Memiliki harta
kekayaan saat hidup di muka bumi bukanlah sebuah pelanggaran, bukan pula
sesuatu yang terlarang dihadapan Allah SWT. Memiliki harta yang halal lagi
diridhai Allah SWT haruslah kita jadikan pedoman saat kita mencari harta sebab
dengan cara inilah harta kekayaan yang miliki menjadi harta yang mampu
menghantarkan diri kita ke Syurga. Setelah diri kita memiliki harta kekayaan
atau memiliki penghasilan, maka hal hal sebabai berikut tidak boleh kita
lakukan, yaitu:
1.
Jangan Sombong Dengan
Harta Kekayaan. Hal
yang pertama yang tidak diperbolehkan jika kita telah memiliki harta kekayaan
atau memiliki penghasilan saat hidup di muka bumi ini adalah jangan pernah
sombong dengan harta kekayaan dan penghasilan. Hal ini dikarenakan harta
kekayaan atau penghasilan bukanlah sesuatu yang harus kita sombongkan karena
banyaknya harta kekayaan dan penghasilan bukanlah jaminan kesuksesan diri kita
menjadi khalifah di muka bumi. Allah SWT berfirman: “Karun berkata:
“Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku”. Dan
Apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan
umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan
harta? Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang
dosa-dosa mereka. (Surat Al Qashash (28) ayat 78)
Allah SWT
tidak pernah sedikitpun menilai manusia dari besarnya penghasilan atau
banyaknya harta kekayaan, atau warna kulit, atau pangkat jabatan seseorang.
Allah SWT memiliki parameter tersendiri di dalam menilai khalifah yang
diutusnya di muka bumi, yaitu melalui parameter ketaqwaan.
Adalah
sebuah kesalahan besar jika kita yang
telah diutus menjadi Khalifah di muka bumi, justru menjadikan harta kekayaan
atau penghasilan sebagai tolak ukur kesuksesan saat menjadi Khalifah di muka
bumi. Sebaliknya jika sampai ini dijadikan sebagai tolak ukur kesuksesan dan
keberhasilan seseorang maka akan menghantarkan seseorang menjadi sombong dengan
apa yang telah dicapainya. Untuk itu ketahuilah bahwa Allah SWT selaku pemilik
dan pencipta Syurga dan Neraka memiliki ketentuan sendiri di dalam menilai seseorang,
sehingga untuk masuk Syurga memiliki ketentuan sendiri dan untuk masuk Neraka
juga memiliki ketentuan sendiri pula.
Sebagai khalifah
di muka bumi, selain diri kita tidak boleh sombong dengan harta kekayaan atau
penghasilan. Kitapun juga tidak boleh sombong pula dengan pangkat, dengan
jabatan, dengan kekuasaan, dengan kehormatan dan lain sebagainya karena saat
kita hadir di muka bumi ini tidak memiliki apa apa dan tidak bisa berbuat apa
apa selain menangis, sebagaimana firmanNya berikut ini: “Dan Dia mempunyai kekayaan besar, Maka ia berkata kepada kawannya (yang
mukmin) ketika bercakap-cakap dengan dia: “Hartaku lebih banyak dari pada
hartamu dan pengikut-pengikutku lebih kuat” (Surat Al Kahfi (18) ayat 34).
Sekarang
apa yang harus kita sombongkan dengan harta kekayaan atau penghasilan yang kita
miliki kita lahir ditolong orang lain. Kita diberi nama oleh orang lain
(maksudnya orang tua). Pendidikan didapat dari orang lain (maksudnya guru).
Kehormatan diberikan oleh orang lain. Mandi pertama dilakukan oleh orang lain.
Mandi terakhir dilakukan oleh orang lain. Harta kekayaan setelah meninggal
menjadi hak orang lain. Pemakaman dilakukan oleh orang lain. Sekarang mari kita
renungkan uraian di atas ternyata hasilnya kita bukanlah siapa siapa tanpa orang
lain.
Allah SWT
selaku pencipta konsep penghambaan dan kekhalifahan di muka bumi telah
menetapkan satu aturan main yaitu sebaik baik manusia adalah manusia yang
berguna bagi orang lain. Sehingga saat diri kita hidup di muka bumi jangan
sampai menjadi beban atau benalu bagi masyarakat melainkan harus bermanfaat
yang bermartabat dalam masyarakat. Untuk itulah kita harus bisa memiliki harta
kekayaan atau penghasilan yang halal lagi diridhai Allah SWT karena hanya
dengan harta kekayaan dan penghasilan yang seperti inilah yang mampu
menghantarkan diri kita sesuai dengan kehendak Allah SWT yaitu manusia yang
bermanfaat bagi orang lain sehingga kita terhindar dari cara hidup berjantung
tapi tidak berhati.
Sebagai
orang yang beriman tentu kita pasti paham dengan istilah “berjantung tapi tidak
berhati” sehingga kita harus keluar dari konsep ini karena jika hal ini kita
laksanakan berarti kita sendirilah yang menjadikan diri kita sesuai dengan
kehendak syaitan. Agar diri kita menjadi orang yang selalu bermanfaat bagi
orang melalui harta kekayaan atau melalui penghasilan maka kita harus memakai
konsep “berjantung dan juga berhati” sehingga kita selalu berbuat kebaikan
dalam koridor nilai nilai kebaikan yang sesuai dengan kehendak Allah SWT selama
hayat masih di kandung badan dan jangan sampai kita menjadi seperti mentimun
bungkuk.
2.
Jangan Cintai Harta
Kekayaan Secara Berlebihan. Hal yang kedua yang tidak diperbolehkan jika
kita telah memiliki harta kekayaan atau memiliki penghasilan saat hidup di muka
bumi ini adalah kita dilarang oleh Allah SWT mencintai harta kekayaan secara
berlebih lebihan melebihi kecintaan kepada Allah SWT dan RasulNya, sebagaimana
firmanNya berikut ini: “Katakanlah: “Jika
bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta
kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan
tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan
RasulNya dan dari berjihad di jalannya, Maka tunggulah sampai Allah
mendatangkan keputusan Nya”. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada
orang-orang yang fasik.” (Surat At Taubah (9) ayat 24)
Hasil
akhir dari mencintai harta yang
berlebihan seperti temaktub dlam firman Allah SWT berikut
ini: “dan
kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan. (Surat Al Fajr
(89) ayat 20). Akan
menghantarkan diri kita kepada kecemasan dan ketakutan yang berlebihan sehingga
timbul rasa takut kehilangan harta kekayaan, timbul rasa cemas harta kekayaan
diambil orang yang pada akhirnya harta kekayaan yang dimilikinya menjadi beban
yang menghasilkan kemudharatan bagi pemiliknya. Padahal dibalik harta kekayaan
atau penghasilan yang kita miliki ada kenikmatan bertuhankan kepada Allah SWT
sepanjang kita mengetahuinya.
Selain
daripada itu, jika sampai diri kita mencintai harta kekayaan atau penghasilan
secara berlebihan maka kita sendirilah yang menutup kesempatan untuk berbagi
kepada sesama padahal kebahagiaan hakiki dari memiliki harta kekayaan didapat
setelah berbagi kepada sesama. Jika sudah demikian berarti kesempatan untuk
menunaikan hak Allah SWT melalui zakat, melalui infaq, melalui shadaqah, hilang
dibawa oleh kecintaan yang berlebihan oleh sebab diri kita sendiri. Dan kondisi
inilah yang ditunggu tunggu dan yang paling dikehendaki oleh syaitan sang
laknatullah, yaitu memiliki harta kekayaan atau penghasilan bukan untuk kepentingan
diri kita masuk ke syurga.
Hal yang
harus kita jadikan pedoman tentang kondisi ini adalah pemilik dari harta halal
lagi diridhai Allah SWT pasti terhindar dari rasa takut dan cemas sehingga
pemiliknya akan ikhlas pula menunaikan zakatnya tanpa ada rasa keterpaksaan.
Kondisi inilah yang dikehendaki oleh Allah SWT kepada seluruh Khalifahnya yang
memiliki harta kekayaan atau penghasilan tanpa terkecuali. Hal ini dikarenakan
dibalik itu semua Allah SWT secara tersembunyi menitipkan orang orang yang
tidak mampu kepada diri kita dan apabila kita mampu menunaikan Zakat, infaq
ataupun shadaqah terjadilah keharmonisan hidup antara orang yang berpunya
(muzakki) dengan yang tidak berpunya (mustahik) dalam kehidupan. Alangkah
indahnya kehidupan jika ini terjadi di Indonesia.
3.
Jangan Kikir dengan
Harta Kekayaan. Hal
yang ketiga yang tidak diperbolehkan jika kita telah memiliki harta kekayaan
atau memiliki penghasilan saat hidup di muka bumi ini adalah jangan pernah
kikir/pelit dengan harta kekayaan dan penghasilan.Kikir/pelit dengan harta
kekayaan tidak akan mendatangkan kebahagiaan memiliki sesuatu. Kikir/Pelit dengan
harta sangat dikehendaki syaitan. Kikir/pelit membuat harta kekayaan kotor
karena zakatnya tidak ditunaikan. Kekotoran harta kekayaan inilah yang menjadi
cikal bakal dari harta kekayaan yang akan mendatangkan kemudharatan bagi hidup
dan kehidupan.
Untuk itu
perhatikanlah firman Allah SWT berikut ini: “Sesungguhnya kehidupan
dunia hanyalah permainan dan senda gurau. Dan jika kamu beriman dan bertakwa,
Allah akan memberikan pahala kepadamu dan Dia tidak akan meminta harta-hartamu.
Jika Dia meminta harta kepadamu lalu mendesak kamu (supaya memberikan semuanya)
niscaya kamu akan kikir dan Dia akan Menampakkan kedengkianmu. Ingatlah, kamu
ini orang-orang yang diajak untuk menafkahkan (hartamu) pada jalan Allah. Maka
di antara kamu ada yang kikir, dan siapa yang kikir Sesungguhnya Dia hanyalah
kikir terhadap dirinya sendiri. Dan Allah-lah yang Maha Kaya sedangkan kamulah
orang-orang yang berkehendak (kepada-Nya); dan jika kamu berpaling niscaya Dia
akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain; dan mereka tidak akan seperti kamu
ini. (Surat Muhammad (47) ayat 36 sampai 38)
Kikir atau
pelit atau bakhil adalah merupakan sifat alamiah dari jasmani diri kita yang
menghasilkan perbuatan hanya mementingkan diri sendiri yang berlawanan dengan
sifat alamiah ruh/ruhani diri kita, yaitu selalu ingin berbagi kepada sesama.
Jika sekarang Allah SWT melalui surat Muhammad (47) ayat 36, 37, 38 di atas
telah melarang diri kita kikir, pelit
atau bakhil berarti Allah SWT melarang diri kita untuk memperturutkan ahwa
(hawa nafsu) yang selalu mementingkan diri sendiri karena hasil akhir dari ini
semua sangat dikehendaki syaitan.
Adanya
perintah menunaikan zakat, adanya perintah menafkahkan harta di jalan Allah SWT
melalui Infaq, adanya perintah untuk bersedekah baik materiil atau inmateriil,
menunjukkan kepada kita untuk selalu
berbagi kepada sesama melalui harta kekayaan atau penghasilan yang kita miliki
sehingga dengan cara berbagi inilah sifat alamiah jasmani (ahwa) dapat kita
kalahkan sehingga yang timbul adalah sifat alamiah ruh/ruhani yang menjadi
perilaku diri kita. Jika semua orang yang beriman mampu berbuat seperti
alangkah hebatnya masyarakat yang ada disekitar kita serta alangkah hebatnya
bangsa ini.
4.
Jangan Jadikan Harta
Sebagai Alat Bantu ke Neraka. Hal yang keempat yang tidak diperbolehkan
jika kita telah memiliki harta kekayaan atau memiliki penghasilan saat hidup di
muka bumi ini adalah jangan jadikan harta kekayaan dan penghasilan sebagai
kendaraan atau alat bantu bagi diri kita menuju Neraka. Sebagaimana termaktub
dalam surat Al Humazah (89) ayat 2 sampai 9 sebagaimana berikut ini: “Yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitung[1600], Dia mengira bahwa
hartanya itu dapat mengkekalkannya, sekali-kali tidak! Sesungguhnya Dia
benar-benar akan dilemparkan ke dalam Huthamah.Dan tahukah kamu apa Huthamah
itu? (yaitu) api (yang disediakan) Allah yang dinyalakan, yang (membakar)
sampai ke hati. Sesungguhnya api itu ditutup rapat atas mereka, (sedang mereka
itu) diikat pada tiang-tiang yang panjang.”
[1600] Maksudnya
mengumpulkan dan menghitung-hitung harta yang karenanya Dia menjadi kikir dan
tidak mau menafkahkannya di jalan Allah.
Jika ini
yang terjadi pada diri kita dapat dipastikan bahwa harta kekayaan yang kita
miliki atau penghasilan yang kita miliki bukan berasal dari yang halal lagi
diridhai Allah SWT. Penghasilan yang halal lagi diridhai Allah SWT akan
mendorong pemilik berbuat yang sesuai dengan kehendak Allah SWT sehingga ia
mampu menjadikan harta kekayaannya sebagai kendaraan menuju syurga.
Dalam
kehidupan sehari hari, kita sering melihat secara langsung bahwa harta kekayaan
atau penghasilan yang haram lagi diridhai Syaitan akan mendorong pemiliknya
berbuat yang haram pula. Lihatlah orang yang melakukan korupsi, uang korupsinya
habis untuk foya foya atau habis untuk membiayai biaya berobat setelah ia pensiun,
uang korupsinya dibelanjakan untuk kepentingan duniawi. Lihatlah pula orang
yang menang judi, uangnya habis untuk kesenangan dunia, minum minuman keras dan
juga untuk prostitusi. Uang haram, kekayaan haram, penghasilan haram,
kesemuanya tidak akan mendatangkan hidayah bagi pemiliknya, melainkan
kemudharatan baik langsung ataupun tidak langsung. Jika tidak kena kepada
dirinya sendiri, maka dapat dipastikan anak keturunannya terkena getah akibat
ulah orang tuanya sehingga jangan pernah berharap memperoleh anak shaleh dan
shalehah dari harta kekayaan atau penghasilan yang haram.
Sekarang kita telah mengetahui 4 (empat) kriteria
dasar yang harus kita hindari, yang tidak boleh kita lakukan saat mencari,
mendapatkan harta kekayaan atau penghasilan. Allah SWT selaku pengutus diri
kita di muka bumi, begitu sayang kepada kita sehingga melarang diri kita
memiliki harta kekayaan atau penghasilan yang haram lagi diridhai syaitan. Hal
ini dikarenakan akan menjadikan diri kita pulang kampung ke Neraka, padahal
kampung halaman diri kita yang asli adalah syurga.
B.
AGAR HARTA KEKAYAAN
BERTAMBAH.
Setelah memiliki
harta kekayaan atau penghasilan tentu kita selalu berharap agar harta kekayaan
atau penghasilan yang kita miliki bertambah dari waktu ke waktu. Untuk mencapai
hal ini tentu saja tidak mudah jika kita tidak tahu caranya. Berikut ini akan kami
kemukakan 2(dua) buah cara yang bisa kita tempuh jika kita berkehendak harta
kekayaan atau penghasilan bertambah dari waktu ke waktu yang tentunya harus
sesuai dengan kehendak Allah SWT.
1.
Tunaikan Zakatnya dan/atau
Dibelanjakan di jalan Allah SWT melalui Infaq dan Sedekah serta Wakaf.Cara pertama yang
harus kita tempuh jika ingin harta kekayaan atau penghasilan bertambah dari
waktu ke waktu adalah dengan menunaikan zakatnya, jika telah harta kekayaan
atau penghasilan memenuhi syarat nishab dan haul. Untuk itu perhatikanlah apa
yang terjadi di masyarakat dimana sampai dengan hari ini, tidak pernah terjadi
orang yang menunaikan zakat, membelanjakan harta dan penghasilan di jalan Allah
SWT melalui infaq dan shadaqah serta wakaf menjadikan orang yang menunaikannya
menjadi miskin.
Padahal
secara kasat mata dengan menunaikan zakat ataupun membelanjakan di jalan Allah
SWT melalui infaq dan shadaqah seseorang mengurangi harta kekayaan atau
penghasilan yang dimilikinya sejumlah tertentu. Akan tetapi yang terjadi adalah
semakin ditunaikan zakatnya, semakin dibelanjakan di jalan Allah SWT melalui infaq
dan shadaqah serta wakaf semakin bertambah harta kekayaan atau penghasilan
seseorang. Sebagaimana firman Allah SWT berikut ini: “Dan sesuatu Riba (tambahan) yang kamu berikan agar Dia bertambah pada
harta manusia, Maka Riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu
berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, Maka
(yang berbuat demikian) Itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya). (Surat
Ar Ruum (30) ayat 39)
Disinilah
letak dari kehebatan yang terdapat dibalik perintah menunaikan zakat dan juga
kehebatan dari melaksanakan infaq dan shadaqah serta wakaf, dimana Allah SWT
memberikan apresiasi berupa balasan yang tidak terhingga kepada siapapun yang
ikhlas melaksanakan apa apa yang telah diperintahkan Nya. Sehingga terlihat di
depan mata kepala kita sendiri, tidak ada seorangpun yang menjadi miskin
setelah menunaikan zakat, infaq dan shadaqah serta wakaf, tidak ada seorangpun
yang meninggal setelah melaksanakan puasa dan seterusnya. Hal ini dimungkinkan
karena adanya firman Allah SWT berikut ini: “Perumpamaan
(nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan
Allah[166] adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir,
pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa
yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui. (surat
Al Baqarah (2) ayat 261)
[166] Pengertian
menafkahkan harta di jalan Allah meliputi belanja untuk kepentingan jihad,
pembangunan perguruan, rumah sakit, usaha penyelidikan ilmiah dan lain-lain.
Di lain
sisi, hidup bersifat dinamis, kadang di atas kadang di bawah. Sehingga pada
satu waktu tertentu kita tidak menunaikan zakat karena syarat nishab dan haul
tidak tercapai. Akan tetapi bukan karena kita tidak menunaikan zakat lalu kita
tidak bisa berbuat kebaikan kepada masyarakat. Masih ada jalan lain yang bisa
kita tempuh yaitu dengan membelanjakan di jalan Allah SWT melalui infaq dan shadaqah.
Demikian pula sebaliknya, pada suatu waktu tertentu pula, kita wajib menunaikan
zakat karena syarat nishab dan haul tercapai. Jika kondisi ini tercapai bukan
berarti kita hanya menunaikan zakat semata, kita juga bisa melaksanakan infaq
dan shadaqah secara bersamaan. Semakin banyak kita menunaikan zakat yang
dibarengi melaksanakan infaq dan shadaqah berarti semakin besar pula kesempatan
Allah SWT memberikan balasan kepada diri kita. Sekarang semuanya terpulang
kepada diri kita, apakah mau melaksanakannya atau tidak.
2.
Melakukan Kebaikan. Berdasarkan hadits
yang kami kemukakan berikut ini: “Sesungguhnya Allah tidak akan mendzalimi
hambanya yang berbuat kebaikan. Dia akan membalas dengan diberi rezeki di dunia
dan akan dibalas dengan pahala di akhirat. (Hadits Riwayat Ahmad).
Tidak seorang muslim pun yang berbuat kebaikan di dunia ini kecuali akan
dibalas oleh Allah SWT baik di dunia dan di akhirat. Di dunia akan diluaskan
rezekinya (ditambah rezekinya) dengan diberi rezeki yang baru untuknya.
Sedangkan di akhirat derajatnya akan ditinggikan di dalam syurga. Adanya
kondisi ini menunjukkan bahwa manfaat dari kebaikan akan dikembalikan kepada
orang yang melakukannya, demikian pula sebaliknya.
3.
Menyambung
Silaturahim. Berdasarkan
hadits yang kami kemukakan berikut ini: Rasulullah SAW bersabda: Barangsiapa yang
ingin rezekinya diperluas dan umurnya diperpanjang, maka sambunglah
silaturahim. (Hadits Riwayat Bukhari). Berdasarkan ketentuan ini, agama
Islam mengajarkan kepada diri kita untuk menyambung tali silaturahim yang akan
dapat menambah luasnya rezeki yang telah kita miliki, dalam hal ini adalah
tingkat keberkahan harta menjadi lebih baik dan meningkat kualitasnya,
4.
Tidak Melalaikan
Ibadah Oleh Sebab Harta dan Pekerjaan (Perniagaan). Berdasarkan surat Al
Jumu’ah (62) ayat 9 berikut ini: “Wahai orang orang yang beriman! Apabila
telah diseru untuk melaksanakan shalat pada hari Jum’at, aka segeralah kami
mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik
bagimu jika kamu mengetahui.” Berdasarkan ketentuan ayat ini, Allah SWT
telah dengan tegas mengemukakan bahwa jaul beli (perdagangan) merupakan salah
satu aktivitas yang sering melalaikan manusia untuk beribadah kepada Allah SWT.
Oleh karena itu Allah SWT sangat melarang para hambaNya yang beriman dari lalai
mengingat Allah dan juga lalai dari shalat sebab harta dan anak anak. Apabila
hal ini terjadi maka Allah SWT mengancam dengan kerugian baik di dunia dan di
akhirat sebagaimana firmanNya berikut ini: “ Wahai orang orang yang beriman! Janganlah
harta bendamu dan anak anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Dan
barangsiapa berbuat demikian, maka mereka itulah orang orang yang merugi.
(surat Al Munafiqun (63) ayat 9)
5.
Selalu Memohon Kepada
Allah SWT yang Dibarengi Selalu Bersyukur. Hal kedua yang harus kita lakukan agar
harta kekayaan atau penghasilan yang kita miliki bisa bertambah dari waktu ke
waktu adalah dengan selalu memohon kepada Allah SWT yang diikuti dengan selalu
bersyukur kepadaNya. Allah SWT berfirman: “Dan membanyakkan
harta dan anak-anakmu, dan Mengadakan untukmu kebun-kebun dan Mengadakan (pula
di dalamnya) untukmu sungai-sungai.Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran
Allah? Padahal Dia Sesungguhnya telah menciptakan kamu dalam beberapa tingkatan
kejadian[1519]. (Surat Nuh (71) ayat 12 sampai 14)
[1519] Lihat
surat Al Mu’minun ayat 12, 13 dan 14
Dengan
selalu memohon kepada Allah SWT melalui doa yang kita panjatkan berarti kita
mengajukan permohonan agar harta kekayaan atau penghasilan yang kita miliki
dijaga oleh Allah SWT dari niat jahat, dari niat busuk, dari niat yang
membahayakan harta, diri dan keluarga kita baik yang berasal dari jin dan
manusia. Adanya penjagaan dari Allah SWT maka terjagalah harta kekayaan atau
penghasilan yang kita miliki termasuk diri, keluarga dan anak keturunan.
Bersyukur kepada Allah SWT bukanlah sekedar mengucapkan
“hamdallah”, atau mengucapkan terima kasih kepada Allah SWT karena diri kita
telah mendapatkan sesuatu. Syukur kepada Allah SWT adalah tindakan nyata yang
kita laksanakan setelah menerima sesuatu dari Allah SWT dimana tindakan yang
kita lakukan harus sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh Allah SWT. Allah SWT
berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, ingatlah akan
nikmat Allah (yang telah dikurniakan) kepadamu ketika datang kepadamu
tentara-tentara, lalu Kami kirimkan kepada mereka angin topan dan tentara yang
tidak dapat kamu melihatnya[1204]. Dan adalah Allah Maha melihat akan apa yang
kamu kerjakan. (surat Al Ahzab (33) ayat 9)
[1204] Ayat ini menerangkan
kisah Ahzab Yaitu golongan-golongan yang dihancurkan pada peperangan Khandaq
karena menentang Allah dan Rasul-Nya. Yang dimaksud dengan tentara yang tidak
dapat kamu Lihat adalah Para Malaikat yang sengaja didatangkan Tuhan untuk
menghancurkan musuh-musuh Allah itu.
Sebagai makhluk yang sejak awal diciptakan oleh Allah SWT sebagai makhluk
yang terhormat, jika kita hanya mampu mengucapkan hamdallah atau ucapan terima
kasih kepada Allah SWT atas nikmat dan karunia yang telah diberikannya kepada
diri kita berarti diri kita bukanlah makhluk terhormat yang dikehendaki oleh
Allah SWT sebab diri kita tidak mampu mencerminkan, atau tidak dapat menunjukkan
perilaku terhormat kepada Allah SWT setelah menerima sesuatu yang paling
berharga dari Allah SWT.
Jika demikian kondisi dan keadaan
diri kita kepada Allah SWT, tentu tempat
kembali diri kita bukan yang terhormat lagi, melainkan Neraka Jahannam.Sebagai makhluk yang
terhormat sudah menjadi kewajiban kita untuk selalu bersyukur kepada Allah SWT,
atas segala nikmat yang telah kita peroleh. Bersyukur bisa kita lakukan melalui
perbuatan, melalui lisan ataupun melalui qolbu. Dengan memperbanyak rasa syukur
maka insya Allah kenikmatan bertuhankan kepada Allah SWT dapat kita nikmati
sepanjang hayat masih di kandung badan.
Berikut ini akan kami
kemukakan manfaat dari bersyukur kepada Allah SWT yang bisa langsung kita
rasakan saat hidup di muka bumi ini, yaitu:
a.
Ditambahkan Nikmat. Seseorang yang selalu
senantiasa bersyukur dengan kondisi apapun, maka Allah SWT akan menambahkan
nikmatnya. Sebaliknya orang yang banyak mengeluh dan selalu iri dengan
kehidupan orang lain maka ia hidupnya akan semakin menderita. Allah SWT
berfirman : “dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya
jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (surat
Ibrahim (14) ayat 7)
b. Orang yang banyak
bersyukur diampuni dosa-dosanya oleh Allah SWT. Hal ini sesuai dengan hadits sebagai berikut : “Dari
Jabir ra. bahwa Rasulullah SAW. bersabda : “Allah SWT tidak memberi suatu
nikmat kepada seorang hamba kemudian ia mengucapkan Alhamdulillah, kecuali
Allah SWT menilai ia telah mensyukuri nikmat itu. Apabila dia mengucapkan
Alhamdulillah yang kedua, maka Allah SWT akan memberinya pahala yang baru lagi.
Apabila dia mengucapkan Alhamdulillah untuk yang ketiga kalinya, maka Allah SWT
mengampuni dosa-dosanya.” (Hadits Riwayat Al Hakim dan Baihaqi). Selain daripada itu, bersyukur adalah hal
yang utama di sisi Allah Ta’ala berdasarkan hadits sebagai berikut : “Dari
Abu Umamah Radhiyallahu ‘Anhu, Rasulullah SAW bersabda : “Allah SWT tidak
memberikan nikmat kepada seorang hamba, kemudian ia memuji Allah SWT atas
nikmat-Nya,kecuali pujiannya itu lebih utama dari nikmat itu, meskipun
kenikmatan itu besar.” (Hadits Riwayat Ath Thabrani)
c.
Disayang Allah SWT. Allah SWT sangat cinta kepada orang yang bersyukur,
inilah haditsnya : “Jika engkau tidak mampu membalasnya maka doakan dia hingga engkau
merasa bahwa engkau telah mensyukuri kebaikan tersebut, karena sesungguhnya
Allah SWT sangat cinta kepada orang-orang yang bersyukur”. (Hadits Riwayat. Abu
Dawud).
d. Dilipatgandakan
Pahalanya. Berdasarkan hadits di
bawah ini, semakin kita bersyukur kepada Allah SWT semakin banyak pahala atau
nilai kebaikan yang dilimpahkan kepada diri kita. Dari Abu Abdillah a.s, beliau
berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Orang yang
menyantap makanan dengan rasa syukur, maka dia diberi pahala, seperti orang
yang berpuasa menjaga dirinya. Orang yang sehat yang mensyukuri kesehatannya,
maka dia diberi pahala, orang yang menanggung penderitaan (jasmani)-nya dengan
sabar. Dan orang yang memberikan dengan rasa syukur, maka dia mendapat pahala
yang sama dengan orang yang menanggung kerugian dari menjaga diri”. (Hadits
Riwayat Abu Hurairah dan al-Qudha’i)
e.
Bersyukur mampu menghindarkan diri kita dari cobaan atau
ujian,
sebagaimana hadits berikut ini:“Apabila seorang melihat orang cacat lalu
berkata (tanpa didengar oleh orang tadi):
“Alhamdulillah yang telah menyelamatkan aku dari apa yang diujikan Allah
kepadanya dan melebihkan aku dengan kelebihan sempurna atas kebanyakan
makhlukNya”, maka dia tidak akan terkena ujian seperti itu betapapun
keadaannya.” (Hadits Riwayat. Abu Dawud)
f.
Berysukur atau banyak bersyukur mampu meningkatkan kadar
keimanan yang ada di dalam dada, sebagaimana hadits berikut ini: “Dua
hal apabila dimiliki oleh seseorang dia dicatat oleh Allah sebagai orang yang
bersyukur dan sabar. Dalam urusan agama (ilmu dan ibadah) dia melihat kepada
yang lebih tinggi lalu meniru dan mencontohnya. Dalam urusan dunia dia melihat
kepada yang lebih bawah, lalu bersyukur kepada Allah bahwa dia masih diberi
kelebihan.” (Hadits Riwayat Ath Thirmidzi)
g.
Membuat Hati Tenang. Seseorang yang kufur
nikmat, selalu merasa hidupnya kurang dan iri dengan milik orang lain maka
hatinya tidak akan tenang. Hatinya dipenuhi penyakit. Bahkan ia menjadi semakin
jauh dari Allah SWT. Berbeda dari orang yang senantiasa bersyukur. Susah
ataupun senang ia tetap tersenyum dan ridha. Ia tidak memperdulikan omongan
orang lain. Ini akan membuat hati lebih damai dan tenang.
h. Dijanjikan Syurga. Orang yang saat ditimpa musibah, lantas ia menerima
keadaannya dengan syukur dan sabar maka Allah SWT menjajikan surga kepada orang
tersebut. Coba bayangkan, nikmat mana yang lebih indah dari pemberian syurga?
Syurga adalah akhir bagi orang-orang yang beriman dan bertaqwa, sebagaimana hadits
sebagai berikut : “Sesungguhnya Allah berfirman, ‘Apabila Aku menguji hamba-Ku dengan
kedua matanya, kemudian dia bersabar, maka aku gantikan syurga baginya.”
(Hadits Riwayat. Bukhari)
i.
Meningkatkan Kesejahteraan Hidup. Seseorang yang senang bersyukur biasanya pikirannya juga
lebih optimis. Walau mungkin ia mengalami kegagalan atau bangkrut, ia tetap
bersemangat dan percaya pada Allah SWT. Ia menjalani hidupnya yang kurang
berkecukupan tanpa mengeluh. Sehingga itu semua pun menjadi berkah baginya.
Pernyataan ini pernah dijelasakan dalam Journal of Personality and Social
Psychology tahun 2013 yang mana mengatakan bahwa banyak-banyak bersyukur dapat
meningkatkan kesejahteraan hidup seseorang.
j.
Meningkatkan Kualitas Tidur. Rasa syukur bisa meningkatkan kualitas tidur. Seseorang
yang jarang bersyukur maka hatinya tidak tenang. Hal itu membuat ia jadi terus
berpikir dan sulit tidur. Sebaliknya dengan rajin bersyukur maka perasaan jadi
tenang. Tidur pun akan mudah. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam Journal
Applied Psychology: Healt and Well-Being yang mengungkapkan bahwa seseorang
yang meluangkan waktu untuk bersyukur selama 15 menit setiap sebelum tidur,
maka orang tersebut akan memiliki kuliatas tidur yang lebih baik. Atau dengan
kata lain tidurnya nyenyak.
k. Mengurangi Risiko
Penyakit Degeratif. Munculnya penyakit
degeneratif seperti jantung, diabetes, hipertensi atau stroke ternyata tidak
hanya dipicu oleh pola makan yang buruk. Tapi juga dipengaruhi kondisi mental.
Seseorang yang tertekan dan stress biasanya lebih gampang penyakitan. Menurut
penelitian yang dimuat dalam American Journal of Cardiology tahun 1995,
menyatakan bahwa seseorang yang punya emosi dan pikiran positif maka organ
tubuhnya berfungsi lebih baik. Irama denyut jantungnya normal dan aliran darah
juga lancar. Sehingga orang tersebut akan hidup lebih sehat.
l.
Menimbulkan Rasa Bahagia. Bersyukur dan manfaat ucapan Alhamdulillah bisa
menimbulkan perasaan bahagia. Saat kita rela dengan apa yang kita miliki maka hidup
jadi tentram. Tidak ada perasaan iri, dengki, kufur atau penyakit hati lainnya.
Kita hanya perlu berjuang untuk menjaga apa yang telah kita punya. Berusaha dan
berdoa untuk hidup lebih baik tanpa perlu memaksakan takdir, sebagaimana dua
firman Allah SWT berikut ini: “Maka sabarlah kamu atas apa yang mereka
katakan, dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu, sebelum terbit matahari dan
sebelum terbenamnya dan bertasbih pulalah pada waktu-waktu di malam hari dan
pada waktu-waktu di siang hari, supaya kamu merasa senang, (sura Thaahaa (20)
ayat 130)
Allah
SWT berfirman: “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram
dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati
menjadi tenteram. (surat Ar Ra’d (13) ayat 28)
m. Hidup Jadi Lebih
Berkah. Bersyukur bisa
membuat hidup lebih berkah. Maksudnya walaupun mungkin rezeki kita tidak banyak
tapi manfaatnya sangat terasa. Mungkin rezeki itu bermanfaat bagi orang lain,
juga cukup untuk memenuhi segala kebutuhan. Allah SWT berfirman:“dan
Sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, Yaitu: "Bersyukurlah
kepada Allah. dan Barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), Maka Sesungguhnya
ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan Barangsiapa yang tidak bersyukur, Maka
Sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji". (surat Lukman (31) ayat
12)
n. Terhindar Dari
Penyakit Hati. Manfaat bersyukur
kepada Allah juga bisa menghindari diri dari penyakit hati, seperti sombong,
dengki, dendam dan sebagainya. Perlu Anda tahu bahwa penyakit hati itu membuat
hidup jadi sumpek. Selain itu juga meningkatkan risiko penyakit. Bahkan Allah SWT
pun tidak menyukai orang-orang yang menyimpan
penyakit dalam hatinya, sebagaimana hadits berikut ini: “Rasulullah SAW bersabda:
“Ketahuilah bahawa dalam jasad manusia ada segumpal daging, jika baik maka
baiklah seluruh anggota dan jika umaka rusaklah seluruh anggota, ketahuilah
itulah hati.” (Hadits Riwayat. Bukhari dan Muslim)
o. Terlihat Awet Muda. Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa seseorang yang
hatinya rajin bersyukur maka ia cenderung awet muda. Ini dikarenakan energi
positif yang berasal dari hati dan pikirannya, mampu mempengaruhi organ dan
jaringan tubuh menjadi lebih sehat. Allah SWT berfirman: “diwajibkan atas kamu berperang,
Padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. boleh Jadi kamu membenci
sesuatu, Padahal ia Amat baik bagimu, dan boleh Jadi (pula) kamu menyukai
sesuatu, Padahal ia Amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak
mengetahui.(surat Al Baqarah (2) ayat 216)
Sebenarnya bersyukur
kepada Allah SWT memiliki banyak manfaat bagi hidup dan kehidupan manusia.
Bersyukur bisa mempermudah datangnya kesuksesan, harta makin bertambah, membangkitkan
semangat, hidup menjadi lebih produktif, dan kepercayaan diri pun juga
bertambah. Maka itu perbanyaklah bersyukur. Terkadang kita menganggap bahwa
hidup kita yang paling menyedihkan, padahal nyatanya banyak orang-orang yang
hidupnya lebih susah dari kita. Kita harus percaya dengan Allah SAW bahwa apa
yang kita miliki sekarang adalah takdirnya dan itu pasti yang terbaik untuk
kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar