A. HIDUP TENANG
Agar hidup berlimpah
kenikmatan, sesungguhnya kita hanya cukup bersyukur dengan mengkonsumsi 3
(tiga) buah “Tahu” setiap harinya yaitu kita harus Tahu Diri; Tahu Aturan dan Tahu
Tujuan Akhir. Jangan sampai kita hanya tahu diri tetapi tidak tahu
aturan dan juga tidak tahu tujuan akhir, atau kita hanya tahu aturan tapi tidak
tahu diri dan tidak tahu tujuan akhir, atau kita tidak tahu diri dan juga tidak
tahu aturan serta tidak tahu tujuan akhir saat menjadi khalifah Allah SWT di
muka bumi ini. Lalu bagaimana caranya hidup akan tenang di muka bumi?
Sesungguhnya
orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya,
sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit[540] dan tidak
(pula) mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lubang jarum[541]. Demikianlah
Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang berbuat kejahatan.
(surat
Al A’raaf (7) ayat 40)
[540] Artinya: doa dan
amal mereka tidak diterima oleh Allah.
[541] Artinya: mereka
tidak mungkin masuk surga sebagaimana tidak mungkin masuknya unta ke lubang
jarum.
Apabila kita tidak tahu
diri dan juga tidak tahu aturan serta tidak tahu tujuan akhir maka langkah
untuk menuju hidup tenang akan terbuka lebar sepanjang kita mampu memasukkan
onta ke dalam lubang jarum. Jika kita tidak mampu memasukkan onta ke dalam
lubang jarum berarti tahu diri dan tahu aturan serta tahu tujuan akhir adalah
kuncinya.
1.
TAHU DIRI.
Agar diri kita tahu diri, jangan
pernah keluar dari konsep Allah SWT, apalagi saat kita hidup ada di langit dan
di bumi yang diciptakan dan dimiliki Allah SWT
serta diri kita ada karena diciptakan pula oleh Allah SWT.
a. Secara tersurat diri kita adalah
ciptaan Allah SWT. Sebagai ciptaan maka pencipta harus lebih dahulu ada dari
yang diciptakan serta pencipta lebih berkuasa dari apa yang diciptakan.
b. Secara tersirat diri kita adalah
khalifah atau pengganti Allah SWT di muka bumi.
c. Secara tersembunyi diri kita adalah bentuk
dari penampilan Allah SWT di muka bumi; manusia adalah gambaran dari sifat dan
asmaNya manusia adalah bayangan Allah SWT di muka bumi (khalifah); manusia
adalah pemandangan bagi penampilan keindahan Allah SWT; manusia adalah
eksistensi Allah SWT bagi tersingkapnya hijab Allah SWT; manusia adalah gudang
perbendaharaan Allah SWT.
Sebagai orang yang
menumpang yang tidak selamanya menumpang; sebagai pemain dalam permainan yang
harus menjadi pemenang dalam permainan; sebagai khalifah yang harus menampilkan
penampilan Allah SWT di muka bumi maka kita wajib memiliki ilmu tentang Allah
SWT dan juga ilmu tentang diri sendiri maka barulah kita bisa tahu diri lalu
kitapun akan tahu siapa Allah SWT yang sesungguhnya.
Tahu diri sendiri dan juga
tahu tentang Allah SWT merupakan pembuka jalan menuju hidup tenang di muka bumi
ini. Lalu cukupkah kita hanya tahu diri dan tahu Allah SWT lalu kita bisa
melaksanakan tugas sebagai khalifah di muka bumi? Jawabannya adalah tidak bisa
karena tahu diri harus dilengkapi dengan tahu aturan dan juga tahu tujuan akhir
maka barulah kita bisa hidup di muka bumi secara tenang.
2.
TAHU ATURAN
Langit dan bumi beserta
isinya dan juga seluruh manusia diciptakan dan dimiliki oleh Allah SWT. Jika
ini kondisinya berarti segala aturan, segala hukum, segala undang undang,
segala ketentuan yang berlaku di langit dan di bumi serta rencana besar kekhalifahan
di muka bumi adalah aturan, hukum, undang undang, ketentuan yang berasal dai
pemilik dan pencipta langit dan bumi, dalam hal ini adalah Allah SWT. Apabila
kita berkehendak untuk hidup tenang mati senang serta berumur panjang maka
tidak ada jalan lain yang harus kita lalui yaitu melaksanakan apa apa yang termaktub di dalam
Al Qur’an. Hal ini dikarenakan Al Qur’an itu adalah kumpulan dari aturan,
hukum, undang undang, ketentuan, yang berlaku di langit dan di bumi ini.
bacalah
dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia
dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,yang mengajar
(manusia) dengan perantaran kalam[1589],Dia mengajar kepada manusia apa yang
tidak diketahuinya. Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui
batas,karena Dia melihat dirinya serba cukup.Sesungguhnya hanya kepada
Tuhanmulah kembali(mu).
(surat
Al Alaq (96) ayat 1 sampi 8)
[1589] Maksudnya: Allah
mengajar manusia dengan perantaraan tulis baca.
Lalu kepada siapakah kita
belajar aturan yang berlaku di langit dan di muka bumi ini? Belajar tentang
aturan, hukum, undang undang, ketentuan yang berlaku di muka bumi harus kepada pencipta dan pemilik langit dan
bumi ini, dalam hal ini adalah Allah SWT. Allah SWT berdasarkan surat Al Alaq
di atas bersedia mengajarkan kepada diri sepanjang diri kita mau mengimani
Allah SWT dan juga KitabNya serta selalu dimulai dengan membaca Basmallah saat
memulai mempelajarinya.
Diinul Islam adalah satu
satunya Agama yang diridhai oleh Allah SWT lalu sudahkah kita yang tahu diri
menempatkan ketentuan ini sebagai aturan main yang harus kita pelajari, serta kita
laksanakan sesuai dengan kehendak Allah SWT? Kita harus bisa menjadikan
ketentuan ini sebagai aturan main sehingga konsep tiga buah tahu telah kita
miliki yaitu tahu diri dan tahu aturan serta tahu tujuan akhir.
Sesungguhnya
agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. tiada berselisih orang-orang
yang telah diberi Al Kitab[189] kecuali sesudah datang pengetahuan kepada
mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir
terhadap ayat-ayat Allah Maka Sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.
(surat
Ali Imran (3) ayat 19)
[189] Maksudnya ialah
Kitab-Kitab yang diturunkan sebelum Al Quran.
Hai
orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan
janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh
yang nyata bagimu.
(surat
Al Baqarah (2) ayat 208)
Setelah kita tahu aturan
yang berlaku di langit dan di muka bumi ini maka kita harus segera melaksanakan
ketentuan dimaksud secara kaffah atau secara keseluruhan, tanpa dipilih dan
dipilah. Laksanakan aturan main dimaksud sesuai dengan kehendak Allah SWT saat
ini juga.
Ruh
adalah jati diri manusia yang sesungguhnya sehingga untuk mempertahankan
kefitrahannya maka Ruh tidak bisa dipisahkan dengan keimanan dikarenakan hanya keimananlah yang
bisa mempertahankan kualitas atau kefitrahan Ruh dari waktu ke waktu. Agar Ruh selalu
fitrah atau berkualitas selama hayat masih di kandung badan maka Ruh harus selalu
memperoleh asupan energi keimanan melalui pelaksanaan ibadah yang telah
diperintahkan oleh Allah SWT melalui pelaksanaan Diinul Islam secara kaffah,
dengan catatan :
a.
Ibadah yang kita laksanakan bukanlah untuk mencari
pahala atau membatalkan sebuah kewajiban, melainkan sebagai sebuah kebutuhan.
b.
Ibadah adalah sarara untuk memberi asupan makanan
guna pertumbuhan keimanan atau untuk mempertahankan kualitas keimanan yang
dibutuhkan oleh Ruh.
c. Ibadah
adalah alat bantu untuk memantapkan iman dalam jiwa atau dalam ruh sehingga
jiwa kita berada di dalam kelompok jiwa taqwa.
d. Ibadah
adalah sarana untuk memperbaharui sumber kekuatan untuk memperoleh pertolongan
Allah SWT yang sangat diperlukan untuk mensukseskan tugas manusia sebagai
khalifah di muka bumi.
e. Ibadah seharusnya
mampu untuk menggarap hati kita menjadi lebih peka terhadap lingkungan, lebih
teguh terhadap perintah dan larangan Allah SWT.
Selain
daripada itu, masih ada ketentuan lain yang harus kita pahami dengan baik dan
benar yaitu tentang adanya ketentuan dasar tentang Ruh/Ruhani dan juga tentang
Jasmani, yaitu:
a. Ruh/Ruhani memiliki ketentuan datang
fitrah kembali harus fitrah maka ruh/ruhani sangat membutuhkan pelaksanaan
Diinul Islam secara kaffah.
b. Kemampuan jasmani sangat berhubungan
erat dengan posisi usia seseorang. Semakin tua usia seseorang maka jasmani
pasti akan mengalami penurunan kemampuan. Inilah sunnatullah yang pasti berlaku
kepada jasmani.
c. Kemampuan ruh/ruhani tidak berhubungan
langsung dengan tua atau mudahnya
seseorang, melainkan sejauh mana kita mampu melaksanakan Diinul Islam
secara kaffah. Semakin kaffah (khusyu’) kita melaksanakan Diinul Islam maka
semakin berkualitas atau semakin fitrah ruh/ruhani seseorang.
d. Untuk itu jangan pernah menjadikan
ruh/ruhani mengikuti sunnatullah yang berlaku bagi jasmani. Semakin tua semakin
berkurang kemampuannya. Cukup jasmani saja yang menjadi tua atau berkurang
kemampuannya namun ruh/ruhani haruslah tetap muda (maksudnya tetap
berkualitas/tetap fitrah sesuai dengan kehendak Allah SWT).
e. Sebagai khalifah di muka bumi jangan
sampai tuanya jasmani diikuti dengan tuanya ruh/ruhani (maksudnya jangan sampai
penurunan kualitas jasmani diikuti dengan menurunnya kefitrahan ruh/ruhani) dan
jika sampai ini terjadi maka sesuailah diri kita dengan kehendak syaitan.
f. Ruh/ruhani yang tetap dalam kondisi
fitrah akan sangat membantu kondisi dan keadaan jasmani yang sedang mengalami
penurunan kemampuan, sehingga kita tetap mampu hidup berkualitas dari waktu ke
waktu serta mampu bermanfaat bagi orang banyak.
Sebagai
khalifah di muka bumi, sadarilah hal ini agar jangan sampai kita salah
menempatkan diri kita dihadapan Allah SWT yang pada hasil akhirnya membawa diri
kita pada penyesalan yang tiada berujung sehingga menghantarkan kita menjadi
penghuni neraka.
3.
TAHU TUJUAN AKHIR.
Setiap manusia, siapapun
dia, apapun kedudukannya, dapat dipastikan ia pasti akan bercita cita untuk
masuk syurga. Karena tidak ada satupun yang ingin masuk neraka. Akan tetapi
ketahuilah berdasarkan surat Al Baqarah (2) ayat 214 di bawah ini, untuk bisa
masuk syurga tidak serta merta begitu saja.
Apakah kamu mengira bahwa kamu akan
masuk syurga, Padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya
orang-orang terdahulu sebelum kamu? mereka ditimpa oleh malapetaka dan
kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga
berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah
datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, Sesungguhnya pertolongan Allah itu
Amat dekat.
(surat Al Baqarah (2) ayat 214)
Kita akan diuji dengan cobaan/kesulitan
terlebih dahulu. Sekarang tahukah kita dengan syarat dan ketentuan ini? Adalah
sesuatu yang mustahil di akal jika kita ingin masuk syurga kita sendiri yang
menentukan aturan mainnya, padahal kita hanyalah pemain semata yang tidak
memiliki apapun saat hadir ke muka bumi ini.
Maka
Apakah kamu mengira, bahwa Sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main
(saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada kami?
(surat
Al Mu’minuun (23) ayat 115)
Berdasarkan surat Al
Mu’minuun (23) ayat 115 di atas ini, Allah SWT dengan tegas mengatakan bahwa
sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu
termasuk manusia dengan sungguh sungguh, bukan secara main main. Lalu seluruh
manusia akan dikembalikan kepada Allah SWT atau dengan kata lain “dari Allah
SWT akan kembali ke Allah SWT”. Inilah salah satu konsep dasar dari kekhalifahan
di muka bumi.
Penghuni
syurga itu ada tiga. Pertama, penguasa yang berlaku adil, dapat dipercaya dan
berhasil dalam kepemimpinannya. Kedua, orang yang penyayang dan ringan hati
kepada setiap kerabatnya. Ketiga, orang Islam yang menjaga dirinya dari
melakukan perbuatan haram dan juga menjaga keluarganya.
(Hadits
Riwayat Muslim)
Agar diri kita mampu
pulang kampung ke syurga, jadikan hadits di atas ini menjadi pedoman kita saat
menjadi khalifah di muka bumi ini.
B. JASMANI SEHAT RUHANI SEHAT.
Setiap
manusia terdiri dari jasmani dan juga ruhani maka keduanya harus dijaga, harus dirawat
agar jasmani dan ruhani sehat dari waktu ke waktu. Untuk menjaga kesehatan
jasmani maka kita harus mempelajari dan melaksanakan ketentuan ilmu kesehatan
dan juga ilmu gizi serta olahraga. Sedangkan untuk menjaga kesehatan ruhani
maka kita harus mempelajari dengan seksama apa yang diperintahkan Allah SWT
dalam surat Ar Ruum (30) ayat 30 yaitu jangan pernah keluar dari konsep Diinul
Islam yang berasal dari fitrah Allah SWT dan diri kitapun juga diciptakan dari
fitrah Allah SWT.
Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus
kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia
menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang
lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui[1168],
(surat Ar Ruum (30) ayat 30)
[1168]
Fitrah Allah: Maksudnya ciptaan Allah. manusia diciptakan Allah mempunyai
naluri beragama Yaitu agama tauhid. kalau ada manusia tidak beragama tauhid,
Maka hal itu tidaklah wajar. mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantaran
pengaruh lingkungan.
Agar
kekhalifahan yang kita laksanakan berhasil dengan baik dan benar maka kita
harus menjaga, merawat kesehatan jasmani dan ruhani secara seimbang. Lalu
bayangkan betapa nikmatnya beribadah jika keduanya sehat secara bersamaan.
1.
MENJAGA KESEHATAN JASMANI.
Untuk menjaga kesehatan
jasmani, kita tidak bisa hanya memperhatikan apa apa yang kita masukkan ke
dalam tubuh kita berupa makanan dan minuman yang kita konsumsi, sesuai dengan
ketentuan surat Al Baqarah (2) ayat 168 serta diperoleh dari penghasilan yang
halal lalu diikuti dengan membaca Basmallah dan Doa sebelum makan serta makan
dikala lapar berhenti sebelum kenyang. Hal ini belumlah cukup, kita harus dan
wajib pula memperhatikan apa apa yang harus kita keluarkan dari dalam tubuh
kita setiap harinya secara rutin.
Hai
sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi,
dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena Sesungguhnya
syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.
(surat
Al Baqarah (2) ayat 168)
Jika kita ingin
mendapatkan kesehatan tubuh yang sesungguhnya, kita harus terlebih dahulu
membersihkan empat kotoran atau empat racun di dalam tubuh kita secara tuntas,
yaitu :
a.
Udara Kotor.
Hawa kotor yang keluar
dari mulut yang terasa bau atau gas tidak sedap yang keluar dari usus s besar
itu adalah udara kotor atau udara racun yang tertimbun dalam tubuh kita. Bila
tidak dikeluarkan, akan menggangu kesehatan tubuh kita. Maka, di pagi hari
setelah bangun tidur, minumlah air putih sebanyak 200cc, kemudian berkumur 3
kali, lantas pergilah ke halaman atau ke tempat yang banyak pohon. Buanglah
napas yang bau itu, keluarkan lewat mulut sebanyak mungkin sampai hawa yang
keluar dari mulut tidak terasa bau lagi. Kemudian teruskan dengan menarik napas
panjang dan hirup udara bersih segar itu sepuas puasnya di barengi dengan
dzikir sehingga udara yang sudah keluar diganti dengan udara yang bersih segar
plus dzikir. Sedangkan gas yang keluar dari usus besar adalah udara kotor dan
gas bau yang memang harus dibuang. Buang gas adalah gejala yang baik dan perlu
disyukuri, meskipun tidak sopan bila dilakukan di depan umum. Gas di dalam usus
besar ini mengandung gas beracun H2S yang dihasilkan dari fermentasi bakteri di
dalam usus besar. Jika gas itu tidak dikeluarkan akan menjadi racun dalam tubuh
kita.
b.
Cairan Kotor.
Air putih yang kita minum
akan segera masuk ke lambung dan usus kecil, kemudian molekul H2O yang ada
dalam air tersebut diserap melalui usus besar ke dalam sirkulasi darah. Cairan
yang berlebihan di dalam darah akan dikeluarkan secara berangsur angsur melalui
organ ginjal. Cairan tersebut membawa kotoran dan creatine yang beracun serta
hasil uraian obat yang dilakukan oleh organ hati, dan zat lainnya yang
dihasilkan dari proses katabolisme. Semua kotoran beracun tersebut lolos dari
saringan ginjal yang sehat, lantas mengalir ke dalam kantong kemih dan keluar
menjadi air seni yang berbau pesing. Begitu juga keringat kotor dan bau itu,
dikeluarkan melalui pori pori kulit. Keringat juga termasuk kotoran cair dari
tubuh yang harus dikeluarkan.
c.
Kotoran Dari Usus Besar.
Untuk mempertahankan
kesehatan tubuh, sebaiknya setiap pagi dibisakan buang air besar secara rutin.
Bila kotoran yang tertimbun dalam usus besar tidak dikeluarkan setiap hari,
maka akan menjadi racunm dan ini tidak baik untuk kesehatan tubuh. Bagi orang
yang mengalami konstipasi (sembelit), perutnya terasa kembung serta kencang,
mulutnya akan mengeluarkan bau tidak sedap, kulitnya juga terlihat kusam. Orang
mengatakan bahwa di mana ada yang bisa masuk (makan dan minum) dan bisa keluar
(buang air besar), itu adalah sehat. Namun itu saja belum cukup jika kotoran
dalam pikiran belum dikeluarkan.
d.
Kotoran Dalam Pikiran.
Pikiran egative seperti
gampang marah, membenci orang, suka mengkritisi dan menilai orang lain,
berprasangka buruk dan suka berdebat tidak akan bisa menjadikan pikiraan dan
tubuh yang sehat. Pikiran negative adalah kotoran dalam pikiran yang paling ampuh
merusak kesehatan tubuh dan juga kesehatan ruhani seseorang. Maka pikiran negative
yang kotor itu perlu dibersihkan sesegara mungkin dan setuntas tuntasnya. Selain
daripada itu ketahuilah 3 (racun) yang bisa mendatangkan penderitaan, yaitu keserakahan, kebencian dan kebodohan.
Orang yang suka marah besar dan dendam kepada orang lain, hidupnya selalu
tegang dan pikirannya tidak bisa senang.
Yang dimaksud dengan
kebodohan disini bukanlah tidak berpendidikan melainkan masih saja melanggar
objek yang salah. Jadi, meskipun secara akademis seseorang intelek, bisa saja
dia tetap melakukan kebodohan. Misalnya orang yang sudah berkecukupan, tapi
belum merasa puas dan cukup, masih melekat pada nafsu, terus mengejar kekayaan,
bahkan sampai menempuh cara yang tidak halal. Karena keserakahan, akhirnya
terjerat hukum dan harus mendekam di penjara, Dia merasa malu dan menyesal di
kemudian hari, istri, anak anaknya menanggung malu seumur hidupnya. Itulah yang
dimaksud dengan manusia bisa melakukan kebodohan.
Untuk lebih mempertegas
kotoran yang ada di dalam pikiran, berikut ini akan kami kemukakan tentang
penyakit penyakit hati yang berhubungan erat dengan kotoran yang ada dalam
pikiran, yang keduanya juga harus dikeluarkan dari dalam tubuh kita. “Sembuhkan
sakit hatimu, maka akan sembuh seluruh tubuhmu”. Ada orang yang punya sakit
hati yang benar benar kronis dalam bentuk Benci Banget; Dendam Banget; Nggak
Suka Banget; Sedih Banget; Kecewa Banget. Semua itu dianggap serius, sampai
sakitnya berdampak pada tubuh. Begitu muncul dalam bentuk penyakit kanker,
diabetes, sakit jantung, baru diatasi. Dan yang diatasi pun hanya
dipermukaannya saja.Diatasi dengan operasi, obat herbal bertahun tahun bahkan
seumur hidup, kemoterapi, radiasi. Semua yang membuat sel sel tubuh luluh
lantak. Tapi akar masalahnya tidak di atasi. Akar masalahnya adalah hati yang
sakit dan semakin rusak. Kemudian merusak seluruh jaringan tubuh seperti : (a) Darah tetap dibiarkan asam; (b) Kondisi
tubuh asam; (c) Pikiran tetap stress, jiwa tidak tenang; (d) Dendam masih
banyak; (e) Kecewa masih berlanjut; (f) Perasaan masih tidak enak; (g) Benci
masih kuat. Secara tidak langsung kita membunuh diri sendiri. Serius?
Ingat Rasulullah SAW
pernah berkata: Ada segumpal daging yang jika ia baik maka seluruh tubuh akan
baik. Dan kalau ia buruk maka seluruh tubuh akan buruk. Itulah HATI. Seharusnya
ia selalu dalam kondisi indah dan baik. Selalu ikhlas, menerima ketentuan Allah
SWT, bersyukur, tulus berbagi dan bahagia bersama.Seperti anak yang selalu
bahagia dan tertawa, seperti itulah kondisi hati kita seharusnya.Pada saat kita
sudah tidak lagi seperti itu, itulah saat penyakit muncul. Dan deteksi dini
harus dilakukan. Akar permasalahan harus
diatasi. Hati perlu terus dicuci dan dibersihkan. Tanda tanda hati bersih dan
suci adalah: (a) Selalu bahagia atas
kebahagiaan orang lain; (b) Selalu bersemangat berbagi tanpa pamrih; (c) Selalu
ridha dengan ketentuan yang Allah SWT berikan untuk kita; (d) Tidak dengki; (e)
Tidak dendam. Semoga kita mampu menjaga kesehatan Jasmani dengan sebaik
baiknya, jika jasmani sehat akan sangat membantu diri kita beraktivitas sehari
hari. Jangan lupa berolah raga untuk membakar karbohidrat dan juga lemak dalam
tubuh selain memperhatikan makanan dan minuman yang kita konsumsi serta
membuang apa apa yang harus di buang yang berasal dari dalam tubuh.
2.
MENJAGA KESEHATAN RUHANI.
Jati diri manusia yang
sesungguhnya adalah Ruh/Ruhani, dimana Ruh/Ruhani harus dijaga kesehatannya
(maksudnya kefitrahannya). Untuk menjaga kesehatan Ruh/Ruhani tentu sangat
berbeda dengan menjaga kesehatan jasmani karena asal usul dari keduanya
berbeda. Jasmani bukanlah Allah SWT yang membuat, namun Allah SWT yang
menentukan aturan mainnya, seperti makan dan minum yang sesuai dengan konsep
halal dan thayib, sebelum makan dan minum diwajibkan membaca basmallah dan
berdoa, sebelum mempertemukan sperma dan ovum diwajibakn membaca doa agar
syaitan tidak ikut andil di dalamnya. Sedangkan untuk menjaga kesehatan Ruh/Ruhani
sangat berbeda dengan ketentuan untuk menjaga kesehatan Jasmani.
dan
mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu Termasuk urusan
Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit".
(surat
Al Israa’ (17) ayat 85)
Membersihkan permukaan
tubuh itu mudah sekali, kita tinggal mandi memakai sabun dan shampoo.
Sebaliknya membersihkan ruhani atau bathin dan pikiran tidaklah semudah
membersihkan tubuh. Kita harus terus menerus melakukan instrospeksi diri,
membersihkan pikiran negatif dan keakuan yang melekat dalam diri kita, barulah
pikiran kita bisa bersih dan cemerlang.Tidak ada orang yang yang bisa menghadiahkan atau meminjami kesehatan
diri kita kecuali usaha dari kita sendiri. Kesehatan yang hakiki (maksudnya
kesehatan jasmani dan ruhani) adalah akumulasi dari memelihara kesehatan
jasmani dan juga kesehatan ruhani secara istiqamah selama hayat masih di
kandung badan. Dengan ketentuan, jaga kesehatan ruh/ruhani terlebih dahulu
barulah kita menjaga kesehatan jasmani sehingga ruh sehat yang dibarengi dengan
jasmani sehat. Jika ini yang terjadi sangat terasa indah bertuhankan kepada
Allah SWT.
Selain
daripada itu, ketahuilah setiap manusia yang hidup pasti akan mengalami apa
yang dinamakan proses pengaruh mempengaruhi antara Jasmani dengan Ruh/Ruhani
serta setiap manusia pasti akan mengalami gangguan Ahwa dan Syaitan serta
gangguan monster ketakutan yang akhirnya akan mempengaruhi tingkat kefitrahan
manusia, atau timbullah kekotoran jiwa manusia, atau manusia sudah tidak sesuai
lagi dengan konsep awal penciptaan manusia. Di lain sisi pada saat manusia
hidup maka setiap manusia pasti akan melakukan aktivitas, yang mana aktivitas
ini akan mengakibatkan jasmani mengalami gangguan berupa debu, berupa keringat,
berupa bau badan, berupa daki, mengakibatkan buang air kecil maupun besar.
dan sungguh akan Kami
berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta,
jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang
sabar.
(surat Al Baqarah (2)
ayat 155)
Adanya pengaruh negatif baik kepada Jasmani maupun
kepada Ruh/Ruhani tentu hal ini akan mengakibatkan baik Jasmani maupun
Ruh/Ruhani menjadi tidak suci atau tidak fitrah lagi, atau mengalami suatu
kekotoran. Adanya kekotoran, atau ketidaksucian yang dialami oleh Jasmani
maupun oleh Ruh/Ruhani maka kondisi ini harus dikembalikan lagi ke posisi yang
suci lagi karena kita akan menghadap kepada yang Maha Suci. Untuk mengembalikan
kefitrahan Ruh/Ruhani menjadi sediakala, atau membersihkan Jasmani dari
kekotoran akibat proses alam, atau akibat proses alamiah jasmani maka Thaharah
harus kita laksanakan. Sebagai Khalifah di muka bumi, tolong perhatikan dengan
seksama dua buah hadits yang kami kemukakan di bawah ini. Hal ini penting kami
kemukakan karena kita tidak akan bisa menampilkan penampilan Allah SWT jika
ketentuan yang ada pada ke dua hadits di bawah ini belum kita penuhi.
Dari Ibnu Umar ra, katanya, “Aku mendengar
Rasulullah SAW bersabda: “Tidak diterima shalat seseorang tanpa suci, dan tidak
diterima sedekah yang berasal dari kejahatan (seperti mencuri, menipu,
menggelapkan atau korupsi, rampok, judi dan sebagainya).
(Hadits
Riwayat Bukhari No.175)
Hudzaifah ra, berkata: Nabi SAW
bersabda: Allah ta’ala berfirman: Allah SWT telah mewahyukan kepadaku:
"Wahai saudara para Rasul dan saudara para pemberi peringatan! Berilah
berita peringatan kepada kaummu untuk tidak memasuki rumahKu (masjid) kecuali
dengan hati yang bersih, lidah yang jujur, tangan yang suci, dan kemaluan yang
bersih. Dan janganlah mereka memasuki rumahKu (masjid) padahal mereka masih
tersangkut barang aniayaan hak hak orang lain. Sesungguhnya Aku mengutuknya selama
ia berdiri mengerjakan shalat di hadapanKu sehingga ia mengembalikan barang
aniayaan itu kepada pemiliknya yang berhak. Apabila ia telah mengembalikannya,
maka Aku menjadi pendengarannya yang dengannya ia mendengar, menjadi
penglihatannya yang dengannya ia melihat dan ia akan menjadi salah seorang
kekasihKu, orang pilihanKu dan bersanding bersamaKu bersama para Nabi, para
shiddiqin dan para syuhada di dalam syurga.
(Hadits Qudsi Riwayat Abu Nua'im, Hakim,
Ad-Dailami, dan Ibnu Asakir; 272:240)
Berdasarkan
ketentuan hadits di atas, kita tidak bisa serta merta begitu saja menjadi
khalifah di muka bumi Allah SWT. Ketahuilah semuanya ada syarat dan ketentuan
yang harus kita penuhi terlebih dahulu sebelum diri kita melaksanakan apa yang
kami kemukakan di atas. Adapun syarat dan ketentuan yang wajib kita penuhi yang
keseluruhannya sangat dikehendaki Allah SWT adalah : hati yang bersih, lidah
yang benar, tangan yang suci serta kemaluan yang bersih. Selain
daripada masih melalui ketentuan hadits di atas Allah SWT tidak memperkenankan
diri kita untuk memasuki masjid, atau tidak memperkenankan diri kita mendirikan
Shalat jika kita masih tersangkut barang aniayaan hak orang lain, sebelum diri
kita melunasi atau mengembalikan barang aniayaan itu kepada yang berhak. Atau
dengan kata lain uang yang dipergunakan untuk menafkahi diri, keluarga, anak
dan keturunan haruslah uang yang halal yang tidak terkontaminasi sedikitpun
dengan hasil dari korupsi, kolusi dan nepotisme.
Timbul
pertanyaan, ada apa dengan kondisi seperti itu sehingga Allah SWT sampai harus
menetapkan hal ini dengan tegas saat diri kita menjadi khalifahNya? Ada
beberapa alasan kenapa Allah SWT sampai harus menetapkan kondisi dasar setiap
manusia sebelum melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah SWT seperti
melaksanakan Haji dan Umroh, mendirikan Shalat, atau sebelum memasuki masjid,
atau sebelum menghadap Allah SWT , yaitu :
1. Hati yang
Bersih merupakan syarat utama untuk berkomunikasi dengan Allah SWT, hal ini
dikarenakan Allah SWT hanya bisa dijangkau oleh Hati yang Mukmin.
2. Allah SWT
adalah Dzat yang Maha Suci, sekarang bagaimana mungkin kita akan berhubungan,
atau menghadap, atau menjadi tamu, atau berkomunikasi dengan yang Maha Suci
dengan baik dan benar jika lidah, tangan, kemaluan, harta, pakaian, serta diri
kita sendiri masih dalam keadaan kotor.
3. Adanya
barang aniayaan milik orang lain yang masih belum kita lunasi, atau belum kita
kembalikan kepada yang pemiliknya yang berhak, atau adanya barang aniayaan yang
masih melekat di dalam harta kita berarti saat diri kita menghadap, atau saat
berhubungan, atau menjadi tamu, atau saat berkomunikasi dengan Allah SWT berarti kondisi harta yang
kita miliki, atau sesuatu yang kita miliki belum seluruhnya dalam keadaan
bersih, atau masih dalam keadaan kotor sedangkan Allah SWT adalah Dzat yang
Maha Suci. Adanya perbedaan kondisi ini akan menghambat diri kita untuk
bersinergi dengan Allah SWT melalui ibadah Haji dan Umroh yang kita laksanakan
dan juga saat Shalat.
Allah
SWT akan mengutuk kepada orang yang masih tersangkut barang aniayaan, kepada
orang yang masih tersangkut dengan barang curian, kepada orang yang masih
tersangkut dengan korupsi, kepada orang yang masih tersangkut hak hak orang
lain yang diambil tanpa hak, seperti menipu, sampai dengan apa yang telah
diambilnya dikembalikan kepada pemiliknya yang berhak atau yang sah, terkecuali kita siap untuk dikutuk
Allah SWT. Jika sampai sesuatu yang haram sampai menjadi penghasilan kita, akan
sia-sialah Shalat kita, akan sia-sialah kita ke Masjid, akan sia-sialah kita
melaksanakan Haji dan Umroh, karena Allah SWT tidak menghendaki diri kita ada
dihadapan Allah SWT baik pada saat kita hadir di rumah Allah SWT (maksudnya di
masjid), pada saat diri menghadap Allah SWT (maksudnya saat mendirikan Shalat),
pada saat diri kita memenuhi undangan Allah SWT (maksudnya saat melaksanakan
Haji dan Umroh atau Wukuf) karena ulah kita sendiri yang tidak mampu
membersihkan harta kekayaan atau tidak mampu
memperoleh harta kekayaan yang sesuai dengan kehendak Allah SWT.
Lalu
setelah diri kita mampu membersihkan hati, membersihkan lidah, membersihkan
tangan, membersihkan kemaluan serta
membersihkan harta kekayaan maka terjadilah apa yang dinamakan kesesuaian
kondisi antara diri kita dengan Allah SWT, yaitu Yang Maha Suci hanya bisa
ditemui dengan yang suci pula. Sehingga jika Allah SWT adalah Yang Maha Suci
maka kitapun harus suci terlebih dahulu sebelum menghadap Yang Maha Suci. Lalu
jika Allah SWT adalah Yang Maha Terpuji, maka kitapun harus berperilaku terpuji
sebelum menghadap Yang Maha Terpuji.
Lalu,
jika Allah SWT adalah Yang Maha Terhormat, maka kitapun harus berperilaku
terhormat sebelum menghadap Yang Maha Terhormat. Adanya kesesuaian yang kita
lakukan sebelum melaksanakan ibadah Haji dan Umroh, atau sebelum mendirikan
Shalat berarti diri kita telah menempatkan dan meletakkan Allah SWT sesuai
dengan Kebesaraan dan Kemahaan yang dimiliki-Nya.Berikut ini akan kami kemukakan sebuah indikator dari sehatnya
Ruh selama dipersatukan dengan Jasmani, di bawah ini:
Dari
Abu Hurairah ra, katanya: “Apabila ruh orang orang mukmin keluar dari tubuhnya,
dua orang malaikat menyambutnya dan menaikkannya ke langit”. Kata Hammad.
“Karena baunya harum seperti kasturi” Kata penduduk langit: “Ruh yang baik
datang dari bumi, Shallallahu ‘alaika (semoga Allah melimpahkan kebahagiaan
kepadamu) dan kepada tubuh tempat engkau bersemayam.” Lalu ruh dibawa ke
hadapan Tuhannya Azza wa Jalla, Kemudian Allah berfirman: “Bawalah dia ke
sidratul muntaha, dan biarkan disana hingga hari kiamat. Kata Abu Hurairah
selanjutnya, “Apabila ruh orang kafir keluar tubuhnya, kata Hammad, berbau
busuk dan mendapat makian, maka berkata penduduk langit, “Ruh jahat datang dari
bumi. “Lalu diperintahkan, “Bawalah dia ke penjara dan biarkan disana hingga
hari kiamat.
(Hadits
Riwayat Muslim No.2248)
Semoga
kita mampu menjaga, merawat, mempertahankan kefitrahan Ruh/ Ruhani yang menjadi
jati diri kita yang sesungguhnya. Amien
C. MATI SENANG
Agar Tahu Diri dan Tahu
Aturan serta Tahu Tujuan Akhir yang telah kita miliki berhasil guna maka langkah
berikutnya adalah kita harus memiliki visi, yaitu kompas hidup yang membuat
kita tahu hal terbesar yang harus kita lakukan, yang akan membuat kita dikenang
karena prestasi yang luar biasa dalam kebaikan dalam kerangka ibadah ikhsan.
Sekalipun visa adalah kompas hidup, tetapi kita tidak hany berusaha
menggapainya hanya dengan sebelah mata. Visi adalah kemampuan melihat tujuan
hidup dengan ke dua mata, yakni mata akhirat dan mata dunia. Kita tidak bisa
hanya memiliki visi akhirat tanpa prestasi luar biasa di dunia yang akan
memudahkan kita mencapi visi akhirat. Demikian pula sebaliknya, kita tidak bisa
hanya terobsesi pada pencapaian prestasi visi dunia dengan mengesampingkan
prestasi visi akhirat. Visi hidup haruslah mencakup prestasi visi dunia yang akan
memudahkan kita mencapai visi terbesar di akhirat kelak.
Visi hidup adalah arah
tujuan utama dari kehidupan kita. Sebaik baik visi hidup adalah yang
mengikutkan Allah SWT dan mempersangkutkan akhirat di dalamnya. Visi akhirat
akan tercapai kala visi dunia terpenuhi. Sehingga visi akhirat hanya bisa
dicapai dengan raihan prestasi luar biasa di dunia. Prestasi di dunia inilah
yang akan membuat sosok diri kita begitu dibanggakan, kehadiran akan begitu
dirindukan karena banyak manusia merasakan manfaat kebaikan dari kehadiran dan
karya karya diri kita. Lalu apa yang sudah kita hasilkan sebagai bentuk karya
nyata diri kita saat hidup di muka bumi ini? Jika belum ada lalu bagaimana kita
akan berhasil mencapai visi akhirat?
Buatlah visi hidup yang
akan selalu membuat kita dirindukan, karena setelah kematian tiba bukan hanya
penduduk bumi yang merasa ditinggalkan, bahkan para penduduk langit pun
menangis sedih karena merasa kehilangan. Untuk itu milikilah visi akhirat yang
unik dan mencerminkan diri kita sendiri. Apa contohnya? Contohnya ingin memeluk
Nabi Muhammad SAW beserta sahabat sahabatnya di syurga, ingin berkumpul di
syurga bersama keluarga besar serta anak dan keturunan, ingin menggendong orang
tua melewati jembatan sirathal mustakim, dan lain sebagainya.Jika kita sudah
mampu membuat prestasi dunia yang membanggakan bagi penduduk dunia dan juga
penduduk langit serta memiliki visi akhirat yang jelas berarti kesempatan untuk
merasakan mati senang sudah kita persiapkan. Hidup senang di dunia tidak akan
menjamin kita mati tenang, apalagi mati senang. Betapa banyak manusia yang
dikelilingi rasa senang berlimpah harta ataupun popularitas tapi mati dalam
kondisi was was atau ketakutan seperti fir’aun. Mati senang bukan berarti mati dalam
keadaan tersenyum atau ketika sakratulmaut manusia tersebut tertawa.
(yaitu)
orang-orang yang diwafatkan dalam Keadaan baik[822] oleh Para Malaikat dengan
mengatakan (kepada mereka): "Salaamun'alaikum[823], masuklah kamu ke dalam
syurga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan".
(surat
An Nahl (16) ayat 32)
[822] Maksudnya: wafat
dalam Keadaan suci dari kekafiran dan kemaksiatan atau dapat juga berarti
mereka mati dalam Keadaan senang karena ada berita gembira dari Malaikat bahwa
mereka akan masuk syurga.
[823] Artinya selamat
sejahtera bagimu.
Mati senang karena para
malaikat mengatakan kepada diri kita “salaamun alaikum” masuklah kamu ke dalam
syurga seperti yang tertuang dalam surat An Nahl (16) ayat 32 di atas. Mati dalam
keadaan senang adalah kala mendapat kabar dari Malaikat bahwa diri kita akan
masuk Syurga seperti yang tertuang dalam surat Al Fajr (89) ayat 27 sampai 30
di bawah ini.
Hai
jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi
diridhai-Nya.
Maka
masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku,masuklah ke dalam syurga-Ku.
(surat
Al Fajr (89) ayat 27, 28,29,30)
Mati senang bisa diraih
dengan berbagai sukses tetapi tidak dapat diukur dari garis bibir yang
melengkung ke atas saat mata terpejam. Mati senang adalah suatu kondisi saat di
hari berhisab kita menerima buku laporan terakhir dari sisi sebelah kanan
sehingga kita termasuk di dalam golongan kanan.
Yaitu
golongan kanan[1448]. Alangkah mulianya golongan kanan itu.
dan
golongan kiri[1449]. Alangkah sengsaranya golongan kiri itu.
dan
orang-orang yang beriman paling dahulu,mereka Itulah yang didekatkan kepada
Allah.
berada
dalam jannah kenikmatan.
(surat
Al Waaqiah (56) ayat 8, 9, 10, 11, 12)
[1448] Ialah mereka yang
menerima buku catatan amal dengan tangan kanan.
[1449] Ialah mereka yang
menerima buku catatan amal dengan tangan kiri.
(ingatlah)
suatu hari (yang di hari itu) Kami panggil tiap umat dengan pemimpinnya; dan
Barangsiapa yang diberikan kitab amalannya di tangan kanannya Maka mereka ini
akan membaca kitabnya itu, dan mereka tidak dianiaya sedikitpun.
(surat
Al Israa’ (17) ayat 71)
Jika ada mati senang tentu
ada pula mati sengsara atau mati susah, jika hal ini yang terjadi maka kita
akan dikelompokkan menjadi golongan kiri yang pulang kampungnya ke Neraka
seperti yang tertuang dalam surat Al Waaqiah (56) ayat 9 di atas.
D. UMUR PANJANG
Usia dan Umur adalah
sesuatu yang berbeda pengertiannya. Usia adalah saat mulai dipersatukannya
Ruhani ke dalam Jasmani sampai dengan dipisahkannya kembali Ruhani dengan Jasmani.
Adapun saat atau berapa lama masa bersatunya Ruhani dengan Jasmani ditentukan
oleh Allah SWT. Tidak ada yang bisa memajukan, atau memundurkan masa bersatunya
Ruhani dengan Jasmani, jika sudah sampai maka terjadilah apa yang dinamakan
dengan sakratul maut, yaitu proses dipisahkannya Ruhani dengan Jasmani. Jasmani
dikembalikan ke tanah sedangkan Ruhani sementara waktu akan ditempatkan di alam barzah sampai hari
kiamat tiba.
kemudian
Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia
menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit
sekali bersyukur.
(surat
As Sajdah (32) ayat 9)
Sesungguhnya
kamu akan mati dan Sesungguhnya mereka akan mati (pula).
(surat
Az Zumar (39) ayat 30)
tiap-tiap
yang berjiwa akan merasakan mati. dan Sesungguhnya pada hari kiamat sajalah
disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke
dalam syurga, Maka sungguh ia telah beruntung. kehidupan dunia itu tidak lain
hanyalah kesenangan yang memperdayakan.
(surat
Ali Imran (3) ayat 185)
Kami
telah menentukan kematian di antara kamu dan Kami sekali-sekali tidak akan
dapat dikalahkan,
untuk
menggantikan kamu dengan orang-orang yang seperti kamu (dalam dunia) dan
menciptakan kamu kelak (di akhirat) dalam Keadaan yang tidak kamu ketahui.
(surat
Al Waaqiah (56) ayat 60,61)
Adanya ketentuan dalam
surat Ali Imran (3) ayat 185, surat Az Zumar (39) ayat 30, surat Al Waaqiah
(56) ayat 60 dan 61 di atas, mengemukakan tidak akan ada satupun manusia yang
tidak akan mengalami kematian. Kematian itu adalah pasti dan jika kematian itu
adalah pasti berarti Malaikat Maut pasti sukses melaksanakan tugasnya. Hal ini
juga dikarenakan bahwa di dunia ini tidak ada cara dan obat yang mampu membuat
manusia tidak mati. Di dunia ini juga tidak ada cara untuk menghalangi Malaikat
Maut melaksanakan tugasnya kepada manusia.
Sejak zaman dahulu hingga saat ini
adakah yang tidak pernah mati?
Ada awal pasti ada akhir; Ada
kelahiran pasti ada kematian;
Bunga berkembang akan layu, rontok dan habis.
Berdasarkan uraian di
atas, menunjukkan kepada diri kita bahwa konsep usia panjang dalam hitungan
tertentu, katakan sampai usia 100 tahun, tidak ada di dalam ajaran agama Islam karena
yang menentukan usia adalah Allah SWT. Berapa lama kita hidup kita tidak tahu,
yang tahu hanya Allah SWT. Sehingga seseorang jika telah sampai kepada apa yang
telah ditentukan oleh Allah SWT maka selesai pula hidupnya di muka bumi ini. Jika
kematian adalah sebuah kepastian berarti di dalam menghadapi kepastian ini kita
harus pintar pintar memanfaat waktu agar kita bisa merealisir visi akhirat kita
melalui karya besar saat hidup di dunia. Lalu sudahkah kita mempersiapkan kematian
yang pasti datang itu dengan sebaik baiknya?
Sekarang apa yang disebut
dengan umur? Umur adalah seberapa berkualitasnya kebaikan atau seberapa buruknya
keburukan yang dikenang oleh generasi yang datang di kemudian hari setelah kita
tiada. Jika kita dikenang oleh generasi yang datang dikemudian hari dalam nilai
nilai kebaikan maka itulah yang dikatakan dengan umur panjang. Apabila yang
dikenang dari diri kita adalah nilai nilai keburukan maka itulah yang kami
istilahkan dengan umur pendek. Panjang pendeknya umur seseorang ketahuilah bukanlah
Allah SWT yang menentukan, namun diri kita sendirilah yang menjadikannya
panjang ataukah pendek sesuai dengan karya nyata saat hidup di dunia.
Lalu apa yang dimaksud
dengan orang yang berumur panjang? Orang yang berumur panjang adalah orang yang sudah meninggal dunia tetapi
peninggalan dari kebaikan yang telah ditanamnya saat masih hidup tetap dan
terus memberikan manfaat kepada masyarakat luas. Contohnya adalah air zam zam
yang ada di kota Makkah sebagai buah dari perjuangan Siti Hajar yang keberadaan
akan sampai hari kiamat kelak; melalui kumpulan hadits yang dirawikan oleh
perawi hadits seperti Bukhari, Muslim, Ibnu Majah, Ath Thabarani; Ath Thirmidzi
dan lain yang bisa dipergunakan sepanjang jaman. Sekarang melalui cara apakah
umur panjang bisa kita raih? Jawabannya ada pada hadits yang kami kemukakan di
bawah ini.
Abu
Hurairah ra, berkata, Nabi bersabda: “Sesungguhnya yang dicapai oleh orang
mukmin dari amal dan perbuatan sesudah matinya ialah: ilmu pengetahuan yang di
dapatnya dan disebarkan dan budi baik yang dia tinggalkan, atau buku yang ia
berikan untuk diwarisi, atau tempat sembahyang yang ia bangun, atau sebuah
terusan yang ia gali, atau derma ia lakukan dari kekayaannya selama ia sehat
dan sakit”.
(Hadits
Riwayat Ahmad)
Semakin lama kebaikan yang
ditanam saat hidup dikenang oleh banyak orang maka semakin panjanglah umur
orang tersebut walaupun usianya telah habis. Adanya panjang umur ini berarti
panjang dan banyak pula kebaikan yang diterima oleh orang tersebut serta
semakin banyak bekal untuk kepentingan akhirat. Jika ini yang terjadi pada diri
kita maka jalan untuk merealisir visi akhirat yang telah kita tetapkan terbuka
luas melalui karya nyata jangka panjang yang telah dibuat saat hidup di dunia. Lalu
bagaimana dengan orang yang dikenang karena keburukannya?
Orang yang dikenang karena
keburukannya berarti orang tersebut pendek umurnya yang berarti orang tersebut tidak
memiliki nilai kebaikan, yang ada hanyalah keburukan dan keburukan, yang tidak
hanya melekat kepada yang bersangkutan tetapi juga melekat pada keluarga dan
anak keturunan dari yang bersangkutan. Contohnya adalah Fir’aun, Abu Jahal,
Qarun, Samiri dan lain sebagainya yang kesemuanya dikenang oleh generasi yang
datang dikemudian hari dari sisi keburukannya. Alangkah ruginya orang yang
berumur pendek, ia tidak memiliki bekal untuk kepentingan akhiratnya selain
keburukan, yang pada akhirnya akan menghantar orang tersebut ke Neraka.
URIP KUWI YEN: Ngibadah
jenak; Kubur ra sesek; Suwargo mbukak; Rezekine jembar; Uripe berkah, Mangan
enak; Turu kepenak; Tonggo semanak; Keluargo cedhak; Sedulur grapyak; Bondo cemepak; Ono panganan ora cluthak;
ketemu konco ngguyu
Ngakak.
Ungkapan dalam bahasa Jawa
yang kami kemukakan di atas ini, tentu sangat kita dampakan saat kita hidup di
dunia ini, yang jadi persoalan adalah setelah diri kita tahu diri dan tahu
aturan serta tahu tujuan hidup melalui visi akhirat yang telah kita tetapkan
selanjutnya beranikah kita membeli hal tersebut dengan harga mahal (dengan
melakukan pengorbanan)? Tidak ada gunanya kita tahu diri, tahu aturan yang
ditunjang dengan tujuan akhir melalui visi akhirat, jika kita sendiri tidak
berani membeli atau menjadikan hal tersebut menjadi nyata melalui pengorbanan,
melalui perjuangan yang konsisten dari waktu ke waktu. Jangan pernah berharap
mencapai visi akhirat jika kita hanya malas malasan, hanya berpangku tangan, hanya
menunggu dan menunggu kesempatan untuk memulai aksi, berharap kasihan dari
orang lain, hanya bicara tanpa ada kemauan untuk berbuat, terkecuali jika kita
mampu memasukkan unta ke dalam lobang jarum.
Bekerja keras adalah bagian dari
fisik. Bekerja cerdas adalah bagian dari otak.
Bekerja ikhlas adalah bagian dari
hati.
Ayo segera berbuat,
bertindak dalam koridor tahu diri, tahu aturan serta dilandasi dengan visi
akhirat yang telah kita tetapkan karena hanya dengan tindakan nyata semuanya
akan tercapai. Jangan pernah memberikan kesempatan kepada perampok perampok
waktu melaksanakan aksinya di sisa usia kita yang ada. Manfaatkan waktu yang
tersisa di sisa usia kita karena hanya dikesempatan itulah kita bisa merealisasikan
dan menunjukkan siapa diri kita yang sesungguhnya dihadapan Allah SWT melalui
bekerja, beribadah, berkarya secara ikhlas yang berasal dari bagian hati.
Sekaang pelajari, perhatikan dan renungkan dengan seksama 2 (dua) ayat Al
Qur’an yang kami kemukakan di bawah ini.
Sesungguhnya
Allah tidak berbuat zalim kepada manusia sedikitpun, akan tetapi manusia Itulah
yang berbuat zalim kepada diri mereka sendiri.
(surat
Yunus (10) ayat 44)
dan
sekali-kali bukanlah harta dan bukan (pula) anak-anak kamu yang mendekatkan
kamu kepada Kami sedikitpun; tetapi orang-orang yang beriman dan mengerjakan
amal-amal (saleh, mereka Itulah yang memperoleh Balasan yang berlipat ganda
disebabkan apa yang telah mereka kerjakan; dan mereka aman sentosa di
tempat-tempat yang Tinggi (dalam syurga).
(surat
Saba’ (34) ayat 37)
Adanya dua ketentuan
diatas, membuktikan bahwa hasil akhir dari visi akhirat yang telah kita
tentukan, sangat tergantung kepada diri kita sendiri. Sehingga hidup tenang
mati senang berumur panjang bukanlah mimpi di siang hari, melainkan akan nyata
menjadi kenyataan sepanjang diri kita mau memperjuangkan konsep tahu diri tahu
aturan yang didukung dengan adanya visi akhirat yang telah kita tentukan dengan
berani membayar mahal dengan cara berjuang melalui doa dan air mata. Semoga
kita bisa berkumpul di Syurga kelak. Amien.
MAHALNYA NERAKA
MURAHNYA SYURGA
Loket ke Neraka penuh
sesak, banyak manusia antri. Rebut rebutan, cakar cakaran. Takut nggak kebagian
kursi. Tiket ke Neraka Memang Mahal.
Harus merogoh kantong
berjuta juta, untuk dapat ikut berjalan kesana.
Maksiat itu mahal. Judi
itu mahal. Zina itu mahal. Korupsi itu mahal. Dusta itu mahal.
Tetapi tetap saja orang
orang berbondong bondong menuju kesana.
Jalan ke Syurga sunyi
dan sepi. Jalannya lebar, mulus dan bersih.
Tiketnya murah, tak
perlu keluar uang banyak. Tetapi mengapa sangat sedikit orang yang antri di
loket.
Puasa itu murah, Shalat
itu murah, Sedekah itu murah, Senyum itu murah.
Nafsu telah memutar
balik semua tatapan itu. Yang buruk terlihat indah.
Yang baik terlihat
sukar.
Akhirnya ditempat ini
aku baru sadar bahwa jalan ke syurga sepi dan
jalan ke neraka sangat ramai.
Lalu kemanakah kita akan
berjalan? Ke Syurga ataukah ke Neraka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar