Label

MEMANUSIAKAN MANUSIA: INILAH JATIDIRI MANUSIA YANG SESUNGGUHNYA (79) SETAN HARUS JADI PECUNDANG: DIRI PEMENANG (68) SEBUAH PENGALAMAN PRIBADI MENGAJAR KETAUHIDAN DI LAPAS CIPINANG (65) INILAH ALQURAN YANG SESUNGGUHNYA (60) ROUTE TO 1.6.799 JALAN MENUJU MAKRIFATULLAH (59) MUTIARA-MUTIARA KEHIDUPAN: JALAN MENUJU KERIDHAAN ALLAH SWT (54) PUASA SEBAGAI KEBUTUHAN ORANG BERIMAN (50) ENERGI UNTUK MEMOTIVASI DIRI & MENJAGA KEFITRAHAN JIWA (44) RUMUS KEHIDUPAN: TAHU DIRI TAHU ATURAN MAIN DAN TAHU TUJUAN AKHIR (38) TAUHID ILMU YANG WAJIB KITA MILIKI (36) THE ART OF DYING: DATANG FITRAH KEMBALI FITRAH (33) JIWA YANG TENANG LAGI BAHAGIA (27) BUKU PANDUAN UMROH (26) SHALAT ADALAH KEBUTUHAN DIRI (25) HAJI DAN UMROH : JADIKAN DIRI TAMU YANG SUDAH DINANTIKAN KEDATANGANNYA OLEH TUAN RUMAH (24) IKHSAN: INILAH CERMINAN DIRI KITA (24) RUKUN IMAN ADALAH PONDASI DASAR DIINUL ISLAM (23) ZAKAT ADALAH HAK ALLAH SWT YANG HARUS DITUNAIKAN (20) KUMPULAN NASEHAT UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK (19) MUTIARA HIKMAH DARI GENERASI TABI'IN DAN TABI'UT TABIIN (18) INSPRIRASI KESEHATAN DIRI (15) SYAHADAT SEBAGAI SEBUAH PERNYATAAN SIKAP (14) DIINUL ISLAM ADALAH AGAMA FITRAH (13) KUMPULAN DOA-DOA (10) BEBERAPA MUKJIZAT RASULULLAH SAW (5) DOSA DAN JUGA KEJAHATAN (5) DZIKIR UNTUK KEBAIKAN DIRI (4) INSPIRASI DARI PARA SAHABAT NABI (4) INILAH IBADAH YANG DISUKAI NABI MUHAMMAD SAW (3) PEMIMPIN DA KEPEMIMPINAN (3) TAHU NABI MUHAMMAD SAW (3) DIALOQ TOKOH ISLAM (2) SABAR ILMU TINGKAT TINGGI (2) SURAT TERBUKA UNTUK PEROKOK dan KORUPTOR (2) IKHLAS DAN SYUKUR (1)

Sabtu, 28 Januari 2017

HIKMAH MENUNAIKAN ZAKAT


 

Untuk siapakah hikmah yang paling hakiki dari perintah menunaikan zakat yang telah diperintahkan oleh Allah SWT, apakah untuk kepentingan Allah SWT ataukah untuk kepentingan umat manusia (diri kita) selaku yang diperintahkan oleh Allah SWT? Segala hikmah dan manfaat yang terdapat dibalik perintah menunaikan zakat bukanlah untuk kepentingan yang memerintahkan, karena yang memerintahkan tidak butuh dengan zakat yang kita tunaikan. Allah SWT sudah Maha dan akan Maha selamanya. Lalu jika hikmah menunaikan zakat bukan untuk Allah SWT berarti hikmah menunaikan zakat untuk pribadi pribadi yang mau dan mampu menunaikan zakat yang sesuai dengan kehendak Allah SWT.

 

Sebagai abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya di muka bumi yang telah diperintahkan untuk menunaikan zakat maka kita harus bisa melaksanakannya dengan baik dan benar sehingga segala hikmah dan manfaat yang terdapat di balik perintah dapat kita raih dan rasakan selama kita hidup di muka bumi ini termasuk di dalamnya dapat dirasakan bagi kemaslahatan orang banyak. Berikut ini akan kami kemukakan beberapa hikmah dari menunaikan zakat yang tidak lain adalah Hak Allah SWT yang harus kita tunaikan, yaitu: 

 

A.     MEMBEBASKAN DIRI KITA DARI AZAB (KESUSAHAN) HIDUP DI DUNIA MAUPUN AKHIRAT.

 

Berdasarkan ketentuan surat An Naml (27) ayat 3, 4, 5 yang kami kemukakan berikut ini: “(yaitu) orang-orang yang mendirikan sembahyang dan menunaikan zakat dan mereka yakin akan adanya negeri akhirat. Sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada negeri akhirat, Kami jadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka, Maka mereka bergelimang (dalam kesesatan).Mereka Itulah orang-orang yang mendapat (di dunia) azab yang buruk dan mereka di akhirat adalah orang-orang yang paling merugi. Hikmah yang akan kita rasakan setelah menunaikan zakat yang pada saat bersamaan kita juga telah mampu mendirikan shalat yang diiringi dengan meyakini akan adanya hari akhirat maka Allah SWT akan membebaskan atau membantu menolong diri kita dari azab atau dari persoalan yang kita hadapi atau dari problematika kehidupan baik saat di dunia yang pada akhirnya mampu menolong diri kita dari azab di akhirat kelak.

 

Hal ini dimungkinkan sepanjang apa yang telah ditetapkan oleh Allah SWT berlaku tidak kita pecah pecah menjadi hanya mendirikan shalat saja atau hanya menunaikan zakat saja atau hanya meyakini adanya hari akhirat saja. Ketiganya harus dalam satu kesatuan maka barulah hikmah itu dapat kita raih dan rasakan. Sekarang sanggupkah diri kita membebaskan diri kita persoalan dan problematika hidup seorang diri, atau sanggupkah kita membebaskan diri dari azab Allah SWT, atau mampukah diri kita menahan pedihnya azab yang ditimpakan oleh Allah SWT kepada diri kita, atau sanggupkah diri kita menahan panasnya api neraka yang panasnya 70(tujuh puluh) kali panasnya dari api dunia?

 

Hal yang harus kita jadikan pedoman adalah yang akan menikmati dan yang akan merasakan nikmatnya bertuhankan kepada Allah SWT atau merasakan perihnya azab Allah SWT bukanlah orang lain, melainkan ruh/ruhani diri kita sendirilah yang akan merasakannya dan juga keluarga termasuk anak dan keturunan kita yang tidak berbuat namun turut merasakan akibat dari ulah perbuatan kita yang tidak mau menunaikan zakat. Ingat, akibat dari pelanggaran ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT kesemuanya tidak akan bisa dialihkan kepada siapapun juga serta tidak bisa ditebus dengan apapun juga. Siapa melanggar ketentuan maka ia akan memperoleh dan merasakan azab, sedangkan jika menunaikan zakat atau melaksanakan aturan yang telah ditetapkan berlaku maka ia akan memperoleh manfaat yang terdapat di balik perintah menunaikan zakat, baik di dunia maupun di akhirat kelak. 

 

B.      MENGHAPUS DOSA DAN KESALAHAN KITA.

 

Berdasarkan surat Al Maaidah (5) ayat 12 yang kami kemukakan di bawah ini, “dan Sesungguhnya Allah telah mengambil Perjanjian (dari) Bani Israil dan telah Kami angkat diantara mereka 12 orang pemimpin dan Allah berfirman: "Sesungguhnya aku beserta kamu, Sesungguhnya jika kamu mendirikan shalat dan menunaikan zakat serta beriman kepada rasul-rasul-Ku dan kamu bantu mereka dan kamu pinjamkan kepada Allah pinjaman yang baik[406] Sesungguhnya aku akan menutupi dosa-dosamu. dan Sesungguhnya kamu akan Kumasukkan ke dalam surga yang mengalir air didalamnya sungai-sungai. Maka Barangsiapa yang kafir di antaramu sesudah itu, Sesungguhnya ia telah tersesat dari jalan yang lurus.”

 

[406] Maksudnya Ialah: menafkahkan harta untuk menunaikan kewajiban dengan hati yang ikhlas.

 

Hikmah dari diri kita menunaikan zakat yang sesuai dengan kehendak Allah SWT maka zakat yang kita tunaikan yang sebelumnya diiringi dengan mendirikan shalat akan dapat menghapus dosa dan kesalahan kita yang telah kita perbuat saat menjadi khalifah di muka bumi serta mampu menghantarkan diri kita ke syurga. Sekarang mau kemanakah kita pulang kampung, apakah mau ke neraka jahannam ataukah ke syurga? Jika syurga yang menjadi tujuan akhir kita berarti kita harus konsisten dengan pernyataan kita yaitu dengan memenuhi syarat dan ketentuan untuk masuk syurga. Hal yang harus kita ketahui dengan pasti adalah syarat dan ketentuan masuk syurga sangat berbeda jauh dengan syarat dan ketentuan masuk neraka jahannam. Pilihan selanjutnya sangat tergantung kepada keputusan kita saat ini, apakah mau melaksanakan Diinul Islam secara kaffah ataukah mau menunaikan hak Allah SWT saat hidup di langit dan di bumi yang diciptakan oleh Allah SWT.

 

Sebagai khalifah yang sedang menumpang di langit dan di bumi Allah SWT, ketahuilah bahwa untuk masuk syurga ataukah untuk masuk ke neraka jahannam, tidaklah gratis. Hal ini dikarenakan untuk masuk ke syurga maupun ke neraka jahannam kita diwajibkan untuk memiliki tiket masuk yang hanya tersedia saat kita hidup di muka bumi. Untuk memiliki tiket masuk ke syurga maka kita harus sesuai dengan kehendak Allah SWT, sedangkan untuk memiliki tiket masuk ke neraka jahannam maka kita harus sesuai dengan kehendak syaitan. Sekarang sudahkah kita memiliki tiket masuk ke syurga jika syurga yang kita kehendaki, ataukah sudahkah kita memiliki tiket masuk ke neraka jahannam jika neraka jahannam yang kita kehendaki?  

 

Syurga merupakan kuasa Allah SWT semata atau hanya Allah SWT sajalah yang berkuasa dan Allah SWT sajalah yang berhak menentukan siapa siapa saja yang berhak menempati syurga. Syurga tidak akan mungkin bisa ditukar atau dibeli dengan pahala yang kita dapatkan dari melaksanakan segala macam ibadah. Pahala bukanlah tolak ukur untuk masuk syurga. Syurga bukanlah sesuatu yang rendah nilainya sehingga bisa dikonversi dengan ukuran pahala. Pahala yang kita dapatkan tidak sepadan dan tidak akan mungkin bisa membeli syurga. Kita hanya bisa masuk syurga karena adanya rahmat dan karunia Allah SWT semata kepada diri kita. Untuk itu tunaikan zakat sebagai bagian yang tidak terpisahkan dengan pelaksanaan Diinul Islam yang kaffah.   

 

C.     DIBERI RAHMAT OLEH ALLAH SWT.

 

Berdasarkan surat At Taubah (9) ayat 71 berikut ini: “dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” Hikmah lain dari menunaikan zakat yang sesuai dengan kehendak Allah SWT adalah kita telah memenuhi syarat untuk mendapatkan atau memperoleh rahmat yang berasal dari Allah SWT. Jika rahmat Allah SWT kita dapatkan maka salah satu tiket untuk masuk syurga mampu kita raih. Sekarang bertanyalah kepada diri sendiri, butuhkah diri kita dengan rahmat Allah SWT saat hidup di dunia? Jika jawaban dari pertanyaan ini, adalah ya, berarti kita harus menunaikan hak Allah SWT saat hidup di dunia yang tidak terpisahkan dengan pelaksanaan Diinul Islam secara kaffah.

 

Agar diri kita mampu memperoleh dan mendapatkan rahmat Allah SWT yang merupakan salah satu hikmah yang tersembunyi di balik perintah menunaikan zakat maka kita harus bisa menempatkan dan meletakkan bahwa perintah yang telah diperintahkan oleh Allah SWT merupakan kebutuhan diri kita saat hidup di muka bumi. Jika kita hanya mampu melaksanakan perintah menunaikan zakat tanpa diiringi dengan mendirikan shalat atau tanpa berbuat kebaikan maka Rahmat Allah SWT masih jauh dari diri kita.

 

 Adanya rahmat Allah SWT atau dibukanya pintu rahmat bagi diri kita setelah kita mampu menunaikan zakat yang sebelumnya diiringi dengan mendirikan shalat maka terbentanglah segala kemudahan, terbukalah rezeki, terlaksanalah apa apa yang kita cita citakan oleh sebab Allah SWT menjadi penolong diri kita.

 

Rahmat Allah SWT adalah sesuatu yang bersifat non materiil sehingga ia tidak akan mungkin bisa dikonversi dalam bentuk satuan tertentu, seperti satuan mata uang.

 

WHAT MONEY CAN BUY  

(MONEY IS NOT EVERYTHING)

 

A Bed but not Sleep; Books but not Brains; Food but not Appetite; Finery but not Beauty;

A House but not Home;Medicine but not Health;

Luxuries but not Culture; Amusement but not Happiness;

Religion but not Salvation; A Clock but not Time; Position but not Resfect.

 

Rahmat Allah SWT adalah sebuah kenikmatan yang tidak bisa dibayangkan rasanya namun bisa dirasakan hasilnya dalam hidup dan kehidupan. Sebagai Muzakki tentu kita harus bisa menjadikan rahmat Allah SWT adalah salah satu tujuan dari perintah menunaikan zakat sehingga kita mampu merasakan nikmatnya bertuhankan kepada Allah SWT melalui zakat yang kita tunaikan.

 

D.    BENTENG DAN PENYEMBUH DARI KEKHAWATIRAN DAN KEGELISAHAN.

 

Berdasarkan surat Yunus (10) ayat 57 yang kami kemukakan berikut ini: “Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” di dalam rongga dada manusia terdapat penyakit penyakit seperti penyakit resah dan gelisah; penyakit takut dan was-was; penyakit stress; penyakit tidak percaya diri; penyakit motivasi rendah; penyakit pikiran buntu; penyakit sedih hati.

 

Dimana dunia kedokteran dengan segala kecanggihannya belum sanggup dan tidak akan mungkin sanggup mengobati penyebab dari penyakit yang ada di dalam rongga dada manusia atau penyakit yang ada di dalam hati ruhani manusia, yaitu penyakit akibat dari tidak berfungsinya ruh dan Amanah yang 7 dengan baik, penyakit akibat rusaknya ruh dan Amanah yang 7 akibat pengaruh ahwa (hawa nafsu) dan juga syaitan, penyakit yang disebabkan  ruh dan Amanah yang 7 yang tidak bekerja sesuai dengan fitrahnya, penyakit yang diakibatkan oleh ruh dan Amanah  yang 7 yang telah lepas hubungan dengan pemilik dan penciptanya. 

 

Salah satu penyembuh penyakit yang ada di dalam rongga dada adalah hikmah dari menunaikan zakat yang sebelumnya diiringi dengan mendirikan shalat. Jika hal ini mampu kita laksanakan dengan baik dan benar maka ibadah yang kita laksanakan dapat  menjadi benteng atau pelindung atau penyembuh dari rasa kekhawatiran dan penghilang kegelisahan sehingga kita tidak bersedih hati lagi. Hal ini dikemukakan Allah SWT pada surat Al Baqarah (2) ayat 277 berikut ini: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (surat Al Baqarah (2) ayat 277)

 

Sekarang mari kita perhatikan diri kita sendiri. Katakan saat ini kita memiliki harta kekayaan dan penghasilan yang banyak, lalu tanyakan kepada hati sanubari kita, kapan kita memiliki rasa memiliki harta kekayaan dan penghasilan itu, apakah saat memilikinya ataukah saat memberikan sebahagiaan kekayaan dan penghasilan itu kita kepada orang yang membutuhkan? Jika kita termasuk orang yang masih memiliki hati sanubari yang sehat maka kebahagiaan memiliki harta kekayaan atau rasa dari memiliki penghasilan  baru akan terasa ada di dalam diri setelah kita mampu berbagi kepada orang yang membutuhkan.

 

Berdasarkan uraian di atas, tidaklah berlebihan jika kita katakan bahwa dengan menunaikan zakat (atau infaq dan sedekah) maka kita akan bisa merasakan rasa kebahagiaan memiliki harta kekayaan. Dimana rasa kebahagiaan itu sangat terasa setelah berbagi sebahagian kekayaan kepada orang lain yang membutuhkan. Adanya kondisi inilah maka hilanglah rasa kekhawatiran kita terhadap harta yang kita miliki dan hilang pula rasa gelisah akibat banyak harta hingga hilang pula penyakit yang ada di dalam rongga dada kita.

 

Sekarang bagaimana jika kita tidak mau menunaikan Zakat? Hal yang pertama terjadi jika kita tidak mau menunaikan zakat adalah di dalam harta kekayaan kita terdapat sesuatu yang kotor karena tidak dibersihkan melalui zakat ( atau infaq dan sedekah). Adanya kekotoran harta akan memudahkan syaitan melaksanakan aksinya kepada diri kita akibat ulah diri kita sendiri yang memberikan kesempatan untuk melaksanakan aksinya melalui kekotoran harta. Sesuatu yang kotor lama lama akan menimbulkan penyakit terutama setelah harta itu dibelanjakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari hari.

 

Hal yang berikut terjadi adalah syaitan akan menumbuhkan rasa kekhawatiran dalam diri kita atas berkurangnya harta jika zakatnya ditunaikan atau syaitan juga akan menghembuskan perasaan tidak ikhlas karena harus berbagi harta kekayaan kepada orang lain. Jika sampai kondisi ini terjadi pada diri kita berarti ada sesuatu yang salah di dalam diri kita.Jika hal ini terjadi terus menerus maka penyakit yang bersarang di dalam rongga dada mulai timbul sedikit demi sedikit yang akhirnya menghantarkan diri kita hidup dalam keresahan dan kegelisahan.

 

E.      MENDAPATKAN PERLINDUNGAN ALLAH  SWT.

 

Berdasarkan surat Al Hajj (22) ayat 78 yang kami kemukakan di bawah ini, “dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan Jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang Muslim dari dahulu[993], dan (begitu pula) dalam (AlQuran) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, Maka dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, Maka Dialah Sebaik-baik pelindung dan sebaik- baik penolong.”

[993] Maksudnya: dalam Kitab-Kitab yang telah diturunkan kepada nabi-nabi sebelum Nabi Muhammad s.a.w.

 

Hikmah dari menunaikan zakat yang sebelumnya diiringi dengan mendirikan shalat adalah mendapatkan perlindungan dan pertolongan Allah SWT.  Saat diri kita hidup di muka bumi ini, saat diri kita melaksanakan tugas menjadi Khalifah di muka bumi, tidak ada satupun yang dapat menghindarkan diri dari gangguan ahwa (hawa nafsu) dan juga gangguan syaitan. Adanya gangguan ahwa (hawa nafsu) dan juga syaitan yang tidak akan berhenti selama hayat masih di kandung badan, akan menjadikan diri kita menjadi seorang pecundang karena mampu dikalahkan oleh ahwa (hawa nafsu) dan syaitan (memiliki jiwa fujur) dan bisa juga menjadikan diri kita menjadi seorang pemenang karena tidak mampu dikalahkan oleh Ahwa dan Syaitan (memiliki jiwa taqwa).

 

Agar diri kita menjadi seorang pemenang (memiliki jiwa taqwa) karena inilah yang sejatinya harus terjadi pada diri kita. Bukanlah sesuatu yang mudah kita raih dan dapatkan. Butuh perjuangan dan kerja keras untuk merealisasikannya. Sekarang dapatkah kita seorang diri mampu menjadikan diri kita menjadi seorang pemenang (memiliki jiwa taqwa) tanpa bantuan Allah SWT? Jawaban dari pertanyaan ini adalah kita tidak akan bisa mengalahkan Ahwa dan Syaitan seorang diri atau dengan kata lain kita tidak akan bisa menjadikan diri kita menjadi seorang pemenang (jiwa taqwa) tanpa bantuan Allah SWT.

 

Untuk itu perhatikan apa yang dikemukakan Allah SWT  di dalam surat Al Hajj (22) ayat 78 di atas ini, salah satu sarana diri kita untuk memperoleh perlindungan yang di dalamnya terdapat pertolongan dan bantuan dari Allah SWT kita diwajibkan terlebih dahulu untuk menunaikan zakat yang sebelumnya diiringi dengan mendirikan shalat (atau melaksanakan Diinul Islam secara kaffah). Sekarang  jika Allah SWT sudah memberikan perlindungan kepada diri kita, siapa yang bisa mengalahkan perlindungan Allah SWT tersebut? Adanya perlindungan Allah SWT kepada diri kita, maka tidak ada satupun makhluk yang mampu mengalahkan perlindungan Allah SWT. Sekarang bertanyalah kepada diri sendiri, maukah kita diberi perlindungan oleh Allah SWT? Jika ya, maka laksanakanlah mulai saat ini juga Diinul Islam secara kaffah. Jika tidak, bersiaplah menerima perlindungan syaitan sang laknatullah.

 

F.      MENAMBAH TALI PERSAUDARAAN.

 

Sebagai makhluk sosial kita tidak bisa hidup sendirian dan tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Kita hidup bersama sama dengan orang lain, dimana tidak semua orang memiliki kemampuan yang sama. Ada yang memiliki kekayaan berlimpah dan ada pula yang tidak memiliki kekayaan atau boleh dikatakan orang yang miskin. Adanya perbedaan kemampuan yang terjadi di dalam masyarakat tentunya bukanlah untuk menjadikan orang miskin hanya masyarakat kelas dua atau menjadikan orang miskin sebagai obyek untuk diperlakukan semena mena bagi yang berpunya.

 

Allah SWT tidak memandang atau menilai seseorang melalui pangkat, jabatan, kekayaan, suku, warna kulit. Allah SWT selaku pencipta dari kesemuanya memiliki method penilaian tersendiri kepada umatnya bukan melalui pangkat, jabatan, kekayaan, suku, warna kulit seseorang, melainkan  melalui keimanan dan ketaqwaan seseorang.

 

Untuk membuktikan atau untuk memperoleh penilaian Allah SWT maka setiap individu harus membuktikan keimanan dan ketaqwaannya dengan melaksanakan Diinul Islam yang Kaffah atau menunaikan Zakat. Adanya pelaksanaan menunaikan Zakat dari orang orang yang memiliki kewajiban untuk menunaikan Zakat maka ketentuan surat At Taubah (9) ayat 11 berikut ini: “jika mereka bertaubat, mendirikan sholat dan menunaikan zakat, Maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama. dan Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi kaum yang mengetahui.” menjadi berlaku dalam kehidupan sehari hari. Menunaikan Zakat yang sesuai  dengan kehendak Allah SWT akan dapat menambah tali persaudaraan diantara sesama manusia dan yang pada akhirnya bisa menambah umur dan juga rezeki seseorang.

 

Sekarang pergilah berkunjung ke orang miskin atau ke perkampungan orang miskin, lalu berbuat baiklah kepada mereka, lalu apa yang anda rasakan setelah pulang dari sana, apakah merasa miskin ataukan merasa kaya setelah bisa berbagi? Kita akan merasa kaya setelah mampu berbagi kepada orang miskin, akan tetapi akan terdapat perbedaan yang mencolok setelah kita berkunjung kepada orang kaya yaitu kita merasa menjadi menjadi orang miskin walaupun setelah berkunjung ke rumah orang kaya. Adanya perbedaan perasaan yang berbeda yang kita rasakan maka akan terdapat pula perbedaan sikap kepada keduanya. Kepada orang kaya ada kemungkinan tidak bisa menambah persaudaraan, akan tetapi kepada orang miskin tempat kita berbagi akan menambah persaudaraan karena adanya kebahagiaan dalam diri kita dan juga adanya kebahagiaan dalam diri orang miskin yang menerima zakat.

 

G.    MEMPEROLEH PETUNJUK ALLAH SWT.

 

Berdasarkan surat At Taubah (9) ayat 18 berikut ini: “Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari Kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, Maka merekalah orang-orang yang diharapkan Termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.”  Hikmah dari menunaikan zakat adalah prasyarat bagi diri kita untuk memperoleh atau mendapatkan petunjuk dari Allah SWT. Adanya kondisi ini menunjukkan kepada diri kita bahwa petunjuk Allah SWT bukanlah barang gratisan yang dapat kita peroleh begitu saja.

 

Untuk mendapatkan suatu petunjuk bukanlah perkara mudah, karena ada syarat dan ketentuan yang harus kita penuhi terlebih dahulu, barulah petunjuk dari Allah SWT dapat kita peroleh. Untuk itu bertanyalah kepada diri sendiri, butuhkah kita dengan petunjuk  Allah SWT? Jika kita merasa sangat membutuhkan petunjuk Allah SWT, tidak ada jalan lain kecuali untuk memenuhi segala syarat dan ketentuan yang diminta oleh Allah SWT, jika tidak berarti bersiaplah menerima petunjuk dari syaitan sang laknatullah.

 

Sebagai khalifah di muka bumi butuhkah kita dengan menunaikan zakat, jika zakat memiliki hikmah dan manfaat serta tujuan seperti yang kami kemukakan diatas. Butuh atau tidaknya kita dengan manfaat menunaikan zakat,  semuanya terpulang kepada diri kita sendiri, yang pasti Allah SWT tidak butuh dengan zakat yang kita tunaikan, akan tetapi kitalah yang membutuhkan manfaat dari menunaikan zakat, seperti diri kita membutuhkan manfaat dari mandi. Dan ingat, hikmah dan manfaat yang terdapat di balik perintah menunaikan zakat, tidak hanya berlaku untuk yang menunaikan zakat semata. Akan tetapi hikmah dan manfaat zakat juga bisa bermakna sosial kemasyarakatan.

 

Berdasarkan surat Al Bayyinah (98) ayat 5 berikut ini: “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus[, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.”  Hikmah dan manfaat dari menunaikan zakat yang bermakna sosial kemasyarakatan dari pengertian zakat yang bermakna zakat adalah buah dari pelaksanaan Habblumminallah yang tercermin dalam Habblumminanass dapat kami kemukakan sebagai berikut:

 

1.       Mampu mengurangi social gap (kesenjangan sosial) antara mereka yang berada (kaya) dengan mereka yang miskin.

 

2.       Zakat dapat melatih seorang muslim untuk rela berkorban melalui program program ilahiah melalui zakat, infaq, sedekah, dan juga wakaf di jalan Allah SWT.

 

3.       Zakat dapat menumbuhkan jiwa menjadi jiwa yang kaya hati, sehingga mampu menghilangkan kekiran dan kebakhilan, mampu mengalahkan ahwa (hawa nafsu) dan sifat sifat keburukan yang disukai oleh syaitan.

 

4.       Pilar amal antara mereka yang berada (kaya) dengan para mujahid dan da’i yang berjuang dan berdakwah dalam rangka meninggikan kalimat Allah SWT.

 

5.       Membersihkan dan mengikis atau menghilangkan akhlak buruk yang dikehendaki oleh syaitan sang laknatullah.

 

6.       Zakat, infaq, sedekah dan wakaf dapat berfungsi sebagai alat pembersih harta dan juga alat penjaga dari ketamakan orang jahat kepada diri kita

 

7.       Ungkapan rasa syukur atas nikmat yang Allah SWT berikan yang tiada terhingga sejak kita ada sampai kita bertemu Allah SWT kelak.

 

8.       Dana dari zakat bisa dipergunakan untuk pengembangan potensi umat, sehingga mampu menjadikan mustahik menjadi muzakki muzakki baru.

 

9.       Zakat dapat menghantarkan muzakki dan mustahuk hidup dalam hakekat cinta dan penuh persaudaraan, mempekuat hubungan antar individu dalam masyarakat dengan solidaritas sosial dan persaudaraan yang kokoh.

 

10.   Adanya program zakat, infaq, sedekah serta wakaf dapat memberikan dukungan moral kepada orang yang baru masuk Islam (muallaf).

 

11.   Zakat dapat membebaskan umat ini dari kedengkian, kemarahan (menenangkan) dan kebakhilan akibat adanya kesenjangan sosial.

 

12.   Menambah pendapatan negara untuk proyek proyek yang berguna bagi umat karena adanya aktifitas ekonomi umat yang berasal dari zakat, infaq, sedekah dan wakaf.

 

13.   Zakat dapat menghapus tiga perkara yang menakutkan dalam masyarakat, yaitu kefakiran, kebodohan dan penyakit.

 

14.   Zakat dapat meningkatkan etos kerja dan kemampuan produksi, mendorong roda perekonomian untuk menuju gerbang kemajuan guna memberikan jaminan pekerjaan bagi kaum fakir dan berbagai fasilitas produksi.

 

Untuk itu wahai para muzakki, wahai para calon-calon muzakki, wahai para hartawan, segeralah tunaikan Hak Allah SWT untuk kepentingan para mustahik setelah terpenuhinya syarat nishab dan haulnya. Apabila anda mampu menunaikannya berarti anda semua mampu memperkokoh kaidah kaidah keadilan sosial dalam masyarakat Islam dan telah berhasil memberantas derita kefakiran, ketidakberdayaan, pengangguran, kebodohan dan dendam serta ketidakadilan sosial. Allah SWT berfirman: “dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan. (surat At Taubah (9) ayat 105). 

 

Selanjutnya, berfikirlah ulanglah sebelum diri kita tidak mau menunaikan zakat, dengan berkaca pada hikmah hikmah yang terdapat di balik perintah menunaikan zakat yang akan kami kemukakan di bawah ini :

 

a.        Menyempurnakan keislaman dan keimanan seorang hamba. Zakat merupakan bagian dari rukun Islam yang lima. Apabila seseorang mampu menunaikannya dengan baik dan benar bukan hanya keislamannya yang sempurna namun keimanannya turut terjaga. Hal ini tidak diragukan lagi merupakan suatu tujuan/hikmah yang sangat  agung dan setiap muslim pasti selalu berusaha agar keislaman dan keimanannya menjadi sempurna.

 

b.        Menunjukkan benarnya iman seseorang. Sesungguhnya harta adalah sesuatu yang sangat dicintai oleh jiwa. Sesuatu yang dicintai itu tidaklah dikeluarkan kecuali dengan mengharap balasan yang semisal atau bahkan lebih dari yang dikeluarkan. Oleh karena itu, zakat disebut juga sedekah (yang berasal dari kata shidiq yang berarti benar/jujur) karena zakat akan menunjukkan benarnya iman muzakki (baca: orang yang menunaikan zakat) yang mengharapkan ridha Allah dengan zakatnya tersebut.

 

c.        Membuat keimanan seseorang menjadi sempurna. Rasulullah SAW bersabda yang artinya, “Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian sehingga dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri.” (Hadits Riwayat. Bukhari no. 13 dan Muslim no. 45). Wahai saudaraku, sebagaimana engkau mencintai jika ada saudaramu meringankan kesusahanmu, begitu juga seharusnya engkau suka untuk meringankan kesusahan saudaramu. Maka pemberian seperti ini merupakan tanda kesempurnaan iman Anda.

 

d.       Sebab masuk syurga. Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya di surga terdapat kamar yang luarnya dapat terlihat dari dalamnya dan dalamnya dapat terlihat dari luarnya.” Kemudian ada seorang badui berdiri lantas bertanya, “Kepada siapa (kamar tersebut) wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “Bagi orang yang berkata baik, memberi makan (di antaranya lewat zakat ), rajin berpuasa, shalat karena Allah di malam hari di saat manusia sedang terlelap tidur.” (Hadits Riwayat  Athtirmidzi no. 1984. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan).

 

e.        Menjadikan masyarakat Islam seperti keluarga besar (satu kesatuan). Karena dengan zakat, berarti yang kaya menolong yang miskin dan orang yang berkecukupan akan menolong orang yang kesulitan. Akhirnya setiap orang merasa seperti satu saudara (surat Al Qashash (28) ayat 77).

 

f.         Memadamkan kemarahan orang miskin. Terkadang orang miskin menjadi marah karena melihat orang kaya hidup mewah. Orang kaya dapat memakai kendaraan yang dia suka (dengan berganti-ganti) atau tinggal di rumah mana saja yang dia mau. Tidak ragu lagi, pasti akan timbul sesuatu (kemarahan) pada hati orang miskin. Apabila orang kaya berderma pada mereka, maka padamlah kemarahan tersebut. Mereka akan mengatakan,”Saudara-saudara kami ini mengetahui kami berada dalam kesusahan”. Maka orang miskin tersebut akan suka dan timbul rasa cinta kepada orang kaya yang berderma tadi.

 

g.        Menghalangi berbagai bentuk pencurian, pemaksaan, dan perampasan. Karena dengan zakat, sebagian kebutuhan orang yang hidupnya dalam kemiskinan sudah terpenuhi, sehingga hal ini menghalangi mereka untuk merampas harta orang-orang kaya atau berbuat jahat kepada yang kaya. Adanya zakat, infaq, sedekah dan juga wakaf mampu mencegah tingkat kriminalitas. Hal ini dikarenakan sebagian kejahatan timbul karena tidak terpenuhinya kebutuhan dasar oleh orang-orang kurang mampu.

 

h.       Menyelamatkan seseorang dari panasnya hari kiamat. Nabi SAW bersabda,“Setiap orang akan berada di naungan amalan sedekahnya hingga ia mendapatkan keputusan di tengah-tengah manusia.” (Hadits Riwayat. Ahmad 4/147. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits tersebut shahih)

 

i.         Seseorang akan lebih mengenal hukum dan aturan Allah SWT. Karena ia tidaklah menunaikan zakat sampai ia mengetahui hukum zakat dan keadaan hartanya. Juga ia pasti telah mengetahui nishab dan haul zakat tersebut dan orang yang berhak menerimanya serta hal-hal lain yang wajib diketahui.

 

j.          Menunaikan zakat mampu menambah harta dan rezeki seseorang. Terkadang Allah membuka pintu rezeki dari harta yang dizakati. Sebagaimana terdapat dalam hadits yang artinya, ”Sedekah tidaklah mengurangi harta” (Hadits Riwayat. Muslim no. 2558).

 

k.        Merupakan sebab turunnya banyak kebaikan. Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah suatu kaum enggan mengeluarkan zakat dari harta-harta mereka, melainkan mereka akan dicegah dari mendapatkan hujan dari langit. Sekiranya bukan karena binatang-binatang ternak, niscaya mereka tidak diberi hujan.” (Hadits Riwayat. Ibnu Majah no. 4019. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan)

 

l.          Zakat akan meredam murka Allah SWT. Sebagaimana disebutkan dalam hadits, “Sedekah itu dapat memadamkan murka Allah dan mencegah dari keadaan mati yang jelek” (Hadits Riwayat. Ath Thirmidzi no. 664.)

 

m.      Dosa akan terampuni. Rasulullah SAW bersabda, ”Sedekah itu akan memadamkan dosa sebagaimana air dapat memadamkan api.” (Hadits Riwayat. Ath Thirmidzi no. 614 )

 

n.       Menunaikan zakat mampu mendorong manusia untuk mempelajari Agama lebih dalam lagi sehingga dapat membuat seseorang mengetahui batasan-batasan dan hukum Allah SWT. Sebab, untuk berzakat orang harus mengetahui banyak hal mulai dari jenis-jenisnya, Nishab (jumlah minimum untuk zakat), siapa yang berhak menerima zakat, dan hal-hal lainnya.

 

o.       Menunaikan zakat dengan baik dan benar mampu menjauhkan umat Muslim dari kematian yang kurang baik (suul khatimah). Dengan melunaskan kewajibannya sebagai umat Muslim, pahala yang didapatkan pun bertambah. Zakat juga bermanfaat untuk meringankan dosa-dosa yang telah diperbuat. Hal ini dapat mempermudah kepergian seseorang ketika waktunya sudah tiba.

 

p.       Zakat merupakan kunci agar harta kita menjadi lebih berkah. Harta yang berkah akan membuat pemiliknya selalu tenang. Harta berkah tidak selalu harus banyak, selalu ada ketika dibutuhkan, dan membuat pemiliknya selalu tenang. “Rasulullah SAW bersabda: “Harta tidak akan berkurang karena sedekah (zakat) dan tidaklah Allah menambah bagi hamba yang pemaaf kecuali kemuliaan dan tidak lah orang yang berlaku tawadhu’ karena Allah melainkan Dia akan meninggikannya.” (Hadits Riwayat Muslim)

 

q.        Zakat dapat memperluas peredaran harta, atau zakat mampu meratakan peredaran harta kepada banyak orang, hal ini dimungkinkan jika seorang muslim ingin hartanya bertambah, buatlah harta itu menjadi berkah terlebih dahulu dengan mendapatkannya melalui cara yang halal, lalu membelanjakannya di jalan Allah SWT melalui zakat, infaq, sedekah, dan juga wakaf yang akhirnya kepemilikan harta tidak terpusat hanya kepada satu orang saja, sehingga tidak terjadi penyebaran kekayaan.

 

r.         Zakat merupakan kewajiban yang harus dilakukan, tetapi bukan secara terang-terangan. Sesungguhnya Allah SWT tidak menyukai hambanya yang tinggi hati sebagaimana hadits berikut ini: “Amal yang diberikan secara rahasia dapat memadamkan kemurkaan Allah SWT.(Hadits Riwayat  Ath-Thirmidzi dan Ibnu Hiban). Menunaikan zakat akan mampu menghantarkan diri kita ke dalam kelompok orang yang dermawan sehingga mampu memisahkan diri dari kelompok orang-orang kikir. Alasannya, jika seseorang sudah terbiasa untuk memberi dalam bentuk apapun, seperti pengetahuan, uang, atau kebaikan, dirinya akan merasa lebih “lengkap” ketika telah memberikan sesuatu yang berarti untuk orang lain dengan merasakan kebahagian setelah memberi. Akhirnya dengan berzakat kita melatih diri untuk ikhlas dan tanpa paksaan

 

Jamaah sekalian, segeralah tunaikan zakat ketika telah memenuhi syarat nishab dan haul-nya. Berlomba lombalah dalam kebaikan dan ingatlah selalu nasib saudaramu yang berada dalam kesusahan. Sesungguhnya dengan engkau menunaikan zakat yang sebelumnya diiringi dengan mendirikan shalat, akan meringankan beban mereka yang tidak mampu atau bahkan bisa menjadikan orang yang tidak mampu menjadi muzakki muzakki generasi baru. Semoga Allah selalu menganugerahi kita untuk selalu istiqomah dalam melakukan ketaatan kepada-Nya. Amiin.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar