Untuk siapakah hikmah
yang paling hakiki dari perintah menunaikan zakat yang telah diperintahkan oleh
Allah SWT, apakah untuk kepentingan Allah SWT ataukah untuk kepentingan umat
manusia (diri kita) selaku yang diperintahkan oleh Allah SWT? Segala hikmah dan
manfaat yang terdapat dibalik perintah menunaikan zakat bukanlah untuk
kepentingan yang memerintahkan, karena yang memerintahkan tidak butuh dengan zakat
yang kita tunaikan. Allah SWT sudah Maha dan akan Maha selamanya. Lalu jika
hikmah menunaikan zakat bukan untuk Allah SWT berarti hikmah menunaikan zakat
untuk pribadi pribadi yang mau dan mampu menunaikan zakat yang sesuai dengan
kehendak Allah SWT.
Sebagai abd’
(hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya di muka bumi yang telah diperintahkan
untuk menunaikan zakat maka kita harus bisa melaksanakannya dengan baik dan
benar sehingga segala hikmah dan manfaat yang terdapat di balik perintah dapat
kita raih dan rasakan selama kita hidup di muka bumi ini termasuk di dalamnya dapat
dirasakan bagi kemaslahatan orang banyak. Berikut ini akan kami kemukakan beberapa
hikmah dari menunaikan zakat yang tidak lain adalah Hak Allah SWT yang harus kita
tunaikan, yaitu:
A.
MEMBEBASKAN DIRI KITA
DARI AZAB (KESUSAHAN) HIDUP DI DUNIA MAUPUN AKHIRAT.
Berdasarkan ketentuan
surat An Naml (27) ayat 3, 4, 5 yang kami kemukakan berikut ini: “(yaitu)
orang-orang yang mendirikan sembahyang dan menunaikan zakat dan mereka yakin
akan adanya negeri akhirat. Sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada
negeri akhirat, Kami jadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka,
Maka mereka bergelimang (dalam kesesatan).Mereka Itulah orang-orang yang
mendapat (di dunia) azab yang buruk dan mereka di akhirat adalah orang-orang
yang paling merugi. Hikmah yang akan kita rasakan setelah menunaikan zakat
yang pada saat bersamaan kita juga telah mampu mendirikan shalat yang diiringi
dengan meyakini akan adanya hari akhirat maka Allah SWT akan membebaskan atau membantu
menolong diri kita dari azab atau dari persoalan yang kita hadapi atau dari
problematika kehidupan baik saat di dunia yang pada akhirnya mampu menolong
diri kita dari azab di akhirat kelak.
Hal ini dimungkinkan
sepanjang apa yang telah ditetapkan oleh Allah SWT berlaku tidak kita pecah
pecah menjadi hanya mendirikan shalat saja atau hanya menunaikan zakat saja
atau hanya meyakini adanya hari akhirat saja. Ketiganya harus dalam satu
kesatuan maka barulah hikmah itu dapat kita raih dan rasakan. Sekarang
sanggupkah diri kita membebaskan diri kita persoalan dan problematika hidup
seorang diri, atau sanggupkah kita membebaskan diri dari azab Allah SWT, atau
mampukah diri kita menahan pedihnya azab yang ditimpakan oleh Allah SWT kepada
diri kita, atau sanggupkah diri kita menahan panasnya api neraka yang panasnya
70(tujuh puluh) kali panasnya dari api dunia?
Hal yang harus kita
jadikan pedoman adalah yang akan menikmati dan yang akan merasakan nikmatnya
bertuhankan kepada Allah SWT atau merasakan perihnya azab Allah SWT bukanlah
orang lain, melainkan ruh/ruhani diri kita sendirilah yang akan merasakannya
dan juga keluarga termasuk anak dan keturunan kita yang tidak berbuat namun
turut merasakan akibat dari ulah perbuatan kita yang tidak mau menunaikan zakat.
Ingat, akibat dari pelanggaran ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT kesemuanya
tidak akan bisa dialihkan kepada siapapun juga serta tidak bisa ditebus dengan
apapun juga. Siapa melanggar ketentuan maka ia akan memperoleh dan merasakan azab,
sedangkan jika menunaikan zakat atau melaksanakan aturan yang telah ditetapkan
berlaku maka ia akan memperoleh manfaat yang terdapat di balik perintah
menunaikan zakat, baik di dunia maupun di akhirat kelak.
B.
MENGHAPUS DOSA DAN
KESALAHAN KITA.
Berdasarkan surat Al
Maaidah (5) ayat 12 yang kami kemukakan di bawah ini, “dan Sesungguhnya Allah telah mengambil Perjanjian (dari) Bani Israil
dan telah Kami angkat diantara mereka 12 orang pemimpin dan Allah berfirman:
"Sesungguhnya aku beserta kamu, Sesungguhnya jika kamu mendirikan shalat dan
menunaikan zakat serta beriman kepada rasul-rasul-Ku dan kamu bantu mereka dan
kamu pinjamkan kepada Allah pinjaman yang baik[406] Sesungguhnya aku akan
menutupi dosa-dosamu. dan Sesungguhnya kamu akan Kumasukkan ke dalam surga yang
mengalir air didalamnya sungai-sungai. Maka Barangsiapa yang kafir di antaramu
sesudah itu, Sesungguhnya ia telah tersesat dari jalan yang lurus.”
[406] Maksudnya Ialah:
menafkahkan harta untuk menunaikan kewajiban dengan hati yang ikhlas.
Hikmah dari diri kita
menunaikan zakat yang sesuai dengan kehendak Allah SWT maka zakat yang kita
tunaikan yang sebelumnya diiringi dengan mendirikan shalat akan dapat menghapus
dosa dan kesalahan kita yang telah kita perbuat saat menjadi khalifah di muka
bumi serta mampu menghantarkan diri kita ke syurga. Sekarang mau kemanakah kita
pulang kampung, apakah mau ke neraka jahannam ataukah ke syurga? Jika syurga
yang menjadi tujuan akhir kita berarti kita harus konsisten dengan pernyataan
kita yaitu dengan memenuhi syarat dan ketentuan untuk masuk syurga. Hal yang
harus kita ketahui dengan pasti adalah syarat dan ketentuan masuk syurga sangat
berbeda jauh dengan syarat dan ketentuan masuk neraka jahannam. Pilihan
selanjutnya sangat tergantung kepada keputusan kita saat ini, apakah mau
melaksanakan Diinul Islam secara kaffah ataukah mau menunaikan hak Allah SWT
saat hidup di langit dan di bumi yang diciptakan oleh Allah SWT.
Sebagai khalifah yang
sedang menumpang di langit dan di bumi Allah SWT, ketahuilah bahwa untuk masuk syurga
ataukah untuk masuk ke neraka jahannam, tidaklah gratis. Hal ini dikarenakan
untuk masuk ke syurga maupun ke neraka jahannam kita diwajibkan untuk memiliki
tiket masuk yang hanya tersedia saat kita hidup di muka bumi. Untuk memiliki
tiket masuk ke syurga maka kita harus sesuai dengan kehendak Allah SWT,
sedangkan untuk memiliki tiket masuk ke neraka jahannam maka kita harus sesuai
dengan kehendak syaitan. Sekarang sudahkah kita memiliki tiket masuk ke syurga
jika syurga yang kita kehendaki, ataukah sudahkah kita memiliki tiket masuk ke neraka
jahannam jika neraka jahannam yang kita kehendaki?
Syurga merupakan
kuasa Allah SWT semata atau hanya Allah SWT sajalah yang berkuasa dan Allah SWT
sajalah yang berhak menentukan siapa siapa saja yang berhak menempati syurga.
Syurga tidak akan mungkin bisa ditukar atau dibeli dengan pahala yang kita
dapatkan dari melaksanakan segala macam ibadah. Pahala bukanlah tolak ukur
untuk masuk syurga. Syurga bukanlah sesuatu yang rendah nilainya sehingga bisa
dikonversi dengan ukuran pahala. Pahala yang kita dapatkan tidak sepadan dan
tidak akan mungkin bisa membeli syurga. Kita hanya bisa masuk syurga karena
adanya rahmat dan karunia Allah SWT semata kepada diri kita. Untuk itu tunaikan
zakat sebagai bagian yang tidak terpisahkan dengan pelaksanaan Diinul Islam
yang kaffah.
C.
DIBERI RAHMAT OLEH ALLAH
SWT.
Berdasarkan surat At
Taubah (9) ayat 71 berikut ini: “dan orang-orang yang beriman, lelaki dan
perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang
lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar,
mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya.
mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana.” Hikmah lain dari menunaikan zakat yang sesuai dengan
kehendak Allah SWT adalah kita telah memenuhi syarat untuk mendapatkan atau memperoleh
rahmat yang berasal dari Allah SWT. Jika rahmat Allah SWT kita dapatkan maka
salah satu tiket untuk masuk syurga mampu kita raih. Sekarang bertanyalah
kepada diri sendiri, butuhkah diri kita dengan rahmat Allah SWT saat hidup di
dunia? Jika jawaban dari pertanyaan ini, adalah ya, berarti kita harus
menunaikan hak Allah SWT saat hidup di dunia yang tidak terpisahkan dengan
pelaksanaan Diinul Islam secara kaffah.
Agar diri kita mampu
memperoleh dan mendapatkan rahmat Allah SWT yang merupakan salah satu hikmah
yang tersembunyi di balik perintah menunaikan zakat maka kita harus bisa
menempatkan dan meletakkan bahwa perintah yang telah diperintahkan oleh Allah
SWT merupakan kebutuhan diri kita saat hidup di muka bumi. Jika kita hanya
mampu melaksanakan perintah menunaikan zakat tanpa diiringi dengan mendirikan
shalat atau tanpa berbuat kebaikan maka Rahmat Allah SWT masih jauh dari diri
kita.
Adanya rahmat Allah SWT atau dibukanya pintu
rahmat bagi diri kita setelah kita mampu menunaikan zakat yang sebelumnya
diiringi dengan mendirikan shalat maka terbentanglah segala kemudahan,
terbukalah rezeki, terlaksanalah apa apa yang kita cita citakan oleh sebab
Allah SWT menjadi penolong diri kita.
Rahmat Allah SWT
adalah sesuatu yang bersifat non materiil sehingga ia tidak akan mungkin bisa
dikonversi dalam bentuk satuan tertentu, seperti satuan mata uang.
WHAT
MONEY CAN BUY
(MONEY
IS NOT EVERYTHING)
A Bed
but not Sleep; Books but not Brains; Food but not Appetite; Finery but not
Beauty;
A House
but not Home;Medicine but not Health;
Luxuries
but not Culture; Amusement but not Happiness;
Religion
but not Salvation; A Clock but not Time; Position but not Resfect.
Rahmat Allah SWT
adalah sebuah kenikmatan yang tidak bisa dibayangkan rasanya namun bisa
dirasakan hasilnya dalam hidup dan kehidupan. Sebagai Muzakki tentu kita harus
bisa menjadikan rahmat Allah SWT adalah salah satu tujuan dari perintah
menunaikan zakat sehingga kita mampu merasakan nikmatnya bertuhankan kepada
Allah SWT melalui zakat yang kita tunaikan.
D.
BENTENG DAN PENYEMBUH
DARI KEKHAWATIRAN DAN KEGELISAHAN.
Berdasarkan surat
Yunus (10) ayat 57 yang kami kemukakan berikut ini: “Hai manusia, Sesungguhnya
telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi
penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi
orang-orang yang beriman.” di dalam rongga dada manusia terdapat
penyakit penyakit seperti penyakit resah dan gelisah; penyakit takut dan was-was;
penyakit stress; penyakit tidak percaya diri; penyakit motivasi rendah; penyakit
pikiran buntu; penyakit sedih hati.
Dimana
dunia kedokteran dengan segala kecanggihannya belum sanggup dan tidak akan
mungkin sanggup mengobati penyebab dari penyakit yang ada di dalam rongga dada
manusia atau penyakit yang ada di dalam hati ruhani manusia, yaitu penyakit
akibat dari tidak berfungsinya ruh dan Amanah yang 7 dengan baik, penyakit
akibat rusaknya ruh dan Amanah yang 7 akibat pengaruh ahwa (hawa nafsu) dan
juga syaitan, penyakit yang disebabkan ruh
dan Amanah yang 7 yang tidak bekerja sesuai dengan fitrahnya, penyakit yang
diakibatkan oleh ruh dan Amanah yang 7
yang telah lepas hubungan dengan pemilik dan penciptanya.
Salah satu penyembuh penyakit
yang ada di dalam rongga dada adalah hikmah dari menunaikan zakat yang
sebelumnya diiringi dengan mendirikan shalat. Jika hal ini mampu kita
laksanakan dengan baik dan benar maka ibadah yang kita laksanakan dapat menjadi benteng atau pelindung atau penyembuh
dari rasa kekhawatiran dan penghilang kegelisahan sehingga kita tidak bersedih
hati lagi. Hal ini dikemukakan Allah SWT pada surat Al Baqarah (2) ayat 277
berikut ini: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman,
mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat
pahala di sisi Tuhannya. tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak
(pula) mereka bersedih hati. (surat Al Baqarah (2) ayat 277)
Sekarang mari kita
perhatikan diri kita sendiri. Katakan saat ini kita memiliki harta kekayaan dan
penghasilan yang banyak, lalu tanyakan kepada hati sanubari kita, kapan kita
memiliki rasa memiliki harta kekayaan dan penghasilan itu, apakah saat memilikinya
ataukah saat memberikan sebahagiaan kekayaan dan penghasilan itu kita kepada
orang yang membutuhkan? Jika kita termasuk orang yang masih memiliki hati
sanubari yang sehat maka kebahagiaan memiliki harta kekayaan atau rasa dari
memiliki penghasilan baru akan terasa
ada di dalam diri setelah kita mampu berbagi kepada orang yang membutuhkan.
Berdasarkan uraian di
atas, tidaklah berlebihan jika kita katakan bahwa dengan menunaikan zakat (atau
infaq dan sedekah) maka kita akan bisa merasakan rasa kebahagiaan memiliki
harta kekayaan. Dimana rasa kebahagiaan itu sangat terasa setelah berbagi
sebahagian kekayaan kepada orang lain yang membutuhkan. Adanya kondisi inilah
maka hilanglah rasa kekhawatiran kita terhadap harta yang kita miliki dan hilang
pula rasa gelisah akibat banyak harta hingga hilang pula penyakit yang ada di
dalam rongga dada kita.
Sekarang bagaimana
jika kita tidak mau menunaikan Zakat? Hal yang pertama terjadi jika kita tidak
mau menunaikan zakat adalah di dalam harta kekayaan kita terdapat sesuatu yang
kotor karena tidak dibersihkan melalui zakat ( atau infaq dan sedekah). Adanya
kekotoran harta akan memudahkan syaitan melaksanakan aksinya kepada diri kita
akibat ulah diri kita sendiri yang memberikan kesempatan untuk melaksanakan
aksinya melalui kekotoran harta. Sesuatu yang kotor lama lama akan menimbulkan
penyakit terutama setelah harta itu dibelanjakan untuk memenuhi kebutuhan hidup
sehari hari.
Hal yang berikut
terjadi adalah syaitan akan menumbuhkan rasa kekhawatiran dalam diri kita atas
berkurangnya harta jika zakatnya ditunaikan atau syaitan juga akan
menghembuskan perasaan tidak ikhlas karena harus berbagi harta kekayaan kepada
orang lain. Jika sampai kondisi ini terjadi pada diri kita berarti ada sesuatu
yang salah di dalam diri kita.Jika hal ini terjadi terus menerus maka penyakit
yang bersarang di dalam rongga dada mulai timbul sedikit demi sedikit yang
akhirnya menghantarkan diri kita hidup dalam keresahan dan kegelisahan.
E.
MENDAPATKAN
PERLINDUNGAN ALLAH SWT.
Berdasarkan surat Al
Hajj (22) ayat 78 yang kami kemukakan di bawah ini, “dan berjihadlah
kamu pada jalan Allah dengan Jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih
kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu
kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai
kamu sekalian orang-orang Muslim dari dahulu[993], dan (begitu pula) dalam
(AlQuran) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua
menjadi saksi atas segenap manusia, Maka dirikanlah sembahyang, tunaikanlah
zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, Maka
Dialah Sebaik-baik pelindung dan sebaik- baik penolong.”
[993] Maksudnya: dalam Kitab-Kitab yang telah diturunkan
kepada nabi-nabi sebelum Nabi Muhammad s.a.w.
Hikmah dari
menunaikan zakat yang sebelumnya diiringi dengan mendirikan shalat adalah mendapatkan
perlindungan dan pertolongan Allah SWT. Saat
diri kita hidup di muka bumi ini, saat diri kita melaksanakan tugas menjadi
Khalifah di muka bumi, tidak ada satupun yang dapat menghindarkan diri dari
gangguan ahwa (hawa nafsu) dan juga gangguan syaitan. Adanya gangguan ahwa (hawa
nafsu) dan juga syaitan yang tidak akan berhenti selama hayat masih di kandung
badan, akan menjadikan diri kita menjadi seorang pecundang karena mampu
dikalahkan oleh ahwa (hawa nafsu) dan syaitan (memiliki jiwa fujur) dan bisa
juga menjadikan diri kita menjadi seorang pemenang karena tidak mampu
dikalahkan oleh Ahwa dan Syaitan (memiliki jiwa taqwa).
Agar diri kita
menjadi seorang pemenang (memiliki jiwa taqwa) karena inilah yang sejatinya
harus terjadi pada diri kita. Bukanlah sesuatu yang mudah kita raih dan
dapatkan. Butuh perjuangan dan kerja keras untuk merealisasikannya. Sekarang
dapatkah kita seorang diri mampu menjadikan diri kita menjadi seorang pemenang
(memiliki jiwa taqwa) tanpa bantuan Allah SWT? Jawaban dari pertanyaan ini
adalah kita tidak akan bisa mengalahkan Ahwa dan Syaitan seorang diri atau
dengan kata lain kita tidak akan bisa menjadikan diri kita menjadi seorang
pemenang (jiwa taqwa) tanpa bantuan Allah SWT.
Untuk itu perhatikan
apa yang dikemukakan Allah SWT di dalam
surat Al Hajj (22) ayat 78 di atas ini, salah satu sarana diri kita untuk
memperoleh perlindungan yang di dalamnya terdapat pertolongan dan bantuan dari
Allah SWT kita diwajibkan terlebih dahulu untuk menunaikan zakat yang
sebelumnya diiringi dengan mendirikan shalat (atau melaksanakan Diinul Islam
secara kaffah). Sekarang jika Allah SWT
sudah memberikan perlindungan kepada diri kita, siapa yang bisa mengalahkan
perlindungan Allah SWT tersebut? Adanya perlindungan Allah SWT kepada diri
kita, maka tidak ada satupun makhluk yang mampu mengalahkan perlindungan Allah
SWT. Sekarang bertanyalah kepada diri sendiri, maukah kita diberi perlindungan
oleh Allah SWT? Jika ya, maka laksanakanlah mulai saat ini juga Diinul Islam
secara kaffah. Jika tidak, bersiaplah menerima perlindungan syaitan sang laknatullah.
F.
MENAMBAH TALI
PERSAUDARAAN.
Sebagai makhluk
sosial kita tidak bisa hidup sendirian dan tidak bisa hidup tanpa bantuan orang
lain. Kita hidup bersama sama dengan orang lain, dimana tidak semua orang
memiliki kemampuan yang sama. Ada yang memiliki kekayaan berlimpah dan ada pula
yang tidak memiliki kekayaan atau boleh dikatakan orang yang miskin. Adanya
perbedaan kemampuan yang terjadi di dalam masyarakat tentunya bukanlah untuk
menjadikan orang miskin hanya masyarakat kelas dua atau menjadikan orang miskin
sebagai obyek untuk diperlakukan semena mena bagi yang berpunya.
Allah SWT tidak
memandang atau menilai seseorang melalui pangkat, jabatan, kekayaan, suku,
warna kulit. Allah SWT selaku pencipta dari kesemuanya memiliki method
penilaian tersendiri kepada umatnya bukan melalui pangkat, jabatan, kekayaan,
suku, warna kulit seseorang, melainkan
melalui keimanan dan ketaqwaan seseorang.
Untuk membuktikan
atau untuk memperoleh penilaian Allah SWT maka setiap individu harus
membuktikan keimanan dan ketaqwaannya dengan melaksanakan Diinul Islam yang
Kaffah atau menunaikan Zakat. Adanya pelaksanaan menunaikan Zakat dari orang
orang yang memiliki kewajiban untuk menunaikan Zakat maka ketentuan surat At
Taubah (9) ayat 11 berikut ini: “jika mereka bertaubat, mendirikan sholat
dan menunaikan zakat, Maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama. dan
Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi kaum yang mengetahui.” menjadi
berlaku dalam kehidupan sehari hari. Menunaikan Zakat yang sesuai dengan kehendak Allah SWT akan dapat menambah
tali persaudaraan diantara sesama manusia dan yang pada akhirnya bisa menambah
umur dan juga rezeki seseorang.
Sekarang pergilah
berkunjung ke orang miskin atau ke perkampungan orang miskin, lalu berbuat
baiklah kepada mereka, lalu apa yang anda rasakan setelah pulang dari sana,
apakah merasa miskin ataukan merasa kaya setelah bisa berbagi? Kita
akan merasa kaya setelah mampu berbagi kepada orang miskin, akan tetapi akan
terdapat perbedaan yang mencolok setelah kita berkunjung kepada orang kaya
yaitu kita merasa menjadi menjadi orang miskin walaupun setelah berkunjung ke
rumah orang kaya. Adanya perbedaan perasaan yang berbeda yang kita
rasakan maka akan terdapat pula perbedaan sikap kepada keduanya. Kepada orang
kaya ada kemungkinan tidak bisa menambah persaudaraan, akan tetapi kepada orang
miskin tempat kita berbagi akan menambah persaudaraan karena adanya kebahagiaan
dalam diri kita dan juga adanya kebahagiaan dalam diri orang miskin yang
menerima zakat.
G.
MEMPEROLEH PETUNJUK
ALLAH SWT.
Berdasarkan surat
At Taubah (9) ayat 18 berikut ini: “Hanya yang memakmurkan
masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari
Kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut
(kepada siapapun) selain kepada Allah, Maka merekalah orang-orang yang
diharapkan Termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.” Hikmah dari menunaikan zakat adalah prasyarat
bagi diri kita untuk memperoleh atau mendapatkan petunjuk dari Allah SWT.
Adanya kondisi ini menunjukkan kepada diri kita bahwa petunjuk Allah SWT
bukanlah barang gratisan yang dapat kita peroleh begitu saja.
Untuk mendapatkan
suatu petunjuk bukanlah perkara mudah, karena ada syarat dan ketentuan yang
harus kita penuhi terlebih dahulu, barulah petunjuk dari Allah SWT dapat kita
peroleh. Untuk itu bertanyalah kepada diri sendiri, butuhkah kita dengan
petunjuk Allah SWT? Jika kita merasa
sangat membutuhkan petunjuk Allah SWT, tidak ada jalan lain kecuali untuk
memenuhi segala syarat dan ketentuan yang diminta oleh Allah SWT, jika tidak
berarti bersiaplah menerima petunjuk dari syaitan sang laknatullah.
Sebagai khalifah di
muka bumi butuhkah kita dengan menunaikan zakat, jika zakat memiliki hikmah dan
manfaat serta tujuan seperti yang kami kemukakan diatas. Butuh atau tidaknya
kita dengan manfaat menunaikan zakat,
semuanya terpulang kepada diri kita sendiri, yang pasti Allah SWT tidak
butuh dengan zakat yang kita tunaikan, akan tetapi kitalah yang membutuhkan
manfaat dari menunaikan zakat, seperti diri kita membutuhkan manfaat dari
mandi. Dan ingat, hikmah dan manfaat yang terdapat
di balik perintah menunaikan zakat, tidak hanya berlaku untuk yang menunaikan zakat
semata. Akan tetapi hikmah dan manfaat zakat juga bisa bermakna sosial
kemasyarakatan.
Berdasarkan
surat Al Bayyinah (98) ayat 5 berikut ini: “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya
menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama
yang lurus[, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang
demikian Itulah agama yang lurus.” Hikmah
dan manfaat dari menunaikan zakat yang bermakna sosial kemasyarakatan dari
pengertian zakat yang bermakna zakat adalah buah dari pelaksanaan Habblumminallah
yang tercermin dalam Habblumminanass dapat kami kemukakan sebagai berikut:
1.
Mampu mengurangi social gap (kesenjangan sosial) antara mereka
yang berada (kaya) dengan mereka yang miskin.
2.
Zakat dapat melatih seorang muslim untuk rela berkorban melalui
program program ilahiah melalui zakat, infaq, sedekah, dan juga wakaf di jalan
Allah SWT.
3.
Zakat dapat menumbuhkan jiwa menjadi jiwa yang kaya hati,
sehingga mampu menghilangkan kekiran dan kebakhilan, mampu mengalahkan ahwa
(hawa nafsu) dan sifat sifat keburukan yang disukai oleh syaitan.
4.
Pilar amal antara mereka yang berada (kaya) dengan para mujahid
dan da’i yang berjuang dan berdakwah dalam rangka meninggikan kalimat Allah
SWT.
5.
Membersihkan dan mengikis atau menghilangkan akhlak buruk yang
dikehendaki oleh syaitan sang laknatullah.
6.
Zakat, infaq, sedekah dan wakaf dapat berfungsi sebagai alat
pembersih harta dan juga alat penjaga dari ketamakan orang jahat kepada diri
kita
7.
Ungkapan rasa syukur atas nikmat yang Allah SWT berikan yang
tiada terhingga sejak kita ada sampai kita bertemu Allah SWT kelak.
8.
Dana dari zakat bisa dipergunakan untuk pengembangan potensi
umat, sehingga mampu menjadikan mustahik menjadi muzakki muzakki baru.
9.
Zakat dapat menghantarkan muzakki dan mustahuk hidup dalam
hakekat cinta dan penuh persaudaraan, mempekuat hubungan antar individu dalam
masyarakat dengan solidaritas sosial dan persaudaraan yang kokoh.
10.
Adanya program zakat, infaq, sedekah serta wakaf dapat
memberikan dukungan moral kepada orang yang baru masuk Islam (muallaf).
11.
Zakat dapat membebaskan umat ini dari kedengkian, kemarahan
(menenangkan) dan kebakhilan akibat adanya kesenjangan sosial.
12.
Menambah pendapatan negara untuk proyek proyek yang berguna bagi
umat karena adanya aktifitas ekonomi umat yang berasal dari zakat, infaq,
sedekah dan wakaf.
13.
Zakat dapat menghapus tiga perkara yang menakutkan dalam
masyarakat, yaitu kefakiran, kebodohan dan penyakit.
14.
Zakat dapat meningkatkan etos kerja dan kemampuan produksi,
mendorong roda perekonomian untuk menuju gerbang kemajuan guna memberikan
jaminan pekerjaan bagi kaum fakir dan berbagai fasilitas produksi.
Untuk itu wahai para muzakki, wahai para calon-calon
muzakki, wahai para hartawan, segeralah tunaikan Hak Allah SWT untuk
kepentingan para mustahik setelah terpenuhinya syarat nishab dan haulnya.
Apabila anda mampu menunaikannya berarti anda semua mampu memperkokoh kaidah
kaidah keadilan sosial dalam masyarakat Islam dan telah berhasil memberantas
derita kefakiran, ketidakberdayaan, pengangguran, kebodohan dan dendam serta
ketidakadilan sosial. Allah SWT berfirman: “dan Katakanlah: "Bekerjalah
kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat
pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan
yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu
kerjakan. (surat At Taubah (9) ayat 105).
Selanjutnya,
berfikirlah ulanglah sebelum diri kita tidak mau menunaikan zakat, dengan
berkaca pada hikmah hikmah yang terdapat di balik perintah menunaikan zakat
yang akan kami kemukakan di bawah ini :
a.
Menyempurnakan
keislaman dan keimanan seorang hamba. Zakat merupakan bagian dari rukun Islam
yang lima. Apabila seseorang mampu menunaikannya dengan baik dan benar bukan
hanya keislamannya yang sempurna namun keimanannya turut terjaga. Hal ini tidak
diragukan lagi merupakan suatu tujuan/hikmah yang sangat agung dan setiap muslim pasti selalu berusaha
agar keislaman dan keimanannya menjadi sempurna.
b.
Menunjukkan
benarnya iman seseorang. Sesungguhnya harta adalah sesuatu yang sangat dicintai
oleh jiwa. Sesuatu yang dicintai itu tidaklah dikeluarkan kecuali dengan
mengharap balasan yang semisal atau bahkan lebih dari yang dikeluarkan. Oleh
karena itu, zakat disebut juga sedekah (yang berasal dari
kata shidiq yang berarti benar/jujur) karena zakat akan menunjukkan
benarnya iman muzakki (baca: orang yang menunaikan zakat) yang
mengharapkan ridha Allah dengan zakatnya tersebut.
c.
Membuat
keimanan seseorang menjadi sempurna. Rasulullah SAW bersabda yang
artinya, “Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian sehingga dia mencintai
saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri.” (Hadits Riwayat. Bukhari
no. 13 dan Muslim no. 45). Wahai saudaraku, sebagaimana engkau
mencintai jika ada saudaramu meringankan kesusahanmu, begitu juga seharusnya
engkau suka untuk meringankan kesusahan saudaramu. Maka pemberian seperti ini
merupakan tanda kesempurnaan iman Anda.
d. Sebab masuk syurga. Rasulullah SAW
bersabda, “Sesungguhnya di surga terdapat kamar yang luarnya dapat terlihat
dari dalamnya dan dalamnya dapat terlihat dari luarnya.” Kemudian ada seorang
badui berdiri lantas bertanya, “Kepada siapa (kamar tersebut) wahai
Rasulullah?” Beliau bersabda, “Bagi orang yang berkata baik, memberi makan (di
antaranya lewat zakat ), rajin berpuasa, shalat karena Allah di malam hari di
saat manusia sedang terlelap tidur.” (Hadits Riwayat Athtirmidzi no. 1984. Syaikh Al Albani
mengatakan bahwa hadits ini hasan).
e.
Menjadikan
masyarakat Islam seperti keluarga besar (satu kesatuan). Karena dengan zakat,
berarti yang kaya menolong yang miskin dan orang yang berkecukupan akan
menolong orang yang kesulitan. Akhirnya setiap orang merasa seperti satu
saudara (surat Al Qashash (28) ayat 77).
f.
Memadamkan
kemarahan orang miskin. Terkadang orang miskin menjadi marah karena melihat
orang kaya hidup mewah. Orang kaya dapat memakai kendaraan yang dia suka
(dengan berganti-ganti) atau tinggal di rumah mana saja yang dia mau. Tidak
ragu lagi, pasti akan timbul sesuatu (kemarahan) pada hati orang miskin.
Apabila orang kaya berderma pada mereka, maka padamlah kemarahan tersebut.
Mereka akan mengatakan,”Saudara-saudara kami ini mengetahui kami berada dalam
kesusahan”. Maka orang miskin tersebut akan suka dan timbul rasa cinta kepada
orang kaya yang berderma tadi.
g.
Menghalangi
berbagai bentuk pencurian, pemaksaan, dan perampasan. Karena dengan zakat,
sebagian kebutuhan orang yang hidupnya dalam kemiskinan sudah terpenuhi,
sehingga hal ini menghalangi mereka untuk merampas harta orang-orang kaya atau
berbuat jahat kepada yang kaya. Adanya zakat, infaq, sedekah dan juga wakaf
mampu mencegah tingkat kriminalitas. Hal ini dikarenakan sebagian kejahatan
timbul karena tidak terpenuhinya kebutuhan dasar oleh orang-orang kurang mampu.
h. Menyelamatkan
seseorang dari panasnya hari kiamat. Nabi SAW bersabda,“Setiap orang
akan berada di naungan amalan sedekahnya hingga ia mendapatkan keputusan di
tengah-tengah manusia.” (Hadits Riwayat. Ahmad 4/147. Syaikh Syu’aib Al Arnauth
mengatakan bahwa sanad hadits tersebut shahih)
i.
Seseorang
akan lebih mengenal hukum dan aturan Allah SWT. Karena ia tidaklah menunaikan
zakat sampai ia mengetahui hukum zakat dan keadaan hartanya. Juga ia pasti
telah mengetahui nishab dan haul zakat tersebut dan orang yang berhak
menerimanya serta hal-hal lain yang wajib diketahui.
j.
Menunaikan
zakat mampu menambah harta dan rezeki seseorang. Terkadang Allah membuka pintu
rezeki dari harta yang dizakati. Sebagaimana terdapat dalam hadits yang
artinya, ”Sedekah tidaklah mengurangi harta” (Hadits Riwayat. Muslim no. 2558).
k.
Merupakan
sebab turunnya banyak kebaikan. Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah
suatu kaum enggan mengeluarkan zakat dari harta-harta mereka, melainkan mereka
akan dicegah dari mendapatkan hujan dari langit. Sekiranya bukan karena
binatang-binatang ternak, niscaya mereka tidak diberi hujan.” (Hadits Riwayat. Ibnu Majah no. 4019. Syaikh
Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan)
l.
Zakat
akan meredam murka Allah SWT. Sebagaimana disebutkan dalam hadits, “Sedekah
itu dapat memadamkan murka Allah dan mencegah dari keadaan mati yang jelek”
(Hadits Riwayat. Ath Thirmidzi no. 664.)
m. Dosa akan terampuni. Rasulullah SAW bersabda,
”Sedekah
itu akan memadamkan dosa sebagaimana air dapat memadamkan api.” (Hadits Riwayat. Ath Thirmidzi no. 614 )
n. Menunaikan zakat
mampu mendorong manusia untuk mempelajari Agama lebih dalam lagi sehingga dapat
membuat seseorang mengetahui batasan-batasan dan hukum Allah SWT. Sebab, untuk
berzakat orang harus mengetahui banyak hal mulai dari jenis-jenisnya, Nishab
(jumlah minimum untuk zakat), siapa yang berhak menerima zakat, dan hal-hal
lainnya.
o. Menunaikan zakat
dengan baik dan benar mampu menjauhkan umat Muslim dari kematian yang kurang
baik (suul khatimah). Dengan melunaskan kewajibannya sebagai umat Muslim,
pahala yang didapatkan pun bertambah. Zakat juga bermanfaat untuk meringankan
dosa-dosa yang telah diperbuat. Hal ini dapat mempermudah kepergian seseorang
ketika waktunya sudah tiba.
p. Zakat merupakan kunci
agar harta kita menjadi lebih berkah. Harta yang berkah akan membuat pemiliknya
selalu tenang. Harta berkah tidak selalu harus banyak, selalu ada ketika
dibutuhkan, dan membuat pemiliknya selalu tenang. “Rasulullah SAW bersabda: “Harta
tidak akan berkurang karena sedekah (zakat) dan tidaklah Allah menambah bagi
hamba yang pemaaf kecuali kemuliaan dan tidak lah orang yang berlaku tawadhu’
karena Allah melainkan Dia akan meninggikannya.” (Hadits Riwayat
Muslim)
q.
Zakat
dapat memperluas peredaran harta, atau zakat mampu meratakan peredaran harta
kepada banyak orang, hal ini dimungkinkan jika seorang muslim ingin hartanya
bertambah, buatlah harta itu menjadi berkah terlebih dahulu dengan
mendapatkannya melalui cara yang halal, lalu membelanjakannya di jalan Allah SWT
melalui zakat, infaq, sedekah, dan juga wakaf yang akhirnya kepemilikan harta
tidak terpusat hanya kepada satu orang saja, sehingga tidak terjadi penyebaran
kekayaan.
r.
Zakat
merupakan kewajiban yang harus dilakukan, tetapi bukan secara terang-terangan.
Sesungguhnya Allah SWT tidak menyukai hambanya yang tinggi hati sebagaimana
hadits berikut ini: “Amal yang diberikan secara rahasia dapat memadamkan kemurkaan Allah
SWT.” (Hadits Riwayat Ath-Thirmidzi
dan Ibnu Hiban). Menunaikan zakat akan mampu menghantarkan diri kita ke
dalam kelompok orang yang dermawan sehingga mampu memisahkan diri dari kelompok
orang-orang kikir. Alasannya, jika seseorang sudah terbiasa untuk memberi dalam
bentuk apapun, seperti pengetahuan, uang, atau kebaikan, dirinya akan merasa
lebih “lengkap” ketika telah memberikan sesuatu yang berarti untuk orang lain
dengan merasakan kebahagian setelah memberi. Akhirnya dengan berzakat kita
melatih diri untuk ikhlas dan tanpa paksaan
Jamaah sekalian, segeralah
tunaikan zakat ketika telah memenuhi syarat nishab dan haul-nya. Berlomba lombalah
dalam kebaikan dan ingatlah selalu nasib saudaramu yang berada dalam kesusahan.
Sesungguhnya dengan engkau menunaikan zakat yang sebelumnya diiringi dengan
mendirikan shalat, akan meringankan beban mereka yang tidak mampu atau bahkan
bisa menjadikan orang yang tidak mampu menjadi muzakki muzakki generasi baru.
Semoga Allah selalu menganugerahi kita untuk selalu istiqomah dalam melakukan
ketaatan kepada-Nya. Amiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar