Bismillah.
Saat
engkau dibimbing untuk menempuh jalan taqwa melalui kalbu ini, tariklah napas
sejenak, dan mulailah melangkah dengan mantap.
Kami
ingin mengajak semua orang untuk merenung selama hayat masih di kandung badan
tentang begitu banyaknya keberpihakan Allah SWT kepada setiap orang mukmin yang
ada di muka bumi ini, termasuk di dalamnya keberpihakan kepada diri kita serta
keberpihakan kepada anak keturunan kita. Hal
ini penting kami kemukakan karena masih banyak orang yang tidak tahu tentang hal
ini, atau masih banyak juga orang yang sudah tahu tentang hal ini tetapi mereka
tidak pernah sampai dengan Haqqul Yakin tentang hal ini. Apa maksudnya dan apa
dasarnya? Seperti telah kita ketahui bersama bahwa setiap manusia yang ada di
muka bumi ini, dapat dipastikan ia adalah khalifah di muka bumi, atau ia adalah
perpanjangan tangan Allah SWT di muka bumi, atau ia adalah Wakil Allah SWT di
muka bumi.
Sekarang
jika kita berbicara tentang Kekhalifahan di muka bumi, maka akan ada dua pihak
yang terlibat, yaitu Allah SWT selaku pengutus atau pencipta khalifah serta
manusia yang dijadikan khalifah di muka bumi. Allah SWT selaku pengutus manusia
tentu tidak begitu saja menjadikan manusia yang akan dijadikannya khalifah,
karena hal ini menyangkut pula dengan Kemahaan dan Kebesaran Allah SWT itu
sendiri. Untuk itu mari kita perhatikan dengan seksama tentang Kemahaan dan
Kebesaran Allah SWT yang terdapat pada perpanjangan tangan-Nya yang ada di muka
bumi ini.
Untuk
itu perhatikanlah keadaan diri kita sendiri, yang terdiri dari Ruhani dan
Jasmani. Dimana Ruhani asalnya dari Nur Allah SWT dan sedangkan Jasmani asalnya
dari saripati tanah serta di dalam Jasmani terdapat organ-organ tubuh yang
begitu hebat lagi dasyat. Akan tetapi Allah SWT selaku pengutus diri kita ke
muka bumi, Allah SWT tidak hanya memberikan
Jasmani dan Ruhani semata, kita juga juga diberikan Amanah yang 7 yang
berasal dari sifat Ma’ani Allah SWT dan kita juga diberikan Sibghah dari Asmaul
Husna serta Hati Ruhani tempat diletakkannya Af’idah dan Akal dan juga
diberikan Hubbul yang 7 sebagai motor penggerak bagi diri kita untuk berbuat
dan bertindak saat menjadi khalifah di muka bumi serta Allah SWT juga
menciptakan Diinul Islam yang berasal dari fitrah-Nya sendiri untuk kepentingan
diri kita saat hidup di muka bumi. Apakah sudah cukup? Ternyata belum, Allah
SWT juga masih memberikan kepada kita suatu bentuk dukungan yang begitu besar
dalam rangka mensukseskan diri kita menjadi khalifah di muka bumi, yaitu dalam
bentuk keberpihakan Allah SWT kepada setiap khalifahNya yang memenuhi Syarat
dan Ketentuan sebagai orang mukmin.
Sesungguhnya beruntunglah
orang-orang yang beriman,
(surat Al Mu’minuun (23)
ayat 1)
Adanya
keberpihakan Allah SWT kepada orang mukmin menunjukkan bahwa Allah SWT berkehendak kepada diri kita agar
diri kita mampu melaksanakan tugas sebagai khalifah di muka bumi yang sekaligus
menjadi Makhluk yang Terhormat, sehingga mampu pulang ke Tempat yang Terhormat
dengan cara yang Terhormat untuk bertemu dengan Yang Maha Terhormat, dalam
suasana yang saling hormat menghormati.Untuk mempertegas keberpihakan Allah SWT
kepada orang mukmin, berikut ini akan kami kemukakan bentuk-bentuk dari
keberpihakan Allah SWT kepada orang mukmin, yaitu:
Saat
Anda dibimbing untuk menempuh jalan taqwa melalui kalbu ini,
sediakanlah
waktu untuk merenungkan siapa diri kita yang sesungguhnya dan siapa Allah SWT
yang sesungguhnya. Lalu tempatkan diri kita di posisi yang benar lagi
dikehendaki Allah SWT.
1. KEBERPIHAKAN ALLAH SWT KEPADA ORANG
MUKMIN BERDASARKAN AL QUR’AN.
Berikut
ini akan kami kemukakan 8 (delapan) bentuk dari keberpihakan Allah SWT kepada
setiap orang mukmin yang ada di muka bumi ini tanpa terkecuali, yang kesemuanya
sudah dikemukakan oleh Allah SWT di dalam Al-Qur’an, yaitu:
a. Dilindungi dari penipuan dan
pengkhianatan
Berdasarkan
surat Al Anfaal (8) ayat 61-62 di bawah ini, Allah SWT akan selalu memberikan
perlindungan kepada setiap orang mukmin dari segala bentuk penipuan, dari
segala bentuk pengkhianatan serta orang mukmin akan selalu dibimbing oleh Allah
SWT untuk selalu condong di dalam perdamaian.
dan jika
mereka condong kepada perdamaian, Maka condonglah kepadanya dan bertawakkallah
kepada Allah. Sesungguhnya Dialah yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui.dan
jika mereka bermaksud menipumu, Maka Sesungguhnya cukuplah Allah (menjadi
pelindungmu). Dialah yang memperkuatmu dengan pertolongan-Nya dan dengan Para
mukmin,
(surat Al
Anfaal (8) ayat 61-62)
b. Allah SWT menjadi wali atau pelindung
Berdasarkan
surat Ali Imran (3) ayat 68 di bawah ini, Allah SWT akan menjadi wali atau
pelindung bagi setiap orang yang mukmin, atau Allah SWT akan menjadi pelindung
dan penjaga bagi setiap orang beriman dan beramal shaleh, tanpa
terkecuali.
Sesungguhnya orang yang paling dekat kepada
Ibrahim ialah orang-orang yang mengikutinya dan Nabi ini (Muhammad), beserta
orang-orang yang beriman (kepada Muhammad), dan Allah adalah pelindung semua
orang-orang yang beriman.
(surat Ali Imran (3) ayat 68)
c.
Hatinya
diteguhkan dengan Iman dan diberikan ketenangan
Berdasarkan
surat Al Fath (43) ayat 4 ayat 26 yang kami kemukakan di bawah ini, Allah SWT
menurunkan ketenangan bathin kepada setiap orang mukmin serta hatinya
diteguhkan, atau ditambahkan keimanan yang ada di dalam diri.
Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam
hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan
mereka (yang telah ada). dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi[1394]
dan adalah Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana,
(surat Al Fath (48) ayat 4)
[1394] Yang dimaksud
dengan tentara langit dan bumi ialah penolong yang dijadikan Allah untuk
orang-orang mukmin seperti malaikat-malaikat, binatang-binatang, angin taufan
dan sebagainya,
ketika orang-orang kafir menanamkan dalam hati
mereka kesombongan (yaitu) kesombongan Jahiliyah lalu Allah menurunkan ketenangan
kepada Rasul-Nya, dan kepada orang-orang mukmin dan Allah mewajibkan kepada
mereka kalimat-takwa[1404] dan adalah mereka berhak dengan kalimat takwa itu
dan patut memilikinya. dan adalah Allah Maha mengetahui segala sesuatu.
(surat Al Fath (48) ayat 26)
[1404] Kalimat takwa
ialah kalimat tauhid dan memurnikan ketaatan kepada Allah.
Sedangkan
bagi orang kafir, atau bagi orang yang tiak mau beriman, akan ditanamkan dalam
hati mereka yaitu sifat kesombongan jahiliyah, sehingga hidup yang dijalaninya
tidak pernah merasakan adanya kedamaian.
d.
Diselamatkan
dari anak durhaka
Berdasarkan
surat Al Kahfi (18) ayat 80-81 yang kami kemukakan di bawah ini, Allah SWT akan
menyelamatkan diri kita dari anak durhaka, atau anak yang tidak mau berbakti
kepada diri kita selaku orang tua, sepanjang diri kita masuk dalam kategori
orang mukmin.
dan Adapun anak muda itu, Maka keduanya adalah
orang-orang mukmin, dan Kami khawatir bahwa Dia akan mendorong kedua orang
tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran. dan Kami menghendaki, supaya Tuhan
mereka mengganti bagi mereka dengan anak lain yang lebih baik kesuciannya dari
anaknya itu dan lebih dalam kasih sayangnya (kepada ibu bapaknya).
(surat Al Kahfi (18) ayat 80-81)
Adanya
kondisi di atas ini, menunjukkan kepada diri kita jika kita mampu menjadi orang
mukmin maka modal awal untuk mencipatakan keluarga sakinah sudah kita miliki.
e.
Dikurniai,
disucikan dan diajar oleh ALLAH SWT
Berdasarkan
surat Ali Imran (3) ayat 164 yang kami kemukakan di bawah ini, Allah SWT akan
memberikan karunianya kepada diri kita, sepanjang diri kita beriman dan beramal
shaleh, yang dilanjutkan Allah SWT juga akan membersihkan jiwa kita serta
mengajarkan diri kita Al kitab dan Al
hikmah.
sungguh Allah telah memberi karunia kepada
orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang Rasul
dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah,
membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al kitab dan Al
hikmah. dan Sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah
benar-benar dalam kesesatan yang nyata.
(surat Ali Imran (3) ayat 164)
f.
Ditinggikan
derajatnya
Berdasarkan
surat Al Anfaal (8) ayat 4 yang kami kemukakan di bawah ini, Allah SWT akan
meninggikan derajat orang yang beriman dan beramal shaleh serta memberikan
rezeki dan nikmat yang mulia.
Itulah orang-orang yang beriman dengan
sebenar-benarnya. mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi
Tuhannya dan ampunan serta rezki (nikmat) yang mulia.
(surat Al Anfaal (8) ayat 4)
g.
Dibantu
oleh tentara Allah SWT
Berdasarkan
surat At Taubah (9) ayat 26 yang kami kemukakan di bawah ini, Allah SWT akan
menolong orang beriman dan beramal shaleh melalui bala tentara-Nya yang tidak
dapat kita lihat dengan mata sehingga memudahkan diri kita melaksanakan tugas
kekhalifahan di muka bumi.
kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada
RasulNya dan kepada orang-orang yang beriman, dan Allah menurunkan bala tentara
yang kamu tiada melihatnya, dan Allah menimpakan bencana kepada orang- orang
yang kafir, dan Demikianlah pembalasan kepada orang-orang yang kafir.
(surat At Taubah (9) ayat 26)
h.
Disayang
Allah SWT
Berdasarkan
surat Al Ahzab (33) ayat 43 yang kami kemukakan di bawah ini, Allah SWT akan
memberikan kasih sayang-Nya kepada setiap orang yang beriman dan beramal
shaleh.
Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan
malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari
kegelapan kepada cahaya (yang terang). dan adalah Dia Maha Penyayang kepada
orang-orang yang beriman.
(surat Al Ahzab (33) ayat 43)
Itulah
delapan bentuk dari keberpihakan Allah SWT kepada orang mukmin, termasuk
keberpihakan kepada diri kita, sepanjang diri kita masuk kriteria sebagai orang
mukmin, yang kesemuanya telah dikemukakan oleh Allah SWT di dalam Al-Qur’an, yang tidak lain adalah Kalam Allah
SWT itu sendiri. Selanjutnya sudahkah kita merasa haqqul yaqin dengan
keberpihakan Allah SWT yang telah kami kemukakan di atas ini? Semua terpulang
kepada diri kita masing-masing untuk menyikapi dengan baik hal-hal yang telah
dikemukakan oleh Allah SWT.
2.
KEBERPIHAKAN
ALLAH SWT KEPADA ORANG MUKMIN BERDASARKAN HADITS.
Berikut
ini akan kami kemukakan bentuk-bentuk dari keberpihakan Allah SWT kepada setiap
orang mukmin yang ada di muka bumi ini, yang terdapat di dalam hadits, yaitu:
a.
Berdasarkan Hadits yang diriwayatkan oleh Anas ra,
dan Abu Hurairah ra, di bawah ini, Allah SWT menunjukkan sikap-Nya kepada orang
yang beriman yang mau mendekat kepada-Nya. Apa maksudnya?
Anas dan Abuhurairah ra, keduanya berkata: Nabi
SAW bersaba: Allah ta’ala berfirman: Jika seorang hamba mendekat kepada-Ku
sejengkal, maka Aku mendekatinya sehasta dan jika ia mendekat kepada-Ku
sehasta. Aku mendekat padanya sedepa, dan jika ia dating kepada-Ku berjalan.
Aku akan datang kepadanya berlari
(Hadits Qudsi Riwayat Bukhari, Athabarani
meriwayatkan dari Salman ra, 272:12)
Jika diri kita mendekat kepada Allah SWT sejengkal, maka Allah SWT
mendekati diri kita sehasta dan jika kita
mendekat kepada Allah SWT sehasta, maka Allah SWT mendekat kepada kita sedepa, dan jika diri kita datang
kepada Allah SWT berjalan, maka Allah
SWT mendekat kepada diri kita secara berlari.
b.
Berdasarkan Hadits yang diriwayatkan oleh Abu
Hurairah ra, di bawah ini, salah satu bentuk keberpihakan Allah SWT kepada
manusia adalah dengan memberikan penilaian lebih tinggi kepada kebaikan yang
kita perbuat dibandingkan dengan keburukan, atau kejahatan yang kita buat.
Abuhurairah ra, berkata: Nabi SAW bersabda: Allah
ta’ala berfirman: Apabila hamba-Ku merencanakan melakukan suatu amal kebajikan,
kemudian tidak jadi dilakukannya, maka tetap Aku mencatat baginya suatu
kebajikan, tetapi bila ia melaksanakannya, maka tetap Aku mencatat amalnya itu
sepuluh kebajikan sampai berganda tujuh ratus. Dan apabila ia merencanakan
untuk melakukan suatu kejahatan lalu tidak jadi dilaksanakannya, maka tidaklah
Aku catat baginya, tetapi ia tetap melaksanakannya Aku catat baginya sebagai
kejahatan.
(HQR Bukhari dan Muslim, Attirmidzi dan Ibn Hibban
dari Abu Hurairah ra, 272:21)
Hal
ini terlihat dari catatan amal yang diperbuat oleh diri kita, jika kita berbuat
kebaikan, maka Allah SWT memberikan pahala sepuluh kebajikan sampai dengan
tujuh ratus kebajikan. Sedangkan apabila diri kita berbuat kejahatan hanya
dicatat satu kejahatan. Tidak cukup dengan itu semua, Allah SWT juga memberikan
penilaian kebajikan walaupun kebaikan masih dalam niat untuk dilaksanakan,
sedangkan niat kejahatan baru dinilai jika kejahatan itu telah dilakukan.
c.
Berdasarkan Hadits yang diriwayatkan oleh Anas ra,
di bawah ini, Allah SWT akan selalu menyertai diri kita sepanjang diri kita
mempersangkakan Allah SWT bersama diri kita dan Allah SWT akan selalu menyertai
diri kita jika diri kita selalu berdoa kepada Allah SWT.
Anas ra, berkata: Nabi SAW bersabda: Allah ta’ala
berfirman: Hai hamba-Ku, Aku berada menurut pikiranmu tentang diri-Ku dan Aku
menyertaimu bila engkau berdoa kepada-Ku.
(Hadits Qudsi Riwayat Al Hakiem, 272:118)
d.
Berdasarkan Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dardaa
ra, di bawah ini, Allah SWT akan memberikan pengampunan kepada diri kita
walaupun dosa yang kita perbuat tidak dapat ditampung oleh seluruh wadah yang
ada di muka bumi, sepanjang diri kita tidak menyekutukan Allah SWT.
Abu Dardaa ra, berkata: Nabi SAW bersabda: Allah
ta’ala berfirman: Andaikan hamba-Ku menghadap Aku dengan dosa-dosa sepenuh
wadah-wadah yang ada di bumi, namun ia tidak bersyirik menyekutukan sesuatu
kepada-Ku, akan kuhadapinya dengan pengampunan sepenuh wadah-wadah itu.
(Hadits Qudsi Riwayat Aththabarani, 272:127)
e.
Berdasarkan Hadits yang diriwayatkan oleh Abu
Hurairah ra, di bawah ini, Allah SWT menyatakan perang kepada siapapun juga
yang telah menghina Wali Allah SWT, atau yang menghina Kekasih Allah SWT.
Abu Hurairah ra, berkata: Nabi SAW bersabda: Allah
ta’ala berfirman: Siapa yang menghina wali-Ku (kekasih-Ku) berarti menyatakan
perang kepada-Ku. Dan Aku tidak ragu dalam segala perbuatan-Ku seperti raga-Ku
untuk mencabut ruh hamba-Ku yang mukmin. Ia tidak suka mati dan AKu tidak suka
menganggunya, tetapi tidak boleh tidak ia harus mati.
(Hadits Qudsi Riwayat Bukhari, 272:138)
f.
Berdasarkan Hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas
ra, di bawah ini, Allah SWT akan selalu mengingat diri kita sepanjang diri kita
mau mengingat Allah SWT.
Ibnu Abbas ra, berkata: Nabi SAW bersabda: Allah
ta’ala berfirman: Wahai anak Adam, apabila engkau ingat kepada-Ku di dalam
keadaan menyendiri akan Ku-ingat kepadamu demikian pula dan bila engkau ingat
kepada-Ku di dalam himpunan orang banyak Aku akan ingat kepadamu di dalam suatu himpunan yang lebih baik dari
himpunan itu.
(Hadits Qudsi Riwayat Asysyairazi, 272:175)
g.
Berdasarkan Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Said
ra, di bawah ini, Allah SWT akan memberikan pengampunan kepada anak dan
keturunan Nabi Adam as, sepanjang mereka meminta ampun kepada Allah SWT.
Abu Said ra, berkata: Nabi SAW bersabda: Allah
ta’ala berfirman: Berkata Iblis kepada Tuhannya: Demi keagungan dan
kebesaran-Mu, akan aku sesatkan selalu anak-anak Adam selama ruh dikandung
badan mereka. Lalu Allah berfirman kepadanya: Demi keagungan dan kebesaran-Ku
akan Aku ampuni mereka selama mereka beristighfar minta ampun pada-Ku.
(Hadits Qudsi Riwayat Abu Nua’im, 272:261)
Berdasarkan
apa-apa yang telah kami kemukakan di atas baik yang ada di dalam Al-Qur’an dan
juga Hadits, menunjukkan kepada diri kita semua bahwa setiap manusia yang masuk
kriteria orang mukmin sudah diberikan modal dasar yang begitu hebat oleh Allah SWT
dalam rangka memudahkan dan melancarkan serta mensukseskan diri kita di dalam
melaksanakan tugas sebagai khalifah di muka bumi yang sekaligus Makhluk yang
Terhornat. Sekarang apa yang terjadi setelah diri kita melaksanakan tugas
sebagai khalifah di muka bumi, atau apa
yang terjadi setelah di dalam diri kita terjadi pertarungan antara Jasmani
dengan Ruhani, apakah sesuai dengan keberpihakan Allah SWT ataukah sesuai
dengan kehendak Syaitan? Berikut ini akan kami kemukakan kondisi dan keadaan
yang sering terjadi pada saat ini, yaitu :
a.
Kita malah memperturutkan Ahwa yang didukung oleh
Syaitan sehingga jiwa kita menjadi jiwa Fujur, padahal aslinya jiwa kita adalah
Jiwa Taqwa.
b.
Kita malah menjadi Pecundang, sedangkan Syaitan
malah menjadi Pemenang di dalam permainan kekhalifahan di muka bumi ini.
c.
Kita malah mau di ajak oleh Syaitan untuk pulang
kampung ke Neraka Jahannam, padahal kampung asli diri kita adalah Syurga.
d.
Kita malah menjadikan diri sendiri sebagai orang
yang merugi karena selalu mengkotori jiwa kita sendiri (menjadikan jiwa kita
masuk dalam kategori Jiwa Fujur), padahal aslinya jiwa kita adalah jiwa yang
bersih (masuk dalam kelompok Jiwa Taqwa).
e.
Kita malah bertuhankan kepada selain Allah SWT dan
tidak mau mengakui bahwa Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah SWT, padahal
kita telah melaksanakan Syahadat dengan mengatakan bahwa “Tiada Tuhan selain Allah
SWT dan Nabi Muhammad SAW itu utusan Allah SWT”.
f.
Kita malah menjadikan diri sendiri terhormat
dihadapan Syaitan sang Laknatullah, ketimbang menjadi makhluk yang terhormat
dihadapan Yang Maha Terhormat.
g.
Kita malah lebih suka membeli tiket masuk ke Neraka
Jahannam ketimbang membeli tiket masuk ke Syurga. Hal ini dikarenakan baik
masuk Syurga ataupun masuk Neraka bukanlah sesuatu yang bersifat Gratis atau
Cuma-Cuma.
h.
Kita hanya mampu menjadikan diri kita sendiri hanya
sebagai penonton, hanya sebagai pengagum, hanya sebagai komentator atas
Kebesaran dan Kemahaan Allah SWT.
Padahal Kebesaran dan Kemahaan dari Allah SWT bukan untuk ditonton, bukan untuk
dikagumi, apalagi untuk dikomentari, tetapi untuk kita rasakan secara langsung
melalui kenikmatan bertuhankan Allah SWT.
i.
Kita lebih suka membuat jarak dengan Allah SWT
karena kita salah persepsi, karena kita salah meyakini keberadaan Allah SWT,
padahal Allah SWT sendiri sudah tidak berjarak lagi dengan diri kita.
j.
Kita hanya mampu melaksanakan perintah Allah SWT
sebatas ritual dan rutinitas belaka, namun kita tidak mampu memperoleh apa yang
terdapat dibalik makna hakiki dari setiap perintah yang telah diperintahkan Allah
SWT.
k.
Kita lebih suka mendapatkan pahala, atau sibuk
mengejar pahala dibandingkan merasakan nikmatnya bertuhankan kepada Allah SWT.
Sehingga yang ada pada diri kita sibuk dengan tata cara melakukan ibadah, namun
lupa akan hakekat dari apa yang dikehendaki Allah SWT.
Subhannallah
Maha Suci Allah SWT. Apa yang telah
terjadi pada diri kita yang tidak mampu memanfaatkan keberpihakan Allah SWT
kepada diri kita?
Jika
Syaitan pulang kampung ke api, karena kampung halamannya memang disana,
sehingga hal ini tidak menjadi persoalan bagi Syaitan untuk pulang kampung ke
Neraka Jahannam, karena api akan kembali ke api. Akan tetapi justru kita yang
kampung aslinya adalah Syurga justru mau dihasut, mau diajak untuk pulang
kampung oleh Syaitan ke Neraka Jahannam dengan menukar Syurga dengan Neraka. Jadi siapakah
yang bodoh, jadi siapakah yang tidak tahu diri, jadi siapakah yang lebih hebat,
manusiakah ataukah Syaitankah, yang pintar membodohi diri kita, yang pintar
mengakali diri kita, sehingga kita mau dengan sukarela menjual tiket masuk ke
Syurga untuk membeli tiket masuk ke Neraka Jahannam saat hidup di dunia ini? Untuk itu
jangan pernah sekalipun untuk menyalahkan, apalagi menyudutkan Allah SWT yang
telah begitu memihak kepada diri kita. Namun karena kebodohan, karena
ketidakpercayaan, karena ketidakyakinan diri kita sendiri kepada Allah SWT,
maka Syaitan sang laknatullah mampu menggoda, mampu merayu diri kita sehingga
kita menjadi tetangga Syaitan di Neraka Jahannam.
Untuk
itu pelajarilah kembali sejarah umat-umat yang terdahulu yang telah hancur
diluluhlantakkan oleh Allah SWT seperti berapa banyaknya umat dari Nabi Nuh as,
yang telah dihancurkan oleh Allah SWT melalui banjir bandang, berapa banyaknya
umat Nabi Luth as, yang dihancurkan oleh Allah SWT karena melaksanakan praktek
lesbian dan homoseksual, lalu berapa banyaknya umat Nabi Musa as, yang
ditenggelamkan ke Laut Merah oleh Allah SWT dan masih banyak lagi umat-umat
yang terdahulu yang juga telah dihancur luluhlantak oleh Allah SWT. Lalu apakah contoh umat-umat
terdahulu yang dihukum, yang di azab oleh Allah SWT, yang juga sudah dikemukakan pula oleh
Allah SWT di dalam Al-Qur’an, hanya sekedar cerita masa lalu sehingga
tidak cukup mampu menyadarkan diri kita untuk beriman kepada Allah SWT, atau
mau melaksanakan Diinul Islam secara Kaffah, atau apakah kita ingin merasakan
hukuman, azab atau bencana seperti yang dirasakan oleh umat-umat terdahulu yang
telah dihancurkan oleh Allah SWT?
Patut
dan pantaskah jika Allah SWT menghukum kita ke Neraka Jahannam, yang panas
apinya 70 (tujuh puluh) kali panasnya api dunia. Padahal Allah SWT sudah begitu
berpihak kepada diri kita, tetapi justru kita kalah melawan Ahwa dan Syaitan
sehingga Syaitan menjadi Pemenang dan diri kita menjadi Pecundang, sehingga
diri kita menjadi makhluk yang terkutuk seperti Syaitan yang telah dikutuk Allah
SWT?
Rasulullah bersabda: "Api
kalian di dunia yang dinyalakan oleh anak keturunan Adam adalah satu bagian
dari tujuh puluh bagian dari neraka Jahannam". Para sahabat
berkata:"Jika api itu mencukupi ya Rasulullah, maka api itu terpisah
dengan selisih enam puluh Sembilan bagian yang kesemuanya itu adalah
perumpamaan panasnya".
(Hadits
Riwayat Bukhari, Muslim)
Jika
ini yang terjadi pada diri manusia, memang sudah sepatutnya dan
sepantasnyalah Allah SWT memberikan
hukuman berupa Neraka Jahannam kepada manusia-manusia yang sudah didukung penuh
oleh Allah SWT namun tetap juga kalah melawan Ahwa dan Syaitan serta monster
berupa ketakutan, atau tetap tidak sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh Allah SWT. Sekarang mari kita perhatikan
beberapa ketentuan yang telah Allah SWT kemukakan di dalam Al-Qur’an, yaitu :
a. Allah SWT di dalam Al-Qur’an sudah mengemukakan
bahwa Syaitan adalah musuh bagi diri kita, lalu apakah yang telah dikemukakan
oleh Allah SWT di dalam Al-Qur’an kita anggap angin lalu saja?
b. Allah SWT di dalam Al-Qur’an sudah menyatakan
mintalah kepada Allah SWT, lalu apakah kemudahan yang telah dikemukakan oleh Allah
SWT kita buang begitu saja sehingga kita lebih senang meminta bantuan Syaitan?
c.
Allah SWT di dalam Al-Qur’an sudah menyatakan bahwa
jika berlindung kepada selain Allah SWT berarti berlindung kepada sarang
laba-laba, lalu apakah informasi ini kita anggap tidak ada sehingga
perlindungan Allah SWT kita tukar dengan sarang laba-laba?
d.
Allah SWT di dalam Al-Qur’an sudah menyatakan bahwa
Allah SWT itu dekat, lebih dekat dari urat leher diri kita, lalu apakah Allah
SWT sudah dekat justru kita campakkan sehingga meminta bantuan kepada selain Allah
SWT?
e.
Allah SWT di dalam Al-Qur’an sudah menyatakan untuk
berbakti kepada kedua orang tua, lalu sudahkah hal ini kita laksanakan dengan
baik?
Sebagai
khalifah yang sedang menumpang di langit dan di bumi Allah SWT, sadarilah bahwa
Allah SWT begitu sayang dengan kepada diri kita, namun karena ulah diri kita
sendiri yang tidak menghiraukan apa-apa yang telah dikemukakan oleh Allah SWT
maka jangan pernah sekalipun menyalahkan Allah SWT jika kita menjadi pecundang
sedangkan syaitan menjadi pemenang di dalam permainan kekhalifahan di muka bumi
ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar