Saat
diri kita melaksanakan tugas kekhalifahan di muka bumi berarti pada saat itu
kita masih hidup dalam kerangka melaksanakan suatu permainan untuk mengalahkan
musuh abadi diri kita yaitu ahwa dan juga syaitan. Ahwa dan Syaitan selaku
musuh abadi manusia akan sangat mudah melaksanakan aksinya melalui apa yang
kami istilahkan dengan monster monster yaitu dengan ditimbulkannya perasaan
takut atau ketakutan akan adanya kalaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah
buahan.Semakin kita takut maka semakin hebat kekuatan monster monster ini dan
semakin musuh abadi diri kita melaksanakan aksinya.
dan sungguh akan Kami
berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta,
jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang
sabar.
(surat Al Baqarah (2) ayat
155)
Sekarang
katakan kita sudah mampu mengalahkan ahwa dan syaitan serta mampu pula mengalahkan
monster monster kehidupan dan jika yang terjadi berarti pintu masuk untuk menemukan
dan merasakan Allah SWT di dalam diri (dalam hal ini di dalam hati ruhani) yang
tercermin dari begitu indahnya bertuhankan Allah SWT. Setelah itu masyarakatpun
harus merasakan juga dampak positif dari apa yang telah kita peroleh dari Allah
SWT. Agar kesempatan untuk
menemukan dan merasakan rasa Allah SWT dalam diri bisa terlaksana dari waktu ke
waktu maka kita harus bisa melaksanakan
ketentuan yang ada di dalam surat Al Baqarah (2) ayat 143 di bawah ini, apakah
itu?
dan
demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan
pilihan[95] agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul
(Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. dan Kami tidak menetapkan
kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya
nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. dan sungguh
(pemindahan kiblat) itu terasa Amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah
diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu.
Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.
(surat
Al Baqarah (2) ayat 143)
[95] Umat Islam dijadikan
umat yang adil dan pilihan, karena mereka akan menjadi saksi atas perbuatan orang
yang menyimpang dari kebenaran baik di dunia maupun di akhirat.
Sudahkah kita mengetahui
tentang adanya konsep Ummatan Washatan? Ummatan Washatan adalah sebuah konsep
yang berasal langsung dari Allah SWT agar kekhalifahan di muka bumi selalu
berada di dalam konsepNya yaitu mampu menjadikan diri kita sebagai bentuk
penampilan Allah SWT di muka bumi. Lalu apa yang dimaksud dengan Ummatan
Washatan itu? Jika kita mengacu kepada ketentuan surat Al Baqarah (2) ayat 177
di bawah ini, Ummatan Washatan adalah umat yang yang seimbang dalam hidup dan
kehidupannya yakni bukan umat yang berlebihan (ekstrem) yang hanya cenderung ke
kiri (maksudnya lebih condong kepada kehidupan duniawi dengan mengabaikan
kehidupan akhirat), atau hanya cenderung ke kanan dengan mengabaikan ke kiri. Hidup
yang berkeseimbangan bukan pula hidup dan kehidupan yang hanya condong
ke Timur semata ataupun yang hanya condong ke Barat semata, atau kita tidak
boleh berat sebelah hanya mementingkan diri sendiri atau hanya mementingkan
orang lain. Konsep hidup inilah yang kami istilahkan sebagai pola hidup yang
berkeseimbangan. Hidup yang seimbang dapat diibaratkan laksana neraca/timbangan
yang harus seimbang kondisinya, sehingga saat ia dipergunakan mampu berbuat
adil atau sesuai dengan fungsinya serta tidak merugikan orang lain.
bukanlah
menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi
Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian,
malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya
kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang
memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan)
hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang
menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam
kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah orang-orang yang
benar (imannya); dan mereka Itulah orang-orang yang bertakwa.
(surat
Al Baqarah (2) ayat 177)
yang
telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. kamu sekali-kali tidak melihat
pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah
berulang-ulang, Adakah kamu Lihat sesuatu yang tidak seimbang?
(surat
Al Mulk (67) ayat 3)
Masih berdasarkan ketentuan surat
Al Baqarah (2) ayat 177 di kemukakan bahwa Ummatan Washatan adalah Umat Yang
Bertaqwa dan Umat Yang Bertaqwa adalah Umat Yang Seimbang dalam hidup dan
kehidupannya serta berdasarkan surat Al Mulk (67) ayat 3 di atas ini, pola dalam
keseimbangan merupakan fitrah dari penciptaan yang diciptakan oleh Allah SWT.
Untuk itu renungkanlah apa yang dikemukakan oleh Allah SWT “adakah kamu lihat sesuatu yang tidak
seimbang?”. Lalu seperti apakah konsep pola hidup yang berkeseimbangan itu?
Adapun bentuk atau pola dari hidup yang berkeseimbangan dapat kami kemukakan
sebagai berikut, yaitu :
A.
KESEIMBANGAN HABLUMMINALLAH DAN
HABLUMMINANNAS.
mereka
diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang
kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia[218], dan mereka
kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan. yang
demikian itu[219] karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh Para
Nabi tanpa alasan yang benar. yang demikian itu[220] disebabkan mereka durhaka
dan melampaui batas.
(surat
Ali Imran (3) ayat 112)
[218] Maksudnya:
perlindungan yang ditetapkan Allah dalam Al Quran dan perlindungan yang
diberikan oleh pemerintah Islam atas mereka.
[219] Yakni: ditimpa kehinaan,
kerendahan, dan kemurkaan dari Allah.
[220] Yakni: kekafiran dan
pembunuhan atas Para nabi-nabi.
B.
KESEIMBANGAN HARAPAN SUKSES DALAM
KEHIDUPAN DUNIA DAN SUKSES DALAM KEHIDUPAN AKHIRAT.
apabila
kamu telah menyelesaikan ibadah hajimu, Maka berdzikirlah dengan menyebut
Allah, sebagaimana kamu menyebut-nyebut (membangga-banggakan) nenek
moyangmu[126], atau (bahkan) berdzikirlah lebih banyak dari itu. Maka di antara
manusia ada orang yang bendoa: "Ya Tuhan Kami, berilah Kami (kebaikan) di
dunia", dan Tiadalah baginya bahagian (yang menyenangkan) di akhirat.
dan
di antara mereka ada orang yang bendoa: "Ya Tuhan Kami, berilah Kami
kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah Kami dari siksa
neraka"[127].
(surat
Al Baqarah (2) 200 & 201)
[126] Adalah menjadi
kebiasaan orang-orang Arab Jahiliyah setelah menunaikan haji lalu
Bermegah-megahan tentang kebesaran nenek moyangnya. setelah ayat ini diturunkan
Maka memegah-megahkan nenek moyangnya itu diganti dengan dzikir kepada Allah.
[127] Inilah doa yang
sebaik-baiknya bagi seorang Muslim.
dan
carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan
berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik,
kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
(surat
Al Qashash (28) ayat 77)
Nabi
SAW bersabda: “Sungguh umatku yang terbaik bukanlah mereka yang memperhatikan
dunianya dengan mengabaikan akhiratnya, bukan pula yang memperhatikan
akhiratnya dengan mengabaikan dunianya, akan tetapi mereka adalah yang memperhatikan dunianya dan
memperhatikan akhiratnya’.
(Hadits
Riwayat Ibnu Asakir)
C.
KESEIMBANGAN BERFIKIR DAN BERDZIKIR.
Sesungguhnya
dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,
(yaitu)
orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan
berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya
berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia,
Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.
(surat
Ali Imran (3) ayat 190 dan 191)
D.
KESEIMBANGAN ILMU DAN AMAL.
perumpamaan
orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat, kemudian mereka tiada
memikulnya[1474] adalah seperti keledai yang membawa Kitab-Kitab yang tebal.
Amatlah buruknya perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu. dan
Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang zalim.
(surat
Al Jumuah (62) ayat 5)
[1474] Maksudnya: tidak
mengamalkan isinya, antara lain tidak membenarkan kedatangan Muhammad s.a.w.
“Sebaik
baik orang yang berilmu adalah yang mengamalkannya”
(Al
Hadits)
E.
KESEIMBANGAN USAHA DAN TAWAKKAL.
dan
Ya'qub berkata: "Hai anak-anakku janganlah kamu (bersama-sama) masuk dari
satu pintu gerbang, dan masuklah dari pintu-pintu gerbang yang berlain-lain;
Namun demikian aku tiada dapat melepaskan kamu barang sedikitpun dari pada
(takdir) Allah. keputusan menetapkan (sesuatu) hanyalah hak Allah;
kepada-Nya-lah aku bertawakkal dan hendaklah kepada-Nya saja orang-orang yang
bertawakkal berserah diri".
dan
tatkala mereka masuk menurut yang diperintahkan ayah mereka, Maka (cara yang
mereka lakukan itu) Tiadalah melepaskan mereka sedikitpun dari takdir Allah,
akan tetapi itu hanya suatu keinginan pada diri Ya'qub yang telah
ditetapkannya. dan Sesungguhnya Dia mempunyai pengetahuan, karena Kami telah
mengajarkan kepadanya. akan tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.
(surat
Yusuf (12) ayat 67 dan 68)
F.
KESEIMBANGAN PEDULI KELUARGA DAN PEDULI
MASYARAKAT.
mereka
Itulah orang yang dibalasi dengan martabat yang Tinggi (dalam syurga) karena
kesabaran mereka dan mereka disambut dengan penghormatan dan Ucapan selamat di dalamnya,
(surat
Al Furqan (25) ayat 75)
G.
KESEIMBANGAN MENJAGA HAK ALLAH SWT DAN
MENJAGA HAK DIRI DAN KELUARGA.
Nabi
bersabda: Sesungguhnya pada dirimu ada hak Allah, ada hak dirimu dan ada hak
keluargamu”
(Hadits
Riwayat Ibnu Majah)
“Bagilah
malammu menjadi tiga bagian, sebagian untuk Rabbmu, sebagian untuk keluargamu
dan sebagian untuk dirimu”.
(Hadits
Riwayat Ath Thirmidzi)
H.
KESEIMBANGAN POLA MAKAN (BAGI RUHANI DAN
JASMANI).
Hai
anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di Setiap (memasuki) mesjid[534],
Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan[535]. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.
(surat
Al A’raf (7) ayat 31)
[534] Maksudnya: tiap-tiap
akan mengerjakan sembahyang atau thawaf keliling ka'bah atau ibadat-ibadat yang
lain.
[535] Maksudnya: janganlah
melampaui batas yang dibutuhkan oleh tubuh dan jangan pula melampaui
batas-batas makanan yang dihalalkan.
Sesungguhnya
Allah memasukkan orang-orang mukmin dan beramal saleh ke dalam jannah yang
mengalir di bawahnya sungai-sungai. dan orang-orang kafir bersenang-senang (di
dunia) dan mereka Makan seperti makannya binatang. dan Jahannam adalah tempat
tinggal mereka.
(surat
Muhammad (47) ayat 12)
I.
KESEIMBANGAN MEMBELANJAKAN HARTA
(KESEIMBANGAN MENERIMA DAN JUGA MEMBERI).
dan
orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan
tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang
demikian.
(surat
Al Furqaan (25) ayat 67)
dan
janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu
terlalu mengulurkannya[852] karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal.
(surat
Al Israa’ (17) ayat 29)
[852] Maksudnya: jangan
kamu terlalu kikir, dan jangan pula terlalu Pemurah.
Setelah diri kita mampu melaksanakan
konsep hidup yang berkeseimbangan, nasehat berikut ini sudah sepatutnya kita
laksanakan nasehat nesehat ini, yaitu : Barangsiapa yang mampu mengumpulkan
padanya 6(enam) perkara niscaya ia tidak akan meninggalkan usaha mencari syurga
dan lari dari neraka, yaitu:
a. Ia mengenal Allah lalu mentaatinya.
karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku
niscaya aku ingat (pula) kepadamu[98], dan bersyukurlah kepada-Ku, dan
janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.
(surat Al Baqarah (2) ayat 152)
[98]
Maksudnya: aku limpahkan rahmat dan ampunan-Ku kepadamu.
b. Ia mengenal syaitan lalu mendurhakainya
dengan menjadikan syaitan sebagai musuh utama diri kita.
c. Ia mengenal kebenaran lalu mengikutinya
dengan melaksanakan segala perintah dan meninggalkan laranganNya.
d. Ia mengenal yang bathil lalu ia menjaga
diri daripadanya sehingga kita selalu berada di dalam kebajikan serta selalu
beribadah yang tidak hanya menguntungkan diri sendiri tetapi juga menguntungkan
orang lain. Janganlah karena merasa kurang lantas berbuat curang/menipu/culas
karena Allah SWT tidak pernah tertidur dan sungguh Dia Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang.
e. Ia mengenal dunia lalu ia menolaknya. Tidakkah
kita belajar dari tanda tanda yang diberikan Allah SWT kepada lautan?
Kesenangan dunia hanyalah rasa air garam, makin diteguk makin membuat kita
dahaga lalu membuat kita tenggelam. Selain daripada itu kesuksesan hidup yang
diraih dengan cara cara yang haram mungkin bisa membuat senang, tetapi tidak
akan pernah membuat penduduk langit terkesan.
f.
Ia
mengenal akhirat lalu mencarinya.
(yaitu) orang-orang yang diwafatkan
dalam Keadaan baik[822] oleh Para Malaikat dengan mengatakan (kepada mereka):
"Salaamun'alaikum[823], masuklah kamu ke dalam syurga itu disebabkan apa
yang telah kamu kerjakan".
(surat An Nahl (16) ayat 32)
[822]
Maksudnya: wafat dalam Keadaan suci dari kekafiran dan kemaksiatan atau dapat
juga berarti mereka mati dalam Keadaan senang karena ada berita gembira dari
Malaikat bahwa mereka akan masuk syurga.
[823]
Artinya selamat sejahtera bagimu.
Kenyataan yang terjadi hidup
tidak semudah membalik telapak tangan, karena hidup yang kita jalani saat ini
adalah sebuah permainan yang menghasilkan sebuah pilihan. Hidup juga bukanlah
sekedar teori semata, namun juga harus dipraktekan yang sesuai dengan teori dan
juga perlu improvisasi yang tidak melanggar teori. “Jika ada manusia yang
menempuh cara cara licik nan kotor demi mewujudkan ambisinya sungguh ia menjadi
makhluk yang lebi hina dari sperma. Demikian pula jika ada manusia yang
menghina atau memandang rendah orang lain, sesungguhnya ia bukanlah manusia
melainkan iblis”
dan
janganlah kamu ikuti Setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina,
yang
banyak mencela, yang kian ke mari menghambur fitnah,
yang
banyak menghalangi perbuatan baik, yang melampaui batas lagi banyak dosa,
yang
kaku kasar, selain dari itu, yang terkenal kejahatannya,
(surat
Al Qalam (68) ayat 10, 11, 12, 13)
Semoga kita mampu menjadikan diri kita,
suami/istri kita, keluarga kita, anak dan keturunan kita tetap utuh sesuai
dengan konsep Allah SWT yaitu mampu menampilkan penampilan Allah SWT di muka
bumi ini, yang akhirnya mampu menghantarkan diri kita untuk bertemu Yang Maha
Fitrah di tempat Yang Fitrah. Amien.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar