(inspirasi dari buku “pusaran
energi ka’bah” karya agus mustofa)
Hidup adalah saat
bersatunya ruh/ruhani dengan jasmani. Hidup saat terjadinya tarik menarik
antara ruh/ruhani dengan jasmani. Jika ruh/ruhani mampu mengalahkan jasmani
(jiwa taqwa) maka nilai nilai kebaikan akan menjadi perilaku diri kita,
sedangkan jika jasmani mampu mengalahkan ruh/ruhani (jiwa fujur) maka nilai
nilai keburukan akan menjadi perilaku diri kita. Adanya dua buah kondisi
seperti ini maka keadaan ini akan mempengaruhi kualitas hati seseorang. Yang
pada akhirnya kualitas hati akan menjadi dua tingkatan seperti yang
diinformasikan oleh Allah SWT dalam Al Qur’an.
A.
HATI YANG JELEK.
Berikut ini akan kami
kemukakan 5 (lima) buah kondisi hati yang jelek yang kesemuanya termaktub di
dalam Al Qur’an, yaitu:
1.
Hati Yang Berpenyakit.
Hati ini adalah hati yang
hidup namun mengandung penyakit. Hati ini akan mengikuti unsur kuat yang
mempengaruhinya, terkadang hati ini cenderung kepada “kehidupan” dan terkadang
cenderung kepada “penyakit”.
dalam
hati mereka ada penyakit[23], lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka
siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.
(surat
Al Baqarah (2) ayat 10)
[23] Yakni keyakinan
mereka terdahap kebenaran Nabi Muhammad s.a.w. lemah. Kelemahan keyakinan itu,
menimbulkan kedengkian, iri-hati dan dendam terhadap Nabi s.a.w., agama dan
orang-orang Islam.
agar
Dia menjadikan apa yang dimasukkan oleh syaitan itu, sebagai cobaan bagi
orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan yang kasar hatinya. dan
Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu, benar-benar dalam permusuhan yang
sangat,
(surat
Al Hajj (22) ayat 53)
Pada hati yang
berpenyakit, ada kecintaan kepada Allah SWT, keimanan, keikhlasan dan tawakal
kepada-Nya. Akan tetapi pada saat bersamaan
hati ini juga terdapat kecintaan kepada syahwat, ketamakan, hawa nafsu, dengki,
kesombongan dan sikap bangga diri.Hati ini ada diantara dua penyeru, penyeru
kepada Allah SWT, kepada Rasulullah dan kepada hari akhir dan penyeru kepada
kehidupan duniawi. Seruan yang akan disambutnya adalah seruan yang paling dekat
dan paling akrab kepadanya. Pemilik hati ini akan senantiasa berubah-ubah,
terkadang ia berada dalam ketaatan dan kebaikan, terkadang ia berada dalam
maksiat dan dosa. Amalannya senantiasa berubah sesuai dengan lingkungannya,
jika lingkungannya baik maka ia berubah menjadi baik adapun jika lingkungannya
buruk maka ia akan terseret pula kepada keburukan.
2.
Hati Yang Mengeras.
Hati yang berpenyakit,
jika tidak segera diobati akan menjadi mengeras. Mereka yang terbiasa melakukan
kejahatan, hatinya tidak lagi peka terhadap kejelekan perbuatannya. Mereka
menganggap bahwa apa yang mereka kerjakan adalah benar adanya.
Maka
mengapa mereka tidak memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri
ketika datang siksaan Kami kepada mereka, bahkan hati mereka telah menjadi
keras, dan syaitanpun Menampakkan kepada mereka kebagusan apa yang selalu
mereka kerjakan.
(surat
Al An’am (6) ayat 43)
3.
Hati Yang Membatu.
Hati yang keras/yang telah
mengeras kalau tidak segera disadari akan meningkat kualitas keburukannya.
kemudian setelah itu hatimu menjadi
keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal diantara batu-batu itu
sungguh ada yang mengalir sungai-sungai dari padanya dan diantaranya sungguh
ada yang terbelah lalu keluarlah mata air dari padanya dan diantaranya sungguh
ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah. dan Allah sekali-sekali
tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan.
(surat Al Baqarah (2) ayat 74)
4.
Hati Yang Tertutup.
Hati kita bagaikan sebuah
tabung resonansi jika tertutup, maka hati kita tidak bisa lagi menerima getaran
petunjuk dari luar. Sebagaimana dikemukakan di surat Al Muthaffifii (83) ayat
14 di bawah ini.
sekali-kali
tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati
mereka.
(surat
Al Muthaffifii (83) ayat 14)
5.
Hati Yang Dikunci Mati.
Jika hati sudah tertutup
maka tingkatan berikutnya adalah hati yang terkunci mati. Sama saja bagi mereka
diberi petunjuk atau tidak sebagaimana dikemukakan di dalam surat Al Baqarah
(2) ayat 6 dan 7 di bawah ini.
Sesungguhnya
orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu
beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman. Allah telah mengunci-mati hati
dan pendengaran mereka[20], dan penglihatan mereka ditutup[21]. dan bagi mereka
siksa yang Amat berat.
(surat
Al Baqarah (2) ayat 6 dan 7)
[20] Yakni orang itu
tidak dapat menerima petunjuk, dan segala macam nasehatpun tidak akan berbekas
padanya.
[21] Maksudnya: mereka
tidak dapat memperhatikan dan memahami ayat-ayat Al Quran yang mereka dengar
dan tidak dapat mengambil pelajaran dari tanda-tanda kebesaran Allah yang
mereka Lihat di cakrawala, di permukaan bumi dan pada diri mereka sendiri.
Hati yang mati adalah hati
yang tidak mengenal siapa TuhanNya, ia tidak menyembah-Nya sesuai dengan
perintah-Nya, ia tidak menghadirkan setiap perbuatannya berdasarkan sesuatu
yang dicintai dan diridhai-Nya. Hati ini senantiasa berjalan bersama hawa nafsu
dan kenikmatan dunia walaupun di dalamnya ada kemurkaan Allah, akan tetapi hati
ini tidak memperdulikan hal-hal tersebut. Baginya yang terpenting adalah
bagaimana ia bisa melimpahkan dan memperturutkan hawa nafsunya. Ia menghamba
kepada selain Allah, jika ia mencinta maka mencinta karena hawa nafsu, jika ia
membenci maka ia membenci karena hawa nafsu, demikian seterusnya sesuai dengan
kehendak syaitan.
Maka
pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan
Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya[1384] dan Allah telah mengunci mati
pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka
siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat).
Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?
(surat
Al Jaatsiyah (45) ayat 23)
[1384] Maksudnya Tuhan
membiarkan orang itu sesat, karena Allah telah mengetahui bahwa Dia tidak
menerima petunjuk-petunjuk yang diberikan kepadanya.
Pemilik hati ini jika
dibacakan kepadanya ayat-ayat Al Quran maka dirinya tidak tergetar, ia
senantiasa ingin menjauh dari Al Quran, ia lebih senang mendengar suara-suara
yang membuatnya lalai, ia lebih senang mendengar nyanyian, mendengar musik,
mendengar suara-suara yang menggejolakkan hawa nafsunya. Pemilik hati ini
senantiasa gelisah, ia tidak tahu harus kepada siapa ia menyandarkan dirinya,
ia tidak tahu kepada siapa ia berharap, ia tidak tahu kepada siapa ia meminta,
kehidupannya terombang-ambing, ke mana saja angin bertiup ia akan mengikutinya,
ke mana saja syahwat mengajaknya ia akan mengikutinya, wahai betapa
menderitanya pemilik hati ini!
B.
HATI YANG BAIK/SEHAT
Hati yang baik adalah hati
yang gampang/mudah bergetar, sebagaimana yang dikemukakan dalam surat Al Hajj
(22) ayat 35 di bawah ini.
(yaitu)
orang-orang yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, orang-orang
yang sabar terhadap apa yang menimpa mereka, orang-orang yang mendirikan
sembahyang dan orang-orang yang menafkahkan sebagian dari apa yang telah Kami
rezkikan kepada mereka.
(surat
Al Hajj (22) ayat 35)
Hati orang orang yang
demikian itu lembut adanya. Mereka gampang iba melihat penderitaan orang lain.
Suka menolong. Tidak suka kekerasan. Penyantun dan penuh kasih sayang kepada
siapapun. Itulah Nabi Ibrahim as, yang dijadikan teladan oleh Allah SWT serta
menjadi kesayangan Allah SWT sebagaimana dikemukakan dalam surat At Taubah (9)
ayat 114 di bawah ini.
dan
permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya tidak lain hanyalah
karena suatu janji yang telah diikrarkannya kepada bapaknya itu. Maka, tatkala
jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah musuh Allah, Maka Ibrahim berlepas
diri dari padanya. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut
hatinya lagi Penyantun.
(surat
At Taubah (9) ayat 114)
Hati yang baik/sehat yaitu
hati yang selamat, hati yang bertauhid (hati yang mengesakan Allah dalam setiap
peribadatannya), di mana seseorang tidak akan selamat di hari akhirat nanti
kecuali ia datang dengan membawa hati yang baik/sehat ini.
(yaitu)
di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna,
kecuali
orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih,
(surat
As Syu’araa (26) ayat 88, 89)
Hati yang baik/sehat adalah
hati yang terbebas dari setiap syahwat, selamat dari setiap keinginan yang
bertentangan dari perintah Allah SWT, selamat dari setiap syubhat
(kerancuan-kerancuan dalam pemikiran), selamat dari menyimpang pada kebenaran.
Pemilik hati yang sehat
ini akan senantiasa dekat dengan Al Quran, ia senantiasa berinteraksi dengan Al
Quran, ia senantiasa tenang, permasalahan apapun yang dihadapinya akan dihadapi
dengan tegar, ia senantiasa bertawakal kepada-Nya karena ia mengetahui semua
hal berasal dari Allah SWT dan semuanya akan kembali kepada-Nya. Di manapun ia
berada selalu berzikir kepada Allah SWT senantiasa
terucap dari lisannya, jika disebut nama Allah SWT bergetarlah hatinya, jika
dibacakan ayat-ayatNya maka bertambahlah imannya. Pemilik hati inilah seorang
mukmin sejati, orang yang Allah SWT puji dalam firman-Nya di bawah ini:
Sesungguhnya
orang-orang yang beriman[594] ialah mereka yang bila disebut nama Allah[595]
gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman
mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.
(surat
Al Anfaal (8) ayat 2)
[594] Maksudnya: orang
yang sempurna imannya.
[595] Dimaksud dengan
disebut nama Allah Ialah: menyebut sifat-sifat yang mengagungkan dan
memuliakannya.
Demikianlah kualitas dan tingkatan hati manusia berdasarkan Al
Qur’an lalu lakukanlah interospeksi diri kita sendiri, termasuk dalam golongan
yang manakah hati kita? apakah hati kita termasuk dalam hati yang sehat, hati
yang sakit atau malah hati kita telah mati! Wahai zat yang membolak-bolakkan
hati, teguhkanlah hati kami diatas agamamu, wahai dzat yang membolak-balikkan
hati tuntunlah hati kami teguh di atas ketaatan kepada-Mu…
Sekarang mari kita bahas tentang
resonansi hati. Hati adalah tempat terjadinya resonansi. Apakah resonansi itu?
Secara sederhana resonansi dapat dikatakan penularan getaran kepada benda lain.
Maksudnya, jika kita menggetarkan suatu benda, lalu ada benda lain yang ikut
bergetar, maka dapat dikatakan benda lain tersebut terkena resonansi atau
tertular getaran.
Hati atau jantung manusia
bagaikan sebuah tabung resonansi seperti tabung gitar. Setiap kita berbuat
sesuatu baik pada saat berfikir atau berbuat, selalu terjadi getaran di hati
kita. Getaran itu bisa kasar, bisa juga lembut. Tergantung bagaimana getaran
itu muncul. Ketika kita gembira, hati kita bergetar. Ketika sedang bersedih
hati kita jugfa bergetar demikian juga saat kita marah maka hati kita juga
bergetar.
Secara umum getaran
tersebut berasal dari dua sumber, yaitu ahwa (hawa nafsu) dan getaran Ilahiah.
Ahwa (hawa nafsu) adalah keinginan untuk melampiaskam segala kebutuhan jasadi
yang sangat dikehendaki oleh syaitan. Getarannya cenderung kasar dan bergejolak
tidak beraturan. Dalam tinjauan ilmu fisika, getaran semacam ini disebut
memiliki frekuensi rendah, dengan amplitude yang besar. Yang termasuk dalam
getaran ahwa (hawa nafsu) ini diantaranya adalah kemarahan, kebencian, dendam,
iri, dengki, berbohong, menipu, sombong, angkug dan lain sebagainya.Sedangkan
getaran Ilahiah adalah dorongan untuk mencapai tingkatan kualitas yang lebih
tinggi. Getarannya cenderung lembut dan halus, dengan frekuensi getaran yang
tinggi dan teratur. Yang termasuk dalam getaran Ilahiah ini adalah membaca
(memahami) isi kandungan Al Qur’an, berdzikir, menyebut dan mengamalkan Asmaul
Husna, sifat sabar dan ikhlas serta kepasrahan diri dalam beragama.
Sebagai contoh, seseorang
yang sedang marah, ketika marah, ia akan mengeluarkan getaran kasar hawa nafsu
dari hatinya. Jantung hatinya akan bergejolak dan berdetak tidak beraturan.
Mukanya merah, telinganya panas, dan tangannya bergemetaran. Frekuensinya
rendah dan kasar, denga amplitude yang besar. Jika dilihat dari alat pengukur
getaran jantung (ECG : Electric Cardio Graph), akan terlihat betapa grapik yang
dihasilkan sangatlah kasar dan bergejolak. Getaran yang demikian memiliki efek
negative terhadap tubuh kita. Sebuah benda yang dikenai geraran kasar terus
menerus akan mengalami kekakuan dan kemudian mengeras. Demikian pula dengan
jantung kita. Orang yang pemarah akan memiliki resiko sakit jantung dan
mengerasnya pembuluh pembuluh darahnya. Dan secara psikologis dikatakan hatinya
semakin mengeras dan tidak mudah bergetar oleh kebajikan.
Bukti lain bahwa hati semakin
keras jika dipengaruhi oleh ahwa (hawa nafsu) secara terus menerus adalah orang
yang suka berbohong dan menipu. Pada awalnya, orang yang berbohong selalu
bergetar hatinya, akan tetapi, kalau ia sering berbohong, maka hatinya tidak
bergetar lagi saat ia membohongi orang lain. Ini menunjukkan betapa hatinya
semakin keras dan sulit bergetar.Karena itu, apa yang dikemukakan oleh Allah
SWT dalam Al Qur’an tentang lima tingkatan hati yang buruk, sebenarnya bisa
dijelaskan secara ilmiah, bahwa hati memang akan menuju kualitas yang semakin
jelek jika digunakan untuk kejahatan yang terus menerus.
Jika hati kita
berpenyakit, dan kemudian sering mengeluarkan getaran getaran yang kasar, maka
getaran itu akan menyebabkan hati kita mengeras. Kekerasan hati kita itu akan
terus meningkat, hingga dikatakan oleh Allah SWT seperti batu atau lebih keras
lagi. Hati yang keras adalah hati yang sulit bergetar. Semakin lama semakin
tidak bisa bergetar. Jika hal ini
diteruskan maka hati kita tidak mampu lagi beresonansi. Hati yang demikian
adalah hati yang tidak peka lagi terhadap lingkungannya. Maka, pada tingkatan
ini hati kita seperti tertutup karena tidak mampu lagi beresonansi alias
bergetar. Dan akhirnya, kata Allah SWT dalam Al Qur’an, hati yang seperti itu dikunci
hati.
Sebaliknya, hati yang
baik/sehat adalah hati yang lembut. Hati yang gampang bergetar, bagaikan buluh
perindu yang menghasilkan suara merdu ketika ditiup. Kenapa bisa demikian?
Karena hati yang lembut bagaikan tabung resonansi yang bagus. Getarannya
menghasilkan frekuensi yang semakin lama semakin tinggi. Semakin lembut hati
seseorang, semakin tinggi pula frekuensinya. Pada frekuensi 10 pangkat 8 akan
menghasilkan gelombang radio. Dan jika lebih tinggi lagi, katakan pada
frekuensi 10 pangkat 14, akan menghasilkan gelombang cahaya.
Jadi, seseorang yang
hatinya lembut akan bisa menghasilkan cahaya (aura) di dalam hatinya. Dan jika
cahaya ini semakin menguat, maka ia akan merembet keluar menggetarkan seluruh
bio electron di dalam tubuhnya untuk mengikuti frekuensi cahaya tersebut.
Hasilnya, tubuhnya akan mengeluarkan cahaya atau aura yang jernih. Dan jika
kelembutan itu semakin menguat, maka aura itu akan merembes semakin jauh
mempengaruhi lingkungan sekitarnya.Karena itu, kalau kita berdekatan dengan
orang orang yang ikhlas dan penuh kesabaran, hati kita juga akan merasa tentram
dan damai. Sebab hati kita teresonansi oleh getaran frekuensi tinggi yang
bersumber dari hati dan aura tubuhnya. Sebaliknya, kalau kita berdekatan dengan
seseorang yang pemarah, maka hati kita akan ikut merasa panas dan gelisah.
Semua itu akibat adanya resonansi gelombang elektromagnetik yang memancar dari
tubuh seseorang kepada sekitarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar