Label

MEMANUSIAKAN MANUSIA: INILAH JATIDIRI MANUSIA YANG SESUNGGUHNYA (79) SETAN HARUS JADI PECUNDANG: DIRI PEMENANG (68) SEBUAH PENGALAMAN PRIBADI MENGAJAR KETAUHIDAN DI LAPAS CIPINANG (65) INILAH ALQURAN YANG SESUNGGUHNYA (60) ROUTE TO 1.6.799 JALAN MENUJU MAKRIFATULLAH (59) MUTIARA-MUTIARA KEHIDUPAN: JALAN MENUJU KERIDHAAN ALLAH SWT (54) PUASA SEBAGAI KEBUTUHAN ORANG BERIMAN (50) ENERGI UNTUK MEMOTIVASI DIRI & MENJAGA KEFITRAHAN JIWA (44) RUMUS KEHIDUPAN: TAHU DIRI TAHU ATURAN MAIN DAN TAHU TUJUAN AKHIR (38) TAUHID ILMU YANG WAJIB KITA MILIKI (36) THE ART OF DYING: DATANG FITRAH KEMBALI FITRAH (33) JIWA YANG TENANG LAGI BAHAGIA (27) BUKU PANDUAN UMROH (26) SHALAT ADALAH KEBUTUHAN DIRI (25) HAJI DAN UMROH : JADIKAN DIRI TAMU YANG SUDAH DINANTIKAN KEDATANGANNYA OLEH TUAN RUMAH (24) IKHSAN: INILAH CERMINAN DIRI KITA (24) RUKUN IMAN ADALAH PONDASI DASAR DIINUL ISLAM (23) ZAKAT ADALAH HAK ALLAH SWT YANG HARUS DITUNAIKAN (20) KUMPULAN NASEHAT UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK (19) MUTIARA HIKMAH DARI GENERASI TABI'IN DAN TABI'UT TABIIN (18) INSPRIRASI KESEHATAN DIRI (15) SYAHADAT SEBAGAI SEBUAH PERNYATAAN SIKAP (14) DIINUL ISLAM ADALAH AGAMA FITRAH (13) KUMPULAN DOA-DOA (10) BEBERAPA MUKJIZAT RASULULLAH SAW (5) DOSA DAN JUGA KEJAHATAN (5) DZIKIR UNTUK KEBAIKAN DIRI (4) INSPIRASI DARI PARA SAHABAT NABI (4) INILAH IBADAH YANG DISUKAI NABI MUHAMMAD SAW (3) PEMIMPIN DA KEPEMIMPINAN (3) TAHU NABI MUHAMMAD SAW (3) DIALOQ TOKOH ISLAM (2) SABAR ILMU TINGKAT TINGGI (2) SURAT TERBUKA UNTUK PEROKOK dan KORUPTOR (2) IKHLAS DAN SYUKUR (1)

Selasa, 08 Januari 2019

HIDUP TENANG MATI SENANG BERUMUR PANJANG

 A. HIDUP TENANG

Agar hidup berlimpah kenikmatan, sesungguhnya kita hanya cukup bersyukur dengan mengkonsumsi 3 (tiga) buah “Tahu” setiap harinya yaitu kita harus Tahu Diri; Tahu Aturan dan Tahu Tujuan Akhir. Jangan sampai kita hanya tahu diri tetapi tidak tahu aturan dan juga tidak tahu tujuan akhir, atau kita hanya tahu aturan tapi tidak tahu diri dan tidak tahu tujuan akhir, atau kita tidak tahu diri dan juga tidak tahu aturan serta tidak tahu tujuan akhir saat menjadi khalifah Allah SWT di muka bumi ini. Lalu bagaimana caranya hidup akan tenang di muka bumi?

Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit[540] dan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lubang jarum[541]. Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang berbuat kejahatan.
(surat Al A’raaf (7) ayat 40)

[540] Artinya: doa dan amal mereka tidak diterima oleh Allah.
[541] Artinya: mereka tidak mungkin masuk surga sebagaimana tidak mungkin masuknya unta ke lubang jarum.

Apabila kita tidak tahu diri dan juga tidak tahu aturan serta tidak tahu tujuan akhir maka langkah untuk menuju hidup tenang akan terbuka lebar sepanjang kita mampu memasukkan onta ke dalam lubang jarum. Jika kita tidak mampu memasukkan onta ke dalam lubang jarum berarti tahu diri dan tahu aturan serta tahu tujuan akhir adalah kuncinya.

1.      TAHU DIRI.

Agar diri kita tahu diri, jangan pernah keluar dari konsep Allah SWT, apalagi saat kita hidup ada di langit dan di bumi yang diciptakan dan dimiliki Allah SWT  serta diri kita ada karena diciptakan pula oleh Allah SWT.

a.      Secara tersurat diri kita adalah ciptaan Allah SWT. Sebagai ciptaan maka pencipta harus lebih dahulu ada dari yang diciptakan serta pencipta lebih berkuasa dari apa yang diciptakan.  
b.      Secara tersirat diri kita adalah khalifah atau pengganti Allah SWT di muka bumi.
c.      Secara tersembunyi diri kita adalah bentuk dari penampilan Allah SWT di muka bumi; manusia adalah gambaran dari sifat dan asmaNya manusia adalah bayangan Allah SWT di muka bumi (khalifah); manusia adalah pemandangan bagi penampilan keindahan Allah SWT; manusia adalah eksistensi Allah SWT bagi tersingkapnya hijab Allah SWT; manusia adalah gudang perbendaharaan Allah SWT.

Sebagai orang yang menumpang yang tidak selamanya menumpang; sebagai pemain dalam permainan yang harus menjadi pemenang dalam permainan; sebagai khalifah yang harus menampilkan penampilan Allah SWT di muka bumi maka kita wajib memiliki ilmu tentang Allah SWT dan juga ilmu tentang diri sendiri maka barulah kita bisa tahu diri lalu kitapun akan tahu siapa Allah SWT yang sesungguhnya.

Tahu diri sendiri dan juga tahu tentang Allah SWT merupakan pembuka jalan menuju hidup tenang di muka bumi ini. Lalu cukupkah kita hanya tahu diri dan tahu Allah SWT lalu kita bisa melaksanakan tugas sebagai khalifah di muka bumi? Jawabannya adalah tidak bisa karena tahu diri harus dilengkapi dengan tahu aturan dan juga tahu tujuan akhir maka barulah kita bisa hidup di muka bumi secara tenang.

2.      TAHU ATURAN

Langit dan bumi beserta isinya dan juga seluruh manusia diciptakan dan dimiliki oleh Allah SWT. Jika ini kondisinya berarti segala aturan, segala hukum, segala undang undang, segala ketentuan yang berlaku di langit dan di bumi serta rencana besar kekhalifahan di muka bumi adalah aturan, hukum, undang undang, ketentuan yang berasal dai pemilik dan pencipta langit dan bumi, dalam hal ini adalah Allah SWT. Apabila kita berkehendak untuk hidup tenang mati senang serta berumur panjang maka tidak ada jalan lain yang harus kita lalui yaitu  melaksanakan apa apa yang termaktub di dalam Al Qur’an. Hal ini dikarenakan Al Qur’an itu adalah kumpulan dari aturan, hukum, undang undang, ketentuan, yang berlaku di langit dan di bumi ini.    

bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam[1589],Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas,karena Dia melihat dirinya serba cukup.Sesungguhnya hanya kepada Tuhanmulah kembali(mu).
(surat Al Alaq (96) ayat 1 sampi 8)

[1589] Maksudnya: Allah mengajar manusia dengan perantaraan tulis baca.

Lalu kepada siapakah kita belajar aturan yang berlaku di langit dan di muka bumi ini? Belajar tentang aturan, hukum, undang undang, ketentuan yang berlaku di muka bumi  harus kepada pencipta dan pemilik langit dan bumi ini, dalam hal ini adalah Allah SWT. Allah SWT berdasarkan surat Al Alaq di atas bersedia mengajarkan kepada diri sepanjang diri kita mau mengimani Allah SWT dan juga KitabNya serta selalu dimulai dengan membaca Basmallah saat memulai mempelajarinya.

Diinul Islam adalah satu satunya Agama yang diridhai oleh Allah SWT lalu sudahkah kita yang tahu diri menempatkan ketentuan ini sebagai aturan main yang harus kita pelajari, serta kita laksanakan sesuai dengan kehendak Allah SWT? Kita harus bisa menjadikan ketentuan ini sebagai aturan main sehingga konsep tiga buah tahu telah kita miliki yaitu tahu diri dan tahu aturan serta tahu tujuan akhir.

Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab[189] kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah Maka Sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.
(surat Ali Imran (3) ayat 19)

[189] Maksudnya ialah Kitab-Kitab yang diturunkan sebelum Al Quran.

Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.
(surat Al Baqarah (2) ayat 208)

Setelah kita tahu aturan yang berlaku di langit dan di muka bumi ini maka kita harus segera melaksanakan ketentuan dimaksud secara kaffah atau secara keseluruhan, tanpa dipilih dan dipilah. Laksanakan aturan main dimaksud sesuai dengan kehendak Allah SWT saat ini juga.

Ruh adalah jati diri manusia yang sesungguhnya sehingga untuk mempertahankan kefitrahannya maka Ruh tidak bisa dipisahkan dengan  keimanan dikarenakan hanya keimananlah yang bisa mempertahankan kualitas atau kefitrahan Ruh dari waktu ke waktu. Agar Ruh selalu fitrah atau berkualitas selama hayat masih di kandung badan maka Ruh harus selalu memperoleh asupan energi keimanan melalui pelaksanaan ibadah yang telah diperintahkan oleh Allah SWT melalui pelaksanaan Diinul Islam secara kaffah, dengan catatan :

a.      Ibadah yang kita laksanakan bukanlah untuk mencari pahala atau membatalkan sebuah kewajiban, melainkan sebagai sebuah kebutuhan.
b.      Ibadah adalah sarara untuk memberi asupan makanan guna pertumbuhan keimanan atau untuk mempertahankan kualitas keimanan yang dibutuhkan oleh Ruh.
c.      Ibadah adalah alat bantu untuk memantapkan iman dalam jiwa atau dalam ruh sehingga jiwa kita berada di dalam kelompok jiwa taqwa.
d.     Ibadah adalah sarana untuk memperbaharui sumber kekuatan untuk memperoleh pertolongan Allah SWT yang sangat diperlukan untuk mensukseskan tugas manusia sebagai khalifah di muka bumi.
e.      Ibadah seharusnya mampu untuk menggarap hati kita menjadi lebih peka terhadap lingkungan, lebih teguh terhadap perintah dan larangan Allah SWT.

Selain daripada itu, masih ada ketentuan lain yang harus kita pahami dengan baik dan benar yaitu tentang adanya ketentuan dasar tentang Ruh/Ruhani dan juga tentang Jasmani, yaitu:

a.      Ruh/Ruhani memiliki ketentuan datang fitrah kembali harus fitrah maka ruh/ruhani sangat membutuhkan pelaksanaan Diinul Islam secara kaffah. 
b.      Kemampuan jasmani sangat berhubungan erat dengan posisi usia seseorang. Semakin tua usia seseorang maka jasmani pasti akan mengalami penurunan kemampuan. Inilah sunnatullah yang pasti berlaku kepada jasmani.
c.      Kemampuan ruh/ruhani tidak berhubungan langsung dengan tua atau mudahnya  seseorang, melainkan sejauh mana kita mampu melaksanakan Diinul Islam secara kaffah. Semakin kaffah (khusyu’) kita melaksanakan Diinul Islam maka semakin berkualitas atau semakin fitrah ruh/ruhani seseorang.
d.     Untuk itu jangan pernah menjadikan ruh/ruhani mengikuti sunnatullah yang berlaku bagi jasmani. Semakin tua semakin berkurang kemampuannya. Cukup jasmani saja yang menjadi tua atau berkurang kemampuannya namun ruh/ruhani haruslah tetap muda (maksudnya tetap berkualitas/tetap fitrah sesuai dengan kehendak Allah SWT).
e.      Sebagai khalifah di muka bumi jangan sampai tuanya jasmani diikuti dengan tuanya ruh/ruhani (maksudnya jangan sampai penurunan kualitas jasmani diikuti dengan menurunnya kefitrahan ruh/ruhani) dan jika sampai ini terjadi maka sesuailah diri kita dengan kehendak syaitan.
f.       Ruh/ruhani yang tetap dalam kondisi fitrah akan sangat membantu kondisi dan keadaan jasmani yang sedang mengalami penurunan kemampuan, sehingga kita tetap mampu hidup berkualitas dari waktu ke waktu serta mampu bermanfaat bagi orang banyak. 

Sebagai khalifah di muka bumi, sadarilah hal ini agar jangan sampai kita salah menempatkan diri kita dihadapan Allah SWT yang pada hasil akhirnya membawa diri kita pada penyesalan yang tiada berujung sehingga menghantarkan kita menjadi penghuni neraka.

3.      TAHU TUJUAN AKHIR.

Setiap manusia, siapapun dia, apapun kedudukannya, dapat dipastikan ia pasti akan bercita cita untuk masuk syurga. Karena tidak ada satupun yang ingin masuk neraka. Akan tetapi ketahuilah berdasarkan surat Al Baqarah (2) ayat 214 di bawah ini, untuk bisa masuk syurga tidak serta merta begitu saja.

Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, Padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, Sesungguhnya pertolongan Allah itu Amat dekat.
(surat Al Baqarah (2) ayat 214)

Kita akan diuji dengan cobaan/kesulitan terlebih dahulu. Sekarang tahukah kita dengan syarat dan ketentuan ini? Adalah sesuatu yang mustahil di akal jika kita ingin masuk syurga kita sendiri yang menentukan aturan mainnya, padahal kita hanyalah pemain semata yang tidak memiliki apapun saat hadir ke muka bumi ini.

Maka Apakah kamu mengira, bahwa Sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada kami?
(surat Al Mu’minuun (23) ayat 115)

Berdasarkan surat Al Mu’minuun (23) ayat 115 di atas ini, Allah SWT dengan tegas mengatakan bahwa sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu  termasuk manusia dengan sungguh sungguh, bukan secara main main. Lalu seluruh manusia akan dikembalikan kepada Allah SWT atau dengan kata lain “dari Allah SWT akan kembali ke Allah SWT”. Inilah salah satu konsep dasar dari kekhalifahan di muka bumi.

Penghuni syurga itu ada tiga. Pertama, penguasa yang berlaku adil, dapat dipercaya dan berhasil dalam kepemimpinannya. Kedua, orang yang penyayang dan ringan hati kepada setiap kerabatnya. Ketiga, orang Islam yang menjaga dirinya dari melakukan perbuatan haram dan juga menjaga keluarganya.
(Hadits Riwayat Muslim)

Agar diri kita mampu pulang kampung ke syurga, jadikan hadits di atas ini menjadi pedoman kita saat menjadi khalifah di muka bumi ini.

B.  JASMANI SEHAT RUHANI  SEHAT.

Setiap manusia terdiri dari jasmani dan juga ruhani maka keduanya harus dijaga, harus dirawat agar jasmani dan ruhani sehat dari waktu ke waktu. Untuk menjaga kesehatan jasmani maka kita harus mempelajari dan melaksanakan ketentuan ilmu kesehatan dan juga ilmu gizi serta olahraga. Sedangkan untuk menjaga kesehatan ruhani maka kita harus mempelajari dengan seksama apa yang diperintahkan Allah SWT dalam surat Ar Ruum (30) ayat 30 yaitu jangan pernah keluar dari konsep Diinul Islam yang berasal dari fitrah Allah SWT dan diri kitapun juga diciptakan dari fitrah Allah SWT.

Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui[1168],
(surat Ar Ruum (30) ayat 30)

[1168] Fitrah Allah: Maksudnya ciptaan Allah. manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama Yaitu agama tauhid. kalau ada manusia tidak beragama tauhid, Maka hal itu tidaklah wajar. mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantaran pengaruh lingkungan.

Agar kekhalifahan yang kita laksanakan berhasil dengan baik dan benar maka kita harus menjaga, merawat kesehatan jasmani dan ruhani secara seimbang. Lalu bayangkan betapa nikmatnya beribadah jika keduanya sehat secara bersamaan.  

1.      MENJAGA KESEHATAN JASMANI.

Untuk menjaga kesehatan jasmani, kita tidak bisa hanya memperhatikan apa apa yang kita masukkan ke dalam tubuh kita berupa makanan dan minuman yang kita konsumsi, sesuai dengan ketentuan surat Al Baqarah (2) ayat 168 serta diperoleh dari penghasilan yang halal lalu diikuti dengan membaca Basmallah dan Doa sebelum makan serta makan dikala lapar berhenti sebelum kenyang. Hal ini belumlah cukup, kita harus dan wajib pula memperhatikan apa apa yang harus kita keluarkan dari dalam tubuh kita setiap harinya secara rutin.

Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.
(surat Al Baqarah (2) ayat 168)

Jika kita ingin mendapatkan kesehatan tubuh yang sesungguhnya, kita harus terlebih dahulu membersihkan empat kotoran atau empat racun di dalam tubuh kita secara tuntas, yaitu :

a.      Udara Kotor.

Hawa kotor yang keluar dari mulut yang terasa bau atau gas tidak sedap yang keluar dari usus s besar itu adalah udara kotor atau udara racun yang tertimbun dalam tubuh kita. Bila tidak dikeluarkan, akan menggangu kesehatan tubuh kita. Maka, di pagi hari setelah bangun tidur, minumlah air putih sebanyak 200cc, kemudian berkumur 3 kali, lantas pergilah ke halaman atau ke tempat yang banyak pohon. Buanglah napas yang bau itu, keluarkan lewat mulut sebanyak mungkin sampai hawa yang keluar dari mulut tidak terasa bau lagi. Kemudian teruskan dengan menarik napas panjang dan hirup udara bersih segar itu sepuas puasnya di barengi dengan dzikir sehingga udara yang sudah keluar diganti dengan udara yang bersih segar plus dzikir. Sedangkan gas yang keluar dari usus besar adalah udara kotor dan gas bau yang memang harus dibuang. Buang gas adalah gejala yang baik dan perlu disyukuri, meskipun tidak sopan bila dilakukan di depan umum. Gas di dalam usus besar ini mengandung gas beracun H2S yang dihasilkan dari fermentasi bakteri di dalam usus besar. Jika gas itu tidak dikeluarkan akan menjadi racun dalam tubuh kita.

b.      Cairan Kotor.

Air putih yang kita minum akan segera masuk ke lambung dan usus kecil, kemudian molekul H2O yang ada dalam air tersebut diserap melalui usus besar ke dalam sirkulasi darah. Cairan yang berlebihan di dalam darah akan dikeluarkan secara berangsur angsur melalui organ ginjal. Cairan tersebut membawa kotoran dan creatine yang beracun serta hasil uraian obat yang dilakukan oleh organ hati, dan zat lainnya yang dihasilkan dari proses katabolisme. Semua kotoran beracun tersebut lolos dari saringan ginjal yang sehat, lantas mengalir ke dalam kantong kemih dan keluar menjadi air seni yang berbau pesing. Begitu juga keringat kotor dan bau itu, dikeluarkan melalui pori pori kulit. Keringat juga termasuk kotoran cair dari tubuh yang harus dikeluarkan.

c.      Kotoran Dari Usus Besar.

Untuk mempertahankan kesehatan tubuh, sebaiknya setiap pagi dibisakan buang air besar secara rutin. Bila kotoran yang tertimbun dalam usus besar tidak dikeluarkan setiap hari, maka akan menjadi racunm dan ini tidak baik untuk kesehatan tubuh. Bagi orang yang mengalami konstipasi (sembelit), perutnya terasa kembung serta kencang, mulutnya akan mengeluarkan bau tidak sedap, kulitnya juga terlihat kusam. Orang mengatakan bahwa di mana ada yang bisa masuk (makan dan minum) dan bisa keluar (buang air besar), itu adalah sehat. Namun itu saja belum cukup jika kotoran dalam pikiran belum dikeluarkan.

d.     Kotoran Dalam Pikiran.

Pikiran egative seperti gampang marah, membenci orang, suka mengkritisi dan menilai orang lain, berprasangka buruk dan suka berdebat tidak akan bisa menjadikan pikiraan dan tubuh yang sehat. Pikiran negative  adalah kotoran dalam pikiran yang paling ampuh merusak kesehatan tubuh dan juga kesehatan ruhani seseorang. Maka pikiran negative yang kotor itu perlu dibersihkan sesegara mungkin dan setuntas tuntasnya. Selain daripada itu ketahuilah 3 (racun) yang bisa mendatangkan penderitaan, yaitu keserakahan, kebencian dan kebodohan. Orang yang suka marah besar dan dendam kepada orang lain, hidupnya selalu tegang dan pikirannya tidak bisa senang.  

Yang dimaksud dengan kebodohan disini bukanlah tidak berpendidikan melainkan masih saja melanggar objek yang salah. Jadi, meskipun secara akademis seseorang intelek, bisa saja dia tetap melakukan kebodohan. Misalnya orang yang sudah berkecukupan, tapi belum merasa puas dan cukup, masih melekat pada nafsu, terus mengejar kekayaan, bahkan sampai menempuh cara yang tidak halal. Karena keserakahan, akhirnya terjerat hukum dan harus mendekam di penjara, Dia merasa malu dan menyesal di kemudian hari, istri, anak anaknya menanggung malu seumur hidupnya. Itulah yang dimaksud dengan manusia bisa melakukan kebodohan.

Untuk lebih mempertegas kotoran yang ada di dalam pikiran, berikut ini akan kami kemukakan tentang penyakit penyakit hati yang berhubungan erat dengan kotoran yang ada dalam pikiran, yang keduanya juga harus dikeluarkan dari dalam tubuh kita. “Sembuhkan sakit hatimu, maka akan sembuh seluruh tubuhmu”. Ada orang yang punya sakit hati yang benar benar kronis dalam bentuk Benci Banget; Dendam Banget; Nggak Suka Banget; Sedih Banget; Kecewa Banget. Semua itu dianggap serius, sampai sakitnya berdampak pada tubuh. Begitu muncul dalam bentuk penyakit kanker, diabetes, sakit jantung, baru diatasi. Dan yang diatasi pun hanya dipermukaannya saja.Diatasi dengan operasi, obat herbal bertahun tahun bahkan seumur hidup, kemoterapi, radiasi. Semua yang membuat sel sel tubuh luluh lantak. Tapi akar masalahnya tidak di atasi. Akar masalahnya adalah hati yang sakit dan semakin rusak. Kemudian merusak seluruh jaringan tubuh seperti : (a) Darah tetap dibiarkan asam; (b) Kondisi tubuh asam; (c) Pikiran tetap stress, jiwa tidak tenang; (d) Dendam masih banyak; (e) Kecewa masih berlanjut; (f) Perasaan masih tidak enak; (g) Benci masih kuat. Secara tidak langsung kita membunuh diri sendiri. Serius?

Ingat Rasulullah SAW pernah berkata: Ada segumpal daging yang jika ia baik maka seluruh tubuh akan baik. Dan kalau ia buruk maka seluruh tubuh akan buruk. Itulah HATI. Seharusnya ia selalu dalam kondisi indah dan baik. Selalu ikhlas, menerima ketentuan Allah SWT, bersyukur, tulus berbagi dan bahagia bersama.Seperti anak yang selalu bahagia dan tertawa, seperti itulah kondisi hati kita seharusnya.Pada saat kita sudah tidak lagi seperti itu, itulah saat penyakit muncul. Dan deteksi dini harus dilakukan. Akar permasalahan  harus diatasi. Hati perlu terus dicuci dan dibersihkan. Tanda tanda hati bersih dan suci adalah: (a) Selalu bahagia atas kebahagiaan orang lain; (b) Selalu bersemangat berbagi tanpa pamrih; (c) Selalu ridha dengan ketentuan yang Allah SWT berikan untuk kita; (d) Tidak dengki; (e) Tidak dendam. Semoga kita mampu menjaga kesehatan Jasmani dengan sebaik baiknya, jika jasmani sehat akan sangat membantu diri kita beraktivitas sehari hari. Jangan lupa berolah raga untuk membakar karbohidrat dan juga lemak dalam tubuh selain memperhatikan makanan dan minuman yang kita konsumsi serta membuang apa apa yang harus di buang yang berasal dari dalam tubuh.

2.      MENJAGA KESEHATAN RUHANI.

Jati diri manusia yang sesungguhnya adalah Ruh/Ruhani, dimana Ruh/Ruhani harus dijaga kesehatannya (maksudnya kefitrahannya). Untuk menjaga kesehatan Ruh/Ruhani tentu sangat berbeda dengan menjaga kesehatan jasmani karena asal usul dari keduanya berbeda. Jasmani bukanlah Allah SWT yang membuat, namun Allah SWT yang menentukan aturan mainnya, seperti makan dan minum yang sesuai dengan konsep halal dan thayib, sebelum makan dan minum diwajibkan membaca basmallah dan berdoa, sebelum mempertemukan sperma dan ovum diwajibakn membaca doa agar syaitan tidak ikut andil di dalamnya. Sedangkan untuk menjaga kesehatan Ruh/Ruhani sangat berbeda dengan ketentuan untuk menjaga kesehatan Jasmani.

dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu Termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit".
(surat Al Israa’ (17) ayat 85)

Membersihkan permukaan tubuh itu mudah sekali, kita tinggal mandi memakai sabun dan shampoo. Sebaliknya membersihkan ruhani atau bathin dan pikiran tidaklah semudah membersihkan tubuh. Kita harus terus menerus melakukan instrospeksi diri, membersihkan pikiran negatif dan keakuan yang melekat dalam diri kita, barulah pikiran kita bisa bersih dan cemerlang.Tidak ada orang yang yang  bisa menghadiahkan atau meminjami kesehatan diri kita kecuali usaha dari kita sendiri. Kesehatan yang hakiki (maksudnya kesehatan jasmani dan ruhani) adalah akumulasi dari memelihara kesehatan jasmani dan juga kesehatan ruhani secara istiqamah selama hayat masih di kandung badan. Dengan ketentuan, jaga kesehatan ruh/ruhani terlebih dahulu barulah kita menjaga kesehatan jasmani sehingga ruh sehat yang dibarengi dengan jasmani sehat. Jika ini yang terjadi sangat terasa indah bertuhankan kepada Allah SWT.

Selain daripada itu, ketahuilah setiap manusia yang hidup pasti akan mengalami apa yang dinamakan proses pengaruh mempengaruhi antara Jasmani dengan Ruh/Ruhani serta setiap manusia pasti akan mengalami gangguan Ahwa dan Syaitan serta gangguan monster ketakutan yang akhirnya akan mempengaruhi tingkat kefitrahan manusia, atau timbullah kekotoran jiwa manusia, atau manusia sudah tidak sesuai lagi dengan konsep awal penciptaan manusia. Di lain sisi pada saat manusia hidup maka setiap manusia pasti akan melakukan aktivitas, yang mana aktivitas ini akan mengakibatkan jasmani mengalami gangguan berupa debu, berupa keringat, berupa bau badan, berupa daki, mengakibatkan buang air kecil maupun besar.

dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.
(surat Al Baqarah (2) ayat 155)

 Adanya pengaruh negatif baik kepada Jasmani maupun kepada Ruh/Ruhani tentu hal ini akan mengakibatkan baik Jasmani maupun Ruh/Ruhani menjadi tidak suci atau tidak fitrah lagi, atau mengalami suatu kekotoran. Adanya kekotoran, atau ketidaksucian yang dialami oleh Jasmani maupun oleh Ruh/Ruhani maka kondisi ini harus dikembalikan lagi ke posisi yang suci lagi karena kita akan menghadap kepada yang Maha Suci. Untuk mengembalikan kefitrahan Ruh/Ruhani menjadi sediakala, atau membersihkan Jasmani dari kekotoran akibat proses alam, atau akibat proses alamiah jasmani maka Thaharah harus kita laksanakan. Sebagai Khalifah di muka bumi, tolong perhatikan dengan seksama dua buah hadits yang kami kemukakan di bawah ini. Hal ini penting kami kemukakan karena kita tidak akan bisa menampilkan penampilan Allah SWT jika ketentuan yang ada pada ke dua hadits di bawah ini belum kita penuhi.

Dari Ibnu Umar ra, katanya, “Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Tidak diterima shalat seseorang tanpa suci, dan tidak diterima sedekah yang berasal dari kejahatan (seperti mencuri, menipu, menggelapkan atau korupsi, rampok, judi dan sebagainya).
(Hadits Riwayat Bukhari No.175)

Hudzaifah ra, berkata: Nabi SAW  bersabda: Allah ta’ala berfirman: Allah SWT telah mewahyukan kepadaku: "Wahai saudara para Rasul dan saudara para pemberi peringatan! Berilah berita peringatan kepada kaummu untuk tidak memasuki rumahKu (masjid) kecuali dengan hati yang bersih, lidah yang jujur, tangan yang suci, dan kemaluan yang bersih. Dan janganlah mereka memasuki rumahKu (masjid) padahal mereka masih tersangkut barang aniayaan hak hak orang lain. Sesungguhnya Aku mengutuknya selama ia berdiri mengerjakan shalat di hadapanKu sehingga ia mengembalikan barang aniayaan itu kepada pemiliknya yang berhak. Apabila ia telah mengembalikannya, maka Aku menjadi pendengarannya yang dengannya ia mendengar, menjadi penglihatannya yang dengannya ia melihat dan ia akan menjadi salah seorang kekasihKu, orang pilihanKu dan bersanding bersamaKu bersama para Nabi, para shiddiqin dan para syuhada di dalam syurga.
(Hadits Qudsi Riwayat Abu Nua'im, Hakim, Ad-Dailami, dan Ibnu Asakir; 272:240)

Berdasarkan ketentuan hadits di atas, kita tidak bisa serta merta begitu saja menjadi khalifah di muka bumi Allah SWT. Ketahuilah semuanya ada syarat dan ketentuan yang harus kita penuhi terlebih dahulu sebelum diri kita melaksanakan apa yang kami kemukakan di atas. Adapun syarat dan ketentuan yang wajib kita penuhi yang keseluruhannya sangat dikehendaki Allah SWT adalah : hati yang bersih, lidah yang benar, tangan yang suci serta kemaluan yang bersih. Selain daripada masih melalui ketentuan hadits di atas Allah SWT tidak memperkenankan diri kita untuk memasuki masjid, atau tidak memperkenankan diri kita mendirikan Shalat jika kita masih tersangkut barang aniayaan hak orang lain, sebelum diri kita melunasi atau mengembalikan barang aniayaan itu kepada yang berhak. Atau dengan kata lain uang yang dipergunakan untuk menafkahi diri, keluarga, anak dan keturunan haruslah uang yang halal yang tidak terkontaminasi sedikitpun dengan hasil dari korupsi, kolusi dan nepotisme.

Timbul pertanyaan, ada apa dengan kondisi seperti itu sehingga Allah SWT sampai harus menetapkan hal ini dengan tegas saat diri kita menjadi khalifahNya? Ada beberapa alasan kenapa Allah SWT sampai harus menetapkan kondisi dasar setiap manusia sebelum melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah SWT seperti melaksanakan Haji dan Umroh, mendirikan Shalat, atau sebelum memasuki masjid, atau sebelum menghadap Allah SWT , yaitu :

1.      Hati yang Bersih merupakan syarat utama untuk berkomunikasi dengan Allah SWT, hal ini dikarenakan Allah SWT hanya bisa dijangkau oleh Hati yang Mukmin.
2.      Allah SWT adalah Dzat yang Maha Suci, sekarang bagaimana mungkin kita akan berhubungan, atau menghadap, atau menjadi tamu, atau berkomunikasi dengan yang Maha Suci dengan baik dan benar jika lidah, tangan, kemaluan, harta, pakaian, serta diri kita sendiri masih dalam keadaan kotor.
3.      Adanya barang aniayaan milik orang lain yang masih belum kita lunasi, atau belum kita kembalikan kepada yang pemiliknya yang berhak, atau adanya barang aniayaan yang masih melekat di dalam harta kita berarti saat diri kita menghadap, atau saat berhubungan, atau menjadi tamu, atau saat berkomunikasi  dengan Allah SWT berarti kondisi harta yang kita miliki, atau sesuatu yang kita miliki belum seluruhnya dalam keadaan bersih, atau masih dalam keadaan kotor sedangkan Allah SWT adalah Dzat yang Maha Suci. Adanya perbedaan kondisi ini akan menghambat diri kita untuk bersinergi dengan Allah SWT melalui ibadah Haji dan Umroh yang kita laksanakan dan juga saat Shalat. 

Allah SWT akan mengutuk kepada orang yang masih tersangkut barang aniayaan, kepada orang yang masih tersangkut dengan barang curian, kepada orang yang masih tersangkut dengan korupsi, kepada orang yang masih tersangkut hak hak orang lain yang diambil tanpa hak, seperti menipu, sampai dengan apa yang telah diambilnya dikembalikan kepada pemiliknya yang berhak atau  yang sah, terkecuali kita siap untuk dikutuk Allah SWT. Jika sampai sesuatu yang haram sampai menjadi penghasilan kita, akan sia-sialah Shalat kita, akan sia-sialah kita ke Masjid, akan sia-sialah kita melaksanakan Haji dan Umroh, karena Allah SWT tidak menghendaki diri kita ada dihadapan Allah SWT baik pada saat kita hadir di rumah Allah SWT (maksudnya di masjid), pada saat diri menghadap Allah SWT (maksudnya saat mendirikan Shalat), pada saat diri kita memenuhi undangan Allah SWT (maksudnya saat melaksanakan Haji dan Umroh atau Wukuf) karena ulah kita sendiri yang tidak mampu membersihkan harta kekayaan atau tidak mampu  memperoleh harta kekayaan yang sesuai dengan kehendak Allah SWT.

Lalu setelah diri kita mampu membersihkan hati, membersihkan lidah, membersihkan tangan, membersihkan  kemaluan serta membersihkan harta kekayaan maka terjadilah apa yang dinamakan kesesuaian kondisi antara diri kita dengan Allah SWT, yaitu Yang Maha Suci hanya bisa ditemui dengan yang suci pula. Sehingga jika Allah SWT adalah Yang Maha Suci maka kitapun harus suci terlebih dahulu sebelum menghadap Yang Maha Suci. Lalu jika Allah SWT adalah Yang Maha Terpuji, maka kitapun harus berperilaku terpuji sebelum menghadap Yang Maha Terpuji.

Lalu, jika Allah SWT adalah Yang Maha Terhormat, maka kitapun harus berperilaku terhormat sebelum menghadap Yang Maha Terhormat. Adanya kesesuaian yang kita lakukan sebelum melaksanakan ibadah Haji dan Umroh, atau sebelum mendirikan Shalat berarti diri kita telah menempatkan dan meletakkan Allah SWT sesuai dengan Kebesaraan dan Kemahaan yang dimiliki-Nya.Berikut ini akan kami kemukakan sebuah indikator dari sehatnya Ruh selama dipersatukan dengan Jasmani, di bawah ini:

Dari Abu Hurairah ra, katanya: “Apabila ruh orang orang mukmin keluar dari tubuhnya, dua orang malaikat menyambutnya dan menaikkannya ke langit”. Kata Hammad. “Karena baunya harum seperti kasturi” Kata penduduk langit: “Ruh yang baik datang dari bumi, Shallallahu ‘alaika (semoga Allah melimpahkan kebahagiaan kepadamu) dan kepada tubuh tempat engkau bersemayam.” Lalu ruh dibawa ke hadapan Tuhannya Azza wa Jalla, Kemudian Allah berfirman: “Bawalah dia ke sidratul muntaha, dan biarkan disana hingga hari kiamat. Kata Abu Hurairah selanjutnya, “Apabila ruh orang kafir keluar tubuhnya, kata Hammad, berbau busuk dan mendapat makian, maka berkata penduduk langit, “Ruh jahat datang dari bumi. “Lalu diperintahkan, “Bawalah dia ke penjara dan biarkan disana hingga hari kiamat.
(Hadits Riwayat Muslim No.2248)

Semoga kita mampu menjaga, merawat, mempertahankan kefitrahan Ruh/ Ruhani yang menjadi jati diri kita yang sesungguhnya. Amien

C.  MATI SENANG

Agar Tahu Diri dan Tahu Aturan serta Tahu Tujuan Akhir yang telah kita miliki berhasil guna maka langkah berikutnya adalah kita harus memiliki visi, yaitu kompas hidup yang membuat kita tahu hal terbesar yang harus kita lakukan, yang akan membuat kita dikenang karena prestasi yang luar biasa dalam kebaikan dalam kerangka ibadah ikhsan. Sekalipun visa adalah kompas hidup, tetapi kita tidak hany berusaha menggapainya hanya dengan sebelah mata. Visi adalah kemampuan melihat tujuan hidup dengan ke dua mata, yakni mata akhirat dan mata dunia. Kita tidak bisa hanya memiliki visi akhirat tanpa prestasi luar biasa di dunia yang akan memudahkan kita mencapi visi akhirat. Demikian pula sebaliknya, kita tidak bisa hanya terobsesi pada pencapaian prestasi visi dunia dengan mengesampingkan prestasi visi akhirat. Visi hidup haruslah mencakup prestasi visi dunia yang akan memudahkan kita mencapai visi terbesar di akhirat kelak.

Visi hidup adalah arah tujuan utama dari kehidupan kita. Sebaik baik visi hidup adalah yang mengikutkan Allah SWT dan mempersangkutkan akhirat di dalamnya. Visi akhirat akan tercapai kala visi dunia terpenuhi. Sehingga visi akhirat hanya bisa dicapai dengan raihan prestasi luar biasa di dunia. Prestasi di dunia inilah yang akan membuat sosok diri kita begitu dibanggakan, kehadiran akan begitu dirindukan karena banyak manusia merasakan manfaat kebaikan dari kehadiran dan karya karya diri kita. Lalu apa yang sudah kita hasilkan sebagai bentuk karya nyata diri kita saat hidup di muka bumi ini? Jika belum ada lalu bagaimana kita akan berhasil mencapai visi akhirat?

Buatlah visi hidup yang akan selalu membuat kita dirindukan, karena setelah kematian tiba bukan hanya penduduk bumi yang merasa ditinggalkan, bahkan para penduduk langit pun menangis sedih karena merasa kehilangan. Untuk itu milikilah visi akhirat yang unik dan mencerminkan diri kita sendiri. Apa contohnya? Contohnya ingin memeluk Nabi Muhammad SAW beserta sahabat sahabatnya di syurga, ingin berkumpul di syurga bersama keluarga besar serta anak dan keturunan, ingin menggendong orang tua melewati jembatan sirathal mustakim, dan lain sebagainya.Jika kita sudah mampu membuat prestasi dunia yang membanggakan bagi penduduk dunia dan juga penduduk langit serta memiliki visi akhirat yang jelas berarti kesempatan untuk merasakan mati senang sudah kita persiapkan. Hidup senang di dunia tidak akan menjamin kita mati tenang, apalagi mati senang. Betapa banyak manusia yang dikelilingi rasa senang berlimpah harta ataupun popularitas tapi mati dalam kondisi was was atau ketakutan seperti fir’aun. Mati senang bukan berarti mati dalam keadaan tersenyum atau ketika sakratulmaut manusia tersebut tertawa.

(yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam Keadaan baik[822] oleh Para Malaikat dengan mengatakan (kepada mereka): "Salaamun'alaikum[823], masuklah kamu ke dalam syurga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan".
(surat An Nahl (16) ayat 32)

[822] Maksudnya: wafat dalam Keadaan suci dari kekafiran dan kemaksiatan atau dapat juga berarti mereka mati dalam Keadaan senang karena ada berita gembira dari Malaikat bahwa mereka akan masuk syurga.
[823] Artinya selamat sejahtera bagimu.

Mati senang karena para malaikat mengatakan kepada diri kita “salaamun alaikum” masuklah kamu ke dalam syurga seperti yang tertuang dalam surat An Nahl (16) ayat 32 di atas. Mati dalam keadaan senang adalah kala mendapat kabar dari Malaikat bahwa diri kita akan masuk Syurga seperti yang tertuang dalam surat Al Fajr (89) ayat 27 sampai 30 di bawah ini.

Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya.
Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku,masuklah ke dalam syurga-Ku.
(surat Al Fajr (89) ayat 27, 28,29,30)

Mati senang bisa diraih dengan berbagai sukses tetapi tidak dapat diukur dari garis bibir yang melengkung ke atas saat mata terpejam. Mati senang adalah suatu kondisi saat di hari berhisab kita menerima buku laporan terakhir dari sisi sebelah kanan sehingga kita termasuk di dalam golongan kanan.

Yaitu golongan kanan[1448]. Alangkah mulianya golongan kanan itu.
dan golongan kiri[1449]. Alangkah sengsaranya golongan kiri itu.
dan orang-orang yang beriman paling dahulu,mereka Itulah yang didekatkan kepada Allah.
berada dalam jannah kenikmatan.
(surat Al Waaqiah (56) ayat 8, 9, 10, 11, 12)

[1448] Ialah mereka yang menerima buku catatan amal dengan tangan kanan.
[1449] Ialah mereka yang menerima buku catatan amal dengan tangan kiri.

(ingatlah) suatu hari (yang di hari itu) Kami panggil tiap umat dengan pemimpinnya; dan Barangsiapa yang diberikan kitab amalannya di tangan kanannya Maka mereka ini akan membaca kitabnya itu, dan mereka tidak dianiaya sedikitpun.
(surat Al Israa’ (17) ayat 71)

Jika ada mati senang tentu ada pula mati sengsara atau mati susah, jika hal ini yang terjadi maka kita akan dikelompokkan menjadi golongan kiri yang pulang kampungnya ke Neraka seperti yang tertuang dalam surat Al Waaqiah (56) ayat 9 di atas.

D. UMUR PANJANG

Usia dan Umur adalah sesuatu yang berbeda pengertiannya. Usia adalah saat mulai dipersatukannya Ruhani ke dalam Jasmani sampai dengan dipisahkannya kembali Ruhani dengan Jasmani. Adapun saat atau berapa lama masa bersatunya Ruhani dengan Jasmani ditentukan oleh Allah SWT. Tidak ada yang bisa memajukan, atau memundurkan masa bersatunya Ruhani dengan Jasmani, jika sudah sampai maka terjadilah apa yang dinamakan dengan sakratul maut, yaitu proses dipisahkannya Ruhani dengan Jasmani. Jasmani dikembalikan ke tanah sedangkan Ruhani sementara waktu  akan ditempatkan di alam barzah sampai hari kiamat tiba. 

kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.
(surat As Sajdah (32) ayat 9)

Sesungguhnya kamu akan mati dan Sesungguhnya mereka akan mati (pula).
(surat Az Zumar (39) ayat 30)
tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. dan Sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, Maka sungguh ia telah beruntung. kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.
(surat Ali Imran (3) ayat 185)

Kami telah menentukan kematian di antara kamu dan Kami sekali-sekali tidak akan dapat dikalahkan,
untuk menggantikan kamu dengan orang-orang yang seperti kamu (dalam dunia) dan menciptakan kamu kelak (di akhirat) dalam Keadaan yang tidak kamu ketahui.
(surat Al Waaqiah (56) ayat 60,61)

Adanya ketentuan dalam surat Ali Imran (3) ayat 185, surat Az Zumar (39) ayat 30, surat Al Waaqiah (56) ayat 60 dan 61 di atas, mengemukakan tidak akan ada satupun manusia yang tidak akan mengalami kematian. Kematian itu adalah pasti dan jika kematian itu adalah pasti berarti Malaikat Maut pasti sukses melaksanakan tugasnya. Hal ini juga dikarenakan bahwa di dunia ini tidak ada cara dan obat yang mampu membuat manusia tidak mati. Di dunia ini juga tidak ada cara untuk menghalangi Malaikat Maut melaksanakan tugasnya kepada manusia.

Sejak zaman dahulu hingga saat ini adakah yang tidak pernah mati?
Ada awal pasti ada akhir; Ada kelahiran pasti ada kematian;
 Bunga berkembang akan layu, rontok dan habis.

Berdasarkan uraian di atas, menunjukkan kepada diri kita bahwa konsep usia panjang dalam hitungan tertentu, katakan sampai usia 100 tahun,  tidak ada di dalam ajaran agama Islam karena yang menentukan usia adalah Allah SWT. Berapa lama kita hidup kita tidak tahu, yang tahu hanya Allah SWT. Sehingga seseorang jika telah sampai kepada apa yang telah ditentukan oleh Allah SWT maka selesai pula hidupnya di muka bumi ini. Jika kematian adalah sebuah kepastian berarti di dalam menghadapi kepastian ini kita harus pintar pintar memanfaat waktu agar kita bisa merealisir visi akhirat kita melalui karya besar saat hidup di dunia. Lalu sudahkah kita mempersiapkan kematian yang pasti datang itu dengan sebaik baiknya?

Sekarang apa yang disebut dengan umur? Umur adalah seberapa berkualitasnya kebaikan atau seberapa buruknya keburukan yang dikenang oleh generasi yang datang di kemudian hari setelah kita tiada. Jika kita dikenang oleh generasi yang datang dikemudian hari dalam nilai nilai kebaikan maka itulah yang dikatakan dengan umur panjang. Apabila yang dikenang dari diri kita adalah nilai nilai keburukan maka itulah yang kami istilahkan dengan umur pendek. Panjang pendeknya umur seseorang ketahuilah bukanlah Allah SWT yang menentukan, namun diri kita sendirilah yang menjadikannya panjang ataukah pendek sesuai dengan karya nyata saat hidup di dunia.

Lalu apa yang dimaksud dengan orang yang berumur panjang? Orang yang berumur panjang  adalah orang yang sudah meninggal dunia tetapi peninggalan dari kebaikan yang telah ditanamnya saat masih hidup tetap dan terus memberikan manfaat kepada masyarakat luas. Contohnya adalah air zam zam yang ada di kota Makkah sebagai buah dari perjuangan Siti Hajar yang keberadaan akan sampai hari kiamat kelak; melalui kumpulan hadits yang dirawikan oleh perawi hadits seperti Bukhari, Muslim, Ibnu Majah, Ath Thabarani; Ath Thirmidzi dan lain yang bisa dipergunakan sepanjang jaman. Sekarang melalui cara apakah umur panjang bisa kita raih? Jawabannya ada pada hadits yang kami kemukakan di bawah ini.

Abu Hurairah ra, berkata, Nabi bersabda: “Sesungguhnya yang dicapai oleh orang mukmin dari amal dan perbuatan sesudah matinya ialah: ilmu pengetahuan yang di dapatnya dan disebarkan dan budi baik yang dia tinggalkan, atau buku yang ia berikan untuk diwarisi, atau tempat sembahyang yang ia bangun, atau sebuah terusan yang ia gali, atau derma ia lakukan dari kekayaannya selama ia sehat dan sakit”.
(Hadits Riwayat Ahmad)

Semakin lama kebaikan yang ditanam saat hidup dikenang oleh banyak orang maka semakin panjanglah umur orang tersebut walaupun usianya telah habis. Adanya panjang umur ini berarti panjang dan banyak pula kebaikan yang diterima oleh orang tersebut serta semakin banyak bekal untuk kepentingan akhirat. Jika ini yang terjadi pada diri kita maka jalan untuk merealisir visi akhirat yang telah kita tetapkan terbuka luas melalui karya nyata jangka panjang yang telah dibuat saat hidup di dunia. Lalu bagaimana dengan orang yang dikenang karena keburukannya?

Orang yang dikenang karena keburukannya berarti orang tersebut pendek umurnya yang berarti orang tersebut tidak memiliki nilai kebaikan, yang ada hanyalah keburukan dan keburukan, yang tidak hanya melekat kepada yang bersangkutan tetapi juga melekat pada keluarga dan anak keturunan dari yang bersangkutan. Contohnya adalah Fir’aun, Abu Jahal, Qarun, Samiri dan lain sebagainya yang kesemuanya dikenang oleh generasi yang datang dikemudian hari dari sisi keburukannya. Alangkah ruginya orang yang berumur pendek, ia tidak memiliki bekal untuk kepentingan akhiratnya selain keburukan, yang pada akhirnya akan menghantar orang tersebut ke Neraka.

URIP KUWI YEN: Ngibadah jenak; Kubur ra sesek; Suwargo mbukak; Rezekine jembar; Uripe berkah, Mangan enak; Turu kepenak; Tonggo semanak; Keluargo cedhak;  Sedulur grapyak; Bondo cemepak;  Ono panganan ora cluthak;
ketemu konco ngguyu Ngakak.

Ungkapan dalam bahasa Jawa yang kami kemukakan di atas ini, tentu sangat kita dampakan saat kita hidup di dunia ini, yang jadi persoalan adalah setelah diri kita tahu diri dan tahu aturan serta tahu tujuan hidup melalui visi akhirat yang telah kita tetapkan selanjutnya beranikah kita membeli hal tersebut dengan harga mahal (dengan melakukan pengorbanan)? Tidak ada gunanya kita tahu diri, tahu aturan yang ditunjang dengan tujuan akhir melalui visi akhirat, jika kita sendiri tidak berani membeli atau menjadikan hal tersebut menjadi nyata melalui pengorbanan, melalui perjuangan yang konsisten dari waktu ke waktu. Jangan pernah berharap mencapai visi akhirat jika kita hanya malas malasan, hanya berpangku tangan, hanya menunggu dan menunggu kesempatan untuk memulai aksi, berharap kasihan dari orang lain, hanya bicara tanpa ada kemauan untuk berbuat, terkecuali jika kita mampu memasukkan unta ke dalam lobang jarum.

Bekerja keras adalah bagian dari fisik. Bekerja cerdas adalah bagian dari otak.
Bekerja ikhlas adalah bagian dari hati.
Ayo segera berbuat, bertindak dalam koridor tahu diri, tahu aturan serta dilandasi dengan visi akhirat yang telah kita tetapkan karena hanya dengan tindakan nyata semuanya akan tercapai. Jangan pernah memberikan kesempatan kepada perampok perampok waktu melaksanakan aksinya di sisa usia kita yang ada. Manfaatkan waktu yang tersisa di sisa usia kita karena hanya dikesempatan itulah kita bisa merealisasikan dan menunjukkan siapa diri kita yang sesungguhnya dihadapan Allah SWT melalui bekerja, beribadah, berkarya secara ikhlas yang berasal dari bagian hati. Sekaang pelajari, perhatikan dan renungkan dengan seksama 2 (dua) ayat Al Qur’an yang kami kemukakan di bawah ini.   

Sesungguhnya Allah tidak berbuat zalim kepada manusia sedikitpun, akan tetapi manusia Itulah yang berbuat zalim kepada diri mereka sendiri.
(surat Yunus (10) ayat 44)

dan sekali-kali bukanlah harta dan bukan (pula) anak-anak kamu yang mendekatkan kamu kepada Kami sedikitpun; tetapi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal (saleh, mereka Itulah yang memperoleh Balasan yang berlipat ganda disebabkan apa yang telah mereka kerjakan; dan mereka aman sentosa di tempat-tempat yang Tinggi (dalam syurga).
(surat Saba’ (34) ayat 37)

Adanya dua ketentuan diatas, membuktikan bahwa hasil akhir dari visi akhirat yang telah kita tentukan, sangat tergantung kepada diri kita sendiri. Sehingga hidup tenang mati senang berumur panjang bukanlah mimpi di siang hari, melainkan akan nyata menjadi kenyataan sepanjang diri kita mau memperjuangkan konsep tahu diri tahu aturan yang didukung dengan adanya visi akhirat yang telah kita tentukan dengan berani membayar mahal dengan cara berjuang melalui doa dan air mata. Semoga kita bisa berkumpul di Syurga kelak. Amien.

MAHALNYA NERAKA MURAHNYA SYURGA

Loket ke Neraka penuh sesak, banyak manusia antri. Rebut rebutan, cakar cakaran. Takut nggak kebagian kursi. Tiket ke Neraka Memang Mahal.
Harus merogoh kantong berjuta juta, untuk dapat ikut berjalan kesana.
Maksiat itu mahal. Judi itu mahal. Zina itu mahal. Korupsi itu mahal. Dusta itu mahal.
Tetapi tetap saja orang orang berbondong bondong menuju kesana.

Jalan ke Syurga sunyi dan sepi. Jalannya lebar, mulus dan bersih.
Tiketnya murah, tak perlu keluar uang banyak. Tetapi mengapa sangat sedikit orang yang antri di loket.
Puasa itu murah, Shalat itu murah, Sedekah itu murah, Senyum itu murah.
Nafsu telah memutar balik semua tatapan itu. Yang buruk terlihat indah.
Yang baik terlihat sukar.
Akhirnya ditempat ini aku baru sadar bahwa jalan ke syurga sepi dan
jalan ke neraka sangat ramai.

Lalu kemanakah kita akan berjalan? Ke Syurga ataukah ke Neraka. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar