Label

MEMANUSIAKAN MANUSIA: INILAH JATIDIRI MANUSIA YANG SESUNGGUHNYA (79) SETAN HARUS JADI PECUNDANG: DIRI PEMENANG (68) SEBUAH PENGALAMAN PRIBADI MENGAJAR KETAUHIDAN DI LAPAS CIPINANG (65) INILAH ALQURAN YANG SESUNGGUHNYA (60) ROUTE TO 1.6.799 JALAN MENUJU MAKRIFATULLAH (59) MUTIARA-MUTIARA KEHIDUPAN: JALAN MENUJU KERIDHAAN ALLAH SWT (54) PUASA SEBAGAI KEBUTUHAN ORANG BERIMAN (50) ENERGI UNTUK MEMOTIVASI DIRI & MENJAGA KEFITRAHAN JIWA (44) RUMUS KEHIDUPAN: TAHU DIRI TAHU ATURAN MAIN DAN TAHU TUJUAN AKHIR (38) TAUHID ILMU YANG WAJIB KITA MILIKI (36) THE ART OF DYING: DATANG FITRAH KEMBALI FITRAH (33) JIWA YANG TENANG LAGI BAHAGIA (27) BUKU PANDUAN UMROH (26) SHALAT ADALAH KEBUTUHAN DIRI (25) HAJI DAN UMROH : JADIKAN DIRI TAMU YANG SUDAH DINANTIKAN KEDATANGANNYA OLEH TUAN RUMAH (24) IKHSAN: INILAH CERMINAN DIRI KITA (24) RUKUN IMAN ADALAH PONDASI DASAR DIINUL ISLAM (23) ZAKAT ADALAH HAK ALLAH SWT YANG HARUS DITUNAIKAN (20) KUMPULAN NASEHAT UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK (19) MUTIARA HIKMAH DARI GENERASI TABI'IN DAN TABI'UT TABIIN (18) INSPRIRASI KESEHATAN DIRI (15) SYAHADAT SEBAGAI SEBUAH PERNYATAAN SIKAP (14) DIINUL ISLAM ADALAH AGAMA FITRAH (13) KUMPULAN DOA-DOA (10) BEBERAPA MUKJIZAT RASULULLAH SAW (5) DOSA DAN JUGA KEJAHATAN (5) DZIKIR UNTUK KEBAIKAN DIRI (4) INSPIRASI DARI PARA SAHABAT NABI (4) INILAH IBADAH YANG DISUKAI NABI MUHAMMAD SAW (3) PEMIMPIN DA KEPEMIMPINAN (3) TAHU NABI MUHAMMAD SAW (3) DIALOQ TOKOH ISLAM (2) SABAR ILMU TINGKAT TINGGI (2) SURAT TERBUKA UNTUK PEROKOK dan KORUPTOR (2) IKHLAS DAN SYUKUR (1)

Senin, 06 Februari 2017

BAGAIMANA CARA BERHARTA KEKAYAAN


Memiliki harta kekayaan saat hidup di muka bumi bukanlah sebuah pelanggaran, bukan pula sesuatu yang terlarang dihadapan Allah SWT. Memiliki harta yang halal lagi diridhai Allah SWT haruslah kita jadikan pedoman saat kita mencari harta sebab dengan cara inilah harta kekayaan yang miliki menjadi harta yang mampu menghantarkan diri kita ke Syurga. Setelah diri kita memiliki harta kekayaan atau memiliki penghasilan, maka hal hal sebabai berikut tidak boleh kita lakukan, yaitu:

 

1.       Jangan Sombong Dengan Harta Kekayaan. Hal yang pertama yang tidak diperbolehkan jika kita telah memiliki harta kekayaan atau memiliki penghasilan saat hidup di muka bumi ini adalah jangan pernah sombong dengan harta kekayaan dan penghasilan. Hal ini dikarenakan harta kekayaan atau penghasilan bukanlah sesuatu yang harus kita sombongkan karena banyaknya harta kekayaan dan penghasilan bukanlah jaminan kesuksesan diri kita menjadi khalifah di muka bumi. Allah SWT berfirman: “Karun berkata: “Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku”. Dan Apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka. (Surat Al Qashash (28) ayat 78)

 

Allah SWT tidak pernah sedikitpun menilai manusia dari besarnya penghasilan atau banyaknya harta kekayaan, atau warna kulit, atau pangkat jabatan seseorang. Allah SWT memiliki parameter tersendiri di dalam menilai khalifah yang diutusnya di muka bumi, yaitu melalui parameter ketaqwaan.

 

Adalah sebuah kesalahan besar  jika kita yang telah diutus menjadi Khalifah di muka bumi, justru menjadikan harta kekayaan atau penghasilan sebagai tolak ukur kesuksesan saat menjadi Khalifah di muka bumi. Sebaliknya jika sampai ini dijadikan sebagai tolak ukur kesuksesan dan keberhasilan seseorang maka akan menghantarkan seseorang menjadi sombong dengan apa yang telah dicapainya. Untuk itu ketahuilah bahwa Allah SWT selaku pemilik dan pencipta Syurga dan Neraka memiliki ketentuan sendiri di dalam menilai seseorang, sehingga untuk masuk Syurga memiliki ketentuan sendiri dan untuk masuk Neraka juga memiliki ketentuan sendiri pula.

 

Sebagai khalifah di muka bumi, selain diri kita tidak boleh sombong dengan harta kekayaan atau penghasilan. Kitapun juga tidak boleh sombong pula dengan pangkat, dengan jabatan, dengan kekuasaan, dengan kehormatan dan lain sebagainya karena saat kita hadir di muka bumi ini tidak memiliki apa apa dan tidak bisa berbuat apa apa selain menangis, sebagaimana firmanNya berikut ini: Dan Dia mempunyai kekayaan besar, Maka ia berkata kepada kawannya (yang mukmin) ketika bercakap-cakap dengan dia: “Hartaku lebih banyak dari pada hartamu dan pengikut-pengikutku lebih kuat” (Surat Al Kahfi (18) ayat 34).

 

Sekarang apa yang harus kita sombongkan dengan harta kekayaan atau penghasilan yang kita miliki kita lahir ditolong orang lain. Kita diberi nama oleh orang lain (maksudnya orang tua). Pendidikan didapat dari orang lain (maksudnya guru). Kehormatan diberikan oleh orang lain. Mandi pertama dilakukan oleh orang lain. Mandi terakhir dilakukan oleh orang lain. Harta kekayaan setelah meninggal menjadi hak orang lain. Pemakaman dilakukan oleh orang lain. Sekarang mari kita renungkan uraian di atas ternyata hasilnya kita bukanlah siapa siapa tanpa orang lain.

 

Allah SWT selaku pencipta konsep penghambaan dan kekhalifahan di muka bumi telah menetapkan satu aturan main yaitu sebaik baik manusia adalah manusia yang berguna bagi orang lain. Sehingga saat diri kita hidup di muka bumi jangan sampai menjadi beban atau benalu bagi masyarakat melainkan harus bermanfaat yang bermartabat dalam masyarakat. Untuk itulah kita harus bisa memiliki harta kekayaan atau penghasilan yang halal lagi diridhai Allah SWT karena hanya dengan harta kekayaan dan penghasilan yang seperti inilah yang mampu menghantarkan diri kita sesuai dengan kehendak Allah SWT yaitu manusia yang bermanfaat bagi orang lain sehingga kita terhindar dari cara hidup berjantung tapi tidak berhati.

 

Sebagai orang yang beriman tentu kita pasti paham dengan istilah “berjantung tapi tidak berhati” sehingga kita harus keluar dari konsep ini karena jika hal ini kita laksanakan berarti kita sendirilah yang menjadikan diri kita sesuai dengan kehendak syaitan. Agar diri kita menjadi orang yang selalu bermanfaat bagi orang melalui harta kekayaan atau melalui penghasilan maka kita harus memakai konsep “berjantung dan juga berhati” sehingga kita selalu berbuat kebaikan dalam koridor nilai nilai kebaikan yang sesuai dengan kehendak Allah SWT selama hayat masih di kandung badan dan jangan sampai kita menjadi seperti mentimun bungkuk.

 

2.       Jangan Cintai Harta Kekayaan Secara Berlebihan. Hal yang kedua yang tidak diperbolehkan jika kita telah memiliki harta kekayaan atau memiliki penghasilan saat hidup di muka bumi ini adalah kita dilarang oleh Allah SWT mencintai harta kekayaan secara berlebih lebihan melebihi kecintaan kepada Allah SWT dan RasulNya, sebagaimana firmanNya berikut ini: “Katakanlah: “Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNya dan dari berjihad di jalannya, Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan Nya”. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” (Surat At Taubah (9) ayat 24)

 

Hasil akhir dari  mencintai harta yang berlebihan seperti temaktub dlam firman Allah SWT berikut ini: “dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan. (Surat Al Fajr (89) ayat 20). Akan menghantarkan diri kita kepada kecemasan dan ketakutan yang berlebihan sehingga timbul rasa takut kehilangan harta kekayaan, timbul rasa cemas harta kekayaan diambil orang yang pada akhirnya harta kekayaan yang dimilikinya menjadi beban yang menghasilkan kemudharatan bagi pemiliknya. Padahal dibalik harta kekayaan atau penghasilan yang kita miliki ada kenikmatan bertuhankan kepada Allah SWT sepanjang kita mengetahuinya.

 

Selain daripada itu, jika sampai diri kita mencintai harta kekayaan atau penghasilan secara berlebihan maka kita sendirilah yang menutup kesempatan untuk berbagi kepada sesama padahal kebahagiaan hakiki dari memiliki harta kekayaan didapat setelah berbagi kepada sesama. Jika sudah demikian berarti kesempatan untuk menunaikan hak Allah SWT melalui zakat, melalui infaq, melalui shadaqah, hilang dibawa oleh kecintaan yang berlebihan oleh sebab diri kita sendiri. Dan kondisi inilah yang ditunggu tunggu dan yang paling dikehendaki oleh syaitan sang laknatullah, yaitu memiliki harta kekayaan atau penghasilan bukan untuk kepentingan diri kita masuk ke syurga.  

 

Hal yang harus kita jadikan pedoman tentang kondisi ini adalah pemilik dari harta halal lagi diridhai Allah SWT pasti terhindar dari rasa takut dan cemas sehingga pemiliknya akan ikhlas pula menunaikan zakatnya tanpa ada rasa keterpaksaan. Kondisi inilah yang dikehendaki oleh Allah SWT kepada seluruh Khalifahnya yang memiliki harta kekayaan atau penghasilan tanpa terkecuali. Hal ini dikarenakan dibalik itu semua Allah SWT secara tersembunyi menitipkan orang orang yang tidak mampu kepada diri kita dan apabila kita mampu menunaikan Zakat, infaq ataupun shadaqah terjadilah keharmonisan hidup antara orang yang berpunya (muzakki) dengan yang tidak berpunya (mustahik) dalam kehidupan. Alangkah indahnya kehidupan jika ini terjadi di Indonesia.

 

3.       Jangan Kikir dengan Harta Kekayaan. Hal yang ketiga yang tidak diperbolehkan jika kita telah memiliki harta kekayaan atau memiliki penghasilan saat hidup di muka bumi ini adalah jangan pernah kikir/pelit dengan harta kekayaan dan penghasilan.Kikir/pelit dengan harta kekayaan tidak akan mendatangkan kebahagiaan memiliki sesuatu. Kikir/Pelit dengan harta sangat dikehendaki syaitan. Kikir/pelit membuat harta kekayaan kotor karena zakatnya tidak ditunaikan. Kekotoran harta kekayaan inilah yang menjadi cikal bakal dari harta kekayaan yang akan mendatangkan kemudharatan bagi hidup dan kehidupan.

 

Untuk itu perhatikanlah firman Allah SWT berikut ini: “Sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau. Dan jika kamu beriman dan bertakwa, Allah akan memberikan pahala kepadamu dan Dia tidak akan meminta harta-hartamu. Jika Dia meminta harta kepadamu lalu mendesak kamu (supaya memberikan semuanya) niscaya kamu akan kikir dan Dia akan Menampakkan kedengkianmu. Ingatlah, kamu ini orang-orang yang diajak untuk menafkahkan (hartamu) pada jalan Allah. Maka di antara kamu ada yang kikir, dan siapa yang kikir Sesungguhnya Dia hanyalah kikir terhadap dirinya sendiri. Dan Allah-lah yang Maha Kaya sedangkan kamulah orang-orang yang berkehendak (kepada-Nya); dan jika kamu berpaling niscaya Dia akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain; dan mereka tidak akan seperti kamu ini. (Surat Muhammad (47) ayat 36 sampai 38)

 

Kikir atau pelit atau bakhil adalah merupakan sifat alamiah dari jasmani diri kita yang menghasilkan perbuatan hanya mementingkan diri sendiri yang berlawanan dengan sifat alamiah ruh/ruhani diri kita, yaitu selalu ingin berbagi kepada sesama. Jika sekarang Allah SWT melalui surat Muhammad (47) ayat 36, 37, 38 di atas telah  melarang diri kita kikir, pelit atau bakhil berarti Allah SWT melarang diri kita untuk memperturutkan ahwa (hawa nafsu) yang selalu mementingkan diri sendiri karena hasil akhir dari ini semua sangat dikehendaki syaitan.

 

Adanya perintah menunaikan zakat, adanya perintah menafkahkan harta di jalan Allah SWT melalui Infaq, adanya perintah untuk bersedekah baik materiil atau inmateriil, menunjukkan kepada  kita untuk selalu berbagi kepada sesama melalui harta kekayaan atau penghasilan yang kita miliki sehingga dengan cara berbagi inilah sifat alamiah jasmani (ahwa) dapat kita kalahkan sehingga yang timbul adalah sifat alamiah ruh/ruhani yang menjadi perilaku diri kita. Jika semua orang yang beriman mampu berbuat seperti alangkah hebatnya masyarakat yang ada disekitar kita serta alangkah hebatnya bangsa ini. 

 

4.       Jangan Jadikan Harta Sebagai Alat Bantu ke Neraka. Hal yang keempat yang tidak diperbolehkan jika kita telah memiliki harta kekayaan atau memiliki penghasilan saat hidup di muka bumi ini adalah jangan jadikan harta kekayaan dan penghasilan sebagai kendaraan atau alat bantu bagi diri kita menuju Neraka. Sebagaimana termaktub dalam surat Al Humazah (89) ayat 2 sampai 9 sebagaimana berikut ini: “Yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitung[1600], Dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengkekalkannya, sekali-kali tidak! Sesungguhnya Dia benar-benar akan dilemparkan ke dalam Huthamah.Dan tahukah kamu apa Huthamah itu? (yaitu) api (yang disediakan) Allah yang dinyalakan, yang (membakar) sampai ke hati. Sesungguhnya api itu ditutup rapat atas mereka, (sedang mereka itu) diikat pada tiang-tiang yang panjang.”

 

[1600] Maksudnya mengumpulkan dan menghitung-hitung harta yang karenanya Dia menjadi kikir dan tidak mau menafkahkannya di jalan Allah.

 

Jika ini yang terjadi pada diri kita dapat dipastikan bahwa harta kekayaan yang kita miliki atau penghasilan yang kita miliki bukan berasal dari yang halal lagi diridhai Allah SWT. Penghasilan yang halal lagi diridhai Allah SWT akan mendorong pemilik berbuat yang sesuai dengan kehendak Allah SWT sehingga ia mampu menjadikan harta kekayaannya sebagai kendaraan menuju syurga.

 

Dalam kehidupan sehari hari, kita sering melihat secara langsung bahwa harta kekayaan atau penghasilan yang haram lagi diridhai Syaitan akan mendorong pemiliknya berbuat yang haram pula. Lihatlah orang yang melakukan korupsi, uang korupsinya habis untuk foya foya atau habis untuk membiayai biaya berobat setelah ia pensiun, uang korupsinya dibelanjakan untuk kepentingan duniawi. Lihatlah pula orang yang menang judi, uangnya habis untuk kesenangan dunia, minum minuman keras dan juga untuk prostitusi. Uang haram, kekayaan haram, penghasilan haram, kesemuanya tidak akan mendatangkan hidayah bagi pemiliknya, melainkan kemudharatan baik langsung ataupun tidak langsung. Jika tidak kena kepada dirinya sendiri, maka dapat dipastikan anak keturunannya terkena getah akibat ulah orang tuanya sehingga jangan pernah berharap memperoleh anak shaleh dan shalehah dari harta kekayaan atau penghasilan yang haram. 

 

Sekarang  kita telah mengetahui 4 (empat) kriteria dasar yang harus kita hindari, yang tidak boleh kita lakukan saat mencari, mendapatkan harta kekayaan atau penghasilan. Allah SWT selaku pengutus diri kita di muka bumi, begitu sayang kepada kita sehingga melarang diri kita memiliki harta kekayaan atau penghasilan yang haram lagi diridhai syaitan. Hal ini dikarenakan akan menjadikan diri kita pulang kampung ke Neraka, padahal kampung halaman diri kita yang asli adalah syurga.

 

B.      AGAR HARTA KEKAYAAN BERTAMBAH.

 

Setelah memiliki harta kekayaan atau penghasilan tentu kita selalu berharap agar harta kekayaan atau penghasilan yang kita miliki bertambah dari waktu ke waktu. Untuk mencapai hal ini tentu saja tidak mudah jika kita tidak tahu caranya. Berikut ini akan kami kemukakan 2(dua) buah cara yang bisa kita tempuh jika kita berkehendak harta kekayaan atau penghasilan bertambah dari waktu ke waktu yang tentunya harus sesuai dengan kehendak Allah SWT. 

 

1.       Tunaikan Zakatnya dan/atau Dibelanjakan di jalan Allah SWT melalui Infaq dan Sedekah serta Wakaf.Cara pertama yang harus kita tempuh jika ingin harta kekayaan atau penghasilan bertambah dari waktu ke waktu adalah dengan menunaikan zakatnya, jika telah harta kekayaan atau penghasilan memenuhi syarat nishab dan haul. Untuk itu perhatikanlah apa yang terjadi di masyarakat dimana sampai dengan hari ini, tidak pernah terjadi orang yang menunaikan zakat, membelanjakan harta dan penghasilan di jalan Allah SWT melalui infaq dan shadaqah serta wakaf menjadikan orang yang menunaikannya menjadi miskin.

 

Padahal secara kasat mata dengan menunaikan zakat ataupun membelanjakan di jalan Allah SWT melalui infaq dan shadaqah seseorang mengurangi harta kekayaan atau penghasilan yang dimilikinya sejumlah tertentu. Akan tetapi yang terjadi adalah semakin ditunaikan zakatnya, semakin dibelanjakan di jalan Allah SWT melalui infaq dan shadaqah serta wakaf semakin bertambah harta kekayaan atau penghasilan seseorang. Sebagaimana firman Allah SWT berikut ini: Dan sesuatu Riba (tambahan) yang kamu berikan agar Dia bertambah pada harta manusia, Maka Riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, Maka (yang berbuat demikian) Itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya). (Surat Ar Ruum (30) ayat 39)

 

Disinilah letak dari kehebatan yang terdapat dibalik perintah menunaikan zakat dan juga kehebatan dari melaksanakan infaq dan shadaqah serta wakaf, dimana Allah SWT memberikan apresiasi berupa balasan yang tidak terhingga kepada siapapun yang ikhlas melaksanakan apa apa yang telah diperintahkan Nya. Sehingga terlihat di depan mata kepala kita sendiri, tidak ada seorangpun yang menjadi miskin setelah menunaikan zakat, infaq dan shadaqah serta wakaf, tidak ada seorangpun yang meninggal setelah melaksanakan puasa dan seterusnya. Hal ini dimungkinkan karena adanya firman Allah SWT berikut ini: “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah[166] adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui. (surat Al Baqarah (2) ayat 261)

 

[166] Pengertian menafkahkan harta di jalan Allah meliputi belanja untuk kepentingan jihad, pembangunan perguruan, rumah sakit, usaha penyelidikan ilmiah dan lain-lain.

 

Di lain sisi, hidup bersifat dinamis, kadang di atas kadang di bawah. Sehingga pada satu waktu tertentu kita tidak menunaikan zakat karena syarat nishab dan haul tidak tercapai. Akan tetapi bukan karena kita tidak menunaikan zakat lalu kita tidak bisa berbuat kebaikan kepada masyarakat. Masih ada jalan lain yang bisa kita tempuh yaitu dengan membelanjakan di jalan Allah SWT melalui infaq dan shadaqah. Demikian pula sebaliknya, pada suatu waktu tertentu pula, kita wajib menunaikan zakat karena syarat nishab dan haul tercapai. Jika kondisi ini tercapai bukan berarti kita hanya menunaikan zakat semata, kita juga bisa melaksanakan infaq dan shadaqah secara bersamaan. Semakin banyak kita menunaikan zakat yang dibarengi melaksanakan infaq dan shadaqah berarti semakin besar pula kesempatan Allah SWT memberikan balasan kepada diri kita. Sekarang semuanya terpulang kepada diri kita, apakah mau melaksanakannya atau tidak.

 

2.       Melakukan Kebaikan. Berdasarkan hadits yang kami kemukakan berikut ini: “Sesungguhnya Allah tidak akan mendzalimi hambanya yang berbuat kebaikan. Dia akan membalas dengan diberi rezeki di dunia dan akan dibalas dengan pahala di akhirat. (Hadits Riwayat Ahmad). Tidak seorang muslim pun yang berbuat kebaikan di dunia ini kecuali akan dibalas oleh Allah SWT baik di dunia dan di akhirat. Di dunia akan diluaskan rezekinya (ditambah rezekinya) dengan diberi rezeki yang baru untuknya. Sedangkan di akhirat derajatnya akan ditinggikan di dalam syurga. Adanya kondisi ini menunjukkan bahwa manfaat dari kebaikan akan dikembalikan kepada orang yang melakukannya, demikian pula sebaliknya.

 

3.       Menyambung Silaturahim. Berdasarkan hadits yang kami kemukakan berikut ini: Rasulullah SAW bersabda: Barangsiapa yang ingin rezekinya diperluas dan umurnya diperpanjang, maka sambunglah silaturahim. (Hadits Riwayat Bukhari). Berdasarkan ketentuan ini, agama Islam mengajarkan kepada diri kita untuk menyambung tali silaturahim yang akan dapat menambah luasnya rezeki yang telah kita miliki, dalam hal ini adalah tingkat keberkahan harta menjadi lebih baik dan meningkat kualitasnya,

 

4.       Tidak Melalaikan Ibadah Oleh Sebab Harta dan Pekerjaan (Perniagaan). Berdasarkan surat Al Jumu’ah (62) ayat 9 berikut ini: “Wahai orang orang yang beriman! Apabila telah diseru untuk melaksanakan shalat pada hari Jum’at, aka segeralah kami mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.”  Berdasarkan ketentuan ayat ini, Allah SWT telah dengan tegas mengemukakan bahwa jaul beli (perdagangan) merupakan salah satu aktivitas yang sering melalaikan manusia untuk beribadah kepada Allah SWT. Oleh karena itu Allah SWT sangat melarang para hambaNya yang beriman dari lalai mengingat Allah dan juga lalai dari shalat sebab harta dan anak anak. Apabila hal ini terjadi maka Allah SWT mengancam dengan kerugian baik di dunia dan di akhirat sebagaimana firmanNya berikut ini: “ Wahai orang orang yang beriman! Janganlah harta bendamu dan anak anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Dan barangsiapa berbuat demikian, maka mereka itulah orang orang yang merugi. (surat Al Munafiqun (63) ayat 9)

 

5.       Selalu Memohon Kepada Allah SWT yang Dibarengi Selalu Bersyukur. Hal kedua yang harus kita lakukan agar harta kekayaan atau penghasilan yang kita miliki bisa bertambah dari waktu ke waktu adalah dengan selalu memohon kepada Allah SWT yang diikuti dengan selalu bersyukur kepadaNya. Allah SWT berfirman: “Dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan Mengadakan untukmu kebun-kebun dan Mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah? Padahal Dia Sesungguhnya telah menciptakan kamu dalam beberapa tingkatan kejadian[1519]. (Surat Nuh (71) ayat 12 sampai 14)

 

[1519] Lihat surat Al Mu’minun ayat 12, 13 dan 14

 

Dengan selalu memohon kepada Allah SWT melalui doa yang kita panjatkan berarti kita mengajukan permohonan agar harta kekayaan atau penghasilan yang kita miliki dijaga oleh Allah SWT dari niat jahat, dari niat busuk, dari niat yang membahayakan harta, diri dan keluarga kita baik yang berasal dari jin dan manusia. Adanya penjagaan dari Allah SWT maka terjagalah harta kekayaan atau penghasilan yang kita miliki termasuk diri, keluarga dan anak keturunan. 

 

Bersyukur kepada Allah SWT bukanlah sekedar mengucapkan “hamdallah”, atau mengucapkan terima kasih kepada Allah SWT karena diri kita telah mendapatkan sesuatu. Syukur kepada Allah SWT adalah tindakan nyata yang kita laksanakan setelah menerima sesuatu dari Allah SWT dimana tindakan yang kita lakukan harus sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh Allah SWT. Allah SWT berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, ingatlah akan nikmat Allah (yang telah dikurniakan) kepadamu ketika datang kepadamu tentara-tentara, lalu Kami kirimkan kepada mereka angin topan dan tentara yang tidak dapat kamu melihatnya[1204]. Dan adalah Allah Maha melihat akan apa yang kamu kerjakan. (surat Al Ahzab (33) ayat 9)

 

[1204] Ayat ini menerangkan kisah Ahzab Yaitu golongan-golongan yang dihancurkan pada peperangan Khandaq karena menentang Allah dan Rasul-Nya. Yang dimaksud dengan tentara yang tidak dapat kamu Lihat adalah Para Malaikat yang sengaja didatangkan Tuhan untuk menghancurkan musuh-musuh Allah itu.

 

Sebagai makhluk yang sejak awal diciptakan oleh Allah SWT sebagai makhluk yang terhormat, jika kita hanya mampu mengucapkan hamdallah atau ucapan terima kasih kepada Allah SWT atas nikmat dan karunia yang telah diberikannya kepada diri kita berarti diri kita bukanlah makhluk terhormat yang dikehendaki oleh Allah SWT sebab diri kita tidak mampu mencerminkan, atau tidak dapat menunjukkan perilaku terhormat kepada Allah SWT setelah menerima sesuatu yang paling berharga dari Allah SWT.

 

Jika demikian kondisi dan  keadaan diri kita  kepada Allah SWT, tentu tempat kembali diri kita bukan yang terhormat lagi, melainkan Neraka Jahannam.Sebagai makhluk yang terhormat sudah menjadi kewajiban kita untuk selalu bersyukur kepada Allah SWT, atas segala nikmat yang telah kita peroleh. Bersyukur bisa kita lakukan melalui perbuatan, melalui lisan ataupun melalui qolbu. Dengan memperbanyak rasa syukur maka insya Allah kenikmatan bertuhankan kepada Allah SWT dapat kita nikmati sepanjang hayat masih di kandung badan.

 

Berikut ini akan kami kemukakan manfaat dari bersyukur kepada Allah SWT yang bisa langsung kita rasakan saat hidup di muka bumi ini, yaitu:

 

a.        Ditambahkan Nikmat. Seseorang yang selalu senantiasa bersyukur dengan kondisi apapun, maka Allah SWT akan menambahkan nikmatnya. Sebaliknya orang yang banyak mengeluh dan selalu iri dengan kehidupan orang lain maka ia hidupnya akan semakin menderita. Allah SWT berfirman : dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (surat Ibrahim (14) ayat 7)

 

b.       Orang yang banyak bersyukur diampuni dosa-dosanya oleh Allah SWT. Hal ini sesuai dengan hadits sebagai berikut : “Dari Jabir ra. bahwa Rasulullah SAW. bersabda : “Allah SWT tidak memberi suatu nikmat kepada seorang hamba kemudian ia mengucapkan Alhamdulillah, kecuali Allah SWT menilai ia telah mensyukuri nikmat itu. Apabila dia mengucapkan Alhamdulillah yang kedua, maka Allah SWT akan memberinya pahala yang baru lagi. Apabila dia mengucapkan Alhamdulillah untuk yang ketiga kalinya, maka Allah SWT mengampuni dosa-dosanya.” (Hadits Riwayat Al Hakim dan Baihaqi). Selain daripada itu, bersyukur adalah hal yang utama di sisi Allah Ta’ala berdasarkan hadits sebagai berikut : Dari Abu Umamah Radhiyallahu ‘Anhu, Rasulullah SAW bersabda : “Allah SWT tidak memberikan nikmat kepada seorang hamba, kemudian ia memuji Allah SWT atas nikmat-Nya,kecuali pujiannya itu lebih utama dari nikmat itu, meskipun kenikmatan itu besar.” (Hadits Riwayat Ath Thabrani)

 

c.        Disayang Allah  SWT. Allah SWT sangat cinta kepada orang yang bersyukur, inilah haditsnya : “Jika engkau tidak mampu membalasnya maka doakan dia hingga engkau merasa bahwa engkau telah mensyukuri kebaikan tersebut, karena sesungguhnya Allah SWT sangat cinta kepada orang-orang yang bersyukur”. (Hadits Riwayat. Abu Dawud).

d.       Dilipatgandakan Pahalanya. Berdasarkan hadits di bawah ini, semakin kita bersyukur kepada Allah SWT semakin banyak pahala atau nilai kebaikan yang dilimpahkan kepada diri kita. Dari Abu Abdillah a.s, beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Orang yang menyantap makanan dengan rasa syukur, maka dia diberi pahala, seperti orang yang berpuasa menjaga dirinya. Orang yang sehat yang mensyukuri kesehatannya, maka dia diberi pahala, orang yang menanggung penderitaan (jasmani)-nya dengan sabar. Dan orang yang memberikan dengan rasa syukur, maka dia mendapat pahala yang sama dengan orang yang menanggung kerugian dari menjaga diri”. (Hadits Riwayat Abu Hurairah dan al-Qudha’i)

 

e.        Bersyukur mampu menghindarkan diri kita dari cobaan atau ujian, sebagaimana hadits berikut ini:“Apabila seorang melihat orang cacat lalu berkata (tanpa didengar oleh orang tadi):  “Alhamdulillah yang telah menyelamatkan aku dari apa yang diujikan Allah kepadanya dan melebihkan aku dengan kelebihan sempurna atas kebanyakan makhlukNya”, maka dia tidak akan terkena ujian seperti itu betapapun keadaannya.” (Hadits Riwayat. Abu Dawud)

 

f.         Berysukur atau banyak bersyukur mampu meningkatkan kadar keimanan yang ada di dalam dada, sebagaimana hadits berikut ini: “Dua hal apabila dimiliki oleh seseorang dia dicatat oleh Allah sebagai orang yang bersyukur dan sabar. Dalam urusan agama (ilmu dan ibadah) dia melihat kepada yang lebih tinggi lalu meniru dan mencontohnya. Dalam urusan dunia dia melihat kepada yang lebih bawah, lalu bersyukur kepada Allah bahwa dia masih diberi kelebihan.” (Hadits Riwayat Ath Thirmidzi)

 

g.        Membuat Hati Tenang. Seseorang yang kufur nikmat, selalu merasa hidupnya kurang dan iri dengan milik orang lain maka hatinya tidak akan tenang. Hatinya dipenuhi penyakit. Bahkan ia menjadi semakin jauh dari Allah SWT. Berbeda dari orang yang senantiasa bersyukur. Susah ataupun senang ia tetap tersenyum dan ridha. Ia tidak memperdulikan omongan orang lain. Ini akan membuat hati lebih damai dan tenang.

 

h.       Dijanjikan Syurga. Orang yang saat ditimpa musibah, lantas ia menerima keadaannya dengan syukur dan sabar maka Allah SWT menjajikan surga kepada orang tersebut. Coba bayangkan, nikmat mana yang lebih indah dari pemberian syurga? Syurga adalah akhir bagi orang-orang yang beriman dan bertaqwa, sebagaimana hadits sebagai berikut : Sesungguhnya Allah berfirman, ‘Apabila Aku menguji hamba-Ku dengan kedua matanya, kemudian dia bersabar, maka aku gantikan syurga baginya.” (Hadits Riwayat. Bukhari)

 

i.         Meningkatkan Kesejahteraan Hidup. Seseorang yang senang bersyukur biasanya pikirannya juga lebih optimis. Walau mungkin ia mengalami kegagalan atau bangkrut, ia tetap bersemangat dan percaya pada Allah SWT. Ia menjalani hidupnya yang kurang berkecukupan tanpa mengeluh. Sehingga itu semua pun menjadi berkah baginya. Pernyataan ini pernah dijelasakan dalam Journal of Personality and Social Psychology tahun 2013 yang mana mengatakan bahwa banyak-banyak bersyukur dapat meningkatkan kesejahteraan hidup seseorang.

 

j.          Meningkatkan Kualitas Tidur. Rasa syukur bisa meningkatkan kualitas tidur. Seseorang yang jarang bersyukur maka hatinya tidak tenang. Hal itu membuat ia jadi terus berpikir dan sulit tidur. Sebaliknya dengan rajin bersyukur maka perasaan jadi tenang. Tidur pun akan mudah. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam Journal Applied Psychology: Healt and Well-Being yang mengungkapkan bahwa seseorang yang meluangkan waktu untuk bersyukur selama 15 menit setiap sebelum tidur, maka orang tersebut akan memiliki kuliatas tidur yang lebih baik. Atau dengan kata lain tidurnya nyenyak.

 

k.       Mengurangi Risiko Penyakit Degeratif. Munculnya penyakit degeneratif seperti jantung, diabetes, hipertensi atau stroke ternyata tidak hanya dipicu oleh pola makan yang buruk. Tapi juga dipengaruhi kondisi mental. Seseorang yang tertekan dan stress biasanya lebih gampang penyakitan. Menurut penelitian yang dimuat dalam American Journal of Cardiology tahun 1995, menyatakan bahwa seseorang yang punya emosi dan pikiran positif maka organ tubuhnya berfungsi lebih baik. Irama denyut jantungnya normal dan aliran darah juga lancar. Sehingga orang tersebut akan hidup lebih sehat.

 

l.         Menimbulkan Rasa Bahagia. Bersyukur dan manfaat ucapan Alhamdulillah bisa menimbulkan perasaan bahagia. Saat kita rela dengan apa yang kita miliki maka hidup jadi tentram. Tidak ada perasaan iri, dengki, kufur atau penyakit hati lainnya. Kita hanya perlu berjuang untuk menjaga apa yang telah kita punya. Berusaha dan berdoa untuk hidup lebih baik tanpa perlu memaksakan takdir, sebagaimana dua firman Allah SWT berikut ini: “Maka sabarlah kamu atas apa yang mereka katakan, dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu, sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya dan bertasbih pulalah pada waktu-waktu di malam hari dan pada waktu-waktu di siang hari, supaya kamu merasa senang, (sura Thaahaa (20) ayat 130)

 

Allah SWT berfirman: “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. (surat Ar Ra’d (13) ayat 28)

 

m.     Hidup Jadi Lebih Berkah. Bersyukur bisa membuat hidup lebih berkah. Maksudnya walaupun mungkin rezeki kita tidak banyak tapi manfaatnya sangat terasa. Mungkin rezeki itu bermanfaat bagi orang lain, juga cukup untuk memenuhi segala kebutuhan. Allah SWT berfirman:“dan Sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, Yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. dan Barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), Maka Sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan Barangsiapa yang tidak bersyukur, Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji". (surat Lukman (31) ayat 12)

 

n.       Terhindar Dari Penyakit Hati. Manfaat bersyukur kepada Allah juga bisa menghindari diri dari penyakit hati, seperti sombong, dengki, dendam dan sebagainya. Perlu Anda tahu bahwa penyakit hati itu membuat hidup jadi sumpek. Selain itu juga meningkatkan risiko penyakit. Bahkan Allah SWT  pun tidak menyukai orang-orang yang menyimpan penyakit dalam hatinya, sebagaimana hadits berikut ini: “Rasulullah SAW bersabda: “Ketahuilah bahawa dalam jasad manusia ada segumpal daging, jika baik maka baiklah seluruh anggota dan jika umaka rusaklah seluruh anggota, ketahuilah itulah hati.” (Hadits Riwayat. Bukhari dan Muslim)

 

o.       Terlihat Awet Muda. Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa seseorang yang hatinya rajin bersyukur maka ia cenderung awet muda. Ini dikarenakan energi positif yang berasal dari hati dan pikirannya, mampu mempengaruhi organ dan jaringan tubuh menjadi lebih sehat. Allah SWT berfirman: “diwajibkan atas kamu berperang, Padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. boleh Jadi kamu membenci sesuatu, Padahal ia Amat baik bagimu, dan boleh Jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, Padahal ia Amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.(surat Al Baqarah (2) ayat 216)

 

Sebenarnya bersyukur kepada Allah SWT memiliki banyak manfaat bagi hidup dan kehidupan manusia. Bersyukur bisa mempermudah datangnya kesuksesan, harta makin bertambah, membangkitkan semangat, hidup menjadi lebih produktif, dan kepercayaan diri pun juga bertambah. Maka itu perbanyaklah bersyukur. Terkadang kita menganggap bahwa hidup kita yang paling menyedihkan, padahal nyatanya banyak orang-orang yang hidupnya lebih susah dari kita. Kita harus percaya dengan Allah SAW bahwa apa yang kita miliki sekarang adalah takdirnya dan itu pasti yang terbaik untuk kita.

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar