1. Lebih berat mana menahan dan mengendalikan ahwa (hawa
nafsu) dibandingkan dengan menahan panasnya api neraka!
2. Jika kamu berada sendirian dalam kegelapan yang
mencurigakan sedang hawa nafsu mendorongmu melakukan kedurhakaan maka malulah
kamu kepada penglihatan Tuhan dan katakanlah kepada dirimu: “Sesungguhnya Tuhan
yang menciptakan kegelapan melihatku”.
3. Ketahuilah, penuntut ilmu tidak akan dapat meraih dan
ilmu yang bermanfaat ke-cuali dengan menghormati ilmu dan ulama serta memuliakan
dan menghormati guru. Orang yang ingin mencapai sesuatu tidak akan berhasil
kecuali dengan menghargai dan orang tidak akan jatuh kepada kegagalan kecuali dengan meninggalkan
rasa hormat dan takzim. Dan jagalah lidah. Meskipun bentuknya kecil dan lembut
tapi lidah menjadi harimau bagimu jika kamu tidak bisa mengendalikannya.
4. Balaslah kejahatan dengan kebaikan dan balaslah kebajikan
dengan kebajikan. Jika kejahatan dibalas kejahatan maka itu adalah dendam. Jika
kebaikan dibalas kebaikan itu adalah perkara biasa. Jika kebaikan dibalas
kejahatan itu adalah kedzaliman. Dan jika kejahatan dibalas kebaikan itu mulia
dan terpuji.
5. AlQuran adalah bukti cinta Allah serta bukti pedulinya
Allah kepada kita. Jika ingin tahu dan paham akan cinta dan pedulinya Allah
maka imani, akui, pelajari dan pahami serta sebarluaskan AlQuran.
6. Barangsiapa tidak mengenali jati dirinya, ia terjerumus. Barangsiapa
takut kepada Allah, ia selamat. Barangsiapa belum pernah mencoba sesuatu, ia
akan tertipu. Barangsiapa menentang kebenaran, ia pasti terkalahkan dan
barangsiapa mengetahui akan datangnya ajal, pasti akan berkurang angan angan
dan cita citanya.
7. Belajarlah niat karena niat lebih penting daripada amal.
Berapa banyak amal yang remeh menjadi besar karena niat dan berapa banyak amal
yang besar menjadi remeh karena niat.
8. Menuntut ilmu adalah lebih utama daripada melakukan
ibadah sunnah.
9. Dakwah is credible message from credible person. Life is
Puzzle and life like puzzle.
10. Hakekatnya sumber bencana itu bukan hanya kebencian tetapi
juga karena ke-fanatikan.
11. Tidak ada orang yang meyakini kebohongan, tetapi
kebanyakan orang meyakini ketidaktahuan (tidak memiliki ilmu).
12. Jangan pernah menilai pribadi seseorang sebelum anda
mengenal orang tersebut secara langsung (personal)
13. Sebagai bekal dan panduan hidup, tauhid/ketauhidan
merupakan ajaran yang paling murni, suci dan agung, yang tidak saja sangat dibutuhkan
manusia, juga merupakan satu satunya pegangan dan panduan hidup yang dapat
mengangkat harkat dan derajat kemanusiaan seseorang ke tempat yang tertinggi
sesuai dengan haknya yang paling azasi.
14. Kerusakan manusia ada 2 (dua) dalam pekerjaannya, yaitu
sibuk mengerjakan perkara perkara sunnah dan menyianyiakan kewajiban serta
mengerjakan amaliah lahir tanpa disertai amaliah bathin/ruh/jiwa.
15. Tidakkah kau baca AlQuran? Itulah gambaran dari akhlak
budi pekerti dari Nabi Muhammad SAW. Hal ini dikarenakan Nabi Muhammad SAW
adalah AlQuran hidup.
16. Kegelisahan adalah lebih berbahaya terhadap akal dan
tubuh daripada kelelahan dan kepayahan.
17. Dua macam perjuangan, perjuangan untuk tetap hidup di
dunia dan perjuangan untuk hidup kekal di akhirat kelak.
18. Dengan harta kita bisa merias rumah. Dengan perilaku yang
bijak kita dapat menghias diri. Dan hati yang lapang akan menyebabkan tubuh
kita sehat.
19. Barangsiapa menanam kebaikan ia akan memanen keselamatan.
Barangsiapa me-nanam kejelekan maka ia akan memanen penyesalan.
20. Setiap orang yang bijaksana akan mencintai dan menyayangi
istrinya yang telah di-pilihnya sendiri.
21. Ulama yang mukhlis ialah yang memahami semua bentuk
kekejian dan kemung-karan duniawi dan terus menerus memberontak menentangnya.
22. Berdoalah seakan-akan segala sesuatu itu bergantung
kepada Allah dan bekerjalah seakan akan segala sesuatu bergantung kepada
manusia.
23. Alangkah indahnya mahkota, tetapi lebih indah jika ada di
kepala seorang raja. Alangkah indahnya mutiara (perhiasan) tetapi lebih indah
jika ia menghias leher si gadis. Alangkah indahnya nasehat dan pelajaran,
tetapi lebih indah bila disampaikan oleh seorang alim yang shaleh dan bertaqwa.
24. Tauhid (ketauhidan) adalah dasar yang paling pokok dalam
ajaran Islam. Sebagai ilmu, tauhid (ketauhidan) dapat dikatakan suatu ilmu yang
paling exact (pasti) di tengah tengah semua ilmu yang dikenal manusia.
25. Lima hal tidak akan kenyang dari lima: (1)
wanita dari lelaki dan lelaki dari wanita;
(2) bumi dari air hujan; (3) mata dari melihat; (4) telinga dari
mendengar; (5) akal dari ilmu.
26. Seorang Arab Badui ditanya, Apakah engkau bisa berdoa
dengan baik? Ia menjawab, Bisa. Lalu dikatakan kepadanya, Berdoalah. Ia berdoa,
Allahumma, sesungguhnya engkau menganugerahkan kami Islam tanpa kami minta,
maka kini anugerahkanlah kami keridhaan dan syurga yang kami minta.
27. Orang yang disebut mulia adalah yang berkhidmat untuk
umatnya dengan ikhlas, berusaha keras menjunjung tinggi martabat bangsanya, dan
tidak berambisi kepentingan dunia. Ia tidak khawatir sengsara demi kejayaan
umatnya, bahkan bersedia berkorban untuk kebahagiaan mereka.
28. Barangsiapa mengasihi orang lain, dia dikasihi.
Barangsiapa banyak diam, dia selamat. Barangsiapa banyak berbuat kebajikan, dia
terhormat. Barangsiapa berbicara bathil di tengah tengah orang ramai, dia
merugi., Barangsiapa membenci kejahatan (mungkar) dia bebas. Barangsiapa tidak
menguasai (mengendali)kan lidahnya, dia menyesal.
29. Perumpamaan ilmuwan yang tidak beradab (bermoral)
seumpama pohon tidak berdaun dan tidak berbuah, tumbuh di persimpangan jalan
yang menghalangi orang orang yang lalu lalang. Mereka tidak berteduh dengannya
dan tidak bisa menghindar dari gangguannya.
30. Jika anda mengetahui dengan sebenarnya penderitaan yang
dialami orang lain, anda pasti akan mengurangi keluhan keluhan anda.
31. Ilmu yang bermanfaat ialah yang diamalkan dan pekerjaan
yang bermanfaat ialah yang diselesaikan dengan baik dan benar.
32. Meletihkan tubuh hari ini agar beristirahat esok hari
adalah lebih baik daripada beristirahat hari ini untuk keletihan esok hari.
33. Ketenangan dan ketentraman jiwa melahirkan khusyu dalam
ketaatan, kesadaran dalam beribadah dan mengagungkan Allah. Juga melahirkan
mawas diri (introspeksi),pengawasan oleh Allah Maha pencipta, bermuamalah
secara baik dengan semua makhluk dan ridha terhadap qadha dan qadar.
34. Barangsiapa tidak berani mengarungi lautan bahaya maka ia
tidak akan meraih cita citanya.
35. Kita butuh dan tidak butuh kepada orang lain. Butuh
kepada tutur kata, sikap dan tindakan yang baik. Dan kita tidak butuh demi
menjaga dan memelihara kehormatan dan kemuliaan kita.
36. Orang yang mengagungkan Allah maka seluruh makhluk Allah
dalam panda-ngannya adalah kecil.
37. Barangsiapa dengan gigih mempertahankan pendiriannya
sendiri maka dia akan binasa.
38. Kegembiraan seorang mukmin akan tampak pada wajahnya dan
kesedihannya terletak di dalam hatinya.
39. Sebagai kanak kanak kita mengikuti kehendak orang tua,
setelah dewasa kita me-ngikuti kehendak diri kita sendiri, dan setelah
berkeluarga kita mengikuti kehendak istri dan anak anak.
40. Tidak ada harta kekayaan yang lebih bermanfaat daripada
ilmu. Tidak ada sesuatu yang lebih menguntungkan daripada adab kesopanan
(akhlak). Tidak ada suatu pendamping yang lebih indah daripada akal. Tidak ada
sesuatu yang ghaib yang lebih kepada kita daripada kematian.
41. Allah SWT menciptakan dunia dengan sangat mudah.
Kenikmatan dunia bukan-lah imbalan (ganjaran) bagi mereka yang taat patuh dan
malapetaka dunia bukan hukuman terhadap mereka yang bermaksiat.
42. Apabila para penguasa dan pemimpin negara dan
pemerintahan meninggalkan keadilan, maka rakyat akan membenci ketaatan.
43. Hindarilah makan kekenyangan karena kekenyangan
menyebabkan malas shalat, merusak pencernaan, dan penyebab bermacam macam
penyakit.
44. Barangsiapa perhatian utamanya adalah urusan dunia maka
ia menjadikan keme-laratan sebagai ketakutan yang membayang bayanginya. Dan
barangsiapa perhatian utamanya urusan akhirat maka terasa kekayaan jiwanya.
45. Kebiasaan berbicara dengan benar, jujur dan meyakinkan
menghasilkan imbalan yang positif berupa pahala, keberuntungan, penghargaan,
kehormatan, kebahagiaan, dan kepercayaan orang terhadapnya.
46. Barangsiapa tidak mampu menasehati dirinya sendiri maka
dia tidak memerlukan para penasehat.
47. Hanya dua hal yang menyebabkan seseorang segan melakukan
perbuatan tercela (dosa) yaitu agama dan rasa harga diri. Bagaimana jadinya
manusia bila tidak punya agama dan tidak punya harga diri.
48. Barangsiapa mendengarkan dengan hatinya maka sempurnalah
pendengarannya. Barangsiapa mendengarkan dengan akalnya berarti ia mengerti dan
memahami. Dan barangsiapa mendengarkan dengan jiwanya maka hal itu cukup
baginya.
49. Dunia adalah hunian yang awalnya adalah kepayahan dan
kelelahan dan pada akhirnya adalah kemusnahan. Halalnya harus diperhitungkan
dan dipertanggungjawabkan kelak dan haramnya adalah tuntutan hukuman dan
siksaan. Orang yang kaya banyak ujiannya dan yang fakir miskin banyak kesusahan
dan kesedihannya.
50. Pergaulan bebas bisa merusak siapapun, meskipun dia
seorang wanita shalehah.
51. Manusia yang paling disenangi adalah yang penampilannya
mengundang simpati serta hatinya sehat dan bersih.
52. Anak anak lebih membutuhkan contoh dan keteladanan dari
kedua orang tua mereka daripada celaan dan kekerasan. Dan apabila orang tua
hanya punya sedikit waktu bagi kepentingan anak anak mereka, maka kekosongan
besar akan berkembang dan ideologi, pemahaman serta pikiran pikiran yang
menyimpang akan segara bergerak masuk.
53. Kelembutan dan kehalusan wanita merupakan rahasia
kecantikan jiwanya. Ke-cantikan wajah dan keindahan tubuhnya bisa berakhir,
tetapi kecantikan dan keindahan jiwanya akan tetap lestari.
54. Barangsiapa mengadakan perhitungan (introspeksi) terhadap
dirinya, dia ber-untung dan barangsiapa melalaikan dirinya, dia merugi.
Barangsiapa memperhitungkan akibat perbuatannya, ia selamat dan barangsiapa
memperturutkan hawa nafsunya, ia sesat.
55. Kelebihan anda terletak pada kemampuan anda mengajak
orang orang di sekitar anda bersama sama anda menuju ke satu tujuan.
56. Orang orang yang sering mengeluh lebih mudah mengalami
stress dan bahkan depresi. Selanjutnya kondisi depresi akan melemahkan daya
tahan tubuh. Sementara itu orang orang yang optimistis akan memiliki kekuatan
yang lebih besar.
57. Kejahilan dan kedunguan meliputi enam sifat, yaitu: (1)
terlalu percaya kepada semua orang; (2) marah marah tanpa alasan; (3) gemar
membuka rahasia diri dan orang lain; (4) berbicara yang tidak bermanfaat; (5)
memberi sesuatu tidak pada tempat atau sasarannya; (6) tidak bisa membedakan
kawan dan lawan.
58. Berilah kepada musuhmu maaf, kepada penantangmu
toleransi, kepada sahabat-mu hatimu, kepada istrimu cinta dan kasih sayang,
kepada anakmu suri tauladan yang baik, kepada ayahmu rasa hormat, kepada ibumu
perilaku yang membuat ibumu bangga terhadapmu dan kepada dirimu kehormatan
serta kepada semua orang amal kebaikan.
59. Jika kita tidak dapat memperoleh semua yang kita sukai,
maka kita harus menyu-kai dan menyenangi apa yang sudah menjadi milik kita.
60. Janganlah anda membeli apa yang tidak anda perlukan
meskipun murah karena barang itu akan menjadi beban yang mahal bagi anda.
61. Manusia Bukanlah
Jasad Fisik. Akal
dan bukti tekstual (Al Qur’an dan hadits) menunjukkan bahwa hakikat manusia
adalah ruhnya. Sedangkan tubuhnya hanyalah kendaraan dan perantara
perbuatannya. Semua gerakan tubuh disebabkan oleh ruh. Apabila ruh pergi,
tubuh tidak bisa membuat gerakan apapun. Tetapi selepas kematian sekalipun, ruh
manusia tidak hilang. Ruh itu tidak fana dan tetap ada selamanya. Seandainya di
dunia ia menjadi penyebab bagi tubuh untuk melakukan amal baik, setelah
pelepasannya, ia akan menjadi sebab amal buruk melalui tubuh, ia juga akan
merasakan penderitaan dan kepedihan di akhirat.
Umumnya manusia menganggap kehidupan material
dan tubuhnya adalah segalanya dan dengan kematian semuanya akan berakhir.
Karena itulah ia melakukan berbagai hal terhadap tubuhnya, tetapi tak ada yang
ia lakukan demi jiwanya. Demi kesejahteraan tubuh, ia rela menahan diri dari
berbagai kesenangan dan bersedia bersusah payah. Tetapi ia tidak melakukan
apapun demi kesehatan jiwanya. Ia menjalani operasi besar untuk tubuhnya dan
mengeluarkan banyak uang untuk itu, tetapi ia memelihara berbagai penyakit
spiritual. Ia tidak peduli jika nanti merasakan azab selama ribuan tahun di
alam barzakh. Manusia lalai dengan jiwanya, yaitu dirinya, dan ini karena ia
melupakan TuhanNya.
Kami tidak bermaksud mengatakan bahwa Anda
tidak perlu berobat jika sakit. Bahkan tindakan itu adalah keharusan agar tubuh
bisa melakukan amal amal baik sesuai dengan perintah Tuhan. Yang kami maksud,
di samping perawatan tubuh, kita juga harus memerlukan pengobatan jiwa. Mengobati
jiwa ribuan kali lebih penting daripada mengobati tubuh. Kehidupan di akhirat
berkali kali lebih panjang dibandingkan dengan kehidupan di dunia yang singkat.
Kesulitan di sanapun berkali kali lebih hebat dibandingkan persoalan duniawi.
Kita harus berusaha menghindari kesulitan kesulitan itu. Penyakit spiritual
juga menimbulkan rasa sakit dan kesulitan di dunia, sedangkan sakit fisik tak
ada apa apanya dibandingkan dengan yang pertama itu, Perhatikanlah hal ini.
Kenyamanan material tak akan menghilangkan penyakit spiritual.
62. Manusia Lupa Akan
Dirinya Sendiri. Semakin
banyak kita mengingat Allah, semakin banyak karunia yang akan kita terima,
disamping makrifatullah dan kasihNya, juga keagungan dan kebahagiaan dunia dan
akhirat. Sementara jika kita lalai mengingatNya, kita akan menjadi korban
penderitaan dan kemalangan. Manusia yang lalai mengingat Allah juga melupakan
dirinya sendiri. Ia tidak memenuhi hak dirinya, tidak mencapai kebahagiaan
dalam iman dan perbuatan. Allah SWT berfirman: “dan janganlah kamu
seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa
kepada mereka sendiri. mereka Itulah orang-orang yang fasik. (surat Al Hasyr
(59) ayat 19)
Orang
orang yang semacam itu, lupa mencari
bagian untuk dirinya sendiri di akhirat nanti dikarenakan hanya mementingkan
kehidupan dunia.
63. Resep Tidak Sama
Dengan Obat. Sebahagian
orang Muslim beranggapan jika ia membaca rumus keimanan, itu sudah cukup.
Mereka mengganggap sudah cukuplah bahwa AlQur’an yang suci adalah kitab yang
mengagumkan dan berisi petuah agama. Mereka menyimpannya di rak. Di tingkat
yang paling tinggi pula. Mereka tidak membaca ayat ayatnya sambil merenung.
Mereka tidak mengamalkan ajaran kehidupannya yang teramat tinggi.Namun, jika
dokter menuliskan resep, mereka tidak bertindak demikian. Maksudnya, mereka
tidak menyimpan lembaran resep itu dalam saku dan merasa aman dengan menaruhnya
di rak yang tinggi. Tidak, mereka tak akan tenang sampai resep itu ditebus dan
diminum. Tentunya tidaklah logis jika seseorang pergi ke dokter, mendapat resep
darinya, lalu duduk duduk saja di rumah. Akal sehat akan mencegah mereka untuk
bertindak seperti itu.
64. Bahaya Penyakit Hati.
Sama seperti tubuh fisik yang bisa sehat atau sakit, hati-pun demikian. Sehat secara
fisik menandakan bahwa semua organ tubuh bekerja dengan sempurna untuk memenuhi
tugasnya masing masing. Sedangkan jika fisik berpenyakit, yang terjadi adalah
sebaliknya. Maksudnya, ketika organ organ tubuh tidak menunaikan tugasnya dengan
baik dan apabila kekhususan dan kemampuannya tidak bisa berkembang, maka
dikatakan bahwa tubuh dalam kondisi sakit. Begitu pula dengan hati, dalam
keadaan sehat adalah sesuatu yang menyimpan segala kualitas dan emosi
manusia.Hati memiliki pengetahuan yang sempurna dan benar tentang Ilahi
(makrifatullah), damai dalam kebenaran dan keimanan, dan bersih dari segala
kejahatan dan nafsu hewani.
Ingkar,
ragu, iri, benci, kikir, hubungan yang tidak harmonis atau permusuhan, begitu
juga dengan hilangnya rasa takut atau angan angan yang tidak pada tempatnya,
termasuk jenis jenis penyakit hati. Hal yang harus kita ingat adalah semuanya
berlawanan dengan watak manusia saat ia diciptakan oleh Allah SWT.
Tubuh manusia memiliki enam kondisi: Sehat
atau sakit, mati atau hidup, tidur atau terjaga. Begitu juga dengan jiwa
manusia, memiliki kondisi kondisi ini. Hidupnya jiwa adalah pengetahuannya dan
matinya jiwa adalah kebodohannya. Sakitnya jiwa adalah ketika ia dicekam
keraguan dan kesehatannya adalah ketika ia memiliki iman yang teguh. Tidurnya
jiwa adalah apabila ia tidak memiliki arah tujuan, dan terjaganya jiwa adalah
ketika ia sadar. Hati hatilah. Salah satu bencana adalah kelaparan. Dan yang
lebih buruk dari itu adalah penyakit fisik. Yang lebih buruk dari masalah fisik
adalah penyakit hati. Dan hati hatilah! Salah satu anugerah adalah kekayaan.
Dan yang lebih baik daripada kekayaan adalah kesehatan. Yang lebih disukai
daripada kesehatan adalah kesalehan hati. Dari sini, kita mengetahui bahwa hati
harus disucikan dari segala macam kotoran dan dosa.
Selanjutnya, apabila suatu bagian tubuh
sakit, seluruh tubuh akan menderita dan hidup menjadi sulit. Begitu juga bilsa
seseorang mengidap penyakit spiritual. Ia akan merasakan penyesalan di dunia
ini pula. Ia terus menderita, meski telah berpisah dari dunia ini. Syariat jauh
jauh hari telah mengingatkan hal ini. Hidup menjadi sulit lantaran penyakit
spiritual, dan penderitanya bahwa memiliki kecenderungan untuk bunuh diri.
Langkah terbaik untuk mencegahnya adalah menjaga hati senantiasa bersih dari
noda dan dosa.
Ketika sakit gigi, misalnya, kita tidak bisa
menikmati apa pun. Semua kelezatan menjadi hambar dan hidup menjadi tak
tertahankan. Sifat jahil, benci, sombong, iri, takabur, arogan, dan semua
penyakit spiritual lainya membawa efek yang serupa, seperti pendengki yang
selalu penuh dengan rasa penyesalan. Kemarahan akan menyiksa pelakunya sendiri.
Begitu dahsyatnya hingga ia bahkan sulit untuk tidur. Ia akan dibakar rasa
murka lantaran melihat orang lain mendapat jabatan tertentu. Ia bahkan menunggu
nunggu tibanya waktu ketika anugerah itu dicabut dari orang tersebut. Tidak
jarang pula, orang yang iri gagal menyadari keinginannya sendiri dan terkurung
oleh api kedengkiannya.
Ilmu dan hasil riset telah menyimpulkan bahwa
gangguan psikologis akan mempengaruhi tubuh fisik dan mengakibatkan munculnya
penyakit. Penyakit hatipun mempengaruhi organ fisik. Tubuh manusia akan terkena
dampaknya dan organ organ tidak lagi menjalankan fungsinya dengan baik.
Walhasil, dampak berbagai penyakit bisa dibilang tidak berbeda.
65. Dosa Fisik Apapun
Disebabkan oleh Penyakit Hati. Hati adalah pemimpin kerajaan yang bernama
tubuh manusia. Lidah tunduk pada perintah hati. Begitu juga dengan segala
tindakan yang disengaja. Maka jelaslah, apabila hati sakit dan tidak bisa
dikendalikan, ucapan dan pebuatan orang itu akan benar benar terganggu. Ia akan
melakukan perbuatan yang tidak sepatutnya dan melontarkan sumpah serapah serta
tindakannya bertentangan dengan fitrahnya. Orang semacam ini akan meninggalkan
kemanusiaannya dan keluar dari jalan agama. Jadi, dosa apapun yang dilakukan
seseorang, itu berkaitan dengan gangguan spiritual. Karena itulah, akal
mengarahkan dan agama memerintahkan kita untuk berusaha sekuat tenaga
menyembuhkan penyakit hati. Kita harus lebih memperhatikan kesejahteraan hati
kita. “Ketika hati dalam keadaan buruk, tubuh akan terkena dampaknya. Pasukan
akan berbuat zhalim bila raja dalam kondisi lemah. (Ali bin Abi Thalib ra,).”
Kematian fisik membuat orang tidak bisa
menikmati kelezatan duniawi selama beberapa waktu. Kenikmatan itu juga disertai
dengan ribuan ketidaknyamanan. Namun, kematian hati dan kesadaran menjauhkan
seseorang dari kebaikan selamanya. Kelezatan abadi nan murni akan berpaling
darinya dan ia tidak bisa menjalani kehidupan yang murni sebagai seorang
manusia, baik di dunia ini ataupun di akhirat. Karena itulah, kita tidak boleh
menganggap enteng penyakit spiritual dan tidak boleh bersikap lalai untuk
menyembuhkannya. Seperti halnya kelalaian tidak selaras dengan penyakit fisik,
akalpun memerintahkan kita untuk mencurahkan perhatiaan besar terhadap penyakit
spiritual, karena bahayanya lebih besar. Penyakit fisik berujung dengan
kematian, sedangkan penyakit spiritual membuat orang terhina untuk selamanya.
66. Tak Ada Obat
Spiritual Bagi Golongan Materialis. Penyakit fisik adalah sesuatu yang bisa
dipersepsi dan dikenali oleh pancaindera manusia. Allah Yang Mahakuasa telah
menganugerahkan obat di dunia material itu sendiri hingga manusia bisa
memperolehnya dengan usaha yang memadai atau eksperimen. Berbeda halnya dengan
penyakit spiritual.
Jiwa
itu sendiri tidak bisa dipersepsi manusia dengan pancainderanya, karena jiwa
bukanlah benda material. Oleh sebab itu, penyakitnya pun tidak bersifat
material. Orang awam tidak mampu mendiagnosis penyakit spiritual. Manusia tidak
memiliki kendali penuh terhadap gerak gerik jiwa. Disamping itu, tidak ada
manusia yang menguasai rahasia jiwa dan penyembuhan penyakit spiritual. Berkenaan
dengan hal ini, Allah Yang Mahakuasa berfirman bahwa Dia telah memilih
segelintir orang dan memberi mereka pengetahuan tentang hal hal ghaib atau tak
kasatmata. Dia telah menunjuk mereka sebagai dokter spiritual dan pembimbing
umat manusia. Dan Allah telah menunjuk Nabi Muhammad SAW, sebagai penghulu
semua pribadi suci. Para Nabi dan Rasul tak ubahnya gembala bagi umat.
Mereka memberi bimbingan dalam segala aspek
kehidupan. Rasul kita adalah pemimpin semua rasul. Dia adalah yang pertama dan
yang terakhir dalam perkara ini. Allah SWT mengutusnya sebagai rahmat bagi
seluruh umat manusia. Allah SWT berfirman: “sungguh Allah telah memberi karunia kepada
orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang Rasul
dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, (surat Ali Imran (3) ayat 164)”.
Dalam ayat ini, kata “membersihkan” berarti
menyucikan hati dari seluruh jenis penyakit spiritual. Dan dari ayat ini, kita
bisa memahami bahwa tujuan diutusnya rasul adalah untuk memberi pencerahan bagi
hati manusia dengan cahaya hikmah, untuk menyucikan jiwa dari segala kekotoran,
dan untuk menghiasinya dengan segala kebaikan. Rasulullah SAW sendiri bersabda:
“Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak”.
67. Penyakit Jiwa Paling Parah. Dosa hati yang terbesar sekaligus penyakit jiwa ter-parah tak lain adalah kemunafikan. Kemunafikan memisahkan manusia dari kemanusiannya tanpa ampun. Orang yang munafik dianggap bagian dari syaitan. Bahkan di dunia ini, ia dipandang Allah sebagai makhluk paling hina dan di akhirat nanti akan menempati neraka terbawah.
Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada
tingkatan yang paling bawah dari neraka. dan kamu sekali-kali tidak akan
mendapat seorang penolongpun bagi mereka. (surat An Nisaa’ (4) ayat 145)
Jadi, hukuman terhadap orang orang munafik
akan lebih berat dibandingkan terhadap orang kafir. Karena sesungguhnya kemunafikan
adalah jenis kekafiran yang paling buruk.
Demi meraih keuntungan duniawi, orang munafik
menabiri/menutupi kekafirannya dengan tirai kesalehan. Dari luar, ucapan dan
perbuatannya tampak shaleh. Padahal hatinya tidak demikian. Sebagai contoh,
ketika mengucapkan dua kalimat syahadat, secara lisan mengakui Al Qur’an dan
Hari Perhitungan. Namun tidak ada iman dalam hatinya, melainkan pengingkaran
terhadap apa yang ia lisankan.
Allah SWT berfirman: orang-orang Baduwi yang tertinggal
(tidak turut ke Hudaibiyah) akan mengatakan: "Harta dan keluarga Kami
telah merintangi Kami, Maka mohonkanlah ampunan untuk kami"; mereka
mengucapkan dengan lidahnya apa yang tidak ada dalam hatinya. Katakanlah :
"Maka siapakah (gerangan) yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah
jika Dia menghendaki kemudharatan bagimu atau jika Dia menghendaki manfaat
bagimu. sebenarnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (surat Al Fath
(48) ayat 11)
Orang orang semacam ini melakukan perbuatan
baik dengan penuh semangat untuk mendapatkan kepopuleran di tengah tengah
masyarakat. Mereka shalat, berhaji, bersedekah agar orang orang menganggap
mereka baik, mulia dan memuji, serta percaya kepada mereka. Disamping
kekafiran, orang orang munafik juga menderita penyakit suka berdusta, menipu,
dan melecehkan keimanan. Mereka berdusta kepada Allah, Rasul dan orang orang
beriman. Mereka merasa tenteram dengan menipu dan menjadikan kebenaran sebagai
olok olok. Namun sebenarnya tak ada yang mereka dustai selain diri mereka
sendiri. Mereka menipu diri sendiri dan menjadi diri mereka bahan olok olok.
“Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka
berkata: "Kami mengakui, bahwa Sesungguhnya kamu benar-benar Rasul
Allah". dan Allah mengetahui bahwa Sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya;
dan Allah mengetahui bahwa Sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar
orang pendusta. mereka itu menjadikan sumpah mereka sebagai perisai[1476], lalu
mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Sesungguhnya Amat buruklah apa
yang telah mereka kerjakan. yang demikian itu adalah karena bahwa Sesungguhnya
mereka telah beriman, kemudian menjadi kafir (lagi) lalu hati mereka dikunci
mati; karena itu mereka tidak dapat mengerti. dan apabila kamu melihat mereka,
tubuh-tubuh mereka menjadikan kamu kagum. dan jika mereka berkata kamu
mendengarkan Perkataan mereka. mereka adalah seakan-akan kayu yang
tersandar[1477]. mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditujukan
kepada mereka. mereka Itulah musuh (yang sebenarnya) Maka waspadalah terhadap
mereka; semoga Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka sampai
dipalingkan (dari kebenaran)?
dan apabila dikatakan kepada mereka: Marilah (beriman),
agar Rasulullah memintakan ampunan bagimu, mereka membuang muka mereka dan kamu
Lihat mereka berpaling sedang mereka menyombongkan diri.
sama saja bagi mereka, kamu mintakan ampunan atau tidak
kamu mintakan ampunan bagi mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk
kepada orang-orang yang fasik.
mereka orang-orang yang mengatakan (kepada orang-orang
Anshar): "Janganlah kamu memberikan perbelanjaan kepada orang-orang
(Muhajirin) yang ada disisi Rasulullah supaya mereka bubar (meninggalkan
Rasulullah)." Padahal kepunyaan Allah-lah perbendaharaan langit dan bumi,
tetapi orang-orang munafik itu tidak memahami.
mereka berkata: "Sesungguhnya jika kita telah
kembali ke Madinah[1478], benar-benar orang yang kuat akan mengusir orang-orang
yang lemah dari padanya." Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi
Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tiada
mengetahui.
Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan
anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat
demikian Maka mereka Itulah orang-orang yang merugi. dan belanjakanlah sebagian
dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah
seorang di antara kamu; lalu ia berkata: "Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak
menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat
bersedekah dan aku Termasuk orang-orang yang saleh?"
dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian)
seseorang apabila telah datang waktu kematiannya. dan Allah Maha Mengenal apa
yang kamu kerjakan. (surat Al Munafiquun
(63) ayat 1 sampai 11)
[1476] Mereka
bersumpah bahwa mereka beriman adalah untuk menjaga harta mereka supaya jangan
dibunuh atau ditawan atau dirampas hartanya.
[1477] Mereka
diumpamakan seperti kayu yang tersandar, Maksudnya untuk menyatakan sifat
mereka yang buruk meskipun tubuh mereka bagus-bagus dan mereka pandai
berbicara, akan tetapi sebenarnya otak mereka adalah kosong tak dapat memahami
kebenaran.
[1478] Maksudnya:
kembali dari peperangan Bani Musthalik.
Berdasarkan ketentuan surat Al Munafiquun
(63) ayat 1 sampai 11 di atas, menunjukkan betapa hinanya mereka, betapa
buruknya sifat sifat mereka dan tempat kembalinya adalah neraka.
Kemunafikan adalah jalan syaitan, sedangkan kebenaran dan
iman adalah jalan manusia. Manusia bisa menjalankan kehidupannya secara
manusiawi. Ia juga bisa mencapai derajat sangat agung di akhirat dan akan
selamanya bergembira dan berbahagia. Tetapi betapa besarnya kesalahan yang bisa
dilakukan manusia apabila ia berdiri di persimpangan jalan, kemudian ia
mengambil keputusan yang salah serta meninggalkan jalan yang indah.
Di lain pihak, ia menempuh jalan syaitan dan
konsekuensinya harus menanggung berbagai kesulitan tak terperi yang menantinya
di jalan itu. Bahkan kematian pun tak membuatnya terlepas dari rantai dan
jeratan api, sementara malaikat yang murka mengancamnya.
dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah
dengan berada di tepi[980]; Maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia
dalam Keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke
belakang[981]. rugilah ia di dunia dan di akhirat. yang demikian itu adalah
kerugian yang nyata. (surat Al Hajj (22) ayat 11)
[980] Maksudnya:
tidak dengan penuh keyakinan.
[981] Maksudnya:
kembali kafir lagi.
Apakah cacat yang dilihatnya dalam kehidupan
yang sejati dan shaleh sehingga ia meninggalkannya? Dan ia justru memilih jalan
kemunafikan? Orang yang seperti inilah yang dikemukakan dalam surat Al Hajj
(22) ayat 11 di atas, yang merugi di dunia dan di akhirat kelak.
68. Akibat dari Sebab. Tak seorangpun bisa
menyangkal hukum sebab dan akibat. Jika kertas terbakar karena api, maka
setelah melihat fakta kertas yang terbakar dan api, siapa yang akan menyangkal
fakta bahwa adanya hubungan antara api dan sifat pembakaran. Sebab terbakarnya
kertas adalah api, sementara kertas yang terbakar disebut sebagai akibatnya. Tak
seorangpun menolak kesimpulan ini. Seandainya ada ketidaksepakatan antara kaum
yang beriman dengan kaum materialistis, itu terletak pada apakah sebab sebab
itu menimbulkan efek yang permanen (tanpa keterlibatan Allah) atau apakah
sesungguhnya Allah sendirilah yang memberikan efek pada sebab sebab itu?
Kedua kelompok tidak sepaham mengenai apakah
sebab sebab ini adalah pencipta akibat yang sesungguhnya atau apakah Allah yang
memegang kendali tersebut.
Maka Maha suci (Allah) yang di tangan-Nya kekuasaaan atas
segala sesuatu dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan. (surat Yaa Siin (36) ayat
83)
Orang yang beriman mengatakan, jika Allah
berkehendak, Dia bisa memberi efek kepada sebab dan jika Allah tidak berkenan,
Dia bisa menjadikan sebab itu tidak menimbulkan efek. Api bisa bertambah besar.
Jika Allah tidak mengizinkan, obat obatan tak akan efektif. Jika Allah
mengizinkan obat obatan akan membawa hasil. Jika Allah berkenan, api akan
membakar kertas.
69. Ragu Pertanda
Penyakit Hati. Tanda
sehatnya hati manusia adalah apabila ia merasa pasti dan positif tentang
kebenaran suatu fakta dan kekeliruan suatu dusta, dan ia dalam keadaan
mengetahui dan yakin. Sedangkan tanda penyakit hati sehubungan dengan pemahaman
kebenaran dan kepalsuan adalah terdapatnya kecemasan dan keraguan tentan
kebenaran suatu fakta dan penolakan suatu kepalsuan.Sesungguhnya hati yang
kosong dari pengetahuan akan kebenaran dan cahaya ilmu dan kepercayaan tak
pantas disebut deengan hati manusia. Hati semacam itu dimiliki oleh orang yang
tidak mengenal kehidupan yang suci, dan kehidupannya rendah seperti hewan.
Keraguan mirip dengan kebutaan. Orang
buta senantiasa ragu akan segala hal di sekeliling nya karena ia tidak bisa
melihat. Jika sesuatu terbukti benar karena hikmah, kesadaran, dan argument
rasional, tetapi orang itu tetap ragu, maka tentulah mata hatinya telah buta.
Ia jauh dari anugerah kemampuan untuk merenung. Akal dan syariat, serta
tingginya tanggung jawab mewajibkan kita untuk berusaha sembuh dari penyakit
ragu.Al Qur’an surat At Taubah (9) ayat 125 dengan tegas menyatakan: ”dan
Adapun orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit[666], Maka dengan
surat itu bertambah kekafiran mereka, disamping kekafirannya (yang telah ada)
dan mereka mati dalam Keadaan kafir. (surat At Taubah (9) ayat 125)
[666] Maksudnya
penyakin bathiniyah seperti kekafiran, kemunafikan, keragua-raguan dan
sebagainya.
Padahal bagi orang yang beriman, tanda tanda
(ayat ayat tersebut) meningkatkan cahaya pengetahuan akan Tuhan ke dalam
kesadaran yang kuat dan sehat, juga menambah wawasan dan tingkat perenungan.
Ayat ini menunjukkan bahwa kebahagiaan tercurah ke hati hati semacam itu, yang
semakin menambah kemampuan pikiran dan pemahaman. Semua orang tahu bahwa hujan
adalah anugerah Allah. Tetapi hujan yang menumbuhkan mawar mawar merah di
taman, juga menumbuhkan ilalang di beberapa tempat. Hilangkan keraguan saat ini
juga.
70. Pikiran Kita Terbatas. Meski
tidak bisa mengenal dzat Allah, tidak serta merta kita harus mengingkari
keberadaanNya. Tidak tahu tentang sesuatu tidak bisa dijadikan alasan bahwa
sesuatu itu tidak ada. Sampai sekarang, manusia belum mengetahui berbagai
makhluk di dunia, tetapi hal ini tidak menihilkan/meniadakan eksistensi mereka.
Dan hingga sekarang pun manusia belum mengetahui realitas cahaya.
Apakah
realitas gelombang cahaya? Kita masih tidak tahu, bagaimana manusia mampu
melihat tetapi ia tidak mengingkari bahwa gelombang cahaya juga ada. Begitu
juga, manusia mengakui kekuatan pikiran dan akal meskipun ia tidak mengetahui
fakta fakta ilmiahnya. Tetapi ia tidak mengatakan bahwa karena saya tidak
mengetahui kekuatan pikiran maka saya tidak mengakui eksistensinya.
Intinya, manusia tidak mengetahui banyak hal
yang sebenarnya ada di bumi ini, tetapi apabila ia melihat tanda tanda, isyarat
isyarat, atau simbol simbol sesuatu maka ia menerima keberadaan sesuatu itu.
Sekarang, masuk akalkah jika seseorang mengingkari pencipta dunia padahal ia
melihat dunia itu? Mungkinkah ia mengatakan, karena aku tidak tahu tentang
realitas Sang Pencipta maka aku mengingkari keberadaanNya?
Tidak ada yang lebih tidak berakal dari orang
yang mengatakan, “Mungkinkah percaya kepada Tuhan yang tak terlihat?” Kepada
orang ini, kita harus mengajukan pertanyaan, “Pernahkah Anda melihal akal atau
ingatan, atau kemampuan lainnya yang ada dalam dirimu?”. Selain hal hal ini,
masih ada banyak lagi yang lainnya di dunia ini yang tidak terlihat mata
telanjang. Sebagai contoh udara. Bisakah Anda menyangkal keberadaan hal hal
semacam ini? Tidakkah Anda melihat isyarat dan tanda tandanya?.
Hershel mengatakan bahwa seiring kemajuan
sains, ada peningkatan bukti eksistensi Pencipta Yang Abadi dan meliputi segala
sesuatu, yakni Tuhan. Para geograf, matematikawan, psikolog, dan ilmuwan
lainnya bekerja sama untuk menguatkan singasana pengetahuan, yang adalah
singgasana kebesaran Tuhan Yang Satu. Pemikir besar Herbert Spencer menyatakan,
“Semakin kita menyelami misteri misteri ini, semakin banyak yang tidak kita
ketahui. Meskipun jelas kita menyadari fakta bahwa ada sesuatu yang lebih berkuasa
dan lebih tinggi dari manusia, dan keberadaan segala sesuatu adalah karena
Dia.”
Psikolog Perancis dan ilmuwan alam, Lena,
mengatakan, “Tuhan Yang Abadi mengetahui segalanya dan Dia bisa melakukan
apapun. Dialah yang membisikkan kesadaran itu ke dalam diriku melalui makhluk
makhlukNya hingga aku tercengang dan takjub. Karena dari makhluk yang paling
kecil hingga fenomenaNya yang terbesar terdapat sejenis kebaruan, kearifan, dan
kekuatan yang memaksa kita untuk terheran heran.”
Kemudian, ia berkata, “Manfaat apa pun yang
kita peroleh melalui semesta adalah bukti terbaik atas kebesaran Tuhan, Yang
telah menganugerahkan semua itu. Segala yang ada dalam semesta ini begitu indah
dan seimbang hingga menunjukkan kebijaksanaan Yang Mahakuasa. Tuhan melindungi
segala sesuatu dari kehancuran dan ketidakseimbangan. Perubahan dan
transformasi konstan dalam semesta ini pun bukti kebesaran Dia Yang Mahakuasa.
71. Setiap Perbuatan Ada
Efeknya. Seperti
shalat, setiap amalan lainnya, seperti puasa, zakat, haji dan ibadah fardhu
lainnya membawa hasil tertentu. Setiap amalan fardhu memberi efek menyucikan
hati yang khusus dan berbeda dari yang terdapat dalam amalan lain. Jika
seseorang menunaikan semua amalan wajib, kecuali satu, ia akan kehilangan
manfaat dari amala yang ditinggalkannya itu. Ia akan terkena penyakit hati
sesuai dengan amalan yang ia langgar dan ini tidak bisa diganti dengan
melakukan amalan wajib yang lain.
Hal serupa berlaku pada amalan haram. Jika
seseorang menjauhi semua perbuatan haram kecuali satu, hatinya akan tetap tidak
bersih, dan kekotoran ini tidak bisa dihilangkan kecuali dengan menjauhi amalan
haram yang dulu dilakukannya. Begitu juga dengan amalan amalan sunnah.
Sehubungan dengan penyucian diri, efek yang ditimbulkan amalan sunnah tertentu
tidak bisa diperoleh dengan melakukan amalan sunnah yang lain. Mengingat
kematian termasuk salah satu amalan sunnah yang akan menyingkirkan rintangan
bagi seseorang yang ingin mengenal Allah dan menyucikan dirinya.
Setiap saat egomu bertempur dengan dirimu
sehubungan dengan nafsu sensual, kamu harus memperbanyak mengingat kematian.
Kematian sudah cukup sebagai pemberi nasehat. Rasulullah SAW berulang kali
menasihati sahabat sahabatnya berkenaan dengan mengingat kematian dan beliau
sering mengatakan, “Perbanyaklah mengingat kematian karena perbuatan ini akan
memutus kesenangan ego dan menjauhkan dirimu dari nafsu syahwat.”
72. Kebiasaan atau
Peringatan. Cara
terbaik untuk memperoleh makrifatullah adalah dengan tidak berhenti mengamati
sistem ciptaan dengan seksama. Kita juga harus menaruh perhatian besar pada
tujuan dan maksud di balik penciptaan segala sesuatu yang telah diciptakan itu.
Untuk itu ketika kita melihat jam dan ia berbunyi setiap jam bergeser, berarti
jam ini dibuat oleh suatu akal dan kecerdasan. Artinya, mengapa jam menunjukkan
waktu dengan cara yang baik dan teratur. Begitu juga ketika kita melihat bagian
bagian tubuh, tentulah ada sosok yang sangat cerdas yang menciptakan organ
oragan tubuh ini dan menjadikannya bekerja dengan teratur.
Tubuh manusia adalah sesuatu yang sangat
menakjubkan. Tubuh memiliki sistem kunyah, telan dan cerna, dan lain lain.
Selain itu masih ada pula sistem reproduksi, sirkulasi untuk membersihkan dan
membuat darah segar, juga ada berbagai jenis organ semisal jantung, lever,
ginjal, mata, telinga dan lain lain. Merenungkan bagian bagian ini membuat kita
takjub. Tentulah Tuhan Yang Mahakuasa yang telah menciptakannya.
Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu
perbuat itu". (surat Ash Shaaffat (37) ayat 96)
Allah telah memberikan berbagai jenis
kemampuan kepada manusia. Dia telah memberikan
kecerdasan dan pemahaman, juga tentu saja kekuatan untuk memanfaatkan
kemampuan ini secara benar atau keliru, dan manusia itu sendiri akan melihat
hasil dari perbuatannya.
Jika manusia terus memperhatikan segala
sesuatu secara sambil lalu, seperti kebiasaan, ia tidak akan mendapat wawasan
atau makrifatullah. Kita harus mengamati berbagai hal dengan pemikiran
mendalam, kecerdasan, dan cara yang patut. Dengan begitu, kita akan mampu
mengambil pelajaran dan mampu merenungkan kebijaksanaan dan kekuasaan Allah
yang tidak terbatas.
Allah SWT berfirman: dan banyak sekali tanda-tanda
(kekuasaan Allah) di langit dan di bumi yang mereka melaluinya, sedang mereka
berpaling dari padanya. (surat Yusuf (12) ayat 105)
Ketika melihat sesuatu yang baru, orang
mengatakan, “Betapa menakjubkannya! Dan yang lebih menakjubkan adalah
penciptaannya sebagai sesuatu yang baru. Allah Yang Mahakuasa berfirman dalam
Al Qur’an surat Yusuf (12) ayat 105 di atas. Bagi manusia yang jiwanya telah
tercerahkan, semesta raya ini bagaikan kitab Sang Maha Kuasa.
73. Tugas Mulia Sekaligus
Tersulit. Akan
datang waktu bagi seorang mukmin untuk diuji dengan tiga hal yang tampaknya
sangat sulit baginya. Menginginkan keadilan bagi orang lain seperti bagi
dirinya sendiri. Sedemikian tingginya keinginan itu hingga ia cenderung tidak
memilih sesuatu untuk dirinya sendiri sampai ia melihat orang lain mendapat hal
yang sama.
Memberi bantuan keuangan bagi saudara seiman
(membantunya jika ia membutuhkan). Mengingat Allah dalam segala kondisi. Dzikir
kepada Allah bukan hanya berarti mengucapkan “Subhanallah, walhamdulillah, wa
laa ilaaha illahaah, wallahu akbar (Mahasuci Allah, segala puji bagi Allah, dan
tidak ada tuhan selain Allah, dan Allah Maha besar)”, meskipun dzikir itu
penting.
Akan tetapi, dzikir kepada Allah berarti
ketika kita menghadapi sesuatu yang Allah perintahkan, kita harus
melaksanakannya, dan apabila menghadapi sesuatu yang dilarang oleh Allah Yang
Mahatinggi dan Mahakuasa maka kita harus menjauhinya. Hal ini mendidik kita
tentang pentingnya mengingat Allah. Jika kita bersikap sembarangan tentang hal
yang haram dan halal dalam setiap momen kehidupan maka dzikir yang sekadar
lisan akan sia sia atau sangat kecil faedahnya.
Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil
dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban,
Maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima
dari yang lain (Qabil). ia berkata (Qabil): "Aku pasti membunuhmu!".
berkata Habil: "Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari
orang-orang yang bertakwa". (surat Al Maaidah (5) ayat 27)
Bahkan sebenarnya mengingat Allah adalah
memandangNya hadir dan menyaksikan dalam segala situasi. Dalam segala kondisi,
kita tidak boleh mengabaikan perintah Allah. Inilah yang namanya bersikap hati
hati. Kehati hatian semacam ini membentengi kita dari segala jenis kehancuran.
Ketika menjalani kehidupan di tengah tengah masyarakat, pusat perhatian kita
seharusnya adalah Allah Yang Mahakuasa. Sikap hati hati ini akan membawa kita
ke tingkat kesempurnaan.
Ingat, Allah SWT selamanya adalah Pelindung
dan Penjaga hamba hambaNya. Istilah Penjaga dalam bahasa Arab adalah Raqib dan
Allah telah menunjuk para malaikat atas namaNya untuk mengawasi ucapan dan
perbuatan kita. Dan perintah Allah, malaikat mencatat segala amal baik dan
buruk setiap orang dalam setiap waktu. Kita harus menyadari pula bahwa Allah
mengawasi mereka dan mereka tidak boleh melakukan dosa di hadiratNya.
74. Kesulitan Sejak Ajal
Tiba. Rasulullah
SAW bersabda, “Kematian! Kematian! Waspadalah dengan kematian. Ketahuilah dengan baik
bahwa tak ada obat bagi kematian. Kematian datang dengan kebahagiaan dan
ketenangan kepada orang orang yang beriman kepada akhirat, dan kemudian
membawanya ke syurga. Inilah orang orang yang mencurahkan segala upaya mereka
demi akhirat. Cinta dan ketertarikan mereka pun tertuju kepadanya. Tetapi orang
orang yang terobsesi dengan dunia yang semu ini dan mencurahkan segala upaya
untuknya, maka bagi mereka kematian dan
apapun yang menyertainya akan menyusahkan dan penuh dengan kesulitan. Merekalah
orang orang yang merugi dan akan dimasukkan ke dalam kobaran api.”
Hadits di atas menerangkan bahwa orang orang
yang akan merasakan rasa sakit dan kesulitan begitu ajal mereka datang, adalah
mereka yang hanya mencintai dan menyukai dunia. Mereka tenggelam dalam
kenyamanan dan kesenangan hidup ini semata, sedangkan hati mereka sepi dari
kecintaan kepada akhirat. Itulah sebabnya, mereka tidak menyimpan amal apapun
untuk akhirat.
75. Dzikir kepada Allah
SWT. Dzikir
kepada Allah ada dua macam: Wajib dan sunnah. Kita wajib mengingat Allah dalam
tiga situasi. Yang pertama adalah ketika kita melihat makhluk, kita harus
mengingat Khaliknya. Apabila kita melihat ciptaan, kita harus menyadari
kekuatan dan kebijaksanaan Tuhan yang tidak terbatas. Kita harus memandang
Allah sebagai sumber anugerah dan seharusnyalah kita tidak menyianyiakan
cintaNya yang ditanamkan ke hati kita.
Sebagai tingkatan pertama mengenal Allah,
dzikir seperti ini adalah kewajiban. Apabila manusia telah mengenal Allah pada
tingkat wajib dan mulai mencintaiNya dan mengabdi kepadaNya maka dzikir yang
terus dilakukan menjadi sunnah baginya. Artinya, disunahkan kepadanya agar
setiap kali melihat makhluk, ia selayaknya mengingat penciptanya.
Setiap kali ia melihat suatu karunia,
haruslah ia menganggapnya sebagai hadiah dari Allah. Dan dengan begitu, ia tak
akan melupakan Allah. Dzikir semacam ini tergolong ibadah yang paling baik.
Banyak ayat Al Qur’an yang menekankan ibadah ini.
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri
atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan
langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau
menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari
siksa neraka. (surat Ali Imran (3) ayat 191)
Dzikir itu bukan hanya diucapkan dengan lidah
saja, tetapi kondisi mengingat Allah sepanjang waktu, hal ini sejalan dengan
surat Al A’raaf (7) ayat 74 di bawah ini.
dan ingatlah olehmu di waktu Tuhan menjadikam kamu
pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah kaum 'Aad dan memberikan tempat
bagimu di bumi. kamu dirikan istana-istana di tanah-tanahnya yang datar dan
kamu pahat gunung-gunungnya untuk dijadikan rumah; Maka ingatlah nikmat-nikmat
Allah dan janganlah kamu merajalela di muka bumi membuat kerusakan. (surat Al
A’raaf (7) ayat 74)
Ayat ini menunjukkan jika ada dzikir kepada
Allah dilakukan maka tak ada kejahatan dan apabila tidak ada dzikir maka
tentulah ada kejahatan.
apabila kamu telah menyelesaikan ibadah hajimu, Maka
berdzikirlah dengan menyebut Allah, sebagaimana kamu menyebut-nyebut
(membangga-banggakan) nenek moyangmu[126], atau (bahkan) berdzikirlah lebih
banyak dari itu. Maka di antara manusia ada orang yang berdoa: "Ya Tuhan
Kami, berilah Kami (kebaikan) di dunia", dan Tiadalah baginya bahagian
(yang menyenangkan) di akhirat. (surat Al Baqarah (2) ayat 200)
[126] Adalah menjadi
kebiasaan orang-orang Arab Jahiliyah setelah menunaikan haji lalu
Bermegah-megahan tentang kebesaran nenek moyangnya. setelah ayat ini diturunkan
Maka memegah-megahkan nenek moyangnya itu diganti dengan dzikir kepada Allah.
Kejahatan itu pasti, dan lalai dalam
mengingat Allah adalah kehancuran itu sendiri sebagaimana ayat AlQur’an di atas
ini menyebutkan.
76. Dunia dan Akhirat
Saling Mencela. Tidak
diragukan lagi, dunia dan akhirat bermusuhan sehingga bisa diibaratkan dengan
dua kutub atau dua jalan yang saling berlawanan. Orang yang mencintai dunia
akan senang dengannya dan mengejarnya, serta menjadi musuh akhirat. Mereka
seperti dua arah: timur dan barat, yang saling berlawanan. Orang yang dekat
dengan salah satunya akan semakin jauh dari yang lainnya. Mereka seperti dua
istri dari satu suami. Maksudnya, meskipun ada jarak jauh antara dunia dengan
akhirat, tetapi mereka sama sama istri dari satu suami. Karena kebanyakan orang
menjadikan keduanya sebagai istri. Mereka mencintai keduanya sekaligus dan
berusaha memiliki keduanya, tetapi mereka bodoh karena keduanya tidak bisa
disatukan.
Uraian di atas jelas menunjukkan bahwa cinta
dunia mengindikasikan keberpisahan dari akhirat. Jika salah satu di antara
keduanya dianggap penting, maka yang lainnya akan terabaikan. Bersikap manis
pada salah satunya berarti tidak ramah pada yang lainnya.
Rasulullah SAW bersabda: “Ketenteraman dan kemewahan
dunia dan kehidupannya yang manis menjadikan akhirat itu pahit dan rasa pahit
dunia akan menjadikan kehidupan abadi itu manis.” Selain daripada itu,
apabila dunia serta merta menciptakan kebencian terhadap akhirat, itu berarti cinta
dunia tidak hanya dosa, melainkan sesungguhnya suatu kekafiran.
Manusia terbagi dalam tiga kelompok. Kelompok pertama adalah orang orang
yang sama sekali tidak memiliki kecintaan kepada dunia. Kelompok inilah yang
akan memperoleh keselamatan. Kelompok ke
dua adalah orang orang yang meskipun mencintai dunia, tetapi jika
berhadapan dengan kebenaran, mereka menerimanya dengan kerendahan hati. Mereka
menikmati hidangan (makanan) dari Allah, tetapi terus takut denganNya. Allah
Yang Mahakuasa memaafkan kelompok ini karena yang terdahulu. Kelompok ke tiga adalah orang orang
yang sangat mencintai dunia. Mereka mengambil apapun yang ada dihadapan mereka.
Untuk mencapai tujuan, mereka membakar dan
membasahi sekaligus dan mereka tidak merasa malu dengan kebenaran. Kelompok ini
akan dihancurkan dan tak ada kemungkinan untuk mendapat keselamatan. Jadi,
selayaknya kita berusah masuk ke kelompok pertama, seandainya ini tidak
mungkin, setidaknya kita harus masuk ke dalam kelompok ke dua.
Nabi SAW bersabda: “Suatu ketika akan datang
kepada manusia, ketika mereka akan lari dari ulama seperti larinya domba saat
melihat srigala. (Pada saat itu) Allah akan menimpakan berbagai malapetaka: (1)
Dia akan mencabut berkah dari kekayaan mereka; (2) Dia akan mengadakan penguasa
yang dzalim atas mereka; (3) Mereka akan diambil dari dunia dalam keadaan tidak
beriman.”
Nabi SAW bersabda: “Manusia akan melihat hari ketika
mereka akan menjadikan perut mereka sebagai tuhan, perempuan perempuan merka
sebagai kiblat, kekayaan duniawi sebagai agama mereka, sebagai tolak ukur
keunggulan dan kemuliaan mereka. (akan datang suatu saat ketika) tidak ada
keimanan melainkan nama, tidak ada Islam melainkan ritual ritual saja, tidak
ada Al Qur’an selain sekedar pelajaran saja, Masjid masjid mereka akan berdiri
seperti bangunan bangunan batu sementara hati mereka sepi dari petunjuk. Para
ulama pada zaman itu akan menjadi seburuk buruknya manusia di muka bumi.
(yaitu, mayoritas mereka akan menjadi para penyembah dunia).”
77. Jalan Yang Lurus. Apa yang dimaksud
dengan jalan yang lurus? Yaitu jalan yang menentramkan jiwa kita, dan jalan
yang membuat kita mengerti siapa diri kita yang sebenarnya. Sehingga kita paham
dengan aliran pikiran yang muncul di benak kita. Jalan yang membuat kita
senantiasa sadar sepenuhnya siapa diri kita yang sebenarnya, dan siapa Tuhan
kita yang sebenarnya. Dalam mencari identitas diri, aku sering bertanya dalam
hati, “apa yang sebenarnya aku cari?” Saat engkau bertanya seperti itu, engkau
sedang mencari identitas dirimu yang paling tepat, yang akan engkau perankan
dalam kehidupanmu. Kesadaran menjadikan identitas dirimu sebagai medium untuk
berkomunikasi dengan apa saja dan siapa saja di dunia fisik. Bila engkau masih
bertanya demikian di dalam hati, ketahuilah engkau sedang kembali memperjelas
identitas yang akan engkau mainkan dalam kehidupan. Identitas diperlukan di
kehidupan ini, namun sadari bahwa identitas itu tidak permanen. Kematian akan
memaksa engkau terpisah denga identitas.
78. Syurgamu adalah
pengetahuanmu terhadap dirimu. Sekali lagi, kualitas dirimu, syurgamu
adalah jumlah penyelaman dirimu ke dalam dirimu. Apa yang engkau ketahui
tentang dirimu itulah syurgamu. Berikan perhatian yang sungguh sungguh kepada
dirimu. Menyelamlah ke dalam, sedalam dalamnya. Singkap rahasia pikiranmu.
Singkap rahasia perasaanmu. Sadari siapa hakekat dirimu yang abadi, yang tidak
pernah mati. Selami apa yang terjadi pada kehidupan sesudah mati. Pahami dengan
sadar makna hubungan dirimu dengan alam semesta. Pelajari tubuhmu. Semua itu
akan melengkapi syurgamu.
Mulailah dengan berani mengajukan pertanyaan
kepada dirimu. Setiap pertanyaan, pasti mengandung jawaban. Pikiranmu
mengajukan pertanyaan, hatimu memberikan jawaban. Kesadaran mengamini dialog
hatimu. Buatlah pertanyaan yang secara sengaja engkau ajukan kepada Tuhanmu,
Dia akan menjawab semua pertanyaanmu. Dia adalah Kitab sejati. Di dalam Kitab sejati
itu terkandung semua jawaban dari pertanyaan manusia, dari dulu hingga
sekarang, dan sampai nanti. Kenali dengan benar pertanyaanmu. Belajarlah
mengenal jawaban dariNya.
79. Makna dan Peristiwa. Kualitas peristiwa
bukan pada peristiwanya, tetapi pada “makna” yang kita berikan pada peristiwa
itu. Sakit adalah peristiwa, apa makna yang engkau berikan? Sakit bisa engkau
maknai buruk, bisa juga engkau maknai baik, tergantung perspektif yang engkau
gunakan. Hinaan adalah peristiwa. Kecelakaan adalah peristiwa. Penghargaan
adalah peristiwa. Kehilangan anak adalah peristiwa. Dan berbagai peristiwa
lainnya, apa makna yang engkau berikan?
80. Bila Tuhan Datang
Kepadamu, Apa Yang Engkau Tanyakan? Apa yang terjadi pada dirimu jika hari ini
Tuhan mendatangimu? Apakah engkau mengenaliNya? Pernahkah kemungkinan ini
terpikir olehmu sebelumnya. Dia datang kepadamu secara khusus. Engkau boleh
mengajukan pertanyaan apa saja kepadaNya. Apa kira kira yang akan engkau
tanyakan kepadaNya? Dia Maha Mengetahui apa saja. Dia mengetahui apa yang belum
engkau tahu. Dia akan mengajarkan kepadamu apa yang tidak engkau ketahui
sebelumnya.
81. Pelajarilah
Pengetahuan Menentramkan. Setiap pribadi harus belajar sendiri tentang hidupnya.
Dia sendiri yang memutuskan apa yang ingin dipelajarinya dari hidup.
Pengetahuannya akan sempurna jika dia mengalami sendiri pengetahuan itu.
Pengetahuan tentang hidup, kelahiran, kematian, kiamat, syurga, neraka, Tuhan,
malaikat, rezeki, kesabaran, syukur, bahagia, takut, khawatir, sedih dan lain
sebagainya. Banyak sekali obyek pengetahuan yang dapat dipelajari manusia untuk
tumbuh dan berkembang. Pengetahuan yang benar dapat membawa pada ketenangan dan
ketentraman mental. Bila engkau sudah sampai pada kesadaran ini, itu pertanda
engkau telah terbebas dari ketakutan. Engkau telah mengenal dan menyadari ilusi
dirimu, yang sering dikenal sebagai ego. Engkau menyadari penyebab penderitaan
dan penyebab kesenangan. Engkau juga paham kapan engkau sedang sadar. Tidak ada
lagi yang perlu engkau cari. Engkau hanya perlu menyadari, mengamati, dan
mengalami sendiri apa saja yang datang kepadamu, oleh kehendakmu dan kehendak
Tuhanmu.
82. Hartamu Yang
Sebenarnya adalah “Nama Nama Tuhan”. Hartamu atau keka-yaanmu yang sebenarnya
(hakiki) adalah kesadaran yang engkau miliki tentang kehidupan. Kesadaran yang
permanen yang mematri dalam bathinmu, pemahaman akan rahasia hukum hukum
kehidupan adalah harta yang engkau bawa sampai mati. Islam mengenal harta itu
sebagai “Asma”. Engkau telah mengenal asma (nama namaNya). Mengenal nama nama itu
melalui pengalamanmu langsung dan menggunakan nama nama itu dalam kehidupanmu.
Nama Ar Razak (Maha Pemberi Rezeki), lebur
dalam eksistensimu, sehingga engkau sangat ahli mendatangkan rezeki kepadamu.
Rezeki apa saja yang engkau inginkan akan hadir, misal uang, orang, barang,
keadaan, dan lain lain. Apa saja yang engkau inginkan telah engkau buktikan
dalam kehidupanmu.
Contoh nama Tuhan yang lain adalah Ar Rahiem
(kasih). Engkau telah mengerti bagaimana kasih itu itu hadir dalam kehidupanmu.
Kehadiran kasih itu memberikan kemampuan yang tulus untuk menyebarkan kasih itu
kepada orang lain. Kemudian Asma Hidup (Al Hayyu) yang berarti Dia yang Maha
Hidup. Engkau telah menemukan Kesadaran hidup permanen dalam dirimu. Hidup
dalam tingkatan Kesadaran Ruhani, Sang Hidup permanen dalam kesadaranmu
83. Dunia Adalah
Persepsi. Apa
saja yang engkau persepsikan adalah duniamu. Segala persepsimu tentang apa saja
akan menjadi ruang ruang duniamu sendiri. Apa yang disebut kenyataan bagi
setiap orang adalah apa yang dia persepsi terhadap suatu obyek. Obyek yang sama
bisa dipersepsi berbeda oleh orang orang yang melihatnya. Kenyataan dan
kebenaran bagi dia adalah bukan obyeknya, tetapi jendela apa yang dia gunakan
untuk menyaksikan obyek itu. Jendela pribadinya itulah yang menjadi penentu apa
yang menjadi kenyataan bagi dirinya. Jendela itu adalah keyakinan hidup yang
kita miliki selama kita hidup. Karena itu, setiap orang pada dasarnya melihat
segala sesuatu bukan sebagaimana adanya, tetapi sebagaimana yang dia inginkan.
84. Vertikal Merupakan
Keajaiban. Bagi
sebagian orang, hidup itu linier atau hori-zontal saja, ada ruang dan waktu.
Karena mereka berada dalam kesadaran itu, maka hukum hukum ruang dan waktu
mengikat mereka. Namun diantara mereka itu (manusia yang sadar jati dirinya)
ada yang sudah mampu melihat kehidupan yang parallel dan vertikal. Hidup itu
berlangsung dalam berbagai tingkatan kesadaran. Ruang dan waktu digulung dalam
satu kesadaran kekinian dan kedisinian. Saat itu, Kesatuan menjadi realitas.
Hidup menjadi rileks dan bebas. Diri mengalami transformasi. Bagi mereka yang
sudah mencapai kesadaran, hidup ini linier, parallel dan vertikal sekaligus,
hidup menjadi sangat indah dan ajaib. Kehidupan dan kematian adalah dua sisi
dari mata uang. Realitas adalah apa yang dipilih untuk disadari.
85. Menemukan Jawaban
Pertanyaan Malaikat Sebelum Mati.Engkau sering men-dengar, bahwa nanti di alam
kubur, akan datang malaikat bertanya kepadamu, “siapa Tuhanmu? Siapa Nabimu?
Apa Kitabmu? Apa Kiblatmu?” Dapatkah engkau menjawab semua pertanyaan itu? Dari
sekarang ketahuilah dengan sebenarnya siapa sesungguhnya Tuhanmu. Dia adalah
Dzat yang dapat kita “saksikan”.
Kata kata penyaksian
dalam syahadat adalah pernyataan mereka yang sudah menjadi saksi akan Dzat
Allah. Tidak ada keraguan sedikitpun dalam dirinya tentang Keberadaan Allah.
Allah adalah Wujud Mutlak. Seorang Sufi mengungkapkan, “Aku mengenal Tuhanku
melalui Tuhanku, kalau bukan karena Tuhanku, aku tidak kenal Tuhanku”
Siapakah Nabimu? Nabi
adalah pembawa berita, penerima berita. Pernahkah engkau menerima berita
darinya? Pernahkah engkau menyampaikan beritanya? Mana mungkin engkau akan bisa
menjawab pertanyaan “siapa nabimu” jika engkau sendiri belum pernah menerima
beritanya. Maka itu, dari sekarang mintalah beritanya. Belajarlah menerima
berita darinya. Apa kitabmu? Apakah engkau akan menjawab bahwa kitabmu adalah
Al Qur’an yang berbentuk buku. Itu bukanlah kitab yang hakiki. Kitab yang
ditanyakan adalah kitab yang tanpa huruf dan tanpa bentuk. Kitab yang dibaca
Nabi Muhammad SAW adalah Kitab yang tanpa huruf, yaitu kitab yang tanpa bentuk.
Kitab Al Qur’an adalah Kitabullah. Kitab ini yang menjadi petunjuk bagi orang
yang bertaqwa.
86. Kehidupanmu adalah
Hasil Ciptaanmu, Disadari atau Tidak. Betapa mudah-nya seseorang tergelincir kepada
godaan setan. Kita menyaksikan setiap hari orang selalu asyik membahas
keburukan dan kesalahan orang lain. Begitu semangatnya dia membahas dan
memetakan kesalahan orang, sampai dia merasa lebih baik dari orang yang dia
bicarakan. Saat dia melakukan itu, sadarkah dia, bahwa dia telah terbawa dalam
‘arus gelombang setan’ yang akan menjerumuskan dirinya. Setelah itu, dia pulang
ke rumahnya dengan membawa setumpuk ‘dosa’ yang otomatis membebani jiwanya. Dia
lupa melihat segala fenomena manusia adalah hasil ciptaannya sendiri.
Apa yang kita dapatkan, siapa yang kita temui
dan kejadian apa yang menimpa kita sadar atau tidak, diterima atau tidak,
setuju atau tidak adalah hasil ciptaan kita sendiri. Kehidupan kita adalah
kumpulan pikiran dan perasaan kita beberapa waktu yang lalu pada tingkatan yang
disadari dan di bawah sadar. Bila engkau tidak menyadarinya, berarti hasil
ciptaan itu berasal dari “alam pikiran bawah sadarmu” (istilah para psikolog).
Masuklah ke dalam dirimu, Tanya dalam ruang bathinmu, dari mana asal muasal
penciptaan yang tidak engkau inginkan ini, apa yang engkau pikirkan dan rasakan
beberapa waktu yang lalu. Tunggu, sadar dan amatilah ‘apa saja’ yang muncul.
Aktifkan getaran bathinmu untuk membaca ‘infomasi aktual’ yang muncul. Lihat dan
kenalilah, serta putuskanlah untuk mengganti penciptaanmu dengan penuh
kesadaran untuk kebaikan dirimu sendiri.
87. Jauh Dekat itu
Relatif. Dari
Jakarta, apakah Kalimantan itu jauh? Apakah Amerika itu jauh? Apakah Papua itu
jauh? Apakah Makkah itu jauh? Dari Jakarta menuju Makkah memerlukan waktu
kurang lebih 10 jam, yakni waktu yang orang pergunakan untuk tidur pulas di
malam hari. Ada yang tidur sampai 8 jam, ada yang tidur sampai 10 jam. Jadi,
dari Jakarta ke Makkah, hanya memerlukan waktu “tidur” semalam saja. Apakah itu
jauh? Jauh atau dekat itu sebenarnya bersifat psikologis, tidak ada kaitannya
dengan geografis. Engkau “merasa” jauh karena engkau jarang ke sana. Dan engkau
berfikir itu jauh. Pikiranmu yang mengatakan itu “Jauh”. Pikiranmu itulah yang membuat
jarak menjadi jauh, bukan karena jarak geografisnya.
88. Kesadaran, Jalan Keluar Penderitaan. Satu satunya jalan keluar dari penderitaan adalah kesadaran. Sama seperti orang yang sedang mimpi dikejar kejar ular, mengalami penderitaan dalam mimpinya, jalan keluar untuk keluar dari penderitaannya adalah “bangun dari mimpi”, sadar. Itu yang dimaksud dengan kesadaran satu satunya jalan keluar dari penderitaan. Kebanyakan orang menjalani kehidupan sehari hari dipenuhi kepedihan dan penderitaan, karena mereka hidup dalam “mimpi”, mereka mengidentikkan dirinya dengan pikiran masa lalu dan pikiran masa depan mereka.
Sampai lupa menyadari hadiah berharga yang nyata nyata mereka bisa sentuh, yaitu
sekarang. Saat sekarang adalah jalan keluar dari penderitaan. Saat sekarang
adalah pintu masuk untuk sadar. Saat sekarang adalah hadiah yang paling
berharga bagi setiap orang. Hanya melalui waktu sekarang kita bisa membebaskan
diri kita dari pikiran masa lalu dan pikiran masa depan.
Waktu yang benar benar nyata adalah “sekarang” ini. Masa lalu dan masa depan hanya ada di pikiran. Demikian juga orang atau barang yang terkait dengan masa lalu dan masa depan hanya ada di pikiran. Bila kesadaranmu berada di sini dan saat ini, maka secara otomatis masa lalu dan masa depanmu mengikuti kesadaranmu saat ini. Demikian juga bila kesadaranmu ada di “pikiran masa lalu” maka secara otomatis masa sekarangmu dan “pikiran masa depanmu” juga akan berubah. Setiap detik, setiap saat selalu terjadi perubahan kesadaran. Karena terjadi perubahan kesadaran maka terjadi pula secara otomatis perubahan penciptaan.
Ombak yang engkau saksikan kemarin, bukan lagi ombak yang engkau saksikan sekarang ini. Renungkanlah, bahwa sebenarnya, tidak ada realitas masa lalu dan masa depan itu, kecuali di dalam pikiran. Karena “ia” hanya ada di alam pikiran, maka engkau bisa dengan bebas menanggapi dan memilih pikiran yang mengharmoniskan dirimu.
Tentunya
dengan kesadaran. Kesadaran hanya hadir bila engkau masuk ke dalam waktu
sekarang ini. Karena itu, betapa indahnya kehidupanmu, bila engkau sadar akan
apa yang kau lakukan. Bahagia, syukur, dan nikmat. Bertanyalah kepada dirimu,
apa yang terbaik aku lakukan hari ini? Bila aku mati hari ini, apa kira kira
sebaiknya yang aku lakukan.
89. Kesadaran Harta Yang
Tak Ternilai. Sadar
siapa diri kita yang sebenarnya adalah kesadaran yang membuat engkau tahu diri,
tahu kehidupan ini. Tanpa kesadaran engkau tidak tahu apapun dalam kehidupan
ini. Tanpa kesadaran, engkau sebenarnya tidak bisa menikmati momen momen
kehidupanmu. Tanpa kesadaran engkau sebenarnya tidak bisa melihat, mendengar,
merasa, dan bergerak. Kesadaran abadi dalam dirimulah harta yang tidak ternilai
itu. Dengan kesadaran engkau bisa membuat apa saja menjadi mungkin. Dan,
kesadaran itu terhubung dengan Tuhan (Eksistensi yang berada dibalik semesta
yang maha luas ini). Karena itu, Ingatlah selalu dan sadarlah.
90. Melihat Kehidupan
Dengan Kacamata Kesadaran. Lihatlah kehidupan ini dari “kacamata kesadaran”. Sebab
hanya dengan kacamata itu engkau dapat menyaksikan keindahan dari kehidupan
ini. Rasakan betapa berlimpahnya alam semesta ini, angin yang bertiup, cahaya
matahari, udara yang kau hirup, pesona langit biru, awan yang berarak,
kemacetan lalu lintas, hijaunya pohon, beragamnya wajah manusia, dapatkah
engkau menyaksikan keindahan dibalik semua itu?
Engkau tidak dapat menyaksikan “keindahan”
itu bila kacamata yang engkau gunakan adalah kacamata ego, kacamata “masa lalu
atau masa depan’. Kembalilah kepada dirimu (hakekat dirimu), maka engkau akan
menyaksikan dan merasakan “lezatnya”. Buatlah dirimu lebih lama berada di dalam
“level” ini. Engkau akan semakin akrab denganNya. Tersenyumlah kepada semuanya.
91. Bertemu Tuhan Dalam
Ibadah. Bila
engkau sekarang shalat, maka saat ini engkau bisa bertemu Tuhan. Jangan menunggu
bertemu Tuhan di suatu hari nanti. Apalagi mengatakan setelah mati nanti.
“Mati” bisa kita lakukan sekarang juga. Memang untuk dapat bertemu Tuhan, kita
mesti mati terlebih dahulu. Mati dari “ego” diri. Engkau harus “mati” dulu,
baru bisa bertemu Tuhan. Engkau harus “hilang” dulu, baru bisa bertemu Tuhan.
Karena Tuhan hanya bisa ditemui bila semuanya hilang.Yang ada hanya Al Haq,
yang lainnya adalah ilusi. Shalat, adalah tempat untuk kita menghilangkan diri,
menghancurkan ego dan hilang di dalam Keagungan Tuhan. Jika kita masih merasa
bahwa diri ini “ada”, maka Tuhan tidak akan pernah bisa ditemui.
92. Rasa adalah Bahasa Tuhan. Perasaanmu yang paling dalam adalah bahasa Tuhan. Engkau dapat mendengar suaraNya di dalam perasaanmu yang paling dalam. Dia akan berbicara kepadamu lewat apa saja. Setiap apa saja yang ada dihadapanmu, orang, benda, buku, lukisan, pulpen, hewan, kejadian, semuanya sesungguhnya berbicara. Semua itu bisa menjadai “mediaNya” untuk mendapatkan “Pesan” (PetunjukNya) kepadamu. Kuncinya adalah perasaan. Bila ada perasaan sejenis cinta (Rasa cinta, Takjub, Kejernihan) yang engkau temukan dalam sebuah kejadian, diamlah sejenak. Kunyahlah “rasa” itu, dengarkan pesanNya. Engkau dapat menemukan Tuhan di sebuah “tempat”, bila disana ada “Ketakjuban, Pikiran Tertinggi, Kasih kepada sesama”. Bila kamu merasakan 3 (tiga) hal itu, engkau sedang bertemu dengan Dia. Kenalilah Tuhanmu, dan bersahabatlah denganNya di “tempat” itu. Dia selalu muncul di tempat itu. Buktikan saja. Engkau tidak akan dapat membantah keberadaan-Nya.
Engkau jauh jauh datang ke Kota Suci, Makkah,
tempat indah Himalaya, sungai Gangga, semua itu hanya sebuah jalan untuk
membuatmu merasakan tiga pengalaman itu (Ketakjuban, Pikiran Tertinggi, Kasih).
Engkau dapat menemuiNya saat engkau berdiskusi dengan seorang tukang becak.
Engkau dapat menemukan Dia saat engkau berada di puncak gunung tertinggi,
bahkan engkau juga dapat menemukan-Nya di dalam Gua. Yang penting tiga ‘elemen
kesadaran pengalaman’ tadi engkau rasakan.
93. Bila Hidup Tinggal Dua
Jam Lagi. Saya
sering mengajukan pertanyaan ini setiap pagi saat saat saya melakukan meditasi.
Apa yang akan engkau lakukan bila engkau tahu bahwa hidupmu tinggal dua jam
lagi? Jawaban di bathinku adalah: “Saya akan melakukan aktivitas hari ini penuh
makna, menikmatinya, ikhlas dan memberikan kontribusi terbaik saya momen demi
momen. Menikmati dan menyukuri setiap momentum. Menjaga kesadaran diri sejati
setiap saat”. Latihan pertanyaan ini sangat membantumu untuk menemukan hal hal
yang paling penting dari momen momen hidupmu.
Saya belajar “menyiapkan diri”, bila waktu
hidup saya di dunia ini tinggal dua jam lagi, apa yang saya lakukan? Bagaimana
perasaan saya? Apa yang saya pikirkan? Saya periksa dengan seksama rasa dan
pikiran yang muncul saat saya mengajukan pertanyaan itu dengan sungguh sungguh.
Saya perhatikan apa yang teramati. Adakah ketakutan? Adakah rasa cemas? Adakah
rasa gamang? Adakah rasa panik? Kematian adalah pintu menemukan kesadaran.
Hanya dengan berani menghadapi kematian, engkau bisa bertemu dengan kesadaran dirimu
yang sejati.
94. Momen Momen Yang Bisa
“Menjadi Genta Kesadaran”. Energi dirimu setiap saat selalu berubah, apakah engkau
menyadarinya? Bila kualitas energimu sedang turun, dapat ditandai dengan emosi
dan pikiran yang menguasaimu. Pikiran sedang tidak jernih, kusut dan tubuh Anda
terasa berat, juga menunjukkan penurunan dari energi Anda. Apa yang Anda
lakukan, saat Anda mengalami ini?
Segeralah kembali kepada kekinian dan
kedisinian. Nafas masuk, kutenangkan tubuhku, dan nafas keluar, aku tersenyum.
Berdiam dalam kekinian, Aku tahu ini adalah momen yang menakjubkan, di sini dan
kini. Setiap momen sesungguhnya adalah keajaiban. Bila engkau merasakan dan
melihatnya, engkau berada dalam energi Ilahi. Sebaliknya bila luput darinya
yakni tidak dapat melihatnya engkau sedang berada “jauh” dari energi Ilahi. Untuk
itu aku berjanji menjadikan momentum adzan (panggilan shalat) sebagai genta
kesadaran. Saat itu juga, di momen itu, Aku segera menghentikan apapun
aktivitasku. Berhenti sejenak untuk menghormati kehadiran Ilahi, dengan
melakukan meditasi kekinian.
Nafas masuk, kutenangkan tubuku, dan nafas
keluar, aku tersenyum. Berdiam dalam kekinian, Aku tahu ini adalah momen yang
menakjubkan. Ini akan menjadi kebiasaan yang tertanam dalam diriku. Selain
momen shalat, aku juga menggunakan “kelelahan dan keadaan macet” sebagai genta
kesadaran bagiku, untuk segera melakukan meditasi.
95. Puasa, Mengendalikan
Keinginan Duniawi. Berpuasa
mengajarkan engkau seca-ra langsung menyadari rasa pengekangan diri. Rasa untuk
mengendalikan keinginanmu yang sifatnya duniawi. Keinginan untuk makan, minum
dan syahwat. Engkau belajar mengendalikannya. Bila engkau peka, lebih sensitif
menjalani puasa, engkau akan mulai menjadi saksi akan gerak keinginan, pikiran
dan perasaan itu.
Di saat engkau belajar menjadi saksi,
seketika itu juga Kehadiran Tuhan eksis. Kesadaran akan KehadiranNya dapat
engkau alami. Hanya saja, sebagian besar mereka yang berpuasa tidak
memperhatikan ‘pengalaman’ ini. Padahal tujuan puasa itu sendiri adalah menjadi
‘taqwa’. Taqwa itu sendiri adalah menjadi sadar akan apa saja yang melintas di
benakmu, menjadi perisai jiwa dalam menghadapi setiap keinginan dan nafsu.
Taqwa adalah melindungi diri dari dominasi hawa nafsu (keinginan keinginan
duniawi) yang akan mengotori bathin dari kehadiran Tuhan.
96. Puasa, Mengajarkan
Anda Mengambil Makanan dari Alam. Bagi mereka yang berpuasa begitu dalam, akan
membuktikan sendiri bahwa pada akhirnya manusia itu bisa makan tanpa lewat
materi (nasi, roti, daging, air dan berbagai jenis makanan lainnya), tetapi
sudah bisa lewat dzikir. Praktek dzikir adalah kebiasaan yang dilakukan oleh
para sufi, mistikus, yogi untuk memperoleh makanan (energi) melalui prana,
langsung ke pusat energinya. Mereka mampu mengambil “sari makanan” yang disebut
prana, itu langsung dari alam.
Dengan
praktek puasa, secara sadar atau tidak sadar kita telah melakukannya, maka dari
“non materi”. Bukankah, kenyataannya engkau bisa kuat tidak makan dan tidak
minum selama 12 jam atau lebih? Kadang saat lapar datang, tiba tiba, engkau
terima lapar itu, engkau berdzikir, engkau ingat engkau sedang puasa, rasa
laparnya pergi begitu saja. Apa yang terjadi sebenarnya, saat rasa lapar itu
pergi?
Saat
itu, engkau tidak sadar telah mengambil makanan dari alam, makanan energi
prana, rasa laparmu tiba tiba hilang. Itulah yang dilakukan oleh para ahli
dzikir, yang dikenal sebagai orang orang ‘Arif’. Pantas saja mereka tidak lagi
dikuasai oleh makanan dan minuman, karena mereka sudah bisa memperoleh makanan
langsuing dari alam, tanpa melalu medium materi. Mereka memperoleh makanan
prana tanpa lewat nasi, air, daging. Tetapi langsung dari alam lewat praktek
dzikir. Belajarlah model dzikir seperti ini dari mereka.
97. Berhentilah
Memberikan Penilaian Baik Buruk. Bila terlintas di benakmu “perasaan lebih
hebat”, dibandingkan orang lain, itu “tanda’ dari Ego. Kehadiran kesadaran
menunjukkan kecermatan dalam mengamati. Lihatlah mawar sebagai merah, lihatlah
melati sebagai putih, lihatlah hijaunya daun apa adanya. Tapi ingatlah, jangan
pernah mengatakan mawar merah lebih hebat dibanding melati putih. Jika engkau
mengatakan itu, keindahan mawar dan melati putih menjadi hilang, karena kamu
telah dikotori “pikiran penilaian”.
98. Waspada dan Sadar
Terhadap Gerak Gerik Syaitan. Waspadalah! Tetaplah sadar. “Syaitanmu”
selalu mengintaimu. Jika engkau lengah sejenak, momen itu akan digunakan
syaitan untuk melemahkanmu. Kerja dan pengabdian syaitan memang itu, pahami,
dan mengertilah kepadanya. Ia adalah “sparing partner” mu untuk selalu menjaga
kewaspadaan diri dalam situasi apapun. Karena itu, tetaplah dalam keadaan sadar
dan waspada.
99. Tabunganmu Adalah
Manfaat Yang Engkau Berikan. Uang adalah simbol, sesuatu yang kita
sepakati sebagai alat tukar. Pada setiap lembaran dan koin ada nilai yang kita
sepakati. Di balik lembaran uang ada nilai yang ditentukan. Nilai yang kita
berikan sesuai dengan nilai yang kita miliki.
Nilai yang kita kejar pada hakekatnya
bukanlah jumlah angkanya, tapi energi atau nilai kemanfaatan yang kita
keluarkan. Kita dilahirkan sebenarnya telah memiliki “nilai kemanfaatan” yang
tidak terhingga, bila dihargai dengan angka. Apa yang kita terima sebagai
penghargaan dari orang lain, berbanding lurus dengan apa nilai kemanfaatan yang
kita berikan kepada orang lain atau alam semesta. Bila kita memberikan nilai
kemanfaatan kepada orang lain atau alam semesta, maka secara otomatis alam
semesta akan mencatat nilai itu dalam tabungan semesta, yang satu saat bisa
kita ambil kapanpun, saat kita perlukan. Nilai kemanfaatan itu akan dicatat
sebagai tabungan dalam kosmik, tentu saja, bila dilakukan atau diberikan secara
ikhlas.
Fokuslah pada nilai kemanfaatan yang engkau
berikan kepada orang lain. Lalu, tetapkan angka relatif sesuai dengan kebutuhan
yang engkau perlukan. Bila nilai kemanfaatan yang engkau berikan sejumlah itu,
engkau pasti akan menerimanya sesuai dengan “pemberianmu”. Nilai kemanfaatan
yang engkau berikan adalah hakmu.
Karena itu memang tabunganmu. Sadari alur hukum
memberi dan menerima seperti ini berlaku di alam semesta sejak diciptakan.
Gunakanlah kesadaran ini untuk menjamin kehidupanmu. Lakukanlah sesuatu untuk
orang banyak, untuk alam semesta, maka pintu pintu ‘kekuatan tak terbatas’ akan
berpihak kepadamu. Lakukanlah itu dengan kesadaran penuh, tidak ada yang bisa
menghalangimu untuk mewujudkannya. Tuhan bersama mereka yang melakukan sesuatu
untuk kebaikan dirinya dan orang lain.
100. Menjadikan Masalah
Sebagai Momen Menemukan Makna. Ingat, di balik setiap masalah ada makna.
Ingat, masalah itu justru dihadirkan untuk mengingatkanmu, ada “sesuatu” yang
berada di luar kendalimu. Dengan hadirnya masalah engkau tersadarkan. Engkau
“merasakan ketidakseimbangan”. Engkau diberitahu ada yang harus segera engkau
benahi. Bersikaplah jernih terhadap “masalah” ia akan menjadi peluangmu untuk
mengetahui makna yang lebih dalam lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar