Usia itu ada 4 (empat)
kriteria atau tingkatan atau kelompok, yakni masa kecil, masa muda, masa
separuh baya, dan masa tua. Masa tua adalah akhir dari usia seseorang. Adanya
kategori usia menjadi empat kelompok sejalan dengan waktu waktu shalat yang
lima waktu, dimana Shubuh merupakan saat kelahiran, sedangkan Isya adalah saat
kematian. Titik krusial dari persoalan ini adalah di posisi manakah diri kita
saat ini? Tidak ada yang pernah tahu dimana posisi kita yang sesungguhnya,
namun yang pasti adalah semuanya menuju ke waktu Isya (menuju kepada kematian)
dengan kecepatan yang konstan yaitu 60 (enam puluh) menit per jamnya.
Enam puluh tahun hingga tujuh
puluh tahun menjadi batas usia umat ini. Hal ini dikarenakan di usia inilah
usia yang paling dekat dengan pertarungan maut, atau bisa dikatakan sebagai
usia kepasrahan dan kekhusyu’an, atau usia menanti kematian. Hal ini
sebagaimana hadits berikut ini: “Rasulullah SAW bersabda: Usia umatku
berkisar antara enam puluh hingga tujuh puluh tahun. Sedikit yang berhasil
melewatinya. (Hadits Riwayat Ath Thirmidzi dan Ibnu Majah). Sedangkan berdasarkan
ketentuaan surat Al Hajj (22) ayat 47 berikut ini: “Sesungguhnya sehari di sisi
Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu. (surat Al Hajj (22)
ayat 47)”. Sekarang mari kita hitung berapa lama kita hidup di dunia
ini dibandingkan dengan waktu di akhrat?
a.
1 hari di akhirat =
1.000 tahun kita hidup di dunia.
b.
24 jam di akhirat = 1.000 tahun kita hidup
di dunia.
c.
1 jam di akhirat = 41,66 tahun kita hidup di dunia.
d.
1,5 jam di akhirat =
62,49 tahun kita hidup di dunia
Ini berarti umat Nabi
Muhammad SAW berdasarkan hadits di atas, hanya berusia 1,44 jam hidup di dunia
sampai dengan 1,680 jam hidup di dunia dengan memakai ketentuan waktu akhirat.
Jika ini kondisi manusia hidup di muka bumi ini, maka pantaslah jika kita
selalu diingatkan dengan masalah waktu oleh Allah SWT.
Untuk itu kita bisa
mempelajarinya melalui surat Adh Dhuhaa (93) ayat 1 sampai dengan 11
sebagaimana berikiut ini: “demi waktu matahari sepenggalahan naik, dan
demi malam apabila telah sunyi (gelap), Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan
tiada (pula) benci kepadamu[1581]. dan Sesungguhnya hari kemudian itu lebih
baik bagimu daripada yang sekarang (permulaan)[1582]. dan kelak Tuhanmu pasti
memberikan karunia-Nya kepadamu , lalu (hati) kamu menjadi puas. Bukankah Dia
mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu? dan Dia mendapatimu
sebagai seorang yang bingung[1583], lalu Dia memberikan petunjuk. dan Dia
mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan
kecukupan. sebab itu, terhadap anak
yatim janganlah kamu Berlaku sewenang-wenang. dan terhadap orang yang
minta-minta, janganlah kamu menghardiknya. dan terhadap nikmat Tuhanmu, Maka
hendaklah kamu siarkan. (surat Adh Dhuhaa (93) ayat 1 sampai 11).”
[1581] Maksudnya: ketika turunnya wahyu kepada
Nabi Muhammad s.a.w. terhenti untuk Sementara waktu, orang-orang musyrik
berkata: "Tuhannya (Muhammad) telah meninggalkannya dan benci
kepadaNya". Maka turunlah ayat ini untuk membantah Perkataan orang-orang
musyrik itu.
[1582] Maksudnya ialah bahwa akhir perjuangan
Nabi Muhammad s.a.w. itu akan menjumpai kemenangan-kemenangan, sedang
permulaannya penuh dengan kesulitan-kesulitan. ada pula sebagian ahli tafsir
yang mengartikan akhirat dengan kehidupan akhirat beserta segala kesenangannya
dan ula dengan arti kehidupan dunia.
[1583] Yang dimaksud dengan bingung di sini
ialah kebingungan untuk mendapatkan kebenaran yang tidak bisa dicapai oleh
akal, lalu Allah menurunkan wahyu kepada Muhammad s.a.w. sebagai jalan untuk
memimpin ummat menuju keselamatan dunia dan akhirat.
Sekarang perhatikan dengan
seksama surat Al Muddatstir (74) ayat 7 berikut ini: “dan untuk (memenuhi perintah)
Tuhanmu, bersabarlah. (surat Al Muddatstsir (74) ayat 7).” Lalu
berdasarkan rumus hidup di diatas, berarti hanya 1,44 jam sampai dengan 1,680
jam saja kita wajib memenuhi (melaksanakan) perintah Allah SWT dan sudah
sepantasnya kita bersabar untuk melaksanakannya. Hal yang samapun berlaku saat
diri kita berbuat kebaikan di muka bumi, yaitu hanya selama 1,44 jam sampai
dengan 1,68 jam, apakah kita tidak mau bersabar untuk melaksanakannya padahal
hasil dari perbuatan ini akan dicukupkan pahala mereka tanpa batas.
Allah SWT berfirman: “Katakanlah:
"Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. bertakwalah kepada Tuhanmu".
orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. dan bumi Allah
itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang
dicukupkan pahala mereka tanpa batas. (surat Az Zumar (39) ayat 10)
Allah SWT berfirman: “dan
aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena Sesungguhnya nafsu itu
selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh
Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang. (surat Yusuf
(12) ayat 53)
Demikian juga dengan
memerangi (perang) melawan ahwa (hawa nafsu) yang menyuruh kepada kejahatan
masanya juga sangat singkat. Untuk itu jadikan apa yang dikemukakan oleh Allah
SWT dalam surat At Taubah (9) ayat 72 berikut ini: “Allah menjanjikan kepada
orang-orang mukmin, lelaki dan perempuan, (akan mendapat) surga yang dibawahnya
mengalir sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat
yang bagus di surga 'Adn. dan keridhaan Allah adalah lebih besar; itu adalah keberuntungan
yang besar.” sebagai motivasi yang diikat dengan komitmen betapa
perjuangan yang sangat singkat itu akan diganjar oleh Allah SWT berupa Syurga.
Jadi apalagi yang menghalangi diri kita untuk berbuat dan berbuat yang sesuai
dengan kehendak Allah SWT di saat diri kita sudah berada di persimpangan jalan.
Saat manusia mencapai usia 60
tahun hingga 70 tahun, maka pada saat itulah muncul kecenderungan melemahnya
kekuatan dan penurunan daya tahan tubuh. Maka sudah seyogyanya, seseorang untuk
berkonsentrasi pada urusan akhirat, karena mustahil seseorang akan kembali
bersemangat seperti sebelumnya.
1.
Hati-Hati Dalam Mengarungi Kehidupan. Ada 5 (lima) tipe manusia yang hidupnya selalu
menderita, atau yang selalu gundah gulana, atau merasa tidak bahagia, atau
selalu dirundung duka saat hidup di muka bumi, yaitu :
a.
Manusia yang mengira bahwa
hidup ini akan selalu mulus tanpa hambatan apapun;
b.
Manusia yang mengira bahwa
dia akan selalu menghadapi peristiwa dan kejadian yang diharapkan;
c.
Manusia yang mengira bahwa
dia akan selalu dicintai oleh orang lain;
d. Manusia yang terlalu mencintai sesuatu (benda
atau manusia lain);
e.
Manusia yang tidak bergantung
kepada Allah SWT.
Semoga saat diri kita berada dipersimpangan
jalan, kita sudah menyadari dengan sesadar-sadarnya tentang kelima hal tersebut
di atas, sehingga langkah ke depan menjadi lebih mudah kita lalui. Selamat
sampai tujuan, yaitu syurga.
Ingat, di saat kesedihan, masalah, ujian dan
cobaan menimpa kita, badan terasa sangat sulit digerakkan. Kita menjadi lebih
senang untuk tinggal berdiam diri di kamar, melamun tidak karuan lalu
membiarkan pikiran berlari tanpa arah. Pada saat itulah syaitan akan berusaha
masuk. Awalnya, syaitan akan menggoda dengan menyarankan melakukan dosa besar,
apabila orang tersebut menolak, syaitan akan menggodanya dengan menyarankan
melakukan dosa kecil. Sampai orang tersebut mau melakukan apa yang diinginkan
oleh syaitan. Oleh karena itu, apabila kita ingin hidup bahagia, apalagi saat
berada di persimpangan jalan, ada 5 (lima) kesiapan yang harus kita miliki,
yaitu:
a.
Siap menjalani hidup yang
tidak mulus;
b.
Siap menjalani peristiwa yang
tidak diharapkan;
c.
Siap dibenci orang;
d. Siap tidak terlalu mencintai benda atau manusia
lain;
e.
Siap hanya bergantung kepada
Allah SWT.
Untuk itu ketahuilah bahwa setiap kesedihan, setiap
kemarahan, setiap kegetiran, setiap ketidaknyamanan serta setiap ketidakbahagiaan,
bisa teratasi apabila kita mau mengendalikan cara pandang hidup kita, berfikir
positif dan memaksimalkan kesungguhan dan ketekunan dalam beribadah kepada
Allah SWT semata. Kalau kita mampu melakukannya secara terus menerus, akan
lahir perilaku yang menakjubkan dan mencengangkan keadaan yang pada akhirnya
akan mengubah keadaan kita. Kita perlu berfikir dan membiasakan diri untuk
mempraktekkannya, sehingga sampai pada tujuan yang diinginkan, yaitu
kebahagiaan yang tidak hanya di dunia namun juga akhirat kelak.
Lalu jangan pernah sekalipun kita meninggalkan
Allah SWT dalam kondisi apapun, apalagi berprasangka buruk kepada Allah SWT.
Insya Allah selama kita mampu berharap dan selalu berprasangka baik kepada
Allah SWT maka Allah SWT tidak akan membiarkan kita begitu saja. Untuk itu
berkacalah dengan hadits yang kami kemukakan berikut ini: “Aku tergantung pada sangkaan
hamba-Ku kepada-Ku dan Aku bersama hamba-Ku ketika dia mengingat-Ku. Jika dia
mengingat-Ku di dalam dirinya, maka Aku mengingatnya dalam diri-Ku. Jika dia
mengingatku di tengah orang banyak, maka Aku mengingatnya di tengah orang
banyak yang lebih baik daripada mereka. Jika dia mendekat sejengkal kepada-Ku,
Aku mendekat sehasta kepadanya. Jika dia mendekat sehasta kepada-Ku, Aku
mendekat sedepa kepadanya. Jika dia mendatangi-Ku dengan berjalan, maka Aku
mendatangi dengan berlari. (Hadits Riwayat Bukhari, Muslim)
2.
Perhatikan Rambu-Rambu Kehidupan Saat di
persimpangan Jalan. Katakan, saat ini kita
menjelang di persimpangan jalan, atau sudah berada di persimpangan jalan atau
termasuk yang sedikit yang melampaui persimpangan jalan, ada beberapa
pertanyaan yang bersifat pernyataan sikap, yang harus bisa kita sikapi dengan
baik dan benar saat usia menuju waktu Isya, yaitu:
a.
Apa arti kepiawaian menata
banyak hal dalam kehidupan ini, tapi awam soal kehidupan kekal sejati yang akan
menanti kita semua kelak?
b.
Apa guna berbagai kemahiran
mengolah tubuh dan pikiran, tapi pandir tentang seluk beluk hati dan jiwa kita
sendiri?
c.
Apa manfaat segala bentuk
pencarian ilmu demi memahami alam semesta dan segenap isinya, tanpa (berupaya)
memahami kehadiran Dzat Sang Maha Pencipta, Sang Maha Penguasam dan Sang Maha
Pengasih?
d.
Jika uang hanya bisa membeli
kesenangan, tetapi bukan kebahagiaan, maka apakah yang bisa engkau lakukan untuk
menyempurnakan nikmat?
e.
Jika bertambahnya kekayaan
tidak menjamin bertambahnya kenikmatan, maka apakah yang bisa engkau lakukan
agar hidup ini penuh rahmat?
f.
Jika di malam malam yang
hening engkau tidak bisa menyungkurkan keningmu untuk bersujud kepada-Nya, maka
apakah yang bisa engkau lakukan untuk membuka jalan ke syurga-Nya? Atas setiap
tetes nikmat yang kita rasakan hari ini, Allah akan bertanya kepada kita. Lalu
apakah yang telah kita lakukan agar Allah tidak murka kepada kita?
g.
Kalau engkau melihat api yang
menyala-nyala, maka airlah yang dapat memadamkannya. Bukan dengan menghembuskan
angin yang mendesu, sebab itu akan membuatnya semakin berkobar kobar, Begitu
pula saat engkau menghadapi hati yang beku, sikap yang keras dan merasa benar
sendiri seperti Fir’aun, maka redakanlah sejenak. Ambillah wudhu lalu
shalatlah. Jangan mengobarkan kemarahannya dengan perdebatan yang bersungut-sungut.
h.
Ya, ada hak orang lain dalam
harta kita di luar zakat. Ada yang lebih utama dari yang utama dalam setiap
amal. Sungguh, engkau belum berbuat kebajikan kalau doa doamu belum engkau
ikuti dengan hartamu, padahal Allah berikan harta yang berlimpah kepadamu. Memberi
tidak membuat kita kehilangan. Seperti pupuk, ia menyuburkan tanaman. Kata Ali
bin Abi Thalib, “Mintalah curahan rezeki
dengan banyak bersedekah”.
i.
Ada keresahan yang tidak
sanggup kita obati, meski telah mendatangi psikolog, dan majelis majelis taklim
ataupun majelis dzikir. Bukan psikolog ataupun majelis taklim atau dzikir itu
salah, tetapi sikap bathin kita saat menghadirinya. Kita datang karena ingin
mencari keasyikan menangis, bukan sungguh sungguh mengingat Allah. Kita
menyangka telah menemukan spiritualitas, padahal sesungguhnya hanyalah
spiritual engineering (rekayasa spiritual).
j.
Kematian bukanlah tragedi.
Kematian juga bukan malapetaka, karena setiap kita pasti akan mengalaminya. Tak
ada yang memilukan dengan kematian jika ia datang di saat kita berserah diri
kepada-Nya.
k.
Telah banyak manusia yang
berlalu, tetapi amat sedikit yang dikenang orang. Sebagian ada yang dilepas
kepergiannya dengan air mata orang orang yang mencintainya. Tetapi sebagian di
antara mereka diantarkan ke pemakaman dengan rasa syukur oleh orang orang yang
merasa sesak dengan kehidupannya.
l.
Setiap kita hendaklah berhati
hati dalam menilai. Betapapun badan sudah penuh tato, hidung sudah bertengger
anting anting, dan mulut sudah berlumur kata kata kotor, kita tetap tidak memilik
hak untuk menghalangi jalan mereka untuk memperbaiki diri.
Apa perasaan anda yang terdalam, saat membaca
dan lalu merenungi pertanyaan yang berifat penyataan sikap yang ada di atas
ini! Jawablah dengan sejujur-jujurnya karena anda sendirilah yang tahu dengan
kondisi dan keadaan diri anda yang sesungguhnya. Ingat, jawaban yang anda
diberikan harus disesuaikan dengan posisi anda saat ini, apakah menuju
persimpangan jalan, ataukah sudah masuk di periode persimpangan ataukah yang
termasuk kelompok yang sedikit yaitu yang berada di luar persimpangan jalan? Semoga
hal hal yang membuat diri kita selalu berada di dalam kehendak Allah SWT lah
yang menjadi jawaban anda.
Sebagai abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya
di muka bumi yang sedang berada di persimpangan jalan dan yang juga sedang
melaksanakan tugas di muka bumi, tentu
kita sangat berharap menjadi hamba dan khalifah yang sesuai dengan kehendak-Nya.
Namun bagaimana mungkin kita bisa sesuai dengan kehendak Allah SWT jika kita
sendiri masih belum memiliki ilmu dan pemahaman yang sangat mendasar terutama
tentang “Tahu Diri, Tahu Aturan dan Tahu Tujuan Akhir” padahal usia sudah
menjelang waktu Isya! Jangan sampai kita tidak tahu diri, tidak tahu aturan
yang mengakibatkan kita tersesat jalan karena tidak tahu tujuan akhir yang
sesungguhnya. Untuk itu, alangkah baiknya jika ilmu dan pemahaman tentang “Tahu Diri, Tahu Aturan dan Tahu Tujuan Akhir”
sudah kita miliki jauh sebelum kita tiba di persimpangan jalan. Sehingga saat
tiba di persimpangan jalan kita tidak kehilangan arah, kita tahu tujuan dan
kita mampu tetap berprestasi di usia menjelang waktu Isya.
Segalanya tak akan berubah,
tatkala kita hanya mampu membaca tanpa mau menghayatinya, melihat tanpa mau
merenunginya, menghafalnya tanpa mau mewujudkannya. Hidup yang kita jalani akan
berubah menjadi lebih baik kalau kita mau merubah pikiran ke arah yang positif
dan terbuka menerima masukan. Insya Allah.
3. Kapan Anda Tahu Kalau Telah Berhasil Saat
Berada di persimpangan Jalan. Selanjutnya, agar diri kita
yang mengalami kesulitan atau belum siap menghadapi kehidupan di saat berada di
persimpangan jalan. Berikut ini akan kami kemukakan beberapa indikator yang
harus kita jadikan pedoman agar suksesnya diperjalanan menuju waktu Isya,
yaitu:
a. Anda akan menjadi orang yang
berhasil jika telah memiliki keimanan, harapan dan cinta. Anda akan menjadi
seorang yang berhasil jika hidup yang dijalani bebas dari marah, bebas dari
tamak, dari dosa, daru iri, atau pikiran pikiran negatif untuk menuntut balas,
yang kesemuanya bertentangan dengan kehendak Allah SWT.
b. Anda akan menjadi orang yang
berhasil jika berani untuk selalu jujur dimanapun, kapan-pun dan dalam kondisi
apapun serta bisa selalu berdamai dengan kehendak Allah SWT seperti
melaksanakan perintah dan laranganNya dan juga dengan orang lain.
c. Anda akan menjadi orang yang
berhasil jika melihat ke belakang dengan mata toleran, melihat ke depan dengan
mata penuh harapan, melihat ke bawah dengan mata kasihan, dan melihat ke atas
dengan mata syukur dan bangga.
d. Anda akan menjadi orang yang
berhasil jika benar benar mengetahui kemampuan jas-mani, intelektual dan ruhani
Anda, serta menumbuh kembangkan dan menggunakannya untuk kepentingan orang
lain.
e. Anda akan menjadi orang yang
berhasil jika merasa semua tingkah laku Anda diawasi Sang Pencipta, sehingga
melangkah di jalan ketaatan.
f. Anda akan menjadi seorang
yang berhasil jika mampu mencapai kedewasaan yang mem-buat Anda lebih
mendahulukan kewajiban daripada hak dan retribusi diri, sehingga mampu
menjadikan diri kita bermanfaat bagi orang lain dengan mengusung tema kehidupan
yang berbunyi “Kesalehan diri wajib tercermin dalam kesalehan sosial”.
g. Anda akan menjadi seorang
yang berhasil ketika sadar bahwa kegagalan, keterpurukan, ketertinggalan,
ketidakberdayaan, hanyalah sebuah insiden, bukan hal yang terus melekat pada
diri seseorang. Anda akan menjadi orang yang berhasil ketika sadar bahwa hari
kemarin sudah berakhir pada malam tadi, dan besok adalah hari yang benar benar
baru.
h. Anda akan menjadi seorang
yang berhasil ketika tahu bahwa
kesuksesan tidak bisa men-cetak Anda, dan kegagalan tidak bisa menghancurkan
Anda.
i. Anda akan menjadi seorang
yang berhasil jika tahu bahwa kegagalan dalam memper-tahankan kebenaran adalah awal untuk menjadi korban
kesalahan dan kriminal.
j. Anda akan menjadi seorang
yang berhasil jika bisa mengubah rival dan musuh Anda menjadi sahabat. Andapun
akan menjadi seorang yang sukses jika berhasil mendapatkan cinta dan
penghormatan dari orang yang Anda kenal baik.
k.
Anda akan menjadi seorang
yang berhasil jika tahu bahwa orang lain mungkin bisa memberi kenikmatan kepada
Anda, Tapi kebahagiaan besar hanya datang jika Anda melakukan sesuatu untuk
orang lain.
l.
Anda akan menjadi seorang
yang berhasil jika memberi harapan kepada orang orang yang putus asa, memberi
cinta kepada orang orang yang dibenci, memunculkan kegembiraan pada jiwa yang
merasa menderita, berinteraksi dengan orang orang kasar secara luwes, dan
menggauli orang orang yang membutuhkan dengan mulia.
m.
Anda akan menjadi seorang
yang berhasil jika tahu bahwa orang-orang besar adalah mereka yang memilih
untuk melayani orang lain. Tangan di atas atau tidak berat tangan untuk
membantu orang lain.
Semoga kita berhasil baik sebelum dan sesudah
berada di persimpangan jalan yang selanjutnya mampu menghantarkan diri kita ke syurga.
Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar