Label

MEMANUSIAKAN MANUSIA: INILAH JATIDIRI MANUSIA YANG SESUNGGUHNYA (79) SETAN HARUS JADI PECUNDANG: DIRI PEMENANG (68) SEBUAH PENGALAMAN PRIBADI MENGAJAR KETAUHIDAN DI LAPAS CIPINANG (65) INILAH ALQURAN YANG SESUNGGUHNYA (60) ROUTE TO 1.6.799 JALAN MENUJU MAKRIFATULLAH (59) MUTIARA-MUTIARA KEHIDUPAN: JALAN MENUJU KERIDHAAN ALLAH SWT (54) PUASA SEBAGAI KEBUTUHAN ORANG BERIMAN (50) ENERGI UNTUK MEMOTIVASI DIRI & MENJAGA KEFITRAHAN JIWA (44) RUMUS KEHIDUPAN: TAHU DIRI TAHU ATURAN MAIN DAN TAHU TUJUAN AKHIR (38) TAUHID ILMU YANG WAJIB KITA MILIKI (36) THE ART OF DYING: DATANG FITRAH KEMBALI FITRAH (33) JIWA YANG TENANG LAGI BAHAGIA (27) BUKU PANDUAN UMROH (26) SHALAT ADALAH KEBUTUHAN DIRI (25) HAJI DAN UMROH : JADIKAN DIRI TAMU YANG SUDAH DINANTIKAN KEDATANGANNYA OLEH TUAN RUMAH (24) IKHSAN: INILAH CERMINAN DIRI KITA (24) RUKUN IMAN ADALAH PONDASI DASAR DIINUL ISLAM (23) ZAKAT ADALAH HAK ALLAH SWT YANG HARUS DITUNAIKAN (20) KUMPULAN NASEHAT UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK (19) MUTIARA HIKMAH DARI GENERASI TABI'IN DAN TABI'UT TABIIN (18) INSPRIRASI KESEHATAN DIRI (15) SYAHADAT SEBAGAI SEBUAH PERNYATAAN SIKAP (14) DIINUL ISLAM ADALAH AGAMA FITRAH (13) KUMPULAN DOA-DOA (10) BEBERAPA MUKJIZAT RASULULLAH SAW (5) DOSA DAN JUGA KEJAHATAN (5) DZIKIR UNTUK KEBAIKAN DIRI (4) INSPIRASI DARI PARA SAHABAT NABI (4) INILAH IBADAH YANG DISUKAI NABI MUHAMMAD SAW (3) PEMIMPIN DA KEPEMIMPINAN (3) TAHU NABI MUHAMMAD SAW (3) DIALOQ TOKOH ISLAM (2) SABAR ILMU TINGKAT TINGGI (2) SURAT TERBUKA UNTUK PEROKOK dan KORUPTOR (2) IKHLAS DAN SYUKUR (1)

Minggu, 01 Maret 2020

PUASA TIDAKLAH SEBERAT APA YANG DIBAYANGKAN



Ramadhan adalah bulan ke 9 di dalam kalender Islam (kalender Hijriah), adalah bulan yang sangat istimewa bagi jutaan umat Islam di seluruh penjuru dunia maka bulan itu dijuluki sebagai Rajanya Bulan. Semua orang Islam baik anak anak maupun yang sudah memiliki kewajiban untuk berpuasa, dari saat fajar menyingsing hingga tenggelamnya mata hari di waktu maghrib. Bagi non muslim, atau bagi orang yang tidak berimana, puasa di bulan Ramadhan mungkin saja dianggap sebagai ibadah yang berat lagi melelahkan, tetapi tidaklah demikian apa yang dialami oleh umat Islam yang beriman. Karena setidaknya terdapat beberapa hikmah yang membuat puasa menjadi lebih mudah dan menyenangkan bagi umat Islam yang beriman. Adapun hikmah tersebut adalah:

1.        Adanya Peran Niat Dalam Berpuasa.

Agar tujuan diperintahkannya puasa sesuai dengan kehendak Allah SWT maka puasa harus dilandasi dengan niat yang penuh karena Allah semata. Inilah yang harus dicapai secara mental, spiritual dan emosional. Dengan ini kita tidak memaksudkannya sebagai niat yang dilakukan setiap akan menjalankan puas. Ini adalah niat yang muncul dari hati dan jiwa. Ketika seluruh bulan Ramadhan dijalani dengan penuh kesadaran maka rahmat Allah yang besar akan dapat kita peroleh.

Jika seorang beriman dapat menyesuaikan niatnya dengan ridha Allah, mereka akan memperoleh keuntungan yang tak terhingga. Mereka bahkan bisa memperolehnya ketika mereka tertidur, berbicara, makan, minum sesuai dengan niatan dari perbuatan perbuatan tersebut. Niat bisa membuat kaca menjadi intan atau sebaliknya. Dengan niat yang tulus seorang biasa bisa menjadi raja diantara para raja, namun dengan niat yang tidak tulus orang tersebut hanya akan menjadi raja badut. Niat adalah bentuk dari kekuatan tekad yang keluar dari hati nurani seseorang. Niat adalah batu loncatan yang membedakan keutamaan dari yang tidak berkualitas; niat adalah agama dan kepercayaan; sehingga niat adalah nilai orisinal dari kemanusiaan, dan keuntungan niat adalah keuntungan yang sebenarnya dari kepribadian seseorang.

Beribadah dengan sungguh sungguh untuk meraih derajat keimanan yang lebih tinggi tanpa niat yang ikhlas adalah kesiasiaan. Seseorang seharusnya mempertanyakan pertanyaan pertanyaan tersebut kepada dirinya sendiri sebelum memutuskan sesuatu, untuk mengetahui hakikat keinginan tersebut, apakah ia betul betul untuk kepentingan Allah? Apakah demi keridhaan Allah? Dan apakah karena perintah Allah? Apabila seseorang tidak menyadari akan pertanyaan pertanyaan ini didalam setiap usahanya, maka kemungkinan niatnya tersebut tidak akan membawa hasil.

Hal yang sangat disesali dalam kehidupan di akhirat kelak adalah hidup tanpa niat. Keinginan bisa merubah seluruh aktifitas hidup menjadi ibadah adalah mustahil dan menyianyiakan kesempatan hidup ini adalah kesalahan yang sangat besar. Ya, kita akan sering mengatakan, “jika seandainya dulu…” nanti di alam akhirat. Jika ini yang terjadi berarti kesempatan untuk merubah perbuatan biasa menjadi ibadah telah lewat, kesempatan beramal di kehidupan yang fana untuk kehidupan abadi telah hilang. Padahal pahala atau kebaikan itu hanya diberikan pada saat tersenyum, menangis, tidur atau bahkan ketika sedang menunggu.

Adanya niat yang tulus dan ikhlas sangat membantu mengurangi beratnya ibadah puasa dan juga untuk aktifitas aktifitas lainnya. Ketika seseorang  berniat secara sungguh sungguh untuk berpuasa, maka puasa menjadi sangat mudah baginya, berbuat kebaikan juga menjadi mudah baginya, apalagi ketika melihat saudara seiman berpuasa dan berbagai makanan sahur maupun berbuka puasa, sangat besar pengaruhnya bagi peningkatan semangat kemasyarakatan. Inilah salah satu sisi kehebatan dari ibadah puasa yang telah diperintahkan oleh Allah SWT.

2.        Adanya Kemampuan Tubuh Manusia Untuk Menyesuaikan Diri Melalui Keimanan.

Saat diri kita berpuasa, maka reaksi tubuh manusia ternyata secara luar biasa dapat menyesuaikan diri. Dalam beberapa hari saja berpuasa, tubuh telah mampu menyesuaikan diri dengan ritme metabolisme yang baru, dan seseorang tidak lagi merasakan kelaparan di waktu siang sebagaimana biasanya ketika tidak berpuasa. Sungguh luar biasa tubuh/jasmani manusia, ia bisa diatur sedemikian rupa oleh kekuatan yang tersembunyi yaitu ruhani dengan keimanan yang melekat di dalamnya. Semakin berkualitas kadar keimanan dalam ruhani manusia, maka semakin kuat pengaruh ruhani ini kepada tubuh manusia. Sehingga saat tubuh di puasakan dalam kurun waktu tertentu, ia mampu dipuasakan tanpa mengalami kerusakan, justru dengan dipuasakannya tubuh/jasmani manusia ia menjadi lebih sehat serta aktifitas sehari hari tidak mengakibatkan produktifitas menjadi lebih rendah.

Lalu bagaimana jika ada yang mengatakan bahwa berpuasa terlalu lama menyebabkan gangguan kesehatan atau menurunnya kualitas kerja bahkan mengganggu pembangunan suatu negara? Kekhawatiran tentang puasa yang mengakibatkan adanya pandangan negatif seperti diatas tentang puasa dikarenakan orang tersebut tidak memahami apa yang sesungguhnya terjadi pada saat orang melaksanakan puasa di bulan Ramadhan. Hal ini dimungkinkan jika yang dilihat sisi tidak diberikan makan, minum dan berhubungan badan, dalam kurun waktu tertentu kepada tubuh/jasmani, kekhawatiran itu bisa terjadi. Namun, bagi orang yang beriman yang memahami bahwa yang dipuasakan hanyalah tubuh/jasmani semata sedangkan ruhani bukanlah obyek yang dipuasakan maka fokus dari orang yang berpuasa hanyalah tertuju kepada ruhani semata. Sehingga segala ibadah yang dilakukan baik wajib ataupun ibadah sunnah hanya untuk kepentingan ruhani semata.

Adanya kondisi dan keadaan yang meningkat pada ruhani, maka kekuatan yang berasal dari ruhani menjadi kekuatan bagi jasmani saat dipuasakan sehingga puasa begitu mudah dilaksanakan. Apalagi di bulan Ramadhan ada ketentuan khusus bagi kepentingan ruhani, yaitu setiap ibadah sunnah statusnya ditingkatkan oleh Allah SWT menjadi ibadah wajib, sedangkan ibadah wajib dilipatgandakan, yang kesemuanya pasti memberikan dampak yang luar biasa bagi kualitas ruhani dengan keimanannya. Apabila ini yang terjadi pada pribadi pribadi orang yang berpuasa, maka tidak ada alasan menjadikan puasa sebagai penghalang dan penghambat untuk berprestasi bagi diri, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Justru dengan adanya kekuatan yang berasal dari meningkatnya kefitrahan ruhani di saat berpuasa seharusnya dibuktikan dengan bermanfaat bagi kepentingan khalayak ramai.

Sekarang bagaimana dengan tubuh/jasmani yang tidak dipuasakan akibat dari kurangnya keimanan dalam diri manusia? Kemampuan tubuh untuk menyesuaikan diri dengan puasa merupakan suatu bentuk kecanggihan tubuh yang berasal dari Allah SWT. Dimana kecanggihan tubuh ini baru akan bisa terlihat dan terasa jika tubuh/jasmani ini tunduk patuh kepada ruhani yang beriman, atau ruhani dengan keimanan yang ada di dalamnya mampu mengendalikan tubuh/jasmani untuk berpuasa. Untuk itu yang harus dipuasakan baik di bulan Ramadhan ataupun di luar bulan Ramadhan hanyalah tubuh/jasmani semata. Sedangkan ruhani dengan keimanan yang ada di dalamnya harus bisa dipertahankan atau bahkan ditingkatkan dengan tidak mempuasakannya melalui pelaksanaan ibadah wajib ataupun ibadah sunnah yang meningkat dibandingkan dengan bulan bulan di luar bulan Ramadhan. Hal ini dikarenakan dengan berkualitasnya keimanan dalam ruhani maka keimanan inilah yang akan menjadi kekuatan bagi tubuh/jasmani melaksanakan puasa.

Puasa Ramadhan adalah manifestasi ketaatan. Puasa membawa kepada kesediaan untuk bersyukur, yang merupakan inti dari ibadah. Puasa juga untuk memperkuat sisi ruhani untuk melawan kecenderungan jasmani. Jika kita umpamakan tubuh kita sebagai sebuah kapal sedangkan akal, hati dan nafsu jasmaniah adalah tangan tangan yang ingin mengendalikan kapal. Puasa adalah suatu yang dapat mengurangi kekuatan jasmani dan menguatkan akal, serta hati untuk mengendalikan kapal.Rasa lapar dalam puasa akan mampu menghentikan manusia secara jasmani dari pengingkarannya akan Tuhan, dan menyadarkannya atas kelemahannya, serta menyadarkannya bahwa ia hanyalah hamba Tuhan. Kesadaran diri, atau rasa ke Akuan adalah bagian dari amanah/trust yang diberikan kepada manusia sebagai khalifahNya di muka bumi.

3.        Adanya Pertolongan Allah SWT.

Melaksanakan puasa di bulan Ramadhan merupakan bentuk taatnya manusia atas perintah yang telah diperintahkan oleh Allah SWT. Allah SWT sebagai pemberi perintah berpuasa di bulan Ramadhan tentu tidak akan lepas tangan atas perintahNya. Allah SWT selaku pemberi perintah tentu memiliki maksud dan tujuan kenapa perintah ini harus dilaksanakan. Allah SWT selaku pemberi perintah pasti memiliki parameter di dalam menilai keberhasilan perintah ini dilaksanakan. Apalagi perintah puasa memiliki karakteristik khusus sebagaimana hadits di bawah ini.

Ibn Mas’ud ra, berkata; Nabi SAW bersabda: Allah ta’ala berfirman: Semua amal ibadah anak Adam untuk dirinya sendiri, kecuali puasa, maka itu untukKu,dan Aku sendiri yang akan membalasnya. Dan bagi orang yang puasa dua kali kesenangan gembira ketika berbuka puasa dan gembira ketika menghadap kepada Tuhannya. Dan sesungguhnya bau mulut orang berpuasa disisi Allah lebih dari harum dari misik (kesturi). (Hadits Qudsi Riwayat Ath Thabrani, Ibn Annajjar dan Ibnu Asakir dari Abdullah bin Al Harits bin Naufal; 272:123)

Jika ini adalah kondisinya berarti Allah SWT pasti akan memberikan pertolongan kepada setiap manusia yang mau melaksanakan perintahNya. Adanya pertolongan dari Allah  membuat puasa menjadi mudah dan menyenangkan walaupun harus berpuasa selama kurang lebih 20 jam (terutama di belahan bumi yang saat berpuasa masuk dalam musim panas). 

4.        Adanya Semangat Kemasyarakatan Untuk Merekatkan Kesenjangan.

Adanya semangat kemasyarakatan untuk melaksanakan puasa di bulan Ramadhan secara langsung dan bersamaan akan memberikan dampak positif bagi yang diperintahkan untuk berpuasa yaitu menjadi motor penggerak atau tenaga pendorong bagi yang melaksanakan puasa sehingga puasa yang dilaksanakannya bukanlah sesuatu yang memberatkan atau menjadi beban saat melaksanakannya.  Dilain sisi, saat diri kita tidak mau melaksanakan puasa di bulan Ramadhan, maka pada saat bersamaan kita akan merasa terasingkan dengan sendirinya dari kebanyakan orang. Dikarenakan posisi diri kita menjadi minoritas ditengah mayoritas yang melaksanakan puasa. Dan jika tidak merasa risih karena tidak berpuasa di bulan Ramadhan berarti ada komponen yang ada di dalam diri kita bermasalah, dalam hal ini adalah keimanan, pendengaran, penglihatan dan perasaan.

Seorang koresponden BBC di Darfur, sebuah kota di Sudan yang sering kali dalam kondisi yang sangat menyedihkan karena dilanda perang saudara dan kelaparan yang berkepanjangan, melaporkan: “Diantara bau busuk dan lalat lalat, anak anak tergeletak. Pandangan mereka kosong menerawang. Kulit mereka mengkerut, mengendor akibat kelaparan yang parah, sementara sang ibu duduk disampingnya tak berdaya. Mereka menghadapi kelaparan yang dengan kejam membunuhnya berlahan lahan.

Kelaparan bisa dan sebenarnya telah diramalkan secara tepat, karena ia tidak terjadi begitu saja. Namun melalui proses berbulan bulan dan bertahun tahun, dari mulai sekedar kekurangan makanan sampai dengan keadaan darurat. Kelaparan terus berlangsung padahal kita terus memproduksi makanan yang sebenarnya cukup untuk orang di planet ini. Tapi kenapa? Jawaban atas pertanyaan ini sangat mudah, di dunia yang makmur ini tidak dapat menghayati makna di balik rasa lapar. Seseorang yang kelebihan berat badan jangan diharapkan mampu menghayati apa itu kekurangan air minum. Mereka tidak bisa menghayatinya karena kebanyakan orang yang hidup dalam kemakmuran tidak pernah mengalami kelaparan.

Badai yang sewaktu waktu menimpa suatu negara, memang meninggalkan orang orang yang luka luka dan kekurangan makanan, dan itu mungkin bisa memberikan pengalaman tentang apa itu kelaparan. Namun karena bantuan dengan cepat datang dan diberikan kepada para korban, maka kekurangan makan itu hanyaa sangat sementara, dan oleh karenanya sama sekali tidak seimbang jika dibandingkan dengan kelaparan yang berkepanjangan yang diderita oleh banyak penduduk di Afrika terutama di Sudan atau Somalia. Orang yang berpuasa secara rutin akan lebih mampu menghayati dan memahami hal hal tersebut. Inilah salah satu hikmah yang tidak ternilai dari diwajibkannya puasa oleh Allah SWT. Allah menghendaki umat manusia memiliki simpati yang lebih besar terhadap penderitaan yang diderita oleh orang lain sehingga puasa bukanlah untuk merasakan laparnya orang miskin yang kelaparan.

5.        Adanya Kebersamaan Sosial Maupun Kultural.

Akhir akhir ini, buka puasa Ramadhan memperoleh fungsinya yang lain, yaitu sebagai sarana untuk meningkatkan hubungan lintas agama dan dialog lintas budaya. Umat Islam yang hidup di lingkungan masyarakat non Muslim banyak yang telah mengamalkan ajaran Rasulullah untuk memberikan pelayanan kepada tetangganya dan berbagi makanan dengan mereka. Melalui cara ini, berbuka puasa dalam bulan Ramadhan akan membawa umat manusia di setiap kehidupan untuk tidak hanya sekedar menikmati makan, namun juga persahabatan yang baru dan berharap akan diperolehnya dunia baru yang lebih damai. Berpuasa di bulan Ramadhan dapat juga dikatakan sebagai sebuah gerakan kebersamaan di dalam satu tujuan, yang dimulai dari adanya keimanan untuk meraih ketaqwaan secara bersama sama sehingga terjadilah apa yang dinamakan dengan energi kebersamaan. Adanya energi kebersamaan yang sangat besar selama satu bulan akan memberikan kekuatan yang luar biasa bagi diri, keluarga masyarakat, bangsa dan negara.

Sebagai tambahan tentang bulan Ramadhan, berikut ini akan kami kemukakan beberapa hal tentang bulan Ramadhan itu, yaitu: .

1.   Bulan Ramadhan sering dikatakan sebagai tamu yang agung. Jika bulan Ramadhan dikatakan sebagai tamu yang agung berarti yang menjadi tuan rumah dari tamu agung itu adalah orang orang yang beriman yang mampu melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadhan. Sebagai orang yang telah diperintahkan untuk melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadhan ketahuilah bahwa kemuliaan tamu yang datang mengunjungi kita sangat tergantung dengan kemuliaan tuan rumah. Sekarang sudahkah kita mampu menjadi tuan rumah yang baik dan benar saat bulan Ramadhan yang mulia datang kepada diri kita? Jangan sampai bulan Ramadhan yang tidak lain adalah tamu agung yang mulia tercoreng kemuliaannya oleh rendahnya pemahaman, keimanan dari diri kita sehingga tamu yang mulia tidak mampu menjadikan diri kita mulia pula laksana tamunya.

2.   Bulan Ramadhan adalah bulan untuk melatih dan mendidik diri kita menjadi tuan rumah bagi tamunya yang mulia sehingga hanya tuan rumah yang mulia pulalah yang mampu memuliakan tamunya. Ingat, saat diri kita melaksanakan ibadah haji dan umroh berarti kita hanya merubah posisi diri kita dari menjadi tuan rumah bagi bulan Ramadhan menjadi tamu yang datang ke Baitullah karena tuan rumahnya adalah Allah SWT. Jika kita sudah dilatih oleh Allah SWT berkali kali menjadi tuan rumah bagi bulan Ramadhan yang hadir setiap tahunnya maka akan memudahkan diri kita saat menjadi tamu yang mulia di Baitullah saat melaksanakan ibadah haji dan umroh. Yang pada akhirnya kita mampu menjadi tamu tamu yang dibanggakan oleh Tuan Rumah saat melaksanakan ibadah haji dan umroh.

3.   Bulan Ramadhan juga sering disebut sebagai bulan pendidikan terutama pendidikan tentang kejujuran. Adalah sesuatu yang biasa biasa saja jika kita tidak boleh melakukan perbuatan yang diharamkan. Namun akan menjadi yang sangat istimewa jika kita dilarang untuk melakukan sesuatu yang halal dalam kurun waktu tertentu. Disinilah letak pendidikan yang istimewa tersebut. Bayangkan kita dilarang untuk berbuat sesuatu padahal hal itu adalah halal seperti makan dan minum serta menyalurkan syahwat. Hal ini hanya bisa dilaksanakan dengan baik dan benar oleh orang yang beriman sehingga tidak salah jika yang diperintahkan untuk berpuasa adalah orang yang beriman.

4.   Ingat bulan Ramadhan maka kita harus ingat iklan “You C1000” yang berbunyi “healthy inside fresh out side” yang bermakna puasa Ramadhan harus menjadikan jasmani kita sehat (fresh out side) serta memperoleh ruh/ruhani kita kembali fitrah (healthy inside) melalui jasmani yang dipuasakan sedangkan ruh/ruhani tidak boleh dipuasakan sedetikpun. Sekali lagi, yang berpuasa hanyalah jasmani sedangkan ruh/ruhani harus diberi makan sebanyak banyaknya melalui ibadah sunnah yang dinilai menjadi ibadah wajib dan ibadah wajib dilipatgandakan.

Sebagai penutup, ibadah puasa sebagai pilar (rukun) ketiga yang harus dijalankan oleh setiap manusia, termasuk diri kita yang telah menyatakan beriman kepada Allah, memiliki beberapa dimensi, seperti “dimensi perilaku, dimensi keagamaan, dimensi sosial, dan dimensi spiritual”. Dimensi pertama yang sangat nyata adalah dimensi perilaku. Puasa Ramadhan berarti menunjukkan hasil dari pembelajaran di dalam mengendalikan diri. Karena berkurangnya pemenuhan kebutuhan jasmani di siang hari ketika menjalankan puasa, maka ruhani menjadi lebih dominan. Sehingga jiwa akan terbebaskan dari belitan nafsu jasmaniah. Berpuasa memberikan waktu istirahat dari rutinitas kegiatan yang kaku atau perilaku semau maunya. Ketika manusia berpuasa, tidak hanya lambung, mulut, mata, telinga, maupun anggota badan lainnya, namun hati dan pikiran juga harus dikendalikan dan didayagunakan sesuai dengan kehendak Allah. Sebagaimana kita harus mengendalikan nafsu jasmaniah, kita juga harus mengendalikan emosi dan tindak tanduk kita terutama menghentikan perilaku yang negatif sehingga yang ada hanyalah perilaku yang positif dalam diri dan hasilnya bisa dirasakan oleh orang banyak.

Dilihat dari aspek dimensi sosial, puasa adalah cara kita memberikan pengalaman diri bagaimana rasanya lapar dan memberikan rasa simpati kepada mereka yang kekurangan dan belajar untuk selalu mensyukuri rahmat Allah yang begitu besar. Puasa meningkatkan rasa simpati dan belas kasih kita kepada mereka yang serba kekurangan. Orang dengan mudah mengetahui bahwa di berbagai penjuru dunia, banyak orang yang kelaparan dan kekurangan, namun pengetahuan ini tidak cukup kuat untuk memberikan pengaruh kepada perilaku keseharian kita. Kita menjalani puasa di bulan Ramadhan, karena kita tidak lagi sekedar tahu bahwa di sana banyak orang kelaparan namun kita juga merasakan rasa lapar yang mereka alami, maka pengetahuan ini diinternalisasikan. Internalisasi ini membantu kita mengurangi perilaku kemubadziran dan kita akan berupaya sedapat mungkin untuk membantu mereka yang membutuhkan dan meningkatnya rasa syukur kepada Allah SWT atas apa apa yang telah diberikanNya.

Dilihat dari dimensi spiritual, bulan Ramadhan memberikan reorientasi kepada hati dari kehidupan duniawi menuju jalan lurus menuju Tuhan. Selama bulan Ramadhan umat Islam memohon karunia Tuhan dan ampunanNya. Kebersihan hati dan tingkah laku adalah sangat penting. Selama bulan Ramadhan umat Islam merasakan kedamaian yang tercipta dari ketaatan spiritual serta dari amal kebajikan yang diberikan kepada sesama muslim. Ramadhan mengajak kita untuk melakukan dzikir, memikirkan kembali makna kehidupan dan makna diri dalam kehidupan ini. Ia adalah bulan pertaubatan, rahmat dan ampunan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar