DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG
1. Hai
Abu Dzar, ketahuilah bahwa diantara tingkat pertama dengan kedua di syurga
bagaikan antara langit dan bumi, dan seorang hamba bila melihat ke atas maka
terlihat cahaya yang hampir menyambar matanya, sehingga takut, lalu bertanya:
Apakah itu? Jawab: Itu cahaya kawanmu, Kawanku fulan itu kami dahulu bekerja
sama di dunia, dan kini mendapat kelebihan atasku sedemikian. Dijawab: Dia
lebih utama dari padamu, karena ia tidak dengki, iri hati atau hasud pada
seorangpun.
2. Hai
Abu Dzar, dunia sebagai penjara bagi orang mukmin, dan syurga bagi orang ka-fir,
dan tiap hari seorang mukmin berduka cita, dan bagaimana tidak akan berduka,
padahal ia telah diperingatkan akan melalui jahannam tetapi tidak diberitahu
bahwa ia keluar dari padanya, dan akan menghadapi berbagai penyakit, dan ujian-ujian
bala yang menjengkelkannya bahkan adakalanya teraniaya dan tidak tertolong,
maka selalu ia duka cita sehingga berpisah maka apabila ia telah berpisah
dengan dunia ini, menjurus ke tempat kehormatan dan istirahatnya.
3. Hai
Abu Dzar, yang disediakan oleh Allah daripada kehormatan di akherat itu sesuai
kesedihan yang dideritanya ketika di dunia.
4. Hai
Abu Dzar, siapa yang mendapat ilmu yang tidak menangiskannya secara nyata bahwa
ia telah diberi ilmu yang tidak berguna baginya. Sesungguhnya Allah telah menyebut
sifat ulama dalam ayat: Sesungguhnya orang yang mendapat ilmu itu, jika
dibacakan pada mereka ayat-ayat Allah mereka menundukkan dagunya sambil sujud.
Dan mereka berkata: Maha Suci Tuhan kami, sungguh janji Tuhan kami itu pasti
terjadi. Dan mereka menundukkan dagunya sambil menangis dan bertambah khusyu’
(Al Israa’ ayrat 107-109).
5. Hai
Abu Dzar, siapa yang dapat menangis hendaklah menangis, dan siapa yang tidak
dapat, hendaklah merasa sedih dalam hatinya, dan berusaha menangis.
Sesungguhnya orang yang keras hati jauh dari Allah tetapi kamu tidak merasa.
6. Hai
Abu Dzar, Allah telah berfirman: Aku tidak akan menghimpun dua kali takut dan
dua kali aman, pada hambaku. Jika ia merasa aman dari pada-Ku di dunia maka
akan Aku takutkan ia di hari Kiamat dan bila ia merasa takut kepada-Ku di dunia
Aku amankan ia di hari kiamat.
7. Hai
Abu Dzar, andaikan di hari kiamat itu ada seorang mempunyai amal tujuh pu-luh
nabi pasti ia akan merasa remeh semua amalannya itu, bahkan ia masih merasa
takut tidak akan selamat dari bahaya hari kiamat.
8. Hai Abu Dzar, sesungguhnya seorang hamba itu akan
dihadapkan pada dosa-dosanya di hari kiamat, maka ia berkata: Sungguh aku sejak
dahulu takut dan khawatir, maka diampunkan baginya.
9. Hai
Abu Dzar, sesungguhnya seorang itu berbuat dosa lalu ia merasa takut
dari-padanya akan datang pada hari kiamat dengan rasa aman.
10. Hai Abu Dzar,
sesungguhnya seorang itu berbuat kebaikan, lalu menyandarkan diri padanya, dan
mengerjakan dosa-dosa yang dianggapnya remeh, akan dihadapkan kepada Allah sedang
Allah murka kepadanya.
11. Hai Abu Dzar,
sesungguhnya adakalanya seorang berbuat dosa sehingga masuk Syurga karena dosa
itu. Abu Dzar bertanya: Bagaimanakah itu ya Rasulullah? Jawabnya: Dosa itu
selalu diingatinya dan bertaubat kepada Allah sehingga masuk syurga.
12. Hai Abu Dzar, seorang
yang sempurna akal yaitu yang mengoreksi dirinya dan ber-amal untuk apa yang
akan dihadapinya sesudah mati, sedang orang yang rendah yaitu yang
memperturutkan ahwanya dan mengharapkan dari Allah berbagai macam angan-angan serta
harapan.
13. Hai Abu Dzar,
sesungguhnya pertama yang akan terangkat (tercabut) dari umatku ini yaitu
amanah dan khusyu’ sehingga kau tidak dapat melihat seorang yang khusyu’ kepada
Allah.
14. Hai Abu Dzar, demi Allah yang jiwa Muhammad ada di tangan-Nya, andaikan du-nia ini berharga di sisi
Allah seumpama sayap nyamuk atau lalat, maka tidak akan diberikan kepada orang
kafir walaupun seteguk air.
15. Hai Abu Dzar, dunia ini terkutuk dan semua yang di
dalamnya terkutuk kecuali sesuatu yang ditujukan untuk mencapai keridhaan
Allah. Dan tiada sesuatu yang dibenci oleh Allah melebihi dunia, dijadikan
kemudian diabaikan dan tidak dilihatnya, hingga hari kiamat. Dan tiada sesuatu
yang disayang oleh Allah melebihi iman percaya kepada-Nya dan meninggalkan
apa-apa yang dilarang-Nya.
16. Hai Abu Dzar,
sesungguhnya Allah mewahyukan kepada Isa as, : Hai Isa, kau jangan cinta pada
dunia, sebab Aku tidak suka padanya, dan cintailah pada akherat, sebab itu hari
janji-Ku.
17. Hai Abu Dzar,
sesungguhnya Jibril as, datang kepadaku membawakan perben-daharaan atau kekayaan
dunia di atas keledai putih hitam, lau berkata kepadaku: Ya Muhammad, ini
kekayaan dunia dan tidak mengurangi bagianmu di sisi Tuhan. Jawabku: Ya Habibi
Jibril, saya tidak berhajat pada itu, jika aku kenyang bersyukur pada Tuhanku
dan bila lapar aku minta kepada-Nya.
18. Hai Abu Dzar, jika Allah menghendaki kebaikan hambanya maka dipandaikan da-lam agama, dan
dizahidkan pada dunia dan diperlihatkan kekurangan-kekurangan dirinya.
19. Hai Abu Dzar, tiap
seorang yang zuhud terhadap dunia (maksudnya tidak rakus) me-lainkan Allah akan
menumbuhkan hikmah dalam hatinya, dan dapat mengucapkan dengan lidahnya, dan
diperlihatkan kepada ciri-ciri dan penyakit dunia serta obatnya dan
mengeluarkannya dari dunia dengan selamat ke Darussalam.
20. Hai Abu Dzar, jika
kau melihat kawanmu zuhud (maksudnya tidak rakus) pada du-nia, maka dengarlah
daripadanya karena ia sedang di isi dengan hikmah. Saya bertanya: Ya Rasulullah
siapakah manusia yang zahid? Jawab Nabi: Siapa yang tidak melupakan kubur, dan
kerusakan di dalam kubur, dan meninggalkan kemewahan dunia dam mengutamakan
yang kekal daripada yang rusak dan tidak menganggap hari besok itu untuk
dirinya, dan menganggap dirinya di dalam golongan orang-orang yang mati.
21. Hai
Abu Dzar, sesungguhnya dunia ini merisaukan hati dan badan, dan Allah akan
menuntut kami daripada nikmat yang halal, maka bagaimana terhadap nikmat yang
haram.
22. Hai Abu Dzar, Allah
tidak mewahyukan kepadaku supaya mengumpulkan harta te-tapi mewahyukan kepadaku
supaya bertasbih dengan tahmid kepada Tuhanmu, dan jadilah sekali dari golongan
orang-orang yang sujud dan beribadah kepada Tuhanmu sehingga tiba kepadamu maut
atau keyakinan.
23. Hai Abu Dzar, cinta
harta dan kedudukan itu merusak agama seorang, lebih dari-pada dua serigala yang
buas di dalam kandang kambing, yang menyerbu pada malam hari hingga pagi, maka
apa yang ditinggalkan oleh kedua serigala itu. Abu Dzar bertanya: Ya Rasulullah
apakah orang-orang yang takut, khusyu’, tawadhu, dan banyak berdzikir itu yang
lebih dahulu masuk syurga? Jawab Nabi: Tidak, tetapi orang-orang miskin dari
muslimin, mereka akan melangkahi leher orang-orang untuk masuk syurga lalu
ditegur oleh penjaga syurga. Berhenti dahulu untuk dihisab. Jawab mereka:
Dengan apakah kami akan dihisab, demi Allah kami tidak berkuasa sehingga
berlaku adil atau dzalim dan tidak kaya sehingga bakhil, tetapi kami hamba
Tuhan beribadah kepadanya sehingga dipanggil maka kami sambut.
24. Hai Abu Dzar,
sesungguhnya saya telah berdoa semoga Allah menjadikan rezeki orang cinta
kepadaku selalu berkecukupan dan supaya memberi kepada orang yang benci
kepadaku banyak harta dan anak.
25. Hai Abu Dzar, tanaman
akhirat itu amal shaleh dan tanaman dunia adalah harta dan anak-anak.
26. Hai Abu Dzar,
hendaklah kau selalu berniat baik dalam semua kelakuanmu sehingga dalam makan,
minum dan tidur.
27. Hai Abu Dzar, jika nur/cahaya iman telah masuk ke dalam
hati maka hati terbuka lapang, Saya bertanya: Apakah tandanya itu ya
Rasulullah? Jawab Nabi: Condong pada tempat yang kekal dan menghindari tempat
tipuan dan siap-siap untuk maut sebelum tibanya.
28. Hai Abu Dzar,
sesungguhnya ada Malaikat-Malaikat Allah yang selalu berdiri karena takut
kepada Allah tidak pernah mengangkat kepala mereka sehingga ditiup sangkakala
hari Kiamat lalu mereka berkata: Maha Suci Engkau Tuhan dan segala puji bagi-Mu
kami tidak dapat menyembah kepada-Mu sebagaimana seharusnya Engkau disembah.
29. Hai Abu Dzar,
rendahkan suaramu ketika ada jenazah dan ketika perang dan ketika membaca
AlQuran.
30. Hai Abu Dzar,
jika mengantar jenazah hendaklah akalmu
berfikir, dan khusyu’ serta ingat bahwa kau akan mengikuti orang yang mati itu.
31. Hai Abu Dzar,
ketahuilah bahwa segala makanan jika rusak maka garamlah obatnya dan bila garam
itu rusak maka tidak ada obatnya. Dan ketahuilah bahwa bagimu ada dua sifat kurang
baik, yaitu tertawa tanpa sebab (tanpa sesuatu yang ajaib) dan malas tanpa
alasan.
32. Hai Abu Dzar, dua
rakaat yang sederhana sambil memperhatikan lebih baik dari bangun semalaman
dengan hati yang lupa.
33. Hai Abu Dzar, hak itu
berat dan pahit, dan bathil itu ringan, manis. Dan adakalanya suatu syahwat
menyebabkan duka cita yang abadi.
34. Hai Abu Dzar, Engkau
tidak dapat mencapai hakikat iman, sehingga kau melihat kebanyakan orang-orang
itu dangkal (bodoh) dalam urusan agama, hanya pandai dalam keduniaan.
35. Hai Abu Dzar, perhitungkan dirimu sebelum dihisab, karena
yang demikian itu akan lebih ringan untuk perhitungan hari kiamat. Dan
timbanglah dirimu sebelum ditimbang, dan siaplah untuk menghadapi hari
menghadapmu kepada Allah yang tidak akan tersembunyi dari pada-Nya sesuatu
rahasia yang samarpun.
36. Hai Abu Dzar,
perumpamaan orang yang berdoa tanpa amal, bagaikan orang mema-nah tanpa senar.
37. Hai Abu Dzar, awaslah
jangan menunda nunda amal perbuatanmu, karena engkau tergantung pada hari ini,
dan bukan pada hari yang sesudahnya. Maka apabila esok hari itu juga hakmu,
maka lakukan sebagaimana hari ini, dan bila besok itu bukan hakmu, maka engkau
tidak menyesal karena tidak memperlambat apa yang harus kau perbuat hari ini.
38. Hai Abu Dzar, berapa
banyak orang yang menghadapi sehari tidak cukup, dan me-nantikan esok hari yang
tidak sampai.
39. Hai Abu Dzar,
andaikan engkau dapat melihat ajal dan perjalanannya, niscaya eng-kau akan
membenci angan angan dan tipu dayanya.
40. Hai Abu Dzar, jadilah
di dunia bagaikan orang yang asing, atau seorang yang lalu lintas, dan
anggaplah dirimu dari golongan orang orang yang dikubur.
41. Hai Abu Dzar, jika
kau berada di pagi hari, maka jangan merasa akan sampai sore hari, dan jika
berada di waktu sore, jangan merasa akan sampai pagi, dan pergunakan masa sehat
sebelum sakit, dan masa hidup sebelum mati, sebab kau tidak mengetahui apakah
namamu kelak di hari kemudian.
42. Hai Abu Dzar,
sayangilah umurmu, lebih daripada kesayanganmu terhadap uang, emas dan perakmu.
43. Hai Abu Dzar, siapa
yang mencari ilmu untuk menipu orang orang maka tidak akan mendapat bau syurga.
44. Hai Abu Dzar, jika
kau ditanya sesuatu yang tidak kau ketahui, maka jawablah: Saya tidak
mengetahui, supaya selamat dari tanggungjawabnya. Dan jangan memberi fatwa
terhadap apa yang tidak kau ketahui, supaya selamat dari siksa Allah pada hari
kiamat.
45. Hai Abu Dzar, sesungguhnya hak hak Allah itu besar, tidak
mungkin dapat dilaksanakan semuanya oleh hamba, dan nikmat karunia Allah lebih
banyak dari apa yang dapat dihitung oleh hamba, tetapi hendaklah kamu di waktu
pagi dan sore selalu bertaubat.
46. Hai Abu Dzar,
sesungguhnya seorang mukmin lebih gelisah terhadap dosanya lebih daripada
burung ketika dimasukkan ke dalam sangkarnya.
47. Hai Abu Dzar, siapa
yang berkesesuaian perkataan dengan perbuatannya, maka itu-lah orang yang
beruntung, dan siapa yang berlawanan perkataan dengan perbuatannya, maka ia
akan membinasakan dirinya.
48. Hai Abu Dzar, seorang
itu dapat tertahan rezekinya karena dosa yang dilakukannya.
49. Hai Abu Dzar,
tinggalkan apa-apa yang masih kau ragukan, dan jangan mengu-capkan apa apa yang
bukan kepentinganmu, dan peliharalah lidahmu sebagaimana memelihara emas dan
perakmu.
50. Hai Abu Dzar,
sesungguhnya selama engkau shalat, maka berarti engkau sedang me-ngetuk pintu
rahmat Tuhan, dan siapa yang selalu mengetuk pintu raja pasti akan dibukakan
baginya.
51. Hai
Abu Dzar, sesungguhnya bumi ini menangis atas kematian seorang mukmin se-lama
empat puluh hari.
52. Hai Abu Dzar, tiada
seorang mukmin yang berdiri shalat, melainkan bertaburan di atasnya rahmat
antara kepalanya sampai arsy, dan Malaikat berkata: Hai anak Adam, andaikata
kau mengetahui kedudukanmu ketika shalat, dan siapa yang kau ajak bicara,
niscaya kau tidak akan berhenti.
53. Hai Abu Dzar, orang
yang berdzikir di tengah tengah orang orang yang lalai, bagai-kan orang yang
meneruskan perjuangan jihad di tengah tengah orang orang yang melarikan diri.
54. Hai Abu Dzar, kawan yang baik lebih baik dari duduk
sendirian, dan duduk sendirian lebih baik adri kawan yang jahat, dan
mengutarakan kebaikan lebih baik dari
diam, dan diam lebih baik dari berkata tidak baik.
55. Hai Abu Dzar,
sesungguhnya Allah memperhatikan lidah tiap orang yang berkata-ka-ta. Maka harus
berhati hati, bertaqwa kepada Allah dan memperhatikan benar benar benar apa
yang dikatakannya.
56. Hai Abu Dzar,
tinggalkan bicara yang berlebihan, dan cukup bagimu dari perkataan-mu apa yang
telah dapat menyampaikan hajatmu.
57. Hai Abu Dzar, cukup
seorang berdusta jika suka menceritakan semua apa yang di dengar.
58. Hai Abu Dzar, tiada
sesuatu yang layak di penjara (ditahan) seperti lidah.
59. Hai Abu Dzar,
setengah daripada mengagungkan Allah ialah menghormat orang tua yang muslim,
dan menghormat orang orang yang hafal Al Qur’an dan mengerti dan menghormati
raja yang adil.
60. Hai Abu Dzar, jangan
menjadi tukang mencela dan memuji, atau pemaki atau pen-debat (pembantah).
61. Hai Abu Dzar, seorang
hamba akan bertambah jauh dari Allah selama busuk budi pekertinya.
62. Hai
Abu Dzar, kalimat nasehat yang baik itu sebagai sedekah, dan tiap langkah kau
berjalan untuk shalat itu sedekah.
63. Hai Abu Dzar, tiada
beramal siapa yang tidak dapat menahan lidahnya.
64. Hai Abu Dzar,
sesungguhnya Allah akan memberi kepadamu selama kau duduk di masjid untuk tiap
nafas satu derajat di syurga, dan didoakan oleh Malaikat, dan dicatat untuk
tiap nafas sepuluh hasanah dan dihapus sepuluh dosa dari padamu.
65. Hai Abu Dzar, jadilah
seorang yang dalam amal lebih memperhatikan taqwa dan kesempurnaan amal
daripada sekedar beramal, sebab tidak dianggap remeh atau sedikit amal yang
disertai taqwa, dan bagaimana akan kecil amal yang diterima sedang Allah
berfirman: Sesungguhnya Allah hanya menerima amal orang orang yang bertaqwa.
66. Hai Abu Dzar, seorang
tidak termasuk orang muttaqin sehingga memperhitungkan dirinya lebih dari
perhitungan pesero terhadap perseronya, sehingga ia mengetahui dari mana makan
minumnya dan pakaiannya apakah dari halal atau dari haram.
67. Hai Abu Dzar, siapa
ingin menjadi manusia yang mulia, hendaklah bertaqwa kepada Allah azzawajalla.
68. Hai Abu Dzar, sesungguhnya orang yang dicintai oleh Allah
adalah yang banyak ber-dzikir, dan orang yang termulia di sisi Allah ialah yang
bertaqwa, dan yang selamat dari siksa Allah ialah orang yang takut kepadaNya.
69. Hai Abu Dzar, siapa yang tidak hirau dari mana ia mendapat harta, maka Allah ti-dak hirau dari pintu
maka ia akan dimasukkan ke dalam api neraka.
70. Hai Abu Dzar,
sesungguhnya orang yang muttaqin itu ialah orang yang takut dari se-suatu yang
bukan haram, karena khawatir terjerumus dalam syubhat.
71. Hai Abu Dzar, siapa
yang taat kepada Allah maka ialah orang yang berdzikir kepada Allah meskipun
sedikit shalat sunnahnya dan puasa sunnahnya dan membaca AlQuran.
72. Hai Abu Dzar, sendi
agama adalah wara’ (jaga diri waspada terhadap sesuatu yang syubhat), dan
pokoknya adalah taat.
73. Hai Abu Dzar, jadilah
seorang yang wara’ supaya menjadi manusia yang sangat ibadat, dan sebaik baik
kekayaan (bekal) duniamu ialah wara’.
74. Hai Abu Dzar,
kelebihan ilmu lebih baik dari pada kelebihan ibadah, dan ketahuilah andaikan
kamu shalat hingga bungkuk, dan puasa sehingga kurus, maka tidak akan berguna
yang demikian itu kecuali dengan wara’.
75. Hai Abu Dzar,
sesungguhnya orang orang yang wara’ dan zuhud di dunia ini, mere-kalah para
waliyullah yang benar benar.
76. Hai Abu Dzar, siapa yang tidak melakukan tiga hal, maka
ia pada hari kiamat akan rugi. Saya bertanya: Apakah yang tiga itu? Jawab Nabi
SAW: Wara’ yang dapat mencegah dari apa yang diharamkan oleh Allah, dan
kesabaran untuk menolak kebodohan orang yang bodoh, dan akhlak (budi pekerti)
untuk bergaul dengan sesama manusia.
77. Hai Abu Dzar,
andaikan anak Adam lari dari rezekinya bagaikan larinya dari maut, niscaya akan
terkejar oleh rezekinya, sebagaimana terkejar oleh maut.
Daftar
Pustaka:
1. Salim Bahreisy, Wasiat Nabi Kepada Abu Dzar ra, penerbit Bina Ilmu, Surabaya, 1995.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar