Saat kita hidup di
dunia, setiap harta kekayaan atau penghasilan yang kita miliki, dapat
dipastikan bisa bermanfaat baik bagi kehidupan diri, keluarga dan anak
keturunan serta masyarakat sepanjang kita berada di dalam koridor kehendak
Allah STW. Akan tetapi ketahuilah bahwa tidak selamanya harta kekayaan atau
penghasilan bisa bermanfaat bagi diri, keluarga, anak dan keturunan serta
masyarakat, yaitu saat saat berikut ini : .
1.
Saat Hari Kiamat. Pada saat diri kita
hidup di dunia, harta kekayaan ataupun penghasilan adalah sesuatu yang berharga
bagi diri kita. Akan tetapi pada saat hari kiamat, segala harta kekayaan,
segala penghasilan tidak ada gunanya bagi diri kita. Berapapun jumlah harta
kekayaan kita, berapapun jumlah penghasilan kita, semuanya tidak ada artinya
dihadapan Allah SWT karena Allah SWT tidak melihat hal tersebut.Allah SWT
memiliki parameter tersendiri di dalam menilai kekhalifahan yang ada di muka.
Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang kafir, harta
benda dan anak-anak mereka, sedikitpun tidak dapat menolak (siksa) Allah dari
mereka. Dan mereka itu adalah bahan bakar api neraka, (Surat Ali Imran (3) ayat
10). Saat
hari kiamat tiba, saat hari berhisab tiba, yang dibutuhkan pada saat itu
bukanlah banyaknya harta kekayaan ataupun banyaknya penghasilan, yang
dibutuhkan pada saat menghadap Allah SWT adalah Hati yang bersih. Inilah yang
dikemukakan dalam surat Asy Syu’araa (26) ayat 88 dan 89 berikut ini: “(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali
orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih, (Surat Asy Syu’araa’
(26) ayat 88 dan 89)
Selain
hati yang bersih, hal yang dibutuhkan pada hari kiamat adalah penggunaan harta
kekayaan atau penghasilan yang halal lagi diridhai Allah SWT yang sudah
dibelanjakan di jalan Allah SWT. Sekarang sudahkah diri kita memiliki saldo
penggunaan harta kekayaan atau penghasilan yang dibelanjakan di jalan Allah
SWT? Jika kita belum memiliki, tunaikan hal itu sekarang juga dan jangan pernah
menunda nunda kesempatan membelanjakan harta kekayaan atau penghasilan di jalan
Allah SWT.
Hal ini
dikarenakan jika sampai ruh tiba di kerongkongan lalu belum juga kita tunaikan
zakatnya, sia sialah harta kekayaan yang kita miliki, sia sia pula penghasilan
yang kita miliki karena ulah diri kita sendiri yang tidak mau membelanjakan
harta kekayaan di jalan Allah SWT. Akan tetapi bagi pemilik harta kekayaan atau
penghasilan yang telah mampu membelanjakannya di jalan Allah SWT maka harta
kekayaan yang sudah dibelanjakannya, apakah melalui zakat, infaq, shadaqah,
wakaf akan menjadi penolong bagi pemiliknya di hari kiamat kelak, terutama saat
berhisab, yaitu saat mempertanggungjawabkan asal usul harta kekayaan atau
penghasilan serta penggunaan atau pemanfaatan harta kekayaan atau penghasilan
dimaksud.
2.
Bagi Orang Kafir
sebagai Bahan Azab di Dunia dan Akhirat. Memiliki harta kekayaan atau
penghasilan yang banyak adalah idaman bagi banyak orang. Akan tetapi ketahuilah
bahwa harta kekayaan atau penghasilan tidak selamanya berguna. Berguna tidaknya
harta kekayaan atau penghasilan sangat ditentukan oleh siapa harta itu
didapatkan dan oleh siapa harta itu dikelola. Apabila yang mendapatkan atau
yang mengelola orang yang beriman maka harta kekayaan atau penghasilan itu
berguna baik untuk kehidupan dunia dan juga kehidupan di akhirat kelak.
Allah SWT berfirman: “orang-orang Baduwi yang tertinggal (tidak turut ke Hudaibiyah) akan
mengatakan: “Harta dan keluarga Kami telah merintangi Kami, Maka mohonkanlah
ampunan untuk kami”; mereka mengucapkan dengan lidahnya apa yang tidak ada
dalam hatinya. Katakanlah : “Maka siapakah (gerangan) yang dapat
menghalang-halangi kehendak Allah jika Dia menghendaki kemudharatan bagimu atau
jika Dia menghendaki manfaat bagimu. Sebenarnya Allah Maha mengetahui apa yang
kamu kerjakan. (surat Al Fath (48) ayat 11)
Bagi orang kafir atau
orang yang tidak beriman, harta kekayaan atau penghasilan yang mereka cari dan
mereka miliki bisa yang seharusnya menolong pemiliknya di akhirat kelak justru
menjadi bahan baku azab di akhirat kelak. Sedangkan bagi kehidupan di dunia,
harta kekayaan atau penghasilan yang seharusnya sesuatu yang bisa diatur oleh
pemiliknya justru sebaliknya yang terjadi yaitu menjadi pemiliknya yang diatur
oleh harta kekayaan atau penghasilan, sebagaimana Allah SWT berfirman berikut
ini: “Maka janganlah harta benda dan anak-anak mereka
menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki dengan (memberi) harta benda dan
anak-anak itu untuk menyiksa mereka dalam kehidupan di dunia dan kelak akan
melayang nyawa mereka, sedang mereka dalam Keadaan kafir. (surat At Taubah (9)
ayat 55)
Allah SWT berfirman: “Dan
janganlah engkau tujukan pandangan matamu kepada kenikmatan yang telah Kami
berikan kepada beberapa golongan dari mereka, (sebagai) bunga kehidupan dunia,
agar Kami uji mereka dengan (kesenangan) itu. Karunia Tuhanmu lebih baik dan
lebih kekal. (surat Thaahaa (20) ayat
131). Berdasarkan ketentuan ini, Allah SWT melarang orang mukmin melihat
harta kekayaan, atau kesenangan yang ada pada orang orang kafir karena harta
kekayaan (kesenangan hidup di dunia) bagi orang kafir merupakan ujian pula bagi
mereka.
Adanya pemberian
harta yang berlimpah kepada orang kafir oleh Allah SWT merupakan salah satu
bukti bahwa kehidupan dunia itu remeh dihadapan Allah SWT bahkan tidak bisa
disandingkan dengan sayap seekor nyamuk. Rasulullah SAW bersabda: “Andaikata dunia
dihadapa Allah sebanding dengan sayap seekor nyamuk, maka Allah tidak akan
memberikan seteguk airpun, dari dunia pada orang kafir. (Hadits Riwayat Ath
Thirmidzi). Hadits ini merupakan perumpamaan dari rendahnya nilai harta
kekayaan dunia dihadapan Allah SWT.
Orang kafir adalah
teman syaitan dan musuh Allah SWT dan musuh tidak akan mungkin diberikan
sesuatu yang berharga oleh yang memberinya (Allah SWT). Allah SWT memberikan
harta yang banyak pada orang kafir dan membiarkannya serta menikmatinya dalam
waktu lama. Dan yang demikian ini bukanlah karena mulia dihadapan Allah SWT
melainkan karena factor istidraj (diulur agar lebih tenggelam lagi) dan ujian
serta untuk menunjukkan bahwa harta dan anak anak bukanlah bukti bahwa Allah
SWT mencintai mereka. Sesungguhnya yang mendekatkan mereka pada Allah SWT
adalah iman dan perbuatan baik mereka. Sebagaimana Allah SWT berfirman berikut
ini: “Sesungguhnya
orang orang kafir, baik harta maupun anak anak mereka, sedikitpun tidak dapat
menolak azab Allah. Mereka itu penghuni neraka, (dan) mereka kekal di dalamnya.
(surat Ali Imran (3) ayat 116). Untuk itu kita harus selalu ingat pesan
Nabi Muhammad SAW berikut ini: “Sesungguhnya Allah tidak melihat rupa
kalian dan harta kalian. Akan tetapi allah melihat hati kalian dan perbuatan
kalian. (Hadits Riwayat Muslim).
Saat hidup di dunia,
orang yang kafir atau orang yang tidak beriman akan diperbudak oleh harta
kekayaan atau penghasilan yang dimilikinya sehingga hidup hanya untuk harta
kekayaan atau penghasilan. Segala sesuatu diukur dengan harta kekayaan atau
penghasilan semata dengan meninggalkan keberkahan yang terdapat di balik itu
semua. Padahal keberkahan itulah yang bisa mendatangkan kebahagiaan hakiki bagi
manusia.
Sebagai
abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya di muka bumi, ketahuilah bahwa
rezeki dan harta yang banyak yang didapat oleh orang kafir saat di dunia
merupakan kebaikan yang dipercepat oleh Allah SWT untuk mereka. Hal ini
dikarenakan di kehidupan akhirat mereka tidak akan mendapatkan bagian apapun,
di akhirat hanya untuk orang yang beriman dan bertaqwa. Dan inilah salah satu
bentuk keadilan Allah SWT.
Selanjutnya
jika kita termasuk orang yang selalu mendambakan keberkahan dari harta kekayaan
atau penghasilan, ketahuilah bahwa keberkahan bukanlah ditinjau dari banyaknya
atau sedikitnya harta kekayaan atau penghasilan, namun sangat tergantung kepada
siapa pemilik atau pengelola harta kekayaan atau penghasilan dimaksud. Dimana
pemilik atau pengelola harta kekayaan atau penghasilan wajib harus memiliki apa
yang dinamakan dengan keimanan dan juga rasa syukur. Semakin tinggi tingkat
keimanan dan rasa syukur seseorang maka semakin berkahlah harta kekayaan atau
penghasilan seseorang, walaupun apa yang dimilikinya hanya sedikit.
Keberkahan
harta kekayaan atau penghasilan tidak akan dapat kita peroleh bila cara
mendapatkan dari harta kekayaan atau penghasilan melalui cara yang haram lagi
dikehendaki syaitan. Semakin tinggi tingkat keharaman harta kekayaan atau
penghasilan yang kita miliki maka semakin jauh keberkahan dari diri kita
walaupun apa yang kita miliki berjumlah sangat banyak. Adanya kondisi ini maka
jangan pernah berharap jika harta kekayaan atau penghasilan diri kita termasuk
dalam kategori haram lagi dikehendaki syaitan akan mendatangkan keberkahan dan
juga akan mendatangkan kebahagiaan
hakiki.
Buang
jauh jauh harapan itu karena keberkahan maupun kebahagiaan hakiki hanya akan
dapat kita peroleh dari yang halal lagi diridhai Allah SWT serta kita sendiri
haruslah beriman yang memiliki rasa bersyukur yang tinggi. Dan semoga diri
kita, keluarga kita, anak keturunan kita mampu mendapatakan serta memperoleh
harta kekayaan atau penghasilan yang halal lagi diridhai Allah SWT sehingga
dengan harta kekayaan atau penghasilan itu mampu menghantarkan diri kita
menjadi pribadi pribadi yang terhormat, yang selalu berbuat sesuatu yang
menunjukkan kehormatan kita. Amien.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar