Label

MEMANUSIAKAN MANUSIA: INILAH JATIDIRI MANUSIA YANG SESUNGGUHNYA (79) SETAN HARUS JADI PECUNDANG: DIRI PEMENANG (68) SEBUAH PENGALAMAN PRIBADI MENGAJAR KETAUHIDAN DI LAPAS CIPINANG (65) INILAH ALQURAN YANG SESUNGGUHNYA (60) ROUTE TO 1.6.799 JALAN MENUJU MAKRIFATULLAH (59) MUTIARA-MUTIARA KEHIDUPAN: JALAN MENUJU KERIDHAAN ALLAH SWT (54) PUASA SEBAGAI KEBUTUHAN ORANG BERIMAN (50) ENERGI UNTUK MEMOTIVASI DIRI & MENJAGA KEFITRAHAN JIWA (44) RUMUS KEHIDUPAN: TAHU DIRI TAHU ATURAN MAIN DAN TAHU TUJUAN AKHIR (38) TAUHID ILMU YANG WAJIB KITA MILIKI (36) THE ART OF DYING: DATANG FITRAH KEMBALI FITRAH (33) JIWA YANG TENANG LAGI BAHAGIA (27) BUKU PANDUAN UMROH (26) SHALAT ADALAH KEBUTUHAN DIRI (25) HAJI DAN UMROH : JADIKAN DIRI TAMU YANG SUDAH DINANTIKAN KEDATANGANNYA OLEH TUAN RUMAH (24) IKHSAN: INILAH CERMINAN DIRI KITA (24) RUKUN IMAN ADALAH PONDASI DASAR DIINUL ISLAM (23) ZAKAT ADALAH HAK ALLAH SWT YANG HARUS DITUNAIKAN (20) KUMPULAN NASEHAT UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK (19) MUTIARA HIKMAH DARI GENERASI TABI'IN DAN TABI'UT TABIIN (18) INSPRIRASI KESEHATAN DIRI (15) SYAHADAT SEBAGAI SEBUAH PERNYATAAN SIKAP (14) DIINUL ISLAM ADALAH AGAMA FITRAH (13) KUMPULAN DOA-DOA (10) BEBERAPA MUKJIZAT RASULULLAH SAW (5) DOSA DAN JUGA KEJAHATAN (5) DZIKIR UNTUK KEBAIKAN DIRI (4) INSPIRASI DARI PARA SAHABAT NABI (4) INILAH IBADAH YANG DISUKAI NABI MUHAMMAD SAW (3) PEMIMPIN DA KEPEMIMPINAN (3) TAHU NABI MUHAMMAD SAW (3) DIALOQ TOKOH ISLAM (2) SABAR ILMU TINGKAT TINGGI (2) SURAT TERBUKA UNTUK PEROKOK dan KORUPTOR (2) IKHLAS DAN SYUKUR (1)

Selasa, 17 Maret 2020

INSIRASI UNTUK UNTUK KEBAIKAN DIRI, KELUARGA, ANAK DAN KETURUNAN (PART 1)


 
DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG 


1.      Lebih berat mana menahan dan mengendalikan ahwa (hawa nafsu) dibandingkan dengan menahan panasnya api neraka!

 

2.     Jika  kamu  berada sendirian dalam kegelapan yang mencurigakan sedang hawa nafsu mendorongmu melakukan kedurhakaan maka malulah kamu kepada penglihatan Tuhan dan katakanlah kepada dirimu: “Sesungguhnya Tuhan yang menciptakan kegelapan melihatku”.

 

3.       Ketahuilah, penuntut ilmu tidak akan dapat meraih dan ilmu yang bermanfaat ke-cuali dengan menghormati ilmu dan ulama serta memuliakan dan menghormati guru. Orang yang ingin mencapai sesuatu tidak akan berhasil kecuali dengan menghargai dan orang tidak akan jatuh  kepada kegagalan kecuali dengan meninggalkan rasa hormat dan takzim. Dan jagalah lidah. Meskipun bentuknya kecil dan lembut tapi lidah menjadi harimau bagimu jika kamu tidak bisa mengendalikannya.

 

4.        Balaslah kejahatan dengan kebaikan dan balaslah kebajikan dengan kebajikan. Jika kejahatan dibalas kejahatan maka itu adalah dendam. Jika kebaikan dibalas kebaikan itu adalah perkara biasa. Jika kebaikan dibalas kejahatan itu adalah kedzaliman. Dan jika kejahatan dibalas kebaikan itu mulia dan terpuji.

 

5.     AlQuran adalah bukti cinta Allah serta bukti pedulinya Allah kepada kita. Jika ingin tahu dan paham akan cinta dan pedulinya Allah maka imani, akui, pelajari dan pahami serta sebarluaskan AlQuran.

 

6.      Barangsiapa tidak mengenali jati dirinya, ia terjerumus. Barangsiapa takut kepada Allah, ia selamat. Barangsiapa belum pernah mencoba sesuatu, ia akan tertipu. Barangsiapa menentang kebenaran, ia pasti terkalahkan dan barangsiapa mengetahui akan datangnya ajal, pasti akan berkurang angan angan dan cita citanya.

 

7.      Belajarlah niat karena niat lebih penting daripada amal. Berapa banyak amal yang remeh menjadi besar karena niat dan berapa banyak amal yang besar menjadi remeh karena niat.

 

8.       Menuntut ilmu adalah lebih utama daripada melakukan ibadah sunnah.

 

9.      Dakwah is credible message from credible person. Life is Puzzle and life like puzzle.

 

10.  Hakekatnya sumber bencana itu bukan hanya kebencian tetapi juga karena ke-fanatikan.

 

11.   Tidak ada orang yang meyakini kebohongan, tetapi kebanyakan orang meyakini ketidaktahuan (tidak memiliki ilmu).

 

12.   Jangan pernah menilai pribadi seseorang sebelum anda mengenal orang tersebut secara langsung (personal)

 

13.  Sebagai bekal dan panduan hidup, tauhid/ketauhidan merupakan ajaran yang paling murni, suci dan agung, yang tidak saja sangat dibutuhkan manusia, juga merupakan satu satunya pegangan dan panduan hidup yang dapat mengangkat harkat dan derajat kemanusiaan seseorang ke tempat yang tertinggi sesuai dengan haknya yang paling azasi.


14.    Kerusakan manusia ada 2 (dua) dalam pekerjaannya, yaitu sibuk mengerjakan perkara perkara sunnah dan menyianyiakan kewajiban serta mengerjakan amaliah lahir tanpa disertai amaliah bathin/ruh/jiwa.

 

15.   Tidakkah kau baca AlQuran? Itulah gambaran dari akhlak budi pekerti dari Nabi Muhammad SAW. Hal ini dikarenakan Nabi Muhammad SAW adalah AlQuran hidup.

 

16.  Kegelisahan adalah lebih berbahaya terhadap akal dan tubuh daripada kelelahan dan kepayahan.

 

17.  Dua macam perjuangan, perjuangan untuk tetap hidup di dunia dan perjuangan untuk hidup kekal di akhirat kelak.

 

18. Dengan harta kita bisa merias rumah. Dengan perilaku yang bijak kita dapat menghias diri. Dan hati yang lapang akan menyebabkan tubuh kita sehat.

 

19.    Barangsiapa menanam kebaikan ia akan memanen keselamatan. Barangsiapa me-nanam kejelekan maka ia akan memanen penyesalan.

 

20.     Setiap orang yang bijaksana akan mencintai dan menyayangi istrinya yang telah di-pilihnya sendiri.

 

21.   Ulama yang mukhlis ialah yang memahami semua bentuk kekejian dan kemung-karan duniawi dan terus menerus memberontak menentangnya.

 

22.    Berdoalah seakan-akan segala sesuatu itu bergantung kepada Allah dan bekerjalah seakan akan segala sesuatu bergantung kepada manusia.

 

23.   Alangkah indahnya mahkota, tetapi lebih indah jika ada di kepala seorang raja. Alangkah indahnya mutiara (perhiasan) tetapi lebih indah jika ia menghias leher si gadis. Alangkah indahnya nasehat dan pelajaran, tetapi lebih indah bila disampaikan oleh seorang alim yang shaleh dan bertaqwa.

 

24.     Tauhid (ketauhidan) adalah dasar yang paling pokok dalam ajaran Islam. Sebagai ilmu, tauhid (ketauhidan) dapat dikatakan suatu ilmu yang paling exact (pasti) di tengah tengah semua ilmu yang dikenal manusia.

 

25.    Lima hal tidak akan kenyang dari lima: (1) wanita dari lelaki dan lelaki dari wanita;  (2) bumi dari air hujan; (3) mata dari melihat; (4) telinga dari mendengar; (5) akal dari ilmu.

 

26. Seorang Arab Badui ditanya, Apakah engkau bisa berdoa dengan baik? Ia menjawab, Bisa. Lalu dikatakan kepadanya, Berdoalah. Ia berdoa, Allahumma, sesungguhnya engkau menganugerahkan kami Islam tanpa kami minta, maka kini anugerahkanlah kami keridhaan dan syurga yang kami minta.

 

27.   Orang yang disebut mulia adalah yang berkhidmat untuk umatnya dengan ikhlas, berusaha keras menjunjung tinggi martabat bangsanya, dan tidak berambisi kepentingan dunia. Ia tidak khawatir sengsara demi kejayaan umatnya, bahkan bersedia berkorban untuk kebahagiaan mereka.

 

28.  Barangsiapa mengasihi orang lain, dia dikasihi. Barangsiapa banyak diam, dia selamat. Barangsiapa banyak berbuat kebajikan, dia terhormat. Barangsiapa berbicara bathil di tengah tengah orang ramai, dia merugi., Barangsiapa membenci kejahatan (mungkar) dia bebas. Barangsiapa tidak menguasai (mengendali)kan lidahnya, dia menyesal.

 

29.  Perumpamaan ilmuwan yang tidak beradab (bermoral) seumpama pohon tidak berdaun dan tidak berbuah, tumbuh di persimpangan jalan yang menghalangi orang orang yang lalu lalang. Mereka tidak berteduh dengannya dan tidak bisa menghindar dari gangguannya.

 

30.   Jika anda mengetahui dengan sebenarnya penderitaan yang dialami orang lain, anda pasti akan mengurangi keluhan keluhan anda.

 

31.    Ilmu  yang  bermanfaat ialah yang diamalkan dan pekerjaan yang bermanfaat ialah yang diselesaikan dengan baik dan benar.

 

32.  Meletihkan tubuh hari ini agar beristirahat esok hari adalah lebih baik daripada beristirahat hari ini untuk keletihan esok hari.

 

33.   Ketenangan dan ketentraman jiwa melahirkan khusyu dalam ketaatan, kesadaran dalam beribadah dan mengagungkan Allah. Juga melahirkan mawas diri (introspeksi),pengawasan oleh Allah Maha pencipta, bermuamalah secara baik dengan semua makhluk dan ridha terhadap qadha dan qadar.

 

34.    Barangsiapa tidak berani mengarungi lautan bahaya maka ia tidak akan meraih cita citanya.

 

35.    Kita butuh dan tidak butuh kepada orang lain. Butuh kepada tutur kata, sikap dan tindakan yang baik. Dan kita tidak butuh demi menjaga dan memelihara kehormatan dan kemuliaan kita.

 

36.  Orang yang mengagungkan Allah maka seluruh makhluk Allah dalam panda-ngannya adalah kecil.

 

37.   Barangsiapa dengan gigih mempertahankan pendiriannya sendiri maka dia akan binasa.

 

38. Kegembiraan seorang mukmin akan tampak pada wajahnya dan kesedihannya terletak di dalam hatinya.

 

39.   Sebagai kanak kanak kita mengikuti kehendak orang tua, setelah dewasa kita me-ngikuti kehendak diri kita sendiri, dan setelah berkeluarga kita mengikuti kehendak istri dan anak anak.

 

40.  Tidak ada harta kekayaan yang lebih bermanfaat daripada ilmu. Tidak ada sesuatu yang lebih menguntungkan daripada adab kesopanan (akhlak). Tidak ada suatu pendamping yang lebih indah daripada akal. Tidak ada sesuatu yang ghaib yang lebih kepada kita daripada kematian.

 

41.  Allah SWT menciptakan dunia dengan sangat mudah. Kenikmatan dunia bukan-lah imbalan (ganjaran) bagi mereka yang taat patuh dan malapetaka dunia bukan hukuman terhadap mereka yang bermaksiat.

 

42.  Apabila para penguasa dan pemimpin negara dan pemerintahan meninggalkan keadilan, maka rakyat akan membenci ketaatan.

 

43.   Hindarilah makan kekenyangan karena kekenyangan menyebabkan malas shalat, merusak pencernaan, dan penyebab bermacam macam penyakit.

 

44.    Barangsiapa perhatian utamanya adalah urusan dunia maka ia menjadikan keme-laratan sebagai ketakutan yang membayang bayanginya. Dan barangsiapa perhatian utamanya urusan akhirat maka terasa kekayaan jiwanya.

 

45.   Kebiasaan berbicara dengan benar, jujur dan meyakinkan menghasilkan imbalan yang positif berupa pahala, keberuntungan, penghargaan, kehormatan, kebahagiaan, dan kepercayaan orang terhadapnya.

 

46.    Barangsiapa tidak mampu menasehati dirinya sendiri maka dia tidak memerlukan para penasehat.

 

47.  Hanya dua hal yang menyebabkan seseorang segan melakukan perbuatan tercela (dosa) yaitu agama dan rasa harga diri. Bagaimana jadinya manusia bila tidak punya agama dan tidak punya harga diri.

 

48. Barangsiapa mendengarkan dengan hatinya maka sempurnalah pendengarannya. Barangsiapa mendengarkan dengan akalnya berarti ia mengerti dan memahami. Dan barangsiapa mendengarkan dengan jiwanya maka hal itu cukup baginya.

 

49.  Dunia adalah hunian yang awalnya adalah kepayahan dan kelelahan dan pada akhirnya adalah kemusnahan. Halalnya harus diperhitungkan dan dipertanggungjawabkan kelak dan haramnya adalah tuntutan hukuman dan siksaan. Orang yang kaya banyak ujiannya dan yang fakir miskin banyak kesusahan dan kesedihannya.

 

50.     Pergaulan bebas bisa merusak siapapun, meskipun dia seorang wanita shalehah.

 

51.    Manusia yang paling disenangi adalah yang penampilannya mengundang simpati serta hatinya sehat dan bersih.

 

52.  Anak anak lebih membutuhkan contoh dan keteladanan dari kedua orang tua mereka daripada celaan dan kekerasan. Dan apabila orang tua hanya punya sedikit waktu bagi kepentingan anak anak mereka, maka kekosongan besar akan berkembang dan ideologi, pemahaman serta pikiran pikiran yang menyimpang akan segara bergerak masuk.

 

53.  Kelembutan dan kehalusan wanita merupakan rahasia kecantikan jiwanya. Ke-cantikan wajah dan keindahan tubuhnya bisa berakhir, tetapi kecantikan dan keindahan jiwanya akan tetap lestari.

 

54.  Barangsiapa mengadakan perhitungan (introspeksi) terhadap dirinya, dia ber-untung dan barangsiapa melalaikan dirinya, dia merugi. Barangsiapa memperhitungkan akibat perbuatannya, ia selamat dan barangsiapa memperturutkan hawa nafsunya, ia sesat.

 

55.   Kelebihan anda terletak pada kemampuan anda mengajak orang orang di sekitar anda bersama sama anda menuju ke satu tujuan.

 

56.  Orang orang yang sering mengeluh lebih mudah mengalami stress dan bahkan depresi. Selanjutnya kondisi depresi akan melemahkan daya tahan tubuh. Sementara itu orang orang yang optimistis akan memiliki kekuatan yang lebih besar.

 

57.   Kejahilan dan kedunguan meliputi enam sifat, yaitu: (1) terlalu percaya kepada semua orang; (2) marah marah tanpa alasan; (3) gemar membuka rahasia diri dan orang lain; (4) berbicara yang tidak bermanfaat; (5) memberi sesuatu tidak pada tempat atau sasarannya; (6) tidak bisa membedakan kawan dan lawan.

 

58.    Berilah kepada musuhmu maaf, kepada penantangmu toleransi, kepada sahabat-mu hatimu, kepada istrimu cinta dan kasih sayang, kepada anakmu suri tauladan yang baik, kepada ayahmu rasa hormat, kepada ibumu perilaku yang membuat ibumu bangga terhadapmu dan kepada dirimu kehormatan serta kepada semua orang amal kebaikan.

 

59.   Jika kita tidak dapat memperoleh semua yang kita sukai, maka kita harus menyu-kai dan menyenangi apa yang sudah menjadi milik kita.

 

60.   Janganlah anda membeli apa yang tidak anda perlukan meskipun murah karena barang itu akan menjadi beban yang mahal bagi anda.

 

61.   Manusia Bukanlah Jasad Fisik. Akal dan bukti tekstual (Al Qur’an dan hadits) menunjukkan bahwa hakikat manusia adalah ruhnya. Sedangkan tubuhnya hanyalah kendaraan dan perantara perbuatannya. Semua gerakan tubuh disebabkan oleh ruh. Apabila ruh pergi, tubuh tidak bisa membuat gerakan apapun. Tetapi selepas kematian sekalipun, ruh manusia tidak hilang. Ruh itu tidak fana dan tetap ada selamanya. Seandainya di dunia ia menjadi penyebab bagi tubuh untuk melakukan amal baik, setelah pelepasannya, ia akan menjadi sebab amal buruk melalui tubuh, ia juga akan merasakan penderitaan dan kepedihan di akhirat.

 

Umumnya manusia menganggap kehidupan material dan tubuhnya adalah segalanya dan dengan kematian semuanya akan berakhir. Karena itulah ia melakukan berbagai hal terhadap tubuhnya, tetapi tak ada yang ia lakukan demi jiwanya. Demi kesejahteraan tubuh, ia rela menahan diri dari berbagai kesenangan dan bersedia bersusah payah. Tetapi ia tidak melakukan apapun demi kesehatan jiwanya. Ia menjalani operasi besar untuk tubuhnya dan mengeluarkan banyak uang untuk itu, tetapi ia memelihara berbagai penyakit spiritual. Ia tidak peduli jika nanti merasakan azab selama ribuan tahun di alam barzakh. Manusia lalai dengan jiwanya, yaitu dirinya, dan ini karena ia melupakan TuhanNya.

 

Kami tidak bermaksud mengatakan bahwa Anda tidak perlu berobat jika sakit. Bahkan tindakan itu adalah keharusan agar tubuh bisa melakukan amal amal baik sesuai dengan perintah Tuhan. Yang kami maksud, di samping perawatan tubuh, kita juga harus memerlukan pengobatan jiwa. Mengobati jiwa ribuan kali lebih penting daripada mengobati tubuh. Kehidupan di akhirat berkali kali lebih panjang dibandingkan dengan kehidupan di dunia yang singkat. Kesulitan di sanapun berkali kali lebih hebat dibandingkan persoalan duniawi. Kita harus berusaha menghindari kesulitan kesulitan itu. Penyakit spiritual juga menimbulkan rasa sakit dan kesulitan di dunia, sedangkan sakit fisik tak ada apa apanya dibandingkan dengan yang pertama itu, Perhatikanlah hal ini. Kenyamanan material tak akan menghilangkan penyakit spiritual.

 

62.  Manusia Lupa Akan Dirinya Sendiri. Semakin banyak kita mengingat Allah, semakin banyak karunia yang akan kita terima, disamping makrifatullah dan kasihNya, juga keagungan dan kebahagiaan dunia dan akhirat. Sementara jika kita lalai mengingatNya, kita akan menjadi korban penderitaan dan kemalangan. Manusia yang lalai mengingat Allah juga melupakan dirinya sendiri. Ia tidak memenuhi hak dirinya, tidak mencapai kebahagiaan dalam iman dan perbuatan. Allah SWT berfirman: “dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. mereka Itulah orang-orang yang fasik. (surat Al Hasyr (59) ayat 19)

 

   Orang orang  yang semacam itu, lupa mencari bagian untuk dirinya sendiri di akhirat nanti dikarenakan hanya mementingkan kehidupan dunia.

 

63.    Resep Tidak Sama Dengan Obat. Sebahagian orang Muslim beranggapan jika ia membaca rumus keimanan, itu sudah cukup. Mereka mengganggap sudah cukuplah bahwa AlQur’an yang suci adalah kitab yang mengagumkan dan berisi petuah agama. Mereka menyimpannya di rak. Di tingkat yang paling tinggi pula. Mereka tidak membaca ayat ayatnya sambil merenung. Mereka tidak mengamalkan ajaran kehidupannya yang teramat tinggi.Namun, jika dokter menuliskan resep, mereka tidak bertindak demikian. Maksudnya, mereka tidak menyimpan lembaran resep itu dalam saku dan merasa aman dengan menaruhnya di rak yang tinggi. Tidak, mereka tak akan tenang sampai resep itu ditebus dan diminum. Tentunya tidaklah logis jika seseorang pergi ke dokter, mendapat resep darinya, lalu duduk duduk saja di rumah. Akal sehat akan mencegah mereka untuk bertindak seperti itu.

 

64.     Bahaya Penyakit Hati. Sama  seperti  tubuh  fisik  yang bisa sehat atau sakit, hati-pun demikian. Sehat secara fisik menandakan bahwa semua organ tubuh bekerja dengan sempurna untuk memenuhi tugasnya masing masing. Sedangkan jika fisik berpenyakit, yang terjadi adalah sebaliknya. Maksudnya, ketika organ organ tubuh tidak menunaikan tugasnya dengan baik dan apabila kekhususan dan kemampuannya tidak bisa berkembang, maka dikatakan bahwa tubuh dalam kondisi sakit. Begitu pula dengan hati, dalam keadaan sehat adalah sesuatu yang menyimpan segala kualitas dan emosi manusia.Hati memiliki pengetahuan yang sempurna dan benar tentang Ilahi (makrifatullah), damai dalam kebenaran dan keimanan, dan bersih dari segala kejahatan dan nafsu hewani.

 

   Ingkar, ragu, iri, benci, kikir, hubungan yang tidak harmonis atau permusuhan, begitu juga dengan hilangnya rasa takut atau angan angan yang tidak pada tempatnya, termasuk jenis jenis penyakit hati. Hal yang harus kita ingat adalah semuanya berlawanan dengan watak manusia saat ia diciptakan oleh Allah SWT.

 

Tubuh manusia memiliki enam kondisi: Sehat atau sakit, mati atau hidup, tidur atau terjaga. Begitu juga dengan jiwa manusia, memiliki kondisi kondisi ini. Hidupnya jiwa adalah pengetahuannya dan matinya jiwa adalah kebodohannya. Sakitnya jiwa adalah ketika ia dicekam keraguan dan kesehatannya adalah ketika ia memiliki iman yang teguh. Tidurnya jiwa adalah apabila ia tidak memiliki arah tujuan, dan terjaganya jiwa adalah ketika ia sadar. Hati hatilah. Salah satu bencana adalah kelaparan. Dan yang lebih buruk dari itu adalah penyakit fisik. Yang lebih buruk dari masalah fisik adalah penyakit hati. Dan hati hatilah! Salah satu anugerah adalah kekayaan. Dan yang lebih baik daripada kekayaan adalah kesehatan. Yang lebih disukai daripada kesehatan adalah kesalehan hati. Dari sini, kita mengetahui bahwa hati harus disucikan dari segala macam kotoran dan dosa.

 

Selanjutnya, apabila suatu bagian tubuh sakit, seluruh tubuh akan menderita dan hidup menjadi sulit. Begitu juga bilsa seseorang mengidap penyakit spiritual. Ia akan merasakan penyesalan di dunia ini pula. Ia terus menderita, meski telah berpisah dari dunia ini. Syariat jauh jauh hari telah mengingatkan hal ini. Hidup menjadi sulit lantaran penyakit spiritual, dan penderitanya bahwa memiliki kecenderungan untuk bunuh diri. Langkah terbaik untuk mencegahnya adalah menjaga hati senantiasa bersih dari noda dan dosa.

 

Ketika sakit gigi, misalnya, kita tidak bisa menikmati apa pun. Semua kelezatan menjadi hambar dan hidup menjadi tak tertahankan. Sifat jahil, benci, sombong, iri, takabur, arogan, dan semua penyakit spiritual lainya membawa efek yang serupa, seperti pendengki yang selalu penuh dengan rasa penyesalan. Kemarahan akan menyiksa pelakunya sendiri. Begitu dahsyatnya hingga ia bahkan sulit untuk tidur. Ia akan dibakar rasa murka lantaran melihat orang lain mendapat jabatan tertentu. Ia bahkan menunggu nunggu tibanya waktu ketika anugerah itu dicabut dari orang tersebut. Tidak jarang pula, orang yang iri gagal menyadari keinginannya sendiri dan terkurung oleh api kedengkiannya.

 

Ilmu dan hasil riset telah menyimpulkan bahwa gangguan psikologis akan mempengaruhi tubuh fisik dan mengakibatkan munculnya penyakit. Penyakit hatipun mempengaruhi organ fisik. Tubuh manusia akan terkena dampaknya dan organ organ tidak lagi menjalankan fungsinya dengan baik. Walhasil, dampak berbagai penyakit bisa dibilang tidak berbeda. 

 

65.  Dosa Fisik Apapun Disebabkan oleh Penyakit Hati. Hati adalah pemimpin kerajaan yang bernama tubuh manusia. Lidah tunduk pada perintah hati. Begitu juga dengan segala tindakan yang disengaja. Maka jelaslah, apabila hati sakit dan tidak bisa dikendalikan, ucapan dan pebuatan orang itu akan benar benar terganggu. Ia akan melakukan perbuatan yang tidak sepatutnya dan melontarkan sumpah serapah serta tindakannya bertentangan dengan fitrahnya. Orang semacam ini akan meninggalkan kemanusiaannya dan keluar dari jalan agama. Jadi, dosa apapun yang dilakukan seseorang, itu berkaitan dengan gangguan spiritual. Karena itulah, akal mengarahkan dan agama memerintahkan kita untuk berusaha sekuat tenaga menyembuhkan penyakit hati. Kita harus lebih memperhatikan kesejahteraan hati kita. Ketika hati dalam keadaan buruk, tubuh akan terkena dampaknya. Pasukan akan berbuat zhalim bila raja dalam kondisi lemah. (Ali bin Abi Thalib ra,).”

 

Kematian fisik membuat orang tidak bisa menikmati kelezatan duniawi selama beberapa waktu. Kenikmatan itu juga disertai dengan ribuan ketidaknyamanan. Namun, kematian hati dan kesadaran menjauhkan seseorang dari kebaikan selamanya. Kelezatan abadi nan murni akan berpaling darinya dan ia tidak bisa menjalani kehidupan yang murni sebagai seorang manusia, baik di dunia ini ataupun di akhirat. Karena itulah, kita tidak boleh menganggap enteng penyakit spiritual dan tidak boleh bersikap lalai untuk menyembuhkannya. Seperti halnya kelalaian tidak selaras dengan penyakit fisik, akalpun memerintahkan kita untuk mencurahkan perhatiaan besar terhadap penyakit spiritual, karena bahayanya lebih besar. Penyakit fisik berujung dengan kematian, sedangkan penyakit spiritual membuat orang terhina untuk selamanya.

 

66.     Tak Ada Obat Spiritual Bagi Golongan Materialis. Penyakit fisik adalah sesuatu yang bisa dipersepsi dan dikenali oleh pancaindera manusia. Allah Yang Mahakuasa telah menganugerahkan obat di dunia material itu sendiri hingga manusia bisa memperolehnya dengan usaha yang memadai atau eksperimen. Berbeda halnya dengan penyakit spiritual.

 

     Jiwa itu sendiri tidak bisa dipersepsi manusia dengan pancainderanya, karena jiwa bukanlah benda material. Oleh sebab itu, penyakitnya pun tidak bersifat material. Orang awam tidak mampu mendiagnosis penyakit spiritual. Manusia tidak memiliki kendali penuh terhadap gerak gerik jiwa. Disamping itu, tidak ada manusia yang menguasai rahasia jiwa dan penyembuhan penyakit spiritual. Berkenaan dengan hal ini, Allah Yang Mahakuasa berfirman bahwa Dia telah memilih segelintir orang dan memberi mereka pengetahuan tentang hal hal ghaib atau tak kasatmata. Dia telah menunjuk mereka sebagai dokter spiritual dan pembimbing umat manusia. Dan Allah telah menunjuk Nabi Muhammad SAW, sebagai penghulu semua pribadi suci. Para Nabi dan Rasul tak ubahnya gembala bagi umat.

 

Mereka memberi bimbingan dalam segala aspek kehidupan. Rasul kita adalah pemimpin semua rasul. Dia adalah yang pertama dan yang terakhir dalam perkara ini. Allah SWT mengutusnya sebagai rahmat bagi seluruh umat manusia. Allah SWT berfirman: “sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah,  (surat Ali Imran (3) ayat 164)”.

 

Dalam ayat ini, kata “membersihkan” berarti menyucikan hati dari seluruh jenis penyakit spiritual. Dan dari ayat ini, kita bisa memahami bahwa tujuan diutusnya rasul adalah untuk memberi pencerahan bagi hati manusia dengan cahaya hikmah, untuk menyucikan jiwa dari segala kekotoran, dan untuk menghiasinya dengan segala kebaikan. Rasulullah SAW sendiri bersabda: “Aku  diutus untuk menyempurnakan akhlak”.

 

67.    Penyakit Jiwa Paling Parah. Dosa hati yang terbesar sekaligus penyakit jiwa ter-parah tak lain adalah kemunafikan. Kemunafikan memisahkan manusia dari kemanusiannya tanpa ampun. Orang yang munafik dianggap bagian dari syaitan. Bahkan di dunia ini, ia dipandang Allah sebagai makhluk paling hina dan di akhirat nanti akan menempati neraka terbawah.

Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka. (surat An Nisaa’ (4) ayat 145)

Jadi, hukuman terhadap orang orang munafik akan lebih berat dibandingkan terhadap orang kafir. Karena sesungguhnya kemunafikan adalah jenis kekafiran yang paling buruk.

Demi meraih keuntungan duniawi, orang munafik menabiri/menutupi kekafirannya dengan tirai kesalehan. Dari luar, ucapan dan perbuatannya tampak shaleh. Padahal hatinya tidak demikian. Sebagai contoh, ketika mengucapkan dua kalimat syahadat, secara lisan mengakui Al Qur’an dan Hari Perhitungan. Namun tidak ada iman dalam hatinya, melainkan pengingkaran terhadap apa yang ia lisankan. 

 

Allah SWT berfirman: orang-orang Baduwi yang tertinggal (tidak turut ke Hudaibiyah) akan mengatakan: "Harta dan keluarga Kami telah merintangi Kami, Maka mohonkanlah ampunan untuk kami"; mereka mengucapkan dengan lidahnya apa yang tidak ada dalam hatinya. Katakanlah : "Maka siapakah (gerangan) yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah jika Dia menghendaki kemudharatan bagimu atau jika Dia menghendaki manfaat bagimu. sebenarnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (surat Al Fath (48) ayat 11)

 

Orang orang semacam ini melakukan perbuatan baik dengan penuh semangat untuk mendapatkan kepopuleran di tengah tengah masyarakat. Mereka shalat, berhaji, bersedekah agar orang orang menganggap mereka baik, mulia dan memuji, serta percaya kepada mereka. Disamping kekafiran, orang orang munafik juga menderita penyakit suka berdusta, menipu, dan melecehkan keimanan. Mereka berdusta kepada Allah, Rasul dan orang orang beriman. Mereka merasa tenteram dengan menipu dan menjadikan kebenaran sebagai olok olok. Namun sebenarnya tak ada yang mereka dustai selain diri mereka sendiri. Mereka menipu diri sendiri dan menjadi diri mereka bahan olok olok.

 

“Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: "Kami mengakui, bahwa Sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah". dan Allah mengetahui bahwa Sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa Sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta. mereka itu menjadikan sumpah mereka sebagai perisai[1476], lalu mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Sesungguhnya Amat buruklah apa yang telah mereka kerjakan. yang demikian itu adalah karena bahwa Sesungguhnya mereka telah beriman, kemudian menjadi kafir (lagi) lalu hati mereka dikunci mati; karena itu mereka tidak dapat mengerti. dan apabila kamu melihat mereka, tubuh-tubuh mereka menjadikan kamu kagum. dan jika mereka berkata kamu mendengarkan Perkataan mereka. mereka adalah seakan-akan kayu yang tersandar[1477]. mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditujukan kepada mereka. mereka Itulah musuh (yang sebenarnya) Maka waspadalah terhadap mereka; semoga Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan (dari kebenaran)?

dan apabila dikatakan kepada mereka: Marilah (beriman), agar Rasulullah memintakan ampunan bagimu, mereka membuang muka mereka dan kamu Lihat mereka berpaling sedang mereka menyombongkan diri.

sama saja bagi mereka, kamu mintakan ampunan atau tidak kamu mintakan ampunan bagi mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.

mereka orang-orang yang mengatakan (kepada orang-orang Anshar): "Janganlah kamu memberikan perbelanjaan kepada orang-orang (Muhajirin) yang ada disisi Rasulullah supaya mereka bubar (meninggalkan Rasulullah)." Padahal kepunyaan Allah-lah perbendaharaan langit dan bumi, tetapi orang-orang munafik itu tidak memahami.

mereka berkata: "Sesungguhnya jika kita telah kembali ke Madinah[1478], benar-benar orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah dari padanya." Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tiada mengetahui.

Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian Maka mereka Itulah orang-orang yang merugi. dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: "Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku Termasuk orang-orang yang saleh?"

dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila telah datang waktu kematiannya. dan Allah Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan.  (surat Al Munafiquun (63) ayat 1 sampai 11)

 

[1476] Mereka bersumpah bahwa mereka beriman adalah untuk menjaga harta mereka supaya jangan dibunuh atau ditawan atau dirampas hartanya.

[1477] Mereka diumpamakan seperti kayu yang tersandar, Maksudnya untuk menyatakan sifat mereka yang buruk meskipun tubuh mereka bagus-bagus dan mereka pandai berbicara, akan tetapi sebenarnya otak mereka adalah kosong tak dapat memahami kebenaran.

[1478] Maksudnya: kembali dari peperangan Bani Musthalik.

 

Berdasarkan ketentuan surat Al Munafiquun (63) ayat 1 sampai 11 di atas, menunjukkan betapa hinanya mereka, betapa buruknya sifat sifat mereka dan tempat kembalinya adalah neraka.

 

Kemunafikan adalah jalan syaitan, sedangkan kebenaran dan iman adalah jalan manusia. Manusia bisa menjalankan kehidupannya secara manusiawi. Ia juga bisa mencapai derajat sangat agung di akhirat dan akan selamanya bergembira dan berbahagia. Tetapi betapa besarnya kesalahan yang bisa dilakukan manusia apabila ia berdiri di persimpangan jalan, kemudian ia mengambil keputusan yang salah serta meninggalkan jalan yang indah.

 

Di lain pihak, ia menempuh jalan syaitan dan konsekuensinya harus menanggung berbagai kesulitan tak terperi yang menantinya di jalan itu. Bahkan kematian pun tak membuatnya terlepas dari rantai dan jeratan api, sementara malaikat yang murka mengancamnya.

 

dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi[980]; Maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam Keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang[981]. rugilah ia di dunia dan di akhirat. yang demikian itu adalah kerugian yang nyata. (surat Al Hajj (22) ayat 11)

 

[980] Maksudnya: tidak dengan penuh keyakinan.

[981] Maksudnya: kembali kafir lagi.

 

Apakah cacat yang dilihatnya dalam kehidupan yang sejati dan shaleh sehingga ia meninggalkannya? Dan ia justru memilih jalan kemunafikan? Orang yang seperti inilah yang dikemukakan dalam surat Al Hajj (22) ayat 11 di atas, yang merugi di dunia dan di akhirat kelak.

 

68.    Akibat dari Sebab. Tak seorangpun bisa menyangkal hukum sebab dan akibat. Jika kertas terbakar karena api, maka setelah melihat fakta kertas yang terbakar dan api, siapa yang akan menyangkal fakta bahwa adanya hubungan antara api dan sifat pembakaran. Sebab terbakarnya kertas adalah api, sementara kertas yang terbakar disebut sebagai akibatnya. Tak seorangpun menolak kesimpulan ini. Seandainya ada ketidaksepakatan antara kaum yang beriman dengan kaum materialistis, itu terletak pada apakah sebab sebab itu menimbulkan efek yang permanen (tanpa keterlibatan Allah) atau apakah sesungguhnya Allah sendirilah yang memberikan efek pada sebab sebab itu?

 

Kedua kelompok tidak sepaham mengenai apakah sebab sebab ini adalah pencipta akibat yang sesungguhnya atau apakah Allah yang memegang kendali tersebut.

 

Maka Maha suci (Allah) yang di tangan-Nya kekuasaaan atas segala sesuatu dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan. (surat Yaa Siin (36) ayat 83)

 

Orang yang beriman mengatakan, jika Allah berkehendak, Dia bisa memberi efek kepada sebab dan jika Allah tidak berkenan, Dia bisa menjadikan sebab itu tidak menimbulkan efek. Api bisa bertambah besar. Jika Allah tidak mengizinkan, obat obatan tak akan efektif. Jika Allah mengizinkan obat obatan akan membawa hasil. Jika Allah berkenan, api akan membakar kertas.

 

69.   Ragu Pertanda Penyakit Hati. Tanda sehatnya hati manusia adalah apabila ia merasa pasti dan positif tentang kebenaran suatu fakta dan kekeliruan suatu dusta, dan ia dalam keadaan mengetahui dan yakin. Sedangkan tanda penyakit hati sehubungan dengan pemahaman kebenaran dan kepalsuan adalah terdapatnya kecemasan dan keraguan tentan kebenaran suatu fakta dan penolakan suatu kepalsuan.Sesungguhnya hati yang kosong dari pengetahuan akan kebenaran dan cahaya ilmu dan kepercayaan tak pantas disebut deengan hati manusia. Hati semacam itu dimiliki oleh orang yang tidak mengenal kehidupan yang suci, dan kehidupannya rendah seperti hewan.

 

Keraguan mirip dengan kebutaan. Orang buta senantiasa ragu akan segala hal di sekeliling nya karena ia tidak bisa melihat. Jika sesuatu terbukti benar karena hikmah, kesadaran, dan argument rasional, tetapi orang itu tetap ragu, maka tentulah mata hatinya telah buta. Ia jauh dari anugerah kemampuan untuk merenung. Akal dan syariat, serta tingginya tanggung jawab mewajibkan kita untuk berusaha sembuh dari penyakit ragu.Al Qur’an surat At Taubah (9) ayat 125 dengan tegas menyatakan: ”dan Adapun orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit[666], Maka dengan surat itu bertambah kekafiran mereka, disamping kekafirannya (yang telah ada) dan mereka mati dalam Keadaan kafir. (surat At Taubah (9) ayat 125)

 

[666] Maksudnya penyakin bathiniyah seperti kekafiran, kemunafikan, keragua-raguan dan sebagainya.

 

Padahal bagi orang yang beriman, tanda tanda (ayat ayat tersebut) meningkatkan cahaya pengetahuan akan Tuhan ke dalam kesadaran yang kuat dan sehat, juga menambah wawasan dan tingkat perenungan. Ayat ini menunjukkan bahwa kebahagiaan tercurah ke hati hati semacam itu, yang semakin menambah kemampuan pikiran dan pemahaman. Semua orang tahu bahwa hujan adalah anugerah Allah. Tetapi hujan yang menumbuhkan mawar mawar merah di taman, juga menumbuhkan ilalang di beberapa tempat. Hilangkan keraguan saat ini juga.

 

70.    Pikiran  Kita  Terbatas. Meski tidak bisa mengenal dzat Allah, tidak serta merta kita harus mengingkari keberadaanNya. Tidak tahu tentang sesuatu tidak bisa dijadikan alasan bahwa sesuatu itu tidak ada. Sampai sekarang, manusia belum mengetahui berbagai makhluk di dunia, tetapi hal ini tidak menihilkan/meniadakan eksistensi mereka. Dan hingga sekarang pun manusia belum mengetahui realitas cahaya.

 

   Apakah realitas gelombang cahaya? Kita masih tidak tahu, bagaimana manusia mampu melihat tetapi ia tidak mengingkari bahwa gelombang cahaya juga ada. Begitu juga, manusia mengakui kekuatan pikiran dan akal meskipun ia tidak mengetahui fakta fakta ilmiahnya. Tetapi ia tidak mengatakan bahwa karena saya tidak mengetahui kekuatan pikiran maka saya tidak mengakui eksistensinya.

 

Intinya, manusia tidak mengetahui banyak hal yang sebenarnya ada di bumi ini, tetapi apabila ia melihat tanda tanda, isyarat isyarat, atau simbol simbol sesuatu maka ia menerima keberadaan sesuatu itu. Sekarang, masuk akalkah jika seseorang mengingkari pencipta dunia padahal ia melihat dunia itu? Mungkinkah ia mengatakan, karena aku tidak tahu tentang realitas Sang Pencipta maka aku mengingkari keberadaanNya?

 

Tidak ada yang lebih tidak berakal dari orang yang mengatakan, “Mungkinkah percaya kepada Tuhan yang tak terlihat?” Kepada orang ini, kita harus mengajukan pertanyaan, “Pernahkah Anda melihal akal atau ingatan, atau kemampuan lainnya yang ada dalam dirimu?”. Selain hal hal ini, masih ada banyak lagi yang lainnya di dunia ini yang tidak terlihat mata telanjang. Sebagai contoh udara. Bisakah Anda menyangkal keberadaan hal hal semacam ini? Tidakkah Anda melihat isyarat dan tanda tandanya?.

 

Hershel mengatakan bahwa seiring kemajuan sains, ada peningkatan bukti eksistensi Pencipta Yang Abadi dan meliputi segala sesuatu, yakni Tuhan. Para geograf, matematikawan, psikolog, dan ilmuwan lainnya bekerja sama untuk menguatkan singasana pengetahuan, yang adalah singgasana kebesaran Tuhan Yang Satu. Pemikir besar Herbert Spencer menyatakan, “Semakin kita menyelami misteri misteri ini, semakin banyak yang tidak kita ketahui. Meskipun jelas kita menyadari fakta bahwa ada sesuatu yang lebih berkuasa dan lebih tinggi dari manusia, dan keberadaan segala sesuatu adalah karena Dia.”

 

Psikolog Perancis dan ilmuwan alam, Lena, mengatakan, “Tuhan Yang Abadi mengetahui segalanya dan Dia bisa melakukan apapun. Dialah yang membisikkan kesadaran itu ke dalam diriku melalui makhluk makhlukNya hingga aku tercengang dan takjub. Karena dari makhluk yang paling kecil hingga fenomenaNya yang terbesar terdapat sejenis kebaruan, kearifan, dan kekuatan yang memaksa kita untuk terheran heran.”

 

Kemudian, ia berkata, “Manfaat apa pun yang kita peroleh melalui semesta adalah bukti terbaik atas kebesaran Tuhan, Yang telah menganugerahkan semua itu. Segala yang ada dalam semesta ini begitu indah dan seimbang hingga menunjukkan kebijaksanaan Yang Mahakuasa. Tuhan melindungi segala sesuatu dari kehancuran dan ketidakseimbangan. Perubahan dan transformasi konstan dalam semesta ini pun bukti kebesaran Dia Yang Mahakuasa.

 

71.  Setiap Perbuatan Ada Efeknya. Seperti shalat, setiap amalan lainnya, seperti puasa, zakat, haji dan ibadah fardhu lainnya membawa hasil tertentu. Setiap amalan fardhu memberi efek menyucikan hati yang khusus dan berbeda dari yang terdapat dalam amalan lain. Jika seseorang menunaikan semua amalan wajib, kecuali satu, ia akan kehilangan manfaat dari amala yang ditinggalkannya itu. Ia akan terkena penyakit hati sesuai dengan amalan yang ia langgar dan ini tidak bisa diganti dengan melakukan amalan wajib yang lain.

 

Hal serupa berlaku pada amalan haram. Jika seseorang menjauhi semua perbuatan haram kecuali satu, hatinya akan tetap tidak bersih, dan kekotoran ini tidak bisa dihilangkan kecuali dengan menjauhi amalan haram yang dulu dilakukannya. Begitu juga dengan amalan amalan sunnah. Sehubungan dengan penyucian diri, efek yang ditimbulkan amalan sunnah tertentu tidak bisa diperoleh dengan melakukan amalan sunnah yang lain. Mengingat kematian termasuk salah satu amalan sunnah yang akan menyingkirkan rintangan bagi seseorang yang ingin mengenal Allah dan menyucikan dirinya.

 

Setiap saat egomu bertempur dengan dirimu sehubungan dengan nafsu sensual, kamu harus memperbanyak mengingat kematian. Kematian sudah cukup sebagai pemberi nasehat. Rasulullah SAW berulang kali menasihati sahabat sahabatnya berkenaan dengan mengingat kematian dan beliau sering mengatakan, “Perbanyaklah mengingat kematian karena perbuatan ini akan memutus kesenangan ego dan menjauhkan dirimu dari nafsu syahwat.”

 

72.     Kebiasaan atau Peringatan. Cara terbaik untuk memperoleh makrifatullah adalah dengan tidak berhenti mengamati sistem ciptaan dengan seksama. Kita juga harus menaruh perhatian besar pada tujuan dan maksud di balik penciptaan segala sesuatu yang telah diciptakan itu. Untuk itu ketika kita melihat jam dan ia berbunyi setiap jam bergeser, berarti jam ini dibuat oleh suatu akal dan kecerdasan. Artinya, mengapa jam menunjukkan waktu dengan cara yang baik dan teratur. Begitu juga ketika kita melihat bagian bagian tubuh, tentulah ada sosok yang sangat cerdas yang menciptakan organ oragan tubuh ini dan menjadikannya bekerja dengan teratur.

Tubuh manusia adalah sesuatu yang sangat menakjubkan. Tubuh memiliki sistem kunyah, telan dan cerna, dan lain lain. Selain itu masih ada pula sistem reproduksi, sirkulasi untuk membersihkan dan membuat darah segar, juga ada berbagai jenis organ semisal jantung, lever, ginjal, mata, telinga dan lain lain. Merenungkan bagian bagian ini membuat kita takjub. Tentulah Tuhan Yang Mahakuasa yang telah menciptakannya.

Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu". (surat Ash Shaaffat (37) ayat 96)

 

Allah telah memberikan berbagai jenis kemampuan kepada manusia. Dia telah memberikan  kecerdasan dan pemahaman, juga tentu saja kekuatan untuk memanfaatkan kemampuan ini secara benar atau keliru, dan manusia itu sendiri akan melihat hasil dari perbuatannya.

 

Jika manusia terus memperhatikan segala sesuatu secara sambil lalu, seperti kebiasaan, ia tidak akan mendapat wawasan atau makrifatullah. Kita harus mengamati berbagai hal dengan pemikiran mendalam, kecerdasan, dan cara yang patut. Dengan begitu, kita akan mampu mengambil pelajaran dan mampu merenungkan kebijaksanaan dan kekuasaan Allah yang tidak terbatas.

 

Allah SWT berfirman: dan banyak sekali tanda-tanda (kekuasaan Allah) di langit dan di bumi yang mereka melaluinya, sedang mereka berpaling dari padanya. (surat Yusuf (12) ayat 105)

Ketika melihat sesuatu yang baru, orang mengatakan, “Betapa menakjubkannya! Dan yang lebih menakjubkan adalah penciptaannya sebagai sesuatu yang baru. Allah Yang Mahakuasa berfirman dalam Al Qur’an surat Yusuf (12) ayat 105 di atas. Bagi manusia yang jiwanya telah tercerahkan, semesta raya ini bagaikan kitab Sang Maha Kuasa.

 

73.    Tugas Mulia Sekaligus Tersulit. Akan datang waktu bagi seorang mukmin untuk diuji dengan tiga hal yang tampaknya sangat sulit baginya. Menginginkan keadilan bagi orang lain seperti bagi dirinya sendiri. Sedemikian tingginya keinginan itu hingga ia cenderung tidak memilih sesuatu untuk dirinya sendiri sampai ia melihat orang lain mendapat hal yang sama.

 

Memberi bantuan keuangan bagi saudara seiman (membantunya jika ia membutuhkan). Mengingat Allah dalam segala kondisi. Dzikir kepada Allah bukan hanya berarti mengucapkan “Subhanallah, walhamdulillah, wa laa ilaaha illahaah, wallahu akbar (Mahasuci Allah, segala puji bagi Allah, dan tidak ada tuhan selain Allah, dan Allah Maha besar)”, meskipun dzikir itu penting.

 

Akan tetapi, dzikir kepada Allah berarti ketika kita menghadapi sesuatu yang Allah perintahkan, kita harus melaksanakannya, dan apabila menghadapi sesuatu yang dilarang oleh Allah Yang Mahatinggi dan Mahakuasa maka kita harus menjauhinya. Hal ini mendidik kita tentang pentingnya mengingat Allah. Jika kita bersikap sembarangan tentang hal yang haram dan halal dalam setiap momen kehidupan maka dzikir yang sekadar lisan akan sia sia atau sangat kecil faedahnya.

 

Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, Maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). ia berkata (Qabil): "Aku pasti membunuhmu!". berkata Habil: "Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa". (surat Al Maaidah (5) ayat 27)

 

Bahkan sebenarnya mengingat Allah adalah memandangNya hadir dan menyaksikan dalam segala situasi. Dalam segala kondisi, kita tidak boleh mengabaikan perintah Allah. Inilah yang namanya bersikap hati hati. Kehati hatian semacam ini membentengi kita dari segala jenis kehancuran. Ketika menjalani kehidupan di tengah tengah masyarakat, pusat perhatian kita seharusnya adalah Allah Yang Mahakuasa. Sikap hati hati ini akan membawa kita ke tingkat kesempurnaan.

Ingat, Allah SWT selamanya adalah Pelindung dan Penjaga hamba hambaNya. Istilah Penjaga dalam bahasa Arab adalah Raqib dan Allah telah menunjuk para malaikat atas namaNya untuk mengawasi ucapan dan perbuatan kita. Dan perintah Allah, malaikat mencatat segala amal baik dan buruk setiap orang dalam setiap waktu. Kita harus menyadari pula bahwa Allah mengawasi mereka dan mereka tidak boleh melakukan dosa di hadiratNya.

 

74.  Kesulitan Sejak Ajal Tiba. Rasulullah SAW bersabda, “Kematian! Kematian! Waspadalah dengan kematian. Ketahuilah dengan baik bahwa tak ada obat bagi kematian. Kematian datang dengan kebahagiaan dan ketenangan kepada orang orang yang beriman kepada akhirat, dan kemudian membawanya ke syurga. Inilah orang orang yang mencurahkan segala upaya mereka demi akhirat. Cinta dan ketertarikan mereka pun tertuju kepadanya. Tetapi orang orang yang terobsesi dengan dunia yang semu ini dan mencurahkan segala upaya untuknya, maka bagi mereka kematian  dan apapun yang menyertainya akan menyusahkan dan penuh dengan kesulitan. Merekalah orang orang yang merugi dan akan dimasukkan ke dalam kobaran api.

 

Hadits di atas menerangkan bahwa orang orang yang akan merasakan rasa sakit dan kesulitan begitu ajal mereka datang, adalah mereka yang hanya mencintai dan menyukai dunia. Mereka tenggelam dalam kenyamanan dan kesenangan hidup ini semata, sedangkan hati mereka sepi dari kecintaan kepada akhirat. Itulah sebabnya, mereka tidak menyimpan amal apapun untuk akhirat.

 

75.  Dzikir kepada Allah SWT. Dzikir kepada Allah ada dua macam: Wajib dan sunnah. Kita wajib mengingat Allah dalam tiga situasi. Yang pertama adalah ketika kita melihat makhluk, kita harus mengingat Khaliknya. Apabila kita melihat ciptaan, kita harus menyadari kekuatan dan kebijaksanaan Tuhan yang tidak terbatas. Kita harus memandang Allah sebagai sumber anugerah dan seharusnyalah kita tidak menyianyiakan cintaNya yang ditanamkan ke hati kita.

 

Sebagai tingkatan pertama mengenal Allah, dzikir seperti ini adalah kewajiban. Apabila manusia telah mengenal Allah pada tingkat wajib dan mulai mencintaiNya dan mengabdi kepadaNya maka dzikir yang terus dilakukan menjadi sunnah baginya. Artinya, disunahkan kepadanya agar setiap kali melihat makhluk, ia selayaknya mengingat penciptanya.

 

Setiap kali ia melihat suatu karunia, haruslah ia menganggapnya sebagai hadiah dari Allah. Dan dengan begitu, ia tak akan melupakan Allah. Dzikir semacam ini tergolong ibadah yang paling baik. Banyak ayat Al Qur’an yang menekankan ibadah ini.

(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka. (surat Ali Imran (3) ayat 191)

 

Dzikir itu bukan hanya diucapkan dengan lidah saja, tetapi kondisi mengingat Allah sepanjang waktu, hal ini sejalan dengan surat Al A’raaf (7) ayat 74 di bawah ini.

 

dan ingatlah olehmu di waktu Tuhan menjadikam kamu pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah kaum 'Aad dan memberikan tempat bagimu di bumi. kamu dirikan istana-istana di tanah-tanahnya yang datar dan kamu pahat gunung-gunungnya untuk dijadikan rumah; Maka ingatlah nikmat-nikmat Allah dan janganlah kamu merajalela di muka bumi membuat kerusakan. (surat Al A’raaf (7) ayat 74)

 

Ayat ini menunjukkan jika ada dzikir kepada Allah dilakukan maka tak ada kejahatan dan apabila tidak ada dzikir maka tentulah ada kejahatan.

 

apabila kamu telah menyelesaikan ibadah hajimu, Maka berdzikirlah dengan menyebut Allah, sebagaimana kamu menyebut-nyebut (membangga-banggakan) nenek moyangmu[126], atau (bahkan) berdzikirlah lebih banyak dari itu. Maka di antara manusia ada orang yang berdoa: "Ya Tuhan Kami, berilah Kami (kebaikan) di dunia", dan Tiadalah baginya bahagian (yang menyenangkan) di akhirat. (surat Al Baqarah (2) ayat 200)

 

[126] Adalah menjadi kebiasaan orang-orang Arab Jahiliyah setelah menunaikan haji lalu Bermegah-megahan tentang kebesaran nenek moyangnya. setelah ayat ini diturunkan Maka memegah-megahkan nenek moyangnya itu diganti dengan dzikir kepada Allah.

 

Kejahatan itu pasti, dan lalai dalam mengingat Allah adalah kehancuran itu sendiri sebagaimana ayat AlQur’an di atas ini menyebutkan.

 

76.  Dunia dan Akhirat Saling Mencela. Tidak diragukan lagi, dunia dan akhirat bermusuhan sehingga bisa diibaratkan dengan dua kutub atau dua jalan yang saling berlawanan. Orang yang mencintai dunia akan senang dengannya dan mengejarnya, serta menjadi musuh akhirat. Mereka seperti dua arah: timur dan barat, yang saling berlawanan. Orang yang dekat dengan salah satunya akan semakin jauh dari yang lainnya. Mereka seperti dua istri dari satu suami. Maksudnya, meskipun ada jarak jauh antara dunia dengan akhirat, tetapi mereka sama sama istri dari satu suami. Karena kebanyakan orang menjadikan keduanya sebagai istri. Mereka mencintai keduanya sekaligus dan berusaha memiliki keduanya, tetapi mereka bodoh karena keduanya tidak bisa disatukan.

 

Uraian di atas jelas menunjukkan bahwa cinta dunia mengindikasikan keberpisahan dari akhirat. Jika salah satu di antara keduanya dianggap penting, maka yang lainnya akan terabaikan. Bersikap manis pada salah satunya berarti tidak ramah pada yang lainnya.

 

Rasulullah SAW bersabda: “Ketenteraman dan kemewahan dunia dan kehidupannya yang manis menjadikan akhirat itu pahit dan rasa pahit dunia akan menjadikan kehidupan abadi itu manis.” Selain daripada itu, apabila dunia serta merta menciptakan kebencian terhadap akhirat, itu berarti cinta dunia tidak hanya dosa, melainkan sesungguhnya suatu kekafiran.

 

Manusia terbagi dalam tiga kelompok. Kelompok pertama adalah orang orang yang sama sekali tidak memiliki kecintaan kepada dunia. Kelompok inilah yang akan memperoleh keselamatan. Kelompok ke dua adalah orang orang yang meskipun mencintai dunia, tetapi jika berhadapan dengan kebenaran, mereka menerimanya dengan kerendahan hati. Mereka menikmati hidangan (makanan) dari Allah, tetapi terus takut denganNya. Allah Yang Mahakuasa memaafkan kelompok ini karena yang terdahulu. Kelompok ke tiga adalah orang orang yang sangat mencintai dunia. Mereka mengambil apapun yang ada dihadapan mereka.

 

Untuk mencapai tujuan, mereka membakar dan membasahi sekaligus dan mereka tidak merasa malu dengan kebenaran. Kelompok ini akan dihancurkan dan tak ada kemungkinan untuk mendapat keselamatan. Jadi, selayaknya kita berusah masuk ke kelompok pertama, seandainya ini tidak mungkin, setidaknya kita harus masuk ke dalam kelompok ke dua.

 

Nabi SAW bersabda: “Suatu ketika akan datang kepada manusia, ketika mereka akan lari dari ulama seperti larinya domba saat melihat srigala. (Pada saat itu) Allah akan menimpakan berbagai malapetaka: (1) Dia akan mencabut berkah dari kekayaan mereka; (2) Dia akan mengadakan penguasa yang dzalim atas mereka; (3) Mereka akan diambil dari dunia dalam keadaan tidak beriman.”

 

Nabi SAW bersabda: “Manusia akan melihat hari ketika mereka akan menjadikan perut mereka sebagai tuhan, perempuan perempuan merka sebagai kiblat, kekayaan duniawi sebagai agama mereka, sebagai tolak ukur keunggulan dan kemuliaan mereka. (akan datang suatu saat ketika) tidak ada keimanan melainkan nama, tidak ada Islam melainkan ritual ritual saja, tidak ada Al Qur’an selain sekedar pelajaran saja, Masjid masjid mereka akan berdiri seperti bangunan bangunan batu sementara hati mereka sepi dari petunjuk. Para ulama pada zaman itu akan menjadi seburuk buruknya manusia di muka bumi. (yaitu, mayoritas mereka akan menjadi para penyembah dunia).”

 

77.     Jalan Yang Lurus. Apa yang dimaksud dengan jalan yang lurus? Yaitu jalan yang menentramkan jiwa kita, dan jalan yang membuat kita mengerti siapa diri kita yang sebenarnya. Sehingga kita paham dengan aliran pikiran yang muncul di benak kita. Jalan yang membuat kita senantiasa sadar sepenuhnya siapa diri kita yang sebenarnya, dan siapa Tuhan kita yang sebenarnya. Dalam mencari identitas diri, aku sering bertanya dalam hati, “apa yang sebenarnya aku cari?” Saat engkau bertanya seperti itu, engkau sedang mencari identitas dirimu yang paling tepat, yang akan engkau perankan dalam kehidupanmu. Kesadaran menjadikan identitas dirimu sebagai medium untuk berkomunikasi dengan apa saja dan siapa saja di dunia fisik. Bila engkau masih bertanya demikian di dalam hati, ketahuilah engkau sedang kembali memperjelas identitas yang akan engkau mainkan dalam kehidupan. Identitas diperlukan di kehidupan ini, namun sadari bahwa identitas itu tidak permanen. Kematian akan memaksa engkau terpisah denga identitas.

 

78.   Syurgamu adalah pengetahuanmu terhadap dirimu. Sekali lagi, kualitas dirimu, syurgamu adalah jumlah penyelaman dirimu ke dalam dirimu. Apa yang engkau ketahui tentang dirimu itulah syurgamu. Berikan perhatian yang sungguh sungguh kepada dirimu. Menyelamlah ke dalam, sedalam dalamnya. Singkap rahasia pikiranmu. Singkap rahasia perasaanmu. Sadari siapa hakekat dirimu yang abadi, yang tidak pernah mati. Selami apa yang terjadi pada kehidupan sesudah mati. Pahami dengan sadar makna hubungan dirimu dengan alam semesta. Pelajari tubuhmu. Semua itu akan melengkapi syurgamu.

 

Mulailah dengan berani mengajukan pertanyaan kepada dirimu. Setiap pertanyaan, pasti mengandung jawaban. Pikiranmu mengajukan pertanyaan, hatimu memberikan jawaban. Kesadaran mengamini dialog hatimu. Buatlah pertanyaan yang secara sengaja engkau ajukan kepada Tuhanmu, Dia akan menjawab semua pertanyaanmu. Dia adalah Kitab sejati. Di dalam Kitab sejati itu terkandung semua jawaban dari pertanyaan manusia, dari dulu hingga sekarang, dan sampai nanti. Kenali dengan benar pertanyaanmu. Belajarlah mengenal jawaban dariNya.

 

79.   Makna dan Peristiwa. Kualitas peristiwa bukan pada peristiwanya, tetapi pada “makna” yang kita berikan pada peristiwa itu. Sakit adalah peristiwa, apa makna yang engkau berikan? Sakit bisa engkau maknai buruk, bisa juga engkau maknai baik, tergantung perspektif yang engkau gunakan. Hinaan adalah peristiwa. Kecelakaan adalah peristiwa. Penghargaan adalah peristiwa. Kehilangan anak adalah peristiwa. Dan berbagai peristiwa lainnya, apa makna yang engkau berikan?

 

80.    Bila Tuhan Datang Kepadamu, Apa Yang Engkau Tanyakan? Apa yang terjadi pada dirimu jika hari ini Tuhan mendatangimu? Apakah engkau mengenaliNya? Pernahkah kemungkinan ini terpikir olehmu sebelumnya. Dia datang kepadamu secara khusus. Engkau boleh mengajukan pertanyaan apa saja kepadaNya. Apa kira kira yang akan engkau tanyakan kepadaNya? Dia Maha Mengetahui apa saja. Dia mengetahui apa yang belum engkau tahu. Dia akan mengajarkan kepadamu apa yang tidak engkau ketahui sebelumnya.

 

81.  Pelajarilah Pengetahuan Menentramkan. Setiap pribadi harus belajar sendiri tentang hidupnya. Dia sendiri yang memutuskan apa yang ingin dipelajarinya dari hidup. Pengetahuannya akan sempurna jika dia mengalami sendiri pengetahuan itu. Pengetahuan tentang hidup, kelahiran, kematian, kiamat, syurga, neraka, Tuhan, malaikat, rezeki, kesabaran, syukur, bahagia, takut, khawatir, sedih dan lain sebagainya. Banyak sekali obyek pengetahuan yang dapat dipelajari manusia untuk tumbuh dan berkembang. Pengetahuan yang benar dapat membawa pada ketenangan dan ketentraman mental. Bila engkau sudah sampai pada kesadaran ini, itu pertanda engkau telah terbebas dari ketakutan. Engkau telah mengenal dan menyadari ilusi dirimu, yang sering dikenal sebagai ego. Engkau menyadari penyebab penderitaan dan penyebab kesenangan. Engkau juga paham kapan engkau sedang sadar. Tidak ada lagi yang perlu engkau cari. Engkau hanya perlu menyadari, mengamati, dan mengalami sendiri apa saja yang datang kepadamu, oleh kehendakmu dan kehendak Tuhanmu.

 

82.   Hartamu Yang Sebenarnya adalah “Nama Nama Tuhan”. Hartamu atau keka-yaanmu yang sebenarnya (hakiki) adalah kesadaran yang engkau miliki tentang kehidupan. Kesadaran yang permanen yang mematri dalam bathinmu, pemahaman akan rahasia hukum hukum kehidupan adalah harta yang engkau bawa sampai mati. Islam mengenal harta itu sebagai “Asma”. Engkau telah mengenal asma (nama namaNya). Mengenal nama nama itu melalui pengalamanmu langsung dan menggunakan nama nama itu dalam kehidupanmu.

 

Nama Ar Razak (Maha Pemberi Rezeki), lebur dalam eksistensimu, sehingga engkau sangat ahli mendatangkan rezeki kepadamu. Rezeki apa saja yang engkau inginkan akan hadir, misal uang, orang, barang, keadaan, dan lain lain. Apa saja yang engkau inginkan telah engkau buktikan dalam kehidupanmu.

 

Contoh nama Tuhan yang lain adalah Ar Rahiem (kasih). Engkau telah mengerti bagaimana kasih itu itu hadir dalam kehidupanmu. Kehadiran kasih itu memberikan kemampuan yang tulus untuk menyebarkan kasih itu kepada orang lain. Kemudian Asma Hidup (Al Hayyu) yang berarti Dia yang Maha Hidup. Engkau telah menemukan Kesadaran hidup permanen dalam dirimu. Hidup dalam tingkatan Kesadaran Ruhani, Sang Hidup permanen dalam kesadaranmu

 

83.   Dunia Adalah Persepsi. Apa saja yang engkau persepsikan adalah duniamu. Segala persepsimu tentang apa saja akan menjadi ruang ruang duniamu sendiri. Apa yang disebut kenyataan bagi setiap orang adalah apa yang dia persepsi terhadap suatu obyek. Obyek yang sama bisa dipersepsi berbeda oleh orang orang yang melihatnya. Kenyataan dan kebenaran bagi dia adalah bukan obyeknya, tetapi jendela apa yang dia gunakan untuk menyaksikan obyek itu. Jendela pribadinya itulah yang menjadi penentu apa yang menjadi kenyataan bagi dirinya. Jendela itu adalah keyakinan hidup yang kita miliki selama kita hidup. Karena itu, setiap orang pada dasarnya melihat segala sesuatu bukan sebagaimana adanya, tetapi sebagaimana yang dia inginkan.

 

84.   Vertikal Merupakan Keajaiban. Bagi sebagian orang, hidup itu linier atau hori-zontal saja, ada ruang dan waktu. Karena mereka berada dalam kesadaran itu, maka hukum hukum ruang dan waktu mengikat mereka. Namun diantara mereka itu (manusia yang sadar jati dirinya) ada yang sudah mampu melihat kehidupan yang parallel dan vertikal. Hidup itu berlangsung dalam berbagai tingkatan kesadaran. Ruang dan waktu digulung dalam satu kesadaran kekinian dan kedisinian. Saat itu, Kesatuan menjadi realitas. Hidup menjadi rileks dan bebas. Diri mengalami transformasi. Bagi mereka yang sudah mencapai kesadaran, hidup ini linier, parallel dan vertikal sekaligus, hidup menjadi sangat indah dan ajaib. Kehidupan dan kematian adalah dua sisi dari mata uang. Realitas adalah apa yang dipilih untuk disadari.

 

85.    Menemukan Jawaban Pertanyaan Malaikat Sebelum Mati.Engkau sering men-dengar, bahwa nanti di alam kubur, akan datang malaikat bertanya kepadamu, “siapa Tuhanmu? Siapa Nabimu? Apa Kitabmu? Apa Kiblatmu?” Dapatkah engkau menjawab semua pertanyaan itu? Dari sekarang ketahuilah dengan sebenarnya siapa sesungguhnya Tuhanmu. Dia adalah Dzat yang dapat kita “saksikan”.

 

Kata kata penyaksian dalam syahadat adalah pernyataan mereka yang sudah menjadi saksi akan Dzat Allah. Tidak ada keraguan sedikitpun dalam dirinya tentang Keberadaan Allah. Allah adalah Wujud Mutlak. Seorang Sufi mengungkapkan, “Aku mengenal Tuhanku melalui Tuhanku, kalau bukan karena Tuhanku, aku tidak kenal Tuhanku”

 

Siapakah Nabimu? Nabi adalah pembawa berita, penerima berita. Pernahkah engkau menerima berita darinya? Pernahkah engkau menyampaikan beritanya? Mana mungkin engkau akan bisa menjawab pertanyaan “siapa nabimu” jika engkau sendiri belum pernah menerima beritanya. Maka itu, dari sekarang mintalah beritanya. Belajarlah menerima berita darinya. Apa kitabmu? Apakah engkau akan menjawab bahwa kitabmu adalah Al Qur’an yang berbentuk buku. Itu bukanlah kitab yang hakiki. Kitab yang ditanyakan adalah kitab yang tanpa huruf dan tanpa bentuk. Kitab yang dibaca Nabi Muhammad SAW adalah Kitab yang tanpa huruf, yaitu kitab yang tanpa bentuk. Kitab Al Qur’an adalah Kitabullah. Kitab ini yang menjadi petunjuk bagi orang yang bertaqwa.

 

86.      Kehidupanmu adalah Hasil Ciptaanmu, Disadari atau Tidak. Betapa mudah-nya seseorang tergelincir kepada godaan setan. Kita menyaksikan setiap hari orang selalu asyik membahas keburukan dan kesalahan orang lain. Begitu semangatnya dia membahas dan memetakan kesalahan orang, sampai dia merasa lebih baik dari orang yang dia bicarakan. Saat dia melakukan itu, sadarkah dia, bahwa dia telah terbawa dalam ‘arus gelombang setan’ yang akan menjerumuskan dirinya. Setelah itu, dia pulang ke rumahnya dengan membawa setumpuk ‘dosa’ yang otomatis membebani jiwanya. Dia lupa melihat segala fenomena manusia adalah hasil ciptaannya sendiri.

 

Apa yang kita dapatkan, siapa yang kita temui dan kejadian apa yang menimpa kita sadar atau tidak, diterima atau tidak, setuju atau tidak adalah hasil ciptaan kita sendiri. Kehidupan kita adalah kumpulan pikiran dan perasaan kita beberapa waktu yang lalu pada tingkatan yang disadari dan di bawah sadar. Bila engkau tidak menyadarinya, berarti hasil ciptaan itu berasal dari “alam pikiran bawah sadarmu” (istilah para psikolog). Masuklah ke dalam dirimu, Tanya dalam ruang bathinmu, dari mana asal muasal penciptaan yang tidak engkau inginkan ini, apa yang engkau pikirkan dan rasakan beberapa waktu yang lalu. Tunggu, sadar dan amatilah ‘apa saja’ yang muncul. Aktifkan getaran bathinmu untuk membaca ‘infomasi aktual’ yang muncul. Lihat dan kenalilah, serta putuskanlah untuk mengganti penciptaanmu dengan penuh kesadaran untuk kebaikan dirimu sendiri.

 

87.  Jauh Dekat itu Relatif. Dari Jakarta, apakah Kalimantan itu jauh? Apakah Amerika itu jauh? Apakah Papua itu jauh? Apakah Makkah itu jauh? Dari Jakarta menuju Makkah memerlukan waktu kurang lebih 10 jam, yakni waktu yang orang pergunakan untuk tidur pulas di malam hari. Ada yang tidur sampai 8 jam, ada yang tidur sampai 10 jam. Jadi, dari Jakarta ke Makkah, hanya memerlukan waktu “tidur” semalam saja. Apakah itu jauh? Jauh atau dekat itu sebenarnya bersifat psikologis, tidak ada kaitannya dengan geografis. Engkau “merasa” jauh karena engkau jarang ke sana. Dan engkau berfikir itu jauh. Pikiranmu yang mengatakan itu “Jauh”. Pikiranmu itulah yang membuat jarak menjadi jauh, bukan karena jarak geografisnya.

 

88.     Kesadaran, Jalan Keluar Penderitaan. Satu satunya jalan keluar dari penderitaan adalah kesadaran. Sama seperti orang yang sedang mimpi dikejar kejar ular, mengalami penderitaan dalam mimpinya, jalan keluar untuk keluar dari penderitaannya adalah “bangun dari mimpi”, sadar. Itu yang dimaksud dengan kesadaran satu satunya jalan keluar dari penderitaan. Kebanyakan orang menjalani kehidupan sehari hari dipenuhi kepedihan dan penderitaan, karena mereka hidup dalam “mimpi”, mereka mengidentikkan dirinya dengan pikiran masa lalu dan pikiran masa depan mereka. 

    Sampai  lupa  menyadari  hadiah berharga yang nyata nyata mereka bisa sentuh, yaitu sekarang. Saat sekarang adalah jalan keluar dari penderitaan. Saat sekarang adalah pintu masuk untuk sadar. Saat sekarang adalah hadiah yang paling berharga bagi setiap orang. Hanya melalui waktu sekarang kita bisa membebaskan diri kita dari pikiran masa lalu dan pikiran masa depan.

    Waktu yang benar benar nyata adalah “sekarang” ini. Masa lalu dan masa depan hanya ada di pikiran. Demikian juga orang atau barang yang terkait dengan masa lalu dan masa depan hanya ada di pikiran. Bila kesadaranmu berada di sini dan saat ini, maka secara otomatis masa lalu dan masa depanmu mengikuti kesadaranmu saat ini. Demikian juga bila kesadaranmu ada di “pikiran masa lalu” maka secara otomatis masa sekarangmu dan “pikiran masa depanmu” juga akan berubah. Setiap detik, setiap saat selalu terjadi perubahan kesadaran. Karena terjadi perubahan kesadaran maka terjadi pula secara otomatis perubahan penciptaan. 

    Ombak yang engkau saksikan kemarin, bukan lagi ombak yang engkau saksikan sekarang ini. Renungkanlah, bahwa sebenarnya, tidak ada realitas masa lalu dan masa depan itu, kecuali di dalam pikiran. Karena “ia” hanya ada di alam pikiran, maka engkau bisa dengan bebas menanggapi dan memilih pikiran yang mengharmoniskan dirimu.

   Tentunya dengan kesadaran. Kesadaran hanya hadir bila engkau masuk ke dalam waktu sekarang ini. Karena itu, betapa indahnya kehidupanmu, bila engkau sadar akan apa yang kau lakukan. Bahagia, syukur, dan nikmat. Bertanyalah kepada dirimu, apa yang terbaik aku lakukan hari ini? Bila aku mati hari ini, apa kira kira sebaiknya yang aku lakukan.

 

89.     Kesadaran Harta Yang Tak Ternilai. Sadar siapa diri kita yang sebenarnya adalah kesadaran yang membuat engkau tahu diri, tahu kehidupan ini. Tanpa kesadaran engkau tidak tahu apapun dalam kehidupan ini. Tanpa kesadaran, engkau sebenarnya tidak bisa menikmati momen momen kehidupanmu. Tanpa kesadaran engkau sebenarnya tidak bisa melihat, mendengar, merasa, dan bergerak. Kesadaran abadi dalam dirimulah harta yang tidak ternilai itu. Dengan kesadaran engkau bisa membuat apa saja menjadi mungkin. Dan, kesadaran itu terhubung dengan Tuhan (Eksistensi yang berada dibalik semesta yang maha luas ini). Karena itu, Ingatlah selalu dan sadarlah.

 

90.   Melihat Kehidupan Dengan Kacamata Kesadaran. Lihatlah kehidupan ini dari “kacamata kesadaran”. Sebab hanya dengan kacamata itu engkau dapat menyaksikan keindahan dari kehidupan ini. Rasakan betapa berlimpahnya alam semesta ini, angin yang bertiup, cahaya matahari, udara yang kau hirup, pesona langit biru, awan yang berarak, kemacetan lalu lintas, hijaunya pohon, beragamnya wajah manusia, dapatkah engkau menyaksikan keindahan dibalik semua itu?

 

Engkau tidak dapat menyaksikan “keindahan” itu bila kacamata yang engkau gunakan adalah kacamata ego, kacamata “masa lalu atau masa depan’. Kembalilah kepada dirimu (hakekat dirimu), maka engkau akan menyaksikan dan merasakan “lezatnya”. Buatlah dirimu lebih lama berada di dalam “level” ini. Engkau akan semakin akrab denganNya. Tersenyumlah kepada semuanya.

 

91.   Bertemu Tuhan Dalam Ibadah. Bila engkau sekarang shalat, maka saat ini engkau bisa bertemu Tuhan. Jangan menunggu bertemu Tuhan di suatu hari nanti. Apalagi mengatakan setelah mati nanti. “Mati” bisa kita lakukan sekarang juga. Memang untuk dapat bertemu Tuhan, kita mesti mati terlebih dahulu. Mati dari “ego” diri. Engkau harus “mati” dulu, baru bisa bertemu Tuhan. Engkau harus “hilang” dulu, baru bisa bertemu Tuhan. Karena Tuhan hanya bisa ditemui bila semuanya hilang.Yang ada hanya Al Haq, yang lainnya adalah ilusi. Shalat, adalah tempat untuk kita menghilangkan diri, menghancurkan ego dan hilang di dalam Keagungan Tuhan. Jika kita masih merasa bahwa diri ini “ada”, maka Tuhan tidak akan pernah bisa ditemui.

 

92.     Rasa adalah Bahasa Tuhan. Perasaanmu yang paling dalam adalah bahasa Tuhan. Engkau dapat mendengar suaraNya di dalam perasaanmu yang paling dalam. Dia akan berbicara kepadamu lewat apa saja. Setiap apa saja yang ada dihadapanmu, orang, benda, buku, lukisan, pulpen, hewan, kejadian, semuanya sesungguhnya berbicara. Semua itu bisa menjadai “mediaNya” untuk mendapatkan “Pesan” (PetunjukNya) kepadamu. Kuncinya adalah perasaan. Bila ada perasaan sejenis cinta (Rasa cinta, Takjub, Kejernihan) yang engkau temukan dalam sebuah kejadian, diamlah sejenak. Kunyahlah “rasa” itu, dengarkan pesanNya. Engkau dapat menemukan Tuhan di sebuah “tempat”, bila disana ada “Ketakjuban, Pikiran Tertinggi, Kasih kepada sesama”. Bila kamu merasakan 3 (tiga) hal itu, engkau sedang bertemu dengan Dia. Kenalilah Tuhanmu, dan bersahabatlah denganNya di “tempat” itu. Dia selalu muncul di tempat itu. Buktikan saja. Engkau tidak akan dapat membantah keberadaan-Nya. 

Engkau jauh jauh datang ke Kota Suci, Makkah, tempat indah Himalaya, sungai Gangga, semua itu hanya sebuah jalan untuk membuatmu merasakan tiga pengalaman itu (Ketakjuban, Pikiran Tertinggi, Kasih). Engkau dapat menemuiNya saat engkau berdiskusi dengan seorang tukang becak. Engkau dapat menemukan Dia saat engkau berada di puncak gunung tertinggi, bahkan engkau juga dapat menemukan-Nya di dalam Gua. Yang penting tiga ‘elemen kesadaran pengalaman’ tadi engkau rasakan.

 

93.      Bila Hidup Tinggal Dua Jam Lagi. Saya sering mengajukan pertanyaan ini setiap pagi saat saat saya melakukan meditasi. Apa yang akan engkau lakukan bila engkau tahu bahwa hidupmu tinggal dua jam lagi? Jawaban di bathinku adalah: “Saya akan melakukan aktivitas hari ini penuh makna, menikmatinya, ikhlas dan memberikan kontribusi terbaik saya momen demi momen. Menikmati dan menyukuri setiap momentum. Menjaga kesadaran diri sejati setiap saat”. Latihan pertanyaan ini sangat membantumu untuk menemukan hal hal yang paling penting dari momen momen hidupmu.

 

Saya belajar “menyiapkan diri”, bila waktu hidup saya di dunia ini tinggal dua jam lagi, apa yang saya lakukan? Bagaimana perasaan saya? Apa yang saya pikirkan? Saya periksa dengan seksama rasa dan pikiran yang muncul saat saya mengajukan pertanyaan itu dengan sungguh sungguh. Saya perhatikan apa yang teramati. Adakah ketakutan? Adakah rasa cemas? Adakah rasa gamang? Adakah rasa panik? Kematian adalah pintu menemukan kesadaran. Hanya dengan berani menghadapi kematian, engkau bisa bertemu dengan kesadaran dirimu yang sejati.

 

94.   Momen Momen Yang Bisa “Menjadi Genta Kesadaran”. Energi dirimu setiap saat selalu berubah, apakah engkau menyadarinya? Bila kualitas energimu sedang turun, dapat ditandai dengan emosi dan pikiran yang menguasaimu. Pikiran sedang tidak jernih, kusut dan tubuh Anda terasa berat, juga menunjukkan penurunan dari energi Anda. Apa yang Anda lakukan, saat Anda mengalami ini?

 

Segeralah kembali kepada kekinian dan kedisinian. Nafas masuk, kutenangkan tubuhku, dan nafas keluar, aku tersenyum. Berdiam dalam kekinian, Aku tahu ini adalah momen yang menakjubkan, di sini dan kini. Setiap momen sesungguhnya adalah keajaiban. Bila engkau merasakan dan melihatnya, engkau berada dalam energi Ilahi. Sebaliknya bila luput darinya yakni tidak dapat melihatnya engkau sedang berada “jauh” dari energi Ilahi. Untuk itu aku berjanji menjadikan momentum adzan (panggilan shalat) sebagai genta kesadaran. Saat itu juga, di momen itu, Aku segera menghentikan apapun aktivitasku. Berhenti sejenak untuk menghormati kehadiran Ilahi, dengan melakukan meditasi kekinian.

 

Nafas masuk, kutenangkan tubuku, dan nafas keluar, aku tersenyum. Berdiam dalam kekinian, Aku tahu ini adalah momen yang menakjubkan. Ini akan menjadi kebiasaan yang tertanam dalam diriku. Selain momen shalat, aku juga menggunakan “kelelahan dan keadaan macet” sebagai genta kesadaran bagiku, untuk segera melakukan meditasi.

 

95.    Puasa, Mengendalikan Keinginan Duniawi. Berpuasa mengajarkan engkau seca-ra langsung menyadari rasa pengekangan diri. Rasa untuk mengendalikan keinginanmu yang sifatnya duniawi. Keinginan untuk makan, minum dan syahwat. Engkau belajar mengendalikannya. Bila engkau peka, lebih sensitif menjalani puasa, engkau akan mulai menjadi saksi akan gerak keinginan, pikiran dan perasaan itu.

Di saat engkau belajar menjadi saksi, seketika itu juga Kehadiran Tuhan eksis. Kesadaran akan KehadiranNya dapat engkau alami. Hanya saja, sebagian besar mereka yang berpuasa tidak memperhatikan ‘pengalaman’ ini. Padahal tujuan puasa itu sendiri adalah menjadi ‘taqwa’. Taqwa itu sendiri adalah menjadi sadar akan apa saja yang melintas di benakmu, menjadi perisai jiwa dalam menghadapi setiap keinginan dan nafsu. Taqwa adalah melindungi diri dari dominasi hawa nafsu (keinginan keinginan duniawi) yang akan mengotori bathin dari kehadiran Tuhan.

 

96.   Puasa, Mengajarkan Anda Mengambil Makanan dari Alam. Bagi mereka yang berpuasa begitu dalam, akan membuktikan sendiri bahwa pada akhirnya manusia itu bisa makan tanpa lewat materi (nasi, roti, daging, air dan berbagai jenis makanan lainnya), tetapi sudah bisa lewat dzikir. Praktek dzikir adalah kebiasaan yang dilakukan oleh para sufi, mistikus, yogi untuk memperoleh makanan (energi) melalui prana, langsung ke pusat energinya. Mereka mampu mengambil “sari makanan” yang disebut prana, itu langsung dari alam.

 

   Dengan praktek puasa, secara sadar atau tidak sadar kita telah melakukannya, maka dari “non materi”. Bukankah, kenyataannya engkau bisa kuat tidak makan dan tidak minum selama 12 jam atau lebih? Kadang saat lapar datang, tiba tiba, engkau terima lapar itu, engkau berdzikir, engkau ingat engkau sedang puasa, rasa laparnya pergi begitu saja. Apa yang terjadi sebenarnya, saat rasa lapar itu pergi?

 

     Saat itu, engkau tidak sadar telah mengambil makanan dari alam, makanan energi prana, rasa laparmu tiba tiba hilang. Itulah yang dilakukan oleh para ahli dzikir, yang dikenal sebagai orang orang ‘Arif’. Pantas saja mereka tidak lagi dikuasai oleh makanan dan minuman, karena mereka sudah bisa memperoleh makanan langsuing dari alam, tanpa melalu medium materi. Mereka memperoleh makanan prana tanpa lewat nasi, air, daging. Tetapi langsung dari alam lewat praktek dzikir. Belajarlah model dzikir seperti ini dari mereka.

 

97. Berhentilah Memberikan Penilaian Baik Buruk. Bila terlintas di benakmu “perasaan lebih hebat”, dibandingkan orang lain, itu “tanda’ dari Ego. Kehadiran kesadaran menunjukkan kecermatan dalam mengamati. Lihatlah mawar sebagai merah, lihatlah melati sebagai putih, lihatlah hijaunya daun apa adanya. Tapi ingatlah, jangan pernah mengatakan mawar merah lebih hebat dibanding melati putih. Jika engkau mengatakan itu, keindahan mawar dan melati putih menjadi hilang, karena kamu telah dikotori “pikiran penilaian”.

 

98.    Waspada dan Sadar Terhadap Gerak Gerik Syaitan. Waspadalah! Tetaplah sadar. “Syaitanmu” selalu mengintaimu. Jika engkau lengah sejenak, momen itu akan digunakan syaitan untuk melemahkanmu. Kerja dan pengabdian syaitan memang itu, pahami, dan mengertilah kepadanya. Ia adalah “sparing partner” mu untuk selalu menjaga kewaspadaan diri dalam situasi apapun. Karena itu, tetaplah dalam keadaan sadar dan waspada.

 

99.  Tabunganmu Adalah Manfaat Yang Engkau Berikan. Uang adalah simbol, sesuatu yang kita sepakati sebagai alat tukar. Pada setiap lembaran dan koin ada nilai yang kita sepakati. Di balik lembaran uang ada nilai yang ditentukan. Nilai yang kita berikan sesuai dengan nilai yang kita miliki.

 

Nilai yang kita kejar pada hakekatnya bukanlah jumlah angkanya, tapi energi atau nilai kemanfaatan yang kita keluarkan. Kita dilahirkan sebenarnya telah memiliki “nilai kemanfaatan” yang tidak terhingga, bila dihargai dengan angka. Apa yang kita terima sebagai penghargaan dari orang lain, berbanding lurus dengan apa nilai kemanfaatan yang kita berikan kepada orang lain atau alam semesta. Bila kita memberikan nilai kemanfaatan kepada orang lain atau alam semesta, maka secara otomatis alam semesta akan mencatat nilai itu dalam tabungan semesta, yang satu saat bisa kita ambil kapanpun, saat kita perlukan. Nilai kemanfaatan itu akan dicatat sebagai tabungan dalam kosmik, tentu saja, bila dilakukan atau diberikan secara ikhlas.

Fokuslah pada nilai kemanfaatan yang engkau berikan kepada orang lain. Lalu, tetapkan angka relatif sesuai dengan kebutuhan yang engkau perlukan. Bila nilai kemanfaatan yang engkau berikan sejumlah itu, engkau pasti akan menerimanya sesuai dengan “pemberianmu”. Nilai kemanfaatan yang engkau berikan adalah hakmu.

 

Karena itu memang tabunganmu. Sadari alur hukum memberi dan menerima seperti ini berlaku di alam semesta sejak diciptakan. Gunakanlah kesadaran ini untuk menjamin kehidupanmu. Lakukanlah sesuatu untuk orang banyak, untuk alam semesta, maka pintu pintu ‘kekuatan tak terbatas’ akan berpihak kepadamu. Lakukanlah itu dengan kesadaran penuh, tidak ada yang bisa menghalangimu untuk mewujudkannya. Tuhan bersama mereka yang melakukan sesuatu untuk kebaikan dirinya dan orang lain.

 

100.   Menjadikan Masalah Sebagai Momen Menemukan Makna. Ingat, di balik setiap masalah ada makna. Ingat, masalah itu justru dihadirkan untuk mengingatkanmu, ada “sesuatu” yang berada di luar kendalimu. Dengan hadirnya masalah engkau tersadarkan. Engkau “merasakan ketidakseimbangan”. Engkau diberitahu ada yang harus segera engkau benahi. Bersikaplah jernih terhadap “masalah” ia akan menjadi peluangmu untuk mengetahui makna yang lebih dalam lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar