muka bumi, pernahkah kita merasakan petunjuk, bimbingan, arahan yang berasal dari ALLAH SWT sewaktu kita melaksanakan tugas sebagai KHALIFAH di muka bumi, atau pernahkah kita mendapatkan sebuah ide, atau sebuah pencerahan setelah kita mendirikan SHALAT yang sesuai dengan kehendak pemberi perintah mendirikan SHALAT?


Apa yang anda rasakan setelah menerima petunjuk, bimbingan, pertolongan, arahan dari ALLAH SWT? Adanya petunjuk, adanya bimbingan, adanya arahan, adanya pencerahan yang kita peroleh dari ALLAH SWT akan membuat diri kita menjadi tenang, atau dapat menghilangkan rasa was-was dan takut dalam diri sehingga membuat diri kita mantap menatap masa depan, akan membuat diri kita semangat untuk menyelesaikan tugas, akan membuat diri kita terbebas dari rasa bersalah atau rasa tertekan serta mampu mengalahkan pengaruh buruk Ahwa dan juga Syaitan. Sekarang pernahkah kita menghitung berapa nilai dari petunjuk, bimbingan, arahan, serta pencerahan yang berasal dari ALLAH SWT? Segala bentuk Kenikmatan bertuhankan kepada   ALLAH SWT yang kita peroleh, yang kita rasakan, dari waktu ke waktu, tidak akan dapat dikuantifikasi, atau tidak dapat diukur dalam bentuk hitungan tertentu apalagi dinilai dalam bentuk mata uang. Hal ini disebabkan karena uang bukanlah segalanya, karena uang tidak bisa membeli segala sesuatu dan juga karena uang bukanlah padanan yang dapat kita gunakan untuk mengukur atas apa-apa yang telah ALLAH SWT berikan kepada diri kita.


WHAT MONEY CAN BUY (MONEY IS NOT EVERYTHING)

A Bed but not Sleep; Books but not Brains;
Food but not Appetite; Finery but not Beauty;
A House but not Home;



Medicine but not Health; Luxuries but not Culture;
Amusement but not Happiness; Religion but not Salvation.
A Clock but not Time; Position but not Resfect


Dan jika sampai apa-apa yang diberikan ALLAH SWT kepada manusia bisa dinilai berarti yang menilai lebih tinggi kedudukannya dibandingkan ALLAH SWT dan hal ini tidak akan mungkin terjadi. Sekarang semuanya terpulang kepada diri kita sendiri, yang pasti  ALLAH SWT tidak butuh dengan diri kita, tetapi kitalah yang sangat membutuhkan apa-apa yang berasal dari  ALLAH SWT.


C. AMAL pasti DIBALAS oleh ALLAH SWT


Hikmah yang akan kita peroleh jika kita mampu Iman dan Yakin kepada ALLAH SWT yang dibarengi dengan berbuat kebaikan adalah seluruh amal kebaikan yang pernah kita perbuat atau kita laksanakan saat menjadi KHALIFAH di muka bumi akan diberi balasan pahala oleh ALLAH SWT. Timbul pertanyaan kepada diri kita, maukah amal perbuatan kita dibalas oleh ALLAH SWT? Mau atau tidaknya perbuatan kita dibalas oleh ALLAH SWT tergantung kepada diri kita sendiri dan yang pasti ALLAH SWT tidak butuh perbuatan baik yang kita lakukan, akan tetapi kitalah yang membutuhkan perbuatan baik. Sekarang apa yang sudah kita lakukan saat menjadi KHALIFAH di muka bumi? Salah satu usaha yang kita laksanakan adalah berusaha untuk melaksanakan dan menjalankan Diinul Islam secara Kaffah, atau berusaha melaksanakan konsep Ilahiah yang diciptakan oleh ALLAH SWT untuk kepentingan diri kita sendiri saat menjadi KHALIFAH di muka bumi. Dan jika saat ini kita melaksanakan Diinul Islam secara Kaffah berarti kita sedang melaksanakan Rukun Iman, Rukun Islam dan Ikhsan secara satu kesatuan yang tidak terpisahkan diantara ketiganya. Lalu apakah hanya itu saja yang kita lakukan saat ini? Saat ini kita juga sedang bekerja, menafkahi keluarga, merawat dan membesarkan serta mendidik anak serta berbuat baik kepada sesama manusia, menuntut ilmu Agama dan juga sedang melawan Ahwa dan juga Syaitan.



Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan-amalan yang saleh, Maka Allah akan memberikan kepada mereka dengan sempurna pahala amalan-amalan mereka; dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim.
(surat Ali Imran (3) ayat 57)


Sesunggunya mereka yang beriman dan beramal saleh, tentulah Kami tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengerjakan amalan(nya) dengan yang baik.
 (surat Al Kahfi (18) ayat 30)


Atas dasar apakah kita melakukan itu semua sehingga kita mau melakukannya dengan bersusah payah? Diri kita melakukan itu semua dalam rangka beribadah kepada ALLAH SWT dan mengharap ALLAH SWT menerima dan memberikan balasan terhadap apa-apa yang kita lakukan. Sekarang adakah Syarat dan Ketentuan yang ALLAH SWT kehendaki agar apa-apa yang kita perbuat diterima  ALLAH SWT sehingga amal kita dibalas oleh ALLAH SWT?


ALLAH SWT melalui surat Ali Imran (3) ayat 57 dan surat Al Kahfi (18) ayat 30  telah  menunjukkan kepada diri kita tentang Syarat dan Ketentuan yang paling dikehendaki ALLAH SWT agar amal dan perbuatan diri kita diterima yaitu kita harus Iman dan Yakin Kepada ALLAH SWT yang dilanjutkan dengan selalu beramal shaleh. Tanpa adanya Iman dan Yakin kepada ALLAH SWT di dalam diri kita dan juga tanpa dibarengi dengan perbuatan baik kepada sesama manusia melalui amal shaleh maka apa-apa yang telah kita perbuat dengan susah payah bisa tidak pernah diterima oleh ALLAH SWT. Berikut ini akan kami kemukakan beberapa hal yang telah kita lakukan dengan susah payah dan kemudian tolong anda bayangkan dengan seksama, yaitu:


1.      Sebagai seorang ibu yang berjuang melahirkan anak dan juga merawat dan membesarkan serta mendidik anak tetapi perjuangan yang mempertaruhkan nyawanya sendiri justru tidak dinilai oleh ALLAH SWT, karena kita tidak mau Iman dan Yakin kepada ALLAH SWT.

2.      Sebagai seorang ayah yang berjuang menafkahi keluarga, berangkat pagi pulang malam, tetapi perjuangan yang dilakukakannya tidak dinilai oleh ALLAH SWT, karena tidak mau mengimani dan meyakini ALLAH SWT.

3.  Sebagai seorang KHALIFAH di muka bumi yang mendirikan  SHALAT, melaksanakan PUASA, menunaikan ZAKAT, pergi HAJI, melaksanakan Qurban, Shadaqah, mengamalkan Ilmu tetapi apa yang kita lakukan semuanya tidak dinilai oleh ALLAH SWT, karena kita tidak mau mengimani dan meyakini ALLAH SWT.


Jika ini yang terjadi pada diri kita maka sia-sia lah perjuangan yang kita lakukan dan artinya tidak ada guna dan manfaat jerih payah yang telah kita lakukan.Selanjutnya agar jerih payah, perjuangan, yang kita lakukan diterima oleh ALLAH SWT tidak ada jalan lain kecuali kita harus memenuhi Syarat dan Ketentuan yang telah ALLAH SWT kehendaki. Untuk itu sudahkah segala perbuatan yang kita lakukan berlandaskan Iman dan Yakin kepada ALLAH SWT serta sudahkah Iman dan Yakin tersebut dibuktikan dengan berbuat Amal Shaleh?


Hal yang harus kita perhatikan dalam permasalahan ini adalah kita harus bisa melaksanakan Iman dan Yakin kepada  ALLAH SWT serta Amal Shaleh secara berbarengen, atau dalam satu kesatuan yang tidak terpisahkan, sebab itu yang dikehendaki oleh ALLAH SWT sesuai dengan surat Ali Imran (3) ayat 57 dan surat  Al Kahfi (18) ayat 30 di atas. Jika saat ini kita merasa apa yang kita perbuat belum memenuhi Syarat dan Ketentuan yang dikehendaki ALLAH SWT maka perbaikilah itu semua di saat Ruh belum berpisah dengan Jasmani karena kita tidak tahu kapan Malaikat Izrail datang kepada diri kita. Apabila kita melakukan perbaikan setelah Ruh tiba dikerongkongan maka tidak ada guna dan manfaat lagi. Untuk itu segeralah memanfaatjab sisa waktu yang ada saat ini dengan sebaik-baiknya. 


D. DOSA diampunkan ALLAH SWT


Saat menjalankan tugas sebagai KHALIFAH di muka bumi, kita akan selalu berusaha untuk melaksanakan segala apa-apa yang telah diperintahkan ALLAH SWT ataupun berusaha untuk jangan sampai berbuat sesuatu hal yang telah dilarang oleh ALLAH SWT. Timbul pertanyaan, mampukah diri kita melaksanakan perintah dan larangan itu semua dengan baik?  Sepanjang diri kita masih terdiri dari Jasmani dan Ruhani berarti Ahwa dan juga Syaitan akan tetap menjadi musuh abadi diri kita. Adanya kondisi ini maka tidak akan mungkin mampu memenuhi segala Syarat dan Ketentuan yang ALLAH SWT kehendaki,dalam hal perintah dan larangan yang berasal ALLAH SWT. Akan tetapi walaupun Ahwa dan Syaitan terus mengganggu diri kita, namun kita harus selalu berupaya dengan kesungguhan hati untuk selalu memenuhi apa-apa yang dikehendaki ALLAH SWT. 

dan orang-orang yang beriman dan beramal saleh, benar-benar akan Kami hapuskan dari mereka dosa-dosa mereka dan benar-benar akan Kami beri mereka Balasan yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan.
(surat Al Ankabuut (29) ayat 7)


Adanya Syarat dan Ketentuan yang tidak dapat kita penuhi akibat Ahwa dan Syaitan, tentu akan mengakibatkan, menimbulkan Dosa dan Kesalahan  pada diri kita dengan segala Resiko yang terdapat di dalamnya. Adanya Dosa dan Kesalahan yang kita lakukan baik sengaja maupun tidak sengaja, akan dapat mengurangi, akan dapat menggagalkan tugas kita sebagai KHALIFAH di muka bumi yang sekaligus Makhluk yang Terhormat. Akibat dosa dan kesalahan yang kita perbuat akan menjauhkan diri kita dengan ALLAH SWT.Agar diri kita terhindar dari Dosa dan Kesalahan, atau diberikannya Fasilitas penghapusan Dosa serta apa yang kita perbuat diberi Balasan oleh ALLAH SWT  lebih baik dari apa-apa yang telah kita perbuat maka kita diwajibkan oleh ALLAH SWT untuk selalu Iman dan Yakin kepada ALLAH SWT  dan selalu beramal shaleh seperti yang telah diamanatkan dalam surat  Al Ankabuut (29) ayat 7 di atas.ALLAH SWT mengamanatkan untuk Iman dan Yakin serta beramal shaleh secara berbarengan maka barulah apa-apa yang dijanjikan oleh ALLAH SWT dalam surat  Al Ankabuut  (29) ayat 7 dapat kita peroleh. Sebagai KHALIFAH di muka bumi, sudahkah kita Iman dan Yakin kepada ALLAH SWT dan juga selalu beramal shaleh yang sesuai dengan Kehendak ALLAH SWT? 


Hamba ALLAH SWT, itulah 4 (empat) Hikmah yang dapat kita peroleh dan rasakan dari Iman dan Yakin kepada ALLAH SWT, yang kesemuanya dapat kita peroleh sepanjang diri kita mau memenuhi segala apa-apa yang dikehendaki ALLAH SWT. Selanjutnya masih banyak hikmah yang dapat kita peroleh dan rasakan setelah kita mampu melaksanakan Iman dan Yakin kepada ALLAH SWT. Berikut ini akan kami kemukakan hal-hal lainnya yang dapat kita peroleh dari hasil kita Iman dan Yakin kepada ALLAH SWT, yaitu:  


a.     Berdasarkan surat Al Kahfi (18) ayat 107 yang kami kemukakan di bawah ini, setiap orang yang Iman dan Yakin kepada ALLAH SWT yang dibarengi dengan Amal Shaleh akan dimasukkan ke dalam Syurga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, atau sebagai makhluk yang terhormat akan pulang ke tempat terhormat dengan cara yang terhormat sepanjang diri kita mau secara terhormat mengakui, menerima dan menjadikan ALLAH SWT sebagai satu-satunya Tuhan yang berhak disembah.


Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal,
(surat Al Kahfi (18) ayat 107)


b.     Berdasarkan surat Al Baqarah (2) ayat 277 yang kami kemukakan di bawah in, setiap orang yang Iman dan Yakin kepada ALLAH SWT yang dibarengi dengan perbuatan Amal Shaleh maka ia Tidak akan Takut dan gelisah atau dihilangkannya penyakit yang ada di dalam rongga dada manusia serta diberi Kebaikan oleh ALLAH SWT.


Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
(surat Al Baqarah (2) ayat 277)



c.       Berdasarkan surat Al Hadiid (57) ayat 28 yang kami kemukakan dibawah ini, setiap orang yang Iman dan Yakin kepada ALLAH SWT akan diberikan rahmat, akan diberikan cahaya untuk berjalan di muka bumi serta ampunan.  


Hai orang-orang yang beriman (kepada Para rasul), bertakwalah kepada Allah dan berimanlah kepada Rasul-Nya, niscaya Allah memberikan rahmat-Nya kepadamu dua bagian, dan menjadikan untukmu cahaya yang dengan cahaya itu kamu dapat berjalan dan Dia mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(surat Al Hadiid (57) ayat 28)



d.      Berdasarkan surat Al Hajj (22) ayat 54 yang kami kemukakan di bawah ini, setiap orang yang Iman dan Yakin kepada ALLAH SWT akan diberi petunjuk kepada jalan yang lurus.


dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini bahwasanya Al Quran Itulah yang hak dari Tuhan-mu lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepadanya dan Sesungguhnya Allah adalah pemberi petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus.
(surat Al Hajj (22) ayat 54)



e.     Berdasarkan surat Al Maaidah (5) ayat 11 yang kami kemukakan di bawah ini, setiap orang yang Iman dan Yakin kepada ALLAH SWT akan diselamatkan dari kejahatan termasuk di dalamnya kita akan dilindungi dari niat jahat atau niat busuk yang dapat merugikan dan membahayakan diri dan keluarga serta anak dan keturunan.


Hai orang-orang yang beriman, ingatlah kamu akan nikmat Allah (yang diberikan-Nya) kepadamu, di waktu suatu kaum bermaksud hendak menggerakkan tangannya kepadamu (untuk berbuat jahat), Maka Allah menahan tangan mereka dari kamu. Dan bertakwalah kepada Allah, dan hanya kepada Allah sajalah orang-orang mukmin itu harus bertawakkal.
(surat Al Maaidah (5) ayat 11)


f.       Berdasarkan surat At Taubah (9) ayat 88 yang kami kemukakan di bawah ini, setiap orang yang Iman dan Yakin kepada ALLAH SWT akan selalu menang di dalam berjihad di jalan ALLAH SWT, atau akan selalu dimudahkan sewaktu menjalankan tugas, atau selalu diberi jalan keluar di saat mengalami hambatan dalam bertugas.



tetapi Rasul dan orang-orang yang beriman bersama Dia, mereka berjihad dengan harta dan diri mereka. Dan mereka Itulah orang-orang yang memperoleh kebaikan, dan mereka Itulah orang-orang yang beruntung.
(surat At Taubah (9) ayat 88)



g.   Berdasarkan surat Al Baqarah (2) ayat 212 yang kami kemukakan di bawah, setiap orang Iman dan Yakin kepada ALLAH SWT akan dimuliakan oleh ALLAH SWT di hari akhir  serta akan diberikan rezeki tanpa batas oleh ALLAH SWT pada saat menjalankan tugas sebagai KHALIFAH di muka bumi.


kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir, dan mereka memandang hina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang bertakwa itu lebih mulia daripada mereka di hari kiamat. dan Allah memberi rezki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas.
(surat Al Baqarah (2) ayat 212)


h.   Berdasarkan surat Muhammad (47) ayat 13 yang kami kemukakan di bawah ini, setiap orang yang mampu mengimani dan meyakini ALLAH SWT akan diinaungi rahmat ALLAH SWT,   ALLAH SWT menjadi Penolong pertama dalam setiap kesempatan yang kita mintakan kepada ALLAH SWT.


dan betapa banyaknya negeri yang (penduduknya) lebih kuat dari pada (penduduk) negerimu (Muhammad) yang telah mengusirmu itu. Kami telah membinasakan mereka, Maka tidak ada seorang penolongpun bagi mereka.
(surat Muhammad (47) ayat 13)


Sekarang, setelah menjadi KHALIFAH di muka bumi, sudahkah diri kita sesuai dengan Kehendak ALLAH SWT, dalam hal ini adalah menjadi Penguasa di muka bumi seperti yang telah dikemukakan   ALLAH SWT dalam surat An Nuur (24) ayat 55 di bawah ini?


dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh- sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan aku. dan Barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, Maka mereka Itulah orang-orang yang fasik.
(surat An Nuur (24) ayat 55)


Jika diri kita merasa belum sesuai dengan apa yang dikemukakan ALLAH SWT di dalam surat An Nuur (24) ayat 55 berarti ada yang sesuatu yang salah sewaktu kita menjalankan tugas sebagai KHALIFAH di muka bumi. Untuk itu Introspeksilah  diri dengan berkaca kepada diri sendiri (dalam hal ini siapa yang dapat mengenal dirinya pasti dapat mengenal Tuhannya dan barangsiapa yang dapat mengenal Tuhannya maka ia dapat mengenal dirinya sendiri) serta bertaubatlah dengan Taubatan Nasuha sebelum Ruh tiba dikerongkongan jika kita merasa salah dalam berbuat.


Allah pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.
 (surat Al Baqarah (2) ayat 257)


Selain daripada itu, berdasarkan surat  Al Baqarah (2) ayat 257 yang kami kemukakan di atas ini,  ALLAH SWT akan memberikan kepada orang-orang yang beriman dan yakin kepada ALLAH SWT, atau ALLAH SWT akan memberikan kepada orang-orang yang selalu memenuhi apa-apa yang dikehendaki ALLAH SWT berupa suatu keadaan yang dinamakan dengan dikeluarkannya diri kita dari kegelapan dan kekafiran menuju cahaya dan keimanan, atau dikeluarkannya diri kita dari kesusahan dan kemunduran menuju kebahagiaan, atau dikeluarkannya diri kita dari masalah yang membelenggu menuju perubahan yang lebih baik menurut ALLAH SWT serta diberikannya keleluasaan rezeki dari sempit menuju kecukupan, atau Dilindunginya diri kita dari gangguan dan godaan Syaitan yang terkutuk.


Inilah sebahagian yang akan ALLAH SWT berikan kepada hamba-Nya yang sesuai dengan kehendak ALLAH SWT dan yang harus kita perhatikan adalah pengertian dari kegelapan, kekafiran, Cahaya, Keimanan, Kesusahan, Kesuksesan, Masalah yang kita hadapi, Keleluasaan Rezeki, bukan merupakan pengertian dari sisi kita sebagai KHALIFAH di muka bumi. Akan tetapi pengertian yang berasal dari sisi ALLAH SWT. ALLAH SWT mempunyai ukuran tersendiri yang tidak akan mungkin sama dengan ukuran manusia. Adanya ukuran tersendiri dari ALLAH SWT tentu bukan untuk mencelakakan hamba-Nya, akan tetapi justru untuk menyelamatkan hamba-Nya sebab hamba-Nya memperoleh sesuatu yang terbaik dari sisi ALLAH SWT.


Selanjutnya bagaimana dengan orang yang Kafir atau orang yang tidak mau beriman dan yakin kepada ALLAH SWT, apakah mereka akan sama menerima penghargaan dari ALLAH SWT? Kepada orang Kafir, kepada orang yang tidak mau beriman dan yang tidak mau yakin kepada ALLAH SWT mereka akan menerima, hal-hal sebagai berikut: Syaitan dijadikan sebagai Pelindung dan juga Komandan bagi mereka; Dikeluarkannya mereka dari Iman menjadi Kafir; Dijadikannya Neraka Jahannam sebagai tempat kembali. Adanya perbedaan Fasilitas serta Penghargaan yang ALLAH SWT berikan kepada orang yang Iman dan Yakin kepada ALLAH SWT  dengan orang yang Kafir, apa yang harus kita lakukan?


Jika kita beranggapan atau merasa Fasilitas dan Penghargaan kepada orang yang Kafir lebih baik dan lebih terhormat dibandingkan dengan Fasilitas dan Penghargaan kepada orang yang beriman, maka lakukanlah secara mantap dan terkendali, tidak putus-putus dari waktu ke waktu tanpa kenal lelah yaitu Jangan pernah beriman kepada  ALLAH SWT atau jangan pernah memenuhi segala yang dikehendaki oleh ALLAH SWT. Cara dan methode yang kami kemukakan di atas ini merupakan cara yang paling Mudah, Murah, Sederhana dan yang sangat di idam-idam oleh Syaitan serta yang dapat menghantarkan diri kita Neraka Jahannam. Akan tetapi jika kita ingin pulang kampung ke Syurga  untuk bertemu dengan ALLAH SWT caranya juga mudah dan murah yaitu lakukanlah Iman dan Yakin kepada ALLAH SWT sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh ALLAH SWT dengan melaksanakan Diinul Islam secara Kaffah serta selau beramal shaleh. Cara yang kami kemukakan ini, merupakan cara yang dikehendaki oleh ALLAH SWT, namun sangat dibenci oleh Syaitan, silahkan anda memilih sendiri mana yang paling kita suka.    


Sebagai KHALIFAH yang telah memperoleh hikmah di balik Route to ALLAH SWT, sebagai KHALIFAH yang telah merasakan Nikmatnya bertuhankan kepada ALLAH SWT.Timbul pertanyaan apakah seluruh KHALIFAH yang ada di muka bumi ini mampu merasakan hal yang sama dengan diri kita? Sepanjang KHALIFAH yang ada di muka bumi ini mau melaksanakan apa-apa yang dikehendaki oleh ALLAH SWT maka mereka pun dapat menikmati hal yang sama dengan diri kita. Hal yang harus kita perhatikan dengan benar adalah Hikmah dibalik Route to ALLAH SWT, atau Kenikmatan dari bertuhankan kepada ALLAH SWT yang kita peroleh :


a.      Tidak dapat diwariskan kepada siapapun juga termasuk kepada Anak dan Keturunan kita sendiri dengan cara apapun juga.

b.    Tidak dapat dipindahtangankan atau ditransfer kepada siapapun juga termasuk kepada Anak dan Keturunan kita sendiri.

c.       Tidak bisa diperjualbelikan atau diperdagangkan oleh sebab apapun juga.

d.  Rasa dari Hikmah atau kenikmatan dari bertuhankan kepada ALLAH SWT tidaklah sama bentuknya, sehingga masing-masing diri akan merasakan rasa  yang berbeda-beda serta tidak bisa berulang-ulang dirasakan.

e.   Kenikmatan bertuhankan kepada ALLAH SWT (seperti maunah atau karomah) akan di bawa pulang ke alam barzah oleh pemiliknya, sehingga tidak akan mungkin berkeliaran di muka bumi bersama Jasmani yang telah dikubur.


Sekarang apa yang harus kita perbuat kepada orang lain, atau kepada anak keturunan kita sendiri setelah merasakan hikmah dari route to ALLAH SWT atau merasakan nikmatnya bertuhankan kepada ALLAH SWT? Setelah memperoleh dan merasakan langsung hikmah dan kenikmatan dari bertuhankan kepada ALLAH SWT, kita hanya dapat memberitahukan, kita hanya dapat menginformasikan, kepada sesama manusia, kepada anak dan keturunan kita sendiri, jika ingin memperoleh dan merasakan kenikmatan dari bertuhankan kepada ALLAH SWT lakukanlah mulai saat ini juga apa-apa yang dikehendaki oleh ALLAH SWT.


Sepanjang orang yang telah diberitahu mau melaksanakan seperti apa yang kita laksanakan maka iapun akan dapat merasakan hikmah dan kenikmatan bertuhankan kepada  ALLAH SWT. Akan tetapi jika yang diberitahukan tidak mau menerima, tidak mau melaksanakan apa-apa yang dikehendaki oleh ALLAH SWT, jangan pernah berharap merasakan hikmah dan kenikmatan bertuhankan kepada ALLAH SWT.Sekarang, apakah cukup hanya sekali saja atau hanya sesekali saja kita memperoleh dan merasakan hikmah dan kenikmatan bertuhankan kepada ALLAH SWT?


Hikmah dan Kenikmatan bertuhankan kepada ALLAH SWT dapat kita nikmati berulang-ulang dari waktu ke waktu selama Hayat masih dikandung Badan selama diri kita selalu terus berkesesuaian dengan Kehendak ALLAH SWT. Jika diri kita hanya menginginkan hanya sekali saja atau hanya sesekali saja ingin merasakan hikmah dan kenikmatan bertuhankan ALLAH SWT berarti ada yang salah di dalam diri kita. Untuk lihatlah diri kita yang begitu sering merasakan nikmatnya sambal lado tanpa ada kapoknya walaupun sambal lado itu pedas rasanya. Jika kepada sambal lado saja kita mampu berulang-ulang menikmatinya, lalu kenapa untuk merasakan nikmatnya bertuhankan ALLAH SWT justru kita batasi hanya sekali atau sesekali saja? Sebagai KHALIFAH di muka bumi tentu kita sangat membutuhkan  ALLAH SWT dari waktu ke waktu dan jika ini keadaannya maka merasakan nikmatnya bertuhankan kepada ALLAH SWT harus dapat kita peroleh dari waktu ke waktu pula selama Ruhani belum berpisah dengan Jasmani.  


Jika kita termasuk orang yang telah merasakan hikmah dan kenikmatan bertuhankan kepada ALLAH SWT, bolehkah diri kita merasa lebih tinggi, atau merasa paling baik dibandingkan dengan KHALIFAH ALLAH SWT yang lainnya sehingga kita sajalah yang berhak atas Syurga ALLAH SWT? Jika diri kita termasuk orang yang telah tahu diri  yaitu tahu siapa diri kita sebenarnya dan tahu siapa ALLAH SWT sebenarnya maka dengan merasakan hikmah dan kenikmatan bertuhankan ALLAH SWT, tidak akan pernah menjadikan diri kita berubah menjadi Inisiator, berubah menjadi Pencipta, berubah menjadi Pemilik dari langit dan bumi beserta isinya serta mampu mensejajarkan diri dengan ALLAH SWT.


Dengan merasakan hikmah dan kenikmatan bertuhankan kepada  ALLAH SWT  kondisi dasar diri kita tetaplah sama yaitu sebagai :

a.      Makhluk yang keberadaannya tetap dikarenakan adanya Kehendak, Kemampuan dan Ilmu ALLAH SWT di dalam menciptakan Kekhalifahan di muka bumi.
b.  Makhluk yang diciptakan oleh ALLAH SWT yang tidak memiliki apapun juga dibandingkan ALLAH SWT.
c.   Makhluk yang sedang menumpang, makhluk yang sedang menjadi tamu di langit dan di bumi ALLAH SWT serta makhluk yang harus mentaati segala aturan,segala undang-undang ALLAH SWT.
d.      Makhluk yang tidak dapat menciptakan Ruh, Amanah 7, Akal, Perasaan, dan Hubbul untuk dirinya sendiri dan selamanya hanyalah Pengguna yang akan dimintakan pertanggung jawabannya kelak dikemudian hari.
e.    Makhluk yang tidak memiliki kemampuan untuk menciptakan langit dan bumi, air, udara,gunung, hujan dan organ tubuh dirinya sendiri.
f.    Makhluk yang seharusnya tetap bertasbih dan bermunajat kepada ALLAH SWT dari waktu ke waktu seperti bertasbih dan bermunajatnya langit, bumi, gunung, hewan, air, udara, tumbuhan kepada ALLAH SWT.


Sekarang bagaimana kondisi orang Kafir yang tidak mau beriman kepada ALLAH SWT, apakah kondisinya sama dengan orang yang mengimani dan meyakini ALLAH SWT ataukah berbeda dengan orang yang mengimani dan meyakini ALLAH SWT jika ditinjau dari 6 (enam) hal yang kami kemukakan di atas? Kondisi orang kafir dibandingkan dengan kondisi orang yang mengimani dan meyakini ALLAH SWT, tidak ada bedanya, karena: 

a.    Semuanya adalah makhluk yang keberadaannya ada karena  adanya Kehendak, Kemampuan dan Ilmu ALLAH SWT di dalam menciptakan Kekhalifahan di muka bumi.
b.    Semuanya adalah makhluk yang sama-sama diciptakan oleh ALLAH SWT yang tidak memiliki apapun juga dibandingkan ALLAH SWT.
c.   Semuanya  adalah  makhluk  yang  sama-sama sedang menumpang, makhluk yang sama-sama sedang menjadi tamu di langit dan di bumi ALLAH SWT serta makhluk yang harus mentaati segala aturan, segala undang-undang ALLAH SWT yang berlaku di muka bumi.
d.   Semuanya adalah makhluk yang tidak dapat menciptakan Ruh, Amanah 7, Akal, Perasaan, dan Hubbul untuk dirinya sendiri dan selamanya hanyalah Pengguna yang akan dimintakan pertanggungjawabannya kelah dikemudian hari.
e.  Semuanya adalah makhluk yang tidak memiliki kemampuan untuk menciptakan langit dan bumi, air, udara,gunung, hujan dan organ tubuh dirinya sendiri.
f.   Semuanya adalah makhluk yang seharusnya tetap bertasbih dan bermunajat kepada ALLAH SWT dari waktu ke waktu seperti bertasbih dan bermunajatnya langit, bumi, gunung, hewan, tumbuhan kepada ALLAH SWT.


Adanya kondisi ini, lalu patut dan pantaskah kita yang telah merasakan hikmah dan kenikmatan bertuhankan kepada ALLAH SWT, atau yang telah menyatakan Beriman dan Meyakini ALLAH SWT lalu melecehkan sesama Makhluk yang kondisinya sama dengan diri kita dengan mengatakan hanya diri kitalah yang terbaik dan orang lain itu buruk, atau hanya diri kitalah yang berhak atas Syurga sedangkan orang lain tidak berhak menempati Syurga, atau diri kitalah yang paling sesuai dengan Kehendak  ALLAH SWT sedangkan orang lain itu adalah Kafir? Jika kita termasuk orang yang telah Tahu Diri yaitu tahu siapa diri kita yang sebenarnya dan tahu siapa itu ALLAH SWT yang sebenarnya, jangan pernah sekalipun kita mengambil Hak ALLAH SWT untuk memberikan penilaian kepada sesama KHALIFAH di muka bumi sebab ALLAH SWT lah yang memiliki Hak untuk menilai dan memberikan pahala kepada siapa yang dikehendakinya dan ingat apa yang kita perbuatpun bukan diri kita sendiri yang menilainya, akan tetapi  ALLAH SWT lah yang berhak menilai apa yang kita lakukan.



(yaitu) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Luas ampunanNya. dan Dia lebih mengetahui (tentang keadaan)mu ketika Dia menjadikan kamu dari tanah dan ketika kamu masih janin dalam perut ibumu; Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa.
(surat An Najm (53) ayat 32)


Hal ini diperkuat dengan pernyataan ALLAH SWT bahwa kekhalifahan di muka bumi adalah sebuah permainan dan jika apa yang kita laksanakan adalah suatu permainan maka seorang Pemain tetap menjadi Pemain. Pemain tidak bisa merangkap menjadi Wasit sehingga Pemain tidak mempunyai hak apapun juga untuk menilai dirinya sendiri dan juga menilai pemain lainnya sebab hal itu merupakan kewenangan daripada Wasit. Selanjutnya tahukah diri kita bahwa apa yang telah kita perbuat dan apa yang telah kita lakukan saat menjadi KHALIFAH di muka bumi pasti akan diterima oleh ALLAH SWT?


Kita tidak mempunyai HAK dan kita tidak memiliki pengetahuan sedikitpun, tentang apa yang telah kita perbuat, apa yang telah kita lakukan, apakah sudah sesuai dengan Kehendak ALLAH SWT, kecuali ALLAH SWT itu sendiri yang mengetahuinya. Jika ini kondisinya maka apakah santun, apakah patut dan apakah pantas jika kita berani menilai orang lain, berani mengatakan orang lain, berani menentukan hanya diri kita sajalah yang benar dan orang lain salah, lalu siapakah yang lebih berkuasa di bumi yang dimiliki  dan diciptakan oleh ALLAH SWT, apakah diri kita ataukah           ALLAH SWT? Jika sampai kita melakukan hal-hal yang bukan semestinya kita lakukan berarti kita telah menempatkan ALLAH SWT bukan pada posisi dan kedudukan yang sebenarnya. ALLAH SWT telah kita tempatkan di bawah diri kita sendiri, apakah hal ini mungkin terjadi sedangkan diri kita ada karena Kehendak, Kemampuan dan Ilmu ALLAH SWT?


Jika kita telah Iman dan Yakin kepada ALLAH SWT dan juga telah merasakan nikmatnya bertuhankan ALLAH SWT, jangan pernah lakukan hal-hal yang bukan semestinya kita lakukan. Ciptaan tetaplah Ciptaan, untuk itu kita wajib saling hormat menghormati kepada sesama Ciptaan dan jika kita melihat Ciptaan membutuhkan pertolongan, maka bantulah dengan dasar keimanan kepada ALLAH SWT, terkecuali jika kita ingin pulang kampung ke Neraka Jahannam. Dan ingat seluruh manusia yang telah diciptakan oleh ALLAH SWT memiliki hak hidup yang sama di muka bumi ini, yang membedakan nanti adalah tempat kembalinya, apakah masuk Syurga ataukah masuk Neraka.      


Sebagai Penutup dari bab ini, ketahuilah dengan seksama bahwa ALLAH SWT di dalam melakukan penilaian kepada seluruh umat manusia, termasuk melakukan penilaian kepada diri kita, kepada anak dan keturunan kita, memiliki ketentuan sendiri, yang tentunya sangat berbeda dengan diri kita di waktu menilai seseorang. ALLAH SWT tidak akan pernah mempergunakan parameter penampilah phisik dari Jasmani seseorang untuk menilai seseorang dan juga ALLAH SWT tidak mempergunakan parameter harta kekayaan, pangkat dan kedudukan seseorang di dalam melakukan penilaiaan. Hal ini ALLAH SWT lakukan karena penampilan phisik dan harta, pangkat dan jabatan seseorang bukanlah sesuatu hal yang penting dihadapan ALLAH SWT. Selain daripada itu, sebagai orang yang dinilai oleh ALLAH SWT maka kita tidak bisa menilai diri sendiri, dengan mempergunakan parameter kita sendiri. Hal ini tidak berlaku dihadapan ALLAH SWT karena kita tidak berhak untuk melakukan penilaian baik kepada diri sendiri, apalagi kepada orang lain. Lalu parameter apakah yang dipergunakan oleh ALLAH SWT? 

Parameter yang dipergunakan oleh ALLAH SWT adalah parameter ketaqwaan seseorang kepada ALLAH SWT. Semakin baik ketaqwaan seseorang semakin baik pula penilaian ALLAH SWT kepada orang tersebut, demikian pula sebaliknya. Adanya kondisi penilaian ketaqwaan kepada diri kita, kepada anak dan keturunan kita, maka sudah seharusnya inilah yang kita tampilkan, yang kita tunjukkan, saat diri kita hidup di muka bumi ini yang tidak pernah sekalipun kita ciptakan. Untuk itu sebagai KHALIFAH yang akan dinilai dari ketaqwaannya, sudahkah kita bertaqwa kepada ALLAH SWT saat menjadi KHALIFAH di muka bumi?  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar