Hamba
ALLAH SWT yang selalu dirahmati-Nya
Sebagaimana kita ketahui bersama
bahwa ALLAH SWT adalah Inisiator, Pencipta dan Pemilik dari langit dan bumi
dan ALLAH SWT juga Inisiator, Pencipta
dan Pemilik dari kekhalifahan yang ada di muka bumi ini. Sehingga segala
ketentuan, segala hukum, segala undang-undang yang berlaku di langit dan di
bumi serta yang berlaku pada kekhalifahan yang ada di muka bumi adalah
ketentuan, hukum, undang-undang ALLAH SWT. Lalu siapakah diri kita saat ini?
Berdasarkan kondisi di atas, kita bukanlah Inisiator, Pencipta dan Pemilik dari
langit dan bumi dan juga bukan Inisiator, Pencipta dan Pemilik dari
kekhalifahan yang ada di muka bumi. Dan jika ini kondisi dasar diri kita
berarti saat ini kita bukanlah siapa-siapa, kita ada karena diadakan ALLAH
SWT sebagai KHALIFAH di muka bumi. Lalu sedang apakah kita di langit dan di
bumi ALLAH SWT ini? Saat ini, kita sedang menumpang di langit dan di bumi ALLAH
SWT, atau kita sedang menjadi tamu di langit dan di bumi ALLAH SWT. Lalu
punya apakah kita di langit dan di bumi ALLAH SWT ini? Di langit dan di
bumi ALLAH SWT, kita ini miskin, kita ini tidak memiliki apa-apa, kita ini
hina. Dan jika ini adalah kondisi dasar diri kita di langit dan di bumi ALLAH
SWT, lalu sebagai yang menumpang, atau sebagai tamu di langit dan di bumi, apa
yang harus kita lakukan?
Jika kita ingin diberi predikat sebagai orang yang menumpang
yang tahu diri, atau mau menjadi tamu yang tahu diri, yang tahu adab dan sopan
santun di langit dan di bumi yang tidak pernah kita ciptakan, maka kita harus
menghormati ALLAH SWT selaku tuan rumah, sehingga
kita
tidak bisa seenaknya saja di langit dan di bumi ALLAH SWT, kita harus mentaati,
kita harus melaksanakan segala ketentuan, segala hukum dan segala undang-undang
yang telah ditetapkan oleh ALLAH SWT.
Sekarang diri kita sudah ada di
langit dan di bumi ALLAH SWT dalam rangka menjadi KHALIFAH, lalu yang manakah
diri kita, apakah yang tahu diri, apakah yang mau menghormati ALLAH SWT, apakah
yang mau mematuhi ketentuan, hukum dan undang-undang ALLAH SWT atau apakah yang
tidak tahu diri, sudahlah menumpang lalu ALLAH SWT kita lawan?
Hal yang harus kita ketahui adalah
pilihan yang kita pilih tentu ada konsekuensinya. Jika kita mau menjadi
KHALIFAH yang mampu menyenangkan hati tuan rumah berarti kita akan memperoleh
sesuatu yang menyenangkan dari tuan rumah. Namun jika kita ingin menjadi
KHALIFAH yang tidak tahu diri, berarti bersiap-siaplah menerima ancaman, atau
resiko yang harus kita tanggung saat menjadi KHALIFAH di muka bumi ini.
Di lain sisi ALLAH SWT selaku
Inisiator, Pencipta dan juga Pemilik dari Kekhalifahan di muka bumi, tidak akan
pernah menyianyiakan segala upaya diri kita di dalam melaksanakan tugas sebagai
KHALIFAH di muka bumi, atau ALLAH SWT akan memberikan Hikmah yang terdapat
dibalik Route to ALLAH SWT kepada setiap manusia tanpa terkecuali sepanjang
diri kita selalu berada di dalam kehendak ALLAH SWT (maksudnya adalah ALLAH
SWT akan memberikan hikmah kepada orang yang mampu mengimai dan meyakini ALLAH
SWT sesuai dengan kehendak ALLAH SWT).
Adapun Hikmah yang siap diberikan
ALLAH SWT kepada orang yang mampu Route to
ALLAH SWT, dapat kami kemukakan sebagai berikut :
A. DILINDUNGI dari GANGGUAN SYAITAN
Syaitan
adalah salah satu makhluk Ghaib yang diciptakan oleh ALLAH SWT sebelum Nabi
Adam a.s diciptakan. Syaitan
sebelum Nabi Adam as, diciptakan juga merupakan Malaikat ALLAH SWT seperti
halnya Iblis dan Jin yang selalu
melakukan tasbih dan tahmid kepada ALLAH SWT. Syaitan pada dasarnya sama dengan
Iblis akan tetapi yang membedakan mereka adalah perilakunya masing-masing.
Untuk
memudahkan pengertian tentang Syaitan, berikut ini akan kami kemukakan sebuah
ilustrasi sebagai berikut: Di dalam kehidupan sehari-hari kita sering melihat
tindakan manusia yang mengambil barang milik orang lain. Seorang dikatakan
sebagai pencopet jika ia mengambil barang milik orang lain melalui keahliannya
mempergunakan jari merogoh kantung ataupun tas orang lain tanpa melalui kekerasan.
Lain halnya dengan perampok atau begal, dia melakukan tindakan mengambil barang
orang lain melalui cara-cara kekerasan dan kalau perlu mencelakakan orang yang
dirampoknya. Maling juga melakukan tindakan yang sama akan tetapi cara yang
dilakukannya melalui mencongkel jendela ataupun pintu rumah disaat penghuni
lengah ataupun di saat terlelap tidur. Copet, Begal, Perampok, Maling semuanya
adalah pelaku kriminal akan tetapi yang membedakan adalah tata cara mengambil
barang milik orang lain. Demikian pula dengan Syaitan dan Iblis, keduanya
adalah makhluk ghaib yang sama-sama diciptakan oleh ALLAH SWT, yang membedakan
keduanya adalah cara dan tindakan yang dilakukan oleh mereka. Iblis dinamakan demikian dikarenakan
kenekatannya yang berani menantang perintah ALLAH SWT untuk sujud kepada Nabi
Adam a.s. sedangkan Syaitan dinamakan demikian dikarenakan perbuatannya yang
selalu membisiki atau selalu merayu manusia dalam rangka menjerumuskan
manusia ke lembah kenistaan.
Sekarang
Iblis beserta anak dan keturunannya yang telah diusir dari Syurga telah
memiliki kewenangan yang tidak dapat kita ganggu gugat lagi apalagi kita
batalkan oleh sebab apapun juga, yaitu Iblis beserta keturunannya diperbolehkan
untuk mengganggu dan menggoda keimanan dari setiap manusia sampai hari kiamat,
Iblis diperbolehkan mencari pengikut, Iblis diperbolehkan mencari teman yang
akan dibawa ke Kampung Kesengsaraan dan Kebinasaan, Iblis ditetapkan sebagai
Musuh utama manusia. Selanjutnya Iblis yang telah
mengantongi izin dari ALLAH SWT, pasti akan melaksanakan kewenangan yang
dimilikinya. Iblis sebagai makhluk yang ghaib yang juga merupakan Musuh utama
bagi manusia, pasti akan menjatuhkan harkat dan martabat manusia atau Iblis
pasti akan menjadikan manusia sebagai pengikutnya atau dapat dipastikan Iblis
tidak akan menolong manusia sedikitpun.
Iblis
sebagai makhluk yang tidak dapat dilihat oleh manusia, tentunya Iblis tidak
akan berhasil melaksanakan kewenangan yang dimilikinya jika ia melaksanakannya
dengan memakai konsep seperti di saat membangkang perintah ALLAH SWT. Iblis
akan gagal melaksanakan apa yang di inginkannya jika tetap mempertahankan
kenekatannya di dalam menjerumuskan manusia sebab apa yang dilakukan oleh Iblis
tidak akan terlihat oleh manusia, atau tidak akan menjadikan manusia takut
kepada Iblis (ingat di waktu Iblis membangkang perintah ALLAH SWT kejadiannya
masih di Syurga dimana pada saat itu antara ALLAH SWT dengan Iblis dapat
berkomunikasi dengan langsung dan mungkin Iblis masih bisa melihat
langsung ALLAH SWT.
Sedangkan
pada saat di dunia Iblis dapat melihat manusia sedangkan manusia tidak dapat
melihat Iblis dan keduanya tidak dapat berkomunikasi secara langsung). Adanya perbedaan tempat dan saat terjadinya
peristiwa pembangkangan Iblis terhadap perintah ALLAH SWT dengan dimulainya
permusuhan abadi antara manusia dengan Iblis, disinilah Syaitan mulai berperan
aktif menggantikan posisi Iblis untuk mengganggu dan menggoda keimanan manusia. Untuk itu
Syaitan melakukan cara dan pendekatan yang berbeda dengan apa yang Iblis
lakukan kepada ALLAH SWT. Syaitan
menjerumuskan manusia melalui cara-cara yang halus yaitu melalui
bisikan-bisikan, melalui rayuan-rayuan sehingga manusia tanpa sadar melakukan
tindakan yang mencelakakan dirinya atau menjerumuskan dirinya sendiri ke lembah
dosa. Syaitan melakukan serangan kepada manusia melalui seluruh penjuru mata
angin, melalui harta, melalui anak, melalui jabatan, melalui suami atau istri,
melalui makanan dan minuman, melalui aliran darah, melalui pendidikan, melalui
perilaku, melalui kedudukan, melalui pangkat, melalui apapun juga sepanjang
dapat dimasuki dan dapat dipengaruhi baik langsung maupun tidak langsung.
Banyaknya jalan, methode, cara yang
dapat dilakukan oleh Syaitan untuk
menjerumuskan manusia ke dalam lembah kenistaan, maka Syaitanpun mempunyai perilaku yang berbeda-beda.
Untuk
menambah wawasan tentang perilaku dan perbuatan Syaitan, berikut ini akan kami
kemukakan tentang anak dan keturunan Syaitan yang sampai saat ini masih ada
bersama diri kita. Untuk itu mari kita perhatian apa yang dikemukakan oleh UMAR
bin KHATHTHAB r.a di dalam sebuah riwayat, beliau menerangkan bahwa anak
keturunan syaitan itu ada Sembilan,
yaitu:
1. Zalitun adalah syaitan yang bertugas menggoda pasar dalam transaksi jual beli dengan
menyuruh untuk melakukan kedustaan, penipuan, memuji-muji barang dagangan,
mencurangi timbangan/takaran, dan bersumpah palsu.
2. Watsin adalah
syaitan yang bertugas menggoda manusia yang tertimpa musibah agar tidak bersabar
sehingga yang bersangkutan berteriak histeris, menampar-nampar pipi dan
sebagainya.
3. A’wan adalah
syaitan yang bertugas menggoda para penguasa untuk bertindak zhalim.
4. Haffal adalah
syaitan yang bertugas membujuk dan menggoda orang untuk meneguk minuman keras.
5. Murrah adalah
syaitan yang bertugas menggoda orang agar asyik bermain seruling atau alat
musik berikut nyanyiannya.
6. Laqus adala
syaitan yang bertugas menggoda orang untuk menyembah api.
7. Masuth adalah
syaitan yang bertugas menyebarkan berita-berita dusta lewat lisan manusia
sehingga tidak bisa diketemukan berita yang sebenarnya.
8. Dasim adalah
syaitan yang berada dalam rumah, jika seseorang tidak mengucapkan salam sewaktu
memasuki rumahnya dan tidak pernah
menyebut nama ALLAH SWT di dalamnya, maka syaitan tersebut akan
menimbulkan perselisihan sehingga akan
terjadi thalaq, khulu’, dan pemukulan. Singkatnya syaitan ini selalu ingin
menciptakan ketidakharmonisan di dalam rumah tangga.
9.
Walhan adalah syaitan yang bertugas
menggoda dan mengacaukan manusia dalam berwudhu’, shalat dan dalam
ibadah-ibadah lain.
Selanjutnya Syaitan diciptakan oleh
ALLAH SWT bukanlah tanpa maksud dan tujuan tertentu. Syaitan diciptakan
tentunya sudah ada di dalam kebesaran dan kekuatan serta kehebatan Ilmu ALLAH SWT sehingga keberadaan Syaitan sudah
di dalam Rencana ALLAH SWT. Adanya kondisi ini dapat dikatakan keberadaan
Syaitan sudah ada di dalam penguasaan dan pengawasan ALLAH SWT sehingga hanya
ALLAH SWT sajalah yang paling mengerti, hanya ALLAH SWT sajalah yang paling
tahu, hanya ALLAH SWT sajalah yang paling ahli tentang Syaitan. Jika ini
keadaannya berarti hanya kepada ALLAH SWT sajalah kita meminta pertolongan
untuk mengalahkan Syaitan.
Syaitan sejak diusir oleh ALLAH SWT
dari Syurga sampai dengan hari kiamat
kelak, hanya memiliki satu pekerjaan tetap yaitu menjerumuskan manusia menuju
jalan yang sesat melalui bujukan, rayuan, gangguan serta tipu daya. Dan jika
Syaitan itu lihai serta profesional di
dalam menjalankan aksinya serta tidak mudah untuk mengatakan kalah, hal ini
memang sudah sewajarnya terjadi serta memang hal ini sudah direstui oleh ALLAH
SWT. Bisakah diri kita terhindar dari segala bujukan, tipu daya, hasutan,
iming-iming, gangguan, yang berasal dari Syaitan? Setiap manusia, siapapun
orangnya, apapun kedudukannya, apapun jabatannya, apakah laki-laki, apakah perempuan,
apakah tua, apakah muda, apakah kaya, apakah miskin, tanpa terkecuali termasuk
di dalamnya diri kita, semuanya dapat dipastikan akan diganggu, akan digoda,
akan digelincirkan ke jalan yang sesat, oleh Syaitan sang laknatullah. Adanya kondisi seperti ini maka
tidak ada jalan lain bagi diri kita untuk memiliki Ilmu tentang Syaitan sebagai
modal dasar bagi diri kita untuk menghadapi, untuk mengalahkan Syaitan sebagai
musuh utama diri kita.
Sekarang sudahkah kita memiliki Ilmu tentang Syaitan? Dalam
kehidupan sehari-hari atau dalam sebuah peperangan, bagaimana kita akan dapat
mengalahkan musuh, jika kita tidak tahu tentang musuh yang akan kita hadapi.
Adanya Ilmu tentang Syaitan maka kita akan mengetahui kelemahan dan kekuatan
yang dimiliki oleh Syaitan di dalam mengalahkan dan mempengaruhi musuh-musuhnya
sehingga kita tahu dan mengerti cara untuk mengalahkan Syaitan.Dan jika ini
adalah kondisi dasar di dalam menghadapi musuh, berarti mulai saat ini kita
harus memiliki Ilmu tentang musuh abadi diri kita, yaitu Ilmu tentang Syaitan
sang laknatullah, jika kita ingin menjadi pemenang dan menjadikan Syaitan
sebagai pecundang.
Timbul pertanyaan kepada siapakah
kita harus belajar tentang Syaitan? Seperti kita ketahui bersama keberadaan
Syaitan tidak terlepas dari adanya Kehendak, Kemampuan dan Ilmu yang dimiliki
ALLAH SWT secara bersamaan. Jika ini adalah kondisi dasar dari keberadaan
Syaitan berarti hanya ALLAH SWTlah Yang
Maha Ahli, Yang Maha Tahu, Yang Maha Mengerti tentang keberadaan Syaiatn
termasuk di dalamnya tentang kekuatan dan kelemahan Syaitan. Adanya kondisi
seperti ini berarti Hanya kepada ALLAH SWT sajalah kita mempelajari tentang
keberadaan Syaitan. Sehingga Hanya ALLAH SWT sajalah yang mampu mengalahkan dan
menghancurkan Syaitan dan juga hanya kepada ALLAH SWT sajalah kita berlindung
dari gangguan Syaitan. Selain dari pada itu setelah kita tahu, mengerti dan
juga memiliki llmu tentang Syaitan, jangan pernah jadikan Syaitan sebagai Teman
saat menjadi KHALIFAH di muka bumi. Jangan pernah pula menjadikan Syaitan
sebagai Komandan, sebagai Penasehat, sebagai Pimpinan saat diri kita
melaksanakan tugas sebagai KHALIFAH di muka bumi. Sekarang sudahkah kita
memiliki Ilmu tentang Syaitan yang sesuai dengan kehendak ALLAH SWT?
Timbul pertanyaan, bisakah kita mengalahkan gangguan, godaan
yang dilancarkan oleh Syaitan seorang diri tanpa bantuan siapapun, dimana
jumlah Syaitan yang kita hadapi sudah melebihi dari jumlah manusia? Sepanjang
hayat masih dikandung badan, maka sepanjang itu pula Syaitan akan mengganggu,
dan menggoda diri kita, sehingga kita tidak akan mungkin bisa menghindar dari
gangguan dan godaan Syaitan. Untuk itu jika kita berkeinginan untuk
mengalahkan gangguan dan godaan Syaitan maka harus kepada ALLAH SWT saja kita
meminta bantuan dan pertolongan. Timbul pertanyaan, atas dasar apakah kita
meminta bantuan dan pertolongan ALLAH SWT? ALLAH SWT adalah pencipta
Syaitan, dan jika ALLAH SWT adalah pencipta Syaitan berarti ALLAH SWT sajalah
yang paling tahu, yang paling mengerti, yang paling ahli tentang Syaitan.
Dan jika sekarang kita meminta bantuan, dan pertolongan dari ALLAH SWT untuk
mengalahkan Syaitan memang sudah seharusnya kita berbuat seperti itu.
Syaitan
adalah Musuh bagi diri kita, sebagai musuh, Syaitan pasti berusaha untuk menjatuhkan diri kita,
Syaitan pasti berusaha untuk menjelek-jelekkan diri kita, Syaitan pasti
berusaha memprovokasi diri kita serta Syaitan pasti berusaha supaya diri kita mau
mengikuti jejak dan langkahnya, atau Syaitan akan berupaya untuk menjadikan
diri kita sebagai pengikutnya. Sekarang jika diri kita ingin selamat ataupun
ingin menang dari musuh, maka kita harus mengetahui atau kita harus memiliki
ilmu tentang Musuh. Adanya Ilmu tentang Musuh maka kita akan mengetahui pola
berfikir musuh atau kita harus mengetahui pola bertindak dari musuh. Adanya
informasi ini akan memudahkan diri kita melakukan tindakan balasan, tindakan
preventif, yang akan mengakibatkan musuh kita tidak dapat berkutik atau tidak
dapat berbuat macam-macam kepada diri kita. Kondisi inilah yang akan kita
hadapi sewaktu menjalankan tugas sebagai KHALIFAH di muka bumi. Agar diri kita
dapat terhindar dari pengaruh, bujukan, rayuan, tipu daya Syaitan, apa yang
harus kita lakukan?
Sesungguhnya syaitan itu tidak ada kekuasaanNya
atas orang-orang yang beriman dan bertawakkal kepada Tuhannya.
Sesungguhnya kekuasaanNya (syaitan) hanyalah atas
orang-orang yang mengambilnya Jadi pemimpin dan atas orang-orang yang mempersekutukannya
dengan Allah.
(surat
An Nahl (16) ayat 99-100)
ALLAH SWT melalui surat An Nahl
(16) ayat 99-100 di atas ini menerangkan bahwa Syaitan tidak memiliki
kemampuan, apapun, atau Syaitan tidak akan bisa mengganggu dan menggoda orang
yang beriman kepada ALLAH SWT dan juga kepada orang yang bertawakkal kepada
ALLAH SWT. Adanya kondisi ini berarti Iman, Yakin yang dibarengi Tawakkal kepada ALLAH SWT merupakan Senjata Ampuh
untuk menjadikan Syaitan sebagai Pecundang dan menjadikan diri kita sebagai
pemenang atau yang mengakibatkan Syaitan tidak mampu menjalankan aksinya untuk
menggoda, untuk merayu, untuk menipu
diri kita ke jalan yang sesat.
Sebagai KHALIFAH di muka bumi, kami berharap jangan sampai
diri kita termasuk orang-orang yang ingin terhindar dari gangguan Syaitan
namun mempergunakan methode dan jalan
yang paling disukai oleh Syaitan, atau jangan sampai diri kita bermaksud
terhindar dari gangguan Syaitan namun jalannya justru yang paling dibenci oleh ALLAH SWT.Selain
daripada itu, masih ada hal lainnya yang harus kita perhatikan yaitu jarak
antara kemahaan dan kebesaran ALLAH SWT
kepada diri kita lebih dekat atau bahkan diri kita sudah tidak bisa
dipisahkan dengan kebesaran dan kemahaan ALLAH SWT dibandingkan posisi diri
kita kepada Syaitan. Adanya kondisi ini berarti antara diri kita dengan
Syaitan masih memiliki Jarak sedangkan kepada ALLAH SWT sudah tidak berjarak
sepanjang diri kita tidak melepaskan diri dari ALLAH SWT.
Selanjutnya jika posisi ALLAH SWT lebih dekat kepada diri
kita, kenapa harus kepada Syaitan kita melapor, kenapa harus kepada Syaitan
kita berlindung, kenapa kepada Syaitan kita mengadu, kenapa harus Syaitan yang
kita jadikan konsultan, padahal ALLAH SWT sudah bersama diri kita?
Mudah-mudahan diri kita mampu mengatasi Syaitan baik dalam wujud aslinya maupun
yang sudah berubah wujud menjadi manusia, atau manusia itu sendiri yang telah
berubah wujud menjadi Syaitan, melalui bantuan dan pertolongan ALLAH SWT yang
pada akhirnya dapat menghantarkan diri kita menjadi Pemenang dan Syaitan
menjadi Pecundang.
B.
Diberi Petunjuk oleh ALLAH SWT
Jika saat ini kita masih hidup di
muka bumi ini, berarti saat ini kita sedang menghadapi Ahwa yang membawa
Nilai-Nilai Keburukan (sedang terjadi perang melawan Ahwa) dan juga perang
melawan Syaitan. Jika Ahwa dan Syaitan mampu mengalahkan diri kita, jiwa kita
masuk dalam kategori jiwa Fujur sehingga kita berada diluar koridor Nilai-Nilai Ilahiah. Dan
jika saat ini kita sedang hidup di muka bumi berarti kita juga sedang
menghadapi problematika hidup, kita sedang bekerja, kita sedang berusaha
membeli tiket masuk Syurga, atau tiket masuk Neraka, kita juga sedang
berhadapan dengan calon penghuni Neraka dan juga calon penghuni Syurga serta
kita juga harus bisa menjadikan diri kita yang sesungguhnya adalah Ruhani, atau
kita harus bisa menjadikan diri kita berada di dalam Jiwa Taqwa ditengah
gempuran Ahwa dan Syaitan.
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal-amal saleh, mereka diberi petunjuk oleh Tuhan mereka karena
keimanannya[670], di bawah mereka mengalir sungai- sungai di dalam syurga yang penuh
kenikmatan.
(surat
Yunus (10) ayat 9)
[670]
Maksudnya: diberi petunjuk oleh Allah untuk mengerjakan amal-amal yang
menyampaikan surga.
Sanggupkah kita seorang diri
menghadapi itu semua, atau butuhkah diri kita dengan petunjuk, bantuan,
pertolongan dari ALLAH SWT sedangkan apa-apa yang kita hadapi sudah ada di
dalam Kehendak, Kemampuan dan Ilmu ALLAH SWT?
Jika kita termasuk orang yang telah Tahu Diri, yaitu tahu siapa diri
kita dan tahu siapa ALLAH SWT, maka kita tidak akan mungkin bisa seorang diri
menghadapi apa-apa yang telah ada di dalam kehendak, kemampuan dan ilmu ALLAH
SWT. Dan jika ini adalah keadaannya berarti kita sangat membutuhkan petunjuk,
pertolongan dan bantuan dari ALLAH SWT.
Timbul pertanyaan yang mendasar, bagaimana caranya kita memperoleh
petunjuk, bimbingan, arahan, pertolongan dari ALLAH SWT?
Berdasarkan surat Yunus (10) ayat 9 yang kami kemukakan di atas, untuk
memperoleh dan mendapatkan petunjuk dari ALLAH SWT, untuk memperoleh bimbingan
ALLAH SWT, untuk memperoleh arahan dari ALLAH SWT, atau agar ALLAH SWT ikut
bertanggung jawab di setiap apa yang kita kerjakan, maka kita harus memenuhi
Syarat dan Ketentuan yang dikehendaki oleh ALLAH SWT, dalam hal ini adalah
mengimani dan meyakini ALLAH SWT yang dibarengi dengan mengerjakan amal shaleh.
Sebagai KHALIFAH di muka bumi, pernahkah kita merasakan petunjuk, bimbingan,
arahan yang berasal dari ALLAH SWT sewaktu kita melaksanakan tugas sebagai
KHALIFAH di muka bumi, atau pernahkah kita mendapatkan sebuah ide, atau sebuah
pencerahan setelah kita mendirikan SHALAT yang sesuai dengan kehendak pemberi
perintah mendirikan SHALAT?
Apa yang anda rasakan setelah
menerima petunjuk, bimbingan, pertolongan, arahan dari ALLAH SWT? Adanya
petunjuk, adanya bimbingan, adanya arahan, adanya pencerahan yang kita peroleh
dari ALLAH SWT akan membuat diri kita menjadi tenang, atau dapat menghilangkan
rasa was-was dan takut dalam diri sehingga membuat diri kita mantap menatap
masa depan, akan membuat diri kita semangat untuk menyelesaikan tugas, akan membuat
diri kita terbebas dari rasa bersalah atau rasa tertekan serta mampu
mengalahkan pengaruh buruk Ahwa dan juga Syaitan. Sekarang pernahkah kita
menghitung berapa nilai dari petunjuk, bimbingan, arahan, serta pencerahan yang
berasal dari ALLAH SWT? Segala bentuk Kenikmatan bertuhankan kepada ALLAH SWT yang kita peroleh, yang kita
rasakan, dari waktu ke waktu, tidak akan dapat dikuantifikasi, atau tidak dapat
diukur dalam bentuk hitungan tertentu apalagi dinilai dalam bentuk mata uang.
Hal ini disebabkan karena uang bukanlah segalanya, karena uang tidak bisa
membeli segala sesuatu dan juga karena uang bukanlah padanan yang dapat kita
gunakan untuk mengukur atas apa-apa yang telah ALLAH SWT berikan kepada diri
kita.
WHAT
MONEY CAN BUY (MONEY IS NOT EVERYTHING)
A
Bed but not Sleep; Books but not Brains;
Food
but not Appetite; Finery but not Beauty;
A
House but not Home;
Medicine
but not Health; Luxuries but not Culture;
Amusement
but not Happiness; Religion but not Salvation.
A
Clock but not Time; Position but not Resfect
Dan jika sampai apa-apa yang
diberikan ALLAH SWT kepada manusia bisa dinilai berarti yang menilai lebih
tinggi kedudukannya dibandingkan ALLAH SWT dan hal ini tidak akan mungkin
terjadi. Sekarang semuanya terpulang kepada diri kita sendiri, yang
pasti ALLAH SWT tidak butuh dengan diri
kita, tetapi kitalah yang sangat membutuhkan apa-apa yang berasal dari ALLAH SWT.
C. AMAL pasti DIBALAS oleh ALLAH SWT
Hikmah yang akan kita peroleh jika
kita mampu Iman dan Yakin kepada ALLAH SWT yang dibarengi dengan berbuat
kebaikan adalah seluruh amal kebaikan yang pernah kita perbuat atau kita
laksanakan saat menjadi KHALIFAH di muka bumi akan diberi balasan pahala oleh
ALLAH SWT. Timbul pertanyaan kepada diri kita, maukah amal perbuatan kita
dibalas oleh ALLAH SWT? Mau atau tidaknya perbuatan kita dibalas oleh ALLAH
SWT tergantung kepada diri kita sendiri dan yang pasti ALLAH SWT tidak butuh
perbuatan baik yang kita lakukan, akan tetapi kitalah yang membutuhkan
perbuatan baik. Sekarang apa yang sudah kita lakukan saat menjadi KHALIFAH di
muka bumi? Salah satu usaha yang kita laksanakan adalah berusaha untuk
melaksanakan dan menjalankan Diinul Islam secara Kaffah, atau berusaha
melaksanakan konsep Ilahiah yang diciptakan oleh ALLAH SWT untuk kepentingan
diri kita sendiri saat menjadi KHALIFAH di muka bumi. Dan jika saat ini kita
melaksanakan Diinul Islam secara Kaffah berarti kita sedang melaksanakan Rukun
Iman, Rukun Islam dan Ikhsan secara satu kesatuan yang tidak terpisahkan
diantara ketiganya. Lalu apakah hanya itu saja yang kita lakukan saat ini? Saat
ini kita juga sedang bekerja, menafkahi keluarga, merawat dan membesarkan serta
mendidik anak serta berbuat baik kepada sesama manusia, menuntut ilmu Agama dan
juga sedang melawan Ahwa dan juga Syaitan.
Adapun
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan-amalan yang saleh, Maka Allah
akan memberikan kepada mereka dengan sempurna pahala amalan-amalan mereka; dan
Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim.
(surat
Ali Imran (3) ayat 57)
Sesunggunya mereka yang beriman dan beramal saleh,
tentulah Kami tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengerjakan
amalan(nya) dengan yang baik.
(surat Al Kahfi (18) ayat 30)
Atas dasar apakah kita melakukan
itu semua sehingga kita mau melakukannya dengan bersusah payah? Diri kita melakukan itu semua dalam
rangka beribadah kepada ALLAH SWT dan mengharap ALLAH SWT menerima dan
memberikan balasan terhadap apa-apa yang kita lakukan. Sekarang adakah Syarat
dan Ketentuan yang ALLAH SWT kehendaki agar apa-apa yang kita perbuat diterima ALLAH SWT sehingga amal kita dibalas oleh
ALLAH SWT?
ALLAH SWT melalui surat Ali Imran
(3) ayat 57 dan surat Al Kahfi (18) ayat 30
telah menunjukkan kepada diri
kita tentang Syarat dan Ketentuan yang paling dikehendaki ALLAH SWT agar amal
dan perbuatan diri kita diterima yaitu kita harus Iman dan Yakin Kepada ALLAH
SWT yang dilanjutkan dengan selalu beramal shaleh. Tanpa adanya Iman dan Yakin
kepada ALLAH SWT di dalam diri kita dan juga tanpa dibarengi dengan perbuatan
baik kepada sesama manusia melalui amal shaleh maka apa-apa yang telah kita
perbuat dengan susah payah bisa tidak pernah diterima oleh ALLAH SWT. Berikut
ini akan kami kemukakan beberapa hal yang telah kita lakukan dengan susah payah
dan kemudian tolong anda bayangkan dengan seksama, yaitu:
1.
Sebagai seorang ibu yang berjuang melahirkan anak
dan juga merawat dan membesarkan serta mendidik anak tetapi perjuangan yang
mempertaruhkan nyawanya sendiri justru tidak dinilai oleh ALLAH SWT, karena
kita tidak mau Iman dan Yakin kepada ALLAH SWT.
2.
Sebagai seorang ayah yang berjuang menafkahi
keluarga, berangkat pagi pulang malam, tetapi perjuangan yang dilakukakannya
tidak dinilai oleh ALLAH SWT, karena tidak mau mengimani dan meyakini ALLAH
SWT.
3. Sebagai seorang KHALIFAH di muka bumi yang
mendirikan SHALAT, melaksanakan PUASA,
menunaikan ZAKAT, pergi HAJI, melaksanakan Qurban, Shadaqah, mengamalkan Ilmu
tetapi apa yang kita lakukan semuanya tidak dinilai oleh ALLAH SWT, karena kita
tidak mau mengimani dan meyakini ALLAH SWT.
Jika
ini yang terjadi pada diri kita maka sia-sia lah perjuangan yang kita lakukan
dan artinya tidak ada guna dan manfaat jerih payah yang telah kita lakukan.Selanjutnya
agar jerih payah, perjuangan, yang kita lakukan diterima oleh ALLAH SWT tidak
ada jalan lain kecuali kita harus memenuhi Syarat dan Ketentuan yang telah
ALLAH SWT kehendaki. Untuk itu
sudahkah segala perbuatan yang kita lakukan berlandaskan Iman dan Yakin kepada
ALLAH SWT serta sudahkah Iman dan Yakin tersebut dibuktikan dengan berbuat Amal
Shaleh?
Hal
yang harus kita perhatikan dalam permasalahan ini adalah kita harus bisa
melaksanakan Iman dan Yakin kepada ALLAH
SWT serta Amal Shaleh secara berbarengen, atau dalam satu kesatuan yang tidak
terpisahkan, sebab itu yang dikehendaki oleh ALLAH SWT sesuai dengan surat Ali
Imran (3) ayat 57 dan surat Al Kahfi
(18) ayat 30 di atas. Jika saat ini kita merasa apa yang kita perbuat belum
memenuhi Syarat dan Ketentuan yang dikehendaki ALLAH SWT maka perbaikilah itu
semua di saat Ruh belum berpisah dengan Jasmani karena kita tidak tahu kapan
Malaikat Izrail datang kepada diri kita. Apabila kita melakukan perbaikan
setelah Ruh tiba dikerongkongan maka tidak ada guna dan manfaat lagi. Untuk itu
segeralah memanfaatjab sisa waktu yang ada saat ini dengan sebaik-baiknya.
D. DOSA diampunkan
ALLAH SWT
Saat menjalankan tugas sebagai
KHALIFAH di muka bumi, kita akan selalu berusaha untuk melaksanakan segala
apa-apa yang telah diperintahkan ALLAH SWT ataupun berusaha untuk jangan sampai
berbuat sesuatu hal yang telah dilarang oleh ALLAH SWT. Timbul pertanyaan,
mampukah diri kita melaksanakan perintah dan larangan itu semua dengan
baik? Sepanjang diri kita masih terdiri
dari Jasmani dan Ruhani berarti Ahwa dan juga Syaitan akan tetap menjadi musuh
abadi diri kita. Adanya kondisi ini maka tidak akan mungkin mampu memenuhi
segala Syarat dan Ketentuan yang ALLAH SWT kehendaki,dalam hal perintah dan
larangan yang berasal ALLAH SWT. Akan
tetapi walaupun Ahwa dan Syaitan terus mengganggu diri kita, namun kita harus
selalu berupaya dengan kesungguhan hati untuk selalu memenuhi apa-apa yang
dikehendaki ALLAH SWT.
dan orang-orang yang beriman dan beramal saleh, benar-benar akan Kami hapuskan dari mereka dosa-dosa mereka dan benar-benar akan Kami beri mereka Balasan yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan.
(surat Al Ankabuut (29) ayat 7)
Adanya Syarat dan Ketentuan yang
tidak dapat kita penuhi akibat Ahwa dan Syaitan, tentu akan mengakibatkan,
menimbulkan Dosa dan Kesalahan pada diri
kita dengan segala Resiko yang terdapat di dalamnya. Adanya Dosa dan Kesalahan
yang kita lakukan baik sengaja maupun tidak sengaja, akan dapat mengurangi,
akan dapat menggagalkan tugas kita sebagai KHALIFAH di muka bumi yang sekaligus
Makhluk yang Terhormat. Akibat dosa dan kesalahan yang kita perbuat akan
menjauhkan diri kita dengan ALLAH SWT.Agar diri kita terhindar dari Dosa
dan Kesalahan, atau diberikannya Fasilitas penghapusan Dosa serta apa yang kita
perbuat diberi Balasan oleh ALLAH SWT
lebih baik dari apa-apa yang telah kita perbuat maka kita diwajibkan
oleh ALLAH SWT untuk selalu Iman dan Yakin kepada ALLAH SWT dan selalu beramal shaleh seperti yang telah
diamanatkan dalam surat Al Ankabuut (29)
ayat 7 di atas.ALLAH SWT mengamanatkan untuk Iman dan Yakin serta beramal
shaleh secara berbarengan maka barulah apa-apa yang dijanjikan oleh ALLAH SWT
dalam surat Al Ankabuut (29) ayat 7 dapat kita peroleh. Sebagai
KHALIFAH di muka bumi, sudahkah kita Iman dan Yakin kepada ALLAH SWT dan juga
selalu beramal shaleh yang sesuai dengan Kehendak ALLAH SWT?
Hamba ALLAH SWT, itulah 4 (empat)
Hikmah yang dapat kita peroleh dan rasakan dari Iman dan Yakin kepada ALLAH
SWT, yang kesemuanya dapat kita peroleh sepanjang diri kita mau memenuhi segala
apa-apa yang dikehendaki ALLAH SWT. Selanjutnya masih banyak hikmah yang dapat
kita peroleh dan rasakan setelah kita mampu melaksanakan Iman dan Yakin kepada ALLAH
SWT. Berikut ini akan kami kemukakan hal-hal lainnya yang dapat kita peroleh
dari hasil kita Iman dan Yakin kepada ALLAH SWT, yaitu:
a. Berdasarkan
surat Al Kahfi (18) ayat 107 yang kami kemukakan di bawah ini, setiap orang
yang Iman dan Yakin kepada ALLAH SWT yang dibarengi dengan Amal Shaleh akan
dimasukkan ke dalam Syurga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, atau
sebagai makhluk yang terhormat akan pulang ke tempat terhormat dengan cara yang
terhormat sepanjang diri kita mau
secara terhormat mengakui, menerima dan menjadikan ALLAH SWT sebagai
satu-satunya Tuhan yang berhak disembah.
Sesungguhnya
orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka adalah surga Firdaus
menjadi tempat tinggal,
(surat Al Kahfi (18) ayat
107)
b. Berdasarkan
surat Al Baqarah (2) ayat 277 yang kami kemukakan di bawah in, setiap orang
yang Iman dan Yakin kepada ALLAH SWT yang dibarengi dengan perbuatan Amal
Shaleh maka ia Tidak akan Takut dan gelisah atau dihilangkannya penyakit
yang ada di dalam rongga dada manusia serta diberi Kebaikan oleh ALLAH SWT.
Sesungguhnya orang-orang yang
beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka
mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan
tidak (pula) mereka bersedih hati.
(surat Al Baqarah (2) ayat 277)
c. Berdasarkan
surat Al Hadiid (57) ayat 28 yang kami kemukakan dibawah ini, setiap orang yang
Iman dan Yakin kepada ALLAH SWT akan diberikan rahmat, akan diberikan cahaya
untuk berjalan di muka bumi serta ampunan.
Hai orang-orang yang beriman
(kepada Para rasul), bertakwalah kepada Allah dan berimanlah kepada Rasul-Nya,
niscaya Allah memberikan rahmat-Nya kepadamu dua bagian, dan menjadikan untukmu
cahaya yang dengan cahaya itu kamu dapat berjalan dan Dia mengampuni kamu. Dan
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(surat Al Hadiid (57) ayat 28)
d. Berdasarkan
surat Al Hajj (22) ayat 54 yang kami kemukakan di bawah ini, setiap orang yang
Iman dan Yakin kepada ALLAH SWT akan diberi petunjuk kepada jalan yang
lurus.
dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu,
meyakini bahwasanya Al Quran Itulah yang hak dari Tuhan-mu lalu mereka beriman
dan tunduk hati mereka kepadanya dan Sesungguhnya Allah adalah pemberi petunjuk
bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus.
(surat
Al Hajj (22) ayat 54)
e. Berdasarkan
surat Al Maaidah (5) ayat 11 yang kami kemukakan di bawah ini, setiap orang
yang Iman dan Yakin kepada ALLAH SWT akan diselamatkan dari kejahatan
termasuk di dalamnya kita akan dilindungi dari niat jahat atau niat busuk yang
dapat merugikan dan membahayakan diri dan keluarga serta anak dan keturunan.
Hai orang-orang yang beriman,
ingatlah kamu akan nikmat Allah (yang diberikan-Nya) kepadamu, di waktu suatu
kaum bermaksud hendak menggerakkan tangannya kepadamu (untuk berbuat jahat),
Maka Allah menahan tangan mereka dari kamu. Dan bertakwalah kepada Allah, dan
hanya kepada Allah sajalah orang-orang mukmin itu harus bertawakkal.
(surat Al Maaidah (5) ayat 11)
f. Berdasarkan
surat At Taubah (9) ayat 88 yang kami kemukakan di bawah ini, setiap orang yang
Iman dan Yakin kepada ALLAH SWT akan selalu menang di dalam berjihad di
jalan ALLAH SWT, atau akan selalu dimudahkan sewaktu menjalankan tugas, atau
selalu diberi jalan keluar di saat mengalami hambatan dalam bertugas.
tetapi Rasul dan orang-orang yang beriman bersama
Dia, mereka berjihad dengan harta dan diri mereka. Dan mereka Itulah
orang-orang yang memperoleh kebaikan, dan mereka Itulah orang-orang yang
beruntung.
(surat
At Taubah (9) ayat 88)
g. Berdasarkan
surat Al Baqarah (2) ayat 212 yang kami kemukakan di bawah, setiap orang Iman
dan Yakin kepada ALLAH SWT akan dimuliakan oleh ALLAH SWT di hari akhir serta akan diberikan rezeki tanpa batas oleh
ALLAH SWT pada saat menjalankan
tugas sebagai KHALIFAH di muka bumi.
kehidupan dunia dijadikan
indah dalam pandangan orang-orang kafir, dan mereka memandang hina orang-orang
yang beriman. Padahal orang-orang yang bertakwa itu lebih mulia daripada mereka
di hari kiamat. dan Allah memberi rezki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya
tanpa batas.
(surat Al Baqarah (2) ayat 212)
h. Berdasarkan surat Muhammad
(47) ayat 13 yang kami kemukakan di bawah ini, setiap orang yang mampu
mengimani dan meyakini ALLAH SWT akan diinaungi rahmat ALLAH SWT, ALLAH SWT menjadi Penolong pertama dalam
setiap kesempatan yang kita mintakan kepada ALLAH SWT.
dan betapa banyaknya negeri
yang (penduduknya) lebih kuat dari pada (penduduk) negerimu (Muhammad) yang
telah mengusirmu itu. Kami telah membinasakan mereka, Maka tidak ada seorang
penolongpun bagi mereka.
(surat Muhammad (47) ayat 13)
Sekarang, setelah menjadi KHALIFAH
di muka bumi, sudahkah diri kita sesuai dengan Kehendak ALLAH SWT, dalam hal
ini adalah menjadi Penguasa di muka bumi seperti yang telah dikemukakan ALLAH SWT dalam surat An Nuur (24) ayat 55 di
bawah ini?
dan Allah telah berjanji
kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang
saleh bahwa Dia sungguh- sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi,
sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan
sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk
mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam
ketakutan menjadi aman sentausa. mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada
mempersekutukan sesuatu apapun dengan aku. dan Barangsiapa yang (tetap) kafir
sesudah (janji) itu, Maka mereka Itulah orang-orang yang fasik.
(surat An Nuur (24) ayat 55)
Jika diri kita merasa belum sesuai
dengan apa yang dikemukakan ALLAH SWT di dalam surat An Nuur (24) ayat 55
berarti ada yang sesuatu yang salah sewaktu kita menjalankan tugas sebagai
KHALIFAH di muka bumi. Untuk itu Introspeksilah
diri dengan berkaca kepada diri sendiri (dalam hal ini siapa yang dapat mengenal dirinya pasti dapat mengenal
Tuhannya dan barangsiapa yang dapat mengenal Tuhannya maka ia dapat mengenal
dirinya sendiri) serta bertaubatlah dengan Taubatan Nasuha
sebelum Ruh tiba dikerongkongan jika kita merasa salah dalam berbuat.
Allah pelindung orang-orang yang beriman; Dia
mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). dan
orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan
mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). mereka itu adalah penghuni
neraka; mereka kekal di dalamnya.
(surat Al Baqarah (2) ayat 257)
Selain daripada itu, berdasarkan
surat Al Baqarah (2) ayat 257 yang kami
kemukakan di atas ini, ALLAH SWT akan
memberikan kepada orang-orang yang beriman dan yakin kepada ALLAH SWT, atau
ALLAH SWT akan memberikan kepada orang-orang yang selalu memenuhi apa-apa yang
dikehendaki ALLAH SWT berupa suatu keadaan yang dinamakan dengan dikeluarkannya
diri kita dari kegelapan dan kekafiran menuju cahaya dan keimanan, atau
dikeluarkannya diri kita dari kesusahan dan kemunduran menuju kebahagiaan, atau
dikeluarkannya diri kita dari masalah yang membelenggu menuju perubahan yang
lebih baik menurut ALLAH SWT serta diberikannya keleluasaan rezeki dari sempit
menuju kecukupan, atau Dilindunginya diri kita dari gangguan dan godaan Syaitan
yang terkutuk.
Inilah
sebahagian yang akan ALLAH SWT berikan kepada hamba-Nya yang sesuai dengan
kehendak ALLAH SWT dan yang harus kita perhatikan adalah pengertian dari
kegelapan, kekafiran, Cahaya, Keimanan, Kesusahan, Kesuksesan, Masalah yang
kita hadapi, Keleluasaan Rezeki, bukan merupakan pengertian dari sisi kita
sebagai KHALIFAH di muka bumi. Akan tetapi pengertian yang berasal dari sisi
ALLAH SWT. ALLAH SWT mempunyai ukuran tersendiri yang tidak akan mungkin sama
dengan ukuran manusia. Adanya ukuran tersendiri dari ALLAH SWT tentu bukan
untuk mencelakakan hamba-Nya, akan tetapi justru untuk menyelamatkan hamba-Nya
sebab hamba-Nya memperoleh sesuatu yang terbaik dari sisi ALLAH SWT.
Selanjutnya
bagaimana dengan orang yang Kafir atau orang yang tidak mau beriman dan yakin
kepada ALLAH SWT, apakah mereka akan sama menerima penghargaan dari ALLAH SWT? Kepada
orang Kafir, kepada orang yang tidak mau beriman dan yang tidak mau yakin
kepada ALLAH SWT mereka akan menerima, hal-hal sebagai berikut: Syaitan
dijadikan sebagai Pelindung dan juga Komandan bagi mereka; Dikeluarkannya
mereka dari Iman menjadi Kafir; Dijadikannya Neraka Jahannam sebagai tempat
kembali. Adanya perbedaan
Fasilitas serta Penghargaan yang ALLAH SWT berikan kepada orang yang Iman dan
Yakin kepada ALLAH SWT dengan orang yang
Kafir, apa yang harus kita lakukan?
Jika kita beranggapan
atau merasa Fasilitas dan Penghargaan kepada orang yang Kafir lebih baik dan
lebih terhormat dibandingkan dengan Fasilitas dan Penghargaan kepada orang yang
beriman, maka lakukanlah secara mantap dan terkendali, tidak putus-putus dari
waktu ke waktu tanpa kenal lelah yaitu Jangan pernah beriman kepada ALLAH SWT atau jangan pernah memenuhi segala
yang dikehendaki oleh ALLAH SWT. Cara dan methode yang kami
kemukakan di atas ini merupakan cara yang paling Mudah, Murah, Sederhana dan
yang sangat di idam-idam oleh Syaitan serta yang dapat menghantarkan diri kita
Neraka Jahannam. Akan tetapi jika kita ingin pulang kampung ke Syurga untuk bertemu dengan ALLAH SWT caranya juga
mudah dan murah yaitu lakukanlah Iman dan Yakin kepada ALLAH SWT sesuai dengan apa yang dikehendaki
oleh ALLAH SWT dengan melaksanakan Diinul Islam secara Kaffah serta selau
beramal shaleh. Cara yang kami
kemukakan ini, merupakan cara yang dikehendaki oleh ALLAH SWT, namun sangat
dibenci oleh Syaitan, silahkan anda memilih sendiri mana yang paling kita
suka.
Sebagai KHALIFAH yang telah
memperoleh hikmah di balik Route to ALLAH SWT, sebagai KHALIFAH yang telah
merasakan Nikmatnya bertuhankan kepada ALLAH SWT.Timbul pertanyaan apakah
seluruh KHALIFAH yang ada di muka bumi ini mampu merasakan hal yang sama dengan
diri kita? Sepanjang KHALIFAH yang ada di muka bumi ini mau melaksanakan
apa-apa yang dikehendaki oleh ALLAH SWT maka mereka pun dapat menikmati hal
yang sama dengan diri kita. Hal yang harus kita perhatikan dengan benar adalah
Hikmah dibalik Route to ALLAH SWT, atau Kenikmatan dari bertuhankan kepada
ALLAH SWT yang kita peroleh :
a. Tidak dapat diwariskan kepada
siapapun juga termasuk kepada Anak dan Keturunan kita sendiri dengan cara apapun juga.
b. Tidak dapat dipindahtangankan atau
ditransfer kepada siapapun juga termasuk kepada Anak dan Keturunan kita
sendiri.
c. Tidak bisa diperjualbelikan atau
diperdagangkan oleh sebab apapun juga.
d. Rasa dari Hikmah atau kenikmatan dari
bertuhankan kepada ALLAH SWT tidaklah sama bentuknya, sehingga masing-masing
diri akan merasakan rasa yang
berbeda-beda serta tidak bisa berulang-ulang dirasakan.
e. Kenikmatan bertuhankan kepada ALLAH
SWT (seperti maunah atau karomah) akan di bawa pulang ke alam barzah oleh
pemiliknya, sehingga tidak akan mungkin berkeliaran di muka bumi bersama
Jasmani yang telah dikubur.
Sekarang apa yang harus kita
perbuat kepada orang lain, atau kepada anak keturunan kita sendiri setelah
merasakan hikmah dari route to ALLAH SWT atau merasakan nikmatnya bertuhankan
kepada ALLAH SWT? Setelah memperoleh dan merasakan langsung hikmah dan
kenikmatan dari bertuhankan kepada ALLAH SWT, kita hanya dapat memberitahukan,
kita hanya dapat menginformasikan, kepada sesama manusia, kepada anak dan
keturunan kita sendiri, jika ingin memperoleh dan merasakan kenikmatan dari
bertuhankan kepada ALLAH SWT lakukanlah mulai saat ini juga apa-apa yang
dikehendaki oleh ALLAH SWT.
Sepanjang orang yang telah
diberitahu mau melaksanakan seperti apa yang kita laksanakan maka iapun akan
dapat merasakan hikmah dan kenikmatan bertuhankan kepada ALLAH SWT. Akan tetapi jika yang
diberitahukan tidak mau menerima, tidak mau melaksanakan apa-apa yang
dikehendaki oleh ALLAH SWT, jangan pernah berharap merasakan hikmah dan
kenikmatan bertuhankan kepada ALLAH SWT.Sekarang, apakah cukup hanya sekali
saja atau hanya sesekali saja kita memperoleh dan merasakan hikmah dan
kenikmatan bertuhankan kepada ALLAH SWT?
Hikmah dan Kenikmatan bertuhankan
kepada ALLAH SWT dapat kita nikmati berulang-ulang dari waktu ke waktu selama
Hayat masih dikandung Badan selama diri kita selalu terus berkesesuaian dengan
Kehendak ALLAH SWT. Jika diri kita hanya menginginkan hanya sekali saja atau
hanya sesekali saja ingin merasakan hikmah dan kenikmatan bertuhankan ALLAH SWT
berarti ada yang salah di dalam diri kita. Untuk lihatlah diri kita yang begitu
sering merasakan nikmatnya sambal lado tanpa ada kapoknya walaupun sambal lado
itu pedas rasanya. Jika kepada sambal lado saja kita mampu berulang-ulang
menikmatinya, lalu kenapa untuk merasakan nikmatnya bertuhankan ALLAH SWT
justru kita batasi hanya sekali atau sesekali saja? Sebagai KHALIFAH di
muka bumi tentu kita sangat membutuhkan
ALLAH SWT dari waktu ke waktu dan jika ini keadaannya maka merasakan
nikmatnya bertuhankan kepada ALLAH SWT harus dapat kita peroleh dari waktu ke
waktu pula selama Ruhani belum berpisah dengan Jasmani.
Jika kita termasuk orang yang telah
merasakan hikmah dan kenikmatan bertuhankan kepada ALLAH SWT, bolehkah diri kita merasa
lebih tinggi, atau merasa paling baik dibandingkan dengan KHALIFAH ALLAH SWT
yang lainnya sehingga kita sajalah yang berhak atas Syurga ALLAH SWT? Jika
diri kita termasuk orang yang telah tahu diri
yaitu tahu siapa diri kita sebenarnya dan tahu siapa ALLAH SWT
sebenarnya maka dengan merasakan hikmah dan kenikmatan bertuhankan ALLAH SWT, tidak akan pernah
menjadikan diri kita berubah menjadi Inisiator, berubah menjadi Pencipta,
berubah menjadi Pemilik dari langit dan bumi beserta isinya serta mampu
mensejajarkan diri dengan ALLAH SWT.
Dengan merasakan hikmah dan
kenikmatan bertuhankan kepada ALLAH
SWT kondisi dasar diri kita tetaplah
sama yaitu sebagai :
a. Makhluk
yang keberadaannya tetap dikarenakan adanya Kehendak, Kemampuan dan Ilmu ALLAH
SWT di dalam menciptakan Kekhalifahan di muka bumi.
b. Makhluk
yang diciptakan oleh ALLAH SWT yang tidak memiliki apapun juga dibandingkan ALLAH SWT.
c. Makhluk
yang sedang menumpang, makhluk yang sedang menjadi tamu di langit dan di bumi ALLAH SWT serta makhluk yang harus
mentaati segala aturan,segala undang-undang ALLAH SWT.
d. Makhluk
yang tidak dapat menciptakan Ruh, Amanah 7, Akal, Perasaan, dan Hubbul untuk
dirinya sendiri dan selamanya hanyalah Pengguna yang akan dimintakan
pertanggung jawabannya kelak dikemudian hari.
e. Makhluk
yang tidak memiliki kemampuan untuk menciptakan langit dan bumi, air,
udara,gunung, hujan dan organ tubuh dirinya sendiri.
f. Makhluk
yang seharusnya tetap bertasbih dan bermunajat kepada ALLAH SWT dari waktu ke
waktu seperti bertasbih dan bermunajatnya langit, bumi, gunung, hewan, air,
udara, tumbuhan kepada ALLAH
SWT.
Sekarang
bagaimana kondisi orang Kafir yang tidak mau beriman kepada ALLAH SWT, apakah
kondisinya sama dengan orang yang mengimani dan meyakini ALLAH SWT ataukah
berbeda dengan orang yang mengimani dan meyakini ALLAH SWT jika ditinjau dari 6
(enam) hal yang kami kemukakan di atas? Kondisi orang kafir dibandingkan dengan
kondisi orang yang mengimani dan meyakini ALLAH SWT, tidak ada bedanya, karena:
a. Semuanya adalah makhluk yang keberadaannya ada
karena adanya Kehendak, Kemampuan dan
Ilmu ALLAH SWT di dalam menciptakan Kekhalifahan di muka bumi.
b. Semuanya adalah makhluk yang sama-sama diciptakan
oleh ALLAH SWT yang tidak memiliki apapun juga dibandingkan ALLAH SWT.
c. Semuanya adalah makhluk yang sama-sama sedang
menumpang, makhluk yang sama-sama sedang menjadi tamu di langit dan di bumi
ALLAH SWT serta makhluk yang harus mentaati segala aturan, segala undang-undang
ALLAH SWT yang berlaku di muka bumi.
d. Semuanya adalah makhluk yang tidak dapat menciptakan
Ruh, Amanah 7, Akal, Perasaan, dan Hubbul untuk dirinya sendiri dan selamanya
hanyalah Pengguna yang akan dimintakan pertanggungjawabannya kelah dikemudian
hari.
e. Semuanya adalah makhluk yang tidak memiliki kemampuan
untuk menciptakan langit dan bumi, air, udara,gunung, hujan dan organ tubuh
dirinya sendiri.
f. Semuanya adalah makhluk yang seharusnya tetap
bertasbih dan bermunajat kepada ALLAH SWT dari waktu ke waktu seperti bertasbih
dan bermunajatnya langit, bumi, gunung, hewan, tumbuhan kepada ALLAH SWT.
Adanya
kondisi ini, lalu patut dan pantaskah kita yang telah merasakan hikmah dan
kenikmatan bertuhankan kepada ALLAH SWT, atau yang telah menyatakan Beriman dan
Meyakini ALLAH SWT lalu melecehkan sesama Makhluk yang kondisinya sama dengan
diri kita dengan mengatakan hanya diri kitalah yang terbaik dan orang lain itu
buruk, atau hanya diri kitalah yang berhak atas Syurga sedangkan orang lain
tidak berhak menempati Syurga, atau diri kitalah yang paling sesuai dengan
Kehendak ALLAH SWT sedangkan orang lain
itu adalah Kafir? Jika kita termasuk orang yang telah Tahu Diri yaitu tahu
siapa diri kita yang sebenarnya dan tahu siapa itu ALLAH SWT yang sebenarnya, jangan pernah sekalipun kita mengambil
Hak ALLAH SWT untuk memberikan penilaian kepada sesama KHALIFAH di muka bumi
sebab ALLAH SWT lah yang memiliki Hak untuk menilai dan memberikan pahala
kepada siapa yang dikehendakinya dan ingat apa yang kita perbuatpun bukan diri
kita sendiri yang menilainya, akan tetapi
ALLAH SWT lah yang berhak menilai apa yang kita lakukan.
(yaitu) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar
dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil. Sesungguhnya
Tuhanmu Maha Luas ampunanNya. dan Dia lebih mengetahui (tentang keadaan)mu
ketika Dia menjadikan kamu dari tanah dan ketika kamu masih janin dalam perut
ibumu; Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling
mengetahui tentang orang yang bertakwa.
(surat
An Najm (53) ayat 32)
Hal
ini diperkuat dengan pernyataan ALLAH SWT bahwa kekhalifahan di muka bumi
adalah sebuah permainan dan jika apa yang kita laksanakan adalah suatu
permainan maka seorang Pemain tetap menjadi Pemain. Pemain tidak bisa merangkap
menjadi Wasit sehingga Pemain tidak mempunyai hak apapun juga untuk menilai
dirinya sendiri dan juga menilai pemain lainnya sebab hal itu merupakan
kewenangan daripada Wasit. Selanjutnya tahukah diri kita bahwa apa yang telah
kita perbuat dan apa yang telah kita lakukan saat menjadi KHALIFAH di muka bumi
pasti akan diterima oleh ALLAH SWT?
Kita tidak mempunyai
HAK dan kita tidak memiliki pengetahuan sedikitpun, tentang apa yang telah kita
perbuat, apa yang telah kita lakukan, apakah sudah sesuai dengan Kehendak ALLAH
SWT, kecuali ALLAH SWT itu sendiri yang mengetahuinya. Jika
ini kondisinya maka apakah santun, apakah patut dan apakah pantas jika kita
berani menilai orang lain, berani mengatakan orang lain, berani menentukan
hanya diri kita sajalah yang benar dan orang lain salah, lalu siapakah yang
lebih berkuasa di bumi yang dimiliki dan
diciptakan oleh ALLAH SWT, apakah diri kita ataukah ALLAH SWT? Jika sampai kita
melakukan hal-hal yang bukan semestinya kita lakukan berarti kita telah
menempatkan ALLAH SWT bukan pada posisi dan kedudukan yang sebenarnya. ALLAH
SWT telah kita tempatkan di bawah diri kita sendiri, apakah hal ini mungkin
terjadi sedangkan diri kita ada karena Kehendak, Kemampuan dan Ilmu ALLAH SWT?
Jika kita telah Iman dan Yakin kepada ALLAH
SWT dan juga telah merasakan nikmatnya bertuhankan ALLAH SWT, jangan pernah
lakukan hal-hal yang bukan semestinya kita lakukan. Ciptaan tetaplah
Ciptaan, untuk itu kita wajib saling hormat menghormati kepada sesama Ciptaan
dan jika kita melihat Ciptaan membutuhkan pertolongan, maka bantulah dengan
dasar keimanan kepada ALLAH SWT, terkecuali
jika kita ingin pulang kampung ke Neraka Jahannam. Dan ingat seluruh manusia yang telah diciptakan oleh ALLAH SWT
memiliki hak hidup yang sama di muka bumi ini, yang membedakan nanti adalah
tempat kembalinya, apakah masuk Syurga ataukah masuk Neraka.
Sebagai
Penutup dari bab ini, ketahuilah dengan seksama bahwa ALLAH SWT di dalam
melakukan penilaian kepada seluruh umat manusia, termasuk melakukan penilaian
kepada diri kita, kepada anak dan keturunan kita, memiliki ketentuan sendiri,
yang tentunya sangat berbeda dengan diri kita di waktu menilai seseorang. ALLAH
SWT tidak akan pernah mempergunakan parameter penampilah phisik dari Jasmani
seseorang untuk menilai seseorang dan juga ALLAH SWT tidak mempergunakan
parameter harta kekayaan, pangkat dan kedudukan seseorang di dalam melakukan
penilaiaan. Hal ini ALLAH
SWT lakukan karena penampilan phisik dan harta, pangkat dan jabatan seseorang
bukanlah sesuatu hal yang penting dihadapan ALLAH SWT. Selain daripada itu,
sebagai orang yang dinilai oleh ALLAH SWT maka kita tidak bisa menilai diri
sendiri, dengan mempergunakan parameter kita sendiri. Hal ini tidak berlaku
dihadapan ALLAH SWT karena kita tidak berhak untuk melakukan penilaian baik
kepada diri sendiri, apalagi kepada orang lain. Lalu parameter apakah yang
dipergunakan oleh ALLAH SWT?
Parameter yang dipergunakan oleh ALLAH SWT
adalah parameter ketaqwaan seseorang kepada ALLAH SWT. Semakin baik
ketaqwaan seseorang semakin baik pula penilaian ALLAH SWT kepada orang
tersebut, demikian pula sebaliknya. Adanya kondisi penilaian ketaqwaan kepada
diri kita, kepada anak dan keturunan kita, maka sudah seharusnya inilah yang
kita tampilkan, yang kita tunjukkan, saat diri kita hidup di muka bumi ini yang
tidak pernah sekalipun kita ciptakan. Untuk itu sebagai KHALIFAH yang akan
dinilai dari ketaqwaannya, sudahkah kita bertaqwa kepada ALLAH SWT saat menjadi
KHALIFAH di muka bumi?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar